konsep kepemimpinan hasan al-bannadigilib.uin-suka.ac.id/4340/1/bab i,v.pdfhasan al-banna...
TRANSCRIPT
-
KONSEP KEPEMIMPINAN HASAN AL-BANNA
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta
Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Filsafat Islam
Oleh :
YARSORI
NIM: 04511707
JURUSAN AQIDAH DAN FILSAFAT
FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2010
-
v
-
vi
-
iv
-
v
MOTTO
"Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu
sayangi, tetapi Allah memberi petunjuk
kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau
menerima petunjuk." (Al-Qasas 28: 56)
Pidato Abu Bakar Ashidiq ketika mendapat amanat menjadi seorang Khalifah:
“ Di Mataku tak ada orang yang kuat bila ia bersalah,
Dan tak ada orang yang lemah bila ia memang benar.
Taatilah aku selama aku taat kepada Allah bersama kalian,
Jika aku berlaku maksiat kepada Allah, maka kalian tidak wajib taat
kepadaku.”
(Ibnu Tamiyah, Tugas Negara Menurut Islam,(Jogjakarta,Pustaka Pelajar Offset, 2004),hlm.168.)
-
vi
PERSEMBAHAN
Buat Ibu Tercinta Terima kasih tiap pagi bangun tidur sebelum kepasar selalu mendoakan pada
putra putrinya agar sukses di kemudian hari. Dibalik kesulitan pasti ada kemudahan …
Kakaku Tercinta Makasih juga yang selalu memberikan bantuan disaat aku butuhkan
Adik-adiku tersayang Bersedia membantu serta menemani dalam menyelesikan tugasku, aku bangga
pada diriku serta kalian
-
vii
ABTRAKSI
Hasan al-Banna adalah tokoh Islam kontemporer yang mempunyai visi besar terhadap umat Islam khususnya di Mesir. Pada zaman ulama salaf menerangkan sunnah bagaimana bermuamalah dengan pemimpin. Mereka menyebarkan ilmu agama di masjid-masjid, itulah jalan salaf. Ikhwanul Muslimin adalah organisasi yang telah didirikan oleh Hasan al-Banna sebagai wadah kepemimpinannya. Bagi mereka yang membaca kitab-kitab batiniyah niscaya akan menemukan mereka punya wakil-wakil yang diberi nama nuqaba' (naqib-naqib), seperti penamaan organisasinya. Sebelum dinasti Umawiyah jatuh, dai-dai dinasti Abbasiyah mempraktekkan metode ini. Mereka punya wakil-wakil yang tersebar dalam jabatan-jabatan daulah (negara) Umawiyah. Wakil-wakil itu punya tanggung jawab dan harus melaporkan kepada pucuk pimpinan tertinggi. Hasan al-Banna menciptakan prinsip ini, dengan cara bagaimana Hasan al-Banna mengikat pengikutnya dengan tanzhim tersebut. Tanzhim ini tidak melihat alim atau tidaknya sosok orang yang akan dicalonkan menjadi pemimpin. al-Hadhami, pengganti Hasan al-Banna, adalah seorang yang mencukur jenggot, bekerja pada konsultan hakim pemerintahan Mesir, orang yang tidak mempunyai pengetahuan agama yang mendalam. Dia dijadikan pemimpin sepeninggal al-Banna. Anggota-anggota Ikhwanul Muslimin terkejut atas wafatnya Hasan al-Banna karena yang menggantikannya adalah al-Hadhami. Karena pengangkatannya tidak ada hubungannya sama sekali dengan agama, tetapi berhubungan dengan kepemimpinan negara. Menurut Hasan al-Banna kekokohan karakter merupakan bangunan dasar untuk membentuk tatanan kehidupan masyarakat, sehingga menjadi umat yang beradab. Kepemimpinan Hasan al-Banna dalam organisasinya adalah langkah politik praktis yang diketahui kebanyakan orang, sedangkan 'tandzim khusus' adalah sayap militer yang melakukan manuver-manuver yang diperintahkan ketua umum. Jadi menurut al-Banna, dialah yang memberi tugas-tugas kepada As Sindi (pemimpin 'tandzim khusus' yang melaksanakan perintah-perintah Hasan al-Banna) dalam kedudukannya sebagai ketua umum. Al-Banna membentuk kepemimpinan umum dengan sistem kepemimpinan 'ala mursyid' dan dinamakan 'Maktab Al-Irsyad' (bimbingan).
Kajian ini merupakan library research dan dilakukan dengan metode historis-filosofis dan penulis menggunakan pemikiran Tokoh Hassan al-Banna, mengingat al-Banna adalah seorang pejuang Islam dan tokoh politik Islam pada masa zaman modern, sehingga pemikiran tentang konsep kepemimpinanya menurut hemat penulis sesuai dengan konteks saat ini yang hangat dalam perpolitikan kepemimpinan masa sekarang. Di akhir-akhir ini sering muncul sebuah perdebatan baik dalam wilayah akademik maupun wilayah masyarakat umum dengan mengusung pan-islamisme maka seolah-olah menjadikan kebangkitan kembali sejarah dahulu yang menginginkan kepemimpinan dalam Islam yang berintelektual tinggi.
Kata kunci: Kepemimpinan, Ikhwan al-Muslimin, Agama dan Negara.
-
viii
KATA PENGANTAR
بسم اهللا الرحمن الرحيم
.الحمد هللا رب العالمين .أشهد أن الإله االاهللا وأشهد أن محمدا رسول اهللا
:أما بعد سيدنا محمد وعلي اله واصحابه أجمعين على وسلماللهم صل
Segala puji dan syukur hanyalah bagi Allah SWT., yang hanya karena
rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya penyusun dapat menyelesaikan skripsi ini.
Kemudian salawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan
kita, Nabi Muhammad Saw, keluarga, sahabat-sahabat, serta orang-orang yang
mengikutinya hingga akhir zaman.
Skripsi yang berjudul Konsep Kepemimpinan Hasan al-Banna.
Alhamdulillah telah selesai tersusun. Alasan utama pemilihan topik ini adalah
karena masalah Kepemimpinan sering menjadi perdebatan dan difahami bukan
dalam proporsi yang seharusnya oleh sebagian kalangan, bahkan hanya sebagai
ranah politik untuk mencapai kekuasaan, sehingga sering timbul pengertian
yang tidak tepat tentang Kepemimpinan. Selain itu, topik ini juga sangat
berkaitan erat dengan perkembangan politik dalam memimpin sebuah bangsa
dan Negara yang beredar di tengah-tengah masyarakat, baik dalam konteks
agama (normatif), sosial, dan budaya masyarakat, bahkan khususnya mengenai
pertumbuhan dan pembaruan politik Islam di Indonesia. Oleh karena itu tema
tentang Kepemimpinan ini menuntut pembahasan yang lebih komprehensif lagi.
Dalam penyusunan skripsi ini penyusun menyadari sepenuhnya bahwa
walaupun sudah mengerahkan segala kemampuan, tetapi masih jauh dari
kesempurnaan. Untuk itu penyusun sangat berharap akan adanya masukan, baik
berupa kritikan atau saran yang sifatnya membangun untuk dilakukan
perbaikan.
-
ix
Dengan selesainya skripsi ini, penyusun hendak mengucapkan terima
kasih yang dalam dan tulus kepada yang terhormat :
1. Bapak Prof. Dr. H. M. Amin Abdullah, sebagai Rektor UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta.
2. Ibu Dr. Sekar Ayu Aryani, MA selaku Dekan Fakultas Ushuluddin UIN
Sunan Kalijaga Yogyakarta.
3. Bapak Drs. Sudin. M. Hum, MA selaku pembimbing Akademik
4. Bapak Fakhruddin Faiz, S.Ag, M.Ag, selaku ketua Jurusan Aqidah dan
Filsafat.
5. Bapak Dr. H. Zuhri., M. Hum, sebagai sekretaris Jurusan Aqidah dan
Filsafat.
6. Bapak Drs. H. Abdul Basir Solissa, M.Ag, selaku Pembimbing skripsi,
yang telah melakukan bimbingan secara maksimal dalam penyusunan
skripsi ini, pada beliau penyusun menghaturkan banyak terima kasih.
7. Para penguji skripsi yang telah bersedia meluangkan waktunya.
8. Ibu tercinta, kakak dan adik-adikku juga seluruh keluarga yang telah
memberikan semangat baik secara moril maupun materiil bagi
penyusun.
9. Sahabatku AF, Azis Muslim Jakarte (makasih “Gas beracunmu” yang
kamu keluarkan dalam ruangan hingga membuatku pingsan, akan
menjadi kenangan kita di Jogkjakarta, makasih jua,,,tlah..ngajak wisuda
bersama), Rindang Sleman, Adhim Gresik, Adil Lamongan, Awan
Jogjakarta, Herwanto Palembang ( ayo cepat selesaikan skripsinya),
Hanik Boyolali, Ood Cilacap, Izzat Klaten, Asrowi Lampung, Udin
Ponorogo, Lalu M (lombok), Munir Madura, Kadafi Banjarnegara, juga
-
x
( Siti Lestari/Mie) di kota Medan yang kasih aku tema ini, Vina Fakultas
Kedokteran UGM, Deeah Fakultas Hukum UGM, Betty (Psikolog UII),
Teman-teman di SIC Komputer (mas Amin, Toni, Teguh, mbak Anna
dll) gabungan mahasiswa UIN, UNY,UAD. Teman-teman HMI UIN,
Pimpinan PT. ZEIN KADIR beserta staf karyawanya yang memberikan
kesempatan bekerja sambil kuliah untuk meraih Sarjanaku. Eryn yang
aku cintai dan sayangi yang telah menemani dan mensupport serta
bersedia sabar, setia dalam menunggu penyusunan skripsi ini. Juga
seluruh teman-teman KKN angkatan Tahun 2008 maupun teman-teman
dilokasi KKN dulu yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu namanya.
10. Buat Calon isteriku yang tercinta, yang saya sayangi dan cintai
sepanjang masa, yang telah rela berkorban demi saya.
Demikianlah semoga jasa dan budi beliau-beliau merupakan amal
shaleh dan dibalas oleh Allah SWT. Akhirnya hanya kepada Allah jualah
penyusun memohon ampunan dan petunjuk dari segala kesalahan.
Yogyakarta, 19 Rabiul Awwal 1431 H 05 Maret 2010 M
Penyusun
Yarsori NIM: 04511707
-
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL …………………………………………………….......... i
HALAMAN NOTA DINAS …………………………………………….......... ii
HALAMAN PENGESAHAN ………………………………………….......… iii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ……………………..................... iv
HALAMAN MOTTO ……………………………………………………....... v
HALAMAN PERSEMBAHAN …………………………………………....... vi
ABSTRAK ………………………………………………………………......... vii
KATA PENGANTAR ……………………………………………………...... viii
DAFTAR ISI ……………………………………………………………......... xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ……………………………...…...…........ 1
B. Rumusan Masalah ……………………………………..........…...... 9
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian …………………….…................. 9
D. Tinjauan Pustaka ………………………………………................. 10
E. Metode Penelitian …………………………...................………..... 13
F. Sistematika Pembahasan ……………………………….................. 17
BAB II BIOGRAFI HASAN AL-BANNA DAN PETUALANGAN
INTELEKTUALNYA
A. Riwayat hidup dan Pendidikan ………………………................... 18
B. Kondisi Sosial Masyarakat ……...................................................... 25
C. Karya-karya Hasan al-Banna ……………………………………... 27
D. Latar Belakang Pemikiran Hasan al-Banna ………………………. 30
BAB III KOSEPSI KEPEMIMPINAN DAN UNSUR-UNSURNYA
A. Konsep Kepemimpinan ……………………...…………………… 48
1. Pemimpin ………………………………...…………...………. 52
-
xii
2. Tujuan Kepemimpinan ……………………………………. 54
B. Unsur Kepemimpinan .…...……................................................ 57
1. Adanya Sekelompok Manusia ……………………….....…. 57
2. Adanya Tujuan Kelompok ……………………….…….…. 58
3. Adanya Tanggung Jawab dari yang Dipimpin……….……..59
C. Fungsi Pemimpin………………………………………….….... 60
D. Teori dan Tipe-tipe Pemimpin……………………….……...…..61
1. Teori-teori Kepemimpinan ……………………….……...... 61
2. Tipe-tipe Kepemimpinan ……………………….……….… 64
BAB IV INTERNALISASI KEPEMIMPINAN HASAN AL-BANNA
A. Peran Kepemimpinan Hasan al-Banna ....................................... 69
B. Strategi dan Taktik dalam Kepemimpinan Hasan al-Banna ....... 77
1. Strategi Perjuangan Hasan al-Banna .................................... 78
2. Taktik Perjuangan Hasan al-Banna ...................................... 80
C. Objektifikasi Kepemimpinan Hasan al-Banna ........................... 82
1. Keluarga ............................................................................... 83
2. Agama .................................................................................. 85
3. Negara .................................................................................. 92
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ………………………..……………............…….. 97
B. Saran-saran ……………………..…………………….........….. 98
DAFTAR PUSTAKA …………………..………………………………... 100
CURRICULUM VITAE …………..…………………………………….. 103
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Islam mengajak manusia untuk mengikuti aturan hidup yang lurus dan
benar, baik sebagai individu maupun kelompok bangsa-bangsa agar terhindar
dari kesesatan dan kerugian dunia dan akhirat. Karena itu seorang muslim
yang peduli dengan negara dan kehidupan masyarakatnya, pastilah akan
berusaha menemukan sistem apa dan figur pemimpin yang bagaimana
seharusnya perbaikan nasib negara dan masyarakat dipercayakan.
Tokoh-tokoh Islam Mesir yang terkemuka di antaranya adalah Hasan al-
Banna yang terlibat sebagai intelektual muda serta sebagai seorang pemikir
kontemporer yang lebih menekankan relevansi Islam dengan soal-soal
duniawi, yang perlu diubah untuk memperbaiki kondisi masyarakat Mesir
yang dikala itu dilanda krisis ideologi dan dekadensi moral yang parah.
Sehingga timbul berbagai kecaman fondasi negara jahiliyah berdasarkan
Nasionalisme dan mengusulkan Islam sebagai solusi alternatif terhadap
kompleksitas problem umat manusia. Hasan al-Banna merupakan seorang
tokoh dari gerakan yang paling berpengaruh pada abad dua puluh yang
berusaha menggerakan kembali masyarakat muslim ketatanan Islami murni.
Salah satu pendapat yang dikemukakan oleh al-Ustad Muhammad Abdul
-
2
Hamid bahwa ruh Hasan al-Banna memiliki kekuatan hipnotis, sehingga orang
yang berada didekatnya pasti akan mengubah orientasi kehidupanya pada
Islam dan watak imamahnya serta ruh al-harakah (spirit of move) yang
terpatri dalam karakternya mendorong kebaikan dan kemaslahatan.1
Beberapa buku karanganya Hasan al-Banna mencatat bahwa Islam
mendorong keterlibatan aktif di dunia termasuk penyelidikan ilmiah atas alam
yang membawa kemajuan teknologi. Karena Hasan al-Banna percaya bahwa
ajaran Islam itu tidaklah bertentangan dengan kesimpulan ilmu karena agama
dan ilmu membahas realitas yang berbeda.
Pusat kota Mesir merupakan pusat westernisasi sehingga bagi al-Bana
merupakan atheisme dan ketakbermoralan. Keprihatinanpun terlihat saat
Mustafa Kemal berusaha untuk menghapus kekhalifahan dan program Kemal
untuk mensekulerkan Turki. Gerakan di Mesir yang mendirikan Universitas
negeri sekuler pada tahun 1925, menurut al-Banna merupakan langkah
pertama meniru Turki mencampakan Islam. Dia juga memandang banjir
artikel koran dan buku yang mempromosikan nilai sekuler barat.
Melihat kodisi Islamiyah yang semakin lama semakin terpuruk atas
dekadensi moral agama membuat al-Banna semakin pedas dan harus mencari
jalan keluar untuk memperbaiki dan juga mengantisipasinya. Kemudian al-
Banna mendirikan suatu jamaah yang dinamakan Ikhwanul al–Muslimin
(Persaudaran orang-orang Muslim). Pada tahun 1347 H, yang bertujuan untuk
mewujudkan cita-cita Sayid Jamaluddin al-Afghani dan Muhammad Abduh
1Anwar al-Jundi, Imam Para Da`I dan Mujaddid yang Menemui Syahid Biografi Hasan
al-Banna, terj. Kalifurrahman Fath, (Solo: Media Insani Press, 2003), hal. 445.
-
3
sebagai visi Islam, dan kemudian meluncurkan perjuangan melawan dominasi
asing, inilah awal kepemimpinannya. Gerakan-gerakan ini cukup berhasil
menggulirkan panji-panji keIslaman, dengan semangat juang yang tinggi
dibawah komando Hasan al-Banna, gerakan ini mulai mewarnai geliat gerakan
Islam di Dunia khususnya di Mesir. Hasan al-Banna menjelaskan bahwa
Islam adalah agama universal yang meliputi semua unsur kehidupan.
Kritikanpun disampaikan atas pemisahan antara agama dan politik, karena
setiap gerakan Islam yang menjauhkan politik dari cita-citanya tidak tepat
dikatakan sebagai gerakan Islam dengan pemahaman yang universal terhadap
ajaran agama.2
Sebagai markas dan sekaligus pusat kepemimpinanya Ikhwan al-Muslimin
berada di kota Mesir untuk menjalankan fungsinya secara sempurna sehingga
dapat berjalan dan tumbuh dengan pesat. Dalam berbagai konsep Ikhwanul
Muslimin adalah bertujuan untuk mengembalikan ajaran-ajaran Islam dan
hukum-hukumnya inilah salah satu spirit Hasan al-Banna untuk mengatasi
keterbelakangan umat Islam dan jatuhnya mereka dari agama. Asal mula
mendirikan Ikhwanul al-Muslimin adalah dalam rangka menyadarkan
masyarakat Mesir untuk kembali kepada agama Islam. Al-Banna memimpin
Ikhwanul Muslimin selama dua periode (1928-1949), dalam kepemimpinanya
banyak berhadapan dengan peperngan politik dengan pihak lain, khususnya
partai Al-Wafd dan Al-Saadi. Dalam kepemimpinanya al-Banna tidak hanya
2 Muhammad Abdul Qadir Abu Faris, Fiqih Politik Hasan al-Banna, terj. Odie Al-Faeda,
(Solo: Media Insani Press, 2003), hal. 27.
-
4
menyeru untuk mendirikan system pemerintahan keagamaan teokratis dengan
pengertian yang dikenal Eropa abad pertengahan, namun beliau juga
menyerukan untuk menetapkan hukum Islam berdasrkan aturan dai syura,
kebebasan, keadilan dan kesetaraan. Manhaj yang dilakukan al-Banna adalah
dengan cara tarbiyah dan progresif. Keberhasilan dakwah ini bukan saja
karena metodologi yang diterapkan begitu mengena namun prinsip-prinsip
dari gerakan ini tampaknya yang memberikan karakteristik dan harapan bagi
audiensinya.
Al-Banna telah menggariskan bahwa dakwah yang beliau bangun berada
dalam barisan Ahlus Sunnah wal Jama'ah. Kemudian dituduh berupaya
menyatukan antara Ahlul Haq, Ahlus Sunnah, dan selain Ahlus Sunnah.
Tudingan itu bermula dari kedekatan Hasan al-Banna dengan pemikiran
Jamaluddin al-Afghani, yaitu Pan-Islamisme. Mereka menuding bahwa ide
yang al-Banna wariskan adalah upaya mereduksi akidah Islam yang benar
(Ahlus Sunnah wal Jama 'ah), dan mencampurkannya dengan akidah lain.
Tudingan itu terjadi karena dua hal. Pertama, pengaruh pemikiran
Jamaluddin al Afghani yang berakidah syi'ah babiyah. Kedua, itu adalah
upaya taqrib yang beliau lakukan terhadap tokoh syi'ah saat itu. Tudingan
pertama bahwa beliau terpengaruh syi'ah lantaran dekat dengan pemikiran al-
Afghani adalah tudingan yang takalluf (dipaksakan). Sesungguhnya, al-Banna
hanya mengambil ide Pan-Islamisme yang digulirkan al-Afghani. Lagi pula,
al-Afghani lebih layak disebut filsuf dan negarawan dan bukan ulama syariat.
Sesungguhnya, ide itu sudah terpikir al-Banna sejak muda, jauh sebelum
-
5
berinteraksi dengan pemikiran al-Afghani. Hal itu dapat dilihat dalam
Memoarnya. Adapun akidah al-Afghani yang syi'ah, tidak ada riwayat yang
membenarkan tudingan al-Banna terpengaruh akidah al-Afghani, kecuali jika
para penuduh tetap keras kepala menyeret-nyeret kedekatan al-Banna dan
Pan-Islamisme. Justru dengan berbagai tulisan, al-Banna menampakkan
akidah salafnya yang tulen. Tentang tudingan kedua, sesungguhnya penyatuan
sunni dan syi'ah tidaklah dimaksudkan peleburan doktrin akidah keduanya
seperti yang sudah kami sebutkan. Al-Banna hanya mengupayakan tauhidus
sufuf (penyatuan barisan), di antara keduanya sebagai upaya rekonsiliasi,
sekaligus koalisi untuk membendung arus ateisme, komunisme, sosialisme,
kapitalisme, imperialisme, dan hedonisme yang sedang meradang di pelosok
bumi.
Seiring dengan perkembangan dakwah Ikhwan al-Muslimin yang pesat,
dalam kepemimpinanya pun mengembangkan struktur admisistrasi yang
memungkinkan sehingga al-Banna memegang kendali kuat. Besarnya
organisasi ini membawa Hasan al-Banna terlibat dalam politik nasional.
Dalam keterlibatanya politik, al-Banna mempromosiksan sebuah tatanan Islam
kepada perdana menteri dan penguasa Arab lainya. Al-Banna menyerukan
untuk membubarkan partai-partai politik di Mesir, karena di partai tersebut
dianggap korupsi dan berdampak memecah-belah negara.
Lembaga kekhalifahan ini adalah merupakan hidup matinya semangat
Islam dalam motivasi yang menjelmakan isi dan makna Islam dalam seluruh
aktivitasnya. Sesuatu yang hidup harus hidup dengan jiwa yang diperlukan
-
6
untuk menjelmakan semangat perjuangan yang bernilai dan berperan. Maka
hendaklah memenuhi syarat hidup dengan memiliki perasan (sesibilite), daya
tangkap, (intelligence,entendement), dan akal baik (raison), dalam bidang
teori maupun praktek.3
Dakwah Ikhwan al-Muslimun memiliki ciri khas tersendiri sejak awal
berdirinya memiliki prinsip kembali pada dua sumber asal Islam yaitu kitab
dan sunnah, melepaskan diri dari berbagai pertikaian dan perkhilafahan parsial
dan mazhab. Dan Hasan al-Banna memfokuskan alasannya terhadap
pentingnya mengerahkan tenaga dan potensi untuk melakukan pembinaan
generasi yang beriman dan memahami Islam secara benar dan kaffah; bahwa
Islam adalah agama dan negara, ibadah dan jihad, syariat dan
konstitusi, agama yang menata kehidupan umat manusia seluruhnya dari
berbagai sisi; tarbiyah, ekonomi dan politik.
Bahwa lingkup dakwah Islam pada saat itu hanya berkisar pada dua aliran
utama: Dakwah salafiyah dan Tariqah Sufiyah, dan pertikaian diantara
keduanya sering terjadi bahkan berakibat pada permusuhan dan perselisihan
yang sangat runcing, padahal ideologi Islam tidak seperti yang dipersepsikan,
dan sudah terdapat di materi-materi kuliah di universitas al-Azbah, ada dalam
katalog dan pustakanya, kecuali yang dilakukan oleh gerakan Jamaluddin al-
Afghani, Muhammad Abduh dan Muhammad Rasyid Ridha, sehingga
memberikan pengaruh yang besar pada diri Imam Hasan al-Banna. Dakwah
imam al-Banna adalah kembali pada universalitas Islam yang mencakup
3 Fuad Mohd. Facruddin, Pemikiran Politik Islam, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1988),
hal. 132.
-
7
berbagai sisi kehidupan, dan hal tersebut merupakan tajdid (pembaharuan),
pada bidang ideologi Islam. Para penulis mendapatkan kepenatan dalam
memberikan dalil bahwa Islam tidak bertentangan dengan ilmu namun
mendorong pada kemajuan peradaban, maka tampak gerakan al-Ikhwan al-
Muslimun sebagai generasi dari para pemuda yang beriman dan berilmu yang
menganggap bahwa peradaban Barat lebih kecil dari peradaban Islam, dan
memiliki keyakinan bahwa tidak ada benturan antara hakikat ilmiyah yang
shahih (benar), dengan qaidah syar’iyyah yang baku. Dan Jamaah al-Ikhwan
menyadari bahwa dalam shaf (barisan), umat Islam terdapat ragam jenis, dan
ragam bangsa. Namun demikian mereka, khususnya para pemuda yang
cendekia, atau pemuda yang dalam jiwa teradapat gairah Islam yang tinggi,
berusaha membawa berita dan ajaran Islam yang kaffah di tengah umat Islam
guna memberikan pemahaman akan hakikat Islam yang telah di tulis dalam
kitab Al-Qur’an dan disampaikan oleh Nabi saw.
Dalam hal ini Hasan al-Banna merupakan seorang pemimpin yang
melingkupi seluruh ranah kehidupan manusia baik itu agama dan politik.
Dalam sejarah bidang kemasyarakatan, Rasullullah meletakan dasar dan
sistem yang amat penting, seperti halnya persamaan antar manusia derajat
dan martabat seseorang tidaklah lebih tinggi dari pada yang lain karena
merasa mulia kebangsaanya, tetapi karena amal baik dan ketaqwaaanya.4 Ini
merupakan masyarakat yang baru yang berdasarkan Islam yang dibentuk
Rasullullah di Madinah dan beliau sendiri sebagai kepala Negara yang
4 Faisal Ismail, Sejarah dan Kebudayaan Islam dari Zaman Permulaan hingga Zaman
Khulafaurrasyidin, (Yogyakarta: Bina Usaha Yogyakarta, 1984), hal. 82.
-
8
memimpin masyarakat secara adil, penuh tanggung jawab dan memberikan
kebaikan dalam hidup dan kehidupan masyarakatnya. Masyarakat yang baru
inilah yang menjadi modal dasar bagi penataan kehidupan keagamaan dan
penyiaran Islam dalam masa-masa selanjutnya. Sebagai ummat Islam dalam
memilih seseorang pemimpin harus berpegang pada ajaran-ajaran Islam,
diantaranya pemimpin itu adalah harus orang Islam yang paling cakap dan
mampu menjalankan kewajibanya. Seorang pemimpin harus mampu
menggugah perasaan orang lain, terutama pada masa-masa krisis. Dalam
prinsip Hasan al-Banna bahwa untuk membebaskan umat Islam dari
keterpurukan atas kolonialisme dan sekulerisme, maka umat Islam harus
meneladani dan meniru hidup Nabi Muhammad Saw, lengkap dengan sabda,
perbuatan dan karakternya.5 Dalam hal ini, al-Banna merupakan seorang
pemimpin Ikhwanul Muslimin yang telah mampu merebut hati orang lain baik
dalam misi dakwah maupun politiknya, atas nilai-nilai kemanusiaanya pun
masyarakat menghormati dan memberikan perhatian tinggi padanya.
Hasan al-Banna merupakan tokoh pembaharuan yang membawa
perubahan bagi bangsa serta menghindarkan masyarakat dari arus sekulerisasi,
tokoh ini terbilang paling sukses melakukan institusionalisasi, ideologisasi dan
organisasi dari pemikiran fundamentalisme modern, setelah runtuhnya
khilafah pada tahun 1924.
5 Zusiana Elly Triantini, “Mengenal lebih dekat Gerakan Islam Mesir: Ikhwanul
Muslimin”, Al-A’raf, III, Oktober 2007, hal. 33.
-
9
B. Rumusan Masalah
Secara realitas tidak ada masyarakat atau negara tanpa seorang pemimpin.
Di antara sendi-sendi negara adalah adanya bumi (wilayah), yang merdeka
tempat pemerintahan menjalankan kekuasaan dan hukum-hukumnya yang
dinamakan tanah air. Sehingga para pemeluk agama Islam yang terhimpun
dalam satu tanah air, undang-undang serta pemerintahan tersebut, maka
merupakan bentuk negara.
Suatu negara tentunya tidak semuanya mempunyai kesamaan sebuah
agama dan konsep dalam hal kepemimpinan, pasti berbeda-beda juga. Dengan
berlatar belakang yang berbeda maka pendominasian sebuah sistem dianggap
pemerkosaan terhadap agama atau kaum lain yang tidak sepakat walau sistem
seperti era khilafah berlaku pada semua rakyat tanpa terkecuali. Maka system
tersebut dianggap sistem pemecah belah sebuah Negara sehingga beranggapan
juga merupakan pemaksaan terhadap sistem lain.
Dan dari permasalahan serta persoalan-persoalan yang telah digambarkan
dalam latar belakang masalah maka penulis akan memberikan satu rumusan
masalah:
• Bagaimana Konsep Kepemimpinan Hasan al-Banna ?
C. Tujuan Kegunaan Penelitian
Berawal dari rumusan masalah diatas, penelitian ini diharapakan dapat
berguna dan bertujuan diantaranya untuk:
-
10
Pertama, mengetahui paradigma Hasan al-Banna terutama konsepsi
kepemimpinannya. Kedua, penulisan ini diharapakan bisa dijadikan sebagai
salah satu sumbangan pemikiran untuk lebih mengenal Hasan al-Banna
sebagai salah satu tokoh politik Islam di zaman modern yang dikenal sebagai
tokoh revivalvis dan reformis dalam pembaharuan Islam. Ketiga, menjadikan
refleksi kritis atas berbagai permasalahan dalam dunia perpolitikan dan
kepemimpinan.
Selain beberapa tujuan diatas, penelitian berguna bagi etos peningkatan
pemahaman dan pengembangan di bidang filsafat Islam, khususnya dalam
filsafat kepemimpinan Hasan al-Banna. Penelitian ini juga merupakan ikhtiar
peneliti untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh kualifikasi sarjana
strata satu di bidang filsafat Islam di Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga
Yogyakarta.
D. Tinjauan Pustaka
Penelitian mengenai pemikiran Hasan al-Banna yang sangat diperlukan
agar tidak terjadi publikasi. Kemudian peneliti merumuskan permasalahan
yang akan diteliti dengan teori-teori yang dipakai dalam analisis, yang
tentunya akan berbeda dengan peneliti-peneliti sebelumnya. Karena karya-
karya yang membahas dalam bentuk skripsi dan buku yang membahas tentang
konsep kepemimpinan sangat banyak, akan tetapi tentunya dengan spesifikasi
yang berbeda pula.
-
11
Karya-karya para teoritisi pembaharuan lewat karya-karyanya memberi
kesan yang jelas bahwa kepemimpinan seorang tokoh yang relegius dan
intelektual maka akan mampu menegakan hukum-hukum Islam serta
menyatukan negeri-negeri Islam dengan sistem yang mereka miliki, sehingga
akan menghantarkan umat manusia menuju cahaya Islam. Sejak beberapa
tahun ini gairah untuk mengkaji filsafat Islam terutama para tokoh
pembaharuan Islam abad dua puluhan mulai ramai di perbincangkan bahkan
banyak yang terinspirasi atas pemikiran maupun kepemimpinannya.
Terkait dengan tema ini sejauh penelitian penulis menemukan beberapa
karya-karya ilmiah dalam bentuk skripsi mahasiswa Aqidah dan Filsafat,
Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta yang meneliti objek
kajian Hasan al-Banna, setidaknya ada empat mahasiswa yang membahas
tema ini misalkan saja skripsi yang berjudul Konsep Gerakan Islam Imam
Syahid Hasan al-Banna, yang disusun oleh Ahmad Mulyono, dalam hal ini
hanya menjelaskan sasaran-sasaran gerakan Islam sebagai strategi perubahan
yang merupakan prinsip dasar Hasan al-Bana menuju masyarakat menjadi
Islamis, yang awalnya organisasi yang di bangun hanya sebagai medan
dakwah akan tetapi terjadi perubahan tujuan sehinggga menjadi sebuah
gerakan yang menentang pemerintahan Mesir yang banyak terintervensi oleh
Inggris sebagai kolonialisme dan leberalisme serta sekulerisme tidak
menjelaskan konsep filosofis kepemimpinannya.
Skripsi selanjutnya dengan kosentrasi perpolitikan sebagai perjuangan
Hasan al-Banna disusun oleh Hamzah Tamy, dengan judul Nasionalisme
-
12
Dalam Islam”(Studi Pemikiran Hasan al-Banna), karya ini membahas
berbagai pemikiran Hasan al-Banna tentang diperbolehkanya konsep
Nasionalisme terhadap Islam yang tujuan awalnya para nasionalis adalah
menyelamatkan negara mereka sendiri, yang kemudian mereka hanya
memperkuat dan mementingklan segi-segi materi saja. Akan tetapi diajarkan
dan memepunyai keyakinan bahwa setiap Muslim memikul amanat diatas
pundaknya, menyerahkan jiwa raga, darah dan hartanya demi melaksanakan
amanat dari Tuhan, sehingga tidaklah bertentangan antara Nasionalisme
dengan Islam.
Penelitian skripsi selanjutnya yang dilakukan oleh Khusniyati Wardah
dengan judul Studi Pemikiran Islam Hasan al-Banna. Penelitian ini
mengungkap Pemikiran Hasan al-Banna dalam sisi pendidikan moral maupun
akhlaknya saja. Dijelaskan juga tentang metode apa saja yang dipakai Hasan
al-Banna dalam mendidik, akan tetapi hanya dalam tataran global saja (fact
finding), dan tidak memaparkan konsep kepemimpinannya.
Ada lagi penelitian skripsi yang dilakukan oleh M. Miftakhurakhmah
dengan judul Pembaharuan masyarakat Islam di Mesir dan Pemikiran Hasan
al-Banna, karya ini membahas tentang faktor-faktor munculnya pembaharuan
masyarakat Islam di Mesir serta tentang pemahaman Nasionalisme terhadap
batasan-batasan akidah sebagai salah satu bentuk kecemasan umat menuju
program Islami. Karya ini tidak ada yang menegaskan tentang konsep
kepemimpinan tokoh tersebut.
-
13
Selain itu, bisa dilihat dalam buku Lelaki Penggenggam Kairo; Sosok
dibalik perjuangan Hasan al-Banna, 6 yang disusun oleh Ahmad Jamaluddin.
Di dalam buku ini membahas dakwah al-Ikhwan al-Muslimun yang semula
dari tarbiyah sufistik (yaitu pada masa Imam Syahid berada di Islamiyah), lalu
kemudian berkembang menjadi gerakan politik praktis, namun perkembangan
ini tetap dalam koridor keislaman, sehingga tidak disinggung tentang
bagaimana konsep kepemimpinannya.
Apa yang membedakan penelitian ini dengan penelitian yang sudah pernah
dilakukan sebelumnya adalah upaya mengarahkan penelitian pada tokoh dan
berupaya melakukan eksplorasi pemikiran Hasan al-Banna tentang konsep
kepemimpinanya, dan mengkaji dengan pendekatan historis- filosofis.
Kepemimpinan Hasan al-Banna akan dilihat dan dikaji secara filosofis,
dan berusaha mengambil akarnya atau kata kunci konsep kepemimpinan
Hasan al-Banna dari kajian tersebut terkait dengan sejarah permulaanya.
E Metode Penelitian
Metode adalah cara menurut sistem aturan tertentu, yaitu sebuah upaya
kegiatan praktis terlaksana secara rasional dan terarah agar tercapai secara
optimal,7 karena data yang terkumpul dalam kaitanya dengan dimensi historis
harus dianalisis dengan metode historis.
6 Buku ini menjelaskan titik persoalan terhadap dinamika beberapa konsep manajeman
dakwah yang progresif. Lihat kembali di Ahmad Jamaluddin, Lelaki Penggenggam Kairo; Sosok diBalik Perjuangan Hasan al-Banna (Yogyakarta: Uswah, 2009).
7 Anton Bekker, Metodologi penelitian , (Yogyakarta: Kanisius,1992), hal. 10.
-
14
Maka berpijak dari deskripsi diatas pembahasan tema skripsi mengenai
“Konsep Kepemimpinan Hasan al-Banna” maka diperlukan jalan atau cara
tertentu untuk sampai kepada suatu tujuan yang diharapkan.
Dalam penelitian ini ada beberapa metode yang digunakan penulis antara
lain:
1. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini sepenuhnya penulis menggunakan riset perpustakaan
(library research),8 yaitu dengan mengumpulkan data dan menelaah
literatur-literatur yang ada kaitanya dengan skripsi ini. Metode yang
digunakan adalah metode historis, karena data yang terkumpul dalam
penelitian ini banyak dimensi historis yang harus dianalisis.9
Pendekatan yang dipakai dalam kajian ini adalah pendekatan
historis-filosofis. Pendekatan historis adalah upaya pendekatan yang
memberikan definisi-definisi yang bersifat historis dari zaman ke
zaman. Data yang dihasilkan dari upaya pendekatan ini merupakan
bentuk analisa berdasarkan pendekatan sejarah hidup atau biografinya.
Pendekatan sejarah digunakan karena berangkat dari satu argumentasi,
bahwa salah satu jenis penelitian adalah penelitian sejarah, baik
tentang biografi, perubahan suatu masyarakat dan berbagai hal yang
berkaitan dengan kehidupan seseorang, dalam hubunganya dengan
masyarakat. Metode ini diterapkan dalam rangka untuk mendalami dan
8 Winarno Surahmad, Pengantar penelitian Ilmiah, (Bandung: Tarito,1994), hal. 251. 9 Kaelan, Metode Penelitian Kualitatif Bidang Filsafat, (Yogyakarta: Paradigma, 2005),
hal. 89.
-
15
menyelami kepribadian seseorang yang menjadi objek penelitian
sejarah yang berkenaan dengan latar belakang sosio kultural, dimana
tokoh ini dibesarkan, proses pendidikan intelektualnya, watak maupun
pengaruh pemikiran/ide dalam suatu masyarakat, serta termasuk
menganalisis karya-karya intelektual.10
Pendekatan filosofis adalah upaya mendapat hasil penelitian yang
tersusun sistematis, cara berfikirnya logis dan rasional, tersusun secara
sistematis, satu bagian dengan bagian yang lainya saling berhubungan
secara bulat dan terpadu.
Teknik pengumpulan data ini dibagi menjadi dua bagian:
a. Data Primer
Data Primer adalah data yang memunyai hubungan
langsung dengan pembahasan didalam skripsi ini, baik berupa
buku-buku yang dikarang sendiri oleh Hasan al-Banna ataupun
buku –buku karangannya yang telah diterjemahkan.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang mempunyai hubungan
tidak secara lansung tetapi masih relevan dengan kajian ini
sebagai penunjang seperti bahan-bahan pustaka buku,
ensiklopedi, artikel, dokumen, internet dan lain-lain yang
membahas pemikiran Hasan al-Banna tentang kepemimpinan
10 Kaelan, Metode Penelitian Kualitatif Bidang Filsafat, hal. 92.
-
16
dalam Islam dan pergerakan politik yang nantinya sumber-
sumber sekunder tersebut dapat melengkapi analisa penelitian.
2. Metode Pengolahan Data
Mengolah berarti menyaring dan mengatur data atau informasi
yang sudah masuk. Agar dari data keseluruhan ytang sudah masuk
tersebut dapat dipahami dengan jelas (komprehensif), maka diperlukan
pendekatan atau cara sebagai berikut :
a. Deskriptif
Deskriptif yaitu penyelidikan yang tertuju pada pemecahan
masalah dengan cara menuturkan dan mengklarifikasi data
yang masuk. Pendekatan ini digunakan untuk menguraikan
secara teratur seluruh penelitian yang dilakukan.
b. Analisa
Menganalisa yaitu dengan melakukan pemeriksaan secara
konsepsionalitas makna yang terkandung dalam istilah-istilah
yang digunakan dan peryataan-peryataan yang dibuat.11
Setelah melalui beberapa langkah diatas dengan data-data
yang sudah terkumpul tersebut maka diadakan klarifikasi untuk
disesuaikan dengan masalah yang sedang dibahas kemudian
diadakan analisa terhadap permasalahan untuk menjawab
rumusan masalah.
11 Louis O. Kattsoff, Pengantar Filsafat, terj. Soejono Soemargono, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1992), hal. 18.
-
17
F.Sistematika Pembahasan
Untuk memudahkan penulisan karya ilmiah dan memperoleh penyajian
yang konsisten dan terarah dalam skripsi ini, maka penulis menggunakan
sistematika pembahasan sebagai berikut:
Bab pertama, merupakan bab pendahuluan yang bersifat pengantar untuk
memasuki pembahasan inti dalam penulisan skripsi ini. Yang meliputi latar
belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian,
metode penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika pembahasan.
Bab kedua, membahas tentang biografi Hasan al-Banna, karya-karya dan
latar belakang pemikirannya, serta munculnya gerakan Ikhwan al-Muslimin
yang dalam aspirasi politiknya tak lepas dari konsep kepemimpinan Hasan al-
Banna.
Bab ketiga, merupakan inti pembahasan yang mendiskripsikan tentang
konsepsi dan unsur-unsur kepemimpinan.
Bab keempat, ini akan melanjutkan dari bab sebelumnya yaitu
menganalisis tentang internalisasi kepemimpinan Hasan al-Banna, yang
meliputi strategi, taktik serta objek kepemimpinan Hasan al-Banna.
Bab kelima, sebagai bab penutup meliputi kesimpulan dan saran-saran
yang konstruktif yang berkaitan dengan skripsi ini.
-
97
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan uraian pembahasan dan pemaparan dalam bab-bab
sebelumnya, maka dapat penulis simpulkan atas karakter Hasan al-Banna :
Konsep Kepemimpinan yang dibangun Hasan al-Banna merupakan prinsip
kebenaran dan yang lainnya adalah prinsip kebatilan. Kepemimpinan yang
diciptakan al-Banna adalah sehat jasmani dan ruhani, adil, sholeh, jujur,
cerdas serta mempunyai kapabilitas untuk memimpin. Kepemimpinanya
adalah menggunakan sistem kelembagaan dalam metode dakwah organisasi
keagamaannya yang didirikan dengan sebutan (Ikhwanul Muslimin) bertujuan
untuk mengembalikan ajaran-ajaran serta hukum-hukum Islam dalam
kehidupan yang berdasarkan al-Quran dan Hadis sebagai salah satu spirit dan
jatuhnya umat Islam dari agama. Istiqomah sebagai landasan dalam
perjuangan walaupun nyawa taruhanya, sehingga lahir ruh jihad yang
membara untuk membina ummat Islam dengan keikhlasanya.
Sebagai tokoh kharismatis yang berhasil membina umat dan membentuk
wadah organisasi dakwah keseluruh dunia sampai saat ini yang tak lain adalah
sebuah tradisi penegakan Islam menjadi gerakan yang berbasiskan konsep
khilafah melalui Ikhwanul Musliminnya. Fikrah keintelektualanya mampu
-
98
membangun sebuah konsep secara moral sebagai murabbi (pendidik, guru).
Ada beberapa konsep yang dirumuskan oleh Hasan al-Banna sebagai
pemimpin yang dituangkan dalam berbagai objek, seperti dalam keluarga,
agama dan negara. Agama dalam ruang negara yang bertujuan menegakkan
syariat-syariat Islam juga mengganti sistem dalam konsep kepemerintahan
Islam. Selanjutnya, dalam konteks sekarang ini penerapan dalam konstruksi
pemikiran sudah selayaknya menjadi bagian dari khazanah yang menjadi titik
perkembangan dalam alternatif akan sebuah teori kepemimpinan. Beberapa
hal yang menjadi catatan penting adalah bahwa Hasan al-Banna juga
memimpin sebuah revolusi dalam teori kepemimpinan yang coba
diaplikasikan untuk kemaslahatan umat manusia. Perlu kiranya gagasan dari
konsep pemikirannya dianggap oleh beberapa kalangan peminat, pecinta akan
negarawan untuk dijadikan contoh sebagaimana mestinya.
B. SARAN-SARAN
Penelitian tentang konsep kepemimpinan Hasan al-Banna yang telah
dipaparkan oleh penulis, perlu di sini untuk dikemukakan beberapa hal tentang
saran-saran penelitian tersebut:
1. Sebagai tokoh abad ke dua puluh yang terkenal dan selalu
mempunyai pemikiran yang cemerlang untuk masyarakat muslim di
Mesir dan berhasil dalam membentuk sebuah negara kecil (Ikhwanul
Muslimin), hendaknya kita berlaku objektif dalam memahami
berbagai gerakan dan dinamika intelektualnya.
-
99
2. Konsep kepemimpinan yang dibangun al-Banna sangat menarik dan
perlu dikembangkan untuk kekokohan umat islam sebagai benteng
serangan imperalisme maupun liberalisme dari Barat.
3. Sebagai kaum intelektual muda, para pemimpin, pemikir dan
cendikiawan muslim harus bersikap kritis dan bersama-sama dalam
menghadapi tantangan zaman dengan solusi-solusi kreatif yang
mewujudkan aturan dan prinsip Islam yang benar.
4. Peneliti menyadari betapa pentingnya akan kajian-kajian
terhadapnya terlebih di jurusan Aqidah dan Filsafat di kampus UIN
Sunan Kalijaga Yogyakarta.
5. Peneliti menyadari masih banyak lagi kajian-kajian terhadap Hasan
al-Banna terhadap beberapa hal yang menyangkut ketokohannya,
bukan hanya kepemimpinannya saja. Akan tetapi masih banyak
terhadap gagasannya yang lain. Terakhir, tentunya peneliti
menyadari pula bahwa dalam beberapa kajian seperti ini, masih
banyak lagi untuk dikembangkan.
-
100
DAFTAR PUSTAKA
Abegebriel, A. Maftuh dan A. Yani Abeveiro. 2004. Negara Tuhan. Jakarta: SR-Ins Publishing.
Azhar, Muhammad. 1996. Filsafat Politik: Perbandingan antara Islam dan Barat.
Jakarta: Raja Grafindo Persada. Jabari, Abdul Muta’al al-. 2001. Pembunuhan Hasan al-Banna, (terj.) Bandung:
Pustaka Bakker, Anton. 1992. Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Kanisius. _______ - dan Achmad Charris Zubair. 2005. Metodologi Penelitian Filsafat.
Yogyakarta: Kanisius. Banna, Hasan al-. 2006. Risalah Pergerakan al-Ikhwan al-Muslimun, Jilid I,
(terj.) Surakarta: Era Inter Media. Banna, Hasan al-. 2006. Memoar Hasan al-Banna, (terj.) Solo: Era Intermedia. Banna, Hasan al-. 2009. Penggetar Iman di Medan Jihad. (terj.). Yogyakarta:
Uswah. Bashori, Ahmad Dumyathi. 2008. “Eksistensi Islam di Timur Tengah dan
Pengaruh Globalnya”, Al-Insan, vol. III. Fachruddin, Fuad Muhd. 1988. Pemikiran Politik Islam, Jakarta: Pedoman Ilmu
Jaya. Faris, Muhammad Abdul. 2003. Fiqih Politik Hasan al-Banna (terj.). Solo: Media
Insani Press. Halim, Ali Abdul. 1997. Ikhwanul Muslimin, Konsep Gerakan Terpadu (terj.).
Jakarta: Gema Insani Press. Hajaji, Anas al-. 1983. Otobiografi Hasan al-Banna (terj.). Bandung: Risalah. Hudaibi, Hasan al-. 1994. Ikhwanu al-Muslimin Mengajak Bukan Menghakimi.
(terj.). Bandung: Pustaka.
-
101
Ismail, Faisal. 1984. Sejarah dan Kebudayaan Islam dari Zaman Permulaan hingga Zaman Khulafaurrasyidin, Yogyakarta: Bina Usaha Yogyakarta.
Jabir, Husein Bin Muhsin Bin Ali. 1993. Membentuk Jama`atul Muslimin (terj.).
Jakarta: Gema Insani Press. Jamaluddin, Ahmad. 2009. Lelaki Penggenggam Kairo (terj.). Yogyakarta:
Uswah. Jundi, Anwar al-. 2003. Biografi Hasan al-Banna (terj.). Solo: Media Insani
Press. Kaelan. 2005. Metode Penelitian Kualitatif Bidang Filsafat. Yogyakarta:
Paradigma. Kartakusumah, Berliana. 2006. Pemimpin Adiluhung Genealogi Kepemimpinan
Kontemporer . Bandung: Mizan. Kattsof, Louis O. 1992. Pengantar Filsafat (terj.).Yogyakarta: Tiara Wacana. Kuntowijoyo. 2007. Islam sebagai Ilmu. Yogyakarta: Tiara Wacana. Musa, M.Yusuf. 1990. Politik dan Negara dalam Islam. (terj.). Surabaya: Al-
Ikhlas Qardhawi, Yusuf al-. 2004. Konsep Islam Solusi Utama Bagi Umat (terj.). Jakarta:
Senayan Abadi Publishing. Ranuwihardjo, Dahlan. 2000. Menuju Perjuangan Paripurna. Jakarta: Subeka
Agung. Sjadzali, Munawir. 1993. Islam dan Tata Negara. Jakarta: UI Press. Surahmad, Winarno. 1994. Pengantar Penelitian Ilmiah. Bandung: Tarito. Shiddiqi, Nourouzzaman. 1996. Jeram-jeram Peradaban Muslim, Yogyakarta:
Pustaka Pelajar Suryaman, F. 2007. “Nilai-nilai Filosofis Kepemimpinan Sunan Gunung Jati”.
Yogyakarta: Disertasi Pasca Sarjana UGM. Suwaidan, Thariq Muhammad al-. 2005. Melahirkan Pemimpin Masa Depan.
Jakarta: Gema Insani Press, 2005
-
102
Suwaidan, Thariq Muhammad al- dan Faishal Umar Basyarahil. 2006. Mencetak Pemimpin, Tips Melahirkan Orang Sukses dan Mulia (terj.). Jakarta: Khalifa.
Suwaidan, Thariq Muhammad al-. 2009. Memproduksi Pemimpin Hebat: sebuah
kristalisasi teori Islam tentang leadership. Surabaya: Pustaka Yassir. Tim UII. 2000. Latihan Kepemimpinan Islam Tingkat Dasar. Yogyakarta, UII
Press. Tjiharjadi, Semuil. 2009. To Be A Great Leader. Yogyakarta: Andi Offset. Wakil, Muhammad Sayyid al-. 2001. Pergerakan Islam Terbesar Abad ke-14 H:
Studi Analisis terhadap Manhaj Gerakan Ikhwan al-Muslimin (terj.). Bandung: Syamil Press.
Triantini, Zusiana Elly. 2007. “Mengenal lebih dekat Gerakan Islam Mesir:
Ikhwanul Muslimin”. Al-A’raf. Surakarta: STAIN Surakarta. Ushuluddin, Tim Penulisan Fakultas. 2008. Pedoman Penulisan Proposal dan
Skripsi. Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga.
HALAMAN JUDULNOTA DINASPENGESAHANPERNYATAAN KEASLIANMOTTOPERSEMBAHANABTRAKSIKATA PENGANTARDAFTAR ISIBAB I PENDAHULUANA. Latar Belakang MasalahB. Rumusan MasalahA. Latar Belakang Masalah
C. Tujuan Kegunaan PenelitianD. Tinjauan PustakaE. Metode PenelitianF. Sistematika Pembahasan
BAB V PENUTUPA. KESIMPULANB. SARAN-SARAN
DAFTAR PUSTAKA