cairan _ elektrolit

27
LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT DIRUANG HEMODIALISA RSUP Dr. KARYADI SEMARANG Disusun oleh : HERYANTO MEGA APRILIANA

Upload: ardianprima

Post on 25-Jul-2015

737 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: CAIRAN _ ELEKTROLIT

LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

DIRUANG HEMODIALISA RSUP Dr. KARYADI

SEMARANG

Disusun oleh :

HERYANTO

MEGA APRILIANA

PROGRAM STUDI PROFESI KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

KARYA HUSADA SEMARANG

2011

Page 2: CAIRAN _ ELEKTROLIT

LAPORAN PENDAHULUAN

A. DEFINISI

Kebutuhan cairan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena

metabolisme tubuh membutuhkan perubahan yang tetap dalam berespon

terhadap stressor fisiologis dan lingkungan (Tarwoto & Wartonah, 2003).

Kekurangan cairan dan elektrolit adalah keadaan dimana seorang

individu mengalami atau beresiko mengalami penurunan cairan intravaskuler,

interstitial dan atau intraseluler.

Kelebihan cairan dan elektrolit adalah keadaan dimana seorang

individu mengalami atau beresiko mengalami peningkatan cairan

intravaskuler, interstitial dan atau intraseluler.

Ketidakseimbangan volume cairan dan elektrolit adalah keadaan

dimana seorang individu mengalami atau beresiko mengalami peningkatan,

penurunan atau cepatnya pertukaran dari satu ke lainnya dari intravaskuler,

interstitial dan atau intraseluler.

B. FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEIMBANGAN

CAIRAN

Usia

Berkaitan dengan permukaan tubuh, metabolisme yang diperlukan, berat

badan, dan perkembangan.

Temperatur

Panas yang berlebihan menyebabkan kertingat dimana seseorang dapai

kehilangan NaCl melalui keringat.

Diit

Pada saat tubuh mengeluarkan nutrisi, tubuh akan memesan cadangan

energi. Proses ini akan menimbulkan pergerakan cairan dari insterstitial ke

intraseluler.

Stress

Page 3: CAIRAN _ ELEKTROLIT

Stress dapat meningkatkan metabolisme sel, konsentrasi darah dan

glikolisis otot. Metabolisme ini dapat menimbulkan retensi sodium dan air.

Proses ini meningkatkan produksi ADH dan menurunkan produksi urine.

Olah Raga

Olah raga menyebabkan peningkatan kehilangan air kasat mata melalui

keringat.

Sakit

keadaan pembedahan , trauma jaringan, kelainan ginjal dan jantung,

gangguan hormone akan mengganggu keseimbangan cairan.

C. KLASIFIKASI

HIPOVOLEMIA

Kekurangan volume cairan terjadi saat air dan elektrolit yang hilang

berada di dalam proporsi isotonic.kadar elektrolit dalam serum tetap tidak

berubah, kecuali jika terjadi ketidakseimbangan lain.pasien yang beresiko

kekurangan volume cairan ini adalah pasien yang mengalami kekurangan

cairan dan elektrolit melalui saluran gastrointestinal,missalnya akibat

muntah, pengisap lambung, diare, atau fustula.penyebab lain dapat

meliputi perdarahan, pemberian obat-obatan diuretic, keringat yang

banyak, bemam, dan penurunan asupan per oral.

HIPERVOLEMIA

Kelebihan volume cairan terjadi saat air dan natrium dipertahankan dalam

proporsi isotonic sehingga menyebabkan hipervolemi tanpa disertai

perubahan kadar elektrolit serum.pasien yang berisiko kelebihan volume

cairan ini meliputi pasien yang menderita gagal jantung kongestif, gagal

ginjal, dan sirosis.

Kandungannya antara lain :

Natrium ( sodium )

1. merupakan kation paling banyak yang terdapat pada cairan ekstrasel

2. Na mempengaruhi keseimbangan air, hantaran impuls saraf dan

kontraksi otot

Page 4: CAIRAN _ ELEKTROLIT

3. sodium diatur oleh intake garam, aldosteron dan pengeluaran urin.

normalnya sekitar 35-45 mEq/ lt

Kalium ( potassium )

1. merupakan kation utama cairan intrasel

2. berfungsi sebagai excitability neorumuskuler dan kontraksi otot

3. diperlukan untuk pembentukan glikogen, sintesa protein, pengaturan

keseimbangan asam basa, karena ion K- dapat diubah menjadi ion

hydrogen ( H+ ). Nilai normalnya sekitar 3,5 – 5,5 mEq / lt

Kalsium

1. berguna untuk integritas kulit dan struktur sel , konduksi jantung,

pembekuan darah dan pembentukan tulang dan gigi

2. kalsium dalam cairan ekstrasel diatur oleh kelenjar paratiroid dan tiroid

3. hormone paratiroid mengabsorpsi kalsium melalui gastrointestinal,

sekresi melalui ginjal

4. hormon thirocalcitonin menghambat penyerapan Ca+ tulang

magnesium

1. merupakan kation terbanyak kedua pada cairan intrasel

2. sangat penting untuk aktivitas enzim, neurochemia dan muscular

excibuiltary. normalnya sekitar 1,5 – 2,5 mEq/ lt

chloride

terdapat pada cairan ekstrasel dan intrasel , normalnya sekitar 95-105 Eq/

lt

bikarbonat

1. HCO3 adalah buffer kimia utama dalam tubuh dan terdapat pada cairan

ekstrasel dan intrasel

2. bicnat diatur oleh ginjal

fosfat

1. merupakan anion buffer dalam cairan intrasel dan ekstrasel

2. berfungsi untuk meningkatkan kegiatan neuromuskuler, metabolisme

karbohidrat, pengaturan asam basa

3. pengaturan oleh hormone parathyroid.

Page 5: CAIRAN _ ELEKTROLIT

D. PATOFISIOLOGI/PATHWAY

Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron (termasuk glomerulus

dan tubulus) diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa nefron

utuh). Nefron-nefron yang utuh hipertrofi dan memproduksi volume

filtrasi yang meningkat disertai reabsorpsi walaupun dalam keadaan

penurunan GFR / daya saring. Metode adaptif ini memungkinkan ginjal

untuk berfungsi sampai ¾ dari nefron–nefron rusak. Beban bahan yang

harus dilarut menjadi lebih besar daripada yang bisa direabsorpsi berakibat

diuresis osmotik disertai poliuri dan haus. Selanjutnya karena jumlah

nefron yang rusak bertambah banyak oliguri timbul disertai retensi produk

sisa. Titik dimana timbulnya gejala-gejala pada pasien menjadi lebih jelas

dan muncul gejala-gejala khas kegagalan ginjal bila kira-kira fungsi ginjal

telah hilang 80% - 90%. Pada tingkat ini fungsi renal yang demikian nilai

kreatinin clearance turun sampai 15 ml/menit atau lebih rendah itu.

(Barbara C Long, 1996)

Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang

normalnya diekskresikan ke dalam urin) tertimbun dalam darah. Terjadi

uremia dan mempengaruhi setiap sistem tubuh. Semakin banyak timbunan

produk sampah maka gejala akan semakin berat. Banyak gejala uremia

membaik setelah dialisis. (Brunner & Suddarth, 2001).

Perjalanan umum gagal ginjal progresif dapat dibagi menjadi tiga

stadium yaitu:

Stadium 1 (penurunan cadangan ginjal)

Ditandai dengan kreatinin serum dan kadar Blood Ureum Nitrogen

(BUN) normal dan penderita asimtomatik.

Stadium 2 (insufisiensi ginjal)

Lebih dari 75% jaringan yang berfungsi telah rusak (Glomerulo

filtration Rate besarnya 25% dari normal). Pada tahap ini Blood

Ureum Nitrogen mulai meningkat diatas normal, kadar kreatinin serum

mulai meningklat melabihi kadar normal, azotemia ringan, timbul

nokturia dan poliuri.

Stadium 3 (Gagal ginjal stadium akhir / uremia)

Page 6: CAIRAN _ ELEKTROLIT

Timbul apabila 90% massa nefron telah hancur, nilai glomerulo

filtration rate 10% dari normal, kreatinin klirens 5-10 ml permenit atau

kurang. Pada tahap ini kreatinin serum dan kadar blood ureum nitrgen

meningkat sangat mencolok dan timbul oliguri. (Price, 1992)

DISTRIBUSI CAIRAN DAN ELEKTROLIT

a. Distribusi Cairan

1. Cairan Ekstra Sel (CES)

CES terdiri dari cairan interstitial dn cairan intravaskuler. Cairan

interstitial mengisi ruangan yang berada di antara sebagian besar sel

tubuh dan menyusun sejumlah besar lingkungan cairan tubuh. Sekitar

15% berat tubuh merupakan cairan interstitial. Sedangkan cairan

intravaskuler terdiri dari plasma, bagian cairan limfe yang berisi atau

mengandung air dan tidak berwarna, dan daerah yang mengandung

suspensi leukosit, eritrosit, dan trombosit. Plasma menyusun 5% berat

tubuh.

2. Cairan Intra Sel (CIS)

Cairan intrasel adalah cairan di dalam membran sel yang berisi

substansi terlarut atau solute yang penting untuk keseimbangan cairan

dan elektrolit serta untuk metabolisme. Cairan intra sel membentuk

40% berat tubuh.

b. Distribusi Elektrolit

Elektrolit terdiri dari : - kation bermuatan positif ( Na+ , K+, Mg+, Ca+)

- anion bermuatan negatif ( Cl-, HCO3- )

Nilai normal elektrolit pada orang dewasa

c. Natrium : 135 - 145 mem/L

d. Kalium : 3,5 – 5,0 mem/L

e. Clorida : 9,5 – 5,5 mem/L

f. Magnesium : 1,5 – 2,5 mem/L

g. Fosfat : 1,5 – 2,6 mem/L

PENGATURAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

1. Asupan cairan

Page 7: CAIRAN _ ELEKTROLIT

Diatur melalui mekanisme rasa haus. Pusat pengendalian rasa haus berada

di dalam hipotalamus di otak. Asupan cairan dari makanan & minuman

yang di asup.

a. Haluaran cairan

Pemasukan dan Pengeluaran cairan setiap hari pada orang dewasa

sehat.

Pemasukan Pengeluaran

Cairan yang diminum 1200 ml Ginjal (urine) 1500 ml

Makanan padat (air) 1000 ml Usus halus (feses) 200 ml

Oksidasi makanan 300 ml Paru ( dlm udara ekspirasi 400

ml

PERGERAKAN CAIRAN TUBUH

1. Difusi adalah perpindahan cairan dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi

rendah melalui membran sel yang permeable terhadap substansi materi

baik padat maupun partikel zat terlarut.

2. Filtrasi adalah suatu proses perpindahan air dan substansi yang dapat

terlarut secara bersamaan sebagai respon terhadap adanya cairan yang

mempuntai perbadaan tekanan.

3. Osmosis adalah perpindahan cairan melalui membrane selaktof permeable

dari area yang konsentarsi rendah ke area dengan konsentrasi tinggi.

4. Transpor aktif adalah perpundahan cairan menggunakan ATP yang

melawan gradien konsentrasi dari konsentrasi rendah ke konsentrasi

tinggi.

E. ASUHAN KEPERAWATAN

I. Pengkajian

a. Riwayat keperawatan

Pemasukan dan pengeluaran dan makanan (oral, parenteral)

Tanda umum masalah elektrolit

Tanda kekurangan dan kelebihan volume cairan

Page 8: CAIRAN _ ELEKTROLIT

Proses penyakit yang menyebabkan gangguan homeostasis cairan

dan elektrolit

Pengobatan tertentu yang dijalani dapat mengganggu status cairan

Status perkembangan seperti usia atau situasi sosial

Faktor psikologis seperti perilaku emosional yang mengganggu

pengobatan

b. Pengukuran klinik

Berat badan

Kehilangan / bertambahnya berat badan menunjukan adanya

masalah keseimbangan cairan

± 2% : ringan

± 5% : sedang

± 10% : berat

Pengukuran berat badan dilakukan satiap hari pada waktu yang

sama

Keadaan umum

Pengukuran masukan cairan

o Cairan oral

o Cairan parenteral termasuk obat-obatan IV

o Makanan yang cenderung mengandung air

o Irigasi kateter atau NGT

Pengukuran pengeluaran cairan

Urin : volume, warna, bau

Feses : jumlah dan konsistensi

Muntah

IWL

c. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik pada kebutuhan cairan dan elektrolit difokuskan

pada :

Integumen : keadaan turgor kulit, edema, kelemahan otot

Kardiovaskuler : distensi vena jugularis, tekanan darah,

hemoglobin dan bunyi jantung

Page 9: CAIRAN _ ELEKTROLIT

Mata : cekung, air mata kering

Neurologi : refleks, gangguan motorik dan sesorik, tingkat

kesadaran.

Gastrointestinal : keadaan mukosa mulut, mual muntah, dan bising

usus

d. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan elektrolit, darah lengkap, PH, berat jenis urin dan analisis

gas darah

F. DIAGNOSA KEPERAWATAN

A. Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit berhubungan dengan

intake dan out put tidak seimbang.

Ditandai dengan :

- Urine ( 0,5 – 1 cc / kg BB/ jam)

- Urine pekat atau encer

- Ada edema / diare

- Demam

- Nadi lemah

B. Resiko Devisit Volume Cairan dan Elektrolit berhubungan dengan output

berlebihan.

Ditandai dengan :

- Demam

- Berkerinat banyak

- Mual muntah

- Hiperventilasi

C. Peningkatan Suhu Tubuh berhubungan dengan devisit caiaran

Ditandai dengan :

- Mukosa mulut kering

- Turgor kulit menurun

- Mata cowong

- Suhu tubuh meningkat

- Demam tinggi

G. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Page 10: CAIRAN _ ELEKTROLIT

a. Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit berhubungan dengan

intake dan out put tidak seimbang.

Tujuan : Keseimbangan cairan elektrolit pasien terpenuhi dalam waktu

1 x 24jam.

Kriteria hasil :

- Berat badan stabil

- Haluran urine stabil

- Turgor kulit baik

- TTV normal

Intervensi dan Rasionalisasi

1. Observasi TTV

R : Mengetahui perkembangan yang terjadi pada pesien

2. Anjurkan asupan cairan yang menunjang

R : Untuk menungkatkan keseimbangan cairan elektrolit

3. Anjurkan pasien minum sedikit tapi sering

R : Mencegah rasa ingin muntah

4. Anjurkan untuk bedrest dan kurangi aktifitas

R : Mengurangi peningkatan eksresi cairan melalui GI dan kulit

b. Resiko Devisit Volume Cairan dan Elektrolit berhubungan dengan output

berlebihan.

Tujuan : Mual teratasi sehingga tidak terjadi dehidrasi dalam waktu

1 x 24jam.

Kriteria hasil :

- Berat badan stabil

- Nafsu makan kembali normal

- Turgor kulit baik

Intervensi dan Rasionalisasi :

1. Anjurkan makan sedikit tapi sering

R : Untuk mencegah terjadinya mual dan muntah

2. Dorong pasien untuk menjaga kebersihan oral

R : Untuk meningkatkan nafsu makan

3. Kendali makanan yang merangsang peningkatan asam lambung

Page 11: CAIRAN _ ELEKTROLIT

R : Untuk mencegah terjadinya peningkatan asem lambung

4. lakukan advis dokter dengan pemberian anti emetic

R : Menghilangkan rasa mual

c. Peningkatan Suhu Tubuh berhubungan dengan devisit caiaran

Tujuan : Suhu tubuh kembali normal ( 36 -37 0c) dalam waktu 1 x 24 jam

Kriteria hasil :

- Suhu tubuh kembali normal

- Mukosa basah

- ]Turgor kuli baik

Intervensi dan Rasionaliasasi :

1. Observasi TTV

R: Memantau peningkatan dan penurunan suhu tubuh

2. Anjurkan pasien banyak minum air putih

R : Mencegah dehidrasi

3. Anjurkan pasien menggunakan pakaian tipis

R : Dapat menyarap keringat, memberikan kenyamanan pasien dan

meningkatkan evaporasi

4. Lakukan advis dokter pemberian obat anti piretik

R : Menurunkan panas

Page 12: CAIRAN _ ELEKTROLIT

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda juall.1999. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta:

EGC

Doengoes, Marilynn E.1999.Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC.

Gleadle, Jonathan.2005.Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik.Jakarta: Air langga

Potter, Patricia A.Perry,Anne griffin. 1999. Buku Ajar Fundamental

Keperawatan. Jakarta : EGC

Tarwoto & Wartonah 2003. Kebutuhan dasar manusia dan proses

keperawatan. Jakarta : Salemba medika.

Page 13: CAIRAN _ ELEKTROLIT

LAPORAN KASUS

Tanggal Pengkajian : 10 Januari 2011

Jam Pengkajian : 10.00 Wib

I. IDENTITAS

Nama :Tn. A.W

Alamat : Karah

Umur : 11 Tahun

No. Reg : 38561

Agama : Islam

Pekerjaan : Pelajar

Diagnosa : CKD

MRS : 28 Juli 2008

Jam : 21.00

II. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

Keluhan Utama

.

Riwayat Penyakit Sekarang

Keluarga pasien mengatakan anaknya demam kurang lebih 3 hari, naik

turun dari hari kehari tersebut. Keluarga pasien mengatakan,sudah berobat

di RS Siti Khotijah dirawat selama 2 hari di beri obat parasetamol.setelah

keluar RS Siti Khotijah, pasien demem lagi,kemudian di bawa ke RS Bakti

Rahayu.disertai mual muntah dan nyeri perut, serta tidak bisa BAB selama

kurang lebih 5 hari.

Riwayat penyakit Sebelumnya

Keluarga pasien mengatakan pasien tidak mempunyai riwayat penyakit

menular atau kronik, seperti DHF.thipoit,dan lain-lain.

Riwayat Alergi

Keluarga pasien mengatakan pasien tidak alergi makanan dan obat-obatan.

Page 14: CAIRAN _ ELEKTROLIT

III. POLA-POLA FUNGSI KESEHATAN

a. Pola Nutrisi Dan Metabolisme

- Makan pagi : BH 1porsi & 1 gelas teh

- Makan siang : BHTKTP 1porsi & 1 gelas teh

Makan malam : BHTKTP 1porsi & 1 gelas teh

- Ket: Px habis makan ½ porsi

- Minum (SMRS): 1500 cc/24jam, MRS: 1500+1000/24jam

- Keadaan yang mengganggu nutrisi : nausea setiap mau makan

- Postur tubuh : kurus

- BB : 18 kg (setelah MRS), BB : 25 Kg (sebelum MRS)

b. Pola Eleminasi

- Defekasi : - Frekuensi : belum defekasi selama 2 hari(setelah MRS)

- Kesulitan defekasi : tidak keluar feses (BAB (-))

- Miksi : - Frekuensi : 4 kali/hari Miksi : - 6 kali /hari

- Konsentrasi : encer - encer

- Warna : kuning jernih - kuning jernih

- Jumlah : 2500 cc - 3000 cc

c. Pola Tidur Dan Istirahat

a. Lamanya tidur : 10 jam/hari (sblm MRS), 7 jam/hari (stlh MRS)

b. Suasana lingkungan : Tenang (sblm MRS) , ramai (stlh MRS)

d. Pola Aktifitas

Kegiatan pasien sehari-hari : Pasien bekerja sehari – hari sebagai buruh.

e Pola Hubungan Dan Peran

Pasien tidak bekerja, pasien masih siswa SD kelas 6 dan keluarga pasien

mengatakan interaksinya dgn orang lain baik dgn komunikasi verbal dan

ramah serta sopan dgn orang lain dan interaksinya cukup dekat dgn

keluarga dan saling menyayangi.

f. Pola Sensori Dan Kognitif

Sensori:

Daya penciuman : baik

Page 15: CAIRAN _ ELEKTROLIT

Daya raba : baik

Daya pendengaran : baik

Daya rasa : Lidah putih dan rasa kurang peka

Kognitif:

Pross berpikirnya lancar, isi pikiran mudah dimengerti dan daya ingat

tinggi.

g. Pola Penanggulangan Stress

Penyebab stress : jika di marahin orang tua

Pemecah masalahnya : bermain dgn teman-temanya

IV. PEMERIKSAAN FISIK

A. Status Kesehatan Umum :

a. Keadaan penyakit : Sedang

b. Kesadaran : Komposmentis

c. Suara bicara : Jelas

d. Pernafasan : RR: 22x/menit

e. Suhu tubuh : 37 ◦C

f. Nadi : 82x/menit

g. Tensi : 160/90 mmHg

B. Sistem Integrumen:

Kulit : Tampak anemis

Akral : Hangat

Turgor kulit : Menurun

Rambut : tampak sedikit beruban

Kuku : Warnanya pucat

C. Kepala

Tidak ada bekas luka dan bentuknya simetris

D. Muka

Simetris dan tidak ada oedema

E. Mata

Tampak cowong

Conjunctiva tampak pucat

Page 16: CAIRAN _ ELEKTROLIT

F. Telinga

Simetris, tidak ada secret

G. Hidung

Simetris dan tidak ada pernafasan cuping hidung dan tidak polip

H. Mulut dan Farings

Bersih tidak ada stomatitis, tidak ada caries

I. Leher

Tidak ada pembesaran vena juguralis dan pembesaran limfe

J. Thoraks

Bentuk normal

K. Paru

Inspeksi : Bentuk simetris ( bentuk thorak)

Palpasi : Pergerakan simetris, fremitus raba sama

Perkusi : -

Auskultasi :Vesikuler, tidak ada suara gerak pleura, ronchi tidak ada

sifatnya kering

L. Abdomen

Inspeksi :

Bentuk : Membuncit, asietas

Umbilicus : ( Masuk kedalam )

Auskultasi : Terdengar peristaltik usus/bising usus 12 X/menit

Palpasi:

Turgor : Menurun

Nyeri : Local

Terdapat : Nyeri tekan di bagian perut, Px tampak meringis

Perkusi:

Teraba timpanik (kembung)

N. Tulang belakang : Nnormal

Page 17: CAIRAN _ ELEKTROLIT

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan Penunjang Pertama

Darah lengkap Hasil Nilai normal

Hemoglobin : 12,2g/dl 11,5-15,5 g/dl

Lekosit : 4.300 ui 4.500-14.500 ui

Hematokrit : 34,5%[mikro} 35-45 %

Trombosit : 97.000 ui 15.000-450.000 ui

Widal Hasil Nilai Normal

Salmonella typhi O : 1/80 Titer < 1/80

Trombrosit : 97.000 ui 150.000-450.000 ui

2. Pemeriksaan Laboratorium, perkembangan tgl 29-7-2008

Darah lengkap Hasil Nilai Normal

Hemoglobin : 10.4 L. 13,5-18,0 P. 11,5-16,0 g/dl

Lekosit : 4.700 4.000-11000/cmm

Hematokrit : 33,2% L.40-54% : P 37-47%

Trombosit : 124.000 150.000-450.000 cmm

VI. TERAPI

Obat-obatan

Infus : RL 1.500 cc/24 jam

Injeksi : captopril 3 x 25 mg

CaCo3 3 x 1

Asam folat 3 x 1

Allopurinol 1 x 100 mg

Vit. B complex 3 x 1

Furosemid

Sohobion 1 x 1

Page 18: CAIRAN _ ELEKTROLIT

Diet : Bubur Halus

Bubur Halus Tanpa Kalori Tanpa Protein

ANALISA DATA

No Data Etiologi Masalah

1 DS : Ps. Mengatakan nyeri pada

bagian abdomen

DO : pasien terpasang set

Hemodialisa

- Px tampak lemas

- BB sebelum

HD : 65 kg

BB sesudah HD : 62 kg

- TTV :

T :160/90 mmHg

S : 370C

N : 82 x/menit

RR : 20 x/menit

Gangguan rasa nyaman

b.d punksi hemodialisa

2 DS : Ibu Px mengatakan Px tidak

belum BAB ± 5 hari

DO : - Teraba timpanik

-Tampak Nyeri tekan di

perut

- Px tampak Memegang

Perutnya, BAK: 4kali

- TTV = T : 110/90 mmHg

S : 38 0C, N : 100x/mnt

RR:22x/mnt,BAB:-

Intake

cairan dan

makana

kurang

Konstipasi