kusta

135
SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN TINGKAT DEPRESI KLIEN YANG MENGALAMI KUSTA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GENTUNGAN KABUPATEN GOWA HERAWATI 3109030 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YAYASAN GEMA INSAN AKADEMIK

Upload: ahmad-mushawwir

Post on 22-Nov-2015

44 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

membahas tentang hubungan antara pengetahuan dengan kusta dan depresi

TRANSCRIPT

SKRIPSIHUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN TINGKAT DEPRESI

KLIEN YANG MENGALAMI KUSTA DI WILAYAH

KERJA PUSKESMAS GENTUNGAN

KABUPATEN GOWA

HERAWATI3109030PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

YAYASAN GEMA INSAN AKADEMIK

MAKASSAR

2013

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN TINGKAT DEPRESI KLIEN YANG MENGALAMI KUSTA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GENTUNGAN KABUPATEN GOWASkripsi

untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi

syarat-syarat untuk mencapai gelar sarjana keperawatan

HERAWATI3109030

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

YAYASAN GEMA INSAN AKADEMIK

MAKASSAR

2013

ABSTRAK

HERAWATI. Hubungan Pengetahuan dengan Tingkat Depresi Klien yang Mengalami Kusta di Wilayah Kerja Puskesmas Gentungan Kabupaten Gowa.(Dibimbing oleh Akbar Harisa dan Muh.Hamka. M).

Orang yang mengalami kusta merasa rendah diri, tekanan batin, takut terhadap penyakitnya, terjadinya kecacatan, takut menghadapi keluarga dan masyarakat karena sikap penerimaan mereka yang kurang wajar, sayangnya tidak semua orang memiliki pengetahuan yang cukup tentang penyakit kusta sehingga tidak semua orang yang mengalami kusta mampu beradaptasi sehingga bias muncul keluhan emosional. Tujuan penelitian diketahuinya hubungan pengetahuan dengan tingkat depresi klien yang mengalami kusta di wilayah kerja Puskesmas Gentungan Kabupaten Gowa. Desain penelitian dengan penelitian survey analitik dengan pendekatan cross sectional study .Jumlah populasi dalam penelitian sebanyak 25 orang responden, teknik pengambilan sampel total sampling. Analisis data dengan uji statistic chi-square, tingkat kemaknaan = 5% (0,05). Hasil analisis menunjukkan ada hubungan pengetahuan dengan tingkat depresi klien yang mengalami kusta dengan p = 0,001. Kesimpulan ada hubungan pengetahuan dengan tingkat depresi klien yang mengalami kusta. Saran peneliti di dalam penelitian yakni sebaiknya penyuluhan tentang penyakit kusta dapat ditingkatkan.Kata kunci : Pengetahuan, Depresi, KustaKepustakaan:15 (2003-2010)ABSTRACT

HERAWATI. "Knowledge relation ship swith clients who Work Area Leprosy Health Center Gentungan Gowa. (Supervised by Akbar Harisa and Muh.Hamka.M).People who had leprosy feel inferior, inner pressure, fear of illness, the disability, afraid to face the family and community acceptance because they are less reasonable, unfortunately not all people have enough knowledge about the disease so that not all people who have leprosy are able adapt so that it can emerge emotional complaints. The research objective knowledge known relationships with clients experiencing depression rate of leprosy in the Puskesmas Gentungan Gowa. Design research with survey research with cross sectional analytic study. Total population in the study is 25 respondents, sampling a total sampling technique. Analysis of the data by chi-square test statistic, significance level = 5% (0,05). The analysis showed no correlation with the level of knowledge of clients experiencing depression leprosy with p = 0.001. Conclusion there is a relationship of knowledge with clients experiencing depression levels leprosy. Suggestions that researchers in the research should be increased education about leprosy.Key words : knowledge, depression, leprosyBibliography : 15 (2003-2010)KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Allah SWT., Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang karena berkat taufik dan hidayah-Nyalah sehingga penulisan skripsi ini dapat berjalan dengan baik, sesuai dengan harapan penulis. Tak lupa pula salawat dan salam penulis haturkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW., sebagai nabi akhir zaman yang telah memperjuangkan nilai-nilai Islam di mata dunia dan sebagai orang yang tercerahkan di atas muka bumi ini.

Banyak hambatan dan tantangan yang penulis hadapi selama menempuh perkuliahan sampai penulisan skripsi ini, namun dengan bantuan semua pihak baik materil maupun non materil kepada penulis, sehingga semua itu dapat teratasi seperti harapan penulis. Oleh karena itu pada kesempatan ini perkenankanlah penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang tak terhingga pada kedua orang tua penulis yang telah menyayangi dan selalu mendoakan yang terbaik bagi saya, mengajari saya hakekat hidup dengan kemandirian dan kesabaran, menunjukan cara berbagi disaat memiliki, dan telah mengadaptasikan dunia dengan kebijakan dan kasih sayang.Melalui kesempatan ini, maka perkenankanlah penulis menyampaikan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada Bapak Akbar Harisa, S.Kep., Ns, PMNC, MN., selaku pembimbing I dan Bapak Muh. Hamka, S.Kep., Ns., selaku pembimbing II yang senantiasa membimbing, membina, dan memberi petunjuk kepada penulis dengan ketulusan hati walaupun sangat banyak masalah yang dihadapi sehingga penulisan skripsi ini dapat berjalan dengan baik sesuai harapan.

Ucapan terima kasih yang setinggi tingginya juga penulis ucapkan kepada :

1. Bapak Drs.H. Andi Iwan Darmawan Aras,SE., selaku Ketua Yayasan Pendidikan Gema Insan Akademik Makassar.

2. Ibu Hj. Saenab Dasong, SKM, M.Kep., selaku ketua STIK GIA Makassar.3. Bapak RasdinS.Kep., Ns.,selaku Ketua Program S1 Keperawatan B Sekolah Tinggi Ilmu Keperawatan Gema Insan Akademik Makassar.4. Untuk kedua Orang Tua, Suami Abbas, S.Kep., Ns, dan Anak- Anak ku tercinta, terima kasih atas doa dan dukungannya.5. Terkhusus untuk semua teman teman seangkatan yang selalu member semangat sampai selesainya penulisan skripsi ini.6. Terima kasih untuk Kepala Puskesmas dan teman sejawat yang telah membantu dan mendukung selama perkuliahan.Skripsi ini pun masih jauh dari kesempurnaan, Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif sebagai langkah menuju kesempurnaan .Akhir kata semoga skripsi ini dapat bermanfaat pada berbagai pihak.Makassar, Agustus 2013

Penulis

HERAWATIDAFTAR ISIHalamanHALAMAN JUDUL

i

LEMBAR PERSETUJUAN

ii

ABSTRAK

iii

ABSTRACT

iv

KATA PENGANTAR

v

DAFTAR ISI

vii

DAFTAR TABEL

ix

DAFTAR GAMBAR

xi

DAFTAR LAMPIRAN

xii

BAB I PENDAHULUAN

1

A. Latar Belakang

1

B. Rumusan Masalah

4

C. Tujuan Penelitian

4

D. Manfaat Penelitian

5

E. Hipotesis Penelitian

6BAB II TINJAUAN PUSTAKA

7

A. Tinjauan Umum tentang Pengetahuan

7

B. Tinjauan Umum Penyakit Kusta

13

C. Tinjauan Umum tentang Depresi

24

D. Hubungan Pengetahuan dengan Tingkat Depresi

Klien yang MengalamiKusta

34E. KerangkaTeori

37BAB III METODOLOGI PENELITIAN

38A. Kerangka Konseptual

38B. Definisi Operasional

39C. Rancangan/Desain Penelitian

39D. Waktu dan Tempat Penelitian

39

E. Populasi dan Sampel

40

F. Alat dan Bahan Penelitian

40G. Pengumpulan dan Analisis Data

41H. Teknik Analisis Data

42

I. Etika Penelitian

43

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

45A. Hasil Penelitian

45B. Pembahasan

50BAB VKESIMPULAN DAN SARAN

57A. Kesimpulan

57B. Saran

58DAFTAR PUSTAKA

60

LAMPIRAN

62

DAFTAR TABELTabel

Halaman1. Definisi Operasional

392. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur

453. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

46

4. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Pengalaman

47

5. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan

47

6. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kejadian Depresi

487. Hubungan Pengetahuan Dan Kejadian Depresi Klien yang Mengalami Kusta di Wilayah Kerja Puskesmas Gentungan

49DAFTAR GAMBARGambarHalaman

1. Kerang kateori

37

2. Kerangka konseptual . 38DAFTAR LAMPIRANLampiranHalaman

1. Permohonan Menjadi Responden

622. Lembar Persetujuan Responden

633. Instrumen Penelitian

64 4. Kuesioner Pengetahuan

655. Lembaran Master Tabel

766. LembaranTabulasi Data UjiStatistik

787. Time Schedule

87

8. Surat-Surat

88BAB I

PENDAHULUANA. Latar Belakang Derajat kesehatan di Indonesia saat ini telah mengalami kemajuan yang cukup bermakna. Namun demikian Indonesia masih menghadapi beban ganda karena munculnya beberapa penyakit menular baru sementara penyakit menular lain belum dapat dikendalikan dengan tuntas.Salah satu penyakit menular yang belum sepenuhnya dapat dikendalikan adalah penyakit kusta. Penyakit kusta merupakan salah satu penyakit menular yang menimbulkan masalah yang sangat kompleks. Masalah yang dimaksud bukan hanya dari segi medis tetapi meluas sampai masalah sosial, ekonomi, budaya, keamanan dan ketahanan nasional. Depkes RI (2003). Penyakit kusta pada umumnya terdapat di negara- negara yang sedang berkembang, sebagai akibat keterbatasan kemampuan negara itu dalam memberikan pelayanan yang memadai dalam bidang kesehatan, pendidikan, kesejahteraan sosial ekonomi pada masyarakat.Penyakit kusta menyebabkan persepsi yang keliru, takut berdekatan dengan penderita. Kurangnya informasi yang benar mengenai penyakit ini,membuat masyarakat kerap menganggap kusta sebagai penyakit kutukan Kebanyakan masyarakat menganggap penyakit kusta adalah penyakit menular, kutukan dan penderita harus di asingkan. Anggapan masyarakat yang demikian itu menyebabkan penderita takut untuk keluar rumah, bahkan untuk berobat pun harus sembunyi-sembunyi. 7Penyakit kusta sampai saat ini masih ditakuti masyarakat, keluarga termasuk sebagian petugas kesehatan. Hal ini disebabkan masih kurangnya pengetahuan/pengertian, kepercayaan yang keliru terhadap kusta dan cacat yang ditimbulkannya.9 Berdasarkan pendekatan epidemiologi penyakit ini merupakan masalah yang cukup serius karena jumlah populasi yang berisiko (population at risk) yang cukup besar, yaitu lebih kurang 1,6 miliar orang tinggal pada daerah dimana kusta masih endemis. Prevalensi kusta diperkirakan masih lebih dari 1 kasus per 1000 orang. Nurjanti (2002). Penyakit kusta juga mengakibatkan masalah psikososial karena banyak penderita yang akhirnya menjadi pengemis dengan segala permasalahan psikososialnya.Pengetahuan mempunyai hubungan terhadap tingkat depresi seseorang tatkala seseorang tersebut didiagnosa mengalami kusta. Apabila penderita kusta memiliki pengetahuan yang baik dan memadai tentang penyakit kusta serta cara menerima kenyataan yang terjadi maka akan mengurangi beban psikologisnya serta cara pengobatannya. Jenis obat, cara memakan obat tersebut dan akibat bila tidak patuh minum obat yang akan berakibat buruk terhadap dirinya akan mampu mengimplementasikannya di dalam kehidupannya sehari-hari maka diharapkan angka kesembuhan pada penderita kusta meningkat. 9Kusta sulit diberantas akibat kurangnya pengetahuan, pengertian yang salah dan kepercayaan yang keliru bahwa penyakit ini sangat mematikan, disebabkan faktor keturunan, dan bahkan merupakan sebuah kutukan sehingga penderita harus dijauhi atau bahkan diisolasi.1Pada tahun 2010 jumlah penderita kusta yang terdaftar di Indonesia sebanyak 22.763 dengan jumlah penemuan penderita baru 17.921 dengan proporsi cacat tingkat 2 sebanyak 7,8% dan proporsi anak 9,9%.1Penemuan penderita baru di Sulawesi Selatan masih sangat tinggi. Pada tahun 2009 ditemukan penderita baru sebanyak 1495 orang dan pada 2010 ditemukan penderita baru sebanyak PB paucibacillary (PB) 152 orang dan multibacillary (MB) 673 orang. Penderita baru di Kabupaten Gowa pada tahun 2011 adalah 85 orang PB 17 dan MB 68 orang, dan pada tahun 2012 sebanyak 87 orang dengan kasus PB 19 orang dan MB 68 orang dan pada Puskesmas Gentungan pada tahun 2011 sebanyak 13 kasus MB 12 orang dan PB 1 orang, dan pada tahun 2012 terdapat penderita baru 12 orang dengan kasus PB 2 dan MB 13 orang. 8Manusia dalam kehidupannya tidak pernah terlepas dari berbagai permasalahan, baik yang tergolong sederhana sampai yang kompleks. Semua itu membutuhkan kesiapan mental untuk menghadapinya. Pada kenyataannya terdapat gangguan mental yang sangat mengganggu dalam hidup manusia, yang salah satunya adalah depresi. Gangguan mental emosional ini bisa terjadi pada siapa saja, kapan saja, dari kelompok mana saja, dan pada segala rentang usia. Bagi penderita depresi ini selalu dibayangi ketakutan, kengerian, ketidakbahagiaan serta kebencian pada mereka sendiri. Hadi (2004), menyatakan secara sederhana dapat dikatakan bahwa depresi adalah suatu pengalaman yang menyakitkan, suatu perasaan tidak ada harapan lagi. 3Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis merasa penting untuk meneliti hubungan pengetahuan dengan tingkat depresi pada klien kusta di wilayah kerja Puskesmas Gentungan Kabupaten Gowa.B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat dikemukakan rumusan masalah yaitu Apakah ada hubungan pengetahuan dengan tingkat depresi klien yang mengalami kusta di wilayah kerja Puskesmas Gentungan Kabupaten Gowa?C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Diketahuinya hubungan pengetahuan dengan tingkat depresi klien yang mengalami kusta di wilayah kerja Puskesmas Gentungan Kabupaten Gowa.2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya pengetahuan yang dimiliki oleh klien yang mengalami kusta di wilayah kerja Puskesmas Gentungan Kabupaten Gowa.

b. Diketahuinya kejadian tingkat depresi klien yang mengalami kusta di wilayah kerja Puskesmas Gentungan Kabupaten Gowa.D. Manfaat Penelitian

1. Bagi masyarakatHasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan informasi bagi masyarakat yang mempunyai anggota keluarga yang mengalami kusta sehingga dapat membantu mengurangi beban mental yang dialaminya.2. Profesi keperawatan

Sebagai bahan masukan untuk meningkatkatkan pemahaman perawat terhadap penyakit kusta dan menambah pengetahuan dalam memberikan pelayanan keperawatan profesional khususnya tentang masalah depresi yang sering dihadapi oleh klien yang mengalami kusta.3. Bagi peneliti

Penelitian ini merupakan pengalaman berharga dalam memperluas wawasan keilmuan penulis itu sendiri dalam metodologi penelitian dan masalah-masalah klien yang mengalami kusta khususnya depresi dan menjadi bahan pertimbangan untuk lebih banyak memberikan penyuluhan kepada masyarakat dan juga peneliti lainnya yang ingin meneliti yang lain tengtang penyakit kusta .E. Hipotesis Penelitian

1. Hipotesis Nol (H0)Tidak ada hubungan pengetahuan dengan tingkat depresi klien yang mengalami kusta di wilayah kerja Puskesmas Gentungan Kabupaten Gowa.2. Hipotesis Alternatif (Ha)

Ada hubungan pengetahuan dengan tingkat depresi klien yang mengalami kusta di wilayah kerja Puskesmas Gentungan Kabupaten Gowa.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKAA. Tinjauan Umum Tentang Pengetahuan1. Definisi Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap sesuatu obyek tertentu. Pengetahuan terjadi melalui pancaindera manusia yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba, dan sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh dari mata dan telinga.2Pengetahuan adalah suatu bangunan statik yang berisi fakta-fakta, dibangun secara bertahap, langkah demi langkah dan mencakup tentang ide bahwa pengetahuan merupakan sebuah cara pandang terhadap sesuatu, sebuah perspektif, yang belum tentu benar tetapi cukup baik, sampai ditemukan sesuatu yang cukup baik. 4Pengetahuan seseorang tentang suatu obyek mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan aspek negatif. Kedua aspek inilah yang akan menentukan sikap seseorang terhadap obyek tertentu, semakin banyak aspek positif dari obyek diketahui maka menimbulkan sikap makin positip terhadap objek tersebut. 4Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (perilaku) dan perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari dengan pengetahuan. 4Pengetahuan tentang ilmu keperawatan sangat diperlukan agar pelayanan keperawatan yang akan diberikan pada klien mempunyai tujuan jelas dan efektif. Pengetahuan tersebut memberikan dasar konseptual dan rasional terhadap metode pendekatan yang dipilih untuk mencapai tujuan-tujuan keperawatan yang spesifik dan tepat. 6Rogers dalam Notoatmodjo (2007) mengemukakan bahwa sebelum mengadopsi perilaku baru dalam diri seseorang akan terjadi proses yang berturut-turut yaitu :a. Awareness (kesadaran)Di mana seseorang menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus.

b. Interest

Subyek mulai tertarik terhadap stimulus/obyek tersebut. Disini sikap subyek sudah mulai timbul.

c. Evaluation

Pada tahap ini subyek mulai menimbang-nimbang baik buruknya stimulus terhadap dirinya.d. Trial

Di mana subyek mulai melakukan sesuatu sesuai apa yang dikehendaki oleh stimulus.

e. Adoption

Di mana subyek telah berperilaku sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikap terhadap stimulus4.

2. Tingkat domain kognitifPengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai 6 (enam) tingkatan yaitu :a. Tahu (Know)Tahu diartikan sebagai mengingat sesuatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.b. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.c. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya).d. Analisis (Analisys)

Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek kedalam komponenkomponen tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain.e. Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagianbagian ke dalam suatu bentuk kesatuan yang baru, dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasiformulasi yang ada.f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek. Penilaian penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria- kriteria yang telah ada.

Pengetahuan tentang ilmu keperawatan sangat diperlukan agar pelayanan keperawatan yang akan diberikan pada klien mempunyai tujuan jelas dan efektif. Pengetahuan tersebut memberikan dasar konseptual dan rasional terhadap metode pendekatan yang dipilih untuk mencapai tujuantujuan keperawatan yang spesifik dan tepat.33. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuanAda beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang yakni :a. PendidikanPendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi. dengan pendidikan tinggi maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun dari media massa, semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang kesehatan.Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan dimana diharapkan adanya seseorang dengan pendidikan tinggi, maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Akan tetapi perlu ditekankan bukan berarti seorang pendidikan rendah, mutlak berpengetahuan rendah pula. Karena peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh di pendidikan formal, akan tetapi di pendidikan nonformal juga dapat diperoleh.Pengetahuan seseorang tentang sesuatu obyek mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan negatif. Ke dua aspek inilah yang pada akhirnya akan menentukan sikap seseorang terhadap obyek tertentu. Semakin banyak aspek positif dan obyek yang diketahui, maka menumbuhkan sikap makin positif terhadap obyek tersebut. 4

b. PengalamanPengalaman belajar dalam bekerja yang dikembangkan memberikan pengetahuan dan keterampilan profesional serta pengalaman belajar selama bekerja akan dapat mengembangkan kemampuan mengambil keputusan yang merupakan manifestasi dari keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik yang bertolak dari masalah nyata dalam bidang keperawatan 4.

c. Umur

Dua sikap tradisional mengenai jalannya perkembangan selama hidup :1) Semakin tua semakin bijaksana, semakin banyak informasi yang dijumpai dan semakin banyak hal yang dikerjakan sehingga menambah pengetahuannya.2) Tidak dapat mengajarkan kepandaian baru kepada orang yang sudah tua karena mengalami kemunduran baik fisik maupun mental. Dapat diperkirakan bahwa IQ akan menurun sejalan dengan bertambahnya usia, khususnya pada beberapa kemampuan yang lain seperti misalnya kosa kata dan pengetahuan umum. Beberapa teori berpendapat ternyata IQ seseorang akan menurun cukup cepat sejalan dengan bertambahnya usia.B. Tinjauan Umum Penyakit Kusta1. Definisi Istilah kusta berasal dari bahasa sansekerta, yakni kushtha berarti kumpulan gejala-gejala kulit secara umum. Penyakit kusta disebut juga Morbus Hansen, sesuai dengan nama yang menemukan kuman yaitu Dr. Gerhard Armauwer Hansen pada tahun 1874 sehingga penyakit ini disebut Morbus Hansen.Kusta adalah penyakit menular yang menahun dan disebabkan oleh kuman kusta yang menyerang saraf tepi, kulit dan jaringan tubuh lainnya.Penyakit kusta menurut WHO diklasifikasikan menjadi 2 tipe yaitu paucibacilarry (PB) dengan jumlah kuman yang lebih sedikit dan multibacilarry (MB) dengan jumlah kuman yang lebih banyak. Dasar dari klasifikasi ini adalah negatif dan positifnya basil tahan asam (BTA) dalam skin smear. Umumnya pada kondisi lapangan, klasifikasi hanya didasarkan pada gambaran klinik.2. Penyebab Penyakit KustaPenyakit kusta disebabkan oleh kuman micobacterium, dimana micobacterium ini adalah kuman aerob, tidak membentuk spora, berbentuk batang yang tidak mudah diwarnai namun jika diwarnai akan tahan terhadap dekolorisasi oleh asam atau alkohol sehingga oleh karena itu dinamakan sebagai basil tahan asam. Selain banyak membentuk safrifit, terdapat juga golongan organisme patogen (misalnya Microbacterium tubercolose, mycrobakterium leprae) yang menyebabkan penyakit menahun dengan menimbulkan lesi jenis granuloma infeksion. 53. Epidemiologi Penyakit KustaCara-cara penularan penyakit kusta sampai saat ini masih merupakan tanda tanya. Yang diketahui hanya pintu keluar kuman kusta dari tubuh si penderita, yakni selaput lendir hidung. Tetapi ada yang mengatakan bahwa penularan penyakit kusta adalah:a. Melalui sekret hidung, basil yang berasal dari sekret hidung penderita yang sudah mengering, diluar masih dapat hidup 2 sampai 7 hari. b. Kontak kulit dengan kulit. Syarat-syaratnya adalah harus dibawah umur 15 tahun, keduanya harus ada lesi baik mikoskopis maupun makroskopis, dan adanya kontak yang lama dan berulang-ulang.Klinis ternyata kontak lama dan berulang-ulang ini bukanlah merupakan faktor yang penting. Banyak hal-hal yang tidak dapat di terangkan mengenai penularan ini sesuai dengan hukum-hukum penularan seperti halnya penyakitpenyaki terinfeksi lainnya.Menurut Cocrane (1959) dalam Wikipedia, terlalu sedikit orang yang tertular penyakit kusta secara kontak kulit dengan kasus-kasus lepra terbuka.7 Menurut Ress (1975) dalam Wikipedia dapat ditarik kesimpulan bahwa penularan dan perkembangan penyakit kusta hanya tergantung dari dua hal yakni jumlah atau keganasan Micobakterium Leprae dan daya tahan tubuh penderita. Disamping itu faktor-faktor yang berperan dalam penularan ini adalah :a. Usia : Anak-anak lebih peka dari pada orang dewasab. Jenis kelamin : Laki-laki lebih banyak dijangkitic. Ras : Bangsa Asia dan Afrika lebih banyak dijangkitid. Kesadaran sosial :Umumnya negara-negara endemis kusta adalah Negara dengan tingkat sosial ekonomi rendahe. Lingkungan : Fisik, biologi, sosial, yang kurang sehat4. Tanda-Tanda Penyakit KustaTanda-tanda penyakit kusta bermacam-macam, tergantung dari tingkat atau tipe dari penyakit tersebut. Di dalam tulisan ini hanya akan disajikan tanda-tanda secara umum tidak terlampau mendetail, agar dikenal oleh masyarakat awam, yaitu:a. Adanya kelainan kulit berupa bercak merah atau putih , atau benjolan

b. Kulit mengkilap , bercak yang tidak gatal dan adanya bagian- bagian tubuh yang tidak berkeringat atau tidak berambut.c. Adanya pelebaran syaraf terutama pada syaraf ulnaris, medianus, aulicularis magnus serta peroneus. Kelenjar keringat kurang kerja sehingga kulit menjadi tipis dan mengkilap.d. Adanya bintil-bintil kemerahan (leproma, nodul) yarig tersebar pada kulite. Alis rambut rontok, lepuh tidak nyeri, luka yang tidak sakit dan adanya cacat (deformitas).f. Muka berbenjol-benjol dan tegang yang disebut facies leomina (muka singa).5. Diagnosa penyakit kustaMenyatakan (mendiagnosa seseorang menderita penyakit kusta menimbulkan berbagai masalah baik bagi penderita, keluarga atapun masyarakat disekitarnya).Bila ada keraguan-raguan sedikit saja pada diagnosa, penderita harus berada dibawah pengamatan hingga timbul gejala-gejala yang jelas, yang mendukung bahwa penyakit itu benar-benar kusta. Diagnosa kusta dan kelasifikasi harus dilihat secara menyeluruh dari segi ; klinis, bakteriologis, immunologis dan hispatologis.Namun untuk diagnosa kusta di lapangan cukup dengan anamnese dan pemeriksaan klinis. Bila ada keraguan dan fasilitas memungkinkan sebaiknya dilakukan pemeriksaan bakteriologis.Kerokan dengan pisau skalpel dari kulit, selaput lendir hidung bawah atau dari biopsi kuping telinga, dibuat sediaan mikrokopis pada gelas alas dan diwarnai dengan teknis Ziehl Neelsen. Biopsi kulit atau saraf yang menebal memberikan gambaran histologis yang khas. Tes-tes serologik bukan treponema untuk sifilis sering menghasilkan positif palsu pada lepra.6. Bentuk-bentuk penyakit kustaPenyakit kusta terdapat dalam bermacam-macam bentuk, yakni bentuk leproma mempunyai kelainan kulit yang tersebar secara simetris pada tubuh. Untuk ini menular karena kelainan kulitnya mengandung banyak kuman. Bentuk tuber koloid mempunyai kelainan pada jaringan syaraf, yang mengakibatkan cacat pada tubuh. Bentuk ini tidak menular karena kelainan kulitnya mengandung sedikit kuman. Diantara bentuk leproma dan tuber koloid ada bentuk peralihan yang bersifat tidak stabil dan mudah berubah-ubah.7. Klasifikasi kusta

a. Klasifikasi Internasional: Klasifikasi Madrid (1953) dalam Friedman 20021) Indeterminate (I)2) Tuberkuloid (T)3) Boderline-Dimorphous (B)4) Lepromatosa (L)b. Klasifikasi untuk kepentingan riset: Klasifikasi Ridley-Jopling (1962) dalam Friedman 20021) Tuberkoloid (TT)2) Borderline tuberculoid (BT)3) Mid-Borderline (BB)4) Borderline Lepromatous (BL)5) Lepromatosa (LL)c. Klasifikasi untuk kepentingan program kusta: klasifikasi WHO (1981) dan modifikasi WHO (1988) dalam Friedman 2002:

1) Pausibasilar (PB)

Hanya kusta tipe I. TT dan sebagian besar BT dengan BTA negatif menurut kriteria Ridley dan Jopling atau tipe I dan T menurut klasifikasi Madrid.

2) Multibasilar (MB)

Termasuk kusta tipe LL, BL, BB dan sebagian BT menurut kriteria Ridley dan Jnpling atau B dan L menurut kriteria Madrid dan semua tipe kusta dengan BTA positif.

3) Pengobatan penyakit kusta

Pengobatan penyakit kusta dilakukan dengan Dapson sejak tahun 1952 di Indonesia, memperhatikan hasil yang cukup memuaskan, hanya saja pengobatan mono terapi ini sering mengakibatkan timbul masalah resistensi, hal ini disebabkan oleh karena :a) Dosis rendah pengobatan yang tidak teratur dan terputus akibat dari lepra reaksi b) Waktu makan obat sangat lama sehingga membosankan, akibatnya penderita makan obat tidak teraturSelain penggunaan Dapson (DDS), pengobatan penderita kusta dapat menggunakan Lamprine (B663), Rifampicin, Prednison, Sulfat Feros dan vitamin A (untuk menyehatkan kulit yarlg bersisik).Setelah penderita menyelesaikan pengobatan Multi Drug Threatman (MDT) sesuai dengan peraturan maka ia akan menyatakan RFT (Relasif From Treatment), yang berarti tidak perlu lagi makan obat MDT dan dianggap sudah sembuh.Sebelum penderita dinyatakan RFT, petugas kesehatan harus :a. Mengisi dan menggambarkan dengan jelas pada lembaran tambahan RFT secara teliti.1) Semua bercak masih nampak.2) Kulit yang hilang atau kurang rasa terutama ditelapak kaki dan tangan.3) Semua syaraf yang masih tebal.4) Semua cacat yang masih ada.b. Mengambil skin semar (sesudah skin semarnya diambil maka penderita langsung dinyatakan RFT tidak perlu menunggu hasil skin semar).1) Mencatat data tingkat cacat dan hasil pemeriksaan skin semar dibuku register.Pada waktu menyatakan RFT kepada penderita, petugas harus member penjelasan tentang arti dan maksud RFT, yaitu :a. Pengobatan telah selesai.b. Penderita harus memelihara tangan dan kaki dengan baik agar jangan sampai luka.c. Bila ada tanda-tanda baru, penderita harus segera datang untuk periksaan ulang.

4) Penanggulangan Penyakit Kusta.Penanggulangan penyakit kusta telah banyak dilakukan dimana-mana dengan maksud mengembalikan penderita kusta menjadi manusia yang berguna, mandiri, produktif dan percaya diri. Metode penanggulangan ini terdiri dari metode rehabilitasi yang terdiri dari rehabilitasi medis, rehabilitasi sosial, rehabilitasi karya dan metode pemasyarakatan yang merupakan tujuan akhir dari rehabilitasi, dimana penderita dan masyarakat membaur sehingga tidak ada kelompok tersendiri. Ketiga metode tersebut merupakan suatu sistem yang saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan.

5) Upaya yang dilakukan untuk pemberantasan penyakit kusta melalui :a) Penemuan penderita secara dini.b) Pengobatan penderita.c) Penyuluhan kesehatan di bidang kusta.d) Peningkatan ketrampilan petugas kesehatan di bidang kusta.e) Rehabilitasi penderita kusta.f) Sementara itu di Shandong, Penyakit kusta atau lepra bisa jadi merupakan salah satu penyakit yang ditakutikarena bisa membuat orang tersebut menjadi terkucilkan.g) Faktor gen kini bisa memberikan penjelasan mengapa ada orang yang lebih rentan terkena kusta sedangkan yang lain tidak.

6) Pencegahan penularan penyakit kustaHingga saat ini tidak ada vaksinasi untuk penyakit kusta. Dari hasil penelitian dibuktikan bahwa kuman kusta yang masih utuh bentuknya, lebih besar kemungkinan menimbulkan penularan dibandingkan dengan yang tidak utuh. Jadi faktor pengobatan adalah amat penting dimana kusta dapat dihancurkan, sehingga penularan dapat dicegah. Disini letak salah satu peranan penyuluhan kesehatan kepada penderita untuk menganjurkan kepada penderita untuk berobat secara teratur. 1Pengobatan kepada penderita kusta adalah merupakan salah satu cara pemutusan mata rantai penularan. Kuman kusta di luar tubuh manusia dapat hidup 24-48 jam dan ada yang berpendapat sampai 7 hari, ini tergantung dari suhu dan cuaca di luar tubuh manusia tersebut. Makin panas cuaca makin cepatlah kuman kusta mati. Jadi dalam hal ini pentingnya sinar matahari masuk ke dalam rumah dan hindarkan terjadinya tempat-tempat yang lembab. Ada beberapa obat yang dapat menyembuhkan penyakit kusta. Tetapi kita tidak dapat menyembuhkan kasus-kasus kusta kecuali masyarakat mengetahui ada obat penyembuh kusta, dan mereka datang ke Puskesmas untuk diobati. Dengan demikian penting sekali agar petugas kusta memberikan penyuluhan kusta kepada setiap orang, materi penyuluhan kusta kepada setiap orang, materi penyuluhan berisikan pengajaran bahwa :a. Ada obat yang dapat menyembuhkan penyakit kustab. Sekurang-kurangnya 80 % dari semua orang tidak mungkin terkena kustac. Enam dari tujuh kasus kusta tidaklah menular pada orang laind. Kasus-kasus menular tidak akan menular setelah diobati 6 bulan untuk kasus PB dan 12 bulan untuk kasus MB secara teratur.

7) Reaksi Kusta.

Reaksi dibagi menjadi dua menurut keadaanya yaitu reaksi berat dan reaksi ringan.

Reaksi ringan yaitu kelainan kulit tambah aktif, menebal merah membengkak sampai ada yang pecah, teraba panas dan nyeri tekan, tangan dan kaki membengkak, sendi-sendi sakit, nyeri tekan pada saraf tepi gangguan fungsi yang menyebabkan kelemahan otot. Dan reaksi berat yaitu kelainan kulit yang berupa nodul merah yang nyeri tekan,ada yang pecah, jumlahnya banyak dan berlangsung lama, demam ringan sampai berat, adanya gangguan fungsi pada saraf tepi dan adanya gangguan dan peradangan pada organ tubuh lain. 1

8) Pencegahan terjadinya kecacatan.

Kelompok pada cacat primer, ialah kelompok cacat yang disebabkan langsung oleh aktivitas penyakit, terutama kerusakan akibat respons jaringan terhadap kuman Kusta. Kelompok cacat sekunder, cacat sekunder ini terjadi akibat cacat primer, terutama akibat adanya kerusakan saraf (sensorik, motorik, otonom). Kelumpuhan motorik menyebabkan kontraktur sehingga dapat menimbulkan gangguan mengenggam atau berjalan, juga memudahkan terjadinya luka. Kelumpuhan saraf otonom menyebabkan kulit kering dan elastisitas berkurang. Akibatnya kulit mudah retak-retak dan dapat terjadi infeksi sekunder.Kusta merupakan masalah kesehatan karena cacatnya. Cacat kusta terjadi akibat gangguan fungsi saraf pada mata, tangan dan kaki. Diagnosa dan pengobatan dini dapat mencegah sebagian besar cacat fisik, itulah sebabnya monitoring fungus saraf secara rutin sangat penting dalam upaya pencegahan dini cacat kusta. Kerusakan saraf yang terjadi kurang dari 6 bulan, bila ditangani cepat dan tepat tidaka akan terjadi kerusakan saraf permanen (fungsi saraf masih reversibel). Jika kerusakan saraf ini sudah terlanjur permanen maka yang dapat dilakukan pencegahan cacat lanjut.

C. Tinjauan Umum tentang Depresi1. Definisi Depresi adalah gangguan emosional yang bersifat tertekan, sedih, tidak bahagia, tidak berharga, tidak berarti, tidak mempunyai semangat dan pesimis terhadap hidup mereka. Depresi adalah suatu bentuk gangguan kejiwaan dalam alam perasaan.52. Tanda dan gejala depresiBerdasarkan diagnosis and statistical Manual of Mental Disordes IV (DSM IV) dikutip dalam (Yeni, 2008) disebut mengalami depresi berat jika menemukan 5 dari gejala-gejala berikut ini:a. Mood depresi hampir sepanjang harib. Insomnia atau hipersomniac. Hilang minat dan rasa senang secara nyata dalam aktivitas normald. Berat badan menurun atau bertambahe. Agitasi atau retardasi psikomotorf. Kelelahan atau tidak punya tenagag. Sulit konsentrasih. Rasa tidak berguna atau rasa bersalah yang berlebihani. Pikiran berulang tentang kematianj. Percobaan/ide bunuh diri dan tindakan ini bukan sebagai akibat dari tindakan medis atau obatBerdasarkan International Classification of Disease 10 (ICD 10) dikutip dalam (Yeni, 2008) gangguan depresi ada tiga gejala utama, yaitu:a. Mood terdepresib. Hilang minat dan semangatc. Hilang tenaga dan mudah lelahd. Disertai gejala lain, yaitu: konsentrasi dan harga diri yang menurun, perasaan bersalah, pesimis memandang masa depan, ide bunuh diri dan menyakiti diri sendiri, pola tidur berubah, dan nafsu makan berkurang.3. Jenis-jenis DepresiMenurut klasifikasi organisasi kesehatan dunia WHO, depresi dibagi menjadi:a. Mild depression/ minor depression dan dysthymic disorder, yaitu pada depresi ringan, mood yang rendah datang dan pergi dan penyakit datang setelah kejadian stressful yang spesifik. Individu akan merasa cemas dan juga tidak bersemangat. Perubahan gaya hidup biasanya dibutuhkan untuk mengurangi depresi jenis ini. Minor depression ditandai dengan adanya dua gejala pada DSM IV-TR namun tidak lebih dari lima gejala depresi muncul selama dua minggu berturut-turut, dan gejala ini bukan karena pengaruh obat-obatan ataupun penyakit. Bentuk depresi yang kurang parah disebut distimia (Dystymic disorder) depresi ini menimbulkan gangguan mood ringan dalam jangka waktu yang lama sehingga seseorang tidak dapat bekerja optimal.1b. Moderate depression, yaitu pada depresi sedang berlangsung terus dan individu mengalami simtom fisik juga walaupun berbeda-beda tiap individu. Perubahan gaya hidup saja tidak cukup dan bantuan diperlukan untuk mengatasinya.1c. Severe depression/ major depression, yaitu depresi berat adalah penyakit yang tingkat depresinya parah. Individu akan megalami gangguan dalam kemampuan untuk bekerja, tidur, makan, dan menikmati hal yang menyenangkan, dan penting untuk mendapatkan bantuan medis secepat mungkin. Depresi ini dapat muncul sekali atau dua kali atau beberapa kali selama hidup. Major depression ditandai dengan adanya lima atau lebih simtom yang ditunjukkan dalam major depression episode dan berlangsung selama 2 minggu berturut-turut.14. Pengukuran tingkat depresiCara mengukur tingkat depresi seseorang menurut Hamilton (1976) dikutip dalam (Hedlung & Vieweg, 2009) adalah:a. Depresi suasana hati/ depressed mood (Sedih, putus asa, tak berdaya, tak berharga)0 = Tidak ada

1 = Ini menyatakan perasaan ditunjukkan hanya pada mempertanyakan

2 = Ini menyatakan perasaan secara spontan melaporkan secara lisan

3 = Berkomunikasi menyatakan perasaan non-verbal-yakni, melalui ekspresi wajah, postur, suara, dan kecenderungan untuk menangis

4 = Pasien melaporkan kondisi yang tidak nyata dimana peresaan ini bersifat bersifat spontan dalam komunikasi verbal dan non- verbal.

b. Perasaan bersalah/ feelings of guilt0 = Tidak ada

1 = Celaan diri, merasa ia telah membiarkan orang-orang turun

2 = Ide bersalah atau memamah biak atas kesalahan masa lalu atau perbuatan berdosa

3 = Penyakit Present hukuman. Delusions of guilt Delusi bersalah

4 = Mendengar atau yg mencela suara menuduh dan / atau pengalaman visual yang mengancam,halusinasi

c. Bunuh diri/ Suicide0 = Tidak ada

1 = hidup Terasa bukan kehidupan yang berharga

2 = Berharap ia sudah mati atau pikiran kematian mungkin untuk diri sendiri 3 = ide atau isyarat bunuh diri

4 = Upaya bunuh diri d. Insomnia awal/ Insomnia Early0 = Tidak sulit tidur

1= Keluhan kesulitan tidur-kadang-kadang lebih dari jam

2 = Keluhan kesulitan tidur pada malam hari

e. Insomnia tengah/ insomnia middle0 = Tidak ada kesulitan

1 = Pasien mengeluh menjadi gelisah dan terganggu pada malam hari

2 = Terjaga pada malam hari-pun bangun dari tempat tidur

f. Insomnia terlambat/ insomnia0 = Tidak ada kesulitan

1 = Bangun di pagi hari, namun kembali tidur2 = Tidak dapat tidur lagi jika dia telah terbangun dari tempat tidur

g. Kerja dan kegiatan/ work and activities0 = Tidak ada kesulitan

1 = Pikiran dan perasaan tidak mampu, kelelahan atau kelemahan yang berkaitan dengan kegiatan; bekerja atau hobi

2 = Kehilangan minat dalam kegiatan, hobi atau bekerja-baik secara langsung dilaporkan oleh pasien, atau tidak langsung pada kelesuan, keragu-raguan dan kebimbangan (merasa ia harus mendorong diri untuk bekerja atau kegiatan)

3 = Penurunan waktu aktual yang dihabiskan dalam kegiatan atau penurunan produktivitas

4= Berhenti bekerja karena sakit sekarang

h. Retardasi: psikomotor/ retardation: psychomotor (lambat berpikir dan berbicara; gangguan kemampuan berkonsentrasi; aktivitas motorik menurun)

0 = Normal berbicara dan berpikir

1 = Sedikit keterbelakangan di wawancara

2 = Jelas retardasi pada saat wawancara

3 = Wawancara sulit

4= Stupor komplet

i. Jengkel/ Agitation

0 = Tidak ada

1 = kegelisahan

2 = Bermain dengan tangan, rambut, dll,

3 = Bergerak tentang, tidak bisa duduk diam

4= meremas-remas tangan, menggigit kuku, rambut-menarik, menggigit bibirj. Kecemasan (psikologi)/ anxiety (psychological)0 = kesulitan tidak ada

1 = Tegang dan mudah tersinggung

2 = Khawatir tentang hal-hal kecil

3 = Sikap memprihatinkan yang jelas di wajah atau ucapan

4= Ketakutan dinyatakan tanpa mempertanyakan

k. Kecemasan somatik/ anxiety somatic (efek fisiologis dari kecemasan, yaitu, efek otonom, gangguan pencernaan, kram perut, sendawa, diare, jantung berdebar hiperventilasi, paresthesia, berkeringat, flushing, tremor, sakit kepala, perubahan frekuensi berkemih. Hindari bertanya tentang efek samping obat yang mungkin misalnya, mulut kering, sembelit).

0 = Tidak ada

1 = Ringan

2 = Sedang

3 = Parah/ berat

4 = Melumpuhkan

1) Gejala somatik (gastrointestinal)/ somatic symptoms (gastroin-testinal)0 = Tidak ada

1 = Kehilangan nafsu makan tetapi makan tanpa dorongan dari orang lain

2 = Kesulitan makan tanpa dorongan dari orang lain yang ditandai penurunan nafsu makan dan asupan makanan2) Gejala somatik umum/ somatic symptoms general0 = Tidak ada

1 = Berat di kaki, punggung atau kepala, sakit punggung, sakit kepala, nyeri otot, kehilangan energi

2 = Setiap bagian menimbulkan gejala yang jelas3) Gejala Genital/ genital symptoms0 = Tidak ada

1 = Ringan

2 = Parah

l. Hypochondriasis

0 = Tidak hadir

1 = Self-absorpsi (tubuh)

2 = Keasyikan dengan kesehatan

3 = Sering mengeluh, meminta bantuan, dll

4 = Hypochondriacal delusim. Kehilangan Berat/ loss of weight0 = Tidak ada penurunan berat badan

1 = penurunan berat badan yang berhubungan dengan gejala yang dirasakan

1 = penurunan berat badan yang nyata (menurut pasien)

3 = Tidak dinilain. Wawasan/ insight0 = Mengakui menjadi tertekan dan sakit

1 = Mengakui sakit tetapi alasannya karen makanan yang buruk, iklim, kelebihan kerja, virus, perlu untuk istirahat, dll

2 = Membantah sedang sakit sama sekali o. Variasi Diurnal/ diurnal variation0 = tidak ada variasi berkemih

1 = Lebih buruk pada jam 01.00 12 .002 = Lebih buruk pada jam 12.00 - 24.00

p. Depersonalisasi/ derealization (seperti: Perasaan tak nyata, ide nihilistik)

0 = Tidak ada

1 = Ringan

2 = Sedang

3 = Parah 4 = melumpuhkan q. Gejala paranoid/ paranoid symptoms0 = Tidak ada

1 = Mencurigai

2 = Ideas of reference

3= Delusions of reference and persecution

r. Gejala Obsesif dan kompulsif/ obsessional and compulsive symptomsi

0 = Tidak ada

1 = Ringan

2 = BeratInterpretasi dari Hamilton Rating Scale of Depression

(HRS-D) setelah ditotalkan adalah:

a. Normal

: Apabila skor kurang dari 17b. Depresi ringan: Apabila skor 18 - 24c. Depresi sedang: apabila skor 25 - 34d. Depresi berat: Apabila skor 35 - 51D. Hubungan Pengetahuan dengan Tingkat Depresi Klien yang Mengalami KustaManusia adalah mahluk yang kompleks, yang pola tingkah lakunya berkembang dari pengaruh genetik dan keturunan serta interaksi dengan lingkungannya. Banyak perubahan sosial yang sebab cepat terjadinya akan mempengaruhi nilai-nilai dan gaya hidup manusia. Tingkah dan reaksi manusia terhadap masalah yang dihadapi bermacam macam tergantung dari orang tersebut. Ada yang menimbulkan respon tubuh sehingga ia tidak dapat melakukan fungsi pekerjaanya dengan baik, dan ada pula yang bermanifestasi pada perasaan dan fungsi tubuh.Pada umumnya penderita kusta merasa rendah diri, merasa tekanan batin, takut terhadap penyakitnya dan terjadinya kecacatan, takut mengahadapi keluarga dan masyarakat karena sikap penerimaan mereka yang kurang wajar. Segan berobat karena malu, apatis, karena kecacatan tidak dapat mandiri sehingga beban bagi orang lain (jadi pengemis, gelandangan dsb).9Menderita penyakit yang tergolong berat seperti kusta merupakan keadaaan atau peristiwa yang menyebabkan perubahan dalam kehidupan seseorang yang memaksa orang untuk menyesuaikan diri untuk untuk menanggulanginya. Secara umum, saat seseorang mengetahui dirinya menderita penyakit kusta akan mengalami 3 fase :1. Penyangkalan : dimana penderita pada tahapan ini masih sangat terkejut, belum bisa menerima, merasa kehilangan harapan, dunia serasa runtuh serta muncul pikiran bahwa dirinya tidak akan berguna lagi dan hanya bisa meropotkan dan dijauhi oleh semua orang.2. Fase saat mulai menemukan harapan untuk sembuh (atau kadang pada orang tertentu justru sama sekali tidak melihat harapan yang bisa berujung pada rasa depresi yang berkepanjangan).3. Fase ketiga, yaitu fase tahap penerimaan atau pasrah, yaitu saat ia mulai menerima keadaanya (apapun itu, apakah sembuh atau tidak dapat disembuhkan)Respon dari seseorang yang mengalami kusta tergantung dari:1. Kepribadian: bagaimana seseorang memandang masalah yang dihadapinya, akankah ia mampu menerima keadaanya atau tidak.2. Sikap dan pandangan hidupnya: bagaimana pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi dan norma yang dimilikinya tentang kondisi yang menimpanya.3. Lingkungan sosial: bagaimana lingkungan, dalam hal ini masyarakat dan keluarga merespon dan berperilaku terhadap orang yang mengalami kusta.Jika seseorang yang yang karena kepribadian, tingkat pengetahuannya terhadap kusta serta lingkungannya yang positif mendukung ia untuk menghadapi stressor tersebut maka penyesuaian diri dengan keaadaan tersebut akan terjadi (meskipun tidak selalu berjalan mulus).Sayangnya, tidak semua orang memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tengtang penyakit kusta sehingga tidak semua orang yang mengalami kusta mampu melakukan adaptasi sehingga bisa muncul keluhan-keluhan emosional, seperti selalu merasa cemas atau dihantui ketakutan, hingga membayangkan hal-hal negatif, putus asa dan tidak pernah merasa optimis sehingga muncul rasa tidak percaya diri bahkan menarik diri dari masyarakat. Hal ini menjadi lebih berat tatkala orang yang mengalami kusta tersebut juga menderita keterbatasan fisik seperti deformitas (kerusakan) tubuh contoh kecacatan pada tangan dan kaki akibat dari penyakit kusta, karena mobilitasnya terbatas sehingga sulit memperoleh pekerjaan.Pengetahuan akan sangat mempengaruhi aspek psikologis seseorang dalam menghadapi kejadian yang dialaminya ketika seseorang mengalami penyakit kusta.E. Kerangka Teori

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Kerangka Konseptual

Berdasarkan konsep yang telah diuraikan maka peneliti membuat skema yang menggambarkan hubungan antara pengetahuan dengan tingkat depresi klien yang mengalami kusta di wilayah kerja Puskesmas Gentungan Kabupaten Gowa yaitu :IndependenDependen

Keterangan :

: Variabel independen/variabel bebas

: Variabel dependen/variabel terikat: Tidak diteliti B. Definisi operasional

NoVariabelDefinisi operasionalKriteria objektifSkala

1.

Independen

Pengetahuan

Segala sesuatu yang diketahui oleh klien tentang penyakit kustaBaik : jika responden menjawab 5

Kurang : jika responden < 5Ordinal

2.Dependen

Tingkat depresi klien yang mengalami kustaBentuk gangguan kejiwaan dalam alam perasaan yang dialami oleh klien kustaDepresi ringan :

bila skor 18 -24

Depresi sedang:

bila skor 25-34

Ordinal

C. Desain penelitian Desain penelitian yang digunakan dalan penelitian ini adalah penelitian survei analitik dengan pendekatan Cross Sectional Study untuk menentukan hubungan antara variabel independen dan variabel dependen dengan melakukan pengukuran secara bersamaan.D. Waktu dan Tempat Penelitian1. Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Agustus 2013.2. Tempat

Penelitian ini telah dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Gentungan Kabupaten Gowa.E. Populasi dan sampel1. Populasi Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang diteliti. Bukan hanya objek atau subjek yang dipelajari saja tetapi seluruh karakteristik atau sifat yang dimiliki subjek atau objek tersebut.Populasi dalam penelitian ini adalah semua klien (25 orang) yang mengalami kusta di wilayah kerja Puskesmas Gentungan Kabupaten Gowa.2. Sampel

Sampel adalah suatu proses dalam menyeleksi porsi dari populasi. Penarikan sampel menggunakan teknik probability sampling dengan total sampling yaitu semua populasi dijadikan sampel, dengan jumlah 25 sampel.F. Alat dan Bahan Penelitian Untuk memperoleh informasi yang lebih lengkap, instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk kuesioner yang dibagikan kepada responden dengan menggunakan skala Guttman yang terdiri dari 2 alternatif jawaban yaitu nilai 1 jawaban ya dan 0 jawaban tidak untuk variabel pengetahuan sedangkan variabel tingkat depresi klien yang mengalami kusta menggunakan alat ukur derajat depresi HRS-D (Hamilton Rating Scale for Depression) yang terdiri atas 21 kelompok gejala, masing-masing kelompok gejala diberi penilaian 0-4 dengan penilaian sebagai berikut:0 = tidak ada gejala sama sekali1 = Satu dari gejala yang ada

2 = Sedang/ separuh dari gejala yang ada

3 = berat/lebih dari gejala yang ada

4 = sangat berat semua gejala adaG. Pengumpulan dan Analisis Data

1. Pengumpulan Dataa. Data Primer1) Mengurus kelengkapan surat pengantar kepada Puskesmas Gentungan Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa yang dituju untuk melaksanakan penelitian.2) Perawat melaporkan kepada pihak Puskesmas serta pihak-pihak tertentu yang bisa bekerjasama dalam pelaksanaan penyuluhan yang akan dilaksanakan.3) Meminta persetujuan responden dengan memberikan penjelasan mengenai tujuan penelitian, kemudian menyerahkan lembar persetujuan untuk ditanda tangani setelah mendapat penjelasan dan memahami tujuan penelitian.4) Memperoleh data primer dengan membagikan kuisioner kepada klien.b. Data sekunderData yang diperoleh dari instansi terkait dalam hal ini Puskesmas Gentungan yang berhubungan dengan klien yang mengalami kusta dan penunjang lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini dan literatur.2. Analisa Dataa. EditingEditing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh atau dikumpulkan.b. CodingMerupakan kegiatan pemberian kode nomerik (angka) terhadap data yang tersiri atas beberapa kategori.c. TabulatingPengelompokan kedalam suatu tabel menurut sifat-sifat yang dimiliki,setelah memperoleh skor dari tiap tabel kemudian data di analisa secara statistik.

H. Teknik Analisis Data

1. Analisis UnivariatAnalisa univariat dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian. Analisis ini menghasilkan distribusi dan presentase dari tiap variabel yang diteliti.2. Analisis BivariatAnalisis bivariat dilakukan untuk melihat hubungan tiap-tiap variabel bebas dan variabel terikat. Data yang diperoleh melalui uji statistik chi-square dengan 0,05 dengan program (SPSS 16).Adapun rumus Chi-Square yang digunakan menurut Sugiono (2001) adalah : QUOTE

Keterangan : X2=Uji Chi-Square01 = frekuensi observasional

E1 = frekuensi ekspektasi

= jumlah data

I. Etika penelitianMasalah etika penelitian keperawatan merupakan masalah yang sangat penting mengingat dalam penelitian ini menggunakan baik subjek. Dalam penelitian, ini menekankan pada masaalah etika yang meliputi :1. Informed consent (Lembar persetujuan)Lembar persetujuan diedarkan sebelum penelitian dilaksanakan, peneliti menjelaskan maksud dan tujuan penelitian. Jika respon bersedia diteliti mereka menandatangani lembar persetujuan tersebut, jika tidak peneliti tetap menghormati hak-hak responden.2. Anonimity (Tanpa nama)Untuk menjaga kerahasiaan identitas responden, peneliti tidak mencantumkan nama responden pada lembar observasi yang diisi oleh responden. Lembar tersebut hanya diberi kode tertentu.3. Confidentiality (Kerahasiaan)Kerahasiaan informasi yang telah dikumpulkan dari responden dijamin kerahasiaannya. Hanya kelompok data tertentu saja yang dilaporkan pada hasil penelitian. BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HasilPenelitianPenelitian ini menggunakan metode penelitian survey analitik dengan pendekatan Cross Sectional Study untuk menentukan hubungan antara variable independen dan variable dependen dengan melakukan pengukuran secara bersamaan.Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja dengan 31 Agustus 2013. Penelitian memperoleh identitas responden di Puskesmas Gentungan kemudian melakukan kunjungan rumah.

1. Karesteritik Respondena. Kelompok UmurTabel 4.1

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan UmurDi Wilayah Kerja Puskesmas Gentungan 2013Umur (Tahun)Frekuensi(f)Persentase (%)

2030

31- 40

41 - 50

51- 609

6

5

536

24

20

20

Jumlah (n)25100

Sumber : Data Primer 2013

Berdasarkan tabel 4.1, menunjukkan bahwa kelompok umur responden terbanyak pada rentang semua umur yaitu kelompok umur 20-30 tahun 9 responden (36 %) , 31-40 tahun 6 responden (24 %) ,41-50 tahun 5 responden (20 %) dan untuk kelompok umur 51- 60 tahun 5 responden ( 20%).

b. Tingkat Pendidikan

Tabel 4.2

Distribusi Frekuensi Responden BerdasarkanTingkat Pendidikan Di Wilayah KerjaPuskesmas Gentungan 2013

Tingkat pendidikanFrekuensi(f)Persentase (%)

SD/sederajat

SMP/sederajat

SMA/sederajat13

8

452

32

16

Jumlah (n)25100

Sumber : Data Primer 2013

Berdasarkan tabel 4.2, menunjukkan bahwa tingkat pendidikan responden terbanyak sekolah SD sederajat sebanyak 13 responden (52%) kemudian setingkat SMP/sederajat sebanyak 8 responden (32%), kemudian SMA/sederajat sebanyak 4 responden (16%). c. PengalamanTabel 4.3

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan

Tingkat Pengalaman Di WilayahKerjaPuskesmas Gentungan 2013

PengalamanFrekuensi(f)Persentase (%)

Ada

Tidak ada9

1636

64

Jumlah (n)25100,0

Sumber : Data Primer 2013Berdasarkan tabel 4.3, menunjukkan bahwa responden yang ada pengalaman sebanyak 9 responden (36%), kemudian yang tidak ada pengalaman sebanyak 16 responden (64%).2. Data Khususa. Analisis Univariat

1) Variabel Pengetahuan Tabel 4.4

Distribusi Frekuensi Responden BerdasarkanTingkat Pengetahuan Di Wilayah KerjaPuskesmas Gentungan 2013PengetahuanFrekuensi(f)Persentase (%)

Baik1040

Kurang1560

Jumlah (n)25100,0

Sumber ; Data Primer 2013Berdasarkan tabel 4.4, menunjukkan bahwa dari 25 responden yang diteliti, terdapat 15 responden (60%) yang memiliki tingkat pengetahuan yang kurang dan 10 responden (40%) yang memiliki tingkat pengetahuan yang baik.2) Variabel Kejadian Depresi Tabel 4.5

Distribusi Frekuensi RespondenBerdasarkanTingkat Depresi Di Wilayah KerjaPuskesmas Gentungan 2013Kejadian depresiFrekuensi(f)Persentase (%)

Ringan

Sedang6

1924

76

Jumlah (n)25100,0

Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel 4.5 menunjukkan bahwa dari 25 responden yang di teliti, terdapat 6 responden (24%) yang mengalami tingkat depresi ringan dan19 responden (76 %) yang mengalami tingkat depresi sedang. b. Analisis Bivariat1) Hubungan pengetahuan dengan Kejadian depresiTabel 4.6

Hubungan Pengetahuan dengan Kejadian DepresiDi Wilayah Kerja Puskesmas Gentungan 2013PengetahuanKejadianDepresi

RinganSedangJumlah

n%n%nn%

Baik6244161040

Kurang0015601560

Jumlah624197625100

Sumber : Data Primer, 2013Berdasarkan tabel 4.6, menunjukkan bahwa Hasil Analisis hubungan antara pengetahuan dan kejadian depresi terhadap klien yang mengalami kusta diperoleh sebanyak 6 responden (24%) yang memiliki pengetahuan yang baik dan mengalami depresi ringan, dan sebanyak 4 responden (16%) yang memiliki pengetahuan yang baik dengan tingkat depresi ringan sedangkan responden yang memiliki pengetahuan kurang dengan tingkat depresi ringan tidak ada (0%). Dan responden yang memiliki pengetahuan kurang dengan tingkat depresi sedang sebanyak 15 responden ( 60 %)Berdasarkan uji statistik diperoleh nilai hitung p = 0,001< nilai =0,05 yang berarti hipotesis alternatif (Ha) diterima dan hipotesis nol (Ho) ditolak. Hasil tersebut mengartikan bahwa ada hubungan pengetahuan dengan kejadian depresi pada klien yang mengalami kusta di wilayah kerja Puskesmas Gentungan Kecamatan Bajeng Barat Kabupaten Gowa.B. PembahasanBerdasarkan hasil pengolahan data yang dilakukan dengan menggunakan program SPSS versi 16 dan disesuaikan dengan tujuan penelitian, maka hasil penelitian ini dapat disajikan sebagai berikut:Dari hasil penelitian didapatkan klien yang mengalami kusta yang mempunyai pengetahuan baik dengan tingkat depresi ringan sebanyak 6 orang. Hal ini didukung karena mereka memiliki pengalaman yang baik tentang penyakit kusta yaitu kusta bisa sembuh dengan pengobatan yang teratur, ini sejalan dengan teori sub direktorat kusta danFrambusia (2010), modul pelatihan P2 kusta bagi puskesmas yang mengatakan dari hasil penelitian dibuktikan bahwa kuman kusta yang masih utuh bentuknya, lebih besar kemungkinan menimbulkan penularan dibandingkan dengan yang tidak utuh. Jadi faktor pengobatan adalah amat penting dimana kusta dapat dihancurkan, sehingga penularan dapat dicegah. Disini letak salah satu peranan penyuluhan kesehatan kepada penderita untuk menganjurkan kepada penderita untuk berobat secara teratur.1 Dan ini juga sejalan dengan Kutipan dari Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Pendoman pelaksanaan Pembentukan Kelompok Perawatan Diri (2006) yaitu pengetahuan mempunyai hubungan terhadap tingkat depresi seseorang tatkala seseorang tersebut didiagnosa mengalami kusta. Apabila penderita kusta memiliki pengetahuan yang baik dan memadai tentang penyakit kusta serta cara menerima kenyataan yang terjadi maka akan mengurangi beban psikologisnya serta cara pengobatannnya. Jenis obat, cara memakan obat tersebut dan akibat bila tidak patuh minum obat yang akan berakibat burukterhadap dirinya akan mampu mengimplementasikannya di dalam kehidupannya sehari-hari maka diharapkan angka kesembuhan pada penderita kusta meningkat.9 Dan sesuai pendapat dari Notoatmodjo (2005) yang mengatakan faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang yakni Pengetahuan seseorang tentang sesuatu obyek mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan negatif. Kedua aspek inilah yang pada akhirnya akan menentukan sikap seseorang terhadap obyek tertentu. Semakin banyak aspek positif dan obyek yang diketahui, maka menumbuhkan sikap makin positif terhadap obyek tersebut. 4Dan klien yang memiliki tingkat pengetahuan baik dan mengalami depresi sedang sebanyak 4 orang hal ini disebabkan karena mereka memiliki pengalaman yang kurang menyenangkan tentang penyakit kusta yaitu adanya reaksi kusta hal ini sejalan dengan teori sub direktorat kusta danFrambusia (2010), modul pelatihan P2 kusta bagi puskesmas yang mengatakan adanya reaksi yang dibagi menjadi dua menurut keadaanya yaitu reaksi berat dan reaksi ringan. Reaksi ringan yaitu kelainan kulit tambah aktif, menebal merah membengkak sampai ada yang pecah, teraba panas dan nyeri tekan, tangandan kaki membengkak, sendi-sendi sakit, nyeri tekan pada saraf tepi gangguan fungsi yang menyebabkan kelemahan otot. Dan reaksi berat yaitu kelainan kulit yang berupa nodul merah yang nyeri tekan,ada yang pecah, jumlahnya banyak dan berlangsung lama, demam ringan sampai berat, adanya gangguan fungsi pada saraf tepi dan adanya gangguan dan peradangan pada organ tubuh lain.1Sedangkan klien yang mengalami tingkat pengetahuan kurang dan mengalami depresi sedang sebanyak 15 orang karena hal ini disebabkan karena mereka tidak memiliki pengalaman dan rata rata memiliki pendidikan rendah yaitu SD/sederajat. Hal ini sejalan dengan teori Notoatmodjo (2005) salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang yakni pendidikan.

Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi. dengan pendidikan tinggi maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun dari media massa, semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang kesehatan.Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan dimana diharapkan adanya seseorang dengan pendidikan tinggi, maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Akan tetapi perlu ditekankan bukan berarti seorang pendidikan rendah, mutlak berpengetahuan rendah pula. Karena peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh di pendidikan formal, akan tetapi di pendidikan nonformal juga dapat diperoleh.Pengetahuan seseorang tentang sesuatu obyek mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan negatif. Kedua aspek inilah yang pada akhirnya akan menentukan sikap seseorang terhadap obyek tertentu. Semakin banyak aspek positif dan obyek yang diketahui, maka menumbuhkan sikap makin positif terhadap obyek tersebut.4

Dan ini juga sejalan dengan teori sub direktorat kusta dan Frambusia (2010), modul pelatihan P2 kusta bagi puskesmas yang mengatakanKusta sulit diberantas akibat kurangnya pengetahuan, pengertian yang salah dan kepercayaan yang keliru bahwa penyakit ini sangat mematikan, disebabkan faktor keturunan, dan bahkan merupakan sebuah kutukan sehingga penderita harus dijauhi atau bahkan diisolasi.1 Dan ini juga sejalan dengan Kutipan dari Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit danPenyehatanLingkungan, Pendoman pelaksanaan Pembentukan Kelompok Perawatan Diri (2006) Yaitu Pada umumnya penderita kusta merasa rendahdiri, merasa tekanan batin, takut terhadap penyakitnya dan terjadinya kecacatan, takut mengahadapi keluarga dan masyarakat karena sikap penerimaan mereka yang kurang wajar. Segan berobat karena malu, apatis, karena kecacatan tidak dapat mandiri sehingga beban bagi orang lain (jadi pengemis, gelandangan dsb).9Tidak semua orang memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tengtang penyakit kusta sehingga tidak semua orang yang mengalami kusta mampu melakukan adaptasi sehingga bisa muncul keluhan-keluhan emosional, seperti selalu merasa cemas atau dihantui ketakutan, hingga membayangkan hal-hal negatif, putus asa dan tidak pernah merasa optimis sehingga muncul rasa tidak percaya diri bahkan menarik diri dari masyarakat. Hal ini menjadi lebih berat tatkala orang yang mengalami kusta tersebut juga menderita keterbatasan fisik seperti deformitas (kerusakan) tubuh contoh kecacatan pada tangan dan kaki akibat dari penyakit kusta, karena mobilitasnya terbatas sehingga sulit memperoleh pekerjaan.Respon seseorang terhadap suatu penyakit yang di alami itu berbeda sehingga menghasilkan pola fikir yang berbeda pula. Jadi walaupun memiliki pengetahuan yang baik terhadap penyakit kusta tetapi di didalam dirinya tidak bisa menerima keadaan tersebut sehingga memungkinkan terjadi depresi yang sedang.Hal ini juga sejalan dengan teori yang di kemukakan oleh Nurjanti (2002) bahwa penyakit kusta juga mengakibatkan masalah psikososial karena banyak penderita yang akhirnya menjadi pengemis dengan segala permasalahan psikososialnya. Pengetahuan mempunyai hubungan terhadap tingkat depresi seseorang tatkala seseorang tersebut didiagnosa mengalami kusta. Apabila penderita kusta memiliki pengetahuan yang baik dan memadai tentang penyakit kusta serta cara menerima kenyataan yang terjadi maka akan mengurangi beban psikologisnya.Dari uji statistic chi-square dengan Yates Correction, tingkat kemaknaan = 0,05 diperoleh nilai p = 0,001, nilai p < . Hasil tersebut mengartikan bahwa ada hubungan pengetahuan dengan kejadian depresi pada klien yang mengalami kusta di wilayah kerja Puskesmas Gentungan Kec Bajeng Barat Kabupaten Gowa.BAB V

KESIMPULAN DAN SARANA. KesimpulanDari hasil penelitian yang dilakukan terhadap 25 responden di wilayah kerja Puskesmas Gentungan kabupaten Gowa dapat disimpulkan bahwa:1. Tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh klien yang mengalami kusta di wilayah kerja Puskesmas Gentungan Kabupaten Gowa adalah dari 25 responden, terdapat 15 responden (60%) yang memiliki tingkat pengetahuan yang kurang dan 10 responden (40%) yang memiliki tingkat pengetahuan yang baik.2. Tingkat kejadian depresi klien yang mengalami kusta di wilayah kerja Puskesmas Gentungan Kabupaten Gowa adalah dari 25 responden yang diteliti, terdapat 6 responden (24%) yang mengalami tingkat depresi ringan dan19 responden (76%) yang mengalami tingkat depresi sedang. 3. Tingkat hubungan antara pengetahuan dan kejadian depresi terhadap klien yang mengalami kusta diperoleh sebanyak 6 responden (24%) yang memiliki pengetahuan yang baik dan mengalami depresi ringan, dan sebanyak 4 responden (16%) yang memiliki pengetahuan yang baik dengan tingkat depresi ringan sedangkan responden yang memiliki pengetahuan kurang dengan tingkat depresi ringan tidak ada (0%). Dan responden yang memiliki pengetahuan kurang dengan tingkat depresi sedang sebanyak 15 responden ( 60 %).

4. Berdasarkan uji statistic chi-square diperoleh hasil ada hubungan pengetahuan dengan tingkat kejadian depresi klien yang mengalami kusta di wilayah kerja Puskesmas Gentungan Kabupaten Gowa.B. SaranBerdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian tersebut, maka peneliti dapat memberikan saran- saran sebagai berikut :1. Bagi Puskesmas

Diharapkan pada tenaga Puskesmas khususnya bagi petugas program P2 kusta agar dapat meningkatkan penyuluhan tentang penyakit kusta untuk mengurangi angka kejadian penyakit kusta dan menambah pengetahuan masyarakat yang dapat mengurangi stigma yang ada sehingga beban pada klien yang mengalami kusta diwilayah kerja Puskesmas Gentungan kabupaten Gowa berkurang.2. Profesi keperawatan

Sebagai bahan masukan untuk meningkatkatkan pemahaman perawat terhadap penyakit kusta dan menambah pengetahuan dalam memberikan pelayanan keperawatan professional khususnya tentang masalah depresi yang sering dihadapi oleh klien yang mengalami kusta.3. Bagi Peneliti selanjutnyaPenelitian ini merupakan pengalaman berharga dalam memperluas wawasan keilmuan penulis itu sendiri dalam metodologi penelitian dan masalah-masalah klien yang mengalami kusta khususnya depresi dan menjadi bahan pertimbangan untuk lebih banyak memberikan penyuluhan kepada masyarakat dan juga penelitilainnya yang ingin meneliti yang lain tengtang penyakit kusta dan kepada peneliti berikutnya agar menggunakan metode dan variabel penelitian yang lain, sampel yang lebih besar, dan waktu yang lebih lama agar hasil penelitian yang diperoleh lebih signifikan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Sub Directional Kusta dan Prambusia, (2010), Modul Pelatihan P2 Kusta Bagi Puskesmas.2. Nursalam, (2003), Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu keperawatan, pedoman skripsi, tesis, dan instrumen penelitian. Salemba medika, Jakarta.

3. Namora L.L., (2009), Depresi Tinjauan Psikologis, Kencana Prenada Media Group, Jakarta.4. Notoatmodjo, (2005), Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta. Jakarta.5. Hawari D., (2008), Manajemen stres cemas dan depresi, Balai Penerbit FKUI, Jakarta.6. Ali, (2001), Dasar-dasar keperawatan professional, Widya Medika, Jakarta.7. Depkes RI, (2007), Buku Pedoman Nasional Pengendalian Penyakit Kusta, Jakarta.8. Notoatmodjo S., (2007), Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-prinsip Dasar, Rineka Cipta, Jakarta.

9. Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (2006). Pedoman Pelaksanaan Pembentukan Kelompok Perawatan Diri, Jakarta. 10. Wikipedia, (2009), Penyakit Hansen (online), http:// id.wikipedia.org/wiki/penyakit_infeksi.

11. Yeni, (2008), Waspadai depresi pada lansia, www.tanyadokteranda.com, Diakses 30 September 2010.12. Hedlung & Vieweg, (2009), The Hamilton Rating Scale for Depretion, Journal of Operational Psychiatry, 149-165.13. Wasis, (2008), Pedoman Riset Praktis untuk Profesi Perawat. EGC, Jakarta.

14. Friedman. (2002). Buku Ajar Keperawatan Keluarga Riset, Teori, dan Praktek, Edisi kelima, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.15. Gail Wiscarz Stuart & Sandra J Sundeen. (1998), Buku Saku Keperawatan Jiwa, Edisi 3. EGC. Jakarta.Lampiran 1

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada Yang terhormat

Bapak / Ibu..

Di

Tempat

Dengan hormat,

Dalam rangkah penyusunan tugas akhir mahasiswa keperawatan STIK GIA Makassar, maka saya akan melakukan penelitian tentang Hubungan pengetahuan dengan tingkat depresi klien yang mengalami kusta di wilayah kerja Puskemas Gentungan Kabupaten Gowa . Manfaat penelitian adalah untuk memberikan tambahan pengetahuan bagi perawat dan klien tentang hubungan pengetahuan dengan dengan tingkat depresi.

Untuk keperluan tersebut, saya mohon kesediaan Bapak/ Ibu untuk mengisi kuesioner yang saya sediakan dengan jujur, dan semua yang berhubungan dengan identitas saudara dijamin kerahasiaanya.

Demikian permohonan ini saya buat, atas bantuan dan partisipasinya saya ucapkan banyak terima kasih.

Gentungan, Agustus 2013 Peneliti,

HERAWATI

Lampiran 2

PERSETUJUAN RESPONDEN

Setelah memperoleh informasi dan penjelasan dan peneliti, saya menyetujui menjadi responden dalam penelitian yang dilakukan oleh mahasiswi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Gema Insan Akademi ( STIK GIA ) Makassar yang bernama HERAWATI dengan judul penelitian hubungan pengetahuan dengan tingkat depresi klien yang mengalami kusta diwilayah kerja Puskesmas Gentungan Kabupaten Gowa.

Saya memahami bahwa penelitian ini tidak akan berakibat negatif terhadap saya dan keluarga saya. Oleh karena itu saya bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.

Gentungan, Agustus 2013 ( )Lampiran 3

INSTRUMEN PENELITIAN

Judul Penelitian :

Hubungan Pengetahuan Dengan Tingkat Depresi Klien Yang Mengalami Kusta Diwilayah Kerja Puskesmas Gentungan Kabupaten Gowa.

A. BIODATA RESPONDEN

Nomor responden

Insiasial Klien :

Umur

:

Pendidikan :

Pengalaman :

KUESIONER PENGETAHUANPetunjuk :

Berilah tanda cheklist (V) pada kolom yang tersedia. Jika anda menjawab YA maka cheklist dikolom YA dan jika anda menjawab TIDAK maka cheklist dikolom TIDAK.Jawaban Ya dengan skor benar nilainya = 1

Jawaban tidak atau salah nilainya = 0

NOPERTANYAANYATIDAK

1Apakah anda pernah mendengar tentang penyakit kusta?

2Apakah Anda tahu apa penyebab penyakit kusta?

3Apakah Anda tahu bagaimana ciri ciri dari penyakit kusta ?

4Apakah Anda tahu penyakit kusta itu bisa sembuh ?

5Apakah Anda tahu bahwa penyakit kusta itu bisa menular ?

6Apakah Anda tahu bagaimana cara penularan penyakit kusta?

7Apakah Anda tahu akibat yang bisa timbul pada penyakit kusta jika tidak diobati ?

8Apakah Anda tahu bagaimana cara melakukan perawatan diri ?

9Apakah anda pernah mendengar tentang reaksi kusta?

10Apakah anda tahu ciri-ciri reaksi kusta?

11Apakah anda merasa cemas dengan pnyakit yang dialami sekarang?

12Apakah dalam keluarga Anda diperlakukan sama dengan anggota keluarga lain?

13Apakah dalam pergaulan sehari-hari Anda bergaul sama dengan orang lain?

14Apakah sebagai anggota masyarakat Anda dilibatkan dalam kegiatan masyarakat?

15Apakah Anda dalam mendapatkan kesempatan pekerjaan sama dengan orang lain?

LEMBAR KUESIONER DEPRESI

Petunjuk :

Alat ukur derajat depresi menggunakan HRS-D (Hamilaton Rating Scale for Depression) yang terdiri atas 21 kelompok gejala, masing-masing kelompok gejala diberi penilaian antara 0-4 dengan cara Penilaian sebagai berikut: 0 = tidak ada gejala sama sekali

1 = Satu dari gejala yang ada

2 = Sedang/ separuh dari gejala yang ada

3 = berat/lebih dari gejala yang ada

4 = sangat berat semua gejala adaNo

Gejala DepresiNilai angka/skor

01234

1Keadaan perasaan sedih (sedih,putus asa,tak berdaya, tak berguna)

a. perasaan ini hanya ada bila ditanya

b. perasaan ini dinyatakan secara verbal spontan

c. perasaan yang nyata tanpa komunikasi verbal, misalnya ekspresi muka, bentuk suara ,dan kecenderungan menangis

d. pasien menyatakan perasaan yang sesungguhnya ini dalam komunikasi baik verbal maupun non verbal secara spontan.

2Perasaan masalah

a. menyalahkan diri sendiri dan merasa sebagai penyebab penderitaan orang lain

b. ide-ide bersalah atau renungan tentang kesalahankesalahan masa lalu

c. sakit ini sebagai hukuman, waham bersalah dan berdosa

d. suara-suara kejaran atau tuduhan dan halusinasi penglihatan tentang hal-hal yang mengancamnya.

3Bunuh diri

a. merasa hidup tak ada gunanya

b. mengharapkan kematian atau pikiran-pikiran lani ke arah itu

c. ide-ide bunuh diri atau langkah-langkah ke arah itu.

4Gangguan pola tidur (Initial Insomnia)

a. keluhan kadang-kadang sukar masuk tidur, misalnya lebih dari setengah jam baru masuk tidur .

b. keluhan tiap malam sukar masuk tidur.

5Gangguan pola tidur (Middle Insomnia)

a. pasien mengeluh gelisah dan terganggu sepanjang malam

b. terjadi sepanjang malam (bangun dari tempat tidur kecuali buang air kecil)

6Gangguan pola tidur (Late Insomnia)

a. bangun saat dini hari tetapi dapat tidur lagi

b. bangun saat dini hari tetapi tidak dapat tidur lagi.

7Kerja dan kegiatan-kegiatannya

a. pikiran/perasaan ketidakmampuan, keletihan/kelemahan yang berhubungan dengan kegiatan kerja atau hobi

b. hilangnya minat terhadap pekerjaan/hobi atau kegiatan lainnya, baik langsung atau tidak pasien menyatakan kelesuan, keragu-raguan, dan rasa bimbang

c. berkurangnya waktu untuk aktivitas sehari-hari atau produktivitas menurun. Bila pasien tidak sanggup beraktivitas sekurang-kurangnya 3 jam sehari dalam kegiatan sehari-hari

d. tidak bekerja karena sakitnya sekarang (di rumah sakit), bila pasien tidak bekerja sama sekali, kecuali tugas-tugas dibangsal atau jika pasien gagal melaksanakan kegiatan

e. kegiatan dibangsal tanpa bantuan.

8Kelambanan (lambat dalam berpikir, berbicara, gagal berkonsentrasi, dan aktivitas monorik menurun)

a. sedikit lamban dalam wawancara.

b. Jelas lamban dalam wawancara

c. Sukar diwawancarai

d. Stupor (diam sama sekali).

9Kegelisahan (Agitasi)

a. Kegelisahan ringan

b. Memainkan tangan/jari-jari, rambut, dan lain-lain

c. Bergerak terus tidak dapat duduk dengan tenang

d. Meremas-remas tangan, menggigit-gigit, menarik-narik rambut, menggigit-gigit bibir.

10Kecemasan (Ansietas Somatik)

a. Sakit / nyeri diotot-otot, kaku, dan kedutan otot

b. Gigi gemerutuk

c. Suara tidak stabil

d. Tinnitus (telinga berdenging)

e. Penglihatan kabur

f. Muka cerah atau pucat, lemas.

g. Perasaan ditusuk-tusuk

11Kecemasan (Ansietas Psikis)

a. Ketegangan subjektif dan mudah tersinggung

b. Mengkawatirkan hal-hal kecil

c. Sikap kekawatiran yang tercermin diwajah atau pembicaraannya

d. Ketakutan yang diutarakan tanpa ditanya.

12Gejala somatik (Pencernaan)

a. Nafsu makan berkurang tetapi dapat makan tanpa dorongan teman, merasa perutnya penuh

b. Sukar makan tanpa dorongan teman, membutuhkan pencahar untuk buang air besar atau obat-obatan untuk saluran pencernaan.

13Gejala somatic (Umum)

a. Anggota gerak, punggung atau kepala teras berat

b. Sakit punggung kepala dan otot-otot, hilangnya kekuatan dan kemampuan.

14Kelamin (Genital)

a. Sering buang air kecil,terutama malam hari dikalah tidur

b. Tidak haid, darah haid sedikit sekali

c. Tidak ada gairah seksual / dingin (frigit)

d. Ereksi hilang

e. Impotensi.

15Hipokondriasis (keluhan somatik/fisik yang berpindah-pindah)

a. dihayati sendiri

b. Preokupasi (keterpakuan) mengenai kesehatan sendiri

c. Sering mengeluh membutuhkan pertolongan orang lain

d. Delusi hipokondriasis

16Kehilangan berat badan (A dan B)

A. Bila hanya dari anamnesis (wawancara):

a. Berat badan berkurang berhubungan dengan penyakitnya sekarang

b. Jelas penurunan berat badan

c. Tak terjelaskan lagi penurunan berat badan.

B. Dibawah pengawasan dokter bangsal secara mingguan bila jelas berat badan berkurang menurut ukuran :

a. Kurang dari 0,5 kg seminggu

b. lebih dari 0,5 kg seminggu

c. tidak ternyatakan lagi kehilangan berat badan.

17Insight (pemahaman diri)

Mengetahui sakit tetapi berhubungan dengan penyebab-penyebab iklim, makanan, kerja berlebihan, virus, perlu istirahat, dan lain-lain

18Variasi harian

Adakan perubahan atau keadaan yang memburuk pada waktu malam atau pagi

19Depersonalisasi (perasaan diri berubah) dan (derealisasi (perasaan tidak nyata/ tidak realistis)

20Gejala-gejala paranoid

a. Kecurigaan

b. Pikiran dirinya menjadi pusat perhatian, atau peristiwa kejadian diluar tertujuh pada dirinya (ideas of reference)

c. Wahan kejaran.

21Gejala-gejala opsesi dan kompulsi

Jumlah total riskor

Keterangan :Penentuan derajat Depresi dengan cara menjumlah nilai skor dari item 1- 21 dengan hasil :

1. Skor kurang dari 17 = tidak ada depresi.

2. Skor 18 24 = Depresi ringan.

3. Skor 25 34 = Depresi sedang.

MASTER TABEL PENGETAHUAN DAN TINGKAT DEPRESI

NO.RESPONDENINISIALUMURPENDIDIKANPENGALAMANPENGETAHUANTINGKAT DEPRESI

1Ny.N13111

2Tn. B21222

3Tn. R13222

4Ny.R31111

5Ny. K32222

6Tn. A22222

7Ny.K21112

8Ny. N12222

9Ny. R41222

10Tn. L41212

11Tn. S41222

12Ny. R41222

13Tn. H31222

14Tn. J12111

15Ny. S11111

16Ny. B22222

17Tn. D32222

18Ny. H43112

19Ny. S11111

20Tn. N21112

21Ny. A12222

22Ny. R12222

23Ny. B31122

24Tn. S21211

25Tn. A13222

Keterangan:

Kelompok Umur: (1) 20-30 tahun(3) 41-50 tahun

Pengalaman: (1) Ada

(2) 31-40 tahun(4) 51-60 tahun

(2) Tidak Ada

Tingkat Pendidikan: (1) SD/Sederajat

(2) SMP/ Sederajat

(3)SMA/ SederajatPengetahuan

: (1) Baik

(2)Kurang

Tingkat Depresi : (1) Ringan

(2) Sedang

Frequencies

Umur

FrequencyPercentValid PercentCumulative Percent

Valid20-30 tahun936.036.036.0

31-40 tahun624.024.060.0

41-50 tahun520.020.080.0

51-60 tahun520.020.0100.0

Total25100.0100.0

FrequenciesPendidikan

FrequencyPercentValid PercentCumulative Percent

ValidSD/Sederajat1352.052.052.0

SMP/Sederajat832.032.084.0

SMA/Sederajat416.016.0100.0

Total25100.0100.0

FrequenciesPengetahuan

FrequencyPercentValid PercentCumulative Percent

ValidBaik1040.040.040.0

Kurang1560.060.0100.0

Total25100.0100.0

FrequenciesPengalaman

FrequencyPercentValid PercentCumulative Percent

ValidAda936.036.036.0

Tidak Aada1664.064.0100.0

Total25100.0100.0

FrequenciesTingkat Depresi

FrequencyPercentValid PercentCumulative Percent

ValidRingan624.024.024.0

Sedang1976.076.0100.0

Total25100.0100.0

CrosstabsPengetahuan * Tingkat Depresi Crosstabulation

Count

Tingkat DepresiTotal

RinganSedang

PengetahuanBaik6410

Kurang01515

Total61925

Chi-Square Tests

ValuedfAsymp. Sig. (2-sided)Exact Sig. (2-sided)Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square11.842a1.001

Continuity Correctionb8.7811.003

Likelihood Ratio14.0941.000

Fisher's Exact Test.001.001

Linear-by-Linear Association11.3681.001

N of Valid Casesb25

a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,40.

b. Computed only for a 2x2 table

Directional Measures

ValueAsymp. Std. ErroraApprox. TbApprox. Sig.

Nominal by NominalLambdaSymmetric

.500.2421.586.113

Pengetahuan Dependent

.600.1552.810.005

Tingkat Depresi Dependent.333.430.638.524

Goodman and Kruskal tauPengetahuan Dependent

.474.140.001c

Tingkat Depresi Dependent.474.161.001c

a. Not assuming the null hypothesis.

b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.

Directional Measures

ValueAsymp. Std. ErroraApprox. TbApprox. Sig.

Nominal by NominalLambdaSymmetric.500.2421.586.113

Pengetahuan Dependent.600.1552.810.005

Tingkat Depresi Dependent.333.430.638.524

Goodman and Kruskal tauPengetahuan Dependent.474.140.001c

a. Not assuming the null hypothesis.

b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.

c. Based on chi-square approximation

Symmetric Measures

ValueApprox. Sig.

Nominal by NominalPhi.688.001

Cramer's V.688.001

Contingency Coefficient.567.001

N of Valid Cases25

JADWAL PENELITIANHubungan Pengetahuan dengan Tingkat Depresi Klien yang Mengalami Kusta di Wilayah Kerja Puskesmas Gentungan Kabupaten Gowa

NoKegiatanMaretAprilMeiJuniJuliAgustusSeptember

1234123412341234123412341234

1Pengajuan judul

2Penyusunan proposal

3Pengambilan data awal

4Konsultasi proposal

5Ujian dan perbaikan proposal

6Pengurusan ijin

7Pengumpulan dan Analisis data

8Ujian Hasil Penelitian

9Perbaikan Hasil

stresor

depresi

Koping tidak adaptif

Stigma diri sendiri

Kesempatan kerja kurang

Kurangnya pengetahuan

Stigma masyarakat

Penderita kusta

Pengetahuan

Depresi

Stigma