lap bod

28
LAPORAN PRAKTIKUM PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI BOD (Biological Oxygen Demand) Dosen Pembimbing: Ir. Endang Kusumawati, MT. Kelompok / Kelas : 7/ 3A Nama : 1. Sifa Fuzi A NIM. 131411027 : 2. Siti Nurjanah NIM. 131411028 : 3. Suci Susilawati NIM. 131411029 : 4. Dila Adila NIM. 131411059 Tanggal Praktikum : 24 November 2015 Tanggal Pengumpulan Laporan : 8 Desember 2015

Upload: irmanurfitriani5

Post on 13-Feb-2016

239 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

BOD

TRANSCRIPT

Page 1: lap bod

LAPORAN PRAKTIKUM PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI

BOD (Biological Oxygen Demand)

Dosen Pembimbing: Ir. Endang Kusumawati, MT.

Kelompok / Kelas : 7/ 3A

Nama : 1. Sifa Fuzi A NIM. 131411027

: 2. Siti Nurjanah NIM. 131411028

: 3. Suci Susilawati NIM. 131411029

: 4. Dila Adila NIM. 131411059

Tanggal Praktikum : 24 November 2015

Tanggal Pengumpulan Laporan : 8 Desember 2015

PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK KIMIA

JURUSAN TEKNIK KIMIA

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

TAHUN 2015

Page 2: lap bod

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Air merupakan sumber bagi kehidupan manusia.Salah satu sumber air yang ada di

permukaan bumi adalah sungai.Sungai sangat bermanfaat bagi manusia dan tidak kalah

pentingnya bagi biota air. Di samping itu, sungai di kota Surabaya merupakan suatu media

yang rawan terhadap pencemaran, dimana kota Surabaya merupakan kota besar yang penuh

akan industri dan padat akan penduduk. Tidak dapat disangkal lagi kalau sungai di kota

Surabaya merupakan tempat pembuangan limbah baik dari hasil industri maupun limbah

rumah tangga.

Pembuangan limbah ke dalam sungai, secara langsung maupun tidak langsung akan

berpengaruh terhadap pencemaran air, dan mengakibatkan kualitas air sungai tidak sesuai

dengan peruntukannya. Selain itu, sungai yang tercemar juga akan berpotensi menjadi

sumber penyakit yang sering kita sebut sebagai “waterborn disease” yang akan menurunkan

derajat kesehatan bagi masyarakat disekitarnya.

Untuk menjaga atau mencapai kualitas air sehingga dapat dimanfaatkan secara

berkelanjutan sesuai dengan tingkat mutu air yang diinginkan serta tidak menimbulkan

pencemaran lingkungan di daerah sekitar aliran sungai tersebut, maka perlu upaya

pengendalian dan pelestarian.

Dalam Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 115 tahun 2003

Tentang Pedoman Penentuan Status Air terdapat metode untuk menentukan status mutu air

dengan menggunakan system nilai dari “US-EPA (Environmental Protection Agency)”

dengan mengklasifikasikan mutu air menjadi empat kelas, antara lain memenuhi baku mutu,

cemar ringan, cemar sedang dan cemar berat.

Untuk mengetahui pengaruh limbah terhadap kualitas air sungai, maka perlu diketahui

dari parameter-parameter yang dipengaruhi oleh limbah. Salah satu sifat yang dapat diuji

untuk menentukan tingkat pencemaran air adalah BOD (Biological Oxygen Demand) dan

COD (Chemycal Oxygen Demand).

1.2 Tujuan

1) Mengukur banyaknya oksigen dalam sejumlah sample tertentu, sebelum maupun

sesudah diinkubasi selama tujuh hari

Page 3: lap bod

2) Menentukan kadar KMnO4 pada percobaan

3) Mengetahui pengaruh waktu inkubasi terhadap nilai BOD

Page 4: lap bod

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Pengertian Biochemical Oxygen Demand (BOD)

Biologycal Oxygen Demand (BOD) atau kebutuhan oksigen yang dibutuhkan oleh

mikroorganisme selama penghancuran bahan organik dalam waktu tertentu pada suhu 20 oC.

Oksidasi biokimiawi ini merupakan proses yang lambat dan secara teoritis memerlukan

reaksi sempurna. Dalam waktu 20 hari, oksidasi mencapai 95-99 % sempurna dan dalam

waktu 5 hari seperti yang umum digunakan untuk mengukur BOD yang kesempurnaan

oksidasinya mencapai 6– 70 %. Suhu 20 oC yang digunakan merupakan nilai rata-rata untuk

daerah perairan arus lambat di daerah iklim sedang dan mudah ditiru dalam inkubator. Hasil

yang berbeda akan diperoleh pada suhu yang berbeda karena kecepatan reaksi biokimia

tergantung dari suhu.

BOD adalah suatu analisa empiris yang mencoba mendekati secara global proses

mikrobiologis yang benar-benar terjadi dalam air.BOD merupakan parameter yang umum

dipakai untuk menentukan tingkat pencemaran bahan organik pada air limbah.Pemeriksaan

BOD diperlukan untuk menentukan beban pencemaran akibat air buangan dan untuk

mendesain sistem pengolahan secara biologis (G. Alerts dan SS Santika, 1987).Adanya bahan

organik yang cukup tinggi (ditunjukkan dengan nilai BOD dan COD) menyebabkan mikroba

menjadi aktif dan menguraikan bahan organik tersebut secara biologis menjadi senyawa

asam-asam organik.

Peruraian ini terjadi disepanjang saluran secara aerob dan anaerob. Timbul gas CH4,

NH3 dan H2S yang berbau busuk (Djarwanti dkk, 2000). Uji BOD ini tidak dapat digunakan

untuk mengukur jumlah bahan-bahan organik yang sebenarnya terdapat di dalam air, tetapi

hanya mengukur secara relatif jumlah konsumsi oksigen yang digunakan untuk mengoksidasi

bahan organi tersebut.Semakin banyak oksigen yang dikonsumsi, maka semakin banyak pula

kandungan bahan-bahan organik di dalamnya.

Salah satu variabel penentu yang menentukan kualitas air shingga kita dapat

menggolongkannya ke dalam empat golongan di atas adalah berdasarkan kandungan bahan

organiknya yang dapat dinyatakan sebagai nilai BOD dan COD. Untuk golongan A, nilai

ambang BOD adalah 20 dan COD adalah 40.Untuk golongan B, nilai ambang BOD adalah 50

dan COD adalah 100.Untuk golongan C, nilai ambang BOD adalah 150 dan COD adalah

Page 5: lap bod

300.Sedangkan untuk golongan D, nilai ambang BOD adalah 300 dan COD adalah 600

(Perdana, 1992).

Semua makhluk hidup membutuhkan oksigen tidak terkecuali organisme yang hidup

dalam air.Kehidupan akuatik seperti ikan mendapatkan oksigennya dalam bentuk oksigen

terlarut yang sebagian besar berasal dari atmosfer. Tanpa adanya oksigen terlarut pada tingkat

konsentrasi tertentu banyak jenis organisme akuatik tidak akan ada dalam air. Banyak ikan

akan mati dalam perairan tercemar bukan diakibatkan oleh toksitasi zat pencemar langsung,

tetapi karena kekurangan oksigen sebagai akibat dari digunakannya gas tersebut pada proses

penguraian/penghancuran zat pencemar (Achmad, 2004).Di dalam lingkungan bahan organik

banyak terdapat dalam bentuk karbohidrat, protein, dan lemak yang membentuk organisme

hidup dan senyawa-senyawa lainnya yang merupakan sumber daya alam yang sangat penting

dan dibutuhkan oleh manusia. Secara normal, bahan organik tersusun oleh unsur-unsur C, H,

O, dan dalam beberapa hal mengandung N, S, P, dan Fe (Achmad, 2004).

Senyawa-senyawa organik pada umumnya tidak stabil dan mudah dioksidasi secara

biologis atau kimia menjadi senyawa stabil, antara lain menjadi CO2 dan H2O. Proses inilah

yang menyebabkan konsentrasi oksigen terlarut dalam perairan menurun dan hal ini

menyebabkan permasalahan bagi kehidupan akuatik.

Biological Oxygen Demand (BOD) atau Kebutuhan Oksigen Biologis (KOB) adalah

suatu analisa empiris yang mencoba mendekati secara global proses-proses mikrobiologis

yang benar-benar terjadi di dalam air.Angka BOD adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan

oleh bakteri untuk menguraikan (mengoksidasikan) hampir semua zat organis yang terlarut

dan sebagian zat-zat organis yang tersuspensi dalam air.

Pemeriksaan BOD diperlukan untuk menentukan beban pencemaran akibat air

buangan penduduk atau industri, dan untuk mendisain sistem-sisitem pengolahan  biologis

bagi air yang tercermar tersebut. Penguraian zat organis  adalah peristiwa alamiah; kalau

sesuatu badan air dicemari oleh zat organik, bakteri dapat menghabiskan oksigen terlarut,

dalam air selama proses oksidasi tersebut yang bisa mengakibatkan kematian ikan-ikan dalam

air dan keadaan menjadi anaerobik dan dapat menimbulkan bau busuk pada air.Pemeriksaan

BOD didasarkan atas reaksi oksidasi zat organis dengan oksigen di dalam air, dan proses

tersebut berlangsung karena adanya bakteri aerob. Sebagai hasil oksidasi akan terbentuk

karbon dioksida, air dan Reaksi oksidasi dapat dituliskan sebagai berikut:

CnHaObNc  +  ( n + a/4 – b/2 – 3c/4 ) O2  ——–à  nCO2  +  ( a/2 – 3c/2 ) + H2O  +  cNH3

Atas dasar reaksi tersebut, yang memerlukan kira-kira 2 hari dimana 50% reaksi telah

tercapai, 5 hari supaya 75 % dan 20 hari supaya 100% tercapai maka pemeriksaan BOD dapat

Page 6: lap bod

dipergunakan untuk menaksir beban pencemaran zat organis. Chemical Oxygen Demand

(COD) atau Kebutuhan Oksigen Kimia (KOK) adalah jumlah oksigen (mg O2) yang

dibutuhkan untuk mengoksidasi zat – zat organis yang ada dalam 1 L sampel air. Angka COD

merupakan ukuran bagi pencemaran air oleh zat – zat organis yang secara alamiah dapat

dioksidasikan melalui proses mokrobiologis, dan mengakibatkan berkurangnya oksigen

terlarut di dalam air.

Oksigen terlarut adalah banyaknya oksigen yang terkandung didalam air dan diukur

dalam satuan ppm. Oksigen yang terlarut ini dipergunakan sebagai tanda derajat pengotor air

baku. Semakin besar oksigen yang terlarut, maka menunjukkan derajat pengotoran yang

relatif kecil.  Rendahnya nilai oksigen terlarut berarti beban pencemaran meningkat sehingga

koagulan yang bekerja untuk mengendapkan koloida harus bereaksi dahulu dengan polutan –

polutan dalam air menyebabkan konsusmsi bertambah.

2.2 Metode Analisa BOD

Metode Pemeriksaan BOD adalah dengan metode Winkler (itrasi di aboratorium).

Prinsipnya dengan menggunakan titrasi iodometri.Sampel yang akan dianalisis terlebih

dahulu ditambahkan larutan MnCl2 den NaOH-KI, sehingga akan terjadi endapan MnO2.

Dengan menambahkan H2SO4 atan HCl maka endapan yang terjadi akan larut kembali dan

juga akanmembebaskan molekul iodium (I) yang ekivalen dengan oksigen terlarut. Iodium

yang dibebaskan ini selanjutnyadititrasi dengan larutan standar natrium tiosulfat (Na2S2O3)

dan menggunakan indikator larutan amilum (kanji).

Prinsip pemeriksaan parameter BOD didasarkan pada reaksi oksidasi zat organik

dengan oksigen di dalam air dan proses tersebut berlangsung karena adanya bakteri aerobik.

Untuk menguraikan zat organik memerlukan waktu ± 2 hari untuk 50% reaksi, 5 hari untuk

75% reaksi tercapai dan 20 hari untuk 100% reaksi tercapai. Dengan kata lain tes BOD

berlaku sebagai simulasi proses biologi secara alamiah, mula-mula diukur DO nol dan setelah

mengalami inkubasi selama 5 hari pada suhu 20°C atau 3 hari pada suhu 25°C–27°C diukur

lagi DO air tersebut.

Perbedaan DO air tersebut yang dianggap sebagai konsumsi oksigen untuk proses

biokimia akan selesai dalam waktu 5 hari dipergunakan dengan anggapan segala proses

biokimia akan selesai dalam waktu 5 hari, walau sesungguhnya belum selesai.

Pengujian BOD menggunakan metode Winkler-Alkali iodida azida, adalah penetapan BOD

yang dilakukan dengan cara mengukur berkurangnya kadar oksigen terlarut dalam sampel

yang disimpan dalam botol tertutup rapat, diinkubasi selama 5 hari pada temperatur kamar,

Page 7: lap bod

dalam metode Winkler digunakan larutan pengencer MgSO4, FeCl3, CaCl2 dan buffer fosfat.

Kemudian dilanjutkan dengan metode Alkali iodida azida yaitu dengan cara titrasi, dalam

penetapan kadar oksigen terlarut digunakan pereaksi MnSO4, H2SO4, dan alkali iodida azida.

Sampel dititrasi dengan natrium thiosulfat memakai indikator amilum (Alaerts dan Santika,

1984).

1) Metoda titrasi dengan cara Winkler

Prinsip analisa BOD sama dengan penganalisaan Oksigen Terlarut salah satunya

adalah metode winkler. Prinsipnya dengan menggunakan titrasi iodometri.Sampel yang

akan dianalisis terlebih dahulu ditambahkan larutan MnCl2 dH-KI, sehingga akan terjadi

endapan Mn. Dengan menambahkan H2SO4ata HCl maka endapan yang terjadi akan larut

kembali dan juga akanmembebaskan molekul iodium (I) yang ekivalen dengan oksigen

terlarut. Iodium yang dibebaskan ini selanjutnyadititrasi dengan larutan standar natrium

tiosulfat (Na2S203) dan menggunakan indikator larutan amilum (kanji). Reaksi kimia yang

terjadi dapat dirumuskan

MnCI2 + NaOHMn(OH)2 + 2 NaCI

2 Mn(OH)2 + O2 2 MnO2 + 2 H2

MnO2 + 2 KI + 2 H2O Mn(OH)2 + I2 + 2 KOH

O3 + 2 NaI

2) Metoda lektrokimia

Metode Elektrokimia adalah menggunakan peralatan DO Meter. Untuk

menganalisa kadar BOD dengan alat ini adalah dengan menganalisa kadar DO hari 0 dan

selanjutnya menganalisa kadar DO hari ke 5. Selanjtnya kadar BOD dapat dianalisa

dengan mengurangkan selisih keduanya. Cara penentuan oksigen terlarut dengan metoda

elektrokimia adalah cara langsung untuk menentukan oksigen terlarut dengan alat DO

meter.

Prinsip kerjanya adalah menggunakan probe oksigen yang terdiri dari katoda dan

anoda yang direndam dalam larutan elektrolit.Pada alat DO meter, probe ini

biasanyamenggunakan katoda perak (Ag) dan anodaimbal (Pb). Secara keseluruhan,

elektroda ini dilapisi dengan membran plastik yang bersifat semi permeable terhadap

oksigen. Reaksi kimia yang akan terjadi adalah

Katoda : O2 + 2 H2O + 4e

Anoda : Pb + 2 HOPbO + H

Page 8: lap bod

2.3 Kelebihan dan Kelemahan Metode analisis BOD

1) Kelebihan dan Kelemahan Metode Winkler

Kelebihan Metode Winkler dalam menganalisa BOD melalui penganalisaan

oksigen terlarut (DO) terlebih dahulu adalah metoda Winkler lebih analitis, teliti dan

akuratapabila dibandingkan dengan cara alat DO meter. Hal yang perlu diperhatikan

dala titrasi iodometri ialah penentuan titik akhir titrasinya, standarisasi larutan tio dan

penambahan indikator amilumnya. Dengan mengikuti prosedur yang tepat dan

standarisasi tio secara analitis, akan diperoleh hasil penentuan oksigen terlarut yang

lebih akurat. Sedangkan caraDO meter, harus diperhatikan suhu dan salinitas sampel

yang akan diperiksa. Peranan suhu dan salinitas ini sangat vital terhadap akurasi

penentuan oksigen terlarut dengan cara DO meter. Disamping itu, sebagaimana

lazimnya alat yang digital, peranan kalibrasi alat sangat menentukan akurasinya hasil

penentuan. Berdasarkan pengalaman di lapangan, penentuan oksigen terlarut dengan

cara titrasi lebih dianjurkan untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat.

Alat DO meter masih dianjurkan jika sifat penentuannya hanya bersifat

kisaran.Kelemahan Metode Winkler dalam menganalisis oksigen terlarut (DO) adalah

dimana dengan cara Winkler penambahan indikator amylum harus dilakukan pada

saat mendekati titik akhir titrasi agar amilum tidak membungkus iod karena akan

menyebabkan amilum sukar bereaksi untuk kembali ke senyawa semula. Proses titrasi

harus dilakukan sesegera mungkin, hal ini disebabkan karena I2 mudah menguap. Dan

ada yang harus diperhatikan dari titrasi iodometri yang biasa dapat menjadi kesalahan

pada titrasi iodometri yaitu penguapan I2, oksidasi udara dan adsorpsi I2 oleh endapan.

2) Metoda elektrokimia

Cara penentuan oksigen terlarut dengan metoda elektrokimia tidak lebih

akurat dibandingkan metode winkler disebabkan alat ini tidak dapat mendeteksi

keseluruhan nilai oksigen terlarut dengan baik.Namun kelebihan metode ini adalah

alat ini mudah digunakan dan hasil yang diperoleh relatif cepat.

2.4 Penanggulangan Kelebihan Kadar BOD

Penanggulangan kelebihan kadar BOD adalah dengan cara sistem lumpur aktif yang

efisien dapat menghilangkan padatan tersuspensi dan BOD sampai 90%. Ada pula cara yang

lain yaitu dengan Sistem Constructed Wetland merupakan salah satu cara untuk pengolahan

lindi yang memanfaatkan simbiosis mikroorganisme dalam tanah dan akar tanaman. Sistem

ini juga merupakan sistem pengolahan limbah yang ekonomis. Penelitian ini bertujuan

Page 9: lap bod

menganalisis kemampuan sistem sub-surface constructed wetland untuk menurunkan

kandungan COD, BOD dan N total.

Apabila kandungan zat-zat organik dalam limbah tinggi, maka semakin banyak

oksigen yang dibutuhkan untuk mendegradasi zat-zat organik tersebut, sehingga nilai BOD

dan COD limbah akan tinggi pula. Oleh karena itu untuk menurunkan nilai BOD dan COD

limbah, perlu dilakukan pengurangan zat-zat organik yang terkandung di dalam limbah

sebelum dibuang ke perairan. Pengurangan kadar zat-zat organik yang ada pada limbah cair

sebelum dibuang ke perairan, dapat dilakukan dengan mengadsorpsi zat-zat tersebut

menggunakan adsorben. Salah satu adsorben yang memiliki kemampuan adsorpsi yang besar

adalah zeolit alam. Kemampuan adsorpsi zeolit alam akan meningkat apabila zeolit terlebih

dahulu diaktifkan.

Page 10: lap bod

BAB 3

METODOLOGI

3.1 Pembebasan Reduktor Dari Labu Erlenmeyer

100 ml air keran 3 butir batu didih5ml H2SO4 6N beberapa ml KMnO4 0,01 N

- ---------- 10 menit

3.2 Penetapan Angka KMnO4

10 ml Sampel 10 ml H2SO4 6N90 ml aquadest

10 menit ---------------- 10 ml KMn O4 0,01 N

10 ml H2C2O4 0,01 N

Pencampuran

pada Gelas Erlenmeyer

250 ml

Panaskan

Buang Cairan, setelah warna KmnO4 tidak

hilang

Pencampuran

pada Gelas Erlenmeyer bebas reduktor

didihkan

Campuran larutan yang telah dididihkan

Titrasi dengan KMnO4 0,01 N

Catat Volume KMnO4

0,01 N

Page 11: lap bod

3.3 Penetapan Faktor Ketelitian KMnO4

10 ml H2C2O4 0,01 N

Larutan KMnO4

3.4 Pembuatan Pengencer

3,0 ml lar.buffer fosfat 3,0 ml larutan MgSO4

3,0 ml lar. CaCl2 3,0 ml bibit mikroba3000 ml aquadest

30 menit ------------------------

Bila didapat KMnO4 sebesar 100mg/L untuk air limbah domestik pada umumnya

dapat dilakukan tiga pengenceran dengan:

P1 = 100/3 = 35 artinya 1 bagian sampel + 34 bagian pengenceran

(20 bagian sampel + 680 bagian pengenceran)

P2 = 100/5 = 20 artinya 1 bagian sampel + 19 bagian pengenceran

(35 bagian sampel + 665 bagian pengenceran)

P1 = 100/7 = 15 artinya 1 bagian sampel + 14 bagian pengenceran

(47 bagian sampel + 653 bagian pengenceran)

Larutan bekas titrasi

Titrasi

Catat Volume yang digunakan

Pencampuran

Aerasi

Page 12: lap bod

- P1

20 ml sampel 680 ml pengencer

------

Pencampuran

Botol 1

Tetapkan O2 terlarut

Botol 2

Inkubasi T = 20oC , t = 7 hari

Page 13: lap bod

3.5 Penetapan Oksigen Terlarut Berdasarkan Metode Winkler

Botol berisi sampel

Botol ditutup, pengocokan

Diamkan, perhatikan endapan.

Cairan di botol, pengocokan

Titrasi (warna kuning jerami)

Cairan di Erlenmeyer, pengocokan

Titrasi (warna kuning jerami)

Hasil Titrasi Hasil Titrasi

Titrasi (warna biru hilang)

Titrasi (warna biru hilang)

Catat Volume Tiosulfat

Catat Volume Tiosulfat

1 ml MnSO4 1ml larutan pereaksi O2

1ml H2SO4 pekat

1ml H2SO4

pekat

Lar. Tiosulfat1/80 N

Beberapa teteslarutan Kanji

Beberapa teteslarutan kanji

Page 14: lap bod

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2015. “Pengertian BOD Biological Oxygen Demand”. Available at

http://alatlab.org/2015/11/30/pengertian-bod-biological-oxygen-demand-

adalah/.Diunduh pada [2 Desember 2015].

Alaerts, G dan Santika, S. 1987. “Metoda Penelitian Air”. Usaha Nasional: Surabaya.

Azwir. 2006. “Analisa Pencemaran Air Sungai Tapung Kiri Oleh Limbah Industri Kelapa

Sawit Pt. Peputra Masterindo Di Kabupaten Kampar”. Available at:

eprints.undip.ac.id/15421/1/Azwir.pdf. diunduh pada [2 Desember 2015]

BSN.2004. “Tata cara pengambilan contoh dalam rangka pemantauan kualitas air pada suatu

daerah pengaliran sungai”. Available at http://balitbang.pu.go.id/sni/pdf/SNI%2006-

2412-1991.pdf.Diunduh pada [2 Desember 2015].

Hadi, Anwar. 2005. “Prinsip Pengelolaan Pengambilan Sampel Lingkungan. PT Gramedia’.

Pustaka Utama: Jakarta.

Peraturan Daerah Kota Surabaya No. 2 Tahun 2004 tentang Pengelolaan kualitas air dan

pengendalian pencemaran air. Available at http://puu-pi.menlh.go.id/pdf/ind/IND-PUU-

3-2001-lLampiran.pdf. Diunduh pada [2 Desember 2015].

Page 15: lap bod

BAB IV

PENGOLAHAN DATA DAN PEMBAHASAN

4.1 Pengolahan Data

Tabel 4.1 Data Pengamatan Praktikum

 

Parameter

ml Tiosulfat yang dibutuhkan untuk titrasi Pengenceran

Botol Erlenmeyer Total Rata-rata

Volume Sampel(mL)

Volume Pengencer

(mL)

BOD 0Blanko 0 19.5 9.2 28.7 28.7 7.7 300.3Botol 1 15.8 14.6 30.4 26.8 6.25 243.75Botol 2 13.7 9.5 23.2 7.875 307.125

BOD 7Blanko 0 8.1 6.6 14.7 14.7 8.225 320.775Botol 1 8.3 4.7 13 14.75 8.45 329.55Botol 2 9.5 7 16.5 8.375 326.625

Tabel 4.2 Penentuan Oksigen Terlarut

 Oksigen Terlarut

mg/L

BOD 0A 01 12.25A 02 7.41A rata-rata 9.83

BOD 7B 01 3.87B02 4.95B rata-rata 4.41

 C (blanko 0) 9.37D (blanko 7) 4.49

Hasil BOD yang di dapat

BOD = 211.92 mg/L

4.2 Pembahasan

Pada praktikum kali ini praktikan melakukan percobaan pengukuran kadar BOD

(Biochemical Oxygen Demand). BOD adalah jumlah oksigen yang diperlukan oleh

mikroorganisme (bakteri) untuk menguraikan zat organik yang terkandung dalam 1 liter

contoh air limbah secara biokimia pada keadaan aerobik dan pada kondisi tertentu. Jadi BOD

Page 16: lap bod

akan menunjukan banyaknya kandungan zat organik dalam contoh air limbah, berdasarkan

jumlah oksigen yang terkandung dalam contoh air limbah tersebut.

Percobaan dimulai dengan penetapan angka KMnO4. Penetapan angka KMnO4

bertujuan untuk mengetahui jenis pengenceran yang akan dilakukan pada langkah

selanjutnya. Pada penetapan angka KMnO4 praktikan mendapatkan nilai sebesar 120,031

ml/KMnO4. Sehingga praktikan menggunakan 3 kali pengenceran dengan nilai P1 sebesar

40,01 ml/KMnO4 . Selanjutnya dilakukan pengenceran untuk sampel1 (BOD0) dan sample2

(BOD7), pengenceran dilakukan di dalam botol BOD. Untuk sample2 (BOD7) dan Blanko7

dimasukan ke dalam incubator 20oC selama 7 hari untuk diamati kandungan BODnya 7 hari

kedepan. Sedangkan pengamatan langsung dilakukan untuk sampel1 (BOD0) dan Blanko0.

Pengamatan dilakukan dengan menggunakan metoda Winkler,yaitu dengan cara

menitrasi larutan sample yang sudah ditambahkana MnSO4, pereaksi O2, dan H2SO4, serta

kanji dengan menggunakan thiosulfat. Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan

didapatkan data sebagai berikut:

Tabel 4.2 Penentuan Oksigen Terlarut

Oksigen Terlarut

mg/L

BOD 0

A 01 12.25

A 02 7.41

A rata-rata 9.83

BOD 7

B 01 3.87

B 02 4.95

B rata-rata 4.41

C (blanko 0) 9.37

D (blanko 7) 4.49

Dari tabel 4.2 yang ditampilkan diatas dapat dilihat bahwa kandungan oksigen terlarut

baik pada sampel maupun blanko yang sudah diinkubasi selama 7 hari cenderung menurun,

kandungan oksigen terlarut pada BOD0 memiliki rata rata 9.83 mg/l dan kandungan oksigen

terlarut pada blanko0 sebesar 9.37 mg/l sedangkan pada BOD7 yang telah diinkubasi selama 7

hari kandungan oksigen terlarutnya menjadi 4.41 mg/l dan pada blanko7 menjadi 4.49 mg/l

Page 17: lap bod

penurunan kadar oksigen ini menunjukan jumlah zat organic dalam sampel semakin

meningkat sehingga mikroorganisme membutuhkan semakin banyak oksigen untuk

menguraikannya.

Page 18: lap bod

LAMPIRAN

a. PenetapanAngka KMnO4

mlsampel = 10 ml

ml KMnO4 (1) (α) = 7.8 ml

ml KMnO4 (2) = 12.9 ml

factorketelitian (f) = 10/ mg/L KMnO4

= 0.775

mg/L KMnO4 = 1000/ ml sample x {(10,0 + a) f - 10} x 0,01 x 31,6

= 100 x {(10,0 + 7,8) 0,775 - 10} x 0,01 x 31,6

= 120,031 mg/L

mg/lt KMnO4 = 120,031 / 3 = 40,01 mg/L

b. Pengenceran

Pengenceran

Volume sampel (ml) =

Volume pengencer (ml) = volume botol sampel – volume sampelP1 = 40

1. Blangko0

Volume sample (ml) = x 308

= 7.7 mlVolume pengencer (ml) = 308 ml – 7.7 ml

= 300,3 ml

2. Sampel0(1)

Volume sampel (ml) = x 250 ml

= 6,25 mlVolume pengencer (ml) = 250 ml – 6.25 ml

= 243,75 ml

3. Sampel0(2)

Volume sampel (ml) = x 315 ml

Page 19: lap bod

= 7,875 mlVolume pengencer (ml) = 315 ml – 7.875 ml

= 307,125 ml

4. Blangko7

Volume sampel (ml) = x 329 ml

= 8.225 mlVolume pengencer (ml) = 329 ml – 8.225 ml

= 320,775 ml

5. Sampel7(1)

Volume sampel (ml) = x 338 ml

= ml

Volume pengencer (ml) = 338 ml – 8.45 ml = 329,55 ml

6. Sampel7(2)

Volume sampel (ml) = x 335 ml

= 8,375 mlVolume pengencer (ml) = 335 ml – 8.375 ml

= 326,625 ml

c. Penetapan Oksigen Terlarut Metoda Winkler

Konsentrasi Thiosulfat (N) = 1/80 N

Table 4.2 Penggunaan (mL) Tiosulfat Untuk Titrasi

 Parameter ml Tiosulfat yang dibutuhkan untuk titrasi

Botol Erlenmeyer Total Rata-rata

BOD 0Blanko 0 19.5 9.2 28.7 28.7Botol 1 15.8 14.6 30.4 26.8Botol 2 13.7 9.5 23.2

BOD 7Blanko 0 8.1 6.6 14.7 14.7Botol 1 8.3 4.7 13 14.75Botol 2 9.5 7 16.5

Page 20: lap bod

mg/L O2 =

BOD = P (A-B) – (C-D)A 01 = mg/l O2sampelnolhari

= = 12.25 mg/L O2

A 02 = mg/l O2sampelnolhari

= = 7.41 mg/L O2

A rata-rata = = 9.83 mg/L O2

B = mg/l O2sampeltujuhhari

B01= = 3.87 mg/L O2

B 02 = = 4.95 mg/L O2

Rata-rata B= = 4.41 mg/L O2

C = mg/l O2blangkonolhari

C = = 9.37 mg/L O2

D = mg/l O2blangkotujuhhari

D = = 4.49 mg/L O2

d. Penentuan BOD

BOD = P ( A - B ) – ( C – D )

Page 21: lap bod

= 40 ( 9.83 – 4.41) – ( 9.37 – 4.49 )

= 211.92 mg/L