laporan praktikum fisiologi - kelelahan otot

12
PERCOBAAN 1 – KERJA STEADY STATE Tujuan percobaan : Mempelajari kelelahan otot saraf pada manusia dipengaruhi oleh faktor sistem kerja steady-state, pengaruh istirahat dan massage dan iskemia. Alat-alat yang digunakan : - kimograf + kertas + perekat - manset stigmomanometer - ergograf - metronome (frekuensi 1 detik) Cara kerja : 1. Pasang semua alat sesuai dengan gambar dibawah ini : 2. Sambil melakukan pencatatan, orang percobaan menarik pelatuk setiap 4 detik sekali menurut irama metronome yang diperdengarkan di ruang praktikum sampai 1/3 putaran tromol. Setiap kali setelah melakukan tarikan, segera lepaskan jari dari pelatuk sehingga kembali ke tempat semula. Hasil Percobaan : **Di halaman Lampiran ** PERCOBAAN 2 – PENGARUH GANGGUAN PEREDARAN DARAH 1

Upload: rickysuryamin

Post on 03-Oct-2015

315 views

Category:

Documents


22 download

DESCRIPTION

hjh

TRANSCRIPT

PERCOBAAN 1 KERJA STEADY STATETujuan percobaan :Mempelajari kelelahan otot saraf pada manusia dipengaruhi oleh faktor sistem kerja steady-state, pengaruh istirahat dan massage dan iskemia.Alat-alat yang digunakan : kimograf + kertas + perekat manset stigmomanometer ergograf metronome (frekuensi 1 detik)Cara kerja :1. Pasang semua alat sesuai dengan gambar dibawah ini :

2. Sambil melakukan pencatatan, orang percobaan menarik pelatuk setiap 4 detik sekali menurut irama metronome yang diperdengarkan di ruang praktikum sampai 1/3 putaran tromol. Setiap kali setelah melakukan tarikan, segera lepaskan jari dari pelatuk sehingga kembali ke tempat semula.Hasil Percobaan : **Di halaman Lampiran**PERCOBAAN 2 PENGARUH GANGGUAN PEREDARAN DARAHTujuan pecobaan :Mempelajari kelelahan otot saraf pada manusia dipengaruhi oleh faktor sistem kerja steady-state, pengaruh istirahat dan massage dan iskemia.

Alat-alat yang digunakan : kimograf + kertas + perekat manset stigmomanometer ergograf metronome (frekuensi 1 detik)Cara kerja :1. Pasanglah manset stigmomanometer pada lengan atas kanan orang percobaan yang sama dengan percobaan pertama.2. Sebagai latihan, maka dilakukan beberapa kali oklusi pembuluh darah lengan atas dengan cara memompa manset dengan cepat sampai denyut nadi a. radialis tidak teraba lagi.3. Dengan manset tetap terpasang tetapi tanpa oklusi, orang percobaan menarik pelatuk sebanyak 12 kali dengan frekuensi 1 tarikan setiap 4 detik sambil dicatat pada kimograf.4. Tanpa menghentikan tromol, pada tarikan ke-13 manset mulai dipompa dengan cepat sampai denyut nadi a. radialis tidak teraba lagi. Selama pemompaan orang percobaan tetap melakukan latihan.5. Tandailah kurva pada saat denyut nadi a. radialis tidak teraba lagi.6. Setelah terjadi kelelahan total, tekanan di dalam manset diturunkan sehingga peredaran darah pulih kembali.7. Dengan frekuensi yang sama teruskan latihan (menarik pelatuk dengan frekuensi 1 kali setiap 4 detik) dan catat hingga pengaruh faktor oklusi tidak terlihat lagi.Hasil percobaan : **Di halaman Lampiran**PERCOBAAN 3 PENGARUH ISTIRAHAT DAN MASSAGETujuan pecobaan :Mempelajari kelelahan otot saraf pada manusia dipengaruhi oleh faktor sistem kerja steady-state, pengaruh istirahat dan massage dan iskemia.Alat-alat yang digunakan : kimograf kertas perekat manset stigmomanometer ergograf metronome (frekuensi 1 detik)Cara kerja :1. Latihan ini dilakukan oleh orang percobaan lain.2. Beban ergograf sampai diperbesar hingga hampir maksimal.3. Sambil dicatat, orang percobaan melakukan satu tarikan tiap 1 detik sampai terjadi kelelahan total, kemudian hentikan tromol.4. Berilah istirahat selama 2 menit. Selama istirahat, lengan tetap dibiarkan di atas meja5. Setelah tromol diputar sepanjang 2 cm (pemberian jarak dengan pencatatan awal dengan cara diputar dengan tangan), jalankan kimograf dan lakukan kembali tarikan dengan frekuensi dan beban yang sama sampai terjadi kelelahan total, kemudian hentikan tromol.6. Berilah istirahat selama 2 menit lagi. Selama masa istirahat ini lakukanlah massage pada lengan orang percobaan. Massage dengan cara mengurut dengan tekanan kuat ke arah perifer, kemudian dengan tekanan ringan ke arah jantung. Massage dilakukan dari fossa cubiti hingga ujung jari.7. Tromol diputar lagi sepanjang 2 cm (pemberian jarak dengan pencatatan sebelumnya dengan cara diputar dengan tangan), jalankan kimograf dan lakukan kembali tarikan seperti langkah ke 5.8. Bandingkan ketiga ergogram yang diperoleh dan analisis hasil tersebut.Hasil percobaan : **Di halaman Lampiran**PERCOBAAN 4 RASA NYERI, PERUBAHAN WARNA DAN SUHU KULIT AKIBAT ISKEMIATujuan pecobaan :Mempelajari kelelahan otot saraf pada manusia dipengaruhi oleh faktor sistem kerja steady-state, pengaruh istirahat dan massage dan iskemia.Alat-alat yang digunakan : kimograf + kertas + perekat manset stigmomanometer ergograf metronome (frekuensi 1 detik)Cara kerja :1. Latihan ini dilakukan pada orang percobaan lain dan tanpa melakukan pecatatan ergogram.2. Pasanglah manset pada lengan atas kanan orang percobaan dan berikan pembebanan yang cukup berat sehingga penarikan hanya akan memperlihatkan penyimpangan ujung pencatat yang sangat kecil.3. Perhatikan suhu dan warna kulit lengan bawah kanan orang percobaan4. Lakukan satu tarikan setiap satu detik sambil diadakan oklusi sehingga terjadi kelelahan total atau sampai terjadi rasa sakit yang tidak tertahankan.5. Hentikan tindakan oklusi segera setelah orang percobaan merasa nyeri yang hebat sekali. Perhatikan suhu dan warna kulit lengan bawah kanan orang percobaan.Hasil percobaan : **di halaman Lampiran**

PEMBAHASAN :Percobaan 1 Kerja Steady StatePada halaman lampiran gambar 1 dapat kita lihat bahwa adanya garis-garis sejajar yang sama panjangnya. Hal ini menunjukkan bahwa pada kerja steady state, kerja otot adalah stabil dan tidak mengalami kelelahan. Otot tidak mengalami kelelahan karena beban yang diberikan tidak berat dan tidak diberikan faktor luar yang dapat menganggu kerja otot ini.Percobaan 2 Pengaruh Gangguan Aliran DarahPada halaman lampiran gambar 2 terlihat bahwa pada 12 tarikan pertama pada pencatatan ergogram terlihat sama panjang menunjukkan bahwa kerja yang dilakukan oleh orang percobaan stabil sama seperti pada kerja steady state. Namun pada tarikan 13 dan seterusnya dilakukan oklusi dan terlihat bahwa panjang garis makin lama makin menurun pada hasil pencatatan ergoram, walaupun memang masih banyak garis yang sama panjangnya dengan yang semula. Hal ini dapat disebabkan oleh faktor luar yaitu sering dilatihnya otot-otot tersebut sehingga lebih tahan terhadap kelelahan. Namun setelah oklusi dihentikan dapat kita lihat bahwa kerja otot perlahan-lahan mulai pulih kembali, dilihat dari panjang garis yang kembali naik seperti pada awal percobaan.Percobaan 3 Pengaruh Istirahat dan MassagePada percobaan ini beban yang diberikan maksimal dan waktu kerja ototnya lebih cepat, artinya kerja yang dilakukan otot adalah kerja berat. Kerja otot terus dilakukan hingga terjadi kelelahan total yang dapat dilihat garis yang lama-kelamaan semakin memendek pada pencatatan ergoram (gambar 3 pada halaman lampiran). Garis terpendek pada pencatatan ergoram tersebut menunjukkan titik dimana otot mengalami kelelahan total. Setelah itu kerja otot dihentikan dengan pemberian istirahat selama dua menit dan kemudian kerja otot kembali dilanjutkan hingga kembali terjadi kelelahan total. Pada gambar 4 pencatatan ergoram terlihat bahwa garis-garis yang terbentuk sampai kelelahan total lebih sedikit daripada pada awal percobaan yang menunjukkan bahwa pemberian istirahat selama 2 menit belum cukup untuk memulihkan otot dari kelelahan akibat kerja berat yang sebelumnya. Setelah kelelahan total kembali terjadi maka diberikan istirahat selama 2 menit sambil dimassage. Pemberian massage bertujuan untuk memperlancar aliran oksigen ke jaringan otot selama masa istirahat. Kemudian pada gambar 5 pencatatan ergogram terlihat bahwa garis-garis yang terbentuk lebih banyak daripada pencatatan ergogram gambar 4 yang menunjukkan bahwa kelelahan otot lebih teratasi setelah diberi massage.Percobaan 4 Rasa Nyeri, Perubahan Warna dan Suhu pada Kulit Akibat IskemiaTindakan oklusi yang dilakukan pada orang percobaan menyebabkan warna kulitnya menjadi lebih pucat daripada kulit normal dan sedikit kebiruan. Selain itu juga menyebabkan rasa nyeri dan suhu tubuh yang menjadi lebih rendah daripada suhu tubuh normal.

Komposisi otot, yaitu : 75% air 20% protein 5% garam mineral, glikogen, dan lemakStruktur Otot Sistem muskular (otot) terdiri dari sejumlah besar otot yang bertanggung jawab atas gerakan tubuh. Otot-otot volunter melekat pada tulang, tulang rawan, ligamen, kulit, atau otot lain melalui struktur fibrosa yang disebut tendon dan aponerosis. Serabut-serabut otot volunter bersama selubung sarkolema, masing-masing tergabung dalam kumparan oleh endomisium dan dibungkus oleh perimisium. Kelompok saraf tersebut (fasikulus) digabungkan oleh selubung yang lebih padat (disebut epimisium). Semua otot memiliki suplai darah yang baik dari arteri-arteri didekatnya. Arteriol pada perimisium memberi cabang kapiler yang berjalan dalam endomisium dan melintasi serabut-serabut. Pembuluh darah dan saraf memasuki otot bersama-sama didaerah hilum. Otot skelet dipersarafi oleh saraf sensoris dan motoris. Ujung sensoris (aferen) menimbulkan sensasi ketidaknyamanan dan nyeri, seperti ketika otot sedang mengalami kelelahan.Kerja Otot Bila suatu otot berkontraksi, salah satu ujungnya biasanya diam sedangkan ujung yang lain bergerak kearah ujung yang diam. Ujung yang diam disebut origo, sedangkan yang bergerak disebut insersi. Otot hanya bekerja melalui kegiatan kontraksi dan kegiatan menarik. Otot tidak bisa mendorong, meskipun bisa berkontraksi tanpa memendek sehingga mempertahankan sendi diam pada posisi tertentu. Bila kontraksi hilang, otot menjadi lunak, tetapi tidak memanjang sampai ia teregang oleh kontraksi otot yang berlawanan kerjanya (otot antagonis).Otot tidak pernah bekerja sendiri. Setiap otot harus berkontraksi dan setiap otot antagonis harus rileks untuk memungkinkan gerakan yang halus tanpa sentakan. Kerja harmonis otot-otot ini disebut koordinasi otot. Mekanisme Kontraksi OtotTibanya impuls saraf pada pertautan neuromuscular yang mengakibatkan dilepaskannya asetilkolin akan menghasilkan perubahan permeabilitas membran yang mengelilingi serabut otot. Hal ini memungkinkan aliran ion K keluar dari sel-sel serabut dan aliran ion Na masuk ke dalam sel. Pertukaran ion juga disertai dengan depolarisasi membrane yang diikuti pula oleh kontraksi serabut. Melalui pemeriksaan mikroskop cahaya, sarkolemma serabut otot terdiri atas nucleus yang banyak, mitokondria, sitoplasma yang tidak terdiferensiasi (sarkoplasma), dan material bersilia (cross-striated). Melalui mikroskop electron akan terlihat bahwa silia ii terdiri atas sarkomer yaitu unit kontraktil terkecil dari serabut otot. Tiap sarkomer terdiri atas filament tebal dan tipis yang tersusun beraturan. Filamen tebal terdiri atas myosin dan yang tipis terdiri atas aktin. Miosin memiliki sifat enzim dan dalam otot yang istirahat kecenderungan membentuk aktomiosin dicegah dengan keberadaan ATP. Setelah otot dirangsang, ATP akan terhidrolisis menjadi ADP, dan terbentuklah aktinomiosin. Dalam reaksi ini dihasilkan asam fosfat. Reaksi ini juga diatur oleh keberadaan sarkoplasma yang mengeluarkan ion Ca yang tinggi konsentrasinya. Jika ion Ca berkurang, reaksi kimia antara aktin dan myosin terhenti dan otot berelaksasi. Pada saat yang sama berlangsung pula tiga reaksi lain yang menyediakan energy yang diperlukan bagi kontraksi otot. Pertama, pemakaian glikolitik dari glikogen melalui aksi enzim fosforilasi dan fosfofruktokinase yang akan mengeluarkan asam piruvat dan asam laktat. Kedua, kreatinin fosfat direduksi menjadi kreatinin dan asam fosfat. Ketiga terdapat pasokan oksigen yang mengatur reaksi biokimia ini dan pembuangan CO2, yang pada gilirannya memainkan peranannya dalam control respirasi yang diperlukan untuk pemasukan oksigen. Pasokan darah arteri dan pengembalian vena jelas diperlukan untuk memasok elemen biokimia ini dan menghilangkan produk samping metabolisme. Produk-produk samping ini meliputi asam yang telah disebutkan tadi dan garam-garam yang terbentuk kemudian. Kesemuanya berpotensi mengiritasi ujung saraf sensoris dalam otot jika dibiarkan tetap berada disana. Oleh karena itu, banyak kebutuhan agar fungsi bisa efektif dan banyak kemungkinan untuk disfungsi termasuk kelelahan otot, spasme dan cedera.Kelelahan OtotAktifitas kontraksi di otot tidak bisa berlangsung terus-menerus. Pada akhirnya ketegangan otot menurun seiring dengan timbulnya kelelahan. Horrobin (1968) mengatakan bahwa kelelahan tidak disebabkan oleh kegagalan dalam tranmisi neuromuscular, selain itu bukti-bukti eksperimen mengisyaratkan bahwa kelelahan dikarenakan kegagalan pasokan darah untuk memasok elemen metabolisme yang esensial atau membuang hasil metabolisme atau untuk melaksanakan kedua fungsi tersebut. Kurangnya oksigen dan akumulasi metabolit asam mungkin terlibat disini. Selama latihan keras, asam laktat terakumulasi di otot. Asam laktat di otot menyebabkan otot mudah lelah dan sakit. Namun asam laktat secara berkala terbawah aliran darah menuju hati. Kemuadian asam laktat diubah menjadi asam piruvat oleh sel hati. Proses fermentasi asam laktat untuk menghasilkan ATP ini disebut juga respirasi anaerob. Ketika detak jantung dan napas bertambah kencang , hal ini memberikan lebih banyak udara pada sel otot sehingga sel otot mampu melakukan respirasi secara normal (respirasi aerob). Sebagian besar ATP yang dihasilkan mitokondria melalui proses fosforilasi oksidatif. Proses ini menggunakan energy kimia yang berasal dari katabolisme karbohidrat, lemak atau protein. Jika kita berhenti sesaat, kita akan tetap bernafas kencang beberapa saat. Oksigen tambahan ini digunakan untuk mengubah banyak asam laktat menjadi glikogen kembali. Menurut Guyton, lamanya kerja otot dapat dipengaruhi juga oleh banyaknya latihan yang dilakukan oleh otot itu. Hal ini dikarenakan dengan banyaknya latihan yang dilakukan maka ukuran otot akan semakin besar sehingga glikogen yang tersimpan semakin banyak dan menyebabkan ketahanan terhadap kelelahan semakin meningkat.Kelelahan otot dapat diatasi dengan waktu istirahat yang cukup setelah otot melakukan kerja, karena dengan adanya waktu istirahat ini asam laktat dapat kembali diubah menjadi sumber energi. Apabila waktu istirahat terlalu pendek dan kemudian langsung melakukan aktivitas kerja oto kembali, maka sebagian besar asam laktat masih akan tertumpuk di otot dan tidak diubah menjadi sumber energi sehingga lebih cepat lagi menimbulkan kelelahan.

5