laju pertumbuhan dan kualitas wol domba batur … · teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di...

23
LAJU PERTUMBUHAN DAN KUALITAS WOL DOMBA BATUR DAN DOMBA GARUT AANG HUDAYA DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

Upload: dinhcong

Post on 13-Mar-2019

260 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: LAJU PERTUMBUHAN DAN KUALITAS WOL DOMBA BATUR … · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis

LAJU PERTUMBUHAN DAN KUALITAS WOL DOMBA

BATUR DAN DOMBA GARUT

AANG HUDAYA

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN

FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

Page 2: LAJU PERTUMBUHAN DAN KUALITAS WOL DOMBA BATUR … · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis
Page 3: LAJU PERTUMBUHAN DAN KUALITAS WOL DOMBA BATUR … · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Laju Pertumbuhan dan

Kualitas Wol Domba Batur dan Domba Garut adalah benar karya saya dengan arahan

dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada

perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya

yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam

teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Maret 2014

Aang Hudaya

NIM D14090076

Page 4: LAJU PERTUMBUHAN DAN KUALITAS WOL DOMBA BATUR … · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis

ABSTRAK

AANG HUDAYA. Laju Pertumbuhan dan Kualitas Wol Domba Batur dan

Domba Garut. Dibimbing oleh MOHAMAD YAMIN dan TOTONG.

Domba batur dan domba garut memiliki potensi yang bagus untuk

dimanfaatkan wolnya karena kedua jenis domba ini merupakan persilangan antara

domba lokal dengan domba penghasil wol terbaik, yaitu domba merino. Penelitian

tentang kualitas wol domba lokal masih sangat terbatas. Informasi mengenai laju

pertumbuhan dan kualitas wol akan berguna sebagai referensi untuk pemanfaatan

dan pengolahan wol. Peubah yang diamati dalam penelitian ini yaitu laju

pertumbuhan, panjang, diameter, kekuatan dan kemuluran serat. Sampel wol yang

diambil berasal dari bagian midside. Penelitian dilaksanakan di peternakan domba

di kabupaten Garut dan kabupaten Banjarnegara dan Laboratorium Evaluasi

Fisika Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil Bandung. Data dianalisis menggunakan

Uji T dengan 2 sampel independen dan 5 ulangan. Data diolah menggunakan

program Minitab 16. Hasil analisis menunjukkan beda nyata pada parameter

panjang, diameter dan laju pertumbuhan serat. Sebaliknya, pada parameter

kekuatan dan kemuluran serat faktor bangsa tidak berpengaruh nyata pada

parameter tersebut. Domba batur memiliki karakteristik dan kualitas wol yang

lebih baik daripada domba garut sehingga lebih berpeluang untuk dikembangkan

sebagai domba penghasil wol.

Kata kunci : domba batur, domba garut, kualitas wol, laju pertumbuhan

ABSTRACT

AANG HUDAYA. Wool Quality and Growth Rate of Batur and Garut Sheep.

Supervised by MOHAMAD YAMIN dan TOTONG.

Batur sheep and garut sheep have good potential of their wool utilization

because both types of sheep are crossbreed between local sheep with merino

sheep. Research about wool quality of local sheep is still very limited. Information

about growth rate and quality of wool would be useful as a reference for the

utilization and processing of wool. Parameters observed in this research consist of

growth rate, staple length, fibre diametre, staple strength, and staple elongation.

Wool sample taken from midside body of sheep. This experiment was conducted

on a sheep farm in Garut and Banjarnegara and Physical Evaluation Laboratory,

Higher School of Textille Technology Bandung. Data were analyzed using T-

Test method with 2 independent samples with five replicates of each samples and

the data then was processed using Minitab 16. The analysis showed significant

difference in the parameters of length, diameter and fibre growth rate. Conversely,

breed factor had no significantly differences to staple strength and staple

elongation. Batur sheep has a characteristic and wool’s quality better than garut

sheep, so that batur sheep has a more chance to develop as a wools producer.

Key words : batur sheep, garut sheep, growth rate, wool quality

Page 5: LAJU PERTUMBUHAN DAN KUALITAS WOL DOMBA BATUR … · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Peternakan

pada

Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan

LAJU PERTUMBUHAN DAN KUALITAS WOL DOMBA

BATUR DAN DOMBA GARUT

AANG HUDAYA

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN

FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

Page 6: LAJU PERTUMBUHAN DAN KUALITAS WOL DOMBA BATUR … · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis
Page 7: LAJU PERTUMBUHAN DAN KUALITAS WOL DOMBA BATUR … · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis

Judul Skripsi : Laju Pertumbuhan dan Kualitas Wol Domba Batur dan Domba

Garut

Nama : Aang Hudaya

NIM : D14090076

Disetujui oleh

Dr Ir Mohamad Yamin, MAgrSc Pembimbing I

Totong, AT MT

Pembimbing II

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Muladno, MSA Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

Page 8: LAJU PERTUMBUHAN DAN KUALITAS WOL DOMBA BATUR … · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas

segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Penelitian ini

dilaksanakan sejak bulan April sampai Oktober 2013 menggunakan sumber dana

hibah dari Beastudi Etos dan Beasiswa BUMN. Judul penelitian ini adalah Laju

Pertumbuhan dan Kualitas Wol Domba Batur dan Domba Garut.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Mohamad Yamin, MAgr

Sc dan Bapak Totong, AT MT selaku pembimbing skripsi, serta Ibu Ir Hj

Komariah, MSi selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan

nasihat. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Ryan dan

tim dari Laboratorium Evaluasi Fisika STT Tekstil Bandung, Bapak Mishad dan

Mas Lukman dari kelompok ternak Mandiri, serta Bapak Yudi dari peternak

domba di Leles. Tak lupa juga ungkapan terimakasih untuk rekan seperjuangan

saya selama penelitian, Darojat Ulil Amri. Ungkapan terima kasih juga

disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga dan teman-teman, atas

segala doa dan kasih sayangnya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Maret 2014

Aang Hudaya

Page 9: LAJU PERTUMBUHAN DAN KUALITAS WOL DOMBA BATUR … · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL viii DAFTAR GAMBAR viii DAFTAR LAMPIRAN viii PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1 Tujuan Penelitian 2 Ruang Lingkup Penelitian 2

METODE 2 Waktu dan Tempat Penelitian 2 Ternak 2 Alat 3

Prosedur 3 Pengukuran Laju Pertumbuhan (SNI 08-0590-1989) 3 Pengukuran Panjang Serat (SNI 08-0590-1989) 4 Pengukuran Diameter Serat 4 Pengukuran Kekuatan dan Kemuluran Serat (SNI 08-0461-1989) 4 Analisis Data 4

HASIL DAN PEMBAHASAN 5 Laju Pertumbuhan Serat 5 Panjang Serat 7 Diameter Serat 7 Kekuatan dan Kemuluran Serat 8

SIMPULAN DAN SARAN 10 Simpulan 10 Saran 10

DAFTAR PUSTAKA 10 LAMPIRAN 12 RIWAYAT HIDUP 13

Page 10: LAJU PERTUMBUHAN DAN KUALITAS WOL DOMBA BATUR … · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis

DAFTAR TABEL

1 Pengaruh bangsa terhadap laju pertumbuhan, panjang, dan diameter serat

wol 5 2 Pengaruh bangsa terhadap kekuatan dan kemuluran serat wol 8

DAFTAR GAMBAR

1 (a) domba batur dan (b) domba garut 3 2 Sampel wol bagian midside 3

3 (b) stelometer dan (b) microbalance 4

DAFTAR LAMPIRAN

1 Hasil uji T panjang serat 12 2 Hasil uji T kekuatan serat 12 3 Hasil uji T kemuluran serat 12 4 Hasil uji T diameter serat 12 5 Hasil uji T laju pertumbuhan serat 12

Page 11: LAJU PERTUMBUHAN DAN KUALITAS WOL DOMBA BATUR … · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Domba merupakan salah satu jenis ternak yang dikembangkan di Indonesia

dan populasinya terus meningkat. Berdasarkan Data Statistik Peternakan 2013,

jumlah populasi domba di Indonesia hingga 2013 mencapai 9 juta ekor. Hampir

semua jenis domba tersebut dimanfaatkan sebagai penghasil daging. Diantara

sekian banyak jenis domba yang ada di Indonesia, domba batur dan domba garut

merupakan jenis domba yang bersifat dwiguna, yaitu bisa dimanfaatkan sebagai

domba penghasil daging dan wol.

Wol dari kedua jenis domba tersebut memiliki potensi yang besar untuk

dimanfaatkan karena di Indonesia mulai berkembang industri karpet wol. Populasi

domba pada tahun 2012 di Banjarnegara dalam Banjarnegara dalam angka 2013

mencapai 111 909 ekor. Jika diasumsikan jumlah domba batur mencapai 70% dari

total populasi domba di Banjarnegara yaitu sekitar 78 000 ekor dengan wol yang

dihasilkan sebanyak 3 kg/ekor/pencukuran dan dalam satu tahun dilakukan 2 kali

pencukuran, maka jumlah wol yang bisa diperoleh mencapai 468 ton.

Potensi produksi wol tersebut bisa dimanfaatkan sebagai substitusi wol

impor yang selama ini digunakan untuk industri karpet wol. Berdasarkan Data

Statistik Peternakan 2012, terdapat 12 importir top wol yang tersebar di DKI

Jakarta dan Jawa Barat dengan total wol yang diimpor dari China dan Inggris pada

tahun 2012 sebesar 847 ton. Artinya wol domba batur berpeluang untuk

memenuhi 50% kebutuhan industri wol karpet di Indonesia. Peluang besar ini

perlu didukung oleh pemerintah terhadap domba batur dan domba garut agar

dapat dimanfaatkan wolnya serta mampu menggantikan wol impor.

Penelitian Yamin dan Mulatsih (2012) menyatakan bahwa domba

persilangan merino memiliki rataan diameter wol antara 22-23 mikron. Ukuran

diameter serat tersebut masuk ke dalam klasifikasi jenis wol yang bisa

dimanfaatkan untuk industri karpet wol. Penelitian tentang kualitas wol domba

batur dan domba garut masih terbatas. Penelitian tentang kualitas serat wol domba

garut dilakukan oleh Syamsono (2002) tapi hanya sebatas pada beberapa

parameter saja seperti panjang dan diameter serat. Informasi mengenai kualitas

serat wol domba batur secara khusus belum ditemukan. Beberapa penelitian

tentang wol domba batur hanya meneliti pengaruh pakan terhadap wol serta

potensi pengembangan domba batur, seperti penelitian yang dilakukan oleh

Gayatri dan Handayani (2007). Oleh karena itu, perlu adanya penelitian mengenai

kualitas wol domba batur dan domba garut sehingga diperoleh data karakteristik

wol domba tersebut.

Data yang diperoleh dari penelitian ini harapannya akan bermanfaat bagi

peternak, pelaku industri wol serta pemerintah sebagai pemegang kebijakan. Bagi

peternak, informasi mengenai data kualitas wol ini akan menjadi salah satu

referensi dalam memelihara domba penghasil wol karena dengan sistem

pemeliharaan yang baik akan menghasilkan wol dengan kualitas yang baik

sehingga menjadi nilai tambah bagi. Pelaku industri wol bisa memanfaatkan data

kualitas wol ini untuk menjadi acuan mereka dalam memperoleh serat wol yang

baik dari peternak domba di dalam negeri. Bagi pemerintah, semoga data ini

Page 12: LAJU PERTUMBUHAN DAN KUALITAS WOL DOMBA BATUR … · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis

2

menjadi salah satu pertimbangan yang kuat untuk mengembangkan dan

meningkatkan populasi domba batur dan domba garut sehinga bisa menghasilkan

wol dalam jumlah yang banyak dan berkualitas baik. Produksi dan kualitas wol

yang baik harapannya mampu bersaing dengan wol yang selama ini diimpor dari

luar negeri sehingga bisa memenuhi permintaan wol dalam negeri.

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah mempelajari laju pertumbuhan dan

kualitas wol domba batur dan domba garut sehingga hasil penelitian ini menjadi

tambahan referensi untuk pemanfaatan wol di Indonesia.

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini menggunakan domba batur dan domba garut. Peubah yang

diuji yaitu laju pertumbuhan, panjang, diameter, kekuatan dan kemuluran serat

wol.

METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan sejak bulan April sampai Oktober 2013. Pencukuran

sampel serat wol domba dilakukan di Desa Margaluyu, Leles, Kabupaten Garut

dan di Desa Batur, Kabupaten Banjarnegara pada bulan April sampai Juni 2013.

Pengukuran sampel serat wol dilakukan di Laboratorium Evaluasi Fisika, Sekolah

Tinggi Teknologi Tekstil (STTT) Bandung pada bulan September sampai Oktober

2013.

Ternak

Ternak yang digunakan dalam penelitian ini yaitu domba betina berumur

antara I1 – I2 sebanyak 10 ekor yang terdiri dari 5 ekor domba garut (2 ekor jantan

dan 3 ekor betina) dan 5 ekor domba batur betina. Domba garut berasal dari

kelompok ternak domba di desa Margaluyu, Kecamatan Leles, Kabupaten Garut

dan domba batur berasal dari kelompok ternak Mandiri, Kecamatan Batur,

Kabupaten Banjarnegara.

Sampel domba batur berasal dari 1 kandang yang sama, sedangkan untuk

domba garut berasal dari beberapa kandang yang berbeda karena kondisi

ketersediaan sampel. Contoh domba batur dan domba garut yang digunakan dalam

penelitian disajikan pada Gambar 1 berikut.

Page 13: LAJU PERTUMBUHAN DAN KUALITAS WOL DOMBA BATUR … · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis

3

(a) domba batur (b) domba garut

Gambar 1 Domba yang digunakan dalam penelitian : (a) domba batur dan

(b) domba garut

Alat

Peralatan yang digunakan yaitu alat cukur elektrik, plastik klip, pinset,

gunting, ember plastik, mistar, papan hitam, Thickness Gauge, Microbalance dan

Stelometer.

Prosedur

Penelitian ini diawali dengan pengambilan sampel wol domba batur dan

domba garut pada bagian midside sebelah kiri seluas 10x10 cm2 dari setiap ekor.

Pengambilan sampel wol pada bagian midside ini mengacu pada penelitian Yamin

(2006). Bagian midside dianggap bisa mewakili semua bagian tubuh dan

parameter dalam pengujian kualitas wol.

Alat yang digunakan untuk pengambilan sampel adalah pencukur wol

elektrik. Sampel wol dicukur hingga bagian pangkal serat kemudian dimasukkan

ke dalam plastik klip berlabel untuk dilakukan pengukuran panjang serat, laju

pertumbuhan, diameter, kekuatan dan kemuluran serat. Bagian sampel midside

yang digunakan dalam penelitian disajikan pada Gambar 2 berikut.

Gambar 2 Sampel wol bagian midside

Pengukuran Laju Pertumbuhan (SNI 08-0590-1989)

Laju pertumbuhan diukur dengan cara mencukur wol pada hari ke-0 dan

dibiarkan tumbuh untuk dicukur kembali pada hari ke-30. Hasil pencukuran pada

Page 14: LAJU PERTUMBUHAN DAN KUALITAS WOL DOMBA BATUR … · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis

4

hari ke-30 diukur dan dinyatakan sebagai panjang wol yang tumbuh per satuan

waktu. Pengukuran laju pertumbuhan serat sama dengan pengukuran panjang

serat, yaitu menggunakan metode papan hitam.

Pengukuran Panjang Serat (SNI 08-0590-1989)

Panjang serat diukur mulai dari pangkal hingga ujung serat. Pengukuran

panjang serat dilakukan dengan menggunakan metode papan hitam. Serat yang

akan diukur diletakkan di atas papan hitam, kemudian diolesi minyak kelapa atau

pelumas lainnya agar serat terbentang lurus.

Serat kemudian diukur menggunakan mistar stainless steel dengan satuan

millimeter (mm). Pengukuran dilakukan sebanyak 100 helai serat untuk setiap

sampelnya.

Pengukuran Diameter Serat

Diameter serat diukur menggunakan Thickness Gauge dengan ketelitian alat

0.01 mm. Pengukuran dilakukan per helai dengan jumlah 100 helai serat dari

setiap sampel wol.

Pengukuran Kekuatan dan Kemuluran Serat (SNI 08-0461-1989)

Kekuatan dan kemuluran serat diuji menggunakan Stelometer. Bundel serat

mula-mula disisir dan diletakkan pada penjepit serat yang telah dipasang pada

clamp vice. Ujung-ujung serat yang menonjol keluar dari penjepit dipotong hingga

rata. Penjepit serat tersebut lalu dimasukkan pada stelometer, kemudian kunci alat

dilepas hingga serat terputus.

Beban putus dan kemuluran serat dibaca pada skala. Serat lalu ditimbang

menggunakan neraca ukur (Microbalance). Kekuatan serat merupakan

perbandingan antara beban memutus dengan berat serat tersebut.

(a) stelometer (b) microbalance

Gambar 3 Alat pengukur kekuatan dan kemuluran serat : (a) stelometer dan

(b) microbalance

Analisis Data

Penelitian ini menggunakan 2 jenis sampel dengan 1 perlakuan yaitu

perlakuan bangsa. Bangsa domba yang digunakan yaitu domba batur dan domba

garut. Data yang diperoleh diolah dengan metode uji-T dengan 2 sampel bebas

(independent samples test) (Walpole 1995). Setiap perlakuan mendapat ulangan

sebanyak 5 kali. Model matematika rancangan percobaan yang digunakan :

Page 15: LAJU PERTUMBUHAN DAN KUALITAS WOL DOMBA BATUR … · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis

5

x x

√(

) (

)

Keterangan:

x

: rata-rata kelompok a

x : rata-rata kelompok b

Sp : standar deviasi gabungan

n1 : jumlah sampel kelompok a

n2 : jumlah sampel kelompok b

HASIL DAN PEMBAHASAN

Laju Pertumbuhan Serat

Berdasarkan hasil pengujian pada Tabel 1, laju pertumbuhan wol domba

batur lebih cepat dibandingkan wol domba garut, yaitu 0.5 mm hari-1

, sedangkan

wol domba garut laju pertumbuhannya hanya 0.31 mm hari-1

. Domba batur

memiliki laju pertumbuhan yang lebih cepat karena berasal dari persilangan

domba merino yang memiliki karakteristik wol dengan laju pertumbuhan yang

cepat. Laju pertumbuhan wol domba merino adalah 0.2 mm hari-1

(Leeder 1984).

Hasil penelitian ini menunjukkan laju pertumbuhan wol domba batur dan domba

garut lebih cepat dibandingkan dengan domba merino.

Tabel 1 Pengaruh bangsa terhadap laju pertumbuhan, panjang, dan diameter serat

wol

Parameter Domba Batur Domba Garut Hasil

Uji Nilai P

Laju Pertumbuhan Serat (mm hari-1

) 0.50 ± 0.10 0.31 ± 0.05 SN 0.005

Panjang Serat (mm) 72.4 ± 14.3

36.27 ± 5.31

SN 0.001

Diameter Serat (µm) 15.4 ± 1.82 69.6 ± 13.94 SN 0.000 Keterangan : SN (sangat nyata) pada taraf P<0.05

Laju pertumbuhan serat merupakan salah satu parameter yang dapat dilihat

dari produksi wol seekor domba. Laju pertumbuhan dinyatakan sebagai panjang

serat yang tumbuh per satuan waktu. Produksi wol setiap bangsa domba berbeda-

beda karena dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor bangsa, jenis ternak,

dan lingkungan. Bangsa dan jenis ternak yang berbeda akan menghasilkan

produksi wol yang berbeda baik dalam jumlah maupun kualitasnya. Faktor

lingkungan meliputi iklim dan nutrisi.

Kondisi lingkungan di kedua lokasi penelitian berbeda baik dari segi iklim,

ketinggian maupun sistem perkandangan. Domba batur berasal dari daerah yang

lebih sejuk dibandingkan lokasi pengambilan sampel wol domba garut. Desa

Batur memiliki rataan suhu harian 15 ºC, sedangkan suhu udara di desa Leles

hanya berkisar antara 23-25 ºC. Perbedaan kondisi lingkungan inilah yang

menjadi salah satu faktor perbedaan laju pertumbuhan serat wol. Selain itu, sistem

Page 16: LAJU PERTUMBUHAN DAN KUALITAS WOL DOMBA BATUR … · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis

6

perkandangan yang digunakan di kedua lokasi ini juga berbeda. Domba batur

dipelihara dengan sistem perkandangan yang tertutup dengan sekeliling kandang

yang ditutup menggunakan bilik bambu sehingga kondisi di dalam kandang

sangat lembab. Faktor suhu lingkungan serta desain perkandangan sangat kecil

pengaruhnya terhadap pertumbuhan wol jika dibandingkan dengan pengaruh

bangsa (Charles 1983).

Cekaman panas dan dingin dapat mempengaruhi laju pertumbuhan wol.

Penelitian menunjukkan lingkungan yang mendapat cekaman panas dan dingin

yang berlebih akan mengakibatkan penurunan laju pertumbuhan wol. Hal ini

terutama terjadi pada domba yang dipelihara di negara sub-tropis. Pada musim

dengan panjang hari yang singkat (musim dingin) laju pertumbuhan wol menurun

dan meningkat pada musim dengan panjang hari yang lama (musim panas), meski

demikian faktor perbedaan bangsa tetap lebih dominan daripada faktor musim

(Bottomley 1979).

Status hormon pada domba memberikan pengaruh signifikan dalam

mengontrol laju pertumbuhan wol di sepanjang tahun. Hormon melatonin yang

disekresikan dari kelenjar pineal menjadi kunci dalam mengontrol siklus

pertumbuhan wol. Sekresi hormon dalam konsentrasi yang tinggi terjadi pada

periode musim dingin dan mengakibatkan peningkatan pembentukan folikel kemp

pada domba Limousin saat musim dingin (Allain et al. 1994). Hormon prolaktin

yang disekresikan dari kelenjar pituitari lebih banyak dihasilkan pada musim

gugur menyebabkan peningkatan pertumbuhan folikel wol.

Menurut Ensminger (1991) laju pertumbuhan wol juga dipengaruhi oleh

kualitas pakan. Kualitas pakan yang mempengaruhi pertumbuhan wol adalah

pakan yang mengandung protein, mineral sulfur dan energi, baik dalam bentuk

konsentrat maupun hijauan. Pertumbuhan maupun efisiensi pertumbuhannya

dinyatakan dalam laju pertumbuhan wol per gram protein ransum. Asam amino

sulfur merupakan asam amino terpenting yang mengatur laju pertumbuhan wol

dan sistein merupakan asam amino yang jumlahnya terbatas dibutuhkan untuk

mensintesis protein wol. Penelitian Reis (1979) menunjukkan bahwa pemberian

pakan dengan suplementasi sistein dan metionin hingga 3 g hari-1

dapat

meningkatkan laju pertumbuhan wol, termasuk panjang serat dan diameter serat

yang signifikan. Masters et al. (1996) menunjukkan bahwa kekuatan dan laju

pertumbuhan serat mengalami peningkatan saat diberikan suplementasi pakan

dengan putih telur dan tepung ikan. Putih telur meningkatkan sistein dalam

plasma dan sulfur dalam wol sedangkan tepung ikan mampu meningkatkan

arginin, histidin, lisin, dan treonin dalam plasma.

Tetapi berdasarkan hasil penelitian Wiradarya (1989) pada percobaan pakan,

tingkat protein yang dikonsumsi tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan

wol. Penelitian ini tidak memperhatikan kandungan asam amino dalam pakan

sehingga tidak diketahui seberapa besar kandungan asam amino sulfur dalam

pakan tersebut. Demikian juga dengan suhu lingkungan tidak berpengaruh nyata

terhadap pertumbuhan wol. Faktor yang sangat mempengaruhi pertumbuhan wol

adalah tipe domba, yaitu domba tipe wol perumbuhan wolnya lebih cepat dari

pada domba tipe rambut. Secara umum terdapat korelasi positif antara asupan

pakan dengan laju pertumbuhan wol, walaupun hasilnya bervariasi antara

penelitian satu dengan yang lainnya.

Page 17: LAJU PERTUMBUHAN DAN KUALITAS WOL DOMBA BATUR … · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis

7

Panjang Serat

Hasil penelitian pada Tabe1 1 menunjukkan bahwa panjang serat wol domba

batur dan domba garut sangat berbeda nyata (P<0.001). Rataan panjang serat wol

domba batur adalah 72.40 mm dan domba garut 36.27 mm . Domba batur

memiliki serat wol yang lebih panjang karena memiliki garis keturunan domba

merino yang merupakan tipe domba yang memiliki serat wol panjang. Rataan

panjang serat wol lebih kecil karena berasal dari persilangan domba merino dan

kapstaad. Domba kapstaad tergolong ke dalam jenis domba dengan tipe wol yang

kualitasnya jelek. Panjang serat sangat mempengaruhi kualitas dan kehalusan

benang yang dihasilkan. Panjang serat diukur mulai dari permukaan kulit hingga

ujung serat. Panjang serat wol menunjukkan kemampuan produksi wol dari seekor

domba. Panjang serat wol dijadikan dasar dalam klasifikasi dan seleksi ternak

domba penghasil wol (Ensminger 1991).

Hasil pengukuran panjang serat ini berbeda dengan hasil penelitian

Syamsono (2002) yaitu 65.86 mm untuk panjang serat wol domba garut. Hal ini

karena domba yang digunakan dalam penelitian Syamsono seragam umurnya dan

domba tersebut belum pernah dicukur sebelumnya, sedangkan domba yang

digunakan dalam penelitian ini umurnya tidak sama (beragam antara I1 – I2) dan

waktu dari pencukuran terakhir sampai ke pencukuran saat penelitian pun berbeda

sehingga hasilnya lebih beragam. Panjang serat juga berkaitan dengan laju

pertumbuhan serat. Domba yang memiliki laju pertumbuhan lebih cepat maka

dalam periode yang sama akan memiliki serat wol yang lebih panjang

dibandingkan dengan domba yang memiliki laju pertumbuhan wol lambat.

Diameter Serat

Berdasarkan hasil analisa terhadap diameter serat diperoleh hasil bahwa

pengaruh bangsa terhadap diameter serat tidak berbeda nyata (P>0,05). Rataan

diameter serat wol domba batur adalah 15.4 µm sehingga tergolong ke dalam serat

wol halus. Rataan diameter serat wol domba garut yaitu 69.6 µm dan tergolong ke

dalam serat wol kasar. Rataan diameter serat wol domba batur ini tidak jauh

berbeda dengan hasil pengukuran pada penelitian Bustomy (1996) untuk domba

peranakan merino, yaitu 22.7 µm yang tergolong ke dalam tipe wol sedang kelas

halus.

Diameter serat merupakan salah satu faktor yang menentukan tingkat

kehalusan wol (Charles 1983). Diameter digunakan dalam menyeleksi domba

penghasil wol dan digunakan pula dalam klasifikasi wol. Wol dianggap halus jika

memiliki rata-rata diameter 17.70 µm dan dikategorikan wol kasar jika memiliki

rata-rata diameter 40.20 µm (Ensminger 1991).

Charles (1983) menjelaskan bahwa penyebab variasi diameter adalah faktor

genotipik dengan heritabilitas 0.6-0.9, artinya 60%-90% sifat genetik yang

dimiliki oleh tetuanya akan diwariskan kepada generasi berikutnya. Faktor

genotipik sangat mempengaruhi diameter serat wol, maka mutu genetik, bangsa

dan tipe domba merupakan faktor utama yang mempengaruhi diameter serat.

Secara umum jika bulu kelihatan bagus dan kerutannya juga bagus

menggambarkan pertumbuhan bulu yang bagus dan memiliki garis tengah serat

Page 18: LAJU PERTUMBUHAN DAN KUALITAS WOL DOMBA BATUR … · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis

8

yang seragam. Berdasarkan pengamatan selama proses penelitian, penampakan

umum wol domba batur jauh lebih bagus dibandingkan dengan wol domba garut.

Wol domba batur terlihat lebih padat dan memiliki tekstur yang lebih lembut serta

memiliki jumlah kerutan yang banyak. Karakteristik wol domba garut tidak padat

dan bentuk seratnya terlihat seperti rambut sehingga kerutannya tidak nampak.

Berdasarkan penelitian Bustomy (1996) jumlah kerutan (crimp) serat wol

peranakan merino yaitu 3.04 per milimeter dan pada serat wol domba priangan

yaitu 1.8 per milimeter sehingga tingkat kehalusan dan diameter serat wol domba

peranakan merino tersebut lebih kecil daripada serat wol domba priangan.

Diameter atau garis tengah wol sangat mentukan tingkat kehalusan wol sehingga

dalam industri tekstil garis tengah wol akan mempengaruhi kehalusan benang dan

tenunan, menambah kekuatan benang serta kualitas celupan yang bagus.

Wol domba batur memiliki potensi untuk bersaing dan menggantikan wol

impor dari China karena memiliki rataan diameter yang lebih kecil yaitu 15.4 µm.

wol impor dari China tergolong ke dalam wol medium dengan rataan diameter

antara 22-29 µm.

Kekuatan dan Kemuluran Serat

Kekuatan Serat

Hasil pengukuran yang disajikan pada Tabel 2 menunjukkan serat wol

domba batur memiliki kekuatan serat yang lebih besar (113.39 N ktex-1

) daripada

serat wol domba garut (102.5 N ktex-1

). Hasil ini jauh berbeda dari standar

internasional untuk kekuatan serat, terutama jika dibandingkan dengan kekuatan

serat wol domba merino. Kekuatan serat wol domba merino berkisar antara 30-60

N ktex-1

(Rottenbury 1986). Perbedaan yang signifikan antara hasil penelitian

dengan pustaka diperkirakan karena faktor metode dan alat yang digunakan saat

pengukuran kekuatan serat berbeda dengan metode dan alat yang umumnya

digunakan dengan standar internasional dan khusus untuk pengujian serat wol.

Metode dan alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah yang umumnya

digunakan untuk pengujian serat tekstil secara umum dengan metode yang

mengacu pada SNI 08-0461-1989. Sedangkan pengukuran kekuatan serat wol

internasional, khususnya Australia menggunakan metode ATLAS (Automatic

Testing of Length and Strength) (Yamin 2006).

Tabel 2 Pengaruh bangsa terhadap kekuatan dan kemuluran serat wol

Parameter Domba Batur Domba Garut Hasil

Uji Nilai P

Kekuatan Serat (N ktex-1

) 113.4 ± 0.75 102.5 ± 1.52 TN 0.198

Kemuluran Serat (%) 23.96 ± 3.63 20.48 ± 2.66 TN 0.122

Keterangan : TN (tidak nyata) pada taraf P<0.05

Domba batur memiliki serat wol yang lebih kuat dibandingkan dengan serat

wol domba garut. Hal ini karena lokasi peternakan domba batur yang menjadi

sampel penelitian berada di daerah yang temperaturnya lebih rendah dibandingkan

di daerah Leles, Garut, yaitu dengan kisaran temperatur udara 15 ºC. Temperatur

Page 19: LAJU PERTUMBUHAN DAN KUALITAS WOL DOMBA BATUR … · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis

9

di kecamatan Leles lebih tinggi yaitu sekitar 23-25 ºC sehingga kualitas kekuatan

serat wol domba garut lebih rendah dari pada serat wol domba batur.

Kekuatan serat wol (staple strength) dipengaruhi oleh banyaknya kelokan

keriting (crimp) pada serat (staple), ada atau tidaknya titik rapuh yang disebabkan

oleh kondisi kesehatan hewan, kekurangan pakan, defisiensi sulfur atau faktor

cekaman lainnya. Titik rapuh ini akan meningkatkan tebalnya lapisan serat pendek

pada waktu wol tersebut disisir. Tebalnya lapisan serat pendek dapat juga

disebabkan karena pengguntingan dua kali pada waktu pencukuran (Johnston

1983).

Faktor lain yang mempengaruhi kekuatan serat wol adalah temperatur dan

kadar air. Semakin tinggi kadar air dalam serat wol, akan semakin mudah wol

mulur. Temperatur memiliki pengaruh yang sama dengan kelembaban, semakin

tinggi temperatur akan membuat serat wol semakin lemah dan semakin mudah

mulur. Selain itu, asam dan alkali juga dapat menyebabkan penurunan kekuatan

pada serat wol (Tuzcu 2007).

Kekuatan serat merupakan faktor terpenting kedua setelah diameter serat

yang akan berpengaruh terhadap nilai jual serat. Sebaran kontribusi setiap

parameter serat terhadap nilai jualnya masing-masing dari yang terbesar adalah

diameter serat (48%), kekuatan serat (21%), vegetable matter (10%), panjang

serat (7%), bentuk serat (4%), warna serat (4%), yield (3%) dan faktor lainnya

(4%) (Couchman et al. 1992).

Kekuatan serat juga berpengaruh terhadap setiap tahapan proses pengolahan

serat wol seperti proses penyortiran, penyisiran dan pemintalan. Rottenbury

(1986) membagi kelas wol berdasarkan kekuatan serat menjadi 5 kelas, yaitu

sangat lemah, lemah, medium 1, medium 2 dan kuat. Wol yang memiliki kekuatan

serat rendah berpotensi mengalami penyusutan yang tinggi saat proses penyisiran

dan pemintalan. Berdasarkan pustaka tersebut, maka kekuatan serat wol domba

batur dan domba garut tergolong ke dalam kelas kuat. Selain itu, wol yang

memiliki kekuatan serat rendah juga meningkatkan level noil pada serat (serat

yang pendek, kusut, patah dan mudah rontok saat penyisiran).

Kemuluran Serat

Kemuluran serat sangat berkaitan dengan kekuatan serat. Serat yang kuat

akan memiliki kemuluran yang tinggi, karena kemuluran ditentukan oleh daya ikat

dan elastisitas serat. Semakin banyak serat halus maka semakin besar daya ikat

dan elastisitasnya. Serat halus memiliki daya ikat antar serat yang kuat karena

permukaannya bersisik (Syamsono 2002). Kemuluran serat wol domba batur yaitu

23.96%, lebih besar dari kemuluran serat wol domba garut yaitu 20.48%.

Diameter atau kehalusan serat sangat mempengaruhi kemuluran serat. Serat

yang memiliki diameter lebih kecil akan memiliki jumlah kerutan yang lebih besar.

Semakin sedikit jumlah kerutan wol maka elastisitas wol semakin rendah dan

semakin rendah pula kualitas wol tersebut (Bustomy 1996).

Serat wol domba batur memiliki rataan kemuluran yang lebih besar karena

memiliki diameter serat yang halus yaitu 20 µm sehingga jumlah kerutan per

satuan panjangnya akan lebih banyak dan menyebabkan nilai kemulurannya tinggi.

Domba batur memiliki diameter serat yang halus karena merupakan domba hasil

persilangan antara domba merino dan domba lokal. Serat wol domba garut

Page 20: LAJU PERTUMBUHAN DAN KUALITAS WOL DOMBA BATUR … · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis

10

memiliki kemuluran yang rendah karena seratnya tergolong ke dalam serat kasar

dengan rataan diameter 70 µm sehingga jumlah kerutannya sedikit.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Wol domba batur dan domba garut memiliki karakteristik yang berbeda pada

semua parameter, terutama panjang, diameter dan laju pertumbuhan serat. Secara

umum, domba batur memiliki kualitas wol yang lebih baik daripada domba garut.

Wol domba garut sebaiknya dimanfaatkan untuk bahan papan partikel dan

insulator, sedangkan wol domba batur berpotensi besar untuk dimanfaatkan untuk

pembuatan karpet wol. Serat wol domba batur juga memiliki potensi besar untuk

bisa bersaing dan menggantikan wol impor.

Saran

Penelitian ini memerlukan pengujian lanjut untuk mengetahui karakteristik

wol domba batur dan domba garut pada jenis kelamin dan bagian tubuh yang

berbeda. Selain itu, diperlukan penelitian lebih lanjut perlu dilakukan

menggunakan alat pengujian yang khusus untuk menguji kualitas dan

karakteristik wol.

DAFTAR PUSTAKA

[BSN] Badan Standarisasi Nasional. 1989. Cara uji kekuatan Tarik serat kapas per

bundel datar (flat bundle method). SNI 08-0461-1989.

[BSN] Badan Standarisasi Nasional. 1989. Cara uji panjang serat buatan bentuk

staple (cara per helai). SNI 08-0590-1989.

[Ditjennak] Direktorat Jenderal Peternakan. 2012. Statistik Peternakan dan

Kesehatan Hewan. Jakarta (ID): Alnindra Dunia Perkasa.

[Ditjennak] Direktorat Jenderal Peternakan. 2013. Statistik Peternakan dan

Kesehatan Hewan. Jakarta (ID): Direktorat Jenderal Peternakan dan

Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian RI.

[BDA] Banjarnegara Dalam Angka. 2013. Kabupaten Banjarnegara dalam Angka.

Banjarnegara (ID).

Allain D, Thebanet RG, Rougeat J, Marlinel L. 1994. Biology of fibre growth in

mammals producing fine fibre and fur in relation to control by day length :

relation with other seasonal functions. European fine-fibre network.

Occasional Publication, 2 : 23-39.

Bottomley GA. 1979. Whether conditional and fibre growth. In : “Physiologycal

and Environmental Limitations to Wool Growth”, (Eds JL Black and PJ

Reis) pp 115-125. New South Wales (AU): The University of New

England Publishing Unit.

Page 21: LAJU PERTUMBUHAN DAN KUALITAS WOL DOMBA BATUR … · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis

11

Bustomy BS. 1996. Kualitas bulu domba betina dan jantan pada domba Priangan

dan domba Peranakan Merino. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian

Bogor.

Charles AB. 1983. Sheep Production in The Tropic. Oxford (GB): Oxford

University Pr.

Choucman RC, Hanson PJ, Scott KJ, Vlastuin C. 1992. Wool Quality:

implications for worsted processing, grower receipts and R&D. In:

“Proceding of Nations Workshop on Management for Wool Quality in

Mediterranean Environments”. Proceding pp: 1-23.

Ensminger. 1991. Animal Science .Ed ke-9. Danville Illionis (US): The Interstate

Printers of Publisher, Inc.

Ensminger. 2002. Sheep and Goat Science. Ed ke-6. Illionis (US): Interstate

Printers of Publisher, Inc. Denville.

Gayatri S, Handayani M. 2007. Peranan domba Batur dalam meningkatkan

pendapatan keluarga di desa Batur kabupaten Banjarnegara. Seminar

Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2007. Semarang (ID):

Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro.

Johnston RG. 1983. Introduction to Sheep Farming. London (UK): Granada

Publishing.

Leeder JD. 1984. Wool, Nature Woder Fibre. Victoria (AU): Peter Jackson

Graphics Pty Ltd.

Master DG Stewart CA, Mata G, Adam NR. 1996. Responsen in wool and live-

weight when different sources of dietary protein are given to pregnant and

lactating ewes. Animal Sciences. 62 (3) : 497-957.

Reis PJ. 1979. Effect of amino acids and the growh and properties of wool. In :

“Physiological and Environment Limitations to wool growth”. (Eds : JL

Black and PJ Reis). Pp 223-242.

Rottenbury RA, Andrews MW, Bell PJM, and Caffin RN. 1981. The effect of the

strength properties of wool staples on worsted processing. Part 1 : The

level of staple strength. J. Text. 3 : 179-190.

Syamsono O. 2002. Produksi, kualitas dan hasil pengolahan dari wol domba

Priangan dan domba komposit HMG dan MHG. [skripsi]. Bogor [ID]:

Institut Pertanian Bogor.

Tuzcu TM. 2007. Hygro-thermal properties of sheep wool insulation. [tesis]. Delft

(AN) : Delft University of Technology.

Walpole RE. 1995. Pengantar Statistika. Ed ke-3. Jakarta (ID): PT Gramedia

Pustaka Utama.

Wiradarya TR. 1989. Performance of hair, wool, and hair x wool sheep feeding

difference level of dietary protein and reared into difference location.

Media Peternakan 14 : 17-44.

Yamin M. 2006. Genetic Determinant of the Responsiveness of Wool Fibres and

Folicle to Nutritions. [thesis]. Adelaide (AU). University of Adelaide.

Yamin M, Mulatsih S. 2012. Potency of wool handicrafts production in Indonesia.

Proceeding of the 2nd

International Seminar on Animal Industry ; 2012 Juli

5-6; Jakarta, Indonesia. Bogor (ID): Fakultas Peternakan Institut Pertanian

Bogor. hlm 614-616.

Page 22: LAJU PERTUMBUHAN DAN KUALITAS WOL DOMBA BATUR … · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis

12

Yamin M, Rahayu S. 1995. Pengolahan limbah bulu domba untuk kerajinan

hiasan dinding dan karpet. Laporan Penelitian. Bogor (ID): Fakultas

Peternakan Institut Pertanian Bogor.

LAMPIRAN

Lampiran 1 Hasil uji T panjang serat

N Rataan StDev Rataan SE Nilai P

Batur 5 72.4 14.3 6.4 0.001

Garut 5 36.27 5.31 2.4

Lampiran 2 Hasil uji T kekuatan serat

N Rataan StDev Rataan SE Nilai P

Batur 5 11.526 0.747 0.33 0.198

Garut 5 10.46 1.52 0.68

Lampiran 3 Hasil uji T kemuluran serat

N Rataan StDev Rataan SE Nilai P

Batur 5 23.96 3.63 1.6 0.122

Garut 5 20.48 2.66 1.2

Lampiran 4 Hasil uji T diameter serat

N Rataan StDev Rataan SE Nilai P

Batur 5 15.40 1.82 0.81 0.000

Garut 5 69.6 13.9 6.2

Lampiran 5 Hasil uji T laju pertumbuhan serat

N Rataan StDev Rataan SE Nilai P

Batur 5 0.500 0.0962 0.043 0.005

Garut 5 0.314 0.0462 0.021

Page 23: LAJU PERTUMBUHAN DAN KUALITAS WOL DOMBA BATUR … · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis

13

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Cijantung, Jakarta Selatan pada tanggal 25 Juni 1989

dari pasangan Endeng Zenal Arifin dan Ipah Saripah. Penulis merupakan anak ke-

1 dari 8 bersaudara. Lulus dari SMAN 1 Gunungsindur pada tahun 2009,

kemudian melanjutkan ke Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan,

Fakultas Peternakan IPB melalui jalur USMI. Selama di IPB, penulis pernah

tergabung dengan organisasi Kerohanian Islam Asrama (KIA) TPB, Gugus

Disiplin Asrama (GDA) TPB, UKM Bola Voli IPB, LDK Al-Hurriyyah IPB,

Lembaga Dakwah Fakultas FAMM Al-An’am, Badan Eksekutif Mahasiswa

Fakultas Peternakan, dan Badan Pengawas HIMAPROTER.

Penulis merupakan mahasiswa penerima Beastudi Etos Dompet Dhuafa,

Beasiswa BBM, Beasiswa Cendikia IPB serta Beasiswa BUMN. Penulis juga

berkesempatan untuk menjadi asisten dosen Pendidikan Agama Islam, Tingkah

Laku dan Kesejahteraan Ternak, dan Teknik Pengolahan Hasil Ikutan Ternak.

Selain itu, penulis juga menjadi supervisor Beastudi Etos Bogor tahun 2012

hingga sekarang.

Penulis juga terlibat dalam beberapa kepanitiaan kegiatan baik skala

nasional maupun internasional, diantaranya adalah International Seminar on

Animal Industry (ISAI) 2012, Fapet Golden Week (FGW) 2011, Hari Pulang

Kandang (HPK) 2011, Hari Susu Nusantara (HSN) 2011, Kontes Ayam Pelung

Nasional 2010, Seminar Nasional Al-Qur’an dan Sains (SQNS) 2010, Festival

Anak Shaleh (FAS) 2012 dan berbagai kepanitiaan lainnya.