laporan ilmu tanah

85
i LAPORAN PRAKTIKUM ILMU TANAH Disusun Oleh : Kelompok I B Noki Rachmat Fadli 23040114130059

Upload: noki-racht

Post on 17-Dec-2015

147 views

Category:

Documents


21 download

DESCRIPTION

universitas diponegoro

TRANSCRIPT

LAPORAN PRAKTIKUMILMU TANAH

Disusun Oleh :Kelompok IBNoki Rachmat Fadli 23040114130059

JURUSAN PERTANIANFAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIANUNIVERSITAS DIPONEGOROSEMARANG 2015LEMBAR PENGESAHANJudul: LAPORAN PRAKTIKUM ILMU TANAH

Kelompok: IB (SATU)BProgam Studi: S1AGRIBISNISTanggal Pengesahan: Juni 2015

Menyetujui,

Asisten Pembimbing PraktikumIlmu Tanah

Reza Mas IndrawanNIM. 23030113120026

Mengetahui,

Koordinator Praktikum

Ilmu Tanah

Dr. Ir. Endang Dwi Purbajanti, M.S.

NIP. 19690408 199303 2 002

RINGKASANNoki Rachmat Fadli. 23040114130059. 2015. Laporan Praktikum Ilmu Tanah .Asisten pembimbing (Reza Mas Indrawan).

Praktikum bertujuan untuk yaitu mengetahui sifat-sifat tanah, kadar unsur hara tanah dan kesuburan tanah. Praktikum Ilmu Tanah yang dilakukan di Laboratorium Ekologi dan Produksi Tanaman dan Laboratorium Pemuliaan Tanaman, Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro, Semarang. Dilaksanakan pada tanggal 911 Mei 2015.

Alat yang digunakan untuk melaksanakan praktikum yaitu kamera, cangkul, kantong plastik, ayakan, gelas bekker, timbangan analitis, oven, tanur, kawat pengaduk, thermometer, botol pemancar air, corong, cawan porselin, grinder, kjeldahl, lilin, tabung, gelas ukur, pipet ukur, tabung reaksi, indikator universal, labu ukur, pipet tetes, erlenmeyer, biuret, pengaduk magnetik, shaker, alat destilasi, tabung film, paralon, spektrofotometer, flame fotometer.

Metode yang digunakan dalam praktikum dengan melakukan pemotretan tubuh tanah, mengamati profil tanah. Menggosokkan tanah yang telah dibasahi pada tangan dan mengamati tekstur tanahnya. Meremas tanah yang telah dibasahi dan mengamati konsistensinya. Menimbang sampel tanah yang telah dioven dan masukkan dalam rumus perhitungan. Menimbang campuran tanah dan aquades dan menghitung kerapatan partikel. Memasukkan tanah berlapis lilin kedalam gelas ukur dan mencatat perubahan volumenya. Mengukur pH tanah yang ditambah KCl dan yang ditambah aquades dengan indikator universal. Menimbang bobot tanah yang sudah ditanur menghitung kadar BO tanah. Mengukur absorbansi larutan blanko dan sampel dengan spektrofotometer. Mendestruksi larutan lalu didestilasi. Mentitrasi larutan dengan HCl dan mencatat volumenya dan menghitung kadar nitrogennya. Mendestruksi sampel dan disaring kemudian menghitung kadar fosfor. Menghitung kalium dengan spektofotometer. Metitrasi larutan NaOH yang telah dipendam dan menghitung jumlah CO2.

Hasil praktikum didapatkan bahwa profil tersusun dari horizon tanah. Tekstur tanah biasa lempung berpasir dan tanah agregat liat berpasir. Konsistensi tanah agregat keras, luar biasa kokoh, tidak lekat dan sangat plastis. Kadar air tanah biasa 1,7181% dan tanah agregat 2,07%. Kerapatan partikel tanah 2,4466 gram dan kerapatan massa tanah 2,128 gram dan porositas tanah 13,022%. Kemasaman tanah dengan pH 7 dan 6. Kadar bahan organik tanah 1,7%, kadar nitrogen tanah 0.1432794%, kadar fosfor tanah 0,74%, dan kadar kalium tanah 0,0026%. Respirasi mikrobia, CO2 yang terikat pada tanah gersang 13,59 mgrek dan tanah subur 8,888 mgek, dan kadar karbon 1,335472%.

Kata Kunci :kesuburan dan sifat tanahKATA PENGANTAR Tanah (soil) adalah suatu hasil pelapukan biologi dimana komposisinya terdiri atas komponen batuan dan humus yang umumnya berasal dari tumbuhan. Studi tentang tanah ini (umumnya disebut pedologi). Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Resmi Praktikum Ilmu Tanah ini dengan baik. Penulis menyadari bahwa di dalam pembuatan laporan ini berkat bantuan pembimbing, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua orang yang turut andil dalam pembuatan laporan praktikum ini, untuk itu dalam kesempatan ini penulis menghaturkan rasa hormat dan terima kasih kepada semua pihak yang membimbing untuk pembuatan laporan ini.Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan laporan ini masih dari jauh dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Penulis telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat selesai dengan baik dan oleh karenanya, penulis dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka menerima masukan, saran dan usul guna penyempurnaan laporan ini. Penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca.

Semarang, Juni 2015

PenulisDAFTAR ISIHalamanRINGKASAN iiiKATA PENGANTAR ivDAFTAR ISI vDAFTAR TABEL viiDAFTAR LAMPIRAN viiiBAB I. PENDAHULUAN 1BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 22.1. Profil Tanah 22.2. Tekstur Tanah 22.3. Konsistensi Tanah 32.4. Kadar Air Tanah 42.5. Kerapatan Partikel dan Kerapatan Massa Tanah 52.6. Kemasaman Tanah 52.7. Bahan Organik Tanah 62.8. Kadar Carbon Tanah 72.9. Kadar Nitrogen Tanah 82.10. Kadar Unsur Hara Fosfor Sebagai P2O5............................. 92.11. Kadar Unsur Hara Kalium Sebagai K2O 92.12. Respirasi Mikrobia.. 10

BAB III. MATERI DAN METODE 123.1. Materi123.2. Metode133.2.1. Profil tanah133.2.2. Tekstur tanah133.2.3. Konsistensi tanah143.2.4. Kadar air tanah143.2.5. Kerapatan partikel dan kerapatan massa tanah143.2.6. Kemasaman tanah153.2.7. Bahan organik tanah163.2.8. Kadar carbon tanah163.2.9. Kadar nitrogen tanah173.2.10. Kadar unsur hara fosfor sebagai P2O5173.2.11. Kadar unsur hara kalium sebagai K2O183.2.12. Respirasi mikrobia18

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN204.1. Profil Tanah204.2. Tekstur Tanah214.3. Konsistensi Tanah224.4. Kadar Air Tanah234.5. Kerapatan Partikel dan Kerapatan Massa Tanah244.6. Kemasaman Tanah264.7. Bahan Organik Tanah274.8. Kadar Carbon Tanah284.9. Kadar Nitrogen Tanah294.10. Kadar Unsur Hara Fosfor Sebagai P2O5..................... 304.11. Kadar Unsur Hara Kalium Sebagai K2O 314.12. Respirasi Mikrobia.. 32

BAB V. SIMPULAN DAN SARAN34DAFTAR PUSTAKA35LAMPIRAN36

ivDAFTAR TABELNomor Halaman1. Hasil Pengamatan Tekstur Tanah212. Hasil Perhitungan Kadar Air Tanah233. Hasil Perhitungan Kerapatan Partikel Tanah dan Kerapatan Massa Tanah244. Hasil Pengamatan Kemasaman Tanah265. Hasil Perhitungan Respirasi Mikrobia32

DAFTAR LAMPIRANNomorHalaman1. Profil Tanah372. Konsistensi Tanah 383. Perhitungan Kadar Air Tanah 404. Perhitungan Kerapatan Partikel Tanah dan Kerapatan Massa Tanah 415. Perhitungan Bahan Organik 436. Perhitungan Kadar Karbon 447. Perhitungan Kadar Nitrogen 458. Perhitungan Kadar Fosfor Sebagai P2O5 469. Perhitungan Kadar Kalium Sebagai K2O 4710. Perhitungan Respirasi Mikroba 48

iv

BAB IPENDAHULUANTanah (soil) adalah suatu hasil pelapukan biologi dimana komposisinya terdiri atas komponen batuan dan humus yang umumnya berasal dari tumbuhan. Studi tentang tanah ini (umumnya disebut pedologi). Tanah disatu tempat dengan tempat lainnya berbedabeda karena disebabkan oleh berbagai faktor seperti iklim, bahan induk, relief, organisme yang terkandung dalam tanah, dan waktu pembentukan tanah. Di dalam kehidupan sehari hari tanah dapat dibedakan menjadi dua berdasarkan zat penyusunnya, yaitu tanah mineral dan tanah gambut.Tanah tersusun atas zat-zat seperti mineral, bahan organik, air, dan udara tapi tanah disuatu daerah berbeda karena faktor-faktor pembentuk tanah seperti bahan induk, iklim, topografi, organisme dan waktu. Tujuan dilakukannya praktikum ini adalah untuk mengetahui bagaimana profil tanah, macam-macam tekstur tanah, konsistensi tanah, kadar air yang terkandung dalam tanah, kerapatan partikel dan kerapatan massa tanah, kemasaman tanah, bahan organik yang terdapat dalam tanah, kadar nitrogen, fosfor, kalium dan karbon yang terkandung dalam tanah dan bagaimana respirasi mikroba di dalam tanah.Manfaat dilakukannya praktikum ini adalah untuk memberikan ilmu pengetahuan khususnya kepada mahasiswa Agribisnis agar dapat mendalami tanah lebih jauh sehingga ketika praktik di lapangan mahasiswa dapat mengetahui jenis tanah mana yang bagus untuk ditanami perkebunan dan pertanian agar dapat menghasilkan panen yang optimal

BAB IITINJAUAN PUSTAKA2.1. Profil TanahProfil tanah merupakan rangkaian cacak horizon tanah seperti terlihat pada anatomi tubuh tanah terpampang dari suatu individu tanah. Individu tanah merupakan suatu satuan alami pada bentang lahan, yang dicirikan oleh posisi, ukuran, profil dan kenampakan lain. Profil tanah dapat diamati di potongan tebing, lubang galian atau penampakan lain ( Poerwowidodo,1991). Tanah yang berada dibawah rerumputan merupakan horison A yang berukuran tebal dan berwarna gelap akibat pertumbuhan akar sampai kedalaman tertentu. Horison B terbentuk dari hasil illuviasi, partikel koloida yang terdapat didalamnya adalah liat, bahan organik, oksida dari besi dan alumunium. Horison D berwarna terang dengan konsentrasi pasir dan partikel-partikel kuarsa dengan ukuran seperti debu dan mineral yang resisten. Horison C terdiri dari sedimen atau bahan yang dipengaruhi langsung oleh cuaca dari batuan induk dibawahnya. Horison O merupakan horison organik yang terbentuk di atas lapisan mineral. Horison R merupakan lapisan batuan-batuan induk yang melapuk atau regolith (Hardjowigeno, 2003).

2.2. Tekstur TanahTekstur tanah menunjukkan kasar atau halusnya suatu tanah. Teristimewa tekstur merupakan perbandingan relatif pasir, debu, dan liat atau kelompok partikel dengan ukuran lebih kecil dari kerikil (diameternya kurang dari 2 milimeter). Tekstur tanah diklasifikasikan menjadi sejumlah kelas, ada berbagai sistem klasifikasi tekstur tanah yang saling berbeda dalam hal tatanama, klasifikasi tekstur fraksi tanah dan atau kriteria kelas tekstur tanah mengenai interval proporsi nisbi antar fraksi tanah dalam batasan kelas tekstur. Beberapa tanah, krikil, batu, dan batuan induk dari lapisan-lapisan tanah yang ada juga mempengaruhi tekstur dan mempengaruhi penggunaan tanah (Foth, 1994). Tekstur tanah dikelompokkan berdasarkan terminologi yang dibedakan menjadi 6 kelas tekstur tanah, yaitu: pasir, geluh berpasir, geluh debu, geluh lempung dan lempung (Poerwowidodo, 1991).

2.3. Konsistensi TanahKonsistensi tanah menunjukkan integrasi antara kekuatan daya kohesi butir-butir tanah dengan daya adhesi butir-butir tanah dengan benda lain. (Hardjowigeno, 2005). Hal ini ditunjukan oleh daya tahan tanah terhadap gaya yang akan mengubah bentuk. Tanah yang memilki konsistensi yang baik umumnya mudah diolah dan tidak melekat pada alat pengolah tanah. Oleh karena tanah dapat ditemukan dalam keadaan lembab, basah atau kering maka penyifatan konsistensi tanah harus disesuaikan dengan keadaan tanah tersebut. Konsistensi basah merupakan penetapan konsistensi tanah pada kondisi kadar air tanah di atas kapasitas lapang. Konsistensi tanah lembab adalah penetapan konsistensi tanah pada kondisi kadar air tanah sekitar kapasitas lapang. Konsistensi tanah kering merupakan penetapan konsistensi tanah pada kondisi kadar air tanah kering udara. Faktorfaktor yang mempengaruhi konsistensi tanah adalah tekstur tanah, sifat dan jumlah koloid organik dan anorganik tanah, struktur tanah, serta kadar air tanah (Nurhidayati, 2006).

2.4. Kadar AirBanyaknya air yang dapat diikat atau diserap oleh tanah tergantung dari tekstur dan kandungan bahan organik tanah. Terikatnya air didalam pori dan agregat tanah terjadi karena adanya gaya kohesi antara molekul air dan butir tanah. Air yang terdapat di dalam pori tanah ini disebut dengan kadar air tanah (Soetjipto, 2002). Kadar air biasanya dinyatakan dalam banyaknya air yang hilang bila massa tanah dikeringkan dalam oven pada suhu 105oC sampai diperoleh berat tanah kering yang tetap. Penentuan kandungan air dalam tanah dapat ditentukan dengan istilah nisbi, seperti basah dan kering dan istilah jenuh atau tidak jenuh. Jumlah air yang ditahan oleh tanah dapat dinyatakan atas dasar berat atau isi (Bale, 2001). Faktor-faktor yang mempemgaruhi kadar air yaitu evaporasi, tekstur tanah serta bahan organik. Faktor-faktor yang mempemgaruhi kadar air yaitu evaporasi, tekstur tanah serta bahan organik. Tanah yang berlempung misalnya mempunyai kandungan air yang labih banyak dibandingkan tanah berpasir. Gerakan air dalam tanah akan mempengaruhi keberadaan air disuatu tempat, gerak kapiler pada tanah basah lebih cepat daripada gerakan keatas dan kesamping (Hakim, 2007).

2.5. Kerapatan Partikel dan Kerapatan Massa TanahKerapatan partikel merupakan berat tanah yang menyusun tubuh tanah padat atau satuan berat solum tanah padat atau rata-rata kerapatan dari butir tanah tanpa pori, yang dinyatakan dalam gram per sentimeter kubik (Hanafiah, 2005). Kerapatan massa merupakan ukuran kerapatan dari tanah dimana dia berada secara alami termasuk ruang porinya ( Hakim, 2007). Kerapatan massa (bobot isi, BI) adalah bobot massa tanah kondisi lapangan yang dikering-ovenkan per satuan volume.Nilai kerapatan massa tanah berbanding lurus dengan tingkat kekasaran partikel-partikel tanah, makin besar akan makin berat. Porositas tanah dipengaruhi oleh kandungan bahan organik, struktur tanah dan tekstur tanah. Tanah-tanah dengan struktur granuler atau remah, mempunyai porositas yang lebih tinggi daripada tanah-tanah dengan struktur massive (pejal). Tanah dengan tekstur pasir banyak memiliki pori-pori makro sehingga sulit menahan air (Hardjowigeno, 2003).

2.6. Kemasaman TanahKemasaman tanah merupakan salah satu sifat yang penting, sebab terdapat beberapa hubungan pH dengan ketersediaan unsur hara, juga hubungan antara pH dan semua pembentukan serta sifat-sifat tanah. Pada umumnya pH tanah berkisar 4 sampai 10, pH tanah kurang dari 4, dikaitkan dengan banyaknya kadungan asam sulfat (Hanafiah, 2005). pH tanah disebabkan oleh pengaruh kompetisi dissosiasi hidrogen dapat ditukar dan produksi OH- dari hidrolisis basa dapat ditukar dalam tanah berkisar dari alkali ringan sampai acidic ringan (Hardjowigeno, 2003). Keasaman atau kealkalian tanah merupakan suatu parameter penunjuk keaktifan ion H+ dalam suatu larutan, yang bersetimbangan dengan H- tidak terdisosiasi dari senyawa-senyawa dapat larut dan tidak larut yang ada di dalam system. Pengukuran pH tanah dapat berdasar pada metode kolorimetri, yang lazim dilakukan di lapangan dan mampu member gambaran akurat pH tanah lapang secara cepat dan metode elektometrikel, yang lazim dilakukan di laboratorium. Pengukuran pH dengan larutan pengekstrak KCL akan memberikan nilai lebih rendah 0,5 sampai dengan 1,5 satuan pH dibanding dengan pelarut air (Poerwowidodo, 1991). Tanah dengan pH 6,5-7,5 mengindikasikan bahwa pH tanah netral, pH 5,5-6,5 mengindikasikan bahwa pH tanah agak asam, pH 7,5-8,5 mengindikasikan bahwa pH tanah agak basa (Foth, 1995). Faktor yang kadangkala mempengaruhi pH tanah terutama di daerah industri, antara lain adalah sulfur yang merupakan hasil sampingan dari industri gas, yang jika bereaksi dengan air akan menghasilkan asam sulfur, dan asam nitrit yang secara alami merupakan komponen renik dari air hujan. Hujan asam juga terjadi sebagai akibat meningkatnya penggunaan dan pembakaran fosil-fosil padat yang menimbulkan gas-gas sulfur dan nitrogen, yang kemudian bereaksi dengan air hujan (Hanafiah, 2007).

2.7. Bahan Organik TanahBahan organik tanah merupakan penimbunan, terdiri dari sebagian sisa dan sebagian pembentukan baru dari sisa tumbuhan dan hewan. Bahan ini adalah sisa yang tidak statis dan mengalami serangan jasad-jasad renik tanah. Karena itu bahan ini merupakan bahan transisi tanah dan harus terus menerus diperbaharui dengan penambahan sisa-sisa tumbuhan tingkat tinggi (Madjid, 2009). Kandungan bahan organik dalam tanah mencerminkan kualitas tanah yang langsung maupun tidak langsung berpengaruh pada indikator fisik, kimia dan biologis dari kualitas tanah tersebut. Bahan organik di wilayah tropika berperan menyediakan unsur hara N,P,S yang dilepaskan secara lambat, meingkatkan kapasitas tukar kation tanah masam, menurunkan fiksasi P, membantu memantapkan agregat tanah, serta memodifikasi retensi tanah dan membentuk komplek dengan unsur mikro (Slamet, 2008). Meskipun kandungan bahan organik kebanyakan tanah hanya berkisar 2-10%, perannya sangat penting. Kandungan bahan organik tanah biasanya diukur berdasarkan kandungan C-organik. Kandungan karbon C-organik menjadi bahan organik = % C-organik x 1,724. Kandunagn C termasuk perakaran dan edafon yang masih hidup sehingga tidak rancu dengan kandungan humus. Kandungan bahan organik dipengaruhi oleh aras akumulasi bahan asli dan aras dekomposisi dan humifikasi yang sangat tergantung kondisi lingkungan (vegetasi, iklim, batuan, timbulan, praktik pertanian) (Susanto, 2005).

2.8. Kadar Karbon TanahTanaman mengambil unsur karbon berupa CO2 dari udara bebas. Kegiatan ini dilakukan oleh organ tanaman yang memiliki klorofil, umumnya bagian tanaman yang berwarna hijau dan terdapat di atas tanah. Sumber utama CO2 di alam berasal dari dekomposisi bahan organik berupa sisa-sisa tanaman ataupun hewan dan dari respirasi invertebrata, bakeri, serta fungi (Rosmarkam, 2002). Karbon tanah merupakan salah satu unsur makro yang terdapat di dalam tanah. Kandungan karbon dalam tanah merupakan salah satu pengukur kesuburan tanah. Siklus bahan organik dalam tanah jaringan tanaman dirubah menjadi jaringan jasad mikro dan humus melalui proses perombakan yang kemudian membentuk karbon (C). Mineralisasi humus, CO2 dilepaskan kembali ke udara dan diserap leh tumbuhan hidup, dan melalui fotosintesa sekali lagi C dirubah ke dalam jaringan tumbuhan (Foth, 1995).

2.9. Kadar Nitrogen TanahUnsur nitrogen (N) terutama berfungsi untuk merangsang pertumbuhan tanaman secara keseluruhan, terutama di bagian batang, cabang, dan daun. (Setiawan, 1998). Nitogen (N) merupakan hara makro utama yang sangat penting untuk pertumbuhan tanaman. Dalam tahah, kadar nitogen sangat bervariasi, tergantung pada pengolahan dan penggunaan tanah tersebut (Rosmarkam, 2002). Kadar nitrogen normal dalam tanah berkisar antara 0,21% - 0,50% (Hardjowigeno,1995). Kadar amonium dalam ekstrak dapat ditetapkan dengan cara destilasi atau spekfotometer, dimana kadar nitrogen dipengaruhi oleh mikroorganisme dalam tanah. (Madjid, 2009). Atmosfer terdiri dari 79 persen nitrogen (berdasarkan volume) sebagai gas padat N2 yang tidak bereaksi dengan unsur-unsur lainnya untuk menghasilkan suatu bentuk nitrogen yang digunakan oleh tanaman. Peningkatan penyediaan nitogen tanah untuk tanaman terdiri terutama dari meningkatnya jumlah pengikatan nitrogen secara biologis atau penambahan pupuk nitogen (Foth, 1995).

2.10. Kadar Unsur Hara Fosfor Sebagai P2O5Fosfor merupakan unsur yang diperluhkan dalam jumlah besar (hara makro). Fosfor merupakan senyawa penyusun jaringan tanaman seperti: asam nukleat, fosfo-lipida, dan fitin. Fosfor yang diserap tanaman dalam bentuk ion anorganik cepat berubah menjadi senyawa fosfor organik. Fosfor ini mobil atau bergerak antara jaringan tanaman. Kriteria kadar fosfor dalam tanah yang normal antara 1,7% - 2,4% (Rosmarkam, 2002). Unsur fosfor (P) bagi tanaman lebih banyak berfungsi untuk merangsang pertumbuhan akar, khususnya akar tanaman muda. Berbagai jenis protein tertentu memerlukan unsur fosfor sebagai bahan mentahnya. Fosfor juga berfungsi untuk membantu asimilasi dan pernafasan, sekaligus mempercepat pembuangan, pemasakan biji dan buah (Setiawan, 1998). Fosfor memiliki peranan penting dalam pertumbuhan tanaman karena tidak semua fosfor dalam tanah tersedia untuk tanaman. Unsur fosfor sangat bergantung pada sifat dan ciri tanah serta pengelolaan tanah itu sendiri oleh manusia. Disamping itu pertambahan fosfor kedalam tanah tidak terjadi dengan pengikatan biokimia sepertihalnya nitrogen, tetapi hanya bersumber dari deposit batuan dan mineral yang mengandung fosfor di dalam tanah. Oleh karena itu kadar fosfor tanah juga ditentukan oleh banyak atau sedikitnya cadangan mineral yang mengandung fosfor dan tingkat pelapukannya (Tan, 1991).

2.11. Kadar Unsur Hara Kalium Sebagai K2OUnsur hara kalium termasuk dalam unsur hara makro. Beberapa tanah mempunyai kalium tersedia yang berlimpah, dan tanaman ditumbuhkan pada tanah tersebut tidak menanggapi pemupukan kalium. Pada dasarnya kalium dalam tanah ditemukan dalam mineral-mineral yang terlapuk dan melepaskan ion-ion kalium. Ion-ion diadsorbsi pada kation tertukar dan cepat tersedia untuk diserap tanaman (Foth, 1995). Kadar unsur hara kalium pada tanah normalnya ialah 0,4% - 0,7% (Hardjowegono, 1995). Unsur kalium (K) membantu pembentukan protein dan karbohidrat. Pemberian Kalium memperkuat tanaman sehingga daun, bunga, dan buah tidak mudah mudah gugur. Selain itu, kalium juga membuat tanaman tahan terhadap kekeringan dan penyakit (Setiawan, 1998).

2.12. Respirasi MikrobiaRespirasi tanah merupakan suatu proses yang terjadi karena adanya kehidupan mikroba yang melakukan aktifitas hidup dan berkembang biak dalam tanah. Respirasi mikroorganisme mencerminkan tingkat aktivitas mikroorganisme tanah. Mikroba dalam setiap aktifitasnya membutuhkan O2 atau mengeluarkan CO2 yang dijadikan dasar untuk pengukuran respirasi tanah. Laju respirasi maksimum terjadi setelah beberapa hari atau beberapa minggu populasi maksimum mikroba dalam tanah, karena banyaknya populasi mikroba mempengaruhi keluaran CO2 atau jumlah O2 yang dibutuhkan mikroba. Oleh karena itu, pengukuran respirasi tanah lebih mencerminkan aktifitas metabolik mikrobia daripada jumlah, tipe atau perkembangan mikrobia tanah (Hardjowigeno, 2003). Pengukuran respirasi telah mempunyai korelasi yang baik dengan parameter lain yang berkaitan dengan aktivitas mikroorganisme tanah seperti bahan organik tanah, transformasi N, hasil antara, pH dan rata-rata jumlah mikroorganisme (Nurhidayati, 2006). Tanah yang dikatakan subur apabila kandungan dan keragaman biologi yang tinggi.

BAB IIIMATERI DAN METODEPraktikum Ilmu tanah dilaksanakan pada tanggal 9 11 Mei 2015, pukul 07.30 sampai pukul 16.00 WIB bertempat di Labolatorium Ekologi dan Produksi Tanaman dan Laboratorium Pemuliaan Tanaman, Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro, Semarang. 3.1. MateriBahan yang digunakan dalam praktikum ilmu tanah yaitu sampel tanah biasa, tanah agregat, aquades, lilin padat, kartu warna pH, kalium dikromat 1 N, laruan standar 5000 ppm C, asam borat 1%, NaOH, H2SO4 pa, selenium, KCl, pereaksi asam askorbat, phenolphtalein, HCl, metil red metil blue, BaCl2.Alat yang digunakan dalam praktikum ilmu tanah yaitu kamera yang digunakan untuk mengambil foto profil tanah, cangkul yang digunakan untuk mengambil tanah agregat, sekop yang digunakan untuk mengambil tanah biasa. Tabung reaksi untuk mencampurkan sampel, gelas ukur untuk mengukur pertambahan volume air, labu kjeldahl untuk tempat sampel, erlenmeyer untuk tempat sampel, tabung paralon besar untuk menutup tabung film saat dipendam dalam tanah, tabung film untuk meletakkan NaOH dan cawan porselen yang digunakan untuk wadah sampel tanah. Thermometer yang berfungsi untuk mengetahui suhu larutan. Corong yang digunakan untuk memudahkan dalam memindahkan larutan ke dalam tabung. Timbangan Analitis yang digunakan untuk mengukur berat tabung. Kawat pengaduk untuk menghomogenkan tanah dengan aquades. Pipet volumetrik sebagai alat bantu menambahkan larutan. Cawan pemanas lilin yang berfungsi untuk tempat mencairkan lilin. Kompor listrik yang digunakan untuk membakar lilin. Benang yang digunakan untuk mengikat tanah dan indikator universal yang digunakan untuk mengetahui tingkat kemasaman tanah. Timbangan analitis yang digunakan untuk mengukur berat tanah. Spektrofotometer dan Flame fotometer yang digunakan untuk mengukur panjang gelombang. gelas ukur 250 ml yang digunakan untuk meletakan larutan. Alat destruksi untuk mendestruksi, alat destilasi untuk melakukan destilasi, alat titrasi untuk menitrasi, shaker untuk menghomogenkan larutan. Kertas saring untuk menyaring larutan.

3.2.Metode3.2.1.Profil tanahMetode yang digunakan dalam praktikum profil tanah adalah mengambil foto susunan horizon tanah. Membandingkan dengan teori yang ada.

3.2.2.Tekstur tanahMetode yang digunakan dalam praktikum tekstur tanah adalah mengambil sampel tanah dari lapang (tanah biasa dan tanah agregat). Mengambil tanah tersebut dan membasahi tanah dengan air,menggosokkan tanah tersebut pada ibu jari dengan jari yang lain dan mengamati tekstur tanah sesuai pada tabel yang telah disediakan, mencatat hasil yang ada.3.2.3. Konsistensi tanahMetode yang digunakan dalam praktikum konsistensi tanah dengan mengambil tanah dari lapang yaitu tanah biasa dan tanah agregat. Keadaan tanah kering, membentuk seperti bulatan dan membasahinya menggunakan sedikit air sampai kondisi lembab dan pada kondisi basah, meremas gumpalan tanah tersebut dan mengamati tanah sesuai pada nilai yang ada ditabel konsistensi kering, konsistensi lembab dan konsistensi basah.

3.2.4.Kadar air tanahMetode yang digunakan dalam praktikum kadar air tanah adalah memberi label pada cawan, menimbang sampel tanah biasa dan tanah agregat yang telah dihaluskan masing-masing 5 gram. Menimbang cawan porselen I dan II. Menimbang cawan porselen I dengan tanah biasa. Menimbang cawan porselen II dengan tanah agregat. Memasukkan kedua cawan yang telah berisi sampel tanah kedalam oven dengan suhu 105o C kemudian menunggu selama 24 jam. Mengambil lalu mendinginkan dan menimbang cawan berisi sampel tanah setelah dioven. Mencatat hasilnya dan memasukkan ke dalam rumus untuk mengetahui kadar air tanahnya.

3.2.5. Kerapatan patikel tanah dan kerapatan massa tanahMetode yang digunakan dalam praktikum kerapatan partikel tanah dengan menyiapkan tabung reaksi lalu menimbang. Mengisi tabung yang sudah ditimbang dengan aquades sampai tiga perempatnya lalu beri tanda dan timbang. Mengukur suhu air tersebut, kemudian membuang aquades tersebut. Menimbang tanah agregat yang telah dihaluskan sebanyak 2 g. Memasukkan kedalam tabung reaksi lalu menimbang. Menambahkan aquades sampai setengahnya. Mengaduk-aduk dengan kawat pengaduk sampai gelembung udara menghilang. Mendiamkan selama semalam. Menambahkan aquades sampai tanda batas. Menimbang dan mencatat hasilnya serta mengukur suhu air dalam tabung reaksi tersebut. Memasukkan ke dalam rumus untuk mengetahui kerapatan partikelnya.Metode dalam praktikum kerapatan massa tanah yaitu dengan menimbang bongkahan tanah yang dapat dimasukkan kedalam gelas ukur. Melapisi bongkahan tanah tersebut menggunakan lilin yang sudah dicairkan dengan cara mengikat benang pada bongkahan sampel tanah dan mencelupkannya dalam lilin cair. Mendinginkan tanah yang telah dilapisi dengan lilin dan menimbangnya. Memasukkan bongkahan yang berlapis lilin ke dalam gelas ukur yang berisi aquades sebanyak 50 ml serta mencatat pertambahan volume aquades. Memasukkan kedalam rumus kerapatan massa dan menghitungnya.

3.2.6. Kemasaman tanahMetode yang digunakan dalam praktikum kemasaman tanah dengan menyiapkan 2 erlenmeyer. Memasukkan sampel tanah yang sudah dihaluskan sebanyak 5 g ke dalam masing-masing erlenmeyer. Memasukkan aquades sebanyak 25 ml ke erlenmeyer pertama. memasukkan KCl sebanyak 25 ml ke dalam erlenmeyer kedua. Menggojok kedua sampel dengan shaker selama 15 menit. Mengukur pH dengan indikator universal dan mencatat masing-masing pH nya.

3.1.7.Bahan organik tanah Metode yang digunakan dalam praktikum bahan organik tanah yaitu dengan cara menimbang tanah kering yang halus sebanyak 2 gram. Menimbang cawan lalu meletakkan tanah dicawan tersebut dan menimbang lagi. Memasukkan ke dalam mesin tanur dengan suhu 600o C selama 4 jam. Mengeluarkan dari tanur setelah dingin. Menimbang bobot setelah ditanur dan mencatat hasilnya. Memasukkan kedalam rumus untuk mengetahui kadar bahan organiknya.

3.2.8.Kadar karbon tanah Metode yang digunakan dalam kadar karbon tanah yaitu dengan menimbang sampel tanah yang telah dihaluskan sebanyak 0,5 g dan dimasukkan kedalam erlenmeyer. Menambahkan kalium dikromat sebanyak 2,5 ml. Menambahkan H2SO4 sebanyak 7,5 ml, menggojok dengan ditutup plastik dan mendiamkan selama 24 jam. Memindahkan ke labu kjeldahl dan mengencerkan dengan aquades sampai 100 ml lalu menutup dan menggojok. Menyaring dengan kertas saringan ke erlenmeyer. Mengukur absorbansi larutan blanko sebagai pembanding dengan panjang gelombang 561 nm pada alat spektrofotometer. Mengukur absorbansi sampel dengan panjang gelombang yang sama. Mencatat hasil absorbansinya dan memasukkan ke dalam rumus untuk mengetahui kadar C (karbon) dalam tanah.3.2.9.NitrogenMetode yang digunakan dalam praktikum nitrogen total dengan menimbang tanah yang telah dihaluskan sebanyak 1 g. Menambahkan 1 sendok kecil bubuk selenium. Menambahkan H2SO4 sebanyak 10 ml lalu didestruksi diruang asam selama 45 menit. Menyiapkan erlenmeyer besar dan kecil. Memasukkan sampel yang telah di destruksi tadi ke erlenmeyer besar. Mengencerkan dengan 90 ml aquades. Menambahkan NaOH 45% sebanyak 40 ml. Menyiapkan erlenmeyer kecil dan menambahkan asam borat sebanyak 20 ml. Menambahkan MrMb sebanyak 2 tetes dan menggojok perlahan, lalu di destilasi sampai volume di erlenmeyer kecil sebanyak 50 ml, setelah itu mentitrasi dengan HCl sampai sampel berwarna biru keunguan. Mencatat volume titrasi lalu menghitung dengan rumus untuk mengetahui kadar nitrogen dalam tanah.

3.1.10.Kadar unsur hara fosfor sebagai P2O5 Metode yang digunakan dalam praktikum kadar unsur kalium sebagai K2O adalah dengan menyiapkan 2 g sampel yang diambil dari hasil praktikum bahan organik. Menambahakan 5 ml HCl dan 5 ml aquades yang dipanaskan selama 3-5 menit di lemari asam. Memindahkan sampel kedalam labu kjeldahl dan menambahkan aquades sampai batas, kemudian menyaring dengan kertas saring ke dalam erlenmeyer. Mengambil 0,5 ml sampel, 8,5 ml aquades, dan 1 ml asam askobat dan masukkan ke dalam tabung reaksi. Membuat pembanding blanko 0,2,4,8,10. Mengukur dengan spektofotometer menggunakan panjang gelombang 693 nm. Memasukkan hasil kedalam rumus dan mencatat hasilnya.3.2.11.Kadar unsur kalium sebagai K2OMetode yang digunakan dalam praktikum kadar unsur kalium sebagai K2O adalah dengan menyiapkan 2 g sampel yang diambil dari hasil praktikum bahan organik. Menambahakan 5 ml HCl dan 5 ml aquades yang dipanaskan selama 3-5 menit di lemari asam. Memindahkan sampel kedalam labu kjeldahl dan menambahkan aquades sampai batas, kemudian menyaring dengan kertas saring ke dalam erlenmeyer. Mengukur absorbansinya menggunakan flame fotometer. Mengecek serapan kalium standar dari k 50 ppm, k 100 ppm dan k 250 ppm. Mencatat hasilnya dan menyesuaikan dengan serapan standar yang terdekat untuk mengetahui kadar blanko nya dan memasukkan kedalam rumus untuk mengetahui kadar unsur hara kalium sebagai K2O.

3.2.12.Respirasi mikrobaMetode yang digunakan adalah dengan menyiapkan NaOH sebanyak 40 ml dan memasukan NaOH kedalam 2 tabung film sebanyak 20 ml tiap tabung film. Menutup tabung film yang telah diisi 20 ml NaOH. Membuka tutup tabung sebelum ditanam dan ditutup dengan paralon yang salah satu sisinya telah diberi tutup. Menanam tabung pertama pada tanah yang subur dan tabung kedua pada tanah yang gersang. Menginkubasi tabung pada tanah gersang dan subur selama 3 jam. Mengambil NaOH yang telah di inkubasi dari masing-masing sampel sebanyak 5 ml dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer. Menambahkan 2,5 ml BaCl2, menambahkan phenolphthalein sebanyak 2 tetes. Mentitrasi dengan HCl hingga berwarna putih. Mencatat hasil titrasinya dan menghitung dengan rumus untuk mengetahui kadar CO2 yang diikat oleh NaOH.

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN4.1.Profil TanahBerdasarkan hasil pengamatan profil tanah pada daerah bendungan Universitas Diponegoro, profil tanah terdiri atas lapisan-lapisan yang dihasilkan selama pembentukan tanah dan dikelompokkan menjadi horizon O, A, B, C dan D. Hal ini sesuai dengan pendapat Poerwowidodo (1991) yang menyatakan bahwa profil tanah merupakan rangkaian cacak horizon tanah seperti terlihat pada anatomi tubuh tanah terpampang dari suatu individu tanah. Individu tanah merupakan suatu satuan alami pada bentang lahan, yang dicirikan oleh posisi, ukuran, profil dan kenampakan lain. Profil tanah dapat diamati di potongan tebing, lubang galian atau penampakan lain. Lapisan teratas adalah horizon O yang mengandung humus dan ditumbuhi tanaman. Lapisan dibawahnya adalah horizon A, yaitu lapisan tanah yang sudah mengalami pencucian. Lapisan dibawah horizon A yaitu horizon B. Horizon B merupakan lapisan tanah yang mengalami proses penimpunan. Lapisan setelah horizon B adalah horizon C. Horizon C merupakan batuan dasar yang mengalami pelapukan. Lapisan paling bawah yaitu horizon D yang merupakan batuan induk yang belum mengalami pelapukan. Hal ini sesuai dengan pendapat Hardjowigeno (2003) yang menyatakan bahwa Horison O merupakan horison organik yang terbentuk di atas lapisan mineral yang mengandung banyak humus. Tanah yang berada dibawah rerumputan merupakan horison A yang berukuran tebal dan berwarna gelap akibat pertumbuhan akar sampai kedalaman tertentu. Horison B terbentuk dari hasil illuviasi, partikel koloida yang terdapat didalamnya adalah liat, bahan organik, oksida dari besi dan alumunium. Horison C terdiri dari sedimen atau bahan yang dipengaruhi langsung oleh cuaca dari batuan induk dibawahnya. Horison D berwarna terang dengan konsentrasi pasir dan partikel-partikel kuarsa dengan ukuran seperti debu dan mineral yang resisten.

4.2.Tekstur TanahTabel 1. Hasil Pengamatan Tekstur Tanah

Sampel tanahTekstur

Tanah BiasaLempung Berpasir

Tanah AgregatLiat Berpasir

Sumber : Data Praktikum Primer Ilmu Tanah, 2015.Berdasarkan hasil pengamatan dapat diketahui bahwa tekstur tanah adalah ukuran partikel yang terkandung dalam massa tanah. Hasil percobaan membuktikan bahwa tanah biasa dan tanah agregat memilik tekstur yang berbeda. Tanah biasa bertekstur agak kasar meliputi tanah yang bertekstur lempung berpasir atau lempung berpasir halus. Tanah agregat termasuk tanah yang bertekstur liat berpasir terlihat lebih halus maka setiap satuan berat mempunyai luas permukaan yang lebih besar. Hal ini sesuai dengan pendapat Foth (1994) yang menyatakan bahwa tekstur tanah menunjukkan kasar atau halusnya suatu tanah. Teristimewa tekstur merupakan perbandingan relatif pasir, debu, dan liat atau kelompok partikel dengan ukuran lebih kecil dari kerikil (diameternya kurang dari 2 milimeter). Beberapa tanah, krikil, batu, dan batuan induk dari lapisan-lapisan tanah yang ada juga mempengaruhi tekstur dan mempengaruhi penggunaan tanah. Poerwowidodo (1991) menambahkan bahwa tekstur tanah dikelompokkan berdasarkan terminologi yang dibedakan menjadi 6 kelas tekstur tanah, yaitu: pasir, geluh berpasir, geluh debu, geluh lempung dan lempung.

4.3.Konsistensi TanahBerdasarkan hasil pengamatan dapat diketahui bahwa tanah agregat memiliki konsistensi kering yang sangat keras, tanah agregat sangat kokoh, sedikit lekat dan tidak plastis. Sedangkan tanah biasa berkonsistensi kering keras, berkonsistensi lembab yang kokoh, sangat lekat dan juga plastis. Ini menunjukkan bahwa konsistensi tanah berbeda-beda, tergantung pada bentuk dan sifat tanah tersebut. Konsistensi tanah merupakan ekspresi gabungan gaya-gaya kohesi dan adhesi yang menerangkan kemudahan suatu tanah dapat diubah bentuknya atau hancur. Hal ini sesuai dengan pendapat Nurhidayati (2006) yang menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi konsistensi tanah adalah tekstur tanah, sifat dan jumlah koloid organik dan anorganik tanah, struktur tanah, serta kadar air tanah. Hardjowigeno (2005) menambahkan bahwa konsistensi tanah menunjukkan integrasi antara kekuatan daya kohesi butir-butir tanah dengan daya adhesi butir-butir tanah dengan benda lain. Hal ini ditunjukan oleh daya tahan tanah terhadap gaya yang akan mengubah bentuk. Tanah yang memilki konsistensi yang baik umumnya mudah diolah dan tidak melekat pada alat pengolah tanah. Oleh karena tanah dapat ditemukan dalam keadaan lembab, basah atau kering maka penyifatan konsistensi tanah harus disesuaikan dengan keadaan tanah tersebut.

4.4.Kadar Air TanahTabel 2. Hasil Perhitungan Kadar Air Tanah

SampelHasil

%...

Tanah Biasa1,7181

Tanah Agregat2,07

Sumber : Data Praktikum Primer Ilmu Tanah, 2015.Berdasarkan hasil percobaan kadar air tanah, kita mengetahui bahwa kadar air tanah merupakan jumlah air tanah yang terkandung dalam pori-pori tanah dalam suatu tanah tertentu. Perhitungan kadar air tanah diketahui dengan perhitungan berat sebelum di oven dikurangi berat setelah di oven lalu dibagi berat sesudah dioven. Hasil dari perhitungan kadar air tanah pada sampel tanah agregat adalah 1,7181%. Sampel tanah biasa memiliki kadar air tanah 2,07%. Tanah biasa lebih mudah menyerap air dibandingkan dengan tanah agregat, sehingga hasil kadar air lebih banyak pada sampel tanah biasa. Hal ini sesuai pendapat Soetjipto (2002) yang menyatakan bahwa air yang terdapat di dalam pori tanah ini disebut kadar air tanah. Bale (2001) menambahkan bahwa kadar air biasanya dinyatakan dalam banyaknya air yang hilang bila massa tanah dikeringkan dalam oven pada suhu 105oC sampai diperoleh berat tanah kering yang tetap. Penentuan kandungan air dalam tanah dapat ditentukan dengan istilah nisbi, seperti basah dan kering dan istilah jenuh atau tidak jenuh. Jumlah air yang ditahan oleh tanah dapat dinyatakan atas dasar berat atau isi. Banyaknya air dapat diikiat atau diserap oleh tanah tergantung dari tekstur dan kandungan bahan organik tanah. Semakin halus tekstur tanah, tanah akan semakin mudah menyerap air. Semakin banyak bahan organik, tanah akan semakin banyak kadar air yang terkandung. Sesuai pendapat Hakim (2007) yang menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempemgaruhi kadar air yaitu evaporasi, tekstur tanah serta bahan organik. Tanah yang berlempung misalnya mempunyai kandungan air yang labih banyak dibandingkan tanah berpasir. Gerakan air dalam tanah akan mempengaruhi keberadaan air disuatu tempat, gerak kapiler pada tanah basah lebih cepat dari pada gerakan keatas dan kesamping.

4.5.Kerapatan Partikel dan Kerapatan Massa TanahTabel 3. Hasil Perhitungan Kerapatan Partikel dan Kerapatan Massa Tanah

PengamatanHasil

.gram.............

BJ2,4466

BV2,128

Sumber : Data Praktikum Primer Ilmu Tanah, 2015.Berdasarkan hasil praktikum nilai kerapatan partikel tanah yang diujikan adalah 2,4466 g/. Nilai BJ yang tinggi menunjukkan bahan organik yang rendah. Hal ini sesuai dengan pendapat Hanafiah (2005) yang menyatakan bahwa kerapatan partikel Kerapatan partikel merupakan berat tanah yang menyusun tubuh tanah padat atau satuan berat solum tanah padat atau rata-rata kerapatan dari butir tanah tanpa pori, yang dinyatakan dalam gram per sentimeter kubik. Berdasarkan hasil praktikum nilai kerapatan massa tanah adalah 2,128 g/ Kerapatan massa adalah sebagai massa atau berat tanah per volumenya (gram/cm3). Nilai kerapatan partikel tanah lebih besar dibandingkan dengan nilai kerapatan massa tanah. Hal ini sesuai dengan pendapat Hakim (2007) yang menyatakan bahwa kerapatan massa merupakan ukuran kerapatan dari tanah dimana dia berada secara alami termasuk ruang porinya. Kerapatan massa (bobot isi, BI) adalah bobot massa tanah kondisi lapangan yang dikering-ovenkan per satuan volume.Nilai kerapatan massa tanah berbanding lurus dengan tingkat kekasaran partikel-partikel tanah, makin besar akan makin berat. Nilai prorositas tanah sampel dalam percobaan adalah 13,022%. Ini dipengaruhi beberapa faktor dari dalam tanah, seperti kandungan bahan organik, tekstur tanah dan tanaman yang tumbuh di atas tanah. Semakin kasar tekstur tanah akan semakin rendah tekstur tanah, semakin tinggi bahan organik, akan semakin besar ruang pori dan porositasnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Hardjowigeno (2003) yang menyatakan bahwa porositas tanah dipengaruhi oleh kandungan bahan organik, struktur tanah dan tekstur tanah. Tanah-tanah dengan struktur granuler atau remah, mempunyai porositas yang lebih tinggi daripada tanah-tanah dengan struktur massive (pejal). Tanah dengan tekstur pasir banyak mempunyai pori-pori makro sehingga sulit menahan air.

4.6.Kemasaman TanahTabel 4. Hasil Pengamatan Kemasaman Tanah

PerlakuanpH Tanah

H2O7

KCl6

Sumber : Data Praktikum Primer Ilmu Tanah, 2015.Berdasarkan hasil pengamatan dari praktikum kemasaman tanah didapatkan bahwa pH pada tanah biasa dengan perlakuan ditambah larutan H2O dihasilkan warna coklat muda dan memiliki pH tanah bernilai 7, sedangkan larutan KCl dihasilkan warna coklat muda dan memiliki pH tanah bernilai 6. Penggunaan zat pelarut yang berbeda sebagai pemisah unsur H+ dengan KCl memisahkan H+ lebih tinggi dibandingkan H2O, sehingga ditemukan unsur KCl dapat menghasilkan hasil pH lebih masam dibandingkan H2O. Tanah yang memiliki pH lebih dari 7 mengindikasi bahwa pH tanah basa, sedangkan pH kurang dari 7 mengindikasi bahwa pH tanah asam. Hal ini sesuai dengan pendapat Poerwowidodo (1991) yang menyatakan bahwa pengukuran pH dengan larutan pengekstrak KCl akan memberikan nilai lebih rendah 0,5-1,5 satuan pH dibanding dengan pelarut air. Tanah yang diberi pelarut KCl lebih bersifat agak asam dibandingkan dengan tanah yang diberi pelarut air. Foth (1995) menambahkan bahwa pH 6,5-7,5 mengindikasikan bahwa pH tanah netral, pH 5,5-6,5 mengindikasikan bahwa pH tanah agak asam, pH 7,5-8,5 mengindikasikan bahwa pH tanah agak basa. Keasaman tanah tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan seperti curah hujan, jumlah bahan organik, jenis tanah itu sendiri. Hal ini sesuai dengan pendapat Hanafiah (2007) yang menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi pH tanah adalah unsur-unsur yang terkandung dalam tanah, konsentrasi ion H+ dan ion OH-, mineral tanah, air hujan dan bahan induk, selain itu bahan organik dan tekstur.

4.7.Bahan Organik TanahBerdasarkan hasil pengamatan dari praktikum bahan organik diketahui bahwa kandungan bahan organik dari sampel tanah biasa adalah 1,7%, diperoleh dari perhitungan berat tanah sebelum di tanur dikurangi berat sesudah ditanur lalu di bagi berat tanah sebelum di tanur. Bahan organik memegang peranan penting untuk membentuk struktur tanah, penahan gerakan air, sumber unsur-unsur hara, dan sumber energi hidup di dalam tanah. Bahan organik berasal dari perombakan sisa-sisa tanaman dan penyusunan beberapa mikroorganisme tanah. Bahan organik dalam tanah mencerminkan kualitas tanah. Semakin tinggi kandungan bahan organik, akan semakin tinggi tingkat kesuburan tanah. Hal ini sesuai dengan pendapat Madjid (2009) yang menyatakan bahwa bahan organik tanah merupakan penimbunan, terdiri dari sebagian sisa dan sebagian pembentukan baru dari sisa tumbuhan dan hewan. Bahan ini adalah sisa yang tidak statis dan mengalami serangan jasad-jasad renik tanah. Karena itu bahan ini merupakan bahan transisi tanah dan harus terus menerus diperbaharui dengan penambahan sisa-sisa tumbuhan tingkat tinggi. Slamet (2008) menambahkan bahwa kandungan bahan organik dalam tanah mencerminkan kualitas tanah yang langsung maupun tidak langsung berpengaruh pada indikator fisik, kimia dan biologis dari kualitas tanah tersebut. Meskipun kandungan bahan organik kebanyakan tanah hanya berkisar 2-10%, perannya sangat penting. Bahan organik di wilayah tropika berperan menyediakan unsur hara N,P,S yang dilepaskan secara lambat, meingkatkan kapasitas tukar kation tanah masam, menurunkan fiksasi P, membantu memantapkan agregat tanah, serta memodifikasi retensi tanah dan membentuk komplek dengan unsur mikro.

4.8.Kadar Karbon TanahBerdasarkan hasil pengamatan dari praktikum kadar karbon tanah diketahui bahwa sampel tanah memiliki kadar karbon sebesar 1,3335472%. Kadar karbon dipengaruhi oleh kegiatan organisme yang ada pada tanah. Semakin banyak kadar karbon dalam tanah, menunjukkan semakin suburnya tanah. Kadar karbon yang cukup dapat membuat pertumbuhan tanaman berjalan secara optimal. Hal ini sesuai dengan pendapat Rosmarkam (2002) yang menyatakan bahwa tanaman mengambil unsur karbon berupa CO2 dari udara bebas dan dari dalam tanah. Kegiatan ini dilakukan oleh organ tanaman yang memiliki klorofil, umumnya bagian tanaman yang berwarna hijau dan terdapat di atas tanah. Sumber utama CO2 di alam berasal dari dekomposisi bahan organik berupa sisa tanaman ataupun hewan dan dari respirasi invertebrata, bakeri, serta fungi. Foth (1995) menambahkan bahwa kandungan karbon dalam tanah merupakan salah satu pengukur kesuburan tanah. Siklus bahan organik dalam tanah jaringan tanaman dirubah menjadi jaringan jasad mikro dan humus melalui proses perombakan yang kemudian membentuk karbon (C). Mineralisasi humus, CO2 dilepaskan kembali ke udara dan diserap oleh tumbuhan hidup, dan melalui fotosintesa sekali lagi C dirubah ke dalam jaringan tumbuhan.

4.9.Kadar Nitrogen TanahBerdasarkan hasil praktikum yang diperoleh kadar N total pada tanah sampel yang diambil adalah 0,1432794%. Hasil praktikum menunjukkan kadar nitrogen tanah termasuk dalam kriteria rendah, karena kadar nitrogen kurang dari 0,21%. Sesuai dengan pendapat Hardjowigeno (1995) yang menyatakan bahwa kadar nitrogen normal dalam tanah berkisar antara 0,21% - 0,50%. Penetapan kadar Nitrogen dapat diperoleh melalui cara destilasi. Sesuai dengan pendapat Madjid (2009) yang menyatakan bahwa kadar amonium dalam ekstrak dapat ditetapkan dengan cara destilasi atau spektrofotometer, dimana kadar nitrogen dipengaruhi oleh mikroorganisme. Kadar N dalam tanah ditentukan oleh bahan organik yang terkandung dalam tanah tersebut, karena bahan organik merupakan sumber terbentuknya bahan N yang utama. Apabila bahan organiknya tinggi maka nilai N-Total juga tinggi, begitu pula sebaliknya. Hal ini sesuai dengan pendapat Rosmarkam (2002) yang menyatakan bahwa nitogen (N) merupakan hara makro utama yang sangat penting untuk pertumbuhan tanaman. Tanah memiliki kadar nitogen sangat bervariasi, tergantung pada pengolahan dan penggunaan tanah tersebut. Semakin banyak kandungan nitrogen dalam tanah, semakin banyak bahan organik yang ada dalam tanah. Foth (1995) menambahkan bahwa peningkatan penyediaan nitrogen tanah untuk tanaman diakibatkan oleh meningkatnya jumlah pengikatan nitrogen secara biologis atau penambahan pupuk nitrogen.

4.10.Kadar Unsur Hara Fosfor Sebagai P2O5Berdasarkan hasil pengamatan dari praktikum kadar unsur hara fosfor diketahui bahwa sampel tanah memiliki kadar unsur hara fosfor sebesar 0,74%. Hasil ini tergolong kadar yang rendah dalam tanah, karena bernilai kurang dari 1,6%. Fosfor bagi tanaman berfungsi untuk merangsang pertumbuhan akar tanaman. Mikroorganisme memiliki peran penting dalam terciptanya fosfor. Senyawa P organik diubah dan dimeneralisasi menjadi senyawa organik. Sifat unsur P sebagai bahan organik maka unsur ini memiliki peranan yang sangat essensial dalam kesuburan tanah dimana asupan nutrisi dari bahan organik sangat membantu menaikkan kadar unsur hara tanah dan kesuburan. Hal ini sesuai dengan pendapat Rosmarkam (2002) yang menyatakan bahwa fosfor merupakan unsur yang diperlukan dalam jumlah besar (hara makro). Kriteria kadar fosfor dalam tanah yang normal antara 1,7% - 24%. Fosfor merupakan senyawa penyusun jaringan tanaman seperti : asam nukleat, fosfo-lipida, dan fitin. Fosfor yang diserap tanaman dalam bentuk ion anorganik cepat berubah menjadi senyawa fosfor organik. Fosfor ini mobil atau bergerak antara jaringan tanaman. Setiawan (1998) menambahkan bahwa unsur fosfor (P) bagi tanaman lebih banyak berfungsi untuk merangsang pertumbuhan akar, khususnya akar tanaman muda. Berbagai jenis protein tertentu memerlukan unsur fosfor sebagai bahan mentahnya. Fosfor juga berfungsi untuk membantu asimilasi dan pernafasan, sekaligus mempercepat pembuangan, pemasakan biji dan buah.

4.11.Kadar Unsur Hara Kalium Sebagai K2OBerdasarkan hasil pengamatan dari praktikum kadar unsur hara kalium diketahui bahwa sampel tanah memiliki kadar unsur hara kalium sebesar 0,0026%. Hasil penganalisa unsur K, tergolong mengandung kadar yang rendah dalam tanah, dimana K yang normal sesuai kriteria hara tanah besarnya 0,4%-0,7%. Tanah yang dianalisis dapat dikatakan kekurangan unsur hara K. Kalium adalah salah satu golongan unsur makro yang menetukan kesuburan tanah dan tanaman dan juga dalam produksi tanaman. Hal ini sesuai dengan pendapat Hardjowegono (1995) yang menyatakan bahwa Kadar unsur hara kalium pada tanah normalnya ialah 0,4% - 0,7%. Foth (1995) menambahkan bahwa unsur hara kalium termasuk dalam unsur hara makro terpenting untuk menentukan kesuburan tanah dan pertumbuhan tanaman. Beberapa tanah mempunyai kalium tersedia yang berlimpah, dan tanaman ditumbuhkan pada tanah tersebut tidak menanggapi pemupukan kalium. Pada dasarnya kalium dalam tanah ditemukan dalam mineral-mineral yang terlapuk dan melepaskan ion-ion kalium. Ion-ion diadsorbsi pada kation tertukar dan cepat tersedia untuk diserap tanaman.

4.12.Respirasi MikrobaTabel 4. Hasil Perhitungan Respirasi Mikroba

PengamatanHasil

mgrek

Tanah subur8,888

Tanah gersang13,59

Sumber : Data Praktikum Primer Ilmu Tanah, 2015.Berdasarkan hasil pengamatan terdapat mikroba yang hidup dialam tanah yang diuji dikarenakan terdapat tingat aktivitas mikroba yang ditunjukkan oleh aktivitas respirasi mikroba. Sampel tanah yang dianggap subur nilai respirasi mikrobanya adalah 8,888 mgrek. Sampel tanah yang dianggap tidak subur nilai respirasi mikrobanya adalah 13,59 mgrek. Hal ini menunjukkan bahwa sampel tanah yang dianggap tidak subur, ternyata lebih subur dari sampel tanah yang dianggap subur. Kesuburan tanah bisa kita nilai dengan banyaknya mikroba yang ada dalam tanah, semakin banyak mikroba tanah, akan meningkatkan kesuburan tanah. Mikroba bisa dilihat dengan mengukur kandungan CO2 yang ada dalam tanah. Hal ini sesuai dengan pendapat Hardjowigeno (2003) yang menyatakan bahwa respirasi tanah merupakan suatu proses yang terjadi karena adanya kehidupan mikroba yang melakukan aktifitas hidup dan berkembang biak dalam tanah. Respirasi mikroorganisme mencerminkan tingkat aktivitas mikroorganisme tanah. Mikroba dalam setiap aktifitasnya membutuhkan O2 atau mengeluarkan CO2 yang dijadikan dasar untuk pengukuran respirasi tanah. Nurhidayati (2006) menambahkan bahwa Tanah yang dikatakan subur apabila kandungan dan keragaman biologi yang tinggi. Pengukuran respirasi telah mempunyai korelasi yang baik dengan parameter lain yang berkaitan dengan aktivitas mikroorganisme tanah seperti bahan organik tanah, transformasi N, hasil antara, pH dan ratarata jumlah mikroorganisme.

BAB VSIMPULAN DAN SARAN5.1. SimpulanBerdasarkan hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa tanah terdiri dari beberapa horizon-horizon yaitu O, A, B, C dan D. Sampel tanah yang diteliti memiliki tingkat kesuburan yang rendah. Karena kualitas tanah dalam hal kemampuannya untuk menyediakan unsur hara masih rendah. Faktor yang mempengaruhi kesuburan tanah, yaitu mulai dari kerapatan volume partikel tanah, penyimpanan mineral dan unsur hara makro mikro. Unsur makro dalam sampel tanah yang diteliti meliputi N,P,K dan C, masih dalam kriteria rendah, karena masih dibawah jumlah kadar yang normal bagi tanah. Banyak sedikitnya unsur makro dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya adalah pH tanah dan bahan organik yang terkandung dalam tanah.

5.2. SaranUntuk meningkatkan kesuburan tanah, sebaiknya tanah diberikan pupuk kandang dengan teratur supaya kesuburan tanah meningkat, karena dalam pupuk kandang selain mengandung unsur hara yang dibutuhkan oleh tanah namun juga mengandung bahan organik yang mampu menyuburkan tanah. Jika perlu, bisa menanami tanah dengan tanaman yang dapat menghasilkan unsur hara tambahan bagi tanah.DAFTAR PUSTAKABale, A. 2001. Ilmu Tanah I . Yogyakarta : Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada. Foth, H.D. 1995. Dasar-Dasar Imu Tanah Edisi 7. Yogyakarta : Gadjah Mada University.Hakim. 2007. DasarDasar Ilmu Tanah. Lampung : Universitas Lampung.Hanafiah, K.A. 2005. DasarDasar Ilmu Tanah. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.Hanafiah, K. 2007. Dasar Dasar Ilmu Tanah. Jakarta : Rajawali Pers.Hardjowigeno, S. 1995. Ilmu tanah. Jakarta : Akademika Pressindo.Hardjowigeno, S. 2003. Ilmu tanah. Jakarta : Akademika Pressindo.Mustafa. 2012. Buku Ajar Dasar Dasar Ilmu Tanah. Bogor : Cakrawala Press.Madjid, A. 2009. Dasar Dasar Ilmu Tanah. Yogyakarta : Bahan Kuliah Online Fakultas Pertanian.Nurhidayati. 2006. Bahan Ajar Dasar Dasar Ilmu Tanah. Malang : Fakultas Pertanian Unisma.

Poerwowidodo. 1991. Ganesa Tanah Jilid 2. Jakarta : Rajawali Pers.Rosmarkam, Afandhie, Nasih, W.Y. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Yogyakarta : Kanisius.

Soetjipto. 2002. DasarDasar Ilmu Irigasi. Jakarta : Erlangga.

Supriyadi, Slamet. 2008. Kandungan Bahan Organik Sebagai Dasar Pengolahan Tanah Di Lahan Kering Madura. Jurusan Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian Unijoyo, Madura : 5 (2) 1-2.

Tan, K.H. 1991.DasarDasar Kimia Tanah. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

LAMPIRANLampiran 1. Foto Profil TanahKeterangan :

Horizon O

Horizon A

Horizon B

Horizon C

Horizon D

Lokasi : Bendungan UndipKeterangan :Horizon O:lapisan yang mengandung humus dan ditumbuhi tanaman. Horizon A : lapisan tanah yang sudah mengalami pencucian. Horizon B : lapisan tanah yang mengalami proses penimpunan. Horizon C : lapisan yang terdiri dari batuan dasar yang mengalami pelapukan. Horizon D : lapisan yang terdiri dari batuan induk yang belum mengalami pelapukan.

Lampiran 2. Konsistensi TanahKonsistensi KeringSampel TanahCiriNilaiHasil

Tanah BiasaGumpalan akan hancur apabila diberi tekanan pada saat meremasnya2Agak keras

Tanah AgregatDiperlukan tekana yang lebih kuat lagi dikarenakan sulit unutk hancur4Sangat keras

Konsistensi LembabSampel TanahCiriNilaiHasil

Tanah BiasaGumpalan tidak hancur meskipun ditekan berkali-kali dan bahkan diperlukan alat bantu untuk menghancurkannya5Luar biasa kokoh

Tanah AgregatDiperlukan tekanan berkali-kali saat meremas agar tanah hancur4Sangat kokoh

Konsistensi BasahSampel TanahCiriNilaiHasil

Tanah BiasaSangat melekat pada jari tangan dan benda lain3Sangat lekat

Tanah AgregatSedikit melekat pada jari tangan maupun benda lain1Sedikit melekat

Lampiran 2. (lanjutan)PlastisitasSampel TanahCiriNilaiHasil

Tanah BiasaDapat membentuk gulungan tanah lebih dari 1 cm2Plastis

Tanah AgregatTidak dapat membentuk gulungan tanah0Tidak plastis

Lampiran 3. Perhitungan Kadar Air TanahKadar Air TanahSampelCawanCawan + tanahSetelah di oven

.gram.....

Tanah biasa21,734626,724126,2727

Tanah agregat18,6622923,667223,1869

KA tanah biasa= = = 1,7181%KA tanah agregat = == 2,07%

Lampiran 4. Perhitungan Kerapatan Partikel Tanah dan Kerapatan Massa Tanah

Kerapatan Partikel TanahNoPembahasanHasil

1.2.3.4.5.6.7.8.Berat piknometer + tutup Berat piknometer + airSuhu air dalam piknometerBerat jenis airBerat tabung reaksi + tanahBerat tabung reaksi +tanah + airSuhu air dalam tabung reaksi (2)Berat jenis air (2)18,7205 gram 32,5383 gram29o C1000 gram/cm320,7121 gram33,7324 gram 29o C1000gram/cm3

Tabung reaksi (a)BJ 1 (air) = 1Tabung reaksi+air (b)BJ 2 (air+tanah) = 1Tabung reaksi+tanah (c)Tabung reaksi+tanah+air (d)Berat kering tanah mutlak= c a x = (20,7121 18,7205) x = 1,9512Volume butir tanah = - = - = 0,7975BJ tanah = = = 2,4466Lampiran 4. (lanjutan)Kerapatan Massa TanahNOPengamatanHasil

1.2.3.4.5.Berat bongkah tanahBerat bongkah tanah + lilinVolume air gelas ukurVolume air + bongkah tanahBerat jenis lilin10,5 gram11,5 gram50 ml56 ml1 ml

Berat kering tanah mutlak = x a = x 10,5 = 10,3226466V= (56-50) - BV= x 2,128= 4,8506 mlPorositas= (1- ) x 100%= ( 1 - ) x 100% = 13,022%

Lampiran 5. Perhitungan Bahan organikBahan OrganikPengamatanHasil

gram..

Berat sebelum ditanur2,17286

Berat sesudah ditanur2,13574

Kadar BO = Kadar BO = = 1,7 %

Lampiran 6. Perhitungan Kadar Karbon Konsentrasi C = 643,996 () 1,715 = 74,92= ABS sampel% (C) = x x 100%= (74,92) x = 1,335472%

Lampiran 7. Perhitungan Kadar Nitrogen Diketahui : v blanko = 0,12 mlKonsentrasi HCL = 0,1 NAr N = 14,008N = x 100%= x 100% = 0,1432794%

Lampiran 8. Perhitungan Kadar Fosfor Sebagai P2O5[ larutan]= = = 1,85% P2O5= = = 0,74%

Lampiran 9. Perhitungan Kadar Kalium Sebagai K2OK2O= = = 0,0026%

Lampiran 10. Perhitungan Respirasi MikrobaTanah subur :HCL titrasi= 15,96 ml (a)0,1 HCL= 0,1 x (a)= 0,1 x 15,96= 1,596 ml (b)NaOH mula-mula= 0,4 x 5 ml = 2 mlNaOH yang bereaksi dengan CO2= 2 b = 2 1,596 = 0,404 ml (c)CO2 yang diikat NaOH= x c= x 0,404 = 0,202 ml (d)5 ml = d x 44= 0,202 x 44 = 8,888

Tanah gersang :HCL titrasi= 13,82 ml (a)0,1 HCL= 0,1 x (a)= 0,1 x 13,82= 1,382 ml (b)NaOH mula-mula= 0,4 x 5 ml = 2 mlNaOH yang bereaksi dengan CO2= 2 b = 2 1,382 = 0,618 ml (c)

Lampiran 10. (lanjutan)CO2 yang diikat NaOH= x c= x 0,618 = 0,309 ml (d)5 ml = d x 44= 0,309 x 44 = 13,59