laporan praktikum fitokimia 2
DESCRIPTION
praktikum fitokimiaTRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUM FITOKIMIA
PERCOBAAN 2
ISOLASI MINYAK ATSIRI DARI CENGKEH
Kelompok 1
Abdurrahman Al-asy’ary (M3514001)
Adilla Nurmitta (M3514002)
Agustina Nur Rohmah (M3514003)
Amalia Dian K (M3514005)
Ani Nurhayati (M3514007)
Dewi Yulinawati (M3514012)
Dian Islami Maharani (M3514013)
Dina Istiana (M3514014)
LABORATORIUM FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
PERCOBAAN II
ISOLASI MINYAK ATSIRI DARI CENGKEH
A. Tujuan Percobaan
Mampu membuat minyak atsiri dengan cara penyulingan dan ekstraksi dari cengkeh.
Mampu melakukan analisa kualitatif dengan mnggunakan KLT
B. Dasar Teori
Menurut Ketaren (1987) metode destilasi minyak atsiri salah satunya
adalah destilasi Stahl, metode ini pada prinsipnya sama dengan destilasi dengan
air dan uap kecuali air tidak diisikan dalam labu. Uap yang digunakan uap jenuh atau
kelewat panas pada tekanan lebih dari pada 1 atmosfir. Uap dialihkan melalui
pipa uap berlingkar yang berpori yang terletak dibawah bahan dan uap bergerak
ke atas melalui bahan yang terletak di atas saringan.
Peralatan pada metode destilasi dengan air (hidrodestilasi) pada
umumnya terdiri dari 3 bagian utama. Tiga bagian utama tersebut adalah alat
penyulingan, pendingin dan penampung kondensat. Alat penyulingan berfungsi
sebagai tempat bahan tanaman yang akan diproses. Dalam alat ini terdapat air yang
berhubungan langsung dengan bahan tanaman dan menguapkan minyak atsiri
yang dikandungnya. Pendingin berfungsi mengubah uap uap air yang mengandung
uap minyak atsiri menjadi cairan. Penampung kondensat berfungsi untuk memisahkan
minyak atsiri dari air yang terkondensasi secara sempurna. Kondensat mengalir
dari pendingin ke penampung kondensat dan akan terlihat minyak atsiri yang
dihasilkan akan terpisah dari air dengan sendirinya, karena berat jenis minyak
atsiri lebih ringan dari pada air (Sastrohamidjojo, 2004).
Prinsip kerja destilasi stahl sama dengan destilasi dengan air (hidrodestilasi).
Namun destilasi stahl memiliki beberapa kelebihan. Kelebihan penggunaan
destilasi stahl antara lain:
a. Minyak atsiri yang dihasilkan tidak berhubungan langsung dengan udara
luar sehingga tidak mudah menguap.
b. Volume minyak atsiri yang dihasilkan dapat langsung diketahui
jumlahnya karena alatnya dilengkapi dengan skala.
Kromatografi adalah salah satu metode pemisahan komponen dalam
suatu sampel dimana komponen tersebut didistribusikan di antara dua fasa yaitu
fasa gerak dan fasa diam. Fasa gerak adalah fasa yang membawa cuplikan,
sedangkan fasa diam adalah fasa yang menahan cuplikan secara efektif
(Sastrohamidjojo,1991).
Ditinjau secara fisik, kromatografi lapis tipis merupakan salah satu jenis
kromatografi planar. KLT memiliki banyak kesamaan dengan kromatografi kertas
dalam penotolan sampel, pengembangan kromatogram dan cara deteksinya, tetapi
proses pemisahan yang terjadi pada KLT dan kromatografi kertas berbeda. Pada
KLT pemisahan yang terjadi secara adsorbsi, sedangkan dalam kromatografi
kertas proses pemisahannya terjadi secara partisi.
Fase diamnya berupa padatan penyerap yang dihasilkan pada sebuah plat
datar dari gelas, plastik atau alumunium sehingga membentuk lapisan tipis dengan
ketebalan tertentu. Fase diam atau penyerap yang bisa digunakan sebagai pelapis plat
adalah silika gel (SiO2), selulosa, alumina (Al2O3) dan kieselgur (tanah
diatome). Kebanyakan penyerap yang digunakan adalah silika gel, dimana telah
tersedia plat yang siap pakai (Padmawinata, 1991).
Pelarut sebagai fasa gerak atau eluen merupakan faktor yang
menentukan gerakan komponen-komponen dalam campuran. Pemilihan pelarut
tergantung pada sifat kelarutan komponen tersebut terhadap pelarut yang digunakan.
Trappe dalam Sastrohamidjojo mengatakan bahwa kekuatan dari elusi deret-deret
pelarut untuk senyawa-senyawa dalam KLT dengan menggunakan silika gel
akan turun dengan urutan sebagai berikut : air murni > metanol > etanol > propanol >
aseton > etil asetat > kloroform > metil klorida > benzena > toluena >
trikloroetilen >tetraklorida > sikloheksana > heksana. Fasa gerak yang bersifat
lebih polar digunakan untuk mengelusi senyawa-senyawa yang adsorbsinya kuat,
sedangkan fasa gerak yang kurang polar digunakan untuk mengelusi senyawa
yang adsorbsinya lemah (Sastrohamidjojo, 1991). Analisis suatu senyawa dalam
KLT biasanya dilakukan dengan dibandingkan terhadap senyawa standarnya.
Pengamatan yang lazim berdasarkan pada kedudukan dari noda relatif terhadap
batas pelarut yang dikenal sebagai harga Rf (Retardation factor) yang didefinisikan
sebagai berikut :
Rf = jarak komponen yangbegerakjarak pelarut yang bergerak
Identifikasi awal senyawa pada kromatogram dapat dilakukan dengan
melihat warna noda dibawah sinar UV atau dengan menyemprotkan pereaksi
warna sesuai dengan jenis atau kelas senyawa yang dianalisis.
Faktor-faktor yang mempengaruhi gerakan noda dalam kromatografi lapis
tipis yang mempengaruhi harga Rf adalah sebagai berikut (Sastrohamidjojo,
1991) :
a. Struktur kimia dari senyawa yang dipisahkan.
b. Sifat dari penyerap dan derajat aktivitasnya. Aktivitas dicapai dengan
pemanasan dalam oven. Perbedaan penyerapan akan memberikan perbedaan
yang besar terhadap harga-harga Rf meskipun menggunakan pelarut yang
sama.
c. Tebal dan kerataan lapisan penyerap. Ketidakrataan akan menyebabkan aliran
pelarut menjadi tidak rata dalam daerah yang kecil dari plat.
d. Pelarut dan derajat kemurnian fasa gerak.
e. Derajat kejenuhan dari uap dalam pengembang.
f. Jumlah cuplikan yang digunakan. Penetesan cuplikan dalam jumlah yang
berlebihan memberikan tendensi penyebaran noda-noda dengan kemungkinan
terbentuk ekor dan efek tak kesetimbangan.
g. Pemisahan sebaiknya dilakukan pada suhu tetap untuk mencegah perubahan-
perubahan komposisi pelarut yang disebabkan penguapan dan perubahan fasa.
h. Kesetimbangan dalam lapisan tipis dimana bejana harus jenuh dengan uap pelarut.
C. ALAT DAN BAHAN
Alata. Seperangkat alat destilasi stahl 1 buahb. Gelas kimia 2 buahc. Gelas ukur 1 buahd. Pipet 1 buahe. Ember 1 buahf. Klem 2 buahg. Statif 2 buahh. Erlenmeyer 1 buahi. Timbangan 1 buahj. Aluminium foil secukupnyak. Selang 2 buahl. Heating manthel 1 buahm. Serbet 1 buahn. Tisu secukupnyao. Pompa 1 buahBahana. Cengkeh 50 gramb. Aquadest 400 mlc. Air secukupnyad. N-heksan secukupnyae. Kloroform secukupnyaf. Anisaldehid-asam sulfat secukupyag. Silika gel 1 buahh. Vaselin secukupnya
D. CARA KERJA
Penyarian minyak atsiri
Uji KLT
E. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
1. Minyak atsiri = 1 ml
2. Nilai Rf = 0,562
Pembahasan
Pada percobaan isolasi minyak atsiri dari cengkeh ini dilakukan dengan metode
destilasi stahl.. Percobaan ini dilakukan dengan tujuan mempelajari teknik pemisahan minyak
atsiri cengkeh dengan cara penyulingan atau destilasi dan mendeteksi keberadaan senyawa
eugenol dalam minyak cengkeh yang diperoleh dengan metode KLT.
Pada isolasi minyak atsiri cengkeh ini dilakukan dengan metode destilasi stahl dengan
prinsip berdasarkan perbedaan titik didih suatu zat. Komponen dengan titik didih yang lebih
rendah akan menguap terlebih dahulu, sedangkan yang mempuyai titik didih lebih tinggi akan
tertampung di labu distilasi. Saat pemanasan uap yang dihasilkan akan mengalir pada pipa
kondensor untuk didinginkan kembali, sehingga uap air akan diubah kembali menjadi cair.
Keuntungan dari destilasi stahl adalah :
1. Alat sederhana dan mudah di peroleh.
2. Mudah dilakukan.
3. Kualitas minyak atsiri yang dihasilkan baik, asal di perhatikan suhunya jangan
terlalu tinggi.
4. Lebih cepat di dapatkan hasil karena dibantu dengan proses pemanasan.
5. Hasil (volume) minyak atsiri dapat langsung diukur.
6. Pelarut dapat ditambahkan sehingga mencegah habisnya pelarut
Kerugian teknik destilasi stahl:
1. Tidak semua bahan dapat dilakukan dengan teknik ini, terutama bahan yang
mengandung fraksi sabun, bahan yang larut dalam air, bahan yang tidak panas
(termolabil) dan bahan yang mudah hangus.
2. Adanya air sering terjadi hidrolisa
3. Waktu penyulingan lama.
Cengkeh memiliki bau yang khas berasal dari minyak atsiri yang terdapat pada bunga
(10-20%), tangkai (5-10%) dan daun (1-4%). Komponen terbesar yang terdapat dalam
minyak atsiri cengkeh adalah eugenol sebesar 70-80%.
Metode destilasi stahl ini merupakan teknik penyulingan suatu campuran yang
berwujud cairan yang tidak saling bercampur, hingga membentuk dua fasa atau dua lapisan.
Proses ini dilakukan dengan bantuan air maupun uap air. Destilasi stahl termasuk dalam
teknik hidrodestilasi dengan metode destilasi air. Hidrodestilasi memiliki 3 jenis metode
berdasarkan cara penanganan bahan yang diproses yaitu : destilasi air, destilasi uap dan air
serta destilasi uap langsung.
Cengkeh yang digunakan dalam percobaan ini 30 gram. Pada pemasangan alat
distilasi diberi vaselin di setiap sambungannya agar tidak ada celah uap keluar, sehingga hasil
distilasi yang didapat maksimal. Cengkeh dimasukkan ke dalam labu alas bulat dan
ditambahkan air, kemudian diaduk. Penambahan air ditujukan sebagai pelarut. Penggunaan
pelarut air dikarenakan lebih aman, lebih praktis dan ekonomis, serta memiliki titik didih
yang lebih tinggi dari titik didih minyak atsiri cengkeh. Pemasan berlangsung selama satu
jam.
Minyak atsiri yang berasal dari cengkeh akan menguap bersama air selama proses
pemanasan. Uap tersebut kemudian melewati kondensor. Fungsi kondensor adalah sebagai
pendingin uap, sehingga uap yang melewati kondensor akan berubah wujud menjadi cair
kembali (mengembun). Proses pendinginan ini terjadi karena di dalam kondensor dialiri air,
dimana air ini dilewatkan dari bagian bawah kemudian dibuang di bagian atas. Hal ini
dimaksudkan jika air dimasukkan di bagian atas maka akan terjadi pertemuan suhu panas dari
uap dengan suhu dingin dari air, sehingga berisiko alat akan pecah. Uap yang telah melewati
kondensor dan mengalami perubahan fase menjadi cairan (biasa disebut destilat) akan
ditampung pada erlenmayer.
Distilat yang diperoleh dari percobaan ini yaitu campuran air dan minyak, dimana
terbentuk 2 fase. Bagian atas berwarna putih keruh, sedangkan bagian bawah berwarna
kekuningan. Bagian atas tersebut mengindikasikan air, sedangkan bagian bawah minyak atsiri
dari cengkeh. Hal ini sesuai dengan massa jenis eugenol (minyak atsiri cengkeh) lebih besar
yaitu 1,0315 gram/ml sedangkan air 1,0 gram/ml sehingga dalam campuran minyak atsiri
cengkeh akan berada di bagian bawah. Bau khas cengkeh juga dihasilkan dari destilat yang
diperoleh.
Proses pemisahan minyak dan air ini menurut teori dilakukan dengan cara dekantasi
distilat yang selanjutnya ditambahkan MgSO4 dengan tujuan mengikat sisa-sisa air sehingga
diperoleh eugonol murni dan bulatan-bulatan kecil tadi membentuk bulatan besar. Namun
pada percobaan ini, pemisahan minyak dan air dilakukan dengan menggunakan pipet tetes,
dikarenakan hasil minyak atsiri yang diperoleh hanya sedikit.
Volume minyak atsiri yang diperoleh adalah (…1…) ml, atau jika dikonversikan
menjadi satuan gram adalah (…0,85…) gram, sehingga dapat dihitung rendemen minyak
atsiri adalah 1,7 %. Menurut Nurdjannah (2004), hasil distilasi bunga cengkeh selama 9 jam
menghasilkan rendemen 9,67% dengan kadar eugenol 71,56%, trans-karyofilen 11,63%, dan
eugenol asetat 15,14%. Perbedaan rendemen ini menunjukkan bahwa lama distilasi
berpengaruh terhadap rendemen minyak cengkeh, selain itu perbedaan metode isolasi, jenis
pelarut asal bunga cengkeh dan preparasi bunga cengkeh sebelum distilasi dapat
mempengaruhi rendemen minyak cengkeh yang dihasilkan.
Setelah diperoleh hasil minyak cengkeh dilakukan proses pemisahan dengan cara
Kromatgrafi Lapis Tipis (KLT). KLT adalah suatu metode pemisahan fitokimia dari
campuran zat dengan menggunakan sebuah lapisan tipis bahan penjerap, karena penggunaan
lapis tipis ini, maka prosesnya disebut Kromatografi Lapis Tipis. Prinsip KLT adalah
pemisahan suatu zat berdasarkan perbedaan kepolaran. Pada proses KLT dugunakan dua jenis
fase yaitu fase diam dan fase gerak. Fase diam atau bahan penjerap terdiri dari bahan
berbutir-butir yang di tempatkan pada penyangga berupa plat, gelas, logam, atau lapisan yang
cocok. Fase diam pada umumnya adalah silika gel, aluminium oksida, kiesel guhr, selulosa.
Pada percobaan ini digunakan fase diam silika gel GF-254. Alasan pemilihannya karena
mudah di dapat dan tidak berisiko terjadi kesalahan. Sedangkan fase gerak adalah media
angkut yang terdiri dari suatu atau beberapa pelarut, bergerak di dalam fase diam karena
adanya gaya kapiler. Pada percobaan ini digunakan fase gerak N-heksana : kloroform (3:2)
dan digunakan sebnayak 10ml. Pemilihan fase gerak didasarkan pada sifat kelarutan dan
memiliki polaritas yang berbeda karena daya elusi dapat disesuaikan sehingga berlaku untuk
semua jenis senyawa yang terkandung dalam cuplikan. Sebenarnya N-heksan yang bersifat
non-polar dapat menghambat aliran eugenol dan sifat kloroform dapat membawa senyawa
lain yang dapat bercampur bersama-sama dengan eugenol terelusi atau naik keatas sehingga
yang akan terdeteksi adalah eugenol.
Persyaratan pelarut yang digunakan antara lain:
1. Mempu menghasilkan pemisahan yang baik.
2. Tidak merusak lapisan adsorben yang digunakan.
3. Tidak bereaksi dengan senyawa yang dipisahkan.
4. Cairan elusi biasanya berupa zat organik yang mudah menguap agar
memudahkan pengerjaaan selanjutnya.
Setelah fase gerak dibuat dilakukan penjenuhan dengan cara mencelupkan ujung
kertas saring pada fase gerak dalam gelas beker dan ditutup, dibiarkan fase gerak merambat
hingga ujung atas kertas saring. Tujuan dari penjenuhan ini adalah untuk mempercepat proses
elusi. Penutupan gelas beker adalah untuk meyakinkan bahwa kondisi dalam gelas beker
terjenuhkan oleh uap pelarut.Untuk mendapatkan kondisi ini dalam gelas beker ditempatkan
kertas saring yang terbasahi oleh pelarut. Kondisi jenuh dalam gelas beker dengan uap
mencegah penguapan pelarut .
Setelah fase gerak jenuh dilakukan proses KLT. Fase diam yaitu silika gel GF 254
ditotoli minyak atsiri cengkeh yang diperoleh. Kemudian dimasukan kedalam fase gerak..
Penotolan pada plat KLT dilakukan sedemikian rupa dan diusahakan diameter totolan sekecil
mungkin agar tidak terjadi penyebaran noda-noda dan timbulnya noda ekor. Pencelupan plat
KLT diusahakan tidak melebihi garis batas bawah, karena dapat mempengaruhi totolan
sampel yang terelusi dan totolan yang dihasilkan tidak jelas saat di lihat di bawah lampu UV
VIS.
Deteksi noda dilakukan menggunakan lampu UV-254 nm dan UV-366 nm. Kemudian
dihitung harga Rf. Nilai Rf yang diperoleh adalah 0,56.
Penghitungan nilai Rf = Jarak yang ditempuh oleh noda
Jarak yang ditempuh pelarut
Besarnya Rf tergantung pada kepolaran suatu sampel. Semakin polar suatu sampel maka nilai
Rf nya semakin kecil, karena sampel cenderung lebih berikatan dengan fase diam (plat) yang
juga bersifat polar. Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam gerakan noda dalam KLT juga
mempengaruhi harga Rf :
1. Struktur kimia yang bersenyawa yang sedang dipisahkan
2. Sifat dari penyerap dan derajat aktifitasnya
3. Tebal dan kerataan dari lapisan penyerap
4. Pelarut fase gerak
5. Kepolaran senyawa yang dipisahkan
6. Derajat kejenuhan dari uap dalam bejana pengembangan yang digunakan teknik
percobaan jumlah cuplikan yang digunakan
7. Suhu
8. Kesetimbangan
F. KESIMPULAN
Setelah dilakukan percobaan dapat disimpulkan bahwa :
Minyak atsiri yang diperoleh dari 50 gram cengkeh sebesar 1 ml
Analisa kualitatif dari cengkeh dengan menggunakan KLT didapat harga Rf
sebesar 0,56
Destilasi stahl dapat digunakan untuk memisahkan minyak atsiri secara
langsung
G. DAFTAR PUSTAKA
Ketaren, 1987, Minyak atsiri, UI Press, Terjemahan : Guenther, E., 1947,
Essential Oils, Vol.1, John Willey and Sons, New York, Hal : 21-25, 90,
132-134, 244-245.
Padmawinata, K.1991. Pengantar Kromatografi, Edisi ke-2, ITB, Bandung,
Terjemahan : Introduction to Chromatografi, Gritter, R.J., Bobbitt, J.M., and
Schwarting, A.E., 1985, Holden Day Inc, USA, Hal : 109-175
Sastrohamidjojo, H., 2004, Kimia Minyak Atsiri, Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta, Hal : 13-14
Sastrohamidjojo, H., 1991, Spektroskopi, Liberty, Yogyakarta, Hal : 1-97,
163-184
Mengetahui, Surakarta, 21 Oktober 2015
Asisten Praktikan
Meylana Intan Kelompok 1
LAMPIRAN