kpd_klasifikasi & bab 1

4
BAB I PENDAHULUAN Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda-tanda persalinan dan ditunggu satu jam sebelum dimulainya tanda persalinan. Ketuban pecah dini merupakan penyebab terbesar persalinan premature dengan berbagai akibatnya. Insidensi ketuban pecah dini terjadi 10% pada semua kehamilan. Pada kehamilan aterm insidensinya bervariasi 6-19%, sedangkan pada kehamilan preterm insidensinya 2% dari semua kehamilan. Hampir semua ketuban pecah dini pada kehamilan preterm akan lahir sebelum aterm atau persalinan akan terjadi dalam satu minggu setelah selaput ketuban pecah. 70% kasus ketuban pecah dini terjadi pada kehamilan cukup bulan, sekitar 85% morbiditas dan mortalitas perinatal disebabkan oleh prematuritas, ketuban pecah dini berhubungan dengan penyebab kejadian prematuritas dengan insidensi 30-40%. Penyebab ketuban pecah dini ini pada sebagian besar kasus tidak diketahui. Banyak penelitian yang telah dilakukan beberapa dokter menunjukkan infeksi sebagai penyebabnya. Faktor lain yang mempengaruhi adalah kondisi sosial ekonomi rendah yang berhubungan dengan rendahnya kualitas perawatan antenatal, penyakit menular seksual misalnya disebabkan oleh chlamydia trachomatis dan nescheria gonorrhea. Selain itu, infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban, fisiologi selaput amnion/ketuban yang abnormal, servik yang inkompetensia, serta trauma oleh beberapa ahli disepakati

Upload: ilya-nur-rachmawati

Post on 05-Feb-2016

9 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

ketuban pecah dini

TRANSCRIPT

Page 1: KPD_klasifikasi & Bab 1

BAB I

PENDAHULUAN

Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda-tanda

persalinan dan ditunggu satu jam sebelum dimulainya tanda persalinan. Ketuban pecah dini

merupakan penyebab terbesar persalinan premature dengan berbagai akibatnya.

Insidensi ketuban pecah dini terjadi 10% pada semua kehamilan. Pada kehamilan

aterm insidensinya bervariasi 6-19%, sedangkan pada kehamilan preterm insidensinya 2%

dari semua kehamilan. Hampir semua ketuban pecah dini pada kehamilan preterm akan

lahir sebelum aterm atau persalinan akan terjadi dalam satu minggu setelah selaput

ketuban pecah. 70% kasus ketuban pecah dini terjadi pada kehamilan cukup bulan, sekitar

85% morbiditas dan mortalitas perinatal disebabkan oleh prematuritas, ketuban pecah dini

berhubungan dengan penyebab kejadian prematuritas dengan insidensi 30-40%.

Penyebab ketuban pecah dini ini pada sebagian besar kasus tidak diketahui. Banyak

penelitian yang telah dilakukan beberapa dokter menunjukkan infeksi sebagai penyebabnya.

Faktor lain yang mempengaruhi adalah kondisi sosial ekonomi rendah yang berhubungan

dengan rendahnya kualitas perawatan antenatal, penyakit menular seksual misalnya

disebabkan oleh chlamydia trachomatis dan nescheria gonorrhea. Selain itu, infeksi yang

terjadi secara langsung pada selaput ketuban, fisiologi selaput amnion/ketuban yang

abnormal, servik yang inkompetensia, serta trauma oleh beberapa ahli disepakati sebagai

faktor predisposisi atau penyebab terjadinya ketuban pecah dini. Trauma yang didapat

misalnya hubungan seksual dan pemeriksaan dalam.

Penatalaksanaan KPD memerlukan tindakan yang rinci sehingga dapat menurunkan

kejadian persalinan prematuritas dan infeksi dalam Rahim. Terjadinyakematian pada ibu dan

anak dengan adanya masalah tersebut maka peran perawat yaitu memberikan asuhan

keperawatan pada ibu hamil dan persalinan secara komprehensif sehingga ibu dan janin

mendapatkan perawatan yang optimal. Dengan demikian akan menurunkan atau

memperkecil resiko kematian ibu dan bayinya

Page 2: KPD_klasifikasi & Bab 1

KLASIFIKASI

Klasifikasi Ketuban pecah dini (Premature Rupture of Membranes/PROM)mengacu kepada

pasien yang melampaui usia kehamilan 37 minggu dan ditampilkan dengan adanya pecah

ketuban (Rupture of Membranes/ROM) sebelum awal persalinan. Ketuban pecah dini

preterm (Preterm Premature Rupture of Membranes/PPROM) adalah pecahnya ketuban

(ROM) sebelum kehamilan 37 minggu. Dan pecah ketuban berkepanjangan adalah setiap

pecahnya ketuban yang berlangsung selama lebih dari 24 jam dan lebih dahulu pecah pada

awal persalinan (Hamilton C, 2010). Dibagi menjadi dua yaitu :

a. PROM ( Premature Rupture of Membrane)

Ketuban pecah pada saat usia kehamilan ≥ 37 minggu. Pada

PROM penyebabnya mungkin karena melemahnya membran amnionsecara fisiologis.

Kondisi klinis seperti inkompetensi serviks dan polihidramnion telah diidentifikasi

sebagai faktor risiko yang jelas dalam beberapa kasus ketuban pecah dini. Untuk

penangananya melalui Seksio Sesarea (Syaifuddin, 2002).

b. PPROM ( Preterm Premature Rupture of membrane)

Ketuban pecah dini premature (PPROM) mendefinisikan ruptur spontan membran janin

sebelum mencapai umur kehamilan37 minggu dan sebelum onset persalinan (American

College of Obstetricians dan Gynecologists, 2007). Pecah tersebut kemungkinan

memiliki berbagai penyebab, namun banyak yang percaya infeksiintrauterin menjadi

salah satu predisposisi utama (Gomez dan rekan,1997; Mercer, 2003). Sebuah tinjauan

ilmiah penyebab PPROM diidentifikasi penyebab potensial banyak dalam kasus

tertentu. Ini termasuk penurunan umum dalam kekuatan peregangan membran

amnion, cacat lokal pada membran amnion, penurunan kolagen cairan ketuban dan

perubahan dalam struktur kolagen, iritabilitas uterus, apoptosis, degradasi kolagen, dan

peregangan membran. Pada jaringan Maternal-Fetal Medicine Unit (MFMU)

menemukan bahwa faktor risiko PPROM adalah PPROM sebelumnya, fibronektin janin

positif pada kehamilan 23 minggu, dan leher rahim pendek (<25mm) pada umur

kehamilan 23 minggu. Untuk penatalaksanaannya dirawat di Rumah Sakit, tunda

persalinan, berikan antibiotik (Manuaba, 2001)

- Manuaba I.B.G. 2010. Gawat Darurat, Obstetri Ginekologi dan Obstetri Ginekologi Sosial untuk Profesi Bidan, Penerbit Buku Kedokteran, EGC, Jakarta

- Saifuddin, Abdul bari. 2002. Buku acuan nasional pelayanan kesehatan maternal dan neonatal. Jakarta : YBP-SP- Hamilton C. Premature Preterm Rupture of the Membranes. Diunduh dari :

http://emedicine.medscape.com/article.