laporan pastura fix

Upload: fajar-eka-ramadhan

Post on 12-Apr-2018

264 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

  • 7/22/2019 Laporan Pastura Fix

    1/37

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar

    penduduknya hidup dari usaha pertanian. Diversifikasi tanaman padi dan

    tanaman pangan lainnya sangat membantu pemerintah dalam mendukung

    pembangunan pertanian. Meningkatnya kesadaran masyarakat akan

    pentingnya protein hewani bagi tubuh disertai perbaikan sosial ekonomi

    masyarakat menyebabkan permintaan bahan pangan yang berasal dari

    ternak makin meningkat, sehingga menuntut peningkatan produksi di bidangpeternakan.

    Salah satu masalah pokok yang dihadapi dalam usaha

    pengembangan peternakan adalah persoalan makanan ternak terutama yang

    berupa hijauan. Pakan hijauan adalah bahan pakan dalam bentuk daun-daun

    yang bercampur dengan batang, ranting, maupun bunga. Menurut jenisnya

    digolongkan dalam bentuk rumput-rumputan (graminae) dan kacang-

    kacangan (leguminosa), sedangkan menurut cara pemberiannya digolongkan

    menjadi hijauan potongan dan padang penggembalaan.

    Kondisi kekurangan pakan hijauan sering cenderung meningkatkan

    jumlah pemberian pakan konsentrat yang secara ekonomis kurang

    menguntungkan karena meningkatkan biaya pakan. Di daerah tropis usaha-

    usaha pertanian sangat menentukan berhasil tidaknya usaha peternakan,

    terutama dalam penyediaan tanaman bahan pangan cukup dan kualitas

    tinggi.

    Tujuan dari praktikum pengukuran produktivitas adalah untuk

    mengukur produksi pasture dan untuk mengetahui komposisi botani,

    identifikasi rumput dan legum yang berguna bagi makanan ternak.

    Penanaman bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemupukan terhadap

    pertumbuhan tanaman dan produksi tanaman. Praktikum silase dan hay

  • 7/22/2019 Laporan Pastura Fix

    2/37

    2

    adalah untuk mengetahui cara pembuatan silase dan hay serta faktor yang

    berpengaruh terhadap keduanya. Pemupukan untuk mengetahui pengaruh

    pemupukan terhadap pertumbuhan tanaman. Traktor untuk memahami

    pengoperasian alat tersebut.

  • 7/22/2019 Laporan Pastura Fix

    3/37

    3

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    Pastura

    Pastura atau lapangan pengembalaan berperan penting dalam bidang

    peternakan, baik dalam lingkup peternak kecil maupun yang telah besar.

    Lapangan pengembalaan sendiri sering dimanfaatkan oleh peternak sebagai

    sumber pakan ternak mereka, sehingga lama kelamaan rumput di lapangan

    akan berkurang jumlahnya. Syarat padang penggembalaan yang baik adalah

    produksi hijauan tinggi dan kualitasnya baik, persistensi biasa ditanamdengan tanaman yang lain yang mudah dikembangbiakkan. Pasturesamplingbertujuan untuk mengukur produksi pasturedan untuk mengetahui

    komposisi botani dari padang penggembalaan. Padang penggembalaan yang

    baik mempunyai komposisi botani 50% rumput dan 50% legume. Biasanya

    kadar air dan bahan keringnya 20 sampai 30% (Reksohadiprodjo, 1985).

    Metode yang digunakan dalam pengamatan pasture yaitu metode

    Nested Frequency berguna untuk pengambilan sampel suatu kumpulan di

    mana banyak spesies yang sedang dipantau karena penggunaan satu petak

    ukuran biasanya tidak cukup untuk mengumpulkan data frekuensi pada

    semua spesies penting dalam kumpulan tersebut. Dengan kata lain, ukuran

    petak yang sesuai untuk satu spesies mungkin tidak sesuai untuk spesies

    lain. Untuk mengukur suatu spesies tunggal mungkin lebih efisien untuk

    menggunakan ukuran kuadrat tunggal yang dirancang khusus untuk density

    dan distribusi spesies itu. Namun, desain Nested Frequencyyang digunakan

    untuk target spesies tunggal dapat bermanfaat ketika berhadapan dengan

    spesies yang perubahan frekuensi secara dramatis dari tahun ke tahun yaitu,

    annualatau short-livedperennial(Colson dan Karl, 2011).

  • 7/22/2019 Laporan Pastura Fix

    4/37

    4

    Produksi Hjauan Makanan Ternak

    Produksi tanaman merupakan hasil biomass tanaman rumput pakan.

    Pertambahan biomass dipengaruhi oleh faktor tumbuh tanaman berupa

    ketersediaan air, hara serta sinar matahari. Hasil penelitian menunjukkan

    bahwa jenis rumput dan perlakuan salinitas menunjukkan pengaruh nyata

    terhadap produksi hijauan segar, demikian pula interaksi antara keduanya

    (Purbajanti,et al.,2007).

    Saat ini diakui disemua belahan dunia bahwa sistem yang paling

    ekonomis dari pemeliharaan ternak adalah melalui pemanfaatan maksimum

    dari bahan tanaman yang tersedia, terutama padang rumput atau penutuprumput. Sistem alternatif untuk membesarkan hewan di feed berkonsentrasi

    tidak hanya mahal akan tetapi juga cenderung tidak perlu strain sumber daya

    yang sudah sedikit biji-bijian yang diperlukan untuk memberi makan populasi

    manusia. Daya dukung ternak di daerah manapun harus mempertimbangkan

    dalam konteks ini, oleh karena itu, tergantung pada banyak faktor, termasuk

    jenis tanah yang tersedia; vegetasi, ekologi wilayah; jenis dan persyaratan

    produksi ternak; dan kemungkinan memperkenalkan teknologi baru untuk

    membesarkan di daerah tersebut (Antenna, 2011).

    Suatu hasil penelitian diketahui bahwa produksi bahan kering tertinggi

    adalah rumput benggala 0 mM NaCl yang tidak berbeda nyata dengan

    rumput raja 0 mM NaCl dan berbeda nyata dengan perlakuan lainnya,

    masing-masing 199,44 , 185,19 g/pot. Produksi bahan kering hijauan rumput

    terendah adalah rumput gajah pada salinitas 300 mM NaCl yaitu sebesar

    25,3 g/pot. Bila dilihat dari masing-masing rumput dapat diketahui bahwa

    semakin tinggi salinitas yang diberikan maka akan menurunkan produksi

    bahan kering tanaman (Purbajanti, et al., 2007).

    Rumput gajah mempunyai produksi bahan kering yang lebih tinggi

    dibanding rumput kolonjono pada semua macam pemupukan yang sama.

    Baik pada jenis rumput gajah maupun rumput kolonjono menunjukkan

  • 7/22/2019 Laporan Pastura Fix

    5/37

    5

    bahwa, perlakuan pupuk organik (T3) menghasilkan produksi bahan kering

    yang nyata (P

  • 7/22/2019 Laporan Pastura Fix

    6/37

    6

    sehingga area tersebut dapat mewakili komposisi spesies dari komunitas

    tersebut. Minimal sampling area bermanfaat untuk mengetahui luas sampel

    yang diperlukan dalam sampling dan dapat dijadikan sebagai indikasi berapa

    luas lahan yang dibutuhkan atau seharusnya digunakan. Minimal sampling

    area dibuat untuk mengetahui komposisi spesies suatu botani dengan

    metode pengukuran sederhana, dimana dibuat suatu luasan lahan dan

    dihitung komposisinya (Anonim, 2007).

    Adapun tujuan sampling yaitu menentukan informasi seperti tingkat

    keakuratan target ,kekuatan, perubahan tingkat kesalahan yang diterima, dan

    besarnya perubahan yang diharapkan untuk mendeteksi. Tidak seperti tujuanmanajemen, yang menetapkan tujuan spesifik untuk mencapai beberapa

    kondisi ekologi atau mengubah nilai, tujuan pengambilan sampel menetapkan

    tujuan spesifik untuk pengukuran nilai tersebut (Elzinga et al., 2004).

    Metode yang digunakan dalam pengukuran Minimal Sampling Area

    yaitu metode relev atau "sampel berdiri", yaitu mengembangkan konsep

    tentang jenis komunitas tertentu yang diulang di habitat yang sama dan

    kemudian memilih beberapa perwakilan dari kumpulan tanaman tersebut.

    Nama kumpulan didasarkan pada komposisi spesies yang paling melimpah

    (misalnya"Larrea scrub"). Dudukan yang paling mewakili vegetasi masyarakat

    dan profil tanah dipilih. Data dari serangkaian petak bersarang diplot pada

    kurva spesies vs area untuk menentukan daerah terkecil di mana kumpulan

    spesies terwakili secara memadai (minimal area) (Fidelibus dan McAller,

    1993).

    Penanaman

    Penanaman tanaman jagung dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu

    multikultur dan monokultur. Multikultur adalah penanaman lahan dengan

    banyak tanama yang berbeda-beda secara bersama-sama dalam waktu yang

    sama. Misalnya dalam satu waktu lahan ditanami jagung, ketela pohon, dan

    kacang tanah. Cara ini sering juga disebut denga istilah tumpang sari, yang

  • 7/22/2019 Laporan Pastura Fix

    7/37

    7

    mempunyai tujuan agar kesuburan tanah tetap terjaga, yaitu denga menjaga

    keseimbangan persediaan unsur-unsur yang ada dalam tanah (Rochani,

    2000).

    Monokultur adalah menanami lahan hanya denga satu jenis tanaman

    secara berselang-selin, atau bergantian. Misalnya sekarang jagung, tahap

    yang kedua padi atau sebaliknya. Penanaman dengan cara ini sering disebut

    dengan istilah rotasi tanaman. Rotasi tanaman pada dasarnya memiliki tujuan

    yang hampir samam denga tumpang sari, hanya saja waktu pananaman

    yang berbeda maka pengambilan unsur yang ada dalam tanah juga

    betgantian. Tapi denga cara bergatian pula unsur itu akan berkurang,sehingga diharapkan denga penanaman yang bergantian, keseimbangan

    jumlah unsur-unsur dalam tanah juga tetap terjaga (Rochani, 2000).

    Pemupukan

    Penanaman yang baik harus diberi pupuk sehingga tanaman menjadi

    subur karena bertambahnya unsur hara tanah. Pupuk digolongkan menjadi

    dua, yakni pupuk organik dan pupuk anorganik. Pupuk organik adalah pupuk

    yan terbuat dari sisa-sisa makhluk hidup yang diolah melalui proses

    pembusukan (dekomposisi) oleh bakteri pengurai. Contohnya dalah pupuk

    kompos dan pupuk kandang. Pupuk kompos berasal dari sisa-sisa tanaman,

    dan pupuk kandang berasal dari kotoran ternak. Pupuk organik mempunyai

    kandungan unsur hara lengkap, tetapi jumlah tiap jenis unsur hara tersebut

    rendah. Sesuai dengan namanya, kandungan bahan organik ini termasuk

    tinggi. Pupuk anorganik atau puuk buatan adalah jenis pupuk ynag dibuat

    oleh pabrik dengan cara meramu berbagai macam bahan kimia sehingga

    memiliki presentase kandungan hara yang tinggi. Comtoh pupuk anorganik

    adalah urea, TSP dan Gandasil (Novizan, 2002).

    Manfaat pupuk organik cukup banyak seperti menjaga kesuburan tanah,

    menyediakan unsur hara secara bertahap, menambah daya serap tanah

    terhadap air sehingga kelembaban tetap terjaga, serta membantu penguraian

  • 7/22/2019 Laporan Pastura Fix

    8/37

    8

    bahan organik sehingga hasil perombakan nutrisi dapat diserap oleh

    tanaman setiap saat. Keuntungan pemberian pupuk kimia (anorganik) antara

    lain cara pemberiannya mudah, ringan dan praktis sehingga mudah diangkut,

    mudah larut dalam ait sehingga cepat terserap akar, serta dosis dan takaran

    pemupukan mudah diketahui sesuai umur tanaman sehingga

    penggunaannya mudah dan efektif (Parimin, 2008).

    Jenis unsur hara yang dikandung pupuk tidak tidak dinyatakan dalam

    unsur tunggal tetapi dunyatakan dalam presentase total N (total ammonium

    dan nitrat), P2O5, dan K2O. sebagai contoh, pupuk urea mengandung 45% N,

    berarti dalam 100 kg pupuk urea terdapat 45 kg N total. Pupuk NPK BASFdengan analisis 15.15.15 menunjukkan pupuk tersebut mengandung 15% N

    total, 15% P2O, dam 15% K2O (Novizan, 2002).

    Unsur hara yang terkandung dalam pupuk akan membuat tanaman

    jagung dapat tumbuh dengan maksimal. Jagung tidak hanya dikonsumsi

    oleh manusia tapi juga untuk konsumsi ternak sebagai penguat selain hijauan

    dan macam-macam umbi-umbian. Penguat ini dibutuhkan pada saat ternak

    bunting, menyusui juga pada saat masa pertumbuhan (Rochani, 2000).

    Silase

    Silase hijauan adalah forase segar yang berasal dari rumput ataupun

    legum yang sengaja disimpan pada suatu tempat yang kedap udara sehingga

    mengalami proses fermentasi secara anaerobik. Proses fermentasinya

    dikontrol oleh adanya asam organik terutama asam laktat sebagai hasil

    aktivitas bakteri yang tumbuh disitu. Bakteri anaerob berkembang dengan

    menggunakan energi dari karbohidrat mudah larut (ekstrak tanpa nitrogen)

    yang berupa gula dan pati yang selanjutnya menghasilkan asam laktat

    sebagai hasil utama dan sedikit asam format, asam propionat dan asam

    butirat (Kamal, 1998). Pada dasarnya, pembuatan silase yaitu mempercepat

    keadaan hampa udara (anaerob) ditempat penyimpanan dan membuat

    suasana asam. Dalam keadaan hampa udara dan suasana asam yang

  • 7/22/2019 Laporan Pastura Fix

    9/37

    9

    optimal bakteri pembusuk dan jamur berhenti bekerja atau mati sehingga

    hijauan makanan ternak yang diawetkan dapat tahan lama (Siregar et al.,

    1991).

    Ensilase merupakan metode pengawetan hijauan pakan ternak melalui

    fermentasi secara anaerob. Silase berkualitas baik akan dihasilkan ketika

    fermentasi didominasi oleh bakteri yang menghasilkan asam laktat,

    sedangkan aktivitas bakteri clostridia rendah (Santoso et al., 2009). Gula

    dengan konsentrasi tinggi dalam hijauan sangat diperlukan untuk

    menghasilkan silase berkualitas baik karena glukosa, fruktosa dan sukrosa

    digunakan sebagai substrat BAL. Namun demikian kebanyakan rumput didaerah tropika mengandung gula dan karbohidrat mudah larut air dengan

    konsentrasi yang rendah, sehingga sulit untuk memperoleh silase yang

    berkualitas baik (McDonald et al., 1991).

    Proses ensilase pada dasarnya serupa dengan proses fermentasi

    dalam rumen (anaerob), bedanya adalah bahwa dalam silase hanya

    sekelompok bakteri yang aktif dalam proses, sedangkan dalam rumen, lebih

    beraneka ragam. Mikroorganisme yang terlibat dalam proses fermentasi

    mendapat energinya dari substrat. Oleh karena itu, ada kemungkinan bahwa

    mikroorganisme tidak akan banyak memperoleh lagi substrat yang

    dibutuhkan bila silase tersebut diberikan kepada ruminan (hampir semua

    substrat sudah terlebih dahulu difermentasi dalam silo). Bakteri aerob bila

    banyak didapatkan dalam proses ensilase akan banyak mendegradasi

    substrat (Parakkasi, 1995).

    Tujuan pembuatan silase adalah tidak semata-mata untuk pengawetan

    forase masih dalam keadaan segar, tetapi salah satu tujuan yang lain adalah

    untuk kontinyuitas penyediaan pakan setiap hari tanpa tergantung pada

    ketersediaan forase di lahan pada saat itu (Kamal,1998). Menurut Siregar et

    al. (1991), tujuan pembuatan silase adalah sebagai persediaan makanan

    yang dapat digunakan pada saat-saat kekurangan hijauan makanan ternak,

  • 7/22/2019 Laporan Pastura Fix

    10/37

    10

    menampung kelebihan hasil hijauan makanan ternak, memanfaatkan hijauan

    pada saat pertumbuhan terbaik, yang pada saat itu belum akan digunakan

    secara langsung, mendayagunakan hasil limbah pertanian maupun hasil

    ikutan pertanian.

    Rumput raja (Pennisetum purpuphoides)

    Rumput raja (Pennisetumpurpuphoides) merupakan rumput tropika

    yang mempunyai daya adaptasi yang baik terhadap berbagai kondisi

    lingkungan serta tahan terhadap kekeringan dan lindungan. Rumput tersebut

    mempunyai produksi tinggi, palatabel dan pertumbuhannya cepat, sehingga

    baik dibuat silase (Mcllroy, 1976 cit. Santoso et al., 2009). Menurut Santosoet al. (2009), penambahan inokulan BAL pada rumput tersebut diharapkan

    dapat meningkatkan kualitas silase yang dihasilkan. Komposisi kimia silase

    rumput raja tanpa bahan tambahan adalah bahan kering (16,0), bahan

    organik (88,7), protein kasar (8,8), NDF (71,4), dan ADF (46,8).

    Faktor yang mempengaruhi kualitas silase

    Kualitas dan nilai nutrisi silase dipengaruhi sejumlah faktor, seperti

    spesies tanaman yang dibuat silase, fase pertumbuhan dan kandungan

    bahan kering saat panen, mikroorganisme yang terlibat dalam proses dan

    penggunaan bahan tambahan (additive). Silase dapat dibuat dari berbagai

    jenis tanaman seperti rumput, legum, sereal dan hasil ikutan tananam

    lainnya. Bahan yang baik dijadikan silase harus mempunyai substrat mudah

    terfermentasi dalam bentuk WSC (Water soluble carbohydrate) yang cukup,

    buffering capacity yang relatif rendah dan kandungan bahan kering di atas

    200 g kg-1. Aditif silase dapat dibagi menjadi 3 kategori umum yaitu a)

    stimulan fermentasi, seperti inokulan bakteri dan enzim; b) inhibitor

    fermentasi seperti asam propionat, asam format dan asam sulfat; dan c)

    substrat seperti molases, urea dan ammonia (Santoso et al., 2009).

  • 7/22/2019 Laporan Pastura Fix

    11/37

    11

    Manfaat silase

    Menurut Santoso et al. (2009), manfaat silase yaitu diantaranya

    sebagai persediaan makanan ternak pada musim kemarau, menampung

    kelebihan hijauan makanan ternak pada musim hujan dan memanfaatkan

    secara optimal serta mendayagunakan hasil ikutan dari limbah pertanian dan

    perkebunan. Menurut Luthan (2010), bahan yang telah diawetkan pada

    umumnya dipergunakan pada saat ketersediaan pakan hijauan di lapang

    telah habis, tidak tersedia, pada saat ternak dalam perjalanan/transportasi

    ataupun sebagai komoditi untuk dapat diperdagangkan.

    Pembuatan silase dimaksudkan untuk mempertahankan kualitas ataubahkan meningkatkan kualitas hijauan makanan ternak. Hal ini sangat

    penting karena produktivitas ternak merupakan fungsi dari ketersediaan

    pakan dan kualitas (Leng, 1991).

    Uji Perkecambahan (Uji Tetrazolium)

    Viabilitas benih adalah kemampuan benih untuk berkecambah yang

    dapat diindikasikan oleh berbagai tolok ukur. Ada dua macam cara pengujian

    viabilitas benih yaitu uji langsung atau uji perkecambahan dan uji tidak

    langsung, yaitu tanpa harus mengecambahkan benih-benih tersebut antara

    lain dengan uji Tetrazolium (Sudjoko, 1991 cit. Hutahaean, 2008). Uji

    tetrazolium cocok dilakukan terutama pada lot benih yang

    perkecambahannyalama, benih sulit di dipatahkan dormansinya,

    perkecambahan rendah danmemastikan sisa benih tidak tumbuh pada akhir

    pengujian perkecambahan (Anonim, 2007).

    Larutan tetrazolium (2,3,5 triphenyl tetrazolium klorida atau bromida)

    digunakansebagai indikator untuk menunjukkan proses biologis yang terjadi

    di dalam selhidup. Perlu diketahui bahwa bahan kimia tetrazolium diduga

    menyebabkancarcinogenic effects. Oleh karena itu diharapkan agar hati-hati

    dalammenggunakan larutan kimia ini (Anonim, 2007).

  • 7/22/2019 Laporan Pastura Fix

    12/37

    12

    Kelebihan metode tetrazolium meliputi waktu pengujian yang singkat,

    sangat tepat diaplikasikan padabenih yang mengalami dormansi serta

    benihyang mengalami pemasakan lanjutan (afterripening), tingkat ketelitian

    tinggi, sedangkankelemahannya memerlukan keahlian danpelatihan yang

    intensif, bersifat laboratoris,tidak dapat mendeteksi kerusakan akibatfungi

    atau mikroba lainnya dan bersifatmerusak (Zanzibar, 2006).

  • 7/22/2019 Laporan Pastura Fix

    13/37

    13

    MATERI DAN METODE

    Materi

    Pengukuran Produksi Visual

    Alat. Alat yang digunakan dalam pengukuran produksi secara visual adalah

    kolom sampling (ubinan), sabit dan timbangan.

    Bahan. Bahan yang digunakan adalah beberapa jenis rumput, legum dan

    gulma yang ada di KP4.

    Minimal Samp l ing Area(MSA)

    Alat. Alat yang digunakan dalam pengukuran minimal sampling areaini adalah tali rafia dan ubinan 1m2.

    Bahan. Bahan yang digunakan adalah beberapa jenis rumput yang

    ada di Kebun Penelitian Pengembangan dan Percobaan Pertanian (KP4).

    Produksi Lahan

    Alat. Alat-alat yang digunakan pada pengukuran produksi lahan

    adalah golok atau parang, rafia, meteran, timbangan, koran, straples dan

    seperangkat analisis BK.

    Bahan. Bahan yang digunakan pada praktikum pengukuran produksi

    lahan adalah rumput Pennicetum purpureum (Rumput gajah).

    Penanaman dan pemupukan

    Alat. Alat yang digunakan dalam praktikum antara lain cangkul, tali

    raffia, cetok, plastik, gelas ukur 2000 ml, dan timbangan.

    Bahan. Bahan yang digunakan dalam praktikum antara lain pupuk

    kandang, pupuk urea, dan jagung.

    Silase

    Alat. Alat-alat yang digunakan pada praktikum silase adalah sabit,

    toples, isolasi, perekat TBA, gunting, timbangan dan seperangkat uji PH.

    Bahan. Bahan yang digunakan pada praktikum silase adalah rumput

    raja (Pennisetumpurpuphoides) yang dilayukan.

  • 7/22/2019 Laporan Pastura Fix

    14/37

    14

    Uji Perkecambahan (Uji Tetrazolium)

    Alat. Alat-alat yang digunakan dalam uji tetrazolium adalah

    beakerglass, Aliminium foil, kain strimin, tali rafia, jarum, cutter, pinset, pisau

    skapel dan cawan petri.

    Bahan. Bahan-bahan yang digunakanpada praktikum adalah larutan

    tetrazolium, 6 biji kacang tanah, 6 biji kacang kedelai, dan air panas.

    Metode

    Pengukuran Produksi Visual

    Pengukuran produksi secara visual dimulai dengan penafsiran produkrumput padang penggembalaan fodder. Cara penafsiran yang dilakukan

    adalah dengan memperkirakan produksi hijauan per m2 dengan

    menggunakan kolom sampling (ubinan). Sebelumnya telah ditentukan berat

    satu ikat rumput yang akan ditafsir. Penafsiran yang dilakukan kemudian

    dibandingkan dengan pengukuran sebenarnya.

    Minimal Sampling Area (MSA)

    Minimal Sampling Area dilakukan dengan menentukan lahan yang

    akan diukur, setelah itu lahan yang akan diukur dibatasi seluas 64 m, lalu

    lahan tersebut dibagi dua, pembagian terus dilakukan sampai didapatkan

    lahan dengan luas 0,25 m. Perlakuan selanjutnya adalah jenis tanaman

    yang tumbuh di area tersebut dicari dan dihitung mulai dari petak yang paling

    kecil sampai petak yang paling besar. Jenis tumbuhan yang telah dihitung

    pada petak sebelumnya tidak dihitung lagi pada petak berikutnya.

    Produksi Lahan

    Pengukuran produksi lahan dilakukan dengan cara membuat ubinan

    dengan rafia yang berukuran 1 x 1 m2kemudian hijauan dipotong 25 cm dari

    tanah dengan kemiringan 45 menggunakan golok atau parang. Hasil

    pengukuran produksi lahan kemudian ditimbang dan dicacah yang kemudian

    dimasukkan dalam kantong koran dan dimasukkan ke dalam oven pada suhu

  • 7/22/2019 Laporan Pastura Fix

    15/37

    15

    55C lalu ditimbang, selanjutnya dilakukan analisis BK. Setelah diketahui BK-

    nya kemudian dilakukan perhitungan kemampuan lahan(carrying capacity)

    Penanaman dan Pemupukan

    Tanah yang sudah dipetak-petak dibuat parit pada bagian tepinya.

    Tanah yang digunakan adalah tiga petak. Perlakuan terhadap tanaman

    disajikan pada tabel 1.

    Tabel 1. Perlakuan tanaman pada saat praktikum

    PetakJumlah

    bijiBerat pupuk Metode pemberian

    kandang urea kandang Urea

    I 3 1 kg 0 gramDicampur 1 kg

    tanah

    Tidak diberi

    II 3 1 kg 22 gramDicampur 1 kg

    tanahDilarutkan 1

    liter air

    III 3 1 kg 44 gramDica

    mpur 1 kgtanah

    Dilarutkan 1liter air

    Ketiga petak tersebut kemudian ditaburi dengan pupuk kandang 1 kg

    yang telah dicampur dengan 1 kg tanah. Buat 6 lubang pada setiap petak.

    Taburkan 3 biji jagung pada setiap petak. Kemudian diberi pupuk urea

    dengan perlakuan petak peretama tidak diberi pupuk urea, petak kedua diberi

    pupuk urea 22 gram, dan petak ketiga diberi pupuk urea 44 gram. Pemberian

    pupuk urea dengan cara melarutkan terlebih dahulu urea kedalam satu

    (untuk melarutkan 22 gram urea) dan dua liter air (untuk melarutkan 44 gram

    urea).

    Silase

    Silase dibuat dengan menggunakan bahan hijauan rumput raja

    (Pennisetum purpuphoides) yang dilayukan. Bahan yang akan dibuat silase

    dipotong kecil-kecil (ukuran kira-kira 5 cm), kemudian dimasukkan ke dalambotol kaca yang terlebih dahulu ditimbang beratnya. Saat pemasukan bahan

    ke dalam botol diusahakan silo dikondisikan anaerob dengan cara bahan

    dipadatkan atau ditekan sampai tidak ada tempat bagi udara. Botol diisi

    sampai penuh dan ditimbang. Selanjutnya dilakukan pemeraman silase

  • 7/22/2019 Laporan Pastura Fix

    16/37

    16

    selama 21 hari. Setelah selama 21 hari maka dibuka, diamati dan diukur PH

    dan beratnya.

    Uji Perkecambahan (Uji Tetrazolium)

    Biji kacang tanah dan biji kacang kedelai, masing-masing diambil 6 biji

    dan dibungkus dalam kain strimin dan kemudian kain diikat dengan

    menggunakan tali rafia. Selanjutnya, kedua jenis biji tersebut dimasukkan ke

    dalam beaker glass yang berisi air panas. Biji kacang tanah direndam selama

    15 menit, sedangkan biji kacang kedelai direndam selama 30 menit.

    Kemudian biji diangkat bersama kain strimin dan diletakkan dalam cawan

    petri, lalu biji tersebut ditusuk-tusuk dengan jarum sampai terluka.Diusahakan jangan sampai biji pecah dan tidak menyentuh tangan secara

    langsung. Setelah itu, biji dimasukkan ke dalam beaker glass berisi larutan

    tetrazoliumyang sudah dilapisi dengan aluminium foil dan di rendam selama

    30 menit. Setelah 30 menit, biji diangkat dari rendaman kemudian biji dibelah

    dengan pinset untuk dilakukan pengamatan warna biji.

  • 7/22/2019 Laporan Pastura Fix

    17/37

    17

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Pengukuran Produksi Visual

    Berdasarkan kegiatan praktikum yang telah dilakukan, didapatkan

    hasil pengukuran produksi lahan sebagai berikut :

    Tabel 2. pengukuran produksi visual ubinan I

    Namapraktikan

    SpesiesRumput Legume Gulma

    Berattaksiran (g)

    Kesalahan (%)

    Berattaksiran

    (g)

    Kesalahan(%)

    Berattaksiran

    (g)

    Kesalahan(%)

    Septiarini 10 89,7 - - 25 21,8Widitya Tri 25 72,8 - - 22 31,25

    Miftahul 80 13,0 - - 35 6,25Eko Puji 60 34,7 - - 25 21,8

    Fakriansyah 40 56,5 - - 20 37,5Berat Sebenarnya 92 gram - gram 32 gram

    Tabel 3. pengukuran produksi visual ubinan II

    Namapraktikan

    SpesiesRumput Legume Gulma

    Berattaksiran

    (g)

    Kesalahan(%)

    Berattaksiran

    (g)

    Kesalahan(%)

    Berattaksiran

    (g)

    Kesalahan(%)

    Bayu 70 73 - - 35 22Galy H. 60 76 25 44

    Rizky Ancen 77 80 25 60Arif S. 50 70 33 26Tri Sunu 75 71 12 73Berat Sebenarnya 260 gram - gram Gram

    Praktikum kali ini, penggunaan metode ubinan dilakukan dengan

    melempar ubinan dengan luas 1m2secara acak pada pastura. Hijauan yangada pada ubinan dipotong kemudian ditimbang. Menurut Brower et al.,

    (1990), biasanya perhitungan kepadatan tanaman ini diekspresikan dalam

    bentuk perhitungan kepadatan tanaman per unit luasan tanah dan

  • 7/22/2019 Laporan Pastura Fix

    18/37

    18

    persentase imbangan dari satu spesies dengan total individu dari semua

    spesies.

    Menurut Reksohadiprodjo (1985), padang penggembalaan alam

    didominasi oleh rumput dan sedikit legume tetapi juga terdapat gulma.

    Perbandingan rumput dan legum dalam suatu padangan adalah 50%:50%.

    Berdasarkan praktikum ini diperoleh hasil pengukuran rata-rata tanaman

    pada ubinan I berat taksiran rumput 80 gram, berat sebenarnya 92 gram dan

    presentase kesalahan 6,25%, berat taksiran gulma 25 gram, berat

    sebenarnya 32 gram dengan presentase kesalahan 21,8%. Hasil pada

    Ubinan II, berat taksiran rumput 60 gram, berat sebenarnya 68 gram,presentase kesalahan 4.41%, berat taksiran legume 10 gram, berat

    sebenarnya 14 gram, presentase kesalahan 28.57% dan gulma 0 gram.

    Jumlah rumput lebih banyak dibandingkan legume.

    Minimal Sampling Area (MSA)

    Berdasarkan kegiatan praktikum yang telah dilakukan, didapatkan

    hasil Minimal Sampling Area (MSA) sebagai berikut :

    Tabel 4. Jumlah spesies dalam plot

    No. Sub Plot Size (luas) Jumlah spesies Jumlah kumulatif spesies1 0,25 m 2 22 0,5 m 2 43 1 m 1 54 2 m 1 65 4 m 1 76 8 m 2 97 16 m 3 128 32 m 4 169 64 m2 6 22

  • 7/22/2019 Laporan Pastura Fix

    19/37

    19

    Berdasarkan hasil pangamatan dapat diketahui bahwa komposisi

    spesies suatu botani pada tiap luas berbeda. Hal ini disebabkan daya

    adaptasi tanaman terhadap lingkungan dalam hal ini termasuk kondisi tanah

    mengalami perbedaan.Praktikum MSA dilakukan di Kebun Penelitian

    Pengembangan dan Percobaan Pertanian (KP4), Berbah, Yogyakarta milik

    Universitas Gadjah Mada. Jumlah spesies kumulatifnya adalah 22 spesies

    yang tumbuh di lahan seluas 64 m2.

    Menurut Anonimous (2007), Minimal sampling area dibuat untuk

    mengetahui komposisi spesies suatu botani dengan metode pengukuran

    sederhana, dimana dibuat suatu luasan lahan dan dihitung komposisinya.Dengan MSA, kita akan tahu luas lahan minimal yang digunakan untuk

    sampling. Spesies yang ada dalam area tersebut terdiri dari rumput, gulma,

    dan legum.

    Produksi Lahan

    Produksi hijauan segar dari lahan HMT rata-rata samplingberdasarkan

    praktikum yang dilakukan adalah sebesar 4,2 kg/m2dengan luas lahan 5000

    m2. Hasil analisis bahan kering (BK) dari rumput Pennicetum purpureum

    adalah KAtotalsebesar 81, 42% dan DMtotal sebesar 18,58%.

    Analisis bahan kering yang dilakukan mendapati kualitas hijauan yang

    dijadikan sampel sebagai berikut: kadar air total 81,41% sehingga diketahui

    bahan keringnya ialah 18,59%. Persentase BK dan kadar air dipengaruhi

    oleh beberapa faktor antara lain: umur potong, kualitas tanah dan salinitas.

    Menurut hasil penelitian, Produksi bahan kering hijauan rumput terendah

    adalah rumput gajah pada salinitas 300 mM NaCl yaitu sebesar 25,3 g/pot.

    Bila dilihat dari masing-masing rumput dapat diketahui bahwa semakin tinggi

    salinitas yang diberikan maka akan menurunkan produksi bahan kering

    tanaman (Purbajanti,et al., 2007).

    Carrying capasity dari lahan seluas 5000 m2 menurut perhitungan

    Digestible Protein (DP) dapat mencukupi kebutuhan sapi sebanyak 6 ekor

  • 7/22/2019 Laporan Pastura Fix

    20/37

    20

    dengan berat 300 kg. menurut perhitungan TDN, lahan tersebut mampu

    menukupi kebutuhan sapi sebanyak 10 ekor dengan 1 animal unit

    disetarakan 350 kg. Carrying capasity dari lahan hijauan seluas 5000 m2,

    kandungan protein yang tercerna lebih kecil daripada TDN sehingga perlu

    adanya suplementasi dari bahan pakan yang mengandung protein tinggi agar

    komponen nutriennya seimbang. Digestible protein(DP) dan TDN yang tidak

    seimbang akan mempengaruhi proses anabolisme (penyimpanan daging

    akan berkurang).

    Hewan satuan bulan (AUM), tingkat ketersediaan dan carrying

    capacity adalah salah satu kunci untuk operasi ternak yang sukses denganpenggunaan yang tepat dari padang rumput, baik rangeland asli atau hijauan

    jinak. Untuk benar mengelola lahan tersebut, produser harus terbiasa dengan

    jumlah hijauan benda kering padang rumput dapat menghasilkan dan jumlah

    pakan yang dibutuhkan selama musim merumput oleh masing-masing hewan

    dan ternak secara keseluruhan (Anonim, 2011).

    Penanaman dan Pemupukan

    Sebelum dilakukan penanaman tanah dipersiapkan terlebih dahulu

    dengan cara membuat drainase dan pemberian pupuk kandang. Menurut

    Park (2001), tanah seharusnya dibajak dua kali pada kedalaman 15 sampai

    20 cm. Hal ini juga perlu untuk membuat jalur drainase dengan kedalaman 20

    sampai 30 selama musim hujan. Dianjurkan jarak tanam adalah 75x20

    sampai 25cm atau 80x10 sampai 20cm dengan satu benih per lubang atau

    75x40 sampai 50 cm dengan menyebar dua benih per lubang.

    Menurut Purwono dan Rudi (2007), pengairan dilakukan apabila tidak

    turun hujan selama 3 hari berturut-turut. Pedoman perlu tidaknya pengairan

    dengan cara melihat keadaan tanah dan tanaman. Namun, menjelang

    tanaman berbunga, air yang diperlukan lebih banyak sehingga perlu dialirkan

    air parit di antara bumbunan tanaman jagung (lub). Biji yang ditanam pada

  • 7/22/2019 Laporan Pastura Fix

    21/37

    21

    saat praktikum adalah biji jagung dengan pupuk kandang dan pupuk urea.

    Perlakuan penanaman ditunjukkan pada tabel berikut.

    Tabel 5. Hasil pengamatan perlakuan pemupukan

    PetakJumlah

    bijiBerat pupuk Metode pemberian

    kandang urea kandang Urea

    I 3 1 kg 0 gramDicampur 1 kg

    tanahTidak diberi

    II 3 1 kg 22 gramDicampur 1 kg

    tanahDilarutkan 1

    liter air

    III 3 1 kg 44 gramDicampur 1 kg

    tanahDilarutkan 2

    liter airPemberian pupuk urea dilakukan dengan cara menyiramkan pupuk

    urea tepat pada bagian benih jagung dan di sekitarnya. Banyak nutrien pakan

    yang ada di ternak dan berakhir menjadi pupuk (pupuk kandang). Lebih dari

    70 persen nitrogen, 60 persen fosfor, 80 persen potassium yang ada dalam

    pakan sekarang terdapat dalam pupuk untuk kembali ke lahan hijauan dan

    lahan lainya. Di samping nutrien tersebut, pupuk terdiri dari begitu banyak

    kalsium, magnesium, sulfur, dan sedikit unsur lainya yang dapat

    meningkatkan kandungan bahan organik tanah yang akan meningkatkan

    kapasitas pertukaran kation dan peningkatan pH. Semua keuntungan daripemupukan ini adalah dapat menurunkan kebutuhan penggunaan pupuk dan

    kapur (Murphy, 1998).

    Pupuk yang biasanya direkomendasikan adalah 300 sampai 350 kg

    urea per hektar ditambah dengan SP-36 (super pospat 36%) ditambah

    dengan KCl (potassium chloride) per hektar. Sepertiga dari total jumlah

    pupuk nitrogen yang diberikan pada saat penanaman dan dua per tiga 1

    bulan setelah penanaman. Seluruh dosis pupuk SP-36 dan KCL diberikan

    selama penanaman. Daerah yang pencahayaannya baik dan tingkat curah

    hujannya tinggi, pemberian nitrogen dapat dilakukan dengan tiga tahap yaitu

    pada saat penanaman, pada hari ke 30 dan 40 hari setelah penanaman

    (Park, 2001). Pupuk urea cair yang diberikan adalah 0 g pada petak I, 22 g

  • 7/22/2019 Laporan Pastura Fix

    22/37

    22

    pada petak II, dan 44 gram pada petak III. Hasil pengukuran tanaman jagung

    disajikan dalam tabel 2 sebagai berikut.

    Tabel 6. Hasil pengukuran penanaman tanaman jagung

    PerlakuanTinggi tanaman Tinggi tanaman

    Keterangan1 2 3 4 1 2 3 4

    Urea 0g 12 24 60 85 3 5 5 9Urea 22g 14 31 61 98 4 7 8 9Urea 44g 15 32 72 103 6 7 7 8

    Berdasarkan hasil praktikum tinggi tanaman pada perlakuan I yaitu

    tidak diberi pupuk urea adalah minggu pertama 12 cm dengan jumlah daun 3

    helai, minggu ke II 24 cm dengan jumlah daun 5 helai, minggu III 60 cm

    dengan jumlah daun 5 helai, dan minggu IV 85 cm dengan jumlah daun 9

    helai. Perlakuan II yaitu dengan pemberian pupuk urea 22 g adalah minggu

    pertama 14 cm dengan jumlah daun 4 helai, minggu ke II 31 cm dengan

    jumlah daun 7 helai, minggu III 61 cm dengan jumlah daun 8 helai, dan

    minggu IV 103 cm dengan jumlah daun 8 helai.

    Pemberian pupuk urea dan pupuk kandang berbanding lurus dengan

    pertambahan tinggi tanaman. Semakin banyak jumlah pupuk yang diberikan

    semakin bertambah cepat tinggi tanaman begitu pula dengan jumlahdaunnya. Semakin banyak jumlah pupuk yang diberikan semakin banyak

    jumlah daun yang terbentuk. Menurut Sunarya dan Agus (2007), dalam air,

    urea bersifat netral dan mudah larut. Urea dikonsumsi oleh tanaman tidak

    langsung, tetapi harus diubah dahulu menjadi senyawa nitrat oleh baktei

    tanah. Pupuk ZA dapat dihasilkan langsung oleh tanaman. Akan tetapi

    kendalanya dalam air, pupuk ZA bersifat asam sehingga tanah menjadi

    asam. Oleh karena itu pupuk ZA kurang tepst dipakai sebagai pupuk dasar,

    kecuali dicampur dengan kapur agar tanah menjadi netral.

    Pemupukan dilakukan sebagai penambah unsur hara yang ada di

    dalam tanah. Dosis pupuk yang diberikan sangat bergantung pada kesuburan

    tanah dan varietas jagung yang ditanam. Dosis anjuran pemupukan rata-rata

  • 7/22/2019 Laporan Pastura Fix

    23/37

    23

    pemupukan per hektar yaitu 200 sampai 300 kg urea, 100 sampai 200 kg SP-

    36, dan 50 sampai 100 kg KCL. Dosis yang dianjurkan untuk varietas hibrida

    yaitu 300 kg urea, 200 kg Sp-36, dan 100 kg KCl. Dosis per hektar yang

    dianjurakan untuk varietas bersari bebas yaitu 200 kg urea, 150 kg SP-36,

    dan 100 kg KCL (Purwono dan Rudi, 2007). Berdasarkan hasil praktikum

    pemberian pupuk urea untuk perlakuan I adalah 0 kg per hektar, perlakuan II

    100 kg per hektar, dan perlakuan III 200 kg per hektar.

    Penggembalaan sapi perah setelah pemberian pupuk cair membuat

    grazing tidak lebih dekat dengan tanah daripada sebelumnya, tetapi grazing

    lebih seragam. Keuntungan lain dari pupuk cair terlihat dalam pengendaliangulma Canada (Cirsium arvense). Mungkin dikarenakan dari asam yang

    terkandung pada pupuk, gulma ditutup oleh pupuk cair sehingga kering, mati

    dan hilang (Murphy, 1998).

    Silase

    Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan pada acara silase,

    diketahui terdapat dua macam perlakuan yang dilakukan sebelum membuat

    silase yaitu rumput segar yang dibuat silase secara langsung (tanpa

    dilayukan) dan rumput yang dilayukan terlebih dahulu kemudian baru dibuat

    silase. Bahan yang digunakan adalah rumput raja (pennisetum

    purpuphoides). Silase hasil proses ensilase selama 21 hari telah mengalami

    perubahan baik pada tekstur luar yang meliputi warna, tekstur, bau, rasa

    maupun PH nya. Berikut ini adalah tabel yang menjelaskan hasil ensilase

    rumput raja (pennisetum purpuphoides) kelompok 1 (tanpa dilayukan) dan

    kelompok 20 (rumput dilayukan) :

  • 7/22/2019 Laporan Pastura Fix

    24/37

    24

    Tabel 7. Berat sebelum dan setelah proses silase

    Parameter Dilayukan Tanpa dilayukan

    Berat toples (g) 1138 1121

    Berat toples + hijauan awal (g) 1855 2011

    Berat toples + hijauan akhir (g) 1850 1992

    Berat hijauan awal (g) 717 890

    Berat hijauan akhir (g) 712 871

    PH awal 7 7

    PH akhir 5 5

    Tabel 8. Uji fisik sebelum dan setelah proses silaseParameter Dilayukan Tanpa dilayukan

    Warna awal Hijau kekuningan HijauWarna akhir Hijau kecoklatan Hijau kecoklatanTekstur awal Keras, kaku KasarTekstur akhir Jelas &Lembut Jelas & Kasar

    Bau dan rasa awal Hijauan segar Hijauan segarBau dan rasa akhir Asam segar Asam segar

    Perubahan PH pada rumput yang dilayukan dan tanpa dilayukanmengalami penurunan dari 7 menjadi 5. Menurut Henderson (1993), tingkat

    keasaman silase sangat penting untuk diperhatikan karena merupakan

    penilaian yang utama terhadap keberhasilan pembuatan silase. Kondisi asam

    akan menghindarkan hijauan dari pembusukan oleh mikrobia perusak atau

    pembusuk.. Siregar (1996) mengkategorikan kualitas silase berdasarkan PH

    nya yaitu 3,5 - 4,2 baik sekali, 4,2 - 4,5 baik, 4,5 4,8 sedang dan lebih dari

    4,8 adalah jelek. Berdasarkan literatur tersebut dapat diketahui bahwa hasil

    PH pada saat praktikum memiliki penilaian yang jelek. Menurut Seglar (2003),

    asam laktat adalah asam yang paling kuat diantara semua asam yang

    dihasilkan selama ensilase, sehingga lebih efektif dalam menurunkan pH

    dibandingkan VFA.

  • 7/22/2019 Laporan Pastura Fix

    25/37

    25

    Berdasarkan praktikum yang dilakukan, perlakuan rumput segar dan

    perlakuan yang dilayukan menghasilkan warna akhir hijau kecoklatan.

    Menurut Siregar (1996), secara umum silase yang baik mempunyai ciri-ciri

    yaitu warna masih hijau atau kecoklatan. Perubahan warna yang terjadi pada

    tanaman yang mengalami proses ensilase disebabkan oleh perubahan-

    perubahan yang terjadi dalam tanaman karena proses respirasi aerobik yang

    berlangsung selama persediaan oksigen masih ada, sampai gula tanaman

    habis. Gula akan teroksidasi menjadi CO2 dan air, dan terjadi panas hingga

    temperatur naik. Bila temperatur tak dapat terkendali, silase akan berwarna

    coklat tua sampai hitam. Hal ini menyebabkan turunnya nilai makanan,karena banyak sumber karbohidrat yang hilang dan kecernaan protein turun,

    yaitu pada temperatur 55oC. Selanjutnya dijelaskan bahwa, warna coklat

    pada silase disebabkan karena adanya pigment phatophytin suatu derivat

    chlorophil yang tak ada magnesiumnya. Pada silase yang baik dengan

    temperatur yang naik tak terlalu tinggi kadar carotene tak berubah seperti

    bahan asalnya. Caroten hilang pada temperatur terlalu tinggi.

    Berdasarkan praktikum yang dilakukan, perlakuan rumput segar dan

    perlakuan yang dilayukan menghasilkan bau asam segar. Menurut SiregarSiregar (1996) bahwa, secara umum silase yang baik mempunyai ciri-ciri

    yaitu rasa dan bau asam, tetapi segar dan enak. Hasil praktikum sesuai

    dengan literatur.

    Berdasarkan praktikum yang dilakukan, perlakuan rumput segar dan

    perlakuan yang dilayukan menghasilkan tekstur jelas. Menurut Siregar

    (1996), secara umum silase yang baik mempunyai ciri-ciri yaitu tekstur masih

    jelas seperti alaminya. Hasil praktikum sesuai dengan literatur.

    Menurut (Pinheiro, 1986 cit. Ridwan et al., 2005) Hasil silase rumput

    gajah segar tanpa pelayuan dengan 2,17% WSC dan dari rumput umur 50

    hari yang dilayukan dengan 3 % :

  • 7/22/2019 Laporan Pastura Fix

    26/37

    26

    Tabel 9. Hasil silase rumput segar dan dilayukanParameter Segar Dilayukan

    N ammonia (%) 9,4 14,8PH 4,4 4,5Total asam dari % BK (%) 5,9 5,1

    Asam butirat (%) 2,4 4,1Asam laktat (%) 66,6 41,7

    Hasil PH akhir pada praktikum yaitu 5. Hal ini tidak sesuai dengan

    hasil yang terdapat pada literatur.

    Uji Perkecambahan (Uji Tetrazolium)

    Pengamatan warna biji yang dilakukan pada saat praktikum, diperoleh

    hasil sebagai berikut :Tabel 10. Hasil uji tetrazolium

    NoWarna yang timbul

    Kacang tanah Kacang kedelai

    1 Putih Putih2 Putih Merah Muda3 Putih Merah Muda4 Putih Merah Muda5 Putih Merah Muda6 Putih Putih

    Keterangan:

    Merah cerah = hidup Merah Muda = LemahMerah Tua = rusak Putih = mati

    Hasil pengamatan terhadap warna biji kacang tanah dan kacang

    kedelai yang dilakukan pada saatpraktikum,menunjukan bahwa keenam biji

    kacang tanah yang di uji tetrazolium, semuanya berwarna putih. Hal ini

    menunjukan bahwa, keenam biji kacang tanah tersebut telah mati atau tidak

    dapat mengalami pertumbuhan. Sedangkan pada biji kacang kedelai,

    diketahui dua biji yang berwarna putih dan empat biji yang berwarna merah

    muda. Hal ini menunjukkan bahwa, dua dari enam biji kacang kedelai telah

    mati dan empat biji lainnya memiliki daya perkecambahan atau viabilitas yang

    lemah.

  • 7/22/2019 Laporan Pastura Fix

    27/37

    27

    Prinsip metode tetrazolium adalah bahwa setiap sel hidup akan

    berwarna merah oleh reduksi dari suatu pewarnaan garam tetrazolium dan

    membentuk endapan formazan merah, sedangkan sel-sel mati akan

    berwarna putih. Enzim yang mendorong terjadinya proses ini adalah

    dehidrogenase yang berkaitan dengan respirasi (Byrd, 1988 cit Zanzibar,

    2006).

    NNC6H5 NNH C6H5

    +2e+2H+

    C6H5C C6H5C + H+Cl-

    N = N+ - C6H5 N= N

    C6H5

    Cl

    2,3,5triphenyl tetrazolium chloride formazan (merah)(tanpa warna)

    Reaksi kimia perubahan larutan tetrazolium menjadi formazan (Hutahean,

    2008).

    Tetrazolium di dalam benih, berinteraksi dengan jaringan sel hidup dan

    menyerap hidrogen. Hasil reaksi dengan hidrogen menyebabkan perubahan

    warna, darijernih menjadi merah. Karena itu, uji tetrazolium memungkinkankita untuk membedakan antara jaringan hidup yang berwarna merah dengan

    jaringan mati yang tidak berwarna. Selain benih hidup yang seluruhnya

    berwarna merah dan benih tidak hidup yangtidak berwarna, mungkin didapat

    benih dengan pewarnaan sebagian. Pewarnaan sebagian ini dapat terjadi

    karena pada benih hidup terdapat jaringan mati (jaringan nekrotik) (Anonim,

    2007).

    Faktor-faktor yang mempengaruhi daya perkecambahan biji di

    antaranya adalah kadar air yang terdapat di dalam biji pada saat biji

    disimpan. Apabila benih disimpan dengan kadar air yang relatif tinggi, benih

    akancepat mengalami penurunan viabilitas. Hal ini disebabkan kadar air

    tinggiakan mempengaruhi peningkatan kegiatan enzym yang

  • 7/22/2019 Laporan Pastura Fix

    28/37

    28

    akanmempercepat terjadinya respirasi yang dapat berakibat benih

    kehabisanbahan cadangan makanan. Respirasi benih akan

    menghasilkanpanas dan air yang dapat mempengaruhi kelembaban di sekitar

    benih menjadi tinggi (Anonim, 2003).

    Sangatlah penting untuk membuka jaringan benih sebelum pewarnaan

    untukmemungkinkan penetrasi larutan tetrazolium, dan memudahkan

    evaluasi.Pengujibenih harus mencoba berbagai macam pilihan cara dan

    mengambil cara yangmemberikan hasil pewarnaan terbaik.Benih direndam

    dalam larutan tetrazolium 1% dalam gelas piala atau wadah lainyang sesuai.

    Jaringan benih harus terendam sempurna dalam larutantetrazolium. Larutanini jangan sampai terkena sinar matahari karena akanmenyebabkan turunnya

    efektifitas larutan tetrazolium (tetrazolium tidak akanbekerja). Karena itu

    benih dan larutannya harus ditutup rapat selama masaproses pewarnaan,

    misalnya dengan aluminium foil atau bahan lain yang sejenis (Anonim, 2007).

  • 7/22/2019 Laporan Pastura Fix

    29/37

    29

    BAB V

    KESIMPULAN

    Pengukuran produksi visual yang diperoleh yaitu komposisi tanaman

    yaitu tidak terdapat legum pada ubinan pertama maupun kedua. Jadi dapat

    diketahui bahwa padang penggembalaan tersebut cukup baik, karena

    produksi rumput lebih banyak dari pada legume.

    MSA (Minimal Sampling Area) dapat mengetahui banyaknya spesies

    dalam suatu area minimum. Jumlah spesies kumulatif yang ada dalam area

    tersebut terdiri dari 22 spesies. Semakin luas areanya maka jumlah kumulatifspesies juga semakin banyak.

    Praktikum produksi lahan meliputi pemotongan hijauan, pengeringan

    hiajauan di oven 55C, dlakukan pemotongan kecil-kecil dengan mesin.

    Analisis bahan kering dilkukan setelahnya guna dijadikan bahan untuk

    melakukan perhitungan kapasitas atau kemampuan daya tampung ternak

    pada suatu lahan (carrying capacity). Kemampuan daya tampung ternak

    pada suatu lahan menjadi hal yang mutlak untuk dipahami dan dipersiapkan

    untuk manajerial pakan ternak yang baik.

    Berdasarkan hasil praktikum terdapat korelasi antara pemberian pupuk

    kandang dan urea dengan kecepatan pertambahan tinggi tanaman dan

    jumlah daun. Semakin banyak jumlah pupuk yang diberikan semakin cepat

    tanaman tumbuh dan semakin banyak jumlah daunnya.

    Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa

    perubahan PH pada rumput yang dilayukan maupun yang tidak dilayukan

    mengalami penurunan yaitu dari 7 ke 5. Penurunan kadar air lebih banyak

    mengalami penyusutan pada rumput yang segar.

    Berdasarkan praktikum uji tetrazolium yang dilakukan, dapat diketahui

    bahwa biji kacang kedelai yang digunakan pada saat praktikum memiliki daya

  • 7/22/2019 Laporan Pastura Fix

    30/37

    30

    perkecambahan atau viabilitas yang rendah. Sedangkan biji kacang tanah

    diketahui telah mati atau tidak memiliki daya perkecambahan.

  • 7/22/2019 Laporan Pastura Fix

    31/37

    31

    DAFTAR PUSTAKA

    Agus, Ali. 2007. Membuat Pakan Ternak Secara Mandiri. Citra Aji Parama.Yogyakarta

    Agustrina, Rochmah. 2008. Perkecambahan dan Pertumbuhan KecambahLeguminoceae DibawahPengaruh Medan Magnet. Seminar HasilPenelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat. Jurusan BiologiFMIPA. Universitas Lampung. Lampung

    Anonim. 2003. Modul: Melakukan Pengujian Benih. Jakarta.

    Anonim, 2011. Animal Unit Months, Stocking Rate and Carrying Capacity. UK

    Anonim, 2007. Petunjuk Teknis Pengujian Mutu Fisik Fisiologi Benih.Direktur Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial.Departemen Kehutanan. Jakarta

    Anonim. 2007. Diktat Panduan Praktikum Manajemen Pastura. FakultasPeternakan, Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

    Antenna B.K. dan B.K. Soni, , 2011. Animal Carrying Capacity, IncludingConcepts and Definition, Methods For Assessment and Use OfStandard Stock Units. Direktur Jenderal (Hewan Ilmu Pengetahuan),India Dewan Penelitian Pertanian Krishi, Bhavan di New Delhi. India

    Colson, K. and J. Karl. 2011. Nested Frequency. Available at

    http://wiki.landscapetoolbox.org/doku.php/field_methods:nested_frequency.Accessed at 15 Desember 2011

    Elzinga, C L., D. W. Salzer, and J. W.Willoughby. 2001. Measuring andMonitoring Plant Populations. U.S. Department of the Interior Bureauof Land Management.

    Fidelibus, M. W. and R.T.F. Mac Aller. 1993. Methods for Plant Sampling.Biology Department San Diego State University. San Diego

    Henderson, N. 1993. Silage aditifs. Anim. Sci. And Tech., 45 : 35-56

    Hutahaean, J. E. 2008. Tesis: Viabilitas Benih Kedelai dengan Varietas dan

    Kemasan yang Berbeda pada Beberapa Ruang Penyimpanan.Sekolah Pascasarjana. Universitas Sumatera Utara. Medan

    Kamal, M. 1998. Bahan Pakan dan Ransum Ternak. Gadjah Mada UniversityPress. Yogyakarta

    http://wiki.landscapetoolbox.org/doku.php/field_methods:nested_frequencyhttp://wiki.landscapetoolbox.org/doku.php/field_methods:nested_frequencyhttp://wiki.landscapetoolbox.org/doku.php/field_methods:nested_frequencyhttp://wiki.landscapetoolbox.org/doku.php/field_methods:nested_frequency
  • 7/22/2019 Laporan Pastura Fix

    32/37

    32

    Leng, R. A. 1991. Application of Biotechnology to nutrition of animals indeveloping countries. FAO Animal Production and Health Paper no 90,

    Rome. ItalyLuthan, F. 2010. Pedoman Teknis Pengembangan Usaha Integrasi Ternak

    Sapi dan Tanaman. Direktorat Budidaya Ternak Ruminansia. Jakarta

    Murphy, Bill. 1998. Greener Pastures on Your Side of The Fence FourthEdition. Arribia Publishing. United States of America

    Mc Donald, P., A.R. Hunderson & S.J.E. Heron. 1991. The Biochemistry ofSilage. 2nd ed. Cambrian Printers Lt., Aberystwyth.

    Novizan. 2005. Petunjuk pemupukan yang efektif. Agromedia Pustaka.Jakarta

    Parakkasi, A. 1995. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminan. IndonesiaUniversity Press. Jakarta

    Parimin. 2008. Jambu Biji. Penebar Swadaya. Jakarta

    Park, Kyung Joo. 2001. Corn Production in Asia. Taiwan.

    Purwono dan Rudi Hartono. 2007. Bertanam Jagung Unggul. PenebarSwadaya. Jakarta

    Purbajanti E. D., D.Soetrisno, E.Hanudin, dan S.P.S. Budi, 2007. KarakteristikLima Jenis Rumput Pakan Pada Berbagai Tingkat Salinitas. FakultasPeternakan Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta

    Reksohadiprodjo, S. 1985. Produksi Tanaman Hijauan Makanan TernakTropik. BPFE. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

    Ridwan, R., S. Ratnakomala, G. Kartina dan Y. Widyastuti. 2005. PengaruhPenambahan Dedak Padi dan Lactobacillus plantarum IBL-2 dalampembuatan silase rumput gajah. Media peternakan. 117-123. vol 28 no3

    Rochani, Siti. 2000. Bercocok Tanam Jagung. Axza press. Jakarta

    Santoso B., B. Tj. Hariadi, H. Manik, dan H. Abu bakar, B. 2009. KualitasRumput Unggul Tropika Hasil Ensilase dengan Bakteri Asam Laktatdari Ekstrak Rumput Terfermentasi. Media Peternakan. 137-144. vol

    32 no 2Seglar, B. 2003. Fermentation analysis andsilage quality testing. Proceeding

    of the innesota Dairy Health Conference College of VeterinaryMedicine, University of Minnesota. p. 119-136.

    Siregar, M. E. dan Panca Dewi M. H. K. S. 1991. Budidaya Hijauan MakananTernak. Balai Penelitian Ternak. Bogor

  • 7/22/2019 Laporan Pastura Fix

    33/37

    33

    Siregar, M. E. 1996. Pengawetan Pakan Ternak. Penebar Swadaya, Jakarta.

    Sumarsono, S. Anwar, S. Budianto, dan D. W. Widjajanto, 2006. Penampilan

    Morfologi dan Produksi Bahan Kering Hijauan Rumput Gajah danKolonjuno di Lahan Pantai Yang Dipupuk Dengan Pupuk Organik danDua Level Pupuk Urea. Fakultas Peternakan Universitas Diponogoro.Semarang

    Yayan Sunarnya dan Agus. 2009. Mudah dan Aktif Belajar Kimia. PusatPerbukuan Departemen Pendidikan Nasional

    Zanzibar, Muhamad. 2006. Kajian metode uji cepat sebagai metode resmipengujian Kualitas benih tanaman hutan di indonesia. Balai LitbangTeknologi Perbenihan. Badan Penelitian dan PengembanganKehutanan. Departemen Kehutanan

  • 7/22/2019 Laporan Pastura Fix

    34/37

    34

    LAMPIRAN

    Perhitungan penanaman dan pemupukan

    Pemberian pupuk:

    ( )

    ( )

    (

    )

    Perhitungan Produksi Lahan

    Luas lahan 5000m2

    Hasil produksi hijauan segar 4,2 kg/m2

    Diberi setiap hari dari total, sisanya 25% (batang)

    Umur potong hijauan 39 hari

    Kebutuhan ternak 1 UT = berat = 350 kg, dengan asumsi kenaikan berat

    badan 0,7- 0,8 kg/hari, yakni memutuhkan :

    5,1 TDN dan 0,85 kg PK

    Hasil analisis proksimat rumput raja :

    KA1 = 78,3%

  • 7/22/2019 Laporan Pastura Fix

    35/37

    35

    DW = 100% - 78,3%

    = 21,7%

    KA2 = 14,31%

    DM basis = 100% - 14,31%

    = 85,63%

    KA total Hijauan = KA1 + (KA2 x DW)

    = 81,41%

    DM = 100% - 81,41%

    = 18,59%

  • 7/22/2019 Laporan Pastura Fix

    36/37

    36

    Gambar penanaman dan pemupukan

    Grafik pertambahan tinggi tanaman

    Grafik pertambahan jumlah daun

    0

    20

    40

    60

    80

    100

    120

    minggu 0 minggu 1 minggu 2 minggu 3

    tinggi(cm)

    Grafik 1. Pertambahan TinggiTanaman

    urea 0g

    urea 22g

    urea 44g

    0

    1

    2

    3

    4

    5

    6

    7

    8

    9

    10

    minggu 0 minggu 1 minggu 2 minggu 3 minggu 4

    jumlahdaun(hela

    i)

    Grafik 2. Pertambahan Jumlah Daun

    urea 0g

    urea 22g

    urea 44g

  • 7/22/2019 Laporan Pastura Fix

    37/37

    Grafik MSA 5%

    0

    1

    2

    3

    4

    5

    6

    7

    8

    0 1 2 3 4 5

    Grafik 1. MSA 5%

    Grafik 1. MSA 5%