kerentanan sosial ekonomi dan biofisik di das serayu

16
KERENTANAN SOSIAL EKONOMI DAN BIOFISIK DI DAS SERAYU: Collaborative Management ( ) Susceptibility of Socio Economic and Biophysical in Serayu Watershed Nur Ainun Jariyah & Irfan Budi Pramono Balai Penelitian Teknologi Kehutanan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Jl. A. Yani PO Box 295 Pabelan. Telepon/Fax.: (+62 271) 716709/716959 e-mail: [email protected] iterima 22 Januari 2013, direvisi 9 April 2013, disetujui 26 Agustus 2013 Selama ini faktor-faktor untuk mengukur monev kinerja DAS belum dilakukan secara menyeluruh masih bersifat parsial. Untuk itu diperlukan suatu kajian yang bisa menghubungkan aspek sosial ekonomi dan biofisik dalam kinerja DAS. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kerentanan sosial ekonomi dan biofisik yang mendukung dalam monev kinerja DAS lintas kabupaten. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Data yang diambil merupakan data primer dan data sekunder. Pengumpulan data sosek dilakukan dengan wawancara langsung menggunakan kuesioner. Data biofisik diperoleh dari hasil interpretasi peta-peta dan pengamatan langsung di lapangan. Data sekunder diperoleh dari instansi-instansi terkait. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa kerentanan sosial ekonomi tinggi terjadi pada daerah dengan kerentanan biofisik tinggi atau sebaliknya. Oleh karena itu dalam pengelolaan DAS tidak dapat ditentukan apakah aspek sosial ekonomi atau biofisik yang diprioritaskan, tetapi harus dilihat kasus perkasus. Pengelolaan DAS akan berhasil apabila dilakukan secara “Collaborative Management”, sehingga diperlukan partisipasi aktif semua stakeholder. Kata kunci: Kerentanan DAS, kerentanan sosial, ekonomi, biofisik, monitoring dan evaluasi DAS 1 2 1,2 D ABSTRACT During these time factors to measure the performance of watershed monitoring and evaluation has not been done completely, it still partial. It required a study that could connect the socio-economic and biophysical aspects of the performance of watershed. The purpose of this study was to determine the susceptibility of economic and social aspects of biophysical support in watershed monitoring and evaluation of performance across the regency. This study is a quantitative research, where the data collected is the primary data and secondary data. Socio-economic data were collected using questionnaires with direct interviews in the field. The biophysical data were interpreted from maps and direct observation in the field. It is also supported by secondary data from the relevant agencies involved. The results show that the relationship between socio-economic and biophysical aspects is where the high socioeconomic vulnerability, the vulnerability of biophysical is also high, so it cannot be determined which treatment should be done first, but it should be seen case by case. The watershed management will be success when it is done by collaborative. It needs active participation from stakeholders. Keywords: Watershed susceptibility, the vulnerability of social, economic, and biophysical, performance monitoring and evaluation of watershed ABSTRAK 141 Kerentanan Sosial Ekonomi dan Biofisik di DAS Serayu: Collaborative Management Nur Ainun Jariyah& Irfan Budi Pramono ( ) I. PENDAHULUAN Daerah Aliran Sungai (DAS) Serayu merupakan salah satu DAS kritis di Jawa Tengah (BPDAS OPS, 2004) yang meliputi beberapa kabupaten yaitu Kabupaten Wonosobo, Banjarnegara, Purbalingga, Banyumas dan Cilacap. Kondisi kritis ini disebabkan oleh semakin banyaknya praktik pertanian yang tidak mengindahkan kaidah konservasi sehingga menyebabkan rasio debit maksimum dan debit minimum sungai sangat tinggi serta sedimentasi melebihi ambang batas laju erosi. Daerah Aliran Sungai sangat dipengaruhi kondisi bagian hulu, khususnya kondisi biofisik daerah tangkapan dan daerah resapan air. Di daerah hulu banyak tempat yang rawan terhadap ancaman gangguan manusia. Hal ini men-

Upload: doankhuong

Post on 13-Jan-2017

235 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

KERENTANAN SOSIAL EKONOMI DAN BIOFISIK DI DAS SERAYU:Collaborative Management

()

Susceptibility of Socio Economic and Biophysical in SerayuWatershed

Nur Ainun Jariyah & Irfan Budi PramonoBalai Penelitian Teknologi Kehutanan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai.

Jl. A. Yani PO Box 295 Pabelan.Telepon/Fax.: (+62 271) 716709/716959

e-mail: [email protected]

iterima 22 Januari 2013, direvisi 9 April 2013, disetujui 26 Agustus 2013

Selama ini faktor-faktor untuk mengukur monev kinerja DAS belum dilakukan secara menyeluruh masihbersifat parsial. Untuk itu diperlukan suatu kajian yang bisa menghubungkan aspek sosial ekonomi dan biofisik dalamkinerja DAS. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kerentanan sosial ekonomi dan biofisik yangmendukung dalam monev kinerja DAS lintas kabupaten. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Data yangdiambil merupakan data primer dan data sekunder. Pengumpulan data sosek dilakukan dengan wawancara langsungmenggunakan kuesioner. Data biofisik diperoleh dari hasil interpretasi peta-peta dan pengamatan langsung dilapangan. Data sekunder diperoleh dari instansi-instansi terkait. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwakerentanan sosial ekonomi tinggi terjadi pada daerah dengan kerentanan biofisik tinggi atau sebaliknya. Oleh karenaitu dalam pengelolaan DAS tidak dapat ditentukan apakah aspek sosial ekonomi atau biofisik yang diprioritaskan,tetapi harus dilihat kasus perkasus. Pengelolaan DAS akan berhasil apabila dilakukan secara “CollaborativeManagement”, sehingga diperlukan partisipasi aktif semua stakeholder.

Kata kunci: Kerentanan DAS, kerentanan sosial, ekonomi, biofisik, monitoring dan evaluasi DAS

1 2

1,2

D

ABSTRACT

During these time factors to measure the performance of watershed monitoring and evaluation has not been done completely, it stillpartial. It required a study that could connect the socio-economic and biophysical aspects of the performance of watershed. The purpose ofthis study was to determine the susceptibility of economic and social aspects of biophysical support in watershed monitoring and evaluationof performance across the regency. This study is a quantitative research, where the data collected is the primary data and secondary data.Socio-economic data were collected using questionnaires with direct interviews in the field. The biophysical data were interpreted from mapsand direct observation in the field. It is also supported by secondary data from the relevant agencies involved. The results show that therelationship between socio-economic and biophysical aspects is where the high socioeconomic vulnerability, the vulnerability of biophysical isalso high, so it cannot be determined which treatment should be done first, but it should be seen case by case. The watershed managementwill be success when it is done by collaborative. It needs active participation from stakeholders.

Keywords: Watershed susceptibility, the vulnerability of social, economic, and biophysical, performance monitoring and evaluation ofwatershed

ABSTRAK

141Kerentanan Sosial Ekonomi dan Biofisik di DAS Serayu: Collaborative Management Nur Ainun Jariyah& Irfan Budi Pramono( )

I. PENDAHULUAN

Daerah Aliran Sungai (DAS) Serayu merupakansalah satu DAS kritis di Jawa Tengah (BPDAS OPS,2004) yang meliputi beberapa kabupaten yaituKabupaten Wonosobo, Banjarnegara, Purbalingga,Banyumas dan Cilacap. Kondisi kritis inidisebabkan oleh semakin banyaknya praktikpertanian yang tidak mengindahkan kaidah

konservasi sehingga menyebabkan rasio debitmaksimum dan debit minimum sungai sangattinggi serta sedimentasi melebihi ambang batas lajuerosi.

Daerah Aliran Sungai sangat dipengaruhikondisi bagian hulu, khususnya kondisi biofisikdaerah tangkapan dan daerah resapan air. Didaerah hulu banyak tempat yang rawan terhadapancaman gangguan manusia. Hal ini men-

142JURNAL Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol. 10 No. 3 September 2013, Hal. 141 - 156

cerminkan bahwa kelestarian DAS ditentukan olehpola perilaku, keadaan sosial-ekonomi dan tingkatpengelolaan yang sangat erat kaitannya denganpengaturan kelembagaan ( ).Menurut Gunawan (2008), aktivitas manusiamenjadi penyebab utama kerusakan DAS yangberujung pada datangnya bencana alam, sepertibanjir dan tanah longsor. Disamping itu,karakteristik bentuk DAS besar pengaruhnyaterhadap kemungkinan terjadinya banjir.

Salah satu contoh kasus di DAS Serayu yangmenjadi isu nasional adalah adanya kerusakan didaerah hulu tepatnya di kawasan Dieng. KawasanDieng mengalami kerusakan yang parah dimanatelah terjadi degradasi lahan dan meningkatnyaerosi sekitar 161 ton/ha/tahun, yang menyebabkansedimentasi di Waduk Jenderal Sudirman (PusatListrik Tenaga Air Mrica) yang dikhawatirkanmenyebabkan krisis energi (

). Sementara itu di wilayah tengah dan hilirDAS Sungai Serayu di Kabupaten Purbalingga,Banyumas, dan Cilacap, terjadi pencemaran sungaidan erosi tebing sungai akibat penambangan pasir( ).

Melihat beberapa kerusakan lingkungantersebut, maka diperlukan monitoring dan evaluasi(monev) kinerja DAS yang dilakukan secarabukan secara . Monev kinerja DAS sendiriadalah kegiatan pengamatan dan analisis data danfakta yang dilakukan secara sederhana, praktis,terukur, dan mudah dipahami terhadap kriteria danindikator kinerja DAS dari aspek/kriteriapengelolaan lahan, tata air, sosial, ekonomi, dankelembagaan, sehingga “status” atau “tingkatkesehatan” suatu DAS dapat ditentukan (P.04/V-SET/2009, 2009). Selama ini penilaian monevkinerja DAS baru dilihat dari salah satu aspek saja.Aspek sosial ekonomi saja atau aspek biofisik saja.Sebagai ilustrasi, pengelolaan DAS Ciliwung masihbersifat partial, sektoral atau terkait dengankewenangan wilayah administrasi tertentu saja(Rusdiana ., 2003). Penilaian monev tersebutdapat dilakukan dengan melihat keterkaitankerentanan aspek sosial ekonomi dan aspek biofisik.

Identifikasi kerentanan, baik kerentanan sosialekonomi maupun biofisik dalam suatu DAS masihparsial, belum terintegrasi. Kerentanan sosialekonomi erat kaitannya dengan sumber daya alam disuatu daerah. Daerah-daerah dengan lahanterdegradasi akan menimbulkan kerentanan sosial

institutional arrangement

holisticpartial

et al

www.banjarnegarakab.go.id

www.antaranews.com

ekonomi jika sumber pendapatan utamapenduduknya hanya dari sektor pertanian.Kerentanan banjir juga hanya dilihat pada daerahkebanjirannya, belum banyak dilihat secarakomprehensif seperti melihat daerah hulunya.Oleh karena itu diharapkan penelitian ini dapatmengidentifikasi keterkaitan kerentanan dalamsuatu DAS baik aspek sosial ekonomi maupunbiofisik di DAS Serayu

Pengelolaan DAS adalah upaya dalammengelola hubungan timbal balik antarsumberdaya alam terutama vegetasi, tanah dan airdengan sumberdaya manusia di DAS dan segalaaktivitasnya untuk mendapatkan manfaat ekonomidan jasa l ingkungan bagi kepentinganpembangunan dan kelestarian ekosistem DAS.Pengelolaan DAS dilakukan tergantung darikarakteristik masing-masing DAS yang berbedabaik itu karakteristik sosial ekonomi maupunbiofisiknya. Oleh karena itu pengelolaan DASdilakukan secara terpadu dan secara komprehensif.

Penelitian ini dilaksanakan di DAS Serayu,salah satu DAS yang sekarang ini mengalamikerusakan sangat berat (Gambar 1). DAS Serayumenjadi lokasi penelitian karena adanya isunasional DAS Serayu khususnya di daerah kawasanDieng yang mengalami deforestasi dan degradasilahan akibat penanaman lahan sayur, dan daerahtengah dan hilir DAS mengalami kerusakanakibat pencemaran sungai dan penambangan pasir.Di lain pihak DAS Serayu merupakan salah satuDAS prioritas yang sekarang ini mengalamikerusakan dan pencemaran lingkungan yangmengakibatkan menurunnya kualitas air sungaidimana sungai Serayu dimanfaatkan untukmemenuhi kebutuhan masyarakat pada wilayahK abupa t en Wonosobo, Ban j a r ne g a r a ,Purbalingga, Banyumas dan Cilacap. DAS Serayumeliputi beberapa kabupaten di Jawa Tengahyaitu sebagian wilayah Kabupaten Wonosobo,Banjarnegara, Purbalingga, Banyumas dan Cilacap(Ahmad, 2009).

.

II. METODE PENELITIAN

A. Teori

B. Lokasi Penelitian

143

Luas masing-masing wilayah kabupaten yang ter-masukdalamDASSerayudapatdilihatpada Tabel 1.

Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitianini adalah : kuisoner, notes, Alat Tulis Kantor(ATK), alat dokumentasi, perekam, kamera, petaRupa Bumi Indonesia, peta(DEM), peta tanah, dan peta penggunaan lahan.

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif.Kerentanan di DAS Serayu dibagi menjadikerentanan biofisik dan sosial ekonomi dengan

C.

D.

Bahan dan Peralatan

Metode

Digital Elevation Model

menggunakan Formulasi Sistem KarakterisasiTingkat DAS (Paimin, 2009). Skala kerentananuntuk masing-masing kerentanan adalah skala 5(sangat rentan), skala 4 (rentan), skala 3 (sedang),skala 2 (agak rentan) dan skala 1 (tidak rentan).

Tahapan penelitian yang dilakukan adalahmencari:1. Kerentanan penduduk terhadap lahan.

Parameter yang dicari adalah kepadatanpenduduk dan struktur ekonomi. Pengukurandilakukan dengan menggunakan Tabel 2.

2. Kerentanan ekonomi DAS. Parameter yangdicari adalah pendapatan dan pertumbuhanekonomi. Pengukuran kerentanan ekonomidilakukan dengan menggunakan Tabel 3.

Gambar 1. Peta DAS SerayuFigure 1. Map of Serayu watershed

Tabel 1. Luas wilayah DAS Serayu menurut KabupatenTable 1. Area of Each Regency within Serayu Watershed

Bagian DAS Kabupaten/Kota (Ha) (Regency) (Ha)Jumlah(Ha) Prosentase

(Prosentase)(Part of

watershed) Banjarnegara Banyumas Cilacap Purbalingga Wonosobo(Number)

(Ha)

Hulu(upstream)

12.183,02 - - - 53.393,59 65.931,42 18%

Tengah(middle)

95.525,28 19.321,58 - 80.298,06 - 195.446,57 52%

Hilir(downstream)

- 98.809,86 17.159,55 - - 111.061,94 30%

Jumlah (Ha)

(Number) (Ha)

107.708,29 112.131,44 171.159,55 80.298,06 53.393,59 372.439,93

Prosentase(Prosentase)

28,92% 30,11% 4,61% 21,56% 14,34%

Sumber : BPS. 2009(Source)

Kerentanan Sosial Ekonomi dan Biofisik di DAS Serayu: Collaborative Management Nur Ainun Jariyah& Irfan Budi Pramono( )

144

3. Tipologi Sosial ekonomi. Tipologi inimerupakan merupakan interaksi kerentananpenduduk terhadap lahan dan kerentananekonomi DAS.

4. Kerawanan/sensitivitas kewilayahan pengelola-an DAS. Parameter yang dicari adalah luas DASdan kewilayahan administrasi. Pengukuran di-lakukan dengan menggunakan Tabel 4

5. Kerentanan lahan terhadap erosi. Parameteryang dicari adalah bentuk/sistem lahan dan

.

penutupan lahan. Pengukuran dilakukandengan menggunakan Tabel 5.

6. Keterkaitan antara aspek sosek dan biofisik(tipologi lahan) tertuang dalam tipologi

(Daerah Tangkapan Air hujan) (Paimin,2009).Tabel 6 menunjukkan bahwa semakin tinggi nilaisuatu kategori memberikan gambaran sebuahkondisi yang semakin buruk terkait denganparameter bersangkutan, dan sebaliknya.

catchmentarea

Tabel 2. Skala Kerentanan Penduduk Terhadap LahanTable 2. Vulnerability Scale of Population on Land

Kepadatan penduduk

(Population density)

(Orang/km2)

(People/km2)

Struktur ekonomi (Economic structure)

Pertanian (5)

(Agriculture)Industri (3) (Industrial) Jasa (1) (Services)

Jarang (Rarely) (< 250) (1) 3 2 1

Sedang (Medium) (250-400) (2) 4 3 2

Padat (Dense) (> 400) (5) 5 4 3

Sumber ( : Paimin (2009)Keterangan ( ) : Angka dalam kurung ( ) menunjukkan nilai skor pada setiap parameter (

Source)detail Figures in brackets ( ) indicate the value of

scores on each parameter)

Tabel 3. Skala Kerentanan Ekonomi DASTable 3. Economic Vulnerability scale of watershed

Pendapatan

(Income)

Pertumbuhan ekonomi (Economic growth)

Pentil 5

(> 7,81%)

(1)

Pentil 4

(6,33%-7,81%)

(2)

Pentil 3

(4,85%-6,32%)

(3)

Pentil 2

(3,37%-4,84%)

(4)

Pentil 1

(< 3,37%)

(5)

> 1,5 SK (1) 1 1,5 2 2,5 3

1,26-1,5 SK (2) 1,5 2 2,5 3 3,5

1,1-1,25 SK (3) 2 2,5 3 3,5 4

0,67-1 SK (4) 2,5 3 3,5 4 4,5

< 0,67 SK (5) 3 3,5 4 4,5 5

Sumber ( : Paimin (2009)Ket. SK = Standar Kemiskinan. Angka dalam kurung ( ) menunjukkan nilai skor pada setiap parameter

Source)(detail SK) (Poverty

standards. Figures in brackets ( ) indicate the value of scores on each parameter)

Tabel 4. Skala Kerawanan/sensitivitas Kewilayahan Pengelolaan DASTable 4. Vulnerability / sensitivity Scale of Territorial Watershed Management

Luas DAS (Ha)

(Watershed area)

Kewilayahan administrasi (Territorial administration)

Dalam kabupaten

(In district)

Lintas kabupaten/ dalam

provinsi (Cross district/in

province)

Lintas provinsi

(Cross province)

Kecil (Small) (< 0,15 juta) 1 2 3

Sedang (Moderate)

(0,15-0,5 juta)

2 3 4

Luas (Broad) ( > 0,5 juta) 3 4 5

Sumber ( : Paimin (2009)Source)

JURNAL Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol. 10 No. 3 September 2013, Hal. 141 - 156

145

7. Setelah diketahui kondisi DAS Serayu, maka dila-kukan analisis untuk mengetahui keterkaitan aspeksosial ekonomi dan biofisik dalam kinerja DAS,yang dilakukan dengan deskriptif kuantitatif.Pengambilan data sosek dilakukan dengan

wawancara menggunakan panduan kuisoner dandengan tokoh kunci ( )indepth interview key person

untuk validasi data. Pemilihan responden diambilsecara acak proporsional yang disesuaikan dengantujuan penelitian. Pengumpulan data biofisikmelalui survey berdasarkan citra satelit dan

serta peta Rupa Bumi Indonesia untukmengidentifikasi penutupan lahan aktual. BatasDAS, kemiringan lereng dan morfometri DAS

googleearth

Tabel 5. Skala Kerentanan/Sensitivitas Lahan Terhadap ErosiTable 5. Vulnerability/Sensitivity Scale of Soil Erosion

Bentuk/sistemlahan (Landsystem)

Penutupan lahan (Land cover)

Air payau(Brackishwater), air

tawar (freshwater),

gedung(building)

(1)

Hutanlindung(protectionforest), ht

konservasi(conservation

forest)(1)

Hutanproduksi/

perkebunan(Production

forests /plantations)

(2)

Sawah (field),rumput(grass),

semak/belukar(shrubs)

(3)

Pemukiman(settlement)

(4)

Tegal (Dryfields), tanah

berbatu(rocky soils)

(5)

Rawa-rawa(swamps), Pantai(beach) (1)

1 1 1 1 1 1

Dataran alluvial(alluvial plains),lembah alluvial(alluvial valley)(2)

1 1,5 1,5 2 2 2,5

Dataran(plains)(3)

1 2 2,5 3 3,5 4

Kipas dan lahar(fan and lava),teras-teras(terrace)(4)

1 2,5 3 3,5 4 4,5

Pegunungan danperbukitan (themountains andhills) (5)

1 3 3,5 4 4,5 5

Ket . Angka dalam kurung merupakan nilai/skor dari parameter yang bersangkutan (

Sumber ( : Paimin (2009)

(detail) Figures in brackets ( ) indicate the value ofscores on each parameter)

Source)

Tabel 6. Klasifikasi Kerentanan Tingkat DASTable 6. The Vulnerability Classification of Watershed

Kategori (category) Nilai (value)Tingkat Kerentanan/degradasi

(Vulnerability level / degradation)

Sangat tinggi (Very high) >4,3 Sangat rentan (highly)

Tinggi (high) >3,5-4,3 Rentan (vulnerable)

Sedang (moderate) >2,6-3,4 Sedang (moderate)

Rendah (low) >1,7-2,5 Agak rentan (moderately)

Sangat rendah (very low) < 1,7 Tidak rentan (not vulnerable)

Sumber : Paimin, 2009(source)

Kerentanan Sosial Ekonomi dan Biofisik di DAS Serayu: Collaborative Management Nur Ainun Jariyah& Irfan Budi Pramono( )

146

diperoleh dari Peta (DEM).Identifikasi erosi, longsor, dan banjir sertadilihat langsung ke lapangan dengan menggunakan

. Pengambilan data sekunder dilakukan diinstansi terkait yaitu Balai Sungai, Kementerian

Digital Elevation Modelland cover

check list

Pekerjaan Umum, Dinas Pertanian, Dinas Ke-hutanan, Kesatuan Bangsa dan PerlindunganMasyarakat Kesbanglinmas), dan BPS.

Alur pikir yang digunakan untuk mencariTipologi DAS dapat dilihat pada Gambar 2.

(

Gambar 2. Alur pikir analisis tipologi DAS (Paimin, 2012)Figure 2. Flowchart watershed typology analysis (Paimin, 2012)

E. Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan deskriptif kuan-titatif untuk mengetahui keterkaitan aspek sosialekonomi dan biofisik dalam kinerja DAS. Ke-terkaitan tersebut dinilai berdasarkan kerentananmasing-masing tipologi sosial ekonomi dan tipologi

biofisik, semakin tinggi kategori menunjukkangambaran kondisi DAS semakin buruk. Untukmemperoleh sumber penyebab kerentanan di-lakukan dengan menelusuri parameter yang me-miliki nilai tinggi sehingga rekomendasi pe-nanganannya disesuaikan dengan tingkat masalahyang dihadapi.

JURNAL Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol. 10 No. 3 September 2013, Hal. 141 - 156

147

struktur ekonomi berbasis pertanian merupakanindikator kerentanan wilayah, sehingga DASSerayu yang berada di empat kabupaten tersebuttermasuk kategori sangat rentan. Sementara ituKabupaten Cilacap meskipun struktur ekonomiberbasis pada industri, tetapi kepadatan pendudukmelebihi 400 jiwa/km maka Kabupaten Cilacaptermasuk dalam kategori rentan. Secara keseluruh-an, kerentanan penduduk terhadap lahan semuakabupaten dalam DAS Serayu masuk dalamkategori sangat rentan.

2

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Kerentanan Sosial Ekonomi

1. Kerentanan Penduduk Terhadap LahanKondisi sosial ekonomi suatu DAS sangat

berpengaruh terhadap kelestarian sumber dayaalam. Pada Tabel 7 menunjukkan empat kabupatenyaitu Wonosobo, Banjarnegara, Purbalingga danBanyumas kepadatan penduduknya lebih dari400 jiwa/km dan struktur ekonomi berbasispertanian. Tingkat kepadatan penduduk dan

2

Tabel 7. Kerentanan Penduduk Terhadap Lahan DAS SerayuTable 7. Vulnerability of people to land of Serayu Watershed

No

(No)

Kabupaten

(District)

Kepadatan Penduduk

(Density population) (jiwa/km2)

(people/km2)

Struktur ekonomi

(Economic structure)

Kerentanan

(Vulnerability)

(skala 1-5)

(scale 1-5)

1 Wonosobo 791,50 Pertanian 52 Banjarnegara 805,32 Pertanian 53 Purbalingga 1115,40 Pertanian 54 Cilacap 742,82 Industri 45 Banyumas 1119,04 Pertanian 5

Jumlah (Number) 4574,08Rata-rata (Average) 914,82

Sumber : BPS (2009a), BPS (2009b), BPS (2009)c, BPS (2009)d, BPS (2009)e, BPS (2009)f, BPS (2009)g.Keterangan ( ) : Data dalam tabel dihitung berdasarkan data dari Kabupaten Wonosobo dalam Angka Tahun 2009,

Kabupaten Banjarnegara dalam Angka Tahun 2009, Kabupaten Purbalingga dalam Angka Tahun 2009,Kabupaten Cilacap dalam Angka Tahun 2009, Kabupaten Banyumas dalam Angka Tahun 2009 (

)

(Source)Remarks

The data in the tableare calculated based on data from Wonosobo regency in Figures 2009, Banjarnegara District in Figures 2009, Purbalingga in Figures2009, Cilacap Regency in Figures 2009, Banyumas in Figures 2009

2. Kerentanan EkonomiKerentanan ekonomi DAS Serayu dapat dilihat

dari pendapatan dan pertumbuhan ekonomi.Kabupaten Wonosobo menunjukkan kerentananpaling tinggi. Penyebab kerentanan tersebut adalahpendapatan Kabupaten Wonosobo masih dibawahambang standar kemiskinan provinsi Jawa Tengah(Rp. 201.651,00/kapita/bulan) (BPS, 2009c) yaitusebesar 0,95. Sementara itu Kabupaten Banjar-negara, Purbalingga, Cilacap dan Banyumas masukdalam kategori sedang karena pendapatan perkapitakabupaten berada diatas ambang batas kemiskinanprovinsi. Secara keseluruhan, kerentanan ekonomikabupaten-kabupaten dalam DAS Serayu masukkategori sedang. Dari beberapa kabupaten tersebutyang paling rentan adalah Kabupaten Wonosobo,sehingga Kabupaten Wonosobo menjadi prioritaspenanganan untuk pembangunan selanjutnya.

Berdasarkan tingkat kerentanan pendudukterhadap lahan dan kerentanan ekonomi, makadibuat tipologi sosial ekonomi DAS Serayusebagaimana dapat dilihat pada Tabel 5.

Tipologi sosial ekonomi DAS Serayu masukdalam kategori rentan. Parameter yang palingberpengaruh adalah kerentanan pendudukterhadap lahan, yaitu kepadatan penduduk yangtinggi dan struktur ekonomi berbasis padapertanian.

Sebagai contoh di kawasan Dieng (Sub DASSerayu hulu), lahan dengan kemiringan curammasih digunakan sebagai lahan pertanian. Sekarangkondisi lapisan tanahnya sudah semakin menipis.Ini terlihat dengan semakin banyak batuan yangmulai bermunculan dari lahan, sehingga pada saatpengolahan lahan, petani mulai membutuhkanpupuk dalam jumlah yang lebih banyak.

Kerentanan Sosial Ekonomi dan Biofisik di DAS Serayu: Collaborative Management Nur Ainun Jariyah& Irfan Budi Pramono( )

148

Tabel 4. Kerentanan Ekonomi DAS SerayuTable 4. Vulnerability Economic of Serayu Watershed

No

(No)Kabupaten (District) Pendapatan (Income)

Pertumbuhan ekonomi

(Economic growth)

Kerentanan

(Vulnerability) skala

(1-5) (Scale (1-5))

1 Wonosobo 0,95 4,02% 42 Banjarnegara 1,23 5,11% 33 Purbalingga 1,09 5,61% 34 Cilacap 5,39 1,53% 35 Banyumas 1,17 5,49% 3

Jumlah (Number) 9,83 21,76% 16Rata-rata (Average) 1,97 4,35% 3,2

Sumber : BPS (2009a), BPS (2009b), BPS (2009)c, BPS (2009)d, BPS (2009)e, BPS (2009)f, BPS (2009)g.Keterangan ( ) : Data dalam tabel dihitung berdasarkan data dari Kabupaten Wonosobo dalam Angka Tahun 2009,

Kabupaten Banjarnegara dalam Angka Tahun 2009, Kabupaten Purbalingga dalam Angka Tahun 2009, KabupatenCilacap dalam Angka Tahun 2009, Kabupaten Banyumas dalam Angka Tahun 2009 (

)

(Source)Remarks

The data in the table are calculatedbased on data from Wonosobo regency in Figures 2009, Banjarnegara District in Figures 2009, Purbalingga in Figures 2009, CilacapRegency in Figures 2009, Banyumas in Figures 2009

Tabel 5. Tipologi Sosial Ekonomi DAS SerayuTable 5. Tipologi Social Economic of Serayu Watershed

No

(No)Kabupaten (District)

Kerentanan penduduk

terhadap lahan

(Vulnerability of

population to land)

Kerentanan

ekonomi

(economic vulnerability)

Tipologi sosek

(Socio-economic

typology)

1 Wonosobo 5 4 4,52 Banjarnegara 5 3 43 Purbalingga 5 3 44 Cilacap 4 3 3,55 Banyumas 5 3 4

Rata-rata (Average) 4,8 3,2 4,0Sumber ( : Analisis data primer Primary data analysis)Source) (

tipe batuan, hidroklimat, landform, tanah, danorganisme. Sistem lahan terdiri atas satu kombinasibatuan induk, tanah, dan topografi, yangmencerminkan kesamaan potensi dan faktor-faktor pembatasnya (Christian dan Stewart,1968).

Berdasarkan sistem lahan, DAS Serayu terbagimenjadi 28 sistem lahan yaitu: ACG (Air Cawang),AHK (Air Hitam Kanan), APA (Ampalu), BBG(Bukit Balang), BDD (Bukit Daodao), BKN(Bakunan), BMS (Bukit Masung), BPD (BukitPandan Barong), BTK (Tomgkok), BYN (BukitAyun), CSG (Cisigung), GJO (Gajo), HBU(Hiliboru), JBG (Jemblong), KHY (Kahayan),KLG (Kalung), KNJ (Kuranji), MPT (Maput),PTG (Putting), SFO (Sungai Fauro), SLK (Solok),

B. Kerentanan Biofisik

Pembagian Sub DAS di DAS Serayu

Tipologi Lahan

1.

2.

DAS Serayu dibagi menjadi 1) Sub DAS SerayuHulu yang meliputi Sub DAS Begaluh, Serayu Hulu,dan Sub DAS Tulis. 2) Sub DAS Serayu Tengah 1yang meliputi Sub DAS Merawu dan Sub DAS Tulis.3) Sub DAS Serayu Tengah 2 yang meliputi SubDAS Klawing dan Sub DAS Sapi. 4) Sub DASSerayu Hilir yang meliputi Sub DAS Legawa, subDAS Tajum, dan Sub DAS Serayu Hilir.

Tipologi lahan dicirikan oleh sistem lahan danpenutupan lahan. Sistem lahan ( ) di-bentuk berdasarkan pada prinsip ekologi denganmenganggap adanya hubungan yang erat antara

land system

JURNAL Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol. 10 No. 3 September 2013, Hal. 141 - 156

149

air (tawar dan laut), rawa, belukar/semak, pe-mukiman, sawah (irigasi dan tadah hujan), kebun,hutan dan tegalan.

Sebaran sistem lahan di DAS Serayu sepertipada Gambar 3, sedangkan penutupan lahan dapatdilihat pada Gambar 4. Hasil interaksi antarabentuk/sistem lahan dan penutupan dapat dilihatpada Gambar 5.

SMI (Sungai Mimpi), SSN (Susukan), TBA(Tambera), TGM (Tanggamus), TLU (Talamau),TWH (Teweh) dan WDK (Waduk). Karakteristiksistem lahan secara spesifik yang meliputi kondisibentuk lahan, litologi, tanah dan iklim.

Penutupan lahan dari DAS Serayu diperoleh dariPeta Rupabumi skala 1 : 50.000. Untuk klasifikasipenutupan lahan di DAS Serayu terdiri dari: tubuh

Gambar 3. Peta Sistem Lahan DAS SerayuFigure 3. Land System Map of Serayu Watershed

Gambar 4. Peta Penggunaan Lahan DAS SerayuFigure 4. Land Use Map of Serayu Watershed

Kerentanan Sosial Ekonomi dan Biofisik di DAS Serayu: Collaborative Management Nur Ainun Jariyah& Irfan Budi Pramono( )

150

keempat Sub DAS tersebut harus mendapatprioritas penanganan untuk memperbaiki kondisiDAS Serayu secara keseluruhan.

Tipologi banjir di bedakan menjadi dua yaitupotensi pasokan air banjir dan daerah kebanjiran.Potensi pasokan air banjir adalah daerah yangberpotensi sebagai pemasok air banjir dan daerahkebanjiran adalah daerah penerima banjir. Padaumumnya curah hujan maksimum harian di DASSerayu berkisar dari 60 mm/hari (sedang) sampai280 mm/hari (sangat tinggi), sehingga potensipasokan air banjir di DAS Serayu termasuk sedangsampai sangat tinggi di semua sub DAS.

3. Tipologi Banjir

Kerentanan lahan di DAS Serayu menyebar didaerah hulu terutama sub DAS Begaluh dan SubDAS Serayu Hulu keduanya masuk dalamkabupaten Wonosobo serta Sub DAS Merawu danSub DAS Sapi yang masuk dalam KabupatenBanjarnegara. Di Sub DAS Begaluh kondisi lahanyang rentan menempati porsi 58 % sedangkansangat rentan menempati porsi 22 %. Di Sub DASSerayu Hulu kondisi lahan yang rentan menempatiporsi 64 % sedangkan sangat rentan menempatiporsi 31 %. Sedangkan di Sub DAS Merawukondisi lahan yang rentan menempati porsi 56 %dan sangat rentan 34 %. Sub DAS Sapi kondisilahan yang rentan menempati porsi 51 % dan sangatrentan 20 %. Dengan kondisi yang demikian maka

Gambar 5. Peta Kerentanan Lahan DAS SerayuFigure 5. Land Vulnerability Map of Serayu Watershed

Gambar 6. Peta Kerentanan Pasokan Air DAS SerayuFigure 6. Vulnerability Water Supply Map of Serayu Watershed

JURNAL Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol. 10 No. 3 September 2013, Hal. 141 - 156

151

Daerah-daerah dengan tingkat kerentananpasokan air banjir tergolong tinggi adalah Sub DASBegaluh, Sub DAS Serayu Hulu, dan Sub DAS Tulisyang merupakan Bagian Hulu DAS Serayu. Dariketiga Sub DAS tersebut 87 % dari luas DASmerupakan kondisi yang sangat rentan denganpasokan air banjir. Ketiga sub DAS yang sangatrentan pasokan air banjir terletak di KabupatenWonosobo, Banjarnegara dan sedikit Temanggung.Kondisi ini juga terjadi pada Sub DAS Tajum yangmasuk dalam Kabupaten Brebes, daerah yangsangat rentan dengan pasokan air banjirnyamenempati luas sekitar 87 % dari luas Sub DASTajum. Daerah atau Sub DAS lainnya sepertiBagian Tengah DAS Serayu mempunyai kondisi 38% sangat rentan dan 57 % rentan pasokan air banjir.

Mengingat kerentanan pasokan air banjir iniditentukan oleh hujan harian maksimum yangmemang sudah diberikan oleh alam sehingga tidakbisa dihindari. Untuk mengatasi dampak banjir didaerah hilir maka daerah-daerah dengan kondisiyang sangat rentan pasokan air banjir perlu dicegahdengan pembuatan konservasi air yang memadaibaik vegetatif maupun sipil teknis.

Daerah rentan banjir di DAS Serayu tersebardi DAS Serayu Hilir dan Serayu Tengah,dimana daerah-daerah tersebut mempunyaikelerengan <2% dan terletak di sekitar sungaiutama dan percabangan antara Sungai SerangHulu, Sungai Logawa dan Sungai Klawing.Sedangkan Peta Daerah Rentan Banjir dapat dilihatpada Gambar 7.

Gambar 7. Peta Daerah Rentan Banjir DAS SerayuFigure 7. Flood Vulnerable Areas Map of Serayu Watershed

Daerah rentan banjir di DAS Serayu menyebardi Kabupaten Cilacap yaitu di Sub DAS Serayu Hiliryang genangannya secara potensial mencapai luas76 % dari luas DAS, sedangkan daerah rentan banjirdi Kabupaten Banyumas terjadi di Sub DASKlawing, Tajum, dan Serayu Hilir masing-masingsecara potensial tergenangi seluas 39 %, 21%, dan33 % dari luas Sub DAS. Daerah-daerah tersebutrentan banjir karena merupakan daerah datarandengan kelerengan kurang dari 2 % serta daerahyang terpengaruh oleh pasang surut air laut sertapertemuan dengan sungai yang lebih besar. Untuk

mencegah daerah potensial rentan banjir ini perludilakukan perbaikan saluran drainase yangmemadai serta pembuatan tanggul-tanggul di kirikanan sungai.

Melihat kerentanan masing-masing aspek,dimana kerentanan tipologi sosial ekonomi masukdalam kategori rentan dan tipologi lahan masukdalam kategori rentan, maka tipologi

C. Keterkaitan Aspek Sosial Ekonomi danBiofisik dalam Kinerja DAS

catchment area

Kerentanan Sosial Ekonomi dan Biofisik di DAS Serayu: Collaborative Management Nur Ainun Jariyah& Irfan Budi Pramono( )

152

(Daerah Tangkapan Air (DTA) DAS Serayu masukdalam kategori rentan atau tinggi. Begitu jugatipologi pengelolaan DAS yang merupakanmanifestasi dari tipologi DTA, dimana tipologipengelolaan DAS dilihat dari tipologi kewilayahanmasuk dalam kategori sedang dan tipologi DTAmasuk dalam kategori tinggi, maka tipologipengelolaan DAS masuk dalam kategori tinggi ataurentan. Masing-masing tipologi DTA dan tipologipengelolaan DAS Serayu dapat dilihat pada Gambar8 dan Gambar 9.

Kerentanan Daerah Tangkapan Air dan tipologipengelolaan DAS Serayu masuk dalam kategorirentan (kurang lebih 64% wilayah DAS Serayu).Penyebab kerentanan ini karena salah satunyawilayah DAS Serayu melewati banyak kabupatensehingga permasalahan menjadi lebih komplek.Permasalahan tersebut diselesaikan tidak hanyaoleh instansi yang berkaitan langsung saja tetapioleh semua instansi dalam kabupaten yang masukdalam wilayah DAS Serayu. Hal yang perludilakukan adalah menjalin koordinasi antar

Gambar 8. Peta Tipologi Daerah Tangkapan Air DAS SerayuFigure 8. Typology of Catchment Area Map of DAS Serayu

Gambar 9. Peta Tipologi Pengelolaan DASFigure 9. Watershed Management Typology Map

JURNAL Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol. 10 No. 3 September 2013, Hal. 141 - 156

153

kabupaten untuk mengelola DAS yang dikoordiniroleh Gubernur. DAS Serayu merupakan DASprioritas yang memerlukan pengelolaan yang lebihbaik untuk mengembalikan kualitas lingkungan.Sub DAS prioritas adalah Sub DAS Serayu hulu(Kabupaten Wonosobo dan Banjarnegara), dimanadilihat dari kerentanan sosial ekonomi dankerentanan biofisik masuk dalam kategori rentansampai dengan sangat rentan. Untuk mengatasipermasalah tersebut khususnya sub DAS Serayuhulu harus segera dilakukan tindakan untukperbaikan kualitas lingkungan seperti konservasi airbaik vegetatif dan sipil teknis, dan juga perbaikan disisi ekonomi.

Kerentanan sosial ekonomi berkaitan eratdengan kerentanan biofisik. Di Serayu hulu yaitu diK abupaten Wonosobo dan K abupatenBanjarnegara pendapatan perkapita penduduknyamasih tergantung dengan pertanian yangdidominasi pertanian lahan sayur. Wilayah DASSerayu hulu merupakan daerah pasokan banjir,dimana curah hujannya tinggi. Sementara itu daerahhilir DAS Serayu (Kabupaten Cilacap) merupakandaerah rentan banjir dan pendapatan di dominasisektor industri pengolahan. Kondisi DAS Serayuhampir sama dengan kondisi DAS Citandui danDAS Asahan, dimana daerah hulu merupakandaerah pasokan banjir dengan curah hujan yangtinggi, dan mata pencaharian masyarakat masihdidominasi pertanian, sedangkan daerah hilirmerupakan daerah rentan banjir dan didominasisektor jasa ( dan Sanudin dan Antoko.2007).

Perbedaan aspek sosial ekonomi dan biofisikantara hulu dan hilir, memerlukan solusi yang tepat,sehingga setiap kasus perlu diselesaikan berdasar-kan kasus perkasus. Perbedaan tersebut diketahuisetelah dilakukan monitoring dan evaluasi kinerjaDAS. Berdasarkan monitoring tersebut akandiketahui bahwa daerah hulu dengan kondisi curahhujan yang tinggi, kerentanan lahan yang tinggi,pendapatan masyarakat masih didominasipertanian maka diperlukan pengalihan sektorpertanian ke sektor lain yang dapat meminimalkankerusakan lahan. Curah hujan yang tinggi yangmerupakan sumber dari pasokan banjir, makadiperlukan rehabilitasi lahan baik vegetatif maupunsipil teknis untuk daerah di hilirnya. Beberapa solusitersebut memang tidak bisa secara instan dapatdilihat hasilnya, tetapi memerlukan proses yanglama. Oleh karena itu monev dilakukan secara

www.ipb.ac.id

periodik (Becerra, 1995 dan Walker. et.al, 1996)sehingga kesehatan DAS secara periodik dapatdiketahui.

Pengelolaan DAS tidak terlepas dengan kondisibiofisik dan sosial ekonomi yang beragam antaradaerah hulu dan daerah hilir. Kondisi hulu DASSerayu yaitu Kabupaten Wonosobo danBanjarnegara yang didominasi lahan sayuranmenyebabkan lahan menjadi terdegradasi dantingginya tingkat erosi dan sedimentasi terutamaPLTA Mrica. Hal ini dikhawatirkan akanmenyebabkan krisis energi di daerah sekitarnya.Selain itu kondisi penduduk dengan tingkatkepadatan yang tinggi menyebabkan kerentananekonomi menjadi tinggi.

Pada daerah tengah dan hilir, DAS Serayurentan oleh erosi tebing karena adanyapenambangan pasir yang illegal. Selain itu daerahtengah dan hilir merupakan daerah yang rentanbanjir, karena kondisi lereng didominasi daerahdataran dan kelerengan kurang dari 2%, sertadaerah yang terpengaruh oleh pasang surut air lautserta pertemuan dengan sungai yang lebih besar.

Melihat hal tersebut diperlukan solusi untukpendekatan pengelolaan DAS. Salah satunya adalahadanya pengelolaan kolaboratif. Pengelolaankolaboratif atau collaborative management adalahsebuah bentuk resolusi konflik yang meng-akomodasikan sikap bekerjasama ( ) danassertive yang tinggi dengan tujuan mencapaisebuah ' ' (Wiyono, 2008). Yang perludibangun disini adalah adanya “partisipasi” yangmelibatkan semua “stakeholder” dalampengelolaan DAS. DAS Serayu yang merupakanDAS lintas kabupaten diperlukan peran provinsidalam hal ini adalah gubernur yang dapatmengkoordinir antar stakeholder. Tidak dipungkirisetiap stakeholder mempunyai kepentinganmasing-masing dan perbedaan pendapat. Olehkarena itu disinilah peran gubernur untukmensinergikan kepentingan masing-masingstakeholder tersebut. Beberapa permasalahanpengelolaan DAS perlu dipecahkan sesegeramungkin. Melihat dampak yang merugikantersebut maka diperlukan beberapa solusi yangharus dilakukan. Solusi tersebut diantaranya adalahdengan melakukan rehabilitasi lahan sepertimelakukan konservasi tanah baik sipil maupun

D. Collaborative Management

cooperative

win-win solution

Kerentanan Sosial Ekonomi dan Biofisik di DAS Serayu: Collaborative Management Nur Ainun Jariyah& Irfan Budi Pramono( )

154

teknis, melakukan penanaman (reboisasi danpenghijauan) dan peningkatan hasil pangan sepertipadi.

Konservasi dapat dilakukan dengan penanamankayu di lahan rentan (sepanjang DAS) misalnyapohon mahoni, jati emas, dsb. Di sektor perikanandilakukan dengan memelihara ikan lele, mujaer, niladsb. Di sektor peternakan misalnya denganmemelihara kambing, kerbau dan sapi. Kegiatan inibisa dilakukan di hulu DAS (Wonosobo danBanjarnegara) yang bertujuan agar pendapatanmasyarakat meningkat. Sedangkan di hilir DAS,seperti di Cilacap dan Banyumas prosespengelolaan barang mentah untuk menjadi industri.Bisa diciptakan rekayasa industri: kripik kentangdan pisang, sukun, kornet daging sapi dan kambingatau krupuk kulit kerbau, krupuk ikan, dsb. Semuakegiatan tersebut tidak dapat dilakukan sendiritetapi semuanya perlu peran instansi terkait danLSM serta akademisi sebagai fasilitator.

Jika pengelolaan secara kolaboratif ini berhasil,tentu saja akan memberikan implikasi yang sangatbesar bagi masyarakat secara umum. Secara biofisikketersediaan air menjadi kontinyu, hal ini akanmendukung usaha pangan karena air tersediasepanjang tahun. Kesejahteraan masyarakatmenjadi meningkat dengan meningkatnya usahapangan. Kegiatan ekonomi tidak terganggu, karenabencana banjir dan longsor mulai dapat dikurangi.Berhasilnya pengelolaan DAS secara kolaboratifakan menjadi bahan masukan bagi pemegangkebijakan untuk mengelola DAS denganmenggunakan metode .

1. Kerentanan ekonomi dan biofisik di DAS Serayumasuk dalam kategori rentan. Hal ini disebabkantidak maksimalnya pengelolaan DAS yang telahdilakukan selama ini. Pengelolaan DAS perludilakukan secara terintregasi antara Kabupatendan peran penting dan partisipasi Provinsi, LSM,akademisi atau lintas “stakeholder” agar lebihefektif dan efisien.

2. Pengelolaan DAS agar memberikan hasil yangmaksimal (menurunnya kerentanan sosialekonomi dan biofisik), maka “

management collaborative

tool Collaborative

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

KesimpulanA.

Management

tool“Collaborative management

” antara berbagai stakeholders perludisinergikan dan ditingkatkan.

3. Keberhasilan pengelolaan DAS dengan” akan memberikan

implikasi yang sangat banyak terhadapmasyarakat, karena secara umum kondisi DASmenjadi sehat.

Peran serta ulama, tokoh masyarakat, danpenyelenggara pemerintah (kantor BadanKependudukan dan Keluarga BerencanaNasional (BKKBN)) di setiap Kabupaten yangmenyangkut DAS Serayu (Wonosobo,Banjarnegara, Purbalingga, Banyumas danCilacap) perlu diaktifkan dan partisipasimasyarakat usia produktif didorong untukmemiliki dua anak yang berkualitas. Di sampingitu, pemerintah daerah memberikan 'insentif'ekonomi bagi pasangan produktif yangmempunyai anak dua, untuk gratis dari SDsampai perguruan tinggi. Kartu berobat danoperasi di RS gratis bagi pasangan yangmempunyai komitmen dan konsisten untuk duaanak.

2. Di samping, peran kantor Bupati dan Provinsi,LSM, akademisi dan masyarakat dalam urgensipengelolaan DAS yang berwawasan konservasi,ekonomi dan sosial serta ekologis untukmengembangkan kelestarian DAS sebagaisentral aktifitas ekonomi, konservasi dan eko-turisme.

3. Basis pertanian dapat dikelola denganbijaksana, yaitu tidak menimbulkan kerusakanalam yang merugikan manusia maka diperlukanadanya kebijakan atau aturan yang tegas, yaitulahan dengan kelerengan yang curam dilaranguntuk lahan pertanian. Begitu juga lahan dikawasan lindung perlu adanya pengawasanyang ketat dalam pengelolaan lahan; Diperlu-kan suatu kebijakan dan aturan yang tegasdalam mengatur pertanian yang ramahlingkungan. Untuk mengatasi aspek biofisikyang masuk dalam kategori rentan makadiperlukannya konservasi air yang memadaibaik secara vegetatif maupun sipil teknis danperbaikan saluran drainase yang memadai sertapembuatan tanggul-tanggul di kiri kanansungai.

B. Saran

1.

JURNAL Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol. 10 No. 3 September 2013, Hal. 141 - 156

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik. 2009a. Cilacap dalam Angkatahun 2009. BPS Cilacap. Cilacap.

________________. 2009b. Pendapatan RegionalKabupaten Cilacap Tahun 2009. BPSCilacap. Cilacap.

________________. 2009c. Banyumas dalamAngka tahun 2009. BPS Banyumas.Banyumas.

________________. 2009d. Purbalingga dalamAngka tahun 2009. BPS Purbalingga.Purbalingga.

________________. 2009e. Banjarnegara dalamAngka tahun 2009. BPS Banjarnegara.Banjarnegara.

________________. 2009f. Pendapatan RegionalKabupaten Banjarnegara Tahun 2009. BPSBanjarnegara. Banjarnegara.

________________. 2009g. Wonosobo dalamAngka tahun 2009. BPS Wonosobo.Wonosobo.

Becerra, E. H. 1995. Monitoring and Evaluation ofWa t e r s h e d M a n a g e m e n t P r o j e c tAchievements. FAO Conservation Guide 24.FAO. Rome.

Christian, C.S. and C.A. Stewart. 1968.Methodology of integrated surveys. In.Aerial Surveys Integrated Studies. Proc.UNESCO Conference on Principles andMethods of Integrating Aerial Surveys ofNatural Resources for Development, 21-25September 1964, Toulouse, France. p. 233-280.

Gunawan. 2008. Banjir Akibat Tak OptimalnyaPengelolaan DAS, Kata Para Pakar. 9 Januari2008. Online. .(diakses 8 Februari 2011).

Keputusan Menteri Kehutanan RepublikIndonesia. Nomor SK.328/Menhut-II/2009. Tentang Penetapan Daerah AliranSungai (DAS) dalam Rangka PembangunanJangka Mengengah (RPJM) Tahun 2010-2014.

Www.AntaraNews.com

Lampiran Peraturan Direktur Jenderal RehabilitasiLahan dan Perhutanan Sosial TentangPedoman Monitoring dan Evaluasi DaerahAliran Sungai No: P.04/V-SET/2009Tanggal : 05 Maret 2009 .

L a h a n K r i t i s 2 0 0 4 . h t t p : / / b p d a s -serayuopakprogo.dephut.go.id

Paimin, Sukresno dan Purwanto. 2006. SidikCepat Degradasi Sub Daerah Aliran Sungai(Sub DAS) . Pusa t pene l i t an danPengembangan Hutan dan KonservasiAlam. Badan Penelitian dan PengembanganKehutanan. Bogor.

Paimin, Sukresno, Tyas M Basuki, dan Purwanto.2002. Monitoring dan Evaluasi DaerahAliran Sungai Dalam Perspektif DiagnosaKesehatannya . Pros id ing SeminarMonitoring dan Evaluasi Pengelolaan DAS.Surakarta, 23 Desember 2002.

Paimin. 2009. Laporan Akhir Hasil PenelitianTahun 2003-2009. Usulan Kegiatan HasilPenelitian (UKP). Sistem KarakterisasiDaerah Aliran Sungai. Balai PenelitianKehutanan Solo. Departemen Kehutanan.

Peraturan Menteri Kehutanan Republik IndonesiaNomor: P.42/Menhut-II/2009, 26 Juni 2009tentang Pola Umum, Kriteria dan StandarPengelolaan Daerah Aliran Sungai Terpadu.

Rusdiana. Omo, Sudaryanto, I. Ichwandi, N.M.Arifjaya, Hendrayanto dan R. Soekmadi.2003. Hubungan Kerjasama Institusi DalamPengelolaan Daerah Aliran Sungai KasusDAS Ciliwung. Fakultas Kehutanan InstitutPertanian Bogor, Bogor.

Sanudin dan Bambang S. Antoko. 2007. KajianSosial Ekonomi Masyarakat di DAS Asahan,Sumatra Utara. Jurnal Penelitian Sosial danEkonomi Kehutanan. Vol 4 No.4 Desember2007, Hal 355-367.

Susilo, H. 2009. 35 DAS di Jateng Kritis. Kompas, 7April 2009.

Tim Peneliti BP2TPDAS-IBB. 2004. PedomanMonitoring Dan Evaluasi PengelolaanDaerah Aliran Sungai (edisi revisi 2004).BP2TPDAS- IBB Surakarta.

155Kerentanan Sosial Ekonomi dan Biofisik di DAS Serayu: Collaborative Management Nur Ainun Jariyah& Irfan Budi Pramono( )

Walker, J., D. Alexander, C. Irons, B. Jones, H.Penridge, and D. Rapport. 1996. CatchmentHealth Indicators : An Overview. In. J. Walkerand D. J. Reuter. Indicators of CacthmentHealth. A Technical perspective. CSIRO.Australia.

Www.IPB.ac.id. Pengelolaan DAS Citandui.Diakses 20 Februari 2013.

Www.Banjarnegarakab.go.id. Upaya MengatasiPermasalahan Lingkungan Hidup diKabupaten Banjarnegara (Khususnya diDAS Sungai Serayu). Diakses 23 Juli 2013.

Wiyono T. Putro, 2008, Pentingnya Partisipasi danPenguatan Kelembagaan Masyarakat dalamPengelolaan Hutan Jawa, Makalah KursusPengelolaan Hutan, DERAS TrainingCentre, Yogyakarta.

156JURNAL Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol. 10 No. 3 September 2013, Hal. 141 - 156