laporan skrining fitokimia

31
 LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI II DIPLOMA III 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara tropis memiliki beraneka ragam tumbuhan yang dapat manfaatkan sebanyak-banyaknya untuk kepentingan manusia. Masyarakat Indonesia sejak zaman dahulu telah mengenal tanaman yang mempunyai khasiat obat atau men yembuhkan berbagai macam penyakit. Tanaman yang berkhasiat obat tersebut dikenal dengan sebutan tanaman obat tradisional. Berbagai khasiat yang dapat dihasilkan oleh tanaman tradisional yang ada, dimana merupakan efek dan khasiat dari berbagai zat yang terkandung dalam tanaman tersebut. Sebagai contoh zat kimia yang terkandung dalam tanaman yang biasa digunakan sebagai adalah alkaloid, flavonoid, glikosida, terpenoid, saponin, tanin dan polifenol. Salah satu pendekatan untuk penelitian tumbuhan obat adalah penapis senyawa kimia yang terkandung dalam tanaman. Cara ini digunakan untuk mendeteksi senyawa tumbuhan berdasarkan golongannya. Sebagai informasi awal dalam mengetahui senyawa kimia apa yang mempunyai aktivitas biologi dari suatu tanaman. Informasi yang diperoleh dari pendekatan ini juga dapat digunakan untuk keperluan sumber bahan yang mempunyai nilai ekonomi lain seperti sumber tanin, minyak untuk industri, sumber gum, dll. Metode

Upload: hervinamhey

Post on 30-Oct-2015

4.468 views

Category:

Documents


94 download

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN SKRINING FITOKIMIA

7/16/2019 LAPORAN SKRINING FITOKIMIA

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-skrining-fitokimia-5633863ecaec4 1/31

 

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI II DIPLOMA III

1

BAB I

PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang

Indonesia sebagai negara tropis memiliki beraneka ragam

tumbuhan yang dapat manfaatkan sebanyak-banyaknya untuk kepentingan

manusia. Masyarakat Indonesia sejak zaman dahulu telah mengenal tanaman

yang mempunyai khasiat obat atau menyembuhkan berbagai macam penyakit.

Tanaman yang berkhasiat obat tersebut dikenal dengan sebutan tanaman obat

tradisional.

Berbagai khasiat yang dapat dihasilkan oleh tanaman tradisional

yang ada, dimana merupakan efek dan khasiat dari berbagai zat yang

terkandung dalam tanaman tersebut. Sebagai contoh zat kimia yang

terkandung dalam tanaman yang biasa digunakan sebagai adalah alkaloid,

flavonoid, glikosida, terpenoid, saponin, tanin dan polifenol.

Salah satu pendekatan untuk penelitian tumbuhan obat adalah penapis

senyawa kimia yang terkandung dalam tanaman. Cara ini digunakan untuk 

mendeteksi senyawa tumbuhan berdasarkan golongannya. Sebagai informasi

awal dalam mengetahui senyawa kimia apa yang mempunyai aktivitas biologi

dari suatu tanaman. Informasi yang diperoleh dari pendekatan ini juga dapat

digunakan untuk keperluan sumber bahan yang mempunyai nilai ekonomi

lain seperti sumber tanin, minyak untuk industri, sumber gum, dll. Metode

Page 2: LAPORAN SKRINING FITOKIMIA

7/16/2019 LAPORAN SKRINING FITOKIMIA

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-skrining-fitokimia-5633863ecaec4 2/31

 

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI II DIPLOMA III

2

yang telah dikembangkan dapat mendeteksi adanya golongan senyawa

alkaloid, flavonoid, senyawa fenolat, tannin, saponin, kumarin, quinon,

steroid/terpenoid.

Untuk mengetahui kandungan kimia yang berkhasiat obat pada bahan

alam, maka perlu dilakukan analisis kuantitatif/identifikasi terhadap senyawa-

senyawa tersebut dengan uij pereaksi kimia dan Kromatografi Lapis Tipis

(KLT).

B.  Maksud dan Tujuan Praktikum

1.  Maksud Praktikum

Maksud dari praktikum ini adalah untuk mengetahui dan

mengidentifikasi komponen kimia atau zat kimia yang terdapat dalam

tumbuhan.

2.  Tujuan praktikum

Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu sebagai berikut :

1.  Untuk mengetahui dan memahami proses analisis kandungan kimia dari

suatu sampel.

2.  Untuk menganalisis senyawa yang terkandung dalam ekstrak dengan

menggunakan metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT).

3.  Untuk menganalisis senyawa yang terkandung dalam ekstrak dengan

menggunakan pereaksi kimia.

Page 3: LAPORAN SKRINING FITOKIMIA

7/16/2019 LAPORAN SKRINING FITOKIMIA

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-skrining-fitokimia-5633863ecaec4 3/31

 

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI II DIPLOMA III

3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.  Skrining Fitokimia

Dalam kajian farmakologi tentang pengujian komponen farmaka dalam

simplisia lahan sediaan obat erat kaitannya dengan uji fitokimia pada suatu

sampel yang pada dasarnya adalah mengetahui golongan senyawa kimia yang

terkandung dalam sediaan bahan obat tersebut.

Tujuan utama dari penapisan fitokimia adalah menganalisis tumbuhan

untuk mengetahui kandungan bioaktif yang berguna untuk pengobatan.

Fitokimia atau kimia tumbuhan merupakan disiplin ilmu yang mempelajari

aneka ragam senyawa organik pada tumbuhan, yaitu mengenai struktur kimia,

 biosintesis, metabolism, penyebaran secara ilmiah dan fungsi biologisnya.

Pendekatan secara penapisan fitokimia meliputi analisis kualitatif kandungan

dalam tumbuhan atau bagian tumbuhan (akar, batang, daun, bunga, buah dan

 biji) terutama kandungan metabolit sekunder yang merupakan senyawa

 bioaktif seperti alkaloid, flavonoid, glikosida, terpenoid, saponin, tanin dan

 polifenol.

Metode yang dilakukan untuk melakukan penapisan fitokimia harus

memenuhi beberapa persyaratan antara lain: sederhana, cepat, dapat

dilakukan dengan peralatan minimal, selektif terhadap golongan senyawa

yang dipelajari, semikualitatif dan dapat memberikan keterangan tambahan

ada atau tidaknya senyawa tertentu dari golongan senyawa yang dipelajari.

Page 4: LAPORAN SKRINING FITOKIMIA

7/16/2019 LAPORAN SKRINING FITOKIMIA

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-skrining-fitokimia-5633863ecaec4 4/31

 

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI II DIPLOMA III

4

Uji fitokimia yang dapat dilakukan adalah uji kualitatif secara

Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dan secara uji kualitatif secara kimiawi.

1.  Alkaloid

Alkaloid dari tanaman kebanyakan merupakan senyawa amina

tersier dan yang lainnya terdiri dari nitrogen primer, sekunder, dan

quartener (Poither, 2000). Semula alkaloid mengandung paling sedikit

satu atom nitrogen yang biasanya bersifat basa dan sebagian besar atom

nitrogen ini merupakan cincin aromatis (Achmad, 1986). Berdasarkan

asam amino penyusunnya, alkaloid asiklis yang berasal dari asam amino

ornitin dan lisin. Alkaloid aromatis jenis fenilanin berasal dari fenilalanin,

tirosin dan 3,4-dihidrosifenilalanin. Alkaloid indol yang berasal dari

trifon.

Untuk mengetahui senyawa alkaloid, digunakan reagen wagner 

ditandai dengan terbentuknya endapan. Endapan tesebut diperkirakan

adalah kalium-alkaloid. Pada pembuatan pereaksi wagner, iodium

 bereaksi dengan I- dari kalium iodida menghasilkan ion I3- yang berwarna

coklat pada uji wagner, ion logam K 

+

akan membentuk ikatan kovalaen

koordinat dengan nitrogen pada alkaloid membentuk kompleks kalium-

alkaloid yang mengendap (Marliana, dkk., 2005).

2.  Glikosida

Glikosida merupakan salah satu kandungan aktif tanaman yang

termasuk dalam kelompok metabolit sekunder. Di dalam tanaman

Page 5: LAPORAN SKRINING FITOKIMIA

7/16/2019 LAPORAN SKRINING FITOKIMIA

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-skrining-fitokimia-5633863ecaec4 5/31

 

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI II DIPLOMA III

5

glikosida tidak lagi diubah menjadi senyawa lain, kecuali bila memang

mengalami peruraian akibat pengaruh lingkungan luar (misalnya terkena

 panas dan teroksidasi udara).

Glikosida adalah senyawa yang terdiri atas gabungan dua bagian

senyawa, yaitu gula dan bukan gula. Keduanya dihubungkan oleh suatu

ikatan berupa jembatan oksigen (O  – glikosida, dioscin), jembatan

nitrogen (N-glikosida, adenosine), jembatan sulfur (S-glikosida, sinirgin),

maupun jembatan karbon (C-glikosida, barbaloin). Bagian gula biasa

disebut glikon sedangkan bagian bukan gula disebut sebagai aglikon atau

genin. Apabila glikon dan aglikon saling terikat maka senyawa ini disebut

sebagai glikosida.

3.  Tannin

Tannin merupakan gambaran umum senyawa golongan polimer 

fenolik (Cowan, 1999). Tannin merupakan bahan yang dapat merubah

kulit mentah menjadi kulit siap pakai karena kemampuannya

menyambung silangkan protein dan mengendapkan gelatin dalam larutan.

Untuk mengetahui senyawa tannin, digunakan larutan gelatin dan FeCl3.

Perubahan warna yang terjadi karena penambahan FeCl3 karena

terbentuknya Fe3+- tanin dan Fe3+- polifenol. Atom oksigen pada tannin

dan polifenol mempunyai pasangan elektron yang mampu mendonorkan

elektronnya pada tannin dan polifenol mempunyai pasangan elektronyang

mampui mendonorkan elektronnya pada Fe3+ yang mempunyai orbital d

Page 6: LAPORAN SKRINING FITOKIMIA

7/16/2019 LAPORAN SKRINING FITOKIMIA

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-skrining-fitokimia-5633863ecaec4 6/31

 

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI II DIPLOMA III

6

kosong membentuk ikatan kovalen koordinat sehingga menjadi suatu

kompleks (Syarifuddin, 1994).

4.  Flavonoid

Salah satu kelas yang banyak tersebar dari senyawa fenolat adalah

flavonoid. Golongan ini memberikan warna pada buah dan bunga.

Flavonoid telah banyak dikarakterisasi dan digolongkan berdasarkan

struktur kimianya. Flavonoid adalah senyawa fenolat yang terhidroklisasi

dan merupakan senyawa C6-C3-C6 dimana C6 diganti dengan cincin

 benzena dan C3 adalah rantai alifatik yang terdiri dari cincin piran. Ada 7

tipe flavonoid yaitu flavon, flavonol, khalkon, xanton, isoflavon, dan

 biflavon.

Uji flavonoid dengan HCl untuk mendeteksi senyawa yang mengandung

inti benzopiranon. Warna merah atau warna ungu yang terbentuk 

merupakan garam benzopirilium, yang disebut juga garam flavilium

(Achmad, 1986).

5.  Saponin

Saponin mempunyai bagian utama berupa turunan triterpen dengan

sedikit steroid. Residu gula dihubungkan oleh gugugs  – OH biasanya C3-

OH dari aglikon (monodesmoside saponin) dan jarang dengan 2 gugus OH

atau satu gugus OH dan satu gugus karboksil (bis-desmiside sponin).

Saponin dapat diketahui dengan penambahan air. Timbulnya busa

menunjukan adanya glikosida yang mampu membentuk buih dalam air.

Page 7: LAPORAN SKRINING FITOKIMIA

7/16/2019 LAPORAN SKRINING FITOKIMIA

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-skrining-fitokimia-5633863ecaec4 7/31

 

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI II DIPLOMA III

7

Senyawa glikosida terhidrolisis menjadi glukosa dan aglikon. Saponin

adalah suatu glikosida yang mungkin ada pada banyak macam tanaman.

Saponin ada pada seluruh tanaman dengan kosentrasi tinggi macam

tanaman pada bagian-bagian tertentu, dan dipengaruhi oleh varietas

tanaman dan tahap pertumbuhan.

6.  Terpenoid

Terpenoid adalah senyawa yang mengandung karbon dan

hydrogen, atau karbon, hydrogen dan aksigen yang tidak bersifat

aromatis. Terfenoid merupakan senyawa-senyawa yang mudah menguap

terdiri dari 10 atom C dan merupakan senyawa penyusun minyak atsiri.

Terpenoid dengan titik didih yang lebih tinggi disususn oleh diterpen

(C20), triterpen (C30), dan tertaterpen (C40) dengan penambahan atom

oksigen.

B.  Analisis Kualitatif Secara Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

1.  Pengertian dan Manfaat KLT

Kromatografi merupakan metode pemisahan secara fisik yang

didasarkan pada perbedaan migrasi/ distribusi analit pada fase gerak yang

mengalir melalui fase diam. Dalam metode ini terdapat metode pemisahan

fisikokimia yang terdiri dari fase diam dan fase gerak. Fase diam

merupakan (lapisan penyerap) sedangkan fase gerak merupakan larutan

 pengembang (pelarut).

Page 8: LAPORAN SKRINING FITOKIMIA

7/16/2019 LAPORAN SKRINING FITOKIMIA

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-skrining-fitokimia-5633863ecaec4 8/31

 

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI II DIPLOMA III

8

2.  Bagian-Bagian KLT

Semua kromatografi memiliki fase diam (dapat berupa padatan,

atau kombinasi cairan-padatan) dan fase gerak (berupa cairan atau gas).

Fase gerak mengalir melalui fase diam dan membawa komponen-

komponen yang terdapat dalam campuran. Komponen-komponen yang

 bebeda bergerak pada laju yang berbeda.

Pelaksanaan Kromatografi Lapis Tipis menggunakan sebuah lapis

tipis silika atau alumina yang seragam pada sebuah lempeng gelas atau

logam atau plastik yang keras.

3.  Prinsip kerja KLT

Prinsip dari percobaan ini adalah pada dasarnya campuran yang

akan dipisah berupa bercak (pita awal). Plat KLT disimpan dalam bejana

tertutup rapat yang berisi larutan pengembang (pelarut), pemisahan terjadi

selama perambatan kapiler pengembang, senyawa yang tidak berwarna

harus ditampakkan atau dideteksi pada sinar UV atau dengan metode

semprot.

Ada beberapa kondisi baku kromatografi lapis tipis diantaranya

adalah :

a.  Fase diam

Fase diam atau penyerap yang umum serta silika gel, aluminium

oksida, klesergur selulosa, dan poliamida dengan ukuran 200 x 200 mm

atau 200 x 100 mm. Untuk analisis tebal platnya adalah 0,1- 0,3 mm.

Page 9: LAPORAN SKRINING FITOKIMIA

7/16/2019 LAPORAN SKRINING FITOKIMIA

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-skrining-fitokimia-5633863ecaec4 9/31

 

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI II DIPLOMA III

9

b. Fase gerak 

Fase gerak merupakan medium akut dan terdiri atas satu atau

 beberapa pelarut. Pelarut pengembang dapat dikelompokan ke dalam

deret elutropik berdasarkan elusinya.

c.  Bejana pemisah

Bejana pemisah harus dapat menampung pelat KLT dengan ukuran

200 x 200 mm yang tertutup rapat dengan pengisian fase gerak 5-8

mm.

d. Awal dan jumlah cuplikan.

Bercak dan pipet ditotolkan pada jarak 2 cm dari tepi bawah

lapisan. Jarak antar satu bercak awal dengan bercak lainnya 2 cm.

Dan jarak bercak paling pinggir dengan tepi samping adalah 10 mm.

Lapisan tidak boleh rusak selama penotolan berlangsung, penotolan

dilakukan dengan alat mikropipet.

e.  Pengembang.

Pengembang merupakan proses pemisahan campuran cuplikan

akibat pelarut pengembang merambat naik dalam lapisan. Jarak 

 pengembangan normal yaitu jarak antara garis awal dan garis depan

ialah 100 mm.

f.  Larutan pembanding

Larutan pembanding atau campuran uji/ baku campuran ini terdiri

atas 1-5 senyawa yang diketahui dan dengan konsentrasi yang telah

diketahui juga.

Page 10: LAPORAN SKRINING FITOKIMIA

7/16/2019 LAPORAN SKRINING FITOKIMIA

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-skrining-fitokimia-5633863ecaec4 10/31

 

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI II DIPLOMA III

10

g.  Larutan cuplikan

Merupakan sampel bentuk jumlah obat : 0,1-1,9, maserasi dengan

memakai pelarut : 0,5-5.

h. Deteksi

Deteksi menggunakan lampu sinar UV dengan panjang gelombang

254 nm atau 366 atau bisa juga dengan menggunakan pereaksi semprot.

i.  Nilai Rf 

 Nilai Rf untuk setiap warna dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Rf = Jarak yang ditempuh oleh komponen per jarak yang ditempuh

oleh pelarut. Rf juga menyatakan derajat retensi suatu komponen dalam

fase diam. Karena itu Rf juga disebut faktor referensi.

Rf = Jarak yang ditempuh oleh komponen

Jarak yang ditempuh pelarut

C.  Uraian Ekstrak 

1.  Cabai Rawit (Capsicum frutescens L.)

Buah cabai mengandung kapsaisin, kapsantin, karotenoid, alkaloid,

resin, minyak menguap, vitamin (A dan C). Kapsaisin memberikan rasa

 pedas pada cabai, berkhasiat untuk melancarkan aliran darah serta

 pematirasa kulit. Biji mengandung solanine, solamidine, solamargine,

solasodine, solasomine, dan steroid saponin (kapsisidin) (Dalimartha, 2000).

2.  Daun Katuk (Sauropus androgynus (L.) Merr.)

Daun katuk mengandung 7% protein kadar tinggi, beta karoten,

vitamin C, kalsium, besi dan magnesium serta vitamin K. Selain itu, juga

Page 11: LAPORAN SKRINING FITOKIMIA

7/16/2019 LAPORAN SKRINING FITOKIMIA

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-skrining-fitokimia-5633863ecaec4 11/31

 

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI II DIPLOMA III

11

kaya akan vitamin A, vitamin B1 dan vitamin C. Disamping kaya protein,

lemak, vitamin, dan mineral, daun katuk juga memiliki kandungan tannin,

saponin flavonoid dan alkaloid papaverin (Agoes, 2011).

3.  Kulit Kayu Manis (Cinnamomum burmanii Ness)

Kulit kayu manis mengandung minyak esensial, seperti eugenol,

citral, safrole, dan cinnamaldehyde. Terdapat pula tannin, kalsium oksalat,

dammar dan zat penyamak. Daun mengandung eugenol dan linalool

(Dalimartha, 2000).

4.  Daun Pandan ( Pandanus amaryllifolius Roxb.)

Kandungan kimia daun pandan antara lain alkaloid, saponin,

flavonoida, tanin, polifenol dan zat warna hijau (Anonim, 2011).

5.  Jahe Merah ( Zingiber officinale Var. Rubrum)

Tanaman jahe mengandung minyak atsiri 0,6-3% yang terdiri dari α-

 pinen, β-phellandren, borneol, limonene, linalool, citral, nonylaldehyde,

decylaldehyde, methyleptenon, 1,8 sineol, bisabilen, 1-α-curcumin, farnese,

humulen, 60% zingiberen dan zingiberole menguap, zat pedas gingerol.

Kandungan minyak tidak menguap disebut oleoresin, suatu komponen yang

memberi rasa pahit. Komponen dalam oleoresin jahe terdiri atas gingerol

dan zingiberen, shagaol,minyak atsiri dan resin. Pemberi rasa pedas dalam

 jahe yang utama adalah zingerol (Khaerani, 2012).

Page 12: LAPORAN SKRINING FITOKIMIA

7/16/2019 LAPORAN SKRINING FITOKIMIA

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-skrining-fitokimia-5633863ecaec4 12/31

 

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI II DIPLOMA III

12

6.  Sambiloto ( Andrographis paniculata Nees.)

Daun dan percabangannya mengandung laktone yang terdiri dari

deoxy andrographolide, neoanrographolide, 14 deoxy-11,12

didehydroandrogapholide dan hormoandrographolide. Flavonoid dari akar 

 berupa polimetoxyflavone, andrographin, panicolin, mono-o-methilwithin

dan apigenin-7, 4-dimethyl ether, alkana, keton, aldehid, kalium, kalsium,

natrium, dan asam kersik. Andrograpolida sekurangnya-kurangnya 1%,-

kalmegin, zat amorf dan hablur kuning, pahit sampai sangat pahit. Zat aktif 

andrografolid terbukti berkhasiat sebagai hepatoprotektor (melindungi sel

hati dari zat toksik) (Maulana, 2010). 

Page 13: LAPORAN SKRINING FITOKIMIA

7/16/2019 LAPORAN SKRINING FITOKIMIA

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-skrining-fitokimia-5633863ecaec4 13/31

 

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI II DIPLOMA III

13

BAB III

METODE PRAKTIKUM

A.  Alat dan Bahan

1.  Alat yang Digunakan

a.  Beker gelas 100 mL, 500 mL

 b.  Cawan penguap

c.  Chamber 

d.  Corong pisah

e.  Corong gelas

f.  Gelas ukur 10 mL

g. 

Hot plate

h.  Kertas saring

i.  Labu ukur 100 mL, 200 mL

 j.  Pipa kapiler 

k.  Pipet tetes

l.  Pipet volume

m. Plat KLT

n.  Tabung reaksi

o. 

Timbangan digital

2.  Bahan yang Digunakan

a.  Alumunium foil

 b.  Alkohol 95 %

c.  Aquadest

d.  Etil Asetat

e.  FeCl3 

f.  Gelatin 1%

g.  HCl pekat

h.  HCl 2 N

i.  Kloroform

 j.  Logam Zn

k.  Metanol

l.  Minyak kelapa

m.   NaCl 10%

n.  Pereaksi Mayer 

Page 14: LAPORAN SKRINING FITOKIMIA

7/16/2019 LAPORAN SKRINING FITOKIMIA

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-skrining-fitokimia-5633863ecaec4 14/31

 

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI II DIPLOMA III

14

B.  Prosedur Kerja Identifikasi dengan KLT

1.  Identifikasi Saponin

a.  Disiapkan alat dan bahan.

 b.  Dibuat eluen dengan perbandingan Kloroform : Metanol : Air (64 : 50

: 10).

c.  Eluen dimassukkan ke dalam chamber, lalu jenuhkan menggunakan

kertas saring.

d.  Ekstrak sampel ditotolkan pada plat KLT, biarkan mengering

e.  Dimasukkan plat KLT tersebut ke dalam chamber yang berisi eluen

yang sudah jenuh.

f.  Dihitung nilai Rf.

2.  Identifikasi Flavonoid

a.  Disiapkan alat dan bahan.

 b.  Dibuat eluen dengan perbandingan Kloroform : Etil Asetat (6 : 4).

c.  Eluen dimassukkan ke dalam chamber, lalu jenuhkan menggunakan

kertas saring.

d.  Ekstrak sampel ditotolkan pada plat KLT, biarkan mengering.

e.  Dimasukkan plat KLT tersebut ke dalam chamber yang berisi eluen

yang sudah jenuh

f.  Dihitung nilai Rf 

Page 15: LAPORAN SKRINING FITOKIMIA

7/16/2019 LAPORAN SKRINING FITOKIMIA

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-skrining-fitokimia-5633863ecaec4 15/31

 

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI II DIPLOMA III

15

C.  Prosedur Kerja Identifikasi dengan Pereaksi Kimia

1.  Identifikasi Saponin (Metode Buih)

a.  Timbang 100 mg ekstrak 

 b.  Ditambahkan 10 mL aquadest ke dalam tabung reaksi

c.  Ditutup dan kocok selama 30 menit

d.  Reaksi positif saponin jika terbentuk buih seperti sarang lebah di

 permukaan cairan.

2.  Identifikasi Alkaloid

a.  Ditimbang ekstrak sebanyak 100 mg

 b.  Dipanaskan di atas penangas air sampai kental seperti sirup, lalu

didinginkan.

c.  Ditambahkan 5 mL HCl 2 N, lalu panaskan lagi selama 2-3 menit

d.  Setelah dingin, tambahkan 0,25 g NaCl lalu saring

e.  Filtratnya ditambahkan 5 mL HCl 2 N dan pereaksi Mayer 

secukupnya

f.  Jika terjadi kekeruhan atau terdapat endapan berarti positif alkaloid

3.  Identifikasi Tanin dan Senyawa Polifenol

a.  Ditimbang 100 mg ekstrak 

 b.  diuapkan di atas penangas air sampai kental seperti sirup, lalu

dinginkan

c.  Setelah dingin, tambahkan 20 mL aquadest panas, lalu kocok hingga

homogen

d.  Tambahkan 5 tetes NaCl 10% untuk mengendapkan zat-zat lain

Page 16: LAPORAN SKRINING FITOKIMIA

7/16/2019 LAPORAN SKRINING FITOKIMIA

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-skrining-fitokimia-5633863ecaec4 16/31

 

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI II DIPLOMA III

16

e.  Filtrat kemudian dibagi ke dalam 3 tabung reaksi

f.  Tabung I sebagai blanko.

g.  Tabung II ditambahkan larutan gelatin 1% dan NaCl 10%, lalu amati

 jika terjadi endapan.

h.  Tabung III ditambahkan 3 tetes larutan FeCl3, lalu amati perubahan

warna.

Tabel Reaksi Warna Untuk Tanin dan Senyawa Polifenol

No. Reaksi Pengamatan Keterangan

1. FeCl3 -

Tanin (-)

Phenol (-)

2. FeCl3 Hijau Biru, Hijau-Hitam Tanin tipe Lathecol

3. FeCl3 Biru-Hitam Tanin tipe Polygalol

4.Gelatin 1%

+ NaCl 10%

Tidak terjadi pengendapan, tetapi

terbentuk warna hijau biru hitam

setelah + FeCl3 

Tanin (-)

Polifenol (+)

4.  Identifikasi Glikosida-Flavonoid

a.  Pembuatan larutan percobaan

1) Ditimbang 100 mg sampel.

2) Ditambahkan 10 mL methanol, kemudian dipanaskan selama 10

menit diatas penangas air.

3) Disaring selagi panas, agar pelarut tidak menguap.

Page 17: LAPORAN SKRINING FITOKIMIA

7/16/2019 LAPORAN SKRINING FITOKIMIA

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-skrining-fitokimia-5633863ecaec4 17/31

 

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI II DIPLOMA III

17

4) Filtrat yang diperoleh diencerkan dengan 10 mL aquadest.

5) Dipindahkan ke corong pisah dan ditambahkan 5 mL petroleum

eter, dikocok hati-hati.

6) Diamkan hingga terbentuk lapisan, lapisan bawah dibuang.

7) Lapisan atas (fase methanol) diuapkan hingga kering.

8) Residu yang tersisa dilarutkan dalam 5 mL etil asetat.

9) Untuk larutan percobaan diambil bagian yang jernih.

 b.  Uji Glikosida 3-flavol

1) Diambil larutan percobaan ± 1 mL, diuapkan hingga kering.

2) Dilarutkan dalam 2 ml etanol 95%.

3) Ditambahkan logam Zn secukupnya dan 2 mL HCl 2 N, diamkan

selama 1 menit.

4) Ditambahkan HCl pekat secukupnya

5) Jika dalam 2-5 menit terjadi perubahan warna, maka positif 

glikosida 3-flavol.

c.  Uji Flavonoida

1) Diambil larutan percobaan ± 1 mL, diuapkan hingga kering.

2) Sisa dilarutkan kembali dalam 1 ml etanol 95%.

3) Diamati perubahan warna yang terjadi.

4) Jika terjadi warna merah sampai merah ungu, positif flavonoid

5) Jika terjadi warna kuning jingga, positif flavol, kalkon.

Page 18: LAPORAN SKRINING FITOKIMIA

7/16/2019 LAPORAN SKRINING FITOKIMIA

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-skrining-fitokimia-5633863ecaec4 18/31

 

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI II DIPLOMA III

18

5.  Identifikasi Minyak Asiri

a.  1) Diteteskan 1 tetes minyak atsiri pada permukaan air 

2) Minyak atsiri akan menyebar dan air tidak akan menjadi keruh

3) Bandingkan dengan minyak lemak yang tidak akan menyebar dan

 berada di permukaan air.

 b. 1) Diteteskan 1 tetes minyak atsiri pada sepotong kertas saring

2) Jika dibiarkan maka minyak atsiri akan menguap dengan sempurna

tanpa meninggalkan noda transparan.

3) Kemudian dibandingkan dengan minyak lemak yang

akan meninggalkan noda pada kertas saring.

Page 19: LAPORAN SKRINING FITOKIMIA

7/16/2019 LAPORAN SKRINING FITOKIMIA

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-skrining-fitokimia-5633863ecaec4 19/31

 

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI II DIPLOMA III

19

BAB IV

HASIL PERCOBAAN

A. Identifikasi Secara KLT

Tabel 1. Hasil Uji KLT untuk Saponin dengan eluen Kloroform :

Metanol : Air 

(64 : 50 : 10)

Sampel Jarak yang

ditempuh sampel

Jarak yang ditempuh

 pelarut

 Nilai Rf 

Ekstrak 

sambiloto

a.  11,2 cm 16 cm 0,7

 b.  11,2 cm 16 cm 0,7

Ekstrak daun

katuk 

1a. 11,8 cm 16 cm0,737

1b. 11,8 cm 16 cm0,737

2a. 13,6 cm 16 cm0,85

2b. 13,6 cm 16 cm0,85

Ekstrak daun

 pandan

a.  10,6 cm 16 cm0,662

 b.  10,6 cm 16 cm0,662

Page 20: LAPORAN SKRINING FITOKIMIA

7/16/2019 LAPORAN SKRINING FITOKIMIA

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-skrining-fitokimia-5633863ecaec4 20/31

 

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI II DIPLOMA III

20

Keterangan:

Gambar 1. Noda pada plat KLT untuk identifikasi saponin

Tabel 2. Hasil Uji KLT untuk Flavonoid dengan eluen Kloroform : Etil asetat (6 :

4)

Sampel Jarak yang

ditempuh sampel

Jarak yang ditempuh

 pelarut

 Nilai Rf 

Ekstrak sambiloto

a.  14,7 cm 16 cm 0,918

 b.  14,7 cm 16 cm 0,918

Ekstrak daun

katuk 

1a. 14,2 cm 16 cm0,887

1b. 14,2 cm 16 cm0,887

2a. 2,9 cm 16 cm0,181

2b. 2,9 cm 16 cm 0,181

Ekstrak daun

 pandan

a.  - 16 cm-

 b.  - 16 cm-

2 cm 1a

16 cm 

1b 2a 2b 3a 3b

13,6cm

11,2 cm

11,8 cm

10,6cm

13,6cm

11,8cm

 

10,6cm

Keterangan:

1a : ekstrak sambiloto

1b : ekstrak sambiloto

2a : ekstrak daun katuk 

2b : ekstrak daun katuk 

3a : ekstrak daun pandan

3b : ekstrak daun pandan 

Page 21: LAPORAN SKRINING FITOKIMIA

7/16/2019 LAPORAN SKRINING FITOKIMIA

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-skrining-fitokimia-5633863ecaec4 21/31

 

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI II DIPLOMA III

21

Keterangan:

Gambar 2. Noda pada plat KLT untuk identifikasi flavonoid

B. Identifikasi dengan Uji Pereaksi Kimia

Tabel 3. Hasil Identifikasi Saponin

Sampel Hasil Keterangan

Ekstrak cabe Terbentuk buih Positif (+ ) Saponin

Ekstrak daun katuk Tidak terbentuk buih Positif (+ ) Saponin

Ekstrak kayu manis Terbentuk buih Negatif (-) Saponin

Ekstrak daun

 pandan

Terbentuk buih Positif (+ ) Saponin

2 cm 1a

16 cm 

1b 2a 2b 3a 3b

14,7

14,2 cm 14,2cm

 

Keterangan:

1a : ekstrak sambiloto

1b : ekstrak sambiloto

2a : ekstrak daun katuk 

2b : ekstrak daun katuk 

3a : ekstrak daun pandan

3b : ekstrak daun pandan 

14,7 cm

14,7 cm

2,9cm 2,9cm

Page 22: LAPORAN SKRINING FITOKIMIA

7/16/2019 LAPORAN SKRINING FITOKIMIA

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-skrining-fitokimia-5633863ecaec4 22/31

 

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI II DIPLOMA III

22

Tabel 4 Hasil Identifikasi Alkaloid

Sampel Hasil Keterangan

Ekstrak cabe Terbentuk endapan coklat

kemerahan

Positif (+) Alkaloid

Ekstrak daun katuk Terbentuk endapan Positif (+) Alkaloid

Ekstrak kayu manis Tidak terbentuk endapan Negatif (- ) Alkaloid

Ekstrak daun

 pandan

Berwarna coklat

kemerahan dan terjadi

kekeruhan

Positif (+) Alkaloid

Tabel 5 Hasil Identifikasi Tanin dan Senyawa Polifenol

Sampel Hasil Keterangan

Ekstrak cabe -  + FeCl3 tdk 

 berwarna

+ Gelatin & NaCltidak terjadi pengendapan

- + FeCl3 tdk 

 berwarna

 Negatif (-) Tanin

 Negatif (-) Polifenol

Ekstrak daun katuk -  + FeCl3 Hijau

-  + Gelatin & NaCl

tidak terjadi pengendapan

- + FeCl3 Hijau

Positif (+) Tanin tipe

Lathecol

Positif (+) Polifenol

Ekstrak kayu manis -  + FeCl3 Hijau

-  + Gelatin & NaCl

tidak terjadi pengendapan

- + FeCl3 Hijau

Positif (+) Tanin tipe

Lathecol

Positif (+) Polifenol

Ekstrak daun

 pandan

-  + FeCl3 Hijau

-  + Gelatin & NaCl

tidak terjadi pengendapan

- + FeCl3 Hijau

Positif (+) Tanin tipe

Lathecol

Positif (+) Polifenol

Page 23: LAPORAN SKRINING FITOKIMIA

7/16/2019 LAPORAN SKRINING FITOKIMIA

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-skrining-fitokimia-5633863ecaec4 23/31

 

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI II DIPLOMA III

23

Tabel 6 Hasil Identifikasi Glikosida 3- flavol

Sampel Hasil Keterangan

Ekstrak cabe Tidak terjadi perubahan

warna Negatif (- ) glikosida 3-

flavol

Ekstrak daun katuk Tidak terjadi perubahan

warna

 Negatif (- ) glikosida 3-

flavol

Ekstrak kayu manis Tidak terjadi perubahan

warna Negatif (- ) glikosida 3-

flavol

Ekstrak daun

 pandan

Tidak terjadi perubahan

warna

 Negatif (- ) glikosida 3-

flavol

Tabel 7 Hasil Identifikasi Flavonoida

Sampel Hasil Keterangan

Ekstrak cabe Tidak terjadi perubahan

warna Negatif (- ) Flavonoida

Ekstrak daun katuk Tidak terjadi perubahan

warna

 Negatif (- ) Flavonoida

Ekstrak kayu manis Tidak terjadi perubahan

warna

 Negatif (- ) Flavonoida

Ekstrak daun

 pandan

Tidak terjadi perubahan

warna

 Negatif (- ) Flavonoida

Page 24: LAPORAN SKRINING FITOKIMIA

7/16/2019 LAPORAN SKRINING FITOKIMIA

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-skrining-fitokimia-5633863ecaec4 24/31

 

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI II DIPLOMA III

24

Tabel 8 Hasil Identifikasi Minyak Atsiri

Sampel Hasil Keterangan

Minyak atsiri - Menyebar pada permukaan

air 

- Tidak meninggalkan noda

 pada kertas saring

Positif (+) minyak 

atsiri

Minyak lemak  - Tidak menyebar/berada di

 permukaan air 

- Meninggalkan noda pada

kertas saring

Positif (+) minyak 

lemak 

Page 25: LAPORAN SKRINING FITOKIMIA

7/16/2019 LAPORAN SKRINING FITOKIMIA

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-skrining-fitokimia-5633863ecaec4 25/31

 

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI II DIPLOMA III

25

BAB V

PEMBAHASAN

Skrining fitokimia merupakan analisis kualitatif terhadap senyawa-senyawa

metabolit sekunder. Suatu ekstrak dari bahan alam terdiri atas berbagai macam

metabolit sekunder yang berperan dalam aktivitas biologinya. Senyawa-senyawa

tersebut dapat diidentifikasi dengan pereaksi-pereaksi yang mampu memberikan

ciri khas dari setiap golongan dari metabolit sekunder. Berbagai metode yang dapat

digunakan untuk identifikasi metabolit sekunder yang terdapat pada suatu ekstrak 

antara lain dengan cara Kromatografi Lapis Tipis dan uji peraksi kimia.

Senyawa-senyawa yang akan di identifikasi dengan uji pereaksi kimia pada

 praktikum kali ini adalah senyawa saponin, alkaloid, tannin dan polifenol,

glikosida, flavonoid dan minyak atsiri. Sedangkan secara KLT akan diidentifikasi

senyawa saponin dan flavonoid. Sampel yang akan diuji adalah ekstrak dari cabai

merah, daun katuk, kulit kayu manis, daun pandan, sambiloto dan minyak atsiri

 jahe merah.

Pada identifikasi saponin dengan KLT diperoleh nilai Rf dari ekstrak 

sambiloto sebesar 0,7 ekstrak daun katuk untuk noda 1 dengan nilai Rf 0,737 dan

noda 2 sebesar 0,85 sedangkan untuk ekstrak daun pandan nilai Rf sebesar 0,662.

Untuk identifikasi senyawa flavonoid diperoleh nilai Rf dari ekstrak sambiloto

sebesar 0,918 ekstrak daun katuk untuk noda 1 dengan nilai Rf 0,181 dan noda 2

sebesar 0,887 sedangkan untuk ekstrak daun pandan tidak tampak noda pada plat

KLT.

Page 26: LAPORAN SKRINING FITOKIMIA

7/16/2019 LAPORAN SKRINING FITOKIMIA

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-skrining-fitokimia-5633863ecaec4 26/31

 

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI II DIPLOMA III

26

Pada identifikasi saponin, menggunakan metode buih dengan sampel

ekstrak cabai, daun katuk, kulit kayu manis dan daun pandan. Masing-masing

sampel ekstrak di timbang 100 mg dan ditambahkan 10 mL aquadest, kemudian

dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan di kocok kuat selama 30 menit. Jika

terjadi buih setinggi 3 cm dari permukaan larutan maka menandakan positif (+)

saponin. Pada sampel ekstrak cabai, daun katuk dan daun pandan terbentuk buih

atau menandakan positif saponin, sedangkan dan ekstrak kulit kayu manis tidak 

menghasilkan buih, maka hasilnya negatif (-) saponin. Hasil yang diperoleh

tersebut sudah sesuai dengan literatur, dimana cabai merah, daun katuk dan daun

 pandan mengandung saponin sedangkan kayu manis tidak mengandung saponin.

Pada identifikasi senyawa alkaloid dengan sampel yang sama. Pertama,

ditimbang masing-masing ekstrak 100 mg yang kemudian dipanaskan hingga

kental lalu di tambahkan 5 mL HCl 2 N dan dipanaskan kembali selama 2-3

menit. Kemudian ditambahkan 0,25 g NaCl dan di saring, hasil filtrat

ditambahkan 5 mL HCl 2 N dan pereaksi Mayer, jika terjadi kekeruhan atau

endapan maka hasilnya positif (+) alkaloid. Diperoleh hasil positif pada ekstrak 

cabai, daun katuk dan daun pandan sedangkan ekstrak kulit kayu manis negatif 

alkaloid. Hasil yang diperoleh sesuai dengan literatur.

Identifikasi senyawa tannin dan polifenol pada ekstrak cabai, daun katuk,

kayu manis dan daun pandan, diperoleh hasil negatif pada ekstrak cabai merah.

Sedangkan hasil positif senyawa tannin dan polifenol pada sampel ekstrak daun

katuk, kayu manis dan daun pandan. Hasil yang diperoleh sudah sesuai dengan

literatur.

Page 27: LAPORAN SKRINING FITOKIMIA

7/16/2019 LAPORAN SKRINING FITOKIMIA

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-skrining-fitokimia-5633863ecaec4 27/31

 

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI II DIPLOMA III

27

Untuk identifikasi glikosida dan flavonoida diperoleh hasil yang negatif 

untuk semua sampel. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh adanya kesalahan

 pada saat pembuatan larutan percobaan sehingga senyawa glikosida dan

flavonoida tidak dapat diidentifikasi.

Pengujian minyak atsiri pada jahe merah dilakukan dengan cara

meneteskan minyak atsiri di atas kertas saring, dan terlihat pada kertas saring

tidak meninggalkan bekas/noda. Kemudian dibandingkan dengan minyak lemak 

yang diteteskan pada kertas saring, maka akan meninggalkan noda. Demikian juga

 jika minyak atsiri diteteskan pada permukaan air, maka minyak atsiri akan

menyebar, sedangkan minyak lemak tetap berada dipermukaan. Hasil yang

diperoleh yaitu sampel positif minyak atsiri.

Page 28: LAPORAN SKRINING FITOKIMIA

7/16/2019 LAPORAN SKRINING FITOKIMIA

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-skrining-fitokimia-5633863ecaec4 28/31

 

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI II DIPLOMA III

28

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari praktikum yang dilakukan dapat diperoleh kesimpulan bahwa :

1.  Pada analisis secara KLT diperoleh nilai Rf pada uji saponin pada ekstrak 

sambiloto yaitu 0,7 ekstrak daun katuk 0,737 dan 0,85 ekstrak daun pandan

0,662.

2.  Pada analisis secara KLT diperoleh nilai Rf pada uji flavonoid pada

ekstrak sambiloto yaitu 0,918 ekstrak daun katuk 0,887 dan 0,181

sedangkan pada ekstrak daun pandan tidak tampak bercak noda.

3.  Pada identifikasi saponin, menggunakan metode buih ekstrak cabai merah,

daun katuk dan daun pandan positif (+) saponin sedangkan ekstrak kayu

manis negatif (-) saponin.

4.  Pada identifikasi senyawa alkaloid diperoleh hasil positif pada ekstrak 

cabai, daun katuk dan daun pandan sedangkan ekstrak kulit kayu manis

negatif alkaloid.

5.  Pada identifikasi senyawa tannin dan polifenol diperoleh hasil negatif pada

ekstrak cabai merah. Sedangkan hasil positif senyawa tannin dan polifenol

 pada sampel ekstrak daun katuk, kayu manis dan daun pandan.

Page 29: LAPORAN SKRINING FITOKIMIA

7/16/2019 LAPORAN SKRINING FITOKIMIA

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-skrining-fitokimia-5633863ecaec4 29/31

 

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI II DIPLOMA III

29

B. Saran

1.  Agar dalam praktikum harus dijaga ketertiban dan kedisiplinan selama

 praktikum.

2.  Agar disiapkan baku pembanding untuk senyawa-senyawa yang di

identifikasi dengan Kromatografi Lapis Tipis, sehingga diperoleh hasil

yang lebih baik.

Page 30: LAPORAN SKRINING FITOKIMIA

7/16/2019 LAPORAN SKRINING FITOKIMIA

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-skrining-fitokimia-5633863ecaec4 30/31

 

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI II DIPLOMA III

30

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2012.  Penuntun Praktikum Farmakognosi II . AKFAR Bina Husada

Kendari.

Agoes, A., 2011. Tanaman Obat Indonesia. Salemba Medika. Jakarta.

Dalimarta, Setiawan. 2000.  Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Jakarta: Penebar 

Swadaya.

Harborne, J.B., 1987. Metode Fitokimia, Penuntun Cara Modern Menganalisa

Tumbuhan, Terbitan II, ITB Bandung.

Khairani. 2012.  Minyak Atsiri Jahe . avalaible at

http://emmakhairaniharahap. blogspot.com/2012/05/minyak-atsiri-

 jahe.html, diakses tanggal 10/12/2012

Maulana,A., 2010. Sambiloto Sebagai Tanaman Obat  , avalaible at http://

worldplant. multiply.com /journal/item/22/Sambiloto-Sebagai-Tanaman-

Obat diakses tanggal 14 Oktober 2012

Page 31: LAPORAN SKRINING FITOKIMIA

7/16/2019 LAPORAN SKRINING FITOKIMIA

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-skrining-fitokimia-5633863ecaec4 31/31

 

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI II DIPLOMA III