laporan pendahuluan dhf

39
LAPORAN PENDAHULUAN (DHF Grade 2) Oleh: Muhammad Rasiddin, S. Kep. 1. KONSEP PENYAKIT A. Pengertian Demam berdarah dengue adalah infeksi akut yang disebabkan oleh arbovirus (Arthropadborn Virus) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aides (Aides albopictus dan Aedes Aegepty) (Ngastiyah, 2005). Demam berdarah dengue adalah penyakit demam akut dengan ciri-ciri demam manifestasi perdarahan dan bertendensi mengakibatkan renjatan yang dapat menyebabkan kematian (Arief Mansjoer, 2000). Dengue hemoragic fever (DHF) adalah penyakit yang terdapat pada anak dan dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi yang disertai leukopenia, dengan / tanpa ruam (rash) dan limfadenopati. Thrombocytopenia ringan dan bintik-bintik perdarahan (Noer Syaifullah, 2000). Jadi demam berdarah dengue adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan menifestasi klinis demam disertai gejala perdarahan dan bila timbul renjatan dapat menyebabkan kematian. Untuk memahami DHF perlu pemahaman terkait Anatomo fisiologi pada sistem sirkulasi. B. Etiologi Penyebab terjadinya henti jantung tidak sama pada setiap usia. Penyebab terbanyak pada bayi baru lahir

Upload: m-syaiful-islam

Post on 06-Nov-2015

69 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

tawrta

TRANSCRIPT

LAPORAN PENDAHULUAN (DHF Grade 2)Oleh: Muhammad Rasiddin, S. Kep.

1. KONSEP PENYAKIT A. PengertianDemam berdarah dengue adalah infeksi akut yang disebabkan oleh arbovirus (Arthropadborn Virus) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aides (Aides albopictus dan Aedes Aegepty) (Ngastiyah, 2005).Demam berdarah dengue adalah penyakit demam akut dengan ciri-ciri demam manifestasi perdarahan dan bertendensi mengakibatkan renjatan yang dapat menyebabkan kematian (Arief Mansjoer, 2000).Dengue hemoragic fever (DHF) adalah penyakit yang terdapat pada anak dan dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi yang disertai leukopenia, dengan / tanpa ruam (rash) dan limfadenopati. Thrombocytopenia ringan dan bintik-bintik perdarahan (Noer Syaifullah, 2000).Jadi demam berdarah dengue adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan menifestasi klinis demam disertai gejala perdarahan dan bila timbul renjatan dapat menyebabkan kematian. Untuk memahami DHF perlu pemahaman terkait Anatomo fisiologi pada sistem sirkulasi.

B. EtiologiPenyebab terjadinya henti jantung tidak sama pada setiap usia. Penyebab terbanyak pada bayi baru lahir adalah karena gagal nafas, sedangkan pada usia bayi yang menjadi penyebabnya bisa berupa :a. Gangguan kelistrikan jantungb. Sindrom bayi mati mendadak atau SIDS ( Sudden Infant Death Syndrome )c. Penyakit pernafasand. Sumbatan pada saluran pernafasan, termasuk aspirasi benda asing misalnya tersedake. Tenggelam f. Sepsis g. Penyakit neurologish. Penyakit jantung bawaan ( kongestive )Penyebab terbanyak henti jantung pada anak yang berumur diatas 1 tahun adalah cedera yang meliputi kecelakaan lalu lintas, terbakar, cedera senjata api, dan tenggelam.

C. PatofisiologiVirus Dengue masuk ke dalam tubuh manusia melalui gigitan nyamuk terjadi viremia, yang ditandai dengan demam mendadak tanpa penyebab yang jelas disertai gejala lain seperti sakit kepala, mual, muntah, nyeri otot, pegal di seluruh tubuh, nafsu makan berkurang dan sakit perut, bintik-bintik merah pada kulit. Selain itu kelainan dapat terjadi pada sistem retikulo endotel atau seperti pembesaran kelenjar-kelenjar getah bening, hati dan limpa. Pelepasan zat anafilaktoksin, histamin dan serotonin serta aktivitas dari sistem kalikrein menyebabkan peningkatan permeabilitas dinding kapiler/vaskuler sehingga cairan dari intravaskuler keluar ke ekstravaskuler atau terjadinya perembesaran plasma akibatnya terjadi pengurangan volume plasma yang terjadi hipovolemia, penurunan tekanan darah, hemokonsentrasi, hipoproteinemia, efusi dan renjatan. Selain itu sistem reikulo endotel bisa terganggu sehingga menyebabkan reaksi antigen anti body yang akhirnya bisa menyebabkan Anaphylaxia.Akibat lain dari virus dengue dalam peredaran darah akan menyebabkan depresi sumsum tulang sehingga akan terjadi trombositopenia yang berlanjut akan menyebabkan perdarahan karena gangguan trombosit dan kelainan koagulasi dan akhirnya sampai pada perdarahan kelenjar adrenalin.Plasma merembas sejak permulaan demam dan mencapai puncaknya saat renjatan. Pada pasien dengan renjatan berat, volume plasma dapat berkurang sampai 30% atau lebih. Bila renjatan hipovolemik yang terjadi akibat kehilangan plasma yang tidak dengan segera diatasi maka akan terjadi anoksia jaringan, asidosis metabolik dan kematian. Terjadinya renjatan ini biasanya pada hari ke-3 dan ke-7. Reaksi lainnya yaitu terjadi perdarahan yang diakibatkan adanya gangguan pada hemostasis yang mencakup perubahan vaskuler, trombositopenia (trombosit < 100.000/mm3), menurunnya fungsi trombosit dan menurunnya faktor koagulasi (protrombin, faktor V, IX, X dan fibrinogen). Pembekuan yang meluas pada intravaskuler (DIC) juga bisa terjadi saat renjatan. Perdarahan yang terjadi seperti petekie, ekimosis, purpura, epistaksis, perdarahan gusi, sampai perdarahan hebat pada traktus gastrointestinal (Rampengan, 1997)

D. Manifestasi KlinisKasus DHF di tandai oleh manifestasi klinis, yaitu : demam tinggi dan mendadak yang dapat mencapa 40 C atau lebih dan terkadang di sertai dengan kejang demam, sakit kepala, anoreksia, muntah-muntah (vomiting), epigastric, discomfort, nyeri perut kana atas atau seluruh bagian perut; dan perdarahan, terutama perdarahan kulit,walaupun hanya berupa uji tuorniquet poistif. Selain itu, perdarahan kulit dapat terwujud memar atau dapat juga dapat berupa perdarahan spontan mulai dari ptechiae (muncul pada hari-hari pertama demam dan berlangsung selama 3-6 hari) pada extremitas, tubuh, dan muka, sampai epistaksis dan perdarahan gusi. Sementara perdarahan gastrointestinal masif lebih jarang terjadi dan biasanya hanya terjadi pada kasus dengan syok yang berkepanjangan atau setelah syok yang tidak dapat teratasi. Perdarahan lain seperti perdarahan sub konjungtiva terkadang juga di temukan. Pada masa konvalisen sering kali di temukan eritema pada telapak tangan dan kaki dan hepatomegali. Hepatomegali pada umumnya dapat diraba pada permulaan penyakit dan pembesaran hati ini tidak sejajar dengan beratanya penyakit. Nyeri tekan seringkali di temukan tanpa ikterus maupun kegagalan peredaran darah (circulatory failure) (Nursalam, 2005).Tanda dan gejala yang timbul bervariasi berdasarkan derajat DHF, dengan masa inkubasi antara 13-15 hari menurut WHO (1975) sebagai berikut1. Demam tinggi mendadak dan terus menerus 2-7 hari2. Manifestasi perdarahan, paling tidak terdapat uji tourniquet positif, seperti perdarahan pada kulit (petekie, ekimosis. Epistaksis, Hematemesis, Hematuri, dan melena)3. Pembesaran hati (sudah dapat diraba sejak permulaan sakit)4. Syok yang ditandai dengan nadi lemah, cepat disertai tekanan darah menurun (tekanan sistolik menjadi 80 mmHg atau kurang dan diastolik 20 mmHg atau kurang) disertai kulit yang teraba dingin dan lembab terutama pada ujung hidung, jari dan kaki, penderita gelisah timbul sianosis disekitar mulut.

Selain timbul demam, perdarahan yang merupakan ciri khas DHF gambaran klinis lain yang tidak khas dan biasa dijumpai pada penderita DHF adalah:a. Keluhan pada saluran pernafasan seperti batuk, pilek, sakit waktu menelan.b. Keluhan pada saluran pencernaan: mual, muntah, anoreksia, diare, konstipasic. Keluhan sistem tubuh yang lain: nyeri atau sakit kepala, nyeri pada otot, tulang dan sendi, nyeri otot abdomen, nyeri ulu hati, pegal -pegal pada saluran tubuh dll.d. Temuan-temuan laboratorium yang mendukung adalah thrombocytopenia (kurang atau sama dengan 100.000 mm3) dan hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit lebih atau sama dengan 20%)

E. Penatalaksanaan1. MedisPada dasarnya pengoobatan pasien DHF bersifat simtomatis dan suportif a. DHF tanpa renjatanDemam tinggi, anoreksia dan sering muntah menyebabkan pasien dehidrasi dan haus. Pada pasien ini perlu diberi banyak minum, yaitu 1,5 sampai 2 liter dalam 24 jam. Dapat diberikan teh manis, sirup, susu, dan bila mau lebih baik oralit. Cara memberikan minum sedikit demi sedikit dan orang tua yang menunggu dilibatkan dalam kegiatan ini. Jika anak tidak mau minum sesuai ang dianjurkan tidak dibenarkan pemasangan sonde karena merangsang resiko terjadi perdarahan.Keadaan hiperpireksia diatasi dengan obat anti piretik dan kompres dingin. Jika terjadi kejang diberi luminal atau anti konfulsan lainnya. Luminal diberikan dengan dosis : anak umur kurang 1 tahun 50 mg IM, anak lebih 1 tahun 75 mg. Jika 15 menit kejang belum berhenti lminal diberikan lagi dengan dosis 3 mg/kg BB. Anak diatas 1 tahun diveri 50 mg, dan dibawah 1 tahun 30 mg, dengan memperhatikan adanya depresi fungsi vital.Infus diberikan pada pasien DHF tanpa renjatan apabila :a) Pasien terus-menerus muntah, tidak dapat diberikan minum sehingga mengancam terjadinya dehidrasi.b) Hematokrit yang cenderung meningkat.

Hematokrit mencerminkan kebocoran plasma dan biasanya mendahului mnculnya secara klinik perubahan fungsi vital (hipotensi, penurunan tekanan nadi), sedangkan turunya nilai trombosit biasanya mendahului naiknya hematokrit. Oleh karena itu, pada pasien yang diduga menderita DHF harus diperiksa Hb, Ht dan trombosit setiap hari mlai hari ke-3 sakit sampai demam telah turun 1-2 hari. Nilai hematokrit itlah yang menentukan apabila pasien perlu dipasang infus atau tidak.b. DHF disertai renjatan (DSS)Pasien yang mengalami renjatan (syok) harus segera sipasang infus sebagai penganti cairan yang hilang akibat kebocoran plasma. Caiaran yang diberikan bisanya Ringer Laktat. Jika pemberian cairan tidak ada respon diberikan plasma atau plasma ekspander, banyaknya 20-30 ml/kgBB. Pada pasien dengan renjatan berat diberikan infs harus diguyur dengan cara membuka klem infus.Apabila renjatan telah teratasi, nadi sudah jelas teraba, amplitudo nadi besar, tekanan sistolik 80 mmHg /lebih, kecepatan tetesan dikurangi 10 l/kgBB/jam. Mengingat kebocoran plasma 24-48 jam, maka pemberian infus dipertahankan sampai 1-2 hari lagi walaupn tanda-tanda vital telah baik.Pada pasien renjtan berat atau renjaan berulang perlu dipasang CVP (Central Venous Pressure) untuk mengukur tekanan vena sentral melalui vena magna atau vena jugularis, dan biasanya pasien dirawat di ICU.Trafusi darah diberikan pada pasien dengan perdarahan gastrointestinal yang berat. Kadang-kadang perdarahan gastrointestinal berat dapat diduga apabila nilai hemoglobin dan hematokrit menutun sedangkan perdarahanna sedikit tidak kelihatan. Dengan memperhatikan evaluasi klinik yang telah disebut, maka engan keadaan ini dianjurka pemberian darah.

2. KeperawatanMasalah pasien yang perlu diperhatikan ialah bahaya kegagalan sirkulasi darah, resiko terjadi pendarahan, gangguan suhu tubuh, akibat infeksi virus dengue, gangguan rasa aman dan nyaman, kurangnya pengetahuan orang tua mengenai penyakit

a. Kegagalan sirkulasi darahDengan adanya kebocoran plasma dari pembuluh darah ke dalam jaringan ekstrovaskular, yang puncaknya terjadi pada saat renjatan akan terlihat pada tubuh pasien menjadi sembab (edema) dan darah menjadi kental.Pengawasan tanda vital (nadi, TD, suhu dan pernafasan) perlu dilakukan secara kontinyu, bila perlu setiap jam. Pemeriksaan Ht, Hb dan trombosit sesuai permintaan dokter setiap 4 jam. Perhatikan apakah pasien ada kencing / tidak. Bila dijumpai kelainan dan sebagainya segera hubungi dokter.b. Resiko terjadi pendarahanAdanya thrombocytopenia, menurunnya fungsi trombosit dan menurunnya faktor koagulasi merupakan faktor penyebab terjadinya pendarahan utama pada traktus gastrointestinal. Pendarahan grasto intestinal didahului oleh adanya rasa sakit perut yang hebat (Febie, 1966) atau daerah retrosternal (Lim, dkk.1966).Bila pasien muntah bercampur darah atau semua darah perlu diukur. Karena melihat seberapa banyak darah yang keluar perlu tindakan secepatnya. Makan dan minum pasien perlu dihentikan. Bila pasien sebelumnya tidak dipasang infuse segera dipasang. Formulir permintaan darah disediakan.Perawatan selanjutnya seperti pasien yang menderita syok. Bila terjadi pendarahan (melena, hematesis) harus dicatat banyaknya / warnanya serta waktu terjadinya pendarahan. Pasien yang mengalami pendarahan gastro intestinal biasanya dipasang NGT untuk membantu mengeluarkan darah dari lambung.c. Gangguan suhu tubuhGangguan suhu tubuh biasanya terjadi pada permulaan sakit atau hari ke-2-ke-7 dan tidak jarang terjadi hyperpyrexia yang dapat menyebabkan pasien kejang. Peningkatan suhu tubuh akibat infeksi virus dengue maka pengobatannya dengan pemberian antipiretika da n anti konvulsan. Untuk membantu penurunan suhu dan mencegah agar tidak meningkat dapat diberikan kompres dingin, yang perlu diperhatikan, bila terjadi penurunan suhu yang mendadak disertai berkeringat banyak sehingga tubuh teraba dingin dan lembab, nadi lembut halus waspada karena gejala renjatan. Kontrol TD dan nadi harus lebih sering dan dicatat secara baik dan memberitahu dokter.d. Gangguan rasa aman dan nyamanGangguan rasa aman dan nyaman dirasakan pasien karena penyakitnya dan akibat tindakan selama dirawat. Hanya pada pasien DHF menderita lebih karena pemeriksaan darah Ht, trombosit, Hb secara periodic (stp 4 jam) dan mudah terjadi hematom, serta ukurannya mencari vena jika sudah stadium II.Untuk megurangi penderitaan diusahakan bekerja dengan tenan g yakinkan dahulu vena baru ditusukan jarumnya. Jika terjadi hematum segera oleskan trombophub gel / kompres dengan alkohol.Bila pasien datang sudah kolaps sebaiknya dipasang venaseksi agar tidak terjadi coba-coba mencari vena dan meninggalkan bekas hematom di beberapa tempat. jika sudah musim banyak pasien DHF sebaiknya selalu tersedia set venaseksi yang telah seteril.F. Lain-lain1. Anatomi FisiologisBerikut adalah anatomi fisiologi yang berhubungan degan penyakit DHF yang petama adalah sistem sirkulasi. Sistem sirkulasi adalah sarana untuk menyalurkan makanan dan oksigen dari traktus distivus dan dari paru-paru ke sela-sela tubuh. Selain itu, sistem sirkulasi merupakan sarana untuk membuang sisa-sisa metabolisme dari sel-sel ke ginjal, paru-paru dan kulit yang merupakan tempat ekskresi sisa-sisa metabolisme. Organ-organ sistem sirkulasi mencakup jantung, pembuluh darah, dan darah.1) Jantung.Merupakan organ yang berbentuk kerucut, terletak didalam thorax, diantara paru-paru, agak lebih kearah kiri.

Gambar 1 : Anatomi sistem sirkulasi

(Sumber: Guiton, 1992)

2) Pembuluh DarahPembuluh darah ada 3 yaitu:a. Arteri (Pembuluh Nadi)Arteri meninggalkan jantung pada ventikel kiri dan kanan. Beberapa pembuluh darah arteri yang penting:a) Arteri koronariaArteri koronaria adalah arteri yang mendarahi dinding jantungb) Arteri subklavikulaArteri subklafikula adalah bawah selangka yang bercabang kanan kiri leher dan melewati aksila.c) Arteri BrachialisArteri brachialis adalah arteri yang terdapat pada lengan atasd) Arteri radialisArteri radialis adalah arteri yang teraba pada pangkal ibu jarie) Arteri karotisArteri karotis adalah arteri yang mendarahi kepala dan otakf) Arteri temporalisArteri temporalis adalah arteri yang teraba denyutnya di depan telingag) Arteri facialisTeraba facialis adalah arteri yang denyutan disudut kanan bawahh) Arteri femoralisArteri femorais adalah arteri yang berjalan kebawah menyusuri paha menuju ke belakang lututi) Arteri TibiaArteri tibia adalah arteri yang terdapat pada kakij) Arteri PulmonalisArteri pulmonalis adalah arteri yang menuju ke paru-paru.

b. KapilerKapiler adalah pembuluh darah yang sangat kecil yang teraba dari cabang terhalus dari arteri sehingga tidak tampak kecuali dari bawah mikroskop. Kapiler membentuk anyaman di seluruh jaringan tubuh, kapiler selanjutnya bertemu satu dengan yang lain menjadi darah yang lebih besar yang disebut vena.

c. Vena (pembuluh darah balik)Vena membawa darah kotor kembali ke jantung. Beberapa vena yang penting:1) Vena Cava Superior.Vena balik yang memasuki atrium kanan, membawa darah kotor dari daerah kepala, thorax, dan ekstremitas atas.2) Vena Cava InferiorVena yang mengembalikan darah kotor ke jantung dari semua organ tubuh bagian bawah.3) Vena jugularisVena yang mengembalikan darah kotor dari otak ke jantung4) Vena pulmonalisVena yang mengembalikan darah kotor ke jantung dari paru-paru.d. DarahBeberapa pengertian darah menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut :Darah adalah jaringan cair dan terdiri atas dua bagian: bagian cair yang disebut plasma dan bagian padat yang disebut sel darah (Evelyn.P, 2002). Darah adalah suatu jaringan tubuh yang terdapat didalam pembuluh darah yang berwarna merah (Syaifudin, 1997). Darah adalah suatu cairan kental yang terdiri dari sel-sel dan plasma (Guyton, 1992).Jadi darah adalah jaringan cair yang terdapat dalam pembuluh darah yang berwarna merah yang cair disebut plasma dan yang padat di sebut sel darah yang befungsi sabagai transfer makanan bagi sel.Volume darah pada tubuh yang sehat / organ dewasa terdapat darah kira- kira 1/13 dari berat badan atau kira-kira 4-5 liter. Keadaan jumlah tersebut pada tiap orang tidak sama tergantung pada umur, pekerjaan, keadaan jantung atau pembuluh darah.Tekanan viskositas atau kekentalan dari pada darah lebih kental dari pada air yaitu mempunyai berat jenis 1.041 1.067 dengan temperatur 380C dan PH 7.37 1.45

2.

2. KlasifikasiMengingat derajat beratnya penyakit bervariasi dan sangat erat kaitanya dengan pengelolaan dan prognosis, WHO (1975) membagi DBD dalam 4 derajat setelah kriteria laboratorik terpenuhi yaitu :1. Derajat IDemem mendadak 2-7 hari disertai gejala tidak khas, dan satu-satunya manifestasi perdarahan adalah tes toniquet positif2. Derajat IIDerajat I dan disertai perdarahan spontan pada kulit atau perdarahan lain.3. Derajat IIIDitemukan kegagalan sirkulasi ringan yaitu nadi cepat dan lemah tekanan darah rendah, gelisah, sianosis mulut, hidung dan ujung jari.4. Derajat IVSyok hebat dengan tekanan darah atau nadi tidak terdeteksi.

A. KONSEP ASKEP1. Pengkajian1. Identitas pasienNama, umur (pada DHF paling sering menyerang anak-anak dengan usia kurang dari 15 tahun), jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama orang tua, pendidikan orang tua, dan pekerjaan orang tua.2. Keluhan utamaAlasan atau keluhan yang menonjol pada pasien DHF datang ke rumah sakit adalah panas tinggi dan pasien lemah.3. Riwayat penyakit sekarangDidapatkan adanya keluhan panas mendadak dengan disertai menggigil dan saat demam kesadaran kompos mentis. Panas turun terjadi antara hari ke-3 dan ke-7, dan anak semakin lemah. Kadang-kadang disertai keluhan batuk pilek, nyeri telan, mual, muntah, anoreksia, diare atau konstipasi, sakit kepala, nyeri otot dan persendian, nyeri ulu hati dan pergerakan bola mata terasa pegal, serta adanya manifestasi perdarahan pada kulit, gusi (grade III, IV), melena atau hematemasis.4. Riwayat penyakit yang pernah dideritaPenyakit apa saja yang pernah diderita. Pada DHF, anak biasanya mengalami serangan ulangan DHF dengan type virus yang lain.5. Riwayat imunisasiApabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka kemumgkinan akan timbulnya komplikasi dapat dihindarkan.6. Riwayat giziStatus gizi anak yang menderita DHF dapat bervariasi. Semua anak dengan status gizi baik maupun buruk dapat berisiko, apabila ada faktor predisposisinya. Anak yang menderita DHF sering mengalami keluhan mual, muntah,dan nafsu akan menurun. Apabila kondisi ini berlanjut dan tidak disertai pemenuhan nutrisi yang mencukupi, maka anak dapat mengalami penurunan berat badan sehingga status gizinya menjadi kurang.

7. Kondisi lingkungansering terjadi pada daerah yang padat penduduknya dan lingkumgan yang kurang bersih (seperti yang mengenang dan gantungan baju yang di kamar).8. Pola kebiasaanNutrisi dan metabolisme : frekuensi, jenis, pantangan, nafsu makan berkurang, dan nafsu makan menurun.Eliminasi BAB: kadang-kadang anak mengalami diare atau konstipasi. Sementara DHF grade III-IV bisa terjadi melena.Eliminasi BAK : perlu dikaji apakah sering kencing, sedikit atau banyak, sakit atau tidak. Pada DHF grade IV sering terjadi hematuria. Tidur dan istirahat : anak sering mengalami kurang tidur karena mengalami sakit atau nyeri otot dan persendian sehingga kualitas dan kuantitas tidur maupun istirahatnya kurang. Kebersihan : upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan cenderung kurang terutama untuk membersihkan tempat sarang nyamuk aedes aegypti. Perilaku dan tanggapan bila ada keluarga yang sakit serta upa untuk menjaga kesehatan.9. Pemeriksaan fisikMeliputi inspeksi, auskultasi, palpasi, perkusi dari ujung rambut sampai ujung kaki. Berdasarkan tingkatan grade DHF, keadaan fisik anak adalah :a. Kesadaran : Apatisb. Vital sign : TD : 110/70 mmHg00 c. Kepala : Bentuk mesochepald. Mata : simetris, konjungtiva anemis, sclera tidak ikterik, mata anemise. Telinga : simetris, bersih tidak ada serumen, tidak ada gangguan pendengaranf. Hidung : ada perdarahan hidung / epsitaksis

g. Mulut : mukosa mulut kering, bibir kering, dehidrasi, ada perdarahan pada rongga mulut, terjadi perdarahan gusi.

h. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, kekakuan leher tidak ada, nyeri telani. DadaInspeksi : simetris, ada penggunaan otot bantu pernafasanAuskultasi : tidak ada bunyi tambahanPerkusi : SonorPalpasi : taktil fremitus normal j. Abdomen :Inspeksi : bentuk cembung, pembesaran hati (hepatomegali) Auskultasi : bising usus 8x/menitPerkusi : tympaniPalpasi : turgor kulit elastis, nyeri tekan bagian atask. Ekstrimitas : sianosis, ptekie, echimosis, akral dingin, nyeri otot, sendi tulangl.Genetalia : bersih tidak ada kelainan di buktikan tidak terpasang kateter10. Sistem integumenAdanya peteki pada kulit, turgor kulit menurun, dan muncul keringat dingin dan lembab.Kuku sianosis atau tidak. a. Kepala dan leherKepala terasa nyeri, muka tampak kemerahan karena demam (flusy), mata anemis, hidung kadang mengalami perdarahan (epistaksis) pada gradeII,III, IV. Pada mulut didapatkan bahwa mukosa mulut kering, terjadi perdarahan gusi, dan nyeri telan. Sementara tenggorokan mengalami hyperemia pharing dan terjadi perdarahan telingga (grade II, III, IV).b. DadaBentuk simetris dan kadang-kadang sesak. Pada fhoto thorax terdapat adanya cairan yang tertimbun pada paru sebelah kanan, (efusi pleura), rales, ronchi, yang biasanya terdapat pada grade III dan IV.c. AbdomenMengalami nyeri tekan, pembesaran hati (hepatomegali) dan asites. Ekstremitas : akral dingin, serta terjadi nyeri otot, sendi, serta tulang.11. Pemeriksaan PenunjangPemeriksaan yang dapat dilakukan untuk menentukan adanya infeksi dengue adalah :a. Uji rumple leed / tourniquet positifb. Darah, akan ditemukan adanya trombositopenia, hemokonsentrasi, masa perdarahan memanjang, hiponatremia, hipoproteinemia.c. Air seni, mungkin ditemukan albuminuria ringan d. SerologiDikenal beberapa jenis serologi yang biasa dipakai untuk menentukan adanya infeksi virus dengueantara lain : uji IgG Elisa dan uji IgM Elisa e. Isolasi virus

2. Diagnosa Keperawatan1. Defisit volume cairan berhubungan dengan berpindahnya cairan intraseluler ke ekstraseluler (kebocoran plasma dari endotel)Ditandai dengan:a. Hipotensi b. Takikardic. Pengisian kapiler lambat d. Berkeringate. Urin pekat atau menurun2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan cairan di rongga paru (effusi pleura)Ditandai dengan:a. Perubahan kedalaman dan kecepatan pernafasan b. Takipneac. Sianosis

d. Peningkatan kegelisahan, ketakutan dan laju metabolik

3. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan suplai oksigen dalam jaringan menurunDitandai dengan :a. Penurunan nadi perifer, pengisian kapiler lambat atau menurun b. Perubahan warna kulitc. Edema jaringan ekstremitas dingin4. Hipertermi berhubungan viremiaDitandai dengan:a. Peningkatan suhu tubuh yang lebih besar dari jangkauan normal b. Kulit kemerahan, hangat waktu disentuhc. Peningkatan tingkat pernafasan d. Takikardi5. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubunggan dengan proses patologis(viremia) Ditandai dengan: a. Keluhan nyerib. Perilaku yang bersifat hati-hati atau melindungi c. Wajah menunjukkan nyerid. Gelisah6. Intake nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah, anoreksiaDitandai dengan:a. Konjungtiva dan membran mukosa pucat b. Menolak untuk makanc. Penurunan berat badan d. Turgor kulit buruk7. Resik perdarahan berhubungan dengan penurunan kadar trombosit dalam darahDi tandai dengan:a. Akral dinginb. Tekanan darah menurun c. Nadi lemahd. Kesadaran menurun(Nasrudin, 200

3. Rencana Tindakan Keperawatan1. Devisit volume cairan berhubungan dengan berpindahnya cairan intraseluler ke ekstraselulerTujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan defisit volume cairan dapat terpenuhiKH: a. Menyatakan pemahaman faktor penyebab dan perilaku yang, perlu untuk memperbaiki defisit cairanb. Menunjukkan perubahan keseimbangan cairan, dibuktikan oleh haluaran urine adekuat, tanda-tanda vital stabil, membran mukosa lembab, turgor kulit baik.c. Volume cairan cukup, input cukup, output tidak berlebih. Rencana tindakan:a. Kaji keadaan umum pasien (lemah pucat, tachicardi) serta tanda - tanda vital.Rasional : Menetapkan data dasar pasien, untuk mengetahui dengan cepat penyimpangan dari keadaan normalnyab. Observasi adanya tanda-tanda syok.Rasional : Agar dapat segera dilakukan t.indaka.n untuk menangani syok yang dialami pasien.c. Berikan cairan intravaskuler sesuai program dokter.Rasional : Pemberian cairan IV sangat penting bagi pasien yang mengalami defisit volume cairan dengan keadaan umum yang buruk karena cairan langsung masuk kedalam pembuluh darah.d. Anjurkan pasien untuk banyak minumRasional : Asupan cairan sangat diperlukan untuk menambah volume cairan tubuh.e. Kaji tanda dan gejala dehidrasi atau hipovolemik (riwayat muntah diare, kehausan turgor jelek).Rasional : Untuk mengetahui penyebab devisit volume cairan, jika haluaran urine < 25 ml/jam, maka pasien mengalami syokf. Kaji perubahan haluaran urine dan monitor asupan haluaran

Rasional : Untuk mengetahui keseimbangan cairan dan tingkatan dehidrasi.

2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan cairan dirongga paru (effusi pleura)Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan pola nafas menjadi efektif atau normalKH: Menunjukkan pola nafas efektif dan paru jelas dan bersih. Rencana tindakan:a. Kaji frekuensi kedalaman pernafasan dan ekspansi dada.Rasional : Kecepatan biasanya meningkat, dispnea dan terjadi peningkatan kerja nafas.b. Auskultasi bunyi nafas dan catat adanya bunyi nafas ronchiRasional : Ronchi menyertai obstruksi jalan nafas atau kegagalan pernafasan.c. Tinggikan kepala dan bantu mengubah posisi.Rasional : Duduk tinggi memungkinkan pengembangan paru dan memudahkan pernafasan diafragma, pengubahan posisi meningkatkan pengisian udara segmen paru.d. Bantu pasien mengatasi takut atau ansietas.Rasional : Perasaan takut dan ansietas berat berhubungan dengan ketidakmampuan bernafas atau terjadinya hipoksemiae. Berikan oksigen tambahanRasional : Memaksimalkan bernafas dan menurunkan kerja nafas.

3. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan suplai oksigin dalam jaringan menurun.Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan suplai oksigen ke jaringan adekuat.KH: Menunjukkan peningkatan perfusi secara individual misalnya tidak ada sianosis dan kulit hangat.

Rencana tindakan:a. Auskultasi frekuensi dan irama jantung cacat adanya bunyi jantung ekstra.Rasional : Tachicardia sebagai akibat hipoksemia kompensasi upaya peningkatan aliran darah dan perfusi jaringan, gangguan irama berhubungan dengan hipoksemia, ketidakseimbangan elektrolit. Adanya bunyi jantung tambahan terlihat sebagai peningkatan kerja jantung.b. Observasi perubahan status metalRasional : Gelisah bingung disorientasi dapat menunjukkan gangguan aliran darah serta hipoksia.c. Observasi warna dan suhu kulit atau membrane mukosa.Rasional : Kulit pucat atau sianosis, kuku membran bibir atau lidah dingin menunjukkan vasokonstriksi prifer (syok) atau gangguan aliran darah perifer.d. Ukur haluaran urine dan catat berat jeuis urineRasional : Syok lanjut atau penurunan curah jantung menimbulkan penurunan perfusi ginjal dimanifestasi oleh penurunan haluaran urine dengan berat jenis normal atau meningkate. Berikan cairan intra vena atau peroral sesuai indikasi.

Rasional : Peningkatan cairan diperlukan untuk menurunkan hiperviskositas darah (Potensial pembentukan trombosit) atau mendukung volume sirlukasi atau perfusi jaringan.

4. Hipertemi berhubungan dengan terjadinya veremiaTujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan temperatur suhu dalam batas normal (36-37 C).K H : a. Klien tidak menunjukkan kenaikan srihu tubuh. b. Suhu tubuh dalam batas normal (36-37 C)Rencana tindakan:a. Kaji saat timbulnya demamRasional : Untuk mengidentifikasi pola demam pasien b. Observasi tanda-tanda vitalRasional : Tanda-tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum pasien.c. Tingkatkan intake cairan.Rasional : Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan tubuh meningkat sehingga perlu diimbangi asupan cairand. Catat asupan dan keluaranRasional : untuk mengetahui ketidakseimbangancairan tubuhe. Berikan terapi cairan intravena dan obat-obatan sesuai program dokterRasional : pemberian cairan sangat penting bagi pasien dengan suhu tinggi.

5. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan proses patologis (viremia) Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan nyeri berkurang/hilang KH : a. Rasa nyaman pasien terpenuhib. Nyeri berkurang atau hilangRencana tindakan:a. Kaji tingkat nyeri yang dialami pasien dengan skala nyeri (0 - 10), tetapkan tipe nyeri yang dialami pasien, respon pasien terhadap nyeri. Rasional : Untuk mengetahui berat nyeri yang dialami pasienb. Kaji faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi pasien terhadap nyeri.Rasional : Dengan mengetahui faktor-faktor tersebut maka perawat dapat melakukan intervensi yang sesuai dengan masalah klien.c. Berikan posisi yang nyata dan, usahakan situasi ruang yang terang.Rasional : Untuk mengurangi rasa nyeri .d. Berikan suasana gembira bagi pasien, alihkan perhatian pasien dari rasa nyeri.Rasional : Dengan melakukan aktivitas lain, pasien dapat sedikit melupakan perhatiannya terhadap nyeri yang dialami.e. Berikan kesempatan pada pasien untuk berkomunikasi dengan teman- teman atau orang terdekat.Rasional : Tetap berhubungan dengan orang-orang terdekat atau teman membuat pasien bahagia dan dapat mengalihkan, perhatiannya terhadap nyeri.f. Berikan obat analgetik (Kolaborasi dengan dokter)Rasional : Obat analgetik dapat menekan atau mengurangi nyeri pasien.

6. Intake nutrisi kurang dari, kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah , anoreksiaTujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi.KH: Pasien mampu menghabiskan makanan sesuai dengan porsi yang dibutuhkan atau diberikan .Rencana tindakan:a. Kaji keluhan mual dan muntah yang dialami oleh pasienRasional : Untuk menetapkan cara mengatasinya.b. Berikan makanan dalam porsi kecil dan frekuensi sering.Rasional : Untuk menghindari mual dan muntahc. Jelaskan manfaat nutrisi bagi pasien terutama saat pasien sakit.Rasional : Meningkatkan Pengetahuan pasien tentang nutrisi sehingga motivasi pasien untuk makan meningkat.d. Berikan makanan yang mudah ditelan seperti bubur dan dihidangkan saat masih hangat.Rasional : membantu mengurangi kelelahan pasien dan meningkatkan asupan makanan.e. Catat jumlah dan porsi makanan yang dihabiskanRasional : untuk mengetahui pemenuhan nutrisi pasien. f. Ukur berat badan pasien setiap hari.Rasional : untuk mengetahui status gizi pasien

Daftar Pustaka

Arif, Mansjoer, et. Al. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Media Aesculapius. Jakarta. (2000)Carpenito, Lynda Juall. Diagnosa Keperawatan. Buku Kedokteran EGC. Jakarta.(2000)Nadesul, Handrawan. Penyebab, Pencegah & Pengobatan Demam Berdarah. Puspa Swara. Jakarta. (1996)Soedarto. Penyakit Penyakit Infeksi Di Indonesia. Widya Medika. Jakarta (1990)Wolf / Weitzel / Fuerst. Dasar-dasar Ilmu Keperawatan. Buku Pertama. Dep.Kes RI, Pusdiklat Pegawai. Jakarta (1984)Soedarmo, Sumarmo sunaryo Doorwo. Demam Berdarah ( Dengue ) Pada Anak. Cetakan 2. UI Press. Jakarta. (1998)Ganiswarna, Sulistia G. Farmakologi dan Terapi. Ediai 4. Bagian Farmakolog FKUI. Jakarta. (1995)