kejang yang disebabkan oleh ketidakseimbangan elektrolit
DESCRIPTION
kejangTRANSCRIPT
KEJANG YANG DISEBABKAN OLEH KETIDAKSEIMBANGAN
ELEKTROLIT
Manifestasi klinis ketidakseimbangan elektrolit pada susunan saraf pusat
dapat bermacam-macam. Secara umum yang terjadi adalah gangguan
fungsional pada otak, dan, setidaknya pada awalnya, secara umum tidak
berhubungan dengan perubahan morfologik pada jaringan otak. Oleh karena
gejala neurologis dari gangguan elektrolit secara umum lebih mengarah pada
fungsional daripada struktural, manifestasi neurologis gangguan elektrolit
adalah reversibel. Akan tetapi, oleh karena disfungsi fungsional seperti kejang
dapat memicu terjadinya perubahan struktural, maka penting dilakukannya
terapi atas gangguan yang mendasari sebelum proses patologis ini menjadi
irreversibel atau permanen.
Gejala utama dari depresi neuronal susunan saraf pusat dan ensefalopati
adalah perasaan bingung dan gangguan kognitif ringan. Gejala ini dapat
disertai dengan sakit kepala, letargi, kelemahan, tremor, dan lain-lain,
biasanya tanpa tanda-tanda kelainan lokal pada otak atau kelainan pada
nervus cranialis.
Ketidakseimbangan elektrolit sering menyebabkan kejang (Tabel 1).
Kejang biasa terjadi pada pasien dengan kelainan kadar natrium,
hipokalsemia, dan hipomagnesemia. Pada kasus tertentu, kejang yang terjadi
biasanya adalah kejang umum yang bersifat tonik-klonik, meskipun kejang
parsial atau kejang tipe lain dapat terjadi. Pada semua kasus, abnormalitas
kadar elektrolit yang berubah secara mendadak lebih sering menyebabkan
kejang daripada perubahan yang bersifat perlahan atau bertahap. Untuk alasan
inilah, tidak diperbolehkan koreksi level elektrolit absolut diatas atau dibawah
level dimana kejang biasanya terjadi.
Abnormalitas
elektrolit
Tingkat keseringan
yang muncul
Tingkat keseringan
terjadinya kejang pada
ketidakseimbangan yang
akut atau berat
Hiponatremia +++ ++
Hipernatremia ++ ++/+
Hipokalsemia + ++/+
Hiperkalsemia ++ +
Hipomagnesemia ++ ++/+
Hipokalemia +++ -
Hiperkalemia ++ -
+++:sering, ++:kadang-kadang, +:jarang, -:tidak pernah
Tabel 1: Abnormalitas elektrolit dan kejang pada praktik klinis.3
Diagnosis yang tepat dari kejang akibat abnormalitas elektrolit dimulai
dengan evaluasi kimiawi serum yang lengkap, termasuk pengukuran elektrolit
serum, khususnya natrium, kalsium, dan magnesium. Pemeriksaan ini harus
selalu menyertai diagnosis awal yang ditetapkan pada pasien dewasa dengan
kejang yang pertama kali. Pemeriksaan elektrolit penting dilakukan pada
kondisi tersebut, sama pentingnya dilakukan pada pasien usia tua yang
seringkali mengalami gangguan metabolik, seperti hiponatremia atau
hipoglikemia. Antara 15-30% kejang simptomatis akut yang terjadi pada
pasien dikarenakan oleh gangguan atau toksikasi metabolik. Selanjutnya,
identifikasi dan koreksi terhadap ketidakseimbangan elektrolit yang
menyebabkan kejang sangat diperlukan untuk mengurangi morbiditas dan
mortalitas akibat hal tersebut. Suatu penelitian melaporkan, pada 375 kasus
dewasa dengan Status Epileptikus (SE), 10% darinya memiliki kelainan
metabolik sebagai penyebab utama kejang yang terjadi, dan pada 10% pasien
ini, angka mortalitas yang dilaporkan mencapai 40%.
Terapi kejang akibat ketidakseimbangan elektrolit dibedakan menurut
penyebab yang mendasarinya, dan harus didukung dengan pemeriksaan
lainnya. Pada sebagian besar kasus ketidakseimbangan elektrolit, terapi
dengan antikonvulsan (Anti Epileptic Drug) tidak dibutuhkan selama
penyebab yang mendasarinya diperbaiki. Pemberian AED jangka panjang
tidak diperlukan. Sebagaimana yang telah diketahui bahwa pemberian AED
itu sendiri secara umum tidak efektif untuk menangani kejang jika
ketidakseimbangan elektrolit masih didapatkan dan belum dikoreksi.
Hiponatremia :
Manifestasi dari hiponatremia hipotonik berkaitan erat dengan
disfungsi SSP dan lebih mencolok ketika penurunan konsentrasi
natrium serum cukup besar atau terjadi dengan cepat (dalam hitungan
jam). Secara umum, gejala hiponatremia akan sebanding dengan
keparahan edema serebral. Hiponatremia kronis kurang memiliki
kecenderungan untul menginduksi gejala-gejala tersebut; kira-kira
setengah dari pasien dengan hiponatremia kronis tidak menimbulkan
gejala atau asimtomatik, bahkan dengan konsentrasi natrium serum
kurang dari 125 mEq / L. Gejala yang ada jarang timbul sampai kadar
natrium serum kurang dari 120 mEq / L dan biasanya lebih
berhubungan dengan nilai sekitar 110 mEq / L atau lebih rendah dari
itu. Usia anak-anak memiliki risiko tinggi terjadinya hiponatremia
simtomatik, oleh karena mereka memiliki rasio ukuran otak-cranium
yang lebih besar.
Komplikasi hiponatremia yang parah dan berkembang pesat
meliputi kejang, biasanya tonik-klonik umum. Kejang umumnya
terjadi jika konsentrasi natrium plasma menurun secara cepat sampai
<115 mEq / L, kejang timbul sebagai suatu tanda adanya perburukan
sekaligus juga sebagai kedaruratan medis, karena mereka terkait
dengan angka mortalitas yang tinggi. Suatu peningkatan konsentrasi
natrium serum yang relatif kecil (sekitar hanya 5%) dapat mengurangi
edema serebral; kejang yang disebabkan oleh hiponatremia bisa
dihentikan dengan peningkatan cepat konsentrasi natrium serum
dengan rata-rata hanya 3 – 7mEq / L. Peningkatan dalam fungsi
neurologis terkait dengan hiponatremia mungkin membutuhkan
beberapa hari setelah dilakukannya koreksi terhadap kelainan
elektrolit, terutama pada pasien yang lebih tua.
Hipernatremia :
Sama seperti hiponatremia, gejala hipernatremia yang utama
adalah gejala neurologis dan terutama terkait dengan tingkat di mana
natrium serum meningkat. Hipernatremia kronis kemungkinan kurang
menginduksi gejala-gejala neurologis daripada hipernatremia akut.
Peningkatan nilai natrium secara perlahan hingga mencapai kadar
setinggi 170 mEq/L, sering ditoleransi dengan baik. Gejala yang parah
biasanya memerlukan peningkatan akut konsentrasi natrium plasma >
158-160mEq/L (dalam hitungan jam). Nilai >180 mEq/L berhubungan
dengan tingkat kematian yang tinggi, terutama pada orang dewasa.
Penyusutan otak yang disebabkan oleh hipernatremia dapat
menyebabkan rupturnya pembuluh darah otak, dengan perdarahan
intraserebral dan subarachnoid fokal, yang kemudian dapat
memprovokasi kejang. Pada bayi hipernatremik, kejang-kejang
biasanya tidak ada, kecuali dalam kasus pemberian natrium loading
atau rehidrasi agresif yang kurang hati-hati.
Meskipun pemberian natrium yang cepat dapat menyebabkan
kejang, kejang lebih sering ditemukan selama koreksi yang cepat dari
hipernatremia. Pada pasien dengan hipernatremia berkepanjangan,
edema serebral mungkin muncul ketika osmolalitas dinormalkan
secara tiba-tiba; koreksi ini dapat menyebabkan kejang, koma, dan
kematian. Kejang terjadi pada ≤ 40% pasien dengan hipernatremia
berat yang diberi cairan infus hipotonik secara cepat.
Hipokalsemia :
Gejala-gejala hipokalsemia dipengaruhi oleh derajat
hipokalsemia dan kecepatan penurunan konsentrasi kalsium terionisasi
dalam serum. Hipokalsemia akut terutama akan meningkatkan
eksitabilitas neuromuskular dan terjadinya tetani. Pada SSP,
manifestasi hipokalsemia akut yang biasa didapatkan adalah kejang
dan perubahan status mental. Kejang tonik-klonik umum, motorik
fokal, dan (lebih jarang) atipikal atau akinetik dapat terjadi pada
hipokalsemia dan mungkin satu-satunya gejala yang muncul. Status
epileptikus nonkonvulsif yang disebabkan karena hipokalsemia juga
telah dilaporkan. Kejang dapat terjadi tanpa tetani otot pada pasien
dengan hipokalsemia. Kejang terjadi pada 20-25% pasien dengan
hipokalsemia akut sebagai kondisi darurat medis, dan pada 30-70%
dari pasien dengan hipoparatiroidisme simptomatik.
Hipomagnesia
Hypomagnesemia didefinisikan sebagai konsentrasi magnesium
plasma <1,6 mEq/L (<1,9 mg/dl). Magnesium direkomendasikan sebagai
antikonvulsan pada preeklampsia dan eklampsia. Penghambatan N-metil-D
aspartat (NMDA) reseptor glutamat dan meningkatnya produksi
prostaglandin vasodilator dalam otak dapat menjelaskan mekanisme
antikonvulsan dari magnesium. Selain itu, magnesium berfungsi untuk
menstabilkan membran saraf.Gejala tidak muncul kecuali Mg2+ menurun
hingga < 1,2mg/dl, dan mereka mungkin tidak berkorelasi baik dengan
level Mg2+ terionisasi serum. Temuan klinis primer adalah iritabilitas
neuromuskuler, hipereksitabilitas SSP, dan aritmia jantung. Kejang,
biasanya tonik klonik umum, dapat terjadi pada neonatus dan orang
dewasa yang berhubungan dengan hipomagnesemia parah, pada tingkat <1
mEq/L.
Purwandi, Dwi Iwing. 2011. Kejang dan Gangguan Elektrolit. Fakultas
Kedokteran Universitas Sebelas Maret. Surakarta.