laporan hasil praktikum urin

28
LAPORAN HASIL PRAKTIKUM BIOLOGI UJI KANDUNGAN URIN DISUSUN OLEH : 1. ABY MUSHAFFA R. 2. ENY INDRIANI 3. FITRI FEBRIYANI 4. HERYAN PUTRI H 5. ONE ARI AGUSTIN

Upload: oneagustin

Post on 26-Dec-2015

127 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

Laporan tentang hasil praktiku urin

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Hasil Praktikum Urin

LAPORAN HASIL PRAKTIKUM BIOLOGIUJI KANDUNGAN URIN

DISUSUN OLEH :

1. ABY MUSHAFFA R.2. ENY INDRIANI3. FITRI FEBRIYANI4. HERYAN PUTRI H5. ONE ARI AGUSTIN

Page 2: Laporan Hasil Praktikum Urin

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan YME yang telah memberikan kami

kesempatan untuk menyelesaikan laporan hasi uji kandungan urin ini . terima kasih juga

kepada teman-teman, guru biologi kami serta semua pihak yang telah membantu kami

menyelesaikan laporan ini.

Sehubungan dengan materi kami, yaitu Sistem Ekskresi, kami menulis laporan hasil

praktikum ini untuk memberi penjelasan kepada pembaca tentang kandungan urin yang

terdapat dalam manusia . Di dalam laporan hasil praktikum ini dijelaskan tentang beberapa

hal diantaranya latar belakang dilakukannya praktikum ini, tujuan dari praktikum, teori yang

mendasari praktikum, hasil praktikum beserta pembahasan, pembahasan pertanyaan,

kesimpulan dan saran.

Semoga dengan adanya laporan hasil praktikum ini dapat membantu pembaca untuk

mengetahui dan menjelaskan kandungan urin pada manusia serta dapat membantu

memecahkan masalah yang berkaitan dengan sistem ekskresi manusia. Kritik dan saran

diharapkan untuk perbaikan laporan ini secara berkesinambungan.

Balikpapan, April 2014

1 | P a g e

Page 3: Laporan Hasil Praktikum Urin

DAFTAR ISI

Kata pengantar .............................................................................................................. 1

Daftar isi ....................................................................................................................... 2

Bab I Pendahuluan ....................................................................................................... 3

A. Latar Belakang ................................................................................................. 3

B. Tujuan ............................................................................................................... 3

C. Dasar Teori ....................................................................................................... 4

Bab I Metodologi Percobaan ........................................................................................ 8

A. Alat dan Bahan .................................................................................................. 8

B. Cara Kerja .......................................................................................................... 8

Bab III Hasil dan Pembahasan ...................................................................................... 9

A. Hasil ................................................................................................................... 9

B. Pembahasan ....................................................................................................... 10

C. Jawaban Pertanyaan ........................................................................................... 12

Bab IV Penutup .............................................................................................................. 14

A. Kesimpulan ........................................................................................................ 14

B. Saran .................................................................................................................. 14

Daftar Pustaka ............................................................................................................... 15

Lampiran ....................................................................................................................... 16

2 | P a g e

Page 4: Laporan Hasil Praktikum Urin

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Setiap hari tubuh kita menghasilkan kotoran dan zat-zat sisa dari berbagai

proses tubuh. Agar tubuh kita tetap sehat dan terbebas dari penyakit, maka kotoran

dan zat-zat sisa dalam tubuh kita harus dibuang melalui alat-alat ekskresi. Sistem

eksresi adalah proses pengeluaran zat-zat sisa hasil metabolisme yang

sudah tidak digunakan lagi oleh tubuh.. Alat-alat ekskresi manusia berupa ginjal,

kulit, hati, paru-paru dan colon.

Pada uji praktikum kali ini kita lebih khusus membahas tentang alat ekskresi

pada ginjal dimana yang dihasilkan ginjal adalah urin. Urin atau air seni atau air

kencing adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang kemudian akan

dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Eksreksi urin diperlukan untuk

membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan untuk

menjaga homeostasis cairan tubuh. Dalam mempertahankan homeostasis tubuh

peranan urin sangat penting, karena sebagian pembuangan cairan oleh tubuh adalah

melalui sekresi urin.

Dalam praktikum uji urin ini, kami dapat mengetahui kandungan yang ada

dalam urin. Begitu pula dapat mengetahui zat-zat yang seharusnya tidak terkandung

dalam urin. Apabila zat yang seharusnya tidak terkandung dalam urin itu ada maka

kita dapat mengetahui secara lebih cepat.

B. RUMUSAN MASALAH

Apa saja kandungan dalam urin manusia ?

C. TUJUAN PENELITIAN

Mengetahui nilai pH, kandungan amonia, klorida, proteinda glukosa dalam urin.

D. MANFAAT PENELITIAN

Dapat diketahui nilai pH, kandungan amonia, klorida, proteinda glukosa dalam urin.

3 | P a g e

Page 5: Laporan Hasil Praktikum Urin

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Struktur Ginjal

Ginjal terdiri atas dua lapisan, yaitu lapisan luar (korteks) yang

mengandung jutaan alat penyaring (nefron). Setiap nefron terdiri atas

badan malpighi (renal cospuscle), tubulus kontortus proksimal, bagian

tebal dan bagian tipis lengkung henle, tubulus kontortus distal.

Badan malpighi terdiri atas berkas kapiler yang disebut glumerulus

yang dikelilingi kapsul Bowman. Lembaran dalam yang menutupi kapiler

glomerulus dinamakan lapisan viseral, lembaran luar membentuk batas

luar tebal malpighi disebut lapissan parietal kapsula Bowmann yang

dilapisi sel epitel pipih. Antara dua lapisan terdapat ruang kapsula yang

menerima filtrat. Setiap badan malpighi mempunyai kutub vaskuler

tempat arteri aferen masuk dan arteri eferen keluar meninggalkan

glomerulus, dan kutub urinarius, tempat tubulus proksimalis dimulai.

Lapisan parietal yang berdinding selapis sel epitel pipih begitu sampai di

kutub urinaria epitel berubah menjadi epitel kubus. Lapisan viseral

mengalami modivikasi selama perkembangan embrional. Sel-sel lapisan

internal dinamakan podosid, mempunyai badan sel dimana muncul

beberapa tonjolan primer. Setiap tonjolan primer mempunyai banyak

tonjolan sekunder yang menutupi kapiler glomerulus. Tonjolan sekunder

ini saling bertautan, membatasi ruang yang membentuk celah filtrasi.

Antara sel-sel endotel kapiler dan podosid yang berlubang-lubang

merupakan lapisan basalis. Membran ini merupakan struktur struktur

kontinyu yang memisahkan darah kapiler dari ruang kapsular. Di samping

sel endotel dan podosid, kapiler glomerulus mempunyai sel mesangial.

4 | P a g e

Page 6: Laporan Hasil Praktikum Urin

Sel mesangial ini bersifat kontraktil dan memainkan peranan dalam

regulasi filtrasi glumerulus, juga mensekresi berbagai senyawa,

mengambil kompleks imun dan terlibat dalam produksi penyakit

glomerulus, juga bekerja sebagai makrofag dan berperan membersihkan

lamina basalis dari zat-zat tertentu yang tertimbun dalam matrik selama

filtrasi.

Tubulus kontortus proksimal manusia panjangnya + 15mm,

dengan diameter 55µm. Dindingnya dibentuk oleh selapis sel tunggal

kuboid yang saling menjalin satu dengan yang lain dan disatukan oleh

tautan kedap apikal. Pada apeks sel yang menghadap ke lumen tubulus

terdapat banyak mikrovili yang panjangnya 1µm , bentukan ini

dinamakan brush border (batas sikat) yang berfungsi membantu absorpsi

zat-zat (peptida, glukosa) yang keluar dari darah selama filtrasi.

Tubulus proksimal berakhir dengan segmen tipis pars desenden

lengkung henle yang mempunyai epitel sel pipih yang tipis. Segmen tipis

ini berakhir dalam segmen tebal pars asenden yang sel-selnya berbentuk

kuboid yang banyak mengandung mitokondria. Pars asenden tebal

lengkung henle mencapai glomerulus dan tubulus berdekatan dengan

arteriol aferen dan eferen, dimana dinding arteriol aferen mengandung sel

jukstaglomerulus (penskresi renin). Pada titik ini epitel tubulus

dimodifikasi membentuk makula densa. Sel jukstaglomerulus, makula

densa dan sel lapis bergrandula bersama-sama dikenal sebagai aparatus

jukstaglomerulus.

Tubulus kontortus distal, epitel kuboidnya lebih rendah daripada

tubulus proksimal, mempunyai mikrovili sedikit. Tubulus distal bersatu

membentuk tubulus koligen yang berjalan melewati korteks dan medula

renalis yang akan bermuara di pelvis renalis pada apeks piramid medula.

5 | P a g e

Page 7: Laporan Hasil Praktikum Urin

B. PROSES PEMBENTUKAN URIN

1. Filtrasi (penyaringan)

Proses filtrasi terjadi di kapsul Bowman dan glomerulus. Dinding

luar kapsul Bowman tersusun dari satu lapis sel epitel pipih. Antara

dinding luar dan dinding dalam terdapat ruang kapsul yang berhubungan

dengan lumen tubulus kontortus proksimal. Dinding dalam kapsul

Bowman tersusun dari sel-sel khusus (prodosit).

Proses filtrasi terjadi karena adanya perbedaan tekanan hidrostatik

(tekanan darah) dan tekanan onkotik (tekanan osmotik plasma), dimulai

ketika darah masuk ke glomerulus, tekanan darah menjadi tinggi sehingga

mendorong air dan komponen-komponen yang tidak dapat larut melewati

pori-pori endotelium kapiler, glomerulus, kemudian menuju membran

dasar, dan melewati lempeng filtrasi, lalu masuk ke dalam ruang kapsul

Bowman.

2. Reabsorpsi (penyerapan)

Proses reabsorpsi terjadi di tubulus kontortus proksimal, lengkung

henle, dan sebagian tubulus kontortus distal.reabsorpsi dilakukan oleh

sel-sel epitel di seluruh tubulus ginjal. Banyaknya zat yang direabsorpsi

tergantung kebutuhan tubuh saat itu. Zat-zat yang direabsorpsi adalah air,

glukosa, asam amino, ion-ion Na+, K+, Ca2+, Cl-, HCO3-, HbO42-, dan

sebagian urea.

Reabsorpsi terjadi secara transpor aktif dan transpor pasif.

Glukosa dan asam amino direabsorpsi secara transpor aktif di tubulus

proksimal. Reabsorpsi Na+, HCO3- dan H2O terjadi di tubulus kontortus

distal.

Proses reabsorpsi dimulai ketika urin primer (bersifat hipotonis dibanding

plasma darah) masuk ke tubulus kontortus proksimal. Kemudian terjadi

reabsorpsi glukosa dan 67% ion Na+, selain itu juga terjadi reabsorpsi air

dan ion Cl- secara pasif. Bersamaan dengan itu, filtrat menuju lengkung

6 | P a g e

Page 8: Laporan Hasil Praktikum Urin

henle. Filtrat ini telah berkurang volumenya dan bersifat isotonis

dibandingkan cairan pada jaringan di sekitar tubulus kontortus proksimal.

Pada lengkung henle terjadi sekresi aktif ion Cl- ke jaringan di sekitarnya.

Reabsorpsi dilanjutkan di tubulus kontortus distal. Pada tubulus ini terjadi

reabsopsi Na+ dan air di bawah kontrol ADH (hormon antidiuretik). Di

samping reabsorpsi, di tubulus ini juga terjadi sekresi H+, NH4+, urea,

kreatinin, dan obat-obatan yang ada pada urin.

Hasil reabsorpsi ini berupa urin skunder yang memiliki

kandungan air, garam, urea dan pigmen empedu yang berfungsi memberi

warna dan bau pada urin.

3. Augmentasi (pengumpulan)

Urin sekunder dari tubulus distal akan turun menuju tubulus

pengumpul. Pada tubulus pengumpul ini masih terjadi penyerapan ion

Na+, Cl-, dan urea sehingga terbentuklah urin sesungguhnya. Dari

tubulus pengumpul, urin dibawa ke pelvis renalis, urin mengalir melalui

ureter menuju vesika urinaria (kantong kemih) yang merupakan tempat

penimpanan sementara urin.

C. SIFAT – SIFAT URIN

Urine memiliki sifat-sifat sebagai berikut:

1. Volume urin normal orang dewasa 600 – 2500 ml/hari, ini

tergantung pada masukan air, suhu luar, makanan dan keadaan

mental/fisik individu. Produk akhir nitrogen dan kopi, teh, alkohol

menpunyai efek diuresis.

2. Berat jenis berkisar antara 1,003 – 1,030.

3. Reaksi urin biasanya asam dengan pH kurang dari 6 (bekisar 4,7-8).

Bila masukan protein tinggi, urin menjadi asam sebab fosfat dan

sulfat berlebihan dari hasil katabolisme protein. Keasaman

meningkat pada asidosis dan demam. Urin menjadi alkali karena

7 | P a g e

Page 9: Laporan Hasil Praktikum Urin

perubahan urea menjadi amonia dan kehilangan CO2 di udara. Urin

menjadi alkali pada alkaliosis seperti setelah banyak muntah.

4. Warna urin normal adalah kuning pucat atau ambar. Pigmen

utamanya urokrom, sedikit urolobin dan hematopofirin. Pada

keadaan demam, urin berwarna kuning tua atau kecoklatan, pada

penyakit hati pigmen empedu mewarnai urin menjadi hijau, coklat,

atau kuning tua. Darah (hemoglobin) memberi warna seperti asap

sampai merah pada urin. Urin sangat asam mengendapakan garam-

garam asam urat dengan warna dadu.

5. Urin segar beraroma sesuai dengan zat-zat yang dimakan.

D. UNSUR-UNSUR DALAM URIN

1. Unsur-unsur normal dalam urin.

a. Urea (25-30 gram) merupakan hasil akhir dari metabolisme

protein pada mamalia.

b. Amonia, pada keadaan normal terdapat sedikit dalam urin segar.

Pada penderita diabetes millitus, kandungan amonia dalam

urinnya sangat tinggi.

c. Kreatinin dan kreatin (kreatinin : produk pemecahan kreatin),

normalnya 20-26 mg/kg pada laki-laki, dan 14-22 mg/kg pada

perempuan.

d. Asam urat, adalah hasil akhir terpenting oksidasi purin dalam

tubuh. Asam urat sangat sukar larut dalam air, tetapi mengendap

membentuk garam-garam yang larut dengan alkali. Pengeluaran

asam urat meningkat pada penderita leukimia, penyakit hati

berat.

e. Asam amino: hanya sedikit dalam urin. Pada penderita penyakit

hati yang lanjut karena keracunan, maka jumlah asam amino

yang diekskresikan meningkat.

8 | P a g e

Page 10: Laporan Hasil Praktikum Urin

f. Klorida (terutama NaCl), pengeluarannya tergantung dari

masukan.

g. Sulfur, berasal dari protein yang mengandung sulfur pada

makanan.

h. Fosfat di urin adalah gabungan dari natrium dan kalium fosfat,

berasal dari makanan yang mengandung protein berikatan

denagn fosfat.

i. Oksalat dalam urin rendah. Pada penderita hiperoksaluria jumlah

oksalat relatif tinggi.

j. Mineral: Na, Ca, K, Mg ada sedikit dalam urin.

k. Vitamin, hormon dan enzim dalam urin sedikit.

2. Unsur abnormal dalam urin.

Protein: Proteinuria (albuminuria) yaitu adanya albumin dan

globulin dalam urin dengan konsentrasi abnormal. Proteinuria fisiologis

terdapat + 0.5% protein, ini dapat terjadi setelah latihan berat, setelah

makan banyak protein, atau sebagai akibat dari gangguan sementara pada

sirkulasi ginjal bila seseorang berdiri tegak. Kasus kehamilan disertai

Proteinuria sebesar 30-35%. Proteinuria patologis, disebabkan karena

adanya kelainan dari organ ginjal karena sakit. Misalnya nefrosklerosis

suatu bentuk vaskuler penyakit ginjal, dihubungkan dengan hipertensi

arterial. Proteinuria pada penyakit ini meningkat dengan makin beratnya

kerusakan ginjal. Proteinuria dapat juga terjadi karena keracunan tubulus

ginjal oleh logam-logam berat (raksa(Hg), arsen(As), bimut(Bi)).

Glukosa: glukosuria tidak tetap dapat ditemukan setelah stress

emosi (pertandingan atletik yang menegangkan), 15% kasus glikosuria

tidak karena diabetes. Galaktosuria dan laktosuria dapat terjadi pada ibu

selama kehamilan, laktasi maupun menyapih. Pentosuria terjadi

sementara sesudah makan makanan yang mengandung gula pentosa.

9 | P a g e

Page 11: Laporan Hasil Praktikum Urin

Benda-benda keton dapat terjadi pada saat kelaparan, diabetes,

kehamilan, anestesia eter. Terdapat bilirubin, dan adanya kandungan

darah karena kerusakan pada ginjal.

E. GANGGUAN PADA GINJAL

Beberapa kelainan dan gangguan fungsi ginjal adalah sebagai berikut.

1. Nefritis

Nefritis : kerusakan pada glumerulus akibat alergi racun kuman,

biasanya disebabkan oleh bakteri Steptococcus. Nefritis mengakibatkan

seseorang menderita Uremia dan oedema. Uremia: masuknya kembali

asam urin dan urea ke pembuluh darah. Oedema adalah penimbunan air

di kaki karena reabsorpsi air terganggu.

2. Batu ginjal

Batu ginjal terbentuk karena pengendapan garam kalsium di

dalam rongga ginjal, saluran ginjal, atau kantong kemih. Batu ginjal

berbentuk kristal yang tidak larut. Kandungan batu ginjal adalah kalsium

oksalat, asam urat, dan kristal kalsium fosfat. Endapan garam ini

terbentuk jika seseorang terlalu banyak mengonsumsi garam mineral dan

terlalu sedikit mengonsumsi air.

3. Albuminuria

Albuminuria adalah ditemukannya albumin pada urin. Adanya

albumin dalam urin merupakan indikasi adanya kerusakan pada membran

kapsul endotelium. Selain itu dapat juga disebabkan oleh iritasi sel-sel

ginjal karena masuknya substansi seperti racun bakteri, eter, atau logam

berat.

4. Glikosuria

Glikosuria adalah ditemukannya glukosa pada urin. Adanya

glukosa dalam urin menunjukkan adanya kerusakan pada tabung ginjal.

10 | P a g e

Page 12: Laporan Hasil Praktikum Urin

5. Hematuria

Hematuria adalah ditemukannya sel darah merah dalam urin.

Hematuria disebabkan peradangan pada organ urinaria atau iritasi akibat

gesekan pada batu ginjal.

6. Ketosis

Ketosis adalah ditemukannya senyawa keton di dalam darah. Hal

ini dapat terjadi pada orang yang melakukan diet karbohidrat.

7. Diabetes Militus

Diabetes militus adalah penyakit yang disebabkan pankreas tidak

menghasilkan atau hanya menghasilkan sedikit insulin. Insulis : hormon

yang mampu mengubah glukosa menjadi glikogen sehingga mengurangi

kadar gula dalam darah. Selain itu, Insulis juga membantu jaringan tubuh

menyerap glukosa sehingga dapat digunakan sebagai sumber energi.

Diabetes militus juga dapat terjadi jika sel-sel di hati, otot, dan lemak

memiliki respons rendah terhadap insulin. Kadar glukosa di urin

penderita diabetes militus sangat tinggi. Ini menyebabkan sering buang

air kecil, cepat haus dan lapar, serta menimbulkan masalah pada

metabolisme lemak dan protein.

8. Diabetes Insipidus

Diabetes Insipidus adalah penyakit yang menyebabkan penderita

mengeluarkan urin terlalu banyak. Penyebabnya adalah kekurangan

hormon ADH (dihasilkan oleh kelenjar hipofisis bagian belakang). Jika

kekurangan ADH, jumlah urin dapat naik 20-30 kali lipat dari keadaan

normal.

11 | P a g e

Page 13: Laporan Hasil Praktikum Urin

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. ALAT DAN BAHAN

1. Tabung reaksi

2. Rak tabung reaksi

3. Penjepit tabung

4. Pembakar spiritus

5. Korek api

6. Kertas indikator pH

7. Pipit tetes

8. Botol urin

9. Urin

10. Larutan AgNO3

11. Larutan biuret

12. Larutan benedict

B. CARA KERJA

1. Uji Ammonia

a. Memasukkan ± 1 cm3 urin ke dalam tabung reaksi dengan mneggunakan pipit

tetes.

b. Menjepit tabung reaksi dengan menggunakan penjepit tabung reaksi.

c. Memanasakan tabung reaksi yang berisi urin dengan menggunakan pembakar

spiritus dan mencium aroma yang dihasilkan oleh urin tersebut.

2. Uji pH Urin

a. Memasukkan urin ke dalam gelas kimia secukupnya

b. Memasukkan kertas indikator pH ke dalam urin.

c. Menunggu selama ± 5 menit.

d. Mencocokkan dengan daftar indikator untuk mengetahui pH urin.

12 | P a g e

Page 14: Laporan Hasil Praktikum Urin

3. Uji klorida

a. Memasukkan ± 1 cm3 urin ke dalam tabung reaksi dengan mneggunakan pipit

tetes.

b. Menambahkan larutan AgNO3 sebanyak ± 5 – 10 tetes.

c. Mengamati perubahan terjadi.

4. Uji protein

a. Memasukkan ± 1 cm3 urin ke dalam tabung reaksi dengan mneggunakan pipit

tetes.

b. Menambahkan larutan biuret sebanyak ± 5 – 10 tetes.

c. Mengamati perubahan terjadi.

5. Uji glukosa

a. Memasukkan ± 1 ml urin ke dalam tabung reaksi dengan mneggunakan pipit

tetes.

b. Menambahkan larutan benedict sebanyak ± 5 – 10 tetes.

c. Menjepit tabung reaksi dengan penjepit tabung.

d. Memanaskan tabung reaksi yang berisi urin dan larutan benedict dengan

pembakar spiritus.

e. Mengamati perubahan yang terjadi.

13 | P a g e

Page 15: Laporan Hasil Praktikum Urin

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL

Hasil dari praktikum di atas adalah sebagai berikut :

No. Nama Siswa pH BauPerubahan setelah ditambah

Benedict Biuret AgNO3

1. Aby Mushaffa 5-6Seperti

terbakar

Ada

endapan,

biru

kekuningan

Kuning

kehijauan

Tidak ada

endapan,

putih susu

2. Eny Indriani 5-6 Pesing

Tidak ada

endapan,

biru

keputihan

Hijau

kehitaman

Tidak ada

endapan,

putih susu

3. Fitri Febriyani 5-6Seperti

terbakar

Ada

endapan,

kuning

kehijauan

Kuning

kehijauan

Tidak ada

endapan,

putih susu

4. Heryan Putri 5-6Seperti

terbakar

Ada

endapan,

kuning

kehijauan

Kuning

kehijauan

Ada

endapan,

putih susu

5. One Ari 5-6Pesing dan

terbakar

Ada

endapan,

hijau lumut

Kuning

kehijauan

Ada

endapan,

putih susu

14 | P a g e

Page 16: Laporan Hasil Praktikum Urin

Daftar yang belom ?

1. pembahasan ?

pertanyaan :

1. Berdasarkan hasil uiji urin yang kalian lakukan, aoakah sampel

urin yang di ujitersebut normal ?

2. Mengapa setelah urin dipanaskan menghasilkan bau yang khas ?

apa yang mnyebabkan bau ersebut ?

3. Jelaskan proses pembentuka urin dan tempat terjadinya secara

singkat !

ada tambahan, 1. Kenapa warna urin setiap siswa berbeda . 2. Arti

dari setiap warna yg beda2 itu

2. Bab 5 kesimpulan dan saran

3. Daftar pustaka

4. lampiran

5. Daftar isinya di betulin yaa + kalo ada yang slah tolong di benerin

NIH ADA BAHAN

Ada 4 jenis kandungan yang telah di uji, yaitu uji amonia, uji klorida, uji protein dan

uji glukosa,

Yang pertama menguji bau amoniak dari hasil penguraian urea dalam urin. Yaitu

dengan memanaskan terlebih dahulu sampai mendidih kemudian diketahui bagaimana

baunya, ternyata setelah dilakukan uji, urin tersebut tidak berbau pesing, hal ini dikarenakan

billirubin dan billiverdin tidak bekerja terlalu keras,. Dan kita sering meminum air utih yang

banyak

15 | P a g e

Page 17: Laporan Hasil Praktikum Urin

Yang kedua yaitu menguji kandungan protein dalam urin, dengan menggunakan

larutan biuret 5 tetes dan membiarkan selama 5 menit, semula warna pada urin yaitu kuning

setelah di beri biuret dan di biarkan selama 5 menit ternyata perubahan warna yang terjadi

yaitu tetap kuning dan tidak terjadi endapan , berarti dapat diketahui bahwa urun tersebut

tidak mengandung protein.

Kemudia yang ketiga yaitu menguji kandungan glukosa dalam urin, dengan

menambahkan 5 tetes larutan benedict dan memanaskan hingga mendidih, warna mula mula

pada urin yaitu kuning dan setelah di panaskan warna urin berubah menjadi kuning

kehijauan, dan tidak terjadi endapan dalam urun tersebut, dari hal itu dapat diketahui bahwa

urin tersebut tidak mengandung glukosa

Dan uji yang terakhir yaitu menguji kandunga klorida dalam urin, dilakukan dengan

menambahkan 5 tetes larutan AgNO3 , kemudian melihat hasilnya, dan hasil yang diperoleh

yaitu bahwa warna urin berubah dari kuning menjadi putih, disebabkan karena urin tersebut

mengandung garam. Dan terjadi endapan, endapan itu adalah endapan garam.

Pembahasan

Pada umumnya urine berwarna kuning transparan. Untuk mengetahui pH urine menggunakan kertas indikator universal. Urine normal ber-pH asam sekitar 5-7. Urine memiliki bau khas (pesing) atau bau amoniak yang berasal dari urea. Bau urin dapat bervariasi karena kandungan asam organik yang mudah menguap. Dan bau urine setiap orang juga berbeda.Pengujian kandungan glukosa pada urine dengan menggunakan benedict dan dibakar. Apabila urine berubah warna menjadi merah maka mengandung glukosa.Pengujian kandungan protein pada urine dibantu dengan tetesan biuret. Jika urine berubah warna menjadi bening maka urine normal. Urine tidak

16 | P a g e

Page 18: Laporan Hasil Praktikum Urin

normal apabila urine berubah warna menjadi ungu maka urine mengandung protein.Pengujian kandungan klorida pada urine yaitu dengan ditetesi AgNO3.

Urine normal jika menghasilkan warna putih susu dan ada endapan. Artinya urine tersebut masih memiliki kandungan klor.

Pertanyaan

1. Berapakah pH dari urine dan apakah arti angka tersebut?Jawab :a. Adi Saputra Al Ikhsan : pH=6 artinya urine tersebut asam karena

Adi mengkonsumsi banyak protein.b. Ridzki Dira Putra : pH=5 artinya urine tersebut asam karena Ridzki

mengkonsumsi banyak protein.

2. Apa warna urine dalam tabung reaksi setelah diberi larutan Benedict dan dipanaskan? Apakah maksudnya?Jawab :a. Adi Saputra Al Ikhsan : Urine berwarna biru setelah ditetesi

benedict dan sebelum dibakar. Setelah dibakar, urine menjadi hijau muda. Maka pada urine tidak terdapat glukosa (kalaupun ada dengan presentase kecil).

b. Ridzki Dira Putra : Urine berwarna hijau muda setelah ditetesi benedict dan sebelum dibakar. Setelah dibakar, urine menjadi hijau tua. Maka pada urine tidak terdapat glukosa (kalaupun ada dengan presentase kecil).

3. Apa warna urine dalam tabung reaksi setelah ditambahkan larutan Biuret dan dipanaskan? Apa maksudnya?Jawab :a. Adi Saputra Al Ikhsan : Bening. Berarti urine masih berada pada

batas normal.b. Ridzki Dira Putra : Bening kekuningan. Berarti urine masih berada

pada batas normal.4. Bau apakah yang kalian rasakan saat urine dalam tabung reaksi

dipanaskan?Jawab : Bau pesing pada urine ber pH 6, dan bau sangat pesing pada pH 5.

5. Apakah perubahan yang terjadi pada urine saat ditambah larutan AgNO3 5%?Jawab :

17 | P a g e

Page 19: Laporan Hasil Praktikum Urin

a. Adi Saputra Al Ikhsan : Putih susu. Berarti urine masih mengandung klorida dan berada pada batas normal.

b. Ridzki Dira Putra : Putih keruh kekuningan. Berarti urine masih mengandung klorida dan berada pada batas normal.

18 | P a g e