kelainan jantung kongenital

27
BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Konsep Dasar Medis 1. Anatomi-Fisiologi Jantung merupakan sebuah organ yang terdiri dari otot. Otot jantung merupakan jaringan istimewa karena kalau dilihat dari bentuk dan susunannya sama dengan otot serat lintang, tetapi cara bekerjanya menyerupai otot polos yaitu di luar kemauan kita (dipengaruhi oleh susunan saraf otonom). a. Bentuk Menyerupai jantung pisang, bagian atasnya tumpul (pangkal jantung) dan disebut juga basis kordis. Di sebelah bawah agak runcing yang disebut apeks kordis. b. Letak Di dalam rongga dada sebelah depan (kavum mediastinum anterior), seblah kiri bawah dari pertengahan rongga dada, di atas diafragma dan pangkalnya terdapat di belakang kiri antara kosta V dan VI dua jari di bawah papila mamae. Pada tempat ini teraba adanya pukulan jantung yang disebut iktus kordis. c. Ukuran 1

Upload: alfreed-richardson

Post on 29-Jun-2015

245 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: Kelainan Jantung Kongenital

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar Medis

1. Anatomi-Fisiologi

Jantung merupakan sebuah organ yang terdiri dari otot. Otot jantung

merupakan jaringan istimewa karena kalau dilihat dari bentuk dan susunannya

sama dengan otot serat lintang, tetapi cara bekerjanya menyerupai otot polos

yaitu di luar kemauan kita (dipengaruhi oleh susunan saraf otonom).

a. Bentuk

Menyerupai jantung pisang, bagian atasnya tumpul (pangkal jantung)

dan disebut juga basis kordis. Di sebelah bawah agak runcing yang disebut

apeks kordis.

b. Letak

Di dalam rongga dada sebelah depan (kavum mediastinum anterior),

seblah kiri bawah dari pertengahan rongga dada, di atas diafragma dan

pangkalnya terdapat di belakang kiri antara kosta V dan VI dua jari di bawah

papila mamae. Pada tempat ini teraba adanya pukulan jantung yang disebut

iktus kordis.

c. Ukuran

Lebih kurang sebesar genggaman tangan dan beratnya kira-kira 250-

300 gram.

d. Lapisan-lapisannya

1) Endokardium

Merupakan lapisan jantung yang terdapat di sebelah dalam sekali

yang terdiri dari jaringan endotel atau selaput lendir yang melapisi

permukaan rongga jantung.

1

Page 2: Kelainan Jantung Kongenital

2

2) Miokardium

Merupakan apisan inti dari jantung yang terdiri dari otot jantung,

otot jantung ini membentuk bundalan-bundalan otot yaitu :

a) Bundalan otot atria, yang terdapat di bagian kiri/kanan dan basis

kordis yang membentuk serambi atau aurikula kordis.

b) Bundalan otot ventrikuler, yang membentuk bilik janung yang

dimulai dari cincin atrioventrikuler sampai di apeks jantung.

c) Bundalan otot atrioventrikuler, yang merupakan dinding pemisah

antara serambi dan bilik jantung.

3) Perikardium

Lapisan jantung sebelah luar yang merupakan selaput

pembungkus, terdiri dari dua lapisan yaitu lapisan parietal dan viseral

yang bertemu di pangkal jantung yang membentuk kantung jantung.

Diantara kedua lapisan jantung ini terdapat terdapat lendir sebagi

pelicin untuk menjaga agar pergesekan antara perikardum pleura tidak

menimbulkan gangguan terhadap jantung.

Jantung bekerja selama kita masih hidup, karena itu

membutuhkan makanan yang dibawa oleh darah, pembuluh darah yang

terpenting dan memberikan darah untuk jantung dari aorta asendens

dinamakan arteri koronaria.

Jantung dipesarafi oleh nervus simpatikus/nervus akselerantis,

untuk menggiatkan kerja jantung dan Nervus parasimpatikus, khususnya

cabang dari nervus vagus yang bekerja memperlambat kerja jantung.

e. Pergerakan Jantung

Jantung dapat bergerak yaitu mengembang dan menguncup yang

disebabkan oleh karena adanya rangsangan yang berasal dari susunan saraf

otonom.

Page 3: Kelainan Jantung Kongenital

3

Rangsangan ini diterima oleh jantung pada simpul saraf yang terletak

pada atrium dekstra dekat masuknya vena cava yang disebut Nodus Sino

Atrial.

Dari sisi rangsangan akan diteruskan ke dinding atrium dan juga ke

bagian septum kordis oleh nodus atrio ventrikular atau simpul tawara melalui

berkas wenkebach.

Dari simpul tawara rangsangan akan melalui bundel atrio ventrikuler

(berkas his) dan pada bagian cincin yang terdapat antara atrium dan ventrikel

yang disebut anulus fibrosus, rangsangan akan terhenti kira-kira 1/10 detik.

Seterusnya rangsangan tersebut akan diteruskan ke dalam apeks

kordis dan melalui berkas purkinye disebarkan ke seluuh dinding ventrikel

dengan demikian jantung berkontraksi.

Dalam kerjanya jantung mempunyai tiga periode yaitu:

1) Periode kontraksi (periode sistole)

Suatu keadaan di mana jantung bagian ventrikel dalam keadaan

menguncup. Katup bikus dan trikuspidalis dalam keadaan tertutup valvula

semilunaris aorta dan valvula semilunaris arteri pulmonaris terbuka,

sehingga darah dari ventrikel dextra mengalir ke arteri pulmonalis masuk

ke paru-paru kiri dan kanan, sedangkan darah dari ventrikel sinistra

mengalir ke aorta kemudian diedarkan ke seluruh tubuh.

2) Periode dilatasi (periode diastole)

Suatu keadaan di mana jantung mengembang. Katup bikus dan

trikuspidalis terbuka, sehingga darah dari atrium sinistra masuk ventrikel

sinistra dan darah dari atrium dekstra masuk ke ventrikel dekstra.

Selanjutnya darah yang ada di paru-paru kiri dan kanan melalui vena

pulmoalis masuk ke atrium sinistra dan darah dari seluruh tubuh melalui

vena kava masuk ke atrium dekstra.

3) Periode istirahat

Yaitu waktu antara periode kontraksi dan dilatasi di mana jantung

berhenti kira-kira 1/10 detik. Pada waktu kita beristirahat jantung akan

menguncup sebanyak 70-80 kali/menit. Pada tiap-tiap kontriksi jantung

Page 4: Kelainan Jantung Kongenital

4

akan memindahkan darah ke aorta sebanyak 60-70 cc. Kalau kita bekerja

maka jantung maka akan lebih cepat berkontraksi sehingga darah lebih

banyak dialirkan ke seluruh tubuh.

Kerja jantung dapat diketahui dengan jalan memeriksa perjalanan

darah dalam arteri, oleh karena dinding arteri dan mengembang jika ke

dalamnya mengalir gelombang darah. Gelombang darah ini menimbulkan

denyutan pada arteri. Sesuai dengan kuncupnya jantung yang disebut

denyut nadi atau pulse. Baik buruknya dan teratur tidaknya denyut nadi

tergantung dari kembang kempisnya jantung.

2. Definisi

a. VSD adalah kelainan jantung berupa tidak sempurnanya penutupan dinding

pemisah antara kedua ventrikel sehingga darah dari ventrikel kiri ke kanan,

dan sebaliknya, umumnya kongenital dan merupakan kelainan jantung

bawaan yang paling sering ditemukan. (Kapita Selekta Kedokteran, 1982)

b. VSD adalah penyakit jantung kongenital atau penyakit jantung bawaan yang

merupakan sekumpulan malformasi struktur atau pembuluh darah besar yang

telah ada sejak lahir.(Price, A.S, 1995)

3. Etiologi

Pada sebagian besar kasus penyakit jantung kongenital penyebabnya

tidak diketahui. Lebih dari 90% kasus penyakit jantung kongenital adalah

multifaktorial. Faktor yang berpengaruh adalah :

a. Eksogen : berbagai jenis obat, penyakit ibu, pajanan

terhadap sinar X.

b. Endogen : penyakit genetik dan sindrom tertentu.

Sedangkan penyebab penyakit jantung didapat akan dipaparkan pada

masing-masing topik.

Page 5: Kelainan Jantung Kongenital

5

4. Patofisiologi

Ukuran fisik defeck adalah besar, tetapi bukan satu-satunya yang

menentukan besar shunt dari kiri ke kanan. Besar shunt juga ditentukan oleh

tingkat tahanan vaskuler pulmonal dibanding dengan tahanan vaskuler sistemik.

Bila ada komunikasi kecil (biasanya <0,5 cm2), defek disebut restriktif

(membatasi) dan tekanan ventrikel kanan normal. Tekanan yang lebih tinggi di

ventrikel kiri mendorong shunt dari kiri ke kanan; namun ukuran defek

membatasi besarnya shunt. Pada defek besar nonrestriktif (biasanya >1,0 cm2),

tekanan ventrikel kanan dan kiri seimbang. Pada defek ini, arah dan besar shnt

ditentukan oleh rasio tahanan vaskuler pulmonal terhadap sistemik.

Sesudah lahir, bila ada VSD besar, tahanan vaskuler pulmonal dapat lebih

tinggi dari pada normal dan dengan normal dan dengan demikian besar shunt dari

kiri ke kanan mungin terbatas. Karena tahanan vaskuler pulmonal menurun pada

beberapa minggu pertama sesudah lahir akibat penurunan normal media arteria

dan arteriol pulmonalis kecil, besar shunt dari kiri ke kanan bertambah. Akhirnya

menjadi shunt besar dari kiri ke kanan, dan gejala-gejala klinis menjadi tampak.

Pada kebanyakan kasus selama masa bayi awal tahanan vaskuler awal hanya

sedikit naik, dan sumbangan utama terhadap hipertensi pulmonal adalah aliran

darah pulmonal yang sangat besar. Pada beberapa penderita dengan VSD besar,

ketebalan medial arteriola pulmonal tetap bertambah. Dengan pemajanan terus

menerus bantalan vaskuler pulmonal pada tekanan sistolik yang tinggi dan aliran

yang tinggi, penyakit obstruktif vaskuler pulmonal mulai terjadi. Bila rasio

tahanan pulmonal terhadap sistemik mendekati 1:1, shunt menjadi dua arah,

tanda-tanda gagal jantung mereda, dan penderita menjadi sianosis. Penambahan

progresif tekanan pulmonal ini jarang ditemukan masa sekarang karena

hipertensi pulmonal yang berlangsung lama dicegah dengan intervensi bedah

awal pada penderita dengan VSD besar.

Besar shunt intrakardial biasanya biasanya digambarkan dengan rasio

aliran darah pulmonal terhadap sistemik. Jika shunt dari kiri ke kanan kecil (rasio

aliran pulmonal terhadap sistemik <1,75:1), ruangan-ruangan jantung tidak akan

Page 6: Kelainan Jantung Kongenital

6

menjadi cukup besar dan bantalan vaskuler pulmonal agaknya akan normal. Jika

shunt besar (rasio aliran >2,5:1), terjadi kelebihan beban volume atrium dan

ventrikel kiri, juga hipertensi ventrikel kanan dan arteria pulmonalis. Batang

arteria pulmonalis, atrium kiri dan ventrikel kiri membesar karena volume aliran

darah pulmonal besar.

(Nelson, 1999)

Page 7: Kelainan Jantung Kongenital

7

Patoflodiagram

Kelainan kongenital/multi faktor

Defeck pada septum interventrikuler

Shunt dari kiri ke kanan

Volume ventrikel kanan meningkat

Hipertensi ventrikel kanan dan arteri pulmonal

Volume aliran darah pulmonal meningkat

Beban atrium dan ventrikel kiri meningkat

Otot jantung bekerja keras

Shunt dari kanan ke kiri

Darah kaya CO2 dan O2 tercampur

Kebutuhan O2 jaringan tidak terpenuhi

Hipoksia jaringan : sianosis, dispnea

CO menurun

Payah jantung

Otot jantung mengalami kelelahan

Resti penurunan curah jantung

Resti dispneaIntoleransi

aktifitas

Kurang pengetahuan

Page 8: Kelainan Jantung Kongenital

8

5. Manifestasi klinis

a. VSD kecil

Biasanya asimtomatik. Jantung normal atau sedikit membesar dan

tidak ada gangguan tumbuh kembang. Bunyi jantung biasanya normal.

b. VSD sedang

Gejala timbul pada bayi berupa sesak nafas saat minum atau

memerlukan waktu lebih lama/tidak mampu menyelesaikan makan dan

minum, kenaikan berat badan tidak memuaskan, dan sering menderita infeksi

paru yang lama sembuhnya. Infeksi paru ini dapat mendahului terjadinya

gagal jantung yang mungkin terjadi pada umur 3 bulan. Bayi tampak kurus

dengan dispnea, takipnu, serta retraksi.

c. VSD besar

Gejala dapat timbul pada masa neonatus. Bayi sesak nafas saat

banyak beraktifitas, kadang tampak sianosis karena kekurngan oksigen akibat

gangguan pernafasan. Gangguan pertumbuhan sangat nyata.

6. Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan foto dada pasien dengan VSD kecil biasanya

memperlihatkan bentuk dan ukuran jantung yang normal dengan vaskularisasi

jantung yang normal atau hanya sedikit meningkat. Pada defek sedang terdapat

kardiomegali sedang dengan konus pulmonalis yang menonjol, peningkatan

vaskularisasi paru, serta pembesaran pembuluh darah di sekitar hilus. Pada defek

besar tampak kelainan yang lebih berat, dan defek besar dengan hipertensi

pulmonal atau sindrom Eisenmenger gambaran vaskularisasi paru meningkat di

daerah hilus namun berkurang di perifer.

Penilaian EKG pada bayi dan anak pada penyakit apapun harus dilakukan

dengan hati-hati karena nilai normal sangat bergantung pada umur pasien. Pada

bayi dan anak dengan defek kecil gambaran EKG sama sekali normal atau sedikit

tampak peningkatan aktifitas ventrikel kiri. Gambaran EKG pada neonatus

Page 9: Kelainan Jantung Kongenital

9

dengan defek sedang dan besar juga normal, namun pada bayii yang lebih besar

serta anak pada umurnya menunjukkan kelainan.

Pemeriksaan ekokardiografi, yang pada saat ini hanya dapat dilakukan di

tempat-tempat tertentu dengan tenaga ahli yang masih sangat terbatas, perlu

untuk menentukan letak serta letak ukuran defek septum ventrikel di samping

untuk menentuka kelainan penyerta.

Kateterisasi jantung dilakukan pada kasus VSD sedang atau besar untuk

menilai besarnya pirau yaitu perbandingan antara sirkulasi pulmonal dan sirkulasi

sistemik. Operasi harus dilakukan bila rasio tersebut sama dengan atau lebih

besar dari dua.

7. Penatalaksanaan

Pasien dengan defek kecil tidak memerlukan pengobatan apapun, kecuali

pemberian profilaksis terhadap terjadinya endokarditis infektif terutama bila akan

dilakukan tindakan operatif di daerah rongga mulut atau tindakan traktus

gastrointestinal/urogenital. Tidak diperlukan pembatasan aktifitas pada pasien

dengan defek kecil, namun perlu dipertimbangkan pada defek yang sedang dan

besar sesuai dengan derajat keluhanyang timbul. Gagal jantung dengan pasien

pada defek septum ventrikel sedang atau besar biasanya diatasi dengan digoksin.

Tidak semua pasien dengan VSD harus dioperasi. Tindakan operasi

terindikasi pada kasus-kasus dengan gejala klinik yang menonjol terutama pada

VSD besar atau sedang yang tidak mempunyai respons yang baik terhadap

pengobatan. Oleh karena itu diperlukan pemantauan klinis yang seksama dan

cermat terhadap pasien VSD sebelum mengirim pasien tersebut ke ahli bedah

jantung. Selain iu yang sangat penting adalah menjelaskan penjelasan yang benar

dan hati-hati kepada orang tua pasien mengenai perjalanan penyakit dan

komplikasi yang mungkin terjadi.

8. Komplikasi

a. Eisenmenger (“pulmonari vaskular disease”)

b. Stenosis infundibular

Page 10: Kelainan Jantung Kongenital

10

c. Aortic imcompetence

d. Endokarditis bakterial

B. Konsep Dasar Keperawatan

Pada tahap ini, penulis menguraikan secara teoritis tentang asuhan

keperawatan pada klien dengan kelainan jantung kongenital menggunakan metode

proses keperawatan yang terdiri dari lima langkah, yakni : pengkajian, diagnosa

keperawatan, intervensi, implementasi, dan evaluasi.

Konsep dasar keperawatan adalah suatu metode yang sistematis respon

manusia terhadap masalah-masalah kesehatan berhubungan dengan pasien, keluarga,

orang terdekat, atau masyarakat. Proses keperawatan mendokumentasikan distribusi

perawat dalam mengurangi atau mengatasi masalah-masalah pasien (Allen, VC,

1998).

1. Pengkajian

Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan

upaya untuk mengumpulkan data secara lengkap dan sistematis mulai dari

pengumpulan data, identifikasi, dan evaluasi status kesehatan klien (Nursalam,

2001)

Rencana asuhan keperawatan pedoman dan perencanaan dan

pendokumentasian tujuan perawatan pasien (Doenges, 1999), dasar data

pengkajian pasien adalah :

a. Aktifitas/istirahat

1) Gejala : kelemahan/kelelahan,

dispnea karena kerja

2) Tanda : takikardi, gangguan pada

tekanan darah, takipnea,

apnea

b. Sirkulasi

1) Gejala : kondisi kongenital

ventrikuler septal, riwayat murmur

jantung, batuk dengan/tanpa produksi sputum.

Page 11: Kelainan Jantung Kongenital

11

2) Tanda : warna/sianosis ; kulit

hangat, lembab dan kemerahan

c. Integritas Ego

Gejala : tanda kecemasan, contoh gelisah, pucat, berkeringat,

fokus menyempit, gemetar.

d. Makanan/Cairan

1) Gejala : perubahan berat badan

2) Tanda : pernapasan payah dan

bising dengan terdengar krekels

dan mengi.

e. Neurosensori

Gejala : episode pusing/pingsan berkenaan dengan aktifitas

f. Nyeri/kenyamanan

Gejala : nyeri dada, angina, nyeri dada non-angina/tidak khas

g. Pernafasan

1) Gejala : dispnea saat aktifitas,

batuk menetap atau nokturnal

sputum mungkin tidak efektif.

2) Tanda : takipnea, bunyi napas

adventisius (krekels dan mengi)

h. Keamanan

Gejala : proses infeksi/sepsis

i. Penyuluhan/pembelajaran

Gejala : penggunaan obat IV (terlarang) baru/kronis.

Pertimbangan rencana pemulangan: bantuan dengan kebutuhan perawatan

diri, perubahan dalam terapi obat.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang respon individu,

keluarga atau komunitas terhadap komunitas kesehatan/proses kehidupan yang

aktual/potensial (Allen, VC., 1998)

Page 12: Kelainan Jantung Kongenital

12

Diagnosa keperawatan adalah masalah kesehatan aktual dan potensial

dimana berdasarkan pendidikan dan pengalaman dia mampu dan mempunyai

kewenangan memberikan tindakan keperawatan. (Nursalam, 2001)

Untuk menyusun prioritas masalah penulis mengacu pada hirarki

Abraham Maslow, yaitu :

Aktualisasi diri

Harga diri

Mencintai dan dicintai

Rasa aman dan nyaman

Kebutuhan fisiologis O2, CO2, elektrolit, makanan.

Keterangan :

1. Kebutuhan Fisiologi

Contoh : O2, CO2, elektrolit, makanan, seks

2. Rasa aman dan nyaman

Contoh : Merasa aman tinggal di rumah sakit dan merasa dilindungi oleh

perawat serta merasa nyaman dengan pelayanan perawat.

Page 13: Kelainan Jantung Kongenital

13

3. Mencintai dan dicintai

Contoh : Kasih sayang, mencintai dan dicintai

4. Harga diri

Contoh : Merasa dihargai dan diterima dalam lingkungan masyarakat

5. Aktualisasi diri

Contoh : Ingin diakui, berhasil, dan menonjol.

(Smeltzer dan Bare, 2000)

Menurut Doenges (1999), diagnosa keperawatan yang muncul pada klien

dengan kelainan jantung kongenital adalah sebagai berikut :

a. Menurunnya curah jantung b.d perubahan struktural kelainan katup

kongenital ventrikel septal defeck. (Nelson, 1999)

b. Resiko tinggi dispnea b.d penurunan kapasitas oksigen dalam darah

(Doenges, 1999)

c. Intoleran aktifitas b.d ketidakseimbangan antara O2 suplai dengan O2

consumtion. (Doenges, 1999)

d. Kurang pengetahuan tentang penyakit b.d kurang informasi. (Doenges, 1999)

3. Intervensi Keperawatan

Perencanaan keperawatan menurut Doenges (1999) adalah :

a. Menurunnya curah jantung b.d perubahan struktural kelainan katup

Tujuan : menujukkan tanda-tanda vital dalam batas yang dapat

diterima

Kriteria hasil :

1) Melaporkan penurunan episode dispnea.

2) Mendemonstrasikan pola peningkatan toleransi aktifitas.

Intervensi :

1) Kaji frekuensi dan irama jantung

Page 14: Kelainan Jantung Kongenital

14

Rasional : biasanya terjadi takikardi. (Doenges, 1999)

2) Kaji kulit terhadap pucat dan sianosis

Rasional : pucat menunjukkan penurunan perfusi perifer sekunder

terhadap curah jantung yang tidak adekuat. (Doenges,

1999)

3) Palpasi nadi perifer

Rasional : penurunan curah jantung dapat menunjukkan

menurunnya nadi radial, popliteal, dorsalis pedis, dan

postibial. (Doenges, 1999)

4) Berikan oksigen tambahan dengan kanula nasal/masker sesuai indikasi

Rasional : meningkatkan sediaan oksigen untuk kebutuhan

miocard untuk melawan efek hipoksia/iskemia.

(Doenges, 1999)

b. Resiko tinggi terhadap dispnea b.d penurunan kapasitas oksigen dalam darah

Tujuan : mempertahankan pola napas efektif mengurangi resiko

sianosis dan gejala lain dari hipoksia

Kriteria hasil :

1) Melaporkan adanya penurunan dispnea

2) Saturasi oksigen terkontrol dalam batas yang bisa diterima

Intervensi :

1) Evaluasi frekuensi pernapasan dan kedalaman. Catat upaya pernapasan,

contohnya adanya dispnea.

Rasioal : respons klien berfariasi. Kecepatan dan upaya mungkin

meningkat karena penurunan kapasitas oksigen dalam

darah. (Doenges, 1999)

2) Auskultasi bunyi napas. Catat area yang menurun/tak ada bunyi napas

dan adanya bunyi tambahan.

Rasional : bunyi napas bisa berpengaruh selama sirkulasi

terganggu oleh kadar oksigen yang menurun. (Doenges,

1999)

3) Lihat kulit dan membran mukosa untuk adanya sianosis.

Page 15: Kelainan Jantung Kongenital

15

Rasional : sianosis bibir, kuku, daun telinga, atau keabu-abuan

umum menunjukkan kondisi hipoksia sehubungan

dengan pengaruh fungsi ventrikel jantung atau

komplikasi paru. (Doenges, 1999)

4) Selidiki/lapor distress pernapasan, penurunan/tak ada bunyi napas, atau

takikardi

Rasional : observasi dan menyelidiki distress pernapasan serta

penurunan bunyi napas/takikardi adalah upaya untuk

mempertahankan fungsi pernapasan. (Doenges, 1999)

5) Berkan tambahan oksigen dengan kanula atau masker sesua indikasi.

Rasional : meningkatkan pengiriman oksigen ke paru untuk

kebutuhan sirkulasi, khususnya pada adanya

penurunan/gangguan ventilasi. (Doenges, 1999)

c. Intoleran aktifitas b.d ketidakseimbangan antara O2 suplai dengan O2

consumtion.

Tujuan : menunjukkan peningkatan yang dapat diukur dalam

toleransi aktifitas.

Kriteria hasil :

1) Mengidentifkasi faktor yang mempengaruhi toleransi aktifitas

2) Penurunan toleransi aktifitas dapat diidentifikasikan dengan efek negatif

Intervensi :

1) Kaji toleransi pasien terhadap aktifitas, dispnea, dan kelemahan

Rasional : parameter menunjukkan respon fisiologis pasien

terhadap stress aktivitas dan indikator derajat pengaruh

kelebihan kerja jantung

2) Kaji kemampuan melakukan aktifitas

Rasional : Stabilitas fisiologis pada istirahat penting untuk

memajukan tingkat aktivitas individual. (Doenges,

1999)

3) Berikan bantuan sesuai kebutuhan

Rasioal : Teknik penghematan energi menurunkan penggunaan

Page 16: Kelainan Jantung Kongenital

16

energi dan membantu keseimbangan dan suplai oksigen.

(Doenges, 1999)

4) Dorong pasien untuk memilih periode aktifitas.

Rasional : meningkatkan toleransi terhadap kemajuan aktivitas.

(Doenges, 1999)

d. Kurang pengetahuan tentang penyakit b.d kurang informasi

Tujuan : klien beserta keluarga menyatakan pemahaman

mengenai proses penyakit, program pengobatan, dan

potensial komplikasi.

Kriteria hasil :

1) Mengidentifikasi perilaku/perubahan pola hidup untuk mencegah

komplikasi.

2) Mengenali kebutuhan untuk kerja sama dan mengikuti perawatan.

Intervensi :

1) Kaji tingkat pengetahuan klien/orang terdekat dan kemampuan/keingian

untuk belajar.

Rasional : menguatkan harapan bahwa ini akan menjadi

‘pengalaman belajar’. Mengidentifikasi secara verbal

kesalahpahaman dan memberikan penjelasan. (Doenges,

1999)

2) Jelaskan rasional pengobatan, dosis, efek samping, dan pentingnya

minum obat sesuai resep.

Rasional : dapat meningkatkan kerja sama dengan terapi obat dan

mencegah penghentian sendiri pada obat atau interaksi

obat yang merugikan. (Doenges, 1999)

3) Tekankan pentingnya menginformasikan pada pemberi perawatan adanya

pingsan karena aktivitas.

Rasional : ini toleransi indikasi terhadap aktivitas yang

berhubungan memburuknya disfungsi katup. (Doenges,

Page 17: Kelainan Jantung Kongenital

17

1999)

4) Diskusikan fungsi jantung normal. Meliputi informasi sehubungan

dengan perbedaan klien dari fungsi normal.

Rasional : pengetahuan proses penyakit dan harapan dapat

memudahkan ketaatan pada program pengobatan.

(Doenges, 1999)

5) Diskusikan pentingnya menjadi seaktif mungkin tanpa menjadi kelelahan,

dan istirahat di antara aktifitas.

Rasional : aktifitas fisik berlebihan dapat berlanjut menjadi

kelemahan jantung. (Doenges, 1999)

4. Perencanaan Pulang

a. Klien dan keluarga mentaati program pengobatan di rumah dengan meminum

obat-obat yang telah diberikan, hal ini untuk menghindari adanya komplikasi,

misalnya klien telah diberikan antibiotik, namun klien tidak meminum obat

tersebut hingga tuntas, obat antibiotik harus diminum sampai tuntas agar

bakteri tidak resisten. Anak dengan kelainan jantung bawaan sangat rentan

terhadap penyakit, maka diberikan terapi antibiotik.

b. Klien jangan sampai menangis kuat atau melakukan aktivitas yang banyak

menguras tenaga. Menangis kuat dan aktifitas yang melelahkan banyak

membuang energi dan dapat membuat klien sesak nafas dan tubuh menjadi

biru.

c. Apabila timbul tanda dan gejala, klien harus segera dibawa ke petugas

kesehatan atau puskesmas setempat untuk mendapat pertolongan secepatnya

dari petugas.

d. Apabila defeck (lubang pada septal ventrikel) cukup besar, sebaiknya

dilakukan tindakan operasi di rumah sakit yang bisa melakukan bedah

jantung untuk penutupan defeck secara sempurna.

Page 18: Kelainan Jantung Kongenital

18