kebutuhan cairan dan elektrolit

23
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi tubuh tetap sehat. Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh adalah merupakan salah satu bagian dari fisiologi homeostatis. Keseimbangan cairan dan elektrolit melibatkan komposisi dan perpindahan berbagai cairan tubuh. Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air ( pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan. Cairan dan elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui makanan, minuman, dan cairan intravena (IV) dan didistribusi ke seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya distribusi yang normal dari air tubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung satu dengan yang lainnya; jika salah satu terganggu maka akan berpengaruh pada yang lainnya. B. TUJUAN. Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu:

Upload: ephulvikingmanchunian-laziale-sanny-prayudi

Post on 01-Dec-2015

32 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Kebutuhan Cairan Dan Elektrolit

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi

tubuh tetap sehat. Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh adalah

merupakan salah satu bagian dari fisiologi homeostatis. Keseimbangan cairan

dan elektrolit melibatkan komposisi dan perpindahan berbagai cairan tubuh.

Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air ( pelarut) dan zat tertentu (zat

terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel

bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan. Cairan dan

elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui makanan, minuman, dan cairan

intravena (IV) dan didistribusi ke seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan

dan elektrolit berarti adanya distribusi yang normal dari air tubuh total dan

elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit

saling bergantung satu dengan yang lainnya; jika salah satu terganggu maka

akan berpengaruh pada yang lainnya. 

B. TUJUAN.

Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu:

1. sebagai sumber informasi untuk mahasiswa.

2. Agar dapat menambah pengetahuan dan pemahaman khusunya bagi

mahasiswa S1 keperawatan mengenai kebutuhan cairan & elektrolit.

3. Agar mahasiswa tahu bagaimana proses keperawatan pada klien dengan

masalah keseimbangan cairan dan elektrolit.

Page 2: Kebutuhan Cairan Dan Elektrolit

BAB II

ISI

PEMENUHAN KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

1. Kebutuhan cairan tubuh

a. Kebutuhan cairan tubuh manusia

Kebutuhan cairan merupakan bagian dari kebutuhan dasar manusia secara

fisiologis kebutuhan ini memiliki proporsi besar dalam bagian tubuh dengan

hampir 90% dari total berat badan. Pengaturan kebutuhan cairan dan elektrolit

dalam tubuh diatur oleh ginjal, kulit, paru-paru dan gastrointestinal

1) Ginjal

Ginjal merupakan organ yang memiliki peran cukup besar

dalam pengaturan kebutuhan cairan dan elektrolit.

2) Kulit

merupakan bagian penting dalam pengaturan cairan yang terkait

dengan proses pengaturan panas.

3) Paru-paru

Organ paru-paru berperan dalam pengeluaran cairan dengan

menghasilkan insensible water loss ± 400ml/ hari.

4) Gastrointestinal

Gastrointestinal merupakan organ saluran pencernan yang berperan

dalam mengeluarkan cairan melalui proses penyerapan

dan pengeluaran air. Dalam keadaan normal, cairan yang hilang dalam

sistem ini sekitar 100-200 ml/ hari. Selain itu, pengaturan

keseimbangan cairan dapat melalui mekanisme rasa haus yang

dikontrol oleh system endokrin (hormonal), yakni anti diuretic

hormone (ADH), aldosteron, prostaglandin, dan glukokortikoid.

a) ADH

Hormon ini memiliki peran dalam meningkatkan reabsorpsi

air sehingga dapat mengendalikan keseimbangan air dalam tubuh.

Page 3: Kebutuhan Cairan Dan Elektrolit

b) Aldesteron

Hormon ini diekskresi oleh kelenjar adrenal di tubulus ginjal dan

berfungsi pada absorbsi natrium

c) Prostaglandin

Prostaglandin merupakan asam lemak yang terdapat pada jaringan

yang berfungsi merespons radang, pengendaliantekanan darah,

kontraksi uterus, dan pengaturan gerakan gastrointestinal.

d) Glukokortikoid

Hormon ini berfungsi mengatur peningkatan reabsorpsi natrium

dan air yang menyebabkan volume darah meningkat sehingga

terjadi retensi urin.

b. Distribusi Cairan Tubuh

Seluruh cairan tubuh didistribusikan diantara dua kompartemen utama,

yaitu : cairan intraselular (CIS) dan cairan ekstra selular (CES). Pada

orang normal dengan berat 70 kg, Total cairan tubuh (TBF) rata-ratanya

sekitar 60% berat badan atau sekitar 42 L. Persentase ini dapat berubah,

bergantung pada umur, jenis kelamin dan derajat obesitas ( Guyton &

Hall, 1997)

1) Cairan Intraselular (CIS) = 40% dari BB total

Adalah cairan yang terkandung di dalam sel. Pada orang dewasa kira-

kira 2/3 dari cairan tubuh adalah intraselular, sama kira-kira 25 L pada

rata-rata pria dewasa (70 kg). Sebaliknya, hanya ½ dari cairan tubuh

bayi adalah cairan intraselular.

2) Cairan Ekstraselular (CES) = 20% dari BB total

Adalah cairan diluar sel. Ukuran relatif dari (CES) menurun dengan

peningkatan usia. Pada bayi baru lahir, kira-kira ½ cairan tubuh

terkandung di dalam (CES). Setelah 1 tahun, volume relatif dari (CES)

menurun sampai kira-kira 1/3 dari volume total. Ini hampir sebanding

dengan 15 L dalam rata-rata pria dewasa (70 kg). Lebih jauh (CES)

dibagi menjadi :

Page 4: Kebutuhan Cairan Dan Elektrolit

a) Cairan interstisial (CIT) : Cairan disekitar sel, sama dengan kira-

kira 8 L pada orang dewasa. Cairan limfe termasuk dalam volume

interstisial. Relatif terhadap ukuran tubuh, volume (CIT) kira-kira

sebesar 2 kali lebih besar pada bayi baru lahir dibanding orang

dewasa.

b) Cairan intravaskular (CIV) : Cairan yang terkandung di dalam

pembuluh darah. Volume relatif dari (CIV) sama pada orang

dewasa dan anak-anak. Rata-rata volume darah orang dewasa kira-

kira 5-6 L (8% dari BB), 3 L (60%) dari jumlah tersebut adalah

PLASMA. Sisanya 2-3 L (40%) terdiri dari sel darah merah (SDM,

atau eritrosit) yang mentranspor oksigen dan bekerja sebagai bufer

tubuh yang penting; sel darah putih (SDP, atau leukosit); dan

trombosit. Tapi nilai tersebut diatas dapat bervariasi pada orang

yang berbeda-beda, bergantung pada jenis kelamin, berat badan

dan faktor-faktor lain.

Adapun fungsi dari darah adalah mencakup :

pengiriman nutrien (mis ; glokusa dan oksigen) ke jaringan

transpor produk sisa ke ginjal dan paru-paru

pengiriman antibodi dan SDP ke tempat infeksi

transpor hormon ke tempat aksinya

sirkulasi panas tubuh

Gambar 2.1

Jenis dan Jumlah Cairan Tubuh

Page 5: Kebutuhan Cairan Dan Elektrolit

c. Cara perpindahan cairan

1) Difusi

Difusi merupakan tercampurnya molekul-molekul dalamcairan, gas

atau zat padat secra bebas atau acak

2) Osmosis

Osmosis adalah proses perpindahan pelarut murni (seperti air) melalui

membrane semi permeabel, biasanya terjadi dari larutandengan

konsentrasi yang kurang pekat ke larutan dengankonsentrasi lebih

pekat, sehingga larutan yang berkonsentrasirendah volumenya akan

berkurang, sedangkan larutan yang berkonsentrasi lebih tinggi akan

bertambah volumenya.

3) Transpor aktif

Proses perpindahan cairan tubuh dapat menggunakan mekanisme

transport aktif. Transport aktif merupakan gerak zat yang akan

berdifusi dan berosmosis yang memerlukan aktivitasmetabolic dan

pengeluaran energi untuk menggerakkan berbagai materi guna

menembus membrane sel.

d. Jenis Cairan

1) Cairan zat gizi (nutrien)

Pasien yang istirahat di tempat tidur memerlukan kalori 450 kalori

setiap hari. Cairan nutrien dapat diberikan melalui intravena

dalam bentuk karbohidrat, nitrogen dan vitamin untuk metabolisme.

Kalori yang terdapat dalam cairan nutrien dapat berkisar antara 200-

1500kalori perliter. Cairan nutrien terdiri atas : Karbohidrat dan air,

Asam amino, Lemak.

2) Blood volume expanders

Blood volume expanders merupakan jenis cairan yang berfungsi

meningkatkan volume darah sesudah kehilangan darah atau plasma

Page 6: Kebutuhan Cairan Dan Elektrolit

e. Gangguan/ Masalah Dalam Pemenuhan Kebutuhan Cairan

1) Hipovolume atau dehidrasi

Kekurangan cairan eksternal dapat terjadi karena penurunan asupan

cairan dan kelebihan pengeluaran cairan.

Ada tiga macam kekurangan volume cairan eksternal atau dehidrasi,

yaitu:

a) Dehidrasi isotonic, terjadi jika kekurangan sejumlah cairan

danelektrolitnya yang seimbang

b) Dehidrasi hipertonik, terjadi jika kehilangan sejumlah air yang

lebih banyak daripada elektrolitnya

c) Dehidrasi hipotonik, terjadi jika tubuh lebih banyak

kehilanganelektrolitnya daripada air.Macam dehidrasi (kurang

volume cairan)

berdasarkan derajatnya :

a) Dehidrasi berat

Pengeluaran/ kehilangan cairan 4-6L Serum natrium 159-

166mEq/L

Hipotensi

Turgor kulit buruk

Oliguria

Nadi dan pernapasan meningkat

Kehilangan cairan mencapai > 10% BB

b) Dehidrasi sedang

Kehilangan cairan 2-4 atau antara 5-10 % BB

Serum natrium 152-158 mEq/L

Mata cekung

c) Dehidrasi ringan, dengan terjadinya kehilangan cairan sampai 5%

BB atau 1,5-2 L

Page 7: Kebutuhan Cairan Dan Elektrolit

2) Hipervolume atau overhidrasi

Terdapat dua manifestasi yang ditimbulkan akibat kelebihan cairan

yaitu, hipervolume (peningkatan volume darah) dan edema

(kelebihan cairan pada interstisial).

2. Kebutuhan Elektrolit

Elektrolit terdapat pada seluruh cairan tubuh. Cairan tubuh mengandung

oksigen, nutrient, dan sisa metabolism (seperti karbondioksida), yang semuanya

disebut dengan ion.

a. Komposisi elektrolit

Komposisi elektrolit dalam plasma sebagai berikut :

Natrium : 135- 145m Eq/L

Kalium : 3,5-5,3 m Eq/L

Klorida : 100-106m Eq/L

Bikarbonat arteri : 22-26m Eq/L

Bikarbonat vena : 24-30 m Eq/L

Kalsium : 4-5m Eq/L

Magnesium : 1,5-2,5m Eq/L

Fosfat : 2,5-4,5mg/100ml

b. Jenis Cairan Elektrolit

Cairan elektrolit adalah cairan saline atau cairan yang memiliki

sifat bertegangan tetap. Cairan saline terdiri dari cairan isotonic, hipotonik,

dan hipertonik. Konsentrasi isotonic disebut juga normal saline yang

banyak dipergunakan.

c. Pengaturan Elektrolit

1) Pengaturan keseimbanga natrium

Natrium merupakan kation dalam tubuh yang berfungsi

dalam pengaturan osmolaritas dan volume cairan tubuh.

2) Pengaturan keseimbangan kalium

Kalium merupakan kation utama yang terdapat dalam cairan intrasel

dan berfungsi mengatur keseimbangan elektrolit. Aldosteron juga

Page 8: Kebutuhan Cairan Dan Elektrolit

berfungsi mengatur keseimbangan kadar kalium dalam plasma (cairan

ekstrasel). System pengaturannya melalui tiga langkah:

a) Peningkatan konsentrasi kalium dalam cairan ekstrasel yang

menyebabkan peningkatan produksi aldosteron

b) Peningkatan jumlah aldosteron akan memengaruhi jumlah kalium

yang dikeluarkan melalui ginjal

c) Peningkatan pengeluaran kalium; konsentrasi kalium dalam cairan

ekstrasel menurun

3) Pengaturan keseimbangan kalsium

Kalsium dalam tubuh berfungsi dalam pembentukan tulang

4) Pengaturan keseimbangan magnesium

Magnesium merupakan kation dalam tubuh yang terpenting kedua

dalam cairan intrasel

5) Pengaturan keseimbangan klorida

Klorida merupakan anion utama dalam cairan ekstrasel, tetapi klorida

dapat ditemukan pada cairan ekstrasel dan intrasel. Fungsi klorida

biasanya bersatu dengan natrium yaitu mempertahankan keseimbangan

tekanan osmotic dalam darah

6) Pengaturan keseimbangan bikarbonat

Bikarbonat merupakan elektrolit utama dalam larutan buffer 

(penyangga) dalam tubuh

7) Pengaturan keseimbangan fosfat (PO4)

Fosfat bersama-sama dengan kalsium berfungsi dalam pembentukan

gigi dan tulang. Fosfat diserap dari saluran pencernaan dan dikeluarkan

melalui urine.

d. Gangguan /Masalah Kebutuhan Elektrolit

1) Hiponatremia, merupakan suatu keadaan kekurangan kadar natrium

dalam plasma darah yang ditandai dengan adanya kadar

natrium plasma yang kurang dari 135mEq/L, mual, muntah dan diare.

Page 9: Kebutuhan Cairan Dan Elektrolit

2) Hipernatremia, suatu keadaan dimana kadar natrium dalam plasma

tinggi, yang ditandai dengan adanya mukosa kering, oliguria/ anuria,

turgor kulit buruk dan permukaan kulit membengka, kulit kemerahan,

lidah kering, dll

3) Hipokalemia, merupakan suatu keadaan kekurangan kadar

kaliumdalam darah. Hipokalemia ini dapat terjadi dengan sangat cepat.

Sering terjadi pada pasien yang mengalami diare berkepanjangan.

4) Hiperkalemia, merupakan suatu keadaan dimana kadar kalium dalam

darah tinggi. Keadaan ini sering terjadi pada pasien luka bakar,

penyakit ginjal, asidosis metabolik. Hiperkalemia ditandai dengan

adanya mual, hiperaktifitas system pencernaan,dll

5) Hipokalsemia, merupakan kekurangan kadar kalsium dalam plasma

darah. Hipokalsemia ditandai dengan adanya kram otot dan keranm

perut, kejang, bingung, dll.

6) Hiperkalsemia, merupakan suatu keadaan kelebihan kadar kalsium

dalam darah. Hal ini terjadi pada pasien yang

mengalami pengangkatan kelenjar gondok dan makan vitamin D

secara berlebihan. Hiperkalsemia ditandai dengan adanya nyeri pada

tulang, relaksasi otot, batu ginjal, dll, dan kadar kalsium daam plasma

lebih dari 4,3mEq/L

7) Hipomagnesia, merupakan kekurangan kadar magnesium dalam darah.

Hipomagnesia ditandai dengan adanya iritabilitas, tremor, kram pada

kaki dan tangan, dll, serta kadar magnesium dalamdarah kurang dari

1,3 mEq/L

8) Hipermagnesia, merupakan kelebihan kadar magnesium dalamdarah.

Hal ini ditandai dengan adanya koma, gangguan pernapasan, dan kadar

magnesium lebih dari 2,5 mEq/L.

9) Keseimbangan Asam Basa

Aktivitas tubuh memerlukan keseimbangan asam basa, keseimbangan

asam basa dapat diukur dengan pH (derajat keasaman). Dalam keadaan

normal, nilai pH cairan tubuh 7,35-7,45. Keseimbangan dapat

Page 10: Kebutuhan Cairan Dan Elektrolit

dipertahankan melalui proses metabolisme dengan sistem buffer pada

seluruh cairan tubuh dan melalui pernapasan dengan sistem regulasi

(pengaturan di ginjal). Tiga macam sistem larutan buffer cairan tubuh

yaitu larutan bikarbonat, larutan buffer  fosfat, dan larutan buffer 

protein.

Jenis Asam Basa

Cairan basa (alkali) digunakan untuk mengoreksi osidosis. Keadaan

asidosis dapat disebabkan karena henti jantung dan koma diabetikum.

Contoh cairan alkali antara lain natrium (sodiumlaktat) dan natrium

bikarbonat. Laktat merupakan garam dari asam lemah yang dapat

mengambil ion H+ dari cairan, sehingga mengurangi keasaman

(asidosis). Ion H+ diperoleh dari asam karbonat (H2CO3), yang mana

terurai menjadi HCO3 (bikarbonat) dan H+. selain system pernapasan,

ginjal juga berperan untuk mempertahankan keseimbangan asam basa

yang sangat kompleks

10) Asidosis respiratorik, merupakan suatu keadaan yang disebabkanoleh

karena kegagalan system pernapasan dalam membuangkarbondioksida

dari cairan tubuh

11) Asidosis metabolik, merupakan suatu keadaan kehilangan basaatau

terjadi penumpukan asam.

12) Alkalosis respiratorik, merupakan suatu keadaan kehilangan CO2,dari

paru-paru yang dapat menimbulkan terjadinya paCO2 arteriukurang dari

35mmHg, pH lebih dari 7,45.

13) Alkalosis metabolik, merupakan suatu keadaan kehilangan

ionhydrogen atau penambahan cairan basa pada cairan

tubuhdenganadanya peningkatan bikarbonat plasma lebih dari

26mEq/Ldan pH arteri lebih dari 7,45.

Page 11: Kebutuhan Cairan Dan Elektrolit

3. Faktor  yang Memengaruhi Kebutuhan Cairan dan Elektrolit

a. Usia. Perbedaan usia menentukan luas permukaan tubuh danaktivitas

organ, sehingga dapat memengaruhi jumlah kebutuhancairan dan

elektrolit.

b. Temperature yang tinggi menyebabkan proses pengeluaran cairanmelalui

keringat cukup banyak, sehingga tubuh akan banyak kehilangan cairan.

c. Diet. Apabila tubuh kekurangan zat gizi, maka tubuh akanmemecah

cadangan makanan yang tersimpan dalam tubuhsehingga terjadi

penggerakan cairan dari interstisial ke interseluler,yang dapat berpengaruh

pada jumlah pemenuhan kebutuhan cairan.

d. Stress dapat memengaruhi pemenuhan kebutuhan cairan danelektrolit,

melalui proses peningkatan produksi ADH karena pada proses ini dapat

meningkatkan metabolisme sehinggamengakibatkan terjadinya glikolisis

otot yang dapat menimbulkanretensi natrium dan air.

e. Sakit. Pada keadaan sakit terdapat banyak sel yang rusak, sehinggauntuk

memperbaikinya sel membutuhkan proses pemenuhan cairanyang cukup.

f. Tekanan cairan, proses difusi dan osmosis melibatkan adanyatekanan

cairan

g. Membran semipermiabel, merupakan penyaring agar cairan

yang bermolekul besar tidak tergabung.

4. Tindakan Untuk Mengatasi Masalah/Gangguan dalam

PemenuhanKebutuhan Cairan dan elektrolit

a. Pemberian cairan melalui infuse

Pemberian cairan melalui infus merupakan tindakan memasukkan cairan

melalui intravena yang dilakukan pada pasiendengan bantuan perangkat

infuse. Tindakan ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan cairan dan

elektrolit, serta sebagai tindaka pengobatan dan pemberian makanan.

Persiapan Bahan dan Alat :

1) Standar infuse

2) Perangkat infuse

Page 12: Kebutuhan Cairan Dan Elektrolit

3) Cairan sesuai dengan kebutuhan pasien.

4) Jarum infus/ abocath atau sejenisnya sesuai dengan ukuran

5) Pengalas

6) Tourniquet /pembendung

7) kapas alkohol 70%

8) Plester

9) Gunting

10) Kasa steril

11) Betadine

12) Sarung tangan

Prosedur Kerja :

1) Cuci tangan

2) Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akandilaksanakan

3) Hubungakan cairan dan perangkat infuse dengan menusukkanke dalam

botol infuse (cairan)

4) Isi cairan ke dalam perangkat infuse dengan menekan bagianruang tetesan

hingga ruangan tetesan terisi sebagian, kemudian buka penutup hingga

selang terisi dan keluar udaranya

5) Letakkan pengalas

6) Lakukan pembendungan dengan tourniquet 

7) Gunakan sarung tangan

8) Desinfeksi daerah yang akan ditusuk

9) Lakukan penusukan dengan arah jarum ke atas

10) Cek apakah sudah mengenai vena dengan ciri darah keluar melalui

jarum infus/abocath

11) Tarik jarum infus dan hubungkan dengan selang infuse

12) Buka tetesan

13) Lakukan desinfeksi dengan betadineΠdan tutup dengan kasasteril

14) Beri tanggal dan jam pelaksanaan infuse pada plester

15) Catat respons yang terjadi

Page 13: Kebutuhan Cairan Dan Elektrolit

16) Cuci tangan

Cara menghitung tetesan infus:

a) Dewasa : (makro dengan 20 tetes/ml)

Tetesan /menit = Jumlah cairan yang dibutuhkan

Lamanya infuse (jam) x Faktor tetes

Tetesan/menit = Jumlah cairan yang dibutuhkan x Faktor tetesan

lama infuse (jam) x 60

Keterangan : Faktor tetesan infus bermacam-macam, hal ini dapat

dilihat pada label infus (10 tetes / menit, 15 tetes / menit dan 20

tetes /menit)

b) Anak :Tetesan per menit (mikro)

Tetesan /menit = Jumlah cairan yang dibutuhkan

Lamanya infuse (jam) x Faktor tetes

Tetesan/menit = Jumlah cairan yang dibutuhkan x Faktor tetesan

lama infuse (jam) x 60

b. Transfusi Darah

Transfusi darah merupakan tindakan memasukkan darah melalui vena

dengan menggunakan seperangkat alat transfusi pada pasien yang

membutuhkan darah. Tujuannya untuk memenuhi kebutuhan darah dan

memperbaiki perfusi jaringan.

Persiapan Alat dan Bahan :

1) Standar infuse

2) Perangkat transfuse

3) NaCl 0,9%

4) Darah sesuai dengan kebutuhan pasien

5) Jarum infus/abocath atau sejenisnya sesuai dengan ukuran

6) Pengalas

Page 14: Kebutuhan Cairan Dan Elektrolit

7) Tourniquet/ pembendung

8) Kapas alcohol 70%

9) Plester, gunting, kassa steril

10) Betadine Œ

11) Sarung tangan

Prosedur Kerja :

1) Cuci tangan

2) Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan

3) Hubungkan cairan NaCl 0,9% dan seperangkat transfusedengan

menusukkannya

4) Isi cairan NaCl 0,9% ke dalam perangkat transfusi denganmenekan

bagian ruang tetesan hingga ruangan tetesan terisisebagian. Kemudian

buka penutup, hingga selang terisi danudaranya keluar.

5) Letakkan pengalas

6) Lakukan pembendungan dengan tourniquet

7) Gunakan sarung tangan

8) Desinfeksi daerah yang akan disuntik

9) Lakukan penusukan dengan arah jarum ke atas

10) Cek apakah sudah mengenai vena dengan ciri darah keluar melalui

jarum infus/abocath

11) Tarik jarum infus dan hubungkan dengan selang tranfusi

12) Buka tetesan

13) Lakukan desinfeksi dengan betadineΠdan tutup dengan kasasteril

14) Beri tanggal dan jam pelaksanaan infuse pada plester

15) Setelah NaCl 0,9% masuk sekitar ± 15menit, ganti dengandarah yang

sudah disiapkan

16) Darah sebelum dimasukkan, terlebih dahulu cek warna darah, identitas

pasien, jenis golongan darah dan tanggal kadaluwarsa

17) Lakukan observasi tanda-tanda vital selama pemakaian transfusi

18) Catat respons terjadi

19) Cuci tangan

Page 15: Kebutuhan Cairan Dan Elektrolit

BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Pengaturan keseimbangan cairan perlu memperhatikan 2 parameter

penting, yaitu: volume cairan ekstrasel dan osmolaritas cairan ekstrasel. Ginjal

mengontrol volume cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan

garam dan mengontrol osmolaritas ekstrasel dengan mempertahankan

keseimbangan cairan. Ginjal mempertahankan keseimbangan ini dengan mengatur

keluaran garam dan air dalam urine sesuai kebutuhan untuk mengkompensasi

asupan dan kehilangan abnormal dari air dan garam tersebut. Ginjal juga turut

berperan dalam mempertahankan keseimbangan asam-basa dengan mengatur

keluaran ion hidrogen dan ion bikarbonat dalam urine sesuai kebutuhan. Selain

ginjal, yang turut berperan dalam keseimbangan asam-basa adalah paru-paru

dengan mengeksresikan ion hidrogen dan CO2 dan system dapar (buffer) kimia

dalam cairan tubuh.

Page 16: Kebutuhan Cairan Dan Elektrolit

DAFTAR PUSTAKA