kasus gigi

21
BAB I PENDAHULUAN Penyakit infeksi yang menyerang jaringan pendukung gigi merupakan penyakit serius, dan apabila tidak dilakukan perawatan yang tepat dapat mengakibatkan kehilangan gigi. Hal ini berdampak pada fungsi pengunyahan dan penampilan seseorang. Salah satu infeksi jaringan pendukung gigi adalah gingivitis. Gingivitis merupakan suatu kelainan pada jaringan periodontal yang sering ditemukan pada masyarakat umum. Penderita tidak menyadari bahwa terdapat kelainan pada jaringan gingivanya, disebabkan oleh kurangnya pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut, serta belum pernah dilaporkan kasus kematian akibat gingivitis. Gingivitis adalah peradangan gusi tanpa merusak jaringan pendukung. Penderita gingivitis jarang mengeluh adanya rasa sakit sehingga kurang mendapatkan perhatian. Apabila dibiarkan tanpa perawatan yang baik 1

Upload: eka-setiyani

Post on 12-Jan-2017

95 views

Category:

Health & Medicine


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: kasus gigi

BAB I

PENDAHULUAN

Penyakit infeksi yang menyerang jaringan pendukung gigi merupakan

penyakit serius, dan apabila tidak dilakukan perawatan yang tepat dapat

mengakibatkan kehilangan gigi. Hal ini berdampak pada fungsi pengunyahan dan

penampilan seseorang. Salah satu infeksi jaringan pendukung gigi adalah

gingivitis. Gingivitis merupakan suatu kelainan pada jaringan periodontal yang

sering ditemukan pada masyarakat umum. Penderita tidak menyadari bahwa

terdapat kelainan pada jaringan gingivanya, disebabkan oleh kurangnya

pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut, serta belum pernah dilaporkan

kasus kematian akibat gingivitis.

Gingivitis adalah peradangan gusi tanpa merusak jaringan pendukung.

Penderita gingivitis jarang mengeluh adanya rasa sakit sehingga kurang

mendapatkan perhatian. Apabila dibiarkan tanpa perawatan yang baik dan benar,

makan dapat berlanjut menjadi periodontitis. Gingivitis yang ditanggulangi

dengan baik akan mempengaruhi kesehatan gigi dan mulut secara keseluruhan.

Perawatan utama yang dilakukan pada gingivitis yaitu menghilangkan etiologi

serta faktor lokal, serta pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut sebaik mungkin.

1

Page 2: kasus gigi

BAB II

DESKRIPSI KASUS

I. IDENTITAS PENDERITA

Nama : An. YK

Jenis Kelamin : Perempuan

Umur : 7 tahun

Alamat : Bougenvile 12 RT 6 RW 1, Kelurahan Sukarame

Pekerjaan : Pelajar

No.Cm : 90.48.111.02

Tanggal Periksa : 16 Oktober 2015

II. KELUHAN SUBJEKTIF/ANAMNESIS

Autoanamnesis dengan pasien dilakukan pada tanggal 16 Oktober 2015,

pukul 11.00 WIB

1. Keluhan utama : gusi pada geraham kanan bawah bengkak,

sakit, dan berdarah ketika pasien menggosok gigi

2. Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien datang ke Puskesmas

Pandanaran Semarang dengan keluhan gusi pada geraham kanan bawah

bengkak, sakit, dan berdarah ketika pasien menggosok gigi sejak 1 minggu

yang lalu. Pasien belum melakukan pengobatan sebelumnya

3. Riwayat Penyakit Dahulu

- Riwayat Penyakit Gigi dan Mulut:

Pasien belum pernah mengalami keluhan pada gigi dan mulut

2

Page 3: kasus gigi

- Sistemik :

Riwayat alergi : disangkal

4. Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat keluhan serupa : disangkal

Riwayat alergi : disangkal

Riwayat hipertensi : disangkal

Riwayat diabetes mellitus : disangkal

5. Riwayat Sosial Ekonomi

Kesan ekonomi cukup

6. Riwayat Kebiasaan

Kebiasaan menggosok gigi 1xsehari ketika pagi hari

III. PEMERIKSAAN OBJEKTIF

1. Keadaan Umum

Kesadaran : Compos mentis

Keadaan Gizi : Baik

2. Status Present

Berat badan : tidak diukur

Tekanan darah : 110/70 mmHg

Nadi : 86 kali/menit

RR : 28 kali/menit

3. Extra Oral

Pipi : Simetris

Bibir : Tidak ada kelainan

3

Page 4: kasus gigi

Wajah : Tidak ada kelainan

Kel.Limfe sub mandibula

- Kanan : Tidak ada pembesaran kelenjar

- Kiri : Tidak ada pembesaran kelenjar

3 Intra Oral

a. Jaringan Lunak

1. Mucosa : Tidak ada kelainan

2. Lidah : Tidak ada kelainan

3. Gingiva : edem, hiperemis pada gingiva rahang

kanan bawah ( disekitar gigi 8.5)

4. Palatum : Tidak ada kelainan

b. Jaringan Keras

1. Tulang rahang/ alveolus : Tidak ada kelainan, tepi berbatas tegas

2. Gigi Geligi

Inspeksi : plak

Sondage : Caries profunda, (-)

Palpasi : (-)

Perkusi : (-)

Tekanan : (-)

Thermal Test : (-)

IV. ORAL HYGIENE

Kurang, karena banyak plak

V. DIAGNOSA KELUHAN UTAMA

4

Page 5: kasus gigi

Gingivitis

VI. RENCANA THERAPI/ TREATMENT PLANNING

Diberikan antibiotik (amoxicillin)

Diberikan analgesik (paracetamol)

VII. EDUKASI

Menjaga kebersihan mulut dan gigi dengan menggosok gigi minimal 2

kali sehari, terutama setelah makan dan sebelum tidur

Disarankan ke dokter gigi untuk dilakukan perawatan berupa scaling

Kontrol ke dokter gigi setiap 6 bulan sekali

5

Page 6: kasus gigi

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

I. GINGIVITIS

Gingivitis dapat didefinisikan sebagai adanya peradangan pada

jaringan gingiva yang mengelilingi gigi, tanpa adanya kehilangan tulang secara

radiografis. Peradangan atau inflamasi ditandai dengan adanya tumor

(pembengkakan), kalor (perubahan suhu menjadi meningkat/panas), rubor (rasa

sakit), dan dolor (kemerahan). Perubahan patologi pada gingivitis terkait

dengan kehadiran mikroorganisme pada sulkus gingiva. Organisme ini

memiliki kemampuan untuk mensintesa produk-produk (seperti kolagenase,

hyalurodinase, protease, dan sebagainya) yang menyebabkan kerusakan pada

sel epitel dan jaringan ikat.

Keradangan gingiva hampir selalu dihubungkan dengan adanya akumulasi

plak yang terdapat pada atau dekat dengan marginal gingiva, ataupun kalkulus

(plak yang sudah termineralisasi). Keradangan gingiva biasanya disebabkan

oleh kebersihan mulut yang buruk. Kebersihan mulut adalah prosedur untuk

menjaga kesehatan rongga mulut, antara lain dengan menyikat gigi dan

melakukan pemeriksaan rutin ke dokter gigi. Keradangan gingiva dapat diatasi

dengan membersihkan plak gigi secara efektif dengan menjaga kesehatan

mulut.

6

Page 7: kasus gigi

II. ETIOLOGI GINGIVITIS

Gingivitis yang terjadi terkait dengan formasi plak gigi merupakan bentuk

penyakit gingival yang paling umum terjadi. Plak yang menginduksi terjadinya

penyakit gingival adalah hasil interaksi dengan mikroorganisme yang

ditemukan di biofilm plak gigi dan jaringan, dan sel inflamasi host. Interaksi

plak-host ini dapat dipengaruhi oleh efek faktor local, faktor sistemik, ataupun

keduanya, medikasi, dan malnutrisi yang dapat mempengaruhi keparahan dan

durasi respon yang terjadi.

III. PLAK GIGI

Plak gigi merupakan deposit lunak yang membentuk biofilm, menempel

ke permukaan gigi atau permukaan keras lainnya pada kavitas oral, area

supragingiva terutama sepertiga gingival dan subgingiva terutama pada

permukaan yang kasar, berlubang atau tepi restorasi yang overhanging. Plak

gigi berwarna putih keabu-abuan, kuning, dan memiliki penampakan globular.

Menurut posisinya, pada permukaan gigi, plak diklasifikasikan menjadi

plak supragingiva dan plak subgingiva. Plak supragingiva berada pada atau

diatas bagian yang berbatasan dengan tepi gingival. Plak supragingiva yang

yang langsung berkontak pada tepi gingival disebut sebagai plak margin. Plak

subgingiva berada dibawah tepi gingival, diantara gigi dengan jaringan sulkus

gingival.

Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi plak dan pH plak, bakteri

(Streptococcus mutans), area kontak retensi plak misalnya restorasi yang

overhanging dan over-contour, ketebalan plak, buffer saliva, aliran saliva,

7

Page 8: kasus gigi

fluoride, dan frekuensi mengkonsumsi karbohidrat. Beberapa faktor diketahui

juga dapat mempengaruhi akumulasi plak, antara lain: gigi berjejal, permukaan

yang kasar, area yang sulit dibersihkan, gigi berada diluar oklusi, serta

multiplikasi bakteri.

Plak gigi ini terlihat pada permukaan gigi setelah 1-2 hari tidak melakukan

pembersihan pada mulut. Pergerakan jaringan dan pergeseran materi makanan

pada permukaan gigi pada saat mengunyah mengakibatkan pembuangan plak

secara mekanik pada dua pertiga bagian koronal gigi, sehingga plak secara

spesifik terlihat pada sepertiga bagian gingival.

Lokasi dan kecepatan pembentukan plak berbeda-beda pada setiap

individu, tergantung dari kebersihan mulut, makanan yang dikonsumsi, faktor-

faktor yang berasal dari tubuh inang, seperti komposisi dan aliran saliva.

Pembentukan plak terjadi melalui tiga fase, yaitu pembentukan pelikel gigi,

kolonisasi awal bakteri pada permukaan gigi, kolonisasi sekunder dan maturasi

plak.

Permukaan di dalam mulut ditutupi oleh glikoprotein saliva. Terjadi

pertukaran hidroksiapatit email dengan glikoprotein saliva, diikuti dengan

penguncian (interlocking) antara kristal-kristal anorganik dan masuk ke tubulus

dentin sehingga terbentuklah pelikel. Pelikel mengandung substrat yang

merupakan tempat bacteria disekitarnya dapat melekat. Pelikel dengan

substratnya pada permukaan benda keras yang tidak terlindung, menyebabkan

bacteria secara progresif terakumulasi dan membentuk plak.

8

Page 9: kasus gigi

Hanya dalam beberapa jam, bakteri dapat ditemukan melekat pada pelikel.

Bakteri-bakteri ini melekat ke pelikel melalui adesin, yaitu molekul spesifik

yang ada pada permukaan sel bakteri. Adesin ini akan berinteraksi dengan

reseptor dalam pelikel gigi membuat masa plak menjadi matang, sehingga

terjadilah transisi dari lingkungan awal aerobic (dimana banyak ditemukan

spesies fakultatif gram positif) ke lingkungan anaerobic (dimana banyak

ditemukan spesies anaerob gram negatif).

Kolonisasi sekunder terbentuk dari bakteri yang pada awal kolonisasi tidak

menempati permukaan gigi yang bersih. Bakteri-bakteri ini termasuk

Prevotella intermadia, Prevotella loescheii, Capnocytophaga spp.,

Fusobacterium nucleatum dan Porphyromonas gingivalis. Mikroorganisme ini

melekat pada bakteri yang telah melekat pada masa plak (koagregasi). Pada

fase ini juga terjadi proses maturasi plak bakteri secara bersamaan.

IV. KLASIFIKASI GINGIVITIS

Berdasarkan durasi dan keparahannya, gingivitis dibagi menjadi gingivitis

akut, gingivitis rekuren, dan gingivitis kronis. Gingivitis muncul tiba-tiba,

durasinya pendek, serta disertai rasa sakit. Gingivitis rekuren adalah gingivitis

yang muncul kembali setelah disembuhkan melalui perawatan atau hilang

secara spontan. Gingivitis kronis muncul perlahan, durasinya panjang, dan

tanpa disertai rasa sakit, kecuali jika terjadi komplikasi eksaserbasi akut.

Berdasarkan distribusinya, gingivitis dibagi mejnadi localized marginal

gingivitis dimana distribusinya terbatas pada satu area atau lebih pada marginal

gingival, localized diffuse gingivitis dimana perluasan distribusinya terbatas

9

Page 10: kasus gigi

dari marginal gingival ke mucobuccal fold, localized papillary gingivitis

dimana distribusinya terbatas pada satu area atau lebih dari interdental

gingival, generalized marginal gingivitis dimana distribusinya melibatkan

marginal gingival pada semua gigi yang berhubungan, serta generalized diffuse

gingivitis dimana distribusinya melibatkan seluruh gingiva.

V. PATOGENESIS GINGIVITIS

Secara klinis, penyakit periodontal dimulai dengan adanya peradangan

jaringan gingival disekitar leher gigi dan warnanya menjadi lebih merah

daripada jaringan gingival sehat. Peradangan jaringan gingival ditandai juga

dengan adanya perdarahan spontan atau perdarahan sering saat menyikat gigi.

Gingivitis jika tidak dirawat akan menimbulkan kerusakan jaringan yang

lebih dalam. Proses terjadinya gingivitis dibagi mejadi 4 tahap, yaitu tahap I

(lesi inisiasi), tahap II (lesi awal), tahap III (lesi terbentuk), dan tahap IV (lesi

advanced/meluas).

Manifestasi awal dari adanya inflamasi gingival adalah perubahan vascular

yang terdiri dari dilatasi kapiler dan peningkatan aliran darah. Perubahan

inflamasi awal ini terjadi sebagai respon dari aktivasi leukosit terhadap

microbial dan stimulasi sel endotel. Secara klinis, respon awal gingival

terhadap plak bacterial (gingivitis subklinis) tidak terlihat. Lesi inisial ini

terjadi 2-4 hari setelah stimulus microbial. Perubahan ini terjadi pada

gingivitis tahap I.

Seiring berjalannya waktu, gambaran klinis berupa eritema mulai muncul

sebagai akibat dari proliferasi vascular, serta terjadi perdarahan saat probing.

10

Page 11: kasus gigi

Lesi awal ini terjadi 4-7 hari setelah stimulus microbial. Pada gingivitis tahap

III, pembuluh darah menjadi engorged dan congested, tidak terjadi arus balik

dari pembuluh vena, dan aliran darah menjadi terhambat, sehingga

mengakibatkan gingival anoxemia yang terlihat seperti warna kebiruan pada

gingival yang memerah. Lesi ini terbentuk pada hari 14-21 setelah stimulus

microbial. Pada tahap lesi advanced, lesi telah meluas hingga ke tulang

alveolar dan mengarah ke kerusakan periodontal.

VI. GAMBARAN KLINIS GINGIVITIS

Dalam mengevaluasi tanda-tanda klinis gingivitis, kita harus

sistematis, dimulai dari warna, kontur, konsistensi, posisi, derajat keparahan

perdarahan dan rasa sakit. Gejala awal dari inflamasi gingival yang mengarah

ke terjadinya gingivitis adalah peningkatan produksi gingival crevicular fluid

dan perdarahan pada sulkus gingival dengan probing perlahan. Perdarahan

gingival bervariasi keparahannya, durasi, dan kecepatannya untuk berhenti.

Perdarahan dengan probing terjadi lebih awal dibanding perubahan warna dan

tanda-tanda visual yang lain pada inflamasi. Karakteristik dari keradangan

gingival atau gingivitis adalah adanya perubahan warna dari merah muda

(coral pink) menjadi merah, dan lama kelamaan bisa menjadi merah kebiruan,

adanya perubahan bentuk gingival dari awalnya bentuk tipis dengan batas

tajam menjadi edema dan bengkak pada papilla interdental, perubahan pada

posisi gingival dengan pembengkakan tepi gingival yang mendekati/terletak

pada tonjolan mahkota, perubahan tekstur permukaan menjadi mengkilat,

kehilangan bentuk gingival yang bergelombang, kehilangan interdental

11

Page 12: kasus gigi

groove dan free marginal groove, serta terjadi perdarahan pada tekanan

ringan sampai spontan, atau timbulnya eksudat supuratif melalui orifis

gingival.

VII. PENATALAKSANAAN GINGIVITIS

Eliminasi semua faktor iritasi lokal dan penyebabnya.

Scaling dan curettage.

Plaque control :

o Teknik menyikat gigi.

o Flossing.

o Interdental stimulation.

o Frequent recall visits.

12

Page 13: kasus gigi

BAB IV

PEMBAHASAN

Pasien datang ke Puskesmas Pandanaran Semarang dengan keluhan gusi

pada geraham kanan bawah bengkak, sakit, dan berdarah ketika menyikat gigi

sejak 1 minggu yang lalu. Pasien belum minum obat apapun.

Hasil pemeriksaan keadaan umumnya, kesehatan pasien masih dalam

batas normal, dan tidak didapatkan penyakit sistemik. Pemeriksaan eksta oral

pada pipi, bibir, wajah, dan kelenjar submandibula tidak ditemukan kelainan. Pada

pemeriksaan intra oral jaringan lunak seperti mukosa, mulut, lidah, dan palatum

dalam batas normal, namun ginggiva pada rahang kanan bawah bengkak, dan

hiperemis. Hiegene oral pada pasien termasuk kurang karena terdapat banyak

plak.

Dari hasil anamnesa dan pemeriksaan fisik gigi dan mulut maka

disimpulkan pasien tersebut menderita gingivitis. Adapun terapi yang diberikan

adalah antibiotic dan analgetik, serta dirujuk ke dokter gigi untuk dilakukan

pembersihan plak.

13

Page 14: kasus gigi

BAB V

KESIMPULAN

Gingivitis merupakan suatu peradangan yang terjadi pada gingival

yang disebabkan oleh faktor local dan sistemik. Perawatan dari gingival

meliputi tiga komponen yaitu kontrol plak adekuat, menghilangkan plak

dan kalkulus, dan memperbaiki faktor-faktor retensi plak. Ketiga

perawatan ini saling berhubungan. Pembersihan plak tidak dapat dilakukan

sebelum faktor-faktor retensi plak diperbaikim membuat mulut bebas plak

ternyata tidak memberikan manfaat bila tidak dilakukan upaya untuk

mencegah rekurensi deposit plak.

14

Page 15: kasus gigi

DAFTAR PUSTAKA

1. Bahan Kuliah Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut, Fakultas Kedokteran

Universitas Diponegoro, Semarang, Edisi 2005

2. Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut. 2007. Universitas Diponegoro

3. Riyanti, Eriska. Penatalaksanaan Terkini Gingivitis Kronis pada Anak.

Bagian Kedokteran Gigi Anak. Fakultas Kedokteran Gigi Universitas

Padjadjaran

4. Putri, DA. 2012. Makalah Gingivitis. Fakultas Kedokteran Gigi.

Universitas Baiturrahmah. Padang

15