laporan instrumentasi spt
DESCRIPTION
Laporan Praktikum Instrumentasi Laaboratorium SPT UGMTRANSCRIPT
BORANG No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
Berlaku Sejak
LAPORAN PRAKTIKUM Revisi
LABORATORIUM SPT Halaman
LAPORAN PRAKTIKUM INSTRUMENTASI
PENGENALAN ALAT, MIKROTOM, OPTI LAB,
DAN PEMBUATAN PREPARAT
NAMA : Dawam Suprayogi DOSEN : Dr. E.Suharyanto,M.S.,M.Sc., Ph.D
LABORATORIUM STRUKTUR PERKEMBANGAN TUMBUHAN
FAKULTAS BIOLOGI UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2013
1
BORANG No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
Berlaku Sejak
LAPORAN PRAKTIKUM Revisi
LABORATORIUM SPT Halaman
I. Tujuan Praktikum
1. Mahasiswa dapat mengetahui nama dan fungsi alat-alat yang ada di
dalam laboratorium struktur perkembangan tumbuhan.
2. Mahasiswa dapat mengetahui cara membuat preparat tumbuhan.
3. Mahasiswa dapat mengetahui cara kerja mikrotom dalam pembuatan
preparat dan penggunaan optilab untuk keperluan pengamatan.
II. Dasar Teori
2.1 Jenis Preparat
Mikroteknik secara umum dikenal sebagai teknik pembuatan preparat
mikroskopis, menganalisis, dan juga melakukan mikrometri sebagai bagian dari
proses penelitian histologi. Preparat tumbuhan dibuat dengan beberapa jenis
tergantung dari tujuan penggunaan preparat tersebut. Jenis tersebut yaitu
preparat segar, preparat semi permanen, dan preparat permanen.
1. Preparat segar
Preparat segar digunakan untuk mengamati jaringan dalam kondisi hidup.
Salah satu contoh penggunaannya adalah pengamatan pergerakan
kloroplas pada Hydrilla sp. Preparat segar menggunakan media akuades
sehingga hanya dapat digunakan dalam waktu singkat. Setiap pengamatan
menggunakan preparat segar dianjurkan untuk membuat preparat baru
terlebih dahulu.
2. Preparat semi permanen
Preparat semi permanen dapat bertahan lebih lama dari pada preparat
segar. Preparat ini menggunakan media gliserin. Menurut Susandarini
(2004) gliserin memiliki indeks refraksi 1,4 dan baik digunakan untuk
preparat semi permanen.
2
BORANG No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
Berlaku Sejak
LAPORAN PRAKTIKUM Revisi
LABORATORIUM SPT Halaman
3. Preparat permanen
Media yang digunakan pada preparat permanen adalah balsam kanada.
Adds et.al (2001) menjelaskan penggunaan balsam kanada memiliki
keuntungan yaitu pengeringan lebih cepat dan tidak berubah warna dalam
waktu lama. Preparat permanen yang diproduksi dengan cara ini dapat
disimpan dalam waktu lama tanpa penurunan kualitas.
2.2 Metode Pembuatan Preparat
Selain jenis-jenis preparat berdasarkan umur pemakaiannya, membuat
preparat juga dapat dilakukan dengan beberapa metode. Hal ini dilakukan
berdasarkan tujuan pengamatan dari preparat yang akan dibuat. Metode tersebut
yaitu antara lain metode paraffin, metode squash, metode asetolisis, metode
maserasi, dan metode whole mount.
Metode paraffin digunakan untuk pembuatan preparat yang memiliki tekstur
lunak seperti daun, bunga, dan pucuk tumbuhan. Dengan di embedding pada
paraffin, jaringan yang lunak akan menjadi lebih mudah untuk di iris. Selain
metode paraffin dikenal juga metode squash. Metode ini digunakan untuk
mengamati mitosis yang biasanya menggunakan akar tumbuhan.
Metode asetolisis digunakan saat membuat preparat serbuk sari (pollen)
dan spora. Metode ini menggunakan campuran asam asetat glasial dan asam
sulfat pekat dengan perbandingan 9:1. Dengan direndam pada campuran
tersebut, dinding sel pollen menjadi lisis. Sebelum diamati menggunakan
mikroskop, objek di berikan minyak silikon (Preston, 1963).
Metode maserasi digunakan dengan prinsip membusukkan beberapa
bagian jaringan tertentu, Dengan cara ini, jaringan yang diamati akan tetap utuh
dan lebih jelas. Metode ini memiliki tiga variasi cara yaitu metode Jeffery, metode
Harlow, dan metode Schultze (Bendre dan Kumar, 2009).
Membuat preparat dengan metode whole mount akan menghasilkan objek
preparat berada dalam keadaan utuh. Kondisi tersebut memungkinkan
3
BORANG No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
Berlaku Sejak
LAPORAN PRAKTIKUM Revisi
LABORATORIUM SPT Halaman
pengamatan struktur utuh dari suatu organisme dan objek akan terlihat dengan
jelas ketika diamati menggunakan mikroskop. Struktur yang dapat diamati
menggunakan metode whole mount ini adalah struktur reproduksi maupun
struktur vegetatif pada suatu organisme. Objek preparat tumbuhan yang dapat
dibuat sengan metode ini adalah tumbuhan kecil yang dapat di tempatkan dalam
kaca objek. Objek tersebut di mounting dengan asam laktat 85% (Youssef dan
Dugan, 2000).
2.3 Mikrotom
Mikrotom adalah alat yang digunakan untuk memotong spesimen. Alat ini
digunakan untuk membuat preparat jaringan. Hasil preparat yang baik tergantung
pada pengetahuan yang mendalam tentang peralatan dan pengalaman praktis.
Mikrotom dapat mempuat potongan specimen dengan ketebalan yang paling
umum digunakan yaitu 5-10µm (Majrit, 2008).
Kebanyakan proses pembuatan preparat menggunakan mikrotom
dilakukan pada blok jaringan yang ditanam pada parafin. Mekanisme kerja
mikrotom adalah obyek (blok parafin) bergerak maju dengan jarak yang telah
ditentukan sampai bersentuhan dengan pisau pemotong. Spesimen bergerak
secara vertikal melewati permukaan pisau sehingga menghasilkan irisan tipis
jaringan (Bancroft et al., 2008).
Berdasarkan prinsip kerjanya mikrotom terdiri dari beberapa jenis,
diantaranya:
1. Mikrotom Tangan (Hand microtome)
Mikrotom tangan merupakan bentuk paling dasar. Bentuknya
menyerupai penggulung benang, dan memiliki satu lubang tempat
memasukkan dan mengunci objek (dalam fiksatif) yang akan diiris.
Setelah objek dimasukkan ke dalam lubanmg mikrotom, pengirisan
dilakukan dengan silet atau pisau tajam. Irisan dengan ketebalan 150-
250µm dapat dipotong dengan menggunakan alat ini (Hayat, 1981).
4
BORANG No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
Berlaku Sejak
LAPORAN PRAKTIKUM Revisi
LABORATORIUM SPT Halaman
Selain itu, alat ini dapat juga digunakan untuk mengiris jaringan yang
bertekstur keras.
2. Mikrotom Putar (Rotary Microtome)
Mekanisme dasar mikrotom putar menggunakan roda yang dapat
diputar 360o. Spesimen bergerak vertikal melewati permukaan pisau
pemotong dan kembali ke posisi awal. Mikrotom putar memiliki
beberapa model yaitu: manual, semi otomatis, dan otomatis.
Keuntungan penggunaan mikrotom ini yaitu: kemampuan untuk
memotong tipis spesimen, dan dapat digunakan pada semua jenis
jaringan (Mailhiot, 2005 dalam Bancroft et al., 2008).
3. Mikrotom geser (Sliding microtome)
Pada mikrotom ini bagian yang bergerak pada saat pengirisan sampel
adalah pisaunya. Sampel diletakkan pada bagian yang terkunci, lalu
pisau yang digerakkan akan mengiris objek dengan ketebalan yang
ditentukan. Mikrotom ini digunakan untuk sampel yang bertekstur keras
atau pada sampel yang di embedding dalam celloidin (Bancroft et al.,
2008).
2.4 Mikroskop cahaya
Keingintahuan akan benda-benda kecil yang mikroskopis, mendorong
ditemukannya mikroskop. Mikroskop yang pertama kali ditemukan dan
dikembangkan adalah mikroskop cahaya. Dalam mikroskop cahaya, cahaya
tampak diteruskan melalui spesimen dan kemudian melalui lensa kaca. Lensa ini
merefraksikan cahaya sedemikian rupa sehingga citra spesimen diperbesar
ketika diproyeksikan ke mata atau ke kamera.
Tiga parameter penting dalam teknik penggunaan mikroskop adalah
perbesaran, resolusi dan kontras. Perbesaran adalah rasio ukuran citra objek
5
BORANG No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
Berlaku Sejak
LAPORAN PRAKTIKUM Revisi
LABORATORIUM SPT Halaman
dengan ukuran objek sebenarnya. Mikroskop cahaya dapat memperbesar secara
efektif 1000 kali ukuran objek sebenarnya. Dengan perbesaran lebih tinggi lagi
akan membuat detail benda tidak lagi terlihat jelas. Resolusi adalah ukuran
kejelasan citra; jarak minimum yang dapat memisahkan dua titik sehingga masih
dapat dibedakan sebagai dua titik. Parameter ketiga adalah kontras, ini
didefinisikan sebagai kemampuan menonjolkan perbedaan bagian dari sampel.
Sehingga bagian-bagian sel dapat lebih jelas dibedakan (Reece et. al., 2011).
III. Metode
3.1 Waktu dan Tempat
Waktu dan tempat pelaksanaan praktikum yaitu :
Hari, tanggal : Selasa, 3 Desember 2013
Pukul : 09.00 sampai selesai
Tempat : Laboratorium Struktur Perkembangan Tumbuhan
Universitas Gadjah Mada
3.2 Alat
Pada praktikum kali ini dijelaskan cara penggunaan alat-alat yang
digunakan pada laboratorium struktur perkembangan tumbuhan. Antara
lain:
1. Hot plate
2. Kaca objek dan Kaca penutup
3. Mikroskop
4. Mikrotom
5. Optilab
6. Oven
7. Pengasah Pisau Mikrotom
8. Pisau Silet
6
BORANG No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
Berlaku Sejak
LAPORAN PRAKTIKUM Revisi
LABORATORIUM SPT Halaman
3.3 Bahan
Selain penggunaan alat, digunakan juga beberapa bahan-bahan, antara lain:
1. Alkohol
2. Balsam Kanada
3. Fast Green
4. Parafin
5. Safranin
6. Xilol
3.4 Prosedur Kerja
Berikut dijelaskan prosedur kerja pembuatan preparat:
Preparat Segar
1. Diteteskan akuades di tengah kaca objek bersih.
2. Diambil bagian tumbuhan yang akan diamati, bila jaringan terlalu besar
gunakan pisau silet untuk mengirisnya
3. Ditempatkan objek pengamatan ke dalam akuades pada kaca objek.
4. Ditempatkan kaca penutup secara perlahan menyentuh akuades pada
kaca objek dengan membentuk sudut 60 derajat lalu dijatuhkan dengan
hati-hati hingga objek tertutup.
Preparat Semi Permanen
1. Dipotong bahan dengan menggunakan sliding microtome,
2. Ditampung irisan dalam petridish yang berisi akuades,
3. Diambil irisan lalu letakkan diatas kaca objek
4. Dibubuhi dengan gliserin, ditutup dengan gelas penutup.
7
BORANG No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
Berlaku Sejak
LAPORAN PRAKTIKUM Revisi
LABORATORIUM SPT Halaman
Preparat Permanen Tanpa Embedding
Hari ke I: Fiksasi: Dipakai larutan Alkohol 70%
Pengirisan: Dibuat irisan-irisan melintang atau membujur dengan
menggunakan Sliding microtome dengan ketebalan 20-30µm
(mikronmeter). Irisan ditampung dalam petridish yang diberi
Alkohol 70%.
Pewarnaan: Dengan menggunakan Safranin 1 % dalam Alkohol
70% selama 24 jam.
Hari ke II: Safranin dibuang lalu diganti berturut-turut dengan :
Alkohol 70% ............................................................. 10 menit
Alkohol 80% ............................................................. 10 menit
Alkohol 95% ............................................................. 10 menit
Alkohol 100% ........................................................... 10 menit
Alkohol 100% ........................................................... 10 menit
Alkohol/xilol 3:1 ........................................................ 10 menit
Alkohol / xilol 1:1 ...................................................... 10 menit
Alkohol / xilol 1:3 ...................................................... 10 menit
Xilol .......................................................................... 10 menit
Xilol .......................................................................... 10 menit
Penutupan: Irisan diatur diatas gelas benda ditutup dengan gelas
penutup dengan pemberian Balsam Kanada terlebih dahulu.
Preparat dikeringkan dikeringkan diatas hot plate dengan
temperature 45°C hingga Balsam Kanada kering.
Pemberian nama: Disebelahah kiri gelas penutup dilekatkan
etiket dan diberi keterangan: nama spesies, organ, penampang.
8
BORANG No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
Berlaku Sejak
LAPORAN PRAKTIKUM Revisi
LABORATORIUM SPT Halaman
Preparat Permanen dengan Embedding pada Paraffin
Hari ke I: Fiksasi: Dipakai larutan FAA :
Formalin ................................................................... 5 bagian
Asam asetat glasial .................................................. 5 bagian
Alkohol 70% ............................................................. 90 bagian
Diamkan selama 24 jam.
Hari ke II: Pencucian dan dehidrasi:
Fiksatif dibuang lalu diganti berturut-turut dengan :
Alkohol 70% ............................................................. 30 menit
Alkohol 80% ............................................................. 30 menit
Alkohol 95% ............................................................. 30 menit
Alkohol 100% ........................................................... 30 menit
Alkohol 100% ........................................................... 30 menit
Dealkoholisasi:
Alkohol / xilol 3:1 ...................................................... 30 menit
Alkohol /xilol 1:1 ....................................................... 30 menit
Alkohol/xilol 1:3 ........................................................ 30 menit
Xilol .......................................................................... 30 menit
Xilol .......................................................................... 30 menit
Campuran Xilol/paraffin 1:9 dengan temperature 57°C selama 24
jam
Hari ke III :Infiltrasi: Campuran xilol/paraffin dibuang diganti dengan paraffin
murni. Temperatur tetap 57°C selama 24 jam.
Hari ke IV: Penyelubungan: Parafin dibuang diganti dengan paraffin murni
yang baru. Setelah ±1 jam dibuat blok.
9
BORANG No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
Berlaku Sejak
LAPORAN PRAKTIKUM Revisi
LABORATORIUM SPT Halaman
Hari ke V: Pengirisan: Dibuat irisan-irisan dengan menggunakan rotary
microtome dengan ketebalan 6-12µm (mikronmeter).
Perekatan: Irisan direkatkan pada gelas benda dengan campuran
Gliserin : Albumin yang dibubuhi air, kemudian gelas benda
ditaruh diatas Hot plate dengan temperature 45°C sampai pita
paraffin merenggang.
Hari ke VI: Pewarnaan : dengan safranin 1% dalam Alkohol 70% dan fast
green 1% dalam Alkohol 95%. Berturut-turut gelas benda
dimasukkan dalam :
Xilol .......................................................................... 3 menit
Xilol .......................................................................... 3 menit
Alkohol / xilol 1:3 ...................................................... 3 menit
Alkohol / xilol 1:1 ...................................................... 3 menit
Alkohol / xilol 3:1 ...................................................... 3 menit
Alkohol 100% ........................................................... 3 menit
Alkohol 100% ........................................................... 3 menit
Alkohol 95% ............................................................. 3 menit
Alkohol 80% ............................................................. 3 menit
Alkohol 70% ............................................................. 3 menit
Safranin 1% dalam Alkohol 70% .............................. 1 jam
Alkohol 70% ............................................................. 1 menit
Alkohol 80% ............................................................. 1 menit
Alkohol 95% ............................................................. 1 menit
Alkohol 100% ........................................................... 1 menit
Alkohol 100% ........................................................... 1 menit
Alkohol / xilol 3:1 ...................................................... 1 menit
Alkohol / xilol 1:1 ...................................................... 1 menit
Alkohol / xilol 1:3 ...................................................... 1 menit
10
BORANG No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
Berlaku Sejak
LAPORAN PRAKTIKUM Revisi
LABORATORIUM SPT Halaman
Xilol .......................................................................... 1 menit
Xilol .......................................................................... 1 menit
Penutupan: Irisan ditutup dengan gelas penutup dengan
pemberian Balsam Kanada terlebih dahulu. Preparat dikeringkan
diatas Hot plate dengan temperature 45°C hingga Balsam Kanada
kering.
Pemberian nama: Disebelah kiri gelas penutup dilekatkan etiket
dan diberi keterangan: nama spesies, organ, penampang.
IV. Hasil dan Pembahasan
4.1 Deskripsi Laboratorium
Laboratorium Struktur dan Perkembangan Tumbuhan Fakultas Biologi
Universitas Gadjah Mada merupakan sebuah laboratorium yang digunakan untuk
melakukan berbagai akitivitas yang berkaitan dengan percobaan maupun
kegiatan-kegiatan penelitian. Dalam menjalankan fungsinya, laboratorium ini
didukung dengan perangkat peralatan, bahan-bahan, mekanisme termasuk tata
cara penggunaan alat, dan organisasi pengelolaannya. Laboratorium ini dipimpin
oleh Bapak Dr. E. Suharyanto, M.S, M.Sc, Ph.D., dan dibantu oleh staff dosen
lainnya yaitu Prof. (Emeritus) Dr. Issirep Sumardi, Prof. Dr. L. Hartanto Nugroho,
M.Agr., Dr. Maryani, M.Sc., Drs. Sutikno, S.U., dan Dra. Siti Susanti, M.S. serta
asisten dan seorang laboran.
Laboratorium ini juga aktif melakukan berbagai kegiatan penelitian.
Penelitian yang dilakukan pada laboratorium ini meliputi beberapa bidang dalam
ilmu botani. Bidang penelitian tersebut yaitu morfologi, anatomi, embriologi,
mikroteknik, palinologi, organologi, metabolik sekunder, kultur jaringan, dan
beberapa tema di bidang fisiologi. Ruangan yang terdapat di dalam laboratorium
11
BORANG No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
Berlaku Sejak
LAPORAN PRAKTIKUM Revisi
LABORATORIUM SPT Halaman
ini meliputi ruang kuliah dan praktikum, ruang penelitian, ruang pembuatan
preparat, ruang kultur jaringan, dan ruang asisten.
4.2 Instrumentasi Alat dan Bahan
Pada praktikum instrumentasi ini, dijelaskan beberapa alat yang biasa
digunakan dalam praktikum maupun penelitian pada laboratorium struktur
perkembangan tumbuhan. Setiap alat memiliki fungsi dan spesifikasi masing-
masing, sehingga dalam penggunaannya menyesuaikan dengan kebutuhan
peneliti. Selanjutnya akan dijelaskan beberapa alat yang terdapat dalam
laboratorium struktur perkembangan tumbuhan.
1. Hot plate
Dalam pembuatan preparat, hot plate digunakan
untuk mengeringkan preparat. Preparat yang telah
diletakkan di kaca objek, di beri gliserin atau kanada
balsam (tergantung jenis preparat). Setelah diberi
gliserin atau kanada balsam, preparat diletakkan di
atas hot plate (Gambar 1) dengan suhu sekitar
45oC. Penggunaan hot plate ini akan menghemat
waktu pengeringan preparat, sehingga proses
pembuatan preparat menjadi lebih cepat.
Gambar 1. Hot plate
12
BORANG No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
Berlaku Sejak
LAPORAN PRAKTIKUM Revisi
LABORATORIUM SPT Halaman
2. Kaca objek dan kaca penutup
Kaca objek (object glass) dan kaca penutup (cover
glass) sangat umum digunakan dalam pembuatan
preparat. Kaca ini berfungsi sebagai tempat
meletakkan irisan-irisan preparat. Untuk menjaga
agar kaca penutup tetap melekat dengan kaca
objek pada preparat biasa digunakan gliserin atau
kanada balsam. Pada Gambar 2 terlihat
penggunaan kaca objek dan kaca penutup sebagai
tempat meletakkan preparat yang telah di iris
menggunakan mikrotom dengan metode paraffin.
3. Mikroskop
Mikroskop secara umum digunakan untuk
membantu mengamati benda yang berukuran
mikroskopis. Salah satunya adalah sel tumbuhan.
Mikroskop dipakai untuk mengamati preparat yang
telah dibuat sehingga dapat digambar, diukur,
maupun difoto. Pada laboratorium struktur
perkembangan tumbuhan terdapat mikroskop
cahaya, baik yang monokuler (Gambar 3) maupun
binokuler. Sumber cahaya pada mikroskop
tersebut telah menggunakan lampu LED yang
menghasilkan cahaya berwarna putih, sehingga
objek yang diamati menjadi lebih jelas.
Gambar 3. Mikroskop cahaya
monokuler
Gambar 2. Preparat pada kaca objek
13
BORANG No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
Berlaku Sejak
LAPORAN PRAKTIKUM Revisi
LABORATORIUM SPT Halaman
4. Mikrotom
Terdapat dua jenis mikrotom di laboratorium
struktur perkembangan tumbuhan. Mikrotom
tersebut adalah mikrotom geser (Gambar 4) dan
mikrotom putar (Gambar 5). Penggunaan dua jenis
mikrotom ini dibedakan berdasarkan sampel yang
akan diiris. Mikrotom geser digunakan untuk
sampel yang teksturnya keras dan tidak perlu di
embedding dalam paraffin.
Mikrotom putar
digunakan untuk
mengiris preparat yang
teksturnya keras
maupun lunak. Untuk penggunaan mikrotom putar,
objek biasanya di embedding dalam paraffin. Pada
mikrotom putar, objek yang akan diiris diletakkan di
bidang yang terkunci namun akan bergerak naik
turun seiring dengan putaran roda putar mikrotom.
Pisau pada mikrotom putar tidak dapat digerakkan.
5. Optilab
Secara fisik, optilab (Gambar 6) merupakan
kamera dengan resolusi 5 megapixel yang
dihubungkan ke komputer/laptop melalui port
USB. Optilab dipasangkan dengan mikroskop
sebagai pengganti lensa okuler (Gambar 7). Oleh
karena itu, optilab juga memiliki perbesaran yang
sama dengan lensa okuler pada umumnya yaitu
Gambar 4. Mikrotom geser
(sliding microtome)
Gambar 5. Mikrotom putar
(rotary microtome)
Gambar 6. Optilab
14
BORANG No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
Berlaku Sejak
LAPORAN PRAKTIKUM Revisi
LABORATORIUM SPT Halaman
10X. Optilab adalah salah satu alat bantu untuk menayangkan bidang
pengamatan mikroskop melalui komputer/laptop.
Dengan dihubungkannya bidang pengamatan mikroskop ke
komputer/laptop, hasil pengamatan tersebut juga dapat disimpan sebagai
gambar atau video, dan juga dapat ditayangkan melalui infocus proyektor.
Sebagai upaya modernisasi perangkat mikroskop,
penggunaan optilab sangat berperan positif termasuk
dalam dunia pendidikan.. Penggunaan optilab
meningkatkan efisiensi mikroskop, karena tidak
diperlukan banyak mikroskop untuk pengamatan
objek. Selain itu, dengan ditampilkannya hasil
pengamatan ke layar, peserta didik dapat mengamati
objek yang sama dalam waktu bersamaan. Hal ini
dapat menghindari kesalahan persepsi peserta didik
dalam mendeskripsikan objek amatan yang
dilihatnya.
6. Oven
Oven digunakan untuk mencairkan paraffin
(Gambar 8) sebelum digunakan sebagai media
embedding jaringan lunak pada pembuatan
preparat permanen. Dalam proses pencairan
paraffin digunakan suhu antara 58-60oC. Hal ini
dilakukan untuk menjaga paraffin agar tidak
mendidih. Setelah cair, maka paraffin siap
digunakan sebagai media embedding jaringan.
Gambar 7. Penggunaan
Optilab pada mikroskop
Gambar 8. Proses pemanasan
paraffin
15
BORANG No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
Berlaku Sejak
LAPORAN PRAKTIKUM Revisi
LABORATORIUM SPT Halaman
7. Pengasah Pisau Mikrotom
Pisau yang digunakan pada mikrotom harus tajam
agar menghasilkan irisan preparat yang sesuai
dengan ketebalan yang diinginkan. Untuk
menjaga kerajaman pisau ini, beberapa jenis
mikrotom mengharuskan pisaunya untuk diasah
kembali menggunakan alat pengasah (Gambar
9). Namun ada juga mikrotom yang menggunakan
pisau sekali pakai seperti pisau cutter.
8. Pisau Silet (Razor)
Dalam pembuatan preparat segar dapat pula
menggunakan pisau silet (Gambar 10) untuk mengiris
preparat. Namun, ketebalan irisan bisa tidak seragam
bila dibandingkan dengan menggunakan mikrotom.
Selain alat-alat yang telah dipaparkan di atas, dalam praktikum maupun
penelitian di laboratorium struktur perkembangan tumbuhan juga digunakan
beberapa bahan. Penggunaan bahan-bahan ini berbeda-beda tergantung proses
penelitian dan keperluan peneliti. Selanjutnya akan dijelaskan beberapa bahan-
bahan yang umum digunakan di laboratorium ini.
1. Alkohol
Pada proses pembuatan preparat dibutuhkan alkohol bertingkat dengan
konsentrasi 70%, 80%, 95%, dan 100%. Alkohol digunakan untuk tujuan
dehindasi sel yang akan dibuat preparat permanen. Selain itu, alkohol juga
digunakan sebagai pelarut zat warna (safranin dan fast green).
Gambar 9. Alat pengasah pisau
mikrotom
Gambar 10. Pisau silet
16
BORANG No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
Berlaku Sejak
LAPORAN PRAKTIKUM Revisi
LABORATORIUM SPT Halaman
2. Balsam Kanada
Balsam kanada digunakan sebagai perekat objek
pengamatan ke kaca objek. Penggunaan balsam kanada
biasanya pada preparat permanen. Adds et.al (2001)
menjelaskan penggunaan balsam kanada memiliki
keuntungan yaitu pengeringan lebih cepat dan tidak
berubah warna dalam waktu lama.
3. Fast Green
Penggunaan pewarna fast green adalah sebagai pewarna kehijauan pada
preparat. Pada pembuatan preparat permanen tumbuhan pewarnaan dengan
fast green dilakukan dengan mencampurkan fast green pada fase perendaman
preparat dengan alkohol 95%. Hal ini dilakukan karena fast green merupakan
pewarna yang larut dalam alkohol (Anonim, 2003).
4. Paraffin
Paraffin digunakan sebagai media embedding
jaringan lunak, sebelum diiris dengan mikrotom.
Paraffin dalam suhu kamar berbentuk padatan
(Gambar 12), sehingga sebelum digunakan
paraffin harus dicairkan terlebih dahulu dalam oven
bersuhu 58-60oC. Dengan suhu tersebut, paraffin
telah cair namun tidak sampai mendidih. Cochran
(2004) menjelaskan, parafin digunakan karena
dapat menempel pada jaringan yang akan diiris,
jaringan menjadi tidak mengkerut. Spesimen yang telah di embedding dengan
Gambar 11. Balsam Kanada
Gambar 12. Paraffin
17
BORANG No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
Berlaku Sejak
LAPORAN PRAKTIKUM Revisi
LABORATORIUM SPT Halaman
paraffin lalu ditempatkan pada skaca objek dan dibiarkan kering. Selanjutnya,
parafin akan dihapus dengan xylene (xylol) atau pelarut lain.
5. Safranin
Safranin merupakan salah satu pewarna preparat. Warna yang muncul
dengan pemberian safranin adalah merah. Safranin dapat larut dengan air
maupun alkohol.
6. Xylol
Preparat yang telah di embedding pada paraffin selanjutnya
perlu dibersihkan agar struktur preparat dapat terlihat jelas.
Salah satu pelarut yang digunakan untuk membersihkan
paraffin adalah xylol (Gambar 13). Sass (1951) menjelaskan,
dipilihnya xylol sebagai pelarut adalah karena biaya yang tidak
mahal, dan xylol juga tidak beracun. Terdapat pelarut lain yang
juga dapat digunakan seperti chloroform, namun chloroform
harganya mahal dan juga beracun.
4.3 Pengamatan Preparat Menggunakan Mikroskop dan Optilab
Pada proses pengamatan preparat, praktikan mengamati preparat segar
dan preparat permanen. Preparat segar yang diamati adalah daun Rhoe discolor
dan daun Hydrilla sp. Pada sampel Rhoe discolor (Gambar 14) terlihat adanya
stomata. Hasil amatan ini di ambil menggunakan optilab, sehingga
memungkinkan untuk diberikan keterangan ukuran sel. Dari Gambar 14 terlihat
ukuran sisi panjang stomata tersebut adalah 43,1µm. Fitur pengukuran ini sangat
memudahkan dalam proses pengamatan, sehingga pengamat dapat dengan
mudah mengetahui berapa ukuran sel yang sedang diamatinya.
Stomata merupakan modifikasi dari epidermis.Stomata merupakan jalur
pertukaran O2 dengan CO2 dan juga merupakan jalur utama keluarnya air dari
Gambar 13. Xylol
18
BORANG No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
Berlaku Sejak
LAPORAN PRAKTIKUM Revisi
LABORATORIUM SPT Halaman
permukaan daun. Walaupun luas permukaan stomata hanya 1-2% luas
permukaan daun, namun bagian permukaan daun yang lain dilapisi oleh kutikula
berlilin yang membatasi keluarnya air dari permukaan daun. Setiap stomata
diapit oleh sepasang sel penjaga yang mengatur membuka dan menutupnya
stomata melalui perubahan tekanan turgor (Reece, 2011).
Pengamatan preparat segar berikutnya adalah daun Hydrilla sp. Dari hasil
pengamatan terlihat sangat jelas kloroplas pada daun tersebut. Warna hijau yang
Gambar 14. Stomata Rhoe discolor
Sel tetangga
Sel penjaga
Dinding sel
Kloroplas
Dinding sel
Gambar 15. Sel daun Hydrilla sp.
19
BORANG No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
Berlaku Sejak
LAPORAN PRAKTIKUM Revisi
LABORATORIUM SPT Halaman
terlihat pada objek pengamatan merupakan kloroplas. Pada saat pengamatan
menggunakan optilab, terlihat pergerakan kloroplas pada daun Hydrilla sp.Hal ini
terjadi karena daun tersebut masih aktif melakukan fotosintesis.
Pengamatan berikutnya menggunakan preparat permanen yang telah
tersedia di laboratorium struktur perkembangan tumbuhan. Preparat yang
digunakan adalah akar, batang, dan daun Zea mays (Gambar 16). Pada
pengamatan menggunakan preparat ini, bagian-bagian penyusunnya sangat
jelas terlihat. Hal ini didukung dengan ketebalan preparat yang sama, sehingga
memungkinkan pengamatan dapat dilakukan dengan baik. Pengirisan sampel
menggunakan mikrotom akan menghasilkan preparat yang tipis dan merata.
Selain itu, preparat juga diberi warna sehingga perbedaan antar sel dapat terlihat
jelas.
Gambar 15. Preparat Zea mays: (a) akar, (b) batang, (c) daun
(a) (b) (c)
20
BORANG No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
Berlaku Sejak
LAPORAN PRAKTIKUM Revisi
LABORATORIUM SPT Halaman
V. Penutup
5.1 Simpulan
Dari praktikum instrumentasi di laboratorium struktur perkembangan
tumbuhan ini dapat disimpulkan:
1. Bidang penelitian yang dilaksanakan di laboratorium struktur perkembangan
tumbuhan yaitu morfologi, anatomi, embriologi, mikroteknik, palinologi,
organologi, metabolik sekunder, kultur jaringan, dan beberapa tema di
bidang fisiologi tumbuhan.
2. Pemahaman tentang penggunaan alat dan bahan sangat penting untuk
menunjang keberhasilan penelitian.
3. Preparat yang biasa digunakan ada tiga jenis yaitu preparat segar, preparat
semi permanen, dan preparat permanen
4. Mikrotom yang digunakan di laboratorium struktur perkembangan tumbuhan
adalah mikrotom putar (untuk preparat yang di embedding dalam paraffin)
dan mikrotom geser (untuk preparat yang bertekstur keras.
5. Penggunaan optilab sangat membantu dalam proses pembelajaran. Efisiensi
penggunaan mikroskop juga meningkat.
5.2 Saran
Mengingat pentingnya keterampilan membuat prepatar yang baik, maka
perlu adanya praktik pembuatan preparat semi permanen maupun permanen.
Selain itu, dalam penggunaan optilab jumlah unit yang terbatas membuat
praktikan kurang mendalami pemahaman cara penggunaannya.
21
BORANG No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
Berlaku Sejak
LAPORAN PRAKTIKUM Revisi
LABORATORIUM SPT Halaman
Daftar Rujukan
Adds, J., Larkcom, E., Miller, R., Sutton R., 2001. Tools, Techniques and
Assessment in Biology - A Course Guide for Students and Teachers.
Cheltenham: Nelson Thornes, Ltd.
Anonim, 2003. Food Chemical Codex, 5th Edition. Washington: The National
Academies Press.
Bancroft, J., Suvarna, K., Layton, C., 2008. Theory and practice of histological
techniques. 7th edition. Philadelphia: Churchill Livingstone Elsevier.
Bendre, M. A., Kumar, A., 2009. Text Book of Practical Botany 1. New Delhi:
Rastogi Publications.
Cochran, P. E., 2004. Laboratory Manual for Comparative Veterinary: Anatomy
and Physiologi. Toronto: Thomson Learning, Inc.
Hayat, M. A., 1981. Fixation for Electron Microscopy. New York: Academic Press,
Inc.
Majrit, B., 2008. Manual of Histology, General Anatomy, Embryology and
Genetics. Calcutta: Academic Publishers.
Preston, R. D., 1963. Advances in Botanical Research, Vol. 1. London: Academic
Press, Inc.
Reece, J. B., Urry, L. A., Cain, M. L., Wasserman, S. A., Minorsky, P. V., Jackson,
R. B., 2011. Campbell Biology Ninth Edition. San Francisco: Pearson
Education, Inc.
22
BORANG No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
Berlaku Sejak
LAPORAN PRAKTIKUM Revisi
LABORATORIUM SPT Halaman
Sass, J. E., 1951. Botanical Microtechnique. Iowa: The Iowa State College Press.
Susandarini, R., 2004. Diakses 7 Desember 2013. Teknik Preparasi Serbuk Sari
dan Pengamatan Preparat Serbuk Sari. http://elisa1.ugm.ac.id/
chapter_view.php?BIO3107.Paleobotani&320
Youssef, N. N., Dugan, F. M., 2000. Location of an Endophytic Neotyphodium sp.
within Various Leaf Tissues of Wild Barley (Hordeum brevisubulatum subsp.
violaceum). Plant Genetic Resources Newsletter. No. 124. p.17-19