kdk intra vena

37
DAFTAR ISI Daftar isi ........................................... 1 Kata Pengantar ....................................... 2 BAB I Pendahuluan .......................................... 3 A. Latar Belakang ................................. 3 B. Rumusan Masalah ................................. 4 C. Tujuan .......................................... 4 BAB II Pembahasan............................................ 5 A. Definisi ........................................ 5 B. Tujuan .......................................... 5 C. Indikasi ........................................ 6 D. KontraIndikasi .................................. 6 E. Komplikasi....................................... 7 F. Kebutuhan cairan pada pasien dewasa.............. 15 G. Cara Menghitung Tetesan Infus ................... 16 H. Macam-macam Cairan dan Kegunaan ................. 17 BAB III 1

Upload: john-decker

Post on 22-Dec-2015

263 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Kehilangan cairan terjadi setiap saat dan mutlak diganti agar metabolisme tubuh dapat berlangsung normal. Harus ada keseimbangan antara jumlah air yang berasal dari masukkan serta dari hasil oksidasi karbohidrat, lemak dan protein dan pada satu pihak lain dengan keluarnya air melalui ginjal, paru, kulit dan saluran cerna. Keseimbangan air ini dikelola dengan pengaturan masukkan dan pengeluaran.

TRANSCRIPT

DAFTAR ISI

Daftar isi ................................................................................................................. 1

Kata Pengantar ........................................................................................................ 2

BAB I

Pendahuluan ............................................................................................................ 3

A. Latar Belakang ........................................................................................... 3

B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 4

C. Tujuan ......................................................................................................... 4

BAB II

Pembahasan............................................................................................................. 5

A. Definisi ........................................................................................................ 5

B. Tujuan ......................................................................................................... 5

C. Indikasi ........................................................................................................ 6

D. KontraIndikasi ............................................................................................ 6

E. Komplikasi................................................................................................... 7

F. Kebutuhan cairan pada pasien dewasa......................................................... 15

G. Cara Menghitung Tetesan Infus .................................................................. 16

H. Macam-macam Cairan dan Kegunaan ........................................................ 17

BAB III

Penutup ................................................................................................................... 25

A. Kesimpulan ................................................................................................. 25

B. Saran ........................................................................................................... 25

Daftar Pustaka

1

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur hanya bagi Allah SWT yang telah memberi petunjuk

serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah ini dengan

judul “ Terapi Intravena”.

Dalam penyusunan makalah ini penulis berterimakasih sebesar-besarnya

kepada seluruh pihak yang membimbingan, mengarahkan dan membantu secara

langsung maupun tidak langsung, juga kepada Rekan-rekan Studi Semester II

Keperawatan STIkes Bahrul ‘Ulum untuk melancarkan penulisan makalah ini.

Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal yang telah

diberikan dan semoga makalah ini ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis

dan pembaca serta perkembangan ilmu keperawatan pada umumnya.

Malang, 10 Maret 2015

Penulis

2

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kehilangan cairan terjadi setiap saat dan mutlak diganti agar metabolisme

tubuh dapat berlangsung normal. Harus ada keseimbangan antara jumlah air yang

berasal dari masukkan serta dari hasil oksidasi karbohidrat, lemak dan protein dan

pada satu pihak lain dengan keluarnya air melalui ginjal, paru, kulit dan saluran

cerna. Keseimbangan air ini dikelola dengan pengaturan masukkan dan

pengeluaran.

Air tubuh terdapat didalam sel (intrasel) dan diluar sel (ekstrasel).Cairan

extraselular meliputi cairan interstisial dan plasma yang mempunyai komposisi

yang sama. Natrium merupakan kation terpenting sedangkan anion terpenting

adalah klorida dan bikarbonant. Kation terpenting pada intrasel adalah kalium dan

magnesium sedangkan anion terpenting adalah fosfat organik, protein dan sulfat.

Biasanya perubahan komposisi plasma darah mencerminkan perubahan yang

terjadi dalam semua cairan tubuh.

Kehilangan cairan normal berlangsung akibat pemakaian energi yang

dapat dibagi menjadi tiga kategori yaitu kehilangan cairan insensibel, produksi

urin serta kehilangan cairan melalui tinja. Selain itu dapat terjadi kehilangan

cairan abnormal yang disebabkan oleh berbagai penyakit yang berupa

pengurangan masukkan cairan atau peningkatan pengeluaran cairan. Pemenuhan

cairan berdasarkan kehilangan cairan akibat penyakit dan kehilangan yang tetap

berlangsung secara normal.

Cara pemberian cairan akibat kehilangan oleh karena penyakit bisa

diberikan secara oral ataupun parenteral. Perlu diperhatikan bahwa sebaiknya

pemberian cairan diusahakan secara oral tapi pada keadaan yang tidak

memungkinkan, dapat pula diberikan secara intravena.1 Dalam pelaksanaannya

pemberian cairan secara intravena pada bayi dan anak yang sakit perlu

diperhatikan hal-hal seperti pemilihan jenis cairan, jumlah dan lama pemberian

3

yang disesuaikan dengan keadaan penyakit dan gejala klinik lainnya karena

terdapat perbedaan komposisi, metabolisme dan derajat kematangan sistem

pengaturan air dan elektrolit. Untuk itu keputusan yang tepat dan teliti dalam

menentukan hal diatas mutlak diperlukan.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dan tujuan dari pada Terapi Intravena ?

2. Apa saja Indikasi, Kontraindikasi maupun Komplikasi pada Terapi

intravena ?

3. Apa saja jenis-Jenis Cairan dan Tujuannya ?

4. Beberapa contoh dari Macam-macam Cairan dan Kegunaannya ?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui dan memahami pengertian dan tujuan intravena.

2. Untuk mengetahui dan memahami indikasi, kontraindikasi maupun

komplikasi pada intravena.

3. Untuk mengetahui dan memahami jenis-jenis cairan dan tujuannya.

4. Untuk mengetahui dan memahami contoh dari macam-macam cairan

dan kegunaannya.

4

BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi

Terapi intravena adalah tindakan yang dilakukan dengan cara

memasukkan cairan, elektrolit, obat intravena dan nutrisi parenteral ke dalam

tubuh melalui intravena. Tindakan ini sering merupakan tindakan life saving

seperti pada kehilangan cairan yang banyak, dehidrasi dan syok, karena itu

keberhasilan terapi dan cara pemberian yang aman diperlukan  pengetahuan

dasar tentang keseimbangan cairan dan elektrolit serta asam basa. Tindakan

ini merupakan metode efektif dan efisien dalam memberikan suplai cairan ke

dalam kompartemen intravaskuler. Terapi intravena dilakukan berdasarkan

order dokter dan perawat bertanggung jawab dalam pemeliharaan terapi yang

dilakukan. Pemilihan pemasangan terapi intravena didasarkan  pada beberapa

faktor, yaitu tujuan dan lamanya terapi, diagnosa pasien, usia, riwayat

kesehatan dan kondisi vena pasien. Apabila pemberian terapi intravena

dibutuhkan dan diprogramkan oleh dokter, maka perawat harus

mengidentifikasi larutan yang benar, peralatan dan prosedur yang dibutuhkan 

serta mengatur dan mempertahankan system.

B. Tujuan

Tujuan terapi intravena adalah:

1. Mempertahankan atau mengganti cairan tubuh yang mengandung air,

elektrolit, vitamin, protein, lemak dan kalori yang tidak dapat

dipertahankan melalui oral.

2. Mengoreksi dan mencegah  gangguan cairan dan elektrolit

3. Memperbaiki keseimbangan asam basa

4. Memberikan tranfusi darah

5. Menyediakan medium untuk pemberian obat intravena

6. Membantu pemberian nutrisi parenteral

5

C. Indikasi

1. Keadaan emergency (misal pada tindakan RJP), yang memungkinkan

pemberian obat langsung ke dalam IV

2. Keadaan ingin mendapatkan respon yang cepat terhadap pemberian obat

3. Klien yang mendapat terapi obat dalam dosis besar secara terus-menerus

melalui IV

4. Klien yang mendapat terapi obat yang tidak bisa diberikan melalui oral

atau intramuskuler

5. Klien yang membutuhkan koreksi/pencegahan gangguan cairan dan

elektrolit

6. Klien yang sakit akut atau kronis yang membutuhkan terapi cairan

7. Klien yang mendapatkan tranfusi darah

8. Upaya profilaksis (tindakan pencegahan) sebelum prosedur (misalnya pada

operasi besar dengan risiko perdarahan, dipasang jalur infus intravena

untuk persiapan jika terjadi syok, juga untuk memudahkan pemberian

obat)

9. Upaya profilaksis pada pasien-pasien yang tidak stabil, misalnya risiko

dehidrasi (kekurangan cairan) dan syok (mengancam nyawa), sebelum

pembuluh darah kolaps (tidak teraba), sehingga tidak dapat dipasang jalur

infus.

D. Kontraindikasi

Infus dikontraindikasikan pada daerah:

1. Daerah yang memiliki tanda-tanda infeksi, infiltrasi atau trombosis

2. Daerah yang berwarna merah, kenyal, bengkak dan hangat saat disentuh

3. Vena di bawah infiltrasi vena sebelumnya atau di bawah area flebitis

4. Vena yang sklerotik atau bertrombus

5. Lengan dengan pirai arteriovena atau fistula

6. Lengan yang mengalami edema, infeksi, bekuan darah, atau kerusakan

kulit

6

7. Lengan pada sisi yang mengalami mastektomi (aliran balik vena

terganggu)

8. Lengan yang mengalami luka bakar

E. Komplikasi

1. Komplikasi lokal

1. Flebitis

Inflamasi vena yang disebabkan oleh  iritasi kimia maupun mekanik. 

Kondisi ini dikarakteristikkan dengan adanya daerah yang memerah dan

hangat di sekitar daerah insersi/penusukan atau sepanjang vena, nyeri atau

rasa lunak pada area insersi atau sepanjang vena, dan

pembengkakan.Insiden flebitis meningkat sesuai dengan lamanya

pemasangan jalur intravena, komposisi cairan atau obat yang diinfuskan

(terutama pH dan tonisitasnya, ukuran dan tempat kanula dimasukkan,

pemasangan jalur IV yang tidak sesuai, dan masuknya mikroorganisme

saat penusukan).

Intervensi :

a. Menghentikan IV dan memasang pada daerah lain

b. Tinggikan ekstremitas

c. Memberikan kompres hangat dan basah di tempat yang terkena

Pencegahan :

a. Gunakan tehnik aseptik selama pemasangan

b. Menggunakan ukuran kateter dan jarum yang sesuai dengan vena

c. Mempertimbangkan komposisi cairan dan medikasi ketika memilih area

insersi

d. Mengobservasi tempat insersi akan adanya kemungkinan komplikasi

apapun setiap jam

e. Menempatkan kateter atau jarum dengan baik

f. Mengencerkan obat-obatan yang mengiritasi jika mungkin

7

2. Infiltrasi

Infiltrasi terjadi ketika cairan IV memasuki ruang subkutan di

sekeliling tempat pungsi vena.Infiltrasi ditunjukkan dengan adanya

pembengkakan (akibat peningkatan cairan di jaringan), palor (disebabkan

oleh sirkulasi yang menurun) di sekitar area insersi, ketidaknyamanan dan

penurunan kecepatan aliran secara nyata.  Infiltrasi mudah dikenali jika

tempat penusukan lebih besar daripada tempat yang sama di ekstremitas

yang berlawanan. Suatu cara yang lebih dipercaya untuk memastikan

infiltrasi adalah dengan memasang torniket di atas atau di daerah

proksimal dari tempat pemasangan infus dan mengencangkan torniket

tersebut secukupnya untuk menghentikan  aliran vena. Jika infus tetap

menetes meskipun ada obstruksi vena, berarti terjadi infiltrasi.

Intervensi:

a. Menghentikan infus (infus IV seharusnya dimulai di tempat baru atau

proksimal dari infiltrasi jika ekstremitas yang sama digunakan)

b. Meninggikan ekstremitas klien untuk mengurangi ketidaknyamanan

(meningkatkan drainase vena dan membantu mengurangi edema)

c. Pemberian kompres hangat (meningkatkan sirkulasi dan mengurangi

nyeri)

Pencegahan:

a. Mengobservasi daerah pemasangan infus secara kontinyu

b. Penggunaan kanula yang sesuai dengan vena

c. Minta klien untuk melaporkan jika ada nyeri dan bengkak pada area

pemasangan infus

3. Iritasi vena

Kondisi ini ditandai dengan nyeri selama diinfus, kemerahan pada

kulit di atas area insersi. Iritasi vena bisa terjadi karena cairan dengan pH

tinggi, pH rendah atau osmolaritas yang tinggi (misal: phenytoin,

vancomycin, eritromycin, dan nafcillin)

8

Intervensi:

a. Turunkan aliran infus

Pencegahan:

a. Encerkan  obat sebelum diberikan

b. Jika terapi obat yang menyebabkan iritasi direncanakan dalam jangka

waktu lama, sarankan dokter untuk memasang central IV.

4. Hematoma

Hematoma terjadi sebagai akibat kebocoran darah ke jaringan di

sekitar area insersi.Hal ini disebabkan oleh pecahnya dinding vena yang

berlawanan selama penusukan vena, jarum keluar vena, dan tekanan yang

tidak sesuai yang diberikan ke tempat penusukan setelah jarum atau kateter

dilepaskan.Tanda dan gejala hematoma yaitu ekimosis, pembengkakan

segera pada tempat penusukan, dan kebocoran darah pada tempat

penusukan.

Intervensi:

a. Melepaskan jarum atau kateter dan memberikan tekanan dengan kasa steril

b. Memberikan kantong es selama 24 jam ke tempat penusukan dan

kemudian memberikan kompres hangat untuk meningkatkan absorpsi

darah

c. Mengkaji tempat penusukan

d. Memulai lagi uintuk memasang pada ekstremitas lain jika diindikasikan

Pencegahan:

a. Memasukkan jarum secara hati-hati

b. Lepaskan torniket segera setelah insersi berhasil

5. Tromboflebitis

Tromboflebitis menggambarkan adanya bekuan ditambah peradangan

dalam vena. Karakteristik tromboflebitis adalah adanya nyeri yang

9

terlokalisasi, kemerahan, rasa hangat, dan pembengkakan di sekitar area

insersi atau sepanjang vena, imobilisasi ekstremitas karena adanya rasa

tidak nyaman dan pembengkakan, kecepatan aliran yang tersendat,

demam, malaise,  dan leukositosis.

Intervensi:

a. Menghentikan IV

b. Memberikan kompres hangat

c. Meninggikan ekstremitas

d. Memulai jalur IV di ekstremitas yang berlawanan

Pencegahan:

a. Menghindarkan trauma pada vena pada saat IV  dimasukkan

b. Mengobservasi area insersi tiap jam

c. Mengecek tambahan pengobatan untuk kompabilitas

6. Trombosis

Trombosis ditandai dengan nyeri, kemerahan, bengkak pada vena, dan

aliran infus berhenti.Trombosis disebabkan oleh injuri sel endotel dinding

vena, pelekatan platelet.

Intervensi:

a. Menghentikan IV

b. Memberikan kompres hangat

c. Perhatikan terapi IV yang diberikan (terutama yang berhubungan dengan

infeksi, karena thrombus akan memberikan lingkungan yang

istimewa/baik untuk pertumbuhan bakteri)

Pencegahan:

a. Menggunakan tehnik yang tepat untuk mengurangi injuri pada vena

10

7. Occlusion

Occlusion ditandai dengan tidak adanya penambahan aliran ketika

botol dinaikkan, aliran balik  darah di selang infus, dan tidak nyaman pada

area pemasangan/insersi. Occlusion disebabkan oleh gangguan aliran IV,

aliran balik darah ketika pasien berjalan, dan selang diklem terlalu lama.

Intervensi:

a. Bilas dengan injeksi cairan, jangan dipaksa jika tidak sukses

Pencegahan:

a. Pemeliharaan aliran IV

b. Minta pasien untuk menekuk sikunya ketika berjalan (mengurangi risiko

aliran darah balik)

c. Lakukan pembilasan segera setelah pemberian obat

8. Spasme vena

Kondisi ini ditandai dengan nyeri sepanjang vena, kulit pucat di

sekitar vena, aliran berhenti meskipun klem sudah dibuka

maksimal.Spasme vena bisa disebabkan oleh pemberian darah atau cairan

yang dingin, iritasi vena oleh obat atau cairan yang mudah mengiritasi

vena dan aliran yang terlalu cepat.

Intervensi:

a. Berikan kompres hangat di sekitar area insersi

b. Turunkan kecepatan aliran

Pencegahan:

a. Apabila akan memasukkan darah (missal PRC), buat hangat terlebih

dahuilu.

11

9. Reaksi vasovagal

Kondisi ini digambarkan dengan klien tiba-tiba terjadi kollaps pada

vena, dingin, berkeringat, pingsan, pusing, mual dan penurunan tekanan

darah.. Reaksi vasovagal bisa disebabkan oleh nyeri atau kecemasan

Intervensi:

a. Turunkan kepala tempat tidur

b. Anjurkan klien untuk nafas dalam

c. Cek tanda-tanda vital (vital sign)

Pencegahan:

a. Siapkan klien ketika akan mendapatkan terapi, sehingga bisa mengurangi

kecemasan yang dialami

b. Gunakan anestesi lokal untuk mengurangi nyeri (untuk klien yang tidak

tahan terhadap nyeri)

10. Kerusakan syaraf, tendon dan ligament

Kondisi ini ditandai oleh  nyeri ekstrem, kebas/mati rasa, dan

kontraksi otot. Efek lambat yang bisa  muncul adalah paralysis, mati rasa

dan deformitas. Kondisi ini disebabkan oleh tehnik pemasangan yang

tidak tepat sehingga menimbulkan injuri di sekitar syaraf, tendon dan

ligament.

Intervensi:

a. Hentikan pemasangan infus

Pencegahan:

a. Hindarkan pengulangan insersi pada tempat yang sama

b. Hindarkan  memberikan penekanan yang berlebihan  ketika mencari lokasi

vena

12

2. Komplikasi sistemik

1. Septikemia/bakteremia

Adanya susbtansi pirogenik baik dalam larutan infus atau alat

pemberian dapat mencetuskan reaksi demam dan septikemia. Perawat

dapat melihat kenaikan suhu tubuh secara mendadak segera setelah infus

dimulai, sakit punggung, sakit kepala, peningkatan nadi dan frekuensi

pernafasan, mual dan muntah, diare, demam dan menggigil, malaise

umum, dan jika parah  bisa terjadi kollaps vaskuler. Penyebab septikemi

adalah kontaminasi pada produk IV, kelalaian tehnik aseptik.Septikemi

terutama terjadi pada klien yang mengalami penurunan imun.

Intervensi:

a. Monitor tanda vital

b. Lakukan kultur kateter IV, selang atau larutan yang dicurigai.

c. Berikan medikasi jika diresepkan

Pencegahan:

a. Gunakan tehnik steril pada saat pemasangan

b. Gantilah tempat insersi, dan cairan, sesuai ketentuan yang berlaku

2. Reaksi alergi

Kondisi ini ditandai dengan gatal, hidung dan mata berair,

bronkospasme, wheezing, urtikaria, edema pada area insersi, reaksi

anafilaktik (kemerahan, cemas,  dingin, gatal, palpitasi, paresthesia,

wheezing, kejang dan kardiak arrest). Kondisi ini bisa disebabkan oleh

allergen, misal karena medikasi.

Intervensi :

a. Jika reaksi terjadi, segera hentikan infus

b. Pelihara jalan nafas

13

c. Berikan antihistamin steroid, antiinflamatori dan antipiretik jika

diresepkan

d. Jika diresepkan berikan epinefrin

e. Jika diresepkan berikan kortison

Pencegahan:

a. Monitor pasien setiap 15 menit setelah mendapat terapi obat baru

b. Kaji riwayat alergi klien

3. Overload sirkulasi

Membebani sistem sirkulasi dengan cairan intravena yang berlebihan

akan menyebabkan peningkatan tekanan darah dan tekanan vena sentral,

dipsnea berat, dan sianosis. Tanda dan gejala tambahan termasuk batuk

dan kelopak mata yang membengkak.  Penyebab yang mungkin termasuk

adalah infus larutan IV yang terlalu cepat atau penyakit hati, jantung dan

ginjal.Hal ini juga mungkin bisa terjadi pada pasien dengan gangguan

jantung yang disebut denga kelebihan beban sirkulasi.

Intervensi:

a. Tinggikan kepala tempat tidur

b. Pantau tanda-tanda vital setiap 30 menit sampai 1 jam sekali

c. Jika diperlukan berikan oksigen

d. Mengkaji bunyi nafas

e. Jika diresepkan berikan furosemid

Pencegahan:

a. Sering memantau tanda-tanda vital

b. Menggunakan pompa IV untuk menginfus

c. Melakukan pemantauan secara cermat terhadap semua infuse

14

4. Embolisme udara

Emboli udara paling sering berkaitan dengan kanulasi vena-vena

sentral.Manifestasi klinis emboli udara adalah dipsnea dan sianosis,

hipotensi, nadi yang lemah dan cepat, hilangnya kesadaran, nyeri dada,

bahu, dan punggung bawah.

Intervensi :

a. Klem atau hentikan infus

b. Membaringkan pasien miring ke kiri dalaam posisi Trendelenburg

c. Mengkaji tanda-tanda vital dan bunyi nafas

d. Memberikan oksigen

Pencegahan:

a. Pastikan sepanjang selang IV telah bebas dari udara, baru memulai

menyambungkan infus

b. Pastikan semua konektor tersambung dengan baik

F. Kebutuhan Cairan Pada Pasien Dewasa

A. Natrium

Natrium sebagai kation utama didalam cairan ekstraseluler dan paling

berperan di dalam mengatur keseimbangan cairan. Kadar natrium plasma:

135-145mEq/liter.12 Kadar natrium dalam tubuh 58,5mEq/kgBB dimana +

70% atau 40,5mEq/kgBB dapat berubah-ubah. Ekresi natrium dalam urine

100-180mEq/liter, faeces 35mEq/liter dan keringat 58mEq/liter. Kebutuhan

setiap hari = 100mEq (6-15 gram NaCl).

B. Kalium

Kalium merupakan kation utama (99%) di dalam cairan ekstraseluler

berperan penting di dalam terapi gangguan keseimbangan air dan

elektrolit. Jumlah kalium dalam tubuh sekitar 53 mEq/kgBB dimana 99%

dapat berubah-ubah sedangkan yang tidak dapat berpindah adalah kalium

yang terikat dengan protein didalam sel.

15

Kadar kalium plasma 3,5-5,0 mEq/liter, kebutuhan setiap hari 1-3

mEq/kgBB. Keseimbangan kalium sangat berhubungan dengan

konsentrasi H+ ekstraseluler. Ekskresi kalium lewat urine 60-90 mEq/liter,

faeces 72 mEq/liter dan keringat 10 mEq/liter.

G. Cara Penghitungan Cairan Infus

Mengatur ketepatan aliran dan regulasi infus adalah tanggung jawab

perawat. Masalah yang dapat muncul apabila perawat tidak memperhatikan

regulasi infus adalah hipervolemia dan hipovolemia. Dalam menentukan

tetesan infus, perawat perlu memperhatikan faktor tetesan yang akan

digunakan. Faktor tetesan yang sering digunakan adalah:

Mikrodrips  (tetes mikro) : 60 tetes/ml (infuset mikro)

Makrodrips (tetes makro) :10 tetes/ml, 15 tetes/ml, 20 tetes/ml (infuset

regular/makro)

Untuk mengatur tetesan infus, perawat harus mengetahui volume cairan

yang akan dimasukkan dan waktu yang dibutuhkan untuk menghabiskan

cairan infus. Penghitungan cairan yang sering digunakan adalah penghitungan

millimeter perjam (ml/h) dan penghitungan tetes permenit.

-Millimeter per jam

Contoh: 3000 ml diinfuskan dalam 24 jam, maka jumlah milliliter perjamnya

adalah sebagai berikut:

3000 / 24 = 125 ml/h

-Tetes per menit

Contoh: 1000 ml dalam 8 jam, faktor tetesan 20

1000 x 20 / 8 x 60 = 41 tpm (tetes per menit)

16

Faktor yang mempengaruhi tetesan infus:

Posisi lengan

a. Posisi lengan klien terkadang bisa menurunkan aliran infus. Sedikit

pronasi, supinasi, ekstensi atau elevasi lengan  dengan bantal dapat

meningkatkan aliran.

b. Posisi dan kepatenan selang infus (aliran berbanding langsung dengan

diameter selang)

c. Aliran akan lebih cepat melalui kanula dengan diameter besar, berlawanan

dengan kanul kecil.

Posisi botol infus

a. Menaikkan ketinggian wadah infus dapat memperbaiki aliran yang

tersendat-sendat (aliran berbanding langsung dengan ketinggian bejana

cairan).

b. Larutan/cairan yang dialirkan (aliran berbanding terbalik dengan

viskositas cairan)

c. Larutan intravena yang kental, seperti darah, membutuhkan kanula yang

lebih besar dibandingkan dengan air atau larutan salin.

d. Panjang selang (aliran berbanding terbalik dengan panjang selang)

e. Menambah panjang selang pada jalur IV akan menurunkan aliran.

H. Macam –Macam Larutan Untuk Terapi Intravena

a. Cairan/larutan yang digunakan dalam terapi intravena berdasarkan

osmolalitasnya

1. Isotonik

Suatu cairan/larutan yang memiliki osmolalitas sama atau mendekati

osmolalitas plasma. Cairan isotonik digunakan untuk mengganti volume

ekstrasel, misalnya kelebihan cairan setelah muntah yang berlangsung lama.

Cairan ini akan meningkatkan volume ekstraseluler. Satu liter cairan isotonik

17

akan menambah CES 1 liter. Tiga liter cairan isotonik diperlukan untuk

mengganti 1 liter darah yang hilang.

Contoh:

       NaCl 0,9 %

       Ringer Laktat

       Komponen-komponen darah (Alabumin 5 %, plasma)

       Dextrose 5 % dalam air (D5W)

Dextrose5 % dalam air (D5W)

Kegunaan :

Cairan ini digunakan untuk mengganti volume ekstrasel, misalnya kelebihan

cairan setelah muntah yang berlangsung lama.

Indikasi :

Sebagai cairan resusitasi pada terapi intravena serta untuk keperluan

hidrasi selama dan sesudah operasi. Diberikan pada keadaan oliguria ringan

sampai sedang (kadar kreatinin kurang dari 25 mg/100ml).

Kontraindikasi : Hiperglikemia.

2. Hipotonik

Suatu cairan/larutan yang memiliki osmolalitas lebih kecil daripada

osmolalitas plasma.Tujuan cairan hipotonik adalah untuk menggantikan cairan

seluler, dan menyediakan air bebas untuk ekskresi sampah tubuh. Pemberian

cairan ini umumnya menyebabkan dilusi konsentrasi larutan plasma dan

mendorong air masuk ke dalam sel untuk memperbaiki keseimbangan di

intrasel dan ekstrasel, sel tersebut akan membesar atau membengkak.

Perpindahan cairan terjadi dari kompartemen intravaskuler ke dalam sel.

Cairan ini dikontraindikasikan untuk pasien dengan risiko peningkatan TIK.

18

Pemberian cairan hipotonik yang berlebihan akan mengakibatkan:

1. Deplesi cairan intravaskuler

2. Penurunan tekanan darah

3. Edema seluler

4. Kerusakan sel

Karena larutan ini dapat menyebabkan komplikasi serius, klien harus dipantau

dengan teliti.

Contoh:

          dextrose 2,5 % dalam NaCl 0,45 %

          NaCl 0,45 %

          NaCl 0,2 %

3.     Hipertonik

Suatu cairan/larutan yang memiliki osmolalitas lebih tinggi daripada

osmolaritas plasma. Pemberian larutan hipertonik yang cepat dapat

menyebabkan kelebihan dalam sirkulasi dan dehidrasi.Perpindahan cairan

dari sel ke intravaskuler, sehingga menyebabkan sel-selnya

mengkerut.Cairan ini dikontraindikasikan untuk pasien dengan penyakit

ginjal dan jantung serta pasien dengan dehidrasi.

Contoh:

          D 5% dalam saline 0,9 %

          D 5 % dalam RL

          Dextrose 10 % dalam air

          Dextrose 20 % dalam air

b.     Pembagian cairan/larutan berdasarkan tujuan penggunaannya:

19

1.   Nutrient solution

Berisi karbohidrat ( dekstrose, glukosa, levulosa) dan air. Air untuk

menyuplai kebutuhan air, sedangkan karbohidrat untuk kebutuhan kalori dan

energi.Larutan ini diindikasikan untuk pencegahan dehidrasi dan ketosis.

Contoh:

            D5W

            Dekstrose 5 % dalam 0,45 % sodium chloride

2.        Electrolyte solution

Berisi elekrolit, kation dan anion. Larutan ini sering digunakan untuk

larutan hidrasi, mencegah dehidrasi dan koreksi ketidakseimbangan cairan dan

elektrolit.

Contoh:

          Normal Saline (NS)

          Larutan ringer (sodium, Cl, potassium dan kalsium)

          Ringer Laktat /RL (sodium, Cl, Potassium, Kalsium dan laktat)

Normal Saline

Kegunaan :

Larutan ini sering digunakan untuk larutan hidrasi, mencegah dehidrasi

dan koreksi ketidakseimbangan cairan dan elektrolit

Indikasi :

a.      Resusitasi

Pada kondisi kritis, sel-sel endotelium pembuluh darah bocor, diikuti oleh

keluarnya molekul protein besar ke kompartemen interstisial, diikuti air

dan elektrolit yang bergerak ke intertisial karena gradien osmosis.

Plasma expander berguna untuk mengganti cairan dan elektrolit yang

hilang pada intravaskuler.

b.     Diare

20

Kondisi diare menyebabkan kehilangan cairan dalam jumlah banyak,

cairan NaCl digunakan untuk mengganti cairan yang hilang tersebut.

c.      Luka Bakar

Manifestasi luka bakar adalah syok hipovolemik, dimana terjadi

kehilangan protein plasma atau cairan ekstraseluler dalam jumlah besar

dari permukaan tubuh yang terbakar. Untuk mempertahankan cairan dan

elektrolit dapat digunakan cairan NaCl, ringer laktat, atau dekstrosa.

d.     Gagal Ginjal Akut

Penurunan fungsi ginjal akut mengakibatkan kegagalan ginjal menjaga

homeostasis tubuh.Keadaan ini juga meningkatkan metabolit nitrogen

yaitu ureum dan kreatinin serta gangguan keseimbangan cairan dan

elektrolit.Pemberian normal saline dan glukosa menjaga cairan ekstra

seluler dan elektrolit.

Kontraindikasi :

Hipertonik uterus, hiponatremia, retensi cairan. Digunakan dengan

pengawasan ketat pada CHF, insufisiensi renal, hipertensi, edema perifer dan

edema paru..

3.        Alkalizing solution

Untuk menetralkan asidosis metabolik

Contoh : Ringer Laktat /RL

4.        Acidifying solution

Untuk menetralkan alkalosis metabolik

Contoh :

            Dekstrose 5 % dalam NaCl 0,45 %

            NaCl 0,9 %

5.        Blood volume expanders

Digunakan untuk meningkatkan volume darah karena kehilangan

darah/plasma dalam jumlah besar. (misal: hemoragi, luka baker berat)

21

Contoh :

            Dekstran             Plasma            Human Serum Albumin

Dekstran

Komposisi :

dextran tersusun dari polimer glukosa hasil sintesis dari bakteri Leuconostoc

mesenteroides, yang ditumbuhkan pada media sukrosa.

Indikasi :

Penambah volume plasma pada kondisi trauma, syok sepsis, iskemia miokard,

iskemia cerebral, dan penyakit vaskuler perifer.Mempunyai efek anti trombus,

mekanismenya adalah dengan menurunkan viskositas darah, dan menghambat

agregasi platelet.Pada suatu penelitian dikemukakan bahwa dextran-40

mempunyai efek anti trombus paling poten jika dibandingkan dengan gelatin dan

HES.

Kontraidikasi :

pasien dengan tanda-tanda kerusakan hemostatik (trombositopenia,

hipofibrinogenemia), tanda-tanda gagal jantung, gangguan ginjal dengan oliguria

atau anuria yang parah.

c.      Pembagian cairan lain adalah berdasarkan kelompoknya:

1.        Kristaloid

Bersifat isotonik, maka efektif dalam mengisi sejumlah volume cairan

(volume expanders) ke dalam pembuluh darah dalam waktu yang singkat, dan

berguna pada pasien yang memerlukan cairan segera.

Contoh: Ringer-Laktat dan garam fisiologis.

Ringer-Laktat

Kegunaan:

22

keunggulan terpenting dari larutan Ringer Laktat adalah komposisi elektrolit dan

konsentrasinya yang sangat serupa dengan yang dikandung cairan ekstraseluler.

Natrium merupakan kation utama dari plasma darah dan menentukan tekanan

osmotik.Klorida merupakan anion utama di plasma darah.Kalium merupakan

kation terpenting di intraseluler dan berfungsi untuk konduksi saraf dan

otot.Elektrolit-elektrolit ini dibutuhkan untuk menggantikan kehilangan cairan

pada dehidrasi dan syok hipovolemik termasuk syok perdarahan.

Indikasi :

mengembalikan keseimbangan elektrolit pada keadaan dehidrasi dan syok

hipovolemik. Ringer laktat menjadi kurang disukai karena menyebabkan

hiperkloremia dan asidosis metabolik, karena akan menyebabkan penumpukan

asam laktat yang tinggi akibat metabolisme anaerob.

Kontraindikasi :

hipernatremia, kelainan ginjal, kerusakan sel hati, asidosis laktat.

2.        Koloid

Ukuran molekulnya (biasanya protein) cukup besar sehingga tidak akan

keluar dari membran kapiler, dan tetap berada dalam pembuluh darah, maka

sifatnya hipertonik, dan dapat menarik cairan dari luar pembuluh darah.

Contoh: albumin, HES dan steroid.

Albumin

Komposisi :

Albumin yang tersedia untuk keperluan klinis adalah protein 69-kDa yang

dimurnikan dari plasma manusia (cotoh: albumin 5%).

Kegunaan :

23

Albumin merupakan koloid alami dan lebih menguntungkan karena : volume yang

dibutuhkan lebih kecil, efek koagulopati lebih rendah, resiko akumulasi di dalam

jaringan pada penggunaan jangka lama yang lebih kecil dibandingkan starches

dan resiko terjadinya anafilaksis lebih kecil.

Indikasi :

Pengganti volume plasma atau protein pada keadaan syok hipovolemia,

hipoalbuminemia, atau hipoproteinemia, operasi, trauma, cardiopulmonary

bypass, hiperbilirubinemia, gagal ginjal akut, pancretitis, mediasinitis, selulitis

luas dan luka bakar. Pengganti volume plasma pada ARDS (Acute Respiratory

Distress Syndrome).Pasien dengan hipoproteinemia dan ARDS diterapi dengan

albumin dan furosemid yang dapat memberikan efek diuresis yang signifikan serta

penurunan berat badan secara bersamaan.

Kontraindikasi :

Gagal jantung, anemia berat.

HES (Hydroxyetyl Starches)

Komposisi :

Starches tersusun atas 2 tipe polimer glukosa, yaitu amilosa dan amilopektin.

Indikasi :

Penggunaan HES pada resusitasi post trauma dapat menurunkan permeabilitas

pembuluh darah, sehingga dapat menurunkan resiko kebocoran kapiler.

Kontraindikasi :

Cardiopulmonary bypass, dapat meningkatkan resiko perdarahan setelah operasi,

hal ini terjadi karena HES berefek antikoagulan pada dosis moderat (>20 ml/kg).

24

BAB IIIPENUTUP

A. Kesimpulan

a. Pemberian cairan pada bayi dan anak sakit diusahakan secara oral dan

pada keadaan yang tidak memungkinkan diberikan secara intravena.

b. Cairan intravena yang diberikan pada beberapa penyakit bayi dan

anak diantaranya adalah larutan kristaloid, koloid dan kombinasi

keduanya.

c. Prinsip terapi cairan intravena yaitu menggantikan cairan yang hilang

dengan menghitung cairan yang dibutuhkan yaitu: defisit + rumatan +

kehilangan cairan yang sedang berlangsung.

d. Pemilihan jenis, jumlah, cara dan lama pemberian cairan intravena

didasarkan atas beberapa parameter.

B. Saran

a. Diperlukan pengalaman dan pengetahuan yang baik dalam

memberikan cairan intravena pada bayi dan anak sakit yang

disesuaikan dengan kebutuhan.

b. Perhitungan pemberian cairan intravena agar dilakukan dengan teliti.

c. Diperlukan pengetahuan dan penguasan tentang sistem keseimbangan

cairan tubuh.

25

DAFTAR PUSTAKA

Potter dan Perry. 2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses

dan Praktik. Vol 2. Jakarta: EGC

Rocca, et.al. 1998. Seri Pedoman Praktis: Terapi Intravena. Edisi 2. Jakarta: EGC

Kozier, et al. 1995.Fundamental Of  Nursing: Concepts, process and practice 5th

edition. California : Addison- Wesley

Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif FKUI.2001. Penatalaksanaan Pasien Di

Intensif CareUnit. Jakarta: Sagung Seto

Hudak, et.,al. 1997. Keperawatan Kritis: Pendekatan Holistik. Vol. 1. Jakarta:

EGC

Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Vol. 1.

Jakarta: EGC

Laboratorium Ketrampilan Keperawatan  PSIK FK UGM. 2002. SKILLS  LAB:

Pendidikan Ketrampilan Keperawatan. Yogyakarta: PSIK FK UGM

Baranoski, S., et.al.2004.Nursing Prosedures.4th edition. USA: Lippincoth

William & Wilkins

Potter & Perry. 2005. Buku Saku: Ketrampilan & Prosedur Dasar. Edisi 5.

Jakarta: EGC

Price, et.al. 1995. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi 4.

Jakarta: EGC

Mansjoer, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2. Jakarta: Media

Aesculapius FK UI

Nurachmah, dkk. 2000. Buku Saku: Prosedur Keperawata Medikal Bedah.

Jakarta: EGC

Swearingen, P. et al. 2001. Seri Pedoman Praktis: Keseimbangan Cairan,

Elektrolit dan Asam Basa. Edisi 2. Jakarta: EGC

26