laporan fix anfisman

Upload: dwi-anggun-putri

Post on 09-Oct-2015

89 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

RESPIRASI

LAPORAN PRAKTIKUM

Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Anatomi dan Fisiologi Manusia

Yang Dibina oleh Bapak Soewolo dan Ibu Nuning Wulandari

Oleh

Kelompok 4/Offering GDwi Anggun Putri Solikha120342422482

Manzilatul Rachmah120342422470

Suci Ayu Maharani120342410519

Tiara Dwi Nurmalita120342400172

Virginia Zapta Dewi120342422494

Yuslinda Annisa120342400166

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

JURUSAN BIOLOGI

Oktober 2014

TOPIK : RESPIRASI

TUJUAN

1. Menentukan volume tidal, volume cadangan ekspirasi, kapasitas vital, volume cadangan inspirasi

2. Mengetahui frekuensi pernapasan, faktor-faktor yang mempengaruhi irama pernapasan

3. Mendapatkan kandungan CO2 dalam udara ekspirasi

ALAT BAHAN

Alat :Bahan :

SpirometerAlkohol 70 %

Pipa TiupAquades

Kantung PlastikPhenolpthalen

Buret NaOH 0,1 M

Labu Erlenmayer 125 ml

Tutup labu erlenmayer

Statis

Pipa Kaca

PROSEDUR

1. Mengukur Volume Pernapasan

Menghirup udara inspirasi normal, kemudian menghembuskan sekuat mungkin pada spirometer, yang terbaca menunjukkan volume tidal dan volume cadangan ekspirasi. Dilakukan sebanyak tiga kali ulangan dan dihitung reratanya.

Menghembuskan udara dengan ekspirasi normal, kemudian menghembuskan lagi udara sekuat mungkin. Yang terbaca pada spirometer merupakan volume cadangan ekspirasi. Dilakukan sebanyak tiga kali ulangan dan dihitung reratanya

Mengurangi hasil langkah pertama terhadap lengkah kedua, hasilnya merupakan volume tidal

Setelah bernapas dalam-dalam menghembuskan sebanyak mungkin udara, hasil yang terbaca pada spirometer merupakan kapasitas vital. Dilakukan sebanyak tiga kali ulangan dan dihitung reratanya

Pengurangan hasil langkah pertama terhadap langkah keempat merupakan volume cadangan inspirasi

2. Irama Pernapasan

subyek duduk dantai, menghitung frekuensi pernapasannya dalam 1 menit

subyek bernapas cepat selama 1 menit, setelah itu bernapas normal selama 1 menit. Menghitung frekuensi pernapasan setelah bernapas normal per menit

subyek memegang kantong plastic sedemikian rupa sehingga mulut dan hidung berada dalam kantong. Subyek bernapas selama 2 menit. Kemudian bernapas normal di luar kantong plastik. Menghitung frekuansi pernapasan per menit setelah bernapas normal di luar kantong plastik

subyek lari di tempat 60 langkah, setelah itu duduk dikursi, dan dihitung frekuensi pernapasan per menitnya

mengulangi langkah pertama sampai empat setiap kali selesai melakukan kegiatan subyek menarik napas panjang, menutup hidung, menahan selama mungkin sampai subyek hasus bernapas lagi, dicatat waktunya

mengulangi langkah kelima, tetapi subyek menghembuskan napas panjang. Mencatat hasilnya3. Kandungan CO2 dalam Udara Ekspirasi

mengisi tabung Erlenmeyer dengan 100 ml aquades

menambah tiap labu 3-5 tetes phenoptalin dan kemudian 5 tetes 0.1 M NaOH, larutan menjadi berwarna merah delima, menutup rapat kedua labunya

memeasukkan pipa kaca pada salah satu labu, meniupkan udara pernapasan ke dalam labu melalui pipa kaca sampai warna merah hilang. Mencatat waktu yang diperlukan

subyek lari ditempat 60 langkah, menghembuskan udara ke dalam labu sampai warna hilang. Mencatat waktu yang diperlukan

melakukan titrasi dengan langkah sebagai berikut:

1. Mengisi buret dengan larutan 0.1 M NaOH, mencatat batas volume larutan

2. Meletakkan labu Erlenmeyer berisi larutan dibawah ujung bawah buret dengan member landasan kertas putih

3. Meneteskan larutan dalam buret ke dalam labu setetes demi setetes dengan perlahan-lahan, setiap tetes menggoyangkan labunya

4. Menetesi dan digoyangkan terus sambil denagan cermat mengamati bila terjadi perubahan warna dari tidak berwarna menjadi merah

5. Menghentikan penetesan bila sudah Nampak ada perubahan warna, mencatat angka batas volume pada buret

6. Titik ekivalensi ditentukan terletak pada pertengahan antara angka volume NaOH saat mulai Nampak terjadi perubahan warna dengan satu angka sebelumnya

7. Menghitung volume zat pentiter (NaOH) yang terpakai sehingga tercapai titik ekivalen tadi

8. Dengan pedoman 1 ml 0.1 M NaOH setara dengan 10 mol CO2DASAR TEORIPernapasan merupakan proses pertukaran gas yang berasal dari makhluk hidup yang berasal dari makhluk hidup dengan gas yang ada di lingkungannya. Sedangkan proses perombakan bahan makanan menggunakan oksigen sehingga diperoleh energi dan gas sisa pembakaran karbon dioksida (CO2) disebut respirasi. Proses respirasi yang menggunakan oksigen disebut juga respirasi. Proses respirasi yang menggunakan oksigen disebut juga respirasi aerob sedangkan respirasi yang tidak membutuhkan oksigen disebut respirasi anaerob (Rahmat, 2007: 189).

Menurut tempat terjadinya pertukaran gas maka pernapasan dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu pernapasan luar dan pernapasan dalam. Pernapasan luar adalah pertukaran udara yang terjadi antara udara dalam alveolus dengan darah dalam kapiler, sedangkan pernapasan dalam adalah pernapasan yang terjadi antara darah dalam kapiler dengan sel-sel tubuh (Yatim, 1990: 170). Peran sistem respirasi adalah untuk mengelola pertukaran oksigen dan karbondioksida antara udara dan darah. Untuk melakukan pertukaran gas, sistem kardiovaskular dan sistem respirasi harus bekerja sama. Sistem kardiovaskular bertanggung jawab untuk perfusi darah melalui paru-paru sedangkan sistem pernapasan melakukan dua fungsi terpisah yaitu ventilasi dan respirasi (Handoko, 2001: 30)

Volume udara pernapasan

Secara garis besar volume udara pernapasan dapat dibedakan menjadi 6 yaitu:

a.Volume tidal(tidal volume)Volume udara pernapasan (inspirasi) biasa, yang besarnya 500 cc atau 500 ml.

b.Volume cadangan inspirasi/ udara komplementerVolume udara yang masih dapat dimasukkan secara maksimal setelah bernafas (inspirasi) biasa, yang besarnya 1500 cc atau 1500 ml.

c.Volume cadangan ekspirasi/udara suplementerVolume udara yang masih dapat dikeluarkan secara maksimal setelah mengeluarkan nafas (ekspirasi) biasa, yang besarnya 1500 cc atau 1500 ml.

d.Volume sisa / residuVolume udara yang masih tersisa dalam paru-paru setelah mengeluarkan nafas (ekspirasi) maksimal, yang besarnya 1000 cc atau 1000 ml.

e.Kapasitas vital(vital cavasity)Volume udara yang dapat dikeluarkan semaksimal mungkin setelah melakukan inspirasi semaksimal mungkin juga, yang besarnya 3500 cc atau 3500 ml.

Jadi, kapasitas vital = V tidal + V cadangan inspirasi + V cadangan ekspirasi.

f.Volume total paru-paru(total lung volume)Volume udara yang dapat ditampung paru-paru semaksimal mungkin, yang besarnya 4500 cc atau 4500 ml. (Waluyo,2010:241)

Volume dan kapasitas seluruh paru pada wanita kira-kira 20 sampai 25 persen lebih kecil daripada pria dan lebih besar lagi pada orang yang atletis dan bertubuh besar daripada orang yang bertubuh kecil.(Guyton,2007:500)

Frekuensi pernapasanGerakan pernapasan diatur oleh pusat pengendali di otak, sedangkan aktifitas saraf pernapasan dirangsang oleh stimulus dari karbondioksida (CO2). Pada umumnya manusia mampu bernapas 15 18 kali tiap menitnya. Cepat atau lambatnya bernapas dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:

a.Faktor umur

Semakin bertambah usia seseorang, maka semakin rendah frekuensi pernapasannya.

b.Jenis kelamin

Laki-laki umumnya bernapas lebih pelan daripada perempuan ini dikarenakan volume paru-paru laki-laki lebih besar daripada perempuan. Namun kadar O2 yang dibutuhkan oleh laki-laki lebih besar daripada perempuan, itu karena pada umumnya liki-laki lebih banyak bergerak daripada perempuan.

c. Suhu tubuh

Hal ini berhubungan dengan proses metabolisme tubuh, semakin tinggi suhu tubuhnya semakin tinggi pula frekuensi pernapasannya.d. Posisi tubuh

Pada saat berdiri frekuensi pernapasan lebih besar, karena energi yang digunakan untuk menopang tubuh lebih banyak. Pada posisi duduk, frekuensi pernapasan lebih menurun, karena energi yang digunakan untuk menyangga tubuh merata oleh tubuh.

e. Kegiatan tubuh

Orang yang banyak melakukan kegiatan frekuensi pernapasannya akan meningkat karena akan lebih banyak memerlukan energi. Dibandingkan dengan orang yang melakukan sedikit kegiatan, jelas frekuensi pernapasannya akan lebih rendah karena lebih sedikit memerlukan energi. (Waluyo,2010:242)

Setelah bekerja berat seperti berlari atau olahraga, maka laju pernapasan akan lebih cepat. Pada saat menghembuskan nafas sejumlah CO2 dilepaskan. (Waluyo,1993:44)

DATA PRAKTIKUM RESPIRASI

1. Mengukur Volume Pernafasan

UlanganVol. tidal + vol. cadangan respirasiVol. cadangan respirasiVolume tidalKapasitas vitalVol. cadangan inspirasi

1220016006002800600

2200014006002800800

3230016007002700400

Rata-rata2166,671533,33633,332766,67600

2. Irama Pernafasan

NoPerlakuanFrekuensi pernafasan per menit

1Subyek duduk santai23 kali

2Subyek bernafas normal setelah bernafas cepat selama 1 menit24 kali

3Subyek bernafas normal setelah bernafas selama 2 menit di dalam kantong plastic17 kali

4Subyek duduk di kursi setelah lari di tempat sebanyak 60 langkah87 kali

PerlakuanWaktu tiap perlakuan

1234

Subyek menahan nafa dan menutup hidung setelah menarik nafas panjang1 menit 27 detik1 menit 25 detik1 menit 24 detik54,11 detik

Subyek menahan nafas setelah menghembuskan nafas panjang26,71 detik34,12 detik35,73 detik24,09 detik

3. Kandungan CO2 dalam udara ekspirasi

Labu ErlenmeyerWaktu sampai warna merah hilangBatas awal volume larutan Na OH 0,1 MTitik EkivalenVolume larutan NaOH 0,1 M yang terpakai Kandungan CO2 dalam udara Ekspirasi

A (Normal)36 detik1 ml1,750,75 ml7,5 mol

B (Subjek Berlari 60 langkah)28 detik4 ml4,60,6 ml6 mol

ANALISIS DATAMengukur Volume PernapasanBerdasarkan praktikum pengukuran volume pernapasan yang telah dilakukan dengan menggunakan respirometer untuk mengukur jumlah volume tidal dan volume cadangan ekspirasi dengan tiga kali ulangan didapatkan data 2200 mL ulangan pertama, 2000 mL ulangan kedua, 2300 mL ulangan ketiga, dan rerata adalah 2166,67 mL. Kemudian dilakukan pengukuran volume cadangan ekspirasi dengan subyek menghembuskan udara melalui ekspirasi normal, kemudian menghembuskan lagi udara sekuat mungkin dan dilakukan sebanyak tiga kali ulangan diperoleh data ulangan pertama 1600 mL, ulangan kedua 1400 mL, dan ulangan ketiga sebanyak 1600 mL, sehingga didapat rerata volume cadangan ekspirasi dari subyek yaitu sebesar 1533,33mL. Kemudian didapatkan data volume tidal yang mana merupakan selisih antara rerata jumlah volume tidal dan volume ekspirasi dengan rerata volume cadangan ekspirasi dari ketiga ulangan yang telah dilakukan diperoleh data ulangan pertama dan kedua sebanyak 600 mL dan ulangan ketiga sebanyak 700 mL, sehingga diperoleh hasil rataan sebesar 633,33mL Selanjutnya dilakukan pengukuran kapasitas vital dengan cara bernapas dalam-dalam kemudian menghembuskan sebanyak mungkin udara. Berdasarkan praktikum yang dilakukan diketahui ulangan pertama dan ulangan kedua sebesar 2800 mL dan ulangan ketiga sebesar 2700 mL, dan diperoleh nilai rerata kapasitas vital dari subyek sebesar 2766,67 mL. adapun untuk mengetahui volume cadangan inspirasi dapat diperoleh dari selisih antara jumlah volume tidal dan volume cadangan ekspirasi dengan jumlah volume kapasitas vital diperoleh data ulangan pertama 600 mL, ulangan kedua 800 mL, dan ulangan ketiga 400 mL, sehingga didapatkan rerata 600 mL untuk Volume cadangan inspirasi.Irama Pernapasan

Berdasarkan hasil pengamatan dan grafik yang telah dibuat, dapat diketahui bahwa pada saat subyek duduk santai, frekuensi pernafasannya adalah 23 kali per menit. Pada saat subyek bernapas normal setelah bernapas cepat selama 1 menit, frekuensi pernapasannya naik menjadi 24 kali per menit. Pada saat subyek bernapas normal setelah bernapas selama 2 menit di dalam kantong plastik, frekuensi pernapasan subyek turun menjadi 17 kali per menit. Pada saat subyek duduk di kursi dan bernapas setelah berlari di tempat sebanyak 60 langkah, frekuensi pernapasan meningkat tajam, hampir 4 kali dari frekuensi pada pernapasan normal, yaitu sebanyak 87 kali per menit. Berdasarkan hasil tersebut, dapat diketahui bahwa semakin berat kegiatan yang dilakukan, maka frekuensi pernapasan juga akan semakin meningkat. Hal tersebut juga dapat diketahui dari grafik yang kurvanya semakin meningkat, meskipun sempat ada penurunan pada saat subyek bernapas normal setelah bernapas selama 2 menit di dalam kantong plastik

Berdasarkan hasil pengamatan dan grafik yang telah, dapat diketahui bahwa pada kondisi subyek duduk santai, subyek dapat menahan napas dan menutup hidung setelah menarik napas panjang selama 87 detik. Pada saat kondisi subyek bernapas normal setelah bernapas cepat selama 1 menit, subyek dapat menahan napas dan menutup hidung setelah menarik napas panjang selama 85 detik. Pada saat kondisi subyek bernapas normal setelah bernapas selama 2 menit di dalam kantong plastik, subyek dapat menahan napas dan menutup hidung setelah menarik napas panjang selama 84 detik. Sedangkan pada saat kondisi Subyek duduk di kursi setelah lari di tempat sebanyak 60 langkah, subyek dapat menahan napas dan menutup hidung setelah menarik napas panjang selama 54,11 detik. Berdasarkan hasil analisis tersebut, dapat diketahui bahwa pada subyek, lama subyek dapat menahan napas setelah inspirasi untuk tiap-tiap perlakuan adalah hampir sama (87, 85, 84 detik), terkecuali pada saat dalam kondisi Subyek duduk di kursi setelah lari di tempat sebanyak 60 langkah, karena subyek hanya mampu menahan napas selama 54,11 detik.

Berdasarkan hasil analisis data dan grafik yang sudah dibuat, dapat diketahui bahwa pada kondisi subyek duduk santai, subyek dapat menahan napas dan menutup hidung setelah menghembuskan napas panjang selama 26,71 detik. Pada saat kondisi subyek bernapas normal setelah bernapas cepat selama 1 menit, subyek dapat menahan napas dan menutup hidung setelah menghembuskan napas panjang selama 34,12 detik. Pada saat kondisi subyek bernapas normal setelah bernapas selama 2 menit di dalam kantong plastik, subyek dapat menahan napas dan menutup hidung setelah menghembuskan napas panjang selama 35,73 detik. Sedangkan pada saat kondisi Subyek duduk di kursi setelah lari di tempat sebanyak 60 langkah, subyek dapat menahan napas dan menutup hidung setelah menghembuskan napas panjang selama 24,09 detik.

Berdasarkan hasil analisis data yang sudah dilakukan, dapat diketahui bahwa kemampuan subyek untuk menahan napas setelah melakukan inspirasi lebih lama dibandingkan ketika subyek menahan napas setelah melakukan ekspirasi.

Kandungan CO2 dalam Udara Respirasi

Pada praktikum pertama yaitu meniup larutan berwarna kemerahan yang berada di tabung elenmeyer yang sudah diberi larutan phenoptalin dan NaOH pada saat keadaan normal, hingga berwarna putih membutuhkan waktu sebanyak 36 detik. Selanjutnya dititrasi dengan larutan NaOH sampai warna larutan pada tabung elenmeyer kembali ke awal. Batas awal volume larutan NaOH 0,1 M berada pada angka 1 ml. Volume larutan NaOH 0,1 M yang terpakai sebanyak 0,75 ml dan titik ekivalennya 1,75. Untuk mencari kandungan CO2 dalam udara ekspirasi, banyaknya ml volume larutan NaOH 0,1 M yang terpakai dikalikan 10 mol sehingga didapatkan 7,5 mol.

Praktikum selanjutnya sama seperti yang pertama tetapi diberi perlakuan dahulu pada subyek. Subyek harus berlari 60 langkah terlebih dahulu sebelum meniup larutan berwarna kemerahan yang berada di tabung elenmeyer. Waktu yang didapatkan sampai warna kemerahan hilang yaitu 28 detik. Selanjutnya dititrasi dengan larutan NaOH sampai warna larutan pada tabung elenmeyer kembali ke awal. Batas awal volume larutan NaOH 0,1 M berada pada angka 4 ml. Volume larutan NaOH 0,1 M yang terpakai sebanyak 0,6 ml dan titik ekivalennya 4,6 ml. Untuk mencari kandungan CO2 dalam udara ekspirasi, banyaknya ml volume larutan NaOH 0,1 M yang terpakai dikalikan 10 mol sehingga didapatkan 6 mol. Dari hasil diatas dapat diambil kesimpulan sementara bahwa frekuensi pernafasan dipengaruhi oleh faktor aktifitas. Grafik Kandungan CO2 dalam udara Ekspirasi

PEMBAHASAN

Mengukur Volume Pernapasan

Pertukaran gas antara atmosfer, darah, dan sel-sel disebut respirasi. Tiga proses dasar terlibat dalam respirasi. Proses pertama ventilasi paru, atau bernafas, adalah inspirasi (aliran masuk) dan ekspirasi (aliran keluar) udara antara atmosfer dan paru. Proses kedua dan ketiga melibatkan pertukaran gas di dalam tubuh. Proses kedua respirasi eksternal atau respirasi paru adalah pertukaran gas antara paru dan darah. Proses ketiga respirasi internal atau respirasi jaringan adalah pertukaran gas antara darah dan sel-sel tubuh (Soewolo, dkk, 2003).

Selama proses bernapas normal, kira-kira 500 ml udara bergerak ke saluran pernapasan dalam setiap inspirasi, dan jumlah yang sama bergerak keluar dalam setiap ekspirasi. Sekitar 350 ml volume tidal mencapai alveoli, dan 150 ml tetap berada di hidung, faring, trakhea, dan bronkhi yang disebut dengan volume udara mati. Saat melakukan pernapasan dengan sangat kuat, maka udara yang mampu dihisap lebih dari 500 ml. Kelebihan udara yang dihirup tersebut disebut dengan volume cadangan inspiratori. Sedangkan ketika melakukan inspirasi normal dan kemudian melakukan ekspirasi sekuat-kuatnya, maka 1200 ml udara akan terdorong keluar, volume udara ini disebut dengan volume cadangan ekspiratori. Setelah volume udara cadangan ekspiratori dihembuskan, sejumlah udara masih tetap berada dalam paru-paru, karena adanya tekanan intrapleural lebih rendah sehingga udara yang tinggal ini dipakai untuk mempertahankan agar alveoli tetap sedikit menggembung, udara ini disebut dengan udara residu (Soewolo, dkk, 2003).

Kapasitas paru dapat dihitung dengan menjumlahkan berbagai volume paru. Kapasitas inspirasi adalah kemampuan total inspirasi paru, yaitu jumlah volume tidal dengan volume cadangan inspirasi (3600 ml). Kapasitas fungsional residu adalah jumlah residu dengan volume residu dengan volume cadangan inspirasi dengan volume tidal dan volume cadangan ekspirasi (4800 ml). Akhirnya kapasitas total paru adalah sejumlah volume (6000 ml) (Basoeki, dkk, 2000).

Berdasarkan hasil praktikum dengan subyek perempuan, diperoleh rata-rata volume cadangan ekspirasi sebesar 1533,33 ml, dan rata-rata volume cadangan inspirasi sebesar 600 ml, dengan rata-rata volume tidal sebesar 633,33 ml. Hasil yang diperoleh berbeda jauh dengan teori yang ada, hal tersebut dapat disebabkan karena beberapa faktor, seperti umur, jenis kelamin dan berat badan tiap individu. Selain itu, kesehatan atau kondisi subyek juga berpengaruh terhadap hasil yang diperoleh.

Irama Pernapasan

Pada saat subyek duduk santai, subyek dapat bernapas 23 kali per menit. Sedangkan setelah melakukan kegiatan olahraga yaitu berlari di tempat selama 60 langkah, frekuensi pernapasan subyek bertambah menjadi 87 kali. Hal tersebut terjadi karena adanya suatu mekanisme untuk menyesuaikan usaha respirasi terhadap tuntutan metabolik. Menurut Soewolo (2003), Irama dasar respirasi dikendalikan oleh sistem saraf dalam medula dan pons. Ukuran rongga dada dipengaruhi oleh otot pernapasan. Otot-otot ini berkontraksi dan berelaksasi sebagai respons impuls saraf yang ditransmisi kepadanya dari pusat di otak. Area penyampai impuls saraf ke otot pernapasan terletak bilateral dalam bentuk retikular batang otak, inilah yang disebut pusat pernapasan. Sehingga, untuk menjawab tuntutan tubuh, irama pernapasan ini bisa diubah. Pada kondisi subyek bernapas normal setelah bernapas cepat selama 1 menit, frekuensi pernapasan lebih cepat daripada ketika berada dalam kondisi normal, karena ketika bernapas cepat, hal tersebut berarti terjadi derajad ventilasi yang tinggi. Menurut Soewolo (2003), selama derajad ventilasi tinggi diduga impuls dari Medullary Rhytmicity Area menggiatkan area expiratori. Telah diketahui bahwa Medullary Rhytmicity Area berfungsi untuk mengendalikan irama dasar respirasi. Sehingga, ketika area expiratori digiatkan, impuls yang dialirkan melalui area expiratori menyebabkan otot-otot intercostalis internal dan abdominalis berkontraksi yang menyusutkan volume rongga dada. Hal tersebut yang membuat irama pernapasan pada subyek yang bernapas normal setelah bernapas cepat selama 1 menit menjadi cepat. Pada saat subyek bernapas normal setelah bernapas selama 2 menit di dalam kantong plastik, frekuensi pernapasannya lebih sedikit daripada ketika bernapas dengan santai, yaitu hanya 17 kali per menit. Padahal, setelah bernapas selama 2 menit di kantong plastik, seharusnya frekuensi pernapasan subyek menjadi cepat karena ketika bernapas di kantong plastik, gas oksigen yang dibutuhkan selama bernapas di dalam kantong plastik kurang memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh, sehingga ketika bernapas normal setelah bernapas di dalam kantong plastik, seharusnya subyek meningkatkan irama pernapasannya untuk mencukupi kebutuhan oksigen dalam tubuhnya untuk melakukan metabolisme. Telah diketahui sebelumnya bahwa untuk untuk memenuhi tuntutan metabolik tubuh, harus ada suatu mekanisme respirasi. Dalam hal ini, mekanisme respirasi seharusnya dipercepat.

Selain Medullary Rhytmicity Area, ada juga Pneumotaxic Area dan Apneustic Area yang mengendalikan irama pernapasan. Pneumotaxic Area terus-menerus mentransmisi impuls penghambat ke area inspiratori. Impuls tersebut membatasi inspirasi sehingga memudahkan ekspirasi. Sedangkan Apneustic Area bertugas menyampaikan impuls ke area inspiratori yang menggiatkannya dan memperpanjang inspirasi, sehingga menghambat ekspirasi (Soewolo, 2003). Berdasarkan hal tersebut, dapat dipahami bahwa ketika inspirasi, Apneustic Area yang bekerja maksimal, sedangakn pada saat ekspirasi, Pneumotaxic Area yang bekerja maksimal.

Setelah melakukan kegiatan pada masing-masing perlakuan (Subyek duduk santai, Subyek bernapas normal setelah bernapas cepat selama 1 menit, Subyek bernapas normal setelah bernapas selama 2 menit di dalam kantong plastik, dan Subyek duduk di kursi setelah lari di tempat sebanyak 60 langkah), subyek kemudian menahan napas setelah melakukan inspirasi panjang dan menahan napas setelah melakukan ekspirasi panjang. Hal tersebut menunjukkan bahwa irama dalam melakukan pernapasan dapat diubah. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Soewolo (2003) bahwa kita dapat berkehendak tidak bernapas selama waktu singkat. Kehendak tersebut tentu saja melalui kontrol neural pusat respiratori yang saling berhubungan dengan korteks serebralis. Namun, kendali sadar dalam menahan napas tersebut ada batasnya, dimana kita sekuat tenaga ingin menahan napas dalam waktu lama, namun kadar CO2 yang dibentuk dalam darah sudah maksimal, maka secara otomatis kita akan melakukan inspirasi kembali. Hal tersebut menunjukkan bahwa faktor yang mempengaruhi irama pernapasan adalah adanya perubahan kadar oksigen dan karbondioksida dalam darah. Proses inspirasi dan ekspirasi dipengaruhi oleh refleks inflasi atau refleks Hering-Breuer. Pada dinding bronkhi dan bronkhioli seluruh paru-paru terdapat reseptor regang. Bila reseptor ini meregang berlebihan, impuls disampaikan sepanjang saraf vagus menuju area inspiratori dan apneustic area. Dalam menanggapi, area inspiratori dan apneustic area dihambat dari penggiatan area inspiratori. Akibatnya, ekspirasi dapat berlangsung. Karena udara meninggalkan paru selama ekspirasi , paru mengempis dan reseptor regang tidak dirangsang lagi. Dengan demikian, area inspiratori dan apneustic area tidak dihambat lagi , dan mulailah inspirasi baru (Soewolo, 2003).

Berdasarkan analisis data, dapat diketahui bahwa kemampuan menahan napas setelah melakukan inspirasi panjang lebih lama dibandingkan kemampuan menahan napas setelah melakukan ekspirasi. Hal tersebut menunjukkan bahwa pada saat menahan napas setelah melakukan inspirasi panjang, CO2 yang dibentuk di dalam darah masih belum banyak sehingga dapat menahan napas lebih lama, dibandingkan ketika menahan napas setelah ekspirasi panjang. Kandungan CO2 dalam Udara Respirasi

Proses pernapasan sangat penting untuk dapat mensuplai oksigen ke semua jaringan tubuh dan untuk mengeluarkan karbondioksida yang dihasilkan oleh darah melalui paru-paru (Brian dalam Hermawati, Tanpa tahun). Hembusan napas keluar (ekspirasi) disebabkan mengkerutnya paru-paru dan dinding yang mengikuti pengembangan. Tekanan udara yang meningkat di dalam dada memaksa gas-gas keluar dari paru-paru. Hal tersebut terutama terjadi tanpa upaya otot tetapi dapat dibantu oleh hembusan napas yang kuat (Hermawati, Tanpa tahun). Kenaikkan CO2 juga akan menaikkan hidrogen, dan setiap penurunan CO2 pun akan menurunkan hidrogen. Pengaruh hidrogenlah yang terutama mengubah kecepatan respirasi bila dibandingkan molekul CO2. Stimulasi area kemosensitif dan kemoreseptor menyebabkan area inspiratori menjadi sangat aktif dan kecepatan respirasi meningkat. Kenaikkan kecepatan respirasi ini disebut hiperventilasi yang memungkinkan tubuh menegeluarkan CO2 lebih banyak sampai pCO2 kembali normal. Tekanan CO2 darah dalam keadaan normal adalah 40 mmHg (Soewolo, dkk., 2003).

Untuk mengetahui jumlah karbondioksida yang di keluarkan ketika ekspirasi, dapat dilakukan percobaan seperti ini. Air kran ditambahkan dengan indikator phenolptealin dan NaOH. Reaksi dari ketiga bahan tersebut akan menghasilkan warna keuguan. Warna ungu yang di timbulkan memudahkan pengamat dalam proses penghentian peniupan maupun pada saat titrasi, sehingga dapat diketahui jumlah karbondioksida yang dikeluarkan oleh subyek yang diamati. Penggunaan larutan NaOH bertujuan untuk menyerap atau mengikat CO2 bebas yang dihembuskan dari ekspirasi subjek. Natrium hidroksida (NaOH) juga dikenal sebagai soda kaustik atau sodium hidroksida merupakan jenis basa logam kaustik. Seperti dalam Prasetya, dkk, (Tanpa tahun) bahwa NaOH bersifat lembab cair dan secara spontan menyerap karbon dioksida dari udara bebas. NaOH juga sangat larut dalam air dan akan melepaskan kalor ketika dilarutkan dalam air. Oleh sebab itu dari proses titrasi maka diperoleh volume NaOH yang mengikat CO2 yang di keluarkan oleh subyek.

Dari percobaan yang telah dilakukan saat titrasi dapat diketahui jumlah CO2 yang dikeluarkan subyek dalam kondisi normal adalah 7,5 mol dan saat beraktivitas adalah 6 mol. Sedangkan ketika peniupan CO2 oleh subyek melalui sedotan di ukur dengan satuan detik (waktu). Warna ungu yang ditiup oleh subyek dalam kondisi normal membutuhkan waktu yang lebih lama untuk menjernihkan larutan. Sedangkan ketika subyek melakukan aktivitas, proses penjernihan larutan lebih cepat. Hal ini diakibatkann oleh adanya pengaruh aktivitas atau gerak otot terhadap jumlah CO2 yang dihasilkan oleh seseorang. Dalam modul Pengukuran Molekul CO2 (Tanpa tahun) menyebutkan bahwa, setelah bekerja berat, seperti berlari atau olah raga, maka laju pernafasan akan lebih cepat. Pada saat menghembuskan nafas, sejumlah CO2 dilepaskan.

Dari penjelasan diatas dapat diketahui bahwa waktu yang diperlukan untuk menjernihkan larutan (NaOH, Phenolptealin, dan air kran) terkait dengan jumlah NaOH yang mengikat CO2 bebas di dalam tabung, yaitu semakin banyak CO2 yang dikeluarkan oleh seseorang, semakin sedikit waktu yang dibutuhkan untuk menjernihkan larutan (NaOH, Phenolptealin, dan air kran), dan semakin sedikit volume NaOH yang dibutuhkan dalam titrasi. Sebaliknya semakin sedikit CO2 yang dikeluarkan oleh seseorang, semakin banyak waktu yang di perlukan untuk menjernihkan larutan (NaOH, Phenolptealin, dan air kran), dan semakin banyak volume NaOH yang dibutuhkan dalam titrasi. Jadi, waktu yang dibutuhkan dalam penjernihan berbanding lurus dengan volume NaOH yang dibutuhkan dalam titrasi.

Praktikum ini cukup baik untuk uji jumlah CO2 seseorang serta uji untuk membandingkan perlakuan (normal dan beraktivitas) dengan aturan yaitu, praktikum dilakukan dengan teliti, cekat dan diperhatikan setiap langkahnya, serta menghindarkan adanya kontak langsung larutan dengan udara bebas. Selain itu kondisi subyek juga dapat menjadi faktor perbedaan jumlah CO2 seperti, umur, jenis kelamin, berat tubuh, suhu tubuh, posisi tubuh, dan kegiatan tubuh (Lestari, 2013). KESIMPULAN 1. Rata-rata volume cadangan ekspirasi sebesar 1533,33 ml, dan rata-rata volume cadangan inspirasi sebesar 600 ml, dengan rata-rata volume tidal sebesar 633,33 ml. Hasil yang diperoleh berbeda jauh dengan teori yang ada, hal tersebut dapat disebabkan karena beberapa faktor, seperti umur, jenis kelamin dan berat badan tiap individu. 2. Frekuensi pernapasan subyek pada saat duduk santai sebanyak 23 kali, pada saat bernapas normal setelah bernapas cepat selama 1 menit sebanyak 24 kali, pada saat bernapas normal setelah bernapas selama 2 menit di dalam kantong plastik sebanyak 17 kali, dan pada saat duduk di kursi setelah lari di tempat sebanyak 60 langkah sebanyak 87 kali. Faktor-faktor yang memengaruhi irama pernapasan adalah kegiatan yang dilakukan, otot-otot pernapasan yang selanjutnya memengaruhi ukuran rongga dada, dan CO2 yang dibentuk dalam darah. 3. Kandungan CO2 pada kondisi normal adalah 7,5 mol dan saat beraktivitas adalah 6 mol. Kondisi ini dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, berat tubuh, suhu tubuh, posisi tubuh, dan kegiatan tubuh seseorang. DAFTAR PUSTAKA

Anonim. Pengukuran Molekul CO (online), diakses tanggal 11 Oktober 2014

Basoeki, Soedjono; dkk. 2000. Petunjuk Praktikum Anatomi dan Fisiologi Manusia. Malang: Universitas Negeri Malang.Guyton, Arthur C dan John . E. Hall . 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Jakarta : EGC

Handoko. 2001. Sistem Pernapasan Manusia. Jakarta: Esis

Hermawati. Tanpa tahun. Sistem Pernapasan Manusia Pada Kondisi (Online), http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._BIOLOGI/197003311997022-HERNAWATI/FILE_14.pdf, diakses tanggal 11 Oktober 2014

Lestari, Dina Puji. 2013. Laporan Praktikum Biologi SistemRespirasi (online), diakses tanggal 11 Oktober 2014

Prasetya, Andhika, dkk. Tanpa tahun. Pengaruh Konsentrasi Naoh Terhadap Kandungan Gas Co (online), diakses tanggal 11 Oktober 2014

Rahmat. 2007. Biologi Universitas. Jakarta: Gramedia.

Soewolo. 2003. Fisiologi Manusia. Malang: Universitas Negeri Malang.

Waluyo,Joko .1993.Petunjuk Praktikum Biologi Umum.Jember : unej

Waluyo,Joko dkk.2013.Petunjuk Praktikum Biologi Dasar. Jember : unej

Yatim, Wildan. 1990. Biologi Modern Histologi. Bandung: Tarsito.

detik

frekuensi

20

_1474656967.xlsChart1

23

24

17

87

Series 1

Frekuensi pernapasan per menit

Sheet1

Series 1

Subyek duduk santai23

Subyek bernapas normal setelah bernapas cepat selama 1 menit24

Subyek bernapas normal setelah bernapas selama 2 menit di dalam kantong plastik17

Subyek duduk di kursi setelah lari di tempat sebanyak 60 langkah87

To resize chart data range, drag lower right corner of range.

_1474658816.xlsChart1

36NormalNormal

28Berlari 60 langkahBerlari 60 langkah

Perlakuan

Column1

Column2

Sheet1

PerlakuanColumn1Column2

Normal36

Berlari 60 langkah28

To resize chart data range, drag lower right corner of range.

_1474645159.xlsChart1

7.5NormalNormal

6Berlari 60 langkahBerlari 60 langkah

Kadar Co2

Column1

Column2

Sheet1

Kadar Co2Column1Column2

Normal7.5

Berlari 60 langkah6

To resize chart data range, drag lower right corner of range.