keberpihakan media online terhadap content-...
TRANSCRIPT
KEBERPIHAKAN MEDIA ONLINE TERHADAP CONTENT-
CONTENT BERMUATAN ISLAM (ANALISIS FRAMING
KONSTRUKSI REALITAS PEMBERITAAN POLWAN
BERJILBAB DI REPUBLIKA ONLINE)
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom. I)
Disusun Oleh:
Putri Buana Tungga Dewi
NIM: 109051100074
KONSENTRASI JURNALISTIK
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1434 H/2013 M
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar sarjana 1 (SD Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini, saya telah
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini merupakan hasil plagiat
atau hasil jiplakan karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi
yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, 3 Oktober 2013
Putri Buana Tungga Dewi
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING
KEBERPIHAKAN MEDIA ONLINE TERHADAPC O NT E N T.CO NTE NT BERMUATAN ISLAM
(ANALISIS Tn1 MING KONSTRUKSI REALITASPEMBERITAAN POLWAN BERJILBAB DI
REPABLIKA ONLINE)
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk MemenuhiPersyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh:
Putri Buana Tungsa DewiNrM 109051100074
Di bawah Bimbinsan
KONSENTRASI JURI{ALISTIKJURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASIUNIVERSITAS ISILAM NEGERI
SYARIF HID.A,YATULLAHJAKAITTA
r434H12013 M
110 199303
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi yang berjudul "Keberpihakan Media Online terhadap Content-content
Bermuatan Islam (Analisis Framing Konstruksi Realitas Pemberitaan Polwan
Berjilbab di Repablika Online)" telah diujikan dalam Sidang Munaqasyah Fakultas
Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta pada tanggal 21 Oktober 2013. Skripsi ini telah diterima sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I) pada
Jurusan Konsentrasi Jurnalistik.
Jakarta. 2 1 Oktober 201 3
Sidang Munaqasyah
Ketua Sidang Sekretaris Sidang
/}fril{/ / l -+l t l
Ade Rina Farida. M.SiNIP: 19770513 200701 2 018
Anggota
Penguji II
/JWAde Rina Farida. M.SiNIP: 19770513 200701 2 018
Pembimbing
NIP: 19730 822199803 2 001
NIP: 19830610 200912 2 001
l0 199303
i
ABSTRAK
Putri Buana Tungga Dewi
Keberpihakan Media Online terhadap Content-content Bermuatan Islam
(Analisis Framing Konstruksi Realitas Pemberitaan Polwan Berjilbab di
Republika Online)
Adanya aspirasi polisi wanita (Polwan) Muslimah yang ingin
menggunakan jilbab ditolak oleh pihak Korps Tri Bata Polri. Penolakan ini
didasari adanya Peraturan Kapolri No Pol: Skep/702/IX/2005 tentang seragam
anggotanya. Banyak pihak yang menyayangkan peraturan ini dan meminta pihak
Polri untuk merevisi. Republika Online (ROL) sebagai media online berbasis
Islam ikut memberi dukungan dan keberpihakannya kepada Polwan yang ingin
berjilbab. Keberpihakan ini melalui pemberitaan-pemberitaan yang terus menerus
disebarkan, dan puncaknya pada bulan Juni 2013.
Dari paparan di atas, muncul beberapa pertanyaan yaitu: Bagaimana frame
konstruksi ROL tentang pemberitaan Polwan berjilbab? Bagaimana bentuk
keberpihakan ROL terhadap pemberitaan Polwan berjilbab?
Dalam teks berita tentang isu ini, pada ROL terdapat informasi-informasi
yang tidak dibahas utuh. Realitas yang ditampilkan oleh ROL sangat nampak
mendukung Polwan yang ingin berjilbab. Hal ini ditunjukkan dengan pemilihan
bahasa dan narasumber. Sehingga informasi didominasi dengan pihak yang
sependapat. Hal ini tentu saja membentuk pikiran pembaca kepada maksud dan
tujuan yang sesuai ROL harapkan.
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan teori Konstruksi Realitas Sosial
yang diperkenalkan oleh Peter L. Berger dan Thomas Luckmann. Pada teori
Konstruksi Realitas Sosial, Berger dan Luckmann menjelaskan bahwa media
melakukan konstruksi terhadap fenomena sosial di masyarakat dengan proses
pembingkaian. Kemudian dikaitkan dengan teori framing Robert N. Entman
dengan konsep: Define Problems, Diagnose Causes, Make Moral Judgement, dan
Treatment Recommendation.
Penelitian skripsi ini menggunakan: Paradigma Konstruksionis,
pendekatan kualitatif, dan jenis penelitian deskriptif dengan menguraikan isi serta
melakukan interpretasi atas teks. Teknik pengumpulan data yang digunakan
berupa non-partisipasi dan data primer dengan teks dan wawancara. Data
sekunder diperoleh dari studi kepustakaan dan data perusahaan, sedangkan
analisis data menggunakan Teori framing Robert N. Entman.
Hasil penelitian teks menunjukkan banyak pihak yang mendukung adanya
revisi atas Peraturan Kapolri sebelumnya. ROL pun menunjukkan keberpihakan
pada kaum Muslimah dengan cara menampilkan narasumber yang sejalan dengan
ideologi dari ROL tanpa mengimbangi pandangan dari sisi Hak Asasi Manusia
(HAM) Polwan Keseluruhan.
Dengan demikian, ROL turut mendukung aspirasi Polwan yang ingin
berjilbab dengan cara mengkonstruksi realitas atas isu ini dan diberitakan terus
menerus. Selama keputusan Polri belum dicabut, ROL akan tetap membuat berita
terkait isu ini agar petinggi Polri mengeluarkan kebijakan yang sesuai dengan
agama anggotanya.
Keywords: Republika, Online, Polwan, Jilbab dan Polri.
ii
KATA PENGANTAR
Pertama–tama peneliti ucapkan syukur Alhamdulillaahirabbil ‘aalamiin,
segala puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Allah S.W.T, Yang Maha Pengasih
dan Maha Penyanyang. Berkat limpahan rahmat dan hidayah-Nya peneliti berhasil
menyelesaikan skripsi dengan judul “Keberpihakan Media Online terhadap
Content-content Bermuatan Islam (Analisis Framing Konstruksi Realitas
Pemberitaan Polwan Berjilbab di Republika Online).” Shalawat serta salam
juga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga beserta para
sahabat-sahabatnya.
Skripsi ini merupakan tugas akhir peneliti yang disusun guna melengkapi
salah satu syarat yang telah ditentukan dalam menempuh program studi Strata
Satu (S1) Konsentrasi Jurnalistik Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penyelesaian skripsi ini tentunya telah dibantu oleh banyak pihak. Oleh
karena itu peneliti perlu mengucapkan terima kasih untuk orang tua, dosen,
keluarga dan teman–teman.
1. Dr. H. Arief Subhan, M.A. selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi dan dosen pembimbing yang telah sabar dan banyak
memberi arahan, waktu dan motivasi kepada peneliti dalam
penyusunan karya ilmiah ini.
2. Dr. Suparto, M.Ed. selaku Wakil Dekan I Bidang Akademik, Drs.
Jumroni, M.Si. Wakil Dekan II Bidang Kepegawaian, dan Drs.
Wahidin Saputra, MA. Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan.
3. Ibu Rubiyanah, M.A. selaku Ketua Konsentrasi Jurnalistik dan Ibu
Ade Rina Farida M.Si. selaku Sekretaris Konsentrasi Jurnalistik dan
selaku Penguji 2 yang selalu membantu dan selalu saya repotkan.
4. Ibu Fita Fathurokhmah, SS, M.Si. selaku Penguji 1 yang bersedia
membimbing dan memberi semangat untuk terus maju.
5. Kepada seluruh Dosen, serta staf–staf Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta. Khususnya Dosen dan staf Fakultas Ilmu
iii
Dakwah dan Komunikasi yang tidak dapat disebutkan satu per satu,
yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat bagi peneliti.
6. Kepala Republika Online M. Irwan Ariefyanto (Kang One), Pak
Yanto, beserta karyawan-karyawan Republika Online yang telah
bersedia meluangkan waktu, membantu dan ramah kepada peneliti
selama proses penelitian berlangsung.
7. Terima kasih yang sangat besar kepada ayahanda Drs. Buchori
Hasibuan dan ibunda Dra. Sri Irian Tuti (Almh.) yang banyak
memberikan cinta dan kasih sayang, do’a, pendidikan, pengarahan,
materil, dan pengalaman hidup yang sangat berharga, luar biasa dan
selalu dikenang. Skripsi ini merupakan bentuk dedikasi peneliti kepada
orang tua tercinta. I love u. Forever....
8. Untuk keluarga yang hebat ibu Nurani, Eka Heriyani, Armi, Ekasakti
Octoharyanto, Widya Rahmi, Mangaraja Agung Kurniawan
Libiantoro, Dwi Febryaningsih, Indra Rivai, Althafazrais Widyanatha
Ekasakti, Diandra dan seluruh keluarga H. Abdullah Syukur yang
memberi semangat juang.
9. Untuk Iqbal Jaya Wardana dan keluarga yang selalu ada, menemani
dan menghibur saat peneliti mengalami kesulitan dan dilanda jenuh.
10. Untuk teman–teman Jurnalistik angkatan 2009 yang saya sayangi.
11. Untuk semua keluarga barak tercinta
Terakhir peneliti mengucapkan terima kasih kepada semua rekan–
rekan lainnya yang tidak dapat peneliti sebut satu persatu. Kemudian
peneliti juga menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari karya ilmiah
ini, maka dari itu kritik dan saran pembaca sangat diharapkan yang
bertujuan untuk melengkapi dan menyempurnakan skripsi ini.
Ciputat, 3 Oktober 2013
Peneliti
Putri Buana Tungga Dewi
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................................................ i
KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ iv
DAFTAR TABEL ............................................................................................... vi
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................................ 1
B. Batasan dan Rumusan Masalah ............................................................. 5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .............................................................. 6
D. Metodologi Penelitian ............................................................................ 7
E. Tinjauan Pustaka .................................................................................. 16
F. Sistematika Penulisan .......................................................................... 17
BAB II. LANDASAN TEORITIS DAN KERANGKA KONSEPTUAL
A. Landasan Teoritis
1. Konstruksi Realitas Sosial Media Massa Berger dan Luckmann .... 19
2. Analisis Framing Robert N. Entman .............................................. 25
B. Kerangka Konseptual
1. Media Massa ................................................................................... 32
a. Media online .............................................................................. 35
2. Berita .............................................................................................. 37
3. Jilbab ............................................................................................... 44
BAB III. COMPANY PROFILE REPUBLIKA ONLINE
A. Sejarah Singkat Republika Online ....................................................... 53
B. Visi dan Misi Republika Online .......................................................... 55
C. Struktur Redaksi Republika Online ..................................................... 56
D. Content (isi) Berita Republika Online ................................................. 57
v
BAB IV. HASIL TEMUAN DAN ANALISIS DATA
Hasil Temuan dan Analisis Konstruksi Realitas Sosial, Framing
Entman Pemberitaan Polwan Berjilbab ............................................... 61
BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................................... 83
B. Saran .................................................................................................... 85
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 87
LAMPIRAN
vi
DAFTAR TABEL
Tabel I. 1. Dua Dimensi Framing konsep Robert N. Entman .................. 14
2. Analisis Framing Robert N. Entman ....................................... 15
Tabel II. 1. Pengertian Framing .................................................................. 27
2. Dimensi Besar Entman ............................................................ 29
3. Konsepsi Framing Entman ...................................................... 30
4. Perbedaan teknis Media Cetak dengan Media Online ............. 36
5. Kategori Berita ........................................................................ 40
6. Nilai Berita ............................................................................... 41
Tabel III. 1. Perkembangan Republika Online ............................................. 57
2. Content (isi) Berita Republika Online ..................................... 58
Tabel IV. 1. Objek Penelitian pada Republika Online ................................. 62
2. Konsep Framing Entman ......................................................... 64
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada hari Kamis, 13 Juni 2013, Republika Online (ROL)
menurunkan berita berjudul “Kapolri: Peraturan Jilbab Bisa Diubah”.
Pemberitaan ini menggelitik dan mendapat perhatian sejumlah masyarakat,
khususnya kaum Muslim di Indonesia, karena berkaitan dengan munculnya
aspirasi agar Polwan diperbolehkan berjilbab.
Berita itu muncul dilatarbelakangi adanya Peraturan Kapolri No.
Pol: Skep/702/IX/2005 tentang seragam dan aspirasi atau tuntutan perubahan
Peraturan Kapolri tersebut dari berbagai kalangan, mulai dari polisi wanita
(Polwan) yang ingin berjilbab, para calon Polwan yang ditolak karena sudah
berjilbab sampai berbagai tokoh masyarakat, serta adanya sikap mengulur-
ulur dan tidak adanya ketegasan dari pihak Polri. Kapolri Jendral Timur
Pradopo dalam salah satu pernyataannya menjelaskan:
Sebagai institusi, Polri juga merupakan lembaga terbuka bagi
semua aspirasi anggotanya. “Begitu juga dengan aspirasi sejumlah
polwan yang ingin berhijab,” ujar Kapolri. Ia menegaskan,
sejatinya kepolisian tak melarang polwan berhijab. Meski
demikian, memang belum ada aturan jelas soal penggunaan jilbab. 1
Tetapi dari awal pernyataan Kapolri di atas di sela-sela acara serah
terima jabatan (sertijab) sejumlah pejabat Kapolda di Mabes Polri, Rabu
(13/6), sampai saat ini belum ada perubahan tentang diperbolehkan atau tidak
Polwan berjilbab. Dan dijelaskan oleh Kepala Humas Bagian Penerangan
1 Zaky Al Hamzah, Kapolri: Peraturan Jilbab Bisa Diubah, artikel diakses pada 15 Juni
2013 dari http://www.republika.co.id/berita/koran/news-update/13/06/13/moaxgt-kapolri-
peraturan-jilbab-bisa-diubah
2
Umum Mabes Polri Kombes Agus Rianto bahwa pengenaan jilbab bukan
termasuk seragam bagi Polwan di luar Aceh. Ia menegaskan, “sebelum ada
peraturan baru, para Polwan mesti menunda keinginan berjilbab. Kira-kira
demikian yang ingin pimpinan Polri disampaikan. Mohon menjadi pesan
juga (untuk Polwan) selama belum ada perubahan. Laksanakan dulu yang
ada,” kata Agus.”2
Pernyataan Polri kali ini menjawab keinginan masyarakat Muslim
dan keinginan sejumlah Polwan yang menuntut pelonggaran pembatasan
jilbab untuk Polwan. Sebelumnya, beberapa kali Polri mengatakan,
penggunaan jilbab tidak sesuai aturan sehingga belum diperkenankan, bahkan
bagi yang nekat berjilbab akan dikategorikan sebagai pelanggar, seperti
penyataan Wakil Kepala Polri Komjen Nanan Sukarna, “yang meminta
Polwan yang ingin berjilbab agar segera mengundurkan diri alias pensiun
atau keluar.”3
Saat kontroversi ini diberitakan oleh berbagai media, salah satunya
ROL, isu ini menjadi hangat diperbincangkan dan menjadi wacana di ruang
publik. Terlebih lagi, adanya pihak yang mengecam keras dan sangat
menyayangkan pernyataan Komjen Nanan Sukarna yang memberikan pilihan
bagi Polwan jika ingin berjilbab agar meninggalkan statusnya sebagai polisi.
Karena sejatinya kepolisian adalah salah satu instansi pemerintah
yang sangat berperan penting di dalam hukum dan keamanan Republik
2 ibid
3 Wahyu Syahputra, Pimpinan Polri Diminta Arif Hadapi Permintaan Polwan Berjibab,
artikel diakses pada 15 Juni 2013 dari
http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/13/06/15/mofdl0-pimpinan-polri-diminta-arif-
hadapi-permintaan-polwan-berjilbab
3
Indonesia. Instansi ini juga berkewajiban untuk melindungi hak asasi dari
warga negaranya, tidak terkecuali kaum perempuan yang berprofesi sebagai
polisi wanita (Polwan).
Salah satu pihak yang ikut mengecam pernyataan dari salah satu
petinggi Polri tersebut adalah Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof. Din
Syamsuddin. Beliau mengatakan, Pemakaian jilbab merupakan ibadah karena
itu merupakan salah satu pelaksanaan dalam syariat Islam bagi perempuan.
Jika seorang Muslimah ingin mengenakan jilbab, menurutnya, tidak boleh
ada yang melarang4.
Sebelumnya telah dijelaskan bahwa Islam tidak pernah
memaksakan keyakinan seseorang, baik laki-laki ataupun perempuan. Islam
bahkan memberi kesempatan untuk meyakini apa yang seseorang mau yakini.
Tetapi, Islam memberi batasan dan pedoman tentang akidah yang benar dan
balasan bagi yang berpegang teguh, ancaman bagi yang mengingkarinya.
Seorang Muslimah dengan profesi apapun tetap dituntut untuk
menunaikan hak dan kewajibannya yang terkadang mengharuskan dia
mengemukakan pendapat. Muslimah pun boleh menuntut haknya jika
dirampas, termasuk saat menjalankan ibadah5. Salah satu kewajiban ibadah
bagi Muslimah adalah menutup auratnya dari ujung kepala hingga kaki,
kecuali muka dan telapak tangan yang biasa kita sebut berjilbab/berkerudung.
4Zaky Al Hamzah, Kapolri: Peraturan Jilbab Bisa Diubah,artikel diakses pada 15 juni
2013, 15. 56 WIB dari http://www.republika.co.id/berita/koran/news-update/13/06/13/moaxgt-
kapolri-peraturan-jilbab-bisa-diubah 5Ali bin Sa’id Al-Ghamidi, Fikih Wanita, (Solo: AQWAM, 2013) , h. 168-169.
4
Setiap individu-diharapkan-berperan aktif dalam mendukung
pemakaian jilbab, karena ada beberapa hikmah yang bisa diperoleh
Muslimah dalam kehidupan sehari-hari, antara lain sebagai identitas seorang
Muslimah, meninggikan derajat wanita Muslimah, mencegah dari gangguan
laki-laki yang tidak bertanggung jawab, kontrol sosial, dan lain-lain.
Menurut Sunarto pada karangannya, wanita oleh media massa baik
melalui iklan atau berita, senantiasa digambarkan tempatnya ada di rumah,
berperan sebagai ibu rumah tangga dan pengasuh, tergantung pada pria, tidak
mampu membuat keputusan penting, menjalani profesi yang terbatas, dan
lain–lain. Melalui penggambaran semacam itu, menurut Marilyn Frye pada
buku karangan Sunarto:
kaum wanita telah mengalami kekerasan dan penindasan yang
dilakukan oleh suatu jaringan kekuasaan dalam berbagai bentuk,
misalnya berupa diskriminasi kerja, diskriminasi upah, pelecehan
seksual, ketergantungan pada suami, pembatasan peran sosial sebagai
wanita, istri, dan ibu rumah tangga, dan sebagainya.6
Melalui fungsi mediasinya, media massa menunjukkan pada
khalayaknya bagaimana semua kekerasan itu diketahui sebagaimana adanya.
Oleh karena itu, banyak media yang memberitakan suatu peristiwa yang
sama tetapi disajikan berbeda, tidak terkecuali dengan ROL.
ROL merupakan salah satu media massa online di Indonesia yang
menginformasikan peristiwa yang ada dengan karakteristik yang khas di
dalam setiap pemberitaannya. Sebagaimana diketahui, sejak awal
perkembangannya media online telah menjadi bagian dari media yang
6 Sunarto, Televisi, Kekerasan dan Perempuan , (Jakarta:PT.Kompas Media Nusantara
2009) , h.4.
5
mempermudah masyarakat untuk mendapatkan informasi secara cepat. Secara
khusus, media online pun memiliki persepsi dan ideologi yang berbeda
dengan media lainnya. Media online juga tidak berdiri sendiri, dibalik itu ia
dikelilingi dengan berbagai kepentingan.
Maka dengan adanya pro kontra atas pemberitaan tersebut, ROL
sebagai media Muslim nasional memuat content-content bermuatan Islam dan
memiliki pandangan tersendiri sesuai dengan ideologinya terhadap kasus
Polwan berjilbab dengan konstruksi dan frame yang berbeda dengan media
lainnya. Untuk mengetahui frame ROL dalam pengkonstruksian pemberitaan
tersebut, maka peneliti mengangkat penelitian skripsi dengan judul
“Keberpihakan Media Online terhadap Content-content Bermuatan
Islam (Analisis Framing Konstruksi Realitas Pemberitaan Polwan
Berjilbab di Republika Online)”
B. Batasan dan Rumusan Masalah
1. Batasan masalah
Agar penelitian ini lebih terarah dan tidak melebar, maka yang
diteliti dalam penelitian ini terbatas pada bagaimana ROL membingkai
pemberitaan seputar isu Polwan berjilbab dengan mengacu pada model
framing Robert N. Entman, sebaliknya peneliti tidak fokus pada bagaimana
cara wartawan memproduksi, penerima ataupun dampak yang terjadi. Peneliti
mengambil empat berita yang terkait dengan peristiwa yang diteliti, antara
lain berita pada ROL pada tanggal 12, 13 dan 18 Juni 2013.
6
2. Rumusan masalah
Dari batasan masalah di atas, disusunlah rumusan masalah sebagai berikut:
a. Bagaimana frame konstruksi Republika Online (ROL) tentang
pemberitaan Polwan berjilbab?
b. Bagaimana bentuk keberpihakan Republika Online terhadap
pemberitaan Polwan berjilbab?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji bagaimana ROL
membingkai realitas atas isu pemberitaan Polwan berjilbab pada bulan
Juni 2013 dan untuk mengetahui bentuk keberpihakan ROL terhadap
pemberitaan ini.
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Akademis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pada
pengembangan keilmuan komunikasi dakwah, khususnya bagi penelitian
dibidang jurnalistik yang berkaitan dengan sudut pandang media dalam
menyajikan berita pada media online. Dengan begitu dapat menjadi
rujukan untuk pengembangan dan penelitian yang akan datang dengan
kajian framing dan konstruksi pada media massa.
7
b. Manfaat Praktis
Adapun manfaat praktis penelitian ini adalah diharapkan penelitian
ini dapat memberikan kontribusi positif bagi proses komunikasi dakwah
secara langsung atau organisasi bermedia melalui strategi dakwah dalam
media massa dan diharapkan dapat menjadi masukan bagi redaksi
Republika Online (ROL) dalam membingkai suatu realitas sebelum
menjadi berita dan dikonsumsi oleh khalayak.
D. Metodologi Penelitian
1. Paradigma Penelitian
Dalam penelitian tentang pemberitaan ini, peneliti menggunakan
paradigma konstruksionis. Menurut Umar, paradigma adalah suatu cara
pandang terhadap suatu yang menjadi dasar, arah dan makna bagi banyak
peneliti untuk melakukan penelitiaannya. Dari pendapat tersebut, peneliti
memahami bahwa paradigma dapat dijadikan sebagai cara pandang
peneliti terhadap suatu dasar, arah, dan makna untuk melakukan penelitian.
Paradigma konstruksionis digunakan karena memiliki pandangan bahwa
berita bukanlah realitas yang natural, melainkan konstruksi7.
Pada paradigma konstruktivis memiliki posisi dan pandangan
tersendiri terhadap media massa dan teks berita yang dihasilkan. Eriyanto
juga memberikan pandangan mengenai paradigma konstruksionis, yaitu:
“Paradigma ini memandang realitas kehidupan sosial bukanlah realitas
7Umar Husein, Desain Penelitian MSDM dan Perilaku Karyawan: Paradigma
Positivistik dan Berbasis Pemecahan Masalah, ( Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2008) , h.19.
8
yang natural, melainkan hasil dari konstruksi. Karenanya, konsentrasi
analisis pada paradigma konstruksionis adalah menemukan bagaimana
peristiwa atau realitas tersebut dikonstruksi.”8
Rancangan konstruktivis melihat realitas pemberitaan media
sebagai aktivitas konstruksi sosial9. Menurut pandangan ini, bahasa tidak
hanya dilihat dari segi gramatikal, tetapi juga melihat apa isi atau makna
yang terdapat dalam bahasa itu, sehingga analisis yang disampaikan
menurut pandangan ini adalah suatu analisis yang membongkar maksud-
maksud dan makna-makna tertentu yang disampaikan oleh sang subjek
yang mengemukakan suatu pernyataan10
.
Dari pengertian di atas peneliti menyimpulkan bahwa pandangan
konstruksionis menganggap setiap realitas adalah hasil konstruksi dari
sebuah peristiwa atau kejadian. Maka dari itu, realitas sesungguhnya
subjektif, karena realitas telah dibentuk sebelumnya. Suatu realitas tidak
hanya dikonstruksi dan diproduksi oleh suatu kelompok, tetapi juga selalu
berubah–ubah sesuai dengan perubahan kultur dan faktor psikologis
individu yang mengkonstruksi hal tersebut.
2. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Peneliti
mengganggap bahwa analisis isi kualitatif merupakan metode penelitian
8 Eriyanto, Analisis Framing Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media. Yogyakarta: LkiS.
2011 h.43. 9 Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2004),
cet. Ke-3, h.204. 10
Jumroni dan Suhaemi, Metode-metode penelitian Komunikasi, (Jakarta: UIN
JakartaPress, 2006), h. 83.
9
yang lebih menekankan makna dari pada generalisasi dan hasil analisis
data bersifat induktif. Dengan pendekatan ini diharapkan temuan-temuan
empiris dapat dideskripsikan secara lebih rinci, lebih jelas, dan akurat,
terutama berbagai hal yang berkaitan dengan isu Polwan berjilbab.
Dalam penerapannya, pendekatan kualitatif menggunakan metode
pengumpulan data dan metode analisis yang bersifat nonkuantitatif, seperti
penggunaan instrumen wawancara mendalam dan pengamatan11
. Metode
yang digunakan dalam penelitian ini ialah analisis deskriptif yang berfokus
pada penelitian nonhipotesis sehingga dalam langkah penelitiannya tidak
perlu merumuskan hipotesis12
.
3. Metode Penelitian
Dalam penelitian analisis framing konstruksi realitas pemberitaan
Polwan berjilbab di ROL ini, peneliti menggunakan metode analisis
framing. Peneliti menggunakan analisis framing karena analisis framing
merupakan analisis yang digunakan media untuk membingkai suatu
peristiwa.
Eriyanto lanjut menyatakan, “Analisis framing adalah analisis yang
dipakai untuk melihat bagaimana media mengkonstruksi realitas, analisis
framing juga dipakai untuk melihat bagaimana peristiwa dipahami dan
11
Antonius Birowo, Metode Penelitian Komunikasi, (Yogyakarta: Gintanyali,2004), h. 2. 12
Suharismi Arikonto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT.
Bina Aksara, 1989), h. 194.
10
dibingkai oleh media13
. Dan ada beberapa model framing yang
dikemukakan para ahli, misalnya Robert N. Entman.
Dalam konsep framing Entman, digunakan untuk menggambarkan
proses seleksi dan menonjolkan aspek tertentu dari realitas oleh sebuah
media. Kata penonjolan itu sendiri dapat didefinisikan; membuat informasi
lebih terlihat jelas, lebih bermakna atau lebih mudah diingat oleh khalayak.
Dari uraian di atas, peneliti menyimpulkan framing merupakan
salah satu teknik analisis dalam riset media massa untuk mengetahui
bagaimana suatu media mengkonstruksi realitas dan melihat bagaimana
media membingkai suatu realitas.
Jika dikaitkan dengan permasalahan penelitian analisis framing
konstruksi realitas pemberitaan Polwan berjilbab di ROL, maka peneliti
menggunakan metode analisis framing model Robert N. Entman untuk
mengetahui bagaimana ROL membingkai suatu realitas tersebut sehingga
dapat mengetahui sesuatu hal yang berhubungan dengan isu Polwan
berjilbab yang sempat hangat dibicarakan semua kalangan muslim di
Indonesia yang dilakukan oleh ROL agar berita tersebut menjadi
bermakna, menarik, mencolok, dan diperhatikan publik.
Peneliti menggunakan model Robert N. Entman karena
pemahaman peneliti, framing pada dasar dan kenyataan di lapangan bukan
hanya berkaitan dengan bagaimana seorang wartawan memproduksi berita
sesuai dengan kelengkapan berita (5W+1H) pada suatu peristiwa yang
13
Eriyanto, Analisis Framing, Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media. (Yogyakarta:LkiS
Yogyakarta,2012), h.11.
11
dilakukan oleh organisasi media begitu saja, tetapi juga memperhatikan
aspek penonjolan, seperti: membuat sebuah informasi lebih diperhatikan,
bermakna, dan berkesan dengan menggunakan strategi wacana –
penempatan yang mencolok (headline, halaman depan, dan lain-lain),
pengulangan, pemakain grafis, pemakaian label tertentu untuk
menggambarkan orang atau peristiwa yang diberitakan.
4. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian yang terfokus dalam penelitian ini adalah ROL
sedangkan objek penelitian adalah berita tentang Polwan berjilbab yang
ditulis oleh reporter ROL.
5. Waktu dan Tempat Penelitian
Waktu penelitian ini dimulai pada tanggal 29 Agustus 2013 – 21
Oktober 2013. Penelitian ini dilakukan di kantor Republika Online jam
16.30 WIB yang bertempat di Graha Pejaten 5E-F, Jakarta.
6. Tahapan Penelitian
a. Teknik Pengumpulan Data
Teknik dan pengumpulan data yang dilakukan dalam
penelitian ini yaitu:
12
1. Observasi
Dalam teknik pengumpulan data, peneliti menggunakan
observasi non-partisipan. Observasi non-partisipan, yaitu peneliti
melakukan penelitian dengan tidak melibatkan diri langsung dalam
interaksi pada objek saat mencari berita.
Peneliti hanya mengumpulkan artikel ROL mengenai isu
Polwan berjilbab edisi bulan Juni 2013. Dari artikel–artikel yang
terkumpul peneliti mencoba menelaah dan memilih berita yang
terfokus pada pemberitaan seputar Polwan berjilbab lalu
menganalisis menggunakan model framing Robert N. Entman.
Pada teknik pengumpulan data ini, peneliti menggunakan
analisis dokumen. Analisis dokumen hanya mengamati dokumen
sebagai sumber informasi dan menginterpretasikannya ke dalam
hasil penelitian. Dokumen yang digunakan berupa teks pada
pemberitaan Polwan berjilbab bulan Juni di ROL. Peneliti
mendapatkan dokumen berupa file PDF dari hasil observasi dari
ROL yang dilakukan pada Jum’at, 30 Agustus 2013.
2. Wawancara
Peneliti melakukan wawancara langsung dengan Redaktur
ROL, Bapak M. Irwan Ariefyanto tentang seputar pemberitaan
Polwan berjilbab Edisi Juni 2013, pada tanggal 29 Agustus 2013,
jam 16.30 WIB di kantor ROL yang bertempat di Graha Pejaten
5E-F, Jakarta.
13
b. Teknik Analisis Data
Peneliti membaca berita sesuai dengan kategori permasalahan
yaitu Polwan berjilbab dan menganalisis berita tersebut dengan model
framing Robert N. Entman, setelah itu peneliti kaitkan dengan teori
Konstruksi atas realitas Berger dan Luckmann serta menambahkan
dengan hasil analisis dengan hasil wawancara yang membahas seputar
ideologi dan cara pengkostruksian media online tersebut sehingga
dapat diketahui frame yang dikonstruksikan oleh ROL tentang
pemberitaan Polwan berjilbab.
Dalam konsep framing Entman, digunakan untuk
menggambarkan proses seleksi dan menonjolkan aspek tertentu dari
realitas oleh sebuah media. Kata penonjolan itu sendiri dapat
didefinisikan; membuat informasi lebih terlihat jelas, lebih bermakna
atau lebih mudah diingat oleh khalayak.
Entman melihat framing dalam dua dimensi besar, seleksi isu
dan penekanan atau penonjolan aspek-aspek tertentu dari realitas.
Penonjolan adalah proses membuat informasi menjadi lebih
bermakna, lebih menarik, berarti, atau lebih diingat oleh khalayak.
14
Tabel I.
1. Dua dimensi framing konsep Robert N. Entman
Seleksi Isu Aspek ini beerhubungan dengan pemilihan fakta. Dari
realitas yang kompleks dan beragam itu, aspek mana
yang seleksi untuk ditampilkan?
Dari proses ini selalu terkandung di dalamnya ada
bagian berita yang dimasukkan (included), tetapi ada
juga berita yang dikeluarkan (excluded). Tidak semua
aspek atau bagian dari isu ditampilkan, wartawan
memilih aspek tertentu dari dari suatu isu.
Penonjolan
aspek
tertentu
dari isu
Aspek ini berhubungan dengan penulisan fakta. Ketika
aspek tertentu dari suatu peristiwa / isu tersebut telah
dipilih, bagaimana aspek tersebut ditulis?
Hal ini sangat berkaitan dengan pemakaian kata,
kalimat, gambar, dan citra tertentu untuk ditampilkan
kepada khalayak.
Menurut Entman, framing pada dasarnya mengacu pada
pemberian definisi, penjelasan, evaluasi, dan rekomendasi dalam suatu
wacana untuk membuat kerangka berfikir terhadap suatu peristiwa
yang diwacanakan. Wartawan memutuskan apa yang akan ia
beritakan, apa yang diliput dan apa yang harus dibuang, apa yang
ditonjolkan dan apa yang harus disembunyikan kepada khalayak.
Tabel I.
2. Analisis Framing Robert N. Entman14
Define Problem
(Pendefinisian Masalah)
Bagaimana suatu peristiwa dilihat?
Sebagai apa atau sebagai masalah apa?
Diagnoses Causes
(Memperkirakan masalah
Peristiwa itu dilihat dan disebabkan oleh apa?
Apa yang dianggap sebagai penyebab dari suatu
14 Eriyanto, Analisis Framing: Kontruksi, Ideologi dan Politik Media. h. 223.
15
atau sumber masalah) masalah?
Siapa (aktor) yang dianggap sebagai penyebab
masalah?
Make Moral Judgement
(Membuat keputusan moral)
Nilai moral apa yang disajikan untuk menjelaskan
masalah?
Nilai moral apa yang dipakai untuk melegitimasi
atau mendelegitimasi suatu tindakan?
Treatmen Recommendation
(menekankan penyelesaian)
Penyelesaian apa yang ditawarkan untuk mengatasi
masalah atau isu?
Jalan apa yang ditawarkan dan harus ditempuh
untuk mengatasi masalah?
1. Pedoman Penulisan
Penulisan dalam penelitian ini mengacu kepada buku pedoman
penulisan karya ilmiah (skripsi, tesis dan disertasi) karya Hamid Nasuhi
dkk yang diterbitkan oleh CeQDA (Center for Quality Develoment and
Assurance) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
2007.
16
E. Tinjauan Pustaka
Skripsi yang menjadi acuan peneliti untuk memfokuskan penelitian ini
adalah skripsi yang membahas analisis yang merujuk pada penelitian-
penelitian terdahulu dan buku-buku yang membahas tentang analisis framing
pada sebuah media. Adapun contoh skripsi-skripsi tersebut dan literatur
lainnya antara lain:
Pertama, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media.
Buku ini ditulis oleh Eriyanto dan diterbitkan LkiS Yogyakarta pada tahun
2002. Buku ini merupakan buku teks berbahasa Indonesia pertama yang
membahas secara lengkap tentang: konsep dasar dan teori framing,
pandangan kaum konstruksionis dalam melihat teks berita, hubungan antara
ideologi media dan framing, serta membahas juga model–model framing dari
para pakar, seperti model framing Murray Edelment, Robert N Entman,
William A. Gamson, Zhondang Pan dan Gerald M. Kosicki.
Kedua, sebuah skripsi dengan judul, “Framing Media Massa
(Republika online dan Detik.com) terhadap Berita Pembubaran FPI.”
Karya Rommy Rahmandi Lesmana, mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran
Islam Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah pada tahun 2012. Di
dalam karya ilmiah ini, Rommy hanya menjelaskan sedikit dan menganalisis
permasalahan tentang pembubaran FPI pada dua media online. Sedangkan
peneliti mencoba mengali dan menganalisis lebih mendalam tentang
konstruksi suatu pemberitaan pada satu media online.
17
Selanjutnya, sebuah skripsi dengan judul, “Frame Berita Pengajuan
Kemerdekaan Palestina ke PBB (Studi di Suratkabar Republika).” Karya
Fitri Apriyani, mahasiswi Fakultas Ilmu Komunikasi Institut Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik (IISIP) Jakarta pada tahun 2012. Pada skripsi ini Fitri
menganalisis menggunakan konsep framing Zhondang Pan dan Gerald M.
Kosicki dan menggunakan media cetak pada objek penelitiannya dan objek
penelitiannya terpusat pada media cetak. Sedangkan peneliti menggunakan
konsep Robert N. Entman dan menganalisis media cyber.
Dari beberapa penelitian sebelumnya peneliti mengambil kesimpulan
bahwa belum terdapat mahasiwa/i yang meneliti tentang isu Polwan berjilbab
pada tahun 2013. Literatur dan contoh skripsi di atas hanya dijadikan bahan
rujukan dan pembelajaran.
F. Sistematika Penulisan
BAB I. Pendahuluan. Pada bab ini memaparkan latar belakang
masalah, batasan masalah dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat
penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka, dan sistematika penulisan.
BAB II. Kajian Teori. Bab ini akan menguraikan landasan teoritis
melalui teori konstruksi sosial atas realitas Berger dan Lukmann, Teori
analisis wacana framing model Robert N. Entman dan konseptual media
massa, media online, berita, serta jilbab.
18
BAB III. Company Profile Republika Online. Bab ini memaparkan
mengenai sejarah singkat, perkembangan, visi dan misi, struktur redaksi, dan
content (isi) berita yang ada di ROL.
BAB IV. Hasil Temuan dan Analisis Data. Bab ini berisi hasil
temuan dan analisis perangkat framing Robert N. Entman dan konstruksi
realitas media pada ROL atas isu pemberitaan Polwan berjilbab.
BAB V. Penutup. Dalam bab ini berisikan kesimpulan dan saran
peneliti.
19
BAB II LANDASAN TEORITIS DAN KERANGKA KONSEPTUAL
A. Landasan Teoritis
1. Teori Konstruksi Sosial Media Massa Berger dan Luckmann
Penggunaan kata konstruksi mulai terkenal sejak dipergunakan oleh
Peter L. Berger dan Thomas Luckmann. Mereka melihat bahwa proses sosial
dimulai melalui interaksi dan tindakan1. Berawal dari istilah konstruktivisme,
jika dipelajari gagasan konstruktivisme sudah ada sejak jaman Giambatissta
Vico. Dialah awal mula konstruktivis.
Konstruktivis melihat bahwa realitas merupakan hasil dari proses
kognitif antara individu dengan individu lainnya maupun dengan lingkungan
sekitarnya. Manusia yang satu dengan yang lain ataupun dengan yang lainnya
saling membutuhkan serta memengaruhi dan terus berlangsung sehingga
menjadi realitas yang terbentuk. Dari sinilah muncul berbagai pendapat
bahwa realitas merupakan hasil pembentukan individu, dengan pengetahuan
dan pengalaman yang dimilikinya.
Teori konstruksi sosial beranggapan bahwa manusia dan lingkungan
saling memengaruhi. Tetapi, ada saatnya lingkungan lah yang mempengaruhi
manusia. Sehingga bisa dikatakan bahwa keduanya saling membutuhkan.
Dari gambaran itu, teori konstruksi sosial memersatukan teori fakta dan teori
definisi sosial.
1 Burhan Bungin, Konstruksi Sosial Media Masa: Kekuatan Pengaruh Media Massa,
Iklan Televisi dan Keputusan Konsumen serta Kritik Terhadap Peter L. Berger dan Thomas Luckmann, (Jakarta:Kencana, 2008) h. 13.
20
Teori fakta sosial adalah pendapat yang mengatakan bahwa manusia
merupakan produk dari lingkungan. Sedangkan teori definisi sosial
berpendapat manusialah yang berkuasa, manusia yang menciptakan realitas,
bukan realitas yang menciptakan manusia2.
Teori tentang proses konstruksi realitas sosial yang diperkenalkan dan
digunakan oleh Peter L. Berger dan Thomas Luckmann melalui bukunya
yang berjudul “The Social Construction of Reality: A Treatise in The
Sociological of Knowledge” tahun 1966 makin tersebar luas. Menurut
mereka, realitas sosial dikonstruksi melalui proses eksternalisasi, objektivasi
dan internalisasi. Konstruksi sosial tidak berlangsung dalam ruangan hampa,
namun syarat dengan kepentingan-kepentingan3.
Pertama, eksternalisasi, yaitu usaha pencurahan atau ekspresi diri
manusia ke dalam dunia, baik dalam kegiatan mental maupun fisik. Ini adalah
sifat dasar manusia. Kedua, objektivasi, yaitu hasil yang telah dicapai, baik
mental maupun fisik dari kegiatan eksternalisasi manusia tersebut. Hasil itu
menghasilkan realitas objektif yang bisa jadi akan menghadapi si penghasil
itu sendiri sebagai suatu fakta yang berada di luar dan berlainan dari manusia
yang menghasilkannya.
Ketiga, internalisasi. Proses internalisasi lebih merupakan penyerapan
kembali dunia objektif ke dalam kesadaran sedemikian rupa sehingga
2 Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi Ideologis, dan Politik Media, (Yogyakarta:
LkiS, 2008), h. 13. 3 Burhan Bungin, Konstruksi Sosial Media Massa, (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2008), h. 193
21
subjektif individu dipengaruhi oleh struktur dunia sosial4. Internalisasi itu di
antaranya berwujud dalam sosialisasi, bagaimana satu generasi
menyampaikan nilai-nilai budaya yang ada pada generasi berikut. Generasi
baru dibentuk oleh makna-makna yang sudah diobjektivasikan,
mengidentifikasikan diri dengannya. Tetapi tidak memilikinya dengan
sekedar mengenalnya, ia juga ikut mengungkapkannya.
Oleh karena itu, bagi kaum konstruktivis, realitas berita hadir dalam
keadaan subjektif. Di sini manusia sebagai pembentuk dari lingkungannya.
Contoh aturan perundang-undangan suatu pemerintah atau hukum merupakan
hasil dari pemikiran manusia yang dijalankan dalam kehidupan sosial. Lalu
undang-undang dan hukum itulah yang mengatur bagaimana, batasan-batasan
yang boleh dilakukan atau tidak. Jalan kehidupan dan konsekuensi akan
menyesuaikan dengan hukum tersebut.
Jadi, manusialah yang pada awalnya memengaruhi lingkungannya,
tetapi seiring berjalannya waktu dan banyak faktor yang terjadi, manusia juga
bisa ikut dipengaruhi oleh lingkungannya. Proses ini terus berlangsung
sampai saat ini. Dengan kenyataan yang ada, Berger menyatakan bahwa
manusia dan lingkungan saling mempengaruhi. Alasan ini yang menjadi dasar
dari teori konstruksi sosial atas realitas Peter L. Berger dan Thomas
Luckmann.
Sebagai pembaca koran, pendengar radio, pemirsa televisi atau
pengakses internet, kita sering sekali dibuat bingung kenapa peristiwa yang
4 Ibid, h. 16-17.
22
satu diberitakan sementara peristiwa lain tidak diberitakan. Kenapa sisi yang
ini yang diberitakan, sementara aspek yang itu dihilangkan? Kenapa aspek
yang ini yang ditonjolkan oleh media, sementara aspek yang itu luput dari
pemberitaan? Semua pertanyaan tersebut mengarah didalam konsep yang
disebut sebagai framing atau bingkai media. Media seperti apa yang kita lihat,
justru mengkonstruksi sedemikian rupa realitas.
Media adalah sarana bagaimana suatu pesan dapat disebarluaskan dari
komunikator kepada khalayak. Dalam pandangan konstruktivis, media
bukanlah sekedar saluran yang bebas, tetapi media juga pelaku
pengkontruksian realitas, lengkap dengan pandangan dan pemihakannya. Di
sini media dipandang sebagai agen konstruksi sosial yang menjelaskan
realitas.
Media bukan hanya memilih peristiwa untuk diberitakan dan
narasumber yang terkait, melainkan juga berperan dalam penggambaran aktor
dan peristiwa lewat bahasa yang disampaikan. Oleh karena itu, realitas yang
diberitakan tercipta lewat konstruksi, sudut pandang dan ideologi wartawan.
Konstruktivis memiliki pandangannya tersendiri mengenai media
massa, seperti dalam buku Burhan Bungin tentang konstruksi atas realitas, dia
menggambarkan proses terjadinya konstruksi di media massa. Ada lima
tahapan yang terjadi dalam proses komunikasi di media. Penyampaian pesan,
pesan, alat penyampaian pesan, penerima, dan efek.
Media massa dipengaruhi eksternalisasi, objektivasi, dan internalisasi
dari orang yang memberikan informasi. Di sini orang tersebut adalah
23
wartawan sebagai orang pertama yang bersentuhan dengan peristiwa yang
terjadi. Karena pengalaman dan perspektif dari wartawan ikut mempengaruhi
cara memaknai peristiwa yang diliputnya.
Kemudian proses selanjutnya adalah memberikan hasil liputan itu
kepada media. Seperti diketahui, wartawan tidak bekerja sendiri, melainkan
bekerja secara kelompok dan institusi yang menaunginya. Institusi ini juga
berperan dalam mengkonstruksi realitas. Keberpihakan dan kepentingan yang
terdapat di institusi sangat berpengaruh pada hasil akhir dari sebuah berita.
Setelah melewati konstruksi yang dilakukan institusi tersebut, dalam
hal ini adalah lembaga pers. Pesan yang telah dikonstruksi oleh media, lalu
disebarluaskan. Di sinilah sifat dari media massa yang bisa menyebarkan
pesan secara cepat dan serentak, mempermudah hasil konstruksi itu menyebar
di masyarakat.
Proses bersentuhannya realitas hasil konstruksi dan masyarakat secara
individu yang menentukan konstruksi itu berhasil atau tidak. Karena setiap
individu memiliki penerimaan yang berbeda, sesuai dengan latar belakang,
kebudayaan, pendidikan, ekonomi maupun politik. Jadi masyarakat bisa lebih
selektif.
Adapun yang ditulis Eriyanto dalam bukunya Analisis Framing,
Konstruksi, Ideologi dan Politik Media. Dalam bukunya di uraikan mengenai
pandangan konstruktivis mengenai media massa5. Pertama, Fakta/ peristiwa
adalah hasil konstruksi. Realitas merupakan hasil konstruksi media yang
5 Eriyanto, op.cit, h. 14-15.
24
bersifat subjektif, karena tercipta melalui konstruksi dan skema tertentu yang
dipakai oleh wartawan maupun media.
Fakta merupakan konstruksi atas realitas. Dan kebenaran suatu fakta
bersifat relatif, karena kebenaran merupakan suatu konteks yang
diberlakukan. Jika peneliti kaitkan dengan masalah pokok penelitian, maka
Republika Online harus menyajikan berita yang aktual dan bernilai penting
mengenai suatu peristiwa untuk diketahui khalayak secara benar.
Lalu, Media Massa merupakan agen konstruksi. Media bukanlah
berupa saluran yang menyampaikan pesan begitu saja. Media merupakan alat
pengkonstruksian pesan, karena pesan yang disampaikan adalah hasil seleksi
dan bukan apa yang terjadi di masyarakat. Hal ini berkaitan dengan
keterbatasan ruang dan tempat yang dimiliki media terhadap suatu peristiwa.
Maka dilakukan penyeleksian dan penyesuaian terhadap peristiwa yang akanb
diberitakan itu.
Selanjutnya, Berita bukanlah refleksi atas realitas, ia hanya
konstruksi atas realitas. Kaum konstruktivis melihat berita merupakan hasil
konstruksi media yang melibatkan pandangan, ideologi, nilai-nilai dari media.
Fakta merupakan hasil dari pemahaman media terhadap realitas. Jadi tidak
mungkin berita sebagai hasil cerminan dan refleksi langsung atas realitas.
Berikutnya, Berita bersifat subjektif, berita merupakan hasil
pemaknaan seseorang terhadap realitas. Dan setiap orang memiliki
pemaknaan yang berbeda. Maka dapat dikatakan bahwa berita bersifat
subjektif. Karena pada saat meliput berita, opini wartawan tidak dapat
25
dihilangkan. Perspektif yang digunakan oleh wartawan memengaruhi isi
berita. Terakhir, Wartawan bukan pelapor, ia merupakan agen konstruksi.
Keberpihakan wartawan tidak dapat dihindari. Karena wartawan bukan hanya
sekedar melaporkan peristiwa, melainkan dia ikut menerjemahkan peristiwa.
Jadi, jika masyarakat secara umum banyak yang menerima hasil
konstruksi tersebut. Maka konstruksi realitas yang dilakukan oleh media
massa bisa dianggap berhasil dan masyarakat secara tidak sadar akan
terkonstruksi oleh realitas semu yang ditampilkan oleh media.
2. Analisis Framing Robert N. Entman
a. Konsep Framing
Framing atau pembingkaian menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI) memiliki arti papan atau bilah yang dipasang sekeliling suatu benda.
Namun, pengertian itu berbeda dengan pengertian framing dalam konteks
ilmu komunikasi. Framing yang dimaksud adalah penelitian terhadap cara
penulisan berita yang dilakukan oleh media massa. Di mana media massa
merupakan alat penyampai informasi kepada khalayak.
Pada awalnya framing merupakan pengembangan dari analisis
wacana. Gagasan ini pertama kali dicetuskan oleh Beterson pada tahun 1955.
Lalu dikembangkan oleh Goffman, frame sebagai strip-strip yang tersusun
sedemikian rupa untuk menerjemah realitas6. Berdasarkan latar belakang itu,
framing lebih sering digunakan dalam ranah komunikasi. Namun framing
bukan berdiri sendiri, tetapi sama seperti konsep ilmu komunikasi
6 Alex Sobur, Analisis Teks Media Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Semiotika,
dan Framing”, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009) cet. Ke-5, h. 161.
26
kebanyakan, yang meminjam dari cabang ilmu lain. Konsep framing dipinjam
dari ilmu kognitif (psikologi).
Meskipun demikian, dalam prakteknya analisis framing dapat
dihubungkan dengan konsep-konsep keilmuan lainnya. Karena ranah yang
disentuh oleh framing bersinggungan dengan sosial, politik dan kebudayaan.
Sehingga tidak menutup kemungkinan bidang keilmuan kain ikut
mempengaruhi penelitian framing.
Analisis framing secara sederhana sebagai analisis untuk mengetahui
bagaimana realitas dibingkai oleh media. Analisis framing itu sendiri
merupakan metode yang sesuai dengan persepektif komuikasi, analisis ini
digunakan untuk membedah ideologi media saat mengkonstruksi fakta atau
suatu peristiwa. Framing adalah pendekatan untuk mengetahui bagaimana
cara pandang yang digunakan oleh wartawan ketika menyeleksi isu dan
menuliskan berita7. Framing juga bisa didefinisikan sebagai alat pengaturan
isi berita agar sesuai dengan konteks yang diinginkan.8
Dasar dari framing dikembangkan dari persepektif konstruktivis, yang
beranggapan bahwa semua yang ada merupakan hasil konstruksi. Maka
penelitian analisis framing meneliti bagaimana media massa ataupun
perangkat media massa seperti reporter, redaksi, dan lain-lain yang ada pada
media massa ikut mengkonstruksi realitas menjadi apa yang disajikan kepada
khalayak.
7 Ibid, h. 162. 8 Werner J- James W. Tankard Severin, Ir. Teori Komunikasi, Sejarah, Metode, dan
Terapan di dalam Media Massa, (Jakarta: Kencana, 2009), cet. Ke-5, h. 332.
27
Ada juga beberapa pengertian framing yang dikemukakan oleh ahli
ilmu sosial lainnya seperti dijelaskan pada tabel berikut ini:
Tabel II. 1. Pengertian Framing9.
Robert N. Entman Proses seleksi dari berbagai aspek realitas sehingga
bagian tertentu dari peristiwa itu lebih menonjol ketimbang aspek yang lain. Ia juga menyertakan penempatan informasi-informasi dalam konteks yang khas sehingga sisi tertentu mendapat alokasi lebih besar daripada sisi yang lain.
William A. Gamson Cara bercerita atau gugusan ide-ide yang terorganisir sedemikian rupa dan menghadirkan konstruksi makna peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan objek suatu wacana. Cara bercerita itu terbentuk dalam sebuah kemasan (package). Kemasan itu semacam skema atau struktur pemahaman yang digunakan individu untuk mengkontruksi makna pesan-pesan yang ia sampaikan, serta untuk menafsirkan makna pesan-pesan yang ia terima.
Todd Gitlin Strategi bagaimana realitas atau dunia dibentuk dan disederhanakan sedemikian rupa untuk ditampilkan kepada khalayak pembaca. Peristiwa-peristiwa ditampilkan dalam pemberitaan agar tampak menonjol dan menarik perhatian khalayak pembaca. Itu dilakukan dengan seleksi, pengulangan, penekanan, dan presentasi aspek tertentu dari realitas.
David E. Snow and Robert Sanford
Pemberian makna untuk menafsirkan peristiwa dan kondisi yang relevan. Frame mengorganisasikan sistem kepercayaan dan diwujudkan dalam kata kunci tertentu, anak kalimat, citra tertentu, sumber informasi, dan kalimat tertentu.
Amy Binder Skema interpretasi yang digunakan oleh individu untuk menempatkan, manafsirkan, mengindentifikasikan, dan melabeli peristiwa secara langsung atau tidak langsung. Frame mengorganisir peristiwa yang kompleks kedalam bentuk dan pola yang mudah dipahami dan membantu individu untuk memahami makna peristiwa.
Zhondang Pan and Strategi konstruksi dan memproses berita. Perangkat
9 Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi Ideologis, dan Politik Media, (Yogyakarta:
LkiS, 2012), h. 77-79 .
28
Gerald M. Kosicki kognisi yang digunakan dalam mengkode informasi, menafsirkan peristiwa, dan dihubungkan dengan rutinitas dan konvensi pembentukan berita.
Ada dua aspek dalam framing. Pertama, memilih fakta atau realitas.
Proses memilih fakta ini didasarkan pada asumsi, wartawan tidak mungkin
melihat peristiwa tanpa perspektif. Akibatnya, pemahaman dan konstruksi
atas suatu peristiwa bisa jadi berbeda-beda. Kedua, menuliskan fakta. Proses
ini berhubungan dengan bagaimana fakta dipilih itu disajikan kepada
khalayak. Akibatnya, aspek tertentu yang ditonjolkan menjadi menonjol,
lebih mendapat alokasi dan perhatian yang besar dibandingkan aspek yang
lain. semua aspek itu dipakai untuk membuat dimensi tertentu dari konstruksi
berita menjadi bermakna dan diingat oleh khalayak10.
b. Konsep Framing Robert N. Entman
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan konsep framing Robert N.
Entman. Robert N. Entman adalah salah seorang ahli yang meletakkan dasar-
dasar bagi analisis framing untuk studi isi media. Menurut Entman, meskipun
analisis framing dipakai dalam berbagai bidang studi yang beragam, satu
faktor yang menghubungkannya adalah bagaimana teks komunikasi yang
disajikan, bagaimana representasi yang ditampilkan secara menonjol
mempengaruhi khalayak.
Menurut Entman, framing bisa menjadi paradigma penelitian
komunikasi. Framing misalnya dapat dipakai untuk meneliti beberapa konsep
berikut. Pertama, otonomi khalayak. Bagaimana khalayak menafsirkan dan
mengkode simbol dan pesan yang diterima. Kedua, praktik jurnalistik. Ranah
10 Ibid, h. 79-80.
29
penelitian ini misalnya melihat bagaimana frame mempengaruhi kerja
wartawan.
Ketiga, analisis isi. Dalam analisis isi tradisional, yang diukur oleh
peneliti adalah bagaimana kecenderungan pemberitaan suatu media. Keempat,
pendapat umum. Dalam ranah ini sangat banyak, misalnya saat jajak
pendapat11.
Entman melihat framing dalam dua dimensi besar: seleksi isu dan
penekanan atau penonjolan aspek-aspek tertentu dari realitas. Penonjolan
adalah proses membuat informasi menjadi lebih bermakna, lebih menarik,
berarti, atau lebih diingat khalayak.
Tabel II. 2. Dimensi Besar Entman12.
Seleksi isu Aspek ini berhubungan dengan pemilihan fakta. Dari
realitas yang kompleks dan beragam itu, aspek mana yang diseleksi untuk ditampilkan? Dari proses ini selalu terkandung di dalamnya ada bagian berita yang dimasukan, tetapi ada juga berita yang dikeluarkan. Tidak semua aspek atau bagian dari isu ditampilkan, wartawan memilih aspek tertentu dari suatu isu.
Penonjolan aspek Aspek ini berhubungan dengan penulisan fakta. Ketika aspek tertentu dari isu tertentu suatu peristiwa tersebut telah dipilih, bagaimana aspek tersebut ditulis? Hal ini sangat berkaitan dengan pemakaian kata, kalimat, gambar, dan citra tertentu untuk ditampilkan kepada khalayak.
Kedua faktor tersebut dapat lebih mempertajam framing berita melalui
proses seleksi isu yang layak ditampilkan dan penekanan isi beritanya. Robert
N. Entman juga meletakkan dasar-dasar bagi analisis framing untuk isi media,
11 Ibid, h. 219. 12 Ibid, h. 222.
30
yaitu menekankan pada level makrostruktural dan mikrostruktural. Pertama,
level makrostruktural yang dapat kita lihat sebagai pembingkaian dalam
tingkat wacana. Kedua, level mikrostruktural yang memusatkan perhatian
pada bagian atau sisi mana dari peristiwa tersebut yang ditonjolkan dan
bagian mana yang dilupakan, pembahasannya berkaitan dengan pilihan fakta,
sudut pandang, dan narasumber.
Dalam konsepsi Entman, framing pada dasarnya merujuk pada
pemberian definisi, penjelasan, evaluasi, dan rekomendasi dalam suatu
wacana untuk menekankan kerangka berfikir tertentu terhadap peristiwa yang
dibicarakan.
Tabel II.
3. Konsepsi Framing Entman13.
Define Problems
(pendefinisian masalah)
Bagaimana suatu peristiwa/isu dilihat? Sebagai
apa? Atau sebagai masalah apa?
Diagnose couses
(memperkirakan
masalah atau sumber
masalah)
Peristiwa itu dilihat disebabkan oleh apa? Apa yang
dianggap sebagai penyebab dari suatu masalah?
Siapa (aktor) yang dianggap sebagai penyebab
masalah?
Make moral judgement
(membuat keputusan
moral)
Nilai moral apa yang disajikan untuk menjelaskan
masalah? Nilai moral apa yang dipakai untuk
melegitimasi atau mendelegetimasi suatu tindakan?
Treatment
recommendation
(menekankan
penyelesaian)
Penyelesaian apa yang ditawarkan untuk mengatasi
masalah/isu? Jalan apa yang ditawarkan dan harus
ditempuh untuk mengatasi masalah.
13 Ibid, h. 223-224.
31
Secara luas, pendentifikasian masalah ini menyertakan di dalamnya,
konsepsi pandangan wartawan. Define Problems (pendefinisian masalah)
adalah elemen yang pertama kali dapat kita lihat mengenai framing. Element
ini merupakan bingkai yang paling utama. Di sini menekankan bagaimana
peristiwa dipahami oleh wartawan. Dan bingkai yang berbeda akan
menyebabkan realitas yang berbeda pula.
Selanjutnya, Diagnose couses (memperkirakan masalah atau sumber
masalah), merupakan elemen framing untuk membingkai siapa yang
dianggap sebagai aktor dari suatu peristiwa. Penyebab di sini bisa berarti apa,
tetapi bisa juga berarti siapa. Bagaimana peristiwa dipahami, tentu saja
menentukan apa dan siapa yang dianggap sebagai sumber masalah. Dengan
kata lain, hal ini menyertakan secara lebih luas siapa yang dianggap sebagai
pelaku dan siapa tang dipandang sebagai korban.
Lalu, Make moral judgement (membuat keputusan moral) adalah
elemen framing yang dipakai untuk membenarkan argumentasi pada
pendefinisian masalah yang dibuat. Biasanya media menggunakan
narasumber yang familiar dan dikenal oleh khalayak yang argumentasinya
memperkuat pendefinisian awal. Kemudian, Treatment recommendation
(menekankan penyelesaian). Elemen ini dipakai untuk menilai apa yang
dikehendaki oleh wartawan. Jalan apa yang dipilih untuk menyelesaikan
masalah.
32
B. Kerangka Konsep
1. Media Massa
Sebelum kita membahas mengenai media massa, maka kita perlu
memahami komunikasi massa. Definisi komunikasi massa adalah komunikasi
melalui media massa. Media massa berasal dari bahasa Inggris, singkatan dari
Mass Media of Communication atau Media of Mass Communication, yang
artinya komunikasi media massa atau komunikasi massa. Komunikasi massa
adalah komunikasi dengan menggunakan sarana atau peralatan yang dapat
menjangkau massa sebanyak-banyaknya dan dengan area yang seluas-
luasnya14.
Definisi komunikasi massa yang paling sederhana dikemukakan oleh
Bittner yakni, komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui
media massa pada sejumlah besar orang15. McLuhan menyebut bahwa media
adalah peluasan alat indra manusia. Dengan kata lain, kehadiran media dalam
berkomunikasi tidak lain dari upaya untuk melakukan perpanjang dari telinga
dan mata, misalnya telepon adalah perpanjang telinga dan televisi adalah
perpanjang mata.
Pandangan McLuhan tersebut dikenal sebagai teori perpanjang alat
indra. Bahkan McLuhan menyebut bahwa media adalah pesan (the medium is
the message). Artinya, media saja sudah menjadi pesan. Menurut McLuhan
bahwa memengaruhi khalayak bukan saja apa yang disampaikan oleh media,
14 Y. S. Gunadi, Himpunan Istilah Komunikasi, (Jakarta: Grasindo, 1998), cet. Ke-1, h.75. 15Siti Karlinah, dkk., Komunikasi Massa, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2000), cet. Ke-2,
h.13.
33
tetapi jenis media komunikasi yang dipergunakan, yaitu antarpesonal, media
cetak atau media elektronik16.
Penjelasan berikut ini lebih merupakan pemahaman arti kata dalam
masyarakat dari sisi etimologis, karena pengertian media dari waktu ke waktu
terus berkembang sesuai dengan perkembangan teknologi, sosial, politik, dan
persepsi masyarakat terhadap media17.
Kata media berasal dari bahasa Latin, “medius-medium” (tunggal)
“media” (jamak) yang secara harfiah berarti: (1) pertengahan, (2) perantara,
(3) penghubung, (4) pengantar, (5) alat jalur, (6) pusat. Denagan demikian,
menyebut media berarti sudah jamak, tidak perlu media-media.
Menurut Suf Kasman, pengertian lain dari media, yaitu:
Media adalah agen konstruksi. Artinya, artikel jurnalis amat cocok untuk media massa, mengingat pesan media massa sebagai subjek yang mengontruksi realitas sosial, lengkap dengan pandangan, bias, dan pemihakannya. Hal ini, kiranya berbeda dengan pandangan kaum positivisme yang menekankan media massa hanya sebagai sarana atau saluran (informasi) semata-mata. Sementara media massa adalah institusi yang berperan sebagai agent of change, yaitu sebagai institusi pelopor perubahan. Ini adalah paradigma utama media massa18.
Dalam menjalankan paradigmanya media massa berperan: (a) sebagai
institusi pencerahan masyarakat, yaitu perannya sebagai media edukasi.
Media massa menjadi media yang setiap saat mendidik masyarakat supaya
cerdas, terbuka, dan menjadi masyarakat yang maju. Selain itu, (b) media
16 Suf Kasman, Disertasi dengan judul “PERS dan Pencitraan Umat Islam di Indonesia
(Analisis Isi Pemberitaan Harian Kompas dan Republika)”, (Jakarta: Balai Litbang dan Diklat Kementrian Agama RI, 2010), h. 48.
17 Denis McQuail, Mass Communication Theory. 4 edition, (London:Sage Publication Ltd., 2002) , h.10.
18 Ibid, h.50
34
massa juga menjadi media informasi, yaitu media yang setiap saat
menyampaikan informasi kepada masyarakat. (c) Terakhir media massa
sebagai media hiburan. Sebagai agent of change, media massa juga menjadi
corong kebudayaan, kalisator perkembangan budaya19.
Media massa melahirkan pers. Pers dan jurnalistik merupakan dua hal
yang dapat dibedakan namun dapat dipisahkan. Karena berita itu dicetak
(umumnya dengan mesin cetak umumnya di atas kertas), maka istilah pers
juga digunakan untuk menyebut kegiatan jurnalistik20.
Fungsi dan peranan pers berdasarkan ketentuan pasal 33 UU No. 40
tahun 1999 tentang pers, fungsi pers ialah sebagai media informasi,
pendidikan, hiburan dan kontrol sosial. Sementara Pasal 6 UU Pers
menegaskan bahwa pers nasional melaksanakan peranan sebagai berikut:
memenuhi hak masyarakat untuk mengetahui menegakkan dan hak asasi
manusia, serta menghormati ke bhinekaan, mengembangkan pendapat umum
berdasarkan informasi yang tepat, akurat, dan benar. Melakukan pengawasan,
kritik, koreksi, dan saran terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kepentingan
umum. Memperjuangkan keadilan dan kebenaran.
Berdasarkan fungsi dan peranan pers yang demikian, lembaga pers
sering disebut sebagai pilar keempat demokrasi setelah legislatif, eksekutif,
19 Ibid, h. 51. 20 Ahmad Y. Samantho, Jurnalistik Islami; Panduan Praktis bagi Para Aktivis Muslim,
(Bandung: Mizan, 2002), h. 44.
35
dan yudikatif, serta pembentuk opini publik yang paling potensial dan
efektif21.
a. Media online
Peneliti membatasi karya ilmiah ini dan memilih media cyber sebagai
objek yang diteliti. Yang peneliti ambil adalah media online, disebabkan
karena perkembangan komunikasi semakin cangih, sehingga khalayak lebih
mencari informasi sepraktis mungkin dan informasi dapat berpindah sangat
cepat karena munculnya media komunikasi baru, yaitu media online. Dan
banyak media cetak dan majalah beralih menggunakan online dengan banyak
alasan, contohnya menghemat waktu dan biaya pendistribusian keluar daerah.
Media online mempunyai ciri kekhususan yang terletak pada
keharusan memiliki jaringan teknologi informasi dengan menggunakan
perangkat komputer, disamping pengetahuan tentang program komputer
untuk mengakses informasi atau berita22.
Adapun keunggulan dari media online dapat dibagi menjadi tiga
bagian:
1. Berita-berita yang disampaikan jauh lebih cepat, bahkan setiap
beberapa menit dapat di update.
2. Untuk mengakses berita-berita yang disajikan tidak hanya dapat
dilakukan lewat komputer atau laptop yang dipasang internet,
tetapi lewat ponsel sehingga sangat mudah dan praktis.
21 New Life Options, Sejarah Pers, Pengertian Pers, Fungsi dan Peranan Pers di
Indonesia, artikel diakses pada 24 Agustus 2013 dari http://duniabaca.com/sejarah-pers-pengertian-pers-fungsi-dan-peranan-pers-di-indonesia.html.
22 Syarifudin Yunus, Jurnalistik Terapan, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2010), h. 28.
36
3. Pembaca media online dapat memberikan tanggapan atau
komnetar secara langsung terhadap berita-berita yang disukai atau
tidak disukai pada kolom komentar yang telah disediakan23.
Dengan demikian, media cetak bisa menyampaikan sebuah informasi
secara detail dan terperinci. Sementara untuk media elektronik lebih
mengutamakan kecepatan informasi, sehingga tidak jarang informasi yang
disampaikan bersifat berulang-ulang dan mudah hilang.
Tabel II.
4. Perbedaan Teknis Media Cetak dengan Media Online
Unsur Media Cetak Media Online
Pembatasan panjang naskah
Biasanya panjang naskah telah dibatasi, misalnya 5-7 halaman kuarto diketik dua spasi.
Tidak ada pembatasan panjang naskah, karena halaman web bisa menampung naskah yang sepanjang apapun. Namun, demi alasan kecepatan akses, keindahan desain, dan alasan-alasan teknis lainnya, perlu dihindarkan penulisan naskah terlalu panjang.
Prosedur naskah Naskah harus di-ACC oleh redaksi sebelum dimuat.
Sama saja. Namun ada sejumlah media yang memperbolehkan wartawan dilapangan yang telah dipercaya untuk meng-upload secara langsung,
Editing Jika sudah dimuat tidak bisa diedit lagi.
Walaupun sudah online, bisa diedit dengan leluasa. Tetapi biasanya, editing hanya mencangkup masalah teknis, seperti merevisi salah ketik, dan seterusnya.
Tugas desainer Tiap edisi, desainer Desainer dan programmer
23 Zaenuddin HM, The Journalist, bacaan Wajib Wartawan, Redaktur, Editor, dan Para
Mahasiswa Jurnalistik, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2011), h. 7-8.
37
atau layouter atau layouter harus tetap bekerja untuk menyelesaikan desain pada edisi tersebut.
cukup bekerja sekali saja, yakni di awal pembuatan situs web. Kecuali, ketika perusahaan memutuskan untuk mengubah desain web tersebut.
Jadwal terbit Berkala (harian, mingguan, bulanan, dan seterusnya).
Kapan saja bisa, tidak ada jadwal khusus, kecuali untuk jenis-jenis tulisan atau rubrik tertentu.
Distribusi Walaupun sudah selesai dicetak, media tersebut belum bisa langsung dibaca oleh khalayak ramai sebelum melalui proses distribusi.
Begitu di-upload, setiap berita dapat langsung dibaca oleh semua orang yang diseluruh dunia yang memiliki akses internet.
Sumber: Nanang Saikhu pada Mata Kuliah Jurnalistik
Dari tabel di atas, dapat dilihat perbedaan media cetak dengan media
online, hanya pada masalah-masalah teknis. Tetapi media online dituntut
untuk menyajikan berita paling up to date secepat mungkin. Berita atau
informasi yang didapat bisa dilaporkan secara langsung, tidak perlu
menunggu hingga seluruh data terkumpul. Jika ada perkembangan baru
mengenai peristiwa tersebut, maka berita bisa di share kembali. Karena itu,
peraturan dalam penulisan di media online cenderung lebis bebas, tidak
terlalu terpaku pada kaidah-kaidah bahasa dan jurnalistik yang berlaku
umum.
2. Berita
Setiap hari, jam bahkan setiap menit kita dapat mendengar dan
melihat cuplikan berita melalui media massa baik yang bersifat cetak maupun
38
elektronik. Berita bahkan telah menjadi kebutuhan untuk memperoleh
berbagai informasi.
Menurut Mondry, berita adalah “informasi atau laporan yang menarik
perhatian masyarakat konsumen, berdasarkan fakta, berupa kejadian dan atau
ide (pendapat), disusun sedemikian rupa dan disebarkan media massa.”24
Sedangkan menurut Iskandar dan Atmakusumah, berita adalah
“kenyataan yang bermakna signifikan pada suatu waktu, yang sifatnya akurat,
diceritakan tanpa memihak atau tidak berprasangka, dan bersifat penting atau
menarik bagi pembaca”25.
Semua definisi yang menurut para pakar komunikasi tersebut
mengenai berita. Berdasarkan definisi berita di atas, peneliti memahami
bahwa berita merupakan suatu informasi atau laporan peristiwa berdasarkan
fakta yang menarik perhatian pembaca faktual, aktual, bersifat penting dan
disebarkan oleh media massa. Pada kenyataannya berita sangat terkait dengan
suatu peristiwa yang menarik khalayak dan bersifat informatif.
Unsur-unsur berita26, yakni yang pertama, Cepat, yakni aktual atau
ketepatan waktu. Unsur ini mengandung makna berita, sesuatu yang baru.
Kedua, Nyata, yakni informasi tentang sebuah fakta, bukan fiksi atau
karangan. Fakta dalam dunia jurnalistik terdiri dari kejadian nyata, pendapat,
dan pernyataan sumber berita. Unsur ini mengandung pula pengertian, sebuah
24 Mondry, Pemahaman Teori dan Praktik Jurnalistik, (Bogor: Ghalia Indonesia), h.133 25Iskandar, Maskun dan Atmakusumah, Panduan Jurnalistik Praktis Mendalami
Penulisan Berita dan Feature, Memahami Etika dan Hukum Pers, (Jakarta: Lembaga Pers Dr. Soetomo, 2009), h. 40.
26 Asep Syamsul M. Romli, Jurnalistik Praktis Untuk Pemula, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), Edisi Revisi, cet. Ke-7, h.5-6.
39
berita harus merupakan informasi tentang sesuatu yang sesuai dengan
keadaan yang sebenarnya.
Berikutnya, Penting, artinya menyangkut kepentingan orang banyak.
Misalnya peristiwa yang akan berpengaruh pada kehidupan masyarakat
secara luas, atau dinilai perlu diketahui dan diinformasikan kepada khalayak.
Lalu, Menarik, artinya mengundang orang untuk membaca berita yang akan
kita tulis. Berita yang biasaanya menarik pembaca, disamping yang aktual
dan faktual serta menyangkut kepentingan orang banyak, juga berita yang
bersifat menghibur, mengandung keanehan, atau human interest.
Struktur berita, khususnya berita langsung (straight news), pada
umumnya mengacu pada struktur piramida terbalik, yakni memulai penulisan
berita dengan mengemukakan fakta yang dianggap penting, kemudian diikuti
bagian-bagian yang dianggap agak penting, kurang penting, dan seterusnya.
Ada alasan khusus mengapa pola berita berbentuk terbalik. Pertama,
hal itu relevan dengan naluri manusia dalam menyampaikan pesan berita,
yaitu agar berita dengan cepat dapat ditangkap. Kedua, memuaskan rasa
penasaran pembaca dengan segera. Ketiga, memudahkan redaktur membuat
judul berita. Keempat, memungkinkan bagian tata letak memotong uraian
berita dan menyesuaikan dengan kolom yang ada27.
Dalam piramida terbalik harus memiliki kelengkapan informasi yang
mencangkup unsur-unsur pemberitaan 5W+1H (what, who, when, where,
why, dan how). Apa yang terjadi, siapa yang terlibat, kapan peristiwa itu
27 Krisna Harahap, Rambu-rambu di sekitar Profesi Wartawan, (Jakarta: Grafitri Budi
Utama, 1996), h. 19.
40
terjadi, di mana fakta itu berlangsung, mengapa peristiwa itu bisa terjadi, dan
bagaimana proses teerjadinya. Unsur-unsur tersebut membuat berita menjadi
jelas, terang dan lansung dipahami masyarakat28.
Tabel II
5. Kategori berita 29
Hard News Berita yang terjadi pada saat itu. Kategori ini sangat
dibatasi oleh waktu dan aktualitas. Semakin cepat diberitakan semakin baik, bahkan ukuran keberhasilan dari kategori ini bisa peristiwa yang direncanakan dan peristiwa yang tidak direncanakan.
Soft News Yang termasuk ke dalam kategori ini adalah hal-hal yang berhubungan dengan kisah manusiawi (human interest). Pada jenis berita ini tidak dibatasi oleh waktu. Ia bisa dibantahkan kapan saja. Unsur yang ditekankan di sini yakni yang menyentuh emosi dan perasaan khalayak.
Spot News Adalah subkalsifikasi dari berita yang berkategori hard news. Dalam spots news, peristiwa yang diliput tidak bisa direncanakan. Contoh, peristiwa kebakaran, kecelakaan, dan lain-lain. meskipun wartawan sering memberitakan kebakaran, ia tidak bisa memperkirakan secara spesifik dimana dan kapan kebakaran akan terjadi. Jika kebakaran terjadi dalam tempo dan jarak yang pendek dengan keadaan wartawan. Peristiwa itu bisa diberitakan segera.
Developing News Adalah subklasifikasi lain dari hard news. Baik spots news maupun developing news umumnya berhubungan dengan peristiwa yang tidak terduga. Tetapi dalam developing news, dimasukkan elemen lain, peristiwa yang diberitakan oleh bagian dirangkaikan berita yang akan diteruskan keesokan harinya atau dalam berita selanjutnya.
Continuing News Dalam kategori ini peristiwa-peristiwa bisa diprediksi dan direncanakan. Perdebatan memang jarang terjadi antara satu pendapat dengan pendapat lainnya, tetapi
28 Septiawan Santana K., Jurnalisme Kontemporer, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,
2005), h. 23. 29 Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia Menulis Berita dan Feature, h. 80-92.
41
tetap masuk dalam tema dan bidang yang sama. Proses dan peristiwa tiap hari berlangsung secara kompleks, tetapi tetap berada dalam wilayah pembahasan yang sama pula.
Tabel II.
6. Nilai berita
Nilai Berita Penjelasan
Keluarbiasaan News is unusualiness. Berita adalah sesuatu yang luar biasa. Semakin besar suatu peristiwa, semakin besar pula nilai berita yang ditimbulkannya. Nilai berita peristiwa luar biasa, dapat dilihat dari lima aspek, yaitu lokasi peristiwa, waktu peristiwa, jumlah korban, daya kejut peristiwa dan dampak yang timbul dari peristiwa tersebut.
Kebaruan News is new. Berita adalah semua yang terbaru.
Akibat News has impact. Berita adalah segala sesuatu yang berdampak. Semakin besar dampak sosial budaya ekonomi atau politik yang ditimbulkannya, maka semakin besar nilai berita yang dikandungnya.
Aktual News is timeless. Secara sederhana aktual berarti menunjuk pada peristiwa yang baru atau sedang terjadi.
Kedekatan News is nearby. Berita adalah kedekatan. Kedekatan mengandung dua arti, yaitu kedekatan geografis dan kedekatan psikologis. Kedekatan geografis menunjuk pada suatu peristiwa atau berita yang terjadi di sekitar tempat tinggal kita. Kedekatan psikologis lebih banyak ditentukan oleh tingkat keterkaitan pikiran, perasaan atau kejiwaan seseorang dengan suatu objek berita.
Informasi News is information. Menurut Wilbur Schramm, informasi adalah segala yang bisa menghilangkan ketidakpastian. Hanya informasi tertentu yang memiliki berita atau memberi banyak manfaat kepada publik yang patut mendapat perhatian media.
Konflik News is conflict. Berita adalah konflik atau segala sesuatu yang mengandung unsur atau sarat dengan dimensi pertentangan.
Orang penting News is about people. Berita adalah tentang orang-orang ternama, pesohor, dan lain-lain. orang-orang penting dan orang teerkemuka di mana pun selalu
42
membuat berita. Nama menciptakan berita (names makes news).
Kejutan News is surprising. Berita adalah sesuatu yang datangnya tiba-tiba, di luar dugaan, tidak direncanakan, di luar perhitungan, tidak diketahui sebelumnya.
Ketertarikan Manusiawi
News is interesting. Apa saja yang dinilai mengundang minat insani, menimbulkan ketertarikan manusiawi, mengembangkan hasrat dan naluri ingin tahu, dapat digolongkan ke dalam cerita human interest.
Seks News is sex. Berita adalah seks. Seks adalah berita. Sepanjang sejarah peradaban manusia, segala hal yang berkaitan dengan perempuan, psti menarik dan menjadi sumber berita.
Proses kerja dan produksi berita adalah sebuah konstruksi. Sebagai
sebuah konstruksi, ia menentukan mana yang dianggap berita dan mana yang
tidak, mana yang penting mana yang tidak. Terdapat standarisasi nilai berita,
prinsip lain dalam proses produksi berita adalah apa yang disebut sebagai
kategori berita.
Namun ada yang luput dari perhatian kita, bahwa berangkat dari
sebuah peristiwa yang sama, media tertentu mengemas pemberitaan tersebut
dengan cara yang berbeda. Satu media bisa mempublikasikannya terus
menerus, menonjolkan sisi tertentu, sementara media lainnya melihatnya
sebagai suatu berita yang biasa-biasa saja, terkesan diminimalisir ataupun
menutup sisi tertentu.
Berbagai kemungkinan bisa terjadi pada sebagian kondisi di atas.
Tetapi yang perlu dipahami, bahwa media apa pun tidak akan terlepas dari
kepentingan-kepentingan saat memberitakan sesuatu peristiwa. Entah yang
berkaitan dengan ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, bahkan agama.
43
Jadi, tidak salah bila terdapat pernyataan bahwa berita adalah apa yang
membuat produk sebuah media dibeli orang untuk menaikkan penilaian
khalayak terhadap siaran berita30.
Kondisi ini tidak bisa terelakkan oleh media betapapun
disembunyikan, karena hal itu dapat terlihat dan terbaca oleh kita, baik pada
penggunaan gambar atau bahasa yang terkadang bombastis dan hiperbola
yang sesungguhnya bisa mengarahkan khalayak dengan seruan tertentu31.
Dalam sebuah berita, bahasa merupakan salah satu perangkat dasar
dalam pengkonstruksian realitas sosial. Bahasa dapat sebagai sarana untuk
pemuat pesan dan memiliki arti penting terhadap proses pemaknaan suatu
peristiwa.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia mengartikan, “bahasa sebagai
sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh anggota suatu
masyarakat untuk kerjasama, berinteraksi, dan mengindentifikasikan diri.”32
Struktur sosial dalam masyarakat tidak akan terbentuk apabila tidak adanya
interaksi antara individu-individu yang terlibat di dalamnya melalui proses
penggunaan bahasa.
Menurut Hamad, yang dikutip oleh Alex Sobur, “bahasa bukan Cuma
mampu mencerminkan realitas, tetapi sekaligus menciptakan realitas.”33 Di
30 Junanto Iman Praskoso, Sikap Netralitas Terhadap Pemerintahan Habibie, Tesis
Sarjana Ilmu Komunikasi, (Jakarta: Perpustakaan Universitas Indonesia, 1999), h.6. 31 Agus Sudibyo, Politik Media dan Pertarungan Wacana, (Yogyakarta:Lkis, 2001),
h.45. 32 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Balai Pustaka, 1988), h. 293. 33 Alex Sobur, Analisis Teks Media Suatu Pengantar untuk Anaslisis Wacana, Analisis
Simiotik, Analisis Framing, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), cet-4, h. 90.
44
dalam media massa, bahasa tidak lagi sebagai alat untuk menggambarkan
sebuah realitas, melainkan dapat menentukan pencitraan yang akan
mempengaruhi pemikiran masyarakat terhadap permasalahan-permasalahan
tertentu.
Melalui penggunaan bahasa sebagai sistem simbol yang utama, para
wartawan mampu menciptakan, memelihara, mengembangkan, dan bahkan
meruntuhkan suatu realitas34. Dalam dunia komunikasi, penggunaan bahasa
dalam pemberitaan merupakan alat utama untuk melakukan penggambaran
tentang sebuah realitas.
Dengan demikian, pentingnya bahasa sebagai penyampai informasi
terhadap khalayak, maka di dalam penulisan berita, bahasa digunakan untuk
semua kepentingan dan berita adalah hasil akhir dari proses kompleks dengan
menyortir (memilah-milah) dan menentukan peristiwa dan tema dalam suatu
kategori tertentu.
3. Jilbab
Sandang atau pakaian merupakan salah satu kebutuhan pokok
manusia. Pakaian adalah produk budaya, sekaligus tuntutan agama dan moral.
Dari sini lahir apa yang dinamakan pakaian tradisional, pakaian nasional,
pakaian formal, pakaian non-formal, dan pakaian tertentu, serta pakaian untuk
ibadah. Namun, sebagian dari tuntunan agama pun lahir dari budaya
masyarakat, karena agama sangat mempertimbangkan kondisi masyarakat
sehingga menjadikan adat istiadat–yang tidak bertentangan dengan nilai-
34 Eriyanto, op. Cit, h. Xi.
45
nilainya–sebagai salah satu pertimbangan hukum dan terdapat unsur
keindahan.
Unsur keindahan dapat berubah-berubah. Demikian tolak ukur
keindahan pun mengalami perubahan dan perkembangan. Di dunia Barat
unsur keindahan dinomorsatukan, dan unsur moral tidak jarang telah
mengalami perubahan yang sangat jauh dari tuntunan agama. Pengaruh Barat
ke dunia Timur tidak sedikit sehingga ada pula masyarakat Timur yang
mengikuti pakaian Barat walau bertentangan dengan nilai-nilai agama dan
budaya masyarakatnya. Sementara itu ada pula kelompok masyarakat Timur
–lebih-lebih yang beragama Islam– yang menempuh arah yang sepenuhnya
berlawanan dengan dunia Barat itu. Mereka mengedepankan unsur moral dan
nilai-nilai agama, dan menomorduakan unsur keindahan.
Di sisi lain yang berkaitan dengan rasa keindahan yang dapat berubah-
ubah dan sebuah identitas dari pemakai pakaian tersebut. Dikalangan
masyarakat Indonesia misalnya, ada orang yang sengaja memakai-katakanlah
surban-agar memberi kesan kesolehan atau ketekunan beragama. Sementara
dikalangan aparat negara, institusi negara menetapkan pakaian-pakaian
tertentu dengan model dan warna tertentu bagi angkatan perangnya, untuk
membedakannya dengan angkatan perang negara lain, karena pakaian dapat
menjadi pembedakan antara aparat negara dengan masyarakat yang lain.
Bahkan ada lambang-lambang dan tanda-tanda khusus dalam angkatan
bersenjata, untuk membedakan status dan pangkat seseorang. Begitulah
46
fungsi pakaian sebagai pembeda atau pengenal. Dan pakaian dapat memberi
dampak psikologis pada pemakainya.
Setelah Islam datang, Al-qur’an dan Sunnah berbicara tentang pakaian
dan memberi tuntunan menyangkut cara-cara memakainya. Peneliti
berpendapat berpakaian rapi, menutup aurat itu, juga mengisyaratkan bahwa
berpakaian rapi (sebagaimana yang dikehendaki agama) dapat memberi rasa
tenang dalam jiwa pemakainya. Karena menjauhkan diri dari tindak
kejahatan. Ketenangan batin itu merupakan salah satu dampak yang
dikehendaki oleh agama.
Beberapa ayat Al-qur’an yang membahas tentang pensyariatan
jilbab adalah ayat ke-31 surah An-Nur dan 59 surah Al-Ahzab. Allah swt
dalam ayat tersebut berfirman:
Artinya: “Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka Menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah Menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak- budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. dan janganlah mereka memukulkan kakinyua agar diketahui perhiasan yang mereka
47
sembunyikan. dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, Hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung. (QS. An-Nur : 31).
Ayat ke dua yang membahas tentang kewajiban menutup tubuh
adalah ayat 59 surah Al-Ahzab:
Artinya: “Wahai Nabi, Katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka". yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Dan dalam QS. An-Nahl : 81 pun menyatakan fungsi jilbab, yaitu:
Artinya: “Dan Allah menjadikan bagimu tempat bernaung dari apa yang telah Dia ciptakan, dan Dia jadikan bagimu tempat-tempat tinggal di gunung-gunung, dan Dia jadikan bagimu pakaian yang memeliharamu dari panas dan pakaian (baju besi) yang memelihara kamu dalam peperangan. Demikianlah Allah menyempurnakan nikmat-Nya atasmu agar kamu berserah diri (kepada-Nya).”
Ayat ini berbicara tentang fungsi pakaian sebagai pembeda atara
seseorang dengan selainnya dalam sifat atau profesinya. Yang sering jadi
masalah bagi sementara orang adalah memadukan antara fungsi pakaian
sebagai hiasan dengan fungsinya menutup aurat. Di sini tidak jarang orang
tergelincir sehingga mengabaikan ketertutupan aurat demi sesuatu yang
dinilainya keindahan dan hiasan.
48
Agama Islam menghendaki para pemeluknya agar berpakaian sesuai
dengan fungsi-fungsi tersebut atau paling sedikit fungsinya yang terpenting
yaitu menutup aurat. Ini, karena penampakan aurat dapat menimbulkan
dampak negatif bagi yang menampakkan serta bagi yang melihatnya35.
Al-qur’an tidak menetapkan mode atau warna pakaian tertentu, baik
ketika beribadah maupun di luar ibadah. Walaupun al-qur’an dan Sunnah
Nabi Muhammad saw. Tidak menetapkan mode dan warna tertentu, tetapi
hanya menetapkan kewajiban menutup aurat dan walaupun ada ungkapan
yang dinisbahkan kepada Nabi Muhammad saw. menyatakan: “makanlah apa
yang Anda senangi, dan pakailah apa yang Anda sukai, selama itu halal. Yan
keliru adalah bila Anda makan dan berpakaiana berlebih-lebihan atau
bertujuan membanggakan diri.”
Memang di era globalisasi ini, segalanya telah bercampur dan sulit
dipisahkan. Pengaruh Barat dengan peradabannya sudah sangat kental dalam
kehidupan umat Islam, sampai-sampai sementara wanita yang berjilbab pun
ada yang melakukan berbagai kegiatan yang sama sekal tidak dibenarkan oleh
agama. Agaknya berjilbab tidak cukup-kalau enggan berkata tidak secara
otomatis-menggambarkan secara penuh identitas dan kepribadian wanita
muslimah.
Bagian-bagian badan yang tidak boleh terlihat, biasa dinamai aurat.
kata ini terambil dari bahasa arab, aurah yang oleh sementara ulama
dinyatakan terambil dari kata awara yang berarti hilang perasaan. Dalam
35 M. Quraish Shihab. Jilbab Pakaian Wanita Muslimah, pandangan ulama masa lalu &
cendikiawan kontemporer. (Tangerang: Lentera Hati, 2010), h.52-53.
49
pandangan pakar hukum Islam, aurat adalah bagian dari tubuh manusia yang
pada prinsipnya tidak boleh kelihatan, kecuali dalam keadaan darurat atau
kebutuhan mendesak36. Untuk wanita di wajibkan menggunakan hijab atau
jilbab.
Banyak analisis tentang faktor-faktor yang mendukung teersebarnya
fenomena berjilbab di kalangan kaum muslimah. Kita tidak dapat
menyangkal bahwa mengentalnya kesadaran beragama merupakan salah satu
faktor utamanya. Namun, agaknya kita pun tidak dapat menyatakan bahwa
itulah satu-satunya faktor. Karena diakui atau tidak, ada wanita-wanita yang
memakai jilbab tetapi yang dipakainya itu atau gerak-gerik yang
diperagakannya, tidak sejalan dengan tuntunan agama dan budaya masyarakat
Islam37.
Salah satu faktor yang juga diduga sebagai pendorong maraknya
pemakaian jilbab adalah faktor ekonomi. Mahalnya salon-salon kecantikan
serta tuntutan gerak cepat dan praktis, menjadikan sementara perempuan
memilih jalan pintas dengan mengenakan jilbab. Bisa jadi juga maraknya
berjilbab itu adalah sebagai sikap penentangan terhadap dunia Barat yang
sering kali menggunakan standar ganda sambil melecehkan umat Islam dan
agamanya.
Ada juga yang menduga bahwa pemakaian jilbab adalah simbol
pandangan politik yang pada mulanya diwajibkan oleh kelompok-kelompok
Islam Politik guna membedakan sementara wanita yang berada di bawah
36 Ibid, h. 55-58. 37 Ibid, h.x.
50
panji-panji kelompok-kelompok itu dengan wanita-wanita muslimah lain atau
yang non-muslimah. Lalu kelompok-kelompok itu berpegang teguh
dengannya sebagai simbol mereka dan memberinya corak keagamaan,
sebagaimana dilakukan oleh sementara pria yang memakai pakaian longggar
dan panjang (ala Mesir atau Saudi Arabia) dan menduga bahwa itu adalah
pakaian Islami38.
Nashirudin al-Albani salah seorang yang diakui banyak pihak sebagai
ulama dan pakar hadits kontemporer telah dikecam dan dimaki oleh
sementara “ulama” ketika bukunya tentang jilbab diterbitkan. Beliau dimaki,
kendati dia mengatakan bahwa memang menutup wajah dan tangan
dianjurkan tetapi bukanlah sesuatu yang diwajibkan Allah atau Rosul-Nya.
Al-Albani dimaki karena dia berkata bahwa yang wajib adalah menutup
seluruh tubuh wanita, kecuali wajah an telapak tangan, kendati ulama ini
menekankan antara lain bahwa pakaian tidak boleh ketat dan transparan, tidak
boleh serupa dengan pakaian lawan jenis-sehinga perempuan tidak boleh
memakai celana panjang atau jaket, jas- walaupun pakaian tersebut lebih
menutupi badan mereka.
Agama ini mengedepankan kemudahan. Kitab suci Al-quran
menegaskan bahwa:
38 Ibid, h. xii-xiii.
51
Artinya: “Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). karena itu, Barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, Maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan Barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), Maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.QS. Al-Baqarah:185.
Hal lain yang ingin peneliti garis bawahi adalah keragaman penafsiran
al-quran dan Sunnah, penafsiran dan pemahaman ulama pun terhadap ajaran
Islam, tidak jarang dipengaruhi oleh kecenderungan pribadinya yang
bercirikan kehati-hatian dan hasil pemikiran ulama/cendikiawan dewasa ini
dapat saja berbeda dengan pemikiran ulama/cendikiawan masa lampau.
Penentuan tentang aurat, sama sekali bukanlah untuk menurunkan
derajat kaum wanita, bahkan justru sebaliknya. Upaya yang dilakukan oleh
sementara pihak dewasa ini yang memamerkan wanita-dalam berbagai gaya
dan bentuk-pada hakikatnya merupakan penghinaan yang terbesar terhadap
kaum wanita. Sebab ketika itu, mereka menjadikan wanita sebagai sarana
pembangkit dan pemuasan nafsu pria yang tidak sehat.
Penetapan batas-batas aurat bukan juga dimaksud untuk menghalangi
wanita ikut berpartisipasi dalam aneka kegiatan kemasyarakatan, karena apa
yang diperintahkan oleh Islam untuk ditutupi, sama sekali tidak menghalangi
52
aktivitas mereka. Itu sebabnya, sekian banyak ulama masa lampau yang
menjadi pertimbangan masyaqqah (kesulitan) yang dihadapi, sebagai alasan
untuk membenarkan terbukanya bagian-bagian tertentu dari badan wanita.
Para ulama yang berpandangan bahwa seluruh badan wanita aurat-
walau wajah dan tanggannya-memahami kata hijab dalam arti tabir. Namun,
meraka berkesimpulan bahwa tujuannya adalah tertutupnya seluruh badan
mereka. Ini karena, tabir menutupi serta menghalangi terlihatnya sesuatu yang
berada dibelakangnya39. Semua manusia beragama atau tidak beragama,
menyadari bahwa ada hal-hal yang dapat menimbulkan rangsangsan bagi pria
dan wanita, baik melalui bagian-bagian tertentu dari tubuh, maupun dalam
bentuk gerak dan ucapan40. Hal-hal tersebut sangat rawan, bagi timbulnya
hubungan seks, sehingga perlu peraturan khusus. Sesuatu yang rawan itu juga
dapat dinamai aurat.
39 Ibid, h. 62-75. 40 Majalah Cita Cinta, No. 4/1-6-19 Mei 2000, h. 7.
53
BAB III
PROFIL REPUBLIKA ONLINE
A. Sejarah berdirinya dan Perkembangan Republika Online
Republika merupakan koran nasional yang dilahirkan oleh kalangan
Komunitas Muslim bagi publik di Indonesia. Republika terbit pertama kali pada 4
Januari 1993. Terbitnya Republika dikalangan masyarakat diperoleh atas upaya
Ikatan Cendikiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) yang berhasil menembus
peraturan ketat Pemerintah untuk izin penerbitan pada saat itu.
Keberhasilan Republika sampai saat ini, merupakan upaya keras
manajemen dan seluruh staff dan karyawan PT Abdi Bangsa Tbk sejak tahun
1993. Dengan semua keberhasilan tersebut, republika tidak berhenti sampai pada
surat kabar saja, melainkan, Republika mulai menyajikan layanan berita di situs
web internet, dengan alamat www.republika.co.id. Republika adalah Koran
pertama di Indonesia yang tampil di dunia internet, situs itu kemudian kita
namakan Republika Online.
Republika Online (ROL) hadir sejak 17 Agustus 1995, dua tahun setelah
Harian Republika terbit. ROL merupakan portal berita yang menyajikan informasi
secara teks, audio, dan video, yang terbentuk berdasakan teknologi hipermedia
dan hiperteks. Dengan kemajuan informasi dan perkembangan sosial media, ROL
kini hadir dengan berbagai fitur baru yang merupakan percampuran komunikasi
media digital. Informasi yang disampaikan diperbarui secara berkelanjutan yang
terangkum dalam sejumlah kanal, menjadikannya sebuah portal berita yang bisa
54
dipercaya. Selain menyajikan informasi, ROL juga menjadi rumah bagi
komunitas. ROL kini juga hadir dalam versi English. 1
Sejak pertengahan 2008, ROL mengalami perubahan besar, dari situs
berita sederhana menjadi web portal multimedia. Hal tersebut terjadi seiring
munculnya tantangan industri media yang mulai memasuki era konvergensi
media. Dalam hal ini, Republika sebagai institusi industri media dituntut untuk
memiliki dan mendistribusikan content medianya dalam format cetak, online, dan
mobile.
Tujuan utama penerbitan Republika Online adalah memberi pelayanan
kepada pembaca yang tidak terjangkau dengan distribusi koran cetak, dan bagi
pembaca yang berada di luar negeri. Informasi yang disampaikan terus
diperbaharui secara berkelanjutan yang terkumpul dalam sejumlah rubrik.
Sesuai dengan falsafah dasar Republika, muatan Republika Online tetap
mengutamakan Komunitas Muslim sebagai basis pengunjungnya. Oleh karena itu,
Republika Online lebih mengangkat content-content bermuatan Islam. Dengan
ideologi tersebut, Republika Online menjadi media online yang berbasis khas
keislaman. Segala kreativitas Republika Online selalu dekat dan melayani
keinginan masyarakat.
1 http://www.republika.co.id/page/about. , diakses pada Sabtu, 24 Syawwal 1434 / 31
Agustus 2013.
55
B. Visi dan Misi Republika Online
1. Visi
Menjadi Harian Umum Republika sebagai koran umat yang
terpercaya dan mengutamakan nilai-nilai universal, toleran, damai, cerdas,
dan profesional, namun mempunyai prinsip dalam keterlibatannya
menjaga persatuan Bangsa dan kepentingan umat Islam yang berdasarkan
pemahaman Rahmatan Lil Alamin.
2. Misi
Menciptakan dan menghidupkan sistem manajemen yang efisien
dan efektif, serta mampu dipertanggungjawabkan secara profesional.
Diantaranya Republika Online (ROL) juga memiliki dibeberapa bidang,
yaitu: Bidang politik, bidang ekonomi, bidang budaya, bidang agama,
bidang hukum2.
2 Company Profile Republika Online, diakses pada Sabtu, 24 Syawwal 1434 / 31 Agustus
2013.
56
C. Struktur Redaksi Republika Online
Adapun struktur Organisasi atau susunan redaktur pada Republika Online
per tanggal 29 Agustus 2013 dapat di gambarkan sebagai berikut:
REDAKTUR
PELAKSANA
M. Irwan Ariefyanto
KEPALA
REDAKSI
Heri Ruslan
KEPALA
DIGITAL DEV Johar Arief
REDAKTUR
FORUM DAN
SOSIAL
MEDIA
REDAKTUR
VIDEO
REDAKTUR
KABAG
KEUANGAN
Wibowo
KABAG
MARKETING
Adriyanto
KABAG
OPERASIONAL &
UMUM
Slamet Riyanto
KASIE PROMOSI Wahyu Kurniawan HL
KASIE
IKLAN
Danu Fitrio
kanigoro
Erna Indriyanti
ACCOUNT EXECUTIVE
57
D. Content (isi) Berita pada Republika Online (ROL)
Content informasi keislaman Republika Online ialah 50% dan
informasi umum 50%. Sejak berdirinya Republika Online hingga saat ini,
selalu mengikuti perkembangan teknologi media digital agar tidak jenuh
dalam mengaksesnya.
Tabel III
1. Perkembangan Republika Online
No. Tahun Isi Berita Inovasi
1 1995-1998 Hanya memindahkan berita versi
cetak kedalam versi online.
Belum ada
inovasi apapun.
2 Akhir 1998 Selain memindahkan berita dari
Harian Umum Republika, ada tiga
canal baru, headline pada versi
online pun mulai bervariasi. Ada
empat berita yang menjadi headline.
Mulai ada inovasi
berupa canal baru,
yaitu breaking
news dan lain-
lain.
3 2008-
sekarang
Mulai menjadi media konvergen.
Selain itu, Republika Online terus
memperbagus tampilan dengan
menggunakan layouter ahli dari luar
negeri.
Sudah mulai
menggabungkan
teks, audio, video
dan streaming
even Republika.
Tabel di atas membuktikan bahwa dari awal munculnya Republika
Online pada tahun 1995, media ini masih sangat tergantung dengan versi
cetaknya dari Harian Umum Republika, dan masih satu redaksi dengan
Harian Umum Republika. Sedangkan pada tahun 1998, Republika Online
sudah tidak tergantung lagi dengan versi cetaknnya, karena sudah
memproduksi berita sendiri. Republika Online mendapat canal baru, yaitu
breaking news (hanya dimiliki media online), jadwal sholat, konsul fiqih dan
58
keluarga dan ada empat berita yang menjadi headline, yaitu nasional, Islam,
olahraga dan ekonomi atau syariah.
Tabel III
2. Content (isi) berita Republika Online
No. Canal Berita Isi Berita
1 Nasional 1. Politik
2. Hukum
3. Umum
2 Internasional 1. Global
2. Palestina-Israel
3 Dunia Islam 1. Islam Mancanegara
2. Islam Nusantara
3. Umroh-Haji
4. Halal
5. Mualaf
6. Hikmah
7. Khasanah
8. Islam Digest
4 Ekonomi 1. Makro
2. Keuangan
3. Bisnis
5 Ekonomi Syariah 1. Keuangan
2. Bisnis
6 Sepak Bola 1. Nasional
2. Liga Inggris
3. Liga Spanyol
4. Liga Dunia
5. Arena
6. Internasional
7 Gaya Hidup 1. Trend
59
2. Informasi Sehat
3. Parenting
4. Pustaka Populer
8 Otomotif 1. Mobil
2. Motor
3. Otobiz
9 Pendidikan 1. ADV
2. Guru Kreatif
3. Berita Pendidikan
4. Kompetisi
10 Regional 1. Jabodetabek
2. Nusantara
11 Trandatek 1. Internet
2. Elektronik
3. Gadget
4. Sains
12 Senggang 1. Film
2. Musik
3. Sosok
4. Unik
13 Konsultasi 1. Ustad menjawab
2. Klinik Syariah
3. Konsultasi Pendidikan
14 Olahraga 1. Raket
2. Otomotif
3. Basket
4. Umum
15 Video 1. Republika TV
2. Feature
3. Serba-serbi
60
4. Umat
5. Berita
16 Forum 1. Dunia Islam
2. Politik dan Peristiwa
3. Bisnis dan Peluang Usaha
4. Trantek
5. Gaya Hidup
17 Republika Koran Berisi content berita yang ada pada Republika cetak
atau koran.
18 Jurnal Haji 1. Salam Haji
2. Tips Haji
3. Konsultasi Haji
4. Pengalaman Haji
5. Tempat Ibadah
6. Tempat Belanja
7. Tempat Bersejarah
8. Umroh
61
BAB IV
HASIL TEMUAN DAN ANALISIS DATA
Analisis yang peneliti lakukan pada Bab IV ini mengacu pada latar
belakang dan tujuan penelitian serta metode penelitian seperti yang telah
diuraikan pada bab-bab sebelumnya. Penelitian ini dilakukan secara
deskriptif dengan menggunakan metode analisis framing Robert N.
Entman. Pendekatan deskriptif bertujuan untuk memaparkan dan
mengungkap peristiwa berdasarkan tujuan penelitian, yakni untuk
mengetahui Republika Online (ROL) dalam mengkonstruksi realitas atas
pemberitaan Polwan berjilbab Edisi Juni 2013.
Sejak mencuatnya isu tentang Polwan berjilbab berdasarkan
Peraturan Kapolri No Pol: Skep/702/IX/2005 menimbulkan banyak
kontroversi dikalangan masyarakat dan kaum Muslim tanah air. ROL
adalah media massa elektronik pertama yang memberitakan kasus isu
Polwan berjilbab1. Kasus ini menjadi kasus besar dan perhatian serius
ROL karena telah menyangkut hak seorang Muslim/muslimah untuk
menjalankan ibadah sesuai dengan apa yang dianutnya.
ROL pun mengarahkan keberpihakannya melalui apa yang
diberitakan dan pemilihan narasumber. Tentunya setiap media dalam
melihat sebuah peristiwa memiliki kecenderungan yang berbeda-beda,
1 Zaky Al Hamzah, Kapolri: Peraturan Jilbab Bisa Diubah, paragraf ke enam ,
artikel diakses pada 15 Juni 2013 dari http://www.republika.co.id/berita/koran/news-
update/13/06/13/moaxgt-kapolri-peraturan-jilbab-bisa-diubah
62
termasuk ROL. Karena pekerjaan jurnalis tidak terlepas dari faktor-faktor
baik internal maupun eksternal, yang mempengaruhi media tersebut.
Data yang diperoleh reporter dilapangan pun tidak mentah-mentah
dituangkan dalam pemberitaan yang akan disebarkan oleh khalayak. Data
tersebut harus melalui tahap penyeleksian, karena itulah peneliti ingin
melihat kecenderungan sudut pandang dan keberpihakan ROL terhadap
kasus Polwan berjilbab.
Peneliti menganalisis proses konstruksi realitas sosial pada ROL
menggunakan Analisis Framing Robert N. Entman dengan konsep
pengidentifikasian masalah, memperkirakan masalah atau sumber
masalah, membuat keputusan moral, dan menekankan penyelesaian.
Dari rentang waktu satu bulan terdapat banyak pemberitaan tentang
seputar Polwan berjilbab di ROL. Pemberitaan itu mulai dari pernyataan
keputusan Kapolri hingga berita tentang tanggapan berbagai lapisan
masyarakat. Untuk lebih jelas dan terperinci, dalam penelitian ini ada 4
berita yang menjadi objek penelitian, keempat berita tersebut yaitu:
TABEL IV
1. Objek Penelitian Republika Online
No. JUDUL BERITA
TANGGAL
PEMBERITAAN
Rubrik
1 Ungkapan Polwan dan Wanita TNI Soal
Larangan Jilbab
12 Juni 2013 Nasional
> umum
2 Kapolri: Peraturan Jilbab Bisa Diubah 13 Juni 2013 Koran >
News
Update
3 Polri Akhirnya Restui Polwan Berjilbab 18 Juni 2013 Nasional
63
> umum
4 Anggota Komisi III Kompak Minta
Kapolri Sahkan Jilbab Polwan
18 Juni 2013 Nasional
> umum
Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa ROL menilai serius
kasus Polwan berjilbab dan harus diketahui dan mendapat perhatian
oleh khalayak. Secara terus-menerus ROL memberitakan isu ini
sehingga pemberitaan ini pun mendapat perhatian khusus dari
pengakses berita dan menjadi tranding topic pada pantauan ROL.
1. Judul : Ungkapan Polwan dan Wanita TNI Soal Larangan
Jilbab
Penempatan : Nasional – Umum
Berita pada ROL tanggal 12 Juni 2013
A. Analisis Framing Entman
Kontroversi soal aturan Kapolri yang melarang Polwan berjilbab
menuai kecaman keras, termasuk dari pihak Wadah Silaturahim
Muslimah Wanita TNI-Polwan. Seorang perwakilannya, Flora Eka Sari
mengungkapkan protesnya terhadap larangan tersebut. Menurutnya
pekerjaan luas yang membutuhkan rasa aman, penjagaan fitrah disertai
sikap profesional dalam bertugas tentu tidak terhalangi oleh jilbab.
Peneliti menganalisis proses konstruksi realitas sosial di ROL
menggunakan Analisis Framing Robert N. Entman dengan konsep
pendefinisian masalah, memperkiraan masalah atau sumber masalah,
64
membuat keputusan moral dan menekankan penyelesaian.
Tabel IV
2. Konsepsi Framing Entman.
Define Problems
(pendefinisian
masalah)
Kontroversi masalah aturan Kapolri dan
ungkapan protes Polwan dan wanita TNI soal
larangan tersebut.
Diagnose couses
(memperkirakan
masalah atau sumber
masalah)
Aturan Kapolri yang melarang Polwan
berjilbab.
Make moral
judgement (membuat
keputusan moral)
Wadah Silaturahim Muslimah Wanita TNI-
Polwan, Flora Eka Sari sebagai
perwakilannya, mengungkapkan lingkup
pekerjaan luas membutuhkan rasa aman dan
penjagaan fitrah disertai sikap profesionalisme
dalam bertugas tentu tidak terhalangi oleh
jilbab dan ia menekankan bahwa nilai
religiusitas yang tinggi sangat penting.
Treatment
recommendation
(menekankan
penyelesaian)
Menurut Flora Eka Sari, Al-quran, Pancasila
dan UUD 1945 serta nilai yang terkandung
dalam Sapta Marga dan Tribrata harus
dihormati.
Define Problems (pendefinisian masalah). Dalam berita ini,
ROL memaparkan ungkapan-ungkapan Polwan dan melihat masalah
terkait kontroversi masalah aturan Kapolri terkait dengan isu ini. ROL
pun mencoba menghadirkan berbagai pernyataan, tanggapan atau
apapun yang keluar dari para Polwan tersebut. ROL juga menjadikan
65
Wadah Silaturahim Muslimah Wanita TNI-Polwan dengan seorang
perwakilannya Flora Eka Sari sebagai narasumber pada berita ini.2
“dalam suratnya kepada Harian Republika, edisi Rabu, 12
Juni 2013, seorang perwakilannya yang bernama Flora Eka
Sari mengungkapkan protesnya terhadap larangan tersebut.”
Ungkapan-ungkapan seperti ini dinilai penting bagi ROL untuk
dihadirkan dan diberitakan kepada khalayak. Ini mempertegas harapan
dan aspirasi dari kalangan Polwan dan TNI wanita atas beredarnya
kontroversi Polwan berjilbab ditengah-tengah masyarakat.
Diagnose couses (memperkirakan masalah atau sumber
masalah). Dalam berita ini ROL mengungkapkan adanya kontroversi
yang terkait dengan adanya aturan Kapolri yang melarang polisi wanita
(Polwan) berjilbab. Peraturan ini mendapat reaksi dari berbagai pihak,
termasuk dari Wadah Silaturahmi Muslimah Wanita TNI-Polwan.
Dalam surat yang dilayangkan perwakilannya, Flora Eka Sari,
mereka mengungkapkan bentuk protesnya. Menurutnya lingkup
pekerjaan apapun butuh adanya rasa aman dan jilbab pun tidak
menghalangi seseorang dalam menjalankan tugasnya dan tetap
profesional.
“Lingkup pekerjaan luas yang membutuhkan rasa aman,
penjagaan fitrah disertai sikap profesional dalam bertugas tentu tidak
menghalangi oleh jilbab.....”3
2 A.Syalaby Ichsan,
http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/13/06/12/moa8km-ungkapan-polwan-
dan-wanita-tni-soal-larangan-jilbab diakses pada 12 June 2013, 20:38 WIB. 3 Ungkapan Polwan dan Wanita TNI Soal Larangan Jilbab paragraf 4”
66
Make moral judgement (membuat keputusan moral). ROL
menilai bahwa ungkapan-ungkapan dari Polwan dan TNI wanita perlu
dihadirkan dan didengarkan terkait permasalah ini. Kapolri sebagai
penegak hukum yang beragama harus memikirkan dan mendengarkan
aspirasi anggota-anggotanya.
“menurut Flora: jati diri dan profesionalitas adalah harga
diri suatu bangsa. Dan, hal itu lebih mulia jika diisi dengan nilai
ketaqwaan. Al-quran, pancasila, dan UUD 1945 serta nilai yang
terkandung dalam Sapta Marga dan Tribrata harus dihormati
kedua institusi besar itu.”
Treatment recommendation (menekankan penyelesaian).
Besar harapan berbagai pihak termasuk para Polwan itu sendiri untuk
Kapolri merevisi aturan yang melarang Polwan untuk berjilbab. Banyak
pihak yang mendukung harapan para Polwan ini dan ikut memprotes
peraturan Kapolri tersebut.
“percayalah, justru sejarah telah membuktikan dengan nilai
religiusitas yang tinggi, TNI dan Polri dapat menjaga pertahanan
dan keamanan negara.”
B. Analisis Konstruksi Realitas Sosial
Objective Reality, Symbolic Reality, dan Subjective Reality
Objective Reality adalah suatu realitas atau tindakan atau
tingkah laku yang memang sudah mapan terpola, yang dihayati oleh
individu secara umum sebagai fakta. Tindakan melalui ungkapan-
ungkapan yang dilakukan oleh para Polwan dan TNI wanita sebagai
bentuk protes akan Peraturan Kapolri tahun 2005 tentang seragam ini
merupakan fakta yang diterima oleh masyarakat. Kemudian fakta ini
akhirnya berkembang kepada pengkonstruksian oleh ROL melalui
67
pemberitaan-pemberitaan simbolik berupa teks-teks dan gambar. Pada
berita yang berjudul “Ungkapan Polwan dan Wanita TNI Soal Larangan
Jilbab” ini, ROL mengkonstruksi isi pemberitaan dengan teks yang
menghadirkan pernyataan protes dari salah satu anggota Polwan.
ROL yang terbit setiap adanya berita terbaru mengangkat kasus
ungkapan para Polwan dan TNI wanita terkait masalah pelarangan
penggunaan jilbab dikalangan kepolisian untuk dijadikan berita pada
tanggal 12 Juni 2013. Pemberitaan ini mampu mengkontruksi khalayak
untuk mencari tahu penyebab awal atau apa yang sedang terjadi dan
menjadi isu yang hangat untuk diperbincangkan dan menjadi awal
simbol protes dari pihak yang merasa dirugikan. Tahap penyebarannya
memakai model satu arah, di mana ROL berperan aktif terhadap
penyebaran informasi kasus larangan Polwan berjilbab melalui teks
yang di unggah, sehingga dengan apa yang dikonstruksikan ROL
terhadap kasus larangan Polwan berjilbab melalui teks diterima dengan
apa adanya oleh khalayak sebagaimana berita tersebut disajikan walau
terkesan sepotong-sepotong.
ROL melakukan tindakan tepat waktu untuk menulis berita ini
dan di unggah diinternet. Namun, dalam proses menulis berita,
menentukan narasumber, dan mengetahui kedalaman isi dari sebuah
kasuh diperlukan investigasi yang mumpuni baik kepada sejumlah
narasumber yang paling berkaitan, maupun penelusuran lokasi secara
lebih detail. Pada proses menuliskan berita yang berjudul “Ungkapan
68
Polwan dan Wanita TNI Soal Larangan Jilbab” ini, bisa kita perhatikan
ROL tidak menuliskan secara lengkap identitas narasumber. Tidak ada
yang menambahkan atau membantah pernyataan Flora Eka Sari selaku
perwakilan Wadah Silaturahmi Muslimah TNI-Polwan itu.
Tahap konstruksi berita tidak lepas dari tahap pemilihan materi
konstruksi yang akhirnya bersifat subjektif. Media massa sebagai agen
penjual berita harus pandai memilih realitas yang ingin dikonstruksi.
Realitas yang dikonstruksi ini harus berdasarkan isu yang sedang
dibicarakan oleh banyak orang. Kemudian realitas itu juga harus
berkenaan dengan perhatian orang banyak atau kesensitifan terhadap
suatu golongan. Pemilihan materi dan pengkonstruksian citra yang
menggambarkan masyarakat golongan menengah ke bawah sebagai
orang yang diperlakukan tidak adil.
2. Judul : Kapolri: Peraturan Jilbab Bisa Diubah
Penempatan : Koran – News Update
Berita pada ROL tanggal 13 Juni 2013
A. Analisis Framing Entman
Di dalam berita ini Kapolri Jenderal Timur Pradopo menyatakan
adanya kemungkinan aturan yang ditetapkan oleh pimpinan di kepolisian
diubah. Pernyataan tersebut terkesan lebih lunak dari pada pernyataan
Wakil Kapolri Nanan Sukarna yang memberikan pilihan dengan tegas
kepada para Polwan ikuti aturan atau mengundurkan diri dari instansi
69
kepolisian.
Berbagai pihak turut mengecam aturan kepolisian tahun 2005
dan pernyataan dari Wakil Kapolri itu. Salah satu pihak yang ikut
mengecam yaitu Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof Din
Syamsuddin. Pernyatan Kapolri di atas menjawab tekanan masyarakat
Muslim dan keinginan sejumlah Polwan yang menuntut pelonggaran
pembatasan jilbab untuk Polwan.
Tabel IV
3. Konsep Framing Entman
Define Problems
(pendefinisian
masalah)
Pelanggaran HAM bagi Polwan untuk
menjalankan ibadahnya sesuai dengan
keyakinannya, dan tidak adanya ketegasan dari
petinggi Polri sendiri.
Diagnose couses
(memperkirakan
masalah atau sumber
masalah)
Instansi Kepolisian atas Aturan Kapolri tahun
2005
Make moral
judgement (membuat
keputusan moral)
Melarang Polwan berjilbab adalah kebijakan
yang tidak bijak.
Treatment
recommendation
(menekankan
penyelesaian)
Polri memberikan dispensasi atau pelonggaran
kepada setiap Polwan yang ingin berjilbab.
Define Problems (pendefinisian masalah). ROL mendefinisikan
masalah larangan Polwan berjilbab ini adalah sebagai pelanggaran HAM
70
yang tidak sesuai dengan Undang-undang Dasar (UUD) 1945 Pasal 29
tentang beragama. Pemberitaan dan pendefinisian ini dibingkai ROL
dengan menyertakan sebagian pernyataan dari petinggi-petinggi yang ada
di kepolisian dan dinilai kurang tegas dan menyertakan pula narasumber
yang ikut mengecam pernyataan sebelumnya dan terlihatlah
keberpihakan ROL terhadap kasus ini.
“ia menegaskan, sejatinya kepolisian tak melarang polwan
berjilbab. Meski demikian, memang belum ada aturan jelas
soal penggunaan jilbab.”
Untuk memperkuat kerangka tersebut, ROL menambahkan
kutipan perkataan narasumber Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof
Din Syamsuddin.
“Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof Din Syamsuddin
mengecam aturan yang membatasi polwan berjilbab. “Itu
adalah kebijakan yang tidak bijak,”ujarnya. Din menanggapi
aturan Polri soal seragam yang menutup celah penggunaan
jilbab oleh polwan.”4
Diagnose couses (memperkirakan masalah atau sumber
masalah). ROL memaparkan awal mula isu larangan tersebut. ROL
menuliskan dalam berita ini bahwa adanya penampungan aspirasi terbuka
oleh instansi kepolisian terhadap keinginan Polwan berjilbab tetapi tetap
belum ada kepastian yang jelas diperbolehkan atau tidaknya penggunaan
jilbab tersebut dan adanya pernyataan Kepala Bagian Penerangan Umum
Mabes Polri Agus Rianto yang menjelaskan duduk permasalahannya.
“Kepala Bagian Peneranagan Umum Mabes Polri Kombes
4 Zaky Al Hamzah, Kapolri: Peraturan Jilbab Bisa Diubah, artikel diakses pada
15 Juni 2013 dari http://www.republika.co.id/berita/koran/news-update/13/06/13/moaxgt-
kapolri-peraturan-jilbab-bisa-diubah
71
Agus Rianto menjelaskan, peraturan seragam saat ini juga
merupakan revisi. Peraturan Kapolri No Pol:
Skep/702/IX/2005 yang kini berlaku, menurutnya, menyusul
kewajibab berjilbab bagi polwan muslim di Aceh yang terbit
pada 2004. Melalui peraturan itu, Polri menegaskan bahwa
pengenaan jilbab bukan termasuk seragam bagi polwan di luar
Aceh. Intinya, kata Agus, surat itu justru membuktikan Polri
tak menutup pintu perubahan aturan. “Angka 702 dalam skep
itu, kan adalah lambang adanya revisi dalam aturan tersebut,
jadi ya kami terbuka,”kata Agus. ”
“namun, ketika ditanya apakah polwan berhak mengirimkan
langsung surat kepada Kapolri agar memintanya terkait jilbab
dapat dikabulkan, Agus berujar biar semuanya diserahkan
kepada pimpinan Polri. Dia mengatakan, tentu semua yang
dirasa anggotanya akan ditampung oleh polri selama perasaan
itu nampak nyata terjadi, sebelum ada peraturan baru, para
polwan mesti menunda keinginan berjilbab.”
Make moral judgement (membuat keputusan moral). Pada
berita ini narasumber berasal dari pihak pro dan kontra terhadap isu
Polwan berjilbab. Jadi pembaca bisa melihat duduk permasalahannya dan
tanggapan dari berbagai narasumber.
Treatment recommendation (menekankan penyelesaian).
Frame ROL menuliskan apa yang disampaikan oleh Prof. Din,
bahwasanya pihak kepolisian harus ada dispensasi untuk Polwan yang
ingin berjilbab. Pernyataan Din di sini dipakai oleh ROL untuk
menekankan penyelesaian yang ingin disampaikan ROL yang diwakilkan
oleh narasumber.
“aparatur negara, seperti kepolisian, harus bisa memberikan
dispensasi melalui ketentuan umum. “Jika itu bisa
dilaksanakan, berarti kepolisian bisa menjalankan amar dari
kontitusi,” ujarnya. Petugas polwan yang ingin memakai
jilbab, kata Din, harus dihormati, dihargai, dan tidak dianggap
sebagai pelanggar.”
72
B. Analisis Konstruksi Realitas Sosial
Objective Reality, Symbolic Reality, and Subjective Reality
Khalayak mengetahui dan menyadari bagaimana suatu tindakan
dapat dikatakan diskriminatif atau tidak. Kebijakan yang berisikan
larangan seorang Muslimah menjalankan ketentuan agamanya adalah
kebijakan yang bertentangan dengan agama dan UUD 1945 Pasal 29
negara yang menjamin hak-hak warga negaranya dalam menjalankan
ibadah sesuai agama yang dipeluknya.
ROL menggunakan perempuan (Polwan) sebagai simbol
pemberitaan. ROL memasukkan adanya unsur pelanggaran HAM yang
dilakukan oleh instansi kepolisian. Teks dinilai efektif mengkonstruksi
pola pikir pembaca untuk menerima alur pemberitaan yang ingin ROL
sampaikan. Mulai dari awal mula aturan yang dikeluarkan oleh pihak
kepolisian berikut penjelasan tentang isu yang berkembang sampai
adanya tanggapan-tanggapan dari pihak-pihak yang dinilai tidak setuju
atas aturan yang ditetapkan oleh instasi kepolisian tersebut.
ROL mengiring pembaca untuk merasa simpatik dan ikut
mendukung pihak-pihak yang dirugikan dengan aturan kepolisian tahun
2005 itu dengan menampilkan opini-opini narasumber yang kontra dan
mengharapkan adanya dispensasi kebijakan setelah berita ini dihadirkan.
ROL memilih materi ini menjadi salah satu ulasan khusus. Berita ini
menjadi salah satu dari sekian berita yang ada pada edisi yang mengulas
khusus tentang seputar isu Polwan berjilbab. Pengkonstruksian berita
73
tentang Kapolri yang seakan memberi angin segar terhadap permasalah
ini menjadi salah satu masukan dan juga sebagai kritikan ROL kepada
instansi yang terkait.
3. Judul : Polri Akhinya Restui Polwan Berjilbab
Penempatan : Nasional – Umum
Berita pada ROL tanggal 18 Juni 2013
A. Analisis Framing Entman
Pada berita berjudul “Polri Akhinya Restui Polwan Berjilbab” ini
seakan memberi udara segar bagi Polwan yang ingin berjilbab dan para
pendukungnya. Kepolisian akhirnya memastikan diri akan melegalkan
penggunaan jilbab bagi anggotanya di seluruh Indonesia, akan tetapi
ucapan Kapolri tersebut belum terbukti dan seakan-akan hanya angin
lalu. Apa yang dijanjikan Kapolri Jenderal Timur Pradopo sampai saat ini
belum terealisasikan dan seakan-akan ditunda-tunda.
Tabel IV
4. Konsepsi Framing Entman
Define Problems
(pendefinisian
masalah)
Janji Kapolri untuk waktu dekat tuntutan
mengenai jilbab akan segera masuk ke dalam
agenda diskusi internal Polri.
Diagnose couses
(memperkirakan
masalah atau sumber
masalah)
Tidak terealisasikan janji Kapolri hingga kini.
Make moral
judgement (membuat
keputusan moral)
Kapolri berterima kasih kepada publik.
Treatment Menunggu penglegalan jilbab di kalangan
74
recommendation
(menekankan
penyelesaian)
kepolisian.
Define Problems (pendefinisian masalah). Kapolri berjanji
untuk waktu dekat tuntutan mengenai jilbab akan segera masuk ke dalam
agenda diskusi internal Polri. Bahkan beliau sangat senang dengan
permintaan sejumlah keinginan Polwan berjilbab yang kini terangkat ke
media dan diketahui masyarakat.
“kepolisian akhirnya memastikan diri akan melegalkan
penggunaan jilbab bagi anggotanya di seluruh Indonesia.
Pernyataan tersebut langsung dituturkan oleh orang nomor satu
di tubuh Korps Tri Bata Kapolri Jenderal Timur Pradopo.”5
Diagnose couses (memperkirakan masalah atau sumber
masalah). Dalam pemberitaan ini nampak jelas di awal paragraf sang
Kapolri menjanjikan permasalahan ini akan segera diselesaikan dengan
membawa kasus ini ke dalam diskusi internal Polri. Namun, nampaknya
hal ini pun belum benar-benar terealisasikan dengan baik.
“Timur mengatakan, dalam waktu dekat segala tuntutan
mengenai jilbab akan segera masuk kedalam agenda diskusi
internal Polri. Dia berujar, aturan mengenai jilbab ini amat
perlu dikonsepkan dengan tepat. Sehingga nantinya aturan ini
tidak menimbulkan polemik baru di kemudian hari.”
“ketika ditanya kapan peraturan baru terkait seragam ini
akan ditelurkan, Kapolri berujar sesegera mungkin hal itu
akan terwujud. Hanya saja, kata dia, satu komponen utama
yang masih harus dilengkapi sebagai bahan pertimbangan dia
dalam menentukan aturan baru”
5 Gilang Akbar Prambadi , Republika Online, diakses pada Selasa, 18 Juni 2013,
15:07 WIB http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/13/06/18/mokx8j-polri-
akhirnya-restui-polwan-berjilbab
75
Make moral judgement (membuat keputusan moral). Dalam
penyampaiannya Kapolri Jenderal Timur Pradopo sangat berterima kasih
dan ingin tetap membahas tentang yang berkaitan dengan kasus ini
kepada sejumlah tokoh masyarakat.
“saya justru berterima kasih kepada publik. Karena
Polri diperhatikan bahkan sampai ke penggunaan pakaian,”
ujar Timur di Gedung DPR Jakarta Selatan, Selasa (18/7)”
“kami masih perlu bicara lebih dalam dengan
sejumlah tokoh masyarakat. Tentu kami memerlukan saran
yang membangun demi aturan yang tepat. Intinya saya sangat
merespons baik permintaan ini,” ujar Jenderal bintang empat
ini.”
Treatment recommendation (menekankan penyelesaian).
Setelah melewati tarik ulur keputusan yang akan dibuat oleh kepolisian,
para Polwan yang ingin berjilbab dan para pendukungnyapun tetap harus
bersabar dan menunggu kebijakan ini benar-benar terealisasikan.
B. Analisis Konstruksi Realitas Sosial.
Objective Reality, Symbolic Reality, and Subjective Reality
Fakta yang kita dapat dari media massa pada dasarnya bukanlah
realitas objektif. Realitas ini mulanya bersifat subjektif. Dikarenakan
banyak realitas subjektif yang sama, maka suatu realitas dapat
dikatakan objektif. Kepolisian yang kita tahu adalah instansi milik
pemerintah dibidang keamanan dan hukum masyarakat. Sehingga,
kepolisian seharusnya ikut mengayomi dan menjaga hak seorang
warga negara, termasuk para anggota kepolisian tersebut.
Peraturan yang mereka buat bukan semata-mata adalah aturan
76
mutlak yang tidak dapat diperbaiki atau diperbaharui. Apalagi aturan
ini mengakibatkan banyak polemik ditengah-tengah masyarakat.
ROL dalam beritanya ikut membantu kaum Muslim yang ingin
menjalankan perintah agamanya dengan apapun profesi mereka.
Misalnya saja pernyataan dari Redaktur Pelaksanaan ROL M. Irwan
A. dalam wawancara tanggal 29 Agustus 2013, ia yang menyatakan:
“Sikap kami Republika adalah ikut melarang atau
meminta pihak Kapolri mencabut keputusan tersebut.
Karena ini menyangkut hak seorang muslimah, warga
negara untuk menjalankan ibadahnya apapun
profesinya, dan tetap mendukung seorang wanita yang
ingin menjadi polwan tetapi tetap tidak membuka
hijabnya.”
Karena media cetak atau media online penyampaiannya satu
arah, maka apa yang ditulis setelah kita membacanya, kita tidak bisa
memberi efek timbal balik terhadap informasi yang kita terima. Tidak
seperti media komunikasi langsung antar individu, ataupun media
televisi yang memungkinkan komunikasi timbal balik dengan adanya
telepon interaktif saat tayangan berlangsung. Pada media ini kritik
dan opini pembaca tidak dapat langsung diterima media. Biasanya
ada kolom opini, tetapi tetap saja tidak dibarengi antara berita dan
tanggapan pada saat berita baru keluar. Menurut peneliti, keadaan ini
sangat ampuh membentuk pola pikir pembaca sesuai dengan alur isi
berita yang ingin disampaikan ROL.
77
4. Judul : Anggota Komisi III Kompak Minta Kapolri Sahkan
Jilbab Polwan
Penempatan : Nasional – Umum
Berita pada ROL tanggal 18 Juni 2013
A. Analisis Framing Entman
Pada berita berjudul “Anggota Komisi III Kompak Minta
Kapolri Sahkan Jilbab Polwan” ROL mencoba memberitakan dengan
menghadirkan berita apa saja atau narasumber siapa saja yang
mendukung dibolehkannya Polwan berjilbab oleh instansi kepolisian
sesuai dengan tujuan ROL. Dalam berita ini, Komisi III memprakarsai
pertemuan DPR RI menggelar Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan
Kapolri beserta jajarannya.
Dalam rapat tersebut, hampir seluruh fraksi ikut menyampaikan
gagasan dan kritikannya kepada Korps Tri Bata atas isu vital yang terkait
pembahasan seputar seragam Polri terutama denggan penggunaan jilbab
bagi Polwan. Sejumlah partai nasinalis pun ikut mendesak Kapolri untuk
segera membuat aturan baru terkait dengan seragam dinas anggotanya.
Tabel IV
5. Konsepsi Framing Entman
Define Problems
(pendefinisian
masalah)
DPR RI mengelar rapat dengan Polri.
Diagnose couses
(memperkirakan
masalah atau sumber
Adanya isu seputar seragam Polri, terutama
berkenaan dengan penggunaan jilbab bagi
Polwan.
78
masalah)
Make moral
judgement (membuat
keputusan moral)
Berkaitan dengan ideologi Islam yang
dipegang oleh Polwan. Ideologi tersebut
diaplikasikan dengan penggunaan jilbab.
Treatment
recommendation
(menekankan
penyelesaian)
Agar adanya isu ini dipahami sebagai
keanekaragaman ideologi bangsa Indonesia
dan penyelesaiannya agar dibentuk peraturan
berjilbab.
Define Problems (pendefinisian masalah). Tak ketinggalan
ROL pun menjadikan anggota DPR RI untuk menjadi narasumber
dan diberitakan terkait isu seputar seragam Polri terutama tentang
masukkan diperbolehkannya Polwan berjilbab. Dalam berita ini, DPR
RI mengadakan Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan mengundang
Kapolri Jenderal Timur Pradopo beserta jajarannya.
Hal ini jelas membuktikan bahwa isu tentang aspirasi Polwan
yang ingin berjilbab namun terhalang oleh adanya Peraturan Kapolri
tahun 2005 sudah menjadi isu vital. ROL lebih memilih narasumber
yang mendukung dan pihak siapa saja yang menyoroti isu ini serta
ingin mendukung serta mendesak Kapolri sesegera mungkin
merevisi aturan tersebut.
Peneliti mengutip dari teks berita yang terdapat di ROL6:
DPR RI mengelar Rapat Dengar Pendapat (RDP)
Dengan Polri Selasa (18/6). Pertemuan yang diprakarsai
oleh Komisi III ini mengundang Kapolri Jenderal Timur
6 Gilang, http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/13/06/18/mokut0-
anggota-komisi-iii-kompak-minta-kapolri-sahkan-jilbab-polwan diakses pada Selasa, 18
Juni 2013.
79
Pradopo beserta seluruh jajarannya. Dalam RDP
tersebut, anggota Komisi III DPR RI dari seluruh fraksi
menyampaikan seluruh gagasan dan kritiknya kepada
Korps Tri Bata. Sejumlah isu vital terkait keamanan
menjadi sentral pembahasan dalam diskusi yang dimulai
sejak pukul 10.00 WIB ini. Tak ketinggalan, isu seputar
seragam Polri terutama berkenaan dengan penggunaann
jilbab bagi Polisi Wanita (Polwan) Muslim pun turut
diutarakan sejumlah fraksi.
Selain itu peneliti juga mengutip hasil wawancara dengan
redaktur ROL terkait pemilihan narasumber sebagai berikut:
Yang pasti yang mendukung. Media tidak ada
yang independen. Media memiliki aturan dan ideologi
masing-masing. Dan tidak mungkin Republika ujuk-ujuk
memilih atau memuat narasumber yang kontra, kecuali
kita meminta penjelasan. Contohnya, kenapa kepolisian
melarang polwan berhijab.
Diagnose couses (memperkirakan masalah atau sumber
masalah). Adanya isu aspirasi seputar seragam Polri, terutama
berkenaan dengan penggunaan jilbab bagi Polwan adalah salah satu
sentral pembahasan dalam diskusi ini.
Make moral judgement (membuat keputusan moral).
Tentunya rapat yang diselengarakan ini terkait dengan ideologi Islam
yang dipegang oleh Polwan. Ideologi tersebut berkaitan dengan
penggunaan jilbab. Tetapi tetap saja dari pihak Tri Bata Kepolisian
belum bisa menentukan sikap diperbolehkan atau tidak Polwan
menggunakan jilbab dan seakan-akan mengulur-ulur waktu untuk
mengeluarkan kebijakan terkait permasalahan ini.
“UU mengamanatkan warganya agar diberikan jalan
untuk beribadah. Saya yakin para petinggi Polri memiliki
tingkat religiulitas yang tinggi tentu sangat adil bila
80
peraturaanya diubah.”
“sejumlah partai nasionalis bahkan ikut mendesak
Kapolri untuk segera membuat aturan baru terkait seragam
dinas anggotanya. Partai Demokrasi Indonesia (PDI)
Perjuangan dan Golkar, dan Hanura paling lantang meminta
Kapolri merevisi aturan Polri terkait dengan seragam.”
Treatment recommendation (menekankan penyelesaian).
Dalam berita ini ROL menentukan judul “Anggota Komisi III
Kompak Minta Kapolri Sahkan Jilbab Polwan”. Judul ini merupakan
konstruksi yang di buat oleh ROL untuk menunjukkan banyak pihak
yang mendukung. Dukungan ini terus digembor-gemborkan oleh ROL
agar adanya isu Polwan berjilbab ini dipahami sebagai
keanekaragaman ideologi beragama bangsa Indonesia dan
penyelesaian yang ditawarkan yaitu agar dibentuk atau direvisinya
peraturan sebelumnya terkait seragam, khususnya untuk para Polwan
yang ingin berjilbab.
“dari pantauan Republika, dalam pertemuan yang
digelar du ruang rapat Gedung DPR RI ini, nyaris
seluruh fraksi meminta Kapolri untuk memperhatikan
aspirasi anggotanya mengenai jilbab. Tidak hanya fraksi
yang berideologi Islam, seluruh anggota partai di Komisi
III pun ikut menuntut hal yang sama.”
Hasil wawancara dengan Redaktur ROL sebagai berikut:
“Media kan hanya memberi dukungan, kritikan,
himbauan dan masukan solusi. Ini bukan menjadi
sesuatu yang mutlak untuk ditulis oleh pihak kami. Hal
ini atau pemberitaan ini akan terus ada selama keputusan
itu belum dicabut. Maka dari itu, kami menampilkan
narasumber yang seirama dengan apa yang ingin kami
sampaikan, sebelum keputusan itu dicabut kami akan
berjuang dan terus menulis berita ini. Seperti yang kita
tahu, di Aceh pun, Polwan dibolehkan berhijab.
81
Diwajibkan malah.”
“cepat-cepat dicabut deh peraturan itu, toh tidak
menghambat kinerja polwan untuk melaksanakan tugas-
tugasnya, malah justru lebih rapi dan aman.”
B. Analisis Konstruksi Realitas Sosial
Objective Reality, Symbolic Reality, dan Subjective Reality
Realitas yang dipahami sebagai fakta di sini adalah setiap
warga negara memiliki hak yang sama untuk bebas menjalankan
ibadah sesuai agama yang ia anut. Meski realitas ini dipahami dan
dilaksanakan di kalangan masyarakat, tetapi ada saja pihak-pihak
yang merampas hak tersebut dengan berbagai alasan.
Fakta yang kita dapat dari media massa pada dasarnya bukanlah
realitas yang objektif. Teks memang menjadi alat yang ampuh media
massa cetak atau online untuk melakukan konstruksi. Tetapi
khalayak pada masa ini sudah dapat mempertimbangkan dan
menyeleksi berita yang ingin dan dapat ia percayai kebenarannya.
Tahap konstruksi tidak lepas dari tahap pemilihan materi
konstruksi. Media massa sebagai agen penjual berita harus pandai
memilih realitas yang ingin dikonstruksi. Realitas yang dikonstruksi
ini harus berdasarkan isu yang sedang dibicarakan oleh orang
banyak. Kemudian realitas itu juga harus berkenaan dengan tujuan
atau pasar kan akan dituju. Pemilihan materi dan pengkonstruksian
citra yang menggambarkan pihak-pihak yang dirugikan dengan
aturan ini sebagai pihak-pihak yang diperlakukan kurang adil.
82
Pada berita ini, sebelumnya pembaca ROL yang mayoritas
Muslim ini sudah mengetahui bahwa perempuan Muslimah
diwajibkan untuk menggunakan jilbab demi keamanan, ketentraman
dan menjalankan perintah agama. Hal ini juga tertuang pada UUD
1945 Pasal 29 yang membebaskan setiap warga negara nya
menjalankan peribadatannya sesuai agama yang dianutnya. Hal ini
tentunya luas, untuk setiap waga negara tanpa dibeda-bedakan,
apapun profesinya.
83
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis dari penelitian skripsi yang telah diuraikan oleh
peneliti mengenai kasus isu Polwan berjilbab, Konstruksi Realitas Sosial
terhadap saran dan aspirasi para polisi wanita Muslimah untuk menggunakan
jilbab yang diberitakan oleh Republika Online (ROL) pada edisi 12-18 Juni
2013, peneliti dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:
ROL dalam menulis berita mengenai isu Polwan berjilbab ini lebih
condong kepada ideologi mereka sebagai media massa Islam. ROL
menyajikan setiap beritanya dengan menggunakan bahasa-bahasa yang sesuai
dengan bahasa jurnalistik baku dan ditambah dengan muatan-muatan
bernuansa Islami.
Setiap berita yang ROL turunkan, ROL pun mencoba menghadirkan
bentuk keberpihakannya dan solusi atas isu yang sedang berkembang, mulai
dari bahasa yang digunakan hingga pemilihan narasumber yang sejalan
dengan pemikiran ROL. Tetapi ROL dalam isu ini, hanya mengulas atau
membahas tentang kulit luar dari Islam, belum mengupas dari sisi substansi isi
ajaran Islam itu sendiri.
ROL melakukan realitas sosial isu Polwan berjilbab dibingkai dengan
Objective Reality, Symbolic Reality, dan Subjective Reality yang menyatakan
bahwa realitas objektif aspirasi para Polwan untuk bisa menggunakan jilbab
mendapat respon berbagai pihak yang mendukung. ROL menilai Aturan
84
Kapolri tahun 2005 itu tidak sesuai dengan UUD pasal 29 tentang kebebasan
setiap rakyat untuk menjalankan ibadah sesuai dengan agama yang dianutnya
dan keputusan yang tidak bijak.
ROL merekomendasikan agar Peraturan Kapolri No. Pol:
Skep/702/IX/2005 perlu direvisi guna mendapatkan kesepakatan dari semua
pihak sebagai aturan baru yang dapat ditaati dan tidak ada unsur diskriminasi
dan paksaan.
Dari pemilihan narasumber, penentuan angel, dan penulisan berita
sudah ditentukan oleh redaksi. Wartawan dituntut untuk sejalan dengan visi
misi ROL. Dalam pembentukan berita ini, redaksilah yang berperan dan
memiliki wacana yang ingin dibangun dari kasus pemberitaan isu Polwan
berjilbab. Sehingga tujuannya untuk memberikan penjelasan kepada
masyarakat, agar masyarakat tahu apa yang melatarbelakangi permasalahan ini
dan kebijakan apa yang timbul akibat pemberitaan yang terus menerus di
beritakan ROL.
Dalam Islam, penggunaan jilbab bagi kaum perempuan adalah salah
satu kewajiban. Adanya kesamaan pandangan antara masyarakat dan ROL
melihat kasus ini, bukan hanya disebabkan oleh kesamaan ideologi semata.
Tetapi, kesamaan itu merupakan hasil dari agenda setting yang dilakukan
ROL sesuai dengan visi, misi, dan perizinan Republika.
85
B. Saran
Bagi pembaca, kita sebagai penerima pesan, khususnya kaum Muslim
harus lebih selektif untuk memilih pemberitaan dan ikut berperan serta lebih
peka terhadap pemberitaan atau kasus-kasus yang yang terjadi disekitar kita.
Kita sebagai pembaca, hendaknya diharapkan dapat memahami makna yang
terkandung pada berita yang disampaikan oleh media massa, dengan
mencermati maksud, istilah, simbol dan aktif mencari informasi dari media
yang lainnya. Hal ini dimaksudkan agar pembaca mengetahui kebenaran
pemberitaan tersebut.
Bagi Republika Online, sebagai media massa Muslim terbesar di
Indonesia dengan pemberitaan-pemberitaan yang dominan terhadap
pemberitaan Islam, terus berupaya meningkatkan kualitas nilai-nilai
keislamannya dalam menyampaikan informasi, mulai dari pemilihan berita,
isi pemberitaan, proses awal hingga pesan atau berita sampai pada pembaca.
Agar pembaca yang khususnya Negara Indonesia dengan masyarakat
mayoritas Muslim, bisa lebih peka dalam masalah-masalah seputar Islam dan
mendapat berita yang sesuai dengan pemahaman ideologi para pembaca.
Bagi awak media, seperti reporter, redaksi dan semua yang terlibat
pada proses pemberitaan pada Republika Online, penting untuk menunjukkan
diri sebagai identitas media online Muslim dan tentu saja harus tetap berjalan
pada koridor dan menyajikan informasi-informasi dengan content Islam dan
terus berkomitmen mengungkap setiap kasus dengan jelas, terbuka, jujur dan
tuntas serta tetap memerhatikan penulisannya.
86
Akan tetapi, dalam penyampaian suatu berita perlu juga diuraikan
secara jelas dan terperinci, apa yang menjadi sebab dan akibat serta
pernyataan dan alasan pihak-pihak yang ikut mendukung ataupun tidak
mendukung terhadap permasalahan yang sedang diberitakan.
ROL sebagai salah satu saluran komunikasi yang dapat memberikan
pengaruh kepada masyarakat luas, diharapkan dapat menjalankan fungsi yang
dapat memberikan wawasan dan pengetahuan kepada masyarakat sebagai
sarana pendidikan secara positif.
87
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Arikonto, Suharismi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT.
Bina Aksara, 1989.
Birowo, Antonius. Metode Penelitian Komunikasi. Yogyakarta: Gintanyali, 2004.
Bungin, Burhan. Metodologi Penelitian Kualitatif. Cet ke-3. Jakarta: PT. Raja
Grafindo, 2004.
Bungin, Burhan. Konstruksi Sosial Media Masa: Kekuatan Pengaruh Media
Massa, Iklan Televisi dan Keputusan Konsumen serta Kritik Terhadap
Peter L. Berger dan Thomas Luckmann. Jakarta:Kencana, 2008.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka, 1988.
Eriyanto. Analisis Framing: Konstruksi Ideologis, dan Politik Media. Yogyakarta:
LkiS, 2008.
_______. Analisis Framing, Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media. Yogyakarta:
LkiS. 2011.
_______. Analisis Framing, Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media. Yogyakarta:
LkiS. 2012.
Hadi, Sutrisno. Metodologi Research. Yogyakarta: Andi Offset, 1989.
Harahap, Krisna. Rambu-rambu di sekitar Profesi Wartawan. Jakarta: Grafitri
Budi Utama, 1996.
Husein, Umar. Desain Penelitian MSDM dan Perilaku Karyawan: Paradigma
Positivistik dan Berbasis Pemecahan Masalah. Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2008.
HM, Zaenuddin. The Journalist, bacaan Wajib Wartawan, Redaktur, Editor, dan
Para Mahasiswa Jurnalistik. Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2011.
Maskun dan Atmakusumah, Iskandar. Panduan Jurnalistik Praktis Mendalami
Penulisan Berita dan Feature, Memahami Etika dan Hukum Pers. Jakarta:
Lembaga Pers Dr. Soetomo, 2009.
McQuail, Denis. Mass Communication Theory. 4 edition. London: Sage
Publication Ltd., 2002.
Mondry. Pemahaman Teori dan Praktik Jurnalistik. Bogor: Ghalia Indonesia,
2011.
88
Quraish Shihab, M. Jilbab Pakaian Wanita Muslimah, pandangan ulama masa
lalu & cendikiawan kontemporer. Tangerang: Lentera Hati, 2010.
S. Gunadi, Y. Himpunan Istilah Komunikasi. Cet. Ke-1. Jakarta: Grasindo, 1998.
Sa’id Al-Ghamidi, Ali bin. Fikih Wanita. Solo: AQWAM, 2013.
Santana K., Septiawan. Jurnalisme Kontemporer. Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia, 2005.
Siti Karlinah, dkk. Komunikasi Massa. Jakarta: Universitas Terbuka, 2000.
Sobur, Alex. Analisis Teks Media Suatu Pengantar untuk Anaslisis Wacana,
Analisis Simiotik, Analisis Framing. cet. Ke-4. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2006.
Sudibyo, Agus. Politik Media dan Pertarungan Wacana. Yogyakarta: Lkis, 2001.
Suhaemi, Jumroni. Metode-metode penelitian Komunikasi. Jakarta: UIN
JakartaPress, 2006.
Sumadiria, Haris. Jurnalistik Indonesia Menulis Berita dan Feature, 2001.
Sunarto. Televisi, Kekerasan dan Perempuan. Jakarta: PT.Kompas Media
Nusantara, 2009.
Syamsul M. Romli, Asep. Jurnalistik Praktis Untuk Pemula. Edisi Revisi, cet.
Ke-7. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006.
Vivian, John. Teori Komunikasi Massa. Jakarta: Kencana, 2008.
W. Littlejohn, Stephen. Teori Komunikasi , Theories of Human Communication.
Jakarta: Salemba Humanika, 2009.
Werner J- James W. Tankard Severin, Ir. Teori Komunikasi, Sejarah, Metode, dan
Terapan di dalam Media Massa. Jakarta: Kencana, 2009.
Y. Samantho, Ahmad. Jurnalistik Islami; Panduan Praktis bagi Para Aktivis
Muslim. Bandung: Mizan, 2002.
Yunus, Syarifudin. Jurnalistik Terapan. Jakarta: Ghalia Indonesia, 2010.
Skripsi/ Tesis/Disertasi/Penelitian
Skripsi “Frame Berita Pengajuan Kemerdekaan Palestina ke PBB (Studi di
Suratkabar Republika).” Karya Fitri Apriyani. Jakarta: Fakultas Ilmu
Komunikasi Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (IISIP), 2012.
89
“Framing Media Massa (Republika online dan Detik.com) terhadap
Berita Pembubaran FPI.” Karya Rommy Rahmandi Lesmana. Jakarta:
Komunikasi dan Penyiaran Islam Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah, 2012.
Tesis “Sikap Netralitas Terhadap Pemerintahan Habibie, Tesis Sarjana Ilmu
Komunikasi” yang disusun oleh Junanto Iman Praskoso. Jakarta:
Perpustakaan Universitas Indonesia, 1999.
Disertasi “PERS dan Pencitraan Umat Islam di Indonesia (Analisis Isi
Pemberitaan Harian Kompas dan Republika” yang disusun oleh Suf
Kasman. Jakarta: Balai Litbang dan Diklat Kementrian Agama RI, 2010.
Majalah
Majalah Cita Cinta, No. 4/1-6-19 Mei 2000.
Internet
Company Profile, http://www.republika.co.id/page/about. , diakses pada Sabtu, 24
Syawwal 1434 / 31 Agustus 2013.
Gilang Akbar Prambadi , Republika Online
http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/13/06/18/mokx8j-polri-
akhirnya-restui-polwan-berjilbab diakses pada Selasa, 18 Juni 2013, 15:07
WIB.
___________________, Republika Online
http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/13/06/18/mokut0-
anggota-komisi-iii-kompak-minta-kapolri-sahkan-jilbab-polwan diakses
pada Selasa, 18 Juni 2013.
New Life Options. Sejarah Pers, Pengertian Pers, Fungsi dan Peranan Pers di
Indonesia, artikel diakses pada 24 Agustus 2013 dari
http://duniabaca.com/sejarah-pers-pengertian-pers-fungsi-dan-peranan-
pers-di-indonesia.html.
Wahyu Syahputra. Pimpinan Polri Diminta Arif Hadapi Permintaan Polwan
Berjibab. artikel diakses pada 15 Juni 2013 dari
http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/13/06/15/mofdl0-
pimpinan-polri-diminta-arif-hadapi-permintaan-polwan-berjilbab
Zaky Al Hamzah, Kapolri: Peraturan Jilbab Bisa Diubah, artikel diakses pada 15
Juni 2013 dari http://www.republika.co.id/berita/koran/news-
update/13/06/13/moaxgt-kapolri-peraturan-jilbab-bisa-diubah
http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/13/06/12/moa8km-ungkapan-
polwan-dan-wanita-tni-soal-larangan-jilbab
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Ungkapan Polwan dan Wanita TNI Soal Larangan Jilbab
Wednesday, 12 June 2013, 20:38 WIB Republika/Prayogi
Sejumlah anak berjilbab mengenakan seragam Polwan mengikuti kegiatan Lomba Polisi Cilik dalam rangka Hari Bhayangkara ke-67 di Blok M Square, Jakarta Selatan, Sabtu (8/6).
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kontroversi soal aturan Kapolri yang melarang polisi wanita
(polwan) berjilbab mendapat reaksi dari Wadah Silaturahim Muslimah Wanita TNI-Polwan.
Dalam suratnya kepada Harian Republika, edisi Rabu, 12 Juni 2013, seorang perwakilannya
yang bernama Flora Eka Sari mengungkapkan protesnya terhadap larangan tersebut.
"Apa yang menjadi diskusi diantara masyarakat dan anggota wanita TNI dan polwan adalah
sesuatu yang sulit untuk dibicarakan, yaitu kebolehan menggunakan jilbab bagi wanita TNI dan
polwan.
Lingkup pekerjaan luas yang membutuhkan rasa aman, penjagaan fitrah disertai sikap
profesional dalam bertugas tentu tidak terhalangi oleh jilbab. Pendidikan taruni wanita TNI,
penanganan narkoba, penjaga ketertiban berlalu lintas, sampai penugasan ke luar negeri
merupakan bagian tugas insan pada kedua institusi tersebut.
Jati diri dan profesionalitas adalah harga diri suatu bangsa. Dan, hal itu lebih mulia jika diisi
dengan nilai ketakwaan. Alquran, pancasila, dan UUD 1945 serta nilai yang terkandung dalam
Sapta Marga dan Tribrata harus dihormati kedua institusi besar itu.
Percayalah, justru sejarah telah membuktikan dengan nilai religiusitas yang tinggi, TNI dan Polri
dapat menjaga pertahanan dan keamanan negara."
Redaktur : A.Syalaby Ichsan
Sumber : Harian Republika, Rabu
(12/6)
http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/13/06/12/moa8km-ungkapan-polwan-dan-wanita-tni-soal-larangan-jilbab
Kapolri: Peraturan Jilbab Bisa Diubah
Thursday, 13 June 2013, 08:15 WIB
Di unduh: 13 juni 2013, 15. 56 WIB
Antara/Dhoni Setiawan
Police chief General Timur Pradopo (file photo)
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Kapolri Jenderal Timur Pradopo menyatakan, tidak
tertutup kemungkinan aturan yang ditetapkan oleh pimpinan di kepolisian diubah. Pernyataan
tersebut menyusul desakan untuk melonggarkan aturan yang membatasi penggunaan jilbab di
kalangan polisi wanita (polwan).
Menurut Kapolri, semua aturan yang berlaku di Polri dapat berubah sesuai dengan dinamika
sosial. Termasuk, mengenai aturan pengunaan seragam yang ditentukan bagi setiap
anggotanya.
Hal ini ia sampaikan di sela-sela acara serah terima jabatan (sertijab) sejumlah pejabat
kapolda di Mabes Polri, Rabu (13/6). Timur menegaskan, semua aturan yang ditetapkan oleh
Kapolri diupayakan merangkul semua kepentingan dari setiap anggotanya.
Sebagai institusi, Polri juga merupakan lembaga terbuka bagi semua aspirasi anggotanya.
“Begitu juga dengan aspirasi sejumlah polwan yang ingin berjilbab,” ujar Kapolri.
Ia menegaskan, sejatinya kepolisian tak melarang polwan berjilbab. Meski demikian,
memang belum ada aturan jelas soal penggunaan jilbab.
Kepala Bagian Penerangan Umum Mabes Polri Kombes Agus Rianto menjelaskan, peraturan
seragam saat ini juga merupakan revisi. Peraturan Kapolri No Pol: Skep/702/IX/2005 yang
kini berlaku, menurutnya, menyusul kewajiban berjilbab bagi polwan Muslim di Aceh yang
terbit pada 2004.
Melalui peraturan itu, Polri menegaskan bahwa pengenaan jilbab bukan termasuk seragam
bagi polwan di luar Aceh. Intinya, kata Agus, surat itu justru membuktikan Polri tak menutup
pintu perubahan aturan. “Angka 702 dalam skep itu, kan adalah lambang adanya revisi dalam
aturan tersebut, jadi ya kami terbuka,” kata Agus.
Namun, ketika ditanya apakah polwan berhak mengirimkan langsung surat kepada Kapolri
agar permintaanya terkait jilbab dapat dikabulkan, Agus berujar biar semuanya diserahkan
kepada pimpinan Polri. Dia mengatakan, tentu semua yang dirasakan anggotanya akan
ditampung oleh Polri selama perasaan itu tampak nyata terjadi.
Ia menegaskan, sebelum ada peraturan baru, para polwan mesti menunda keinginan berjilbab.
“Kira-kira demikian yang ingin pimpinan Polri sampaikan. Mohon menjadi pesan juga (untuk
polwan) selama belum ada perubahan. laksanakan dulu yang ada,” kata Agus.
Pernyataan Polri kali ini menjawab tekanan masyarakat Muslim dan keinginan sejumlah
polwan yang menuntut pelonggaran pembatasan jilbab untuk polwan. Sebelumnya, beberapa
kali Polri mengatakan, penggunaan jilbab tidak sesuai aturan sehingga belum diperkenankan,
bahkan bagi yang nekat berhijab akan dikategorikan sebagai pelanggar.
Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof Din Syamsuddin mengecam aturan yang membatasi
polwan untuk berjilbab. “Itu adalah kebijakan yang tidak bijak,” ujarnya. Din menanggapi
aturan Polri soal seragam yang menutup celah penggunaan jilbab oleh polwan.
Menurut Din, kebijakan yang melarang polwan berjilbab melanggar konstitusi. Ia
menegaskan, pada UUD 1945 Pasal 29 negara menjamin hak-hak warga negaranya dalam
menjalankan ibadah sesuai agama yang dipeluknya.
Pemakaian jilbab, kata Din, merupakan ibadah karena itu merupakan salah satu pelaksanaan
dalam syariat Islam bagi perempuan. Jika seorang Muslimah ingin mengenakan jilbab,
menurutnya, tidak boleh ada yang melarang.
Aparatur negara, seperti kepolisian, harus bisa memberikan dispensasi melalui ketentuan
umum. “Jika itu bisa dilaksanakan, berarti kepolisian bisa menjalankan amar dari konstitusi,”
ujarnya. Petugas polwan yang ingin memakai jilbab, kata Din, harus dihormati, dihargai, dan
tidak dianggap sebagai pelanggaran. n gilang akbar prambadi/rosita budi suryaningsih ed:
fitriyan zamzami
Redaktur : Zaky Al Hamzah
http://www.republika.co.id/berita/koran/news-update/13/06/13/moaxgt-kapolri-peraturan-jilbab-bisa-diubah
Polri Akhirnya Restui Polwan Berjilbab
Selasa, 18 Juni 2013, 15:07 WIB
Kapolri Jenderal Polisi Timur Pradopo
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepolisian akhirnya memastikan diri akan melegalkan
penggunaan jilbab bagi anggotanya di seluruh Indonesia. Pernyataan tersebut langsung
dituturkan oleh orang nomor satu di tubuh Korps Tri Bata Kapolri Jenderal Timur Pradopo.
Timur bahkan berujar sebetulnya dia sangat senang dengan permintaan sejumlah keinginan
polwan berjilbab yang kini mengemuka. Dia berkata, permintaan tersebut sudah dengan
senang hati Polri terima dan pertimbangkan.
"Saya justru berterima kasih kepada publik. Karena Polri diperhatikan bahkan sampai ke
penggunaan pakaian," ujar Timur di Gedung DPR Jakarta Selatan Selasa (18/7).
Timur mengatakan, dalam waktu dekat segala tuntutan mengenai jilbab akan segera masuk ke
dalam agenda diskusi internal Polri. Dia berujar, aturan mengenai jilbab ini amat perlu
dikonsepkan dengan tepat. Sehingga nantinya aturan ini tidak menimbukan polemik baru di
kemudian hari.
"Aturan pakaian polisi kan bukan jilbab saja. Pakaian dinasnya seperti apa harus kami
sesuaikan dulu," ujarnya.
Ketika ditanya kapan peraturan baru terkait seragam ini akan ditelurkan, Kapolri berujar
sesegara mungkin hal itu akan terwujud. Hanya saja, kata dia, satu komponen utama yang
masih harus dilengkapi sebagai bahan pertimbangan dia dalam menentukan aturan baru.
"Kami masih perlu bicara lebih dalam dengan sejumlah tokoh masyarakat. Tentu kami
memerlukan saran yang membangun demi aturan yang tepat. Intinya saya sangat merespons
baik permintaan ini (polwan berjilbab)," ujar jenderal bintang empat ini.
Reporter : Gilang Akbar Prambadi
Redaktur : Fernan Rahadi
http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/13/06/18/mokx8j-polri-akhirnya-restui-polwan-berjilbab
Anggota Komisi III Kompak Minta
Kapolri Sahkan Jilbab Polwan
Selasa, 18 Juni 2013, 14:15 WIB
Aditya Pradana Putra/Republika
Polwan (Ilustrasi)
A+ | Reset | A-
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- DPR RI menggelar Rapat Dengar Pendapat (RDP)
dengan Polri Selasa (18/6). Pertemuan yang diprakarsai oleh Komisi III ini mengundang
Kapolri Jenderal Timur Pradopo beserta seluruh jajarannya.
Dalam RDP tersebut, anggota komisi III DPR RI dari seluruh fraksi menyampaikan seluruh
gagasan dan kritiknya kepada Korps Tri Bata. Sejumlah isu vital terkait keamanan menjadi
sentral pembahasan dalam diskui yang dimulai sejak pukul 10.00 WIB ini.
Tak ketinggalan, isu seputar seragam Polri terutama berkenaan dengan penggunaan jilbab
bagi Polisi Wanita (Polwan) muslim pun turut diutarakan sejumlah fraksi.
Dari pantauan Republika, dalam pertemuan yang digelar di ruang rapat Gedung DPR RI ini,
nyaris seluruh fraksi meminta Kapolri untuk memperhatikan aspirasi anggotanya mengenai
jilbab. Tidak hanya fraksi yang berdideologi islam, seluruh anggota partai di Komisi III pun
ikut menuntut hal yang sama.
Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Partai Amanat
Nasional (PAN) kompak meminta Timur untuk segera mengubah peraturan terkait seragam
Polri.
"Kebebasan baragama menjadi hak warga negara termasuk Polwan. Jangan dibatasi, harus
diubah, buat aturan untuk berjilbab," kata Taslim dari fraksi PAN menyampaikan
pendapatnya.
Anggota Komisi III lainnya, Achmad Yani mengatakan, Polri sebagai lembaga besar milik
bersama mesti mamapu mewujudkan keinginan anggotanya dalam beragama. Tentunya, kata
dia, aturan seragam Polri yang kini belum memberikan ruang bagi polwan untuk berjilbab
dapat diubah sesuai konstitusi.
"UU mengamanatkan warganya agar diberikan jalan untuk beribadah. Saya yakin para
petinggi Polri memiliki tingkat religiulitas yang tinggi, tentu akan sangat adil bila aturannya
diubah," ujar Yani kader dari PPP ini.
Sejumlah partai nasionalis bahkan ikut mendesak Kapolri untuk segera membuat aturan baru
terkait seragam dinas anggotanya. Partai Demokrasi Indonesia (PDI) Perjuangan dan Golkar,
dan Hanura paling lantang meminta Kapolri merivisi aturan Polri terkait seragam.
Reporter : Gilang Akbar Prambadi
Redaktur : Citra Listya Rini
http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/13/06/18/mokut0-anggota-komisi-iii-
kompak-minta-kapolri-sahkan-jilbab-polwan
Instrumen Wawancara
1. Bagaimana Republika Online (ROL) memilih bahasa yang digunakan dalam menulis
berita?
2. Apakah ada ideologi yang menjadi acuan wartawan ketika menyusun suatu fakta
menjadi sebuah realitas pemberitaan di Republika Online?
3. Bagaimana Republika Online memilih kriteria wartawan yang bertugas turun meliput
dan kemudian menulis berita?
4. Apa yang melatarbelakangi Republika Online mengangkat kasus seputar isu larangan
Polwan berjilbab pada Edisi bulan Juni? Bagaimana peristiwa ini dipahami oleh
wartawan?
5. Menurut Anda, apa pemicu awal dan siapa yang menjadi pelaku dan siapa yang
menjadi korban dalam kasus ini?
6. Jadi, bagaimana pandangan dan sikap Republika Online itu sendiri terhadap kasus ini
dan apa tujuan Republika Online memberitakan kasus ini terus menerus pada
beberapa bulan terakhir?
7. Berbicara tentang larangan polwan berjilbab, berarti bicara tentang perempuan yang
dibatasi haknya untuk beribadah. Apakah Republika Online melihat ada pihak-pihak
yang membeda-bedakan jender atau hak perempuan dilanggar pada kasus ini atau
memang Republika hanya ingin mengedepankan masalah keislamannya?
8. Banyak pihak yang mendukung polwan berjilbab. Apakah Republika Online melihat
adanya pergerakan pembelaan dari kaum feminis dalam memperjuangkan hak polwan
dan wanita TNI untuk berhijab? Dan bagaimana kaum feminis memandang isu ini?
9. Bagaimana proses pembingkaian pembuatan berita tersebut sehingga menjadi berita
yang bermakna, menarik dan lebih menonjol dari pemberitaan yang lainnya?
10. Apa ada penekanan tertentu sehingga Republika Online mengarahkan pembaca
terhadap suatu kesimpulan, entah untuk ikut mendukung atau menolak?
11. Adakah ketentuan khusus ketika menentukan narasumber?
12. Bagaimana keberpihakan Republika Online terhadap kasus ini?
13. Apa yang diharapkan oleh ROL dengan memberitakan kasus ini?
14. Nilai atau pesan moral apa yang ingin disajikan atau dipakai Republika untuk
permasalahan ini?
15. Menurut Anda sendiri, solusi apa yang tepat untuk memecahkan permasalahan ini?
Transkip wawancara dengan redaktur pelaksana Republika Online (ROL)
Nama narasumber : M. Irwan Ariefyanto
Jabatan : Kepala Republika Online
Tempat : Kantor Republika Online
Hari/Tanggal : Kamis, 29 Agustus 2013
Jawaban Wawancara
1. Bagaimana Republika Online (ROL) memilih bahasa yang digunakan
dalam menulis berita?
Bahasa yang digunakan yang pasti bahasa jurnalistik ya.. itu pakem,
dasar dalam sebuah media. Cuma mungkin ada pengecualian saat
kita bicara tentang media online. Media online itu apa sih
sebenarnya? Apa yang membedakan media online dengan media
cetak? Media Online terutama adalah kenapa dipetakan? Karena
pembaca media online itu faktornya berbeda dengan pembaca media
cetak, kalau pada media online itu melihat hanya sepintas-sepintas,
tidak mendalami. Itu yang pertama. Nah, yang kedua, pembaca
media online itu mencari sesuatu yang kalau kita bilang kepo.. kepo
ya bahasa sekarang? Hahaha.. ya hebohlah heboh. Nah tapi karena
kami adalah Republika, tentu kami berbeda dengan media lainnya.
Anda juga pahamlah itu. Kami mencoba menyajikan setiap berita
dengan menggunakan bahasa-bahasa yang tetap sesuai dengan
perizinan, ala Republika. Jadi, bahasa-bahasa yang kami gunakan
tetap bahasa-bahasa baku jurnalistik tapi kami modifikasikan.
Karena kenapa? Content yang kami gunakan lebih banyak content-
content yang sifatnya lebih ke Islam. Itu yang membedakan media
kami dengan media online yang lainnya.
2. Apakah ada ideologi yang menjadi acuan wartawan ketika menyusun suatu
fakta menjadi sebuah realitas pemberitaan di Republika Online?
Pasti ada, media kami memiliki ideologi sendiri. Tapi, karena disini
reporternya gabungan dengan koran. Maka, rata-rata ketika mereka
masuk ke Republika, mereka sudah memiliki paham yang sama soal
bahasa, soal gaya penulisan, sudut pandang, semuanyalah mereka
hampir sepaham. Sehingga, reporter tentunya harus tahu aturan-
aturan dasar seperti itu. Ketika mereka melaporkan, mereka sudah
sesuai dengan SOP yang sudah kita tetapkan.
3. Bagaimana Republika Online memilih kriteria wartawan yang bertugas
turun meliput dan kemudian menulis berita?
Inilah uniknya Republika dibandingkan dengan media lainnya. Kami
Republika Online reporternya satu. Jadi, satu reporter untuk
melayani online maupun cetak. Nah.. apa yang membedakan berita
koran dengan online disini? Berita pada media online itu cepat,
singkat, padat, kalau koran itu perlu pendalaman. Reporter disini
hanya bertugas melaporkan. Tentunya melaporkan seperti yang
sudah sesuai dengan SOP tadi ya, dari gaya penulisan dan gaya
bahasa. Karena reporter online atau koran yang ada di Republika itu
memilih berita tidak selalu interpol, beda dengan media online
lainnya. Mereka (reporter) menulis, laporan yang mereka tulis
tersebut dilaporkan dan dikirimkan kepada redaktur.
4. Apa yang melatarbelakangi Republika Online mengangkat kasus seputar
isu larangan Polwan berjilbab pada Edisi bulan Juni? Bagaimana peristiwa
ini dipahami oleh wartawan?
Ya memang Republika yang pertama memberitakan tentang isu itu
dan sempat jadi isu yang berkembang dimasyarakat. Tapi karena
berita ini sudah cukup lama. Jadi, perlu dicari lagi data-datanya agar
tidak salah. Ini kan berita mulai diberitakan intens bulan Maret, yang
pasti tahu ya para redaktur. Sebentar ya. Oh, awalnya karena ada
aturan dari Kapolri untuk melarang polisi wanita menggunakan
seragam diluar ketentuan. Artinya, mereka harus memakai seragam
yang sesuai aturan yang ada di kepolisian. Nah aturan yang melarang
itu adalah salah satunya penggunaan hijab. Itu aturan pokok Kapolri.
Di sini tercantum berdasarkan Peraturan Kapolri No. Pol:
Skep/702/IX/2005. Hal ini berarti aturan ini sudah dari tahun 2005,
sudah lama. Jadi kalau tidak salah, 2005 itu Kapolrinya masih Bapak
Sutanto. Memang kalau saya baca dari surat keputusan itu lebih
kepada para polisi wanita harus lebih patuh soal berseragam, dan
lain-lain. seragam itu diantaranya tidak diperbolehkam penggunaan
hijab. Ini aturan dari Kapolri. Tapi sebenarnya untuk kesininya,
kepolisian sudah mulai sedikit terbuka. Mereka sudah tidak ada
masalah. Ini kan aturan-aturan lama sejak 2005, cuma baru ramai-
ramai sekarang, sejak kemudian media mulai menyoroti aturan
tersebut. Ehmm.. mungkin berawal dari.. biasanya kalau seperti ini
berawal dari orang-orang atau pihak-pihak yang kecewa, banyak
alasan lah, contohnya mereka yang ditolak saat ingin masuk jadi
polisi wanita karena menggunakan hijab, sehingga mereka protes.
Dan Republika mulai serius memberitakan hal ini mulai bulan Maret.
5. Menurut Anda, apa pemicu awal dan siapa yang menjadi pelaku dan siapa
yang menjadi korban dalam kasus ini?
Ini kan data-datanya sudah dari beberapa bulan yang lalu, jadi perlu
kami cari lagi. Tapi kalau saya pelajari, tidak ada asap kalau tidak
ada api. Mungkin awalnya bisa dari laporan masyarakat, bisa dari
hal ini muncul karena polisi membuka kembali aturan seperti ini, saat
membuka pendaftaran penerimaan polwan. Ya dalam berita ini dari
masyarakat yang hak-haknya dilanggar ketika mereka ingin menjadi
polisi wanita tapi terbentur dengan aturan larangan berjilbab ini.
Kalau dari pencarian fakta dan data, narasumber bisa dari banyak
pihak lah, dan hal inilah yang berkembang dimasyarakat. Sebenarnya
pasti adalah pelaku dan korban dalam sebuah kasus. Tapi, kamu coba
googling lagi ya. Soalnya kan berita ini udah berumpuk dengan berita
lainnya. Jadi, harus dicari satu-satu dulu. Ehmm.. sebenarnya yang
namanya Wakapolri atau anggota-anggota kepolisian yang lain itu
hanya pelaksana dari aturan-aturan yang sudah ditetapkan oleh
atasannya. Dan korban pasti ada tapi perlu dilacak, karena di sini
terlihat Republika Online secara serius memberitakan larangan
polwan berjilbab ini. Tetapi perlu didalami lagi, karena berita online
kan cepat, singkat, dan terus-menerus.
6. Jadi, bagaimana pandangan dan sikap Republika Online itu sendiri
terhadap kasus ini dan apa tujuan Republika Online memberitakan kasus
ini terus menerus pada beberapa bulan terakhir?
Berita ini sudah lama, tapi seperti yang saya bilang, memang
Republikalah yang pertama yang memberitakan kasus ini. Karena
Republika Online memberitakan terus-menerus, meramaikan..ya jadi
ramai. Ketika kami membuat berita sama saja sebagai pandangan
kami melihat isu dari sebuah kebijakan dari sisi Islamnya. Tapi toh
pada intinya, apabila tidak ada asap. Sikap kami, Republika, adalah
ikut melarang atau meminta pihak Kapolri mencabut keputusan
tersebut. Karena ini menyangkut hak seorang muslimah, warga
negara untuk menjalankan ibadahnya apapun profesinya, dan tetap
mendukung seorang wanita yang ingin menjadi polwan tetapi tidak
membuka hijabnya. Filosofi kami, selama dia seorang muslim yang
mengucap syahadat, solat, puasa, zakat itulah Islam. Apabila haknya
diabaikan kami siap membantu.
7. Berbicara tentang larangan polwan berjilbab, berarti bicara tentang
perempuan yang dibatasi haknya untuk beribadah. Apakah Republika
Online melihat ada pihak-pihak yang membeda-bedakan jender atau hak
perempuan dilanggar pada kasus ini atau memang Republika hanya ingin
mengedepankan masalah keislamannya?
Pertama, karena kami content-nya, content Islam jadi, faktor yang
kami angkat adalah faktor yang berhubungan dengan Islam ya.
Kebetulan ini adalah hak seorang muslimah menggunakan hijab dan
ada ketentuan Kapolri yang melarang hal tersebut. Maka, itulah yang
kami soroti. Ya, saya paham yang Anda pertanyakan. Jadi, apakah
Republika melihat dari sisi Islamnya atau hak dari setiap warga
negara untuk menjalankan agamanya yang dilanggar. Ya, bisa dua-
duanya, tapi karena kami adalah Republika dan mengacu pada
komunitas umat Islam. Dari dua itu yang paling menonjol adalah soal
aturan agama menggunakan hijab bagi kaum muslimah.
8. Banyak pihak yang mendukung polwan berjilbab. Apakah Republika
Online melihat adanya pergerakan pembelaan dari kaum feminis dalam
memperjuangkan hak polwan dan wanita TNI untuk berhijab? Dan
bagaimana kaum feminis memandang isu ini?
Kami ada pandangan dari narasumber wanita (feminis) tapi
sebenarnya mereka tidak ada masalah. Feminisme kan lebih
mengedepankan hak seorang wanita, tetapi untuk persoalan ini tidak
terlalu terdengarlah. Belum ada komentar resmi, tetapi mereka tetap
mendukung. Dan Republika lebih mengedepankan Islam, Al-qur’an
dan Hadist.
9. Bagaimana proses pembingkaian pembuatan berita tersebut sehingga
menjadi berita yang bermakna, menarik dan lebih menonjol dari
pemberitaan yang lainnya?
Kita tetap menggunakan Teori Agenda Setting. Kami menugaskan
para reporter untuk mencari pandangan-pandangan soal aturan
seperti ini, tentunya dari berbagai narasumber. Ya yang intinya
sesuai dengan ideologi kami.
10. Apa ada penekanan tertentu sehingga Republika Online mengarahkan
pembaca terhadap suatu kesimpulan, entah untuk ikut mendukung atau
menolak?
Pasti ada, dengan cara menghadirkan narasumber yang mendukung
pandangan kami.
11. Adakah ketentuan khusus ketika menentukan narasumber?
Yang pasti yang mendukung. Media tidak ada yang independen.
Media memiliki aturan dan ideologi masing-masing. Dan tidak
mungkin Republika ujuk-ujuk memilih atau memuat narasumber
yang kontra, kecuali kita meminta penjelasan. Contohnya, kenapa
kepolisian melarang polwan berhijab.
12. Bagaimana keberpihakan Republika Online terhadap kasus ini?
Kami lebih condong berpihak kepada setiap muslim yang ingin
menjalankan ibadahnya tanpa adanya tekanan apapun, dan kami
memang sedang mengejar aturan itu. Tapi keputusan itu, sampai
detik ini belum dicabut. Selama keputusan itu belum dicabut,
persoalan ini akan muncul lagi, sampai keputusan itu dicabut. Tapi
memang yang saya baca di sini, beberapa petinggi dikepolisian
menyatakan aturan ini bisa fleksibel. Contoh, Humas Mabes Polri
menyatakan aturan tersebut tidak mengikat, dan polwan dapat
menggunakan seragam yang tidak mengganggu aktivitasnya untuk
menjalankan tugasnya. Tapi, sampai saat ini kan belum juga dicabut.
Ya kita tunggu saja. Hanya Allah yang tahu. Semua bisa terjadi.
13. Apa yang diharapkan oleh ROL dengan memberitakan kasus ini?
Yang kami harapkan adalah kami dapat memperjuangkan Islam.
Polri melakukan sebuah aturan yang (menurut saya) diskriminasi.
Tentang pernyataan peraturan ini dapat diubah (berita pada tanggal
13 Juni) masih wacana. Karena berarti apa? Polri belum serius
menangani permintaan masyarakat, khususnya kaum muslim. Saya
berharap permasalahan ini segera diselesaikan. Prokontra ini dapat
selesai apabila Kapolri mengeluarkan keputusan baru atau mencabut
larangan polwan berjilbab. Jadi, aturan-aturan dari Kapolri itu kan
lebih telak dari pada undang-undang kepolisian. Berartikan aturan
ini dibuat sendiri, kecuali, ketika saat ini keputusan tersebut dibuat,
maka ada aturan yang memang lewat uji materi dan bisa di ubah
kembali.
14. Nilai atau pesan moral apa yang ingin disajikan atau dipakai Republika
untuk permasalahan ini?
Media kan hanya memberi dukungan, kritikan, himbauan danmasukan solusi. Ini bukan menjadi sesuatu yang mutlak untuk ditulisoleh pihak kami. Hal ini atau pemberitaan ini akan terus ada selamakeputusan itu belum dicabut. Maka dari itu, kami menampilkannarasumber yang seirama dengan pesan apa yang ingin kamisampaikan, bisa dari pihak MUI, DPR-MPR, Ormas, dan lain-lain.sebelum keputusan itu dicabut kami akan berjuang dan terus menulisberita ini. Seperti yang kita tahu, di Aceh pun polwan dibolehkanberhijab. Diwajibkan malah.
15. Menurut Anda sendiri, solusi apa yang tepat untuk memecahkan
permasalahan ini?
cepet-cepet dicabut deh peraturan itu, toh tidak menghambat kinerjapolwan untuk melaksanakan tugas-tugasnya malah justru lebih rapidan aman.
Jakarta, 29 Agustus 2013
-ffifuM. Irwari.Alriefvanto
Kepala Repu\\ika Online
BIOGRAFI NARASUMBER
Nama : M. Irwan Ariefyanto (Kang One)
Tempat/Tanggal Lahir : Bandung, 3 Oktober 1972
Jabatan : Kepala Republika Online
Alamat : Pamulang Estate EI/15, Pamulang,
Tangerang Selatan.
No. Telp : 0818-738009
Email/Twitter : [email protected] / @irwan2000
Pendidikan Formal : S-1 FE UNPAD
S-2 Magister Management
Pengalaman Kerja :
- Reporter Harian Umum Republika
- Redaktur Harian Umum Republika
- Wakil Redaktur Pelaksana Harian Umum
Republika
- Redaktur pelaksana Harian Republika
- Kepala Newsroom Harian Republika
- Kepala Republika Online
SURAT KETERANGANROL.138
Yang bertanda tangan di bawah ini menerangkan bahwa;
Nama : Putri Buana Tungga DewiNIM : 109051 rc0074Status- -: llltahasiswaffitasrtffiffiwah danllrnu
Komunikasi, Jurusan Komunikasi dan Penyiaranlslam (KPl) / Jurnalistik, Universitas lslam Negeri(UlN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Yang bersangkutan adalah benarpenelitian/wawancara untuk penyusunanFraming Konstruksi Realitas PemberitaanOnline)"
Demikian surat keterangan ini diberikanmestinya.
telah melakukan kegiatanskripsi yang berjudul "AnalisisPolwan Berjilbab di Republika
untuk digunakan sebagaimana
Jakarta, 30 Agustus 2013
=:5IL.=r':G*--
ROL*s{rt|,KAaiil,FEre==
Graha Pejalen No. sE-FJl. Pejaten Raya- P6ar l,linggu
Jakarta Selaian 125'10P 16221 7991901F +6221 7997903
Rffiffi&ris $
SEJARAH REPUBLIKA ONLINE
ww.republika.co.id
epublika adalah koran nasional yang dilahirkan oleh kalangan komunitas Muslim bagi publik di
Indonesia. Penerbitan tersebut merupakan puncak dari upaya panjang kalangan umat, khususnya para
wartawan profesional muda yang telah menempuh berbagai langkah. Kehadiran Ikatan Cendekiawan
Muslim se - Indonesia (ICMI) yang dapat menembus pembatasan ketat pemerintah untuk izin
penerbitan saat itu memungkinkan upaya-upaya tersebut berbuah. Republika terbit perdana pada 4
Januari 1993.
Penerbitan Republika menjadi berkah bagi umat.
Sebelum masa itu, aspirasi umat tidak mendapat
tempat dalam wacana nasional. Kehadiran media ini
bukan hanya memberi saluran bagi aspirasi tersebut,
namun juga menumbuhkan pluralisme informasi di
masyarakat. Karena itu kalangan umat antusias
memberi dukungan, antara lain dengan membeli
saham sebanyak satu lembar saham per orang. PT
Abdi Bangsa Tbk sebagai penerbit Republika pun
menjadi perusahaan media pertama yang menjadi
perusahaan publik.
Terbit, Bertahan, dan Maju Dengan Kreatifitas
Mengelola usaha penerbitan koran bukan perkara
sederhana. Selain sarat dengan modal dan sarat
SDM, bisnis inipun sarat teknologi. Keberhasilan
Republika menapaki usia 10 tahun merupakan buah
upaya keras manajemen dan seluruh awak pekerja di
PT Abdi Bangsa Tbk yang dilakukan oleh perusahaan
yang menerbitkan koran ini sejak 1993 untuk
mengelola segala kerumitan itu.
Selain dituntut piawai berhitung, pengelola koran juga harus jeli, cerdik, dan kreatif bersiasat untuk
tetap bertahan dan memenangkan persaingan. Sejak awal, Republika memang dekat dengan "sesuatu
yang baru". Tatkala lahir, Republika menggebrak dengan tampilan "Desain Blok" yang tak lazim.
Republika pun mampu menyabet gelar juara pertama Lomba Perwajahan Media Cetak 1993.
Republika Tampil di Internet
Tahun 1995, Republika memyajikan layanan berita
di situs web internet, dengan alamat
www.republika.co.id. Ini adalah Koran pertama di
Indonesia yang tampil di dunia internet, situs itu
kemudian kita namakan Republika Online.
Republika Online yang biasa disebut ROL muncul
pertama kali di internet pada awal 1995 atau sekitar
dua tahun setelah surat kabar Republika terbit.
Sebagai situs berita, pada saat itu, muatan ROL
hanya menduplikasi materi berita-berita koran
Republika secara lengkap.
Tujuan utama penerbitan Republika versi internet adalah untuk melayani pembaca yang tidak
terjangkau distribusi koran cetak dan untuk pembaca yang berada diluar negeri.
Pada fase berikutnya ROL secara bertahap mulai berkembang sesuai dengan kemajuan teknologi,
khususnya teknologi informasi. Desain dan berbagai layanan web dan materi beritanya pun lebih
diperkaya.
Sejak pertengahan 2008 Republika Online mengalami
perubahan besar, dari sekadar situs berita
sederhana menjadi web portal multimedia.
Perubahan tersebut terjadi sebagai jawaban atas
munculnya tantangan industri media yang mulai
memasuki era konvergensi media. Dalam hal ini,
Republika sebagai institusi industri media dituntut
untuk memiliki dan mendistribusikan content
medianya dalam format cetak, online, dan mobile.
Sesuai dengan falsafah dasar Republika, muatan ROL
tetap mengedepankan komunitas Muslim sebagai
basis pengunjungnya. Tampilan ROL terbaru inilah
yang diluncurkan kembali (relaunching) pada 6 Februari 2008. Tema launchingnya kami namakan
RELOAD.
Segala kreativitas dicurahkan untuk sedapat mungkin membuat Republika online selalu dekat dan
meladeni keinginan publik. Memang, upaya itu jelas tak mudah. Namun, kami menikmatinya selama ini.
PRODUK ROL:
1. Portal internet multimedia yang menampilkan content dalam format teks, voice, visual, dan mendistribusikan content secara online, mobile, print.
2. Media interaktif komunitas Muslim untuk membangun partisipasi dan kesadaran umat terhadap pluralisme informasi berkualitas.
3. Fokus pada pengembangan content berbasis keislaman
4. Memberi ruang informasi sangat luas dan cepat. “Tersaji begitu terjadi”
5. Melayani segmen audiens level SES Class A-B dengan rentang usia 18-50 tahun
Prinsip dasar ROL 1. Mengutamakan berita dan informasi interaktif dalam format netizen (citizen journalism) 2. Memberi ruang luas bagi content how to, tips, people, dan services 3. Santun, ramah, dan akrab dengan keluarga 4. Dekat dengan semua komunitas 5. Mengutamakan berita dan informasi keislaman 6. Menyeimbangkan good news dengan bad news 7. Menyajikan berita secara ringkas dan cepat 8. Mudah diakses
Visi dan Misi REPUBLIKA
Visi :
Menjadikan HU REPUBLIKA sebagai koran umat yang
terpercaya dan mengedepankan nilai-nilai universal
yang sejuk, toleran, damai, cerdas, dan profesional,
namun mempunyai prinsip dalam keterlibatannya
menjaga persatuan Bangsa dan kepentingan umat
Islam yang berdasarkan pemahaman Rahmatan Lil
Alamin.
Misi :
Menciptakan dan menghidupkan sistem manajemen
yang efisien dan efektif, serta mampu
dipertanggungjawabkan secara professional
Peta Iklan ptda Repuhlika Online (ROL)
k"Wffiffi
ru
furl*{rr
ESlllA ffi0r
hffi*
&n
iL*U*IFTlelbl!t
f{t*fiil{i e$
-I 3ffirD ffiT&
ru![rM{rl-krh ld iF tq r * r$*irivrps**worotMF*w!@
, ' { * i4*kMni4vs;*!l
. t,-*: l;a1ds -$,!. it&.
r*r&* *'. i ^ _ : ! f f * @
&lj l $s** ld !N* rb :#
Sisi!ffii]&i*i4i;ssrt&et r !Mr iMw$c
! t{tkriR@$,Ard8r
r h]ss.F*1e'
is,*1{!wr,Rar#g*i. &rF ! r$rd 1i/8e!p*. etar rx&*tr
! tR*{ llFilta'r&P &iw,
I ca-*r6 [email protected],!*+,,{fs.{1*u} tr,!f; ri;1s1
(W Sq4 Ua.F**&S+:q!i,\it6e{ 4t*rq sii rw$s@ *rf* ri*WS dFs4l@ *ndd#egr*,e fu$al* rra qs +i!r i#:#r H4@t dt&.sedP4.ffi*n,$ bist *rrqd5.er*,l *{{.4 end{ ic}!4&* l!,41*
REEOT{AAEI 's'
fr- h h b | 4 r y r
,C-{' *k&
$6 Pr&-dt3F lta$qfi'&&qire trb
i!* h*, kff*. b},**r,e:&*.hrikr! rS# q**r M! !+b rq,@#!cat F i*4u4 @Ftn 4t ,ije{ {drF :mrd's'Jl@4F1|J4@'!ry4*j4 iF"
ffi ffi*1,FI.rF ts$. gb" *ryry!{ew* ta4*@d
r.Fri*r ftffisf: , .
- . ._ - - _ . , , . - : d* . r$ iF | * {
fst
laq* *r*t!is$Ftt a!tu$tl*
, # t *ddhwI &qi**erwa
' t!8r4rM.
I Hilw{**!
Fpl{rnl
ry*u.*#
h q .
hftFfifffml *#!
refI xd*f E|dIEE@ u*athhf
w* |lffr$ksmr*.& F w * r y . eirtettbi*t +F.9d
r trN# tik{tsk!iFE}:d.Rt#Pl*!:.lw
+ *eS tB.r!!{t lair'44ie
ks ?16!9b*h*.h#.
- J I t r * M aP E t b *? ' ! E r y s | . F
{.. ..su ***lb;s1x &#c..#*al@dSAA*: *e84+' f f i * . ! -4 r r
. cFllB&ensStrqtF;Fa6'
. 3*d*.a$i *'&&*k,(snb
tX . qiar:*
lg$lr. rbe$ qF$
fu& *k*i *r:4{ :r'&:rt',*.rry--*i@**td
t bis*!f,,vB! gi*qlsd
i'i t*r !b\*e
. {a N\t+!S &64* t o&rr:
trFi* *!.{*r &gE
Hrn 3ra!ffil
nJiffiiIryi- ryxqnt
r i k i $IEII fg4MTF- r y * H *-i i 4 l f f t r , iM@b{r ry* .&&M&ry*#e- i i *S&
* {# rbrF&1* ld$ i i sSdi:hrb r*&)
+ | r tsR;w l t t :q r r4 lR3$S
fuqqt lesi
ro |t'iH*l- ' r s ' *- gffi;tr.
tryPs1Mtr*.wds&*,6:,i#{S1*tu+q.,r*d'Qd ry*'
M N l l r d r d * . ! d " 4 u
rt'@et*baef4id:
6 # * { q * d
S#rlii*rF
*.*SS*4tr
l n
I R}K{td&\}*.tjF*nar q{*|.& ;;1rr4 blrrrP ii tldr*
. !k {rdqb !*rys ti4ri&* 4 &h tuai
* ?*n *rhr- tu{1{ind! I
- En
Gffifu.R.I.tilF
F - a n ! v 4 \ ' a ' r y
-YV
tlFLNA
tut'4&
t tu-.!ffi r**e eiie$eji$tu**a#€,. l d E . - - . ! b . k d h ' i , . q r r s l i d
t-. l w - r ^ ! t u ' # . F * r N r l l . d $ (
t, lFsrtt,rsdt
t k { rr iv/.f bu"hp qris{ r.d
R fdo qr tqi r&r, ? ft*. r \!
*g,,ry.-tt,
-%s_ffiProfil PE nb.ea RcL
Ganderfdueatlanlevel
PurchaEe Declrion Grocery and €onrumablc
! ltlah
t Feml€
I F0 fonnal f&(aio,r
I R',dtrY
il. Lcdrdary
. UnieEiq or ottlqIeliary. furd*rllrad€te
s Ur{Ytlsjry 0r 0(t1afle|tilry- StEndutr
. l!.l7
r 18.20
* 11-14
r 2i-S
* 31"54
r3H
* 4l.4ra
s 4!-!o
:. 51-1,a
s t t60
.: >64
i M*i{ deaigbn melret
tjok{ &€irtof,nulet
*tmffiEt
P.!eg*at/ d.vlerysls dEunrtm
fiidraid
{t!Hclf*sftplffielll14
tm!{
l.oali Las
Lampiran
REDAKSI & MANAJEMEN
Pemimpin Redaksi : Nasihin Masha
Wakil Pemimpin Redaksi : Arys Hilman Nugraha
Redaktur Pelaksana Republika Online : M Irwan Ariefyanto
Asisten Redaktur Pelaksana Republika Online : Heri Ruslan
Tim Redaksi : Yeyen Rostiani, Didi Purwadi,
Ajeng Ritzki Pitakasari, Djibril Muhammad, Taufiqqurachman Bachdari, Dewi
Mardiani, Endah Hapsari, Miftahul Falah, Hafidz Muftisany, Hazliansyah, Karta
Raharja Ucu, Yudha Manggala P Putra, Fernan Rahadi, A.Syalaby Ichsan, Mansyur
Faqih, Citra Listya Rini, Damanhuri Zuhri, Nidia Zuraya, M.Amin Madani, Hannan
Putra, Niken Paramitha, Asti Yulia Sundari, Muthia Ramadani, Sadly Rachman,
Agung Sasongko, Yunita Sari, Fanny Damayanti.
Kepala Sales dan Promosi : Andriyanto
Tim Sales dan Promosi : Danu Fitrio Kanigoro,
Ramadani Eka Putra, Siti Rohanah, Achmad Muchlis, WK Hadi Laga, Sri Hartini,
Tejo Andriastono, M Fauzul Abraar, Rani Kurniasari, Putri Tiryaqil Ivadasari, Friesta
Astriardini, Aghnia Aghsa.
Tim IT dan Desain : Mohamad Afif, Mufti Nurhadi,
Dwi Sartika, Abdul Gadir, Navian Tony.
Powered by
(Mahaka Media Subsidiary)
Kepala Support dan GA
Tim Support dan GA
Rolshop
Kepala Keuangan & Admin
PT Republika Media Mandiri
Direktur Utama
Direktur Pemberitaan
Direktur Operasional
Direktur Bussines Development
GM Keuangan
GM Marketing dan Sales
PT Strategi Inisiatif Media
Slamet Riyanto
Erna Indriyanti, Essika Gardana
Riky Romadon
Wibowo
: Daniel JP Wewengkang
: Ikhwanul Kiram Mashuri
: Mira R Djarot
: Tommy Tamtomo
: Didik Irianto
: Yulianingsih
WKONTAKKAMI
Redaksi
Phone: 021 7997901 - 7997902
Fax:021 7997903
Email : [email protected]
Iklan
Phone: 021 7997901
Fax:021 7997903
Email : [email protected]
ROL Shop
Riky Romadon
Phone: 021 7997901 ext
Fax: 02 | 7gg7g03
Emai l : [email protected] i ka.co. id
ROL ( Republika Online )
Graha Pejaten No 5E-F Jalan Raya Pejaten Raya, Pasar Ming gu, JakartaSelatan
PT. Republika Media Mandiri
Jl. Warung Buncit Raya No.37 Jakarta Selatan 12510
Phone: 0217803747 (Hunting), Fax: 02178A0649
Jl. Ir. H. JuandaNo. 95 Ciputat 15412 Indonesia
KEMENTERIAN AGAMAUNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASITelepon/Fax : (021) 7 432728 I 74703580
Website: wry.fdkuinjakarta.ac.id, E-mail : dakwah{r}&kginiakarte.asik!
NomorLampiranHal
: Un.o 1 /F5 rw .oo.s r(t(/Tzotz
, trtn Penelitian (SkriPsi)
Kepada Yth,Pimpinan Republika Onlinedi
Tempat
A s s al amu' al sikum Wr. Wb.
Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta menerangkan bahwa:
Putri Buana Tungga Dewi109051 100074Jakarta, 17 Februari 1991IX (Sembilan)Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) i Jurnalistik
Jl. Raya Cilangkap No. 2b RT 004/05 Kec'
Cipayung Kel. Cilangkap Jakarta Timur
085619571 I 1
adalah benar mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta yang akan melaksanakan penelitian/mencari data dalam
rangka penulisan skripsi Ue4uaU Analisis Framing Konstrulrsi Realitas
Pemberitaan Polwan Berjilbab di Republika Online'
Sehubungan dengan itu, dimohon kiranya Bapak/Ibr-r/Sdr' dapat
menerima/mengizinkan mahasiswa kami tersebut dalam pelaksanaan kegiatan
dimaksud.
Demikian, atas kerjasama dan bantuannya kami mengucapkan terima kasih'
W s s al amu' al aikum Wr. Wb.
Jakarta, lJ Aeusnts 2013
NamaNomor PokokTempat/Tanggal LahirSemesterJurusarVKonsentrasiAlamat
Telp.
Tembusan :1. Wakil Dekan Bidang Akademik2. Ka/Sekprodi Jumalistik
f Subhan, MA110 199303
Nomor : IstimewaLampiran : 1 BerkasPerihal : Pengajuan Judul Skripsi
Kepada Yang Terhormat:Ketua Dewan Pertimbangan SkripsiUIN Syarif Hidayatull ah J akartaDi
Jakarta. 2 Juli2013
Tempat
As s alamual aikum War ahmatullahi Wab ar akntuhSalam sejahtera saya sampaikan, semoga Bapak/Ibu dalam lindungan Allah SWT,
serta selalu dilimpahkan rahmat dan kasih sayang-Nya. Selanjutnya, saya yang bertandatangan di bawah ini:
NamaNIMSemesterFakultas/Jurusan
Putri Buana Tungga Dewi109051 100074VIII (Delapan)Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi/Konsentrasi Jurnalistik
Bermaksud mengajukan judul skripsi dengan judul, "Analisis FramingKonstruksi Realitas Pemberitaan Polwan Berjilbab di Republika Online,'. proposalskripsi ini selanjutnya diharapkan dapat dilanjutkan sebagai syarat untuk mendapatkangelar s.Kom.I dalam jenjang Shata I di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.Dengan ini saya lampirkan :
1. Outline2. Proposal Skripsi3. Daftar Pustaka Sementara
Demikian permohonan ini saya sampaikan, atas segala perhatian Bapak/Ibu sayaucapkan terimakasih.Was s slamual aikum War ahmatullahi Wab arr akatuh
Mengetahui,
Penasehat Akademik Pemohon
NIM. 109051100074NIP. 1 97308221998032001
Nama
Tempat/Tanggal Lahir
Jenis Kelamin
Warga Negara
Agama
Status Perkawinan
Alamat
Aladit Email
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Puki Buana Tungga Dewi
Jakarta, 17 Februari 1991
Perempuan
lndonesia
Islam
Belum Menikah
: Jl. Raya Cilangkap No. 2 Rt 004 Rw. 005, Kel.
Cilangkap Kec. Cipayung, Jakarta Timur. 13870
Purplephqbe@ymai l. com
Ciputat, 03 Oktober 2013
MPutri Buana Tungga Dewi
t-