laporan fisiologi ppgd.doc
TRANSCRIPT
BAB I
DASAR TEORI
1.1 Pertolongan Pertama pada Gawat Darurat
Pertolongan pertama adalah perawatan segera yang diberikan kepada orang yang
cedera atau sakit tiba-tiba. Pertolongan pertama menyediakan bantuan sementara sampai
didapatkan perawatan medis jika diperlukan. Pertolongan pertama yang benar bisa membuat
perbedaan besar antara hidup dan mati, pemulihan yang cepat atau lambat, atau cacat yang
sementara atau permanen.
Pertolongan Pertama pada Gawat Darurat (PPDG) adalah serangkaian usaha pertama
yang dapat dilakukan pada kondisi gawat darurat dalam rangka menyelamatkan pasien dari
kematian pada kondisi gawat darurat (cidera atau sakit mendadak). Prinsip utama PPGD
adalah menyelamatkan pasien dari kematian pada kondisi gawat darurat. Filosofi PPGD
adalah “Time Saving is Living Saving” yang berarti bahwa seluruh tindakan pada kondisi ini
pasien dapat kehilangan nyawa dalam hitungan menit (henti nafas lama 2-3 menit dapat
mengakibatkan kematian). Saat ini, pemberian PPGD dikenal dengan Bantuan Hidup Dasar
atau Basic Life Support (BLS).
BLS merupakan tindakan pertolongan pertama yang harus dilakukan pada pasien yang
mengalami keadaan yang mengancam nyawa.
Organisme yang menyebabkan penyakit memasuki tubuh dengan 1 dari 4 cara:
sentuhan, penelanan, terhirup dan pertukaran antardarah. Ketika memberi pertolongan
pertama, Anda bisa mengurangi resiko tertular atau menularkan penyakit dengan mengikuti
petunjuk berikut ini:
Mengenakan sarung tangan (karet) ketika memberi pertolongan pertama.
Jika tidak tersedia sarung tangan sekali pakai, gunakan penghalang lain,
misalnya handuk yang dilipat tebal, kantung plastik atau beberapa lapis kasa
pembalut yang tebal. Lembaran plastik yang dibungkuskan pada lipatan
handuk atau kasa pembalut akan meningkatkan efektivitas penghalang.
Segera mencuci tangan setelah melepas sarung tangan. Apabila tidak tersedia
sarana untuk cuci tangan, gunakan tisu basah antibakteri.
Cadangan untuk perlengkapan pertolongan pertama termasuk: kasa pembalut yang
berperekat (berbagai ukuran), penghalang mulut untuk bantuan pernapasan, kompres dingin,
1
cotton bud, sarung tangan sekali pakai, kompres mata, kasa pembalut (berbagai ukuran),
sendok takar, pembalut steril yang tidak melekat (berbagai ukuran), gulungan pembalut elastis
(berbagai ukuran), gulungan kasa pembalut (berbagai ukuran), sirup ipecac, gunting,
pembalut segitiga atau penggantung lengan, plester, termometer (digital), penekan lidah,
penjepit, sarung tangan katun putih.
Untuk mengetahui keparahan korban, penolong harus mengikuti pendekatan sistematis
atau yang dikenal sebagai pengkajian korban. Pengkajian korban bertujuan untuk:
(1) Mendapatkan persetujuan/inform consent dari korban (oral consent, implied consent,
consent dari polisi atau pada keadaan darurat dapat dilakukan tanpa ijin).
(2) Mendapatkan kepercayaan dari korban.
(3) Mengidentifikasi masalah korban dan menentukan kebutuhan PPGD.
(4) Mendapat informasi tentang korban yang mungkin dapat sangat berguna untuk
pemberian layanan kedaruratan medis.
Pengkajian korban gawat secara medis dibagi menjadi dua langkah yaitu:
(1) Pemeriksaan Primer meliputi A-B-C-(D-H) yaitu A (Airway); B (Breathing); C
(Circulation); serta D (Disability) dan H (Hemorrhagie)
(2) Pemeriksaan sekunder meliputi:
(3) (a) wawancara yang terdiri dari: “SAMPLE PAIN” yaitu S = Symtom (gejala
keluhan utama), A = Alergi, M = Medicine (obat-obatan), P = Pain (Penyakit
terdahulu), L = Last Eat (Makan terakhir), E = Excidance (Peristiwa yang terjadi
sebelum kedaruratan), P = Periode Nyeri (berapa lama), A = Area (di mana), I =
Intensitas, N = Nulitas (apa yang menghentikannya);
(b) Pemeriksaan tanda-tanda vital (tekanan darah, denyut nadi, frekuensi nafas, suhu
tubuh, berat badan).
(c) Pemeriksaan tubuh secara keseluruhan dari kepala hingga kaki dan Tag (peringatan
medis dipakai seperti kalung atau gelang yang menarik perhatian disaat terjadi
keadaan darurat). Tag ini sebaiknya tidak dilepaskan dari orang yang mengalami
cidera atau sakit.
Bila diperlukan, hubungi Sistem Layanan Kedaruratan Medis (LKM) untuk
memberikan bantuan seperti regu penolong (pemadam kebakaran), polisi, layanan ambulan
(1-1-8), atau dokter pribadi. Beritahukan apa yang terjadi dengan menyebut: (a) Jumlah
2
korban, (b) Kesadaran korban, (c) Perkiraan usia korban, (d) Lokasi kejadian secara lengkap,
(e) Nama dan nomor telepon anda/pelapor.
Panduan Basic Life Support (Guidelines 2010)
1. Ada pasien tidak sadar, pastikan kondisi tempat pertolongan aman bagi pasien dan
penolong
2. Periksa kesadaran pasien (bisa dengan metode AV-PU)
3. Bebaskan jalan nafas pasien (airway)
4. Segera meminta bantuan
5. Periksa jalan nafas (pasien bernafas atau tidak, bisa dengan metode look, listen,
feel)
6. Bila pasien tidak sadar dan tidak bernafas, lakukan pijat jantung (RJP) 30 kali
disela dengan 2 kali nafas buatan
Cara melakukan cek kesadaran pada pasien dengan metode AV-PU:
A (Alert) : Korban sadar, jika tidak sadar lanjut ke poin V.
V (Verbal) : Cobalah memanggil-manggil korban dengan cara berbicara
keras ditelinga korban (pada tahap ini jangan sertakan dengan
menggoyang atau menyentuh pasien), jika tidak merespon
lanjut ke poin P.
P (Pain) : Cobalah beri rangsang nyeri pada pasien, yang paling mudah
adalah menekan bagian putih dari kuku tangan (dipangkal
kuku), selain itu dapat juga dengan menekan bagian tengah
tulang dada (sternum) dan juga areal di atas mata (supra
orbital).
U (Unresponsive) : Setelah diberi rangsang nyeri tapi pasien tidak bereaksi, maka
pasien berada dalam keadaan unresponsive (tidak sadar).
1.2 Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan dari kepala sampai ke kaki hanya perlu dilakukan, jika cedera adalah
akibat benturan yang keras. Misalnya, jatuh dari pohon atau sepeda atau terlibat kecelakaan
lalu lintas. Dalam banyak kasus, seseorang bisa menyebut lokasi masalah dan Anda bisa
mengarahkan perhatian pada area tubuh tersebut.
3
Ketika Anda sedang memeriksa, carilah tanda-tanda dan gejala-gejala penting dari
cedera. Tanda adalah suatu kondisi yang Anda lihat, dengar atau rasakan, misalnya
pendarahan, kesulitan bernapas atau kulit yang dingin. Gejala adalah suatu kondisi yang
seseorang rasakan dan jelaskan pada Anda, misalnya mual atau nyeri.
Warna kulit. Pemeriksaan yang teliti pada kulit bisa mengungkapkan warna
kebiruan atau abu-abu disekeliling bibir dan hidung, yang menandakan
mengalami kesulitan pernapasan. Untuk semua jenis warna kulit, perubahan
warna paling dapat dilihat pada alas kuku atau lapisan mukosa di dalam mulut
dan kelopak mata bagian bawah. Lapisan mukosa yang sehat akan lembab dan
merah muda karena banyak mengandung pembuluh darah. Lapisan mukosa
yang tidak memiliki cukup oksigen akan tampak pucat atau biru/abu.
Pernapasan. Perhatikan apakah pernapasannya tampak sulit atau menyebabkan
nyeri atau ketidaknyamanan.
Suhu tubuh. Anda bisa mendapatkan suhu tubuh dengan menyentuhkan
punggung tangan Anda pada pipi, dada atau perut pasien.
Kepala. Periksa kepala untuk adanya luka yang berdarah, pembengkakan, atau
lekukan.
Mata. Dengan lembut pisahkan kelopak mata dan lihatlah pupilnya, yaitu pusat
mata yang kecil dan gelap. Normalnya, pupil mengecil ketika berkontak
dengan cahaya. Jika pupilnya kecil sebelah, mungkin pasien mengalami cedera
kepala di bagian dalam. Pupil yang melebar bisa mengindikasikan syok atau
pendarahan di dalam. Pupil yang mengecil bisa menunjukkan dosis obat yang
berlebihan atau keracunan.
Tulang punggung. Tanyakan apakah pasien merasa nyeri atau perasaan
kesemutan di lengan atau tungkai. Periksa sensasi, gerakan dan kekuatan di
lengan dan tungkai dengan meminta pasien menggerakkan jari tangan dan jari
kakinya, menekan tangan Anda dengan setiap kaki dan meremas jari-jari Anda
dengan setiap tangan.
Dada. Periksa adanya sayatan, lebam, penembusan, nyeri atau posisi yang
tidak biasa dari pundak dan tulang iga.
Perut. Dengan lembut rasakan perut pasien untuk memeriksa adanya nyeri dan
peregangan yang tidak disengaja pada otot-otot lambung.
4
Lengan dan tungkai. Periksa lengan dan tungkai untuk adanya perdarahan,
perubahan bentuk dan nyeri. Bandingkan satu sisi tubuh dengan sisi lainnya.
Pasien seharusnya bisa menggerakkan dan merasakan jari-jari tangan dan
kakinya.
1.3 RJP (Resusitasi Jantung Paru)
Pertolongan hidup dasar terdiri atas bantuan pernapasan, RJP, dan menangani
sumbatan pada jalan napas. Pernapasan dan denyut jantung yang normal adalah kebutuhan
pokok untuk mempertahankan hidup. Mereka saling berkaitan dengan erat, jika yang satu
berhenti, yang lainpun ikut berhenti.
Resusitasi Jantung-Paru atau RJP adalah perawatan yang diberikan jika fungsi-fungsi
vital dari pernapasan dan denyut jantung berhenti. Kardio mengacu pada jantung dan
pulmoner mengacu pada paru-paru.
Jika jantung berhenti, semua fungsi tubuh, termasuk pernapasan, juga berhenti. RJP
adalah sebuah teknik yang menggabungkan penekanan dada pada tulang dada, atau sternum,
dengan peniupan napas ke dalam paru-paru seseorang untuk mereproduksi kerja jantung dan
paru-paru. RJP memelihara aliran darah yang membawa oksigen ke semua organ penting,
yaitu jantung, paru-paru, dan otak.
Teknik lain, yang dikenal sebagai bantuan pernapasan, diperlukan jika hanya
pernapasan saja yang berhenti. Ketika pernapasan berhenti, jantung terus berdenyut selama
beberapa menit. Namun, tanpa kelanjutan pasokan oksigen, jantung juga akan berhenti. Jika
bantuan pernapasan segera diberikan setelah pernaasan berhenti, mungkin Anda bisa
mencegah berhentinya jantung. Seseorang pendamping bisa melakukan bantuan pernapasan
atau RJP agar darah yang mengandung oksigen tetap mengalir ke alat-alat tubuh yang penting
sampai bantuan medis darurat tiba.
1.3.1 Nafas Bantuan
Nafas bantuan adalah nafas yang diberikan kepada pasien untuk menormalkan
frekuensi nafas pasien yang di bawah normal (frekuensi nafas orang dewasa muda adalah 12-
20 kali per menit). Jika frekuensi nafas : 6 kali per menit, maka harus diberi nafas bantuan di
sela setiap nafas spontan sehingga total nafas permenitnya menjadi normal (12 kali).
5
1.3.2 Nafas Buatan
Nafas buatan adalah cara melakukan nafas buatan yang sama dengan nafas bantuan,
tetapi nafas buatan diberikan pada pasien yang mengalami henti nafas. Diberikan dua kali
secara efektif agar dada dapat mengembang.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum melakukan tindakan RJP yaitu:
1) Periksa kesadaran orang yang akan diberi bantuan pernafasan,
2) Harus ada tenaga lain yang dapat menolong
3) Posisi penderita
Letakkan penderita dengan muka menghadap ke atas ( posisi terlentang) pada dasar
yang kokoh.Kontrol kepala dan leher ketika akan membalik penderita, terutama bila
terdapat tanda- tanda trauma, fraktur, atau luka- luka di dalam tubuh yang terdapat
memperburuk perawatan selanjutnya. Apabila penderita mengalami trauma medulla
spinalis, pertahankan kepala penderita pada posisi netral dan gerakkan bersama badan
sebagai satu bagian.
4) Membuat jalan nafas dan menjaga agar tetap terbuka
5) Upayakan agar tidak ada yang menghalangi jalan pernafasan seperti lidah, cairan
lendir, muntah yang mungkin dapat menghalangi gerakan udara melalui faring,
demikian pula ikat pinggang, BH, danan stagan harus di longgarkan.Bagi penderita
yang tenggelam, air yang masuk ke dalam lambung dan paru harus dikeluarkan.
Tindakan resusitasi perlu diperhatikan bilamana tindakan RJP bilamana (1) denyut
nadi arteri mulai teraba, (2) mulai timbul pernafasan spontan, dan (3) secara bertahap
kesadaran penderita pulih kembali.
Tindakan resusitasi perlu dihentikan bilamana tindakan RJP efektif telah berlangsung
30 menit tetapi kriteria- kriteria berikut masih dijumpai yaitu:
1) Ketidaksadaran menetap
2) Tidak timbul pernafasan spontan
3) Denyut nadi tidak teraba
4) Pupil berdilatasi dan menetap
5) Atau denyut nadi karotis telah teraba.
6
Penghentian resusitasi dilakukan mengingat pernafasan yang telah terhenti selama 30
menit biasanya menunjukkan kematian serebral, atau pasien sudah menunjukkan tanda- tanda
kematian (kaku mayat) sehingga resusitasi selanjutnya dipandang tidak berguna lagi.faktor
lain yang mungkin dapat merupakan keputusan untuk menghentikan RJP adalah kondisi
penolong yang telah lelah dan sudah tidak kuat lagi ;bantuan sudah datang, atau perjanjian
tertulis dengan pasien dan keluarganya untuk tidak melakukan resusitas.
1.3.3 Pijat Jantung
Pijat jantung adalah usaha untuk “memaksa”jantung untuk memompa darah ke seluruh
tubuh. Pijat jantung dilakukan pada korban dengan nadi karotis tidak teraba. Pijat jantung
umumnya dikombinasi dengan nafas buatan.
Prosedur pijat jantung:
1) Posisikan diri di samping pasien
2) Posisikan tangan tepat di tengah dada
3) Posisikan tangan tegak lurus korban
4) Tekan dada korban menggunakan tenaga yang diperoleh dari sendi panggul
(hip joint)
5) Tekan dada kira-kira 4-5 cm
6) Setelah menekan, tarik sedikit tangan ke atas agar posisi dada kembali normal
7) Satu set pijat jantung dilakukan sejumlah 30 kali tekanan, untuk memudahkan
menghitung dapat dihitung dengan cara sebagai berikut: satu dua tiga empat
SATU satu dua tiga empat DUA satu dua tiga empat TIGA satu dua tiga empat
EMPAT satu dua tiga empat LIMA satu dua tiga empat ENAM
8) Prinsip pijat jantung:
a. Push deep
b. Push hard
c. Push fast
d. Maximum recoil (berikan jantung waktu relaksasi)
e. Minimum interruption (pada saat prosedur ini penolong tidak boleh
diinterupsi)
7
1.3.4 Prosedur Standar RJP
1) Bebaskan/ longgarkan pakaian korban di daerah dada (buka kancing baju bagian atas
agar dada terlihat),
2) Posisikan diri disebelah korban, usahakan posisi kaki yag mendekati kepala sejajar
dengan bahu pasien,
3) Cek apakah ada tanda- tanda berikut :
a) Luka- luka dari bagian bahu ke atas (supra clavicula)
b) Pasien mengalami tumbukan di berbagai tempat (terjatuh dari sepeda motor),
c) Berdasarkan saksi pasien mengalami cidera di tulang belakang bagian leher,
tanda- tanda tersebut adalah tanda- tanda kemungkinan terjadinya cidera pada
tulang belakang bagian leher/cervical. Cidera pada bagian ini sangat berbahaya
karena di sini terdapat syaraf- syaraf yang mengatur fungsi vital manusia
( nafas dan denyut jantung),
d) Jika tidak ada tanda- tanda tersebut maka lakukanlah pernafasan dari mulut ke
mulut,
e) Jika tanda- tanda tersebut, maka beralih ke bagian atas, jepit kepala pasien
dengan paha, usahakan agar kepalanya tidak bergerak lagi (imobilitas) dan
lakukanlah Jaw Thrust. Gerakan ini dilakukan untuk menghindari adanya
cidera lebih lanjut pada tulang belakang bagian leher pasien.
4) Sambil melakukan (1) dan (2) di atas, kemudian dilakukan pemeriksaan kondisi
Airway (jalan napas) dan Breathing (pernafasan) pasien. Metode pengecekan nafas
menggunakan metode Look, Listen, dan Feel;
a) Look :
Lihat apakah ada gerakan dada (gerakan bernafas), apakah gerakan tersebut
simetris/tidak.
b) Listen:
Dengarkan apakah ada suara nafas normal, dan apakah ada suara nafas
tambahan yang abnormal (bisa timbul karena ada hambatan sebagian).
Jenis- jenis suara nafas tambahan karena hambatan sebagian jalan nafas :
a) Snoring : suara seperti ngorok, kondisi ini menandakan adanya kebuntuan jalan nafas
bagian atas oleh benda padat, jika terdengar suara ini maka lakukan pengecekan
langsung dengan cara cross-finger untuk membuka mulut ( menggunakan 2 jari, yaitu
8
ibu jari dan jari telunjuk tangan yang digunakan untuk chin lift, ibu jari mendorong
rahang atas ke atas, telunjuk menekan rahang bawah ke bawah.Lihatlah apakah ada
benda yang menyangkut di tenggorokan korban ( misal : gigi palsu dll ).Pindahkan
benda tersebut.
b) Gargling : suara seperti berkumur, kondisi ini terjadi karena ada kebuntuan
disebabkan oleh cairan (misal : darah), maka lakukanlah cross- finger, lalu lakukan
finger- sweep (sesuai namanya, menggunakan 2 jari yang sudah dibalut dengan kain
untuk “menyapu” rongga mulut dari cairan- cairan).
c) Crowing : suara dengan nada tinggi, biasanya disebabkan karena pembengkakan
(edema) pada trakea, untuk pertolongan pertama tetap lakukan manuver head tilt and
chin lift atau jaw thrust saja. Jika suara nafas tidak terdengar karena ada hambatan
total pada jalan nafas, maka dapat dilakukan :
1) Black Blow, sebanyak 5 kali, yaitu dengan memukul menggunakan telapak
tangan daerah diantara tulang scapula di punggung.Catatan: Black-blow tidak
dilakukan untuk dewasa karena dikawatirkan menjadi sumbatan lengkap/penuh.
2) Heilmich Manuver, dengan cara memposisikan diri seperti gambar, lalu menarik
tangan ke arah belakang atas,
3) Chest Trust, dilakukan pada ibu hamil, bayi atau obesitas dengan cara
memposisikan diri seperti posisi memeluk dari belakang dengan orang coba
berdiri kemudian mendorong tangan ke arah dalam atas.
c) Feel:
Rasakan dengan pipi pemeriksa apakah ada hawa panas dari korban
5) Jika ternyata pasien masih bernafas, maka hitunglah berapa frekuensi pernafasan
pasien itu dalam 1 menit (pernafasan normal adalah 12-20 kali per menit)
6) Jika frekuensi nafas normal, pantau terus kondisi pasien dengan tetap melakukan
Look, Listen, dan Feel
7) Jika frekuensi nafas < 12 kali per menit, berikan nafas bantuan
8) Jika pasien mengalami henti nafas, berikan nafas buatan
9) Setelah diberikan nafas buatan maka lakukanlah pengecekan nadi a. Karotis yang
terletak di leher ( cek dengan 2 jari di tonjolan di tengah tenggorokan, lalu gerakkan
jari ke samping, jangan sampai terhambat oleh otot leher (sterno-cleido-mastoideus),
rasakan denyut nadi karotis selama 10 detik
9
10) Jika tidak ada denyut nadi maka lakukanlah pijat jantung, di ikuti dengan nafas buatan,
ulangi sampai 6 kali siklus pijat jantung nafas buatan, yang diakhiri dengan pijat
jantung.
11) Cek lagi nadi karotis (dengan metode di atas) selama 10 detik, jika teraba lakukan
Look, Listen, Feel lagi. Jika tidak teraba ulangi poin nomor 10; atau dihentikan (lihat
syarat RJP dihentikan)
12) Setelah berhasil mengamankan kondisi di atas periksalah tanda-tanda shock pada
pasien .
a. Denyut nadi > 100 kali per menit
b. Telapak tangan basah, dingin dan pucat
c. Capillary Refill Time (CRT) > 2 detik (CRT dapat diperiksa dengan cara menekan
ujung kuku pasien dengan kuku pemeriksaan selama 5 detik, lalu lepaskan, cek
berapa lama waktu yang dibutuhkan agar warna ujung kuku merah lagi
13) Jika pasien Shock lakukan Shock Position pada pasien,, yaitu dengan mengangkat kaki
pasien setinggi 45 derajat dengan harapan sirkulasi darah akan lebih banyak ke
jantung. Pertahankan posisi Shock sampai bantuan datang atau tanda tanda Shock
berkurang
14) Jika ada perdarahan pasien, hentikan perdarahan dengan cara menekan atau membebat
luka ( Membebat jangan terlalu erat karena dapat mengakibatkan jaringan yang
dibebat mati )
15) Setelah kondisi pasien stabil, tetap monitor selalu kondisi pasien dengan Look,Listen
dan Feel Karena pasien sewaktu-waktu dapat memburuk secara tiba-tiba.
1.4 Perlindungan Diri Bagi Penolong
1. Pastikan tempat memberi pertolongan tidak akan membahayakan penolong dan pasien
2. Minimalisasi kontak langsung dengan pasien untuk mencegah penularan penyakit
3. Selalu memperhatikan kesehatan diri penolong, sebab pemberian pertolongan pertama
adalah tindakan yang sangat memakan energi. Jika dengan kondisi tidak fit, justru
akan membahayakan penolong sendiri
10
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pembebasan Jalan Nafas
Manekin yang diletakkan dengan posisi kepala netral/sejajar lantai, dilakukan
pengangkatan dagu dengan menggunakan dua jari untuk mengangkat tulang
dagu (bagian dagu yang keras) ke atas dan menggunakan tangan yang lain
untuk menarik kepala ke belakang (menggunakan metode head tilt dan jaw
thrust). Ini dilakukan untuk membebaskan jalan nafas. Penggunaan metode jaw
thrust dianggap lebih aman dibandingkan metode head tilt karena gerakan ini
dilakukan untuk menghindari adanya cidera lebih lanjut pada tulang belakang
bagian leher pasien. Setelah itu lakukan upaya pembukaan mulut dengan
metode cross finger (menggunakan dua jari, yaitu ibu jari dan jari telunjuk
tangan yang digunakan untuk chin lift, ibu jari mendorong rahang ke atas,
telunjuk menekan rahang bawah ke bawah. Lihat bila ada benda yang
menyangkut) dan lakukan simulasi untuk mengeluarkan setiap benda asing
yang terdapat dalam mulut penderita dan dengan menggunakan metode finger-
sweep (sesuai namanya, menggunakan 2 jari yang sudah dibalut dengan kain
untuk “menyapu” rongga mulut dari cairan- cairan) bila zat yang mengganggu
berupa cairan. Jika dilakukan pada korban tidak sadar dan jalan nafas tertutup,
maka dapat dilakukan dengan memiringkan kepala ke samping, agar sumbatan
dapat lebih mudah dikeluarkan.
2.2 Call for Help. Melakukan simulasi meminta bantuan untuk pertolongan lebih
lanjut.
2.3 Periksa pernafasan dengan melakukan simulasi menggunakan metode Look,
Listen and Feel. Look (melihat pergerakan dada (gerakan bernafas) apakah
gerakan tersebut simetris atau tidak), listen (mendengar suara nafas. Dengarkan
apakah ada suara nafas normal, dan apakah ada suara nafas tambahan yang
abnormal (bisa timbul karena ada hambatan sebagian) dan feel (merasakan
hembusan nafas dengan pipi) selama tidak lebih dari 5 detik.
Jenis- jenis suara nafas tambahan karena hambatan sebagian jalan nafas :
11
Snoring : suara seperti ngorok, kondisi ini menandakan adanya kebuntuan
jalan nafas bagian atas oleh benda padat. Jika terdengar suara ini maka lakukan
pengecekan langsung dengan cara cross-finger untuk membuka mulut dan
pindahkan benda tersebut.
Gargling : suara seperti berkumur, kondisi ini terjadi karena ada kebuntuan
disebabkan oleh cairan (misal : darah), maka lakukanlah cross- finger, lalu
lakukan finger- sweep.
Crowing : suara dengan nada tinggi, biasanya disebabkan karena
pembengkakan (edema) pada trakea, untuk pertolongan pertama tetap lakukan
manuver head tilt and chin lift atau jaw thrust saja.
Apabila tidak ada pergerakan dada dan terjadi henti nafas, langsung lakukan
pijat jantung.
2.4 Pemberian pijat jantung dan nafas buatan
Pemberian pijat jantung adalah usaha untuk "memaksa" jantung memompakan
darah ke seluruh tubuh. Pijat jantung dilakukan dengan posisi badan tegak
lurus di atas dada manekin dengan siku lengan lurus, telapak tangan tepat
ditengah-tengah dada (center of the chest) dan telapak tangan sebelahnya
berada di atasnya, menekan daerah sternum sedalam 2 inch/5 cm. Dada
manekin ditekan menggunakan tenaga yang diperoleh dari sendi panggul (hip
joint) dengan kecepatan 100xpermenit sebanyak 30 kali di sela dengan nafas
buatan 2 kali tiupan. Pijat jantung dikatakan benar dan berhasil bila lampu
indicator hijau pada skill guide menyala, apabila tekanan berlebihan maka
lampu indikator orange akan menyala, apabila posisi tangan kurang benar dan
tekanan terlalu cepat maka lampu indikator merah akan menyala.
Nafas buatan adalah cara melakukan nafas buatan yang sama dengan nafas
bantuan, tetapi nafas buatan diberikan pada pasien yang mengalami henti
nafas. Untuk memberikan nafas buatan, dipastikan jalan nafas terbuka, dengan
mengangkat dagu manekin dan jaringan menutup lubang hidung. Kasa steril
dipasang diatas rongga mulut manekin sebelum melakukan nafas buatan
dengan metode mouth to mouth. Nafas buatan dianggap berhasil jika lampu
12
indikator hijau menyala. Apabila udara masuk terlalu banyak, lampu indikator
orange akan menyala.
2.5 Melakukan pemeriksaan nadi karotis. Trakea dan jakun ditemukan dan
dipalpasi.
13
BAB III
PERTANYAAN DAN JAWABAN
1. Jelaskan mengapa mahasiswa fakultas kedokteran gigi memerlukan
pengetahuan tentang BLS?
Karena kedepannya lulusan Fakultas Kedokteran Gigi akan menjadi dokter gigi,
dimana menurut Kep. Menkes No 39 tahun 2007, menjelaskan bahwa salah satu ruang
lingkup kerja dokter gigi adalah memberikan pelayanan darurat (basic emergency
care), yang terdiri dari BLS (Basic Life Support). Kemampuan menanggulangi
kegawatdaruratan dengan BLS ini sangat diperlukan baik di area pre hospital maupun
intra hospital, sehingga dokter gigi harus mempunyai keterampilan dan kemampuan
dalam melakukan BLS. Dengan memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam BLS,
diharapkan dapat memberikan pelayanan yang terbaik kepada pasien, utamanya saat
pasien berada dalam kondisi gawat darurat.
2. Apa yang Anda lakukan apabila Anda temukan gigi tiruan pasien Anda
tertelan?
Pertama, lakukan pengecekan langsung dengan cara cross-finger untuk membuka
mulut (menggunakan 2 jari, yaitu ibu jari dan jari telunjuk tangan yang digunakan
untuk chin-lift, ibu jari mendorong rahang ke atas, telunjuk tangan menekan rahang
bawah ke bawah. Lihat gigi tiruan yang menyangkut di tenggorokan pasien. Setelah
terlihat, pindahkan gigi tiruan tersebut. Selain itu, kita dapat menggunakan metode
back blow, Heimlich maneuver serta Chest Thrust untuk mengeluarkan gigi tiruan
pasien.
3. Apa gunanya metode back blow di bidang kedokteran gigi?
Kegunaan back blow adalah untuk mengeluarkan benda padat yang membuntu jalan
nafas, sehingga jalan nafas akan terbuka dan membantu pernafasan. Bila jalan nafas
tidak dibebaskan dengan metode tertentu, penderita akan mengalami kesulitan dalam
bernafas yang pada akhirnya jatuh pada kondisi hipoksia hingga anoksia yang dapat
mengancam jiwa jika dibiarkan terlalu lama. Back blow dikhususkan untuk bayi,
karena jika dilakukan pada orang dewasa akan dikhawatirkan terjadi sumbatan penuh.
14
4. Apa gunanya metode Heimlich Manuever di bidang kedokteran gigi?
Tujuan dari metode Heimlich Manuever adalah untuk membebaskan jalan napas dari
sumbatan benda padat yang mengganggu jalan nafas sehingga menjamin jalan
masuknya udara ke paru secara normal dan menjamin kecukupan oksigenase tubuh.
Metode ini dilakukan jika metode Back blow tidak berhasil mengeluarkan benda padat
yang tertelan. Bagian yang ditekan pada metode ini adalah bagian ulu hati, hal ini
dilakukan saat benda mencapai perut.
5. Apa gunanya metode Chest Thrust di bidang kedokteran gigi?
Kegunaan dari metode Chest Thrust adalah untuk mengeluarkan benda padat yang
mengganggu jalan nafas, sehingga jalan nafas akan terbuka dan memudahkan pasien
dalam bernafas. Metode ini dikhususkan untuk bayi, anak yang gemuk dan wanita
hamil yang nantinya akan dipadukan dengan back blow untuk mengeluarkan benda
asing tersebut.
6. Apa yang Anda lakukan pada saat Anda jumpai pasien Anda mengalami pingsan
setelah dilakukan anestesi? Jelaskan.
Yang saya lakukan adalah mencoba memberikan PPDG (Pertolongan Pertama
Kegawat daruratan) dengan langkah awal yang harus dilakukan adalah pengangkatan
pasien, pengecekan kondisi pasien meliputi pernapasan pasien dan peredaran
darahnya. Jika pasien tidak sadar, yang pertama diperiksa adalah pernapasannya
dilihat dari terangkatnya dada/pupil mata kemudian diperiksa juga denyut nadi melalui
arteri carotis yang ada di leher. Jika memang dibutuhkan nafas buatan, segera hubungi
bantuan.
15
BAB IV
KESIMPULAN
Pertolongan Pertama pada Gawat Darurat (PPDG) adalah serangkaian usaha pertama
yang dapat dilakukan pada kondisi gawat darurat dalam rangka menyelamatkan pasien dari
kematian pada kondisi gawat darurat (cidera atau sakit mendadak). Pemberian PPGD dikenal
dengan Bantuan Hidup Dasar atau Basic Life Support (BLS), yang meliputi pembukaan jalan
nafas, pemberian nafas bantuan ataupun nafas buatan, serta Resusitasi Jantung Paru (RJP).
Kita sebagai mahasiswa Kedokteran Gigi memerlukan pengetahuan tentang BLS. Hal
ini dikarenakan salah satu ruang lingkup kerja dokter gigi adalah memberikan pelayanan
darurat (basic emergency care), yang terdiri dari BLS (Basic Life Support). Dengan memiliki
pengetahuan dan keterampilan dalam BLS, diharapkan dapat memberikan pelayanan yang
terbaik kepada pasien, utamanya saat pasien berada dalam kondisi gawat darurat.
16
DAFTAR PUSTAKA
Sloane, Ethel.2004.Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula.Jakarta:EGC
Guyton, Arthur C dan John E. Hall.2007.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Ed. 11.Jakarta:EGC
Suhartini, dkk.2014.Modul Kegawatdaruratan Medik Dental dan Indra Rasa
Kulit.Jember:Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember
17