laporan plant survey fix

50
BAB 1 LATAR BELAKANG Kemajuan sektor industri di Indonesia meningkat cukup pesat dari tahun ke tahun. Peningkatan ini sejalan dengan peningkatan taraf ekonomi di Indonesia. Dengan majunya sektor industri, maka terbukalah lapangan kerja bagi masyarakat, daerah di sekitar perindustrian juga turut berkembang dalam bidang sarana transportasi, komunikasi, perdagangan dan bidang lain.. Di lain pihak, kemajuan ekonomi merangsang timbulnya industri baru yang mempunyai ruang lingkup yang lebih luas. Meskipun perkembangan industri yang pesat dapat meningkatkan taraf hidup dalam berbagai aspek tetapi berbagai dampak negatif juga timbul pada masyarakat. Salah satu dampak negatif adalah terhadap kualitas fungsi pernafasan bagi para pekerja dan masyarakat di sekitar daerah perindustrian. Udara sebagai komponen lingkungan yang penting dalam kehidupan perlu dipelihara dan ditingkatkan kualitasnya sehingga dapat memberikan daya dukungan bagi mahluk hidup untuk hidup secara optimal. Oleh karena itu penting menjaga kesehatan dan keselamatan pekerja yang selalu terpapar dengan udara yang telah tercemar. 1

Upload: dina

Post on 13-Jul-2016

132 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

laporan plant survey modul IKK

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Plant Survey FIX

BAB 1

LATAR BELAKANG

Kemajuan sektor industri di Indonesia meningkat cukup pesat dari tahun ke

tahun. Peningkatan ini sejalan dengan peningkatan taraf ekonomi di Indonesia.

Dengan majunya sektor industri, maka terbukalah lapangan kerja bagi masyarakat,

daerah di sekitar perindustrian juga turut berkembang dalam bidang sarana

transportasi, komunikasi, perdagangan dan bidang lain.. Di lain pihak, kemajuan

ekonomi merangsang timbulnya industri baru yang mempunyai ruang lingkup

yang lebih luas.

Meskipun perkembangan industri yang pesat dapat meningkatkan taraf hidup

dalam berbagai aspek tetapi berbagai dampak negatif juga timbul pada

masyarakat. Salah satu dampak negatif adalah terhadap kualitas fungsi pernafasan

bagi para pekerja dan masyarakat di sekitar daerah perindustrian. Udara sebagai

komponen lingkungan yang penting dalam kehidupan perlu dipelihara dan

ditingkatkan kualitasnya sehingga dapat memberikan daya dukungan bagi mahluk

hidup untuk hidup secara optimal. Oleh karena itu penting menjaga kesehatan dan

keselamatan pekerja yang selalu terpapar dengan udara yang telah tercemar.

Kesehatan dan keselamatan adalah suatu sistem yang bertujuan melakukan

pencegahan terhadap kemungkinan timbulnya kecelakaan yang diakibatkan oleh

aktivitas kerja dan juga pencegahan akan timbulnya penyakit yang diakibatkan

oleh hubungan kerja di dalam lingkungan kerja para karyawan. kesehatan dan

keselamatan kerja adalah perlindungan karyawan dari luka-luka yang disebabkan

oleh kecelakaan yang terkait dengan pekerjaan. Kesehatan dan keselamatan kerja

harus ditunjang dari peralatan perlindungan diri yang lengkap agar paparan yang

dialami para karyawan menjadi lebih sedikit. Paparan pada karyawan yang

berlebihan dan terus menerus akan menimbulkan efek yang merugikan bagi

karyawan tersebut. Salah satu paparan yang sering dialami adalah paparan

karbonmonoksida dan timbal pada karyawan mekanik bengkel motor ataupun

mobil.

1

Page 2: Laporan Plant Survey FIX

2

Karbon monoksida ( CO ) adalah gas yang tidak berwarna dan tidak berbau

yang dihasilkan dari proses pembakaran yang tidak sempurna dari material yang

berbahan dasar karbon seperti kayu, batu bara, bahan bakar minyak dan zat-zat

organik lainnya. Intoksikasi gas CO merupakan akibat yang serius dari kasus

inhalasi asap dan diperkirakan lebih dari 80% penyebab kefatalan yang

disebabkan oleh trauma inhalasi. Gas CO adalah penyebab utama dari kematian

akibat keracunan di Amerika Serikat dan lebih dari separuh penyebab keracunan

fatal lainnya di seluruh dunia. Terhitung sekitar 40.000 kunjungan pasien pertahun

di unit gawat darurat di Amerika Serikat yang berhubungan dengan kasus

intoksikasi gas CO dengan angka kematian sekitar 500-600 pertahun yang terjadi

pada 1990an.

Timbal adalah salah satu logam berat yang mencemari udara dan dapat

dihasilkan dari emisi gas buang kendaraan bermotor. Timbal dalam bentuk

senyawa alkyl-Pb digunakan sebagai campuran dalam bensin yang berfungsi

sebagai anti ketuk (anti-knock). Alkyl-Pb yang terdapat dalam bahan bakar ini

mudah menguap dan larut dalam lemak sehingga mudah diabsorbsi oleh manusia

melalui inhalasi, ingesti ataupun dermal. Timbal dari gas buang kendaraan

bermotor masuk ke dalam tubuh manusia, melalui udara yang dihirup sebesar

30%-50% dan sekitar 5%-15% yang masuk melalui makanan dan minuman dari

timbal yang terdapat dalam udara. Di dalam tubuh timbal bersifat kumulatif dan

pada waktu jangka panjang, sekitar 10 tahun, akan menimbulkan gangguan

keracunan kronis terutama pada hati, ginjal, jantung dan sistem saraf pusat.

Page 3: Laporan Plant Survey FIX

3

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk

upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran

lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan

penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan

produktivitas kerja. Setiap perusahaan berupaya untuk mendapatkan karyawan

yang terlibat dalam kegiatan organisasi/perusahaan dan dapat memberikan

prestasi kerja. Produktivitas pada dasarnya merupakan suatu sikap mental yang

selalu mempunyai pandangan bahwa mutu kehidupan hari ini harus lebih baik dari

kemarin dan hari esok harus lebih baik dari hari ini. Produktivitas mengandung

pengertian perbandingan antar hasil yang dicapai dengan keseluruhan sumber

daya yang dipergunakan. Kerja.1

Karyawan yang memiliki gizi dan kesehatan yang baik akan menghasilkan

produktivitas yang tinggi, karena dengan adanya gizi dan kesehatan yang baik

karyawan akan dapat masuk kerja dalam keadaan yang sehat dan dapat bekerja

secara maksimal. Keadaan gizi dan kesehatan yang baik pada karyawan bisa

terlihat dari jumlah kehadiran atau jumlah masuk kerja, karena kebanyakan dari

karyawan tidak masuk kerja karena alasan sakit.1

Kesehatan dan keselamatan adalah suatu sistem yang bertujuan melakukan

pencegahan terhadap kemungkinan timbulnya kecelakaan yang diakibatkan oleh

aktivitas kerja dan juga pencegahan akan timbulnya penyakit yang diakibatkan

oleh hubungan kerja di dalam lingkungan kerja para karyawan. kesehatan dan

keselamatan kerja adalah perlindungan karyawan dari luka-luka yang disebabkan

oleh kecelakaan yang terkait dengan pekerjaan.2

Penyusunan HIRARC pada umumnya terbagi menjadi 3 tahap, yaitu

identifikasi bahaya (hazard identification), penilaian risiko (risk assessment), dan

pengendalian risiko (risk control). HIRARC merupakan salah satu metode yang

sesuai dengan OHSAS 18001:2007, [2] yang digunakan perusahaan pada

Page 4: Laporan Plant Survey FIX

4

umumnya untuk membentuk, menerapkan, dan memelihara prosedur sehingga

dapat mengidentifikasi bahaya yang ada, menilai, dan mengendalikan

resiko.HIRARC merupakan salah satu metode yang sesuai dengan OHSAS

18001:2007, [2] yang digunakan perusahaan pada umumnya untuk membentuk,

menerapkan, dan memelihara prosedur sehingga dapat mengidentifikasi bahaya

yang ada, menilai, dan mengendalikan resiko. HIRARC merupakan salah satu

metode yang sesuai dengan OHSAS 18001:2007, [2] yang digunakan perusahaan

pada umumnya untuk membentuk, menerapkan, dan memelihara prosedur

sehingga dapat mengidentifikasi bahaya yang ada, menilai, dan mengendalikan

resiko.Identifikasi bahaya adalah suatu tindakan untuk mengetahui bahaya yang

mungkin terjadi di dalam suatu lingkungan kerja.Penilaian resiko merupakan

tindakan yang dilakukan setelah identifikasi bahaya guna mengetahui tingkat

resiko dari setiap bahaya yang telah diidentifikasi.3,4

Ada 2 parameter yang digunakan perusahaan dalam penilaian risiko, yaitu

likelihooddan severity. Penjumlahan dari setiap faktor penentu di dalam kedua

parameter tersebut akan dinamakan risk rating. Tahap selanjutnya adalah tahap

pengendalian resiko. Pada tahap pengendalian resiko ini, resiko bahaya yang

menjadi prioritas maupun yang tidak dianggap sebagai prioritas di tahap

sebelumnya yakni tahap peniliaian resiko akan ditindaklanjuti sehingga dapat

menghilangkan atau mengurangi resiko kecelakaan kerja hingga batasan yang

dapat diterima oleh perusahaan. Tahapan ini dilakukan dengan tujuan untuk

menurunkan tingkat resiko yang ada sehingga tingkat resiko tersebut dapat

diterima oleh perusahaan. Resiko dikatakan dapat diterima ketika resiko yang

telah diturunkan tersebut dapat ditoleransi (pada tingkatan Tolerable atau Trivial)

oleh sebuah perusahaan dan sesuai dengan peraturan perundangan dan kebijakan

K3 yang ditetapkan dan dibuat oleh perusahaan.3,4

2.2 Kedokteran Okupasi

Cabang kedokteran komunitas yang memberikan perhatian khusus kepada

komunitas pekerja adalah kedokteran okupasi. Kedokteran okupasi (occupational

medicine) merupakan sebuah disiplin ilmu yang mempelajari pengaruh pekerjaan

Page 5: Laporan Plant Survey FIX

5

terhadap kesehatan pekerja dan pengaruh kesehatan pekerja terhadap pekerjaan.

Kedokteran okupasi melakukan intervensi kesehatan yang ditujukan kepada para

pekerja dan lingkungan kerjanya, yang bersifat pencegahan primer (health

promotion, specific protection), sekunder (early detection and prompt treatment),

dan tersier (disability limitation, rehabilitation, prevention of premature death).5

Kedokteran okupasi melakukan penilaian tentang berbagai risiko dan

bahaya (hazard) di tempat kerja bagi kesehatan pekerja, dan menerapkan upaya

pencegahan penyakit dan cedera, serta meningkatkan kesehatan populasi pekerja.

Dokter okupasi melakukan upaya menurunkan risiko, mencegah terjadinya

penyakit dan cedera akibat kerja, dengan menerapkan ventilasi setempat,

penggunaan peralatan protektif perorangan, perubahan cara bekerja, dan

vaksinasi. Dokter okupasi melakukan surveilans kesehatan melalui skrining/

pemeriksaan kesehatan secara berkala.5

Dokter okupasi juga melakukan pencegahan tersier, yakni melakukan

upaya pelayanan medis perorangan pasca penyakit untuk membatasi kecacatan,

disfungsi sisa, dan kematian, melakukan rehabilitasi, dan mencegah rekurensi

penyakit, untuk memulihkan dan meningkatkan derajat kesehatan masing-masing

pekerja. Tetapi dokter okupasi juga memberikan pelayanan medis langsung

kepada pekerja yang sakit. Dokter okupasi menaksir besarnya masalah dan

memberikan pelayanan kuratif untuk mengatasi masalah penyakit yang dialami

pekerja. Dokter okupasi melakukan penatalaksanaan medis terhadap gangguan-

gangguan penyakit penting yang berhubungan dengan pekerjaan, mencakup

pernapasan, kulit, luka bakar, kontak dengan agen fisik atau kimia, keracunan, dan

sebagainya. Dokter okupasi menganalisis absensi pekerja, dan

menghubungkannya dengan faktor-faktor penyebab.5

2.3 Karbonmonoksida

2.3.1 Definisi

Karbon monoksida ( CO ) adalah gas yang tidak berwarna dan tidak berbau

yang dihasilkan dari proses pembakaran yang tidak sempurna dari material yang

berbahan dasar karbon seperti kayu, batu bara, bahan bakar minyak dan zat-zat

Page 6: Laporan Plant Survey FIX

6

organik lainnya. Setiap korban kebakaran api harus dicurigai adanya intoksikasi

gas CO. Sekitar 50% kematian akibat luka bakar berhubungan dengan trauma

inhalasi dan hipoksia dini menjadi penyebab kematian lebih dari 50% kasus

trauma inhalasi.6

Intoksikasi gas CO merupakan akibat yang serius dari kasus inhalasi asap dan

diperkirakan lebih dari 80% penyebab kefatalan yang disebabkan oleh trauma

inhalasi. Gas CO adalah penyebab utama dari kematian akibat keracunan di

Amerika Serikat dan lebih dari separuh penyebab keracunan fatal lainnya di

seluruh dunia. Terhitung sekitar 40.000 kunjungan pasien pertahun di unit gawat

darurat di Amerika Serikat yang berhubungan dengan kasus intoksikasi gas CO

dengan angka kematian sekitar 500-600 pertahun yang terjadi pada 1990an.6

Sekitar 25.000 kasus keracunan gas CO pertahun dilaporkan terjadi di

Inggris. Dengan angka kematian sekitar 50 orang pertahun dan 200 orang

menderita cacat berat akibat keracunan gas CO. Di Singapura kasus intoksikasi

gas CO termasuk jarang. Di Rumah sakit Tan Tock Seng Singapura pernah

dilaporkan 12 kasus intoksikasi gas CO dalam 4 tahun (1999-2003). Di Indonesia

belum didapatkan data berapa kasus keracunan gas CO yang terjadi pertahun yang

dilaporkan. 7,8

2.3.2 Patofisiologi

Ada tiga mekanisme yang menyebabkan cedera pada trauma inhalasi, yaitu

kerusakan jaringan karena suhu yang sangat tinggi, iritasi paru-paru dan asfiksia.

Hipoksia jaringan terjadi karena sebab sekunder dari beberapa mekanisme. Proses

pembakaran menyerap banyak oksigen, dimana di dalam ruangan sempit

seseorang akan menghirup udara dengan konsentrasi oksigen yang rendah sekitar

10-13%. Penurunan fraksi oksigen yang diinspirasi (FIO2) akan menyebabkan

hipoksia.9

Keracunan karbonmonoksida dapat menyebabkan turunnya kapasitas

transportasi oksigen dalam darah oleh hemoglobin dan penggunaan oksigen di

tingkat seluler. Karbonmonoksida mempengaruhi berbagai organ di dalam tubuh,

Page 7: Laporan Plant Survey FIX

7

organ yang paling terganggu adalah yang mengkonsumsi oksigen dalam jumlah

besar, seperti otak dan jantung.10

Beberapa literatur menyatakan bahwa hipoksia ensefalopati yang terjadi

akibat dari keracunan CO adalah karena gangguan reperfusi dimana peroksidasi

lipid dan pembentukan radikal bebas yang menyebabkan mortalitas dan

morbiditas.11

Efek toksisitas utama adalah hasil dari hipoksia seluler yang disebabkan oleh

gangguan transportasi oksigen. CO mengikat hemoglobin secara reversible, yang

menyebabkan anemia relatif karena CO mengikat hemoglobin 230-270 kali lebih

kuat daripada oksigen. Kadar HbCO 16% sudah dapat menimbulkan gejala klinis.

CO yang terikat hemoglobin menyebabkan ketersediaan oksigen untuk jaringan

menurun. 10,11

CO mengikat mioglobin jantung lebih kuat daripada mengikat hemoglobin

yang menyebabkan depresi miokard dan hipotensi yang menyebabkan hipoksia

jaringan. Keadaan klinis sering tidak sesuai dengan kadar HbCO yang

menyebabkan kegagalanrespirasi di tingkat seluler. CO mengikat cytochromes c

dan P450 yang mempunyai daya ikat lebih lemah dari oksigen yang diduga

menyebabkan defisit neuropsikiatris. Beberapa penelitian mengindikasikan bila

CO dapat menyebabkan peroksidasi lipid otak dan perubahan inflamasi di otak

yang dimediasi oleh lekosit. Proses tersebut dapat dihambat dengan terapi

hiperbarik oksigen. Pada intoksikasi berat, pasien menunjukkan gangguan sistem

saraf pusat termasuk demyelisasi substansia alba. Hal ini menyebabkan edema dan

dan nekrosis fokal.9

Penelitian terakhir menunjukkan adanya pelepasan radikal bebas nitric oxide

dari platelet dan lapisan endothelium vaskuler pada keadaan keracunan CO pada

konsentrasi 100 ppm yang dapat menyebabkan vasodilatasi dan edema serebri.6

CO dieliminasi di paru-paru. Waktu paruh dari CO pada temperatur ruangan

adalah 3 - 4 jam. Seratus persen oksigen dapat menurunkan waktu paruh menjadi

30 – 90 menit, sedangkan dengan hiperbarik oksigen pada tekanan 2,5 atm dengan

oksigen 100% dapat menurunkan waktu paruh sampai 15-23 menit.12

Page 8: Laporan Plant Survey FIX

8

Misdiagnosis sering terjadi karena beragamnya keluhan dan gejala pada

pasien. Gejala-gejala yang muncul sering mirip dengan gejala penyakit lain. Pada

anamnesa secara spesifik didapatkan riwayat paparan oleh gas CO. Gejala-gejala

yang muncul sering tidak sesuai dengan kadar HbCO dalam darah. Penderita

trauma inhalasi atau penderita luka bakar harus dicurigai kemungkinan terpapar

dan keracunan gas CO. Pada pemeriksaan tanda vital didapatkan takikardi,

hipertensi atau hipotensi, hipertermia, takipnea. Pada kulit biasanya didapatkan

wama kulit yang merah seperti buah cherry, bisa juga didapatkan lesi di kulit

berupa eritema dan bula.6,13

2.4 Timbal

2.4.1 Definisi

Timbal adalah salah satu logam berat yang mencemari udara dan dapat

dihasilkan dari emisi gas buang kendaraan bermotor. Timbal dalam bentuk

senyawa alkyl-Pb digunakan sebagai campuran dalam bensin yang berfungsi

sebagai anti ketuk (anti-knock). Alkyl-Pb yang terdapat dalam bahan bakar ini

mudah menguap dan larut dalam lemak sehingga mudah diabsorbsi oleh manusia

melalui inhalasi, ingesti ataupun dermal.6

2.4.2 Patofisiologi

Timbal dari gas buang kendaraan bermotor masuk ke dalam tubuh manusia,

melalui udara yang dihirup sebesar 30%-50% dan sekitar 5%-15% yang masuk

melalui makanan dan minuman dari timbal yang terdapat dalam udara. Di dalam

tubuh timbal bersifat kumulatif dan pada waktu jangka panjang, sekitar 10 tahun,

akan menimbulkan gangguan keracunan kronis terutama pada hati, ginjal, jantung

dan sistem saraf pusat.14

Orang-orang yang bekerja langsung berhubungan dengan bensin atau terkena

uapnya seperti petugas pintu tol memiliki resiko tinggi terpapar oleh timbal dari

gas buang kendaraan bermotor. Kelompok resiko tinggi terhadap pengaruh

pencemaran udara adalah kelompok yang akan terkena dampak pencemaran

Page 9: Laporan Plant Survey FIX

9

terlebih dahulu dan lebih besar dibandingkan kelompok lain dalam skala waktu

dan dosis yang sama.15

Baku Mutu Lingkungan (BML) untuk parameter Pb di udara menurut WHO

batas syarat maksimal kadar Pb udara yang diperbolehkan adalah sebesar 0,5 - 1,5

μg/Nm3, sedangkan menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor

41/1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara adalah sebesar 2 μg/Nm3 untuk

24 jam pengukuran dan 1 μg/Nm3 untuk 1 tahun pengukuran.16

Page 10: Laporan Plant Survey FIX

10

BAB 3

HASIL KUNJUNGAN

3.1 Informasi Umum

3.1.1 Profil Perusahaan

Berdiri : Tahun 2001

Lokasi : Bengkel Astra Motor Cabang Pattimura

Jl. Pattimura Blok CC No. 13-14

Pontianak, Kalimantan Barat, Indonesia

Luas wilayah : 8x9 m2

Telepon :

Pekerja : 15 orang (Mekanik: 9 orang)

(Sumber kunjungan lapangan dan Wawancara dengan Manager di Bengkel Astra

Motor Cabang Pattimura)

3.2. Gambaran Umum

3.2.1. Alur Kerja

Alur kerja mekanik di Bengkel Astra Motor Cabang Pattimura dimulai pada

pagi hari jam 07.30 WIB yang dimulai dengan penerimaan motor dari klien yang

datang untuk memeriksakan motor mereka. Mekanik akan mencatat identitas

motor dan pemiliknya dan meminta klien untuk menunggu sampai motornya

selesai dikerjakan. Setelah didata, setiap mekanik akan mengerjakan motor klien

sesuai dengan kebutuhan dan nomor antrian yang tertera pada formulir yang telah

di isi dan mengembalikan motornya kepada klien dan mengecek kuitansi

pembayaran. Aktivitas di bengkel Astra Motor Cabang Pattimura berakhir pada

jam 17.00 WIB. Mekanik dibagi menjadi 3 level yaitu antara lain level 1, level 2,

dan level 3. Mekanik level 1 hanya menangani motor yang memerlukan

perawatan servis, level 2 ditugaskan untuk membongkar mesin, dan level 3

(master) dapat menangani semua kasus motor. Mekanik yang bekerja akan

dinaikkan levelnya setelah diberikan pelatihan khusus selama 2 bulan dan paling

lama 6 bulan.

Page 11: Laporan Plant Survey FIX

11

3.3. Program Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Bengkel Astra Motor

Cabang Pattimura

3.3.1 Program kesehatan Kerja

Bengkel melakukan pemeriksaan kesehatan berkala tiap 1 tahun sekali di lab

Prodia berupa medical check up. Selain itu, bengkel tersebut juga melakukan

pemeriksaan awal sebelum seseorang diterima sebagai pekerja tetap. Pemeriksaan

awal tersebut meliputi cek kesehatan (buta warna, jarak jauh, dan tes urin untuk

menyaring penderita penyakit kronis) dan psikotes. Bekerja di bengkel ini tidak

memerlukan syarat pra kerja.

Setiap pekerja di bengkel memiliki jamsostek dimana para pekerja

mendapatkan pelayanan kesehatan gratis dimana akan ditanggung oleh

perusahaan termasuk anak dan istri pekerja. Pekerja juga mendapatkan asuransi

dari Gama medika dan BPJS. Di bengkel tersebut juga disediakan alat P3K jika

sewaktu-waktu terjadi kecelakaan kerja. Pekerja yang sakit wajib melapor kepada

kepala mekanik.

Pekerja diberikan waktu istirahat pada saat siang hari untuk beristirahat

sejenak dalam waktu 15 menit di tempat istirahat lantai 3. Untuk makan siang

digunakan sistem katering yang dibayar oleh perusahaan dan untuk air minum

pekerja disediakan dispenser di beberapa tempat. Penyediaan Alat Pelindung Diri

(APD) di bengkel sudah cukup baik. APD yang disediakan bengkel antara lain

topi, celemek, baju seragam, topi, sepatu besi, dan masker.

3.3.2 Sanitasi dan Lingkungan

Bengkel Astra Motor Cabang Pattimura merupakan suatu kompleks bangunan

yang terdiri dari 1 bangunan yang memiliki 3 lantai. Lantai pertama adalah tempat

para mekanik menerima dan memperbaiki motor, lantai 2 adalah tempat

administrasi dan tersedia ruang toilet sedangkan lantai 3 merupakan tempat

istirahat dan tempat ibadah. Setiap ruangan terdapat CCTV. Lantai 2 dan lantai 3

Page 12: Laporan Plant Survey FIX

12

tampak tertata rapi dan bersih serta sebagian besar ruangan menggunakan air

conditioner dan disediakan minuman dingin dan TV.

Lantai 1 merupakan ruangan tempat kerja mekanik dengan luas tempat sekitar

kurang lebih 8x9 m2. Pertukaran udara di ruangan ini kurang baik karena tidak

terdapat jendela dan ventilasi, sehingga udara hanya masuk melalui pintu depan.

Ruangan juga memiliki cerobong asap yang dimaksudkan untuk mengeluarkan

gas sisa pembakaran kendaraan bermotor namun cerobong asap tersebut tidak

berfungsi, selain itu di dalam ruangan juga terdapat kipas angin karena kondisi

dalam ruangan yang pengap dan lembab. Dalam ruangan juga disediakan pemutar

musik dan wastafel.

Sarana penerangan di dalam ruangan pada siang hari berupa cahaya matahari

yang masuk melalui pintu depan dan lampu-lampu 8x2 neon yang terdapat di

dalam ruangan. Kadang-kadang mekanik menggunakan senter untuk melihat

bagian motor. Penerangan pada malam hari tidak dapat dinilai karena kunjungan

diadakan pada siang hari. Dari dalam ruangan sering terdengar suara mesin motor

yang dihidupkan dan menghasilkan gas sisa pembakaran. Ruangan dibersihkan

setiap siang dan sore dengan cara disapu dan dipel. Pada halaman sekitar

bangunan merupakan jalan raya, dan di depan bengkel merupakan sebuah toko

elektronik.

3.3.3 Anamnesis Okupasi

Anamnesis okupasi dilakukan kepada 2 orang mekanik di bengkel Astra

Motor Cabang Pattimura sebagai sampel dan didapatkan hasil sebagai berikut:

a. Mekanik Pertama

1. Identitas Pekerja

- Nama: Suripto

- Umur: 20 tahun

- Alamat: Jl. Imam Bonjol, Gg. Garuda Baru

- Agama: Islam

- Status Pernikahan: Belum menikah

Page 13: Laporan Plant Survey FIX

13

- Pendidikan terakhir: SMK Kimia

2. Jenis Pekerjaan: Mekanik

3. Alat dan Bahan/Material yang digunakan

- Truster

- Multi tester

- Special Tools

- Tire Genuine

- Nitrogen the initiation system

- Piping system

- Compressor

- Air aki

- Air radiator

- Oli

4. Tempat Kerja: Bengkel Astra Motor Cabang Pattimura

5. Lama kerja: 1 tahun (Mekanik level 1)

6. Tugas/ pekerjaan yang sekarang

Suripto berangkat dari rumahnya pada jam 06. 45 WIB menggunakan sepeda

motor. Di tempat kerja pada jam 07.00 WIB/08.30 WIB tergantung dari shift,

Suripto yang merupakan mekanik level 1 menangani masalah motor yang

memerlukan servis. Servis lengkap yang dilakukan meliputi pemeriksaan terhadap

listrik, tekanan ban, rantai, stang, cuci karbo, cek rem, dan ganti oli. Servis motor

rata-rata memerlukan waktu 40 menit untuk mengerjakan 1 motor, sehingga target

setiap mekanik dapat menangani 8 motor. Selain menangani motor yang ingin

servis, motor baru yang baru dibeli klien dapat dilakukan KPB yang sama seperti

servis lengkap. Namun, kadang-kadang karena pelanggan yang ramai Suripto juga

menangani masalah motor yang memerlukan pembongkaran mesin. Suripto tidak

menggunakan masker saat bekerja dikarenakan suripto merasa pekerjaan yang

ditanganinya masih belum mengharuskannya untuk memakai masker. Selama

bekerja, Suripto pernah mengalami kejadian-kejadian pada saat bekerja seperti

tang yang menimpa kakinya pada saat bekerja, tahun lalu kabel busi pernah

Page 14: Laporan Plant Survey FIX

14

mengenai bagian bawah mata suripto. Suripto juga pernah mengeluhkan sakit

pinggang, sesak napas, dan tekanan darah rendah. Pada saat bekerja Suripto juga

lebih memilih posisi berdiri. Dari hasil pemeriksaan denyut nadi didapatkan hasil

72x/menit. Suripto mendapatkan waktu istirahat selama 1 jam pada siang hari

tergantung shift kerja (11.30-12.30/12.30-13.30) dan pada jam 16.15 WIB/17.00

WIB tergantung shift kerja, Suripto pulang kerumah menggunakan sepeda motor.

b. Mekanik Kedua

1. Identitas Pekerja

- Nama: Irfan

- Umur: 25 tahun

- Alamat: Jl. Tanjung Hulu

- Agama: Islam

- Status Pernikahan: Sudah menikah

- Riwayat Pekerjaan: Bekerja di bengkel sejak 2009 hingga Desember

2012, dan pindah ke bengkel Astra Motor Cabang Pattimura sejak

Desember 2012-Sekarang.

2. Jenis Pekerjaan: Mekanik level 2

3. Alat dan Bahan/Material yang digunakan

- Truster

- Multi tester

- Special Tools

- Tire Genuine

- Nitrogen the initiation system

- Piping system

- Compressor

- Air aki

- Air radiator

- Oli

4. Tempat Kerja: Bengkel Astra Motor Cabang Pattimura

5. Lama kerja: 19 bulan

Page 15: Laporan Plant Survey FIX

15

6. Tugas/ pekerjaan yang sekarang

Irfan berangkat dari rumahnya pada jam 06. 30 WIB/ 08.00 WIB tergantung

shift kerja menggunakan sepeda motor. Di tempat kerja pada jam 07.00

WIB/08.30 WIB tergantung dari shift, Irfan yang merupakan mekanik level 2

menangani masalah motor yang memerlukan pembongkaran mesin dan servis.

Servis lengkap yang dilakukan meliputi pemeriksaan terhadap listrik, tekanan ban,

rantai, stang, cuci karbo, cek rem, dan ganti oli. Servis motor rata-rata

memerlukan waktu 40 menit untuk mengerjakan 1 motor, sehingga target setiap

mekanik dapat menangani 8 motor. Irfan sebagai mekanik level 2 juga menangani

masalah motor yang memerlukan pembongkaran mesin. Pembongkaran mesin

dikerjakan dalam posisi jongkok, di tempat kerja telah disediakan tempat duduk

namun Irfan merasa kalau jongkok akan mempercepat penanganan motor. Untuk

melihat mesin motor, kadang Irfan menggunakan senter karena kondisi ruangan

yang penerangannya kurang. Irfan jarang menggunakan masker saat bekerja

kecuali ketika menangani motor yang debunya berlebihan. Selama bekerja, Irfan

pernah mengalami kejadian seperti air aki yang mengenai tangan namun telah

ditangani dengan mengalirkan air bersih di atas tangan yang terkena air aki

tersebut. Irfan pernah izin kerja sebanyak 1 kali dikarenakan menderita demam

akibat kecapekan kerja. Irfan juga mendapatkan waktu istirahat selama 1 jam pada

siang hari tergantung shift kerja (11.30-12.30/12.30-13.30) dan pada jam 16.15

WIB/17.00 WIB tergantung shift kerja, Irfan pulang kerumah menggunakan

sepeda motor.

Page 16: Laporan Plant Survey FIX

16

BAB IV

PEMBAHASAN

Penyakit yang diderita karyawan dalam hubungan dengan kerja dipengaruhi

oleh beberapa factor resiko, meliputi kondisi tempat kerja, peralatan kerja,

material yang dipakai, proses produksi, cara kerja,limbah perusahaan dan hasil

produksi. Ratusan juta tenaga kerja di seluruh dunia bila bekerja pada kondisi

yang tidak nyaman dapat mengakibatkan gangguan kesehatan.17

Penyakit akibat kerja adalah penyakit yang timbul karena hubungannya

dengan kerja atau yang disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan kerja. Menurut

Keppres RI no 22 tahun 1993 tentang penyakit yang timbul karena hubungan

kerja terdapat 31 jenis penyakit. Secara khusus terdapat 6 jenis penyakit yang

mengenai paru tenaga kerja dalam peraturan tersebut. Penyakit tersebut meliputi

Pneumokoniosis, Penyakit paru & saluran napas oleh debu logam berat, disebakan

oleh debu kaps, vlas, henep dan sisal, asma akibat kerja, alveolitis alergika akibat

debu organik, Kanker paru atau mesothelioma oleh asbes dan Penyakit infeksi

oleh virus, bakteri atau parasit yang didapat pada pekerjaan berisiko

terkontaminasi.

Oleh karena itu perlunya aturan yang mengatur tentang kesehatan terutama

bagi tenaga kerja. Dimulai dari Undang – Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang

Kesehatan (yang biasanya disingkat menjadi UU Kesehatan) antara lain mengatur

hak dan kewajiban setiap warga negara dalam memelihara dan meningkatkan

derajat kesehatan; tugas dan tanggung jawab pemerintah; pelaksanaan upaya

kesehatan yang harus secara menyeluruh (paripurna), terpadu dan

berkesinambungan melalui pendekatan peningkatan kesehatan, pencegahan

penyakit, penyembuhan penyakit, dan pemulihan kesehatan. Dalam pasal 23 UU

Kesehatan tersebut dinyatakan bahwa upaya kesehatan kerja merupakan salah satu

dari 15 upaya kesehatan, yang diselenggarakan untuk mewujudkan produktivitas

kerja yang optimal sejalan dengan perlindungan tenaga kerja. Upaya kesehatan

kerja wajib dilakukan di setiap tempat kerja, dan mencakup pelayanan kesehatan

Page 17: Laporan Plant Survey FIX

17

kerja, pencegahan penyakit akibat kerja serta penerapan syarat – syarat kesehatan

kerja.

Dari hasil survei yang dilakukan, didapatkan paparan atau potensi bahaya

terbesar pada Mekanik di Bengkel Astra Motor Cabang Pattimura adalah paparan

gas karbon monoksida dan timbal hasil sisa gas kendaraan bermotor selama

bekerja. Paparan terutama melalui inhalasi. Gas buang kendaraan bermotor sendiri

terdiri dari berbagai gas seperti karbon monoksida (CO), karbon dioksida (CO2),

nitrogen dioksida (NO2), ozon (O3), sulfur dioksida (SO2) dan partikulat seperti

hidrokarbon, plumbum dioksida (PbO2) dan senyawa organik lain.

Selama bekerja karyawan tidak memakai alat perlindungan diri (APD) berupa

masker, Dari perusahaan sendiri sebenarnya telah menyediakan Alat Pelindung

Diri (APD) antara lain topi, celemek, baju seragam, topi, sepatu besi, dan masker.

Dari hasil wawancara, rata-rata jumlah jam kerja mekanik selama 7-8 jam/hari.

Paparan gas CO dan timbal ini akibat dari gas kendaraan bermotor yang

dihasilkan ketika mekanik menghidupkan motor pada tahap akhir service. Kondisi

ruangan bengkel yang tidak mempunyai ventilasi yang baik mengakibatkan

senyawa tersebut terkumpul dalam ruangan kerja. Hal ini menurut analisa kami

cukup berpotensi bahaya terhadap kesehatan pekerja, karena paparan yang sering

dan cukup lama.

4.1 Bahaya Potensial Karbon Monoksida

Lebih kurang 80 % - 90 % dari jumlah CO yang diabsorbsi oleh tubuh

berikatan dengan hemoglobin, membentuk karboksihemoglobin (COHb).

Terikatnya CO pada Hb menyebabkan lepasnya ikatan oksihemoglobin dan

mereduksi kapasitas transport oksigen dalam darah. Afinitas ikatan karbon

monoksida dan hemoglobin adalah 200 – 250 kali dari oksigen.1 Karbon

monoksida masuk ke dalam aliran darah melalui paru-paru dan bereaksi dengan

hemoglobin (Hb) dengan reaksi sebagai berikut : O2 + CO → COHb + O2. Tanpa

disadari, keracunan COHb akan berpengaruh pada tingkat kesehatan pekerja dan

berpengaruh pada produktivitas pekerja bengkel. Kondisi ini juga dapat terjadi di

lingkungan lain yang tercemar oleh CO. Gejala klinis awal keracunan gas CO

Page 18: Laporan Plant Survey FIX

18

tidak khas. Gejala klinis awal menyerupai gejala penyakit lain, seperti sakit

kepala, mual dan pening, gejala seperti flu kadang pula didiagnosis sebagai

sindrom viral.18

Mekanisme kerja gas CO di dalam darah sehingga membentuk

karboksihemoglobin adalah sebagai berikut:

1. Karbon monoksida bersaing dengan oksigen untuk mengikat hemoglobin.

Kekuatan ikatannya 200-300 kali lebih kuat dibandingkan oksigen. Akibatnya,

oksigen terdesak dan lepas dari hemoglobin sehingga pasokan oksigen oleh darah

ke jaringan tubuh berkurang, timbul hipoksia jaringan.

2. COHb mencampuri interaksi protein heme, menyebabkan kurva

penguraian HbO2 bergeser kekiri (Haldane effect). Akibatnya terjadi pengurangan

pelepasan oksigen dari darah ke jaringan tubuh.

Tabel 4.1 Toksisitas Gas CO19

Karbon monoksida dapat mengikat oksigen dari hemoglobin menghasilkan

karboksihemoglobin ; HbO2 + CO → COHb + O2, pengaruh dari reduksi ini

Page 19: Laporan Plant Survey FIX

19

mengakibatkan kapasitas darah naik dengan kenaikan CO atmosfer dan aktifitas

fisik individu. Adanya gas CO dalam darah memberikan berbagai pengaruh atau

gangguan yang terurai dengan tingkat konsentrasinya (seperti tabel di bawah).20

Tabel 4.2 konsentrasi CO pada tubuh manusia:20

Penelitian yang dilakukan oleh zuhriyah pada tahun 2008 pada pekerja

bengkel menunjukkan bahwa Kadar COHb Rata-rata para pekerja bengkel 15,32

melebihi batas normal. Usia dan lama bekerja tidak mempengaruhi kadar COHb.

Tingginya kandungan COHb para pekerja menyebabkan mereka mengalami

gangguan kesehatan diantaranya: cepat merasa lelah, cepat merasa mengantuk,

mata menjadi pedih dan sakit kepala.21 Dalam kesempatan plant survey ini

memang tidak dilakukan pengukuran kadar karbon monoksida yang ada di udara

bebas ataupun kadar paparan karbon monoksida pada tubuh pekerja, namun disini

dari kenyataan dilapangan, kami mencoba menghubungkan kemungkinan

ganggungan kesehatan/kejadiaan yang bisa terjadi.

Keracunan gas CO sendiri akan menimbulkan hipoksia jaringan tubuh karena

kurangnya oksigen dalam aliran darah. Gas CO dalam tubuh akan menghalangi

pengikatan oksigen dalam tubuh. Hipoksia ini akan menggangu sistem

kardiovaskuler (aliran darah ke jantung) karena menurunnya daya kontraksi otot

pada jantung, dapat menggangu sistem timbulnya gangguan pernafasan. Berikut

adalah gangguan-gangguan yang dapat ditimbulkan karena keracunan gas CO:22

1. Gangguan Kardiovaskuler (gangguan peredaran darah)

Page 20: Laporan Plant Survey FIX

20

Didalam darah gas CO dapat berikatan dengan Hb (hemoglobin) dan

membentuk COHb (Carboksi Hemoglobin). Ikatan ini memiliki daya ikat 200-300

kali lebih kuat daripada ikatan O2 (oksigen) dengan Hb sehingga ikatan ini dapat

mendesak dan melepaskan O2 dari hemoglobin darah.

Kelebihan gas CO dalam darah dapat menyebabkan menurunnya ATP

(Adenosin Tripospat). ATP merupakan bahan yang sangat penting bagi aktivitas

otot jantung sehingga kurangnya kadar ATP akan menghambat daya kontraksi

jantung dan dapat menyebabkan kematian mendadak (sudden death).

2. Gangguan pada sistem saraf pusat

Keracunan gas CO pada susunan saraf pusat dapat menyebabkan

parkinsonisme yaitu gejala seperti kekakuan dan cara berjalan yang tidak stabil.

Secara teori hal ini terjadi karena adanya gangguan kinerja sel output pada otak.

Selain itu, kelebihan gas CO akan mengganggu atau memperlambat metabolisme

neurotransmitter dopamin (senyawa kimia yang menghantarkan rangsang pada

sistem saraf pusat) sehingga terjadi kekacauan pada sistem transmisi informasi

pada sistem saraf.

3. Komplikasi paru

Pada keracunan berat gas CO akan terjadi gangguan pada sistem pernafasan

berupa edema paru dan pendarahan, hal ini terjadi karena terganggunya fungsi

ventrikel kiri atau akibat hipoksia parenkim paru-paru sehingga terjadi gagal

napas.

Batas pajanan gas CO dalam 8 jam kerja/hari atau 48 jam/minggu.

Permissive Exposure Limit (PEL) OSHA : 35 ppm TWA

Recommended Exposure Limit (REL) NIOSH : 50 ppm TWA

Treshold Limit Value (TLV) ACGIH : 25 ppm TWA

Menurut OSHA di Amerika Serikat, pekerja dapat mentoleransi pajanan

hingga 100 ppm/8 jam/hari. Protokol HOME, menyebutkan bila terpajan > 36

ppm/8 jam/hari sudah harus dilakukan pemeriksaan kesehatan pekerja. Semua

pintu dan tempat bekerja harus dibuka.

Page 21: Laporan Plant Survey FIX

21

Untuk mencegah terjadinya keracunan pada pegawai diharapakan ketika

menghidupkan mesin motor maka belalai penyedot gas juga dihidupkan sehingga

gas sisa kendaraan bermotor tidak terakumulasi dalam ruangan kerja. Selain itu

juga diharapakan secara teratur mengukur keberadaan gas CO secara teratur di

lingkungan bekerja dan para pekerja diharapkan menggunakan masker ketika

bekerja untuk menimalisir paparan di lingkungan kerja.

4.2 Bahaya Potensial Timbal

Timbal atau dalam keseharian lebih dikenal dengan nama timah hitam, dalam

bahasa ilmiah disebut Plumbum dan disimbol dengan Pb. Timbal (Pb) adalah

unsur yang dihasilkan oleh sisa pembakaran mesin kendaraan yang tidak

sempurna. Sebenarnya timbal terdapat dalam senyawa kompleks hidrokarbon

dalam bahan bakar minyak. Semakin baik kualitas bahan bakar minyak tersebut

semakin rendah pula kandungan timbalnya. Banyaknya timbal yang dihasilkan

oleh asap kendaraan juga dipengaruhi oleh kualitas mesin kendaraan yang dipakai.

Semakin baik kualitas mesin kendaraan, semakin rendah pula timbal yang

dihasilkan. Bagi orang yang bekerja di bidang otomotif, terutama mekanik

bengkel, paparan timbal setiap harinya akan lebih banyak dibanding orang lain.

Timbal yang dihasilkan dapat terhirup melalui rongga mulut dan hidung lalu dapat

terakumulasi di dalamnya.16

Timbal di alam tidak terdapat dalam keadaan bebas dan banyak dipakai

dengan berbagai senyawa yang secara teknis mempunyai peranan penting. Bentuk

oksidasi yang paling umum adalah timbal oksida, sedangkan senyawa organo

metalik yang terpenting adalah timbal tetraetil (TEL), timbal tetrametil (TML), dan

timbal stearat. Sebagai salah satu logam berat, ternyata timbal merupakan unsur

yang potensial menyebabkan pencemaran lingkungan. Timbal yang mencemari

udara terdiri dari dua bentuk, yaitu bentuk gas dan bentuk partikel. Gas timbal

terutama berasal dari pembakaran bahan aditif bensin pada kendaraan bermotor,

sedangkan partikel timbal di udara berasal dari pabrik alkil timbal, timbal oksida,

dan pembakaran arang.15

Page 22: Laporan Plant Survey FIX

22

Bagi pekerja bengkel sumber utama polusi timbal selain berasal dari accu,

berasal dari pembakaran bahan bakar bensin kendaraan bermotor. Timbal telah

lama digunakan sebagai zat tambahan untuk meningkatkan nilai oktan bensin

dalam bentuk Tetra Ethyl Lead (TEL). Selain untuk meningkatkan nilai oktan,

TEL juga dapat mengurangi letupan di dalam mesin kendaraan bermotor. Secara

rata-rata timbal di dalam bensin akan dikeluarkan melalui knalpot sebagai partikel

dan 75% akan diemisikan sebagai garam anorganik. Semakin tinggi kecepatan

suatu kendaraan bermotor, semakin banyak timbal yang dikeluarkan.15

Hasil dari pembakaran bensin mengandung senyawa oksida timbal. Senyawa

ini berbentuk timbal halida, berupa partikel anorganik dan mudah menguap.

Timbal dalam bensin akan bereaksi dengan oksigen dan bahan bahan pengikat

yang ditambahkan ke dalamnya, selanjutnya dikeluarkan melalui sistem

pembuangan gas, dan berkondensasi membentuk partikel. Partikel timbal yang

dikeluarkan oleh gas buang kendaraan bermotor berukuran antara 0.08–1.00 μm

(aerosol) dengan masa tinggal (residence time) di udara selama 4–40 hari.

Absorbsi timbal pada waktu yang panjang, sekitar 10 tahun, akan terjadi

penimbunan (akumulasi) timbal pada organ tubuh, keracunan kronis, dan

menyebabkan gangguan sintesis hemoglobin, sistem syaraf, urinaria, reproduksi,

sistem endokrin, dan jantung.15

Efek-efek Pb terhadap kesehatan dapat dijelaskan secara rinci sebagai

berikut:15,16

a. Efek terhadap terjadinya Anemia oleh Pb

Secara biokimiawi, keracunan timah hitam dapat menyebabkan :

1. Peningkatan produksi ALA (Amino Levulinic Acid)

Timah hitam akan menghambat enzim hemesintetase, yang mengakibatkan

penurunan produksi heme. Penurunan produksi heme ini akan

meningkatkan aktivitas ALA sintetase, dan akhirnya produksi ALA

meningkat. Peningkatan produksi ALA ini dapat dilihat dari ekskresi ALA

di urine.

2. Peningkatan Protoporphirin

Page 23: Laporan Plant Survey FIX

23

Perubahan protoporphirin IX menjadi heme, akan terhambat dengan

adanya timah hitam. Hal ini akan menyebabkan terjadinya akumulasi dari

protoporphirin IX yang dapat diketahui pada plasma dan feces.

3. Peningkatan koproporphirin

Akumulasi dari protoporphirin akan meningkatkan akumulasi dari

koproporphirin III. Hal ini diketahui dengan didapatkannya koproporphirin

III pada urine dan feces.

b. Efek terhadap saraf (sistem saraf pusat)

Susunan saraf merupakan jaringan yang paling sensitif terhadap keracunan

Pb. Setelah pajanan tinggi dengan kadar Pb darah di atas 80 μg/dl dapat terjadi

ensefalopati. Terjadi kerusakan pada arteriol dan kapiler yang mengakibatkan

oedema (adanya cairan) otak, meningkatnya tekanan cairan serebrospinal,

degenerasi neuron dan perkembangbiakan sel glia. Secara klinis keadaan ini

disertai dengan menurunnya fungsi memori dan konsentrasi, depresi, sakit kepala,

vertigo (pusing berputar-putar), tremor (gerakan abnormal dengan frekuensi

cepat), stupor (penurunan kesadaran ringan), koma, dan kejang-kejang.

c. Ensefalopati

Ensefalopati merupakan bentuk keracunan Pb yang sangat buruk dengan

sindrom gejala neurologis yang berat dan dapat berakhir dengan kerusakan otak

atau kematian. Paling sering dijumpai pada anak kecil atau orang yang

mengkonsumsi makanan/minuman tercemar Pb. Anak-anak mempunyai resiko

lebih besar terhadap paparan Pb dari orang dewasa. Hal ini mungkin disebabkan

oleh adanya perbedaan aktivitas metabolik interna Ensefalopati akut pada manusia

sangat dipengaruhi oleh : 1) jumlah partikel Pb yang terhisap, 2) lama pemaparan,

dan faktor-faktor lain. Yang ditandai dengan : 1) perubahan perilaku mental, 3)

Pelemahan pada daya ingat dan pada aktivitas untuk berkonsentrasi, 4)

hyperirritabel (hal yang sangat mengganggu), 5) kegelisahan, 6) depresi, 7) sakit

kepala, 8) vertigo dan tremor, ensefalopati akut berkembang hanya pada dosis

Page 24: Laporan Plant Survey FIX

24

yang besar dan jarang terjadi pada level Pb dalam darah dibawah 100 μg/ 100 ml,

pernah dilaporkan terjadi pada tingkat 70 μg/ 100ml.

a. Pendengaran

Kerusakan pada susunan saraf pusat dapat pula mengenai saraf kranial, kadar

Pb dalam darah 15 μg/dl dapat menyebabkan gangguan saraf pusat, pada kadar 1

– 18 μg/dl menyebabkan gangguan pendengaran. Beberapa penelitian pada anak-

anak dan dewasa memperlihatkan adanya hubungan paparan Pb dengan

penurunan pendengaran tipe sensorineural. Pada individu yang sensitif kadang-

kadang didapatkan adanya efek yang memburuk pada sistem tubuh, tetapi secara

klinis efek tersebut tidak jelas sampai dicapai kadar Pb yang lebih tinggi lagi.

b. Efek terhadap ginjal

Keracunan berat Pb dalam waktu lama akan menyebabkan penyakit renal

progresif dan tidak dapat disembuhkan Nephropati yang ditandai oleh gangguan

fungsi ginjal progresif sering disertai hipertensi. Kerusakan ginjal berupa fibriosis

interstitialis kronis, degenerasi tubuler, dan perubahan vaskuler pada arteri kecil

dan arteriol.

c. Efek terhadap sistem cardiovascular

Pada keracunan Pb akut beberapa pasien menderita colic yang disertai

peningkatan tekanan darah. Kemungkinan timbulnya kerusakan miokard tidak

dapat diabaikan. Perubahan elektro cardiografi dijumpai pada 70 % penderita

dengan gejala umum berupa takikardia, disritmia atrium.

4.3 Masalah Ergonomis Pada Mekanik di Bengkel Astra Motor Cabang

Pattimura

Berdasarkan hasil pengamatan, secara garis besar terdapat 3 jenis postur kerja

saat melakukan servis motor, yaitu berdiri sambil membungkuk, duduk, dan

jongkok. Ketiga postur kerja tersebut berpotensi menimbulkan nyeri atau cedera

otot baik pada tubuh bagian atas maupun bawah(work-related musculoskeletal

disorders). Postur kerja ini berkaitan dengan masalah ergonomi.

Ergonomi ialah suatu cabang ilmu yang sistematis untuk memanfaatkan

informasi-informasi mengenai sifat, kemampuan dan keterbatasan manusia untuk

Page 25: Laporan Plant Survey FIX

25

merancang suatu sistem kerja sehingga orang dapat hidup dan bekerja pada sistem

itu dengan baik, yaitu mencapai tujuan yang diinginkan melalui pekerjaan itu,

dengan efektif, aman dan nyaman.Secara umum tujuan dari penerapan

ergonomi,yaitu:

1. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya pencegahan cedera

dan penyakit akibat kerja, menurunkan beban kerja fisik dan mental,

mengupayakan promosi dan kepuasan kerja.

2. Meningkatkan kesejahteraan sosial melalui peningkatan kualitas kontak sosial,

mengelola dan mengkoordinir kerja secara tepat guna dan meningkatkan

jaminan sosial baik selama kurun waktu usia produktif maupun setelah tidak

produktif.

3. Menciptakan keseimbangan rasional antara berbagai aspek yaitu aspek teknis,

ekonomis, antropologis dan budaya dari setiap sistem kerja yang dilakukan

sehingga tercipta kualitas kerja dan kualitas hidup yang tinggi.

Postur bekerja yang baik adalah dimana pekerja dapat bertahan selama

mungkin dan tidak memberikan efek yang merugikan. Berdasarkan hasil

wawancara, para mekanik bengkel akan duduk kurang lebih selama 30 menit.

Postur duduk para mekanik terserbut dinilai kurang baik karena postur tubuh

mereka menjadi membungkuk ketika melakukan service motor. Postur tersebut

jika dipertahankan terus menerus maka akan menimbulkan kelelahan otot. Posisi

kerja duduk terus-menerus dalam waktu yang lama menyebabkan keluhan berupa

pegal-pegal dan nyeri di daerah leher, bahu, tulang belakang, dan perut.

Kursi salah satu komponen penting di tempat kerja. Kursi yang baik akan

mampu memberikan postur dan sirkulasi yang baik dan akan membantu

menghindari ketidaknyamanan. Pilihan kursi yang nyaman dapat diatur dan

memiliki penyangga punggung. Tinggi bangku dirumitkan oleh interaksi dengan

tinggi tempat duduk. Desain kursi sesuai dengan kriteria agar permukaan kerja

tetap dibawah siku seperti bagian sebelumnya.

Tempat duduk harus dibuat sedemikian rupa sehingga memberikan relaksasi

pada otot-otot yang sedang dipakai untuk bekerja dan tidak menimbulkan

Page 26: Laporan Plant Survey FIX

26

penekanan pada bagian tubuh yang dapat mengganggu sirkulasi darah dan

sensibilitas bagian-bagian tersebut. Dalam mendesain kursi kerja yang ergonomis

harus memenuhi kriteria-kriteria atau aturan baku tentang tempat duduk dan meja

kerja dengan berpedoman pada ukuran-ukuran antropometri orang Indonesia.

Kriteria tersebut sebagai berikut : Pekerja dengan sikap duduk mendapatkan

kedudukan yang mantap dan memberikan relaksasi otot-otot yang tidak dipakai

untuk bekerja dan tidak mengalami penekanan-penekanan pada bagian tubuh yang

mengganggu sirkulasi darah dan sensitifitas bagian tersebut.

a) Tinggi Tempat Duduk

Dari lantai sampai dengan permukaan atas bagian depan alas duduk. Tinggi

tempat duduk harus lebih pendek dari panjang tekuk lutut sampai dengan telapak

kaki.

b) Panjang Alas Duduk

Pertemuan garis proyek permukaan depan sandaran duduk sampai dengan

permukaan alas duduk. Panjang alas duduk harus lebih pendek dari lekuk lutut

sampai dengan garis punggung.

c) Lebar Tempat Duduk

Diukur pada garis tengah alas duduk melintang. Lebar alas duduk harus lebih

besar dari lebar pinggul.

d) Sandaran punggung

Diukur panjang dan lebar. Bagian atas dari sandaran punggung tidak melebihi

tepi bawah ujung tulang belikat dan bagian bawahnya setinggi garis pinggul.

e) Sandaran Tangan

Diukur panjang, lebar dan tinggi. Jarak tepi dalam dua sandaran tangan lebih

besar dari lebar pinggul dan tidak melebihi lebar bahu. Tinggi sandaran tangan

adalah setinggi siku. Panjang sandaran tangan adalah sepanjang lengan bawah.

f) Sudut Alas Duduk

Sudut alas duduk harus sedemikian rupa sehingga memberikan kemudahan

bagi pekerja untuk menentukan pemilihan gerakan dan posisi. Sudut alas duduk

hendaknya dibuat horisontal. Untuk pekerjaan- pekerjaan yang tidak memerlukan

sikap sedikit membungkuk ke depan, alas duduk dapat dibuat ke belakang (3-5

Page 27: Laporan Plant Survey FIX

27

derajat). Bila keadaan memungkinkan, dianjurkan penyediaan tempat duduk yang

dapat diatur.

Page 28: Laporan Plant Survey FIX

28

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil kunjungan lapangan kelompok kami di Bengkel Astra

Motor Cabang Pattimura pada tanggal 17 Juni 2015 ditemukan bahwa paparan

atau potensi bahaya terbesar pada Mekanik adalah paparan gas karbon monoksida

dan timbal hasil sisa gas kendaraan bermotor selama bekerja terutama melalui

inhalasi. Namun hal ini tidak dibarengi dengan kesadaran para mekanik sehingga

seringkali tidak menggunakan APD yang telah disediakan oleh perusahaan.

Selain itu, posisi bekerja para mekanik yang paling sering adalah duduk yang

bisa memakan waktu lebihdari 30 menit, hal ini dapat menyebabkan kelainan otot.

5.2 Saran

1. Edukasi dan motivasi karyawan mengenai pentingnya penggunaan APD

dengan benar.

2. Penyediaan tempat duduk yang sesuai secara ergonomis untuk para

mekanik dengan memperhatikan kriteria tempat duduk yang baik.

Page 29: Laporan Plant Survey FIX

29

DAFTAR PUSTAKA

1. Nurini Endarwati, I Made Muliatna. Hubungan Penerapan Keselamatan Dan

Kesehatan Kerja Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan Pada Bidang

Service Kendaraan Di Bengkel CV. ASRI MOTOR Sidoarjo. JTM. Volume

03 Nomor 01 Tahun 2014, 161-166.

2. Hanggraeni, Dewi. 2012. Manajemen Sumber Daya Manusia. Lembaga

Penerbit FEUI, Jakarta.

3. William, et al. / Perancangan Sistem Kesehatan dan Keselamatan Kerja

(SMK3) di PT. SPINDO 1/ Jurnal Titra, Vol. 2, No. 2, Juni 2014, pp. 179-182

4. OHSAS 18001, Occupational Healt and Safety Management Systems

Requirements, 2007

5. Agius R , Seaton A (2005). Practical occupational medicine. UK: Hodder

Headline/ Arnold Publishers

6. Louise W Kao, Kristine A Nanagas. Carbon Monoxide Poisoning. Emerg

MedClin N Arn22 (2004) 985-1018.

7. lvan Blumenthal. Carbon monoxide poisoning. J R Soc Med 2001;94:270-

272.

8. PK Handa, DYH Tai. Carbon Monoxide Poisoning: A Five-year Review at

Tan Tock Seng Hospital, Singapore. Ann Acad Med Singapore 2005;34:.611-

4.

9. Peter MC DeBlieux, VanDeVoort, John G Benitez, Halamka, Asim Tarabar.

Toxicity, Carbon Monoxide. 2006. http:/lwww.emedicine.com diakses

tanggal 20 Juni 2015.

10. Eugene N.Bruce, Margaret C- A multicompanement model of

cartoxyhemoglobin and carboxymyoglobin responses to inhalation of carbon

monoxide. J Appl Physiol95 (2003): 1235-1247.

11. Stephen R Thom, Donald Fisher, Y Anne Xu, Sarah Garner, and Harry

lschiropoulos- Role of nitric oxide-derived oxidants in vascular injury from

carbon monoxide in the rat. Am J of Physiol.0363-6135 (1999),984-90.

Page 30: Laporan Plant Survey FIX

30

12. Jurling DN, Buckley NA, Stanbrook MB, Isbister M, McGuigan MA.

Hyperbaric oxygen for carton monoxide poisoning. Cochrane Database of

Systematic Reviews. 2005:I.

13. Zeki Palili, Hayriye Saricao, Ahmet Acar. Skin lesions in carbonmonoxide

intoxication. Journal of the European Academy of Dermatology and

Venereology 9 (1997),152-154.

14. Irwansyah I. Hubungan kepadatan, jenis kendaraan terhadap kadar timbal

udara dan urin masyarakat sekitar jalan raya kota Jogjakarta [Tesis].

Jogjakarta: Universitas Gajah Mada; 2003.

15. Kawatu, PAT. Kadar timbal darah, hipertensi, dan perasaan kelelahan kerja

pada petugas stasiun pengisian bahan baker umum di kota Manado [Tesis].

Jogjakarta: Universitas Gajah Mada; 2008.

16. Adryani, Retno. Kadar Pb udara, kadar Pb darah dan efeknya terhadap

kesehatan pedagang kaki lima jalan Dharmawangsa di Kota Surabaya. 2005.

http://adln.lib.unair.ac.id diakses tanggal 20 Juni 2015.

17. James L, William, Philip and Burson. 1985. Environment Toxicology and

Chemistri. New York: Oxford Univ Press.

18. Wichaksana, Aryawan. 2002. Dampak Keracunan Gas Karbon Monoksida

Bagi Kesehatan Pekerja. Cermin Dunia Kedokteran No. 136.diunduh dari

Kalbemed.co.id

19. Cardiovascular Disorders. Occupational Disorders by System. Theriault GP.

In: Occupational Health Recognizing Preventing Work-related Disease. 1995.

p.565.

20. Crosby, Donald G. 1998. Environmental Toxicology and Chemistri. New

York : Oxford Univ. Press.

21. Zuhriyah,Nia Erva.2008. Analisis Kadar Karboksihemoglobin (COHb) dan

dampaknya terhadap kesehatan pekerja bengkel.Universitas Islam Negeri

Magelang.

22. Kindwall EP. Carbon Monoxide. The Chemical Occupational Environment.

In: Zenz Carl, Dickerson OB, Hovart EP. Editors. Occupational Medicine.

3rd ed. St. Louis: Mosby Year Book Inc; 1994: 447-52.

Page 31: Laporan Plant Survey FIX

31

LAMPIRAN

Gambar 1 Postur kerja mekanik

Page 32: Laporan Plant Survey FIX

32

Gambar 2 Proses wawancara

Gambar 3 Kesibukan pekerja bengkel astra motor

Gambar 4 Tempat pendaftaran service

Page 33: Laporan Plant Survey FIX

33

Gambar 5 Ruangan tempat kerja

Gambar 6 Tempat cuci tangan

Page 34: Laporan Plant Survey FIX

34

Gambar 7 Dokumentasi kelompok dengan pegawai