laporan praktikum bubut
DESCRIPTION
Praktikum bubutTRANSCRIPT
Kennard Dhammabhakti 515100003
i
KATA PENGANTAR
Sebagai calon sarjana teknik mesin, kegiatan praktikum proses produksi di
laboratorium mutlak diperlukan. Praktikum ini dimaksudkan untuk mengulangi
atau menerapkan teori–teori yang telah atau belum diperoleh dalam kuliah
sehingga diharapkan setelah melakukan praktikum, mahasiswa dapat memperluas
cakrawala pandang di bidang teknik mesin khususnya mesin–mesin produksi.
Beberapa tujuan yang ingin dicapai melalui praktikum ini adalah:
1. Mendapatkan pengalaman praktis dan teknis dalam menggunakan mesin–
mesin perkakas seperti mesin bubut, frais, gerinda, gergaji, drill, sekrap dan
mesin las.
2. Menambah ketrampilan dan pengetahuan membaca gambar, menggunakan alat
ukur, dan memilih berbagai jenis perkakas.
3. Melatih diri melakukan komunikasi secara lisan maupun tulisan dengan cara
membuat laporan praktikum.
4. Kerja tim.
Jakarta, Maret 2012
Penyusun
Kennard Dhammabhakti 515100003
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................. i
DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
I. Tujuan ............................................................................................................ 1
II. Landasan teori ................................................................................................ 1
III. Alat dan Bahan ............................................................................................... 3
IV. Langkah Kerja ................................................................................................ 7
V. Hasil Praktikum ............................................................................................ 13
VI. Analisis ......................................................................................................... 14
VII. Pembahasan .................................................................................................. 14
VIII. Faktor Kesalahan .......................................................................................... 15
IX. Kesimpulan .................................................................................................. 16
Daftar Pustaka ....................................................................................................... 17
Kennard Dhammabhakti 515100003
1
I. Tujuan
1. Mempelajari dan mempraktikan secara langsung operasi mesin bubut.
2. Memberikan pengalaman pada praktikan dalam mengoperasikan mesin
bubut.
II. Landasan Teori
Mesin bubut merupakan salah satu jenis mesin perkakas. Prinsip kerja
pada proses turning atau lebih dikenal dengan proses bubut adalah proses
pemakanan dari benda kerja untuk memperoleh bentuk yang diinginkan. Di
sini benda kerja akan diputar/dirotasi dengan kecepatan tertentu bersamaan
dengan dilakukannya proses pemakanan oleh pahat yang digerakkan secara
translasi sejajar dengan sumbu putar dari benda kerja. Gerakan putar dari
benda kerja disebut gerak potong relatif dan gerakkan translasi dari pahat
disebut gerak umpan (feeding).
Mesin bubut pada dasarnya terdiri dari beberapa komponen utama antara
lain: meja mesin, headstock, tailstock, compound slide, across slide, toolpost,
leadscrew dan lain-lain.
Gambar 2.1 Mesin Bubut
Keterangan Ganbar 2.1:
a. Tailstock untuk memegang atau menyangga benda kerja pada bagian
ujung yang berseberangan dengan Chuck (pencekam) pada proses
pemesinan di mesin bubut.
Kennard Dhammabhakti 515100003
2
b. Lead screw adalah poros panjang berulir yang terletak agak dibawah
dan sejajar dengan bangku, memanjang dari kepala tetap sampai ekor
tetap. Dihubungkan dengan roda gigi pada kepala tetap dan putarannya
bisa dibalik. Dipasang ke pembawa (carriage) dan digunakan sebagai
ulir pengarah untuk membuat ulir saja dan bisa dilepas kalau tidak
dipakai.
c. Feedrod terletak dibawah ulir pengarah yang berfungsi untuk
menyalurkan daya dari kotak pengubah cepat (quick change box)
untuk menggerakkan mekanisme apron dalam arah melintang atau
memanjang.
d. Carriage terdiri dari tempat eretan, dudukan pahat dan apron.
Konstruksinya kuat karena harus menyangga dan mengarahkan pahat
pemotong. Dilengkapi dengan dua cross slide untuk mengarahkan
pahat dalam arah melintang. Spindle yang atas mengendalikan gerakan
dudukan pahat dan spindle atas untuk menggerakkan pembawa
sepanjang landasan.
e. Toolpost digunakan sebagai tempat dudukan pahat bubut, dengan
menggunakan pemegang pahat.
f. Headstock, yaitu tempat terletaknya transmisi gerak pada mesin bubut
yang mengatur putaran yang dibutuhkan pada proses pembubutan.
Kennard Dhammabhakti 515100003
3
III. Alat dan Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum mesin bubut adalah besi
beton berukuran diameter 22,4 mm dan panjang 160 mm.
Gambar 3.1 Specimen
Alat-alat yang yang digunakan dalam praktikum mesin bubut adalah:
1. Mesin bubut
Digunakan untuk memakan bagian dari benda kerja yang berbentuk
silindris secara radial. Benda kerja akan diputar/rotasi dengan
kecepatan tertentu bersamaan dengan dilakukannya proses pemakanan
oleh pahat yang digerakkan secara translasi sejajar dengan sumbu
putar dari benda kerja.
Gambar 3.2 Mesin Bubut
Kennard Dhammabhakti 515100003
4
2. Jenis mata potong
Untuk setiap jenis pengerjaan diperlukan pahat yang tepat, maka itu
harus dipilih pahat roughing, finishing, boring, thread cutting, dan
sebagainya. Pada praktikum ini pahat yang digunakan hanya dua yaitu
thread cutting dan roughing.
(A) (B)
Gambar 3.3 Jenis mata potong: (A) thread cutting, (B) Roughing
3. Center kepala bor
Digunakan untuk menahan benda kerja agar tidak bergeser ketika
diberlakukan proses pembubutan.
Gambar 3.4 Center kepala bor
4. Center bor
Digunakan untuk membuat lubang pada benda kerja. Dibawah ini
menunjukkan gambar mata bor.
Gambar 3.5 Center bor
Kennard Dhammabhakti 515100003
5
5. Kunci chuck
Kunci chuk berguna unutuk mengencangkan dan mengendorkan benda
kerja.
Gambar 3.6 Kunci chuck
6. Jangka sorong
Jangka sorong digunakan untuk mengukur benda kerja.
Gambar 3.7 Jangka Sorong
7. Pipa besi
Pipa besi digunakan untuk membantu kunci chuck mengencangkan
dan mengendurkan benda kerja.
Gambar 3.8 Pipa Besi
Kennard Dhammabhakti 515100003
6
8. Drumor
Drumor berguna agar tool tidak cepat aus pada saat melakukan proses
pembubutan. Selain itu, dapat berfungsi agar selama proses,
temperatur tidak terlalu tinggi.
Gambar 3.9 Drumor
9. Amplas
Amplas ini berfungsi untuk menghaluskan permukaan benda kerja.
Gambar 3.10 Amplas
10. Kuas
Kuas digunakan untuk membersihkan gram yang dihasilkan oleh
benda kerja saat proses pembubutan.
Gambar 3.11 Kuas
Kennard Dhammabhakti 515100003
7
11. Kain
Kain digunakan untuk membersihkan sisa coolent yang digunakan.
Kain juga digunakan untuk mengambil specimen yang baru selesai
diproses bubut.
Gambar 3.12 Kain
IV. Langkah Kerja
1. Menyiapkan alat-alat dan specimen sebelum memulai proses bubut
Gambar 2.14 Specimen Gambar 2.15 Alat-alat
2. Memasang specimen pada spindle, kemudian kencangkan spindle dengan
kunci chuck.
Gambar 2.16 specimen pada spindle
Kennard Dhammabhakti 515100003
8
3. Mengatur kecepatan putar spindle menjadi 290 rpm dan ubah pengaturan
gigi menjadi gigi II.
Gambar 2.17 Pengaturan gigi II
Selama proses pembubutan ini terdapat tiga macam kecepatan rotasi
spindle yang digunakan, yaitu:
a. 450 rpm untuk proses perataan permukaan depan dan belakang
specimen, pengecilan diameter, pemotongan, center drill, dan knurling
specimen.
b. 100 rpm untuk proses pembuatan ulir luar specimen.
c. 730 rpm untuk proses pengamplasan permukaan radial specimen.
Dan pengaturan gigi ada tiga, yaitu:
a. Gigi I untuk penghalusan permukaan specimen (proses finishing).
b. Gigi II untuk melakukan pemakanan biasa.
c. Gigi III untuk melakukan pembuatan ulir.
Ketiga pengaturan gigi ini digunakan pada saat pengaturan gerak
otomatis.
4. Setelah specimen terpasang, kemudian lakukan centre drill untuk
membuat lubang, lalu lakukan pengencangan specimen dengan center
kepala pemutar.
Gambar 2.19 Pengencangan dengan Hower Bor
Kennard Dhammabhakti 515100003
9
5. Tekan tombol forward untuk memutar spindle.
Gambar 2.18 Tombol pengaturan gerak spindle
6. Sebelum melakukan pemotongan, beri tanda pada specimen sejauh
63,6mm untuk menunjukan batas panjang yang akan dibubut.
Gambar 2.20 Pemberian tanda
7. Mengatur posisi pahat dengan cara memutar tuas pada carriage sehingga
pahat dapat bergerak secara horizontal dan vertikal. Pada mesin bubut
terdapat pengaturan otomatis dan manual. Gunakan pengaturan otomatis
sehingga pahat bubut dapat bergerak sendiri. Pengaturan otomatis dapat
dilakukan dengan memutar tuas berwarna kuning pada carriage ke paling
bawah.
Gambar 2.21 Carriage tempat pengaturan posisi pahat dan pengaturan
otomatis.
Kennard Dhammabhakti 515100003
10
8. Menyalakan mesin bubut untuk memulai proses pembubutan
Gambar 2.22 Proses pemahatan
9. Jika pahat sudah mendekati tanda yang telah diberikan, dengan cepat ubah
pengaturan otomatis tadi menjadi pengaturan manual. Sehingga pahat
berhenti bergerak.
Gambar 2.23 Pemahatan sampai tanda batas
10. Mengulangi dari langkah ke-5 sampai diameter specimen yang dibubut
mencapai 19mm. Kedalaman potong dilakukan secara bertahap (maksimal
1mm)
Gambar 2.24 Hasil pembubutan diameter 19mm
Kennard Dhammabhakti 515100003
11
11. Kemudian beri tanda batas lagi seperti pada langkah ke 6 sejauh 36,4mm
dari ujung batang.
12. Mengulangi cara di atas untuk menghasilkan diameter 13mm
Gambar 2.26 Hasil pembubutan diameter 13mm
13. Membuat tanda batas sejauh 23mm dari ujung benda kerja untuk membuat
ulir dengan cara membubut seperti biasa. Untuk membuat ulir turunkan
kecepatan putar spindle menjadi 100 rpm. Pengaturan gear dapat dilihat
pada tabel pengaturan gear. Lakukan pembubutan. Bila sudah hampir
mencapai batas daerah berulir, menghentikan putaran spindle dan
menjauhkan mata potongnya. Kemudian, menekan tombol reverse agar
ulir dan mata potong kembali ke posisi awal, sehingga apabila dijalankan
lagi, pembubutan akan terjadi pada alur yang sudah dibuat sebelumnya.
Lakukan pembubutan kembali hingga tinggi ulir mencapai 2mm.
Kemudian dibuat chamfer 1mm.
Gambar 2.27 Hasil pembubutan ulir
Kennard Dhammabhakti 515100003
12
Gambar 2.28 Gear
Gambar 2.29 Tabel pengaturan kecepatan
14. Setelah selesai membuat ulir, melepaskan specimen dan mengubah posisi
specimen sehingga bagian ujung lainnya yang belum terpahat dapat
dilakukan pemahatan. Lalu beri tanda batas lagi sejauh 58.5mm dari ujung
batang dan lakukan proses pembubutan lagi hingga diameter menjadi
19,4mm dan dibuat chamfer 1mm
Gambar 2.30 Hasil pembubutan diameter 19,4mm bagian ujung lainnya
Kennard Dhammabhakti 515100003
13
15. Setelah selesai, ubah kecepatan putar menjadi 730rpm untuk proses
pengamplasan permukaan radial specimen dengan pengaturan gigi I.
Gambar 2.31 Pengaturan gigi I
16. Untuk membuat permukaan menjadi lebih halus dan menghilangkan karat,
dapat dilakukan pengamplasan dengan menggunakan amplas kasar.
Gambar 2.32 Pengamplasan dengan amplas kasar
V. Hasil Praktikum
Gambar 3.1 Hasil Specimen setelah dibubut
Kennard Dhammabhakti 515100003
14
VI. Analisa
Dalam praktikum ini, benda kerja yang dibubut adalah besi beton.
Proses pembubutan ini terbagi menjadi enam tahap, yaitu:
a. Membuat lubang pada bagian ujung benda kerja.
b. Mengecilkan diameter benda kerja sesuai yang diinginkan.
c. Membuat ulir.
d. Membuat chamfer
e. Pengamplasan permukaan benda kerja
Ulir yang dibuat berguna untuk menggabungkan benda kerja dengan
benda lain. Ulir tersebut berupa ulir luar yang akan masuk pada ulir dalam
pada benda yang akan digabungkan.
VII. Pembahasan
Dalam pembahasan ini, akan diuraikan proses-proses yang dilakukan
selama praktikum bubut.
a. Pada jarak 63,6mm dari ujung kanan benda, dibubut hingga
diameternya menjadi 19mm.
b. Pada jarak 36,4mm dari ujung kanan benda, dibubut hingga
diameternya menjadi 13mm.
c. Pada jarak 23mm dari ujung kanan benda, dibuat ulir dengan
kedalaman ulir 2mm dan dibuat chamfer 1mm.
d. Pada jarak 58,5mm dari ujung kiri, dibubut hingga diameternya
menjadi 19,4mm dan dibuat chamfer 1mm.
e. Penghalusan permukaan radial dengan amplas kasar.
Kennard Dhammabhakti 515100003
15
VIII. Faktor kesalahan
1. Kesalahan dalam memutar tuas untuk menghentikan gerak otomatis
sehingga pahat memotong lebih dari tanda yang telah diberikan.
2. Kesalahan dalam membaca alat ukur.
3. Kesalahan dalam mengatur posisi pahat sebelum proses pembubutan
sehingga kedalaman yang akan dipahat tidak akurat.
4. Kesalahan karena menggunakan pahat yang tumpul sehingga dimensi
yang dibuat menjadi tidak akurat.
5. Kesalahan pada benda kerja yang tidak dikencangkan dengan kuat
pada chuck sehingga bergeser pada saat pemakanan.
Kennard Dhammabhakti 515100003
16
IX. Kesimpulan
1. Keahlian dalam memutar tuas untuk menjauhkan pahat dari specimen
saat pahat mendekati batas sangat dibutuhkan, karena jika telat
menjauhkan pahat, maka pemakaanan specimen akan melewati batas
dan menghasilkan dimensi yang tidak diinginkan. Selain itu, jika salah
memutar tuas sehingga pahat semakin mendekati specimen, maka
hasilnya menjadi tidak baik dan perlu adanya perbaikan dengan cara
melakukan ulang proses bubut sampai permukaan specimen tidak
terlihat rusak.
2. Saat membuat ulir, bentuk pahat harus runcing. Saat mata pahat patah,
bentuk ulir menjadi rusak. Hal ini dikarenakan ulir memiliki jarak
antar pitch yang konsiten dan sudut kedalaman yang lancip. Jika mata
pahat patah, maka jarak antar pitch menjadi berubah-ubah dan sudut
kedalamannya menjadi tidak lancip lagi.
3. Pembubutan yang dilakukan sedikit demi sedikit (bertahap) dapat
menghasilkan hasil yang baik. Seperti yang dilakukan dalam
praktikum, pembubutan dilakukan secara bertahap dengan kedalaman
maksimum 1 mm. Saat dilakukan pembubutan dengan kedalaman
sampai 2 mm, hasilnya memang lebih cepat, tetapi permukaan
specimen yang dihasilkan lebih kasar dibandingkan dengan
pembubutan dengan kedalaman maksimum 1 mm.
Kennard Dhammabhakti 515100003
17
DAFTAR PUSTAKA
Amsted, B.H., Philip F. Ostwald, Myron L Begeman. 1989. Teknologi Mekanik.
Diterjemahkan oleh Ir. Bambang Priambodo. Cetakan Kedua. Jakarta :
Erlangga.
Groover, Mikell P. Fundamentals of Modern Manufacturing. Edisi ke-3. USA:
John Wiley & Sons, 2007.
Gupta, H. N., R. C. Gupta, dan Arul Mittal. 2009. Manufacturing Procsses. Edisi
ke-2. New Delhi: New Age International.
Singh, U. K. dan Manish Dwivedi. 2009. Manufacturing Processes. Cetakan ke-2.
New Delhi: New Age International.
Sukania, I Wayan. 2003. Pedoman Praktikum Proses Produksi. Jakarta:
Laboratorium Proses Produksi Jurusan Teknik Mesin Universitas
Tarumanagara.
SKAL
A :
1:1SA
TUAN
: mm
TGL
: 03/
04/2
012
DIGA
MBAR
: K
enna
rd D
NIM
: 5
151000
03DILIHA
T : R
ipin
KETE
RANG
AN A4FT
M UN
TAR
BUBU
T
SEBE
LUM
SESU
DAH
01