kaki diabetik dicha

25
BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Masalah Diantara penyakit degeneratif atau penyakit tidak menular yang akan meningkat jumlahnya di masa mendatang adalah diabetes mellitus. 1 Faktor herediter biasanya memainkan peranan besar dalam menentukan pada siapa diabetes akan berkembang dan pada siapa diabetes tidak berkembang, diman faktor herediter seringkali menyebabkan timbulnya diabetes melalui peningkatan kerentanan sel-sel beta terhadap penghancuran oleh virus atau mempermudah perkembangan antibodi autoimun melawan sel-sel beta, jadi juga mengarah kepada penghancuran sel-sel beta. Pada keadaan lain, kelihatannya ada kecenderungan sederhana dari faktor herediter terhadap degenerasi sel beta. 2 Pada sebagian besar kasus, diabetes mellitus disebabkan oleh berkurangnya sekresi insulin oleh sel-sel beta Langerhans. 2 Penyakit Diabetes Mellitus (DM) sering disebut the great imitator karena penyakit ini dapat mengenai semua organ tubuh

Upload: nur-shabrina-fahmi-skakxiia

Post on 11-Jan-2016

13 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

..

TRANSCRIPT

Page 1: Kaki Diabetik Dicha

BAB I

PENDAHULUAN

I. 1. Latar Belakang Masalah

Diantara penyakit degeneratif atau penyakit tidak menular yang akan meningkat

jumlahnya di masa mendatang adalah diabetes mellitus. 1

Faktor herediter biasanya memainkan peranan besar dalam menentukan pada siapa

diabetes akan berkembang dan pada siapa diabetes tidak berkembang, diman faktor herediter

seringkali menyebabkan timbulnya diabetes melalui peningkatan kerentanan sel-sel beta

terhadap penghancuran oleh virus atau mempermudah perkembangan antibodi autoimun

melawan sel-sel beta, jadi juga mengarah kepada penghancuran sel-sel beta. Pada keadaan

lain, kelihatannya ada kecenderungan sederhana dari faktor herediter terhadap degenerasi sel

beta. 2

Pada sebagian besar kasus, diabetes mellitus disebabkan oleh berkurangnya sekresi

insulin oleh sel-sel beta Langerhans. 2

Penyakit Diabetes Mellitus (DM) sering disebut the great imitator karena penyakit ini

dapat mengenai semua organ tubuh seperti otak (stroke), ginjal (gagal ginjal), jantung, mata,

kaki (gangren diabetik). Gejala DM dapat timbul perlahan-lahan sehingga pasien tidak

menyadari adanya perubahan pada dirinya seperti minum menjadi lebih banyak (polidipsi),

buang air kecil lebih sering (poliuri), makan lebih banyak (polifagi) ataupun berat badan

menurun tanpa sebab yang jelas. 3,4

Menurut catatan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), pada tahun 1996 di dunia

terdapat 120 juta penderita diabetes mellitus yang diperkirakan naik dua kali lipat pada tahun

Page 2: Kaki Diabetik Dicha

2025. Kenaikan ini disebabkan oleh pertambahan umur, kelebihan berat badan (obesitas), dan

gaya hidup. 5

Salah satu komplikasi menahun dari DM adalah kelainan pada kaki yang disebut

sebagai kaki diabetik. Menurut dr Sapto Adji H SpOT dari bagian bedah ortopedi Rumah

Sakit Internasional Bintaro (RSIB), komplikasi yang paling sering dialami pengidap diabetes

adalah komplikasi pada kaki (15 persen) yang kini disebut kaki diabetes. 6,7,8

Di negara berkembang prevalensi kaki diabetik didapatkan jauh lebih besar

dibandingkan dengan negara maju yaitu 2-4%, prevalensi yang tinggi ini disebabkan kurang

pengetahuan penderita akan penyakitnya, kurangnya perhatian dokter terhadap komplikasi ini

serta rumitnya cara pemeriksaan yang ada saat ini untuk mendeteksi kelainan tersebut secara

dini. 9

Pengelolaan kaki diabetes mencakup pengendalian gula darah, debridemen/membuang

jaringan yang rusak, pemberian antibiotik, dan obat-obat vaskularisasi serta

amputasi.9 Komplikasi kaki diabetik adalah penyebab amputasi ekstremitas bawah

nontraumatik yang paling sering terjadi di dunia industri. Sebagian besar komplikasi kaki

diabetik mengakibatkan amputasi yang dimulai dengan pembentukan ulkus di kulit. Risiko

amputasi ekstremitas bawah 15 – 46 kali lebih tinggi pada penderita diabetik dibandingkan

dengan orang yang tidak menderita diabetes mellitus. Lagi pula komplikasi kaki adalah alasan

tersering rawat inap pasien dengan diabetes, berjumlah 25% dari seluruh rujukan diabetes di

Amerika Serikat dan Inggris. 4

Page 3: Kaki Diabetik Dicha

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II. 1. Definisi

Kaki diabetik adalah kelainan pada tungkai bawah yang merupakan komplikasi kronik

diabetes mellitus. Suatu penyakit pada penderita diabetes bagian kaki, dengan gejala dan tanda

sebagai berikut 9:

1. Sering kesemutan/gringgingan (asmiptomatus).

2. Jarak tampak menjadi lebih pendek (klaudilasio intermil).

3. Nyeri saat istirahat.

4. Kerusakan jaringan (necrosis, ulkus).

Salah satu komplikasi yang sangat ditakuti penderita diabetes adalah kaki diabetik.

Komplikasi ini terjadi karena terjadinya kerusakan saraf, pasien tidak dapat membedakan suhu

panas dan dingin, rasa sakit pun berkurang. 3,8

II. 2. Faktor Risiko Terjadinya Kaki Diabetik

Ada 3 alasan mengapa orang diabetes lebih tinggi risikonya mengalami masalah kaki.

Pertama, berkurangnya sensasi rasa nyeri setempat (neuropati) membuat pasien tidak

menyadari bahkan sering mengabaikan luka yang terjadi karena tidak dirasakannya. Luka

timbul spontan sering disebabkan karena trauma misalnya kemasukan pasir, tertusuk duri,

lecet akibat pemakaian sepatu/sandal yang sempit dan bahan yang keras. Mulanya hanya kecil,

kemudian meluas dalam waktu yang tidak begitu lama. Luka akan menjadi borok dan

menimbulkan bau yang disebut gas gangren. Jika tidak dilakukan perawatan akan sampai ke

tulang yang mengakibatkan infeksi tulang (osteomylitis). Upaya yang dilakukan untuk

mencegah perluasan infeksi terpaksa harus dilakukan amputasi (pemotongan tulang). 8

Page 4: Kaki Diabetik Dicha

Kedua, sirkulasi darah dan tungkai yang menurun dan kerusakan endotel pembuluh

darah. Manifestasi angiopati pada pembuluh darah penderita DM antara lain berupa

penyempitan dan penyumbatan pembuluh darah perifer (yang utama). Sering terjadi pada

tungkai bawah (terutama kaki). Akibatnya, perfusi jaringan bagian distal dari tungkai menjadi

kurang baik dan timbul ulkus yang kemudian dapat berkembang menjadi nekrosi/gangren

yang sangat sulit diatasi dan tidak jarang memerlukan tindakan amputasi. 8

Gangguan mikrosirkulasi akan menyebabkan berkurangnya aliran darah dan hantaran

oksigen pada serabut saraf yang kemudian menyebabkan degenarasi dari serabut saraf.

Keadaan ini akan mengakibatkan neuropati. Di samping itu, dari kasus ulkus/gangren diabetes,

kaki DM 50% akan mengalami infeksi akibat munculnya lingkungan gula darah yang subur

untuk berkembanguya bakteri patogen. Karena kekurangan suplai oksigen, bakteri-bakteri

yang akan tumbuh subur terutama bakteri anaerob. Hal ini karena plasma darah penderita

diabetes yang tidak terkontrol baik mempunyai kekentalan (viskositas) yang tinggi. Sehingga

aliran darah menjadi melambat. Akibatnya, nutrisi dan oksigen jaringan tidak cukup. Ini

menyebabkan luka sukar sembuh dan kuman anaerob berkembang biak. 8,9

Ketiga, berkurangnya daya tahan tubuh terhadap infeksi. Secara umum penderita

diabetes lebih rentan terhadap infeksi. Hal ini dikarenakan kemampuan sel darah putih

‘memakan’ dan membunuh kuman berkurang pada kondisi kadar gula darah (KGD) diatas 200

mg%. Kemampuan ini pulih kembali bila KGD menjadi normal dan terkontrol baik. Infeksi ini

harus dianggap serius karena penyebaran kuman akan menambah persoalan baru pada borok.

Kuman pada borok akan berkembang cepat ke seluruh tubuh melalui aliran darah yang bisa

berakibat fatal, ini yang disebut sepsis (kondisi gawat darurat). 6,7,8

Page 5: Kaki Diabetik Dicha

Sejumlah peristiwa yang dapat mengawali kerusakan kaki pada penderita

diabetes sehingga meningkatkan risiko kerusakan jaringan antara lain 4:

Ø Luka kecelakaan

Ø Trauma sepatu

Ø Stress berulang

Ø Trauma panas

Ø Iatrogenik

Ø Oklusi vaskular

Ø Kondisi kulit atau kuku

Faktor risiko demografis

Ø Usia

Semakin tua semakin berisiko

Ø Jenis kelamin

Laki-laki dua kali lebih tinggi. Mekanisme perbedaan jenis kelamin tidak jelas –

mungkin dari perilaku, mungkin juga dari psikologis

Ø Etnik

Beberapa kelompok etnik secara signifikan berisiko lebih besar terhadap

komplikasi kaki. Mekanismenya tidak jelas, bisa dari faktor perilaku, psikologis,

atau berhubungan dengan status sosial ekonomi, atau transportasi menuju klinik

terdekat.

Ø Situasi sosial

Hidup sendiri dua kali lebih tinggi

Faktor risiko perilaku

Page 6: Kaki Diabetik Dicha

Ketrampilan manajemen diri sendiri sangat berkaitan dengan adanya komplikasi kaki

diabetik. Ini berhubungan dengan perhatian terhadap kerentanan.

Faktor risiko lain

Ø Ulserasi terdahulu (inilah faktor risiko paling utama dari ulkus)

Ø Berat badan

Ø Merokok

II. 3. Patofisiologi dan Patogenesis Kaki Diabetik

Diabetes seringkali menyebabkan penyakit vaskular perifer yang menghambat sirkulasi

darah. Dalam kondisi ini, terjadi penyempitan di sekitar arteri yang sering menyebabkan

penurunan sirkulasi yang signifikan di bagian bawah tungkai dan kaki. Sirkulasi yang buruk

ikut berperan terhadap timbulnya kaki diabetik dengan menurunkan jumlah oksigen dan

nutrisi yang disuplai ke

kulit maupun jaringan lain, sehingga menyebabkan luka tidak sembuh-sembuh. 7

Kondisi kaki diabetik berasal dari suatu kombinasi dari beberapa penyebab seperti

sirkulasi darah yang buruk dan neuropati. Berbagai kelainan seperti neuropati, angiopati yang

merupakan faktor endogen dan trauma serta infeksi yang merupakan faktor eksogen yang

berperan terhadap terjadinya kaki diabetik. 3,5

Angiopati diabetes disebabkan oleh beberapa faktor yaitu genetik, metabolik dan

faktor risiko yang lain. Kadar glukosa yang tinggi (hiperglikemia) ternyata mempunyai

dampak negatif yang luas bukan hanya terhadap metabolisme karbohidrat, tetapi juga terhadap

metabolisme protein dan lemak yang dapat menimbulkan pengapuran dan penyempitan

pembuluh darah (aterosklerosis), akibatnya terjadi gaangguan peredaran pembuluh darah besar

Page 7: Kaki Diabetik Dicha

dan kecil., yang mengakibatkan sirkulasi darah yang kurang baik, pemberian makanan dan

oksigenasi kurang dan mudah terjadi penyumbatan aliran darah terutama derah kaki. 5

Neuropati diabetik dapat menyebabkan insensitivitas atau hilangnya kemampuan untuk

merasakan nyeri, panas, dan dingin. Diabetes yang menderita neuropati dapat berkembang

menjadi luka, parut, lepuh, atau luka karena tekanan yang tidak disadari akibat adanya

insensitivitas. Apabila cedera kecil ini tidak ditangani, maka akibatnya dapat terjadi

komplikasi dan menyebabkan ulserasi dan bahkan amputasi. neuropati juga dapat

menyebabkan deformitas seperti Bunion,Hammer Toes (ibu jari martil), dan Charcot Foot. 5

Gambar 1. Salah satu bentuk deformitas pada kaki diabetik. 4

Yang sangat penting bagi diabetik adalah memberi perhatian penuh untuk mencegah

kedua kaki agar tidak terkena cedera. Karena adanya konsekuensi neuropati, observasi setiap

hari terhadap kaki merupakan masalah kritis. Jika pasien diabetes melakukan penilaian

preventif perawatan kaki, maka akan mengurangi risiko yang serius bagi kondisi kakinya. 4

Sirkulasi yang buruk juga dapat menyebabkan pembengkakan dan kekeringan pada

kaki. Pencegahan komplikasi pada kaki adalah lebih kritis pada pasien diabetik karena

sirkulasi yang buruk merusak proses penyembuhan dan dapat menyebabkan ulkus, infeksi, dan

kondisi serius pada kaki. 6

Dari faktor-faktor pencetus diatas faktor utama yang paling berperan dalam timbulnya

kaki diabetik adalah angiopati, neuropati dan infeksi. Infeksi sendiri sangat jarang merupakan

faktor tunggal untuk terjadinya kaki diabetik. Infeksi lebih sering merupakan komplikasi yang

menyertai kaki diabetik akibat iskemia atau neuropati. Secara praktis kaki diabetik

dikategorikan menjadi 2 golongan 5:

Page 8: Kaki Diabetik Dicha

a. Kaki diabetik akibat angiopati / iskemia

b. Kaki diabetik akibat neuropati

A. Kaki Diabetik akibat angiopati / iskemia

Penderita hiperglikemia yang lama akan menyebabkan perubahan patologi pada

pembuluh darah. Ini dapat menyebabkan penebalan tunika intima “hiperplasia membran

basalis arteria”, oklusi (penyumbatan) arteria, dan hiperkeragulabilitas atau abnormalitas

tromborsit, sehingga menghantarkan pelekatan (adhesi) dan pembekuan (agregasi). 8,9

Selain itu, hiperglikemia juga menyebabkan lekosit DM tidak normal sehingga fungsi

khemotoksis di lokasi radang terganggu. Demikian pula fungsi fagositosis dan bakterisid

intrasel menurun sehingga bila ada infeksi mikroorganisme (bakteri), sukar untuk

dimusnahkan oleh sistem plagositosis-bakterisid intraseluler. Hal tersebut akan diperoleh lagi

oleh tidak saja kekakuan arteri, namun juga diperberat oleh rheologi darah yang tidak normal.

Menurut kepustakaan, adanya peningakatan kadar fripronogen dan bertambahnya reaktivitas

trombosit, akan menyebabkan tingginya agregasi sel darah merah sehingga sirkulasi darah

menjadi lambat, dan memudahkan terbentuknya trombosit pada dinding arteria yang sudah

kaku hingga akhirnya terjadi gangguan sirkulasi. 3,4,9

Manifestasi angiopati pada pembuluh darah penderita DM antara lain berupa

penyempitan dan penyumbatan pembuluh darah perifer (yang utama). Sering terjadi pada

tungkai bawah (terutama kaki). Akibatnya, perfusi jaringan bagian distal dari tungkai menjadi

kurang baik dan timbul ulkus yang kemudian dapat berkembang menjadi nekrosis/gangren

yang sangat sulit diatasi dan tidak jarang memerlukan/tindakan amputasi. 8

Tanda-tanda dan gejala-gejala akibat penurunan aliran darah ke tungkai meliputi

klaudikasi, nyeri yang terjadi pada telapak atau kaki depan pada saat istirahat atau di malam

Page 9: Kaki Diabetik Dicha

hari, tidak ada denyut popliteal atau denyut tibial superior, kulit menipis atau berkilat, atrofi

jaringan lemak subkutan ,tidak ada rambut pada tungkai dan kaki bawah, penebalan kuku,

kemerahan pada area yang terkena ketika tungkai diam, atau berjuntai, dan pucat ketika kaki

diangkat. 4,5

B. Kaki Diabetik akibat neuropati

Pasien diabetes mellitus sering mengalami neuropati perifer, terutama pada pasien

dengan gula darah yang tidak terkontrol.

Di samping itu, dari kasus ulkus/gangren diabetes, kaki DM 50% akan mengalami

infeksi akibat munculnya lingkungan gula darah yang subur untuk berkembanguya bakteri

patogen. Karena kekurangan suplai oksigen, bakteri-bakteri yang akan tumbuh subur terutama

bakteri anaerob. 8,9

Neuropati diabetik dapat menyebabkan insensitivitas atau hilangnya kemampuan untuk

merasakan nyeri, panas, dan dingin. Diabetes yang menderita neuropati dapat berkembang

menjadi luka, parut, lepuh, atau luka karena tekanan yang tidak disadari akibat adanya

insensitivitas. Apabila cedera kecil ini tidak ditangani, maka akibatnya dapat terjadi

komplikasi dan menyebabkan ulserasi dan bahkan amputasi.

Secara klinis dijumpai parestesi, hiperestesi, nyeri radikuler, hilangnya reflek tendon,

hilangnya sensibilitas, anhidrosis, pembentukan kalus, ulkus tropik, perubahan bentuk kaki

karena atrofi otot ataupun perubahan tulang dan sendi seperti Bunion, Hammer Toes (ibujari

martil), dan Charcot Foot. Secara radiologis akan nampak adanya demineralisasi, osteolisis

atau sendi Charcot. 4

Page 10: Kaki Diabetik Dicha

Gambar 2. Predileksi paling sering terjadinya ulkus pada kaki diabetik adalah bagian

dorsal ibu jari dan bagian proksimal & dorsal plantar metatarsal. 4

Faktor-faktor yang berperan terhadap timbulnya neuropati ditentukan oleh3:

o Respon mekanisme proteksi sensoris terhadap trauma

o Macam, besar dan lamanya trauma

o Peranan jaringan lunak kaki

Neuropati perifer pada kaki akan menyebabkan terjadinya kerusakan saraf baik saraf

sensoris maupun otonom. Kerusakan sensoris akan menyebabkan penurunan sensoris nyeri,

panas dan raba sehingga penderita mudah terkena trauma akibat keadaan kaki yang tidak

sensitif ini. 5

Gangguan saraf otonom disini terutama diakibatkan oleh kerusakan serabut saraf

simpatis. Gangguan saraf otonom ini akan mengakibatkan peningkatan aliran darah, produksi

keringat berkurang atau tidak ada, hilangnya tonus vaskuler. 6

Hilangnya tonus vaskuler disertai dengan adanya peningkatan aliran darah akan

menyebabkan distensi vena-vena kaki dan peningkatan tekanan parsial oksigen di vena.

Dengan demikian peran saraf otonom terhadap timbulnya kaki diabetik neuropati dapat

disimpulkan sebagai berikut : neuropati otonom akan menyebabkan produksi keringat

berkurang, sehingga menyebabkan kulit penderita akan mengalami dehidrasi serta menjadi

kering dan pecah-pecah yang memudahkan infeksi, dan selanjutnya timbulnya selullitis ulkus

ataupun gangren. Selain itu neuropati otonom akan mengakibatkan penurunan nutrisi

jaringan sehingga terjadi perubahn komposisi, fungsi dan keelastisitasannya sehingga daya

tahan jaringan lunak kaki akan menurun yang memudahkan terjadinya ulkus. 4,6

Page 11: Kaki Diabetik Dicha

Gambar 3. Gangren jari kaki. 3

Distribusi tempat terjadinya kaki diabetik secara anatomik 4:

1. 50% ulkus pada ibu jari

2. 30% pada ujung plantar metatarsal

3. 10 – 15% pada dorsum kaki

4. 5 – 10% pada pergelangan kaki

5. Lebih dari 10% adalah ulkus multipel

II. 4. Klasifikasi Kaki Diabetik

Menurut Wagner kaki diabetik dibagi menjadi 5:

1. Derajat 0 : tidak ada lesi terbuka, kulit masih utuh disertai dengan pembentukan

kalus ”claw”

2. Derajat I : ulkus superfisial terbatas pada kulit

3. Derajat II : ulkus dalam dan menembus tendon dan tulang

4. Derajat III : abses dalam, dengan atau tanpa osteomielitis

5. Derajat IV : gangren jari kaki atau bagian distal kaki dengan atau tanpa selullitis

6. Derajat V : gangren seluruh kaki atau sebagian tungkai bawah

Gambar 4. Kaki Diabetik derajat V.5

Berdasarkan pembagian diatas, maka tindakan pengobatan atau pembedahan dapat

ditentukan sebagai berikut :

1. Derajat 0 : perawatan lokal secara khusus tidak ada

2. Derajat I-IV : pengelolaan medik dan tindakan bedah minor

Page 12: Kaki Diabetik Dicha

3. Derajat V : tindakan bedah minor, bila gagal

dilanjutkandengan tindakan  bedah mayor seperti amputasi diatas

lutut atau amputasi bawah lutut

Beberapa tindakan bedah khusus diperlukan dalam pengelolaan kaki diabetik ini,

sesuai indikasi dan derajat lesi yang dijumpai seperti :

1. Insisi : abses atau selullitis yang luas

2. Eksisi : pada kaki diabetik derajat I dan II

3. Debridement/nekrotomi : pada kaki diabetik derajat II, III, IV dan V

4. Mutilasi : pada kaki diabetik derajat IV dan V

5. Amputasi : pada kaki diabetik derajat V

Gambar 5. Kaki Diabetik derajat V. 5

Jadi ada 3 alasan mengapa orang diabetes lebih tinggi risikonya mengalami masalah

kaki. Pertama, berkurangnya sensasi rasa nyeri setempat (neuropati) membuat pasien tidak

menyadari bahkan sering mengabaikan luka yang terjadi karena tidak dirasakannya. Kedua,

sirkulasi darah dan tungkai yang menurun dan kerusakan endotel pembuluh darah. Ini

menyebabkan luka sukar sembuh dan kuman anaerob berkembang biak. Ketiga, berkurangnya

daya tahan tubuh terhadap infeksi. Secara umum penderita diabetes lebih rentan terhadap

infeksi. Kuman pada borok akan berkembang cepat ke seluruh tubuh melalui aliran darah yang

bisa berakibat fatal, ini yang disebut sepsis (kondisi gawat darurat). 8

Lepas dari itu semua, tindakan pencegahan untuk mengurangi risiko terhadap kaki

pengidap diabetes jauh lebih baik ketimbang harus menjalani operasi, apalagi amputasi. Masih

Page 13: Kaki Diabetik Dicha

banyak cara mencegah dan merawat kaki diabetes. Di antaranya melakukan senam kaki, selain

senam atau kegiatan olahraga yang harus dilakukan untuk mengontrol gula darah. 3,6

II. 5. Penanggulangan dan Pencegahan Kaki Diabetes10

Pencegahan kaki diabetes tidak terlepas dari pengendalian (pengontrolan) penyakit

secara umum mencakup pengendalian kadar gula darah, status gizi, tekanan darah, kadar

kolesterol, pola hidup sehat. Sedang untuk pencegahan dan perawatan lokal pada kaki sebagai

berikut: 10

1. Diagnosis klinis dan laboratorium yang lebih teliti.

2. Pemberian obat-obat yang tepat untuk infeksi (menurut hasil laboratorium

lengkap) dan obat vaskularisasi, obat untuk penurunan gula darah, maupun

untuk menghilangkan keluhan/gejala dan penyulit DM.

3. Pemberian penyuluhan pada penderita dan keluarga tentang (apakah DM,

penatalaksanaan DM secara umum, apakah kaki diabetes, obat-obatan,

perencanaan makan, DM dan kegiatan jasmani), dll.

4. Kaki diabetes, materi penyuluhan dan instruksi. Hentikan merokok Periksa kaki

dan celah kaki setiap hari, apakah terdapat kalus (pengerasan), bula

(gelembung), luka, lecet.

5. Bersihkan dan cuci kaki setiap hari, keringkan, terutama di celah jari kaki.

6. Pakailah krim khusus untuk kulit kering, tapi jangan dipakai di celah jari kaki.

7. Hindari penggunaan air panas atau bantal pemanas.

8. Memotong kuku secara hati-hati dan jangan terlalu dalam.

9. Pakailah kaus kaki yang pas bila kaki terasa dingin dan ganti setiap hari.

10. Jangan berjalan tanpa alas kaki.

Page 14: Kaki Diabetik Dicha

11. Hindari trauma berulang.

12. Memakai sepatu dari kulit yang sesuai untuk kaki dan nyaman dipakai.

13. Periksa bagian dalam sepatu setiap hari sebelum memakainya, hindari adanya

benda asing.

14. Olah raga teratur dan menjaga berat badan ideal.

15. Menghindari pemakaian obat yang bersifat vasokonstruktor seperti orgat,

adrenalin, ataupun nikotin.

16. Periksakan diri secara rutin ke dokter dan periksakan kaki setiap kali kontrol

walaupun ulkus/gangren telah sembuh.

Bila borok telah terjadi sebelum dilakukan perawatan sendiri di rumah oleh keluarga

sebaiknya harus dikonsultasikan ke dokter untuk menentukan derajat keparahan borok,

mengangkat jaringan yang mati (necrotomi) serta mengajari keluarga cara merawat luka serta

obat-obatan apa saja yang diperlukan untuk mempercepat penyembuhan luka. Beberapa hal

yang tidak boleh dilakukan adalah jangan merendam kaki dan memanaskan kaki dengan botol

panas atau peralatan listrik. Hal ini untuk mencegah luka melepuh akibat panas yang

berlebih.Jangan menggunakan pisau/silet untuk menghilangkan mata ikan, kapalan (callus).

Jangan membiarkan luka kecil, sekecil apapun luka tersebut. Segeralah ke dokter bila kaki

luka atau berkurang rasa. Mintakan nasihat dari dokter. 8

Pasien dapat diberikan antiagregasi trombosit, hipolipidemik dan hipotensif bila

membutuhkan. Antibiotikpun diberikan bila ada infeksi. Pilihan antibiotik berupa golongan

penisilin spektrum luas, kloksasilin/dikloksasilin dan golongan aktif seperti klindamisin atau

metronidazol untuk kuman anaerob. 6

Page 15: Kaki Diabetik Dicha

Prinsip terapi bedah pada kaki diabetik adalah mengeluarkan semua jaringan nekrotik

untuk maskud eliminasi infeksi sehingga luka dapat sembuh. Terdiri dari tindakan bedah kecil

seperti insisi dan penaliran abses, debridemen dan nekrotomi. Tindakan bedah dilakukan

berdasarkan indikasi yang tepat. 8

Prioritas tinggi harus diberikan untuk mencegah terjadinya luka, jangan membiarkan

luka kecil, sekecil apapun luka tersebut. Segeralah ke dokter bila kaki luka atau berkurang

rasa. 8

BAB III

KESIMPULAN

1. Kaki diabetik adalah kelainan pada tungkai bawah yang merupakan komplikasi kronik

diabetes mellitus. Dengan manifestasi berupa dermopati, selulitis, ulkus, osteomielitis dan

gangren.

2. Faktor utama yang memegang peranan dalam patogenesis kaki diabetik adalah adanya

angiopati/iskemi dan neuropati.

3. Menurut Wagner kaki diabetik diklasifikasikan menjadi 5 derajat.

4. Pencegahan kaki diabetes tidak terlepas dari pengendalian (pengontrolan) penyakit secara

umum mencakup pengendalian kadar gula darah, status gizi, tekanan darah, kadar

kolesterol, pola hidup sehat.

5. Prinsip terapi bedah pada kaki diabetik adalah mengeluarkan semua jaringan nekrotik untuk

maskud eliminasi infeksi sehingga luka dapat sembuh. Terdiri dari tindakan bedah kecil

seperti insisi dan penaliran abses, debridemen dan nekrotomi. Tindakan bedah dilakukan

berdasarkan indikasi yang tepat.

DAFTAR PUSTAKA

Page 16: Kaki Diabetik Dicha

1. Schteingart, D. Pankreas Metabolisme Glukosa Dan Diabetes Mellitus. Dalam

Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Sylvia AP, Lorraine MW,

eds., Buku II, Edisi 4, Jakarta : EGC; 1997;163 : 117-1119

2. Guyton&Hall. Insulin,Glukagon,dan Diabetes Mellitus. Dalam Buku Ajar Fisiologi

Kedokteran, Arthur C Guyton, John E Hall, Edisi 9, Jakarta : EGC; 1997; 78 :

1234-1236

3. Thoha, D. Paling Ditakuti Tetapi Bisa Dihindari. 2006.http://www.kompas.com/kompas-

cetak/0601/06/kesehatan/34572.htm.Diakses tanggal 27 Juni 2007.

4. Armstrong, D & Lawrence, A . Diabetic Foot Ulcers,Prevention,Diagnosis and

Classification. 1998. http://www.aafp.org/afp/980315ap/armstron.html,. Diakses

tanggal 27 Juni 2007.

5. Mayfield JA, Reiber E, Sanders LJ, Janisse D, Pogach LM. Preventive foot care in people

with diabetes. 1998.http://www.gensurg.co.uk/diabetic%20foot%20-

%20treatment.htm. Diakses tanggal 27 Juni 2007.

6. Cunha, BA. Diabetic Foot Infections.

2005.http://www.emedicine.com/med/topic3547.htm. Diakses tanggal 27 Juni

2007.

7. Hendromartono. DM Harus Diobati Meski Belum Bisa Disembuhkan.

2004.http://cybermed.cbn.net.id/detil.asp?kategori=Health&newsno=2507. Diakses

tanggal 27 Juni 2007.

8. Wibowo, EW. Kiat Merawat Kaki Diabetes.

2004.http://www.waspada.co.id/cetak/index.php?article_id=37246. Diakses tanggal

27 Juni 2007.

Page 17: Kaki Diabetik Dicha

9. Misnadiarly. Permasalahan Kaki Diabetes dan Upaya

Penanggulangannya.2005. http://horison_kaki diabetik.htm. Diakses tanggal 27

Juni 2007.

10. Waspadi, S. Kaki Diabetes. Dalam : Buku Ajar Ilmu Peyakit Dalam ed. IV, Jakarta;

2006. 1933 – 36