laporan p2 neurosains
DESCRIPTION
Laporan P2 NeurosainsTRANSCRIPT
BAB I
Pendahuluan
A. Pemicu
Irin, 18 tahun, mahasiswi tingkat pertama fakultas kedokteran negeri di
Pontianak. Ia merasa suntuk dengan perkuliahamnya saat ini, yang menuntut
konsentrasi tinggi dan daya ingat yang baik. ia ingin merefresh pikirannya
dengan pergi ke bioskop. Ia menonton film terbaru, transcendense. Salah satu
hal yang dibahas dalam film itu adalah tentang kecerdasan buatan, peran
neurotransmitter dalam pengaturan emosi/mood, serta percepatan regenerasi
neuron. Di film itu juga ditunjukkan bahwa, otak mempunyai kemampuan
untuk pengaturan gerak dan emosi. Saat ini, irin sedang mengikuti modul
neurosains. Akhirnya timbul pertanyaan di dalam diri irin, apakah fungsi otak
hanya untuk belajar? Bagian mana dari otak yang mempunyai kemampuan utk
penyimpanan memori? Siapa pengatur emosi/mood? Neuron mampu
regenerasi, benar atau salah? Pusat pengaturan gerak diotak terletak dimana?
Potensi stem cell? Aplikasi sel punca dalam pengobatan?
Ia akhirnya mencoba mencari literatur dan memutuskan untuk mengajukan
pertanyaan tersebut saat kuliah fisiologi berikutnya.
B. Klarifikasi dan Definisi
Neurotransmitter : Zat yang dilepaskan dari ujung aksin neuron
prosinaptik pada eksitasi berdifusi melalaui celah sinaps untuk
merangsang atau menghambar sel target.
Stem Cell : Sel dengan kemampuan untuk membelah dan
berdiferensiasi secara terus-menerus menjadi berbagai jenis sel atau
jaringan.
Regenerasi : pembaharuan suatu struktur secara alami.
Neuron : sel saraf, tiap sel konduktor dalam system saraf, terdiri dari
badan sel, yang mengandung nucleus yang dikelilingi oleh sitoplasma
serta akson dan dendrite.
1
Emosi : suatu keadaan emosional atau keadaan pikiran seseorang.
C. Kata Kunci
Neurotransmitter
Penyimpanan memori
Pengatur emosi
Kecerdasan buatan
Pengaturan gerak
Potensi stem cell
Fungsi otak
D. Rumusan Masalah
Bagaimana otak dapat mengatur keseluruhan proses yang terjadi didalam
tubuh?
E. Analisis Masalah
2
Irin (18 tahun)
Menonton Transendence
Otak Neuron Stem Cell
Bagian-bagian otak
Fungsi Otak
Keadaan
Pergerakan
Emosi
Neurotransmitter Regenerasi
Jenis Fungsi Cara Kerja
SSP
SSI
Faktor
Pemanfaatan Etika
F. Hipotesis
Otak merupakan pusat pengaturan berbagai proses didalam tubuh yang mana
didalam prosesnya terjadi transmisi impuls serta mekanisme komunikasi pada
sel-sel saraf sehingga tubuh dapat memberi respon terhadap stimulasi.
G. Learning Issues
1. Bagian-bagian otak
Fungsi Otak
Bagian otak yang mengatur kecerdasan, pergerakan dan emosi
2. Sistem saraf
Struktur sel saraf
Sistem saraf pusat
Sistem saraf tepi
Transmisi impuls saraf
Komunikasi antar sel saraf
Kegiatan listrik pada sel saraf
3. Letak Puncak (di Otak )
Sensorik
Motorik
4. Lapisan Meninges
5. Neurotransmitter
Jenis
Fungsi
Cara kerja/mekanisme
6. Proses regenerasi neuron
Memperlambat
Mempercepat
7. Sistem Limbik
Komponen
Lokasi
8. Fungsi Luhur
Lokasi
3
Fungsi
Kelainan
9. Stem cell
Jenis-jenis Stem cell
Sumber Stem cell
Pemanfaatan/peran Stem cell
Etika Stem cell
Keuntungan dan kerugian Stem cell
Karakteristik Stem cell
Cara kerja Stem cell
4
BAB II
Pembahasan
A. Bagian-bagian Otak
a. Fungsi Otak
Otak mempunyai lima bagian utama, yaitu: otak besar (serebrum), otak tengah
(mesensefalon), otak kecil (serebelum), sumsum lanjutan/ sambung (medulla
oblongata), dan jembatan varol.
a. Otak besar (serebrum)
Otak besar mempunyai fungsi dalam pengaturan semua aktifitas mental,
yaitu yang berkaitan dengan kepandaian (intelegensi), ingatan (memori),
kesadaran, dan pertimbangan. Otak besar merupakan sumber dari semua
kegiatan/gerakan sadar atau sesuai dengan kehendak, walaupun ada juga
beberapa gerakan refleks otak. Pada bagian korteks serebrum yang
berwarna kelabu terdapat bagian penerima rangsang (area sensor) yang
terletak di sebelah belakang area motor yang berfungsi mengatur gerakan
sadar atau merespon rangsangan. Selain itu terdapat area asosiasi yang
menghubungkan area motor dan sensorik. Area ini berperan dalam proses
belajar, menyimpan ingatan, membuat kesimpulan, dan belajar berbagai
bahasa. Di sekitar kedua area tersebut adalah bagian yang mengatur
kegiatan psikologi yang lebih tinggi. Misalnya bagian depan merupakan
pusat proses berfikir (yaitu mengingat, analisis, berbicara, kreativitas) dan
emosi. Pusat penglihatan terdapat di bagian belakang.
b. Otak tengah (mesensefalon)
Otak tengah terletak di depan otak kecil dan jembatan varol. Di depan otak
tengah terdapat talamus dan kelenjar hipofisis yang mengatur kerja
kelenjar-kelenjar endokrin.
Bagian atas (dorsal) otak tengah merupakan lobus optikus yang mengatur
refleks mata seperti penyempitan pupil mata, dan juga merupakan pusat
pendengaran.
5
c. Otak kecil (serebelum)
Serebelum mempunyai fungsi utama dalam koordinasi gerakan otot yang
terjadi secara sadar, keseimbangan, dan posisi tubuh. Bila ada rangsangan
yang merugikan atau berbahaya maka gerakan sadar yang normal tidak
mungkin dilaksanakan.
d. Jembatan varol (pons varoli)
Jembatan varol berisi serabut saraf yang menghubungkan otak kecil
bagian kiri dan kanan, juga menghubungkan otak besar dan sumsum
tulang belakang.
e. Sumsum lanjutan/sambung (medulla oblongata)
Sumsum sambung berfungsi menghantar impuls yang datang dari medula
spinalis menuju ke otak. Sumsum sambung juga mempengaruhi jembatan,
refleks fisiologi seperti detak jantung, tekanan darah, volume dan
kecepatan respirasi, gerak alat pencernaan, dan sekresi kelenjar
pencernaan. Selain itu, sumsum sambung juga mengatur gerak refleks
yang lain seperti bersin, batuk, dan berkedip.
f. Sumsum tulang belakang (medulla spinalis)
Pada penampang melintang sumsum tulang belakang tampak bagian luar
berwarna putih, sedangkan bagian dalam berbentuk kupu-kupu dan
berwarna kelabu. Pada penampang melintang sumsum tulang belakang ada
bagian seperti sayap yang terbagi atas sayap atas disebut tanduk dorsal dan
sayap bawah disebut tanduk ventral. Impuls sensori dari reseptor dihantar
masuk ke sumsum tulang belakang melalui tanduk dorsal dan impuls
motor keluar dari sumsum tulang belakang melalui tanduk ventral menuju
efektor. Pada tanduk dorsal terdapat badan sel saraf penghubung (asosiasi
konektor) yang akan menerima impuls dari sel saraf sensori dan akan
menghantarkannya ke saraf motor. Pada bagian putih terdapat serabut
saraf asosiasi. Kumpulan serabut saraf embentuk saraf (urat saraf). Urat
saraf yang membawa impuls ke otak merupakan saluran asenden dan yang
membawa impuls yang berupa perintah dari otak merupakan saluran
desenden.1
b. Bagian otak yang mengatur kecerdasan, pergerakan dan emosi
6
Gambaran jalur neuron dan sistem fungsional yang mendasari baru muncul,
dan dengan respon emosi yang sangat beragam, terdapat juga kemungkinan
keterlibatan beberapa jalur neural yang kompleks dan sistem fungsional dalam
sistem saraf pusat. Beberapa emosi manusia bergantung pada kelompok
fungsional nukleus dan saluran akson yang saling bersambungan di sistem saraf
pusat yang disebut sistem limbik.
Meskipun masih memiliki definisi yang fleksibel, sistem limbik meliputi
bagian talamus dan hipotalamus serta bagian korteks serebral. Sistem limbik
dihubungkan dengan daerah korteks serebral yang terlibat dalam pembelajaran
kompleks, bernalar, dan personalitas. Konsultasi antara pusat otak bagian atas
dengan sitem limbik sangat penting dalam formulasi emosi.
Sebuah nukleus lobus temporal korteks serebral yang disebut amigdala, yaitu
suatu komponen sistem limbik yang menonjol, merupakan pusat utama
pengumpulan data sensoris dan pengatur informasi emosi. Amigdala menerima
data sensoris dari talamus, batang otak, dan kuncup pengecapan, juga informasi
sensoris yang terintegrasi dari daerah asosiasi korteks serebral. Sinyal neuron
melewati amigdala dan hipokampus serta batang otak dengan arah berlawanan,
dan suatu jalur utama sinyal yang memicu eksresi emosional merambat dari
amigdala ke sistem saraf otonom dan sistem motoris somatik melalui
hipotalamus dan formssi retikuler batang otak.2
B. Sistem Saraf
a. Struktur Sel Saraf
Badan Sel ( Perikarion)
Perikarion adalah bagian neuron yang mengandung inti dan sitoplasma di
sekelilingnya, dan tidak mencakup prossesus sel. Badan sel terutama
merupakan pusat trofik, meskipun badan sel neuron juga dapat menerima
sejumlah besar ujung saraf yang membawa stimulus eksitatorik atau inhibitorik
yang berasal dari sel saraf lain. Badan sel memiliki suatu RE kasar yang
tersusun berupa agregat sisterna pararel. Di sitoplasma di antara sisterna
terdapat banyak poliribosom, yang member kesan bahwa sel-sel ini menyintesis
protein structural dan protein untuk transport dan sekresi. RE kasar dan
7
ribosom bebas tampak sebagai gumpalan material basofilik di bawah
mikroskop cahaya, yang disebut substansi kromatofilik (badan Nissl). Aparatus
golgi hanya terdapat dalam badan sel, tetapi mitokondria dapat dijumpai di
seluruh sel dan biasanya banyak di ujung akson. Filamen intermedia banyak
terdapat dalam perikarion dan prosesus sel dan disebut neurofilamen. Neuron
juga mengandung mikrotubulus yang terdapat pada banyak sel lain, selain itu
sel saraf juga mengandung inklusi materi pigmen, seperti lipofusin yang terdiri
atas badan residu yang tidak dicerna oleh lisosom.
Dendrit
Dendrit umumnya pendek dan bercabang-cabang mirip pohon. Dendrit
banyak diselubungi oleh banyak sinaps dan merupakan tempat penerimaan
sinyal dan pemrosesan utama di neuron. Percabangan dendrite memungkinkan
sebuah neuron untuk menerima dan mengintegrasikan besar ujung akson dari
sel saraf lain.Dendrit akan semakin mengecil setiap kali bercabang. Komposisi
sitoplasma pada basis dendrit , dekat dengan badan sel tidak memiliki
kompleks golgi. Kebanyakan sinaps yang berkontak dengan neuron terdapat di
spina dendritik. Spina dendritik ini berfungsi sebagai tempat pemrosesan
pertama untuk sinyal sinaps yang tiba di sebuah neuron.Perangkat pemrosesan
terdapat dalam suatu kompleks protein yang melekat pada permukaan sitosol
membrane pascasinaps.
Akson
Akson merupakan prosesus dari sel saraf yang paling panjang. Semua
akson berasal dari daerah berbentuk piramida pendek, yakni akson hillock,
yang muncul dari perikarion. Tepat di belakang muara akson, di suatu area
yang disebut segmen inisial, terdapat tempat bertemunya berbagai rangsangan
eksitatorik dan inhibitorik yang menghasilkan keputusan untuk meneruskan
rangsangan atau tidak meneruskan rangsangan.Beberapa jenis kanal ion
terdapat pada segmen inisial dan kanal tersebut penting untuk menghasilkan
potensial aksi.Membran plasma akson dikenal dengan aksolemma dan isinya
disenut aksoplasma.Semua cabang akson dikenal sebagai cabang kolateral.
Aksoplasma mengandung mitokondria, mikrotubulus, neurofilamen, dan
sejumlah sisterna reticulum endoplasma halus. Mikro dan makromolekul yang
8
disintesis perikarion akan dihantarkan atau diangkut secara kontinu oleh
transport anterograd di sepanjang akson sampai ke sinapsis. Transpor
retrograde dalam arah berlawanan mengangkut sejumlaah sejumlah
makromolekul ke badan sel, termasuk zat yang masuk melalui endositosis
(virus dan toksin) dari perifer ke badan sel. Transport aksonal dalam dua arah
menggunakan protein penggerak yang melekat pada mikrotubulus yakni
Kinesin( ATPase yang diaktifkan mikrotubulus) melekat pada vesikel
sepanjang mikrotubulus pada akson, yang menjauhi perikarion. Dinein adalah
suatu ATPase yang serupa dan memungkinkan pergerakan vesikel mendekati
perikarion.3,4
b. Sistem Saraf Pusat
Divisi utama sistem saraf pusat
Sistem saraf pusat terdiri dari otak dan medulla spinalis. Berikut gambaran
utama dari struktur masing – masing dan hubungan umum satu sama lain.
Divisi Utama Susunan Saraf Pusat dan Tepi1
Sistem Saraf Pusat
Otak
Prosencephalon
Cerebrum
Diencephalon (diantara otak)
Mesencephalon
Rhombencephalon
Medulla oblongata
Pons
Cerebellum
Medulla Spinalis
Pars Cervicalis
Pars Thoracica
Pars Lumbaris
Pars Sacralis
9
Pars Coccygea
Susunan Saraf Tepi
Saraf-saraf dan ganglianya-12 pasang yang keluar dari tengkorak melalui foramina
Saraf-saraf tulang belakang dan ganglianya-31 pasang yang keluar dari columna vertebralix
melalui foramina intervertebralis
8 Cervical
12 Thoracic
5 Lumbar
5 Sacral
1 Coccygeal
Medulla Spinalis
Medulla belakang terletak dalam canalis vertebralis columna vertebralis
dan dibungkus oleh tiga meningen : dura meter, arachnoidea meter, dan pia
mater. Proteksi lebih lanjut dilakukan oleh liquor cerebrospinalis, di dalam
spatium sub-arachnoideum.
Umumnya, medulla spinalis berbentuk silindris dan di superior, mulai dari
foramen magnum pada tengkorak, tempatnya berlajut ke atas sebagai medulla
oblongata otak. Di bawah, medulla spinalis menipis, di kenal sebagai conus
medullaris, dari ujungnya terdapat lanjutan pia meter, filum terminale, yang
berjalan ke bawah dan melekat di bagian belakang os coccygi.
Di sepanjang medulla spinalis, melekat 31 pasang saraf spinal melalui
radix anterior atau motorik dan radix posterior atau akar sensorik. Masing-
masing radiks melekat pada medulla spinalis yang sesuai. Masing-masing radix
posterior mempunyaisebuah ganglion radix posterior, yang sel-selnya
membentuk serabut saraf pusat dan tepi.3
10
c.
Struktur Medulla Spinalis.
Medulla spinalis terdiri dari nuklei dari substantia grisea, di bagian dalam,
yang dikelilingi oleh substantia alba.Pada potongan melintang, substantia grisea
terlihat sebagai tiang berbentuk H dengan columna anterior dan posterior,
dihubungan oleh commissura grisea yang tipis, yang di dalamnya terdapat
canalis centralis yang kecil. Secara deskriptif, substantia albadapat dibagi
menjadi columna alba anterior, lateral, dan posterior.5
11
Hubungan antara stimulus sensorik aferen bank memori, pusat-pusat kolerasi dan kooridinasi, serta lintasan eferen umum
(dok : Neutoanatomi Klinik oleh Richard S. Snell)
(dok : Neutoanatomi Klinik oleh Richard S. Snell)
Otak
Otak terletak dalam cavum cranili dan bersambung dengan medulla
spinalis melalui foramen magnum .Otak dibungkus oleh tiga meninges : dura
meter, arachnoidea meter, dan pia mater, dan ketiganya berlanjut ke medulla
spinalis.Liquor cerebrospinalis mengelilingi otak di dalam spatium
subarachnoideum.5
Otak secara konvensional dibagi menjadi tiga divisi utama. Bagian-bagian
tersebut secara berurutan dari medulla spinalis ke atas adalah,
rhombencephalon,mesencephalon, dan prosencephalon. Rhombencephalon
dibagi menjadi medulla oblongata, pons, dan cerebellum . Prosencephalon juga
dapat dibagi ke menjadi diencephalon (di antara otak), yang merupakan bagian
sentral dari prosencephalon, dan cerebrum . Batang otak ( istilah untuk
gabungan medulla oblongata, pons, dan mesencephalon) adalah bagian dari otak
yang tertinggal setelah hemispherium cerebri dan cerebellum diangkat.5
Rhombencephalon
Medulla Oblongata
Medula oblongata berbentuk konus, di superore berhubungan dengan pons
dan dibagian inferior berhubungan dengan medulla spinalis. Pda medulla
oblongata, terdapat banyak kumpulan neuron-neuron, yang disebut nuklei, dan
berfungsi sebagai saluran untuk menyalurkan serabut-serabut saraf asendens dan
desendens.5
Pons
Pons terletak di permukaan anterior cerebellum, inferior dari
mesencephalon dan superior dari medulla oblongata. Pons, atau jembatan,
dinamakan dari banyaknyaserabut-serabut yang berjalan secara transversal pada
anteriornya, yang menghubungkan kedua hemispherium cerebelli. Pons juga
mengandung banyak nuklei dan serabut asendens dan desendens.5
Cerebellum
Cerebellum terletak dalam fossa cranii posterior, posterior terhadap pons
dan medulla oblongata. Ini terdiri dari dua hemispherium yang dihubungkan
oleh sebuah bagian median, vermis . Cerebellum dihubungkan dengan
mesencephalon oleh peduncli cerebellares superiores, dengan pons oleh
12
peduncli cerebellares medii, dan dengan medulla oblangata oleh pedunculus
cerebellares inferiores. Pedunkulus-pendukuluscterdiri dari berkas-berkas besar
serabut saraf yang menghubungkan cerebellum dengan sistem saraf lainnya.
Lapisan permukaan setiap hemispherium cerebellari disebut korteks, dan
terdiri dari substantia grisea. Corteks cerebelli tersusun dalam lipatan-lipatan,
atau folia, dipisahkan oleh fisura-fisura melintang yang tersusun rapat. Terdapat
massa substantia grisea di bagian dalam cerebellum, tertanam dalam substantia
alba; yang terbesar disebut nucleus dentatus.
Medula oblongata, pons, dan cerebellum mengelilingi rongga yang berisi
liquor cerebrospinalis, yang disebut ventriculus quartus. Di bagian superior
rongga ini berhubungan dengan ventrculus tertius melalui aquaductus cerebri,
dan de bagian inferior berlanjut sebagai canalis centralis di dalam medulla
oblangata Ventriculus quartus berhubungan dengan spatium subarachnoideum
melalui ketiga lubang ini,liquor cerebrospinalis (cairan otak) di dalam susunan
sistem saraf pusat dapat memasuki spatium subarachnoideum.5
Mesencephalon
Mesencephalon merupakan bagian sempit otak yang menghubungkan
prosencephalon dengan rhombencephalon. Rongga sempit di mesencephalon
adalah aquaductus cerebri, yang menghubungkan ventriculus tertius dan
ventriculus quartus. Mesencephalon mengandung banyak nuklei dan berkas
serabut saraf asendens dann desendens.5
Diencephalon
Hampir seluruh diencephalon terstutup dari permukaan otak. Terdiri dari
thalamus di bagian dorsal dan hypothalamus di bagian ventral. Thalamus adalah
substantia grisea yang massa berbentuk telur besar dan terletak di kedua sisi dari
ventriculus tertius. Ujung anterior thalamus membentuk batas posterior dari
foramen interventrikulare, yaitu lubang antara ventriculus tertius dan ventrivulus
lateral. Hipotalamus membentuk bagian bawah dari dinding lateral dan lantai
ventriculus tertius.5
Cerebrum
Cerebrum merupakan bagian terbesar dari otak, terdiri dari dua
hemispherium cerebri, yang disebut corpus callosum. Setiap hemispherium
13
terbentang dari os frontale ke os occipitale, superior dari fossa cranii anterior
dan media; di bagian posterior, cerebrum terletak di atas tentorium cerebelli.
Hemispherium dipisahkan oleh celah yang dalam, fisura longitudinalis, tempat
masuknya flax cerebri.
Lapisan permukaan setiap hemispherium dibentuk oleh substantia grisea
yang disebut korteks. Cortex cerebri berlipat-lipat, atau gyri, dipisahkan oleh
fisura, atau sulci. Dengan adanya lipatan-lipatan tersebut daerah permukaan
korteks menjadi sangat luas. Beberapa sulkus yang besar digunakan untuk
membagi masing-masing permukaan hemispherium menjadi lobus-lobus. Lobus
diberi nama sesuai dengan tulang tengkorak yang menutupinya.
Di dalam hemispherium terdapat pusat substantia alba, yang mengandung
massa substantia grisea yang besar, yaitu nuclei basales atau ganglia basalia.
Kumpulan serabut-serabut saraf berbentuk kipas disebut corona radiata,
melintasi substantia alba ke dan dari cortex cerebri ke batang otak. Corona
radiata berkonvergensi di ganglia basalia dan berjalan di antaranya sebagai
capsula interna. Nukleus berekor terletak di sisi medial kapsula internal disebut
nucleus caudatus, dan nucleus yang berbentuk seperti lensa pada sisi lateral
capsula interna disebut nukleus lentiformis.
Ruangan yang terdapat di dalam setiap hemispherium disebut ventriculus
lateralis. Ventriculus lateralis berhubungan dengan ventriculus tertius melalui
foramen interventricule.
Selama proses perkembangan, cerebrum menjadi sangat membesar dan
menutupi diencephalon, mesencephalon, dan rhombencephalon .5
Struktur Otak
Berbeda dengan medulla spinalis, otak terdiri dari substantia alba di
bagian dalam, yang dikelilingi oleh substantia grisea dibagian luarnya. Namun,
sebagaimana disebutkan sebelumnya, terdapat sekelompok massa substantia
grisea yang terletak di dalam substantia alba. Sebagai contoh, dalam cerebellum,
ada nuklei serebellares grisae, dan di dalam cerebrum, ada thalamus, nucleus
caudatus, dan nuklus lentiformis yang merupakan substantia grisea.
Blood-Brain Barrier
14
Percobaan Paul Ehrlich pada tahun 1882 menunjukkan bahwa apabila hewan
percobaan yang hidup disuntik dengan zat pewarna vital secara intravena,
seperti trypan-blue, terjadi pewarnaan dari semua jaringan tubuh kecuali otak
dan medulla spinalis. Kemudian, penelitian ini juga menunjukkan bahwa
meskipun sebagian besar otak tidak terwarnai setelah injeksi secara intravena
dengan trypan-blue, bidang-bidang berikut pada kenyataannya menjadi
terwarnai : glandula pinealis, lobus posteriorglandulae pituitarie, tuber
cinereum, dinding recessus opticus, dan daerah vaskular postrema di ujung
bawah ventrikulus quartus. Pengamatan ini mengarah pada konsep sawar darah -
otak (sebenarnya istilah yang lebih tepat adalah sawar darah otak-medulla
spinalis).
Permeabilitas sawar darah otak berbanding terbalik dengan ukuran
molekul langsung berhubungan langsung dengan kelarutan lemak. Gas dan air
lebih mudah melintasi sawar, sedangkan glukosa dan elektrolit lebih lambat
melewati sawar. Sawar hampir impermeable terhadap protein plasma dan
molekul organik besar lainnya. Senyawa dengan berat molekul sekitar 60.000
dan lebih tinggi tetap berada di dalam sistem sirkulasi darah. Hal ini dapat
menjelaskan mengapa dalam percobaan awal dengan trypan-blue, yang cepat
terikat dengan albumin protein plasma, tidak masuk kedalam sebagian besar
otak pada percobaan-percobaan sebelumnya.
Struktur
Pemeriksaan susunan saraf pusat dengan mikrograf elektron menunjukkan
bahwa lumen kapiler darah dipisahkan dari ruang-ruang ekstraselular di sekitar
neuron dan neuroglia dengan struktur sebagai berikut ini : (1) sel-sel endotel
dalam dinding kapiler, (2) membrana basalis utuh yang mengelilingi kapiler di
luar sel-sel endotel, dan (3) prosesus-prosesus kaki astrosit yang melekat pada
permukaan luar dari dinding kapiler.
Penggunaan marker padat elektron seperti lanthanum dan horseradish
peroxidase (Brightman dan Reese, 1969) telah menunjukkan bahwa zat-zat
tersebut tidak berpenentrasi melalui celah antara sel-sel endotel kapiler karena
terdapat taut kedap (thight junction) yang membentuk sabuk sekeliling sel.
Ketika marker padat dimasukkan ke dalam ruang ekstraselular neuropil, zat-zat
15
terebut melintasi celah antar proseseus-proseus kaki perivaskular astrosit hingga
mencapai endotel yang melapisi kapiler. Berdasarkan bukti tersebut, sekarang
diketahui bahwa taut kedap di antara sel-sel endotel kapiler darah berperan
sebagai sawar darah-otak. Secara molekuler, sawar darah otak adalah
merupakan bilayer lipid kontinyu yang mengelilingi sel-sel endotel dan
mengisolasi jaringan otak dari darah. Hal Ini menjelaskan bagaimana molekul
lipofilik mudah berdifusi melalui sawar, sedangkan molekul hidrofilik tidak.
Walaupun sawar darah otak ditemukan pada neonatus, diketahui bahwa
sawar darah-otak pada neonatus lebih permeabel terhadap zat-zat tertentu
dibandingkan pada orang dewasa.
Struktur sawar darah otak di seluruh susunan saraf otak tidak sama.
Bahkan, di daerah-daerah di mana tampaknya tidak terdapat sawar darah otak,
endotel kapiler memiliki fenestra-fenestra yang dapat dilalui oleh protein dan
molekul organik kecil dari darah ke jaringan saraf. Area postrema pada lantai
ventriculus quartus dan hypothalamus diduga dapat berfungsi sebagai tempat
reseptor- reseptor neuron mengambil sampel kandungan kimiawi plasma secara
langsung. Hypothalamus, yang berperan dalam regulasi aktivitas metabolik
tubuh, dapat menimbulkan modifikasi yang sesuai, sehingga dapat melindungi
jaringan saraf.5
c. Sistem Saraf Tepi
a. Nervus Cranialis5
Ada 12 pasang nervus cranialis yang meninggalkan otak lalu melalui
berbagai foramen dan fisura yang ada di tengkorak.
1. Olfactorius (N1)
2. Opticus (N2)
3. Oculomotorius (N3)
4. Trochlearis (N4)
5. Trigeminus (N5)
6. Abducens (N6)
7. Facialis (N7)
8. Vestibulcochlearis (N8)
16
9. Glossopharyngeus (N9)
10. Vagus (N10)
11. Acessorius (N11)
12. Hypoglossus (N12)
b. Nervus Spinaslis5
Ada 31 yang terdiri dari
8 cervicalis
12 thoracica
5 lumbalis
5 sacralis
1 coccygea
d. Transmisi Impuls Saraf
Impuls dapat dihantarkan melalui beberapa cara, di antaranya melalui sel saraf
dan sinapsis. Berikut ini akan dibahas secara rinci kedua cara tersebut.
1. Penghantaran Impuls Melalui Sel Saraf
Neuron, seperti sel-sel lainnya, selalu menciptakan gradien ionik antara kedua
sisi membrane plasmanya melalui proses pemompaan ion-ion tertentu.
Pemompaan yang seringkali dilibatkan ialah pemompaan (Na+-K+) yang
terkait dengan enzim (Na+-K+)-ATPase. Proses ini memompa ion K kedalam
sel namun memompa ion Na keluar sel sehingga menghasilkan konsentrasi
ionik intrasel maupun ekstrasel ion-ion tertentu. Beda potensial membran yang
terjadi antara kedua sisi membran, ∆Ψ (potensial sisi luar relatif dengan
potensial sisi dalam), dideskripsikan oleh persamaan Goldman [1, 2, 3]:
∆Ψ=RTF
In Σ Pc . [Cout ]+Σ Pa .[Ain ]Σ Pc . [Cin ]+Σ Pa.[ Ain]
17
Dalam persamaan tersebut, C dan A adalah singkatan untuk konsentrasi Kation
dan Anion dengan asumsi ion-ion monovalen (valensi satu) yang memiliki
konsentrasi besar). Sementara itu, out melambangkan daerah di luar membran
dan in melambangkan daerah di dalam membran. Pc dan Pa melambangkan
koefisien permeabilitas kation dan anion. Koefisien ini menunjukkan mudah
atau tidaknya suatu ion menembus membran. Karena ion-ion yang dominan
ialah ion natrium, kalium, dan klor, maka persamaan di atas dapat ditulis:
∆Ψ=RTF
In PK . [ Ko ]+PNa . [ Nao ]+PCl .[Cli ]PK . [Ki ]+PNa . [Nai ]+PCl .[Clo ]
Ko dan Ki ialah konsentrasi ion kalium di sisi luar dan dalam membran. Nao
dan Nai ialah konsentrasi ion natrium di sisi luar dan dalam membran. Clo dan
Cli ialah konsentrasi ion klor di sisi luar dan dalam membran. PK, PNa, dan
PCl ialah koefisien permeabilitas ion kalium, ion natrium, dan ion klor.
Potensial membran tercipta oleh ketidakseimbangan kecil pada distribusi ion
antara sisi membran. Menurut pengamatan, perbandingan ion- ion yang
terpisah oleh membran ialah sekitar 1 pasang ion per sejuta. Namun dalam
ukuran makroskopik dan tebal membran sekitar 5 nanometer, perbandingan ion
itu sudah cukup membuat medan listrik yang besar pada membran yaitu sekitar
170.000 V/cm.
Impuls saraf terdiri atas suatu gelombang depolarisasi membran yang disebut
Potensial Aksi dan merambat sepanjang sel saraf. Jika mikroelektrode
ditusukkan ke dalam suatu akson saraf, perekam menunjukkan suatu
peningkatan potensial dari –60mV menuju +30mV selama berlangsungnya
potensial aksi di tempat itu. Depolarisasi tersebut (sebelum potensial mencapai
potensial kesetimbangan ion Na (sekitar +58mV)) segera diikuti oleh
repolarisasi sangat cepat dan melebihi batas harga potensial istirahat (resting
potential) [1]. Turunnya potensial ini mencapai potensial keseimbangan ion K
(sekitar –72mV).
Selanjutnya, potensial akan perlahan menuju potensial istirahat. Penyebab
terjadinya potensial aksi ini ialah peningkatan permeabilitas membran terhadap
ion Na secara transien (dalam rentang fraksi dari satu milidetik) kemudian
18
diikuti oleh peningkatan permeabilitas membran terhadap ion K secara transien
serta penurunan drastis pada permeabilitas membran terhadap ion Na. Hal ini
diungkapkan dan didemonstrasikan oleh Alan Hodgkin dan Andrew Huxley
di tahun 1953.
Perubahan permeabilitas yang spesifik- ion itu (hanya khusus ion tertentu)
disebabkan oleh adanya protein membran transaxonal. Protein tersebut
berfungsi sebagai saluran-saluran spesifik ion (ion Na atau ion K) yang sensitif
terhadap beda potensial. Kita dapat menyebutnya dengan voltage-sensitive
channels (saluran yang terbuka hanya jika dikenai kenaikan tegangan). Saat
suatu impuls saraf (pemunculan arus listrik yang tiba- tiba) mencapai suatu
daerah axon (yang dijadikan daerah pengamatan), beda potensial
transmembran akan lebih positif sehingga memicu terbukanya saluran-saluran
ion Na (yang bersifat sensitif terhadap tegangan) secara transien (mendadak).
Akibatnya ion Na berebutan masuk ke dalam sel saraf sejumlah 6000 ion per
1ms untuk tiap saluran. Ini jelas merupakan peningkatan permeabilitas ion Na
atau PNa dan peningkatan ini membuat beda potensial transmembran
meningkat.
Lalu, secara berurutan, jumlah saluran ion Na yang terbuka akan lebih banyak
karena peningkatan PNa menyebabkan kenaikan ∆Ψ dan kenaikan ∆Ψ akan
merangsang terbukanya saluran-saluran Na lain. Ledakan input ion Na tersebut
meningkat menuju potensial keseimbangan ion Na (sekitar 60mV) namun
sebelum hal tersebut terjadi, saluran-saluran ion K terbuka bersamaan dengan
menutup-nya saluran ion Na (PNa kembali menuju harga semula saat istirahat).
Karena proses inilah, potensial membran berganti tanda dan menurun kepada
potensial keseimbangan ion K yang ada di bawah potensial istirahat. Pada
akhirnya, saluran-saluran untuk ion K juga menutup dan membran kembali
mendapatkan kondisi dengan potensial istirahatnya. Saluran ion Na yang
terbuka hanya selama 0,5 sampai 1 ms tidak akan terbuka kembali sampai
membran kembali secara total pada keadaan istirahatnya. Periode saat saluran
ion Na tak dapat terbuka lagi itu disebut periode refraktori absolut. Adanya
sifat ini memberi batasan taraf penghantaran sinyal saraf pada akson sehingga
19
rangsangan yang datang sebelum saraf benar-benar teristirahatkan tidak akan
mendapat respon.
Suatu potensial aksi itu dipicu oleh sebuah peningkatan sebesar 20mV pada
potensial membran menuju –40mV. Maka dari itu, potensial aksi merambat
atau berpropa-gasi sepanjang akson karena hadirnya peningkatan potensial
membran. Di samping itu, impuls saraf secara kontinu diperkuat (amplifikasi)
saat merambat sepanjang akson untuk mempertahankan konstannya impuls
saraf.
Bayangkan dua buah partisi saraf A dan B yang tak terpisah satu sama lain
dengan arah impuls mengarah dari A ke B. Jika A mendapat rangsangan,
proses terbukanya saluran-saluran itu akan terjadi di A sehingga beda potensial
transmembran pada daerah A meningkat. Peningkatan beda potensial di A akan
menimbulkan medan listrik yang mempengaruhi daerah B yang ada di
dekatnya. Medan listrik itu akan merangsang saluran-saluran ion di B untuk
terbuka dan memulai proses yang serupa seperti pada A. Dengan cara itulah,
rangsangan dihantar dan diperkuat di tiap partisi melalui pertukaran ion antar
kedua sisi membran. Walau ketidakseimbangan relatif ionik berperan untuk
potensial istirahat itu hanyalah kecil, hanya sedikit sekali fraksi gradien Na+-
K+ yang dikacaukan oleh satu impuls saraf. Jadi, suatu akson dapat
menghantar impuls saraf tiap beberapa milisekon dengan taraf konstan. Di
samping itu, semua impuls saraf memiliki amplitudo sama sehingga besar
suatu rangsangan didasarkan pada taraf atau frekuensi hentakan saraf dan
bukan pada besar kecil amplitudonya.6,7,8,9
e. Komunikasi Antar Sel Saraf
Sinapsis terdiri dari dua jenis, yaitu
Sinapsis Listrik atau Elektrik
Sinaps listrik memungkinkan potensial aksi merambat secara langsung dari
satu sel prasinaptik ke sel pascasinaptik. Sel-sel ini dihubungkan oleh
persambungan longgar yaitu saluran antar sel yang mengalirkan ion potensial
aksi lokal agar mengalir antarneuron.
Sinapsis Kimiawi
20
Pada sinaps kimiawi, sebuah celah sempit atau celah sinaptik, memisahkan sel
prasinaptik dan sel pascasinaptik. Adanya celah ini mengakibatkan sel-sel tidak
dapat dikopel secara elektrik, dan potensial aksi yang terjadi pada sel
prasinaptik tidak dapat dirambatkan secara langsung ke membran
pascasinaptik.
Banyak kantung yang disebut vesikula sinaptik yang terdapat di dalam
sitoplasma ujung akson prasinaptik. Masing-masing vesikula mengandung
ribuan molekul neurotransmiter, zat yang dibebaskan sebagai messenger
antarsel ke dalam celah sinaptik. Sebagian besar neuron hanya
mengekspresikan satu jenis neurotransmitter saja. Akan tetapi, sebuah neuron
tunggal bisa menerima sinyal kimiawi dari berbagai neuron yang
mengekspresikan meurotransmitter yang berbeda-beda dari terminal
sinaptiknya.
Neuron mengirimkan neurotransimiter ke dalam sinapsis ketika suatu potensial
aksi tiba di terminal sinaptik dan mendepolarisasikan membran sinaptik, yaitu
permukaan terminal sinaptik yang menghadap celah tersebut. Ion kalisum
memainkan peran penting dalam mengubah impuls listrik menjadi sinyal
kimiawi. Depolarisasi menyebabkan Ca2+ masuk secara cepat ke dalam melalui
saluran bergerbang voltage. Peningkatan konsentrasi Ca2+ sitosolik secara
mendadak merangsang vesikua sinaptik menyatu dengan membran prasinaptik
dan melepaskan neurotransmitter ke dalam celah sinaptik melalui eksositosis.
Riuan vesikula dapat merespon dengan serentak terhadap sebuah potensial aksi
tunggal. Neurotransmitter berdifusi melewati jarak pendek dari membran
prasinaptik sampai ke membran pascasianptik, yaitu membran pada badan sel
atau dendrit pada sisi lain sinapsis.
Membran prasiaptik dikhususkan untuk menerima pesan kimiawi. Penjuluran
permukaan ekstraseluler membran prasinaps adalah protein yang berfungsi
sebagai reseptor spesifik untuk neurotransmitter. Reseptor tersebut merupakan
bagian dari saluran ion selektif yang membuka dan menutup, yang mengontrol
pergerakkan ion melewati membran pascasinaptik. Reseptor tertentu dapat
dikeai oleh neurotransmitter tertentu, dan ketika berikatan dengan zat kimia ini,
gerbang saluran ion akan membuka dan mengalirkan ion spesifik seperti Na+,
21
K+, atau Cl- yang melewati membran tersebut. Dengan demikian, gerbang
saluran ion membran pascasinaptik dinuka dan ditutup oleh zat kimia
( bergerbang zat kimia ), berbeda dari saluran bergerbang voltage yang
bertanggung jawab atas pembangkitan membran potensial aksi.
Pergerakan ion yang disebabkan oleh ppengikatan neurotransmitter pada
reseptornya akan mengubah potensial membran sel pascasinaptik. Bergantung
pada jenis reseptor dan saluran ion yang dikontrol oleh neurotransmitter,
pengikatan neurotransmitter dengan membran pascasinaps bisa merangsang
membran dengan membuat voltagenya mendekati potensial ambang atau bisa
menghambat sel pascasinaptik dengan cara membuat membrannya mengalami
hiperpolarisasi. Dalam salah satu kasus di atas , enzim akan segera merombak
neurotransmitter, sehingga pengaruhnya pada sel pascasinaptk akan singkat dan
tepat, dan potensial aksi berikutnya yang tiba pada sinaps tersebut akan
dihantarkan. Sebagai contoh, neuron yang dikenal sebagai asetilkolin secara
cepat akan dirombak oleh enzim kolinesterase, sejenis enzim yang ditemukan
pada celah sinaptik dan membran pascasinaptik.2
22
f. Kegiatan Listrik pada Sel Saraf
Biolistrik
Listrik memiliki berbagai macam kegunaan untuk makhluk hidup, antara lain
sebagai:
Sistem perlindungan
Sistem penginderaan
Sistem komunikasi
Contohnya seperti pada:
Belut listrik yang sel-sel ototnya tersusun seperti hubungan seri dari
sejumlah baterai.
Ikan Nile (Gymnarcius) yang pada kepala dan ekornya dibangkitkan suatu
selisih potensial kontinyu yang berupa pulsa-pulsa. Besar arus listrik yang
mengalir pada garis-garis gaya di tubuhnya tergantung pada hambatan
medium di sekitarnya dan berperan sebagai sistem penginderaan.
Mormyriformes & Gymnotoidei dapat mendeteksi adanya potensial listrik
dari ikan lainnya dengan tujuan untuk mengenali lawan atau kawan.
Cara kerja listrik pada makhluk hidup sama dengan prinsipnya pada ilmu fisika.
Komponen listrik memiliki empat sifat, yaitu :
Konduktif
Resistif
Kapasitif
Induktif
Resistansi / Hambatan
Resistansi adalah properti dari konduktor yang diberikan yang membatasi aliran
arus. Asal hambatan muncul dari ketidaksempurnaan dalam kisi kristal konduktor.
Sifat ini analog dengan gesekan mekanik pada saat memindahkan objek.
23
Hukum Ohm menyatakan bahwa arus dalam sebuah konduktor logam adalah
sebanding dengan beda potensial dan berbanding terbalik dengan resistensi
konduktor pada suhu tertentu.
Rumus hambatan adalah R = V / I ; dengan R = hambatan (Ω), V = tegangan
(volt), dan I = arus (ampere).
Resistor adalah alat yang dibuat untuk memiliki hambatan tertentu. Insulator
memiliki hambatan tak terhingga dan superkonduktor memiliki hambatan nol
yang berarti bahwa listrik dapat dialirkan tanpa kehilangan energi. Tubuh manusia
merupakan konduktor sedang, jika dialirkan arus dalam besar tertentu dapat
mengakibatkan luka serius.
Resistivitas adalah hambatan dari konduktor yang diberikan. Rumusnya adalah R
= ρℓ / A; dengan R = hambatan (Ω), ρ = hambatan dari konduktor yang diberikan,
ℓ = panjang, dan A = luas permukaan. Satuan Internasional dari resistivitas adalah
Ωm.
Besar hambatan yang dimiliki laki-laki dan perempuan pun berbeda. Laki-laki
memiliki besar hambatan 10.000 ohm, sedangkan perempuan sebesar 8.000 ohm.
Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa perempuan lebih sensitif dibandingkan
laki-laki. Faktor lain seperti tinggi dan berat tidak begitu signifikan.
Konduktansi merupakan kebalikan dari resistansi, sedangkan konduktivitas
merupakan kebalikan dari resistivitas. Semakin tinggi suhu, maka semakin tinggi
pula resistansi dan semakin rendah konduktivitas.
Superkonduktivitas adalah keadaan di mana hambatan dari logam tertentu dapat
hilang pada suhu rendah tertentu. Logam pada keadaan tersebut disebut
superkonduksi.
Catatan:
Superkonduktor menjadi superkonduksi hanya di bawah suhu transisi
tertentu.
Logam yang berbeda memiliki suhu transisi yang berbeda.
Biasanya, suhu transisi berkisar beberapa derajat dari nol absolut.
Kelebihan dari menggunakan superkonduktor adalah tidak adanya energi
yang dibuang sebagai panas.
24
Kekurangan dari menggunakan superkonduktor adalah energi yang
diperlukan untuk mendinginkannya, namun di sisi lain total bersih energi
yang dihemat sangat besar.
Aplikasi: superkonduksi elektromagnet, mesin dan generator elektrik,
kereta berkecepatan tinggi, mobil elektrik, dll.
Peneliti masih berusaha untuk menemukan logam baru sebagai
superkonduktor dengan tujuan menemukan superkonduktor suhu tinggi
yang dapat superkonduksi pada suhu ruang.
Kapasitansi
Kapasitor merupakan alat konduksi yang mampu menyimpan muatan. Kapasitor
terbuat dari 2 konduktor yang dipisahkan oleh 1 insulator / dielektrik (mis. mika,
kertas atau minyak). Kedua konduktor tersebut memiliki besar muatan yang sama
dan saling berlawanan.
Kapasitansi adalah pengukuran dari kemampuan konduktor untuk menyimpan
muatan. Kapasitor didesain untuk memiliki kapasitansi yang spesifik yang
tergantung dari bahan dan ukuran objeknya. Umumnya, kapasitor yang kecil dan
sering dipakai adalah 1 μF (microfarad) = 10-8 F dan 1 pF (picofarad) = 10-12 F.
Di dalam tubuh manusia mengalir sinyal-sinyal dan magnet. Peralatan-peralatan
yang menunjukkan fenomena sinyal-sinyal listrik dan magnet tersebut, antara lain:
EKG (Elektrokardiogram)
EEG (Elektroensefalogram)
ERG (Elektroretinogram)
ENG (Elektroneurogram)
EOG (Elektrookulogram)
MKG (Magnetokardiogram)
MEG (Magnetoensefalogram)
25
Elektrokardiogram
Alat ini merupakan pencatat / perekam tegangan listrik yang dihasilkan
tubuh yang berasal dari otot jantung tanpa menggunakan media lain
(transducer).
SA (sinoatrial) node merupakan sel-sel khusus dalam atrium kanan yang
memberi rangsangan spontan yang menghasilkan sinyal listrik untuk
mengatur denyut jantung.
26
SA node berfungsi sebagai pacemaker yang aktif memberikan pulsa-pulsa
listrik dengan selang waktu yang teratur sekitar 72x per menit. Saraf
eksternal jantung mengatur banyaknya pulsa-pulsa tersebut. Mekanisme
tersebut merupakan respon atas kebutuhan darah oleh tubuh.
Sinyal listrik dari SA node depolarisasi otot jantung atrium
memompa darah ke ventrikel repolarisasi otot atrium sinyal listrik
melintas ke dalam atrioventricular (AV) node depolarisasi ventrikel
kanan dan kiri ventrikel kontraksi memompa darah ke dalam paru
dan sistem sirkulasi darah repolarisasi saraf dan otot ventrikel
berulang kembali secara periodik.
Saraf dan otot jantung: sumber listrik tertutup dalam suatu konduktor dada
dan perut.
27
Kegiatan mengukur pompa jantung sebenarnya merupakan pengukuran
potensial listrik di berbagai tempat permukaan tubuh karena adanya
perambatan potensial pada dinding jantung.
Aliran arus ion pada dinding jantung mengakibatkan suatu penurunan
potensial seperti yang terjadi pada resistor.
Garis-garis ekuipotensial pada gambar merupakan distribusi potensial
untuk seluruh jantung jika ventrikel dalam keadaan ½ depolarisasi.
Potensial yang terukur pada permukaan tubuh tergantung pada lokasi
elektroda yang dipasang.
Bentuk garis-garis ekuipotensial pada gambar menyerupai bentuk
potensial yang diperoleh dari suatu dipol listrik sehingga garis-garis
ekuipotensial pada ½ periode depolarisasi lainnya dapat pula dilukiskan
oleh dipol listrik dengan ukuran dan orientasi yang berbeda.
28
Proses timbulnya listrik dalam tubuh
Sistem saraf dibagi menjadi 2, yaitu sistem saraf pusat dan sistem otonom.
SSP
o Terdiri dari otak, medulla spinalis , dan saraf perifer.
o Saraf perifer mengirim informasi sensoris ke otak / medulla spinalis (sistem
saraf afferen) informasi dari SSP dihantarkan ke otot / kelenjar melalui saraf
efferen.
SSO
o Mengatur organ dalam tubuh, seperti jantung, usus dan kelenjar.
o Pengaturan dilakukan secara involunter.
Berat otak kurang lebih 1500 gr dan hanya 50 gr yang efektif. Struktur dari sistem
saraf disebut neuron. Neuron dapat mengalami keadaan depolarisasi dan
terpolarisasi. Keadaan depolarisasi adalah ketika pada permukaan atau membran
setiap neuron terdapat selisih potensial akibat adanya kelebihan ion negatif di
bagian dalam membran. Sedangkan keadaan terpolarisasi adalah ketika bagian
dalam sel memiliki potensial 60-90 mV lebih negatif dibandingkan dengan bagian
29
luar disebut juga potensial istirahat / potensial Nernst. Potensial Nernst adalah
fungsi dari konsentrasi ion di dalam dan di luar dinding sel (membran) sel saraf,
yang juga dipengaruhi oleh suhu.
Dinding sel-sel saraf dan otot memiliki kemampuan untuk mengubah
permeabilitas relatifnya terhadap ion-ion K+ dan Na+. Jika sel saraf dirangsang
(secara listik/kimiawi/mekanis), maka dinding sel akan bersifat permeabel
terhadap ion Na+ sehingga ion-ion Na+ mengalir ke dalam sel menetralkan
muatan negatif di dalam sel.
Untuk selang waktu sekitar 0,2 ms dinding sel menjadi sekitar 100x lebih
permeabel terhadap ion Na+ daripada terhadap ion K+. Setelah selang waktu
tersebut, dinding sel kembali bersifat impermeabel terhadap ion Na+ sehingga
potensial dari ion K+ kembali dominan.
Potensial aksi bisa terjadi jika suatu daerah membran saraf / otot mendapat
rangsangan yang mencapai nilai ambang dan dapat merangsang daerah sekitar sel
membran untuk mencapai daerah ambang. Sehingga dapat terjadi perambatan
potensial aksi ke segala jurusan sel membrane keadaan ini disebut perambatan
potensial aksi atau gelombang depolarisasi. Mekanisme perambatan potensial aksi
sepanjang akson dapat diterangkan pada gambar berikut ini:
30
C. Letak Puncak di Otak
a. Sensorik
Letak puncak saraf sensorik
Sel saraf sensori adalah sel saraf yang berfungsi untuk menghantar impuls
dari reseptor ke sistem saraf pusat, yaitu otak (ensefalon) dan sumsum
belakang (medula spinalis). Ujung akson dari saraf sensori berhubungan
dengan saraf asosiasi (intermediet).
31
Letak saraf sensorik ada di sistem saraf pusat yaitu pada otak besar. Otak
besar mempunyai fungsi dalam pengaturan semua aktifitas mental, yaitu yang
berkaitan dengan kepandaian (intelegensi), ingatan (memori), kesadaran, dan
pertimbangan. Otak besar merupakan sumber dari semua kegiatan/gerakan
sadar atau sesuai dengan kehendak, walaupun ada juga beberapa gerakan
refleks otak. Pada bagian korteks serebrum yang berwarna kelabu terdapat
bagian penerima rangsang (area sensor ) yang terletak di sebelah belakang
area motor yang berfungsi mengatur gerakan sadar atau merespon rangsangan.
Selain itu terdapat area asosiasi yang menghubungkan area motor dan
sensorik. Area ini berperan dalam proses belajar, menyimpan ingatan,
membuat kesimpulan, dan belajar berbagai bahasa. Di sekitar kedua area
tersebut dalah bagian yang mengatur kegiatan psikologi yang lebih tinggi.
Misalnya bagian depan merupakan pusat proses berfikir (yaitu mengingat,
analisis, berbicara, kreativitas) dan emosi. Pusat penglihatan terdapat di bagian
belakang.1
32
b. Motorik
Fungsi sel saraf motorik (Neuron Eferen) adalah mengirim impuls dari sistem
saraf pusat ke otot atau kelenjar yang hasilnya berupa tanggapan tubuh
terhadap rangsangan. Badan sel saraf motor berada di sistem saraf pusat.
Dendritnya sangat pendek berhubungan dengan akson saraf asosiasi,
sedangkan aksonnya dapat sangat panjang. Gerakan Motorik diatur oleh
korteks motorik prirner. Bagian ini melaksanakan kontrol volunter atas
gerakan yang dihasilkan oleh otot rangka. Seperti pada pemrosesan sensorik,
korteks motorik di masing-masing belahan otak terurama mengontrol otot di
bagian tubuh yang bersebarangan (kontralateral). Jaras-jaras saraf yang berasal
dari korteks motorik hemisfer kiri menyeberang sebelum turun menl'usuri
medula spinalis untuk berakhir di neuron motorik eferen yang memicu
kontraksi otot rangka di sisi kanan tubuh.10
D. Lapisan Meninges
Tengkorak dan columna vertebralis berfungsi untuk melindungi Sistem
Saraf Pusat. Di antara tulang dan jaringan saraf terdapat membrane jaringan
ikat yang disebut disebut Meninges.Terdapat tiga lapisan meninges yang dapat
dikenali :
a. Dura Mater
Dura mater adalah lapisan luar yang tebal dan terdiri atas jaringan ikat
fibroelastis padat,yang menyatu dengan periosteum tengkorak. Di sekitar
medulla spinalis, dura mater di pisahkan dari periosteum vertebra oleh rongga
epidural, yang mengandung suatu pleksus vena berdinding tipis dan jaringan
ikat yang areoral. Dura mater selalu dipisahkan dari arachnoid oleh rongga
subdural yang sempit. Permukaan internal semua dura mater, dan permukaan
luarnya di medulla spinalis, ditutupi oleh epitel selapis gepeng yang berasal
dari mesenkim.3,4
b. Arakhnoid
33
Arakhnoid (Yun.arachnoides, mirip sarang laba-laba) memiliki dua
komponen: (1) lapisan jaringan ikat yang berhubungan dengan dura mater dan
(2) suatu sistem trabekula yang mengandung fibroblast dan kolagen. Sistem
trabekular ini berhubungan langsung dengan dengan pia mater yang lebih
dalam. Di sekeliling trabekula terdapat suatu rongga besar yang menyerupai
spons, rongga subarachnoid, yang terisi cairan serebrospinal dan terpisah dari
rongga subdural. Rongga ini membentuk bantalan hidraulik yang melindungi
susunan saraf pusat dari trauma. Rongga subarachnoid berhubungan dengan
ventrikel-ventrikel otak. Jaringan ikat arakhnoid dianggap bersifat avaskular
karena tidak memiliki kapiler pemberi nutrisi, tetapi pembuluh darah besar
melaluinya. Karena arakhnoid memiliki lebih sedikit trabekula di medulla
spinalis, arakhnoid lebih mudah dibedakan dari pia mater di daerah tersebut.
Arakhnoid dan pia mater berhubungan dan sering dianggap sebagai membrane
tunggal yang disebut pia-arakhnoid. Di beberapa daerah, arakhnoid menembus
dura mater, dan membentuk tonjolan-tonjolan ke dalam sinus venosus yang
terisi darah di dalam dura mater. Tonjolan-tonjolan yang berisi cairan
serebrospinal ini, yang dilapisi sel-sel endotel vascular, disebut sebgai villi
arachnoidales. Fungsinya adalah untuk mengangkut serebrospinal dari ruang
subaraknoid ke dalam sinus venosus.3,4
c. Pia Mater
Pia mater adalah lapisan paling dalam dari Meninges yang dilapisi oleh sel
mesenkim gepeng yang melekat erat padaa keseluruhan permukaan jaringan
saraf, tetapi lapisan ini tidak berhubungan langsung dengan sel maupun serabut
saraf. Diantara pia mater dan unsure-unsur saraf terdapat selapis tipis prossesus
astrosit, yang melekat erat pada pia mater. Pia mater dan lapisan glia bersama-
sama membentuk sawar fisik di bagian tepi sistem saraf pusat. Sawar ini
memisahkan jaringan SSP dari serebrospinal dalam rongga sibarakhnoid.
Pembuluh darah menembus SSP melalui terowongan yang berlapiskan pia
mater- ruang perivaskular. Pia mater menghilang sebelum pembuluh darah
bercabang menjadi kapiler. Namun, kapiler-kapiler tersebut tetap dilapisi
sepenuhnya oleh perpanjangan prossesus astrosit perivaskular.3,4
34
E. Neurotransmitter
a. Jenis
Asetilkolin
Asetilkolin merupakan substansi transmitter yang disintesis diujung presinap
dari koenzim asetil A dan kolin dengan menggunakan enzim kolin
asetiltransferase.
Norepinefrin, epinephrine, dan dopamine
Noepinephrine, epinephrine, dan dopamine dikelompokkan
dalamcathecolamines. Hidroksilasi tirosin merupakan tahap penentu (rate-
limiting step) dalam biosintesis cathecolamin. Disamping itu, enzim tirosin
hidroksilase ini dihambat oleh oleh katekol (umpan balik negatif oleh hasil
akhirnya).
a. Dopamin
Neurotransmiter yang miripdengan adrenalin dimana mempengaruhi proses
otak yang mengontrol gerakan, respon emosional dan kemampuan untuk
merasakan kesenangan dan rasa sakit. Dopamin sangat penting untuk
mengontrol gerakan keseimbangan. Jika kekurangan dopamine akan
menyebabkan berkurangnya kontrol gerakan seperti kasus pada penyakit
Parkinson.
b. Norephineprin
Disekresi oleh sebagian besar neuron yang badan sel/somanya terletak pada
batang otak dan hipothalamus. Secara khas neuron-neuron penyekresi
norephineprin yang terletak di lokus seruleus di dalam pons akan mengirimkan
serabut-serabut saraf yang luas di dalam otak dan akan membantu pengaturan
seluruh aktivitas dan perasaan, seperti peningkatan kewaspadaan.
Glutamate
Glutamate merupakan neurotransmitter yang paling umum di sistem saraf
pusat, jumlahnya kira-kira separuh dari semua neurons di otak. Sangat penting
dalam hal memori. Kelebihan Glutamate akan membunuh neuron di otak.
Terkadang kerusakan otak atau stroke akan mengakibatkan produksi glutamate
berlebihakan mengakibatkan kelebihan dan diakhiri dengan banyaksel-sel otak
mati daripada yang asli dari trauma.
35
Serotonin
Serotonin (5-hydroxytryptamine, atau 5-HT) adalah suatu neurotransmitter
monoamino yang disintesiskan dalam neuron-neuron serotonergis dalam sistem
saraf pusat (CNS) dan sel-sel enterochromaffin dalam saluran pencernaan.
Pada system sarafpusat serotonin memilikiperananpentingsebagai
neurotransmitter yang berperanpada proses marah, agresif, temperature tubuh,
mood, tidur, human sexuality, seleramakan, danmetabolisme,
sertarangsangmuntah.
GABA
γ-Aminobutyricacid (GABA) adalah neurotransmiteri nhibisi utamapa dari
system saraf pusat. GABA berperan penting dalam mengatur exitability neuron
melalui sistem saraf. Pada manusia, GABA juga bertanggungjawab langsung
pada pengaturan tonusotot.
GABA dibentuk dari dekarboksilasi glutamat yang dikatalis oleh glutamat
edecarboxylase (GAD).GAD umumnya terdapat dalam akhiran saraf. Aktivitas
GAD membutuhkan pyridoxalphosphate (PLP) sebagai kofaktor. PLP dibentuk
dari vitamin B6 (pyridoxine, pyridoxal, and pyridoxamine) dengan bantuan
pyridoxalkinase. Pyridoxalkinase sendiri membutuhkan zinc untuk aktivasi.
Kekurangan pyridoxalkinase atau zinc dapat menyebabkan kejang,
Aspartat
Asam aspartat (Asp) adalah α-asam amino dengan rumus kimia
HO2CCH(NH2)CH2CO2H. Asam aspartat (atau sering disebut aspartat saja,
karena terionisasi di dalam sel), merupakan satu dari 20 asam amino
penyusun protein.
Epinefrin
Epinefrin merupakan salah satu hormon yang berperan pada reaksi stres jangka
pendek. Epinefrin disekresi oleh kelenjar adrenal saat ada keadaan gawat
ataupun berbahaya. Di dalam aliran darah epinefrin dengan cepat menjaga
kebutuhan tubuh saat terjadi ketegangan, atau kondisi gawat dengan memberi
suplai oksigen dan glukosa lebih pada otak dan otot. Selain itu epinefrin juga
meningkatkan denyut jantung, stroke volume, dilatasi dan kontraksi arteriol
pada gastrointestinal dan otot skeleton. Epinefrin akan meningkatkan gula
36
darah dengan jalan meningkatkan katabolisme dari glikogen menjadi glukosa
di hati dan saat bersamaan menurunkan pembentukan lipid dari sel-sel lemak.11
b. Fungsi
Neurotransmiter adalah senyawa organic endogenus membawa sinyal di antara
neuron. Neurotransmiter terbungkus oleh vesikelsinapsis, sebelum dilepaskan
bertepatan dengan datangnya potensial aksi. Neurotransmitter dalam bentuk zat
kimia bekerja sebagai penghubung antara otak keseluruh jaringan saraf dan
pengendalian fungsi tubuh. Secara sederhana, dapat dikatakan neurotransmitter
merupakan bahasa yang digunakan neuron di otak dalam berkomunikasi.
Neurotransmiter muncul ketika ada pesan yang harus di sampaikan kebagian-
bagian lain.11
c. Cara Kerja
Proses neurotransmitter berawal dari neuron menyintesis zat kimia yang akan
berfungsi sebagai neurotransmitter. Kemudian neuron menyintesis
neurotransmitter yang berukuran lebih kecil pada ujung-ujung akson dan
menyintesis neurotransmitter yang berukuran lebih besar (peptida) pada badan
sel. Selanjutnya neuron mentransportasi neurotransmitter peptida kearah ujung-
ujung akson (Neuron tidak mentransportasikan neurotransmitter yang
berukuran kecil karena ujung-ujung akson adalah tempat pembuatannya).
Potensial aksi berkonduksi disepanjang akson. Potensial aksi pada terminal
postsinaptik menyebabkan ion kalsium dapat memasuki neuron. Ion kalsium
melepaskan neurotransmitter dari terminal postsinaptik kecelah sinaptik.
Molekul neurotransmitter yang telah dilepaskan, berdifusi lalu melekat dengan
reseptor sehingga mengubah aktifitas neuron postsinaptik. Selanjutnya,
neurotrasmiter melepaskan diri dari reseptor. Neurotrasmitter dapat diubah
menjadi zat kimia yang tidak aktif tergantung pada zat kimia penyusunnya.
Molekul neurotransmitter dapat dibawa kembali ke neuron prasimatik untuk
didaur ulang atau dapat berdifusi dan hilang.pada beberapakasus, vesikel yang
kosong akan di transportasi kembali kebadan sel. Meskipun belumada
penelitian yang benar – benar memberi jawaban, tetapi neuron postsinaptik
mungkinmelepaskan pesan – pesan umpan balik negatif yang akan
memperlambat pelepasan neurotransmitter baru oleh neuron prasinaptik.
37
F. Proses Regenerasi Neuron
1. Memperlambat
Faktor yang memperlambat regenerasi neuron :
NOGO terutama Nogo-A ,telah diidentifikasi sebagai inhibitor
remyelinisasi di SSP, terutama di demyelination mediated autoimun, seperti
yang ditemukan pada Eksperimentalotoimun Encephalomyelitis (EAE) dan
Multiple Sclerosis (MS)., NI-35 faktor yang tidak diharapkan bagi
pertumbuhan dari mielin.
MAG – Myelin Associated Glycoprotein bertindak melalui reseptor NgR2,
GT1b NgR1,, p75, Troy dan LINGO1
OMgp – Oligodendrocyte Myelin glycoprotein
Ephrin B3berfungsi melalui reseptor EphA4 dan menghambat
remyelinisasi.
Sema 4D (Semaphorin 4D) berfungsi melalui reseptor PlexinB1 dan
menghambat remyelinisasi.3
2. Mempercepat
38
Pada susunan saraf pusat, terlihat upaya regenerasi akson dengan
adanya tunas – tunas akson, namun proses ini berhenti setelah 2
minggu. Jarang terjadi regenerasi jarak jauh dan axon – axon yang
cedera membuat sedikit sinaps – sinaps baru. Proses regenerasi tidak
dapat terjadi karena tidak terdapat tabung endoneurial ( yang
dibutuhkan untuk mengarahkan axon yang mengalami regenerasi ),
ketidakmampuan oligodendrosit berperan seperti sel Schwann, dan
adanya jaringan parut yang dibentuk oleh astrosit yang aktif. Selain itu
juga diperkirakan bahwa tidak ada factor pertumbuhan saraf di susunan
saraf pusat atau sel – sel neuroglia yang mungkin menghasilkan factor
penghambat pertumbuhan.Pada embrio, ketika akson di susunan saraf
tepid an saraf pusat terjadi pertumbuhan aktif, terdapat growth
promoting faktor pada kedua susunan saraf tersebut. Pada
perkembangan selanjutnya, faktor – faktor tersebut tidak ditemukan lagi
di susunan saraf pusat.3
G. Sistem Limbik
a. Komponen Sistem Limbik
Komponen yang berperan dalam Sistem Limbik dan Fungsinya
39
Secara anatomi, struktur-struktur limbic meliputi gyrus subcallosal,
gyruscinguli, dan gyrus parahippocampalis, formation hippocampi, nucleus
amydala, corpus mammillare, dan nucleus anterior thalami. Adapun beberapa
fungsi struktur diatas adalah sebagai berikut :
1. Amygdale, terlibat dalam pengaturan emosi, dimana pada hemisfer kana
predominan untuk belajar emosi dalam keadaan tidak sadar, dan pada
hemisfer kiri predominan untuk belajar emosi pada saat sadar.
2. Hipokampus, terlibat dalam pembentukan memori jangka panjang,
pemeliharaan fungsi kognitif yaitu proses pembelajaran.
3. Girus parahipokampus, berperan dalam pembentukan memori spasial.
4. Girus cinguli, mengatur fungsi otonom seperti denyut jantung, tekanan
darah, dan kognitif yaitu atensi. Korteks cinguli anterior (ACC)
merupakan struktur limbic terluas, berfungsi pada afektif, kognitif,
otonom, perilaku, dan motorik.
5. Hipotalamus, ssebagai fungsi vegetative otak, seperti mengontrol suhu
tubuh,mengontrol rasa haus, danpengeluaranurin, mengontrol asupan
makanan, mengontrol sekresi hormone-hormon hipofisis anterior,
menghasilkan hormone-hormon posterior, mengontrol kontraksi uterus
dan pengeluaransusu, sebagai pusat koordinasi system saraf otonom
utama, yang kemudian memengaruhi semua otot polos, otot jantung, dan
kelenjar endokrin, serta berperan dalam pola piker dan emosi.
6. Thalamus, berfungsi sebagai pusat hantaran rangsang indra dari perifer ke
korteks serebri.
7. Corpus mammillare, berperan dalam pembentukan memori dan
pembelajaran.12
b. Lokasi
Sistem limbic mengacu pada sebuah cincin struktur-struktur otak depan yang
mengelilingi batang otak dan dihubungkan satu sama lain oleh jalur-jalur saraf
yang rumit. Sistem mencakup bagian dari masing-masing berikut ini: lobus-lobus
korteks serebrum, nucleus basal, thalamus dan hipotalamus.Jaringan interaktif
yang kompleks ini berkaitan dengan emosi, pola-pola prilaku sosio seksual dan
kelansungan hidup dasar motivasi dan belajar.12
40
H. Fungsi Luhur13,14,15
a. Komponen,lokasi dan fungsi
Otak merupakan organ untuk berfikir yang dapat terganggu oleh berbagai
sebab seperti stroke. Bagian tertentu otak mernpunyai fungsi khusus,
fungsi luhur dalam keadaan normal merupakan fungsi integritas tertinggi
otak yang dapat dinilai.
Anatomi
Permukaan korteks serebri superficial terdiri dari 6 lapisan.
Kortek motor frontal terutama terdiri sel pramidal ( = kortek granular )
Kortek sensoris parietal terutama lapisan granular ( = kortek granular )
Fungsi hemisfer kanan dan kiri
Kerusakan otak unilateral akan memberikan gejala berbeda.Hemisfer kiri
merupakan hemisfer dominan untuk orang tangan kanan (right handed).
Orang kidal 80% hemisfer dominan tetap dikiri. Kerusakan hemisfer kiri
akan memberi gejala gangguan bahasa / aphasia, sedang hemisfer kanan
terutama visuospatial.
41
b. Kelainan
Gangguan lobus frontal
1. presentral gyrus: monophlegi atau hemiphlegia
2. area Brocca disfasia
3. suplementari motor area : paralysis kepala dan gerakan bola mata
berlawanan
arah lesi, sehingga kepala dan mata kearah lesi hemisfer
4. area prefrontal: kerusakan sering bilateral karean gangguan
aneurisma a.communican anterior, mengakibatkan gangguan
tingkab laku / kehilangan inhibisi.
Ada 3 sindroma prefrontal :
- Sindroma orbitofrontal : disinhibisi. fungsi menilai jelek, emosi
labil.
- Sindroma frontal konveksitas : apati. indiferens. pikiran abstrak.
- Sindroma frontal medial: akineti, inkontinen, sparse verbal output
5. Lobulus parasentral : inkontinentia urin at alvi.
Gangguan lobus parietal
gangguan korteks sensoris dominan / non - dominan menyebabkan
kelainan sensori kortikal berupa gangguan : sensasi postural, gerakan
pasif, lokalisasi akurat raba halus, " two points discrimination",
astereognosia," sensory inattention"
42
gyrus angularis dan supramarginal : aphasia Wernicke's
lobus non - dominan : anosognosia (denies), dressing apraksia,
geografikal agnosia, konstruksional apraksia.
lobus dominan : Gerstsman sindroma : left & right disorientasi, finger
agnosia, akalkuli dan agrafia.
gangguan radiasio optika : homonim kuadrananopsi bawah.
Gangguan lobus Temporal
1. kortek auditori : tuli kortikal. Lobus dominan ketulian untuk
mendengar
pembicaraan atau amusia pada lobus non - dominan
2. gyrus temporal media & infrior : gangguan memori / belajar
3. kerusakan lobus limbic : halusinasi olfaktori seperti pada bangkitan
parsia
komplek. Agresif / kelakuan antisosisal, tidak mampu untuk menjaga
memori baru.
4. kerusakan radiasio optika : hemianopsi homonim kuadranopia bagian
atas.
Gangguan fungsi lobus occipital
Lesi kortikal memberikan gejala homonim dengan / tanpa kelainan
macula. Bila hanya kutub occipital terkena maka kelainan macula
dengan penglihatan perifer normal. Buta kortikal : Karena lesi
kortikal yang luas, reflek pupil normal & persepsi cahaya (- ).
Anton's sindroma : Kerusakan striata dan para striata menyebabkan
kelainan interpretasi visual. Pasien tidak sadar buta dan menyangkal.
Karena kelainan arteri cerebri posterior, juga dapat mengikuti
hipoksia & hipertensi ensefalopati. Balin sindroma : tidak bisa
melirikkan mata volunteer disertai visual agnosia, karena lesi
parieto-occipital bilateral.
Halusinasi karena lesi occipital biasanya sederhana, tampak sebagai
pola (zigzag, kilatan) dan mengisi lapangan hemianopsi, sedang
43
halusinasi karena lobus temporal berupa bentuk komplek clan
mengisi seluruh lapang pandang.
Ilusi visual distoris bentuk, hilangnya warna, makropsia / mikrosia,
sering pada lesi non - dominan.
Prosopagnosia pasien mengenal wajah orang tidak bisa menyebutkan
namanya. Pendekatan diagnosa dysphasia Dengarkan isi dan
kelancaran bahasa, amati dengan perintah sederhana sampai komplek
Penilaian ditujukan pada : bicara spontan, penamaan, pengulangan,
baca dan tulis.
Brocca dysphasia : bicara tak lancar, tertahan, pengertian baik.
Wernicke dysphasia: pengertian terganggu, bicara lancar tapi tak
bearti, neologisme, paraphrasia, tulisan jelek.
Global dysphasia : bicara tak lancar, pengertian jelek. Area reseptif
dan ekspresi dihubungkan melalui fasikulus arkuata untuk
menjalankan fungsi intergrasi.
Dysphasia adalah kelainan dapatan yang ditandai dengan hilangnya
kemampuan produksi atau pengertian terhadap pembicara dan/tulisan
karena kerusakan otak sekunder.
I. Stem Cell
a. Jenis Stem Cell16
Berdasarkan pada kemampuannya untuk berdifferensiasi sel punca
dikelompokkan menjadi
1. Totipoten yaitu sel punca yang dapat berdifferensiasi menjadi semua
jenis sel. Yang termasuk dalam sel punca totipoten adalah zigot dan
morula. Sel-sel ini merupakan sel embrionik awal yang mempunyai
kemampuan untuk membentuk berbagai jenis sel termasuk sel-sel yang
menyusun plasenta dan tali pusat. Karenanya sel punca kelompok ini
mempunyai kemampuan untuk membentuk satu individu yang utuh.
2. Pluripoten yaitu sel punca yang dapat berdifferensiasi menjadi 3
lapisan germinal (ektoderm, mesoderm, dan endoderm) tetapi tidak
dapat menjadi jaringan ekstraembrionik seperti plasenta dan tali pusat.
44
Yang termasuk sel punca pluripoten adalah sel punca embrionik
(embryonic stem cells).
3. Multipoten yaitu sel punca yang dapat berdifferensiasi menjadi
berbagai jenis sel misalnya sel punca hemopoetik (hemopoetic stem
cells) yang terdapat pada sumsum tulang yang mempunyai kemampuan
untuk berdifferensiasi menjadi berbagai jenis sel yang terdapat di dalam
darah seperti eritrosit, lekosit dan trombosit. Contoh lainnya adalah sel
punca saraf (neural stem cells) yang mempunyai kemampuan
berdifferensiasi menjadi sel saraf dan sel glia.
4. Unipotent yaitu sel punca yang hanya dapat berdifferensiasi menjadi 1
jenis sel. Berbeda dengan non sel punca, sel punca mempunyai sifat
masih dapat memperbaharui atau meregenerasi diri (self-regenerate/self
renew) Contohnya erythroid progenitor cells hanya mampu
berdifferensiasi menjadi sel darah merah.
b. Sumber Stem Cell16
Stem cell ditemukan dalam berbagai jaringan tubuh. Berdasarkan
sumbernya, stem cell dibagi menjadi:
1. Zygote. Yaitu pada tahap sesaat setelah sperma bertemu dengan sel telur
2. Embryonic stem cell. Diambil dari inner cell mass dari suatu blastocyst
(embrio yang terdiri dari 50 – 150 sel, kira-kira hari ke-5 pasca
pembuahan). Embryonic stem cell biasanya didapatkan dari sisa embrio
yang tidak dipakai pada IVF (in vitro fertilization). Tapi saat ini telah
dikembangkan teknik pengambilan embryonic stem cell yang tidak
membahayakan embrio tersebut, sehingga dapat terus hidup dan
bertumbuh. Untuk masa depan hal ini mungkin dapat mengurangi
kontroversi etis terhadap embryonic stem cell.
3. Fetus. Fetus dapat diperoleh dari klinik aborsi.
4. Stem cell darah tali pusat. Diambil dari darah plasenta dan tali pusat
segera setelah bayi lahir. Stem cell dari darah tali pusat merupakan jenis
hematopoietic stem cell, dan ada yang menggolongkan jenis stem cell
ini ke dalam adult stem cell.
5. Adult stem cell. Diambil dari jaringan dewasa, antara lain dari:
45
Sumsum tulang.
Ada 2 jenis stem cell dari sumsum tulang:
hematopoietic stem cell. Selain dari darah tali pusat dan dari
sumsum tulang, hematopoietic stem cell dapat diperoleh juga dari
darah tepi.
stromal stem cell atau disebut juga mesenchymal stem cell.
Jaringan lain pada dewasa seperti pada:
susunan saraf pusat
adiposit (jaringan lemak)
otot rangka
pankreas
Adult stem cell mempunyai sifat plastis, artinya selain berdiferensiasi
menjadi sel yang sesuai dengan jaringan asalnya, adult stem cell juga
dapat berdiferensiasi menjadi sel jaringan lain. Misalnya: neural stem
cell dapat berubah menjadi sel darah, atau stromal stem cell dari
sumsum tulang dapat berubah menjadi sel otot jantung, dan
sebagainya.
c. Pemanfaatan Stem Cell17
Stem cells dapat digunakan untuk keperluan baik dalam bidang
riset maupun pengobatan. Adapun penggunaan kultur stem cells adalah
sebagai berikut
1. Terapi gen
Stem cells khususnya hematopoetic stem cells digunakan sebagai
pembawa transgen kedalam tubuh pasien dan selanjutnya dilacak
apakah jejaknya apakah stem cells ini berhasil mengekspresikan gen
tertentu dalam tubuh pasien. Adanya sifat self renewing pada stem cell
menyebabkan pemberian stem cells yang mengandung transgen tidak
perlu dilakukan berulang-ulang. Selain itu hematopoetic stem cells
juga dapat berdifferensiasi menjadi bermacam-macam sel sehingga
transgen tersebut dapat menetap diberbagai macam sel.
46
2. Penelitian untuk mempelajari proses-proses biologis yang terjadi pada
organisma termasuk perkembangan organisma dan perkembangan
kanker
3. Penelitian untuk menemukan dan mengembangkan obat-obat baru
terutama untuk mengetahui efek obat terhadap berbagai jaringan
4. Terapi sel (cell based therapy)
Stem cell dapat hidup diluar tubuh manusia, misalnya di cawan Petri.
Sifat ini dapat digunakan untuk melakukan manipulasi pada stem cells
yang akan ditransplantasikan ke dalam organ tubuh untuk menangani
penyakit-penyakit tertentu tanpa mengganggu organ tubuh.
Gambar-7 Berbagai peran Stem Cells
PENGGUNAAN STEM CELLS DALAM PENGOBATAN PENYAKIT
Para ahli saat ini sedang giat melakukan berbagai penelitian untuk
menggunakan stem cell dalam mengobati berbagai penyakit. Penggunaan
stem cells untuk mengobati penyakit dikenal sebagai Cell Based Therapy.
Prinsip terapi adalah dengan melakukan transplantasi stem cells pada
organ yang rusak. Tujuan dari transplantasi stem cells ini adalah
47
1. Mendapatkan pertumbuhan dan perkembangan sel-sel baru yang sehat
pada jaringan atau organ tubuh pasien
2. Menggantikan sel-sel spesifik yang rusak akibat penyakit atau cidera
tertentu dengan sel-sel baru yang ditranspalantasikan.
Penggunaan sel punca embrionik untuk mengobati cidera pada
medula spinalis (spinal cord)
Cidera pada medula spinalis disertai demielinisasi menyebabkan
hilangnya fungsi neuron. Sel punca dapat mengembalikan fungsi yang
hilang dengan cara melakukan remielinisasi . Percobaan dengan sel punca
embrionik tikus dapat menghasilkan oligodendrosit yang kemudian dapat
menyebabkan remielinisasi akson yang rusak
Penggunaan sel punca pada penyakit stroke
Pada penyakit stroke dicoba untuk menggunakan sel punca mesenkim
(mesenchymal stem cells (MSC) dari sumsum tulang autolog. Penelitian
ini didasarkan pada hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya.
Mesenchymal stem cells diperoleh dari aspirasi sumsum tulang. Setelah
disuntikkan perifer MSC akan melintas sawar darah otak pada daerah
otak yang rusak. Pemberian MSC intravenous akan mengurangi
terjadinya apoptosis dan menyebabkan proliferasi sel endogen setelah
terjadinya stroke
Penggunaan sel punca pada infark miokardium
Bartinek telah melakukan intracoronary infusion bone marrow stem cells
otolog pada 22 pasien dengan AMI dan mendapatkan hasil yang baik.
Penelitian terkini menunjukkan bukti awal bahwa adult stem cells dan
embryonic stem cells dapat menggantikan sel otot jantung yang rusak dan
memberikan pembuluh darah baru. Strauer et al. mencangkok
mononuclear bone marrow cell autolog ke dalam arteri yang
menimbulkan infark pada saat PTCA 6 hari setelah infark miokard.
Sepuluh pasien yang diberi stem cells area infarkya menjadi lebih kecil
48
dan indeks volume stoke, left ventricular end systolic volume,
kontraktilitas area infark dan perfusi miokard menunjukkan perbaikan
dibandingkan dengan kelompok kontrol.
d. Etika Stem Cell
Penerapan stem cell di Negara-negara maju sudah begitu berkembang dan
stem cell dapat digunakan dalam terapi terhadap suatu penyakit. Penyakit
tersebut diantaranya stroke,Alzheimer, leukemia, luka bakar dan
kerusakan sumsum tulang belakang. Cara mengambil stem cell adalah
dengan mengambil dari embrio yang didonorkan atau embrio sisa
pembuatan bayi tabung. Dapat juga diambil dari jaringan dewasa yang
ada pada orang dewasa, anak-anak, sumsum tulang belakang dan tali
pusat. Berdasarkan penerapannya di dalam kehidupan, legalitas dari
penggunaan stem cell di masyarakat dan dunia masih mengalami
perdebatan yang belum berujung pada kesepakatan. Ada kelompok yang
pro dan kontra dengan stem cell pada embrio. Kelompok yang
mendukung perkembangan stem cell secara total tetapi menilai bahwa
penggunaan stem cell embrio tidak mempunyai nilai moral,sedangkan
kelompok yang mendukung dan memberikan nilai moral kepada
penggunaan stem cell karena menganggap manfaat yang didapatkan dari
stem cell jauh lebih besar dari pengorbanan yang dilakukan. Kelompok
ini pada umumnya Keuntudisimpan diberbagai klinik bayi tabung.
Banyaknya sisa embrio ini dikarenakan dalam pembuatan bayi tabung
biasanya 10 sampai 12 sel telur yang dibuahi tetapi hanya 4 saja yang
ditanam di dalam kandungan. Sebagian besar embrio dibuang hanya
sebagian kecil yang digunakan. Dengan demikian penggunaan sisa
embrio tersebut sebagai bahan penelitian stem cell embrio dinilai lebih
baik daripada dibuang sia-sia. Dan di Indonesia sendiristem cell masih
mulai diteliti dan di Indonesia menggunakan sel punca dewasa tidak
menemui hambatan dalam bidang etika, sedangkan sel punca yang
berasal dari embrio masih banyak perdebatan tentang maslah etika. Tetapi
walaupun demikian, stemcell di Indonesia tetap diperdebatkan dalam
penggunaannya karena sama-sama diperoleh dari organ –organ manusia.
49
Berdasarkan cara pengambilannya jelas bahwa pengambilan stem cell
tidak sesuai dengan nilai agama dan niali etika karena merusak dan
membunuh embrio,yang mana merupakan calon dari bayi atau manusia.
e. Keuntungan dan Kerugian Stem Cell16
Keuntungan embryonic stem cell:
1. Mudah didapat dari klinik fertilitas.
2. Bersifat pluripoten sehingga dapat berdiferensiasi menjadi segala
jenis sel dalam tubuh.
3. Immortal. Berumur panjang, dapat berproliferasi beratus- ratus kali
lipat pada kultur.
4. Reaksi penolakan rendah.
Kerugian embryonic stem cell:
1. Dapat bersifat tumorigenik. Artinya setiap kontaminasi dengan sel
yang tak berdiferensiasi dapat menimbulkan kanker.
2. Selalu bersifat allogenik sehingga berpotensi menimbulkan
penolakan.
3. Secara etis sangat kontroversial.
Keuntungan umbilical cord blood stem cell (stem cell dari darah tali
pusat):
1. Mudah didapat (tersedia banyak bank darah tali pusat).
2. Siap pakai, karena telah melalui tahap prescreening, testing dan
pembekuan.
3. Kontaminasi virus minimal dibandingkan dengan stem cell dari
sumsum tulang.
4. Cara pengambilan mudah, tidak berisiko atau menyakiti donor.
50
5. Risiko GVHD (graft-versus-host disease) lebih rendah dibandingkan
dengan menggunakan stem cell dari sumsum tulang, dan transplantasi
tetap dapat dilakukan walaupun HLA matching tidak sempurna atau
dengan kata lain toleransi terhadap ketidaksesuaian HLA matching
lebih besar dibandingkan dengan stem cell dari sumsum tulang.
Kerugian umbilical cord blood stem cell:
1. Kemungkinan terkena penyakit genetik. Ada beberapa penyakit
genetik yang tidak terdeteksi saat lahir sehingga diperlukan follow up
setelah donor beranjak dewasa.
2. Jumlah stem cell relatif terbatas sehingga ada ketidaksesuaian antara
jumlah stem cell yang diperlukan resipien dengan yang tersedia dari
donor, karena jumlah sel yang dibutuhkan berbanding lurus dengan
usia, berat badan dan status penyakit.
Keuntungan adult stem cell:
1. Dapat diambil dari sel pasien sendiri sehingga menghindari penolakan
imun.
2. Sudah terspesialisasi sehingga induksi menjadi lebih sederhana.
3. Secara etis tidak ada masalah.
Kerugian adult stem cell:
1. Jumlahnya sedikit, sangat jarang ditemukan pada jaringan matur
sehingga sulit mendapatkan adult stem cell dalam jumlah banyak.
2. Masa hidupnya tidak selama embryonic stem cell.
3. Bersifat multipoten, sehingga diferensiasi tidak seluas embryonic
stem cell yang bersifat pluripoten.
f. Karakteristik Stem Cell16
51
Merupakan sel yang belum berdiferensiasi
Mempunyai potensi yang sangat tinggi untuk berkembang menjadi
banyak jenis sel yang berbeda di dalam tubuh
Berfungsi sebagai sistem perbaikan untuk mengganti sel-sel tubuh
yang telah rusak demi kelangsungan hidup organisme. Contoh
pada sumsum tulang dan darah tali pusar (umbilical cord blood),sel
punca secara teratur membelah dan memperbaiki jaringan yang
rusak
g. Cara Kerja Stem Cell
Sebagai sel yang diharapkan mampu memperbaiki fungsi
jaringan/organ tubuh yang telah rusak, stem cell yang sebelumnya telah
diisolasi dan mengalami sejumlah perlakuan di laobatorium, akan
kembali ditransplantasikan dalam tubuh pasien yang membutuhkannya.
Hingga saat ini, para peneliti di berbagai pusat riset stem cell masih
berupaya menemukan metode dan jalur administrasi stem cell ke dalam
tubuh yang paling optimal.
Secara garis besar, terdapat dua metode transplantasi stem cell ke dalam
tubuh pasien yang membutuhkannya. Metode pertama adalah secara
langsung mengimplantasikan stem cell tersebut ke dalam jaringan/organ
tubuh pasien yang telah rusak. Metode kedua adalah
mengimplantasikan stem cell melalui pembuluh darah, baik yang
berada dekat dengan lokasi jaringanorgan yang telah rusak atau
pembuluh darah manapun yang terdapat pada tubuh pasien. Karena
kemudahan aplikasinya dikemudian hari, maka metode inilah yang
paling banyak digunakan dan diuji efektifitasnya.
Distribusi stem cell ke jaringan tau organ yang pelu diperbaiki
merupakan langkah pertama yang harus dicapai demi keberhasilan
upaya untuk memperbaiki fungsi jaringan/organ yang bersangkutan.
Oleh karena itu sudah seharusnya kita semua mengerti konsep
optimalisasi distribusi stem cell ke jaringan/organ tubuh yang telah
rusak. Sekarang, konsep ini dikenal dengan istilah “homing”.
52
Homing
Jika saat ini adalah saat pertama anda mengetahui istilah homing,
mungkin yang pertama kali muncul dalam pikiran anda adalah kata
rumah. Ya, pemikiran ini bukanlah pemikiran yang salah. Homing
dalam teknologi stem cell memang dibentuk dari asal kata “home” yang
berarti rumah. Sekalipun bukan berasal dari kata kerja, namun
penambahan akhiran –ing dalam homing, memang dilakukan untuk
mendefinisikan homing sebagai aktifitas stem cell untuk kembali ke
rumahnya, yaitu jaringan/organ tubuh yang telah rusak dan hendak
diperbaiki. Istilah homing pertama kali dipergunakan untuk
mendeskripsikan proses yang terjadi dalam transplantasi sel dari
sumsum tulang. Stem cell hematopoietik yang disuntikkan kedalam
pembuluh darah, secara otomatis segera menuju ke bagian sumsum
tulang yang mengalami kerusakan. Dalam uji laboratorium pada hewan,
stem cell yang telah diadministrasikan sebelumnya telah diberi penanda
untuk melacak keberadaannya setelah masuk ke dalam pembuluh darah.
Melalui percobaan tersebut, stem cell yang terbukti segera menuju
jaringan tubuh hewan yang rusak. Pada penyelidikan selanjutnya
aktifitas stem cell seperti ini diduga dipengaruhi oleh adanya protein
spesifik yang dilepaskan oleh sel-sel tubuh yang rusak sebagai bentuk
komunikasi selular. Protein ini bersifat kemoatraktif, sehingga mampu
menarik stem cell yang berada di peredaran darah, untuk menuju ke
arah keberadaan proteinnya.
Dalam kaitannya dengan konsep homing, kemampuan stem cell dalam
merespons sinyal selular sel- sel yang mengalami kerusakan dapat
dimanfaatkan untuk mengoptimalkan aplikasi klinis terapi stem cell,
saat ini bukti yang telah ada juga menjelaskan bahwa efisiensi homing
stem cell pada transplantai dipengaruhi oleh usia individu resipien.
Semakin tua usia seorang individu resipien, maka tingkat efisiensinya
juga relatif akan menurun. Riset yang dilakukan menggunakan mencit
muda berusia 6- minggu dibandingkan dengan mencit tua berusia 22-25
minggu menunjukan bahwa efisiensi homing stem cell hematopoeitik
53
pada mencit yang muda tiga kali lipat lebih baik daripada mencit tua.
Mengingat sistem peredaran darah manusia menghubungkan satu
pembuluh darah dengan pembuluh darah lainnya yang tersebar
diseluruh tubuh, maka stem cell yang ditransplantasikan untuk
jaringan/organ tubuh tertentu yang telah rusak juga dapat tersebar ke
jaringan dan organ lain yang bukan merupakan target stem cell. Oleh
karena itu riset yang lebih mendalam masih dibutuhkan untuk
meningkatkan efisiensinya.
Mekanisme regenerasi jaringan oleh stem cell
Setelah stem cell diadministrasikan secara sistemik atau secara
langsung sampai pada jaringan yang dituju, maka mekanisme
regenerasi jaringan yang rusak pun segera dimulai. Mekanisme
perbaikan jaringan yang rusak dengan menggunakan stem cell terdiri
dari dua jenis, yaitu diferensiasi stem cell dan produks faktor
pertumbuhan (growth factor) stem cell.
Diferensiasi stem cell
Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumya, salah satu
keistimewaan stem cell adalah kemampuan berdiferensiasi menjadi
berbagai jeis sel somatik. Dengan kemampuan ini, maka stem cell yang
telah sampai pada lokasi kerusakan sel dalam jaringan tubuh, akan
mampu berdiferensiasi menjadi bentuk sel somatik jaringan tubuh
tersebut, sehingga mampu menggantikan sel-sel yang telah rusak.
Untuk mencapai efektifitas yang optimal, jenis stem cell yang dipakai
disesuaikan dengan jalur diferensiasi yang dikehendaki. Namun, bukan
tidak mungkin diferensiasi stem cell dewasa untuk dipakai menjadi sel
diluar jalur diferensiasinya. Fenomena ini disebut transdiferensiasi.
Dengan ditemukannya fenomena transdiferensiasi, pemikiran yang
sebelumnya menyatakan hanya stem cell embrionik yang bersifat
pluripoten nampaknya harus di tinjau ulang. Meskipun demikian
keraguan akan ada tidaknya fenomena transdiferensiasi ini juga masih
ada. Kepastian kemurnian stem cell dewasa yang digunakan dalam uji
54
laboratorium tanpa adanya kontaminasi stem cell jenis lain adalah salah
satu hal yang masih dipertanyakan.
Stem cell jenis lain yang juga dimanfaatkan potensi diferensiasinya
adalah stem cell embrionik. Saat diuji, baik dalam cawan kultur (in
vitro) maupun hewan percobaan ( in vivo), stem cell embrionik tidak
diragukan lagi kemampuannya dalam membentuk seluruh jenis sel dari
ketiga lapisan embrional manusia. Sayangnya kelebihan potensi ini
justru menimbulkan resiko teratoma bila langsung diterapkan pada
manusia yang membutuhkannya. Untuk meminimalisir resiko ini, salah
satu solusi yang saat ini paling banyak digunakan adalah dengan
melakukan induksi diferensiasi stem cell embrionik terlebih dahulu
dalam laboratorium sebelum ditransplantasikan ke dalam tubuh
manusia. Seluruh fakta ilmiah yang didapatkan melalui uji
laboratorium, telah berhasil membuktikan kemampuan stem cell untuk
berdiferensiasi menjadi berbagai jenis sel tubuh. Walaupun demikian,
potensi stem cell untuk berdiferensiasi saat dicangkokkan ke dalam
tubuh, masih terus diteliti.
Sejumlah ahlipun meragukan keberlangsungan kemampuan ini secara
in vivo dalam tubuh pasien, mengingat potensi stem cell lain dalam
meregenerasi sel tubuh yang rudak juga dapat menjadi kunci
keberhasilan terapi transplantasi stem cell pada pasien penyakit
degeneratif.
Produksi faktor pertumbuhan (growth factor) stem cell
Sebagian peneliti juga berpendapat bahwa stem cell yang
ditransplantasikan ke dalam tubuh secara sistematik (melalui jalur
pembuluh darah) dapat menginduksi stem cell lain yang berada di
berbagai organ tubuh pasien sendiri untuk berpoliferasi dan bergerak
menuju organ/jaringan yang mengalami kerusakan.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa stem cell yang berasal dari
luar tubuh mampu merangsang stem cell dari dalam tubuh individu itu
melakukan tgas regenerasi sel yang telah rusak. Salah satu hal yang
55
diduga menyebabkan hal ini adalah sejumlah faktor yang diproduksi
stem cell yang dicangkokkan ke dalam tubuh, mampu merangsang
pengeluaran stem cell dari berbagai organ tubuh pasien. Faktor-faktor
ini adalah faktor sitokin dan faktor pertumbuhan (growth factor).
Penggunaan stem cell dalam terapi gen
Selain stem cell, rekayasa genetika merupakan bidan ilmu kedokteran
lainnya yang juga banyak megundang perhatian para peneliti dan
praktisi medis di abad ke -21 ini. Penyakit-penyakit kongenital yang
berawal dari kelainan genetik penderitanya dipercaya dapat ditolong
dengan merekayasa susunan genetik pasien yang bersangkutan. Dalam
penerapannya, rekayasa genetika memiliki prinsip memperbaiki dan
menutupi ekspresi susunan DNA yang rusak, atau menambahkan DNA
yang dapat membawa nilai positif bagi sel (pasien) yang
bersangkutan.Berdasarkan sel yang menjadi vektornya, terapi gen
dibagi menjadi dua jenis, yaitu terapi gen yang menggunakan vektor sel
gamet dan terapi gen yang menggunakan vektor gen somatis.
Terapi gen yang menggunakan vektor sel gamet
Spermatozoa dan ovum merupakan sel-sel yang potensial untuk
digunakan dalam rekayasa genetika. Bila keduan jenis sel ini disisipi
susunan DNA yang hendak dimasukkan dalam tubuh pasien, maka
susunan DNA inipun akan terus diturunkan kepada keturunan pasien.
Terapi gen yang menggunakan vektor sel somatis Secara teoritis,
penyisipan susunan DNA untuk terapi gen sebenarnya dapat dilakukan
pada sel somatis manapun. Sayangnya, mengingat sel somatis
merupakan sel dewasa yang tidak lagi memiliki kemampuan poliferasi
yang tinggi, maka sifat dari gen yang disisipkan hanya mampu bertahan
untuk sementara waktu. Hal ini disebabkan karena setelah sel somatis
dimasukkan ke dalam tubuh pasien mengalami kerusakan (apoptosis),
maka efek yang dibawanya pun akan hilang.
Melalui sejumlah riset yang dilakukan untuk mencapai kesempurnaan
dalam penerapan terapi gen, para peneliti mulai menyadari potensi stem
56
cell sebagai vektor yang efektif. Hal inilogis mengingat stem cell
memiliki sejumlah keistimewaan yang tidak dimiliki sel somatis
ataupun sel gamet, yaitu untuk memperbanyak disei dan berdiferensiasi
menjadi sel-sel yang fungsional. Selain itu stem cell juga mampu
bertahan hidup dalam kondisi nonaktif dan dalam jangka waktu yang
sangat lama. Dengan kelebihannya itu, apabila stem cell digunakan
sebagai vektor dalam terapi gen maka pasien tidak harus mendapatkan
terapi yang sama berulang-ulang dalam jangka waktu yang lama.
Beberapa jenis penyakit menjadi fokus terapi gen antara lain fibrosis
kistik, hemofilia, distorfi otot.
57
BAB III
Kesimpulan
Otak merupakan pusat pengaturan berbagai proses didalam tubuh yang mana
didalam prosesnya terjadi transmisi impuls serta mekanisme komunikasi pada
sel-sel saraf sehingga tubuh dapat memberi respon terhadap stimulasi.
58
Daftar Pustaka
1. Goodman H., T.C. Emmel, L.E.Graham, F.M. Slowiczek, Y.
Shecter.1986.Biology.Hartcourt Brace Jovanovich, Inc. Orlando, Florida.
2. Biologi Jl. 3 Ed. 5. Erlangga; 508 p
3. Neuroanatomi Klinik / Richard S. Snell ; alih bahasa, Liliana Sugiharto ;
editor edisi nahasa Indonesia, Lydia Djayasaputra, Carolina Salim.-Ed.7.-
Jakarta : EGC,2011.
4. Histologi dasar Jonqueira: teks & atlas/ penulis, Anthony L. Mescher ; alih
bahasa, Frans Dany ; editor edisi bahasa Indonesia, Hurniawati Hartanto. –
Ed.12.-Jakarta : EGC,2011.
5. Snell RS. Clinical neuroanatomy. 7th ed. Philadelphia: Wolters Kluwer
Health/Lippincott Williams & Wilkins; 2010. 542 p.
6. Voet, Donald & Voet, Judith G., “Biochemistry”, 2nd edition, 1995, John
Wiley & Sons, Inc., 1291- 1295, chapter 34 section 4.
7. Goldman, D. E., “Potential, impedance and rectification in membranes.”
Journal of General Physiology, 1943, 27, 37-60
8. Hodgkin, A. L. dan B. Katz, “The effect of sodium ions on the electrical
activity of the giant axon of the squid.” Journal of Physiology, 1949, 108, 37-
77
9. Hodgkin, A. L., dan A. F. Huxley, “A quantitative description of membrane
curent and its application to conduction and excitation in nerve.” Journal of
Physiology, 1952, 117, 500-544
10. Sherwood L. Human physiology: from cells to systems. Pacific Grove: Brooks
Cole; 2012.
11. Subu, Arsyad. 2008. Anatomi Otak dan Neurophysio-Psychology dan
GangguanJiwa. Yogyakarta : NuhaMedika
12. Richard Snell. Neuroanatomi Klinik. Ed. 5. Jakarta: EGC. 2006. pp. 340-343.
13. Linsday W Kenneth et al. Neurology and Neurosurgery Ilustrated. 3rd Ed.
Churchill Livingstone, New York, 1997 ; 105 -120.
59
14. Netter H Frank. The CIBA Collection of Medical Illustrations. Vol I Nervous
System, 1986 : 147.
15. Bird P Thomas, memory loss and Dementia. In Harissons's. Principles of
Internal Medicene. 14th Ed, McGraw-Hill, New York, 1998 ; 142 -149.
16. Saputra V. Dasar-dasar stem cell dan potensi apilkasinya dalam ilmu
kedokteran. Cermin Dunia Kedoketran. 2006; 153: 21-25
17. Davila, J.C., Cezar, G.G., Thiede, M., Strom, S., Miki, T., Trosko J. (2004)
Use and Application of Stem Cells in Toxicology. Toxicol. Sci. 79, 214-223
60