kesetimbangan gaya (fisika)
DESCRIPTION
Benda dalam keadaan setimbang karena beberapa gaya yang berada pada bidang datar beraksi pada benda tersebut, jumlah vektor gaya-gaya tersebut haruslah nol. Ini adalah syarat kesetimbangan pertama.TRANSCRIPT
MAKALAH
KESETIMBANGAN GAYA
BESLIN SEPTIANTA TARIGAN 091910101092
PROGRAM STUDI S-1TEKNIK MESIN
JURUSAN TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER
KATA PENGANTAR
Ada masanya untuk bicara, berteriak keras, bertutur lirih, diam, duduk manis, dan
mulai menulis. Suara akan hilang ditelan masa walaupun sebagian mungkin sempat terekam
di kepala, tetapi tulisan akan tetap ada dan berada, selama masih ada yang sudi membacanya.
Bukan pekerjaan mudah pada mulanya, tetapi setiap tulisan harus dimulai dengan satu
goresan, sebuah perjalanan panjang harus diawali dengan satu langkah pembuka.
Puji syukur kepada Tuhan Maha Pencipta, yang mengajari manusia ’membaca’ dan
’menulis’, melalui nabi, utusan, dan para pewaris-Nya, para ilmuwan yang mengajarkan.
Ilmu tidak akan pernah habis atau berkurang dengan dibagikan. Semoga penulis mendapat
tambahan pengetahuan dan masukan yang lebih berharga dari sedikit saja yang dituliskan.
Jember, 6 November 2009
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Berlakang Masalah
Syarat-syarat kesetimbangan adalah suatu benda diam yang memiliki jumlah
gaya yang sama dengan 0 atau tidak bergerak sama sekali ataupun juga
bergerak dengan keadaan yang setimbang
Dengan disusunnya makalah ini kita dapat mengetahui tentang syarat-syarat
kesetimbangan yang dialami suatu benda dalam suatu system kesetimbangan.
1.2. Rumusan Masalah
Apakah syarat-syarat kesetimbangan pada benda?
Bagaimanakah benda diam itu?
1.3. Tujuan
Menjelaskan tentang syarat-syarat kesetimbangan benda
Menjelaskan pengertian statika dalam syarat benda setimbang
Menjelaskan tentang sistem kesetimbangan
Silabus : Prinsip dasar statika struktur (Hukum Newton). Penyusunan dan penguraian gaya
dalam suatu bidang atau
ruang. Hukum Kesetimbangan statika. Tumpuan dan reaksi tumpuan. Konstruksi rangka
batang. Diagram momen dalam
dan gaya dalam. Karakteristik besaran energi. Deformasi. Tegangan dan regangan. Tegangan
karena gaya normal,
geser, momen lentur dan puntir. Distribusi tegangan. Kombinasi tegangan
BAB II
PEMBAHASAN
1. DASAR TEORI
Salah satu akibat dari bekerjanya sesuatu gaya adalah berubahnya dimensi atau
bentuk benda yang menderita gaya itu. Akibat lainnya adalah berubahnya keadaan bergerak
benda tersebut. Gerak sesuatu benda dapat dianggap merupakan gerak benda itu sebagai
keseluruhan, yaitu gerak translasi dan gerak rotasi. Pada umumnya suatu gaya tunggal yang
bekerja pada sebuah benda mengakibatkan perubahan baik pada gerak translasinya maupun
pada gerak rotasinya. Tetapi bila yang bekerja itu beberapa gaya serentak, mungkin akibatnya
saling meniadakan, sehingga tidak menghasilkan perubahan pada gerak translasi maupun
pada gerak rotasi, sehinnga tidak menghasilkan perubahan pada gerak translasi maupun gerak
rotasinya. Bila demikian maka dikatakan benda itu dalam kesetimbangan. Ini berarti benda
tersebut sebagai satu keseluruhan tetap diam atau bergerak menurut garis lurus dengan
kecepatan konstan.
2. Kesetimbangan benda
Benda dalam keadaan setimbang karena beberapa gaya yang berada pada bidang datar
beraksi pada benda tersebut, jumlah vektor gaya-gaya tersebut haruslah nol. Ini adalah syarat
kesetimbangan pertama.
Syarat kedua untuk kesetimbangan benda berhubungan dengan tidak adanya benda
untuk berputar: jumlah momen gaya-gaya yang bereaksi pada benda, dihitung terhadap suatu
sumbu, haruslah nol. Lebih lanjut benda tidak perlu benar-benar terpasak pada suatu sumbu
yang dipilih. Supaya benda dalam keadaan setimbang benda haruslah tidak berkecenderungan
untuk berputar terhadap suatu sumbu, sehingga jumlah momen haruslah nol, tidak peduli
sumbu mana yang dipilih. Meskipun pemilihan sumbu sembarang, tentu saja haruslah
dipergunakan sumbu yang sama.
Untuk sementara ini syarat kedua untuk kesetimbangan kita pandang sebagai
hubungan empiris. Kita gunakan itu karena secara eksperimen ternyata benar. Syarat ini akan
muncul sebagai hal umum dari prinsip dinamika tentang gerak berputar dari suatu benda
tegar, suatu prinsip yang diturunkan dari hukum-hukum newton.
Bila gaya-gaya dinyatakan dalam komponen-komponennya, momen gaya tersebut
terhadap suatu sumbu dapat diperoleh dengan menghitung momen dari komponen-komponen
secara terpisah, masing-masing dengan lengan momen yang bersangkutan, dan
menjumlahkan hasilnya. Ketika sebuah benda diam, tidak berarti tidak ada gaya yang bekerja
pada benda itu. Minimal ada gaya gravitasi bumi yang bekerja pada benda tersebut (arah
gaya gravitasi menuju pusat bumi alias ke bawah). Jika ada gaya gravitasi, seharusnya benda
bergerak dunk…. Kok bisa diam ya ? eyang Newton dalam hukum II Newton mengatakan
bahwa jika terdapat gaya total yang bekerja pada sebuah benda maka benda itu akan
mengalami percepatan alias bergerak lurus. Ketika sebuah benda diam, gaya total = 0. Pasti
ada gaya lain yang mengimbangi gaya gravitasi, sehingga gaya total = 0. Gaya apakah itu ?
wah gawat kalau dirimu sudah melupakannya… musuh bebuyutan gaya gravitasi adalah gaya
normal.
Misalnya terdapat sebuah benda yang terletak di atas
permukaan meja. Benda ini sedang diam. Pada benda bekerja gaya berat (w) yang arahnya
tegak lurus ke bawah alias menuju pusat bumi. Gaya berat tuh gaya gravitasi yang bekerja
pada benda. Gaya yang mengimbangi gaya gravitasi adalah gaya Normal (N). Arah gaya
normal tegak lurus ke atas, berlawanan dengan arah gaya gravitasi. Besar gaya normal =
besar gaya gravitasi, sehingga gaya total = 0. Ingat ya, kedua gaya ini bukan aksi reaksi
karena gaya gravitasi dan gaya normal bekerja pada benda yang sama. Dua gaya disebut aksi
reaksi jika bekerja pada benda yang berbeda.
Benda dalam ilustrasi di atas dikatakan berada dalam keseimbangan statis. Pemahaman dan
perhitungan mengenai gaya-gaya yang bekerja pada benda yang berada dalam keadaan
seimbang sangat penting, khususnya bagi para ahli perteknikan (arsitek dan insinyur). Dalam
merancang sesuatu, baik gedung, jembatan, kendaraan, dll, para arsitek dan insinyur juga
memperhitungkan secara saksama, apakah struktur suatu bangunan, kendaraan, dll, mampu
menahan gaya-gaya tersebut. Benda sekuat apapun bisa mengalami perubahan bentuk
(bengkok) atau bahkan bisa patah jika gaya yang bekerja pada benda terlalu besar.
Syarat-syarat keseimbangan
Sekarang mari kita melangkah lebih jauh. Kali ini kita mencoba melihat faktor-faktor apa saja
yang membuat benda tetap dalam keadaan diam.
Syarat pertama
Dalam hukum II Newton, kita belajar bahwa jika terdapat gaya total yang bekerja pada
sebuah benda (benda dianggap sebagai partikel tunggal), maka benda akan bergerak lurus, di
mana arah gerakan benda = arah gaya total. Kita bisa menyimpulkan bahwa untuk membuat
sebuah benda diam, maka gaya total harus = 0. Gaya total = Jumlah semua gaya yang bekerja
pada benda.
Persamaan Hukum II Newton :
Ketika sebuah benda diam, benda tidak punya percepatan (a). Karena
percepatan (a) = 0, maka persamaan di atas berubah menjadi :
Jika gaya-gaya bekerja pada arah horisontal saja (satu dimensi), maka kita cukup
menggunakan persamaan 1. Huruf x menunjuk sumbu horisontal pada koordinat kartesius
(koordinat x, y, z). Jika gaya-gaya bekerja pada arah vertikal saja (satu dimensi), maka kita
cukup menggunakan persamaan 2. Huruf y menunjuk sumbu vertikal pada koordinat
kartesius.
Apabila gaya-gaya bekerja pada bidang (dua dimensi), maka kita menggunakan persamaan 1
dan persamaan 2. Sebaliknya jika gaya-gaya bekerja dalam ruang (tiga dimensi), maka kita
menggunakan persamaan 1, 2 dan 3.
Ingat ya, gaya itu besaran vektor (besaran yang punya nilai dan arah). Dengan berpedoman
pada koordinat kartesius (x, y, z) dan sesuai dengan kesepakatan bersama, jika arah gaya
menuju sumbu x negatif (ke kiri) atau sumbu y negatif (ke bawah), maka gaya tersebut
bernilai negatif. Kita cukup menulis tanda negatif di depan angka yang menyatakan besar
gaya.
Keterangan gambar :
F = gaya tarik
Fg = gaya gesek
N = gaya normal
w = gaya berat
m = massa
g = percepatan gravitasi
Benda ini dikatakan berada dalam keadaan diam, karena jumlah semua gaya yang bekerja
pada-nya = 0. Sekarang coba kita tinjau setiap gaya yang bekerja pada benda.
Gaya yang bekerja pada komponen horisontal (sumbu x) :
Gaya tarik (F) dan gaya gesek (fg) mempunyai besar yang sama. Arah kedua gaya ini
berlawanan. Arah gaya tarik ke kanan atau menuju sumbu x positif (bernilai positif),
sebaliknya arah gaya gesekan ke kiri atau menuju sumbu x negatif (bernilai negatif). Karena
besar kedua gaya sama (ditandai dengan panjang panah) dan arahnya berlawanan, maka
jumlah kedua gaya ini = 0.
Gaya yang bekerja pada komponen vertikal (sumbu y) :
Pada komponen vertikal (sumbu y), terdapat gaya berat (w) dan gaya normal (N). Arah gaya
berat tegak lurus menuju pusat bumi atau menuju sumbu y negatif (bernilai negatif),
sedangkan arah gaya normal berlawanan dengan arah gaya berat atau menuju sumbu y positif
(bernilai positif) . Karena besar kedua gaya ini sama sedangkan arahnya berlawanan maka
kedua gaya saling melenyapkan.
Benda pada contoh di atas berada dalam keadaan seimbang alias diam, karena gaya total atau
jumlah semua gaya yang bekerja pada benda, baik pada sumbu horisontal maupun sumbu
vertikal = 0.
Contoh 2 :
Amati gambar di bawah
Pada benda ini juga bekerja gaya berat dan gaya normal,
seperti benda pada contoh 1. Tapi gurumuda tidak menggambar komponen gaya berat dan
gaya normal, karena kedua gaya itu saling melenyapkan. Pada kedua sisi benda dikerjakan
gaya seperti yang tampak pada gambar. Besar kedua gaya sama, tetapi berlawanan arah.
Apakah benda akan tetap dalam keadaaan seimbang alias diam ? tentu saja tidak… benda
akan berotasi.
Untuk membantumu memahami hal ini, coba letakkan sebuah buku di atas meja. Selanjutnya,
berikan gaya pada kedua sisi buku itu, seperti yang ditunjukkan pada gambar. Ketika kita
memberikan gaya pada kedua sisi buku, itu sama saja dengan kita memutar buku. Tentu saja
buku akan berputar alias berotasi. Dalam hal ini buku tidak berada dalam keadaan seimbang
lagi.
Berdasarkan contoh 2 ini, bisa dikatakan bahwa untuk membuat sebuah benda tetap diam,
syarat 1 saja belum cukup. Kita masih membutuhkan syarat tambahan.
Catatan :
Pada contoh 2 di atas, sebenarnya pada benda itu dikerjakan torsi. Torsi = gaya (F) x lengan
gaya (l). Panjang lengan gaya (l) diukur dari sumbu rotasi benda tersebut. Dalam hal ini, yang
membuat benda berputar adalah torsi total. Jika kita menganggap tidak ada gaya gesekan
pada benda di atas, maka torsi total adalah jumlah torsi yang ditimbulkan oleh kedua gaya itu.
Arah rotasi benda searah dengan putaran jarum jam, sehingga kedua torsi bernilai negatif
(tidak saling melenyapkan).
Syarat Kedua
Dalam dinamika rotasi, kita belajar bahwa jika terdapat torsi total yang bekerja pada sebuah
benda (benda dianggap sebagai benda tegar), maka benda akan melakukan gerak rotasi.
Dengan demikian, agar benda tidak berotasi (baca : tidak bergerak), maka torsi total harus =
0. Torsi total = jumlah semua torsi yang bekerja pada benda. Secara matematis bisa ditulis
sebagai berikut :
Persamaan Hukum II Newton untuk gerak rotasi :
Ketika sebuah benda diam (tidak berotasi), benda tidak
punya percepatan sudut (alfa). Karena percepatan sudut = 0, maka persamaan di atas berubah
menjadi :
Contoh 1 :
Amati gambar di bawah. Dua benda, masing-masing bermassa m1 dan m2 diletakkan di atas
papan jungkat-jungkit (m1 = m2). Lengan gaya untuk gaya berat m1 = l1, sedangkan lengan
gaya untuk gaya berat m2 = l2 (l1 = l2). Papan jungkat-jungkit tidak bergerak alias berada
dalam keadaan seimbang, karena m1 = m2 dan l1 = l2. Arah rotasi itu sengaja gurumuda
gambar, untuk menunjukkan kepada dirimu bahwa jungkat-jungkit juga bisa berotasi.
Gambar di atas disederhanakan sehingga yang kita tinjau hanya komponen gaya, lengan gaya
dan torsi yang bekerja pada benda.
Sekarang kita tinjau torsi yang
bekerja pada papan jungkat-jungkit di atas. Jika kita menganggap gaya F1 bisa menyebabkan
papan jungkat jungkit bergerak ke bawah, maka arah putaran papan (sebelah kiri) berlawanan
dengan arah gerakan jarum jam. Karena arah putaran berlawanan dengan jarum jam, maka
Torsi 1 (bagian kiri) bernilai positif.
Demikian juga, apabila kita menganggap gaya F2 bisa menyebabkan papan berputar maka
arah putaran papan (bagian kanan) searah dengan putaran jarum jam. Karena arah putaran
papan searah dengan gerakan jarum jam, maka torsi 2 bernilai negatif. Tanda positif dan
negatif ini cuma kesepakatan saja…
Catatan :
Gaya yang diakibatkan oleh benda bermassa pada papan jungkat-jungkit sebenarnya
merupakan gaya berat (w). Gurumuda menulis F saja biar dirimu bisa langsung nyambung
dengan persamaan torsi.
Torsi 1 dan torsi 2 sudah kita kupas tuntas.
Kita oprek persamaan syarat kedua agar benda tetap dalam keadaan seimbang :
3. Pusat gravitasi
Pada kesetimbangan dimana salah satu dari gaya-gaya yang beraksi pada suatu benda
adalah berat benda itu sendiri, maka perlu diketahui momen gaya tersebut terhadap sumbu
tertentu. Hasilnya bahwa momen selalu dapat dihitung dengan benar dengan anggapan
seluruh gaya gravitasi beraksi pada suatu titik yang disebut pusat gravitasi. Lebih lanjut titik
ini indentik dengan pusat massa.
Setiap partikel dari materi suatu benda ditarik oleh bumi, dan gaya tunggal yang kita
sebut berat adalah resultan dari semua gaya-gaya tarikan ini. Arah gaya pada masing-masing
partikel menuju ke pusat bumi, tetapi jarak ke pusat bumi sangat besar sehingga untuk
maksud-maksud yang praktis gaya-gaya dapat dianggap sejajar satu dengan yang lainnya.
Maka berat suatu benda adalah resultan dari gaya-gaya sejajar yang banyak sekali jumlahnya.
Berat total W dari sebuah benda adalah
W = W1+W2+ ......
Setiap berat dari partikel juga mempunyai andil terhadap momen total yang beraksi
pada benda. Dengan menghitung momen terhadap titik O, kita lihat momen yang
bersangkutan dengan partikel 1 adalah W1X1. Momen untuk partikel 2 adalah W2X2, dan
seterusnya, dan momen gaya total adalah
W1X1 + W2X2 + ...... = WX
Bila pusat gravitasi sejumlah benda telah ditentukan, maka pusat gravitasi dari
kombinasi benda-benda tersebut dapat dihitung dengan W1, W2, dan sebagainya, adalah
berat dari benda-benda dan X1 dan Y1, X2 dan Y2, dan sebagainya, adalah kordinat pusat
gravitasi masing-masing benda.
Sifat simetris sering sangat berguna dalam menentukan letak pusat gravitasi. Maka
pusat gravitasi suatu bola yang serba sama, kubus, keping lingkaran, atau keping persegi
panjang terletak pada pusat geometriknya. Maka untuk silinder atau kerucut terletak pada
sumbu simetrinya, dan seterusnya.
Bila kita perhatikan benda tegar, salah satu gaya yang perlu diperhatikan adalah
berat benda, yaitu gaya gravitasi yang bekerja pada benda tersebut. Untuk menghitung torsi
dari gaya berat tersebut, gaya berat dapat dipertimbangkan terkonsentrasi pada sebuah titik
yang disebut pusat gravitasi.
Perhatikan benda berbentuk sembarang pada bidang xy. Benda kita bagi-bagi
menjadi partikel-partikel dengan massa m1, m2, …yang mempunyai koordinat (x1, y1) , (x2,
y2) ,…pusat massanya dapat dinyatakan sebagai
m1x1 + m2x2 + m3x3 + …
m1 + m2 + m3 + …
y
m1g
pg m2g
x
W = Mg
Setiap partikel memberikan kontribusi torsi terhadap titik pusat dan ini sama dengan torsi yang
ditimbulkan oleh gaya tunggal, yaitu gaya berat dikalikan dengan lengan gayanya. Titik dimana gaya berat
bekerja disebut pusat gravitasi.
(m1g1 + m2g2 + m3g3 + …) xpg = m1g1x1 + m2g2x2 + m3g3x3 + …
4. Sistem Kesetimbangan
Di dalam menyelesaikan suatu sistem kesetimbangan di bawah pengaruh beberapa
gaya, ada beberapa prosedur yang perlu diikuti.
a) Tentukan objek/benda yang menjadi pusat perhatian dari sistem keseimbangan.
b) Gambar gaya gaya eksternal yang bekerja pada obyek tersebut.
c) Pilih koordinat yang sesuai, gambar komponen-komponen gaya dalam koordinat yang
telah dipilih tersebut.
d) Terapkan sistem keseimbangan untuk setiap komponen gaya.
e) Pilih titik tertentu untuk menghitung torsi dari gaya-gaya yang ada terhadap titik
tersebut. Pemilihan titik tersebut sembarang, tetapi harus memudahkan penyelesaian.
P P
a a
5. KESETIMBANGAN DAN TEGANGAN PADA BALOK
Beban yang bekerja pada balok dapat berupa gaya maupun momen yang terletak
pada bidang yang merupakan sumbu longitudinal balok. Gaya dipahami bekerja tegaklurus
sumbu longitudinal, dan bidang yang mengandung beban diasumsikan sebagai bidang simetri
dari balok.
Efek pembebanan
Efek-efek gaya dan momen yang bekerja pada balok adalah (a) memberikan tekukan
(deflection) tegaklurus sumbu longitudinal batang, dan (b) menghasilkan tegangan normal
maupun geser pada setiap penampang melintang batang yang tegaklurus sumbu batang.
Defleksi balok akan didiskusikan pada bab 9, 10, dan 11.
Tipe tekukan (bending)
Jika kopel (couples) diberikan pada ujung-ujung balok dan tidak ada gaya yang
bekerja pada batang, maka tekukan disebut tekukan murni (pure bending). Misalnya, pada
Gb. 8-1 porsi balok diantara dua gaya dengan arah kebawah merupakan sasaran atau subjek
tekukan murni. Tekukan yang dihasilkan oleh gaya-gaya yang tidak membentuk kopel
disebut tekukan biasa (ordinary bending). Batang yang dikenai tekukan murni hanya
mempunyai tegangan normal dan tidak terjadi tegangan geser pada batang; batang yang
dikenai tekukan biasa mempunyai baik tegangan normal maupun geser yang bekerja pada
batang.
Sifat aksi balok
Suatu balok dapat dibayangkan sebagai susunan sejumlah tak terhingga serat atau
batang tipis memanjang (longitudinal). Setiap serat diasumsikan beraksi secara independen
terhadap yang lain, yaitu, tidak ada tekanan lateral atau tegangan geser diantara serat. Balok
y
NA
seperti ditunjukkan pada, misalnya, akan tertekuk kebawah.
Sumbu netral
Titik potong permukaan netral dengan penampang melintang balok yang tegaklurus
terhadap sumbu memanjangnya disebut sumbu netral (neutral axis). Semua serat yang
terletak disebelah sumbu netral dalam kondisi tarik dan disebelah lainnya dalam kondisi
tekan.
Momen tekuk
Jumlah aljabar momen-momen gaya luar pada suatu sisi dari setiap penampang
melintang balok terhadap suatu sumbu yang melewati penampang disebut momen tekuk pada
penampang.
Tekukan elastis balok
Ringkasan berikut berlaku hanya jika seluruh serat dalam balok beraksi dalam
rentang elastisitas bahan.
Tegangan normal dalam balok.
Untuk setiap balok yang mempunyai suatu bidang simetri memanjang dan dikenai
momen tekuk M pada suatu penampang melintangnya, tegangan normal yang bekerja pada
serat memanjang pada jarak y dari sumbu netral balok diberikan dengan
σ=MyI
dimana I menyatakan momen inersia penampang melintang terhadap sumbu netral.
Penurunan atau derivasi persamaan ini akan dijabarkan dalam contoh 1. Tegangannya
bervariasi dari nol pada sumbu netral balok sampai maksimum pada serat terluar balok.
Tegangan ini juga disebut tekukan (bending), lenturan (flexural), atau tegangan serat (fiber
stresses
Ketika aksi dalam balok masih dalam batas elastis, sumbu netral melewati centroid
atau pusat penampang melintang. Dengan demikian, momen inersia I yang muncul dalam
persamaan diatas untuk tegangan normal adalah momen inersia luasan penampang-melintang.
Modulus penampang
Pada serat terluar balok nilai koordinat y sering dinyatakan dengan simbol c. Dalam
kasus ini tegangan tekuk dapat dinyatakan dengan
σ=McI atau
σ= MI /c (8.2)
Rasio I/c disebut modulus penampang dan biasanya dinyatakan dengan simbol Z. Satuannya
adalah m3. Dengan demikian tegangan tekuk maksimum dapat dinyatakan dengan
σ=MZ (8.3)
Formula ini lebih praktis karena nilai Z pada umumnya telah tersedia khususnya untuk
berbagai bentuk standar logam.
Asumsi
Pada derivasi pernyataan diatas diasumsikan bahwa penampang bidang balok adalah
tegaklurus terhadap sumbu longitudinalnya pada saat terjadi pembebanan dengan gaya
maupun momen. Selanjutnya diasumsikan bahwa balok adalah lurus pada saat awalnya dan
mempunyai penampang melintang seragam dan modulus elastisitasnya untuk tarikan dan
tekanan adalah sama. Juga, serat-serat dalam balok tidak mengalami tegangan yang melebihi
batas proporsional.
Gaya geser
Jumlah aljabar gaya-gaya vertikal pada satu sisi penampang melintang balok disebut
gaya geser pada penampang tersebut. Konsep ini telah didiskusikan pada bab 6.
Tegangan geser pada balok
Untuk suatu balok yang dikenai gaya geser V pada penampang melintang tertentu,
terjadi tegangan geser τ baik horisontal maupun vertikal. Besarnya tegangan geser vertikal
pada suatu penampang melintang adalah sedemikian sehingga tegangan-tegangan ini
mempunyai resultan gaya sebesar V. Pada penampang melintang balok seperti ditunjukkan
pada Gb. 8-3, simetri bidang vertikal mempunyai gaya-gaya dan sumbu netral yang melalui
pusat penampang. Koordinat y diukur dari sumbu netral. Momen inersia luasan penampang
melintang terhadap sumbu netral dinyatakan dengan I. Tegangan geser pada seluruh serat
dengan jarak y0 dari sumbu netral dinyatakan dengan formula
τ= VIb∫y 0
cyda
BAB III
PENUTUP
1.1. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat saya simpulkan bahwa semua benda diam
memiliki gaya sama dengan nol. Benda dalam keadaan diam dipengaruhi oleh
gaya gravitasi ke bawah dan gaya normal ke atas. Sehingga kedua gaya tersebut
saling berlawanan. Dan kedua gaya itu selalu sama besar yang menyebabkan
keadaannya menjadi setimbang.
Daftar Pustaka
Kesetimbangan Gaya. http:\\www.google.co
Gudang ilmu fisika gratis ; syarat-yarat kesetimbangan, http:\\www.google.com