kajian ekonomi regional triwulan i-2014 provinsi papua dan ... · berkualitas dalam rangka...
TRANSCRIPT
Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT i
Visi Bank Indonesia
Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai
strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil
Misi Bank Indonesia
1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk
mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas
2. Mendorong sistem keuangan nasional bekerja secara efektif dan efisien serta mampu
bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal untuk mendukung alokasi sumber
pendanaan/pembiayaan dapat berkontribusi pada pertumbuhan dan stabilitas
perekonomian nasional
3. Mewujudkan sistem pembayaran yang aman, efisien, dan lancar yang berkontribusi
terhadap perekonomian, stabilitas moneter dan stabilitas sistem keuangan dengan
memperhatikan aspek perluasan akses dan kepentingan nasional
4. Meningkatkan dan memelihara organisasi dan SDM Bank Indonesia yang menjunjung tinggi
nilai-nilai strategis dan berbasis kinerja, serta melaksanakan tata kelola (governance) yang
berkualitas dalam rangka melaksanakan tugas yang diamanatkan UU
Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT ii
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT iii
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan berkatNya,
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Papua dan Papua Barat triwulan I tahun 2014 ini dapat terbit
tepat waktu. Ditengah upaya mendorong pertumbuhan ekonomi, kajian yang meliputi analisa
makro ekonomi daerah, perbankan, sistem pembayaran, ketenagakerjaan dan keuangan daerah
menjadi sangat penting terutama bagi pemerintah, dunia usaha, dunia pendidikan dan referensi
bagi masyarakat luas.
Pada triwulan I-2014, perekonomian Provinsi Papua menunjukkan pertumbuhan yang
positif menggembirakan sebesar 0,57% (yoy), angka tersebut lebih rendah dari pertumbuhan
ekonomi nasional pada triwulan I-2014 sebesar 5,21% (yoy). Sementara itu, ekonomi Provinsi
Papua Barat pada triwulan I-2014 tumbuh positif sebesar 1,54% (yoy), angka tersebut lebih
rendah dari pertumbuhan ekonomi nasional pada triwulan I-2014 sebesar 5,21% (yoy).
Sampai dengan periode triwulan I-2014, inflasi tahunan Provinsi Papua1 tercatat sebesar
9,58% (yoy) atau lebih tinggi dari inflasi nasional yang tercatat sebesar 7,75% (yoy). Sementara,
inflasi gabungan di Provinsi Papua Barat2 pada triwulan I-2014 tercatat sebesar 5,77% (yoy) atau
lebih rendah dari inflasi nasional yang tercatat sebesar 7,75% (yoy).
Secara umum, kinerja perbankan di Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat pada triwulan
I-2013 masih cukup baik. Hal tersebut tercermin dari pertumbuhan beberapa indikator
perbankan yang cukup signifikan. Fungsi intermediasi perbankan terlihat cukup meningkat
seperti tercermin dari pertumbuhan dana pihak ketiga di sisi pasiva perbankan yang tumbuh
sebesar 11,04% (yoy) sementara disisi aktiva, kredit perbankan tumbuh signifikan sebesar
17,55% (yoy) dan mendorong meningkatnya loan to deposit rate (LDR) perbankan menjadi
sebesar 62,05% pada triwulan I-2014 dari triwulan yang sama tahun sebelumnya yang tercatat
sebesar 58,62%.
Pada triwulan I-2014, nilai transaksi keluar (outflow) melalui BI-RTGS dari Wilayah Papua
mencapai Rp 5,75 trilliun dengan jumlah warkat sebesar 7.474 lembar. Disisi lain, dana yang
masuk ke wilayah Papua mencapai Rp 6,93 triliun. Perkembangan transaksi kliring selama
periode triwulan IV-2013 di wilayah kerja KPwBI Papua & Papua Barat secara nominal mencapai
Rp 1,19 triliun dengan jumlah warkat sebesar 26.604 lembar. Jika dibandingkan dengan periode
1 Inflasi di Propinsi Papua dihitung dari pergerakan harga barang dan jasa di Kota. Jayapura dan Kab.
Merauke. 2 Inflasi di Provinsi Papua Barat dihitung dari pergerakan harga-harga barang dan jasa di Kab. Manokwari dan
Kota. Sorong.
Kata Pengantar
Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT iv
yang sama tahun sebelumnya, terdapat penurunan nilai nominal kliring sebesar -1,47% (yoy).
Pada triwulan I-2014, jumlah uang kartal yang masuk (inflow) ke kas KPwBI Papua & Papua
Barat mencapai Rp 2,85 triliun atau meningkat 5,60% (yoy) dibanding periode yang sama tahun
sebelumnya. Di sisi lain, total uang keluar (outflow) mencapai sebesar Rp 893 miliar atau
menurun sebesar -12,44% (yoy) dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Secara
keseluruhan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Papua & Papua Barat mengalami posisi
net inflow sebesar Rp 1,96 triliun.
Penyusunan laporan ini tidak terlepas dari koordinasi berbagai pihak, untuk itu pada
kesempatan yang atkan di masa yang akan datang. Akhirnya besar harapan kami kiranya
lapbaik ini kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya dan semoga hubungan kerjasama
yang telah terjalin erat selama ini dapat ditingkoran triwulan ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak dalam memahami perekonomian Provinsi Papua dan Papua Barat.
Jayapura, Mei 2014
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA
PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT
Kepala Perwakilan,
Hasiholan Siahaan
Deputi Direktur
Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT v
KATA PENGANTAR ........................................................................................................................ iii
DAFTAR ISI ..................................................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ............................................................................................................................... ix
DAFTAR GRAFIK ............................................................................................................................. xi
TABEL INDIKATOR MONETER........................................................................................................ xiii
RINGKASAN EKSEKUTIF ................................................................................................................ xvii
BAB I. PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL .............................................................. 1
I. Provinsi Papua ............................................................................................................... 1
1.1. Sisi Permintaan ....................................................................................................... 1
1.1.1. Konsumsi Rumah Tangga .......................................................................... 4
1.1.2. Investasi ...................................................................................................... 5
1.1.3. Ekspor dan Impor ...................................................................................... 6
1.2. Sisi Penawaran ....................................................................................................... 7
1.2.1. Sektor Pertanian ......................................................................................... 8
1.2.2. Sektor Pertambangan dan Penggalian ...................................................... 9
1.2.3. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran ................................................. 10
1.2.4. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi ..................................................... 11
1.2.5. Sektor Keuangan Perusahaan dan Persewaan ....................................... 11
II. Provinsi Papua Barat..................................................................................................... 12
2.1. Sisi Permintaan ...................................................................................................... 12
2.1.1. Konsumsi ..................................................................................................... 13
2.1.2. Ekspor Impor................................................................................................ 14
2.2. Sisi Penawaran ....................................................................................................... 15
2.2.1. Sektor Pertanian ......................................................................................... 15
2.2.2. Sektor Pengolahan. ..................................................................................... 15
2.2.3. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran ................................................. 16
2.2.4. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi ..................................................... 17
2.2.5. Sektor Keuangan,Persewaan dan Jasa Perusahaan ................................ 17
2.2.6. Sektor Jasa-jasa .......................................................................................... 18
2.2.7. Sektor Bangunan ........................................................................................ 18
BAB 2. KEUANGAN PEMERINTAH ............................................................................................. 19
I. Keuangan Pemerintah Provinsi Papua ....................................................................... 19
1.1. Pendapatan Pemerintah Daerah Provinsi Papua ................................................ 20
1.2. Pengeluaran Pemerintah Daerah Provinsi Papua ............................................... 21
1.3. Surplus, Defisit dan Pembiayaan ......................................................................... 22
II. Keuangan Pemerintah Provinsi Papua Barat ............................................................. 23
2.1 Pendapatan Pemerintah Daerah Provinsi Papua Barat .................................... 23
2.2. Pengeluaran Pemerintah Daerah Provinsi Papua Barat ................................... 24
BAB 3. PERKEMBANGAN HARGA .............................................................................................. 27
I. Provinsi Papua .............................................................................................................. 27
1.1. Kondisi Umum Provinsi Papua ............................................................................. 27
1.1.1. Kondisi Umum Inflasi Kota Jayapura ......................................................... 28
1.1.2. Disagregasi dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Inflasi ...................... 28
1.2. Inflasi Menurut Kelompok Komoditas ................................................................. 30
1.2.1. Kelompok Bahan Makanan ........................................................................ 30
1.2.2. Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau .................... 30
Daftar Isi
Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT vi
1.2.3. Kelompok Perumahan, Air Dan Listrik ....................................................... 30
1.2.4. Kelompok Sandang ..................................................................................... 30
1.2.5. Kelompok Kesehatan .................................................................................. 31
1.2.6. Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga ......................................... 31
1.2.7. Kelompok Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan ................................. 31
II. Provinsi Papua Barat ............................................................................................... 32
2.1. Kondisi Umum ..................................................................................................... 32
2.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Inflasi Selama Periode Berjalan .............. 32
2.2.1. Kelompok Bahan Makanan ........................................................................ 33
2.2.2. Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau ................... 33
2.2.3. Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar ....................... 34
2.2.4. Kelompok Sandang ..................................................................................... 34
2.2.5. Kelompok Kesehatan ................................................................................. 34
2.2.6. Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga ........................................ 34
2.2.7. Kelompok Transport, Komunikasi & Jasa Keuangan. .............................. 34
BAB 3. SISTEM KEUANGAN DAN PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN .................................. 35
I. Perkembangan Umum Perbankan Wilayah Papua .................................................... 35
II. Perbankan Provinsi Papua ......................................................................................... 36
2.1. Perkembangan Umum ........................................................................................... 36
2.2. Perkembangan Aset ............................................................................................... 37
2.3. Dana Pihak Ketiga (DPK) Perbankan .................................................................... 38
2.4. Penyaluran Kredit Perbankan................................................................................ 39
2.5. LDR dan NPL ........................................................................................................... 40
2.6. Kredit Mikro, Kecil dan Menengah ........................................................................ 41
2.7. Stabilitas Sistem Keuangan .................................................................................. 42
2.7.1. Kelompok Bahan Makanan ........................................................................ 42
2.7.2. Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau ................... 43
2.7.3. Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar ....................... 43
III. Perbankan Provinsi Papua Barat ............................................................................... 44
3.1. Perkembangan Umum ........................................................................................... 44
3.2. Aset Perbankan ...................................................................................................... 45
3.3. Dana Pihak Ketiga (DPK) Perbankan .................................................................... 45
3.4. Penyaluran Kredit Perbankan................................................................................ 45
3.5. LDR dan NPL .......................................................................................................... 47
3.6. Kredit Mikro, Kecil dan Menengah ........................................................................ 48
3.7. Stabilitas Sistem Keuangan .................................................................................. 48
3.7.1. Kelompok Bahan Makanan ........................................................................ 48
3.7.2. Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau ................... 49
3.7.3. Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar ....................... 50
BAB 5. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN ................................................................... 51
I. Bank IndonesiaReal Time GrossSettlement (BI-RTGS) ............................................. 51
II. Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKN-BI) ..................................................... 53
III. Perkembangan Uang Kartal ........................................................................................ 54
BAB 6. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN ........................................................................ 57
I. Ketenagakerjaan Provinsi Papua ............................................................................... 57
1.1. Perkembangan Tenaga Kerja Provinsi Papua ..................................................... 57
1.2. Tenaga Kerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama........................................... 58
II. Ketenagakerjaan Provinsi Papua Barat ..................................................................... 59
2.1. Perkembangan Keadaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat ............................ 59
2.2. Tenaga Kerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama ............................................ 59
III. Kemiskinan di Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat......................................... 61
3.1. Perkembangan Kemiskinan di Provinsi Papua ..................................................... 61
Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT vii
3.2. Perkembangan Kemiskinan di Provinsi Papua Barat ........................................... 62
BAB 7. PRAKIRAAN EKONOMI DAN INFLASI DAERAH ............................................................... 63
I. Prospek Pertumbuhan Ekonomi Daerah ................................................................... 63
1.1. Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Papua ................................................................. 63
1.2. Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Papua Barat ....................................................... 64
II. Prospek Pencapaian Inflasi ........................................................................................ 65
2.1. Inflasi Provinsi Papua ............................................................................................. 65
2.2. Inflasi Provinsi Papua Barat ................................................................................... 66
III. Prospek Pertumbuhan Perbankan ............................................................................. 66
3.1. Propek Perbankan Provinsi Papua......................................................................... 66
3.2. Prospek Perbankan Provinsi Papua Barat............................................................. 66
Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT viii
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT ix
Tabel 1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Tahunan (yoy) Provinsi Papua dan
Provinsi Papua Barat Dari Sisi Sektoral ....................................................................... 2
Tabel 2 Pertumbuhan Ekonomi Tahunan Provinsi Papua & Paua Barat
Harga Konstan Sisi Sisi Permintaan (%) ....................................................................... 2
Tabel 3 Kontribusi Komponen Permintaan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi (yoy)
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat (%) .............................................................. 3
Tabel 4 Kontribusi Sektor Ekonomi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Tahunan (yoy)
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat (%) ............................................................. 3
Tabel 5 Perkembangan Penjualan Perusahaan Pertambangan .............................................. 7
Tabel 6 Perkembangan Produktivitas Komoditas Pangan Papua ........................................... 8
Tabel 7 Perkembangan Produksi Perikanan Provinsi Papua ................................................... 9
Tabel 8 Perkembangan Produksi Tambang Papua .................................................................. 9
Tabel 9 Perkembangan Arus Bongkar Muat Barang di Pelabuhan Papua .............................. 10
Tabel 10 Perkembangan Arus Penumpang Kapal di Pelabuhan Papua ................................... 11
Tabel 11 Perkembangan Nilai Tambah Bank Provinsi Papua .................................................... 12
Tabel 12 Pertumbuhan Sisi Permintaan Provinsi Papua Barat.................................................. 12
Tabel 13 Perkembangan Nilai Tambah Bank Provinsi Papua Barat .......................................... 17
Tabel 14 Perbandingan Target Pendapatan Daerah Provinsi Papua ........................................ 19
Tabel 15 Perbandingan Anggaran Belanja Daerah Provinsi Papua ........................................... 20
Tabel 16 Perbandingan Realisasi Pendapatan Daerah Provinsi Papua .................................... 20
Tabel 17 Realisasi Pendapatan Daerah Provinsi Papua Triwulan I-2014 ................................. 21
Tabel 18 Perbandingan Realisasi Belanja Daerah Provinsi Papua ........................................... 22
Tabel 19 Realisasi Belanja Daerah Provinsi Papua Triwulan I-2014 ........................................ 22
Tabel 20 Perbandingan APBD Provinsi Papua ............................................................................ 23
Tabel 21 Realisasi APBD Provinsi Papua Triwulan I-2014 ......................................................... 23
Tabel 22 Realisasi Pendapatan Provinsi Papua Triwulan I-2014 .............................................. 24
Tabel 23 Realisasi Pengeluaran Provinsi Papua Triwulan I-2014 ............................................. 25
Tabel 24 Perkembangan Inflasi Kota Jayapura .......................................................................... 28
Tabel 25 Disagregasi Inflasi Kota Jayapura ................................................................................ 29
Tabel 26 Perkembangan Inflasi Provinsi Papua Barat ............................................................... 32
Tabel 27 Perkembangan Perbankan Wilayah Papua (Miliar) ..................................................... 35
Tabel 28 Perkembangan NPL Persektor ...................................................................................... 36
Tabel 29 Perkembangan Perbankan Provinsi Papua ................................................................. 37
Tabel 30 Perkembangan DPK Perbankan Provinsi Papua ......................................................... 38
Daftar Tabel
Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT x
Tabel 31 Perkembangan Indikator Kredit Perbankan Provinsi Papua ...................................... 41
Tabel 32 Perkembangan Indikator Perbankan Papua ................................................................ 41
Tabel 33 Perkembangan Kredit UMKM Perbankan Provinsi Papua .......................................... 41
Tabel 34 Perkembangan Perbankan Provinsi Papua Barat ....................................................... 44
Tabel 35 Kredit Perbankan Provinsi Papua Barat....................................................................... 46
Tabel 36 Kredit Perbankan Berdasarkan Sektor Ekonomi ............................................................ 47
Tabel 37 Perkembangan Indikator Perbankan Papua Barat ..................................................... 48
Tabel 38 Perkembangan Kredit UMKM Provinsi Papua Barat ................................................... 48
Tabel 39 Transaksi RTGS Wilayah Papua .................................................................................... 50
Tabel 40 Transaksi Kliring Wilayah Papua .................................................................................. 53
Tabel 41 Perkembangan Perkasan KPw BI Provinsi Papua & Papua Barat ............................. 55
Tabel 42 Penduduk Usia 15 Tahun Ke atas Menurut Kegiatan Utama .................................... 57
Tabel 43 Pendapatan Menurut Lapangan Kerja ......................................................................... 58
Tabel 44 Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja menurut
Lapangan Pekerjaan Utama Februari 2012 – Februari 2014 Provinsi Papua .......... 58
Tabel 45 Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas menurut Kegiatan Utama
Februari 2012– Februari 2014 Provinsi Papua Barat ................................................ 59
Tabel 46 Penduduk Yang Bekerja Menurut Lapangan Kerja Utama ......................................... 60
Tabel 47 Jumlah Penduduk Penduduk Miskin Di Provinsi Papua ............................................. 61
Tabel 48 Jumlah Penduduk Penduduk Miskin Di Provinsi Papua Barat ................................... 62
Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT xi
Grafik 1 Survei Konsumen ........................................................................................................ 4
Grafik 2 Konsumsi Listrik RT ..................................................................................................... 4
Grafik 3 Kredit Konsumsi ......................................................................................................... 4
Grafik 4 Jumlah kendaraan Baru .............................................................................................. 5
Grafik 5 Realisasi Belanja Pegawai Pemda ............................................................................. 5
Grafik 6 Kredit Investasi Bank Umum ...................................................................................... 6
Grafik 7 Realisasi Belanja Modal Pemrov. Papua ................................................................... 6
Grafik 8 Volume Ekspor Non Migas Papua .............................................................................. 6
Grafik 9 Nilai Ekspor Non Migas Papua ................................................................................... 6
Grafik 10 Volume Impor Non Migas Papua ................................................................................ 7
Grafik 11 Nilai Impor Non Migas Papua ..................................................................................... 7
Grafik 12 Nilai Tukar Petani ......................................................................................................... 9
Grafik 13 PDRB Sektor Pertanian Papua ................................................................................... 9
Grafik 14 Perkembangan Kredit Perdagangan ........................................................................... 10
Grafik 15 Tingkat Hunian Hotel Papua ........................................................................................ 10
Grafik 16 Grafik Survey Konsumen ............................................................................................ 13
Grafik 17 Kredit Konsumsi Papua Barat ..................................................................................... 13
Grafik 18 Konsumsi Listrik Papua Barat .................................................................................... 14
Grafik 19 Perkembangan Volume Ekspor Papua Barat ............................................................ 14
Grafik 20 Perkembangan Nilai Ekspor Papua Barat.................................................................. 14
Grafik 21 Nilai Tukar Petani Papua Barat .................................................................................... 15
Grafik 22 PDRB Sektor Pertanian Papua Barat .......................................................................... 15
Grafik 23 Penggunaan Listrik ....................................................................................................... 16
Grafik 24 Perbandingan Inflasi Papua dengan Inflasi Nasional ................................................ 27
Grafik 25 Disagregasi Inflasi Kota Jayapura ............................................................................... 29
Grafik 26 Perkembangan Survei Konsumen ............................................................................... 29
Grafik 27 Perkembangan Aset Perbankan Provinsi Papua ........................................................ 38
Grafik 28 Komposisi Aset Perbankan .......................................................................................... 38
Grafik 29 Perkembangan Indikator Dana Pihak Ketiga Provinsi Papua .................................... 39
Grafik 30 Perkembangan Kredit Perbankan Provinsi Papua .................................................... 40
Grafik 31 Komposisi Kredit Perbankan ....................................................................................... 40
Grafik 32 Perkembangan NPL & LDR ......................................................................................... 41
Grafik 33 Pertumbuhan Kredit Sektor Utama Prov. Papua ....................................................... 42
Daftar Grafik
Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT xii
Grafik 34 Perkembangan NPL Kredit Sektor Utama Prov. Papua ............................................ 42
Grafik 35 Pertumbuhan Kredit RT Prov. Papua .......................................................................... 43
Grafik 36 Perkembangan NPL Kredit RT Prov. Papua ............................................................... 43
Grafik 37 Pertumbuhan Kredit MKM Prov. Papua ..................................................................... 44
Grafik 38 Perkembangan NPL Kredit MKM Prov. Papua ........................................................... 44
Grafik 39 Perkembangan Aset Perbankan Papua Barat ........................................................... 45
Grafik 40 Komposisi Aset Perbankan ......................................................................................... 45
Grafik 41 Perkembangan DPK Provinsi Papua Barat ................................................................ 46
Grafik 42 Perkembangan Kredit Provinsi Papua Barat ............................................................. 46
Grafik 43 Komposisi Kredit Perbankan ...................................................................................... 46
Grafik 44 Perkembangan NPL & LDR ......................................................................................... 48
Grafik 45 Pertumbuhan Kredit Sektor Utama Prov. Papua Barat ............................................. 49
Grafik 46 Perkembangan NPL Kredit Sektor Utama Prov. Papua Barat .................................. 49
Grafik 47 Pertumbuhan Kredit RT Prov. Papua Barat ............................................................... 50
Grafik 48 Perkembangan NPL Kredit RT Prov. Papua Barat ..................................................... 50
Grafik 49 Pertumbuhan Kredit MKM Prov. Papua Barat ........................................................... 50
Grafik 50 Perkembangan NPL Kredit RT Prov. Papua Barat ..................................................... 50
Grafik 51 Nilai Transaksi RTGS ................................................................................................... 52
Grafik 52 Perkembangan Kliring Wilayah Papua ....................................................................... 54
Grafik 53 Perkembangan Uang Kartal ........................................................................................ 55
Grafik 54 Perkembangan Penduduk Miskin Prov. Papua ......................................................... 61
Grafik 55 Perkembangan UMR Prov. Papua .............................................................................. 61
Grafik 56 Perkembangan Penduduk Miskin Papua Barat ......................................................... 62
Grafik 57 Perkembangan UMR Papua Barat .............................................................................. 62
Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT xiii
TABEL INDIKATOR
PDRB DAN INFLASI
2014
1 2 3 4 1 2 3 4 1
Pertanian 0.28% 3.95% 6.24% 7.25% 4.96% 4.90% 3.63% 8.26% 12.67%
Pertambangan & Penggalian -39.74% -23.93% -13.52% 54.67% 31.83% -24.61% 43.04% 64.24% -28.50%
Industri Pengolahan -0.64% 6.29% 3.31% 0.48% -1.77% 0.94% 5.16% 4.91% 13.34%
Listrik,Gas & Air Bersih 6.05% 7.25% 7.49% 7.17% 6.58% 8.01% 9.26% 8.41% 10.37%
Bangunan 19.00% 19.86% 16.43% 12.47% 7.30% 8.87% 4.76% 2.02% 8.82%
Perdagangan, Hotel & Restoran 8.11% 8.44% 10.92% 13.58% 13.66% 11.82% 8.68% 7.41% 9.99%
Angkutan & Komunikasi 9.05% 9.63% 10.41% 9.10% 9.58% 9.07% 7.64% 8.26% 13.85%
Keuangan, Persewaan & Jasa
Perusahaan 19.98% 1.76% 7.14% 1.61% 17.43% 12.32% 14.92% 23.08% 17.77%
Jasa - jasa 11.14% 8.80% 5.30% 8.91% 19.77% 15.07% 15.15% 9.61% 21.89%
TOTAL PDRB -11.19% -3.26% 1.34% 18.91% 16.22% -0.54% 17.98% 23.90% 0.57%
2014
1 2 3 4 1 2 3 4 1
Pertanian 0.55% 2.20% 0.06% 3.09% 2.41% 3.98% 5.84% 2.12% 0.97%
Pertambangan & Penggalian 14.96% 7.69% 1.10% -0.83% -3.87% -0.93% 2.84% 2.99% 1.78%
Industri Pengolahan 89.85% 52.04% 2.30% 1.46% 13.40% -0.79% 9.58% 28.23% -3.25%
Listrik,Gas & Air Bersih 10.08% 8.25% 7.63% 9.34% 8.68% 10.03% 9.48% 8.37% 8.33%
Bangunan 10.58% 10.39% 11.99% 15.99% 12.03% 11.51% 11.31% 10.74% 15.75%
Perdagangan, Hotel & Restoran 8.77% 8.02% 9.81% 12.96% 12.51% 12.87% 11.11% 10.75% 9.39%
Angkutan & Komunikasi 13.13% 11.08% 10.21% 11.93% 10.28% 11.12% 10.65% 8.90% 9.30%
Keuangan, Persewaan & Jasa
Perusahaan 9.12% 11.05% 1.03% 3.46% 10.90% 13.20% 9.57% 14.85%10.65%
Jasa - jasa 12.90% 10.11% 8.39% 16.19% 10.71% 10.94% 7.43% 6.19% 5.75%
TOTAL PDRB 35.83% 24.63% 3.87% 5.23% 9.54% 3.51% 8.53% 15.74% 1.54%
2013
2013Growth PDRB Papua
2012
Growth PDRB Papua Barat2012
MTM YTD QTQ YOY MTM YTD QTQ YOY IHK MTM YTD QTQ YOY
Bahan Makanan -5.71 -2.05 -2.05 0.43 -8.14 0.12 0.12 10.66 122.27 1.56 5.71 5.71 13.81
Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 0.47 0.78 0.78 2.72 0.22 0.90 0.90 4.14 113.14 0.19 1.98 1.98 9.50
Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar 0.38 0.71 0.71 2.13 0.14 4.51 4.51 7.17 112.80 0.07 1.90 1.90 6.30
Sandang 0.08 0.36 0.36 8.47 -0.64 -1.15 -1.15 0.93 106.35 0.44 0.71 0.71 5.09
Kesehatan 0.25 0.48 0.48 1.19 0.00 0.21 0.21 0.30 104.60 0.09 0.16 0.17 4.33
Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 0.00 0.01 0.01 0.41 0.02 0.04 0.04 4.99 106.60 0.00 0.00 0.00 3.92
Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan 0.19 -0.95 -0.95 2.11 -0.89 -1.24 -1.24 1.99 110.93 1.01 -0.48 -0.48 9.91
Inflasi Jayapura -1.52 -0.46 -0.46 1.94 -2.63 0.84 0.84 5.89 113.68 0.68 2.12 2.12 9.07
MTM YTD QTQ YOY MTM YTD QTQ YOY IHK MTM YTD QTQ YOY
Bahan Makanan -0.18 -2.02 -2.01 0.17 2.81 4.17 4.17 13.74 109.88 -0.95 -0.18 -0.18 4.15
Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 0.27 0.66 0.66 2.96 0.57 1.60 1.60 4.40 108.67 0.12 0.57 0.57 5.66
Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar 0.10 0.64 0.64 3.41 0.07 1.30 1.30 2.75 107.10 0.35 0.81 0.81 5.03
Sandang 0.15 0.37 0.37 2.59 0.11 0.40 0.40 4.24 100.81 0.11 0.28 0.28 -1.26
Kesehatan 0.56 1.33 1.33 3.30 0.30 0.35 0.35 1.56 106.47 0.04 0.65 0.65 4.95
Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 0.17 0.62 0.62 3.27 -0.08 0.35 0.35 3.21 105.29 0.02 0.00 0.00 3.36
Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan -0.44 -3.62 2.22 6.08 1.50 -4.32 -4.32 5.90 111.34 0.48 0.24 0.24 14.07
Inflasi Papua Barat (Inflasi MTM,YOY, QTQ =
%)
-0.05 -0.98 -0.98 2.65 1.37 1.31 1.31 7.41 108.41 -0.10 0.30 0.30 5.77
Kelompok Komoditi
2012
TW ITW I
2013
2013 2014
TW I
TW I
2014
TW I
2012
TW IKelompok Komoditi
Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT xiv
TABEL PERBANKAN
Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT xv
TABEL SISTEM PEMBAYARAN
Tabel Transaksi Kliring
Tabel Transaksi RTGS
Data belum termasuk bulan Maret
Tabel Perkasan KPwBI Papua & Papua Barat
2014
I II III IV I II III IV I
Total Volume (lembar) 46,393.00 47,304.62 39,426.52 45,039.00 49,407.00 48,418.86 44,343.00 32,208.00 26,604.00 -46.15%
Total Nominal Kliring (Rp Miliar) 1,205.76 1,203.12 1,337.15 1,654.78 1,214.44 1,311.60 1,617.17 1,203.64 1,196.63 -1.47%
Rata-Rata Perputaran Kliring(per hari)
Rata-Rata Volume (lembar) 800.86 813.06 691.69 805.88 849.00 832.02 703.07 516.64 454.17 -46.51%
Rata-Rata Nominal Perputaran Kliring Perhari
(Rp Milliar) 26.62 20.71 23.46 29.55 23.59 21.70 25.67 19.29 20.40 -13.54%
Nisbah Rata-Rata Penolakan
Volume (lembar) 1.49 1.12 1.45 1.95 2.19 1.18 1.92 2.03 1.46 -33.66%
Nominal Nisbah Rata-Rata Penolakan(Rp
Milliar) 1.25 1.40 1.86 1.07 2.50 1.45 2.12 2.81 2.32 -7.27%
Growth
(YOY)Kliring
2012 2013
2014
I II III IV I* II III IV I*
Outflow (from) Nominal (Rp.milliar) 12,830.78 7,193.81 9,006.45 13,220.13 4,202.10 8,187.49 9,929.65 13,739.36 5,753.71 36.92%
Lembar Warkat 10,341.50 7,366.00 12,730.00 13,917.00 7,993.00 7,743.18 11,764.00 13,586.00 7,474.00 -6.49%
Inflow (to) Nominal (Rp.milliar) 11,545.44 11,003.62 13,486.21 14,763.54 7,297.63 10,157.60 14,715.87 18,410.79 6,928.73 -5.06%
Lembar Warkat 12,090.36 13,374.00 16,177.00 17,372.00 8,933.00 11,314.36 15,230.00 16,698.00 9,241.00 3.45%
Net Inflow Nominal (Rp.milliar) -1,285.35 3,809.81 4,479.76 1,543.41 3,095.53 1,970.11 4,786.22 4,671.43 1,175.02 -62.04%
Lembar Warkat 1,748.86 6,008.00 3,447.00 3,455.00 940.00 3,571.18 3,466.00 3,112.00 1,767.00 87.98%
Intra Papua Nominal (Rp.milliar) 995.81 1,913.76 1,764.12 3,967.82 545.06 739.53 3,059.66 5,199.31 683.13 25.33%
Lembar Warkat 1,574.41 1,646.00 1,966.00 2,304.00 1,344.00 1,713.80 2,092.00 2,197.00 1,250.00 -6.99%
Growth
(YoY)RTGS
2012 2013
2014
I II III IV I II III IV I
Inflow (Rp Miliar) 2,171.39 1,179.91 1,664.51 1,628.75 2,702.12 1,260.27 3,894.13 5,391.32 2,853.48 5.60%
Outflow (Rp Miliar) 1,006.40 2,374.08 1,820.59 6,234.39 1,020.06 2,256.04 2,273.13 5,772.50 893.21 -12.44%
Net Inflow (Rp Miliar) 1,164.99 (1,194.16) (156.08) (4,605.64) 1,682.06 (995.77) 1,621.00 (381.17) 1,960.27 16.54%
Saldo Persediaan Kas (Rp Miliar) 1,968.74 1,347.28 1,903.90 1,364.45 2,806.80 1,606.50 2,816.45 2,160.46 3,725.24 32.72%
- Saldo Kas BI Jap (Rp Miliar) 1,580.98 835.09 1,424.06 1,134.24 2,305.21 1,248.36 1,216.45 1,859.04 3,202.60 38.93%
- Saldo Kas Titipan (Rp Miliar) 387.77 512.19 479.84 230.22 501.59 358.14 1,600.00 301.42 522.64 4.20%
Pemusnahan Uang kertas-TLE (Rp Miliar) 274.43 55.84 43.30 57.96 107.59 327.13 529.66 274.82 395.49 267.61%
Growth
(YOY)Uang Kartal
2012 2013
Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT xvi
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT xvii
RINGKASAN EKSEKUTIF
1. GAMBARAN UMUM
Pada triwulan I-2014, perekonomian Provinsi Papua maupun Papua
Barat menunjukkan percepatan pertumbuhan yang semakin meningkat.
Hal itu ditunjukkan oleh pertumbuhan ekonomi kedua provinsi yang masih
positif. Ekonomi Papua tumbuh sebesar 0,57% (yoy) sementara ekonomi
Provinsi Papua Barat tumbuh sebesar 1,54% (yoy). Pertumbuhan kedua
provinsi tersebut mengalami pelemahan jika dibandingkan dengan
pencapaian pada triwulan IV-2013.
2. MAKRO EKONOMI
Dari sisi penawaran, ekonomi Papua terutama ditopang oleh
pertumbuhan pada sektor jasa-jasa; sektor pertanian; sektor angkutan dan
transportasi; sektor bangunan; sektor perdagangan, hotel &restoran; sektor
Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan. Sementara itu, sektor
bangunan; sektor perdagangan hotel dan restoran; sektor jasa-jasa; sektor
angkutan & komunikasi serta sektor Keuangan menjadi motor penggerak
utama pertumbuhan ekonomi Papua Barat.
2. KEUANGAN DAERAH
Pada tahun 2014, target Pendapatan didalam APBD Provinsi Papua
tercatat sebesar sebesar Rp 10,489 triliun. Angka tersebut meningkat
sebesar 28,15% (yoy) jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Besarnya APBD dari segi pendapatan sebagian besar di topang oleh
tingginya dana perimbangan dan dana otonomi khusus yang dialokasikan
oleh pemerintah pusat. Hal ini seiring dengan peningkatan target
pendapatan didalam APBN secara nasional. Dari sisi belanja, Pemerintah
Daerah Provinsi Papua pada tahun 2014 menargetkan sebesar Rp 11,21
triliun. Angka tersebut meningkat sebesar 39,46% (yoy) jika dibandingkan
dengan tahun sebelumnya. Tingginya kenaikan anggaran belanja Pemda
Papua terutama disebabkan oleh meningkatnya belanja modal, belanja
bagi hasil dan bantuan keuangan bagi pemda lain serta belanja tidak
langsung pegawai.
Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT xviii
4. INFLASI
Sampai dengan periode triwulan I-2014, inflasi Provinsi Papua3
tercatat sebesar 9,58% (yoy) lebih tinggi dibandingkan triwulan IV-2013
yang tercatat sebesar 8,27% (yoy). Angka tersebut mengalami peningkatan
yang cukup signifikan seiring adanya peningkatan harga komoditas bahan
makanan. Jika dibandingkan dengan inflasi nasional, laju inflasi Provinsi
Papua tercatat lebih tinggi, dimana inflasi nasional pada triwulan I-2014
tercatat sebesar 7,75% (yoy). Sementara itu, inflasi gabungan di Provinsi
Papua Barat4 tercatat sebesar 5.77% (yoy).
5. PERBANKAN
Secara umum, kinerja perbankan di Provinsi Papua dan Provinsi
Papua Barat pada triwulan I-2014 mengalami pertumbuhan yang cukup
besar. Hal ini tercermin dari pertumbuhan beberapa indikator perbankan
yang cukup signifikan. Fungsi intermediasi perbankan terlihat cukup
meningkat sebagaimana tercermin dari pertumbuhan dana pihak ketiga di
sisi pasiva perbankan yang tumbuh sebesar 11,66% (yoy). Sementara disisi
aktiva, kredit perbankan tumbuh cukup signifikan sebesar 24,14% (yoy)
dan mendorong meningkatnya loan to deposit rate (LDR) perbankan
menjadi sebesar 64,50% (yoy) pada triwulan I-2014 dari sebesar 58,01%
(yoy) pada triwulan I-2013. Namun demikian, LDR tersebut masih dibawah
angka yang ditargetkan.
Secara umum, kinerja Jika dilihat dari kualitas penyaluran kredit yang
diberikan kepada sektor utama di Papua dapat dikatakan bahwa hampir
seluruh sektor masih berada pada tahap yang cukup aman dengan
pencapaian Non Performing Loan (NPL) yang masih berada dibawah 5%.
Sementara itu, ketahanan penyaluran kredit terhadap sektor utama di
Papua Barat masih cukup sehat, namun khusus untuksektor industri
pengolahan perlu mendapatkan perhatian lebih karena memiliki NPL
lebih dari 5% (tercatat sebesar 5,52%).
3 Inflasi di Propinsi Papua dihitung dari pergerakan harga barang dan jasa di Kota Jayapura dan Kab.
Merauke. 4 Inflasi di Provinsi Papua Barat dihitung dari pergerakan harga barang di Kab. Manokwari dan Kota Sorong.
Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT xix
6. SISTEM PEMBAYARAN
Pada triwulan I-2014, nilai transaksi keluar (outflow) melalui BI-RTGS
dari Wilayah Papua mencapai Rp 5,75 trilliun atau naik sebesar 36,92%
(yoy) jika dibandingkan dengan nilai transaksi pada triwulan yang sama di
tahun sebelumnya atau turun sebesar -58,12% (qtq) jika dibandingkan
dengan triwulan sebelumnya. Besarnya transaksi keluar wilayah Papua
merupakan akibat terjadinya pembayaran atas pasokan barang-barang
kebutuhan yang sebagian berasal dari luar wilayah Papua. Disisi lain,
jumlah dana yang masuk ke wilayah Papua atau transaksi masuk (inflow)
mencapai Rp 6,93 triliun, angka tersebut mengalami penurunan sebesar -
5,06% (yoy) jika dibandingkan dengan nilai transaksi pada triwulan yang
sama di tahun sebelumnya serta turun sebesar -62,37% (qtq) jika
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Tingginya nilai transaksi masuk
berasal dari besarnya dana alokasi umum dan dana otonomi khusus bagi
Pemerintah daerah di wilayah Papua. Adapun nilai transaksi keuangan
antar bank melalui sarana BI-RTGS di wilayah Papua tercatat sebesar Rp
683,13 miliar atau naik sebesar 25,33% (yoy) dibandingkan dengan tahun
lalu atau turun sebesar -86,86% (qtq) dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya.
6. PROSPEK PEREKONOMIAN DAN INFLASI
Pada tahun 2014, perekonomian Provinsi Papua diperkirakan masih
akan mengalami pertumbuhan tahunan positif sebesar 5,55%±1% (yoy),
lebih rendah jika dibandingkan dengan pertumbuhan selama tahun 2013
sebesar 14,72% (yoy). Adapun pada triwulan II-2014 pertumbuhan
perekonomian Provinsi Papua diperkirakan akan tumbuh sebesar 2,62%
(yoy). Pada tahun 2014, perekonomian Provinsi Papua Barat diperkirakan
masih akan mengalami pertumbuhan tahunan yang positif sebesar
6,53%±1% (yoy), lebih rendah jika dibandingkan dengan pertumbuhan
selama tahun 2013 sebesar 9,30% (yoy). Pada tahun triwulan I-2014,
perekonomian Provinsi Papua Barat diperkirakan masih akan mengalami
pertumbuhan yang positif sebesar 6,50%±1% (yoy).
Sampai dengan akhir tahun 2014, Provinsi Papua diperkirakan akan
mengalami inflasi tahunan sebesar 5,29% (yoy). Pencapaian inflasi
Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT xx
Provinsi Papua pada tahun 2014 secara optimis berada dalam rentang
target yang telah ditetapkan dengan catatan semua harga barang yang
diatur oleh Pemerintah (administred price) serta kelancaran pasokan
distribusi barang ke Papua tidak mengalami perubahan maupun
gangguan yang signifikan. Pada triwulan I-2014, inflasi tahunan Provinsi
Papua diperkirakan berada level 7,54 ± 1% (yoy). Sampai dengan akhir
tahun 2014, Provinsi Papua Barat diperkirakan akan mengalami inflasi
tahunan sebesar 4,50% (yoy). Pada triwulan I-2014, inflasi tahunan
Provinsi Papua Barat diperkirakan berada level 5,82±1% (yoy).
Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 1
BAB 1.
MAKROEKONOMI REGIONAL
Pada triwulan I-2014, perekonomian Provinsi Papua maupun Papua Barat menunjukkan
pertumbuhan yang masih positif meskipun melambat dibandingkan periode sebelumnya. Rilis
data BPS pada triwulan I-2014 menunjukan bahwa perekonomian Papua tumbuh sebesar
0,57% (yoy) sementara ekonomi Provinsi Papua Barat tumbuh sebesar 1,54% (yoy). Dari sisi
permintaan, pertumbuhan ekonomi Papua dan Papua Barat terutama ditopang oleh sektor
konsumsi dan investasi. Dari sisi penawaran, hampir seluruh sektor menjadi pendorong
perekonomian di Provinsi Papua dan Papua Barat. Hanya sektor pertambangan di Provinsi
Papua dan sektor industri pegolahan di Provinsi Papua Barat yang mengalami penurunan.
Sektor pertambangan yang secara historis selalu menjadi penopang ekonomi Papua
justru pada triwulan laporan justru mencatatkan pertumbuhan yang negatif sebesar -28,50%
(yoy), hal oni terjadi sebagai akibat dari penerapan UU Minerba pada awal tahun 2014 yang
jugamempengaruhi perusahaan pertambangan di Provinsi Papua. Oleh karena itu, pada
triwulan I-2014 perekonomian Papua justru sebagaian besar didorong oleh pertumbuhan dari
sektor jasa-jasa. Sementara itu, untuk Provinsi Papua Barat pada triwulan laporan
perekonomiannya sebagian besar ditopang oleh sektor bangunan yang tumbuh sebesar
15,75% (yoy). Hal tersebut sedikit berbeda dari keadaan biasanya, dimana secara histroris
perekonomian Papua Barat selalu bergantung pada sektor industri pengolahan. Penurunan
kinerja dari salah satu perusahaan penghasil gas alam disinyalir menjadi penyebab terjadinya
hal tersebut.
I. Provinsi Papua
1.1. Sisi Permintaan
Pada triwulan I-2014, perekonomian Provinsi Papua tumbuh sebesar 0,57 % (yoy) atau
jauh lebih rendah dibandingkan triwulan IV-2013 yang mengalami pertumbuhan sebesar
23,86% (yoy). Dari sisi permintaan, kinerja ekonomi Papua ditopang oleh komponen konsumsi
(masyarakat dan pemerintah) dan investasi (pembentukan modal tetap bruto) yang tumbuh
cukup signifikan. Membaiknya kinerja komponen konsumsi (masyarakat dan pemerintah)
yang cukup tinggi terjadi seiring dengan pelaksanaan Pemilu Legislatif pada tahun 2014. Di
samping itu, kinerja investasi (pembentukan modal tetap bruto) juga mengalami pertumbuhan
yang cukup menggembirakan seiring tingginya prospek untuk berinvestasi di Papua dan juga
akibat tingginya alokasi dari dana perimbangan yang digunakan untuk investasi infrastruktur
di daerah. Kedepan, ekpektasi konsumsi masyarakat yang tetap tinggi akan turut menjaga
kinerja ekonomi di Provinsi Papua untuk tetap tumbuh positif.
Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 2
Tabel 1.
Laju Pertumbuhan Ekonomi Tahunan Provinsi Papua & Provinsi Papua Barat
Harga Konstan Dari Sisi Sektoral (%)
Sumber : BPS Provinsi Papua & BPS Provinsi Papua Barat
Tabel 2.
Pertumbuhan Ekonomi (yoy) Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
Dari Sisi Permintaan (%)
Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Papua & Papua Barat
2014
1 2 3 4 1 2 3 4 1
Pertanian 0,28% 3,95% 6,24% 5,51% 4,96% 4,90% 3,63% 10,04% 12,67%
Pertambangan & Penggalian -39,74% -23,93% -13,52% 54,67% 31,83% -24,61% 43,04% 64,24% -28,50%
Industri Pengolahan -0,64% 6,29% 3,31% 0,48% -1,77% 0,94% 5,16% 4,91% 13,34%
Listrik,Gas & Air Bersih 6,05% 7,25% 7,49% 7,18% 6,58% 8,01% 9,26% 8,41% 10,37%
Bangunan 19,00% 19,86% 16,43% 16,04% 7,30% 8,87% 4,76% -1,11% 8,82%
Perdagangan, Hotel & Restoran 8,11% 8,44% 10,92% 13,58% 13,66% 11,82% 8,68% 7,41% 9,99%
Angkutan & Komunikasi 9,05% 9,63% 10,41% 9,10% 9,58% 9,07% 7,64% 8,26% 13,85%
Keuangan, Persewaan & Jasa
Perusahaan 19,98% 1,76% 7,14% 1,61% 17,43% 12,32% 14,92% 23,08% 17,77%
Jasa - jasa 11,14% 8,80% 5,30% 8,09% 19,77% 15,07% 15,15% 10,44% 21,89%
TOTAL PDRB -11,19% -3,26% 1,34% 18,94% 16,22% -0,54% 17,98% 23,86% 0,57%
2014
1 2 3 4 1 2 3 4 1
Pertanian 0,55% 2,20% 0,06% 3,09% 2,41% 3,98% 5,84% 2,12% 0,97%
Pertambangan & Penggalian 14,96% 7,69% 1,10% -0,83% -3,87% -0,93% 2,84% 2,99% 1,78%
Industri Pengolahan 89,85% 52,04% 2,30% 1,46% 13,40% -0,79% 9,58% 28,23% -3,25%
Listrik,Gas & Air Bersih 10,08% 8,25% 7,63% 9,34% 8,68% 10,03% 9,48% 8,37% 8,33%
Bangunan 10,58% 10,39% 11,99% 15,99% 12,03% 11,51% 11,31% 10,74% 15,75%
Perdagangan, Hotel & Restoran 8,77% 8,02% 9,81% 12,96% 12,51% 12,87% 11,11% 10,75% 9,39%
Angkutan & Komunikasi 13,13% 11,08% 10,21% 11,93% 10,28% 11,12% 10,65% 8,90% 9,30%
Keuangan, Persewaan & Jasa
Perusahaan 9,12% 11,05% 1,03% 3,46% 10,90% 13,20% 9,57% 14,85%10,65%
Jasa - jasa 12,90% 10,11% 8,39% 16,19% 10,71% 10,94% 7,43% 6,19% 5,75%
TOTAL PDRB 35,83% 24,63% 3,87% 5,23% 9,54% 3,51% 8,53% 15,74% 1,54%
Growth PDRB Papua Barat2012
Growth PDRB Papua 2012 2013
2013
2014
1 2 3 4 1 2 3 4 1
Konsumsi Rumah Tangga 7,35% 8,14% 7,49% 5,53% 6,68% 6,37% 6,10% 6,97% 7,87%
Konsumsi Nirlaba 7,14% 6,95% 6,98% 7,12% 6,81% 6,82% 6,89% 7,02% 7,72%
Konsumsi Pemerintah 8,15% 12,58% 9,29% 0,60% 6,18% 4,75% 3,39% 6,83% 8,42%
PMTB 7,24% 9,42% 8,42% 3,56% 7,47% 7,55% 7,23% 5,20% 7,07%
Perubahan Stok 37,37% 5,60% -13,08% 67,80% 82,95% -3,24% 81,19% 104,72% -86,28%
Ekspor -52,57% -33,74% -37,16% 121,17% 91,27% -12,54% 60,24% 94,94% -29,47%
Dikurangi Impor -15,10% -4,98% -7,47% 6,80% 1,05% 10,23% 0,35% 0,57% 47,82%
PDRB -11,19% -3,26% 1,34% 18,91% 16,21% -0,54% 18,01% 23,90% 0,57%
2014
1 2 3 4 1 2 3 4 1
Konsumsi Rumah Tangga 6,46% 7,51% 7,14% 9,33% 8,83% 8,02% 9,72% 9,90% 10,83%
Konsumsi Nirlaba 7,02% 7,74% 7,59% 10,47% 15,05% 8,52% 8,65% 7,11% 3,17%
Konsumsi Pemerintah 4,50% 6,74% 5,68% 5,72% 25,47% 6,10% 13,21% 19,15% 1,66%
PMTB 11,68% 14,71% 14,94% 15,97% 32,97% 18,24% 17,82% 18,60% 3,41%
Perubahan Stok -111,50% -113,18% -112,39% -142,89% -257,14% -236,79% -220,62% -233,53% -3,67%
Ekspor 80,74% 52,23% 2,61% -13,13% 22,42% 22,99% 28,81% 47,84% 1,12%
Dikurangi Impor 82,48% 77,04% 68,08% 61,40% 15,49% 11,24% 10,97% 16,82% 4,27%
PDRB 35,79% 23,79% 3,65% 5,23% 9,54% 3,51% 8,52% 15,74% 1,54%
Growth PDRB Papua
Growth PDRB Papua Barat
2012
2012
2013
2013
Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 3
Tabel 3.
Kontribusi Komponen Permintaan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi (yoy)
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat (%)
Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Papua & Papua Barat
Tabel 4.
Kontribusi Sektor Ekonomi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi (yoy)
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat (%)
Sumber: BPS Provinsi Papua & Papua Barat Diolah
2014
1 2 3 4 1 2 3 4 1
Konsumsi Rumah Tangga 7,38% 8,42% 8,02% 6,95% 8,11% 7,36% 6,93% 7,77% 8,76%
Konsumsi Nirlaba 5,68% 5,66% 5,81% 6,76% 6,54% 6,15% 6,06% 6,00% 6,81%
Konsumsi Pemerintah 1,70% 2,76% 2,21% 0,19% 1,57% 1,21% 0,87% 1,77% 1,95%
PMTB 3,09% 4,21% 3,88% 1,98% 3,85% 3,81% 3,56% 2,52% 3,38%
Perubahan Stok -6,01% -1,36% 2,19% -12,50% -20,62% 0,86% -11,65% -27,24% 33,77%
Ekspor -27,70% -18,43% -19,36% 28,33% 25,68% -4,69% 19,45% 41,29% -13,65%
Dikurangi Impor -12,04% -3,91% -6,61% 5,85% 0,80% 7,88% 0,29% 0,44% 31,69%
PDRB -11,19% -3,26% 1,34% 18,91% 16,21% -0,54% 18,01% 23,90% 0,57%
2014
1 2 3 4 1 2 3 4 1
Konsumsi Rumah Tangga 3,81% 4,12% 3,39% 4,66% 4,07% 3,81% 4,77% 5,14% 4,96%
Konsumsi Nirlaba 3,22% 3,25% 2,74% 3,97% 5,43% 3,10% 3,25% 2,83% 1,20%
Konsumsi Pemerintah 0,59% 0,87% 0,64% 0,68% 2,55% 0,68% 1,52% 2,30% 0,19%
PMTB 2,52% 2,86% 2,50% 2,93% 5,84% 3,26% 3,36% 3,76% 0,73%
Perubahan Stok 4,30% 2,32% 6,01% 24,04% -13,86% -14,63% -14,23% -16,01% 0,28%
Ekspor 42,07% 28,76% 1,73% -9,90% 15,56% 15,47% 19,08% 29,79% 0,87%
Dikurangi Impor 23,69% 21,03% 17,09% 16,49% 5,98% 4,36% 4,46% 6,93% 1,74%
PDRB 35,79% 23,79% 3,65% 5,23% 9,54% 3,51% 8,52% 15,74% 1,54%
2012Kontribusi PDRB Papua
Kontribusi PDRB Papua
Barat
2012
2013
2013
2014
1 2 3 4 1 2 3 4 1
Pertanian 0,05% 0,72% 1,14% 1,06% 0,95% 0,96% 0,70% 1,71% 2,20%
Pertambangan & Penggalian -16,21% -8,75% -4,55% 11,88% 8,81% -7,07% 12,36% 18,16% -8,95%
Industri Pengolahan -0,02% 0,17% 0,09% 0,01% -0,05% 0,03% 0,14% 0,13% 0,35%
Listrik,Gas & Air Bersih 0,01% 0,02% 0,02% 0,02% 0,02% 0,02% 0,02% 0,02% 0,03%
Bangunan 1,83% 2,01% 1,84% 2,28% 0,94% 1,11% 0,61% -0,15% 1,05%
Perdagangan, Hotel & Restoran 0,66% 0,70% 0,93% 1,34% 1,35% 1,10% 0,81% 0,70% 0,96%
Angkutan & Komunikasi 0,75% 0,83% 0,92% 0,95% 0,98% 0,88% 0,74% 0,79% 1,33%
Keuangan, Persewaan & Jasa
Perusahaan 0,61% 0,08% 0,29% 0,08% 0,72% 0,56% 0,64% 0,95% 0,74%
Jasa - jasa 1,13% 0,97% 0,66% 1,33% 2,51% 1,87% 1,96% 1,56% 2,86%
TOTAL PDRB -11,19% -3,26% 1,34% 18,94% 16,22% -0,54% 17,98% 23,86% 0,57%
2014
1 2 3 4 1 2 3 4 1
Pertanian 0,11% 0,40% 0,01% 0,49% 0,36% 0,59% 0,86% 0,33% 0,14%
Pertambangan & Penggalian 1,64% 0,79% 0,10% -0,08% -0,36% -0,08% 0,24% 0,26% 0,15%
Industri Pengolahan 30,14% 20,19% 1,08% 0,65% 6,28% -0,37% 4,45% 12,17% -1,58%
Listrik,Gas & Air Bersih 0,04% 0,03% 0,02% 0,03% 0,02% 0,03% 0,03% 0,03% 0,02%
Bangunan 0,81% 0,74% 0,74% 1,03% 0,75% 0,73% 0,75% 0,76% 1,01%
Perdagangan, Hotel & Restoran 0,71% 0,60% 0,62% 0,85% 0,81% 0,83% 0,74% 0,76% 0,62%
Angkutan & Komunikasi 0,85% 0,66% 0,53% 0,66% 0,55% 0,59% 0,59% 0,52% 0,50%
Keuangan, Persewaan & Jasa
Perusahaan 0,18% 0,21% 0,02% 0,06% 0,17% 0,22% 0,16% 0,27% 0,17%
Jasa - jasa 1,36% 1,03% 0,76% 1,53% 0,94% 0,98% 0,70% 0,65% 0,51%
TOTAL PDRB 35,83% 24,63% 3,87% 5,23% 9,54% 3,51% 8,53% 15,74% 1,54%
Kontribusi PDRB Papua 2012
Kontribusi PDRB Papua
Barat
2012
2013
2013
Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 4
1.1.1 Konsumsi Rumah Tangga
Pada triwulan I-2014, komponen konsumsi rumah tangga tumbuh mencapai 7,87% (yoy)
atau lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada triwulan IV-2013 yang tercatat sebesar
6,97% (yoy). Meningkatnya pertumbuhan konsumsi pada triwulan berjalan didorong oleh
beberapa aspek seperti: adanya perayaan beberapa hari besar keagamaan di wilayah Papua,
Pemilu Legislatif 2014 serta penyelenggaraan event oleh pemerintah daerah. Pertumbuhan
konsumsi juga terekam dari survei konsumen di Kota Jayapura. Hasil Survei Konsumen
menunjukkan terdapat kecenderungan meningkatnya konsumsi sebagai akibat adanya
kenaikan indek ketersediaan lapangan pekerjaan dengan Indeks mencapai 139,7 di triwulan
I-2014 yang lebih tinggi dibandingkan indeks pada triwulan IV-2013 sebesar 134,7.
Sementara itu, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) secara keseluruhan juga meningkat
menjadi sebesar 134,1 dari triwulan IV-2013 yang tercatat hanya sebesar 130,9.
Sumber: KPwBI Papua & Papua Barat
Peningkatan komponen konsumsi juga terekam dari perkembangan konsumsi listrik
rumah tangga yang tumbuh 1,36% (yoy) pada triwulan I-2014. Tingginya aktivitas konsumsi
tersebut juga tercermin dari tingginya pertumbuhan penyaluran kredit konsumsi oleh
perbankan yang pada periode laporan tumbuh sebesar 18,07% (yoy). Pada triwulan I-2014,
peningkatan konsumsi masyarakat juga tercermin pada peningkatan jumlah kendaraan baru
yang didaftarkan yang tercatat mengalami peningkatan sebesar 7,23% (yoy).
Sumber: PLN Wilayah Papua, diolah
Grafik 3. Kredit Konsumsi Bank Umum Papua Grafik 2. Konsumsi Listrik Rumah Tangga Papua
Grafik 1. Survei Konsumen
Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 5
Dari sisi, konsumsi Pemerintah sampai dengan triwulan I-2014 juga mengalami
pertumbuhan sebesar 8,42% (yoy), angka tersebut lebih tinggi jika dibandingkan dengan
pertumbuhan pada triwulan IV-2013 yang tercatat sebesar 6,83% (yoy). Peran pemerintah
dalam peningkatan konsumsi juga cukup besar seperti terlihat dari peningkatan realisasi
belanja pegawai pemda yang terealisasi cukup besar pada triwulan berjalan dari alokasi
anggaran yang tersedia.
Secara tahunan, konsumsi swasta juga mengalami pertumbuhan sebesar 7,72% (yoy).
Komponen konsumsi swasta merupakan komponen yang mengalami pertumbuhan terbesar
kedua setelah konsumsi pemerintah. Peningkatan pendapatan secara tahunan yang
dirasakan oleh masyarakat Papua (melalui kenaikan UMR) juga turut mendorong
peningkatan konsumsi dari waktu ke waktu walaupun hal tersebut tidak seluruhnya dapat
dirasakan oleh masyarakat Papua secara merata.
1.1.2 Investasi
Realisasi investasi (PMTB) pada periode triwulan I-2014 menunjukkan pertumbuhan yang
cukup menggembirakan yaitu tumbuh sebesar 7,07% (yoy) atau lebih tinggi dari
pertumbuhan triwulan sebelumnya yang hanya tercatat sebesar 5,20% (yoy).
Pertumbuhan investasi tidak terlepas dari semakin membaiknya prospek bisnis di
Papua yang mendorong tingginya minat investor untuk melakukan ekspansi bisnis yang
tercermin dari semakin tingginya penyaluran kredit untuk pembiayaan kegiatan investasi.
Pada periode triwulan I-2014, realisasi kredit investasi tercatat sebesar Rp 2,65 triliun atau
tumbuh sebesar 20,72% (yoy) jika dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun
sebelumnya. Tingginya minat ekspansi bisnis tersebut mencerminkan adanya peningkatan
peran investasi swasta dalam mendorong pengembangan ekonomi Papua. Selain faktor
pembiayaan perbankan, pertumbuhan investasi di triwulan I-2014 juga didorong oleh
meningkatnya belanja modal Pemerintah Daerah (PEMDA) Provinsi Papua sebesar 28,83%
Grafik 4. Jumlah Kendaraan Baru Papua Grafik 5. Belanja Pegawai PEMDA Prov. Papua
Sumber: KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat
Sumber:Dispenda Prov. Papua, diolah Sumber: BKAD Prov. Papua, diolah
Sumber: BPKAD Provinsi Papua,
diolah
Sumber: PLN Wilayah Papua, diolah
Sumber: BPKAD Provinsi Papua, diolah
Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 6
(yoy). Pertumbuhan tersebut terutama didorong oleh kelanjutan berbagai realisasi
pengerjaan beberapa proyek infrastruktur PEMDA.
1.1.3 Ekspor dan Impor
Ekspor Provinsi Papua pada triwulan I-2014 mengalami penurunan sebesar -29,47%
(yoy) sedangkan impor tumbuh cukup signifikan sebesar 47,82% (yoy).
Pada triwulan I-2014, berdasarkan data bea cukai, nilai ekspor non migas Provinsi
Papua ke luar negeri (LN) tercatat sebesar US$135,23 Juta atau mengalami penurunan
yang signifikan sebesar -73,47% (yoy), sementara secara volume tercatat sebesar 83,09
ribu ton atau mengalami penurunan sebesar -68,64% (yoy). Penyebab utama menurunnya
kinerja ekspor ke LN pada periode laporan terjadi seiring penerapan UU Minerba yang
melarang perusahaan tambang yang ada di Papua untuk mengekspor hasil tambang
mentah. Penerapan ketentuan tersebut sangat berdampak terhadap kinerja ekspor Papua
ke LN mengingat 90% dari ekspor Provinsi Papua LN merupakan ekspor bahan tembang
mentah. Tren pertumbuhan ekspor Papua secara historikal memiliki hubungan yang searah
dengan pertumbuhan penjualan Perusahaan Pertambangan yang terdapat di Papua baik
untuk komoditas tembaga maupun emas yang pada triwulan I-2014 mengalami penurunan
masing-masing sebesar -44,95% (yoy) dan -15,18% (yoy).
Sumber: Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, diolah Sumber: Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, diolah
Grafik 7. Belanja Modal
Grafik 8. Volume Ekspor Non Migas Papua Grafik 9. Nilai Ekspor Non Migas Papua
Sumber: BPKAD Provinsi Papua, diolah
Grafik 6. Kredit Investasi Perbankan Papua
Sumber: KPwBI Papua & Papua Barat Sumber:BKAD Provinsi Papua
Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 7
Tabel 5. Perkembangan Penjualan Hasil Tambang Papua
Sumber: Laporan Keuangan Perusahaan
mpor non-migas Papua dari LN justru mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi
pada triwulan laporan mencapai 19,41% (yoy). Sejalan dengan peningkatan nilai, volume
impor Papua juga mengalami peningkatan sebesar 100,68% (yoy). Peningkatan kinerja impor
dikhawatirkan dapat mendorong terjadinya defisit neraca transaksi perdagangan secara
nasional.
1.2. Sisi Penawaran
Pada sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi di Provinsi Papua didorong oleh
pertumbuhan positif dari seluruh sektor ekonomi kecuali sektor pertambangan yang
mencatatkan penurunan. Pertumbuhan tertinggi dialami oleh sektor jasa-jasa yang berhasil
tumbuh sebesar 21,89% (yoy), sedangkan petumbuhan terendah terjadi pada sektor
pertambangan yang turun sebesar -28,50% (yoy). Adapun pertumbuhan tahunan untuk sektor-
sektor lainnya adalah sebagai berikut: sektor pertanian sebesar 12,67%; sektor bangunan
sebesar 8,82%; sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan sebesar 17,77%; sektor
industri pengolahan sebesar 13,34%, sektor perdagangan, hotel, dan restoran sebesar
9,99%; sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar 13,85%; dan sektor listrik dan air
bersih sebesar 10,37%.
237 292 109
278 476 162
Grafik 10. Volume Impor Non Migas Papua Grafik 11. Nilai Impor Non Migas Papua
Sumber: Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, diolah Sumber: Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, diolah
Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 8
1.2.1. Sektor Pertanian
Sektor pertanian pada periode triwulan I-2014 mengalami pertumbuhan sebesar
12,67% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar
8,30% (yoy). Hal ini disebabkan pada triwulan berjalan, produksi dan produktivitas beberapa
komoditas tanaman pangan mengalami kenaikan sebagai akibat dari terjadinya panen raya
dengan hasil yang lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya. Hal ini sejalan dengan tren
kenaikan ARAM dimana untuk tingkat produksi padi sawah mengalami peningkatan tahunan
secara rata-rata sekitar 5-10%.
Tabel 6. Perkembangan Produktivitas Komoditas Pangan Papua
Salah satu faktor pendukung tercapainya pertumbuhan di sektor pertanian adalah
pertumbuhan di sub sektor perikanan. Pada triwulan I-2014, sub sektor perikanan mengalami
peningkatan volume produksi pada hampir seluruh jenis komoditas perikanan terutama ikan
dari perairan umum dan perikanan budidaya yang secara keseluruhan mengalami
pertumbuhan sebesar 5,38% (yoy) dan 9,50% (yoy). Secara kuantitas, sepanjang periode
triwulan I-2014 total volume hasil produksi perikanan diperkirakan mencapai 79.427 ton atau
tumbuh 3,4%
Pertumbuhan sektor pertanian di Papua justru bertolak belakang dengan pencapaian
nilai NTP Papua pada triwulan I-2014 yang mengalami penurunan sebesar 0,55 poin dari
pencapaian pada triwulan I-2013 sebesar 101,24 menjadi 99,69 pada triwulan I-2014. Angka
NTP yang berada di bawah nilai 100 menunjukkan biaya yang dikeluarkan oleh petani lebih
besar dari keuntungan yang diterima. Hal ini menunjukkan, walaupun sektor pertanian di
Prov. Papua mengalami pertumbuhan namun kesejahteraan petaninya justru mengalami
penurunan.
2012 2013
Produksi Ubi Kayu (Ton) 35,531 34,899 36,679 38,901 5.10 6.06
Luas Panen (Ha) 2,988 2,867 3,020 3,171 5.34 5.00
Produktivitas (Ton/Ha) 11.89 12.17 12.15 12.27 -0.22 1.01
2012 2013
Produksi Ubi Jalar (Ton) 6,834 6,885 6,393 7,034 -7.15 10.03
Luas Panen (Ha) 3,903 3,825 3,553 3,005 -7.11 -15.42
Produktivitas (Ton/Ha) 1.75 1.80 1.80 2.34 -0.04 30.09
2012 2013
Produksi Ubi Jalar (Ton) 4,152 3,959 4,156 4,610 4.98 10.92
Luas Panen (Ha) 3,763 3,549 3,732 3,750 5.16 0.48
Produktivitas (Ton/Ha) 1.10 1.12 1.11 1.23 -0.17 10.39
Sumber : BPS Provinsi Papua, diolah
Ubi Kayu 2010 2011 2012 2013Growth (%)
Jagung 2013Growth (%)
Kacang Tanah 2010 2011 2012 2013Growth (%)
2010 2011 2012
Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 9
Tabel 7. Perkembangan Produksi Perikanan Provinsi Papua
Sumber: BPS Provinsi Papua Sumber: BPS Provinsi Papua
1.2.2. Sektor Pertambangan dan Penggalian
Sektor pertambangan dan penggalian pada triwulan I-2014 mengalami penurunan yang
signifikan sebesar -28,50% (yoy) atau lebih rendah dari triwulan IV-2013 yang tercatat tumbuh
sebesar 64,24% (yoy). Sebagai penopang utama sektor tambang, penurunan produksi
tambang oleh salah satu perusahaan tambang terbesar yang ada di Papua turut memberikan
kontribusi yang signifikan terhadap menurunnya kinerja sektor tambang.
Tabel 8. Perkembangan Produksi Pertambangan Papua
Laporan produksi periode triwulan I-2014 dari salah satu perusahaan pertambangan
besar di Papua menunjukkan adanya penurunan produksi tembaga dan emas masing-masing
2013
TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1
LAUT
Produksi (Ton) 67,343 71,710 69,363 70,710 73,185 67,193 71,188 73,440 75497
Pertumbuhan Tahunan (%) 15.10 6.48 2.99 3.44 8.67 -6.30 0.68 3.86 3.16
PERAIRAN UMUM (axis kanan)
Produksi (Ton) 2,616 2,344 2,694 2,414 1,888 1,980 1,963 1,993 1990
Pertumbuhan Tahunan (%) 35.80 23.29 41.70 25.11 -27.80 -15.51 -18.69 -17.47 5.38
BUDIDAYA (axis kanan)
Produksi (Ton) 1,640 1,558 1,689 1,605 1,740 1,685 1,422 2,223 1940
Pertumbuhan Tahunan (%) 149.85 165.19 187.52 55.80 6.09 8.15 -11.39 38.54 11.50
TOTAL PRODUKSI (Ton) 71,599 75,612 73,747 74,729 76,813 70,859 74,573 77,656 79,427
PERTUMBUHAN TAHUNAN (%) 17.20 8.27 5.60 4.78 7.28 -6.29 1.12 3.92 3.40
2012
2
2013
3
No URAIAN
1
253 304 140
297 502 208
Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Papua,
diolah
Grafik 12. Nilai Tukar Petani Papua Grafik 13. PDRB Sektor Pertanian Papua
Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 10
sebesar -36,07% dan -1,89%. Penurunan produksi yang cukup signifikan tersebut disinyalir
sebagai akibat dari penerapan UU Minerba yang melarang seluruh perusahaan tambang
untuk melakukan ekspor hasil tambang mentah. Oleh karena pembatasan ekspor tersebut
maka pada triwulan I-2014, perusahaan tambang di Provinsi Papua mulai membatasi
kegiatan produksinya dalam rangka melakukan efisiensi biaya.
1.2.3. Sektor Perdagangan, Hotel Dan Restoran
Sektor perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) pada triwulan I-2014 tercatat tumbuh
sebesar 9,99% (yoy) atau lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada triwulan IV-2013 yang
tumbuh 7,41%(yoy). Positifnya pertumbuhan kinerja sektor perdagangan papua juga
tercermin dari tingginya kegiatan bongkar muat barang di pelabuhan Papua. Pada triwulan I-
2014, arus bongkar muat barang mengalami pertumbuhan sebesar 1,16% (yoy) dibandingkan
periode yang sama tahun sebelumnya. Peningkatan arus barang juga mengakibatkan volume
bongkar muat pelabuhan pada triwulan I-2014 juga mengalami peningkatan dari triwulan
sebelumnya sebesar 216.786 ton menjadi sebesar 258.649 ton.
Tabel 9. Perkembangan Arus Bongkar Muat Barang di Pelabuhan Papua
Sumber: PT Pelindo Papua
Pertumbuhan sektor PHR pada triwulan laporan juga terlihat dari peningkatan occupancy
rate hotel di Provinsi Papua yang mencapai angka 72% atau lebih tinggi dari triwulan yang
sama pada tahun sebelumnya yang hanya mencapai 70%. Adanya penyelenggaraan Pemilu
Legislatif 2014 menjadi salah satu pendorong meningkatnya tingkat hunian hotel di Provinsi
Papua. Pertumbuhan sektor perdagangan pada triwulan I-2014 juga sejalan dengan
pertumbuhan penyaluran kredit perdagangan yang disalurkan oleh perbankan di Provinsi
Papua yang tercatat meningkat sebesar 19,52% (yoy).
Sumber: KPwBI Papua & Papua Barat Sumber: Badan Pusat Statistik
2014
TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1
Volume Bongkar Muat 284.266 302.668 259.997 205.380 255.672 295.761 265.424 216.786 258.649
Pertumbuhan Tahunan Arus Barang (%) 13,64% 1,65% 2,06% -27,27% -10,06% -2,28% 2,09% 5,55% 1,16%
20132012Perkembangan Arus Bongkar
Muat Barang
Sumber: PT. Pelindo IV Wilayah Papua
Grafik 14. Perkembangan Kredit Perdagangan Grafik 15. Tingkat Hunian Hotel Papua
Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 11
Tabel 10. Perkembangan Arus Penumpang Kapal di Pelabuhan Papua
1.2.4. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi
Sektor pengangkutan dan komunikasi pada triwulan I-2014 tumbuh mencapai 13,85%
(yoy) lebih tinggi jika dibandingkan pertumbuhan pada triwulan IV-2013 yang tercatat sebesar
8,26% (yoy). Pertumbuhan pada sektor ini didorong oleh peningkatan kinerja pada subsektor
angkutan laut, angkutan udara, komunikasi, serta sub sektor angkutan jalan raya yang
mengalami pertumbuhan pada periode triwulan laporan dibadingkan triwulan sebelumnya.
Sumber: PT. Pelindo IV Wilayah Papua
Sesuai kondisi geografis, sarana transportasi laut dan angkutan udara memegang
peranan penting dalam menunjang mobilitas arus distribusi barang maupun orang.
Pertumbuhan yang terjadi pada sektor pengangkutan dan komunikasi juga tercermin dari
peningkatan jumlah penumpang Kapal Laut yang pada triwulan I-2014 mencapai 57.846
orang atau tumbuh sebesar 20,81% (yoy) dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.
Pertumbuhan tersebut terjadi seiring tingginya mobilitas penduduk di wilayah Papua terutama
menjelang perayaan Pileg 2014 serta adanya beberapa perayaan hari besar keagamaan.
Selain itu, khusus untuk subsektor telekomunikasi dalam beberapa waktu kedepan akan
terus mengalami peningkatan seiring dengan kegiatan investasi di sektor ini berupa
pemasangan jaringan fiber optik di seluruh wilayah Papua.
1.2.5. Sektor Keuangan, Persewaaan dan Jasa Perusahaan.
Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan pada triwulan I-2014 tumbuh
mencapai 17,77% (yoy) lebih rendah dibandingkan pertumbuhan pada triwulan IV-2013 yang
tercatat sebesar 23,08% (yoy). Salah satu parameter pertumbuhan sektor ini tercermin dari
nilai tambah bank yang pada triwulan I-2014 berhasil tumbuh sebesar 25,63% (yoy) sedikit
lebih rendah dibandingkan dengan triwulan IV-2013 sebesar 35,19% (yoy).
Kinerja sektor keuangan mengalami perlambatan seiring dengan kebijakan Bank
Indonesia untuk menahan ekspansi penyaluran kredit pada tahun 2014 dari 25-30% pada
tahun sebelumnya menjadi hanya sebesar 15-20% pada tahun 2014.
2013
I II I I I IV I I I I I I IV I
Perkembangan Arus Penumpang
(orang)47.419 65.378 67.298 65.012 47.883 50.309 67.545 68.633 57846
Pertumbuhan Tahunan (%) -10,48% 34,29% -17,00% 16,89% 0,98% -23,05% 0,37% 5,57% 20,81%
20132012Indikator
Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 12
Tabel 11. Perkembangan Nilai Tambah Bank Provinsi Papua
Sumber: Bank Indonesia
II. Provinsi Papua Barat
2.1. Sisi Permintaan
Pada triwulan I-2014, ekonomi Papua Barat tumbuh sebesar 1,54% (yoy) lebih rendah
dibandingkan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 15,74% (yoy).
kinerja ekonomi Papua Barat ditopang oleh komponen konsumsi (masyarakat dan
pemerintah) dan investasi (pembentukan modal tetap bruto) yang tumbuh cukup baik.
Membaiknya kinerja komponen konsumsi (masyarakat dan pemerintah) secara signifikan
terjadi seiring adanya pelaksanaan Pemilu Legislatif pada tahun 2014. Di samping itu, kinerja
investasi (pembentukan modal tetap bruto) juga mengalami pertumbuhan yang cukup
menggembirakan seiring tingginya prospek untuk berinvestasi di wilayah Papua Barat akibat
digiatkannya pembangunan infrastruktur di wilayah Papua Barat. Menurunnya kinerja
produksi industri pengolahan migas pada triwulan laporan menjadi salah satu faktor
mendorong melemahnya pertumbuhan perekonomian di Provinsi Papua Barat. Kinerja
ekonomi Papua Barat pada triwulan laporan juga ditopang oleh komponen konsumsi
(masyarakat dan pemerintah) yang cukup tinggi seiring adanya perayaan hari beberapa hari
besar keagamaan dan adanya Pemilu Legislatif 2014.
Tabel 12. Pertumbuhan Sisi Permintaan Provinsi Papua Barat
Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Papua Barat
2014
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I
A. PENDEKATAN PENDAPATAN
1. Biaya Tenaga Kerja 91,710 130,972 137,215 173,271 124,953 139,876 185,417 197,748 137,561
2. Surplus 198,414 250,948 244,635 211,358 239,135 302,060 274,697 322,080 316,628
3. Pajak Tak Langsung Neto 351 447 493 523 274 475 790 704 333
4. Penyusutan 8,414 9,858 10,174 10,853 8,822 11,199 10,422 14,817 14,301
PRODUK BRUTO / NILAI TAMBAH BRUTO298,889 392,225 392,517 396,005 373,184 453,610 471,326 535,349 468,823
B. PENDEKATAN PRODUKSI
1. Hasil imputasi jasa 344,758 398,489 442,250 481,548 417,886 509,608 538,904 648,429 532,608
2. Penerimaan neto dari transaksi devisa (295) (467) (382) (156) (72) (275) (4,777) (1,191) 2,238
3. Provisi dan komisi 40,722 43,771 47,035 50,932 48,926 54,043 55,951 59,375 55,620
4. Pendapatan operasional lainnya 12,322 53,773 14,138 14,381 10,960 13,581 10,957 13,307 11,224
GROSS OUTPUT 397,507 495,566 503,041 546,705 477,700 576,957 601,035 719,920 601,690
5. Biaya-biaya antara 98,618 103,341 110,524 150,700 104,516 123,347 129,709 184,571 132,867
NILAI TAMBAH BRUTO / PRODUK BRUTO298,889 392,225 392,517 396,005 373,184 453,610 471,326 535,349 468,823
PERTUMBUHAN TAHUNAN (YoY) -4.51% 13.19% 11.29% 10.22% 24.86% 15.65% 20.08% 35.19% 25.63%
2012KOMPONEN
2013
2014
1 2 3 4 1 2 3 4 1
Konsumsi 1.570,24 1.647,71 1.710,77 1.770,76 1.708,85 1.779,93 1.877,07 1.946,11 1.894,00
Konsumsi RT & Nirlaba 1.229,48 1.263,13 1.308,84 1.360,24 1.414,53 1.370,72 1.422,04 1.456,97 1.459,36
Konsumsi Pemerintah 340,75 384,58 401,93 410,52 427,54 408,04 455,03 489,14 434,64
PMTB 603,51 621,07 657,79 689,71 802,47 734,34 774,99 818,02 829,83
Perubahan Stok 183,68 214,62 224,94 234,10 (288,63) (293,57) (271,32) (312,59) (278,04)
Ekspor 2.364,29 2.336,51 2.309,15 2.125,98 2.894,37 2.873,70 2.974,50 3.143,14 2.926,81
Impor 1.314,49 1.346,50 1.416,34 1.406,33 1.518,15 1.497,85 1.571,71 1.642,93 1.582,97
PDRB 3.407,22 3.473,40 3.486,32 3.414,22 3.732,15 3.595,38 3.783,51 3.951,75 3.789,63
PDRB Papua Barat2012 2013
Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 13
2.1.1 Konsumsi
Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2014 tumbuh sebesar 10,83% (yoy), lebih
rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang tercatat 9,90% (yoy). Masih
bertumbuhnya tingkat konsumsi tersebut secara tidak langsung mencerminkan bahwa
pendapatan masyarakat masih menunjukan adanya peningkatan. Perbaikan pendapatan
masyarakat tersebut juga terekam dari hasil Survei Konsumen Bank Indonesia di Kota
Manokwari yang menunjukkan peningkatan. Pada triwulan I-2014, Indeks Penghasilan Saat
Ini naik menjadi sebesar 154 dari 152 pada triwulan IV-2013. Hal ini menandakan bahwa
konsumen masih tetap optimis terhadap kondisi ekonomi yang secara tidak langsung
terefleksi dari meningkatnya pendapatan pada triwulan laporan. Selain itu, tingginya konsumsi
masyarakat pada triwulan berjalan juga terlihat dari meningkatnya indeks pembelian durable
goods atau barang tahan lama yang pada triwulan I-2014 mengalami peningkatan menjadi
sebesar 108 dari triwulan sebelumnya yang hanya tercatat sebesar 107,4.
Komponen konsumsi masyarakat memberikan kontribusi sebesar 4,96% terhadap
pertumbuhan ekonomi Papua Barat pada triwulan I-2014. Kontribusi konsumsi masyarakat
merupakan yang tertinggi dibandingkan dengan sektor lainnya, hal tersebut turut didorong
oleh peningkatan penyaluran kredit konsumsi perbankan. Pada periode triwulan I-2014,
realisasi kredit konsumsi tercatat sebesar Rp 2,91 trilliun atau tumbuh sebesar 22,63% (yoy).
Selain itu, peningkatan konsumsi masyarakat juga tercermin dari meningkatnya konsumsi
listrik rumah tangga sebesar 4,34% (yoy) atau mencapai 121,49 juta Kwh.
Kinerja konsumsi rumah tangga pada awal tahun 2014 di Provinsi Papua Barat relatif
cukup baik.Meningkatnya lapangan kerja yang ditunjang oleh terus meningkatnya belanja
pemerintah dari tahun ke tahun mendorong peningkatan konsumsi masyarakat Papua Barat.
Selain itu, pemekaran wilayah yang akan dilakukan baik pada tahun ini maupun tahun depan
juga akan semakin meningkatkan konsumsi masyarakat seiring dengan pemerataan
kesejahteraan sebagai akibat dari proses pemekaran wilayah tersebut.
Grafik 16. Grafik Survey Konsumen 1 Grafik 17. Kredit Konsumsi Papua Barat
Sumber: KPwBI Papua & Papua Barat Sumber: Survei Konsumen KPwBI Papua & Papua Barat
Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 14
2.1.2. Ekspor – Impor
Kinerja ekspor Provinsi Papua Barat pada periode triwulan I-2014 mengalami
pertumbuhan sebesar 1,12% (yoy) atau lebih rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan IV-
2013 sebesar 47,84% (yoy). Perlambatan tersebut disebabkan oleh menurunnya kontribusi
ekspor gas oleh industri pengolahan migas yang mengalami penurunan kinerja pada triwulan
laporan setelah pada beberapa triwulan sebelumnya sempat mengalami lonjakan kinerja
yang signifikan. Menurunnya ekspor gas tersebut sebagai akibat dari berlarut-larutnya proses
negoisasi harga yang dilakukan antara produsen dengan konsumen.
Sementara itu, kinerja impor mengalami pertumbuhan sebesar 4,27% (yoy) atau sedikit
lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 16,82% (yoy).
Pembelian berbagai barang modal baik oleh pemerintah maupun swasta seiring dengan
kegiatan investasi yang dilakukan menjadi penyebab pertumbuhan impor Papua Barat.
Kedepan, kegiatan impor ke Provinsi Papua Barat diperkirakan akan mengalami peningkatan
seiring dengan ditemukannya sumber gas baru di daerah Provinsi Papua Barat.
Grafik 18. Konsumsi Listrik Papua Barat
Sumber: PLN Wilyah Papua
Grafik 19. Perkembangan Volume Ekspor Papua Barat Grafik 20. Perkembangan Nilai Ekspor Papua Barat
Sumber: Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, diolah
Sumber: Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, diolah
Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 15
2.2. Sisi Penawaran
Dari sisi penawaran, hampir seluruh sektor utama ekonomi mengalami pertumbuhan
yang positif kecuali sektor industri pengolahan yang mencatatkan penurunan kinerja. Secara
rinci pertumbuhan masing-masing sektor ekonomi adalah sebagai berikut: sektor pertanian
(0,97%); sektor pertambangan dan penggalian (2,99%): sektor industri pengolahan (-3,25%);
sektor listrik, gas & air bersih (8,33%); sektor bangunan (15,75%); sektor perdagangan, hotel
& restoran (9,39%); sektor angkutan & komunikasi (9,30%); sektor keuangan, perwewaan &
jasa perusahaan (10,65%); dan sektor jasa-jasa (5,75%).
2.2.1. Sektor Pertanian
Sektor pertanian pada periode triwulan IV-2013 tumbuh sebesar 0,97% (yoy),
tumbuh melambat jika dibandingkan pertumbuhan pada triwulan IV-2013 sebesar
2,12% (yoy). Namun demikian, perlambatan pertumbuhan sektor pertanian tidak
menyebabkan penurunan kesejahteraan petani. Hal tersebut terlihat dari Indeks Nilai
Tukar Petani (NTP) Papua Barat pada triwulan I-2014 yang mengalami peningkatan
menjadi sebesar 102,11 atau lebih tinggi dari NTP pada akhir triwulan I-2013 yang
tercatat sebesar 99.98. Pencapaian Indeks NTP diatas 100 pada triwulan laporan
menunjukan bahwa para petani di Provinsi Papua Barat telah memperoleh
penghasilan yang lebih besar dari biaya yang harus mereka keluarkan.
Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Papua Barat Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Papua Barat
2.2.2. Sektor Industri Pengolahan
Sektor-sektor Industri Pengolahan mengalami penurunan sebesar -3,25% (yoy)
atau berbalik arah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mengalami
pertumbuhan sebesar 28,23% (yoy). Secara proporsional, sektor ini memegang Sumber: PT.Pelindo IV Cabang Manokwari
Sumber: Bank Indonesia
Grafik 21. Nilai Tukar Petani Papua Barat Grafik 22. PDRB Sektor Pertanian Papua Barat
Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 16
kontribusi terbesar (mencapai 46%) dari total PDRB Papua Barat. Akan tetapi pada
triwulan laporan, sektor industri pengolahan memberikan sumbangan pertumbuhan
negatif sebesar -1,58% bagi pertumbuhan ekonomi Papua Barat. Penurunan kinerja
sektor industri pengolahan pada triwulan berjalan terjadi sebagian besar sebagai
akibat dari penurunan produksi industri pengolahan migas yang beroperasi di Papua
Barat. Secara umum, kinerja sektor industri pengolahan di Provinsi Papua Barat
mengalami penurunan. Hal ini tecermin dari aktivitas penggunaan listrik industri pada
triwulan laporan yang mengalami penurunan sebesar -11,93 % atau menjadi hanya
sebesar 3,04 juta kWh .
Grafik 23. Penggunaan Listrik
Sumber: PLN Wilayah Papua
2.2.3. Sektor Perdagangan, Hotel Dan Restoran
Sektor perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) pada triwulan I-2014 tumbuh
sebesar 9,39% (yoy), sedikit lebih rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan
sebelumnya yang mencapai 10,75% (yoy). Tinggi pertumbuhan pada sektor PHR
ditenggarai sebagai akibat dari perayaan hari-hari besar keagamaan serta
pelaksanaan Pemilu 2014, yang mana di wilayah Papua event ini selalu dirayakan
secara meriah. Selain itu, pertumbuhan sektor PHR juga tercermin dari meningkatnya
penyaluran kredit oleh perbankan terhadap sektor perdagangan yang meningkat
sebesar 32,19% (yoy) atau mencapai Rp 2,34 triliun.
Semakin besarnya aliran dana dari pusat ke Pemprov Papua Barat juga
mempengaruhi kinerja usaha di sektor PHR. Pertambahan jumlah penduduk di
Provinsi Papua Barat juga akan semakin menggerakkan roda perekonomian terutama
di subsektor perdagangan. Terlebih, karena besarnya ketergantungan Provinsi Papua
Barat terhadap daerah lain, mengakibatkan masyarakat Provinsi Papua Barat sangat
menggantungkan pemenuhan kegiatan konsumsinya dari subsektor perdagangan.
Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 17
2.2.4. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi
Pada triwulan I-2014, sektor pengangkutan dan komunikasi tumbuh sebesar 9,30%
(yoy), atau sedikit lebih tinggi dibandingkan pencapaian triwulan IV-2013 yang tercatat
sebesar 8,90% (yoy). Membaiknya kinerja sektor pengangkutan dan komunikasi tercermin
dari tumbuhnya sub sektor angkutan udara dan angkutan laut sebagai jenis angkutan yang
paling banyak dipergunakan masyarakat di Papua Barat. Tumbuhnya sektor pengangkutan
dan komunikasi terlihat dari perkembangan arus bongkar muat barang di pelabuhan Provinsi
Papua Barat yang tumbuh sebesar 5,37% (yoy). Selain itu, penambahan rute yang dilakukan
oleh beberapa maskapai di wilayah Provinsi Papua Barat, disinyalir juga mendorong
pertumbuhan di sektor ini.
2.2.5. Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
Pada periode laporan, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan tumbuh
sebesar 10,65% (yoy), tumbuh lebih rendah jika dibandingkan triwulan sebelumnya yang
tercatat tumbuh sebesar 14,85% (yoy). Sub sektor Bank memberikan andil yang cukup
signifikan terhadap sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Subsektor perbankan
masih menjadi penggerak utama dari sektor ini. Sehingga, tumbuhnya pertumbuhan sektor
keuangan berkaitan erat dengan angka pertumbuhan Nilai Tambah Bank (NTB) yang juga
mengalami pertumbuhan sebesar 22,68% (yoy) dari pertumbuhan triwulan yang sama pada
tahun 2013.
Seiring dengan program inklusi keuangan yang terus dilaksanakan terutama didaerah
terpencil seperti berbagai daerah di Provinsi Papua Barat, juga mendorong kinerja sektor
keuangan di Provinsi Papua Barat.
Tabel 13. Perkembangan Nilai Tambah Bank Provinsi Papua Barat
Sumber: Bank Indonesia
2014
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I
A. PENDEKATAN PENDAPATAN
1. Biaya Tenaga Kerja 24,782 26,515 37,430 42,237 29,658 33,566 40,637 43,537 33,854
2. Surplus 78,851 102,311 105,149 102,054 113,547 133,586 126,874 170,927 140,836
3. Pajak Tak Langsung Neto 53 88 182 173 206 152 317 183 83
4. Penyusutan 2,782 2,874 2,977 3,433 2,654 3,442 3,165 3,780 4,417
PRODUK BRUTO / NILAI TAMBAH BRUTO 106,468 131,788 145,738 147,897 146,065 170,746 170,993 218,427 179,190
B. PENDEKATAN PRODUKSI
1. Hasil imputasi jasa 110,825 138,494 153,172 162,525 150,412 177,222 182,517 220,068 184,370
2. Penerimaan neto dari transaksi devisa (128) (634) (439) (128) (131) (391) (3,668) (1,074) 1,633
3. Provisi dan komisi 13,936 15,413 15,678 17,136 16,914 18,323 18,623 19,956 19,201
4. Pendapatan operasional lainnya 4,457 5,967 4,977 4,931 4,098 5,282 3,126 17,625 4,136
GROSS OUTPUT 129,090 159,240 173,388 184,464 171,293 200,437 200,597 256,575 209,340
5. Biaya-biaya antara 22,622 27,452 27,650 36,567 25,228 29,691 29,604 38,148 30,150
NILAI TAMBAH BRUTO / PRODUK BRUTO 106,468 131,788 145,738 147,897 146,065 170,746 170,993 218,427 179,190
PERTUMBUHAN TAHUNAN (YoY) 7.87% 29.14% 33.09% 31.33% 37.19% 29.56% 17.33% 47.69% 22.68%
2012KOMPONEN
2013
Sumber: PLN Wilayah Papua
Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 18
2.2.6. Sektor Jasa-jasa
Pada periode laporan, sektor jasa-jasa tumbuh sebesar 5,75% (yoy), lebih rendah
dibandingkan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 6,19% (yoy). Hal
ini terlihat dari pertumbuhan kredit di sektor jasa-jasa yang mengalami pertumbuhan 67,45%
(yoy) dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Selain itu masuknya
beberapa perusahaan yang bergerak di bidang jasa hiburan dan pariwisata akibat semakin
dikenalnya raja ampat sebagai salah satu tempat pariwisata terbaik di Indonesia turut
mendorong kinerja sektor jasa-jasa .
2.2.7. Sektor Bangunan
Pada periode laporan, sektor bangunan tumbuh sebesar 15,75% (yoy), lebih tinggi
dibandingkan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 10,74% (yoy).
Cukup tingginya pertumbuhan sektor ini tercermin dari besarnya realisasi konsumsi semen di
Provinsi Papua Barat sebesar 38.376 sak atau bertumbuh sebesar 222,51% (yoy) jika
dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun sebelumnya.
Sepanjang tahun 2014, sektor bangunan diperkirakan mencatatkan pertumbuhan yang
signifikan akibat berkembangnya beberapa daerah baru di Provinsi Papua Barat. Pemekaran
tersebut mengakibatkan kegiatan pembangunan pusat pemerintahan, dari daerah yang baru
saja dimekarkan, terus dilakukan. Hal ini menjadi salah satu pendorong tumbuhnya kinerja
sektor ini pada tahun berjalan.
Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 19
BAB 2
KEUANGAN PEMERINTAH
I. Keuangan Pemerintah Provinsi Papua
Pada tahun 2014, target Pendapatan didalam APBD Provinsi Papua tercatat sebesar
sebesar Rp 10,489 triliun. Angka tersebut meningkat sebesar 28,15% (yoy) jika dibandingkan
dengan tahun sebelumnya. Besarnya APBD dari segi pendapatan sebagian besar di topang
oleh tingginya dana perimbangan dan dana otonomi khusus yang dialokasikan oleh
pemerintah pusat. Hal ini seiring dengan peningkatan target pendapatan didalam APBN
secara nasional.
Tabel 14. Perbandingan Target Pendapatan Daerah Provinsi Papua
Sumber: Pemerintah Daerah Provinsi Papua
Dari sisi belanja, Pemerintah Daerah Provinsi Papua pada tahun 2014 menargetkan
sebesar Rp 11,21 triliun. Angka tersebut meningkat sebesar 39,46% (yoy) jika dibandingkan
dengan tahun sebelumnya. Tingginya kenaikan anggaran belanja Pemda Papua terutama
disebabkan oleh meningkatnya belanja modal, belanja bagi hasil dan bantuan keuangan bagi
pemda lain serta belanja tidak langsung pegawai.
Peningkatan yang cukup signifikan terdapat pada komponen belanja bagi hasil dan
bantuan keuangan bagi pemda lain. Hal ini searah dengan kebijakan Gubernur Papua yang
baru yang ingin menempatkan komponen bagi hasil kepada pemerintah kabupaten yang ada
di bawahnya menjadi lebih besar. Tujuan dari kebijakan tersebut agar masyarakat sendirilah
yang akan menikmati perkembangan pembangunan ataupun perekonomian yang ada di
wilayahnya.
PENDAPATAN 8,184,736,386,000 10,489,109,379,000 28.15%
PENDAPATAN ASLI DAERAH 407,694,190,000 762,150,888,000 86.94%
Pajak Daerah 326,313,065,000 597,341,988,000 83.06%
Retribusi Daerah 11,900,872,000 50,369,092,000 323.24%
Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang
Dipisahkan 19,887,900,000 27,929,962,000 40.44%
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah 49,592,353,000 86,509,846,000 74.44%
PENDAPATAN TRANSFER 3,073,997,838,000 7,381,918,091,000 140.14%
Dana Perimbangan 2,502,569,266,000 2,604,847,531,000 4.09%
Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak 479,404,176,000 493,139,550,000 2.87%
Dana Alokasi Umum 1,889,267,850,000 1,991,202,341,000 5.40%
Dana Alokasi Khusus 133,897,240,000 120,505,640,000 -10.00%
Dana Otonomi Khusus 4,703,044,358,000 4,777,070,560,000 1.57%
LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH 571,428,572,000 2,345,040,400,000 310.38%
PertumbuhanPENDAPATAN APDB PAPUA Anggaran 2013 Anggaran 2014
Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 20
Tabel 15. Perbandingan Anggaran Belanja Daerah Provinsi Papua
Sumber: Pemerintah Daerah Provinsi Papua
1.1 Pendapatan Pemerintah Daerah Provinsi Papua
Pada triwulan I-2014, realisasi target pendapatan daerah Provinsi Papua tercatat
sebesar Rp 975,23 miliar atau mengalami peningkatan sebesar 27,54% (yoy) dibandingkan
dengan tahun sebelumnya. Kontribusi terhadap peningkatan pendapatan daerah tersebut
disumbang oleh adanya peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang mencapai Rp
138,97 miliar atau naik sebesar 145,06% (yoy). Peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD)
juga diikuti oleh meningkatnya Dana Alokasi Umum (DAU) menjadi sebesar Rp 663,73 miliar
atau naik 29,94% (yoy). Semakin meningkatnya PAD dari setiap periode merupakan suatu hal
yang sangat baik karena kedepannya dapat menghilangkan ketergantungan daerah terhadap
alokasi dana dari pemerintah pusat. Namun demikian, jika mangacu pada kondisi saat ini
proporsi terbesar dalam APBD masih disumbang oleh dana otonomi khusus dan dana
perimbangan lainnya yang merupakan alokasi dari pemerintah pusat dengan pangsa masing-
masing sebesar 45.54% dan 24,83%.
Tabel 16. Perbandingan Realisasi Pendapatan Daerah Provinsi Papua
Sumber: Pemerintah Daerah Provinsi Papua
BELANJA 8,034,736,386,000 11,205,078,379,000 39.46%
BELANJA TIDAK LANGSUNG 5,115,093,316,000 6,783,511,608,690 32.62%
Belanja Pegawai 770,625,733,000 880,473,203,990 14.25%
Belanja Hibah 851,237,530,000 841,468,959,000 -1.15%
Belanja Bantuan Sosial 265,000,000,000 202,227,272,800 -23.69%
Belanja Bagi Hasil Kepada Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintah 132,278,573,000 267,343,418,000 102.11%
Belanja Bantuan Keuangan Kepada Provinsi/Kabupaten/Kota, 3,052,734,480,000 4,541,898,754,900 48.78%
Pemerintah Desa dan Partai Politik 43,217,000,000 -
Belanja Tidak Terduga 2,919,643,070,000 50,100,000,000 -98.28%
BELANJA LANGSUNG 2,919,643,070,000 4,421,566,770,310 51.44%
Belanja Pegawai 177,151,542,000 167,654,046,200 -5.36%
Belanja Barang dan Jasa 1,558,124,028,500 1,978,658,385,880 26.99%
Belanja Modal 1,184,367,499,500 2,275,254,338,230 92.11%
URAIAN ANGGARAN 2013 ANGGARAN 2014 PERTUMBUHAN
PENDAPATAN APDB PAPUARealisasi s.d Triwulan I-
2013
Realisasi s.d Triwulan I-
2014Pertumbuhan
PENDAPATAN 764,621,321,326 975,232,037,189 27.54%
PENDAPATAN ASLI DAERAH 56,710,578,599 138,977,749,189 145.06%
Pajak Daerah 48,299,290,145 95,561,489,111 97.85%
Retribusi Daerah 2,995,044,657 9,421,100,116 214.56%
Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang
Dipisahkan - - 0.00%
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah 5,416,243,796 33,995,159,962 527.65%
PENDAPATAN TRANSFER 514,241,437,624 663,734,088,000 29.07%
Dana Perimbangan 514,241,437,624 663,734,088,000 29.07%
Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak 3,454,257,227 - -100.00%
Dana Alokasi Umum 510,787,180,397 663,734,088,000 29.94%
Dana Alokasi Khusus - - 0.00%
Dana Otonomi Khusus - - 0.00%
LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH 193,669,305,103 172,520,200,000 -10.92%
Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 21
Sementara itu, realisasi Pendapatan Daerah Provinsi Papua terhadap target anggaran
hingga triwulan I-2014 mencapai sebesar 9,30% atau senilai Rp 975,23 milyar, angka
tersebut tidak mengalami perbedaan yang signifikan jika dibandingkan dengan realisasi
periode yang sama pada tahun sebelumnya yang juga mencapai 9,34%. Tingkat realisasi
tertinggi berada pada komponen Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah yang mencapai
sebesar 39,30%, diikuti oleh Dana Alokasi Umum (DAU) dan Retribusi Daerah yang masing-
masing sebesar 33,33% dan 18,70%.
Tabel 17. Realisasi Pendapatan Daerah Provinsi Papua Triwulan I-2014
Sumber: Pemerintah Provinsi Papua
1.2. Pengeluaran Pemerintah Daerah Provinsi Papua
Pada triwulan I-2014, realisasi belanja daerah Provinsi Papua tercatat sebesar Rp
459,22 miliar, menurun sebesar -23,78% (yoy) dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Kontribusi penurunan realisasi belanja daerah terbesar disumbang oleh komponen belanja
langsung yang mencapai Rp 150,43 milyar atau turun sebesar -67,24% (yoy). Namun
demikian, menurunnya realisasi belanja daerah bukan merupakan suatu hal yang harus
dikhawatirkan, karena pada triwulan berjalan penurunan belanja hanya berasal dari
komponen belanja langsung sedangkan komponen belanja tidak langsung mengalami
kenaikan lebih dari 100%. Masih minimnya realisasi belanja langsung terutama pada
komponen belanja barang dan jasa disinyalir sebagai akibat dari kebijakan pengetatan
realisasi anggaran yang dilakukan oleh pemda. Namun hal sebaliknya, belanja modal oleh
Pemda justru mengalami perbaikan. Hal ini ditunjukkan dari telah terealisasinya belanja
modal sebesar Rp 3,67 miliar dibandingkan periode tahun sebelumnya yang belum terealisasi
pada triwulan I-2013. Belanja Modal merupakan komponen yang cukup penting karena
berkaitan erat dengan pelaksanaan pembangunan di suatu wilayah.
PENDAPATAN APDB PAPUA Anggaran 2014Realisasi s.d Triwulan I-
2014% Realisasi
PENDAPATAN 10,489,109,379,000 975,232,037,189 9.30
PENDAPATAN ASLI DAERAH 762,150,888,000 138,977,749,189 18.23
Pajak Daerah 597,341,988,000 95,561,489,111 16.00
Retribusi Daerah 50,369,092,000 9,421,100,116 18.70
Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang
Dipisahkan 27,929,962,000 - 0.00
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah 86,509,846,000 33,995,159,962 39.30
PENDAPATAN TRANSFER 7,381,918,091,000 663,734,088,000 8.99
Dana Perimbangan 2,604,847,531,000 663,734,088,000 25.48
Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak 493,139,550,000 - 0.00
Dana Alokasi Umum 1,991,202,341,000 663,734,088,000 33.33
Dana Alokasi Khusus 120,505,640,000 - 0.00
Dana Otonomi Khusus 4,777,070,560,000 - 0.00
LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH 2,345,040,400,000 172,520,200,000 7.36
Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 22
Tabel 18. Perbandingan Realisasi Belanja Daerah Provinsi Papua
Sumber: Pemerintah Daerah Provinsi Papua
Sementara itu, realisasi belanja daerah Provinsi Papua terhadap target anggaran
hingga triwulan I-2014 baru tercatat sebesar 4,10% atau senilai Rp 459,22 miliar. Realisasi
tersebut dinilai masih rendah dan belum optimal. Tingkat realisasi tertinggi dari belanja
Pemda saat ini berada pada komponen belanja hibah yang proporsinya mencapai 21,95%,
diikuti oleh belanja pegawai dengan proporsi sebesar 10,66%
Tabel 19. Realisasi Belanja Daerah Provinsi Papua Triwulan I-2014
Sumber: Pemerintah Daerah Provinsi Papua
1.3. Surplus, Defisit dan Pembiayaan
Pada tahun 2014, APBD Provinsi Papua diperkirakan akan mengalami defisit yang
nilainya mencapai Rp 715,97 miliar, atau lebih besar dibandingkan dengan defisit tahun
sebelumnya yang mencapai Rp. 150 miliar. Defisit pada tahun 2014 dapat ditutup oleh
adanya sisa lebih perhitungan anggaran tahun sebelumnya yang nilainya mencapai Rp
825,97 miliar.
BELANJA 602,474,636,049 459,221,561,548 -23.78%
BELANJA TIDAK LANGSUNG 143,223,451,959 308,789,514,796 115.60%
Belanja Pegawai 96,774,991,403 93,816,208,936 -3.06%
Belanja Hibah 46,166,906,500 184,701,880,000 300.07%
Belanja Bantuan Sosial 281,554,056 1,334,840,000 374.10%
Belanja Bagi Hasil Kepada Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintah - - 0.00%
Belanja Bantuan Keuangan Kepada Provinsi/Kabupaten/Kota, - 28,936,585,860 100.00%
Pemerintah Desa dan Partai Politik - - 0.00%
Belanja Tidak Terduga - - 0.00%
BELANJA LANGSUNG 459,251,184,090 150,432,046,752 -67.24%
Belanja Pegawai - 4,978,716,700 100.00%
Belanja Barang dan Jasa 459,251,184,090 141,778,584,552 -69.13%
Belanja Modal - 3,674,745,500 100.00%
URAIANRealisasi s.d Triwulan I-
2013
Realisasi s.d Triwulan I-
2014PERTUMBUHAN
BELANJA 11,205,078,379,000 459,221,561,548 4.10%
BELANJA TIDAK LANGSUNG 6,783,511,608,690 308,789,514,796 4.55%
Belanja Pegawai 880,473,203,990 93,816,208,936 10.66%
Belanja Hibah 841,468,959,000 184,701,880,000 21.95%
Belanja Bantuan Sosial 202,227,272,800 1,334,840,000 0.66%
Belanja Bagi Hasil Kepada Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintah 267,343,418,000 - 0.00%
Belanja Bantuan Keuangan Kepada Provinsi/Kabupaten/Kota, 4,541,898,754,900 28,936,585,860 0.64%
Pemerintah Desa dan Partai Politik - - 0.00%
Belanja Tidak Terduga 50,100,000,000 - 0.00%
BELANJA LANGSUNG 4,421,566,770,310 150,432,046,752 3.40%
Belanja Pegawai 167,654,046,200 4,978,716,700 2.97%
Belanja Barang dan Jasa 1,978,658,385,880 141,778,584,552 7.17%
Belanja Modal 2,275,254,338,230 3,674,745,500 0.16%
Komponen Anggaran 2014 Realisasi s.d Triwulan I-2014 % Realisasi
Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 23
Tabel 20. Perbandingan APBD Provinsi Papua
Sumber: Pemerintah Daerah Provinsi Papua
Pada triwulan I-2014, realisasi APBD Provinsi Papua mengalami surplus sebesar Rp
516,01 miliar. Surplus tersebut terjadi sebagai akibat dari masih rendahnya realisasi
anggaran hingga triwulan I-2014
Tabel 21. Realisasi APBD Provinsi Papua Triwulan I-2014
Sumber: Pemerintah Daerah Provinsi Papua
II. Keuangan Pemerintah Provinsi Papua Barat
2.1 Pendapatan Pemerintah Daerah Provinsi Papua Barat
Pada triwulan I-2014, realisasi pendapatan daerah Provinsi Papua Barat tercatat sebesar
Rp 480,83 miliar atau tercatat sebesar sebesar 8,85% dari total anggaran pendapatan yang
ditetapkan pada tahun 2014 yang tercatat sebesar Rp 5,21 triliun. Pada triwulan I-2014,
realisasi komponen Pendapatan Asli Daerah tercatat sebesar Rp 55,80 miliar, realisasi
tersebut baru sebesar 27,38% dari total anggaran Pendapatan Asli Daerah (PAD) secara
keseluruhan sepanjang tahun 2014 yang tercatat sebesar Rp 203,78 miliar. Adapun realisasi
terbesar komponen Pendapatan Asli Daerah berasal dari pos penerimaan Pajak Daerah yang
nilainya mencapai Rp 43,96 miliar. Dari sisi komponen Pendapatan Transfer, pada triwulan I-
2014 angka realisasinya tercatat sebesar Rp 405,03 miliar, angka tersebut baru mencapai
8,09% dari total anggaran Pendapatan Transfer secara keseluruhan sepanjang tahun 2014
yang mencapai Rp 5,01 triliun. Adapun realisasi terbesar komponen Pendapatan Transfer
berasal dari pos penerimaan Dana Alokasi Umum yang nilainya mencapai sebesar Rp 374,09
miliar. Secara umum, realisasi pendapatan daerah Provinsi Papua Barat masih berada dalam
rentang yang belum optimal seiring masih minimnya angka realisasi pendapatan sampai
dengan triwulan I-2014 yang seharusnya sudah mencapai kisaran angka 20-25%.
SURPLUS / DEFISIT (150,000,000,000) (715,969,000,000) 377.31%
PENERIMAAN PEMBIAYAAN DAERAH 25,000,000,000 825,969,000,000 3203.88%
Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Anggaran Sebelumnya - 825,969,000,000 100.00%
PENGELUARAN PEMBIAYAAN DAERAH 175,000,000,000 110,000,000,000 -37.14%
Pembentukan Dana Cadangan 100,000,000,000 -100.00%
Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah 75,000,000,000 110,000,000,000 46.67%
Pembayaran Pokok Utang - 0.00%
PEMBIAYAAN NETTO (150,000,000,000) 715,969,000,000 -577.31%
URAIAN ANGGARAN 2013 ANGGARAN 2014 PERTUMBUHAN
SURPLUS / DEFISIT (715,969,000,000) 516,010,475,641 -72.07%
PENERIMAAN PEMBIAYAAN DAERAH 825,969,000,000 - 0.00%
Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Anggaran Sebelumnya 825,969,000,000 - 0.00%
PENGELUARAN PEMBIAYAAN DAERAH 110,000,000,000 - 0.00%
Pembentukan Dana Cadangan - 0.00%
Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah 110,000,000,000 - 0.00%
Pembayaran Pokok Utang - 0.00%
PEMBIAYAAN NETTO 715,969,000,000 516,010,475,641 72.07%
URAIAN ANGGARAN 2014Realisasi s.d
Triwulan I-2014Realisasi
Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 24
Tabel 22. Realisasi Pendapatan Provinsi Papua Triwulan I-2014
2.2. Pengeluaran Pemerintah Daerah Provinsi Papua Barat
Sampai dengan triwulan I-2014, realisasi belanja daerah daerah Provinsi Papua Barat
tercatat sebesar Rp 308,06 miliar atau tercatat sebesar sebesar 5,26% dari total anggaran
belanja secara keseluruhan yang ditetapkan pada tahun 2014 sebesar Rp 5,85 triliun. Pada
triwulan I-2014, komponen Belanja Operasi juga tercatat sebesar Rp 301,61 miliar, realisasi
tersebut baru sebesar 8,53% dari total Belanja Operasi secara keseluruhan sepanjang tahun
2014 yang tercatat sebesar Rp 3,54 triliun. Adapun realisasi terbesar komponen Belanja
Operasi berasal dari pos pengeluaran untuk Belanja Hibah yang nilainya mencapai Rp 180,50
miliar. Dari sisi komponen belanja modal, pada triwulan I-2014 angka realisasinya baru
tercatat sebesar Rp 6,44 miliar, angka tersebut baru mencapai 0,47% dari total Belanja
Modal secara keseluruhan sepanjang tahun 2014 yang mencapai Rp 1,38 triliun. Adapun
realisasi terbesar komponen Belanja Modal berasal dari pos pengeluaran untuk Belanja Jalan,
Irigasi dan Jaringan yang nilainya sebesar Rp 4,67 miliar. Secara umum, realisasi belanja
daerah Provinsi Papua Barat masih berada dalam rentang yang belum optimal seiring masih
minimnya angka realisasi sampai dengan triwulan I-2014 yang seharusnya sudah mencapai
kisaran angka 20-25%.
Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 25
Tabel 23. Realisasi Pengeluaran Provinsi Papua Triwulan I-2014
Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 26
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 27
BAB 3.
PERKEMBANGAN HARGA
I. Provinsi Papua
1.1. Kondisi Umum Provinsi Papua
Pada tahun 2014, inflasi Provinsi Papua dihitung berdasarkan pencapaian inflasi Kota
Jayapura dan Kota Merauke. Sampai dengan periode triwulan I-2014, inflasi Provinsi Papua5
tercatat sebesar 9,58% (yoy) lebih tinggi dibandingkan triwulan IV-2013 yang tercatat sebesar
8,27% (yoy). Secara triwulanan, inflasi Papua tercatat sebesar 2.23% (qtq) atau mengalami
sedikit penurunan yang jika dibandingkan dengan inflasi triwulanan pada triwulan
sebelumnya yang tercatat sebesar 2,52% (qtq). Jika dibandingkan dengan inflasi nasional,
laju inflasi tahunan Papua tercatat lebih tinggi, dimana inflasi nasional pada triwulan I-2013
tercatat sebesar 7,75% (yoy).
Secara umum, kenaikan inflasi yang terjadi pada triwulan I-2014 diakibatkan oleh
terjadinya kenaikan harga beberapa Komoditas bahan makanan seperti cabe rawit, bawang
putih dan bawang merah. Kenaikan harga komoditas tersebut disebabkan oleh minimnya
pasokan dari luar wilayah Provinsi Papua karena terkendala cuaca buruk. Kondisi cuaca yang
buruk tersebut berdampak signifikan terhadap kurangnya pasokan beberapa jenis komoditas
makanan dari beberapa sentra produksi pertanian serta terhambatnya pasokan barang dan
jasa ke wilayah Papua.
Inflasi Provinsi Papua secara triwulanan secara dominan disumbang oleh kenaikan
indeks pada kelompok bahan makanan sebesar 5,11% (qtq), kelompok Makanan Jadi,
Minuman, Rokok dan Tembakau sebesar 2,94% (qtq), kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas
dan Bahan Bakar sebesar 2,03% (qtq), kelompok kesehatan sebesar 0,70% (qtq), kelompok
5 Perhitungan Inflasi tahunan Provinsi Papua dilakukan dengan menggunakan pendekatan bobot
kabupaten/kota yang dirilis oleh BPS Nasional.
Grafik 24. Perbandingan Inflasi Papua dengan Inflasi Nasional
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah
Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 28
sandang sebesar 0,69% (qtq), serta kelompok kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga
sebesar 0,01% (qtq) sedangkan kelompok Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan tercatat
mengalami penurunan sebesar -0,84% (qtq).
1.1.1. Kondisi Umum Inflasi Kota Jayapura
Sampai dengan bulan Maret 2014, inflasi tahunan Kota Jayapura tercatat sebesar 9,07%
(yoy). Pencapaian inflasi Jayapura sedikit lebih rendah dibandingkan dengan pencapaian
inflasi Provinsi Papua, namun inflasi kota Jayapura masih lebih tinggi jika dibandingkan
dengan pencapaian inflasi tahunan nasional yang mencapai 7,75% (yoy). Jika dilihat secara
triwulanan, inflasi Jayapura tercatat sebesar 2,12% (qtq), relatif lebih rendah jika
dibandingkan dengan pencapaian pada triwulan yang sama tahun sebelumnya yang hanya
tercatat sebesar 2,52% (qtq).
Pada triwulan I-2014, kelompok bahan makanan tercatat mengalami inflasi triwulanan
sebesar 5,11% (qtq) atau masih menjadi penyumbang terbesar terhadap pencapaian inflasi
Jayapura, adapun yang menjadi penyebab utama tingginya kenaikan IHK pada kelompok
tersebut adalah meningkatnya harga beberapa barang/komoditas seperti: ikan-ikanan, cabai
merah/rawit, bawang merah, bawang putih, sawi, kelapa, bayam dan lain-lain. Penyumbang
terbesar selanjutnya adalah kelompok makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau yang
pada triwulan laporan tercatat mengalami inflasi sebesar 2,94% (qtq), kelompok Perumahan,
Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar sebesar 2,03% (qtq), serta kempok kesehatan sebesar 0,70%
(qtq).
Tabel 24. Perkembangan Inflasi Kota Jayapura
Sumber: BPS Provinsi Papua
1.1.2. Disagregasi dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Inflasi
Secara keseluruhan, seluruh kelompok komoditas (core, volatile food, dan administered)
tercatat mengalami inflasi. Pada triwulan I-2014, inflasi triwulanan kelompok inti (core)
tercatat sebesar 1,05% (qtq). Adapun penyumbang inflasi pada kelompok ini adalah sub
MTM YTD QTQ YOY MTM YTD QTQ YOY MTM YTD QTQ YOY
Bahan Makanan -5.71 -2.05 -2.05 0.43 -8.14 0.12 0.12 10.66 1.56 5.71 5.71 13.81
Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 0.47 0.78 0.78 2.72 0.22 0.90 0.90 4.14 0.19 1.98 1.98 9.50
Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar 0.38 0.71 0.71 2.13 0.14 4.51 4.51 7.17 0.07 1.90 1.90 6.30
Sandang 0.08 0.36 0.36 8.47 -0.64 -1.15 -1.15 0.93 0.44 0.71 0.71 5.09
Kesehatan 0.25 0.48 0.48 1.19 0.00 0.21 0.21 0.30 0.09 0.16 0.17 4.33
Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 0.00 0.01 0.01 0.41 0.02 0.04 0.04 4.99 0.00 0.00 0.00 3.92
Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan 0.19 -0.95 -0.95 2.11 -0.89 -1.24 -1.24 1.99 1.01 -0.48 -0.48 9.91
Inflasi Jayapura -1.52 -0.46 -0.46 1.94 -2.63 0.84 0.84 5.89 0.68 2.12 2.12 9.07
2013 2014
TW IKelompok Komoditi
2012
TW ITW I
Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 29
kelompok ikan yang diawetkan, sub kelompok penyelenggaraan rumah tangga, sub
kelompok peralatan rumah tangga dan sub kelompok minuman yang tidak beralkohol.
Beberapa komoditas penyumbang inflasi pada kelompok inflasi inti adalah ikan kawalina,
burbara dan ekor kuning asap, minuman kaleng non alkohol, bir, nasi, sabun cair, dll.
Selanjutnya, inflasi pada kelompok volatile food tercatat sebesar 6,19% (qtq). Angka
tersebut dinilai cukup tinggi mengingat sepanjang triwulan laporan, harga beberapa
komoditas pertanian dan perikanan mengalami kenaikan yang cukup tinggi seiring kondisi
buruknya cuaca. Adapun inflasi tersebut disebabkan oleh peningkatan harga pada beberapa
sub kelompok seperti: sub kelompok ikan segar, sub kelompok daging dan hasil-hasilnya,
sub kelompok sayur-sayuran, sub kelompok kacan-kacangan serta sub kelompok bumbu-
bumbuan. Secara komoditas, peyumbang inflasi pada kelompok volatile food selama triwulan
laporan antara lain adalah ikan burbara, ikan ekor kuning, ikan mumar, bawang merah,
bawang putih, cabai merah, dan cabai rawit.
Sementara itu, inflasi triwulanan pada kelompok administered prices tercatat cukup
rendah sebesar 0,70% (qtq). Inflasi pada kelompok administered price disumbang oleh sub
kelompok tembakau dan minuman beralkohol. Adapun komoditas yang menyebabkan
kenaikan harga pada kelompok ini adalah: aneka jenis rokok.
Tabel 25. Disagregasi Inflasi Kota Jayapura
Sumber: BPS diolah
Grafik 25. Disagregasi Inflasi Kota Jayapura Grafik 26. Perkembangan Survei Konsumen
Sumber: BPS Provinsi Papua Sumber: KPwBI Papua & Papua Barat
2014
I II III IV I II III IV I
Inflasi Core (qtq) 0.19 0.38 0.85 2.88 1.09 0.90 1.53 2.94 1.05
Inflasi Core (yoy) 2.58 1.47 3.05 4.35 5.29 5.83 6.55 9.53 5.15
Inflasi Volatile (qtq) -2.86 2.13 3.75 4.41 -0.06 -1.75 6.01 3.09 6.20
Inflasi Volatile (yoy) 0.79 3.60 3.96 7.46 10.55 6.36 8.68 11.10 14.37
Inflasi Adm Price (qtq) 0.13 0.19 0.47 0.20 1.08 4.85 10.45 1.80 0.70
Inflasi Adm Price (yoy) 0.87 0.73 1.00 1.00 1.95 6.70 17.30 18.30 16.86
2013
Adm
Price
2012
Core
Volatile
Foods
Komponen Disagregasi
Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 30
1.2. Inflasi Menurut Kelompok Komoditas
1.2.1 Kelompok Bahan Makanan
Kelompok bahan makanan mengalami inflasi tahunan sebesar 5,71% (qtq), inflasi
tersebut lebih rendah dari pencapaian triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 6,28%
(qtq). Meningkatnya harga bahan-bahan kebutuhan pokok terjadi seiring minimnya pasokan
beberapa komoditas bumbu-bumbuan akibat buruknya cuaca selama triwulan I-2014 menjadi
penyebab tingginya inflasi pada kelompok bahan makanan. Adapun beberapa komponen sub
kelompok yang menjadi faktor pendorong tingginya inflasi dari kelompok bahan makanan,
yakni: sub kelompok ikan segar, sub kelompok ikan diawetkan, sub kelompok sayur-sayuran,
sub kelompok kacang-kacangan serta sub kelompok daging dan hasilnya.
1.2.2. Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau
kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau merupakan komoditas yang
hampir seluruhnya didatangkan dari luar Papua. Kelompok ini pada triwulan I-2014
mengalami inflasi triwulanan sebesar 1,98% (qtq), secara triwulanan inflasi tersebut lebih
rendah jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 3,28% (yoy).
Terjadinya inflasi pada kelompok makanan jadi disebabkan oleh tingginya konsumsi sebagai
akibat dari perayaan beberapa hari besar keagamaan serta penyelenggaraan Pemilu Legislatif
2014. Adapun inflasi secara triwulanan terjadi pada seluruh sub kelompok komoditas yang
ada dalam kelompok ini yaitu sub kelompok Makanan Jadi, sub kelompok Minuman yang
tidak beralkohol, serta sub kelompok Tembakau dan Minuman Beralkohol.
1.2.3 Kelompok Perumahan, Air Dan Listrik.
Kelompok ini pada triwulan laporan mengalami inflasi sebesar 1,90% (qtq), angka
tersebut lebih tinggi dari inflasi pada triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 1,07% (qtq).
Inflasi pada kelompok perumahan, air dan listrik relatif berada pada level yang cukup
terkendali. Meningkatnya harga beberapa bahan bangunan (seperti kayu lapis dan seng) serta
harga beberapa perlengakapan rumah tangga (terutama pembasmi nyamuk) menjadi
penyebab dari terjadinya inflasi pada kelompok ini. Meningkatnya harga pembasmi nyamuk
terjadi seiring tingginya permintaan pada saat musim penghujan. Adapun sub kelompok
lainnya yang turut mendorong terjadinya inflasi pada kelompok perumahan air dan listrik
adalah sub kelompok perlengkapan rumah tangga, sub kelompok penyelenggaraan rumah
tangga, sub kelompok serta sub kelompok biaya tempat tinggal.
1.2.4. Kelompok Sandang
Pada triwulan I-2014, Kelompok sandang mengalami inflasi sebesar 0,71% (qtq), angka
tersebut lebih tinggi dibandingkan inflasi yang tercatat pada triwulan sebelumnya sebesar
Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 31
0,64% (qtq). Faktor pendorong inflasi di sektor sandang disebabkan oleh meningkatnya harga
barang-barang yang tergolong kedalam barang pribadi dan sanding lain. Peningkatan harga
pada kelompok tersebut terjadi pada komoditas emas seiring meningkatnya harga emas
internasional pada triwulan I-2014.
1.2.5 Kelompok Kesehatan
Kelompok ini pada triwulan I-2014 mengalami inflasi 0,17% (qtq), lebih rendah
dibandingkan inflasi pada triwulan sebelumnya sebesar 0,89% (qtq). Masih terjaganya inflasi
di kelompok ini pada triwulan laporan didorong oleh kenaikan harga pada sub kelompok jasa
perawatan jasmani dan kosmetika sebagai akibat menigkatnya harga perlengkapan mandi
seperti sabun cair, pasta gigi, dll.
1.2.6. Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga
Harga pada kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olah raga pada triwulan I-2014 berada
pada kondisi stagnan jika dibandingkan dengan posisi harga pada triwulan sebelumnya.
Angka tersebut lebih rendah jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat
mengalami inflasi sebesar 0,02% (yoy). Pada kelompok ini tidak terjadi inflasi, namun hal
tersebut tidak memberikan dampak yang signifikan terhadap pencapaian inflasi secara
keseluruhan karena minimnya kontribusi inflasi dari kelompok ini.
1.2.7. Kelompok Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan
Kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan pada triwulan I-2014
mengalami deflasi sebesar 0,48% (qtq), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang
mencatatkan inflasi sebesar 0,01% (qtq). Meredanya tekanan inflasi pada triwulan laporan
dibandingkan triwulan sebelumnya didorong terutama oleh penurunan harga pada sub
kelompok sarana penunjang transpor sebagai akibat adanya kegiatan promosi dari beberapa
penjual. Namun demikian, dari sub kelompok transpor justru mengalami peningkatan sebagai
akibat dari kenaikan harga tiket pesawat seiring tinggi permintaan khususnya menjelang
perayaan beberapa hari besar keagamaan.
Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 32
II. Provinsi Papua Barat
2.1. Kondisi Inflasi Secara Umum
Pada triwulan I-2014, inflasi di Provinsi Papua Barat6 tercatat sebesar 5.77% (yoy) atau
secara triwulanan mengalami inflasi yang cukup rendah ‘hanya’ sebesar 0,30% (qtq).
Pencapaian angka inflasi tersebut sedikit mengalami penurunan jika dibandingkan dengan
triwulan IV-2013 yang tercatat pada level 7,28% (yoy) dan 1,06% (qtq). Kedua kota yang
diukur inflasinya di Provinsi Papua Barat mengalami perlambatan inflasi. Inflasi tahunan di
Kota Manokwari tercatat sebesar 3,46% (yoy), sedikit lebih rendah jika dibandingkan angka
inflasi pada triwulan sebelumnya sebesar 3,63% (yoy). Selanjutnya, inflasi tahunan Kota
Sorong juga tercatat pada level yang lebih terkendali sebesar 6,54% (yoy), angka tersebut
lebih rendah dibandingkan pencapaian inflasi pada triwulan sebelumnya yang tercatat
sebesar 7,93% (yoy). Jika dibandingkan dengan inflasi secara nasional (7,75%, yoy),
pencapaian inflasi Papua Barat juga lebih rendah
Tabel 26. Perkembangan Inflasi Provinsi Papua Barat
Sumber: BPS Provinsi Papua Barat
2.2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Inflasi
Inflasi triwulanan di Provinsi Papua Barat pada triwulan I-2014 terjadi hampir pada
semua kelompok komoditas barang dan jasa, kecuali kelompok bahan makanan yang tercatat
mengalami deflasi. Inflasi tertinggi di Papua Barat berasal dari kelompok kesehatan yang
tercatat sebesar 0,65% (yoy), sedangkan sumbangan deflasi berasal dari kelompok bahan
makanan yang tercatat sebesar -0,18% (yoy). Meningkatnya inflasi dari kelompok kesehatan
terjadi akibat meningkatnya harga beberapa jenis obat-obatan (seperti obat flu, batuk dan
malaria) yang terjadi pada saat musim hujan. Sedangkan, turunnya harga komoditas ikan-
ikanan serta bumbu-bumbuan disinyalir menjadi salah satu faktor yang berkontribusi
terjadinya deflasi di kelompok bahan makanan.
6 Inflasi di Provinsi Papua Barat dihitung dari perkembangan harga-harga di Kota Manokwari dan Kota
Sorong.
MTM YTD QTQ YOY MTM YTD QTQ YOY MTM YTD QTQ YOY
Bahan Makanan -0.18 -2.02 -2.01 0.17 2.81 4.17 4.17 13.74 -0.95 -0.18 -0.18 4.15
Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 0.27 0.66 0.66 2.96 0.57 1.60 1.60 4.40 0.12 0.57 0.57 5.66
Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar 0.10 0.64 0.64 3.41 0.07 1.30 1.30 2.75 0.35 0.81 0.81 5.03
Sandang 0.15 0.37 0.37 2.59 0.11 0.40 0.40 4.24 0.11 0.28 0.28 -1.26
Kesehatan 0.56 1.33 1.33 3.30 0.30 0.35 0.35 1.56 0.04 0.65 0.65 4.95
Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 0.17 0.62 0.62 3.27 -0.08 0.35 0.35 3.21 0.02 0.00 0.00 3.36
Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan -0.44 -3.62 2.22 6.08 1.50 -4.32 -4.32 5.90 0.48 0.24 0.24 14.07
Inflasi Papua Barat (Inflasi MTM,YOY, QTQ =
%)
-0.05 -0.98 -0.98 2.65 1.37 1.31 1.31 7.41 -0.10 0.30 0.30 5.77
2012 2013 2014
TW ITW IKelompok Komoditi TW I
Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 33
Sepanjang triwulan I-2014, Inflasi tahunan dan triwulanan pada masing-masing
kelompok barang dan jasa di Provinsi Papua Barat adalah sebagai berikut: kelompok bahan
makanan mencatatkan inflasi tahunan sebesar 4,15% (yoy) atau secara triwulanan sebesar -
0,18% (qtq); kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau mencatatkan inflasi
tahunan sebesar sebesar 5,66% (yoy) atau secara triwulanan sebesar 0,57% (qtq); kelompok
Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar mencatatkan inflasi tahunan sebesar 5,03% (yoy)
atau secara triwulanan sebesar 0,81% (qtq); kelompok sandang mencatatkan inflasi tahunan
sebesar -1,26% (yoy) atau secara triwulanan sebesar 0,28% (qtq); kelompok kesehatan
mencatatkan inflasi tahunan sebesar 4,95% (yoy) atau secara triwulanan 0,65% (qtq);
kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga mencatatkan inflasi tahunan sebesar 3,36%
(yoy) atau secara triwulanan sebesar 0,00% (qtq); kelompok Transpor, Komunikasi & Jasa
Keuangan mencatatkan inflasi tahunan sebesar 14,07% (yoy) atau secara triwulanan sebesar
0,24% (qtq).
2.2.1 Kelompok Bahan Makanan
Kelompok bahan makanan pada triwulan I-2014 mengalami inflasi triwulanan sebesar -
0,18% (qtq) atau mengalami deflasi, angka tersebut lebih rendah dari triwulan sebelumnya
yang tercatat mengalami inflasi sebesar 1,46% (qtq). Terjadinya penurunan inflasi yang cukup
signifikan dari kelompok bahan makanan terjadi seiring menurunnya harga komoditas ikan-
ikanan (seperti ikan ekor kuning, burbara, dan cakalang) dan komoditas bumbu-bumbuan. Hal
tersebut terjadi seiring melimpahnya pasokan beberapa komoditas pertanian dari beberapa
sentra produksi yang terdapat di wilayah Papua Barat. selain itu, dapat diinformasikan juga
bahwa pada triwulan laporan pasokan ikan yang berasal dari Kota Sorong mengalami
peningkatan, dimana hal tersebut menyebabkan terjaganya pasokan kebutuhan ikan di
wilayah Papua Barat. Sedangkan kondisi harga untuk sub kelompok lainnya adalah sebagai
berikut: sub kelompok bahan makanan lainnya sebesar 0,11% (qtq), sub kelompok telur, susu
dan hasilnya sebesar 1,08% (qtq) serta sub kelompok lemak dan minyak sebesar 1,37% (qtq).
2.2.2 Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau
Kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau pada triwulan I-2014 tercatat
mengalami inflasi triwulanan sebesar 0,57% (qtq), angka tersebut lebih rendah jika
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 9,32% (qtq). Lebih
terkendalinya pencapaian inflasi pada triwulan laporan akibat terjaganya ketersediaan atas
beberapa barang kebutuhan pokok seperti makanan jadi, mie instan, air kemasan, dll.
Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 34
2.2.3 Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar
Kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar pada triwulan laporan mengalami
inflasi triwulanan sebesar 0,81% (qtq), angka tersebut lebih tinggi dari triwulan sebelumnya
yang tercatat mengalami deflasi sebesar -3,85% (qtq). inflasi triwulanan terjadi pada sub
kelompok biaya tempat tinggal yakni akibat meningkatnya harga beberapa beberapa
komoditas bahan-bahan bangunan (seperti: pasir, seng, kayu lapis, dll.). selain itu, beberapa
komoditas peralatan rumah tangga juga mengalami kenaikan seperti peralatan kamar mandi,
mesin cuci, kipas angin, dll.).
2.2.4. Kelompok Sandang
Kelompok sandang pada triwulan I-2014 mencatatkan deflasi sebesar 0,28% (qtq),
angka tersebut lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang juga tercatat mengalami deflasi
sebesar 3,99% (qtq). Sedangkan kelompok yang mengalami Inflasi pada kelompok sandang
adalah sub kelompok sandang pria dengan komoditas yang mengalami kenaikan harga
adalah celana jeans, sandal kulit dan sepatu kulit.
2.2.5. Kelompok Kesehatan
Kelompok kesehatan pada periode laporan mencatat inflasi triwulanan sebesar 0,65%
(qtq), lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 2,92% (qtq). Inflasi pada
kelompok ini disumbang oleh sub kelompok obat-obatan terutama kenaikan harga pada
komoditas obat flu dan obat batuk. Peningkatan harga kedua jenis barang tersebut
merupakan suatu hal yang relatif lumrah seiring tingginya permintaan terutama memasuki
musim penghujan sepanjang triwulan I-2014.
2.2.6 Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga
Harga pada kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga pada triwulan I-2014 relatif
stagnan. Pada kelompok ini tidak terjadi inflasi, namun hal tersebut tidak memberikan
dampak yang signifikan terhadap pencapaian inflasi secara keseluruhan karena minimnya
kontribusi inflasi dari sektor ini.
2.2.7. Kelompok Transport, Komunikasi & Jasa Keuangan
Kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan pada triwulan laporan mengalami
inflasi triwulanan sebesar 0,24% (qtq), inflasi triwulanan tersebut lebih tinggi dari triwulan
sebelumnya sebesar -2,42% (qtq). Peningkatan harga paling signifikan teramati pada sub
kelompok transpor akibat meningkatnya harga tarif angkutan udara (tiket pesawat).
Peningkatan tarif angkutan udara tersebut terjadi seiring tingginya mobilitas penduduk
menjelang perayaan beberapa hari besar keagamaan serta Pemilu legislatif 2014.
Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 35
BAB 4.
SISTEM KEUANGAN
DAN PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN
I. Perkembangan Umum Perbankan Wilayah Papua
Secara umum, kinerja perbankan di Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat pada
triwulan I-2014 masih cukup menggembirakan. Hal ini tercermin dari pertumbuhan beberapa
indikator perbankan yang tumbuh cukup signifikan. Fungsi intermediasi perbankan terlihat
meningkat sebagaimana tercermin dari pertumbuhan dana pihak ketiga di sisi pasiva
perbankan yang tumbuh sebesar 11,66% (yoy). Sementara disisi aktiva, kredit perbankan
tumbuh cukup signifikan sebesar 24,14% (yoy) dan mendorong meningkatnya loan to deposit
rate (LDR) perbankan menjadi sebesar 64,50% (yoy) pada triwulan I-2014 dari 58,01% (yoy)
pada triwulan I-2013. Namun demikian, LDR tersebut masih dibawah target minimal sebesar
80% yang telah ditetapkan sebelumnya.
Tabel 27. Perkembangan Perbankan Wilayah Papua (Miliar)
Sumber: KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat
Secara umum, total aktiva perbankan tumbuh sebesar 9,12% (yoy) yang mana
pertumbuhan tersebut turut didorong oleh tumbuhnya angka penyaluran kredit sebesar
24,14% (yoy). Kredit konsumsi dan modal kerja masih menjadi porsi terbesar dalam kredit
yang diberikan dengan total share mencapai +85% dan mengalami pertumbuhan yang cukup
Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 36
tinggi masing-masing sebesar 24,33% (yoy) dan 21,45% (yoy). Sementara itu, walaupun share
kredit investasi masih relatif lebih kecil, namun jenis kredit ini mengalami pertumbuhan yang
paling besar yakni 31,21% (yoy) dibandingkan jenis kredit lainnya. Namun demikian,
pertumbuhan kredit perbankan yang positif tidak diimbangi oleh peningkatan kualitas kredit.
Hal tersebut tecermin dari peningkatan angka Non Performing Loan (NPL) pada triwulan I-
2014 menjadi sebesar 2,00%, meskipun angka NPL tersebut masih dalam batas aman.
Namun tren kenaikan NPL yang cukup persisten dalam beberapa waktu terakhir harus tetap
diwaspadai.
Tabel 28. Perkembangan NPL Persektor
Sumber: KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat
Pada sisi pasiva, peningkatan dana pihak ketiga terutama disumbang oleh peningkatan
deposito dengan pertumbuhan sebesar 26,89% (yoy) dan diikuti oleh tabungan sebesar
12,15% (yoy) serta giro sebesar 6,18% (yoy). Peningkatan pertumbuhan deposito di wilayah
Papua terutama disebabkan oleh tingginya animo masyarakat untuk mengalihkan bentuk
simpanannya dari tabungan menjadi deposito.
II. Perbankan Provinsi Papua
2.1. Perkembangan Umum
Secara umum kinerja perbankan di Provinsi Papua masih sangat baik tercermin dari
beberapa indikator perbankan, antara lain: pertumbuhan aset sebesar 4,46% (yoy), DPK
sebesar 11,04 (yoy), dan kredit yang disalurkan sebesar 17,55% (yoy).
Besarnya pertumbuhan kredit yang jauh lebih tinggi dari pertumbuhan DPK
menyebabkan meningkatnya LDR perbankan di Provinsi Papua menjadi sebesar 62,05% (yoy)
atau meningkat sebesar 3,44% (yoy) dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya
yang hanya mencapai 58,62% (yoy). Meningkatnya LDR pada triwulan berjalan tidak diiringi
oleh perbaikan rasio kredit bermasalah atau Non Performing Loan (NPL) yang pada triwulan I-
2014
I II I I I IV I I I I I I IV I
Pertanian 1.23% 1.30% 2.00% 2.04% 1.86% 2.86% 3.23% 1.55% 1.53%
Pertambangan 0.38% 0.41% 0.43% 0.61% 0.78% 0.88% 0.00% 0.00% 0.00%
Industri Pengolahan 1.19% 1.32% 1.15% 1.93% 4.00% 5.04% 3.89% 4.86% 7.36%
Listrik,Gas dan Air 8.49% 8.94% 10.28% 10.00% 12.50% 9.33% 9.09% 8.57% 8.11%
Konstruksi 1.34% 1.45% 1.20% 1.13% 1.47% 2.23% 2.98% 2.48% 2.55%
Perdagangan, Hotel dan Restoran 1.16% 1.28% 1.11% 1.81% 2.40% 2.44% 2.57% 2.42% 2.67%
Angkutan dan Komunikasi 1.07% 1.25% 0.61% 0.40% 0.37% 0.65% 1.47% 1.14% 1.21%
Jasa Dunia Usaha 0.36% 0.42% 0.26% 0.94% 1.77% 2.43% 2.82% 1.95% 2.26%
Jasa Sosial 1.42% 1.51% 1.32% 0.77% 1.22% 1.47% 1.70% 1.50% 1.79%
Lain-lain 1.35% 1.49% 1.59% 1.01% 0.99% 1.10% 1.32% 1.21% 1.36%
Total 1.28% 1.41% 1.34% 1.27% 1.54% 1.80% 2.00% 1.79% 2.00%
20132012NPL PAPUA & PAPUA BARAT
(%)
Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 37
2014 tercatat sebesar 2,04% atau meningkat dari triwulan yang sama di tahun sebelumnya
yang tercatat hanya sebesar 1,53% (yoy).
Tabel 29. Perkembangan Perbankan Provinsi Papua (Rp. Miliar)
Sumber: KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat * Data BPR Terbatas Periode Desember 2013
2.2 Aset Perbankan
Pada triwulan I-2014, total aset perbankan di Provinsi Papua tercatat sebesar Rp 36,03
triliun. Dari jumlah itu, Bank Umum Milik Pemerintah (BUMP) masih menjadi pelaku dominan
dengan pangsa aset sebesar 78,57% dari total keseluruhan perbankan yang beroperasi di
Provinsi Papua. Sementara itu, pangsa Bank Umum Swasta Nasional (BUSN) berada pada
urutan selanjutnya dengan pangsa sebesar 19,74% dan BPR hanya memiliki pangsa aset
sebesar 1,69% (Periode Desember 2013). Adapun saat ini nilai aset secara nominal untuk
Bank Umum Milik Pemerintah dan Bank Umum Swasta Nasional (BUSN) masing-masing
mencapai angka Rp 28,31 triliun dan Rp 7,11 triliun, sedangkan aset BPR mencapai Rp 609
miliar. Pertumbuhan aset tersebut terutama didorong oleh tingginya pertumbuhan kredit yang
mencapai 17,55% (yoy).
Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 38
Grafik 27. Perkembangan Aset Perbankan Provinsi Papua Grafik 28. Komposisi Aset Perbankan
Sumber: KPwBI Papua & Papua Barat * Data BPR Terbatas Periode Desember 2013
2.3. Dana Pihak Ketiga (DPK) Perbankan
DPK perbankan Provinsi Papua mencapai Rp 29,23 triliun yang terdiri dari giro sebesar
Rp 9,74 triliun, tabungan sebesar Rp 12,79 triliun dan deposito sebesar Rp 6,75 triliun.
Dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun sebelumnya, pertumbuhan deposito
tercatat paling besar yakni sebesar 21,45% (yoy) diikuti oleh pertumbuhan tabungan sebesar
10,12% (yoy) dan pertumbuhan giro yang tercatat sebesar 5,91% (yoy).
Sementara itu, dilihat dari share masing-masing kelompok bank, Bank Pemerintah masih
mendominasi dengan share sebesar 77,28% diikuti kelompok bank swasta 22,29% dan
kelompok BPR 0,79% (periode desember 2013). Salah satu penyebab masih tingginya
dominasi Bank Pemerintah dalam menghimpun DPK di Provinsi Papua adalah besarnya dana
APBD dan Dana Otonomi Khusus Pemerintah Daerah Provinsi, Kota dan Kabupaten yang
ditempatkan pada Bank Pembangunan Daerah (BPD) Papua ataupun Bank Pemerintah
lainnya.
Tabel 30. Perkembangan DPK Perbankan Provinsi Papua (Rp. Miliar)
Sumber: KPwBI Papua & Papua Barat * Data BPR Terbatas Periode Desember 2013
2014
I II III IV I II III IV I*
Bank Pemerintah 6,447.11 7,185.58 6,597.16 7,386.07 7,982.00 8,750.27 9,556.00 9,884.00 9,138.00 23.81%
Giro 2,441.50 3,020.17 3,024.37 2,056.78 3,449.00 4,137.24 4,813.00 3,824.00 3,697.00 41.27%
Deposito 1,024.40 1,052.85 1,115.33 1,069.17 1,206.00 1,274.54 1,316.00 1,425.00 1,605.00 17.73%
Tabungan 2,981.21 3,112.56 2,457.46 4,260.11 3,327.00 3,338.49 3,427.00 4,635.00 3,836.00 11.60%
Bank Swasta 755.61 744.75 784.41 870.31 889.00 857.02 918.00 1,022.00 996.00 17.65%
Giro 32.44 21.39 20.68 26.65 40.00 33.80 49.00 58.00 32.00 23.30%
Deposito 359.90 350.74 366.79 350.97 382.00 372.43 406.00 432.00 418.00 6.14%
Tabungan 363.26 372.63 396.94 492.69 467.00 450.79 463.00 531.00 546.00 28.56%
BPR 69.03 69.70 73.18 111.02 111.02 119.00 116.73 154.90 - 60.82%
Deposito 44.98 45.41 47.68 69.84 69.84 91.00 88.38 106.27 - 55.27%
Tabungan 24.05 24.29 25.50 41.18 41.18 28.00 28.36 48.62 - 71.21%
Total DPK 7,271.75 8,000.04 7,454.75 8,367.39 8,982.02 9,726.29 10,590.73 11,060.90 10,231.25 23.52%
Giro 2,473.94 3,041.56 3,045.05 2,083.44 3,489.00 4,171.04 4,862.00 3,882.00 3,729.00 41.03%
Deposito 1,408.36 1,449.00 1,529.81 1,489.98 1,629.18 1,674.97 1,750.36 1,905.62 2,071.62 15.68%
Tabungan 3,389.45 3,509.48 2,879.90 4,793.98 3,835.18 3,817.28 3,918.36 5,214.62 4,430.62 13.15%
20132012 Growth
(yoy)Kelomok Bank
Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 39
Grafik 29. Perkembangan Indikator Dana Pihak Ketiga Provinsi Papua
Sumber: KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat * Data BPR Terbatas Periode Desember 2013
2.4. Penyaluran Kredit Perbankan
Walaupun sampai dengan awal tahun tahun 2014, tren suku bunga perbankan masih
belum mengalami penurunan, namun hal ini tidak mempengaruhi kinerja kredit perbankan di
Provinsi Papua. Hal tersebut dapat terlihat dari perkembangan kredit di Provinsi Papua yang
mampu tumbuh secara signifikan sebesar 17,55% (yoy). Kredit modal kerja tumbuh sebesar
15,70% (yoy), kredit konsumsi tumbuh sebesar 18,07% (yoy) dan kredit investasi tumbuh
sebesar 20,72% (yoy). Tingginya pertumbuhan kredit tersebut, tidak terlepas dari tingginya
tingkat konsumsi dan semakin membaiknya iklim dunia usaha di Provinsi Papua. Selain itu,
pertumbuhan yang cukup pesat dari sektor-sektor produktif yang bersifat jangka menengah
hingga panjang seperti pembangunan ruko, investasi berbagai alat berat untuk kebutuhan
infrastruktur ditenggarai menjadi pendorong pertumbuhan kredit dari segi investasi.
Tabel 31. Perkembangan Indikator Kredit Perbankan Provinsi Papua
Sumber: KPwBI Papua & Papua Barat * Data BPR Terbatas Periode Desember 2013
Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 40
Grafik 30. Perkembangan Kredit Perbankan Provinsi Papua Grafik 31. Komposisi Kredit Perbankan
Sumber: KPwBI Papua & Papua Barat * Data BPR Terbatas Periode Desember 2013
Jika dilihat dari penggunaannya maka penyaluran kredit konsumsi cukup dominan dengan
share 48%, modal kerja 37%, investasi 15%. Besarnya kucuran kredit konsumsi antara lain
untuk kendaraan bermotor dan kredit perumahan termasuk ruko, dan pembelian alat-alat
rumah tangga. Sementara itu, kredit untuk sektor perdagangan hotel dan restoran umumnya
adalah untuk hal-hal yang bersifat modal kerja seperti biaya pembelian barang modal ( barang
dagangan), biaya distribusi, penyediaan makan dan minum bagi restoran, dan lain-lain.
2.5 LDR Dan NPL
Peran perbankan sebagai lembaga intermediary antara pihak yang mengalami kelebihan
dana dan pihak yang membutuhkan dana di wilayah Papua masih belum sepenuhnya optimal,
dimana hal tersebut dapat tercermin dari pencapaian LDR pada triwulan laporan sebesar
62,05%, angka tersebut masih dibawah target yang diterapkan. Terbatasnya jumlah lapangan
usaha baik UMKM maupun usaha besar yang yang cukup layak untuk diberikan kredit
menjadi salah satu penyebab rendahnya daya serap terhadap kredit perbankan. Selain itu,
jaringan kantor perbankan dengan tingkat tertinggi adalah kantor wilayah (3 Bank Umum)
serta 1 Bank Umum (BPD) ditengarai menjadi salah satu penyebab masih rendahnya LDR di
Papua. Level jaringan kantor cabang Perbankan yang kecil menunjukkan kewenangan
pemberian kredit yang juga lebih kecil. Selain itu, masih terbatasnya akses UMKM dalam
mendapatkan fasilitas pendanaan dari Perbankan juga menjadi salah satu faktor yang
menyebabkan rendahnya pencapaian LDR di Provinsi Papua.
Ditengah LDR yang masih dibawah target, kualitas kredit perbankan Papua masih
tergolong cukup baik seperti tercermin dari pencapaian NPL sebesar 2,04% yang masih
berada di bawah batas maksimal yang ditetapkan. Berdasarkan sektor ekonomi; sektor listrik,
gas dan air serta sektor Industri Pengolahan menjadi sektor yang cukup berisiko seperti
terlihat dari NPL sektor ini masing-masing mencapai 9,09% dan 8,09%, walaupun penyaluran
Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 41
kredit di sektor ini juga relatif terbatas. Sektor-sektor ekonomi lainnya (sektor pertambangan,
pertanian, konstruksi, PHR, jasa dunia usaha, jasa sosial dan lainnya) masih cukup aman dan
berada dibawah batas sebesar 5%.
Sumber: KpwBI Provinsi Papua & Papua Barat
2.6. Kredit Mikro, Kecil dan Menengah (MKM)
Pertumbuhan Kredit MKM di Provinsi Papua dinilai cukup signifikan. Hal itu tercermin dari
rasio kredit mikro, kecil dan menengah (UMKM) terhadap total kredit keseluruhan yang
mencapai sebesar mencapai sebesar 39,42% (yoy) dengan nilai sebesar Rp 7,16 triliun. Nilai
itu mengalami pertumbuhan sebesar 6,46% (yoy) dibandingkan dengan periode yang sama
pada tahun sebelumnya. Pangsa kredit MKM di Provinsi Papua hampir setiap periode
mengalami pertumbuhan positif dengan angka pertumbuhan yang relatif konstan. Selain itu,
target penyaluran kredit bagi UMKM yang ditetapkan diatas 30% dari total kredit keseluruhan
telah tercapai. Hal tersebut merupakan suatu yang menggembirakan mengingat peningkatan
penyaluran kredit UMKM mengindikasikan terjadinya pertumbuhan sektor riil yang pada
akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat Papua.
Tabel 33. Perkembangan Kredit UMKM Perbankan Provinsi Papua
Sumber: KPWBI Papua & Papua Barat * Data BPR Terbatas Periode Desember 2013
2014
I II I I I IV I I I I I I IV I
Pertanian 1.35% 1.42% 1.41% 0.55% 0.85% 1.15% 1.32% 0.88% 1.13%
Pertambangan 0.39% 0.41% 0.40% 0.88% 1.27% 1.47% 0.00% 0.00% 0.00%
Industri Pengolahan 1.23% 1.30% 1.29% 2.03% 4.29% 5.65% 4.96% 5.10% 8.09%
Listrik,Gas dan Air 8.57% 9.02% 8.93% 10.86% 13.64% 10.00% 10.00% 9.38% 9.09%
Konstruksi 1.98% 2.09% 2.06% 1.59% 1.91% 2.46% 3.17% 3.02% 3.45%
Perdagangan, Hotel dan Restoran 1.23% 1.30% 1.28% 1.73% 2.08% 2.20% 2.24% 2.13% 2.52%
Angkutan dan Komunikasi 0.80% 0.84% 0.84% 0.35% 0.67% 0.86% 1.25% 1.37% 1.73%
Jasa Dunia Usaha 0.19% 0.20% 0.20% 0.92% 1.94% 2.85% 2.89% 2.01% 2.57%
Jasa Sosial 1.38% 1.46% 1.44% 0.74% 1.44% 1.76% 1.89% 1.74% 1.97%
Lain-lain 1.27% 1.33% 1.32% 0.90% 0.98% 1.12% 1.28% 1.20% 1.36%
Total 1.31% 1.38% 1.31% 1.22% 1.49% 1.79% 1.89% 1.74% 2.04%
20132012NPL PAPUA (%)
Tabel 32. Perkembangan Indikator Perbankan Papua Grafik 32. Perkembangan NPL & LDR
Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 42
2.7. Stabilitas Sistem Keuangan Provinsi Papua
2.7.1. Ketahanan Sektor Korporasi Provinsi Papua
Secara umum, kredit yang disalurkan kepada sektor usaha utama di Provinsi
Papua masih menujukan tren yang mengalami peningkatan. Akan tetapi, khusus
untuk kredit terhadap sektor pertambangan pada triwulan laporan mengalami
penurunan. Hal tersebut disinyalir seiring terjadinya penurunan kinerja sektor
pertambangan di Provinsi Papua. Hingga triwulan I-2014, dari total kredit sektor
korporasi yang nilai penyalurannya mencapai sebesar Rp 9,56 triliun, sektor
perdagangan mengambil pangsa tertinggi sebesar 27,27%. Selanjutnya sektor
kontruksi mengambil pangsa sebesar 6,70%, sektor jasa sosial masyarakat sebesar
6,70% dan sektor pertanian sebesar 3,91%.
Jika dilihat dari kualitas penyaluran kredit yang diberikan kepada sektor utama
di Papua dapat dikatakan bahwa hampir seluruh sektor masih berada pada tahap
yang cukup aman dengan pencapaian Non Performing Loan (NPL) yang masih berada
dibawah 5%. Dengan demikian meskipun kondisi perekonomian Provinsi Papua
dibayangi oleh adanya risiko terhadap kebijakan pengaturan ekspor hasil tambang
mentah, namun sampai dengan saat ini risiko yang dapat membahayakan sistem
keuangan di Papua dinilai masih sangat minim.
Sumber:KPwBI Papua & Papua Barat
2.7.2. Ketahanan Sektor Rumah Tangga Provinsi Papua
Tingkat penyaluran kredit kepada sektor rumah tangga di Provinsi Papua masih
menunjukkan suatu pertumbuhan yang nilainya relatif tinggi. Pertumbuhan tersebut
didorong oleh pertumbuhan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dan Kredit Kepemilikan
Barang (KKB) yang mana pada triwulan I-2014 masing-masing berhasil tumbuh
Grafik 33. Pertumbuhan Kredit Sektor Utama
Prov. Papua Grafik 34. Perkembangan NPL Kredit Sektor Utama
Prov. Papua
Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 43
sebesar 82,48% (yoy) dan 78,79% (yoy). Namun demikian, untuk kredit multiguna
pada triwulan laporan justru mengalami sedikit penurunan sebesar -0,95% (yoy). Dari
total kredit konsumsi yang disalurkan sebesar Rp 8,74 triliun, pangsa kredit multiguna
tercatat sebesar 36,64%, sedangkan kredit KPR dan KKB memiliki pangsa masing-
masing sebesar 16,79% dan 0.72%, sedangkan sisanya merupakan kredit rumah
tangga maupun lapangan usaha lainnya. Selanjutnya diinformasikan bahwa
penyaluran kredit kepada sektor rumah tangga di Provinsi Papua dinilai masih
memiliki ketahanan yang cukup baik. Hal tersebut terlihat dari pencapaian nilai NPL
yang masih jauh dibawah angka 5 %.
Sumber:KPwBI Papua & Papua Barat
2.7.3. Pembiayaan Sektor Usaha Kecil dan Menengah (UMKM)
Kinerja penyaluran kredit terhadap sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah
(UMKM) di Provinsi Papua setiap waktunya selalu mengalami pertumbuhan yang
cukup menggembirakan. Pada triwulan I-2014, kredit UMKM di Papua tercatat
berhasil tumbuh sebesar 40,57% (yoy). Kredit terhadap UMKM memiliki pangsa
sebesar 30,42% dari keseluruhan kredit yang disalurkan di Provinsi Papua. Nilai kredit
UMKM yang berhasil disalurkan di Provinsi Papua adalah sebesar Rp 7,16 triliun.
Kredit UMKM untuk peruntukan modal kerja memegang pangsa sebesar 75,36% yang
mana angka tersebut lebih tinggi dibandingkan kredit UMKM dengan peruntukan
investasi yang hanya tercatat sebesar 24,56%. Pembiayaan terhadap sektor UMKM
merupakan suatu hal yang harus diberikan perhatian lebih, hal tersebut mengingat
besarnya kontribusi UMKM dalam mendorong taraf hidup masyarakat ke tingkat yang
lebih tinggi.
Grafik 35. Pertumbuhan Kredit RT
Prov. Papua Grafik 36. Perkembangan NPL Kredit RT
Prov. Papua
Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 44
Sumber:KPwBI Papua & Papua Barat
III. Perbankan Provinsi Papua Barat
3.1 Perkembangan Umum
Secara umum perbankan di Provinsi Papua Barat mengalami perkembangan yang sangat
baik. Hal tersebut tercermin dari beberapa indikator utama seperti total aktiva, dan DPK
Perbankan pada triwulan I-2014. Total aset perbankan Provinsi Barat pada triwulan I-2014
mencapai Rp 11,31 triliun atau meningkat cukup signifikan sebesar 18,33% (yoy) sementara
total DPK mencapai Rp 10,29 triliun atau meningkat 9,68% (yoy) dibandingkan periode yang
sama tahun sebelumnya.
Searah dengan itu, penyaluran kredit mencapai Rp 7,35 triliun atau tumbuh sebesar
30,96% (yoy) dengan rasio LDR mencapai 71,45%. Pesatnya pertumbuhan kredit tersebut
juga masih diimbangi oleh kualitas kredit yang cukup baik dengan pencapaian NPL yang
cukup rendah sebesar 1,90%, atau masih jauh di bawah ambang batas maksimal yang
ditetapkan sebesar 5%.
Tabel 34. Perkembangan Perbankan Provinsi Papua Barat
Sumber: KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat * Data BPR Terbatas Periode Desember 2013
Grafik 37. Pertumbuhan Kredit MKM
Prov. Papua Grafik 38. Perkembangan NPL Kredit MKM
Prov. Papua
Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 45
Sejalan dengan kondisi yang juga terjadi di Papua, pencapaian LDR oleh perbankan di
Papua Barat masih dibawah target yang disebabkan oleh relatif terbatasnya sektor usaha
yang layak untuk dibiayai, sementara beberapa perusahaan besar memperoleh kebutuhan
dana dari perbankan di luar Papua maupun dari perusahaan induknya (parent company).
3.2 Total Aset
Secara total, aset perbankan Papua Barat mencapai Rp 11,31 triliun atau tumbuh
18,33% (yoy) dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Sama seperti di Papua,
dominasi Bank-bank Pemerintah di Papua Barat masih relatif cukup tinggi dengan pangsa
terbesar mencapai 88,46% sedangkan bank swasta hanya 9,59% dan BPR 1,95%.
Grafik 39. Perkembangan Aset Perbankan Papua Barat Grafik 40. Komposisi Aset Perbankan
Sumber: KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat * Data BPR Terbatas Periode Desember 2013
3.3. Dana Pihak Ketiga (DPK) Perbankan
DPK perbankan Provinsi Papua Barat mencapai Rp 10,29 triliun yang terdiri dari giro Rp
3,73 triliun, tabungan Rp 4,43 triliun dan deposito Rp 2,13 triliun. Apabila dibandingkan
dengan periode yang sama tahun sebelumnya, masing-masing komponen mengalami
pertumbuhan hanya produk deposito yang mengalami penurunan. Adapun rincian
pertumbuhan untuk masing-masing jenis simpanan adalah sebagai berikut: giro sebesar
6,88% (yoy), deposito sebesar -44,88% (yoy), dan tabungan sebesar 171,79% (yoy). Searah
dengan perkembangan aset, share bank pemerintah masih mendominasi sebesar 89,31%
diikuti oleh kelompok bank swasta dengan pangsa 9,73% dan BPR sebesar 1,51%.
3.4. Penyaluran Kredit Perbankan
Total penyaluran kredit sampai dengan triwulan I-2014 mencapai sebesar Rp 7,35 triliun
atau tumbuh sebesar 30,96% (yoy) dibanding periode yang sama tahun 2013. Berdasarkan
penggunaannya, kredit modal kerja memiliki pangsa tertinggi sebesar 44,71%, diikuti oleh
kredit konsumsi dengan share 39,55%, dan diikuti oleh kredit investasi 15,74%.
Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 46
Grafik 41. Perkembangan DPK Provinsi Papua Barat
Sumber: KPwBI Papua & Papua Barat * Data BPR Terbatas Periode Desember 2013
Tabel 35. Kredit Perbankan Provinsi Papua Barat
Sumber: KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat * Data BPR Terbatas Periode Desember 2013
Grafik 42. Perkembangan Kredit Provinsi Papua Barat Grafik 43. Komposisi Kredit Perbankan
Sumber: KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat * Data BPR Terbatas Periode Desember 2013
2014
I II I I I IV I I I I I I IV I*
Modal Kerja 1915 2198 2351 2574 2507.8 2698.8 2777.9 2884 3287
Pertumbuhan Modal Kerja 20.44% 25.53% 23.02% 34.27% 30.96% 22.78% 18.16% 12.04% 31.07%
Investasi 411 522 610 651 709.96 915.4 969.62 1004 1157.1
Pertumbuhan investasi 30.89% 51.74% 71.83% 59.56% 72.74% 75.36% 58.95% 54.22% 62.99%
Kredit Konsumsi 1851 1910 2013 2172 2371 2580 2762 2843 2907.6
Pertumbuhan Kredit Konsumsi 42.60% 32.27% 36.94% 33.74% 28.09% 35.08% 37.21% 30.89% 22.63%
Provinsi Papua Barat2012 2013
Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 47
Secara sektoral, penyaluran kredit terbesar didominasi oleh kredit sektor lain-lain yakni
kredit konsumsi yang mencakup kredit untuk ruko, KPR dan pembiayaan kendaraan bermotor
dengan share mencapai 45,51% dari total kredit, diikuti kredit perdagangan,hotel dan
restoran sebesar 31,55%
Tabel 36. Kredit Perbankan Berdasarkan Sektor Ekonomi
Sumber: KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat
3.5. LDR dan NPL
Pada triwulan I-2014, dicapainya pertumbuhan DPK yang lebih rendah dibandingkan
dengan pertumbuhan penyaluran kredit oleh perbankan mengakibatkan meningkatnya
pencapaian Loan To Deposit (LDR) menjadi sebesar 71,45% atau menurun sebesar 11,61%
(yoy) dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Walaupun mengalami penurunan,
pencapaian LDR pada perbankan di Provinsi Papua Barat masih cukup tinggi. Hal ini
menunjukkan bahwa fungsi intermediasi perbankan di Provinsi Papua Barat sudah menuju
kearah yang lebih optimal. Namun demikian mengingat pencapaian tersebut masih dibawah
target serta dengan mempertimbangkan masih besarnya peluang penyaluran kredit yang
dapat dilakukan oleh perbankan di Provinsi Papua Barat, angka LDR tersebut diharapkan
masih dapat ditingkatkan ke level yang lebih tinggi.
Pada triwulan laporan, kualitas kredit yang disalurkan oleh perbankan di Papua Barat
masih berada dalam rentang yang cukup aman, meskipun adanya tren kenaikan yang cukup
persisten juga perlu diwaspadai. Hal tersebut tercermin dari adanya kenaikan NPL yang
mencapai sebesar 1,90% pada triwulan I-2014 dari 1,67% pada triwulan I-2013. Kedepannya
perbankan di Provinsi Papua Barat diharapkan agar senantiasa dapat menjaga kualitas kredit,
hal tersebut diperlukan guna mencegah timbulnya risiko gagal bayar (default risk) yang akan
dihadapi oleh masing-masing bank.
Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 48
3.6. Kredit Mikro, Kecil dan Menengah.
Kredit Mikro, Kecil, dan Menengah (MKM) yang disalurkan perbankan Provinsi Papua
Barat pada triwulan I-2014 mencapai Rp 3,34 triliun atau tumbuh 50,55% dibandingkan
periode yang sama pada tahun sebelumnya. Kredit MKM tersebut didominasi oleh kredit
menengah dengan share 49,34%, kemudian kredit kecil sebesar 36,95% dan kredit usaha
mikro sebesar 13,71%. Pangsa kredit MKM di Provinsi Papua Barat hampir setiap periode
mengalami pertumbuhan positif dengan angka pertumbuhan yang relatif signifikan. Selain itu,
target penyaluran kredit bagi UMKM pada periode laporan sebesar 43,63% dari total kredit
telah tercapai. Hal tersebut merupakan suatu hal yang menggembirakan mengingat terjadinya
peningkatan penyaluran kredit UMKM mengindikasikan terjadinya pertumbuhan sektor riil
yang pada akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat Papua Barat.
Sumber: KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat * Data BPR Terbatas Periode Desember 2013
Tabel 38. Perkembangan Kredit UMKM Provinsi Papua Barat (Rp Miliar)
Sumber: KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat * Data BPR Terbatas Periode Desember 2013
3.7. Stabilitas Sistem Keuangan Provinsi Papua Barat
3.7.1. Ketahanan Sektor Korporasi Provinsi Papua Barat
Penyaluran kredit terhadap sektor usaha utama di Provinsi Papua Barat masih
menunjukan peningkatan yang cukup baik. Seluruh sektor ekonomi pada triwulan I-
2014 mengalami akselerasi. Hingga bulan Maret 2014, dari total kredit sektor
2014
I II I I I IV I I I I I I IV I
Pertanian 0.08% 0.10% 0.10% 8.81% 8.82% 17.74% 20.00% 6.48% 2.91%
Pertambangan 0.33% 0.40% 0.39% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00%
Industri Pengolahan 1.11% 1.37% 1.33% 1.53% 2.94% 3.56% 1.97% 4.03% 5.52%
Listrik,Gas dan Air 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00%
Konstruksi 0.36% 0.45% 0.43% 0.20% 0.25% 1.59% 2.40% 1.34% 0.80%
Perdagangan, Hotel dan Restoran 1.00% 1.23% 1.20% 2.01% 3.16% 2.97% 3.34% 3.07% 2.99%
Angkutan dan Komunikasi 1.28% 1.58% 1.53% 0.52% 0.00% 0.36% 1.74% 0.76% 0.36%
Jasa Dunia Usaha 0.68% 0.84% 0.81% 0.98% 1.34% 1.54% 2.67% 1.82% 1.69%
Jasa Sosial 1.92% 2.38% 2.31% 0.91% 0.42% 0.26% 0.87% 0.64% 1.24%
Lain-lain 1.62% 2.01% 1.91% 1.32% 1.02% 1.01% 1.44% 1.22% 1.33%
Total 1.19% 1.47% 1.86% 1.40% 1.66% 1.93% 2.28% 1.93% 1.90%
20132012NPL PAPUA BARAT (%)
Tabel 37. Perkembangan Indikator Perbankan Papua Barat Grafik 44. Perkembangan NPL & LDR
Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 49
korporasi yang nilai penyalurannya mencapai sebesar Rp 4,35 triliun, sektor
perdagangan mengambil pangsa tertinggi sebesar 31,95%. Selanjutnya sektor
kontruksi dengan pangsa sebesar 8,90%, sektor jasa sosial masyarakat dengan
pangsa sebesar 4,23%, dan sektor pengangkutan dengan pangsa sebesar 3,91%.
Adapun jika dilihat dari kualitas penyaluran kredit yang diberikan kepada sektor
utama di provinsi Papua Barat dapat dikatakan bahwa hampir seluruh sektor masih
berada pada tahap yang cukup aman dengan pencapaian Non Performing Loan (NPL)
yang berada dibawah 5%. Hanya sektor industri pengolahan yang memiliki NPL lebih
dari 5% (tercatat sebesar 5,52%).
3.7.2. Ketahanan Sektor Rumah Tangga Provinsi Papua Barat
Tingkat penyaluran kredit kepada sektor rumah tangga di Provinsi Papua Barat
masih menujukan pertumbuhan yang relatif tinggi. Pertumbuhan tersebut didorong
oleh pertumbuhan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dan Kredit Kepemilikan Barang
(KKB) yang mana pada triwulan I-2014 masing-masing berhasil tumbuh sebesar
141,00% (yoy) dan 129,41% (yoy). Namun demikian, untuk kredit multiguna pada
triwulan laporan justru mengalami penurunan sebesar -23,11% (yoy). Dari total kredit
konsumsi yang disalurkan sebesar Rp 2,91 triliun, pangsa kredit multiguna tercatat
sebesar 36,23%, sedangkan kredit KPR dan KKB memiliki pangsa masing-masing
sebesar 16,82% dan 1.36%, sedangkan sisanya merupakan kredit rumah tangga
maupun lapangan usaha lainnya. Penyaluran kredit kepada sektor rumah tangga di
Provinsi Papua Barat dinilai masih memiliki ketahanan yang cukup baik. Hal tersebut
tercermin dari pencapaian nilai NPL yang masih jauh dibawah angka 5 %.
Sumber:KPwBI Papua & Papua Barat
Grafik 45. Pertumbuhan Kredit Sektor Utama
Prov. Papua Barat Grafik 46. Perkembangan NPL Kredit Sektor Utama
Prov. Papua Barat
Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 50
Sumber:KPwBI Papua & Papua Barat
3.7.3. Pembiayaan Sektor Usaha Kecil dan Menengah (UMKM)
Kinerja penyaluran kredit terhadap sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah
(UMKM) di Provinsi Papua Barat selalu mengalami pertumbuhan. Pada triwulan I-
2014, kredit UMKM di Papua Barat tercatat berhasil tumbuh sebesar 50,55% (yoy).
Kredit terhadap UMKM memiliki pangsa sebesar 45,46% dari keseluruhan kredit yang
disalurkan di Provinsi Papua Barat. Nilai kredit UMKM yang berhasil disalurkan di
Provinsi Papua Barat adalah sebesar Rp 3,34 triliun. Kredit UMKM untuk peruntukan
modal kerja memegang pangsa sebesar 73,69% lebih tinggi dibandingkan kredit
UMKM untuk investasi yang tercatat sebesar 26,27%. Pembiayaan terhadap sektor
UMKM dinilai masih memiliki prospek yang cukup baik seiring dengan tingginya
prospek perkembangan ekonomi di Provinsi Papua Barat kedepan.
Sumber:KPwBI Papua & Papua Barat
Grafik 47. Pertumbuhan Kredit RT
Prov. Papua Barat
Grafik 48. Perkembangan NPL Kredit RT
Prov. Papua Barat
Grafik 49. Pertumbuhan Kredit MKM
Prov. Papua Barat Grafik 50. Perkembangan NPL Kredit MKM
Prov. Papua Barat
Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 51
BAB 5
PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
Terciptanya suatu sistem pembayaran yang aman, handal dan efisien merupakan salah
satu prasyarat mutlak guna mendukung kegiatan perekonomian di suatu wilayah. Semakin
tinggi frekuensi dan nilai transaksi melalui sistem pembayaran di suatu daerah dapat
menggambarkan tingginya aktivitas maupun kapasitas perekonomiannya. Berkaitan dengan
hal tersebut, Bank Indonesia selaku pemegang otoritas sistem pembayaran di Indonesia
diharapkan dapat menyediakan serta menjaga kondisi sistem pembayaran dapat berjalan
dengan baik guna mendukung kebutuhan sistem perekonomian. Secara umum, sistem
pembayaran terbagi kedalam 2 (dua) kelompok yaitu sistem pembayaran tunai dan non tunai.
Dalam sistem pembayaran tunai, Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Provinsi Papua
dan Papua Barat senantiasa berupaya menjaga ketersediaan alat pembayaran tunai (uang
kartal) baik dalam jumlah, denominasi, maupun tingkat kelayakan edar uang di seluruh
wilayah kerjanya. Adapun terkait penyelenggaraan sistem pembayaran tunai, KPw BI Provinsi
Papua & Papua Barat melakukan pelayanan kas dalam kantor dan pelayanan kas luar kantor
melalui kas keliling dan kas titipan. Terkait penyelenggaraan sistem pembayaran non tunai,
KPw BI Provinsi Papua dan Papua Barat berupaya membantu kelancaran penyelesaian
transaksi pembayaran non tunai dengan menyediakan alat penyelesaian transaksi melalui
sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI-RTGS) Gen II yang dapat digunakan
untuk memenuhi kebutuhan transaksi dengan jumlah yang besar serta tingkat urgensi yang
tinggi. Selain itu, KPw BI Provinsi Papua & Papua Barat juga berlaku sebagai operator dalam
penyelenggaraan kliring melalui Sistem Kliring Nasional (SKN) untuk mendukung transaksi
yang dilakukan melalui kliring. Kedua sistem aplikasi ini termasuk sebagai aplikasi kritikal di
Bank Indonesia. Sebagai aplikasi kritikal, prinsip keamanan, kehandalan dan efisiensi
tentunya sangat ditekankan didalam pelaksanaannya.
I. Bank Indonesia-Real Time Gross Settlement (BI-RTGS)
Pada triwulan I-2014, nilai transaksi keluar (outflow) melalui BI-RTGS di Wilayah Papua
mencapai nilai Rp 5,75 trilliun atau naik sebesar 36,92% (yoy) jika dibandingkan dengan nilai
transaksi pada triwulan yang sama di tahun sebelumnya. Tingginya nilai transaksi keluar dari
wilayah Papua kewilayah lain disinyalir terjadi pasca pembayaran terhadap sejumlah
kontraktor proyek di Papua yang mana sebagian besar terafiliasi ke perusahaan lain yang
berada luar Papua. Disisi lain, jumlah dana yang masuk ke wilayah Papua atau transaksi
masuk (inflow) mencapai Rp 6,93 triliun, angka tersebut mengalami penurunan sebesar -
5,06% (yoy) jika dibandingkan dengan nilai transaksi pada triwulan yang sama di tahun
Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 52
sebelumnya. Masih rendahnya nilai transaksi masuk diperkirakan terjadi sebagai akibat dari
masih rendahnya penyaluran dana alokasi umum dan dana otonomi khusus yang berasal dari
pemerintah pusat bagi Pemerintah daerah yang ada di wilayah Papua. Adapun nilai transaksi
keuangan antar bank melalui sarana BI-RTGS di wilayah Papua selama periode triwulan I-
2014 tercatat sebesar Rp 683,13 miliar atau naik sebesar 25,33% (yoy) dibandingkan
dengan tahun lalu.
Tabel 39. Transaksi RTGS Wilayah Papua
Sumber:KPwBI Papua & Papua Barat * Data bulan belum termasuk bulan Maret
Grafik 51. Nilai Transaksi RTGS
Dengan demikian, pada triwulan I-2014 transaksi masuk bersih (net inflow) tercatat
sebesar Rp 1,12 triliun. Jumlah ini mengalami penurunan sebesar -62,04% (yoy) jika
dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Menurunnya pertumbuhan net inflow
pada triwulan I-2014, menandakan bahwa meningkatnya kegiatan pembayaran keluar
wilayah papua (outflow) pada periode berjalan. Hal ini juga menunjukkan ketergantungan
wilayah Papua terhadap daerah lain masih cukup tinggi, terutama dari segi pasokan
kebutuhan barang-barang. Penurunan net inflow juga disebabkan oleh berkurangnya dana
masuk bersih (net inflow) di wilayah Papua. Hal ini disinyalir sebagai akibat dari penurunan
kegiatan ekspor yang dilakukan di wilayah Papua.
2014
I II III IV I* II III IV I*
Outflow (from) Nominal (Rp.milliar) 12,830.78 7,193.81 9,006.45 13,220.13 4,202.10 8,187.49 9,929.65 13,739.36 5,753.71 36.92% 38.37%
Lembar Warkat 10,341.50 7,366.00 12,730.00 13,917.00 7,993.00 7,743.18 11,764.00 13,586.00 7,474.00 -6.49% 15.49%
Inflow (to) Nominal (Rp.milliar) 11,545.44 11,003.62 13,486.21 14,763.54 7,297.63 10,157.60 14,715.87 18,410.79 6,928.73 -5.06% 25.11%
Lembar Warkat 12,090.36 13,374.00 16,177.00 17,372.00 8,933.00 11,314.36 15,230.00 16,698.00 9,241.00 3.45% 9.64%
Net Inflow Nominal (Rp.milliar) -1,285.35 3,809.81 4,479.76 1,543.41 3,095.53 1,970.11 4,786.22 4,671.43 1,175.02 -62.04% -2.40%
Lembar Warkat 1,748.86 6,008.00 3,447.00 3,455.00 940.00 3,571.18 3,466.00 3,112.00 1,767.00 87.98% -10.21%
Intra Papua Nominal (Rp.milliar) 995.81 1,913.76 1,764.12 3,967.82 545.06 739.53 3,059.66 5,199.31 683.13 25.33% 69.93%
Lembar Warkat 1,574.41 1,646.00 1,966.00 2,304.00 1,344.00 1,713.80 2,092.00 2,197.00 1,250.00 -6.99% 5.02%
Growth
(qtq)
Growth
(YoY)RTGS
2012 2013
Sumber: KpwBI Papua & Papua Barat * Data bulan belum termasuk bulan Maret
Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 53
II. Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKN-BI)
Selain menyelenggarakan BI-RTGS, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Papua &
Papua Barat juga menyelenggarakan kegiatan kliring antar bank melalui Sistem Kliring
Nasional Bank Indonesia (SKNBI). Kliring adalah jasa penyelesaian hak dan kewajiban antar
peserta kliring (bank) dengan cara saling menyerahkan warkat-warkat yang didukung oleh
data elektronik yang akan dikliringkan dilembaga kliring (penagihan warkat seperti cek atau
bilyet giro yang berasal dari dalam kota). Penyelesaian transaksi melalui SKNBI adalah untuk
transaksi dengan nilai nominal yang relatif rendah (di bawah Rp 100 juta). Terdapat
perbedaan jeda waktu settlement antara kiliring dan RTGS. Transaksi melalui kliring (SKNBI)
membutuhkan proses settlement yang sedikit lebih lama (adanya jeda waktu) dibanding
transaksi melalui RTGS yang settlementnya seketika (real time).
Tabel 40 . Transaksi Kliring Wilayah Papua
Sumber: KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat
Perkembangan transaksi kliring selama periode triwulan I-2014 di wilayah kerja
KPwBI Papua & Papua Barat secara nominal mencapai angka Rp 1,20 triliun, angka
tersebut menurun sebesar -1,47% (yoy) jika dibandingkan dengan triwulan yang sama
tahun sebelumnya serta secara triwulanan menurun sebesar -0,58% (qtq)
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Dari sisi volume, jumlah warkat tercatat
sebanyak 26.604 lembar, menurun sebesar -46,15% (yoy) dibandingkan triwulan yang
sama tahun sebelumnya dan secara triwulanan juga mengalami penurunan yaitu
sebesar -17,40% (qtq). Penurunan volume dan nilai kliring pada triwulan I-2014 jika
dibandingkan triwulan IV-2013 terjadi karena masih relatif rendahnya laju
perekonomian wilayah Papua pada awal tahun berjalan.
Secara proporsional, penurunan nilai transaksi kliring yang terjadi pada triwulan
I-2014 diiringi dengan penurunan rata-rata harian perputaran kliring sebesar Rp
20,40 milliar/hari, angka tersebut turun sebesar -13,54% (yoy) dibandingkan dengan
triwulan yang sama tahun sebelumnya, namun jika dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya justru mengalami peningkatan sebesar 5,71% (qtq). Rata-rata harian
2014
I II III IV I II III IV I
Total Volume (lembar) 46,393.00 47,304.62 39,426.52 45,039.00 49,407.00 48,418.86 44,343.00 32,208.00 26,604.00 -28.49%
Total Nominal Kliring (Rp Miliar) 1,205.76 1,203.12 1,337.15 1,654.78 1,214.44 1,311.60 1,617.17 1,203.64 1,196.63 -27.26%
Rata-Rata Perputaran Kliring(per hari)
Rata-Rata Volume (lembar) 800.86 813.06 691.69 805.88 849.00 832.02 703.07 516.64 454.17 -35.89%
Rata-Rata Nominal Perputaran Kliring Perhari
(Rp Milliar) 26.62 20.71 23.46 29.55 23.59 21.70 25.67 19.29 20.40 -34.70%
Nisbah Rata-Rata Penolakan
Volume (lembar) 1.49 1.12 1.45 1.95 2.19 1.18 1.92 2.03 1.46 3.86%
Nominal Nisbah Rata-Rata Penolakan(Rp
Milliar) 1.25 1.40 1.86 1.07 2.50 1.45 2.12 2.81 2.32 163.55%
Growth
(YOY)Kliring
2012 2013
Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 54
Sumber: KBI Jayapura
warkat yang digunakan tercatat sebanyak 454,17 lembar, atau turun sebesar 46,51%
(yoy) dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun sebelumya. Sementara itu,
nisbah rata-rata penolakan pada triwulan I-2014 mencapai sebesar Rp 2,32 milliar
dengan rata rata penolakan warkat sebesar 1,46 lembar.
Grafik 52. Perkembangan Kliring Wilayah Papua
Sumber:KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat
III. Perkembangan Uang Kartal
Untuk mendukung aktivitas transaksi secara tunai, KPwBI Provinsi Papua &
Papua Barat menyediakan alat pembayaran berupa uang kartal yang cukup untuk
menjamin terselenggaranya transaksi tunai secara aman dan lancar. Ketersediaan
uang di masyarakat diupayakan dapat memenuhi kebutuhan jumlah, pecahan/
denominasi maupun tingkat kelayakan edar.
Pada triwulan I-2014, jumlah uang kartal yang masuk (inflow) ke kas KPwBI
Papua & Papua Barat mencapai Rp 2,85 triliun atau meningkat 5,60% (yoy) dibanding
periode yang sama tahun sebelumnya. Di sisi lain, total uang keluar (outflow)
mencapai sebesar Rp 893.21 miliar atau menurun sebesar -12,44% (yoy) dibanding
periode yang sama tahun sebelumnya. Secara keseluruhan, pada triwulan I-2014
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Papua & Papua Barat mengalami posisi
net inflow sebesar Rp 1,96 triliun, yang artinya selama periode triwulan I-2014 jumlah
uang yang masuk/ditarik lebih banyak dari jumlah uang yang keluar/diedarkan oleh
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Papua & Papua Barat.
Hal ini menunjukkan kecenderungan masyarakat untuk menyimpan uangnya
selama periode berjalan. Kondisi ini juga searah dengan kebijakan perlambatan
Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 55
ekspansi kredit yang dilakukan oleh perbankan di wilayah Papua sehingga
mengakibatkan jumlah uang yang keluar dari perbankan juga mengalami penurunan.
Tabel 41. Perkembangan Perkasan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Papua & Papua Barat
Sumber : KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat
Grafik 53. Perkembangan Uang Kartal
Sementara itu, untuk memastikan bahwa uang yang dipegang masyarakat tetap
dalam kondisi layak edar, KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat melakukan berbagai
upaya diantaranya: mencabut uang yang sudah habis masa edar, memusnahkan uang
tidak layak edar, dan mengedarkan uang layak edar kepada masyarakat. Adapun
dalam rangka mewujudkan tujuan tersebut, Kantor Perwakilan Bank Indonesia
Provinsi Papua & Papua Barat telah melaksanakan kas keliling di beberapa wilayah di
Papua serta membuka pelayanan kas titipan melalui perbankan di 4 (empat) kota
yakni: Sorong, Merauke, Timika dan Biak. Saldo kas titipan sampai dengan posisi
Maret 2014 dilaporkan mencapai Rp 522.64 miliar, atau meningkat 4,2%
dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Hal ini semakin
mempertegas dampak penerapan kebijakan tight money policy yang dijalankan oleh
Bank Indonesia dengan menahan laju ekspansi kredit.
2014
I II III IV I II III IV I
Inflow (Rp Miliar) 2,171.39 1,179.91 1,664.51 1,628.75 2,702.12 1,260.27 3,894.13 5,391.32 2,853.48 5.60%
Outflow (Rp Miliar) 1,006.40 2,374.08 1,820.59 6,234.39 1,020.06 2,256.04 2,273.13 5,772.50 893.21 -12.44%
Net Inflow (Rp Miliar) 1,164.99 (1,194.16) (156.08) (4,605.64) 1,682.06 (995.77) 1,621.00 (381.17) 1,960.27 16.54%
Saldo Persediaan Kas (Rp Miliar) 1,968.74 1,347.28 1,903.90 1,364.45 2,806.80 1,606.50 2,816.45 2,160.46 3,725.24 32.72%
- Saldo Kas BI Jap (Rp Miliar) 1,580.98 835.09 1,424.06 1,134.24 2,305.21 1,248.36 1,216.45 1,859.04 3,202.60 38.93%
- Saldo Kas Titipan (Rp Miliar) 387.77 512.19 479.84 230.22 501.59 358.14 1,600.00 301.42 522.64 4.20%
Pemusnahan Uang kertas-TLE (Rp Miliar) 274.43 55.84 43.30 57.96 107.59 327.13 529.66 274.82 395.49 267.61%
Growth
(YOY)Uang Kartal
2012 2013
Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 56
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 57
BAB 6
PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN
I. Ketenagakerjaan Provinsi Papua
Walaupun dalam beberapa periode terahir ekonomi Provinsi Papua mengalami
pertumbuhan yang cukup baik, namun kondisi ketenagakerjaan belum menunjukan
perkembangan yang cukup signigfikan. Hal ini dapat terlihat dari masih tumbuhnya angka
tingkat pengangguran terbuka serta masih relatif rendahnya angka tingkat partisipasi
angkatan kerja di Provinsi Papua.
1.1. Perkembangan Tenaga Kerja Provinsi Papua7
Jumlah angkatan kerja di Provinsi Papua pada Februari 2014 mencapai 1.689.030
orang, atau mengalami pertumbuhan sebesar 2,66% (yoy) dibandingkan periode yang sama
pada tahun sebelumnya. Sementara itu, tingkat partisipasi kerja di Provinsi Papua mencapai
80,54% atau mengalami sedikit peningkatan sebesar 0,56% dibandingkan dengan peride
yang sama pada tahun sebelumnya. Di sisi lain, tingkat pengangguran terbuka mengalami
kenaikan dari 2,86% pada Februari 2013 menjadi 3,48% pada Februari 2014. Peningkatan
jumlah angkatan kerja ternyata tidak dapat diimbangi dengan ketersediaan lapangan kerja
sehingga mengakibatkan jumlah pengangguran terbuka mengalami peningkatan.
.
Tabel 42. Penduduk Usia 15 Tahun Ke atas Menurut Kegiatan Utama
Jika kita membandingkan pertumbuhan pendapatan perkapita diantara beberapa sektor
ekonomi, maka sektor pertanian menjadi sektor ekonomi dengan nilai pendapatan perkapita
yang paling rendah diantara sektor lainnya yang mana nilainya hanya berkisar Rp.
910,048.83,-. Sementara itu, sektor industri dan pertambangan menempati urutan tertinggi
dengan nilai pendapatan perkapita sebesar Rp 12.825.621,20,-. Namun, jika dibandingkan
dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya, pendapatan per kapita seluruh sektor
mengalami peningkatan.
7
Sumber: BPS Provinsi Papua
Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 58
Tabel 43. Pendapatan Menurut Lapangan Kerja
Sumber: BPS Provinsi Papua Diolah
1.2. Tenaga Kerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama
Jumlah tenaga kerja yang berhasil diserap pada Februari 2014 mengalami sedikit
peningkatan sebesar 2,00% dibandingkan dengan periode tahun laporan sebelumnya. Sektor
yang mengalami peningkatan pertumbuhan penyerapan tenaga kerja diantaranya adalah
sektor pertanian (3,10%), sektor perdagangan (6,00%) dan sektor lainnya (pertambangan,
listrik dan PHR) sebesar 3,80%.
Sektor pertanian masih tetap mendominasi penyerapan tenaga kerja. Pada Februari
2014, tenaga kerja yang berhasil diserap oleh sektor pertanian mencapai 73,43% diikuti oleh
sektor jasa-jasa yang menyerap tenaga kerja sebesar 9,40%. Namun demikian jika
dibandingkan dengan nilai tukar petani yang mengalami penurunan maka sektor pertanian
masih perlu dibenahi, sehingga kesejahteraan masyarakat secara umum dapat ditingkatkan.
Tabel 44. Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja menurut
Lapangan Pekerjaan Utama Februari 2012 – Februari 2014 Provinsi Papua
2014
Februari Agustus Februari Agustus Februari
Pertanian 828,924.89 973,396.77 832,646.86 960,748.24 910,048.83
Industri Pengolahan 10,027,966.80 8,847,901.50 6,256,633.96 7,359,492.08 12,825,621.20
Perdagangan, Hotel & Restoran 3,393,281.50 4,496,168.34 3,924,976.65 4,926,237.00 4,073,028.75
Jasa - jasa 4,061,706.95 4,563,158.36 4,622,615.19 5,244,089.86 5,842,682.57
2012 2013PDRB Papua Per Kapita
2014
Februari Agustus Februari Agustus Februari
Pertanian 1,119,729 1,086,559 1,161,204 1,140,787 1,197,105
Industri 14,852 17,003 23,383 21,496 12,929
Perdagangan 140,242 114,830 137,808 113,899 146,072
Jasa-Jasa 150,928 156,278 159,301 156,594 153,189
Lainnya 122,260 125,597 116,500 126,899 120,924
TOTAL 1,548,011 1,500,267 1,598,196 1,559,675 1,630,219
Pertanian 8.0% -3.0% 6.9% -1.8% 4.9%
Industri -25.3% 14.5% 37.5% -8.1% -39.9%
Perdagangan 7.2% -18.1% 20.0% -17.3% 28.2%
Jasa-Jasa 2.0% 3.5% 1.9% -1.7% -2.2%
Lainnya -13.4% 2.7% -7.2% 8.9% -4.7%
TOTAL 4.9% -3.1% 6.5% -2.4% 4.5%
Pertanian 2.5% 4.8% 3.7% 5.0% 3.1%
Industri -39.7% -14.5% 57.4% 26.4% -44.7%
Perdagangan 18.7% -12.2% -1.7% -0.8% 6.0%
Jasa-Jasa -5.9% 5.7% 5.5% 0.2% -3.8%
Lainnya 19.5% -11.0% -4.7% 1.0% 3.8%
TOTAL 3.3% 1.6% 3.2% 4.0% 2.00%
Pertumbuhan Tenaga Kerja Semester
Pertumbuhan Tenaga Kerja Tahun
2013Lapangan Pekerjaan Utama
2012
Sumber: BPS Provinsi Papua (diolah)
Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 59
II. Ketenagakerjaan Provinsi Papua Barat
2.1. Perkembangan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat
Sampai dengan periode bulan Februari 2014, jumlah angkatan kerja di Provinsi Papua
Barat mencapai 407.707 orang, atau mengalami peningkatan sebesar 8,67% dibandingkan
periode yang sama pada tahun sebelumnya. Meningkatnya jumlah angkatan kerja diikuti
secara positif oleh peningkatan pastisipasi angkatan kerja dari 67,44% pada Februari 2013
menjadi 71,05% pada Februari 2014. Hal itu mengindikasikan bahwa terdapat peningkatan
lapangan kerja di Propinsi Papua Barat meskipun secara perekonomian pertumbuhannya
pada triwulan I-2014 tidak terlampau besar. Selain itu, meningkatnya partisipasi angkatan
kerja juga turut menekan tingkat pengangguran terbuka dari 4,47% pada Februari 2013
menjadi 3,70% pada Februari 2014.
Ke depan diharapkan daya serap lapangan kerja akan semakin baik lagi baik dari segi
kuantitas maupun kualitasnya seiring dengan masih terus digiatkannya kegiatan
pembangunan di wilayah di Papua Barat. Pembangunan yang dilakukan di wilayah Papua
Barat diharapkan dapat mendorong investor untuk menanamkan modalnya sehingga jumlah
lapangan kerja yang diciptakan juga turut bertambah.
Tabel 45. Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas menurut Kegiatan Utama
Februari 2012– Februari 2014 Provinsi Papua Barat
2.2 Tenaga Kerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama
Pada Februari 2014, seluruh sektor perekonomian dapat menyerap tenaga kerja yang
lebih besar jika dibandingkan dengan posisi Februari 2013. Sektor Pertanian masih menjadi
sektor yang paling banyak menyerap tenaga kerja (48,71%) dikuti oleh sektor jasa-jasa
(19,86%).
Walaupun sektor pertanian, menjadi sektor penyerap tenaga kerja terbesar secara
keseluruhan, namun dari sisi pertumbuhan secara tahunan penyerapan tenaga kerja terbesar
dilakukan oleh sektor industri. Hal ini seiring dengan besarnya minat investor untuk
mengembangkan sektor industri pengolahan di Provinsi Papua Barat kedepan, terutama
untuk industri pengolahan migas, industri pengolahan kayu dan indusri semen.
Sumber: BPS Provinsi Papua Barat
Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 60
Tabel 46. Penduduk Yang Bekerja Menurut Lapangan Kerja Utama
Sumber: BPS Provinsi Papua Barat
III. Kemiskinan di Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
Sampai dengan Akhir tahun 2013, Provinsi Papua dan Papua Barat masih menjadi
daerah dengan presentase penduduk miskin tertinggi di Indonesia. Pada dasarnya, setiap
kebijakan yang ditempuh oleh Pemerintah ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat Papua, Pemerintah Pusat
telah memberikan otonomi khusus kepada Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat yang
kemudian juga diikuti dengan adanya pemekaran wilayah/daerah tingkat II. Namun demikian,
berbagai kebijakan tersebut dinilai masih belum sepenuhnya berhasil dalam meningkatkan
kesejahteraan masyarakat, baik di Provinsi Papua maupun Papua Barat.
Masalah kemisikinan bukan hanya tanggung jawab pemerintah semata. Perlu adanya
suatu koordinasi antara Pemerintah Daerah maupun Pusat, pengusaha/pemilik modal, tokoh
adat, perbankan serta stakeholder lainnya yang mana hal tersebut diharapkan dapat
mempermudah penanaman modal maupun pendirian perusahaan di wilayah Papua. Sehingga
dengan demikian baik ketersediaan lapangan kerja maupun peluang usaha bagi masyarakat
Papua akan semakin meningkat .
4.75 -6.98 9.18 -0.76 11.30
38.59 9.99 -34.64 11.61 24.21
0.48 -8.35 -1.68 0.24 5.06
6.68 -3.23 14.91 0.82 11.35
12.50 -0.04 0.08 -10.49 12.46
6.61 -4.77 4.88 -1.34 11.03
-1.66% -2.57% 1.55% 8.35% 10.46%
57.22% 52.44% -28.11% -27.05% 38.63%
35.83% -7.91% -9.89% -1.44% 5.31%
0.20% 3.24% 11.20% 15.85% 12.26%
8.13% 12.45% 0.04% -10.42% 0.66%
7% 2% 0% 3% 10%
Pertumbuhan tenaga kerja per semester
Pertumbuhan tenaga kerja per tahun
Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 61
3.1. Perkembangan Kemiskinan di Provinsi Papua
Jumlah penduduk miskin di Provinsi Papua hingga September 2013 tercatat sebanyak
1.057.980 Jiwa atau sebanyak 31,53% dari jumlah penduduk Provinsi Papua, angka tersebut
mengalami kenaikan dibandingkan posisi September 2012 yang tercatat sebesar 976.400
Orang atau sebanyak 30,66% dari jumlah penduduk Provinsi Papua. Sementara itu, angka
garis kemiskinan di Provinsi Papua pada bulan September 2013 sebesar Rp 339.096 per
kapita per bulan atau mengalami kenaikan sebesar Rp 41.594 per kapita per bulan jika
dibandingkan dengan posisi per September 2012 yang tercatat sebesar Rp 297.502 per
kapita per bulan.
Selain itu, rendahnya Upah Minimum Regional (UMR) jika dibandingkan dengan angka
Kebutuhan Hidup Layak (KHL) di Provinsi Papua menjadi salah satu permasalahan yang dapat
mengurangi kesejahteraan masyarakat. Sehingga kedepannya pemerintah perlu menerapkan
suatu kebijakan yang komprehensif guna menghilangkan kemiskinan dan juga menigkatkan
kesejahteraan masyarakat Papua.
Tabel 47. Jumlah Penduduk Penduduk Miskin Di Provinsi Papua
Sumber: BPS Provinsi Papua
Sumber: BPS Provinsi Papua diolah
Mar Sept Mar Sept Mar Sept
Jumlah Penduduk Miskin 944,800 946,400 966,600 976,400 1,017,400 1,057,980
Presentase Penduduk Miskin 31.98% 31.24% 31.11% 30.66% 31.13% 31.53%
Garis Kemiskinan 276,116 280,302 284,388 297,502 315,025 339,096
Perkotaan 314,606 320,321 321,228 344,415 362,401 387,789
Pedesaan 262,626 266,271 271,431 281,022 298,395 322,079
Kemiskinan2011 2012 2013
Grafik 55. Perkembangan UMR Prov. Papua Grafik 54. Perkembangan Penduduk Miskin Prov. Papua
Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 62
3.2. Perkembangan Kemiskinan di Provinsi Papua Barat
Jumlah penduduk miskin di Provinsi Papua Barat hingga September 2013 tercatat
sebanyak 234.230 Jiwa atau sebanyak 27,14% dari jumlah penduduk Provinsi Papua Barat,
angka tersebut mengalami kenaikan dibandingkan posisi September 2012 yang tercatat
sebanyak 223.241 Jiwa atau sebanyak 27,04% dari jumlah penduduk Provinsi Papua Barat.
Terbatasnya jumlah lapangan kerja yang tersedia di Provinsi Papua Barat menjadi salah satu
faktor masih tingginya kemisikinan di Provinsi Papua Barat. Namun seiring dengan penurunan
jumlah pengganguran pada bulan Februari 2014, diharapkan angka kemiskinan di bulan
Maret 2014 dapat meningkat.
Sementara itu, angka garis kemiskinan di Provinsi Papua Barat pada bulan September
2013 sebesar Rp 307.003 per kapita per bulan atau mengalami kenaikan sebesar Rp
42.377 per kapita per bulan jika dibandingkan dengan posisi per September 2012 yang
tercatat sebesar Rp 354.626 per kapita per bulan. Meningkatnya angka garis kemiskinan
yang cukup signifikan disinyalir disebabkan oleh meningkatnya harga beberapa kebutuhan
pokok masyarakat. Selain itu, rendahnya Upah Minimum Regional (UMR) jika dibandingkan
dengan angka Kebutuhan Hidup Layak (KHL) menjadi salah satu permasalahan yang dapat
mengurangi kesejahteraan masyarakat.
Tabel 48. Jumlah Penduduk Penduduk Miskin Di Provinsi Papua Barat
Sumber: BPS Provinsi Papua
Sumber: BPS Provinsi Papua Barat diolah
Maret September Maret September Maret September
Jumlah Penduduk Miskin 249,838 227,118 229,989 223,241 224,273 234,230
Presentase Penduduk Miskin 31.92% 28.53% 28.20% 27.04% 26.67% 27.14%
Garis Kemiskinan 318,796 334,449 333,485 354,626 363,930 397,003
Perkotaan 342,709 356,222 349,678 374,382 382,905 414,900
Pedesaan 311,737 325,128 326,613 346,157 355,839 389,163
2012 2013Uraian
2011
Grafik 56. Perkembangan Penduduk Miskin Papua Barat Grafik 57. Perkembangan UMR Papua Barat
Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 63
BAB 7.
OUTLOOK PEREKONOMIAN DAN INFLASI
I. PROSPEK PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH
1.1. Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Papua
Sepanjang tahun 2014, perekonomian Provinsi Papua diperkirakan masih akan
mengalami pertumbuhan tahunan yang positif sebesar 5,55%±1% (yoy), angka tersebut jauh
lebih rendah jika dibandingkan dengan pertumbuhan selama tahun 2013 sebesar 14,72%
(yoy). Adapun pada triwulan II-2014 pertumbuhan perekonomian Provinsi Papua diperkirakan
akan tumbuh sebesar 2,62% (yoy). Dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi yang masih
positif didorong oleh tingginya kontribusi dari komponen konsumsi (khususnya konsumsi
rumah tangga dan pemerintah) dan investasi. Sementara dari sisi penawaran, pertumbuhan
ekonomi yang positif didorong oleh kontribusi dari sektor jasa-jasa, bangunan dan
Perdagangan.
Konsumsi rumah tangga diperkirakan masih tumbuh positif sebagai akibat dari
pelaksanaan Pemilu legislatif pada bulan April 2014. Selain itu, persiapan menjelang
pelaksanaan Pemilu Presiden pada bulan Juli 2014 juga diperkirakan dapat turut mendorong
tingginya angka konsumsi pada triwulan II-2014. Di sisi lain, penyaluran dana perimbangan
yang berasal dari Pemerintah Pusat kepada seluruh Pemda yang terdapat di wilayah Papua
diperkirakan mulai akan meningkat pada triwulan II-2014. Hal tersebut diprediksi juga dapat
mendorong bertumbuhnya kinerja konsumsi Pemerintah pada triwulan yang akan datang.
Pertumbuhan komponen Investasi di triwulan II-2014 diperkirakan cukup signifikan.
Adanya realisasi proyek investasi baik yang sedang berjalan maupun yang baru akan mulai
dilaksanakan pada triwulan II-2014, dinilai mampu memberi kontribusi yang besar bagi
kinerja investasi pada triwulan yang akan datang. Selain itu, dengan disahkannya Provinsi
Papua sebagai tuan rumah penyelenggaraan kegiatan Pekan Olah Raga Nasional (PON) pada
tahun 2020, diperkirakan juga akan mendorong kegiatan investasi dalam beberapa waktu
kedepan.
Dari sisi Sektoral, pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-2014 diperkirakan berasal dari
kontribusi sektor jasa-jasa akibat adanya penerapan UU Otsus plus serta adanya kenaikan
dana perimbangan dari Pemerintah Pusat. Secara historis, sektor pertambangan Papua selalu
menjadi penyumbang terbesar terhadap pertumbuhan ekonomi Provinsi Papua. Akan tetapi,
pada triwulan II-2014 kelangsungan usaha sektor pertambangan di Papua akan sedikit
mengalami perlambatan seiring pemberlakukan UU Minerba. Namun demikian, berdasarkan
hasil liaison pada salah satu perusahaan pertambangan terbesar di Provinsi Papua
menyatakan bahwa kinerja perusahaan sepanjang tahun 2014 tidak akan berbeda dengan
Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 64
pencapaian tahun 2014. Hal ini dengan asumsi bahwa kegiatan ekspor akan mulai dilakukan
pada bulan Mei 2014 seiring dengan telah selesainya proses negoisasi dengan pemerintah.
Namun, sampai dengan pertengahan bulan Mei 2014, larangan ekspor mineral mentah
sebagaimana yang diamanatkan dalam UU Minerba belum dicabut/dihentikan. Sehingga,
berdasarkan kondisi tersebut pertumbuhan sektor pertambangan sepanjang tahun 2014
diprediksi akan mengalami perlambatan kinerja jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Sementara sektor usaha lainnya seperti sektor pertanian, sektor jasa-jasa, sektor PHR dan
sektor bangunan diprediksi masih tetap tumbuh postif. Hal tersebut terjadi seiring dengan
pelaksanaan pemilu dan perayaan hari besar keagamaan sepanjang tahun 2014 serta
adanya kenaikan dana perimbangan bagi Pemda yang terdapat di wilayah Papua.
Adapun pertumbuhan sektor lainnya seperti sektor pertanian pada triwulan mendatang
diprediksi akan mengalami penurunan seiring telah berlalunya masa panen dan mulai
masuknya masa tanam. Sektor bangunan diperkirakan akan mengalami pertumbuhan yang
lebih rendah dibandingkan dengan periode sebelumnya. Sementara itu, sektor PHR pada
triwulan yang akan datang diperkirakan akan mengalami pertumbuhan yang lebih tinggi
seiring adanya ekspektasi meningkatnya permintaan konsumsi masyarakat menjelang
pelaksanaan Pemilu 2014.
1.2. Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Papua Barat
Pada tahun 2014, perekonomian Provinsi Papua Barat diperkirakan masih akan
mengalami pertumbuhan tahunan yang positif sebesar 6,53%±1% (yoy), angka tersebut lebih
rendah jika dibandingkan dengan realisasi pertumbuhan selama tahun 2013 sebesar 9,30%
(yoy). Adapun pada triwulan I-2014 pertumbuhan perekonomian Provinsi Papua Barat
diperkirakan akan tumbuh sebesar 6,50% (yoy). Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan ekonomi
yang masih positif didorong oleh tingginya kontribusi dari komponen konsumsi (khususnya
konsumsi rumah tangga dan pemerintah) dan komponen investasi. Sedangkan dari sisi
penawaran, pertumbuhan ekonomi didorong oleh tingginya kontribusi dari sektor industri
pengolahan, jasa-jasa dan bangunan.
Ekspektasi lebih rendahnya pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-2014 dibandingkan
dengan angka prediksi sebelumnya didorong oleh beberapa faktor. Dari Sisi Permintaan,
kinerja ekspor Papua Barat diprediksi akan mengalami penurunan jika dibandingkan angka
prediksi pada periode sebelumnya. Hal tersebut terjadi sebagai dampak menurunnya ekspor
Migas dari Papua Barat sebagai akibat berlarut-larutnya proses renegosiasi harga jual LNG ke
Sempra (China).
Dari sisi penawaran, sektor industri pengolahan diprediksi tidak akan menunjukan
pertumbuhan yang signifikan seperti pada periode-periode sebelumnya. Hal tersebut terjadi
sebagai akibat tertahannya kegiatan ekspor migas ke luar negeri (khususnya China) yang
Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 65
turut berdampak terhadap menurunnya proses produksi. Sektor jasa-jasa diprediksi dapat
tumbuh cukup signifikan seiring adanya kenaikan APBD Provinsi Papua Barat yang cukup
signifikan pada tahun 2014. Sektor Bangunan juga diprediksi akan tumbuh signifikan seiring
dengan adanya beberapa proyek seperti: Dimulainya pembangunan pabrik semen di
Manokwari, persiapan pembangunan fasilitas produksi migas baru, pembangunan gedung
kantor pemerintahan seiring adanya pemekaran beberapa kota/kabupaten baru,
pembangunan pelabuhan kelas internasional di Sorong dan dimulainya pembagunan
beberapa proyek pemerintah di Papua Barat.
Adapun pertumbuhan sektor lainnya seperti sektor Bangunan pada triwulan mendatang
diprediksi akan mengalami pertumbuhan positif yang cenderung mengalami perlambatan
dibandingkan triwulan sebelumnya. Hal tersebut terjadi mengingat adanya asumsi bahwa
sebagian pengeluaran pemerintah yang semula diperuntukan bagi sektor bangunan akan
dialokasikan guna mendukung kegiatan Pemilu pada pertengahan tahun 2014. Seperti
halnya yang terjadi di Provinsi Papua, sektor PHR pada triwulan yang akan datang juga
diprediksi akan mengalami pertumbuhan yang lebih tinggi mengingat adanya dorongan
konsumsi menjelang pelaksanaan Pemilu 2014.
II. PROSPEK INFLASI
2.1. Inflasi Provinsi Papua
Pada triwulan II-2014, inflasi tahunan Provinsi Papua diperkirakan berada level 7,54 ±
1% (yoy). Pencapaian inflasi di Provinsi Papua pada triwulan mendatang disinyalir akan lebih
rendah dibanding pencapaian pada triwulan sebelumnya seiring relatif membaiknya kondisi
cuaca pada pertengahan tahun yang mana hal tersebut dapat mendukung aktivitas distribusi
barang maupun produksi beberapa komoditas bahan makanan. Namun demikian, pada
triwulan II-2014, terdapat beberapa potensi ancaman yang dapat meningkatkan inflasi ke
level yang lebih tinggi dari prediksi sebelumnya seperti adanya rencana untuk menaikan Tarif
Dasar Listrik (TDL) bagi konsumen industri, adanya peningkatan konsumsi menjelang Pemilu
Presiden 2014 serta potensi melemahnya nilai tukar yang dapat berdampak terhadap
meningkatnya harga barang-barang impor.
Sampai dengan akhir tahun 2014, Provinsi Papua diperkirakan akan mengalami inflasi
tahunan sebesar 5,29% (yoy). Pencapaian inflasi Provinsi Papua pada tahun 2014 secara
optimis berada dalam rentang target yang telah ditetapkan, tentunya dengan catatan bahwa
seluruh harga barang yang diatur oleh Pemerintah (administred price) serta kelancaran
pasokan distribusi barang ke Papua tidak mengalami perubahan maupun gangguan yang
signifikan.
Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 66
2.2. Inflasi Provinsi Papua Barat
Pada triwulan II-2014, inflasi tahunan Provinsi Papua Barat diperkirakan berada level
5,82 ± 1% (yoy). Pencapaian inflasi di Provinsi Papua Barat pada triwulan mendatang dinilai
cukup moderat seiring semakin lancarnya aktivitas pendistribusian barang-barang kebutuhan
ke wilayah Papua Barat. Disamping itu, adanya program Pemerintah Daerah yang
menggalakan sektor pertanian di Papua Barat (khususnya Manokwari) menjadi salah satu
faktor yang dapat menekan inflasi pada triwulan yang akan datang.
Sampai dengan akhir tahun 2014, Provinsi Papua Barat diperkirakan akan mengalami
inflasi tahunan sebesar 4,50% (yoy). Adanya rencana pembukaan salah satu retailer besar di
wilayah Papua Barat juga disinyalir akan mempengaruhi pergerakan inflasi di Provinsi Papua
Barat. Namun demikian, pelaksanaan pemilu di tahun 2014 dinilai dapat menjadi ancaman
meningkatnya inflasi di tahun 2014.
III. PROSPEK PERBANKAN
3.1 Propek Perbankan Provinsi Papua
Adanya kebijakan untuk menekan laju pertumbuhan kredit perbankan dalam
mengantisipasi Stabilitas Sistem Keuangan di Indonesia akan berdampak terhadap
melambatnya laju pertumbuhan kredit Papua pada tahun 2014. Meskipun demikian,
pertumbuhan kinerja perbankan pada triwulan I-2014 diperkirakan masih akan tetap positif
dengan rentang pertumbuhan jumlah kredit yang disalurkan, jumlah aset dan Dana Pihak
Ketiga (DPK) mencapai rentang 15-17%. Namun demikian, tingkat pertumbuhan tersebut
berada dibawah potensi yang sebenarnya dapat dicapai oleh Perbankan di Provinsi Papua.
3.2 Prospek Perbankan Provinsi Papua Barat
Searah dengan kondisi yang terjadi di Provinsi Papua, Kondisi perbankan di Provinsi
Papua Barat diperkirakan akan mengalami pertumbuhan yang berada dibawah potensi
sebenarnya yang dapat dicapai. Angka pertumbuhan untuk kredit yang disalurkan, jumlah
aset dan Dana Pihak Ketiga (DPK) diperkirakan mencapai 15-17%. Pertumbuhan kinerja
perbankan di wilayah Papua Barat masih didorong oleh adanya beberapa pemekaran wilayah
Tingkat II yang mana baik secara langsung maupun tidak langsung akan membutuhkan
kehadiran perbankan. Selain itu masih bertumbuhnya tingkat konsumsi masyarakat serta
tingginya dana perimbangan yang dimiliki oleh Pemda setempat juga dapat mendorong
kinerja perbankan di Provinsi Papua Barat kearah yang lebih baik.