kebutuhan cairan dan elektrolit
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi
tubuh tetap sehat. Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh adalah
merupakan salah satu bagian dari fisiologi homeostatis. Keseimbangan cairan
dan elektrolit melibatkan komposisi dan perpindahan berbagai cairan tubuh.
Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air ( pelarut) dan zat tertentu (zat
terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel
bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan. Cairan dan
elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui makanan, minuman, dan cairan
intravena (IV) dan didistribusi ke seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan
dan elektrolit berarti adanya distribusi yang normal dari air tubuh total dan
elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit
saling bergantung satu dengan yang lainnya; jika salah satu terganggu maka
akan berpengaruh pada yang lainnya.
B. TUJUAN.
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu:
1. sebagai sumber informasi untuk mahasiswa.
2. Agar dapat menambah pengetahuan dan pemahaman khusunya bagi
mahasiswa S1 keperawatan mengenai kebutuhan cairan & elektrolit.
3. Agar mahasiswa tahu bagaimana proses keperawatan pada klien dengan
masalah keseimbangan cairan dan elektrolit.
BAB II
ISI
PEMENUHAN KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT
1. Kebutuhan cairan tubuh
a. Kebutuhan cairan tubuh manusia
Kebutuhan cairan merupakan bagian dari kebutuhan dasar manusia secara
fisiologis kebutuhan ini memiliki proporsi besar dalam bagian tubuh dengan
hampir 90% dari total berat badan. Pengaturan kebutuhan cairan dan elektrolit
dalam tubuh diatur oleh ginjal, kulit, paru-paru dan gastrointestinal
1) Ginjal
Ginjal merupakan organ yang memiliki peran cukup besar
dalam pengaturan kebutuhan cairan dan elektrolit.
2) Kulit
merupakan bagian penting dalam pengaturan cairan yang terkait
dengan proses pengaturan panas.
3) Paru-paru
Organ paru-paru berperan dalam pengeluaran cairan dengan
menghasilkan insensible water loss ± 400ml/ hari.
4) Gastrointestinal
Gastrointestinal merupakan organ saluran pencernan yang berperan
dalam mengeluarkan cairan melalui proses penyerapan
dan pengeluaran air. Dalam keadaan normal, cairan yang hilang dalam
sistem ini sekitar 100-200 ml/ hari. Selain itu, pengaturan
keseimbangan cairan dapat melalui mekanisme rasa haus yang
dikontrol oleh system endokrin (hormonal), yakni anti diuretic
hormone (ADH), aldosteron, prostaglandin, dan glukokortikoid.
a) ADH
Hormon ini memiliki peran dalam meningkatkan reabsorpsi
air sehingga dapat mengendalikan keseimbangan air dalam tubuh.
b) Aldesteron
Hormon ini diekskresi oleh kelenjar adrenal di tubulus ginjal dan
berfungsi pada absorbsi natrium
c) Prostaglandin
Prostaglandin merupakan asam lemak yang terdapat pada jaringan
yang berfungsi merespons radang, pengendaliantekanan darah,
kontraksi uterus, dan pengaturan gerakan gastrointestinal.
d) Glukokortikoid
Hormon ini berfungsi mengatur peningkatan reabsorpsi natrium
dan air yang menyebabkan volume darah meningkat sehingga
terjadi retensi urin.
b. Distribusi Cairan Tubuh
Seluruh cairan tubuh didistribusikan diantara dua kompartemen utama,
yaitu : cairan intraselular (CIS) dan cairan ekstra selular (CES). Pada
orang normal dengan berat 70 kg, Total cairan tubuh (TBF) rata-ratanya
sekitar 60% berat badan atau sekitar 42 L. Persentase ini dapat berubah,
bergantung pada umur, jenis kelamin dan derajat obesitas ( Guyton &
Hall, 1997)
1) Cairan Intraselular (CIS) = 40% dari BB total
Adalah cairan yang terkandung di dalam sel. Pada orang dewasa kira-
kira 2/3 dari cairan tubuh adalah intraselular, sama kira-kira 25 L pada
rata-rata pria dewasa (70 kg). Sebaliknya, hanya ½ dari cairan tubuh
bayi adalah cairan intraselular.
2) Cairan Ekstraselular (CES) = 20% dari BB total
Adalah cairan diluar sel. Ukuran relatif dari (CES) menurun dengan
peningkatan usia. Pada bayi baru lahir, kira-kira ½ cairan tubuh
terkandung di dalam (CES). Setelah 1 tahun, volume relatif dari (CES)
menurun sampai kira-kira 1/3 dari volume total. Ini hampir sebanding
dengan 15 L dalam rata-rata pria dewasa (70 kg). Lebih jauh (CES)
dibagi menjadi :
a) Cairan interstisial (CIT) : Cairan disekitar sel, sama dengan kira-
kira 8 L pada orang dewasa. Cairan limfe termasuk dalam volume
interstisial. Relatif terhadap ukuran tubuh, volume (CIT) kira-kira
sebesar 2 kali lebih besar pada bayi baru lahir dibanding orang
dewasa.
b) Cairan intravaskular (CIV) : Cairan yang terkandung di dalam
pembuluh darah. Volume relatif dari (CIV) sama pada orang
dewasa dan anak-anak. Rata-rata volume darah orang dewasa kira-
kira 5-6 L (8% dari BB), 3 L (60%) dari jumlah tersebut adalah
PLASMA. Sisanya 2-3 L (40%) terdiri dari sel darah merah (SDM,
atau eritrosit) yang mentranspor oksigen dan bekerja sebagai bufer
tubuh yang penting; sel darah putih (SDP, atau leukosit); dan
trombosit. Tapi nilai tersebut diatas dapat bervariasi pada orang
yang berbeda-beda, bergantung pada jenis kelamin, berat badan
dan faktor-faktor lain.
Adapun fungsi dari darah adalah mencakup :
pengiriman nutrien (mis ; glokusa dan oksigen) ke jaringan
transpor produk sisa ke ginjal dan paru-paru
pengiriman antibodi dan SDP ke tempat infeksi
transpor hormon ke tempat aksinya
sirkulasi panas tubuh
Gambar 2.1
Jenis dan Jumlah Cairan Tubuh
c. Cara perpindahan cairan
1) Difusi
Difusi merupakan tercampurnya molekul-molekul dalamcairan, gas
atau zat padat secra bebas atau acak
2) Osmosis
Osmosis adalah proses perpindahan pelarut murni (seperti air) melalui
membrane semi permeabel, biasanya terjadi dari larutandengan
konsentrasi yang kurang pekat ke larutan dengankonsentrasi lebih
pekat, sehingga larutan yang berkonsentrasirendah volumenya akan
berkurang, sedangkan larutan yang berkonsentrasi lebih tinggi akan
bertambah volumenya.
3) Transpor aktif
Proses perpindahan cairan tubuh dapat menggunakan mekanisme
transport aktif. Transport aktif merupakan gerak zat yang akan
berdifusi dan berosmosis yang memerlukan aktivitasmetabolic dan
pengeluaran energi untuk menggerakkan berbagai materi guna
menembus membrane sel.
d. Jenis Cairan
1) Cairan zat gizi (nutrien)
Pasien yang istirahat di tempat tidur memerlukan kalori 450 kalori
setiap hari. Cairan nutrien dapat diberikan melalui intravena
dalam bentuk karbohidrat, nitrogen dan vitamin untuk metabolisme.
Kalori yang terdapat dalam cairan nutrien dapat berkisar antara 200-
1500kalori perliter. Cairan nutrien terdiri atas : Karbohidrat dan air,
Asam amino, Lemak.
2) Blood volume expanders
Blood volume expanders merupakan jenis cairan yang berfungsi
meningkatkan volume darah sesudah kehilangan darah atau plasma
e. Gangguan/ Masalah Dalam Pemenuhan Kebutuhan Cairan
1) Hipovolume atau dehidrasi
Kekurangan cairan eksternal dapat terjadi karena penurunan asupan
cairan dan kelebihan pengeluaran cairan.
Ada tiga macam kekurangan volume cairan eksternal atau dehidrasi,
yaitu:
a) Dehidrasi isotonic, terjadi jika kekurangan sejumlah cairan
danelektrolitnya yang seimbang
b) Dehidrasi hipertonik, terjadi jika kehilangan sejumlah air yang
lebih banyak daripada elektrolitnya
c) Dehidrasi hipotonik, terjadi jika tubuh lebih banyak
kehilanganelektrolitnya daripada air.Macam dehidrasi (kurang
volume cairan)
berdasarkan derajatnya :
a) Dehidrasi berat
Pengeluaran/ kehilangan cairan 4-6L Serum natrium 159-
166mEq/L
Hipotensi
Turgor kulit buruk
Oliguria
Nadi dan pernapasan meningkat
Kehilangan cairan mencapai > 10% BB
b) Dehidrasi sedang
Kehilangan cairan 2-4 atau antara 5-10 % BB
Serum natrium 152-158 mEq/L
Mata cekung
c) Dehidrasi ringan, dengan terjadinya kehilangan cairan sampai 5%
BB atau 1,5-2 L
2) Hipervolume atau overhidrasi
Terdapat dua manifestasi yang ditimbulkan akibat kelebihan cairan
yaitu, hipervolume (peningkatan volume darah) dan edema
(kelebihan cairan pada interstisial).
2. Kebutuhan Elektrolit
Elektrolit terdapat pada seluruh cairan tubuh. Cairan tubuh mengandung
oksigen, nutrient, dan sisa metabolism (seperti karbondioksida), yang semuanya
disebut dengan ion.
a. Komposisi elektrolit
Komposisi elektrolit dalam plasma sebagai berikut :
Natrium : 135- 145m Eq/L
Kalium : 3,5-5,3 m Eq/L
Klorida : 100-106m Eq/L
Bikarbonat arteri : 22-26m Eq/L
Bikarbonat vena : 24-30 m Eq/L
Kalsium : 4-5m Eq/L
Magnesium : 1,5-2,5m Eq/L
Fosfat : 2,5-4,5mg/100ml
b. Jenis Cairan Elektrolit
Cairan elektrolit adalah cairan saline atau cairan yang memiliki
sifat bertegangan tetap. Cairan saline terdiri dari cairan isotonic, hipotonik,
dan hipertonik. Konsentrasi isotonic disebut juga normal saline yang
banyak dipergunakan.
c. Pengaturan Elektrolit
1) Pengaturan keseimbanga natrium
Natrium merupakan kation dalam tubuh yang berfungsi
dalam pengaturan osmolaritas dan volume cairan tubuh.
2) Pengaturan keseimbangan kalium
Kalium merupakan kation utama yang terdapat dalam cairan intrasel
dan berfungsi mengatur keseimbangan elektrolit. Aldosteron juga
berfungsi mengatur keseimbangan kadar kalium dalam plasma (cairan
ekstrasel). System pengaturannya melalui tiga langkah:
a) Peningkatan konsentrasi kalium dalam cairan ekstrasel yang
menyebabkan peningkatan produksi aldosteron
b) Peningkatan jumlah aldosteron akan memengaruhi jumlah kalium
yang dikeluarkan melalui ginjal
c) Peningkatan pengeluaran kalium; konsentrasi kalium dalam cairan
ekstrasel menurun
3) Pengaturan keseimbangan kalsium
Kalsium dalam tubuh berfungsi dalam pembentukan tulang
4) Pengaturan keseimbangan magnesium
Magnesium merupakan kation dalam tubuh yang terpenting kedua
dalam cairan intrasel
5) Pengaturan keseimbangan klorida
Klorida merupakan anion utama dalam cairan ekstrasel, tetapi klorida
dapat ditemukan pada cairan ekstrasel dan intrasel. Fungsi klorida
biasanya bersatu dengan natrium yaitu mempertahankan keseimbangan
tekanan osmotic dalam darah
6) Pengaturan keseimbangan bikarbonat
Bikarbonat merupakan elektrolit utama dalam larutan buffer
(penyangga) dalam tubuh
7) Pengaturan keseimbangan fosfat (PO4)
Fosfat bersama-sama dengan kalsium berfungsi dalam pembentukan
gigi dan tulang. Fosfat diserap dari saluran pencernaan dan dikeluarkan
melalui urine.
d. Gangguan /Masalah Kebutuhan Elektrolit
1) Hiponatremia, merupakan suatu keadaan kekurangan kadar natrium
dalam plasma darah yang ditandai dengan adanya kadar
natrium plasma yang kurang dari 135mEq/L, mual, muntah dan diare.
2) Hipernatremia, suatu keadaan dimana kadar natrium dalam plasma
tinggi, yang ditandai dengan adanya mukosa kering, oliguria/ anuria,
turgor kulit buruk dan permukaan kulit membengka, kulit kemerahan,
lidah kering, dll
3) Hipokalemia, merupakan suatu keadaan kekurangan kadar
kaliumdalam darah. Hipokalemia ini dapat terjadi dengan sangat cepat.
Sering terjadi pada pasien yang mengalami diare berkepanjangan.
4) Hiperkalemia, merupakan suatu keadaan dimana kadar kalium dalam
darah tinggi. Keadaan ini sering terjadi pada pasien luka bakar,
penyakit ginjal, asidosis metabolik. Hiperkalemia ditandai dengan
adanya mual, hiperaktifitas system pencernaan,dll
5) Hipokalsemia, merupakan kekurangan kadar kalsium dalam plasma
darah. Hipokalsemia ditandai dengan adanya kram otot dan keranm
perut, kejang, bingung, dll.
6) Hiperkalsemia, merupakan suatu keadaan kelebihan kadar kalsium
dalam darah. Hal ini terjadi pada pasien yang
mengalami pengangkatan kelenjar gondok dan makan vitamin D
secara berlebihan. Hiperkalsemia ditandai dengan adanya nyeri pada
tulang, relaksasi otot, batu ginjal, dll, dan kadar kalsium daam plasma
lebih dari 4,3mEq/L
7) Hipomagnesia, merupakan kekurangan kadar magnesium dalam darah.
Hipomagnesia ditandai dengan adanya iritabilitas, tremor, kram pada
kaki dan tangan, dll, serta kadar magnesium dalamdarah kurang dari
1,3 mEq/L
8) Hipermagnesia, merupakan kelebihan kadar magnesium dalamdarah.
Hal ini ditandai dengan adanya koma, gangguan pernapasan, dan kadar
magnesium lebih dari 2,5 mEq/L.
9) Keseimbangan Asam Basa
Aktivitas tubuh memerlukan keseimbangan asam basa, keseimbangan
asam basa dapat diukur dengan pH (derajat keasaman). Dalam keadaan
normal, nilai pH cairan tubuh 7,35-7,45. Keseimbangan dapat
dipertahankan melalui proses metabolisme dengan sistem buffer pada
seluruh cairan tubuh dan melalui pernapasan dengan sistem regulasi
(pengaturan di ginjal). Tiga macam sistem larutan buffer cairan tubuh
yaitu larutan bikarbonat, larutan buffer fosfat, dan larutan buffer
protein.
Jenis Asam Basa
Cairan basa (alkali) digunakan untuk mengoreksi osidosis. Keadaan
asidosis dapat disebabkan karena henti jantung dan koma diabetikum.
Contoh cairan alkali antara lain natrium (sodiumlaktat) dan natrium
bikarbonat. Laktat merupakan garam dari asam lemah yang dapat
mengambil ion H+ dari cairan, sehingga mengurangi keasaman
(asidosis). Ion H+ diperoleh dari asam karbonat (H2CO3), yang mana
terurai menjadi HCO3 (bikarbonat) dan H+. selain system pernapasan,
ginjal juga berperan untuk mempertahankan keseimbangan asam basa
yang sangat kompleks
10) Asidosis respiratorik, merupakan suatu keadaan yang disebabkanoleh
karena kegagalan system pernapasan dalam membuangkarbondioksida
dari cairan tubuh
11) Asidosis metabolik, merupakan suatu keadaan kehilangan basaatau
terjadi penumpukan asam.
12) Alkalosis respiratorik, merupakan suatu keadaan kehilangan CO2,dari
paru-paru yang dapat menimbulkan terjadinya paCO2 arteriukurang dari
35mmHg, pH lebih dari 7,45.
13) Alkalosis metabolik, merupakan suatu keadaan kehilangan
ionhydrogen atau penambahan cairan basa pada cairan
tubuhdenganadanya peningkatan bikarbonat plasma lebih dari
26mEq/Ldan pH arteri lebih dari 7,45.
3. Faktor yang Memengaruhi Kebutuhan Cairan dan Elektrolit
a. Usia. Perbedaan usia menentukan luas permukaan tubuh danaktivitas
organ, sehingga dapat memengaruhi jumlah kebutuhancairan dan
elektrolit.
b. Temperature yang tinggi menyebabkan proses pengeluaran cairanmelalui
keringat cukup banyak, sehingga tubuh akan banyak kehilangan cairan.
c. Diet. Apabila tubuh kekurangan zat gizi, maka tubuh akanmemecah
cadangan makanan yang tersimpan dalam tubuhsehingga terjadi
penggerakan cairan dari interstisial ke interseluler,yang dapat berpengaruh
pada jumlah pemenuhan kebutuhan cairan.
d. Stress dapat memengaruhi pemenuhan kebutuhan cairan danelektrolit,
melalui proses peningkatan produksi ADH karena pada proses ini dapat
meningkatkan metabolisme sehinggamengakibatkan terjadinya glikolisis
otot yang dapat menimbulkanretensi natrium dan air.
e. Sakit. Pada keadaan sakit terdapat banyak sel yang rusak, sehinggauntuk
memperbaikinya sel membutuhkan proses pemenuhan cairanyang cukup.
f. Tekanan cairan, proses difusi dan osmosis melibatkan adanyatekanan
cairan
g. Membran semipermiabel, merupakan penyaring agar cairan
yang bermolekul besar tidak tergabung.
4. Tindakan Untuk Mengatasi Masalah/Gangguan dalam
PemenuhanKebutuhan Cairan dan elektrolit
a. Pemberian cairan melalui infuse
Pemberian cairan melalui infus merupakan tindakan memasukkan cairan
melalui intravena yang dilakukan pada pasiendengan bantuan perangkat
infuse. Tindakan ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan cairan dan
elektrolit, serta sebagai tindaka pengobatan dan pemberian makanan.
Persiapan Bahan dan Alat :
1) Standar infuse
2) Perangkat infuse
3) Cairan sesuai dengan kebutuhan pasien.
4) Jarum infus/ abocath atau sejenisnya sesuai dengan ukuran
5) Pengalas
6) Tourniquet /pembendung
7) kapas alkohol 70%
8) Plester
9) Gunting
10) Kasa steril
11) Betadine
12) Sarung tangan
Prosedur Kerja :
1) Cuci tangan
2) Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akandilaksanakan
3) Hubungakan cairan dan perangkat infuse dengan menusukkanke dalam
botol infuse (cairan)
4) Isi cairan ke dalam perangkat infuse dengan menekan bagianruang tetesan
hingga ruangan tetesan terisi sebagian, kemudian buka penutup hingga
selang terisi dan keluar udaranya
5) Letakkan pengalas
6) Lakukan pembendungan dengan tourniquet
7) Gunakan sarung tangan
8) Desinfeksi daerah yang akan ditusuk
9) Lakukan penusukan dengan arah jarum ke atas
10) Cek apakah sudah mengenai vena dengan ciri darah keluar melalui
jarum infus/abocath
11) Tarik jarum infus dan hubungkan dengan selang infuse
12) Buka tetesan
13) Lakukan desinfeksi dengan betadineŒ dan tutup dengan kasasteril
14) Beri tanggal dan jam pelaksanaan infuse pada plester
15) Catat respons yang terjadi
16) Cuci tangan
Cara menghitung tetesan infus:
a) Dewasa : (makro dengan 20 tetes/ml)
Tetesan /menit = Jumlah cairan yang dibutuhkan
Lamanya infuse (jam) x Faktor tetes
Tetesan/menit = Jumlah cairan yang dibutuhkan x Faktor tetesan
lama infuse (jam) x 60
Keterangan : Faktor tetesan infus bermacam-macam, hal ini dapat
dilihat pada label infus (10 tetes / menit, 15 tetes / menit dan 20
tetes /menit)
b) Anak :Tetesan per menit (mikro)
Tetesan /menit = Jumlah cairan yang dibutuhkan
Lamanya infuse (jam) x Faktor tetes
Tetesan/menit = Jumlah cairan yang dibutuhkan x Faktor tetesan
lama infuse (jam) x 60
b. Transfusi Darah
Transfusi darah merupakan tindakan memasukkan darah melalui vena
dengan menggunakan seperangkat alat transfusi pada pasien yang
membutuhkan darah. Tujuannya untuk memenuhi kebutuhan darah dan
memperbaiki perfusi jaringan.
Persiapan Alat dan Bahan :
1) Standar infuse
2) Perangkat transfuse
3) NaCl 0,9%
4) Darah sesuai dengan kebutuhan pasien
5) Jarum infus/abocath atau sejenisnya sesuai dengan ukuran
6) Pengalas
7) Tourniquet/ pembendung
8) Kapas alcohol 70%
9) Plester, gunting, kassa steril
10) Betadine Œ
11) Sarung tangan
Prosedur Kerja :
1) Cuci tangan
2) Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan
3) Hubungkan cairan NaCl 0,9% dan seperangkat transfusedengan
menusukkannya
4) Isi cairan NaCl 0,9% ke dalam perangkat transfusi denganmenekan
bagian ruang tetesan hingga ruangan tetesan terisisebagian. Kemudian
buka penutup, hingga selang terisi danudaranya keluar.
5) Letakkan pengalas
6) Lakukan pembendungan dengan tourniquet
7) Gunakan sarung tangan
8) Desinfeksi daerah yang akan disuntik
9) Lakukan penusukan dengan arah jarum ke atas
10) Cek apakah sudah mengenai vena dengan ciri darah keluar melalui
jarum infus/abocath
11) Tarik jarum infus dan hubungkan dengan selang tranfusi
12) Buka tetesan
13) Lakukan desinfeksi dengan betadineŒ dan tutup dengan kasasteril
14) Beri tanggal dan jam pelaksanaan infuse pada plester
15) Setelah NaCl 0,9% masuk sekitar ± 15menit, ganti dengandarah yang
sudah disiapkan
16) Darah sebelum dimasukkan, terlebih dahulu cek warna darah, identitas
pasien, jenis golongan darah dan tanggal kadaluwarsa
17) Lakukan observasi tanda-tanda vital selama pemakaian transfusi
18) Catat respons terjadi
19) Cuci tangan
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Pengaturan keseimbangan cairan perlu memperhatikan 2 parameter
penting, yaitu: volume cairan ekstrasel dan osmolaritas cairan ekstrasel. Ginjal
mengontrol volume cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan
garam dan mengontrol osmolaritas ekstrasel dengan mempertahankan
keseimbangan cairan. Ginjal mempertahankan keseimbangan ini dengan mengatur
keluaran garam dan air dalam urine sesuai kebutuhan untuk mengkompensasi
asupan dan kehilangan abnormal dari air dan garam tersebut. Ginjal juga turut
berperan dalam mempertahankan keseimbangan asam-basa dengan mengatur
keluaran ion hidrogen dan ion bikarbonat dalam urine sesuai kebutuhan. Selain
ginjal, yang turut berperan dalam keseimbangan asam-basa adalah paru-paru
dengan mengeksresikan ion hidrogen dan CO2 dan system dapar (buffer) kimia
dalam cairan tubuh.
DAFTAR PUSTAKA