konjungtivitis bakterial ppt

19
Konjungtivitis Bakteri Disusun Oleh Ditia Fabiansyah G1A211059 PRESENTASI

Upload: fabian-fabiansyah

Post on 03-Jan-2016

442 views

Category:

Documents


74 download

DESCRIPTION

power point presentation konjungtivitis bakterial

TRANSCRIPT

Konjungtivitis Bakteri

Disusun Oleh

Ditia Fabiansyah

G1A211059

PRESENTASI

Anatomi KonjungtivaKonjungtiva

Membran mukosa yang transparan dan tipis. Membungkus permukaan posterior kelopak mata

(konjungtiva palpebralis) dan permukaan anterior sklera (konjungtiva bulbaris).

Konjungtiva bersambungan dengan kulit pada tepi kelopak (persambungan mukokutan) dan dengan epitel kornea di limbus.

Terdiri dari 3 bagian1. Konjungtiva palpebralis/tarsalis

Melapisi permukaan posterior kelopak mata dan melekat erat pada tarsus

2. Konjungtiva bulbarisMelekat longgar ke septum orbitale di fornices dan melipat berkali-kali

3. Konjungtiva forniksMerupakan tempat peralihan konjungtiva tarsal dengan konjungtiva bulbi

Lapisan epitel konjungtiva terdiri dari dua hingga lima lapisan sel epitel silinder bertingkat, superfisial dan basal.

di dekat limbus,di atas karunkula, dan di dekat persambungan mukokutan pada tepi kelopak mata sel-sel epitel skuamosa.

Sel-sel epitel superfisial mengandung sel-sel goblet sekresi mukus. Mukus untuk dispersi

Stroma konjungtiva dibagi lapisan adenoid (superfisial) dan lapisan fibrosa (profunda).

Lapisan adenoid mengandung jaringan limfoid dan struktur semacam folikel tanpa sentrum germinativum

Lapisan fibrosa tersusun dari jaringan penyambung yang melekat pada lempeng tarsus, tersusun longgar pada bola mata.

Kelenjar air mata asesori (kelenjar Krause dan Wolfringterletak di dalam stroma konjungtiva.

Histologi Konjungtiva

Arteri-arteri konjungtiva berasal dari arteri siliaris anterior dan arteri palpebralis.Kedua arteri ini beranastomosis bebas dan bersama dengan banyak vena konjungtiva membentuk jaring-jaring vaskuler konjungtiva yang sangat banyak

Pembuluh limfe konjungtiva tersusun dalam lapisan superfisial dan lapisan profunda bersambung dengan pembuluh limfe kelopak mata membentuk pleksus limfatikus yang kaya.

Konjungtiva menerima persarafan dari percabangan (oftalmik) pertama nervus V.

Vaskularisasi, Aliran limfe, Persarafan

Menurut Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia (PERDAMI),

Konjungtivitis adalah “suatu inflamasi atau peradangan pada konjungtiva yang

dapat disebabkan oleh infeksi, iritasi, atau reaksi alergi (hipersensitivitas)”

Konjungtivitis bakteri adalah suatu proses inflamasi pada konjungtiva yang

disebabkan oleh infeksi bakteri.

Konjungtivitis bakteri terjadi akibat pertumbuhan dan infiltrasi bakteri pada

permukaan epitelial konjungtiva

Definisi

Biasanya penyakit ini dapat sembuh dengan sendirinya (self limiting disease)

Hal ini disebabkan oleh faktor-faktor :1. Konjungtiva selalu dilapisi oleh tears film yang

mengandung zat-zat antimicrobial.

2. Stroma konjungtiva pada lapisan adenoid mengandung banyak kelenjarlimfoid

3. Epitel konjungtiva terus menerus diganti.4. Temperatur yang relatif rendah karena penguapan air

mata, sehinggaperkembangbiakan mikroorganisme terhambat.

5. Penggelontoran mikroorganisme oleh aliran air mata.6. Mikroorganisme tertangkap oleh mukus konjungtiva

hasil sekresi sel-sel goblet kemudian akan digelontor oleh aliran airmata.

Konjungtivitis bakteri infeksi yg sering terjadi, wabah musiman Faktor predisposisi berhubungan dengan iklim lembab, higienitas dan

sanitasi kurang bersih permudah penyebaran infeksi. Klasifikasi berdasarkan onset

Etiologi dan Klasifikasi

Konjungtivitis bakteri bisa dicurigai pada setiap pasien dengan inflamasi konjungtiva bilateral dan sekret purulen.

Biasanya keluhan konjungtivitis yang disebabkan bakteri iritasi dan kemerahan kedua mata, kelopak mata menempel sehingga mengakibatkan sulit dibuka di pagi hari, keluar kotoran pus kekuningan, kadang-kadang kelopak mata bengkak.

Tanda klinis inflamasi konjungtiva bilateral, injeksi konjungtiva, sekret purulen, dan edema palpebra.

Onset dan keparahan inflamasi konjungtiva serta sekret yang keluar memprediksi kemungkinan bakteri penyebab konjungtivitis.

Manifestasi Klinis

Pada konjungtivitis bakteri hiperakut onset injeksi konjungtiva yang cepat, edema palpebra, sekret purulen banyak,

kemosis, dan rasa tidak nyaman atau nyeri. Agen penyebab biasanya N gonorrhoeae atau N meningitidis. Konjungtivitis gonokokus dapat juga terjadi pada neonatus dengan tanda khas

munculnya sekret konjungtiva purulen pada kedua mata 3 – 5 hari setelah persalinan per vaginam.

Sekret Purulen pada Konjungtivitis Gonorrhoeae

Konjungtivitis bakteri akut sering terdapat dalam bentuk epidemik dan disebut “mata merah” oleh orang awam.

Penyakit ini ditandai dengan dengan hiperemia konjungtiva secara akut dan biasanya sembuh sendiri.

Penyebab tersering adalah S pneumoniae, S aureus, dan H influenzae. S pneumoniae merupakan penyebab

manifestasi klinis sekret purulen, edema palpebra, kemosis, perdarahan konjungtiva Konjungtivitis bakteri kronis terjadi pada pasien dengan riwayat obstruksi duktus nasolakrimalis,

dakriosistitis menahun yang biasanya unilateral. Infeksi ini juga dapat menyertai bleparitis bakterial menahun, atau disfungsi kelenjar meibom Pasien dengan sindrom palpebra lemas atau ektropion dapat berkembang menjadi konjungtivitis

bakteri sekunder

Injeksi Konjungtiva pada Konjungtivitis Bakteri Sekret Mukopurulen pada Konjungtivitis Bakteri

Penegakkan konjungtivitis bakteri anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang tepat.

Keluhan mata merah, keluar kotoran pus kekuningan yang terjadi dalam 1 atau 2 hari, kelopak mata bengkak, dan menempel susah dibuka saat pagi hari, gatal dan terasa seperti ada sensasi benda asing pada mata.

Pemeriksaan fisik edema palpebra, palpebra saling melekat saat baru bangun, hiperemi konjungtiva sering pada ke dua mata dan sekret purulen adanya papil pada kelopak mata.

Pemeriksaan penunjang dilakukan swab pada konjungtiva kemudian dilakukan pengecatan gram

Ditemukan adanya diplokocus extra maupun intrasesular Neisseria gonorrhoe

Giemsa ditemukan inclusion bodies clamidya.

Penegakan Diagnosis

Diagnosis Banding

Terapi spesifik terhadap konjungtivitis bakteri tergantung pada agen mikrobiologinya.

Sambil menunggu hasil laboratorium, dokter dapat memberikan terapi awal dengan antimikrobial topikal.

Terapi konjungtivitis bakteri hiperakut Jika didapatkan hasil diplokokus gram negatif dicurigai agen penyebab

adalah Neisseria CDC merekomendasikan terapi konjungtivitis bakteri hiperakut dengan

antiobiotik sistemik ceftriaxone 1 gram dosis tunggal injeksi IM dikombinasikan dengan eye lavage menggunakan saline 4 kali sehari sampai sekretnya habis terbuang.

Penatalaksanaan

Terapi konjungtivitis bakteri akut atau subakut, dan kronis Konjugtivitis bakteri akut atau subakut biasanya sembuh spontan, sembuh

sendiri dalam 8 hari.

Pengobatan dengan antibiotik mempercepat penyembuhan, mengurangi kemungkinan terjadinya komplikasi dan mengurangi penyebaran.

Terapi yang dianjurkan adalah Tetes mata antibiotik spektrum luas: neomisin, polimiksin, ciprofloxasin,

ofloxasin, atau levofloxasin selama kurang lebih 4-5 hari. Vitamin C 500 mg 1 x sehari. Antiinflamasi 2x1 sehari bila disertai dengan edema palpebra. Tidak perlu antibiotika sistemik dan analgesik.

• Konjungtivitis bakteri kronis dapat diterapi seperti diatas, namun harus juga dihilangkan fokal infeksi yang menjadi sumber infeksi.

Reds Flags seperti adanya nyeri hebat pada mata atau sakit kepala, fotofobia, penurunan visus, atau penggunaan lensa kontak menunjukkan pasien dalam kondisi yang mengancam penglihatan sehingga merupakan indikasi rujukan segera ke dokter spesialis mata.

Pasien dengan konjungtivitis bakteri hiperakut harus juga dirujuk untuk menilai apakah terjadi kerusakan pada kornea.

Pada pasien konjungtivitis bakteri yang tidak membaik dalam 24 jam setelah pemberian antibiotik dipertimbangkan juga untuk di rujuk ke dokter spesialis mata

Indikasi Rujuk

Keratitis punctata superfisialis dan Dakriosistitis akut. Blefaritis marginal menahun sering menyertai konjungtivitis stafilokokus

kecuali pada pasien sangat muda yang bukan sasaran blefaritis. Parut konjungtiva dapat terjadi pada konjungtivitis pseudomembranosa

dan membranosa dan pada kasus tertentu yang dikuti ulserasi kornea dan perforasi sampai endoftalmos.

Ulserasi kornea marginal dapat terjadi pada infeksi N gonorrhoeae, N kochii, N meningitidis, H aegyptius, S aureus, dan M catarrhalis.

Jika produk toksik dari N gonorrhoeae berdifusi melalui kornea masuk camera anterior, dapat timbul iritis toksik

Komplikasi

Ulkus kornea dan Perforasi pada Konjungtivitis Hiperakut oleh karena N. Gonorhoeae

Prognosis konjungtivitis bakterial akut umumnya baik dan hampir selalu sembuh sendiri.

Tanpa diobati, infeksi dapat berlangsung selama 10 - 14 hari

Jika diobati dengan memadai sembuh dalam 1-3 hari, kecuali konjungtivitis bakteri karena stafilokokus (yang dapat berlanjut menjadi blefarokonjungtivitis dan memasuki tahap menahun) dan konjungtivitis bakteri hiperakut (yang bila tidak dapat diobati dapat berakibat perforasi kornea dan endoftalmitis).

Karena konjungtiva gerbang masuk bagi meningokokus ke dalam darah dan meninges, hasil akhir konjungtivitis meningokokus septikemia dan meningitis

Prognosis

TERIMA KASIH