lapfistum-apikal dominansi

17
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN APIKAL DOMINANSI DAN ABSISI JARINGAN TUMBUHAN OLEH : NAMA : MAYOLA ARDA NO BP : 1010422017 KELOMPOK: I A GANJIL ANGGOTA : 1. M. ANUGRAH S (1010423011) 2. NOVA ADRI YANTI (1010423021) 3. ABDINI PUTRI KIYASA (1010423035) ASISTEN : ANZHARNI FAJRINA

Upload: mayola-arda

Post on 30-Nov-2015

325 views

Category:

Documents


20 download

TRANSCRIPT

Page 1: lapfistum-apikaL dominansi

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN

APIKAL DOMINANSI DAN ABSISI JARINGAN TUMBUHAN

OLEH :

NAMA : MAYOLA ARDA

NO BP : 1010422017

KELOMPOK : I A GANJIL

ANGGOTA : 1. M. ANUGRAH S (1010423011)

2. NOVA ADRI YANTI (1010423021)

3. ABDINI PUTRI KIYASA (1010423035)

ASISTEN : ANZHARNI FAJRINA

LABORATORIUM FISIOLOGI TUMBUHAN

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG, 2012

Page 2: lapfistum-apikaL dominansi

I. PENDAHULUAN

1.1Tinjauan Pustaka

Dominansi apikal merupakan faktor penghambatan pertumbuhan dari pucuk

lateral yang terjadi selama pucuk terminal tumbuh normal. Efek penghambatan

ini disebabkan oleh tingginya konsentrasi auksin yang ternyata dibuat pada titik

tumbuh terminal. Apabila pucuk terminal dipotong maka pucuk lateral akan

segera tumbuh dan akan mengarah ke atas (Darmawan dan Baharsyah, 1983).

Produksi auksin pada ujung pucuk merupakan hambatan terhadap

pertumbuhan pucuk samping, dengan melakukan pemangkasan ujung pucuk

akan menyebabkan pertumbuhan tunas samping. Selain itu, diperkirakan bahwa

pertumbuhan tunas pucuk adalah karena kahat sitokinin, berarti bahwa tidak

tumbuhnya tunas-tunas samping adalah karena defisiensi terhadap auksin dan

sitokinin. Auksin disintesis dalam jumlah besar dalam tunas apikal tumbuhan

dan bergerak secara basipetal (arah pangkal batang) keseluruh bagian

tumbuhan. Aliran auksin ini berpengaruhmendorong pemanjangan sel batang

dan sekaligus menghambat pertumbuhan tunas pada ketiak daun (tunas

lateral). Hal ini mengakibatkan pertumbuhan keatas yang cepat (Salisbury and

Ross, 1995).

Bercabang tidaknya suatu tumbuhan biasanya bergantung pada

banyaknya auksin yang dihasilkan pada tunas apikal. Perkembangan tunas

lateral tidak saja dapat dirangsang dengan menghilangkan tunas apical tetapi

juga dengan memberikan senyawa-senyawa tertentu atau dengan memberikan

lingkungan fisik tertentu yang dapat menurunkan kandungan auksin tumbuhan.

Pemangkasan pucuk untuk mengatasi dominansi apical diterapkan dalam

praktek budidaya tanaman dengan tujuan membentuk tanaman atau

membuatnya tumbuh “menyemak” (Devlin, 1975).

Pemberian auksin pada tumbuhan dapat menghambat pula

perkembangan tunas lateral, suatu keadaan yang mirip dengan dominansi tunas

Page 3: lapfistum-apikaL dominansi

apikal. Salah satu respon jaringan tumbuhan terhadap perlakuan auksin adalah

pertumbuhan atau pembelahan sel secara acak, yang mengakibatkan terjadinya

perbanyakan sel. Kumpulan sel yang tidak atau sedikit terorganisasi semacam

ini disebut “kalus”. Batang yang terluka atau dipotong sering didapati

membentuk kalus bila diberi auksin (Noggle and Fritz 1979).

Ada beberapa pengaruh auksin terhadap aspek pertumbuhan sebgai

berikut adalah 1). Pemanjangan sel dimana IAA adalah dimana dan auksin lain

merangsang pemanjangan sel dan akan berakibat pada pada pemanjangan

keleoptil dan batang, 2). Tuanas ketiak yaitu IAA yang dibentuk pada meristem

apikal dan ditransfer ke bawah menghambat perkembangan tunas ketiak jika

maristem apikal di potong, tunas lateral akan berkembang, 3). Absisi daun,

adaun akan terpisah dari batang jika sel-sel pada daerah absisi mengalami

perubahan kimia san fisika, dan 4). Tumbuh akar dimana dalam akar pengaruh

IAA biasanya menghambat pemanjangan sel, kecuali pada konsentrasi rendah (

Heddy, 1996).

Auksin di sentesis dalam jumlah yang besar dalam tunas apikal

tumbuhan dan bergerak secara basipetal (kearah pangkal batang) ke seluruh

bagian tumbuhan. Aliran Auksin ini berpengaruh mendorong pemanjangan sel

batang dan sekaligus menghambat pertumbuahn tunas ketiak daun ( tunas

lateral). Hal ini mengakibatkan pertumbuhan ke atas yang cepat. Keadaan ini di

sebut dengan dominansi apikal (Salisbury and Ross, 1995).

Hormon yang penting ditemui pada tanaman adalah IAA dan giberelin.

Gabungan dari kedua enzim ini disebut auksin. Kompetisi untuk nutrien diantara

meristem tunas apikal dan meristem tunas lateral adalah faktor yang

menentukan dalam dominansi apikal. Jadi, karena meristem apikal sudah

terdapat dalam embrio dan melakukan pertumbuhan pada kecambah, ia akan

terus memerintah pasokan zat-zat nutrisi yang perlu, sehingga merusak tunas-

tunas lateral yang kemudian terbentuk (Heddy, 1996).

IAA yang dibentuk pada meristem apikal dan ditransportasikan ke bawah

mengahmbat perkembangan tunas ketiak (lateral). Jiak meristem apikal

Page 4: lapfistum-apikaL dominansi

dipotong, tunas lateral akan berkemabang. Jika kuncup ujung, beberapa

tanaman yang lazimnya dorman tetap akan tumbuh. Jika kuncup yang

terpenggal itu segera diganti oleh sumber auksin, zat penghambat tumbuh

segera bekerja dan pertumbuhan kuncup lateral akan gagal. Barangkali

dominasi ujung yang utuh disebabkan oleh auksin yang dihasilkan dalam

kuncup dan dialirkan ke batang bawah (Loveless, 1991).

Akar lateral seperti halnya kuncup lateral juga dipengaruhi oleh auksin

dan pemakaian zat. Zat ini dari luar sangat medorong pembentukan akar lateral.

Penggunaan praktis yang sangat penting dari gejala ini adalah menggalakkan

pembentukan akar pada perbanyakan dengan stek. Pada kenyataannya

penggunaan ini merupakan yang pertama dari banyak kegunaan auksin cacara

komersial (Lakitan, 2004).

Banyak faktor yang mempengaruhi ekspresi dominansi apikal, yaitu

faktor fisik dan faktok kimiawi. Faktor fisik antara lain yaitu karbondioksida,

oligosakarida, protein, senyawa organik dan berbagai hormon. Terhambatnya

pucuk lateral selama pucuk terminal tumbuh normal disebut apikal dominansi.

Dominansi apikal adalah manifer dalam paling sedikit tiga cara yaitu: dengan

menghambat sepenuhnya pada tunas axilaris, menghambat pertumbuhan dari

suatu pucuk dimana terdapat tunas dominansi, memberi efek-efek bagian dari

pucuk terhadap orientasi pada perkembangan organ lateral (Darmawan dan

Baharsyah, 1983).

1.2Tujuan

Praktikum ini bertujuan untuk mengamati hubungan antara aktifitas auksin

dengan dominansi tunas apikal dan untuk meneliti peranan auksin terhadap

proses absisi daun.

Page 5: lapfistum-apikaL dominansi

II. PELAKSANAAN PRAKTIKUM

2.1 Waktu dan tempat

Praktikum ini dilakukan pada hari Rabu tanggal 11 April 2012, di Laboratorium

Fiosiologi Tumbuhan, Jurusan Biologi, Universitas Andalas, Padang.

2.2 Alat dan bahan

Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah pisau silet, 6 pot

tanaman, kertas label, kertas milimeter, dan pasta. Bahan yang dibutuhkan

antara lain vaselin, IAA, 3 pot tanaman Coleus sp.

2.3 Cara Kerja

2.3.1 Hubungan Auksin Dengan Apikal Dominan

Pilih 3 pucuk tanaman yang Coleus sp.yang begus. Pucuk pertama dibiarkan

saja, pucuk kedua dipotong lalu diberi pasta IAA vaselin, pucuk ketiga dipotong

dan dibiarkan. Pemotongan dilakukan tepat dibawah pucuk. Setiap minggu

pasta IAA vaselin diganti dan diamati efek yang terjadi. Tanaman dibiarkan

tumbuh di dalam labor sampai berumur 21 hari (3 minggu) sesudah

pemasangan pasta IAA vaselin.

2.3.2 Auksin dan Absisi Jaringan Atau Organ Tumbuhan

Dipilih 2 pasang daun (empat daun) untuk masing-masing pot dan potong

dengan pisau silet pada pangkal helai daunnya, serta biarkan petiolnya.

Dibubuhkan pasta vaselin pada ujung 4 petiol pot 1, dan pasta IAA pada ujung 4

petiol pot kedua. Untuk kontrol adalah potongan daun tanpa pemberian pasta

pada pot ketiga. Diberi label disetiap petiol. Diukur panjang petiol pada saat

percobaan dimulai, dan setiap 3 hari sekali selama 21 hari. Dicatat kapan petiol

gugur.

Page 6: lapfistum-apikaL dominansi

2.4 Pengamatan

Melihat dan mengamati pengaruh dan efek hormon yang dibutuhkan oleh

tumbuhan. Yaitu pengaruh auksin dan vaselin. Auksin untuk pertumbuhan tunas

samping sedangkan vaselin untuk pertumbuhan akar lateral.

Page 7: lapfistum-apikaL dominansi

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil

3.1.1 Hubungan auksin dengan apikal dominan

Tabel 1. Panjang tunas samping Coleus sp

Pengamata

n

Perlakuan

Kontrol Diolesi IAA Diolesi Vaselin

Hari ke 7 Tidak ada tunas

samping0,9 cm 5 cm

Hari ke 14 Tidak ada tunas

samping1,6 cm 7 cm

Hari ke 21 Tidak ada tunas

sampingLayu 10 cm

Hari ke 28 Tidak ada tunas

sampingGugur Layu

3.1.2 Auksin dan absisi jaringan atau organ tumbuhan

Tabel 2. Pengamatan terhadap petiol Coleus sp

Perlakuan Panjang petiol (cm)

Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3

Diolesi vaselin

Petiol 1 3,8 Gugur Gugur

Petiol 2 2,5 Gugur Gugur

Petiol 3 3 3 Gugur

Petiol 4 2,5 3 Gugur

Diolesi IAA

Petiol 1 4,5 Gugur Gugur

Petiol 2 3,5 Gugur Gugur

Petiol 3 2,5 3,2 Gugur

Petiol 4 4 Gugur Gugur

Page 8: lapfistum-apikaL dominansi

Kontrol

Petiol 1 1,5 1,6 2

Petiol 2 1,5 2 Gugur

Petiol 3 1,8 2 Gugur

Petiol 4 1,2 1,5 2,5

3.2 Pembahasan

Dari tabel 1 diatas dapat dilihat, ternyata Coleus yang diolesi vaselin memiliki

tunas samping yang lebih panjang dibandingkan dengan yang diolesi IAA..

Sedangkan pada kontrol ( tunas lateral ) tunas sampingnya tidak muncul. Pada

kontrol yang dipotong dan dibiarkan saja tidak muncul tunas sampingnya karena

hormon auksin alami masih akan tetap disintesis oleh karena itu tunas

sampingnya tidak muncul sementara pertumbuhan apikalnya mengalami

pertumbuhan.

Dapat kita lihat bagaimana pengaruh vaselin yang diberikan pada bagian

pucuk tanaman dapat mengurangi pengaruh dominansi tunas apikal ( auksin ),

sehingga pada pertumbuhan tunas samping ( tunas lateral ) dapat mengalami

pertumbuhan. Secara tidak langsung vaselin yang diberikan mempunyai unsur

unsur yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tunas samping, dan dapat

mengurangi dominansi auksin.

Hal ini disebabkan karena IAA merupakan salah satu jenis auksin

sehingga juga menyebabkan dominansi apikal. Dominansi apikal terjadi karena

aktifitas dari auksin yang menyebabkan bentuk tajuk lebih cepat tumbuh ke arah

memanjang atau ke arah samping. Salah satu auksin yang dapat disintesa

adalah IAA (Indole Acetic Acid) yang berfungsi dalam proses pertumbuhan dan

perkembangan pada tumbuh-tumbuhan (Bidwell,1979).

Untuk tanaman yang mengunakan auksin, auksin ini merupakan untuk

mengahambat pertumbuhan akar samping dimana menurut Salisbury and Ross

(1995), Hambatan terhadap pertumbuhan pucuk samping ini ternyata

disebabkan adanya produksi auksin pada ujung pucuk, pemangkasan ujung

Page 9: lapfistum-apikaL dominansi

pucuk akan menyebabkan pertumbuhan tunas sanping. Selain itu, diperkirakan

bahwa pertumbuhan tunas pucuk adalah karena kahat sitokinin, berarti bahwa

tidak tumbuhnya tunas-tunas samping adalah karena defisiensi terhadap auksin

dan sitokinin. Auksin disintesis dalam jumlah besar dalam tunas apikal

tumbuhan dan bergerak secara basipetal (arah pangkal batang) keseluruh

bagian tumbuhan. Aliran auksin ini berpengaruh mendorong pemanjangan sel

batang dan sekaligus menghambat pertumbuhan tunas pada ketiak daun (tunas

lateral). Hal ini mengakibatkan pertumbuhan keatas yang cepat.

Pada sudut yang terbentuk antara masing-masing daun dan batang

terdapat suatu tunas aksiler (axillary bud), yang memiliki potensi untuk

membentuk suatu tunas cabang. Sebagian besar tunas aksiler yang masih

muda adalah dorman. Dengan demikian, pertumbuhan tunas yang masih muda

umumnya dipusatkan pada bagian apeksnya (ujungnya), dimana terdapat tunas

terminal (terminal bud) dengan daun yang sedang berkembang dan suatu

rentetan padat buku dan ruas. Adanya pucuk sedikit banyak bertanggung jawab

terhadap terhambatnya pertumbuhan tunas aksiler, suatu fenomena yang

disebut dominansi apikal (apical dominance) (Campbell dan Reece, 2003). Jadi

jelas bahwa hormon pertumbuhan menunjukkan pengaruh satu sama lainnya

atau hubungannya dengan perubahan sel-sel dari bentuk-bentuk yang unik

yang bebas menjadi bagian organisme yang menyatu dengan adanya

hubungan itu. hormon dibagi atas dua bagian, salah satunya adalah auksin yaitu

hormon yang mempercepat pertumbuhan dengan adanya rangsangan dari

perbesaran sel-sel tumbuhan yang akan mempercepat proses pertumbuhan.

Pernyataan di atas diperkuat oleh Darmawan dan Barhansyah( 1983),

dimana dominansi apikal terjadi dikarenakan aktivitas dari auksin yang

menyebabkan bentuk tajuk lebih cepat tumbuh kearah memanjang. Dominansi

apical merupakan faktor penghambatan pertumbuhan dari pucuk lateral yang

terjadi selama pucuk terminal tumbuh normal. Efek penghambatan ini

disebabkan oleh tingginya kosentrasi auksin yang ternyata dibuat pada titik

tumbuh pucuk terminal

Page 10: lapfistum-apikaL dominansi

Aktivitas auksin mengalir dari pucuk ke dasar batang suatu tanaman

yang ikut dalam proses prototropisme. Apabila auksin tidak berkurang, maka

akan terbentuk suatu lapisan khusus yang disebut dangan zona ambibisi, yang

merupakan tempat lepasnya tangkai daun. Absisi adalah gugurnya suatu organ

tanaman seperti daun , bunga, buah yang dipengaruhi oleh auksin. Absisi terjadi

dengan pecahan jaringan pembuluh secara fisiologis. Zona absisi tidak akan

terbentuk selama auksin yang dihasilkan masih cukup untuk dikirim ketangkai

daun (Salisbury and Ross, 1995).

Pada tabel 2 diatas petiol yang diolesi IAA tidak jatuh pada hari ke 14

pengamatan sedangkan petiol yang diolesi vaselin jatuh pada hari ke 6. Ini

melihatkan bahwa lebih kuat pengaruhnya vaselin yang diolesi ke petiol

daripada IAA yang dioleskan. Berdasarkan hasil yang diperoleh dapat diketahui

bahwa IAA berfungsi menunda proses absisi daun dibandingkan tanaman yang

diolesi vaselin. Tanaman yang diolesi IAA tidak mengalami abisisi sampai

pengamatan hari ke 14 sedangkan yang diolesi vaselin lebih cepat mengalami

absisi pada petiolnya.

Hal ini sesuai dengan literatur bahwa selain mearngsang pertumbuhan

tunas apikal auksin juga dapat berfungsi sebagai penundaan absisi daun dan

buah (Kimball, 1996). Absisi yang terjadi pada daun merupakan contoh senesen

(penuaan) yang jelas. Selama masa pertumbuhan, dengan bertambahnya umur

suatu tumbuhan, akan diikuti pula dengan proses penurunan kondisi yang

mengarah kepada kematian organ atau organisme. Bagian akhir dari proses

perkembangan, dari dewasa sampai hilangnya pengorganisasian dan fungsi

disebut senesen atau penuaan. Sel-sel yang telah berdiferensiasi pada

dasarnya mempunyai masa hidup terbatas, sehingga penuaan akan dialami

oleh semua sel pada saat yang berbeda-beda. Selama proses penuaan, pada

tingkat sel terjadi penyusutan struktur dan rusaknya membran seluler (Devlin,

1975).

Di dalam proses absisi, akan terjadi perubahan-perubahan metabolisme

dalam dinding sel dan perubahan secara kimia dari pektin dalam lamella tengah.

Page 11: lapfistum-apikaL dominansi

Pembentukan lapisan absisi (abscission zone) diikuti oleh pembentukan lapisan

pemisah (separation layer) dan lapisan pelindung (protective layer). Karena

banyaknya etilen dan sedikitnya auksin maka sel-sel tumbuh pada separation

layer. Keseimbangan dari dua jenis hormon ini menghasilkan mekanisme

pengaturan untuk mengontrol ukuran dan bentuk sel pada separation layer.

Pemisahan daundari tanaman merupakan proses hilangnya adhesi (perlekatan)

antar sel yang disebabkan oleh melarutnya lamella tengah oleh aktivitas enzim

hidrolitik seperti pektinase, polygalacturonase and cellulose. Pada waktu yang

sama, dinding sel primer mulai berkurang kekakuannya dan membengkak

akibat perubahan komponen kimia dalam sel (Gardner dan googer, 1991).

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Page 12: lapfistum-apikaL dominansi

Dari praktikum yang telah dilakukan didapatkan hasil sebagai berikut :

1. Coleus yang dipotong dan diberi vaselin, cepat mengasilkan tunas, dan

banyak mengasilkan daun dari pada perlakuan tunas dipotong dan diberi

IAA ( auksin ) dan kontrol.

2. Petiol yang diolesi vaselin lebih cepat gugur daripada petiol yang diolesi

IAA

4.2 Saran

Diharapkan kepada praktikan untuk lebih teliti dalam mengukur tinggi batang

dan melakukan pengamatan setiap harinya terhadap percobaan yang telah

dilakukan.

Page 13: lapfistum-apikaL dominansi

DAFTAR PUSTAKA

Bidwel, R. G. S. 1979. Plant Physiology. Second edition. Mac Milan Publishing :

New York.

Campbell dan Reece. 2003. Biologi Edisi Kelima Jilid 2. Erlangga. Jakarta.

Darmawan, I dan J. Baharsjah. 1983. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Suryadan. Semarang.

Devlin, Robert M. 1975. Plant Physiology Third Edition. D. Van Nostrand. New York.

Gardner, F. P. R. Brent pearce dan Goger L. Mitchell, 1991, Fisiologi Tanamanan Budidaya, Universitas Indonesia Press : Jakarta.

Heddy, S. 1996. Hormon Tumbuhan. PT Raja Grafindo Perkasa. Jakarta.

Kimball, J.W. 1996. Biologi Jilid II. Erlangga. Jakarta.

Lakitan, Benyamin. 2004. Dasar-Dasar Biologi Tumbuhan. PT Raya Grafindo Persada. Jakarta.

Loveeles. 1991. Prinsip-prinsip Biologi Tumbuhan Untuk Daerah Tropik. PT Gramedia. Jakarta.

Noggle, F.R dan G.J. Fritz.1997.Introductory Plant Physiology. Van Hostrand

Rain Hold : New York

Salisbury, J.W. dan Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid I. ITB. Bandung.

Yatim, Wildan. 1987. Pengamatan Biologi Modern. Tarsito. Bandung.