kasus medikolegal

18
BAB I DESKRIPSI KASUS Nama Peserta : dr. Adhi Hermawan Saputro Nama Wahana : RSUD Suradadi Kabupaten Tegal Topik : Depresi ( Kasus Jiwa ) Tanggal Kasus : 3 Februari 2016 Nama Pasien : Tn. A Usia : 25 Tahun Jenis Kelamin : Laki-laki Alamat : Surodadi Pendamping : dr. Layali 1

Upload: adhi-saputra

Post on 08-Jul-2016

15 views

Category:

Documents


10 download

DESCRIPTION

medikolegal

TRANSCRIPT

Page 1: KASUS MEDIKOLEGAL

BAB I

DESKRIPSI KASUS

Nama Peserta : dr. Adhi Hermawan Saputro

Nama Wahana : RSUD Suradadi Kabupaten Tegal

Topik : Depresi ( Kasus Jiwa )

Tanggal Kasus : 3 Februari 2016

Nama Pasien : Tn. A

Usia : 25 Tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Alamat : Surodadi

Pendamping : dr. Layali

1

Page 2: KASUS MEDIKOLEGAL

BAB II

KASUS

A. Identitas Pasien

Nama : Tn . W

Usia : 66 Tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Alamat : Sidoharjo

B. Masalah

Terjadi perdebatan di ICU RSUD Surodadi. Keluarga pasien di ICU

meminta untuk melihat rekam medis pasien. Keluarga mengatakan ada

saudaranya dari pihak medis yang mau melihat perkembangan dari pasien.

Namun dari pihak RS tidak memperbolehkan keluarga untuk meminjam rekam

medis karena itu rahasia dan melanggar hukum jika diberikan kepada yang

tidak berhak.

2

Page 3: KASUS MEDIKOLEGAL

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

1 DEFINISI FORENSIK KLINIK

Forensik Klinik adalah bagian dari ilmu kedokteran forensik yang mencakup

pemeriksaan forensik terhadap korban hidup dan investigasinya, kemudian aspek

medikolegal, juga psikopatologinya, dengan kata lain forensik klinik merupakan area

praktek medis yang mengintegrasikan antara peranan medis dan hukum.

2 PERAN FORENSIK KLINIK DALAM BIDANG HUKUM

UU KESEHATAN No. 23 TAHUN 1992

Pasal 70

(1) Dalam melaksanakan penelitian dan pengembangan dapat dilakukan bedah mayat

untuk penyelidikan sebab penyakit dan atau sebab kematian serta pendidikan tenaga

kesehatan.

(2) Bedah mayat hanya dapat dilakukan koleh tenaga kesehatan yang mempunyai

keahlian dan kewenangan untuk itu dan dengan memperhatikan norma yang berlaku

dalam masyarakat.

(3) Ketentuan mengenai bedah mayat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2)

ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

UU KESEHATAN No. 36 TAHUN 2009

Pasal 28

(1) Untuk kepentingan hukum, tenaga kesehatan wajib melakukan pemeriksaan kesehatan

atas permintaan penegak hukum dengan biaya ditanggung oleh negara.

(2) Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didasarkan pada kompetensi dan

kewenangan sesuai dengan bidang keilmuan yang dimiliki.

Pasal 121

(1) Bedah mayat klinis dan bedah mayat anatomis hanya dapat dilakukan oleh dokter

sesuai dengan keahlian dan kewenangannya.

(2) Dalam hal pada saat melakukan bedah mayat klinis dan bedah mayat anatomis

ditemukan adanya dugaan tindak pidana, tenaga kesehatan wajib melaporkan kepada

penyidik sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Pasal 122

3

Page 4: KASUS MEDIKOLEGAL

(1) Untuk kepentingan penegakan hukum dapat dilakukan bedah mayat forensik sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(2) Bedah mayat forensik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh dokter ahli

forensik, atau oleh dokter lain apabila tidak ada dokter ahli forensik dan perujukan ke

tempat yang ada dokter ahli forensiknya tidak dimungkinkan.

(3) Pemerintah dan pemerintah daerah bertanggung jawab atas tersedianya pelayanan

bedah mayat forensik di wilayahnya.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan bedah mayat forensik diatur dengan

Peraturan Menteri.

Pasal 124

Tindakan bedah mayat oleh tenaga kesehatan harus dilakukan sesuai dengan norma

agama, norma kesusilaan, dan etika profesi.

Pasal 150

(1) Pemeriksaan kesehatan jiwa untuk kepentingan penegakan hukum (visum et repertum

psikiatricum) hanya dapat dilakukan oleh dokter spesialis kedokteran jiwa pada fasilitas

pelayanan kesehatan.

(2) Penetapan status kecakapan hukum seseorang yang diduga mengalami gangguan

kesehatan jiwa dilakukan oleh tim dokter yang mempunyai keahlian dan kompetensi

sesuai dengan standar profesi.

II.2.2 UU Rumah Sakit

UU No 44 Tahun 2009

Pasal 37

(1) Setiap tindakan kedokteran yang dilakukan di Rumah Sakit harus mendapat

persetujuan pasien atau keluarganya.

(2) Ketentuan mengenai persetujuan tindakan kedokteran sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 38

(1) Setiap Rumah Sakit harus menyimpan rahasia kedokteran.

(2) Rahasia kedokteran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya dapat dibuka untuk

kepentingan kesehatan pasien, untuk pemenuhan permintaan aparat penegak hukum

dalam rangka penegakan hukum, atas persetujuan pasien sendiri, atau berdasarkan

ketentuan peraturan perundangundangan.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai rahasia kedokteran diatur dengan Peraturan Menteri.

4

Page 5: KASUS MEDIKOLEGAL

II.2.3 UU Praktek kedokteran

Pasal 46

1. Setiap dokter atau dokter gigi dalam menjalanka praktik kedokteran wajib

membuat rekam medis.

2. Rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus segera dilengkapi

setelah pasien selesai meneriman pelayanan kesehatan.

3. Setiap catatan rekam medis harus dibubuhi nama, waktu, dan tanda tangan

petugas yang memberikan pelayanan atau tindakan.

Pasal 47

1. Dokumen rekam medis sebagai mana dimaksud dalam Pasal 46 merupakan milik

dokter, dokter gigi, atau sarana pelayanan kesehatan, sedangkan isi rekam medis

merupakan milik pasien.

2. Rekam medis sebagaimana simaksudkan pada ayat (1) harus disimpan dan dijaga

kerahasiaannya oleh dokter atau dokter gigi dan pimpinan sarana pelayanan

kesehatan.

3. Ketentuan mengenai rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat

(2) diatur dengan Peraturan Menteri.

Menurut PERMENKES No: 269/MENKES/PER/III/2008 data-data yang harus

dimasukkan dalam Medical Record dibedakan untuk pasien yang diperiksa di unit rawat

jalan dan rawat inap dan gawat darurat. Setiap pelayanan baik di rawat jalan, rawat inap

dan gawat darurat dapat membuat rekam medis dengan data-data sebagai berikut:

1. Pasien Rawat Jalan

Data pasien rawat jalan yang dimasukkan dalam medical record sekurang-

kurangnya antara lain:

a. Identitas Pasien.

b. Tanggal dan waktu.

c. Anamnesis (sekurang-kurangnya keluhan, riwayat penyakit).

d. Hasil Pemeriksaan fisik dan penunjang medis.

e. Diagnosis.

f. Rencana penatalaksanaan.

g. Pengobatan dan atau tindakan.

h. Pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien.

i. Untuk kasus gigi dan dilengkapi dengan odontogram klinik.

j. Persetujuan tindakan bila perlu.

5

Page 6: KASUS MEDIKOLEGAL

2. Pasien Rawat Inap

Data pasien rawat inap yang dimasukkan dalam medical record sekurang-

kurangnya antara lain:

a. Identitas Pasien.

b. Tanggal dan waktu.

c. Anamnesis (sekurang-kurangnya keluhan, riwayat penyakit.

d. Hasil Pemeriksaan Fisik dan penunjang medis.

e. Diagnosis.

f. Rencana penatalaksanaan.

g. Pengobatan dan atau tindakan.

h. Persetujuan tindakan bila perlu.

i. Catatan obsservasi klinis dan hasil pengobatan.

j. Ringkasan pulang (discharge summary).

k. Nama dan tanda tangan dokter, dokter gigi atau tenaga kesehatan tertentu yang

memberikan pelayanan ksehatan.

l. Pelayanan lain yang telah diberikan oleh tenaga kesehatan tertentu.

m. Untuk kasus gigi dan dilengkapi dengan odontogram klinik.

3. Ruang Gawat Darurat

Data pasien rawat inap yang harus dimasukkan dalam medical record sekurang-

kurangnya antara lain:

a. Identitas Pasien.

b. Kondisi saat pasien tiba di sarana pelayanan kesehatan.

c. Identitas pengantar pasien.

d. Tanggal dan waktu.

e. Hasil Anamnesis (sekurang-kurangnya keluhan, riwayat penyakit).

f. Hasil Pemeriksaan Fisik dan penunjang medis.

g. Diagnosis.

h. Pengobatan dan/atau tindakan.

i. Ringkasan kondisi pasien sebelum meninggalkan pelayanan unit gawat darurat

dan rencana tindak lanjut.

j. Nama dan tanda tangan dokter, dokter gigi atau tenaga kesehatan tertentu yang

memberikan pelayanan kesehatan.

k. Sarana transportasi yang digunakan bagi pasien yang akan dipindahkan ke sarana

pelayanan kesehatan lain.

l. Pelayanan lain yang telah diberikan oleh tenaga kesehatan tertentu.

6

Page 7: KASUS MEDIKOLEGAL

Data-data rekam medis diatas dapat ditambahkan dan dilengkapi sesuai

kebutuhan yang ada dalam palayanan kesehatan

II.3 DEFINISI REKAM MEDIS

Dalam penjelasan undang undang Republik Indonesia Nomor 29 tahun 2004

tentang praktek kedokteran pasal 46 ayat (1), yang dimaksud dengan rekam medis adalah

berkas yang berisi catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan,

pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien.

Berdasarkan Permenkes RI No. 749A/Menkes/Per/XII/1989 tentang rekam medis

dijelaskan bahwa rekam medis adalah berkas yang berisi catatan dan dokumen tentang

identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain kepada pasien

pada pelayanan kesehatan.

Berdasarkan Permenkes RI No.269/Menkes/Per/III/2008 tentang rekam medis,

rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien,

pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada

pasien. Rekam medis harus dibuat secara tertulis, lengkap dan jelas atau secara

elektronik.

Menurut pernyataan IDI tentang rekam medis, rekam medis/ kesehatan adalah

rekaman dalam bentuk tulisan atau gambar aktivitas pelayanan yang diberikan oleh

pemberi pelayanan medis/kesehatan kepada seorang pasien yang meliputi identitas

lengkap pasien, catatan tentang penyakit ( diagnosis, terapi dan pengamatan perjalanan

penyakit), catatan dari pihak ketiga, hasil pemeriksaan laboratorium, foto roentgen,

pemeriksaan USG dan lainnya serta resume.

II.3.1 Dasar Hukum Rekam Medis

Undang undang Republik Indonesia No. 29 tahun 2004 tentang praktek

kedokteran pasal 46 menyebutkan bahwa:

1. Setiap dokter atau dokter gigi dalam menjalankan praktek kedokteran wajib

membuat rekam medis.

2. Rekam medis sebagaimana yang dimaksud pada ayat 1 harus segera dilengkapi

setelah pasien selesai menerima pelayanan kesehatan.

Tidak jauh berbeda dengan undang undang praktek kedokteran, Permenkes No.269

tahun 2008 juga mengatur tentang penyelenggaraan rekam medis. Dalam Pasal 5

dinyatakan bahwa:

7

Page 8: KASUS MEDIKOLEGAL

1. Setiap dokter atau dokter gigi dalam menjalankan praktik kedokteran wajib

membuat rekam medis.

2. Rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus segera dilengkapi

setelah pasien menerima pelayanan kesehatan.

3. Pembuatan rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan

melalui pencatatan dan pendokumentasian hasil pemeriksaan, pengobatan,

tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien.

SK PB IDI No. 315/PB/A.4/88 dalam butir 3 menyebutkan bahwa “Rekam medis

/ kesehatan harus dibuat segera dan dilengkapi seluruhnya paling lambat 48 jam setelah

pasien pulang atau meninggal”. Rekam medis / kesehatan harus ada untuk

mempertahankan kualitas pelayanan profesional yang tinggi, untuk melengkapi

kebutuhan informasi locum tennens, untuk kepentingan dokter pengganti yang

meneruskan perawatan pasien, untuk referensi masa datang, serta diperlukan karena

adanya hak untuk melihat dari pasien. Untuk itu, rekam medis /kesehatan wajib ada di

RS, Puskesmas atau balai kesehatan dan praktik dokter pribadi atau praktik berkelompok.

Apabila terjadi kesalahan dalam melakukan pencatatan pada rekam medis, berkas

dan catatan tidka boleh dihilangkan atau dihapus dengan cara apapun. Perubahan catatan

atau kesalahan dalam rekam medis hanya dapat dilakukan dengan pencoretan dan

dibubuhi paraf petugas yang bersangkutan. Hal ini sesuai dengan penjelasan UU Praktik

kedokteran Pasal 46 ayat (2) dan PERMENKES No. 69 Tahun 2008 Pasal 5 ayat (5) dan

(6).

II.3.2 Kegunaan Rekam Medis

Kegunaan rekam medis menurut Permenkes No.269 Tahun 2008 adalah sebagai

berikut :

a. Sebagai dasar evaluasi pemeliharaan kesehatan dan pengobatan pasien selama

dalam perawatan.

b. Sebagai bahan pembuktian dalam proses penegakan hukum, disiplin kedokteran

dan kedokteran gigi dan penegakan etika kedokteran dan etika kedokteran gigi.

c. Bahan untuk kepentingan penelitian dan pendidikan.

d. Sebagai dasar pembayaran biaya pelayanan kesehatan.

e. Sebagai bahan untuk menyiapkan statistik kesehatan.

Pemanfaatan rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c yang

menyebutkan identitas pasien harus mendapat persetujuan secara tertulis dari pasien atau

ahli warisnya dan harus dijaga kerahasiaannya.

8

Page 9: KASUS MEDIKOLEGAL

BABIII

TATA CARA PENYELENGGARAAN

Pasal 5

(1)Setiap dokter atau dokter gigi dalam menjalankan praktik kedokteran wajib

membuat rekam medis.

(2)Rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dibuat segera dan

dilengkapi setelah pasien menerima pelayanan.

(3)Pembuatan rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan

melalui pencatatan dan pendokumentasian hasil pemeriksaan pengobatan,

tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien.

(4)Setiap pencatatan ke dalam rekam medis harus dibubuhi nama, waktu, dan

tanda tangan dokter, dokter gigi, atau tenaga kesehatan tertentu yang

memberikan pelayanan kesehatan secara langsung.

(5)Dalam hal terjadi kesalahan dalam melakukan pencatatan pada rekam medis

dapat dilakukan pembetulan.

(6)Pembetuan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) hanya dapat dilakukan

dengan cara pencoretan tanpa menghilangkan catatan yang dibetulkan dan

dibubuhi paraf dokter, dokter gigi, atau tenaga kesehatan tertentu yang

bersangkutan.

Pasal 6

Dokter, dokter gigi, dan/atau tenaga kesehatan tertentu bertanggungjawab atas

catatan dan/atau dokumen yang dibuat pada rekam medis.

Pasal 7

Sarana pelayanan kesehatan wajib menyediakan fasilitas yang diperlukan

dalam rangka penyelenggaraan rekam medis.

BABIV

PENYIMPANAN, PEMUSNAHAN, DAN KERAHASIAAN

Pasal 8

(1)Rekam medis pasien rawat inap di rumah sakit wajib disimpan sekurang-

kurangnya untuk jangka waktu 5 (lima) tahun terhitung dari tanggal terakhir

pasien berobat atau dipulangkan.

9

Page 10: KASUS MEDIKOLEGAL

(2)Setelah batas waktu 5 (lima) tahun sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilampaui, rekam medis dapat dimusnahkan, kecuali ringkasan pulang dan

persetujuan tindakan medik.

(3)Ringkasan pulang dan persetujuan tindakan medik sebagaimana dimaksud

pada ayat (2) harus disimpan untuk jangka waktu 10 (sepuluh) tahun terhitung

dari tanggal dibuatnya ringkasan tersebut.

(4)Penyimpanan rekam medis dan ringkasan pulang sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) dan ayat (3) dilaksanakan oleh petugas yang ditunjuk oleh

pimpinan sarana pelayanan kesehatan.

Pasal 9

(1)Rekam medis pada sarana pelayanan kesehatan non rumah sakit wajib

disimpan sekurang-kurangnya untuk jangka waktu 2 (dua) tahun terhitung dari

tanggal terakhir pasien berobat.

(2)Setelah batas waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilampaui, rekam

medis dapat dimusnahkan.

Pasal 10

(1)Informasi tentang identitas diagnosis, riwayat penyakit, riwayat

pemeriksaan dan riwayat pengobatan pasien harus dijaga kerahasiaannya oleh

dokter, dokter gigi, tenaga kesehatan tertentu, petugas pengelola dan pimpinan

sarana pelayanan kesehatan.

(2)Informasi tentang identitas, diagnosis, riwayat penyakit, riwayat

pemeriksaan, dan riwayat pengobatan dapat dibuka dalam hal:

a.untuk kepentingan kesehatan pasien;

b.memenuhi permintaan aparatur penegak hukum dalam rangka penegakan

hukum atas perintah pengadilan;

c.permintaan dan/atau persetujuan pasien sendiri;

d.permintaan institusi/lembaga berdasarkan ketentuan perundang-undangan;

dan

e.untuk kepentingan penelitian, pendidikan, dan audit medis, sepanjang tidak

menyebutkan identitas pasien;

(3)Permintaan rekam medis untuk tujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

harus dilakukan secara tertulis kepada pimpinan sarana pelayanan kesehatan.

10

Page 11: KASUS MEDIKOLEGAL

Pasal 11

(1)Penjelasan tentang isi rekam medis hanya boleh dilakukan oleh dokter atau

dokter gigi yang merawat pasien dengan izin tertulis pasien atau berdasarkan

peraturan perundang-undangan.

(2)Pimpinan sarana pelayanan kesehatan dapat menjelaskan isi rekam medis

secara tertulis atau langsung kepada pemohon tanpa izin pasien berdasarkan

peraturan perundang-undangan.

BABV

KEPEMILIKAN, PEMANFAATAN DAN TANGGUNG JAWAB

Pasal 12

(1)Berkas rekam medis milik sarana pelayanan kesehatan.

(2)Isi rekam medis merupakan milik pasien.

(3)Isi rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dalam bentuk

ringkasan rekam medis.

(4)Ringkasan rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat

diberikan. dicatat, atau dicopy oleh pasien atau orang yang diberi kuasa atau

atas persetujuan tertulis pasien atau keluarga pasren yang berhak untuk itu.

Pasal 13

(1)Pemanfaatan rekam medis dapat dipakai sebagai:

a.pemeliharaan kesehatan dan pengobatan pasien;

b.alat bukti dalam proses penegakan hukum, disiplin kedokteran, dan

kedokteran gigi dan penegakkan etika kedokteran dan etika kedokteran gigi;

c.keperluan pendidikan dan penelitian;

d.dasar pembayar biaya pelayanan kesehatan; dan

e.data statistik kesehatan.

(2)Pemanfaatan rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c

yang menyebutkan identitas pasien harus mendapat persetujuan secara tertulis

dari pasien atau ahli warisnya dan harus dijaga kerahasiaannya.

(3)Pemanfaatan rekam medis untuk keperluan pendidikan dan penelitian tidak

diperlukan persetujuan pasien, bila dilakukan untuk kepentingan negara.

Pasal 14

11

Page 12: KASUS MEDIKOLEGAL

Pimpinan sarana pelayanan kesehatan bertanggung jawab atas hilang, rusak,

pemalsuan, dan/atau penggunaan oleh orang atau badan yang tidak berhak

terhadap rekam medis.

BABVI

PENGORGANISASIAN

Pasal 15

Pengelolaan rekam medis dilaksanakan sesuai dengan organisasi dan tata kerja

sarana pelayanan kesehatan.

BABVII

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Pasal 16

(1)Kepala Dinas Kesehatan Propinsi, Kepala Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota, dan organisasi profesi terkait melakukan pembinaan dan

pengawasan pelaksanaan peraturan ini sesuai dengan tugas dan fungsi masing-

masing.

(2)Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diarahkan

untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan.

Pasal 17

(1)Dalam rangka pembinaan dan pengawasan, Menteri, Kepala Dinas

Kesehatan Propinsi, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, dapat

mengambil tindakan administratif sesuai dengan kewenangannya masing-

masing.

(2)Tindakan administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa

teguran lisan, teguran tertulis sampai dengan pencabutan izin.

BABVIII

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 18

Dokter, dokter gigi, dan sarana pelayanan kesehatan harus menyesuaikan

dengan ketentuan sebagaimana diatur dalam Peraturan ini paling lambat 1

(satu) tahun terhitung sejak tanggai ditetapkan.

12