laporan modul ii
TRANSCRIPT
LAPORAN TUTORIAL
BLOK 5 MINGGU KE-2
UROGENITAL
KELOMPOK B-12
Drs. Almurdi., M.Kes
Ketua : Ami Tri Nursasmi 0910312126
Sekretaris 1 : Rohani 0910313262
Sekretaris 2 : Metha Arsilita H 0910313245
Anggota:
1. Mareza Dwithania 0910311012
2. Amylia Febriyanti 0910312041
3. Alania Rosari 0910312070
4. Faraznasia Benny 0910312098
5. Hengky Fandri 0910313208
6. Anggy Afriani 0910313232
MEDICAL EDUCATION UNIT
MEDICAL FACULTY
ANDALAS UNIVERSITY
2010
MODUL 2
SKENARIO 2 : NEFRI NGOMPOL
Nefri, seorang mahasiswa tahun satu di FK sedang membaca buku teks
tentang fungsi ginjal. Sebelumnya Nefri belum tahu tahapan proses pembentukan
urin seperti filtrasi, reabsorpsi, dan sekresi, tapi sekarang dia sudah mengerti
bagaimana peran nefron sebagai unit fungsional ginjal. Nefri jadi ingat
kebiasaanya yang masih ngompol sampai kelas 1 SD. “kenapa aku bisa begiut
ya?”tanya Nefri dalam hati.
Tiba – tiba adik Nefri yang berumur 12 tahun berteriak memanggil Nefri
ketika keluar dari kamar mandi, karena melihat warna urinnya kuning pekat. Nefri
menenangkan dan menjelaskan bahwa itu karena kemaren adiknya itu
mengkonsumsi vitamin C dan B kompleks. Adik Nefri juga bertanya kenapa dia
jadi sering BAK kalau berada di ruangan yang berAC apalagi kalau sedang ujian.
“Bagaimana sebenarnya proses pengeluaran urin itu Kak?”tanya adik Nefri.
Beberapa hari yang lalu Ibu Nefri juga mengalami sakit pinggang dan urinnya
tidak lancar keluar sesudah makan jengkol. Bagaimana anda menjelaskan apa
yang dialami oleh Adik Nefri dan ibunya?
I. TERMINOLOGI
a)Filtrasi : penyaringan urin yang terdiri dari cairan yang hampir
bebas protein dari kapiler glomerulus ke kapsula
Bowman sehingga konsentrasinya pada filtrat glomerulus
dalam kapsula Bowman sama dengan di dalam plasma,
lintasan melalui saringan atau melalui bahan yang
mencegah masuknya molekul tertentu, proses
penyerapan yang ditentukan dengan adanya kecepatan
filtrasi dan konsentrasi plasma.
b)Reabsorpsi : proses yang nantinya akan melewati sel epitel tubulus ke
cairan interstisial dan setelah ke cairan interstisial akan
menuju ke kapiler peritubulus melalui ultra filtrasi,
proses mereabsorpsi kembali zat-zat yang masih
dibutuhkan oleh tubuh, tindakan atau proses
mengabsorpsi kembali; menyerap kembali; seperti
absorpsi selektif yang dilakukan di ginjal terhadap zat-
zat yang telah disekresi ke dalam tubulus ginjal dan
kembalinya zat-zat itu ke dalam sirkulasi darah.
c)Urine : cairan yang disekresikan oleh ginjal,dilewatkan melalui
ureter,disimpan dalam kandung kemih,dan dikeluarkan
melalui uretra.
d)Sekresi : proses dimana cairan lain saat reabsorpsi dikeluarkan
dari darah ke dalam lumen tubulus.
e)Nefron : unit struktural dan fungsional ginjal, berjumlah kira-kira
1 juta parenkim ginjal, masing-masing dapat membentuk
ginjal, unit dari ginjal yang memiliki fungsi penting yaitu
filtrasi, reabsorpsi dan sekresi.
II. IDENTIFIKASI MASALAH
1.Jelaskan fungsi – fungsi bagian ginjal dan peran nefron sebagai unit
fungsional ginjal!
2.Bagaimana proses pembentukan urin baik secara fisik dan biokimia?
3.Bagaimana komposisi, sifat fisis, ciri – ciri urin normal, dan apa saja faktor
– faktor yang menyebabkan urin berwarna?
4.Apa yang menyebabkan Nefri ngompol?
5.Apa yang menyebabkan adik Nefri sering BAK kalau sedang berada di
ruangan berAC?
6.Apa saja faktor – faktor yang mempengaruhi frekuensi BAK?
7.Bagaimana proses pengeluaran urin?
8.Apa pengaruh jengkol terhadap urin dan mengapa ibu Nefri mengalami
sakit pinggang?
III. ANALISIS MASALAH
1. Fungsi bagian – bagian ginjal:
Filtrasi : glomerulus
Reabsorpsi : tubulus proksimal dan tubulus distal
Sekresi : tubulus distal dan tubulus koligentes
Nefron sebagai unit fungsional ginjal:
Ginjal terdiri dari 1 juta nefron yang disatukan satu sama lain oleh
jaringan ikat. Satuan fungsional adalah satuan terkecil di dalam suatu
organ yang mampu melaksanakan semua fungsi organ tersebut. Fungsi
primer ginjal adalah untuk menghasilkan urin, nefron adalah satuan
terkecil yang mampu membentuk urin.
Susunan nefron di ginjal membentuk 2 daerah khusus yaitu korteks dan
medula. Setiap nefron terdiri dari komponen vaskuler dan komponen
tubulus.
Komponen vaskuler:
a. Arteriol aferen
b. Glomerulus
c. Arteriol eferen
d. Kapiler peritubulus
Komponen tubulus:
a. Kapsula bowman
b. Tubulus proximal
c. Lengkung henle
d. Tubulus distal
e. Tubulus koligentes
2. Proses pembentukan urin:
Terdapat 3 proses dasar Ginjal, yaitu :
Filtrasi
Reabsorpsi
Sekresi
Ketiga proses dasar di atas berperan di dalam pembentukan urin.
1. Filtrasi
Filtrasi di dalam ginjal terjadi di dalam Glomerulus, sehingga disebut
Filtrasi Glomerulus. Filtrasi Glomerulus merupakan langkah pertama di
dalam pembentukan Urin pada manusia. Membran Glomerulus seratus kali
lipat lebih permeabel daripada kapiler-kapiler di tempat lain. Tekanan
darah kapiler glomerulus adalah gaya pendorong utama yang berperan
untuk menginduksi filtrasi glomerulus.
Mekanisme kerja Filtrasi Glomerulus :
Pada saat darah mengalir melalui glomerulus, terjadi filtrasi plasma bebas-
protein menembus kapiler glomerulus kedalam kapsul Bowman. Cairan
yang difiltrasi dari glomerulus ke dalam kapsul Bowman harus melewati 3
lapisan yang membentuk me
mbran glomerulus :
Dinding kapiler Glomerulus
Lapisan gelatinosa aseluler = Membran basal ( basement membrane ).
Lapisan dalam kapsul Bowman.
Secara kolektif, ketiga lapisan ini berfungsi sebagai saringan molekul
halus yang menahan sel darah merah dan protein plasma, tetapi
melewatkan H2O dan zat terlarut lain yg memiliki ukuran molekul lebih
kecil. Melalui Filtrasi Glomerulus, setiap hari terbentuk rata-rata 180 liter (
sekitar 47,5 galon ) filtrat glomerulus. Pada saat filtrat mengalir melalui
tubulus, zat-zat yang bermanfaat bagi tubuh dikembalikan ke plasma
kapiler peritubulus. Perpindahan bahan bahan yang bersifat selektif dari
bagian dalam tubulus ( lumen tubulus ) ke dalam darah ini disebut
reabsorpsi tubulus.
2. Reabsorpsi
Reabsorpsi ini terjadi di tubulus, reabsorpsi tubulus bersifat sangat
selektif, bervariasi, dan sangat luar biasa. Zat-zat yang direabsorpsi tidak
keluar dari tubuh melalui urin, tetapi diangkut oleh kapiler peritubulus ke
sistem vena dan kemudian ke jantung untuk kembali diedarkan. Dari 180
liter plasma yang difiltrasi setiap hari, rata-rata 178,5 liter diserap kembali
dengan 1,5 liter sisanya terus mengalir ke pelvis ginjal untuk dikeluarkan
sebagai urin. Semua konstituen plasma, kecuali protein, secara
nondiskriminatif difiltrasi bersama-sama melintasi kapiler glomerulus.
Mekanisme Reabsorpsi Tubulus :
Reabsorpsi tubulus melibatkan transportasi Transepitel.
Ada 5 langkah yang terjadi didalam reabsorpsi tubulus transepitel,
yaitu :
1. Bahan-bahan yang akan direabsorpsi kecuali H2O harus meninggalkan
cairan tubulus dengan melintasi membran luminal sel tubulus.
2. Bahan tersebut harus berjalan melewati sitosol dari satu sisi sel tubulus
ke sisi lainnya.
3. Bahan tersebut harus menyeberangi membran basolateral sel tubulus
untuk masuk ke cairan interstisium.
4. Bahan tersebut harus berdifusi melintasi cairan intertisium.
5. Bahan tersebut harus menembus dinding kapiler untuk masuk ke plasma
darah.
Terdapat 2 jenis reabsorpsi tubulus yaitu :
Reabsorpsi Aktif : memerlukan energi.
Reabsorpsi Pasif : Tidak memerlukan energi.
Secara umum, zat-zat yang perlu disimpan oleh tubuh akan secara selektif
direabsorpsi, sedangkan zat-zat yang tidak dibutuhkan dan perlu
dieliminasi akan tetap berada didalam urin.
3. Sekresi.
Sekresi tubulus, mengacu pada perpindahan selektif zat-zat dari darah
kapiler peritubulus ke dalam lumen tubulus, merupakan rute kedua bagi
zat dari darah untuk masuk kedalam tubulus ginjal. Proses sekresi
terpenting adalah sekresi H+, K+, dan ion-ion organik. Sekresi tubulus
dapat dipandang sebagai mekanisme tambahan yang meningkatkan
eliminasi zat-zat tersebut dari tubuh. Semua zat yang masuk ke cairan
tubulus, baik melalui fitrasi glomerulus maupun sekresi tubulus dan tidak
direabsorpsi akan dieliminasi dalam urin
Mekanisme Kerja sekresi Tubulus :
Sekresi tubulus melibatkan transportasi transepitel seperti yang dilakukan
reabsorpsi tubulus, tetapi langkah-langkahnya berlawanan arah. Seperti
reabsorpsi, sekresi tubulus dapat aktif atau pasif. Bahan yang paling
penting yang disekresikan oleh tubulus adalah ion hidrogen (H+), ion
kalium (K+), serta anion dan kation organik, yang banyak diantaranya
adalah senyawa senyawa yang asing bagi tubuh .
· Sekresi Ion Hidrogen
Sekresi hidrogen ginjal sangatlah penting dalam pengaturan keseimbangan
asam-basa tubuh.
· Sekresi ion Kalium
Ion kalium adalah contoh zat yang secara selektif berpindah dengan arah
berlawanan di berbagai bagian tubulus; zat ini secara aktif direabsorpsi di
tubulusproksimal dan secara aktif disekresi di tubulus distal dan
pengumpul.
· Sekresi anion dan kation Organik
Tubulus proksimal mengandung dua jenis pembawa sekretorik yang
terpisah, satu untuk sekresi anion organik dan suatu sistem terpisah untuk
sekresi kation organik.
3. Komposisi urin yaitu:
1) Urine terdiri dari 95 % air
2) Zat-zat buangan nitrogen meliputi urea dan dari deaminasi protein,
asam urat dari katabolisme asam nukleat dan kreatinin dari proses
penguraian keratin fosfat dalam jaringan otot
3) Asam hipurat adalah produk sampingan pencernaan sayur dan buah
4) Badan keton yang dihasilkan dalam metabolisme lemak adalah
konstituen normal dalam jumlah kecil
5) Elektrolit meliputi ion natrium, klor, kalium ammonium, sulfat, fosfat,
kalsium, dan magnesium
6) Hormon dan berbagai jenis toksin dan benda asing, pigmen, vitamin,
serta enzim
7) Konstituen abnormal yang meliputi albumin, glukosa, sel darah merah,
dan lain-lain
Sifat fisis dari urin:
- Warna : urin encer berwarna kuning pucat dan jernih.
- Bau : khas dan berbau amonia jika didiamkan.
- Asiditas/alkalinitas : pH 4,8-7,5. Biasanya 6,4.
- Berat jenis urin : antara 1001-1035, tergantung pada konsentrasi urin.
Ciri – ciri urin normal:
Terdapatnya kandungan air, urea, ammonia, garam mineral, zat warna
empedu, vitamin, obat-obatan, dan hormon.
Faktor yang menyebabkan urin berwarna:
Warna urin kuning gelap merupakan tanda tubuh kekurangan air. Warna urin
yang terlalu bening disebabkan oleh terlalu banyak minum air atau sedang
mengonsumsi obat diuretik.
4. Penyebab nefri mengompol:
sfingter uretra eksternanya belum terlatih untuk menahan BAK.
5. Penyebab adik Nefri sering BAK kalau sedang berada di ruangan
berAC:
Sebagian dari tubuh tersusun atas air. Pada cuaca dingin tubuh menjadi
sedikit sulit dalam berkeringat, karena selain pori-pori kulit mengecil juga
fungsi dasar dari keringat itu sendiri menstabilkan suhu tubuh saat meningkat,
sehingga cairan tubuh yang sudah tidak digunakan lagi itu seharusnya
dikeluarkan melalui keringat dan pernapasan, akan lebih banyak keluar
melalui urin.
6. Faktor yang mempengaruhi frekuensi BAK:
Konsumsi air putih
7. Proses pengeluaran urin sama dengan nomor 2.
8. pengaruh jengkol terhadap urin dan penyebab Ibu Nefri mengalami
sakit pinggang:
Jengkol mengandung asam jengkolat yaitu suatu asam amino yang
mengandung belerang yang diisolasi dari biji jengkol. Tergantung dari
kerentanan seseorang terhadap asam jengkol, timbul 5-12 jam, paling cepat 2
jam, paling lama 36 jam. Di tubulus ginjal mengalami pemekatan dan
akhirnya terbentuk kristal.
Gejala: serangan kolik waktu berkemih dan volume air kemih berkurang.
IV. SKEMA
V. LEARNING OBJECTIVE
Mahasiswa mampu menjelaskan:
1. Proses pembentukan urin
Dalam proses pembentukan urin, prinsipnya terjadi beberapa proses sebagai
berikut.
Ada zat yang tidak bisa melalui kapiler glomerulus sehingga tidak mengalami
filtrasi, misalnya protein.
Ada zat yang bisa melewati kapiler glomerulus namun ketika di tubulus
proksimal seluruh zat tersebut direabsorpsi semua, misalnya glukosa.
URINEURINE
Ada zat yang dapat melewati kapiler glomerulus, tidak direabsorpsi di tubulus
proksimal tapi mengalami penambahan zat, misalnya.ion-ion, asam –basa.
Ada zat yang melewati kapiler glomerulus, namun tidak mengalami reabsorpsi
di tubulus, hanya diekskresikan, misalnya kratinin, asam urat,dan lain – lain.
1. Di kapiler glomerulus
Di kapiler glomerulus terjadi proses filtrasi. Membran kapiler glomerulus ini
dilapisi oleh tiga lapis sel yang membentuk sawar terhadap filtrasi protein
plasma, yaitu :
Endothelium kapiler mempunyai ribuan lubang kecil yang disebut
fenestra, sel endotel ini kaya akan muatan negatif tertentu yang
menghambat aliran protein plasma.
Membran dasar yang mengelilingi endotel, terdiri dari jalinan serabut
kolagen dan proteoglikan (bersifat muatan negatif), punya suatu ruangan
besar yang dapat menyaring sejumlah besar air dan zat terlarut yang kecil.
Sel-sel epitel yang membatasi permukaan luar glomerulus. Tidak kontinu,
tapi mempunyai tonjolan-tonjolan seperti kaki (podosit) yang mengelilingi
permukaan luar kapiler.
Molekul besar yang bermuatan negatif lebih sukar difiltrasi dibandingkan dengan
molekul bermuatan positif dengan ukuran sama karena adanya muatan negatif
yang berasal dari proteoglikan yang terdapat pada membran basalis dinding
kapiler glomerulus.
Pada filtrasi, terdapat daya normal mendorong dan melawan filtrasi glomerulus.
Daya yang mendorong filtrasi :
Tekanan hidrostatik kapiler glomerulus (60 mmHg) : tekanan yang
mendorong cairan dan zat-zat terlarutnya melewati pori-pori ke dalam
cairan interstitial.
Tekanan osmotik koloid kapsula bowman (0 mmHg)
Daya yang melawan filtrasi
Tekanan hidrostatik kapsula bowman (18 mmHg)
Tekanan osmotik koloid kapiler glomerulus (32 mmHg): tekanan ini
disebabkan oleh protein plasma yang tidak dapat melalui kapiler
glomerulus. Tekanan ini mencegah hilangnya volume cairan yang
bermakna dari darah ke dalam cairan intrerstitial.
Ginjal mempunyai mekanisme yang mempertahankan aliran darah ginjal dan GFR
(glomerulus filtration rate) agar relatif pada tekanan arteri 80-170 mmHg yang
dusebut dengan autoregulasi.
Autoregulasi GFR
Melalui mekanisme umpan balik tubuloglomerular
Ada dua komponen untuk mengontrol GFR :
Mekanisme umpan balik arteriol aferen
Mekanjsme umpan balik arteriol eferen
Apabila terjadi penurunan GFR akibat konstriksi arteriol aferen, maka akan terjadi
perlambatan laju aliran di dalam ansa henle sehingga reabsorpsi Na dan Cl di ansa
henle meningkat tetapi Na dan Cl di macula densa menurun sehingga timbul
sinyal-sinyal macula densa dan menimbulkan efek seperti terjadinya penurunan
tahanan arteriol aferen sehingga tekanan hidrostatik kapiler glomerulus meningkat
dan GFR normal kembali. Peningkatan pelepasan renin dari sel-sel
jukstaglomerular pada arteriol aferen dan eferen.
Autoregulasi darah
Gunanya untuk memepertahankan pengiriman O2 dan bahan nutirsi lain pada
kadar normal, mempertahankan GFR agar relatif konstan, serta kontrol yang tepat
terhadap ekskresi air dan zat terlarut oleh ginjal.
Autoregulasi miogenik
Kemampuan setiap pembuluh darah untuk menahan regangan yang terjadi selama
kenaikan tekanan arteri.
2. Di Tubulus proksimal
Di tubulus proksimal terjadi proses reabsorpsi .
Prinsipnya :
Reabsorpsi di tubulus proksimal bersifat sangat selektif dan secara
kuantitatif besar.
Sel tubulus proksimal memiliki banyak brush border yang memiliki
protein pengikat pada sisi lumen.
Pada pertengahan pertama tubulus proksimal natrium direabsorpsi dengan
cara ko-transpor bersama dengan glukosa ,asam amino, dan zat terlarut
lainnya. Pada pertengahan kedua dari tubulus proksimal, natrium
direabsorpsi bersama dengan ion klorida karena konsentrasi klorida tinggi.
Permeabilitas air di tubulus proksimal sangat besar sehingga reabsorpsi
air dapat mengimbangi reabsorpsi natrium.
Proses transpor zat-zat di tubulus proksimal dilakukan melalui sebagai
berikut.
Transport aktif primer : transport aktif yang terjadi karena adanya
usaha untuk melawan gradien elektrokimia, butuh energi, diikat oleh
protein pengikat.
Transpor aktif sekunder : transport aktif yang terjadi karena adanya
usaha untuk melawan gradien konsentrasi, mendapat energi dari
transport aktif primer yang melawan gradien konsentrasi oleh pompa
natrium kalium ATPase aktif primer di membran basolateral. (itu
sebabnya disebut transport aktif sekunder)
Difusi terfasilitasi : Difusi yang membutuhkan interaksi dengan suatu
protein pembawa dimana protein pembawa ini hanya membantu
lewatnya molekul melalui membran dengan mengikat molekul/ion
tersebut secara kimia, tidak memberikan energi.
Zat-zat yang direabsorpsi
1. Natrium
Natrium masuk melalui membran luminal ke dalam sel dengan cara difusi
terfasilitasi mengikuti gradien elektrokimia yang terbentuk oleh pompa natrium-
kalium ATPase pada sisi basolateral membran.
Natrium ditranspor melalui membran basolateral melawan garadien elektrokimia
yang ditimbulkan oleh pompa natrium-kalium ATPase (transpor aktif primer).
Natrium,air, dan zat-zat lain direabsorpsi dari cairan interstitial ke dalam kapiler
peritubulus dengan cara ultrafiltrasi.
2. Glukosa dan asam amino
Glukosa dan asam amino ditranspor dari lumen tubulus proksimal ke sel-sel epitel
tubulus melalui transport aktif sekunder ,glukosa dan asam amino bersamaan
masuknya dengan natrium dan air ke sel epitel tubulus. Dari epitel tubulus
proksimal melalui membrane basolateral menuju cairan interstitial, glukosa dan
asam amino ditranspor dengan cara difusi terfasilitasi.
3. Air
Reabsorpsi air secara pasif melalui proses osmosis terutama menyertai reabsorpsi
natrium. Tubulus proksimal sangat permeabel terhadap air dan reabsorpsi air
terjadi begitu cepat sehingga hanya terdapat gradien konsentrasi yang kecil untuk
zat terlarut yang melewati membran tubulus.
4. Klorida, ureum, dan zat-zat terlarut lainnya.
Ion klorida ditranspor bersama dengan ion natrium karena adanya potensial listrik.
Reabsorpsi klorida berdifusi secara pasif melalui jalur paraseluler (tautan erat
dan ruang interseluler). Reabsorpsi ion klorida timbul karena terjadinya gradien
konsentrasi klorida ketika air direabsorpsi dari tubulus dengan cara osmosis
sehingga mengkonsentrasikan ion klorida di lumen tubulus. Selain itu, ion klorida
juga ditranspor melaui transport aktif sekunder yang melibatkan ko-transpor
natrium melalui membrane basolateral.
Ureum direabsorpsi secara pasif dengan jumlah sedikit dari ion klorida di tubulus
proksimal.
Kalium direabsorpsi sebanyak 65%.
Kreatinin tidak direabsorpsi di tubulus proksimal karena ukuran molekulnya
lebih besar dari ureum dan ureum tidak permeabel terhadap dinding tubulus
proksimal.
3. Di ansa henle
Prinsip : segmen tipis (desenden dan asenden) tidak memiliki brush border,
sedikit mitokondria, dan tingkat aktivitas metabolik yang rendah.
a. Bagian desenden segmen tipis
Sangat permeabel terhadap air dan sedikit permeabel pada zat terlarut, termasuk
ureum dan natrium.
Sebagian kalium bergerak ke dalam filtrate di ansa henle segmen tipis desenden,
dan dimbangi dengan pergerakan kalium keluar ansa dan masuk ke dalam duktus
kolektivus medular.
b. Segmen tipis asenden
Sangat permeabel terhadap natrium tetapi tidak terhadap air.
c. Segmen tebal asenden
Sel pada ansa henle ini ukurannya sangat besar, banyak mitokondria yang
menghasilkan energi untuk transport aktif primer ion natrium.
Suatu komponen penting dari reabsorpsi zat terlarut dalam lengkung asenden tebal
adalah pompa natrium-kalium ATPase untuk mempertahankan konsentrasi
natrium intrasel yang rendah pada membrane basolateral sel epitel.
Pada lengkung asenden tebal, pergerakan natrium melewati membrane luminal
terutama diperantarai oleh ko-transporter 1-natrium,2-klorida, 1- kalium. Karena
ion kalium dapat kembali memasuki tubulus .. Efeknya pemindahan 1 ion natrium
dan dua ion klorida sehingga lumen tubulus menjadi lebih positif. Transporter ini
diinhibisi oleh oleh diuretik furosemid dan memiliki domain transmembran
multipel.
4. Tubulus distal
Mereabsorpsi 5% yang lain dari natrium yang difiltrasi melalui ko-transpor
natrium klorida. Pompa natrium-kalium ATPase mentranspor natrium keluar dari
sel melalui membrane basolateral.
5. Tubulus distal bagian akhir dan tubulus koligentes kortikalis
Separuh bagian kedua dari tubulus distal dan tubulus koligentes kortikalis
memiliki dua tipr sel yang berbeda.
Sel principal : natrium memasuki sel ini melalui kanal natrium epitel,
meninggalkan lumen yang menjadi bermuatan negatif. Muatan negatif ini
mendorong pergerakan paraseluler klorida. Kanal epitel natrium terdiri dari
tiga subunit homolog dan diinhibisi oleh diuretik amilorid. Mendorong
sekresi kalium di sel principal dengan memompa kalium ke dalam sel
permukaan basolateral.
Sel interkalatus : sel ini tidak memiliki natrium-kalium ATPase, tetapi
memilki H+ATPase yang membentuk gradien ion hidrogen dan sumber
energi. Ion hidrogen kemudian disekresikan ke dalam lumen tubulus, dan
untuk setiap ion hidrogen yang disekresikan, tersedia satu buah ion
bikarbonat untuk direabsorpsi melewati membrane basolateral.
Permeabilitas tubulus distal bagian akhir dan duktus koligentes kortikalis terhadap
air dikontrol oleh ADH.
6. Duktus koligentes medulla
Duktus koligentes bagian medulla mereabsorpsi kurang dari 10 persen air dan
natrium yang difiltrasi.
Ciri-ciri khusus segmen tubulus ini :
1).permeabilitas duktus koligentes bagian medulla terhadap air dikontrol oleh
kadar ADH.
2) bersifat permeabel terhadap ureum. Ureum ini berfungsi membantu
meningkatkan osmolalitas daerah ginjal ini dan berperan pada seluruh
kemampuan ginjal untuk membentuk urin yang pekat.
3) mampu menyekresikan ion hydrogen melawan gradien konsentrasi yang besar.
2. Komposisi urin
Urin mengandung sekitar 95% air. Komposisi lain dalam urin normal adalah
bagian padat yang terkandung di dalam air. Ini dapat dibedakan beradasarkan
ukuran ataupun keelektrolitanya, diantaranya adalah :
Molekul Organik : Memiliki sifat non elektrolit dimana memiliki ukaran yang
relatif besar, didalam urin terkandung : Urea CON2H4 atau (NH2)2CO,
Kreatin, Asam Urat C5H4N4O3, dan subtansi lainya seperti hormon.
Ion : Sodium (Na+), Potassium (K+), Chloride (Cl-), Magnesium (Mg2+,
Calcium (Ca2+). Dalam jumlah kecil : Ammonium (NH4+), Sulphates (SO4
2-),
Phosphates (H2PO4-, HPO4
2-, PO43-).
Warna : Normal urine berwarna kekuning-kuningan. Obat-obatan dapat
mengubah warna urine seperti orange gelap. Warna urine merah, kuning,
coklat merupakan indikasi adanya penyakit
Bau : Normal urine berbau aromatik yang memusingkan. Bau yang merupakan
indikasi adanya masalah seperti infeksi atau mencerna obat-obatan tertentu.
Berat jenis : berat atau derajat konsentrasi bahan (zat) dibandingkan dengan
suatu volume yang sama dari yang lain seperti air yang disuling sebagai
standar. Berat jenis air suling adalah 1, 009 ml. Normal berat jenis : 1010 –
1025.
Kejernihan : Normal urine terang dan transparan. Urine dapat menjadi keruh
karena ada mukus atau pus.
pH : Normal pH urine sedikit asam (4,5 - 7,5). Urine yang telah melewati
temperatur ruangan untuk beberapa jam dapat menjadi alkali karena aktifitas
bakteri. Vegetarian urinennya sedikit alkali.
3. Pengaturan osmolalitas
Pengaturan keseimbangan cairan perlu memperhatikan 2 (dua) parameter
penting, yaitu: volume cairan ekstrasel dan osmolaritas cairan ekstrasel. Ginjal
mengontrol volume cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan
garam dan mengontrol osmolaritas cairan ekstrasel dengan mempertahankan
keseimbangan cairan. Ginjal mempertahankan keseimbangan ini dengan mengatur
keluaran garam dan air dalam urin sesuai kebutuhan untuk mengkompensasi
asupan dan kehilangan abnormal dari air dan garam tersebut.
1. Pengaturan volume cairan ekstrasel
Penurunan volume cairan ekstrasel menyebabkan penurunan tekanan darah
arteri dengan menurunkan volume plasma. Sebaliknya, peningkatan
volume cairan ekstrasel dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah
arteri dengan memperbanyak volume plasma. Pengontrolan volume cairan
ekstrasel penting untuk pengaturan tekanan darah jangka panjang.
Pengaturan volume cairan ekstrasel dapat dilakukan dengan cara sebagai
berikut:
a. Mempertahankan keseimbangan asupan dan keluaran (intake & output)
air
Untuk mempertahankan volume cairan tubuh kurang lebih tetap, maka
harus ada keseimbangan antara air yang ke luar dan yang masuk ke
dalam tubuh. Hal ini terjadi karena adanya pertukaran cairan antar
kompartmen dan antara tubuh dengan lingkungan luarnya. Water
turnover dibagi dalam:
1. External fluid exchange, pertukaran antara tubuh dengan lingkungan luar.
Pemasukan air melalui makanan dan minuman
2200 ml
air metabolisme/oksidasi 300 ml
-----------
2500 ml
Pengeluaran air melalui insensible loss (paru-paru & kulit) 900 ml
urin 1500 ml
feses 100 ml
------------
2500 ml
2. Internal fluid exchange, pertukaran cairan antar pelbagai kompartmen,
seperti proses filtrasi dan reabsorpsi di kapiler ginjal.
b. Memperhatikan keseimbangan garam
Seperti halnya keseimbangan air, keseimbangan garam juga perlu
dipertahankan sehingga asupan garam sama dengan keluarannya.
Permasalahannya adalah seseorang hampir tidak pernah
memperhatikan jumlah garam yang ia konsumsi sehingga sesuai
dengan kebutuhannya. Tetapi, seseorang mengkonsumsi garam sesuai
dengan seleranya dan cenderung lebih dari kebutuhan.Kelebihan
garam yang dikonsumsi harus diekskresikan dalam urin untuk
mempertahankan keseimbangan garam.
Ginjal mengontrol jumlah garam yang diekskresi dengan cara:
1) Mengontrol jumlah garam (natrium) yang difiltrasi dengan pengaturan
Laju Filtrasi
Glomerulus (LFG)/ Glomerulus Filtration Rate(GFR).
2) Mengontrol jumlah yang direabsorbsi di tubulus ginjal
Jumlah Na+ yang direabsorbsi juga bergantung pada sistem yang
berperan mengontrol tekanan darah. Sistem Renin-Angiotensin-
Aldosteron mengatur reabsorbsi Na+ dan retensi Na+ di tubulus distal
dan collecting. Retensi Na+ meningkatkan retensi air sehingga
meningkatkan volume plasma dan menyebabkan peningkatan tekanan
darah arteri .
Selain sistem renin-angiotensin-aldosteron, Atrial Natriuretic Peptide (ANP) atau
hormon atriopeptin menurunkan reabsorbsi natrium dan air. Hormon ini disekresi
oleh sel atrium jantung jika mengalami distensi akibat peningkatan volume
plasma. Penurunan reabsorbsi natrium dan air di tubulus ginjal meningkatkan
eksresi urin sehingga mengembalikan volume darah kembali normal.
Perubahan Osmolaritas di berbagai segmen tubulus
a. Tubulus Proksimal
Sekitar 65 % yang difiltrasi akan direabsorbsi di tubulus proksimal.
Akan tetapi, membrane tubulus sangat permeabel terhadap air,
sehingga setiap kali zat terlarut direabsorbsi, air juga berdifusi
melalui membrane tubulus secara osmosis. Oleh sebab itu,
osmolaritas cairan yang tersisa kurang lebih sama dengan filtrate
glomerulus, yaitu 300 mOsm/L
b. Segmen Descenden Ansa Henle
Sewaktu cairan menuruni segmen descenden ansa henle, air
diabsorbsi kedalam medula. Lengan descenden sangat permeabel
terhadap air, tetapi kurang permeabel terhadap NaCl dan ureum.
Oleh sebab itu, osmolaritas cairan yang mengalir melalui segmen
dscenden akan meningkat secara bertahap hingga sama dengan
cairan interstitial disekitarnya, yaitu sekitar 1200 mOsm/L saat
konsentrasi ADH darah tinggi. Ketika urine yang encer terbentuk,
akibat konsentrasi ADH yang rendah, osmolaritas interstitial
medula menjadi kurang dari 1200mOsm/L, akibatnya osmolaritas
cairan tubulus segmen descenden juga berkurang.
c. Segmen Tipis Asenden Ansa Henle
Segmen tipis ansa henle pada dasarnya impermeabel terhadap
air,tetapi dapat mereabsorbsi sejumlah natrium klorida. Karena
konsentrasi natrium klorida dalam cairan tubulus cukup tinggi,
akibat pergerakan air dari segmen descenden ansa henle, terjadi
difusi pasif natrium klorida dari segmen tipis asenden kedalam
interstitium medula. Jadi, cairan tubulus menjadi lebih encer
sewaktu natrium klorida berdifusi keluar dari tubulus dan air tetap
tinggal di tubulus. Sejumlah ureum yang diabsorbsi kedalam
interstitium medula dari duktus koligentes juga berdifusi kedalam
lengkung asenden, dengan demikian akan mengembalikan ureum
ke sistem tubulus dan membantu mencegah hilangnya ureum dari
medula ginjal.
d. Segmen Tebal Asenden Ansa Henle
Segmen tebal asenden ansa henle juga hamper impermeabel
terhadap air, tetapi sejumlah besar natrium, klorida, kalium, ion-ion
lain ditranspor secara aktif dari tubulus kedalam interstitium
medula. Oleh karena itu, cairan disegmen tebal asenden ansa henle
menjadi sangat encer, dan konsentrasinya turun sampai sekitar 100
mOsm/L
e. Segmen Awal Tubulus Distal
Segmen awal tubulus distal mempunyai kemampuan yang mirip
dengan segmen tebal asenden ansa henle, sehingga pengenceran
lebih lanjut dari cairan tubulus terjadi sewaktu zat terlarut
direabsorbsi sementara air tetap tinggal di tubulus.
f. Segmen Akhir Tubulus Dan Tubulus Koligentes Kortikalis
Pada segmen akhir tubulus distal dan tubulus koligentes tortikalis,
osmolaritas cairan tergantung pada kadar ADH. Dengan kadar
ADH yang tinggi, tubulus-tubulus ini sangat permeabel terhadap
air, dan sejumlah air akan direabsorbsi. Akan tetapi, ureum tidak
begitu permeabel dibagian nefron ini, sehingga menyebabkan
peningkatan konsentrasi ureum sewaktu air direabsorbsi. Keadaan
ini membuat sebagian besar ureum yang dikirim ke tubulus distal
dan tubulus koligentes, masuk kedalam tubulus koligentes dibagian
dalam medula, dan dari tempat inilah ureum akhirnya direabsorbsi
atau diekskresikan dalam urin. Bila tidak ada ADH, hanya sedikit
air yang akan direabsorbsi disegmen akhir tubulus distal dan
tubulus koligentes tortikalis. Oleh karena itu, osmolaritas akan
menurun lebih lanjutakibat reabsorbsi aktif ion yang terus-menerus
dari segmen-segmen tersebut.
g. Duktus Koligentes Dibagian Dalam Medula
Konsentrasi cairan duktus koligentes dibagian dalam medula
berpengaruh terhadap ADH dan osmolaritas interstitium medula
yang dibentuk oleh mekanisme arus baliik. Duktus koligentes
menjadi sangat permeabel terhadap air saat kadar ADH yang
tinggi, akibatnya air akan berdifusi dari tubulus kedalam
interstitium hingga terjadinya keseimbangan osmotik, dengan
konsentrasi cairan tubulus yang kurang lebih sama dengan cairan
interstitium medula ginjal (1200-1400 mOsm/L). jadi saat kadar
ADH tinggi, dihasilkan urin sangat pekat tetapi berjumlah sedikit.
Karena reabsorbsi air air meningkatkan konsentrasi ureum dalam
cairan tubulus, dan karena duktus koligentes dibagian dalam
medula medula memiliki pengangkut ureum yang spesifik yang
sangat membantu terjadinya difusi, banyak ureum dengan
kepekatan yang tinggi di duktus berdifusi keluar dari lumen
tubulus masuk kedalam interstitium medula. Absorbsi ureum ini
kedalam medula ginjal turut membantu membentuk osmolaritas
interstitium medula yang tinggi dan kemampuan pemekatan ginjal
yang tinggi.
4. Hormon yang mempengaruhi fungsi ginjal
Pengontrolan oleh hormon :
Untuk sirkulasi renal
Hormon Efek
1. Norepinefrin,epinefrin,endotelin
2. Renin
3. Angiotensin II
4. prostaglandin
↑GFR(glomerulus filtration rate)
Merangsang pembentukan Angiotensin
oleh hati yang nantinya kan merangsang
pembentukan Angiotensin II oleh
converting enzim di paru
Mencegah ↓GFR
↑GFR,↑aliran darah
Di produksi oleh sel mesangial pada
epitel podosit kapsul bowman untuk
autoreguladi dan natriuresis.
Untuk reabsorbsi tubulus
Hormon Target Efek
1. aldosteron Tubulus distal s/d duktus ↑reabsorbsi NaCl,
2. angiotensin II
1. ADH
2. Peptide
natriuretik atrium
(ANP)
3. paratiroid
koligentes
Tubulus proximal
Tubulus distal/duktus koligentes
Tubulus distal/duktus koligentes
Tubulus proximal,segmen tebal
ascenden ansa henle/tubulus
distal
H2O&
↑sekresi K+
↑reabsorbsi NaCl,
H2O&
↑sekresi H+
↑reabsorbsi H2O
↓ reabsorbsi NaCl
↓ reabsorbsi Ca2+,
pembuangan PO4-
5. Pengeluaran urin
Transpor Urin dari Ginjal Melalui Ureter Menuju Kandung Kemih
Urin yang dikeluarkan dari kandung kemih pada dasarnya memiliki
komposisi yang sama dengan cairan yang mengalir keluar dari duktus koligentes;
tidak ada perbedaan komposisi urin yang bermakna selama urin mengalir melalui
kalises ginjal dan ureter menuju ke kandung kemih.
Urin mengalir dari duktus koligentes menuju kalises ginjal. Urin
meregangkan kalises dan meningkatkan aktivitas pacemaker, yang kemudian akan
memicu kontraksi peristaltik yang menyebar ke pelvis ginjal dan ke arah bawah di
sepanjang ureter, dengan demikian memaksa urin mengalir dari pelvis ginjal ke
arah kandung kemih. Dinding ureter terdiri dari otot polos yang dipersarafi oleh
saraf simpatis dan parasimpatis serta neuron dan serabut saraf pleksus intramural
yang meluas di sepanjang ureter. Kontraksi peristaltik pada ureter diperkuat oleh
rangsangan parasimpatis dan dihambat oleh rangsangan simpatis.
Ureter memasuki kandung kemih melalui otot detrusor di dalam area
trigonum kandung kemih. Biasanya, ureter berjalan miring sepanjang beberapa
sentimeter ketika melewati dinding kandung kemih. Tonus normal otot detrusor di
dalam kandung kemih cenderung akan menekan ureter, dengan demikian
mencegah aliran balik urin dari kandung kemih ketika terbentuk tekanan di dalam
kandung kemih selama mikturisi atau selama kompresi kandung kemih. Setiap
gelombang peristaltik di sepanjang ureter meningkatkan tekanan di dalam ureter,
sehingga daerah yang menuju kandung kemih membuka dan memungkinkan
aliran urin ke dalam kandung kemih.
Refleks Mikturisi
Seiring dengan pengisian kandung kemih, mulai tampak peningkatan
kontraksi mikturisi. Kontraksi ini dihasilkan dari refleks regang yang dipicu oleh
reseptor regang sensorik di dalam dinding kandung kemih, terutama oleh reseptor
di uretra posterior ketika area ini mulai terisi dengan urin pada tekanan kandung
kemih yang lebih tinggi. Sinyal sensorik dari reseptor regang kandung kemih
dikirimkan ke segmen sakralis dari medula spinalis melalui saraf pelvis, dan
kemudian dikembalikan secara refleks ke kandung kemih melalui serabut saraf
parasimpatis dengan menggunakan persarafan yang sama.
Bila kandung kemih hanya terisi sebagian, kontraksi mikturisi ini biasanya
akan berelaksasi secara spontan dalam waktu kurang dari semenit, otot detrusor
berhenti berkontraksi, dan tekanan turun kembali ke nilai dasar. Ketika kandung
kemih terus terisi, refleks mikturisi menjadi semakin sering dan menyebabkan
kontraksi otot detrusor yang lebih kuat.
Bila refleks mikturisi sudah cukup kuat, akan memicu refleks lain yang
berjalan melalui saraf pudendus ke sfingter eksterna untuk menghambatnya. Jika
inhibisi ini lebih kuat di dalam otak daripada sinyal konstriktor volunter ke
sfingter eksterna, maka akan terjadi pengeluaran urin. Jika tidak, pengeluaran urin
tidak akan terjadi hingga kandung kemih terus terisi dan refleks mikturisi menjadi
lebih kuat lagi.
6. Proses pemekatan dan pengenceran urin
Proses Pemekatan Urin
Mekanisme Pemekatan dan Pengentalan Urin (sistem Countercurrent)
Countercurrent multiplier system terdapat di lengkung Henle, suatu
bagian nefron yang panjang dan melengkung dan terletak di antara tubulus
proximal dan distalis. Sistem multiplikasi tersebut memiliki lima langkah dasar
dan bergantung pada transport aktif natrium (dan Klorida) keluar pars ascenden
lengkung. Sistem tersebut juga bergantung pada impermeabilizas relatif bagian
lengkung ini terhadap air yang menjaga agar air tidak mengikuti natrium keluar.
Akhirnya sistem ini mengandalkan permeabilizas duktus-duktus pengumpul
terhadap air.
Langkah - langkah pada Countercurrent Multiplier System:
1. sewaktu natrium ditransportasikan keluar pars ascendens, cairan interstisium
yang melingkupi lengkung henle menjadi pekat.
2. air tidak dapat mengikuti natrium keluar pars ascendens. Filtrat yang tersisa
secara progresif menjadi encer.
3. pars ascendens lengkung bersifat permeable terhadap air. Air meninggalkan
bagian ini dan mengalir mengikuti gradien konsetrasi ke dalam ruang
intersisium. Hal ini menyebabkan pemekatan cairan pars descendens. Sewaktu
mengalir ke pas ascendens, cairan mengalami pengenceran progrsif karena
natrium dipompa keluar.
4. hasil akhir hádala pemekatan cairan interstisium di sekitar lengkung henle.
Konsentrasi tertinggi terdapat di daerah yang mengelilingi bagian bawah
lengkung dan menjadi semakin encer mengikuti pars asendens.
5. di bagian puncak pars asendens lengkung, cairan tubulus bersifat isotonik
atau bahkan bersifat hipotonik.
Hasil dari Countercurrent Multiplier System
Permeabilizas duktus pengumpul terhadap air bervariasi. Apabila
permeabilitas terhadap air tinggi, maka sewaktu bergerak ke bawah melalui
interstisium yang pekat, air akan berdifusi keluar duktus pengumpul dan kembali
ke dalam kapiler peritubulus. Hasilnya hádala penurunan ekskresi air dan
pemekatan urin. Sebaliknya apabila permeabilizas terhadap air rendah, maka air
tidak akan berdifusi keluar duktus pengumpul melainkan akan diekskresikan
melalui urin. Urin akan encer.
Peran hormon Antidiuretik dalam Pemekatan Urin
Permeabilizas duktus pengumpul terhadap air ditentukan oleh kadar hormon
hipofisis posterior, hormon antidiuretik (ADH), yang terdapat di dalam darah.
Pelepasan ADH dari hipofisis posterior meningkat sebagai respons terhadap
penurunan tekanan darah atau peningkatan osmolalitas ekstrasel(penurunan
konsentrasi air). ADH bekerja pada tubulus pengumpul untuk meningkatkan
permeabilizas air. Apabila tekanan darah rendah, atau osmolalitas plasma tinggi,
maka pengeluaran ADH akan terangsang dan air akan direasorbsi ke dalam
kapiler peritubulus sehingga volume dan tekanan darah naik dan osmolalitas
ekstrasel berkurang. Sebaliknya, apabila tekanan darah terlalu tinggi atau cairan
ekstrasel terlalu encer, maka pengeluaran ADH akan dihambat dan akan lebih
banyak air yang diekskresikan melalui urin sehingga volume dan tekanan darah
menurun dan osmolalitas ekstrasel meningkat.
Proses Pengenceran Urin
Bila terdapat kelebihan air dalam tubuh, ginjal dapat mengeluarkan urin encer
sebanyak 20 L/hari dengan konsentrasi sebesar 50 mOsm/L. Ginjal melakukan
tugas ini dengan mereabsorpsi zat terlarut terus-menerus dan pada saat yang sama,
tidak mereabsorpsi sejumlah besar air di nefron bagian distal, yang meliputi
tubulus distal akhir dan duktus koligentes.
Pada awal pembentukan filtrat glomerulus, osmolaritas filtrat kira-kira sama
dengan osmolaritas plasma (300 mOsm/L). Untuk mengeluarkan kelebihan air,
penting untuk mengencerkan filtrat ini sewaktu filtrat melewati tubulus. Hal ini
dicapai dengan mereabsorpsi lebih banyak zat terlarut daripada air pada segmen-
segmen tertentu di sistem tubulus sebgai berikut:
Tubulus proximal.
Saat cairan mengalir melalui tubulus proximal, zat terlarut dan air
direabsorpsi dalam jumlah yang sama, sehingga terjadi sedikit perubahan dalam
osmolaritas; yaitu cairan tubulus proximal tetap isosmotik terhadap plasma,
dengan osmolaritas sekitar 300 mOsm/L.
Ansa henle.
Desenden
Air di reabsorpsi melalui proses osmosis dan cairan di tubulus mencapai
keseimbangan dengan cairan interstisial medula ginjal di sekitarnya, sangat
hipertonik, sekitar 2 sampai 4 kali osmolaritas filtrat glomerulus asal. Cairan
tubulus menjadi lebih pekat.
Asenden
Terutama di segmen tebal, natrium, kalium, dan klorida banyak direabsorpsi.
Segmen tubulus ini impermiabel terhadap air, walaupun terdapat banyak ADH.
Cairan tubulus menjadi lebih encer.. osmolaritas menurun sampai sekitar 100
mOsm/L.
Tubulus distal dan koligentes.
Terjadi reabsorpsi tambahan terhadap natrium klorida. Tubulus ini juga
impermiabel terhadap air, walaupun ada ADH, sehingga cairan tubulus menjadi
lebih encer dan osmolaritas turun menjadi 50 mOsm/L, akhirnya menghasilkan
urin encer.
7. Korelasi klinis gangguan sistem urinarius
1. Rentensio Urine
kesulitan BAK atau miksi karena kegagalan mengeluarkan urine dari
vesika urinaria (kapita selecta).
proses menahan urine yang secara normal diekresi oleh tubuh (kamus
kedokteran).
urine dalam kandung kemih akibat ketidakmampuan kandung kemih
untuk mengosongkan kandung kemih sehingga menyebabkan distensi
vesika urania atau keadaan ketika seseorang mengalami pengosongan
kandung kemih yang tidak lengkap.
Retensio Urine dapat dibagi menjadi 3 lokasi yaitu :
1) Supravesikal
Berupa kerusakan pada pusat miski di medulla spinalis S2 –S4 setinggi
T12-L1 : keruasakan saraf simpatis dan parasimpatis baik sebagian atau
seluruhnya.
2) Vesikal
Berupa kelemahan otot destrusor karena lama teregang
3) Infravesikal
Berupa pembesaran Prostat, kekakuan leher vesika, striktur batu kecil,
tumor pada leher vesika.
Terjadi beberapa gangguan BAK yaitu (tanda klinis Retensia Urine)
Mengedan bila miksi
Rasa tidak puas sehabis miksi
Frekuensimiksi bertambah
Nokturia atau pancaran kurang kuat
Ketidak nyamanan daerah pubis
Distensi vesika urinaria
2. Poliuria
Poliuria adalah keadaan di mana volume air kemih dalam 24 jam
meningkat melebihi batas normal disebabkan gangguan fungsi ginjal
dalam mengkonsentrasi air kemih. Definisi lain adalah volume air kemih
lebih dari 3 liter/hari, biasanya menunjukkan gejala klinik bila jumlah air
kemih antara 4-6 liter/hari. Poliuria biasanya disertai dengan gejala lain
akibat kegagalan ginjal dalam memekatkan air kemih antara lain rasa haus,
dehidrasi, dll.
3. Disuria
Nyeri pada waktu buang air kecil.
Biasanya : luka saluran kencing pada uretra.
Infeksi : sistitis (radang vesika urinaria)
Prostatitis (radang prostat)
Uretritis (radang uretra)
Vaginatis (radang pada sal.vagina)
DAFTAR PUSTAKA
Corwin, Elizabeth. 2000. Patofisiologi. Jakarta : EGC.
Guyton, Arthur.C. 2006. Fisiologi Kedokteran.Jakarta : EGC.
Sherwood, Lauralee. 2004. Human physiology: From cells to systems. 5th ed.
California: Brooks/ Cole-Thomson Learning, Inc.
Silverthorn, D.U. 2004. Human physiology: An integrated approach. 3rd ed. San
Francisco: Pearson Education
http://eni.web.ugm.ac.id/wordpress/?p=38