klt

3
Terjadi kontak langsung antara simplisia dengan air mendidih, simplisia kering didihkan dengan uap air, uap air akan dialirkan melalui pendingin, suling berupa minyak yang belum murni ditampung. Penyulingan ini sesuai untuk simplisia kering yang tidak rusak dengan pendinginan, selain proses yang sederhana metode ini mempunyai keuntungan yaitu baik baik digunakan untuk bahan berbentuk tepung atau bubuk dari akar, dan bahan bunga yang mudah membentuk gumpalan jika terkena panas. Namun cara ini memiliki kelemahan yaitu pengekstraksian tidak dapat langsung dengan sempurna, senyawa yang peka seperti aldehid akan mengalami polimerisasi karena pengaruh air mendidih, selain itu cara ini memerlukan raung yang besar dan jumlah bahan bakar yang lebih banyak. Kromatografi Lapis Tipis ( KLT ) KLT adalah suatu metode pemisahan fitokimia dari campuran zat dengan menggunakan sebuah lapisan tipis bahan penjerap, karena pengunaan lapis tipis ini maka prosesnya disebut Kromatografi Lapis Tipis ( KLT ). Campuran zat yang akan dipisahakan berupa larutan dan ditotolkan berupa titik atau pita, setelah itu lempeng diletakkan didalam bejana tetutup rapat yang berisi cairan eluasi atau fase gerak yang cocok. Pemisahan dikatakna berhasil jika zat dapat berpisah satu dengan yang lainnyasepanjang lapisan bahan penyerap ( lempeng ) berupa bercak, selanjutnya senyawa yang tidak berwarna harus ditampakan dengan pereaksi warna yang cocok. Ada beberapa komponen penting dalam kromatografi lapos tipis, yaitu : 1. Fase diam ( Fase Stasioner ) Bahan penjerap disebut juga fase diam, fase stasioner, atau fase tidak bergerak sebab bahan ini memang tetap tinggal selama proses pemisahan. Bahan penjerap atau fase diam terdiri atas bahan berbutir-butir yang ditempatkan pada penyangga berupa plat gelas, logam, atau lapisan yang cocok. Fase diam pada umumnya adalah silica gel, Al oksida, kieselguhr, selulosa,dll. Panjang lapisan tipis fase diam adalah 200 mm atau 100 mm. Untuk analisis tebalnya 0,1 – 0,3 mm, sebelum digunakan lapisan tersebut disimpan dalam lingkungan yang tidak lembab dan bebas uap laboratorium. Lempeng yang paling banyak digunakan adalah lempeng dengan fase diam silica gel GF 524 dimana pada sinar UV λ=254 nm lempeng dapat berflouresensi dan bercaknya gelap, sedangkan dengan sinar UV λ=356 nm lempeng akan gelap dan bercaknya berflourensensi. 2. Fase gerak ( Cairan eluasi ) Fase gerak adala media angkut yang terdiri dari suatu atau beberapa pelarut, bergerak didalam fase diamyaitu lapisan berpori, karena adanya gaya kapiler. Pemilihan fase gerak tergantung pada factor-faktor antara lain sifat dan kelarutan dari campurannya. Untuk mendapatkan daya pemisahan yang baik umumnya digunakan campuran dari pelarut yang mempunyai polaritas yang berbeda, karena daya eluasinya dapat disesuaikna sehingga berlaku untuk semua jenis senyawa yang terkandung dalam cuplikan.

Upload: dita-fitriani

Post on 16-Nov-2015

20 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

KLT

TRANSCRIPT

Terjadi kontak langsung antara simplisia dengan air mendidih, simplisia kering didihkan dengan uap air, uap air akan dialirkan melalui pendingin, suling berupa minyak yang belum murni ditampung. Penyulingan ini sesuai untuk simplisia kering yang tidak rusak dengan pendinginan, selain proses yang sederhanametode ini mempunyai keuntungan yaitu baik baik digunakan untuk bahan berbentuk tepung atau bubuk dari akar, dan bahan bunga yang mudah membentuk gumpalan jika terkena panas. Namun cara ini memiliki kelemahan yaitu pengekstraksian tidak dapat langsung dengan sempurna, senyawa yang peka seperti aldehid akan mengalami polimerisasi karena pengaruh air mendidih, selain itu cara ini memerlukan raung yang besar dan jumlah bahan bakar yang lebih banyak.

Kromatografi Lapis Tipis ( KLT )KLT adalah suatu metode pemisahan fitokimia dari campuran zat dengan menggunakan sebuah lapisan tipis bahan penjerap, karena pengunaan lapis tipis ini maka prosesnya disebut Kromatografi Lapis Tipis ( KLT ). Campuran zat yang akan dipisahakan berupa larutan dan ditotolkan berupa titik atau pita, setelah itu lempeng diletakkan didalam bejana tetutup rapat yang berisi cairan eluasi atau fase gerak yang cocok. Pemisahan dikatakna berhasil jika zat dapat berpisah satu dengan yang lainnyasepanjang lapisan bahan penyerap ( lempeng ) berupa bercak, selanjutnya senyawa yang tidak berwarna harus ditampakan dengan pereaksi warna yang cocok.Ada beberapa komponen penting dalam kromatografi lapos tipis, yaitu :1.Fase diam ( Fase Stasioner )Bahan penjerap disebut juga fase diam, fase stasioner, atau fase tidak bergerak sebab bahan ini memang tetap tinggal selama proses pemisahan. Bahan penjerap atau fase diam terdiri atas bahan berbutir-butir yang ditempatkan pada penyangga berupa plat gelas, logam, atau lapisan yang cocok.Fase diam pada umumnya adalah silica gel, Al oksida, kieselguhr, selulosa,dll. Panjang lapisan tipis fase diam adalah 200 mm atau 100 mm. Untuk analisis tebalnya 0,1 0,3 mm, sebelum digunakan lapisan tersebut disimpan dalam lingkungan yang tidak lembab dan bebas uap laboratorium. Lempeng yang paling banyak digunakan adalah lempeng dengan fase diam silica gel GF524dimana pada sinar UV =254 nm lempeng dapat berflouresensi dan bercaknya gelap, sedangkan dengan sinar UV =356 nm lempeng akan gelap dan bercaknya berflourensensi.2.Fase gerak ( Cairan eluasi )Fase gerak adala media angkut yang terdiri dari suatu atau beberapa pelarut, bergerak didalam fase diamyaitu lapisan berpori, karena adanya gaya kapiler. Pemilihan fase gerak tergantung pada factor-faktor antara lain sifat dan kelarutan dari campurannya. Untuk mendapatkan daya pemisahan yang baik umumnya digunakan campuran dari pelarut yang mempunyai polaritas yang berbeda, karena daya eluasinya dapat disesuaikna sehingga berlaku untuk semua jenis senyawa yang terkandung dalam cuplikan.Persyaratan yang harus dipenuhi pelarut, baik pelarut tunggal maupun campuran, yaitu mampu menghasilkan pemisahan yang baik, tidak merusak lapisan adsorben yang digunakan, dan tidak bereaksi dengan senyawa yang dipisahkan, cairan eluasi biasanya berupa zat organic yang mudah munguap agar memudahkan pengerjaan selanjutnya dan kejenuhan dalam bejana, kromatografi dapat tercapai sehingga efektivitas pemisahan lebih baik dan waktu pengembangan lebih singkat, jika cairan eluasi dibuat dari campuran dua bahan atau lebih sebaiknya hanya dipakai 2-3 kali saja.3.Pereaksi semprotUntuk menimbulkan bercak yang berwarna, lazimnya disemprot dengan larutan peraksi. Lempeng yang sudah dieluasi, diambil dari bejana lalu dikeringkan dari udara, diamati dalam sinar biasa, sinar UV 254 nm, dan sinar UV 366 nm, setelah itu disemprotkan dengan larutan pereaksi, jika perlu dipanaskan dalam oven pada suhu tertentu, lalu diamati sekali lagi pada sinar biasa, sinar UV 254 nm, dan sinar UV 366 nm.4.Letak bercakPosisi bercak dinyatakan dengan harga Rf ( Retardaction factor ), yaitu perbandingan jarak antara titik penotolan dengan bercak dibanding dengan jarak rambat harga Rf merupakan parameter spesifik pada kromatografi kertas dan kromatografi lapis tipis. Harga ini merupakan ukuran kecepatan migrasi suatu senyawa pada kromatogram. Ada dua variasi dalam menetapkan harga Rf, yaitu :a.Mengukur jarak antara titik pusat bercak dengan titik penotolan :Rf =Jarak titik pusat bercak dari awal titik penotolanJarak rambatb.Mengukur jarak antara batas atas dan batas bawah bercak dengan titik penotolanRf =Batas bawah dari penotolanBatas atas dari penotolanJarak rambatJarak rambatJika tujuannya hanya untuk memberikan orientasi saja maka cukup diukur atau ditetapkan satuRf. Namun bila tujuannya memperlihatkan besarnya bercak, maka digunakan variasi kedua. Angka Rf berkisar antara 0,00 1,00 dan hanya dapat ditentukan dua decimal, sedangkan harga hRf adalah angka Rf dikalikan factor 100, menghasilkan angka berkisar 0 - 100.Harga Rf tidak menetap dan sering kali harga itu berubah hal ini disebabkan oleh berbagai factor, misalnya suhu, ruang kerja tidak konstan, kualitas cairan rambat yang tidak tepat, kepadatan silica gel yang juga tidak selalu sama antara lempeng yang satu dengan lempeng yang lain. Untuk mengatasi hal ini, jarak bercak dihitung terhadap zat tertentu sebagai baku pembanding, missal zat warna, gula, dan alkaloid.Hasil Kromatografi Lapis tipis ( Menurut Literatur ):KomponenhRfWarna dengan

IV/2IV/1

Anetol55 65Coklat unguGelap

Linalil asetat35 45Biru muda-

Eukaliptol30 40Biru tua-

Karvon15 25CoklatGelap

Sitral10 15Hijau biruGelap

Eugenol10 15Hijau biruGelap

Sinamilaldehida10 15Hijau biruGelap

Mentol5 - 10Biru tuaGelap

Cara Kerja1.Timbang 100 gram simplisia cengkeh kering, masukkan kedalam labu destilasi yang telah berisi batu didih, lalu tambahkan aquadest sampai menjadi 2/3 volumenya.2.Pasangkan labu destilasi pada mantel pemanas dan alat destilasi stahl. ( Perhatikan kesejajaran alat, tidak boleh miring ).3.Masukkan aquadest dari bagian tengah alat ( bentuk corong ), usahakan permukaan aquadest sejajar dengan pipa kapiler disebelahnya dan tidak ada gelembung udar.4.Masukkan xylene 0,2 ml dengan pipet skala kedalam alat destilasi stahl melalui bagian atas alat ( bentuk bulat )5.Nyalakan mantel listrik, jalankan air kran.6.Perhatikan pengukuran, saat tetesan pertama minyak atsiri mulai dihitung 6 jam ekstraksi hingga terkumpul minyak atsiri.7.Tampung hasil minyak atsiri yang sudah murni pada vial yang telah ditimbang8.Tetapkan kadar minyak atsiri yang didapatKadar minyak atsiri =( volume xylene + volume minyak atsiri ) ( volume xylene )x100 %Bobot penimbangan9.Lakukan identifikasi dengan KLTa.Fase diam: Silika gel GF254b.Fase gerak: Penjenuhan bejana kromatografi dengan n-heksana etilasetat ( 96:40 ), eluasi dua kali setinggi 10 cm, pengeringan antara dua pengembang 5 menit padasuhu kamar.c.Deteksi dengan lampu UV, penampak bercak dengan pereaksi anisaldehid asam sulfat, panaskan 5 menit pada 100-110oC.d.Larutan sampel : minyak atsiri dilarutkan dalam toluene dengan konsentrasi 1 %e.Larutan BP:Eugenol