keefektipan model rekonstruksi kognitif dan teknik-teknik kooperatif gi, murder, dan stad dalam.doc
DESCRIPTION
icasTRANSCRIPT
KEEFEKTIPAN MODEL REKONSTRUKSI KOGNITIF DAN TEKNIK-TEKNIK KOOPERATIF GI, MURDER, DAN STAD DALAM
PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA
I Wayan Santyasa, Nyoman Subratha, I N P SuwindraJurusan Pendidikan Fisika FPMIPA IKIP Negeri Singaraja
AbstrakPenelitian ini bertujuan: (1) menganalisis secara deskriptif keefektifan Model
Rekonstruksi Kognitif (MRK) terhadap perubahan miskonsepsi siswa dalam pembelajaran fisika, (2) menjelaskan perbedaan hasil belajar siswa antara kelompok MRK dan Model Pembelajaran Linear (MPL), (3) menjelaskan perbedaan hasil belajar siswa antar seting pembelajaran Group Investigation (GI), MURDER (MDR), dan STAD (STD), (4) menganalisis keefektifan interaktif antara model dan seting pembelajaran terhadap hasil belajar, (5) menganalisis hubungan kausal antar variabel-variabel yang membangun MRK yaitu: pengetahuan awal, motivasi berprestasi, pesan pembelajaran, dan hasil belajar fisika.
Penelitian ini adalah jenis eksperimen kuasi versi faktorial 32 dengan model unequivalence pretest-posttest control group design. Populasi penelitian adalah 12 kelas siswa kelas I dari 4 SMAN di kota Singaraja semester II th. pelajaran 2002/2003. Berdasarkan teknik random kelompok bertahap, terpilih SMAN 3 Singaraja melaksanakan MRK dengan seting GI kelas I-4, MDR kelas I-3, dan STD kelas I-2 dan SMAN 4 melaksanakan MPL dengan seting GI kelas I-1, MDR kelas I-3, dan STD kelas I-2. Instrumen yang digunakan adalah tes hasil belajar fisika, angket persepsi, dan angket motivasi. Instrumen tes hasil belajar yang tersusun atas 12 butir tes pemahan konsep (internal consistency: r = 0,27 s.d r = 0,62, dan = 0,65) dan 13 butir tes aplikasi dan analisis konsep (internal consistency: r = 0,28 s.d r = 0,60, dan = 0,72) digunakan untuk mengunpulkan data pengetahuan awal dan hasil belajar siswa. Tes pemahaman konsep digunakan untuk menjaring miskonsepsi siswa. Angket persepsi terdiri dari 25 butir (internal consistency: r = 0,36 s.d r = 0,66, dan = 0,88) digunakan untuk mengumpulkan data persepsi siswa terhadap pesan pembelajaran dan angket motivasi (internal consistency: r = 0,34 s.d r = 0,68, dan = 0,92) digunakan untuk mengumpulkan data motivasi berprestasi siswa. Analisis data dilakukan dengan statistik deskriptif, analisis kovarian, dan analisis jalur. Teknik analisis menggunakan program SPSS 10.0 FW dengan pengujian hipotesis dilakukan pada taraf signifikansi 5%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) terungkap delapan tipe miskonsepsi dengan persentase siswa kelompok MRK berkurang dari 31,55% sebelum eksperimen menjadi 11,55% setelah eksperimen, sedangkan persepstase miskonsepsi siswa kelompok MPL berubah dari 25,51% menjadi 26,95%. (2) Terdapat perbedaan hasil belajar siswa antara kelompok MRK dan MPL (F = 255,031 dengan p<0,01), hasil belajar kelompok MRK lebih tinggi dibandingkan dengan MPL, (3) Terdapat perbedaan hasil belajar antar seting GI, MDR, dan STD (F = 7,756 dengan p<0,01), hasil belajar seting GI paling tinggi, disusul MDR kemudian STD. (4) Terdapat keefektifan interaktif antara model dan seting pembelajaran terhadap hasil belajar fisika (F = 4,716 dengan p<0,05). (5) Terdapat hubungan kausal antara pengetahuan awal, persepsi siswa terhadap pesan pembelajaran, motivasi berprestasi, dan hasil belajar fisika (F = 60,015 dengan p<0,01). Secara bersama-sama varian ketiga prediktor dapat menjelaskan varian hasil belajar fisika sebesar 69,0%, dengan sumbangan efektif masing-masing adalah: pengetahuan awal 25,31%, persepsi siswa terhadap pesan pembelajaran 34,63%, dan motivasi berprestasi 8,96%.
Kata-kata kunci: pembelajaran—model rekonstruksi—hasil belajar
1
Abstract
The purposis of this research were to: (1) analys an effectiveness of cognitive reconstruction model (CRM) descriptibely to students’ misconception change in physics instruction, (2) explain studnts’ achievement difference between the CRM and linear instruction model (LIM), (3) explain studnts’ achievement difference among group investigation, mood-understand-recall-detect-elaborate-review (MURDER), students-team achievement division (STAD) isntruction settings, (4) anlys an interactive effectiveness between the models and the settings to students’ achievement, (5) analys acausal realtion among the CRM variables, namely: prior knowledge, achievement motivation, instruction massage, and students’ achievement.
This research was a quasi experiemntal in factorial 32 version with unequivalence pretest-posttest control group design. The population were 12 classes of first grade students of four SMAN in Singaraja cotage in semester II in the academic years 202/2003. Based on a cluster random technique, there were selected SMAN 3 Singaraja conducted the CRM and I-4, I-3, and I-2 in the setting GI, MURDER,and STAD respectively, while SMAN 4 conduted the LIM and I-1, I-3, and I-2 conducted the setting GI, MURDER,and STAD respectively. A chievement test, perception and achievement motivation questionnaires were instruments in this research. The first instrument consisted of 12 concept understanding items (internal consistency: r = 0.27 s.d r = 0.62, dan = 0.65) and 13 concept application and anlysis items (internal consistency: r = 0.28 s.d r = 0.60, dan = 0.72) were used to colect the students’ prior knowledge and achievement. To explore the students’ misconception, the concept undestanding test was used. The second instrument consisted of 25 items (internal consistency: r = 0.36 s.d r = 0.66, dan = 0.88) was used to collect the students’ perception to the instruction massage To collect the students’ motivation, the third instrument (internal consistency: r = 0.34 s.d r = 0.68, dan = 0.92) was used. To analys the data, the descriptive analysis, the analysis of covariance, and the path analysis were used. Analysis technique used the SPSS 10.0 FW program. To test the hypothesis, a 5.0% of significance level was used.
The results of the study showed that: (1) there were eight misconception types which were the CRM group percentage were underwet of 31.55% befor to 11.55% after experiment, while the LIM group event change of 25.51% to 26.95%. (2) There was a deferent of the students’ achievement between RCM and LIM groups (F = 255.031; p<0.01), the RCM groups achiement was higher than the LIM groups. (3) There was a deferent of the students’ achievement among the GI, MURDER, and STAD groups (F = 7.756; p<0.01), the order of the achievement from highest to lower were achieved by GI, MURDER, dan STAD respectively.(4) There was an interactive effectiveness between the models and the settings to the students’ achievement (F = 4.716; p<0.05). (5) There were causal relations among the prior knowledge, students’ perception to instruction massage, achievement motivation, and students’ achievement (F = 60.015; p<0.01). The achievent variance can be explained of 69.0% by the predictors variances collectively. The effective contribution of each predictor was 25.31%, 34.63, and 8.96% by the prior knowledge, students’ perception, and motivation respectively.
Key words: instruction—reconstruction model—achievement
2
1. PENDAHULUAN
Model rekonstruksi kognitif (MRK) dibangun oleh variabel-variabel pengetahuan
awal siswa, motivasi belajar, interaksi sosial, dan pesan pembelajaran. Pengetahuan awal
merupakan spring board bagi siswa untuk mencapai hasil belajar yang lebih baik (Brook &
Brook, 1993). Dochy (1996) menyimpulkan bahwa pengetahuan awal dan miskonsepsi siswa
berkontribusi signifikan terhadap skor-skor pascates. Dia menemukan bahwa skor-skor
pascates dapat dijelaskan oleh skor-skor pengetahuan awal sebesar 50%. Motivasi berprestasi
muncul dari dalam diri siswa dalam bentuk motivasi intrinsik. Menurut Dole & Sinatra
(1998), motivasi berprestasi merupakan tonggak bagi siswa untuk memperbaiki prakonsepsi
yang berlabel miskonsepsi. Interaksi sosial mendasarkan diri pada paradigma peer mediated
instruction dalam bentuk pembelajaran kooperatif. Interaksi sosial yang terjadi dalam
pembelajaran kooperatif sangat mendukung pembentukan makna dalam belajar dalam rangka
pengkonstruksian pengetahuan melalui curah pendapat antar siswa. Costa (1999:27)
menyatakan meaning making is not just an individual operation, the individual interacts with
others to construct shared knowledge. Pesan pembelajaran terkemas dalam teks sangkalan
yang sarat dengan proses-proses sangkalan. Wright dan Govindarajan (dalam Lynch et al.,
2001) menyatakan bahwa penggunaan sangkalan dalam pengajaran konsep-konsep fisika
memberi peluang kepada siswa untuk mengembangkan pengetahuan dan pemahaman
konseptual secara lebih bermakna, keterampilan-keterampilan kognitif secara bebas,
pemikiran kreatif dan kritis, rasa percaya diri dalam menerapkan pengetahuan untuk
memecahkan masalah dan pengambilan keputusan dalam lingkungan yang senantiasa
berubah. Pengetahuan awal, motivasi berprestasi, interaksi sosial, dan pesan pembelajaran
secara bersinergi membangun MRK.
Permasalahan-permasalahan yang akan dicarikan solusinya dalam penelitian ini antara
lain: (1) bagaimana profil miskonsepsi siswa sebelum dan setelah pembelajaran? (2) apakah
terdapat perbedaan keefektifan antara MRK dan pembelajaran linier (MPL) dalam pencapaian
hasil belajar fisika? (3) apakah terdapat perbedaan keefektifan antar kelompok-kelompok
Group Investigation (GI), MURDER (MDR), dan STAD (STD) dalam pencapaian hasil
belajar fisika? (4) apakah terdapat pengaruh interaktif antara model dan seting pembelajaran
dalam pencapaian hasil belajar fisika? (5) apakah terdapat hubungan kausal antar variabel-
variabel pengetahuan awal, motivasi berprestasi, pesan pembelajaran, dan hasil belajar ?
3
Penelitian ini bertujuan: (1) mendeskripsikan miskonsepsi-miskonsepsi siswa, (2)
menjelaskan perbedaan hasil belajar siswa antara kelompok MRK dan MPL, (3) menjelaskan
perbedaan hasil belajar siswa antar seting pembelajaran GI, MDR, dan STD, (4) menganalisis
keefektifan interaktif antara model dan seting pembelajaran terhadap hasil belajar, (5)
menganalisis hubungan kausal antar variabel-variabel yang membangun MRK yaitu:
pengetahuan awal, motivasi berprestasi, pesan pembelajaran, dan hasil belajar fisika.
Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut. Pertama, hasil eksplorasi pengetahuan
awal dan miskonsepsi siswa akan sangat bermanfaat bagi para guru fisika SMU dalam
mewujudkan pembelajaran bermakna. Di samping itu, mereka memperoleh pengalaman dalam
mengimplementasikan MRK dalam pembelajaran dengan seting pembelajaran kooperatif.
Manfaat lainnya, bahwa teknik mengases pembelajaran yang meliputi pengukuran respon-
respon divergen, penilaian kelompok, dan penilaian perorangan sangat membantu para guru
dalam mengimplementasikan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Kedua, memfasilitasi
siswa untuk self directed learning, karena belajar dengan fasilitas MRK dengan seting
kooperatif dapat melibatkan aktivitas-aktivitas membaca, diskusi, pemecahan masalah secara
kolaboratif, berpikir kritis dan kreatif, menggunakan metakognisi, mengaitkan konsep dengan
fenomena dunia nyata. Ketiga, membawa perubahan dari pembelajaran yang bersifat rigidly
applied algorithms menuju flexibility applied algorithms. Keempat, memberikan latar dan
landasan teoretik pentingnya pembelajaran aspek sosial dalam pengajaran fisika dan untuk
lebih memahami pentingnya pergeseran paradigma dari teacher mediated instruction menuju
peer mediated instruction.
2. METODE PENELITIAN
Penelitian ini adalah jenis eksperimen kuasi versi faktorial 32 dengan model
unequivalence pretest-posttest control group design. Faktor pertama adalah model
pembelajaran, yaitu: MRK dan MPL. Faktor kedua adalah seting pembelajaran, yaitu: GI,
MDR, dan STD. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar fisika.
Populasi penelitian adalah 12 kelas siswa kelas I dari 4 SMAN di kota Singaraja
semester II th. pelajaran 2002/2003. Berdasarkan teknik random kelompok bertahap, terpilih
SMAN 3 Singaraja melaksanakan MRK dengan seting GI kelas I-4, MDR kelas I-3, dan STD
kelas I-2 dan SMAN 4 melaksanakan MPL dengan seting GI kelas I-1, MDR kelas I-3, dan
STD kelas I-2.
4
Sebagai bahan intervensi, dalam penelitian ini dikembangkan teks ajar fisika dan
lembaran kerja siswa. Teks ajar tersebut dibedakan atas dua jenis, (1) teks fisika bermuatan
MRK dan (2) teks fisika bermuatan MPL.
Instrumen yang dikembangkan dalam penelitian ini antara lain: angket persepsi siswa
terhadap pesan pembelajaran, angket motivasi berprestasi, dan tes hasil belajar fisika.
Angket persepsi siswa terhadap pesan pembelajaran digunakan untuk mengumpulkan
data penilaian siswa terhadap pesan pembelajaran. Indikator-indikatornya adalah persepsi
siswa terhadap: permasalahan di awal teks, ungkapan miskonsepsi, sangkalan miskonsepsi,
sajian konsep dan prinsip yang menggoyahkan miskonsepsi, sajian penerapan konsep daam
kehidupan nyata, dan sajian pertanyaan di akhir teks. Konsistensi internal angket bergerak
dari r = 0,36 hingga r = 0,66 dengan koefisien reliabilitas 25 butir adalah = 0,88.
Angket motivasi berprestasi digunakan untuk mengumpulkan data motivasi siswa
dalam belajar dengan fasilitas MRK. Indikator-indikatornya adalah: merespon informasi baru,
memiliki kepentingan terhadap hasil belajar, personal relevamce, self-confidence, self-
monitor, self-regulation, penguasaan konsep, kebutuhan memperoleh peringkat, persepsi
terhadap teman sebaya, persepsi terhadap lingkungan kooperatif. Dari 40 butir yang diuji
coba, ditetapkan 32 butir untuk penelitian dengan konsistensi internal bergerak dari r = 0,34
sampai dengan r = 0,68 dengan koefisien reliabilitas = 0,92.
Tes hasil belajar fisika merupakan gabungan antara tes pemahaman konsep dan tes
aplikasi dan analisis konsep. Tes pemahaman konsep disusun berbentuk pilihan ganda
diperluas dan tes aplikasi dan analisis konsep dikonstruksi dalam bentuk esai dengan tipe
open-ended questions. Tes pemahaman konsep yang terdiri dari 12 butir menggunakan skala
penilaian 0-4. Konsistensi internalnya bergerak dari r = 0,27 sampai dengan r = 0,62 dengan
koefisien reliabilitas = 0,65. Tes aplikasi dan analisis konsep terdiri dari 13 butir yang setia
butinya mengunakan skala penilaian 0-5. Konsistensi internalnya bergerak dari r = 0,28
sampai dengan r = 0,60 dengan koefisien reliabilitas = 0,73.
Teknik analisis menggunakan analisis deskriptif, analisis kovarian faktorial 32 dan
analisis jalur. Sebagai unit analisis dalam analisis kovarians faktorial 32 tersebut adalah
enam kelas sampel dengan masing-masing kelas berjumlah 40 orang. Sebagai unit analisis
dalam analisis jalur adalah 85 orang siswa sebagai sampel dari kelompok pembelajaran
berbasis MRK. Analisis statistik inferensial menggunakan bantuan program komputer SPSS
FW 10.0 dengan keputusan hasil analisis ditetapkan pada taraf signifikansi minimal 5%.
5
3. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
3.1 Deskripsi miskonsepsi
Penelitian ini menerapkan dimensi konseptual getaran dan gelombang mekanik.
Berdasarkan hasil identifikasi jawaban siswa terhadap 12 butir tes pemahaman konsep,
terungkap 8 tipe miskonsepsi. Tipe-tipe miskonsepsi tersebut adalah: (1) frekuensi getaran
pegas tidak dipengaruhi oleh massa beban, (2) semakin besar massa beban, semakin besar pula
frekuensi getaran pegas, (3) frekuensi ayunan bandul dipengaruhi oleh massa bandul, (4)
frekuensi ayunan bandul dipengaruhi oleh simpangan bandul, (5) energi potensial pegas
besarnya selalu tetap di semua kedudukan, (6) perambatan gelombang diikuti oleh perambatan
partikel-partikel medium, (7) cepat rambat gelombang mekanik dipengaruhi oleh panjang
gelombangnya, (8) cepat rambat gelombang air tidak dipengaruhi oleh kedalaman air.
Persentase siswa kelompok MRK berkurang dari 31,55% sebelum eksperimen menjadi
11,55% setelah eksperimen, sedangkan persepstase miskonsepsi siswa kelompok MPL
berubah dari 25,51% menjadi 26,95%.
3.2 Pengujian hipotesis
Sebelum melakukan analisis kovarian dan analisis jalur, terlebih dahulu dilakukan uji
asumsi tentang normalitas, homogenitas, dan linnearitas. Berdasarkan hasil analisis, terungkap
bahwa nilai-nilai statistik Kolmogorov-Smirnov dan Levene menunjukkan angka signifikansi
lebih besar dari 0,05. Jadi, data penelitian berdistri normal dan homogen. Hasil scatter plot
menunjukan bahwa data tersebar merata yang mengindikasikan syarat linearitas terpenuhi.
Jadi anakova faktorial dan analisis jalur dapat dilanjutkan. Hasil anakova faktorial 32
ditunjukkan pada Tabel 01.
Tabel 01Ringkasan hasil analisis kovarian faktorial 3x2
Source Type III Sum of Squares
df Mean Square F Sig.
Corrected Model 10983,350 6 1830,558 52,407 ,000Intercept 15842,436 1 15842,436 453,554 ,000Y1 472,566 1 472,566 13,529 ,000X1 541,808 2 270,904 7,756 ,001X2 8908,111 1 8908,111 255,031 ,000X1 * X2 329,432 2 164,716 4,716 ,010Error 8138,584 233 34,930Total 630778,000 240Corrected Total 19121,933 239
6
Berdasarkan Tabel 01, dapat dirangkum hasil analisis sebagai berikut. (1) Kovariat
pengetahuan awal (Y1) berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar fisika (F = 13,529
dengan p<0,05). (2) Ho yang menyatakan: “tidak terdapat perbedaan hasil belajar antara
kelompok MRK dan MPL”, ditolak [F(X1) = 255,031 dengan p<0,01]. Hasil belajar kelompok
MRK ( = 57,7) lebih tinggi dibandingkan kelompok MPL ( = 43,2). (3) Ho yang
menyatakan: “tidak terdapat perbedaan hasil belajar antar kelompok GI, MDR, dan STD”,
ditolak [F(X1) = 7,756 dengan p<0,01]. Hasil belajar paling tinggi ditunjukkan oleh kelompok
GI ( = 52,5), disusul MDR ( = 50,0), dan terendah STD ( = 48,9). (4) Ho yang
menyatakan: “Tidak terdapat pengaruh interaktif antara model dan seting pembelajaran
terhadap hasil belajar fisika”, ditolak [F(X1*X2) = 4,716 dengan p<0,05].
Gambar 01Model informal empirik hasil analisis jalur
Hasil analisis hubungan antara pengetahuan awal (Y1), pesan pembelajaran (Y3),
motivasi berprestasi (Y4), dan hasil belajar (Y2) ditunjukkan pada Gambar 01.
Berdasarkan Gambar 01, dapat dianalisis hubungan langsung dan tak langsung antar
variabel seperti pada Tabel 02.
Tabel 02Hubungan langsung dan tak langsung antar variabel MRK
Variabel Bebas Hubungan Variabel Bebas dengan Variabel TerikatHasil belajar siswa (Y2)
Langsung Tang Langsung TotalPengetahuan awal (Y1) 0,379 0,456x0,477=0,218
0,288x0,163=0,0470,5970,426
Persepsi siswa terhadap pesan pembelajaran (Y3)
0,477 0,331x0,163=0,054 0,531
Motivasi berprestasi (Y4) 0,163 - 0,163
7
Y1
Y3
Y4
Y2
0,89
0,85
u
v
w0,56
0,456
0,288 0,331
0,379
0,477
0,163
Sumbangan efektif (SE) secara bersama Y1, Y3, dan Y4 terhadap variabel Y2 adalah
sebesar 69%. Artinya, secara bersama-sama variabel bebas tersebut dapat menjelaskan
variabel hasil belajar sebesar 69%, selebihnya dijelaskan oleh variabel lain di luar Y1, Y3, dan
Y4. Sedangkan SE masing-masing variabel adalah: Y1 sebesar 25,31%, Y3 sebesar 34,63%,
dan Y4 sebesar 8,96%.
3.3 Pembahasan
Penelitian ini mengungkap bahwa ternyata sebelum mengikuti pembelajaran para
siswa telah memiliki gagasan-gagasan yang cukup komplek. Gagasan siswa tersebut
kebanyakan masih berlabel miskonsepsi. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil-hasil
penelitian sebelumnya (Bern & Erickson, 2002; Dawson, 1992; Dochy, 1996; Duit, 1996,
Ramsey, 1993). Eksplorasi tipe-tipe miskonsepsi tersebut sangat penting dalam rangka
menetapkan pembelajaran yang lebih bermakna. Pembelajaran yang berorientasi pada
miskonsepsi siswa akan meningkatkan hasil belajar (Dochy, 1996; Duit, 1996).
Seting kooperatif GI, MDR, dan STD yang diterapkan sebagai seting pembelajaran
menunjukkan pengaruh yang berbeda dalam pencapaian hasil belajar. Teknik GI memberikan
peluang kebebasan lebih banyak kepada para siswa untuk berekspresi, menunjukkan gagasan,
berdiskusi, menyelidiki, menemukan, belajar bagaimana belajar, belajar dan bertindak, dan
berinteraksi sesama dengan kadar kolaborasi yang cukup tinggi. Dalam seting MDR, peluang
tersebut hampir 50% berkurang, dan dalam seting STD 75% berkurang. Perbedaan kadar
kolaborasi tersebut akan mewarnai proses pembelajaran dan hasil belajar. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa hasil belajar tertinggi diraih oleh kelompok GI, disusul MDR, dan
terendah STD. Oleh sebab itu, pembelajaran fisika akan menunjukkan proses dan hasil belajar
efektif apabila menerapkan GI sebagai seting pembelajaran.
Dalam penelitian ini, MRK dikemas dalam bentuk refutational text sedangkan MPL
dikemas dalam bentuk linear text. Berdasarkan indikator-indikator bahwa belajar adalah
perubahan paradigma seseorang, pengetahuan fisika tidak fix, belajar fisika adalah aktivitas
mind-on dan hand-on, fisika adalah fenomena dunia nyata, dan konstruksi pengetahuan fisika
sebagian merupakan hasil dari aktivitas share knowledge, maka teknik-teknik kooperatif
tersebut akan lebih cocok menjadi seting MRK dibandingkan MPL. Secara empirik, penelitian
ini mengungkapkan bahwa hasil belajar kelompok MRK lebih tinggi dibandingkan dengan
kelompok MPL. Implikasinya, bahwa MRK akan memberi peluang terjadinya belajar
8
bermakna bagi siswa dan akan lebih bersinergi jika dikombinasikan dengan GI dalam
pembelajaran fisika dalam rangka menghasilkan hasil belajar yang lebih baik.
Variabel MRK dibangun oleh variabel-variabel pengetahuan awal, motivasi, pesan
pembelajaran, dan interaksi sosial. Siswa akan dapat belajar lebih bermakna apabila
pembelajaran mengaitkan antara pengetahuan baru dengan pengetahuan awal mereka. Belajar
bermakna juga akan terjadi apabila pengetahuan baru tersebut disajikan melalui pesan-pesan
pembelajaran dengan kemasan yang benar, ilmiah, menarik, menantang, proporsional, melatih
berpikir, dan membangkitkan rasa ingin tahu siswa. Kemasan pengetahuan baru seperti itu
dan yang koheren dengan pengetahuan awal siswa akan dipersepsi secara positif oleh para
siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan antara
pengetahuan awal, persepsi siswa terhadap pesan pembelajaran, motivasi berprestasi, dan
hasil belajar. Hasil belajar cenderung dapat dijelaskan oleh pengetahuan awal, pesan
pembelajaran, dan motivasi berprestasi.
Kemasan pengetahuan baru yang koheren dengan pengetahuan awal siswa juga akan
membangkitkan motivasi intrinsik para siswa. Artinya, pengetahuan awal dan persepsi yang
positif akan meningkatkan motivasi siswa untuk berprestasi. Pernyataan ini sesuai dengan
temuan penelitian bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan antara pengetahuan awal
dan persepsi siswa dengan motivasi berprestasi. Ditemukan pula bahwa, pengetahuan awal
memiliki pengaruh langsung dan tak langsung terhadap motivasi berprestasi dan hasil belajar
fisika. Artinya, siswa yang memiliki keyakinan bahwa pengetahuan awalnya yang salah
adalah kurang bermanfaat, siswa itu akan semakin memiliki kesadaran menjalani konflik
kognitif, dan semakin termotivasi untuk berpretasi. Pengaruh tak langsung tersebut terjadi
melalui persepsi siswa terhadap pesan pembelajaran. Kemauan siswa untuk berprestasi terjadi
sebagai akibat pesan yang dapat mengaktifkan secara optimal pengetahuan awal yang dimiliki
oleh siswa untuk berkembang. Peran para guru menurut perspektif ini adalah sebagai
fasilitator yang dinamis, utamanya dalam mengemas pesan yang benar, relevan, dan
komprehensif. Dengan demikian, guru akan memberi peluang kepada para siswa agar
memiliki persepsi positif terhadap belajar. Persepsi positif terhadap belajar akan memudahkan
para siswa mengintegrasikan pengetahuan baru pada pengetahuan yang telah dimiliki,
mengembangkannya, dan menerapkannya secara produktif dalam kehidupan nyata (Marzano
et al, 1993).
9
4. SIMPULAN DAN REKOMENDASI
4.1 Simpulan
Sebelum pembelajaran, para siswa telah memiliki konsepsi tentang fisika. Namun,
konsepsi tersebut kebanyakan berlabel miskonsepsi.
Terdapat perbedaan hasil belajar fisika antara kelompok MRK dan kelompok MPL.
MRK terevaluasi lebih efektif dibandingkan dengan MPL dalam pencapaian hasil belajar
fisika.
Terdapat perbedaan hasil belajar fisika antar kelompok-kelompok GI, MDR, dan STD.
GI terevaluasi paling unggul, disusul MDR, dan terakhir STD dalam pencapaian hasil belajar
fisika.
Terdapat pengaruh interaktif antara model dan seting belajar kooperatif terhadap hasil
belajar fisika. MRK cenderung berinteraksi dengan GI dan/atau MURDER dalam pencapaian
hasil belajar, sedangkan MPL cenderung berinteraksi dengan STAD.
Terdapat hubungan positif dan signifikan antar variabel-variabel pengetahuan awal,
persepsi siswa terhadap pesan pembelajaran, motivasi berprestasi, dan hasil belajar fisika.
Ketiga variabel pertama dapat menjelaskan hasil belajar fisika sebesar 69%. Sumbangan
efektif masing-masing variabel tersebut terhadap variabel hasil belajar fisika adalah:
pengetahuan awal sebesar 25,31%, persepsi siswa terhadap pesan pembelajaran sebesar
34,63%, dan motivasi berprestasi sebesar 8,96%.
4.2 Rekomendasi
Rekomendasi yang dapat diajukan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut. (1)
Pembelajaran fisika SMA hendaknya dirancang berbasis pengetahuan awal siswa, pesan
pembelajaran, motivasi berprestasi siswa, dan interaksi sosial antar siswa. (2) Pesan
pembelajaran hendaknya dikemas sesuai dengan kebutuhan para siswa. (3) MRK sangat layak
diterapkan dalam pembelajaran fisika sebagai upaya memfasilitasi siswa untuk memperoleh
hasil belajar yang lebih baik. (4) Penerapan MRK dalam pembelajaran fisika dapat dilakukan
dengan langkah-langkah: mengeksplorasi dan mengaktifkan pengetahuan awal, memelihara
persepsi yang positif, membangkitkan motivasi intrinsik, dan meningkatkan interaksi sosial
para siswa. Interaksi sosial siswa dapat dibangkitkan dengan penerapan seting kooperatif
Group Investigation.
10
DAFTAR PUSTAKA
Berns, R. G., & Erickson, P. M. 2001. Contextual teaching and learning: Preparing students for the new economy. http//nccte.com/publication/ infosystem/ highlightzone/highlight05-ctl.html.
Brooks, J. G. & Brooks, M. G. 1993. In search of understanding: The case for constructivist classrooms. Virginia: Association for Supervision and Curriculum Development.Hammer, D. 2000. Student resources for learning introductory physics. Physiscs Education Research, Am. J. Phys. Suppl. 68(7). S52-S59.
Costa, A. L., (Ed.). 1999. Teaching for intelligence. Arlington Heights, Illinois: Skylight Training and Publishing, Inc.
Dawson, C. 1992. The scientific and the everyday: Two different ways of knowing. Some implication for science teachers. The Australian Science Teachers Journal, 38(1). 19-24.
Dochy, F. J. R. C. 1996. Prior knowledge and learning. Dalam Corte, E.D., & Weinert, F. (eds.): International Encyclopedia of Developmental and Instructional Psychology. New York: Pergamon
Dole, J. A. & Sinatra, G. M. 1998. Reconceptualizing change in the cognitive construction of knowledge. Educational Psichologist, 33(2/3), 109-128.
Duit, R. 1996. Preconception and misconception. Dalam Corte, E.D., & Weinert, F. (eds.): International Encyclopedia of Developmental and Instructional Psychology. New York: Pergamon
Hewson, P. W., & Thorley, N. R. 1989. The condition of conceptual change in the classroom. International Journal of Science Education. Vol.11. special issues. pp. 541-553.
Hynd, C. R., Whorter, J. Y. V., Phares, V. L., & Suttles, C. W. 1994. The role of instructional variables in conceptual change in high school physics topics. Journal of Research In Science Teaching. 31(9). 933-946.
Jacob, E. 1999. Cooperative learning in context: An educational innovation in everyday class-rooms. New York: State University.
Kerlinger, F.N. 2000. Asas-asas penelitian behavioral. Terjemahan: Foundation behavioral research, oleh: Simatupang, L. R., & Koesoemanto, H. J. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Lynch, M. D., Harris, C. R., & Williams, E. N. 2001. Stimulating the development of thalen for creative productivity in children through the use of refutational processess. Dalam Lynch, M. D., & Harris, C. R. (Eds.): Fostering creativity in children, K-8, Theory and practice. 40-48. Boston: Allyn & Bacon.
Marzano, R., Pickering, D., & McTighe, J. 1993. Assessing student outcome: Performance assessment using the dimensions of learning model. Alexandria, Va.: Associatiomn for supervision in curriculum development.
Mehrens, W. A. & Lehmann, I. J. 1984. Measurement and evaluation in education and psychology, Third edition. New York: Holt, Rinehart and Winston.
Ramsey, J. 1993. Developing conceptual storylines with the learning cycle. Journal of elementary science education, 5(2). 1-20.
Slavin, R. E. 1995. Cooperative learning. Second edition. Boston: Allyn and Bacon.Tuckman, B.W. 1999. Conducting educational research. Fifth edition. New York: Harcourt
Brace College Publisher.
11