kajian ekonomi regional triwulan ii-2014 provinsi papua ... · kajian ekonomi regional triwulan...
TRANSCRIPT
Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT i
Visi Bank Indonesia
Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai
strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil
Misi Bank Indonesia
1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk
mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas
2. Mendorong sistem keuangan nasional bekerja secara efektif dan efisien serta mampu
bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal untuk mendukung alokasi sumber
pendanaan/pembiayaan dapat berkontribusi pada pertumbuhan dan stabilitas
perekonomian nasional
3. Mewujudkan sistem pembayaran yang aman, efisien, dan lancar yang berkontribusi
terhadap perekonomian, stabilitas moneter dan stabilitas sistem keuangan dengan
memperhatikan aspek perluasan akses dan kepentingan nasional
4. Meningkatkan dan memelihara organisasi dan SDM Bank Indonesia yang menjunjung tinggi
nilai-nilai strategis dan berbasis kinerja, serta melaksanakan tata kelola (governance) yang
berkualitas dalam rangka melaksanakan tugas yang diamanatkan UU
Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT ii
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT iii
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan berkatNya,
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Papua dan Papua Barat triwulan II tahun 2014 ini dapat terbit
tepat waktu. Ditengah upaya mendorong pertumbuhan ekonomi, kajian yang meliputi analisa
makro ekonomi daerah, perbankan, sistem pembayaran, ketenagakerjaan dan keuangan daerah
menjadi sangat penting terutama bagi pemerintah, dunia usaha, dunia pendidikan dan referensi
bagi masyarakat luas.
Pada triwulan II-2014, perekonomian Provinsi Papua menunjukkan pertumbuhan yang
positif sebesar 9,09% (yoy), angka tersebut lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi nasional
pada triwulan II-2014 sebesar 5,12% (yoy). Sementara itu, ekonomi Provinsi Papua Barat pada
triwulan II-2014 tumbuh positif sebesar 7,79% (yoy), angka tersebut lebih tinggi dari
pertumbuhan ekonomi nasional pada triwulan II-2014 sebesar 5,12% (yoy).
Sampai dengan periode triwulan II-2014, inflasi tahunan Provinsi Papua1 tercatat sebesar
7,40% (yoy) atau lebih tinggi dari inflasi nasional yang tercatat sebesar 6,70% (yoy). Sementara,
inflasi gabungan di Provinsi Papua Barat2 pada triwulan II-2014 tercatat sebesar 5,27% (yoy)
atau lebih rendah dari inflasi nasional yang tercatat sebesar 6,70% (yoy).
Secara umum, kinerja perbankan di Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat pada triwulan
II-2014 tercatat masih cukup baik. Hal tersebut tercermin dari pertumbuhan beberapa indikator
perbankan yang cukup signifikan. Fungsi intermediasi perbankan terlihat cukup meningkat
seperti tercermin dari pertumbuhan dana pihak ketiga di sisi pasiva perbankan yang tumbuh
sebesar 13,99% (yoy). Sementara disisi aktiva, kredit perbankan tumbuh signifikan sebesar
14,69% (yoy) dan mendorong meningkatnya loan to deposit rate (LDR) perbankan menjadi
sebesar 58,07% pada triwulan II-2014 dari triwulan yang sama tahun sebelumnya yang tercatat
sebesar 57,71%.
Pada triwulan II-2014, nilai transaksi keluar (outflow) melalui BI-RTGS dari Wilayah Papua
mencapai Rp 7,44 trilliun dengan jumlah warkat sebesar 10.887 lembar. Disisi lain, dana yang
masuk ke wilayah Papua mencapai Rp 11,62 triliun. Perkembangan transaksi kliring selama
periode triwulan II-2014 di wilayah kerja KPwBI Papua & Papua Barat secara nominal mencapai
Rp 1,34 triliun dengan jumlah warkat sebesar 33.757 lembar. Jika dibandingkan dengan periode
1 Inflasi di Propinsi Papua dihitung dari pergerakan harga barang dan jasa di Kota. Jayapura dan Kab.
Merauke. 2 Inflasi di Provinsi Papua Barat dihitung dari pergerakan harga-harga barang dan jasa di Kab. Manokwari dan
Kota. Sorong.
Kata Pengantar
Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT iv
yang sama tahun sebelumnya, terdapat penurunan nilai nominal kliring sebesar -30,28% (yoy).
Pada triwulan II-2014, jumlah uang kartal yang masuk (inflow) ke kas KPwBI Papua & Papua
Barat mencapai Rp 1,22 triliun atau menurun sebesar -2,84% (yoy) dibanding periode yang
sama tahun sebelumnya. Di sisi lain, total uang keluar (outflow) mencapai sebesar Rp1.87 triliun
atau juga mengalami penurunan sebesar -17,07% (yoy) dibanding periode yang sama tahun
sebelumnya. Secara keseluruhan, pada triwulan II-2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia
Provinsi Papua & Papua Barat mengalami posisi net outflow sebesar Rp 646.37 miliar.
Penyusunan laporan ini tidak terlepas dari koordinasi berbagai pihak, untuk itu pada
kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang telah membantu
terbitnya laporan ini, semoga kerjasama yang telah terjalin baik ini akan tetap dapat
terpeliharadi masa yang akan datang. Akhirnya besar harapan kami kiranya laporan pada
triwulan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dalam memahami kondisi perekonomian
Provinsi Papua dan Papua Barat.
Jayapura, Agustus 2014
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA
PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT
Kepala Perwakilan,
Hasiholan Siahaan
Deputi Direktur
Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT v
KATA PENGANTAR ........................................................................................................................ iii
DAFTAR ISI ..................................................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ............................................................................................................................... ix
DAFTAR GRAFIK ............................................................................................................................. xi
TABEL INDIKATOR MONETER........................................................................................................ xiii
RINGKASAN EKSEKUTIF ................................................................................................................ xvii
BAB I. PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL .............................................................. 1
I. Provinsi Papua ............................................................................................................... 1
1.1. Sisi Permintaan ....................................................................................................... 1
1.1.1. Konsumsi Rumah Tangga .......................................................................... 4
1.1.2. Investasi ...................................................................................................... 6
1.1.3. Ekspor dan Impor ...................................................................................... 7
1.2. Sisi Penawaran ....................................................................................................... 8
1.2.1. Sektor Pertanian ......................................................................................... 8
1.2.2. Sektor Pertambangan dan Penggalian ...................................................... 10
1.2.3. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran ................................................. 11
1.2.4. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi ..................................................... 12
1.2.5. Sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan .............................. 13
II. Provinsi Papua Barat..................................................................................................... 13
2.1. Sisi Permintaan ...................................................................................................... 13
2.1.1. Konsumsi ..................................................................................................... 14
2.1.2. Ekspor Impor................................................................................................ 15
2.2. Sisi Penawaran ....................................................................................................... 16
2.2.1. Sektor Pertanian ......................................................................................... 17
2.2.2. Sektor Pengolahan. ..................................................................................... 18
2.2.3. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran ................................................. 18
2.2.4. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi ..................................................... 19
2.2.5. Sektor Keuangan,Persewaan dan Jasa Perusahaan ................................ 19
2.2.6. Sektor Jasa-jasa .......................................................................................... 20
2.2.7. Sektor Bangunan ........................................................................................ 20
Suplemen 1. Sail Raja Ampat 2014 dan Pembangunan Ekonomi Papua Barat ....... 21
BAB 2. PERKEMBANGAN KEUANGAN PEMERINTAH ................................................................ 23
I. Keuangan Pemerintah Provinsi Papua ....................................................................... 23
1.1. Pendapatan Pemerintah Daerah Provinsi Papua ................................................ 26
1.2. Pengeluaran Pemerintah Daerah Provinsi Papua ............................................... 26
1.3. Surplus, Defisit, dan Pembiayaan ........................................................................ 27
II. Keuangan Pemerintah Provinsi Papua Barat ............................................................. 28
2.1 Pendapatan Pemerintah Daerah Provinsi Papua Barat ..................................... 30
2.2. Pengeluaran Pemerintah Daerah Provinsi Papua Barat ................................... 30
2.2. Surplus, Defisit, dan Pembiayaan ....................................................................... 31
BAB 3. PERKEMBANGAN HARGA .............................................................................................. 33
I. Provinsi Papua .............................................................................................................. 33
1.1. Kondisi Umum Provinsi Papua ............................................................................. 33
1.1.1. Kondisi Umum Inflasi Kota Jayapura ......................................................... 34
1.1.2. Disagregasi dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Inflasi ...................... 35
1.2. Inflasi Menurut Kelompok Komoditas ................................................................. 36
Daftar Isi
Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT vi
1.2.1. Kelompok Bahan Makanan ........................................................................ 36
1.2.2. Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau .................... 37
1.2.3. Kelompok Perumahan, Air Dan Listrik ....................................................... 37
1.2.4. Kelompok Sandang ..................................................................................... 37
1.2.5. Kelompok Kesehatan .................................................................................. 37
1.2.6. Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga ......................................... 38
1.2.7. Kelompok Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan ................................. 38
II. Provinsi Papua Barat ............................................................................................... 38
2.1. Kondisi Umum ..................................................................................................... 38
2.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Inflasi Selama Periode Berjalan .............. 39
2.2.1. Kelompok Bahan Makanan ........................................................................ 40
2.2.2. Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau ................... 40
2.2.3. Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar ....................... 40
2.2.4. Kelompok Sandang ..................................................................................... 40
2.2.5. Kelompok Kesehatan ................................................................................. 41
2.2.6. Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga ........................................ 41
2.2.7. Kelompok Transport, Komunikasi & Jasa Keuangan. .............................. 41
Suplemen 2. Jenis-Jenis Survey yang dilakukan KPw BI Papua.................................... 42
BAB 4. PERKEMBANGAN PERBANKAN ..................................................................................... 43
I. Perkembangan Umum Perbankan Wilayah Papua .................................................... 43
II. Perbankan Provinsi Papua ......................................................................................... 44
2.1. Perkembangan Umum ........................................................................................... 44
2.2. Perkembangan Aset ............................................................................................... 45
2.3. Dana Pihak Ketiga (DPK) Perbankan .................................................................... 46
2.4. Penyaluran Kredit Perbankan................................................................................ 47
2.5. LDR dan NPL ........................................................................................................... 48
2.6. Kredit Mikro, Kecil dan Menengah ........................................................................ 49
2.7. Stabilitas Sistem Keuangan .................................................................................. 50
2.7.1. Ketahanan Sektor Korporasi ...................................................................... 50
2.7.2. Ketahanan Sektor Rumah Tangga ............................................................. 51
2.7.3. Pembiayaan Sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah ........................... 52
III. Perbankan Provinsi Papua Barat ............................................................................... 52
3.1. Perkembangan Umum ........................................................................................... 52
3.2. Aset Perbankan ...................................................................................................... 53
3.3. Dana Pihak Ketiga (DPK) Perbankan .................................................................... 54
3.4. Penyaluran Kredit Perbankan................................................................................ 54
3.5. LDR dan NPL .......................................................................................................... 55
3.6. Kredit Mikro, Kecil dan Menengah ........................................................................ 56
3.7. Stabilitas Sistem Keuangan .................................................................................. 57
3.7.1. Ketahanan Sektor Korporasi ...................................................................... 57
3.7.2. Ketahanan Sektor Rumah Tangga ............................................................. 58
3.7.3. Pembiayaan Sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah ........................... 58
Suplemen 3. Pelaporan Perbankan Pasca Terbentuknya OJK .................................... 60
BAB 5. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN ................................................................... 61
I. Bank IndonesiaReal Time GrossSettlement (BI-RTGS) ............................................. 61
II. Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKN-BI) ..................................................... 63
III. Perkembangan Uang Kartal ........................................................................................ 64
BAB 6. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN ........................................................................ 67
I. Ketenagakerjaan Provinsi Papua ............................................................................... 67
1.1. Perkembangan Tenaga Kerja Provinsi Papua ..................................................... 67
1.2. Tenaga Kerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama........................................... 68
II. Ketenagakerjaan Provinsi Papua Barat ..................................................................... 69
Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT vii
2.1. Perkembangan Keadaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat ............................ 69
2.2. Tenaga Kerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama ............................................ 69
III. Kemiskinan di Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat......................................... 70
3.1. Perkembangan Kemiskinan di Provinsi Papua ..................................................... 71
3.2. Perkembangan Kemiskinan di Provinsi Papua Barat ........................................... 72
BAB 7. PRAKIRAAN EKONOMI DAN INFLASI DAERAH ............................................................... 73
I. Prospek Pertumbuhan Ekonomi Daerah ................................................................... 73
1.1. Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Papua ................................................................. 73
1.2. Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Papua Barat ....................................................... 75
II. Prospek Pencapaian Inflasi ........................................................................................ 76
2.1. Inflasi Provinsi Papua ............................................................................................. 76
2.2. Inflasi Provinsi Papua Barat ................................................................................... 77
Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT viii
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT ix
Tabel 1 Komponen PDRB Provinsi Papua dan Papua Barat Harga Konstan
Dari Sisi Penggunaan ................................................................................................... 2
Tabel 2 Komponen PDRB Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
Dari Sisi Sektor Ekonomi (%) ........................................................................................ 2
Tabel 3 Pertumbuhan Ekonomi (yoy) Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
Dari Sisi Permintaan (%) ............................................................................................... 3
Tabel 4 Laju Pertumbuhan Ekonomi Tahunan Provinsi Papua & Provinsi Papua Barat
Harga Konstan Dari Sisi Sektoral (%) ........................................................................... 3
Tabel 5 Perkembangan Penjualan Hasil Tambang ................................................................... 7
Tabel 6 Perkembangan Produktivitas Komoditas Pangan Papua ........................................... 9
Tabel 7 Perkembangan Produksi Perikanan Provinsi Papua ................................................... 10
Tabel 8 Perkembangan Produksi Pertambang Papua ............................................................. 11
Tabel 9 Perkembangan Arus Bongkar Muat Barang di Pelabuhan Papua .............................. 12
Tabel 10 Perkembangan Arus Penumpang Kapal di Pelabuhan Papua ................................... 12
Tabel 11 Perkembangan Nilai Tambah Bank Provinsi Papua .................................................... 13
Tabel 12 Pertumbuhan Sisi Permintaan Provinsi Papua Barat.................................................. 14
Tabel 13 Pertumbuhan Sektoral PDRB Provinsi Papua Barat ................................................... 17
Tabel 14 Perkembangan Nilai Tambah Bank Provinsi Papua Barat .......................................... 20
Tabel 15 Komparasi Ukuran Fiskal Pemda-Pemda di Provinsi Papua ...................................... 23
Tabel 16 Perkembangan APBD Pemprov Papua Tahun Anggaran 2013-2014........................ 24
Tabel 17 Perkembangan Target Pendapatan Pemerintah Daerah Provinsi Papua .................. 25
Tabel 18 Perkembangan Struktur Belanja Pemerintah Daerah Provinsi Papua ...................... 25
Tabel 19 Perkembangan Realisasi Pendapatan Pemerintah Daerah Provinsi Papua ............. 26
Tabel 20 Perkembangan Realisasi Belanja Pemerintah Daerah Provinsi Papua ..................... 27
Tabel 21 Perkembangan Keseimbangan Fiskal Pemerintah Provinsi Papua ........................... 28
Tabel 22 Realisasi APBD Provinsi Papua Triwulan II-2014 ........................................................ 28
Tabel 23 Perkembangan Target Pendapatan Pemerintah Daerah Provinsi Papua Barat........ 29
Tabel 24 Perkembangan Struktur Belanja Pemerintah Daerah Provinsi Papua Barat ............ 29
Tabel 25 Realisasi Pendapatan Provinsi Papua Barat Triwulan II-2014 ................................... 30
Tabel 26 Realisasi Pengeluaran Provinsi Papua Barat Triwulan I-2014 ................................... 31
Tabel 27 Realisasi Pembiayaan Provinsi Papua Barat Triwulan I-2014 .................................... 31
Tabel 28 Perkembangan Inflasi Kota Jayapura .......................................................................... 35
Tabel 29 Disagregasi Inflasi Kota Jayapura ................................................................................ 36
Tabel 30 Perkembangan Inflasi Provinsi Papua Barat ............................................................... 39
Daftar Tabel
Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT x
Tabel 31 Perkembangan Perbankan Wilayah Papua ................................................................. 43
Tabel 32 Perkembangan NPL Persektor ...................................................................................... 44
Tabel 33 Perkembangan Perbankan Provinsi Papua ................................................................. 45
Tabel 34 Perkembangan DPK Perbankan Provinsi Papua ......................................................... 46
Tabel 35 Perkembangan Indikator Kredit Perbankan Provinsi Papua ...................................... 48
Tabel 36 Perkembangan Indikator Perbankan Papua .................................................................... 49
Tabel 37 Perkembangan Kredit UMKM Perbankan Provinsi Papua .......................................... 50
Tabel 38 Perkembangan Perbankan Provinsi Papua Barat ....................................................... 53
Tabel 39 Kredit Perbankan Provinsi Papua Barat....................................................................... 54
Tabel 40 Kredit Perbankan Berdasarkan Sektor Ekonomi ........................................................ 55
Tabel 41 Perkembangan Indikator Perbankan Papua Barat ..................................................... 56
Tabel 42 Perkembangan Kredit UMKM Provinsi Papua Barat ................................................... 57
Tabel 43 Transaksi RTGS Wilayah Papua .................................................................................... 62
Tabel 44 Transaksi Kliring Wilayah Papua .................................................................................. 63
Tabel 45 Perkembangan Perkasan KPw BI Provinsi Papua & Papua Barat ............................. 65
Tabel 46 Penduduk Usia 15 Tahun Ke atas Menurut Kegiatan Utama .................................... 67
Tabel 47 Pendapatan Menurut Lapangan Kerja ......................................................................... 68
Tabel 48 Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja
menurut Lapangan Pekerjaan Utama di Papua ......................................................... 68
Tabel 49 Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja
menurut Kegiatan Utama Provinsi di Papua Barat ..................................................... 69
Tabel 50 Penduduk Yang Bekerja Menurut Lapangan Kerja Utama ......................................... 70
Tabel 51 Jumlah Penduduk Penduduk Miskin Di Provinsi Papua ............................................. 71
Tabel 52 Jumlah Penduduk Penduduk Miskin Di Provinsi Papua Barat ................................... 72
Tabel 53 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Papua ........................................................ 73
Tabel 54 Daftar Proyek Investasi yang Sedang dilakukan di Provinsi Papua ........................... 74
Tabel 55 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Papua Barat .............................................. 75
Tabel 56 Daftar Proyek Investasi yang Sedang dilakukan di Provinsi Papua ........................... 76
Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT xi
Grafik 1 Survei Konsumen ........................................................................................................ 4
Grafik 2 Konsumsi Listrik RT ..................................................................................................... 5
Grafik 3 Kredit Konsumsi Bank Umum di Papua..................................................................... 5
Grafik 4 Jumlah Kendaraan Baru ............................................................................................. 6
Grafik 5 Realisasi Belanja Pegawai Pemda ............................................................................. 6
Grafik 6 Kredit Investasi Bank Umum ...................................................................................... 6
Grafik 7 Jumlah Penanaman Modal Asing ............................................................................... 6
Grafik 8 Volume Ekspor Non Migas Papua .............................................................................. 7
Grafik 9 Nilai Ekspor Non Migas Papua ................................................................................... 7
Grafik 10 Volume Impor Non Migas Papua ................................................................................ 8
Grafik 11 Nilai Impor Non Migas Papua ..................................................................................... 8
Grafik 12 Nilai Tukar Petani ......................................................................................................... 10
Grafik 13 PDRB Sektor Pertanian Papua ................................................................................... 10
Grafik 14 Perkembangan Kredit Perdagangan ........................................................................... 12
Grafik 15 Tingkat Hunian Hotel Papua ........................................................................................ 12
Grafik 16 Grafik Survey Konsumen ............................................................................................ 15
Grafik 17 Kredit Konsumsi Papua Barat ..................................................................................... 15
Grafik 18 Konsumsi Listrik Papua Barat .................................................................................... 15
Grafik 19 Perkembangan Volume Ekspor Papua Barat ............................................................ 16
Grafik 20 Perkembangan Nilai Ekspor Papua Barat.................................................................. 16
Grafik 21 Nilai Tukar Petani Papua Barat .................................................................................... 17
Grafik 22 PDRB Sektor Pertanian Papua Barat .......................................................................... 17
Grafik 23 Penggunaan Listrik ....................................................................................................... 18
Grafik 24 Perbandingan Inflasi Papua dengan Inflasi Nasional ................................................ 33
Grafik 25 Disagregasi Inflasi Kota Jayapura ............................................................................... 36
Grafik 26 Perkembangan Survei Konsumen ............................................................................... 36
Grafik 27 Perkembangan Aset Perbankan Provinsi Papua ........................................................ 46
Grafik 28 Komposisi Aset Perbankan .......................................................................................... 46
Grafik 29 Perkembangan Indikator Dana Pihak Ketiga Provinsi Papua .................................... 47
Grafik 30 Perkembangan Kredit Perbankan Provinsi Papua .................................................... 48
Grafik 31 Komposisi Kredit Perbankan ....................................................................................... 48
Grafik 32 Perkembangan NPL & LDR ......................................................................................... 49
Grafik 33 Pertumbuhan Kredit Sektor Utama Prov. Papua ....................................................... 51
Grafik 34 Perkembangan NPL Kredit Sektor Utama Prov. Papua ............................................ 51
Daftar Grafik
Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT xii
Grafik 35 Pertumbuhan Kredit RT Prov. Papua .......................................................................... 51
Grafik 36 Perkembangan NPL Kredit RT Prov. Papua ............................................................... 51
Grafik 37 Pertumbuhan Kredit MKM Prov. Papua ..................................................................... 52
Grafik 38 Perkembangan NPL Kredit MKM Prov. Papua ........................................................... 52
Grafik 39 Perkembangan Aset Perbankan Papua Barat ........................................................... 53
Grafik 40 Komposisi Aset Perbankan ......................................................................................... 53
Grafik 41 Perkembangan DPK Provinsi Papua Barat ................................................................ 54
Grafik 42 Perkembangan Kredit Provinsi Papua Barat ............................................................. 55
Grafik 43 Komposisi Kredit Perbankan ...................................................................................... 55
Grafik 44 Perkembangan NPL & LDR ......................................................................................... 56
Grafik 45 Pertumbuhan Kredit Sektor Utama Prov. Papua Barat ............................................. 57
Grafik 46 Perkembangan NPL Kredit Sektor Utama Prov. Papua Barat .................................. 57
Grafik 47 Pertumbuhan Kredit RT Prov. Papua Barat ............................................................... 58
Grafik 48 Perkembangan NPL Kredit RT Prov. Papua Barat ..................................................... 58
Grafik 49 Pertumbuhan Kredit MKM Prov. Papua Barat ........................................................... 59
Grafik 50 Perkembangan NPL Kredit RT Prov. Papua Barat ..................................................... 59
Grafik 51 Nilai Transaksi RTGS ................................................................................................... 62
Grafik 52 Perkembangan Kliring Wilayah Papua ....................................................................... 64
Grafik 53 Perkembangan Uang Kartal ........................................................................................ 65
Grafik 54 Perkembangan Penduduk Miskin Prov. Papua ......................................................... 71
Grafik 55 Perkembangan UMR Prov. Papua .............................................................................. 71
Grafik 56 Perkembangan Penduduk Miskin Papua Barat ......................................................... 72
Grafik 57 Perkembangan UMR Papua Barat .............................................................................. 72
Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT xiii
TABEL INDIKATOR
PDRB DAN INFLASI
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
Pertanian 928 1015 1058 1022 974 1084 1096 1106 1085 1173
Pertambangan & Penggalian 1338 1493 1582 1667 1764 1126 2263 2738 1261 1131
Industri Pengolahan 149 151 150 152 146 152 158 160 166 170
Listrik,Gas & Air Bersih 14 14 15 15 15 15 16 16 16 17
Bangunan 624 651 708 791 669 715 741 807 743 768
Perdagangan, Hotel & Restoran 476 485 516 554 541 542 561 595 594 601
Angkutan & Komunikasi 493 507 531 562 540 553 571 609 611 619
Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 199 236 237 244 233 265 272 300 275 304
Jasa - jasa 613 645 713 889 734 742 821 974 873 884
TOTAL PDRB 4833 5197 5509 5896 5616 5194 6500 7305 5624 5666
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
Pertanian 515 516 513 532 528 535 543 543 533 543
Pertambangan & Penggalian 317 307 298 298 304 304 307 307 310 311
Industri Pengolahan 1597 1644 1621 1472 1812 1631 1776 1887 1753 1792
Listrik,Gas & Air Bersih 10 10 10 10 11 11 11 11 12 12
Bangunan 213 219 231 243 238 244 257 269 276 279
Perdagangan, Hotel & Restoran 219 224 232 241 247 252 258 267 270 275
Angkutan & Komunikasi 183 186 192 200 202 206 212 217 221 225
Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 55 58 60 61 61 65 66 70 62 66
Jasa - jasa 298 311 329 357 330 345 353 379 349 371
TOTAL PDRB 3407 3473 3486 3414 3732 3594 3784 3952 3784 3874
2013
2013
PDRB Papua 2012
PDRB Papua Barat 2012
2014
2014
IHK MTM YTD QTQ YOY IHK MTM YTD QTQ YOY IHK MTM YTD QTQ YOY
Bahan Makanan 162.66 4.36 7.12 6.28 7.12 122.27 1.56 5.71 5.71 13.81 114.22 -3.11 -1.25 -6.58 8.73
Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 163.91 0.89 8.18 3.28 8.18 113.14 0.19 1.98 1.98 9.50 114.38 0.48 3.10 1.10 8.78
Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar 131.56 0.18 9.18 1.07 9.18 112.80 0.07 1.90 1.90 6.30 113.14 0.19 2.20 0.30 5.42
Sandang 137.61 -0.02 4.07 0.64 4.07 106.35 0.44 0.71 0.71 5.09 106.36 0.27 0.72 0.01 5.39
Kesehatan 119.92 0.32 3.80 0.89 3.80 104.60 0.09 0.16 0.17 4.33 104.92 0.24 0.47 0.31 3.43
Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 118.39 0.02 3.73 0.02 3.73 106.60 0.00 0.00 0.00 3.92 106.71 0.00 0.10 0.10 3.98
Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan 135.98 0.41 11.97 0.01 11.97 110.93 1.01 -0.48 -0.48 9.91 112.23 0.98 0.68 1.17 7.13
Inflasi Jayapura 143.68 1.48 8.27 2.52 8.27 113.68 0.68 2.12 2.12 9.07 112.27 -0.44 0.85 -1.24 6.87
IHK MTM YTD QTQ YOY IHK MTM YTD QTQ YOY IHK MTM YTD QTQ YOY
Bahan Makanan 192.33 1.68 9.53 1.46 9.53 109.88 -0.95 -0.18 -0.18 4.15 109.99 -0.19 -0.09 0.10 3.66
Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 190.76 0.36 6.06 9.32 6.06 108.67 0.12 0.57 0.57 5.66 111.62 0.61 3.31 2.71 8.00
Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar 145.66 0.21 5.34 -3.85 5.34 107.10 0.35 0.81 0.81 5.03 108.07 0.24 1.72 0.91 4.40
Sandang 122.17 -0.14 -2.41 -3.99 -2.41 100.81 0.11 0.28 0.28 -1.26 100.93 0.10 0.40 0.12 -0.72
Kesehatan 144.80 1.24 4.77 2.92 4.77 106.47 0.04 0.65 0.65 4.95 107.43 0.25 1.57 0.90 5.71
Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 132.56 0.30 1.27 2.36 1.27 105.29 0.02 0.00 0.00 3.36 105.65 0.11 0.34 0.34 3.56
Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan 134.98 0.71 11.72 -2.42 11.72 111.34 0.48 0.24 0.24 14.07 112.07 -1.25 0.90 0.66 10.00
Inflasi Papua Barat (Inflasi MTM,YOY, QTQ = %) 163.94 0.91 7.28 1.06 7.28 108.41 -0.10 0.30 0.30 5.77 109.26 -0.11 1.08 0.78 5.27
Kelompok Komoditi
2014
TW I
TW I
2014
2013
2013Kelompok Komoditi TW II
2014
TW II
2014
Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT xiv
TABEL PERBANKAN
Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT xv
TABEL SISTEM PEMBAYARAN
Tabel Transaksi Kliring
Tabel Transaksi RTGS
Tabel Perkasan KPwBI Papua & Papua Barat
I II III IV I II III IV I II
Total Volume (lembar) 46,393 47,305 39,427 45,039 49,407 48,419 44,343 32,208 30,825 33,757 -37.61%
Total Nominal Kliring (Rp Miliar) 1,206 1,203 1,337 1,655 1,214 1,312 1,617 1,204 1,288 1,343 6.09%
Rata-Rata Perputaran Kliring(per hari)
Rata-Rata Volume (lembar) 801 813 692 806 849 832 703 517 526 562 -38.09%
Rata-Rata Nominal Perputaran Kliring Perhari
(Rp Milliar) 26.62 20.71 23.46 29.55 23.59 21.70 25.67 19.29 21.95 22.39 -6.95%
Nisbah Rata-Rata Penolakan
Volume (lembar) 1.49 1.12 1.45 1.95 2.19 1.18 1.92 2.03 1.01 1.69 -54.16%
Nominal Nisbah Rata-Rata Penolakan(Rp
Milliar) 1.25 1.40 1.86 1.07 2.50 1.45 2.12 2.81 1.76 4.02 -29.56%
Growth
(YOY)Kliring
2012 2013 2014
I II III IV I II III IV I II
Outflow (from) Nominal (Rp.milliar) 12,831 7,194 9,006 13,220 12,831 7,991 9,930 13,739 8,248 7,442 -6.87%
Lembar Warkat 10,342 7,366 12,730 13,917 10,342 12,183 11,764 13,586 10,882 10,887 -10.64%
Inflow (to) Nominal (Rp.milliar) 11,545 11,004 13,486 14,764 11,545 11,476 14,716 18,411 9,654 11,618 1.24%
Lembar Warkat 12,090 13,374 16,177 17,372 12,090 14,890 15,230 16,698 13,699 14,785 -0.71%
Net Inflow Nominal (Rp.milliar) (1,285) 3,810 4,480 1,543 (1,285) 3,485 4,786 4,671 1,406 4,176 19.83%
Lembar Warkat 1,749 6,008 3,447 3,455 1,749 2,707 3,466 3,112 2,817 3,898 44.00%
Intra Papua Nominal (Rp.milliar) 996 1,914 1,764 3,968 996 1,476 3,060 5,199 1,166 1,567 6.15%
Lembar Warkat 1,574 1,646 1,966 2,304 1,574 2,009 2,092 2,197 1,780 1,813 -9.76%
Growth
(YoY)RTGS
2012 2013 2014
2014
I II III IV I II III IV I
Inflow (Rp Miliar) 2,171.39 1,179.91 1,664.51 1,628.75 2,702.12 1,260.27 3,894.13 5,391.32 2,853.48 5.60%
Outflow (Rp Miliar) 1,006.40 2,374.08 1,820.59 6,234.39 1,020.06 2,256.04 2,273.13 5,772.50 893.21 -12.44%
Net Inflow (Rp Miliar) 1,164.99 (1,194.16) (156.08) (4,605.64) 1,682.06 (995.77) 1,621.00 (381.17) 1,960.27 16.54%
Saldo Persediaan Kas (Rp Miliar) 1,968.74 1,347.28 1,903.90 1,364.45 2,806.80 1,606.50 2,816.45 2,160.46 3,725.24 32.72%
- Saldo Kas BI Jap (Rp Miliar) 1,580.98 835.09 1,424.06 1,134.24 2,305.21 1,248.36 1,216.45 1,859.04 3,202.60 38.93%
- Saldo Kas Titipan (Rp Miliar) 387.77 512.19 479.84 230.22 501.59 358.14 1,600.00 301.42 522.64 4.20%
Pemusnahan Uang kertas-TLE (Rp Miliar) 274.43 55.84 43.30 57.96 107.59 327.13 529.66 274.82 395.49 267.61%
Growth
(YOY)Uang Kartal
2012 2013
Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT xvi
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT xvii
RINGKASAN EKSEKUTIF
1. GAMBARAN UMUM
Pada triwulan II-2014, perekonomian Provinsi Papua maupun Papua
Barat menunjukkan pertumbuhan kinerja yang meningkat. Hal tersebut
ditunjukkan oleh pertumbuhan ekonomi kedua provinsi yang bernilai
positif. Ekonomi Papua tumbuh sebesar 9,09% (yoy) sementara ekonomi
Provinsi Papua Barat tumbuh sebesar 7,75% (yoy). Pertumbuhan kedua
provinsi tersebut mengalami peningkatan yang signifikan jika dibandingkan
dengan pencapaian pada triwulan I-2014.
2. MAKRO EKONOMI
Dari sisi penawaran, perekonomian Papua terutama ditopang oleh
pertumbuhan pada sektor jasa-jasa; sektor pertanian; sektor angkutan dan
transportasi; dan sektor Perdagangan hotel dan restoran. Sementara itu,
sektor industri pengolahan; sektor bangunan; sektor jasa-jasa; dan sektor
perdagangan hotel dan restoran menjadi motor penggerak utama
pertumbuhan ekonomi Papua Barat.
3. KEUANGAN DAERAH
Pada triwulan II-2014, realisasi Pendapatan didalam APBD Provinsi
Papua tercatat sebesar sebesar Rp 4,09 triliun. Angka tersebut meningkat
sebesar 26,96% (yoy) jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Besarnya APBD dari sisi pendapatan sebagian besar di topang oleh
tingginya dana perimbangan dan dana otonomi khusus dari pemerintah
pusat. Hal ini seiring dengan peningkatan target pendapatan didalam APBN
secara nasional. Dari sisi belanja, realisasi belanja Pemerintah Daerah
Provinsi Papua sampai dengan triwulan II-2014 mencapai sebesar Rp 1,95
triliun. Angka tersebut meningkat sebesar 3,77% (yoy) jika dibandingkan
dengan tahun sebelumnya. Meningkatnya realisasi anggaran belanja
Pemda Papua terutama didorong dari sisi peningkatan belanja modal,
belanja bagi hasil dan bantuan keuangan bagi pemda lain serta belanja
tidak langsung pegawai.
Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT xviii
4. INFLASI
Sampai dengan periode triwulan II-2014, inflasi Provinsi Papua3
tercatat sebesar 7,40% (yoy) lebih rendah dibandingkan triwulan I-2014
yang tercatat sebesar 9,58% (yoy). Angka tersebut mengalami penurunan
yang cukup signifikan seiring dengan relatif stabilnya harga komoditas
bahan makanan. Jika dibandingkan dengan inflasi nasional, laju inflasi
Provinsi Papua tercatat masih lebih tinggi, dimana inflasi nasional pada
triwulan II-2014 tercatat sebesar 6,70% (yoy). Hal sebaliknya, terjadi di
Provinsi Papua Barat, dimanainflasi gabungan di Provinsi Papua Barat4
tercatat sebesar 5.27% (yoy) atau lebih rendah dibandingkan inflasi secara
nasional.
5. PERBANKAN
Secara umum, kinerja perbankan di Provinsi Papua dan Provinsi
Papua Barat pada triwulan II-2014 relatif baik. Hal ini tercermin dari
pertumbuhan beberapa indikator perbankan yang masih berada diatas
10%. Fungsi intermediasi perbankan terlihat mengalami peningkatan
sebagaimana tercermin dari pertumbuhan dana pihak ketiga di sisi pasiva
perbankan yang tumbuh sebesar 15,55% (yoy). Sementara disisi aktiva,
kredit perbankan juga tumbuh cukup signifikan sebesar 17,80% (yoy)
sehingga mendorong meningkatnya loan to deposit rate (LDR) perbankan
menjadi sebesar 60,37% (yoy) pada triwulan II-2014 dari 59,22% (yoy)
pada triwulan II-2013. Namun demikian, LDR tersebut masih jauh dibawah
batas aman tingkat LDR perbankan yang berada di angka 80%.
Dari sisi kualitas penyaluran kredit, seluruh sektor usaha di Papua
masih berada pada tahap yang cukup aman dengan pencapaian Non
Performing Loan (NPL) yang masih berada dibawah 5%. Sedangkan di
Provinsi Papua Barat, penyaluran kredit ke sektor pengolahan perlu
mendapatkan perhatian lebih mengingat sektor tersebut memiliki
NPL lebih dari 5%, yaitu tercatat sebesar 8,21%.
3 Inflasi di Propinsi Papua dihitung dari pergerakan harga barang dan jasa di Kota Jayapura dan Kab.
Merauke. 4 Inflasi di Provinsi Papua Barat dihitung dari pergerakan harga barang di Kab. Manokwari dan Kota Sorong.
Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT xix
6. SISTEM PEMBAYARAN
Pada triwulan II-2014, nilai transaksi keluar (outflow) melalui BI-RTGS
di Wilayah Papua mencapai nilai Rp 7,44 trilliun atau turun sebesar -6,87%
(yoy) jika dibandingkan dengan nilai transaksi pada triwulan yang sama di
tahun sebelumnya. Masih relatif tingginya nilai transaksi keluar dari wilayah
Papua ke wilayah lain disinyalir terjadi karena masih besarnya
ketergantungan perekonomian Papua terhadap daerah lain terutama
dalam hal pemenuhan kebutuhan barang dan jasa. Disisi lain, jumlah dana
yang masuk ke wilayah Papua atau transaksi masuk (inflow) mencapai Rp
11,62 triliun, angka tersebut mengalami sedikit peningkatan sebesar
1,24% (yoy) jika dibandingkan dengan nilai transaksi pada triwulan yang
sama di tahun sebelumnya. Meningkatnya jumlah dana yang masuk ke
wilayah Papua melalui sarana RTGS disinyalir terjadi seiring dengan
semakin besarnya tingkat perekonomian wilayah Papua serta semakin
besarnya aliran APBN ke APBD Provinsi Papua. Adapun nilai transaksi
keuangan antar bank melalui sarana BI-RTGS di wilayah Papua selama
periode triwulan II-2014 tercatat sebesar Rp 1,57 triliun atau naik sebesar
6,15% (yoy) dibandingkan dengan tahun lalu.
7. PROSPEK PEREKONOMIAN DAN INFLASI
Sepanjang tahun 2014 perekonomian Provinsi Papua diperkirakan
akan mengalami pertumbuhan yang positif sebesar 5,52%±1% (yoy),
angka tersebut jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan pertumbuhan
selama tahun 2013 sebesar 14,83% (yoy). Adapun pada triwulan III-2014
pertumbuhan perekonomian Provinsi Papua diperkirakan akan tumbuh
sebesar 4,93% (yoy). Sedangkan untuk, perekonomian Provinsi Papua
Barat di tahun 2014 diperkirakan masih akan mengalami pertumbuhan
tahunan yang positif sebesar 6,91%±1% (yoy), angka tersebut lebih
rendah jika dibandingkan dengan realisasi pertumbuhan selama tahun
2013 yang berada pada level 9,30% (yoy). Adapun pada triwulan III-2014
pertumbuhan perekonomian Provinsi Papua Barat diperkirakan akan
tumbuh sebesar 8,96% (yoy).
Pada triwulan III-2014, inflasi tahunan Provinsi Papua diperkirakan
berada level 4,53 ± 1% (yoy). Pencapaian inflasi di Provinsi Papua pada
triwulan mendatang disinyalir akan lebih rendah dibanding pencapaian
Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT xx
pada triwulan sebelumnya seiring relatif membaiknya kondisi cuaca serta
terjaganya kelancaran distribusi barang maupun produksi beberapa
komoditas bahan makanan. Di sisi lain, inflasi tahunan Provinsi Papua
Barat pada triwulan III-2014 diperkirakan berada pada level 4,28 ± 1%
(yoy). Hal ini seiring dengan masih relatif rendah inflasi tahun kalender di
Provinsi Papua Barat hingga akhir semester I-2014.
Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 1
BAB 1.
MAKROEKONOMI REGIONAL
Pada triwulan II-2014, perekonomian Provinsi Papua maupun Papua Barat menunjukkan
pertumbuhan kinerja yang cukup baik dengan nilai besaran pertumbuhan yang cukup
signifikan. Hal tersebut sesuai dengan rilis data oleh Badan Pusat Statistik (BPS) yang
menunjukan bahwa perekonomian Papua tumbuh sebesar 9,09% (yoy) sementara
perekonomian Provinsi Papua Barat tumbuh sebesar 7,75% (yoy). Dari sisi permintaan,
struktur ekonomi Papua dan Papua Barat terutama ditopang oleh sektor konsumsi dan
investasi. Dari sisi penawaran, ekonomi Papua terutama ditopang oleh pertumbuhan pada
sektor jasa-jasa; sektor pertanian dan sektor angkutan dan transportasi. Sementara itu,
perekonomian Papua Barat ditopang oleh pertumbuhan yang berasal dari sektor industri
pengolahan; sektor bangunan dan sektor jasa-jasa.
Sampai dengan pertengahan tahun 2014, perekonomian Provinsi Papua dan Papua
Barat masih menunjukan kinerja yang cukup baik. Tercatat, meskipun pada tahun 2014
aturan mengenai pelarangan ekspor mineral mentah sudah diterapkan, perekonomian
Provinsi Papua masih mampu untuk tumbuh cukup tinggi. Sektor pertambangan Papua yang
pada periode yang lalu diprediksi akan mengalami penurunan kinerja yang signifikan, pada
triwulan laporan justru mencatatkan kinerja yang positif meskipun dengan besaran
pertumbuhan yang sangat terbatas. Sementara itu, perekonomian Provinsi Papua Barat
mengalami pertumbuhan yang signifikan dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun
2013 seiring telah terselesaikannya sejumlah isu dan permasalahan pada sektor industri
pengolahan. Sementara itu, pertumbuhan ekonomi Papua Barat pada triwulan laporan
kembali mengandalkan pertumbuhan pada sektor industri pengolahan seiring telah
disepakatinya beberapa kontrak penjualan yang baru ke salah satu konsumen.
Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 2
Tabel 1.
Komponen PDRB Provinsi Papua & Provinsi Papua Barat
Harga Konstan Dari Sisi Penggunaan (Rp miliar)
Sumber : BPS Provinsi Papua & BPS Provinsi Papua Barat
Tabel 2.
Komponen PDRB Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
Dari Sisi Sektor Ekonomi (%)
Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Papua & Papua Barat
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
Konsumsi 5863 6009 6257 6573 6255 6376 6639 7031 6747 6876
Konsumsi RT & Nirlaba 4636 4682 4843 5044 4952 5002 5177 5398 5334 5392
Konsumsi Pemerintah 1227 1327 1415 1529 1302 1375 1463 1633 1412 1485
PMTB 2494 2625 2715 2854 2680 2824 2911 3002 2870 3026
Perubahan Stok -1201 -1378 -790 -1534 -2198 -1539 -1434 -3140 -333 -830
Ekspor 1360 1945 1779 2564 2601 1947 2851 4999 1841 1968
Impor 3683 4004 4452 4561 3721 4414 4468 4587 5501 5375
PDRB 4833 5197 5509 5896 5616 5194 6500 7305 5624 5666
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
Konsumsi 1570 1648 1711 1771 1709 1779 1877 1946 1894 1950
Konsumsi RT & Nirlaba 1229 1263 1309 1360 1336 1371 1422 1457 1459 1495
Konsumsi Pemerintah 341 385 402 411 373 408 455 489 435 455
PMTB 604 621 658 690 703 734 775 818 830 843
Perubahan Stok 184 215 225 234 -141 -294 -271 -313 -284 -80
Ekspor 2364 2337 2309 2126 2885 2874 2975 3143 2928 2760
Impor 1314 1347 1416 1406 1424 1498 1572 1643 1583 1599
PDRB 3407 3473 3486 3414 3732 3595 3784 3952 3784 3874
2013
2013PDRB Papua Barat
2012
PDRB Papua 2012 2014
2014
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
Pertanian 928 1015 1058 1022 974 1084 1096 1106 1085 1173
Pertambangan & Penggalian 1338 1493 1582 1667 1764 1126 2263 2738 1261 1131
Industri Pengolahan 149 151 150 152 146 152 158 160 166 170
Listrik,Gas & Air Bersih 14 14 15 15 15 15 16 16 16 17
Bangunan 624 651 708 791 669 715 741 807 743 768
Perdagangan, Hotel & Restoran 476 485 516 554 541 542 561 595 594 601
Angkutan & Komunikasi 493 507 531 562 540 553 571 609 611 619
Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 199 236 237 244 233 265 272 300 275 304
Jasa - jasa 613 645 713 889 734 742 821 974 873 884
TOTAL PDRB 4833 5197 5509 5896 5616 5194 6500 7305 5624 5666
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
Pertanian 515 516 513 532 528 535 543 543 533 543
Pertambangan & Penggalian 317 307 298 298 304 304 307 307 310 311
Industri Pengolahan 1597 1644 1621 1472 1812 1631 1776 1887 1753 1792
Listrik,Gas & Air Bersih 10 10 10 10 11 11 11 11 12 12
Bangunan 213 219 231 243 238 244 257 269 276 279
Perdagangan, Hotel & Restoran 219 224 232 241 247 252 258 267 270 275
Angkutan & Komunikasi 183 186 192 200 202 206 212 217 221 225
Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 55 58 60 61 61 65 66 70 62 66
Jasa - jasa 298 311 329 357 330 345 353 379 349 371
TOTAL PDRB 3407 3473 3486 3414 3732 3594 3784 3952 3784 3874
2013
2013
PDRB Papua 2012
PDRB Papua Barat 2012
2014
2014
Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 3
Tabel 3.
Pertumbuhan Ekonomi (yoy) Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
Dari Sisi Permintaan (%)
Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Papua & Papua Barat
Tabel 4.
Laju Pertumbuhan Ekonomi Tahunan Provinsi Papua & Provinsi Papua Barat
Harga Konstan Dari Sisi Sektoral (%)
Sumber: BPS Provinsi Papua & Papua Barat Diolah
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
Konsumsi Rumah Tangga 7.35% 8.14% 7.49% 5.53% 6.68% 6.12% 6.10% 6.97% 7.87% 7.84%
Konsumsi Nirlaba 7.14% 6.95% 6.98% 7.12% 6.81% 6.82% 6.89% 7.02% 7.72% 7.79%
Konsumsi Pemerintah 8.15% 12.58% 9.29% 0.60% 6.18% 3.61% 3.39% 6.83% 8.42% 8.02%
PMTB 7.24% 9.42% 8.42% 3.56% 7.47% 7.55% 7.23% 5.20% 7.07% 7.18%
Perubahan Stok 37.37% 5.60% -13.08% 67.80% 82.95% 11.65% 81.38% 104.72% -84.86% -46.09%
Ekspor -52.57% -33.74% -37.16% 121.17% 91.27% 0.09% 60.24% 94.94% -29.20% 1.08%
Dikurangi Impor -15.10% -4.98% -7.47% 6.80% 1.05% 10.23% 0.35% 0.57% 47.82% 21.78%
PDRB -11.19% -3.26% 1.34% 18.91% 16.22% -0.05% 17.98% 23.90% 0.13% 9.09%
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
Konsumsi Rumah Tangga 6.46% 7.51% 7.14% 9.33% 8.83% 7.95% 9.72% 9.90% 10.83% 9.62%
Konsumsi Nirlaba 7.02% 7.74% 7.59% 10.47% 8.69% 8.52% 8.65% 7.11% 9.21% 9.05%
Konsumsi Pemerintah 4.50% 6.74% 5.68% 5.72% 9.34% 6.10% 13.21% 19.15% 16.66% 11.53%
PMTB 11.68% 14.71% 14.94% 15.97% 16.44% 18.24% 17.82% 18.60% 18.09% 14.79%
Perubahan Stok -111.50% -113.18% -112.39% -142.89% -176.61% -236.79% -220.62% -233.53% 102.10% -72.88%
Ekspor 80.74% 52.23% 2.61% -13.13% 22.03% 22.99% 28.81% 47.84% 1.49% -3.96%
Dikurangi Impor 82.48% 77.04% 68.08% 61.40% 8.30% 11.24% 10.97% 16.82% 11.21% 6.75%
PDRB 35.79% 23.79% 3.65% 5.23% 9.54% 3.51% 8.52% 15.74% 1.40% 7.75%
2014
2014
Growth PDRB Papua
Growth PDRB Papua Barat
2012
2012
2013
2013
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
Pertanian 0.28% 3.95% 6.24% 7.25% 4.96% 6.76% 3.63% 8.26% 11.33% 8.21%
Pertambangan & Penggalian -39.74% -23.93% -13.52% 54.67% 31.83% -24.61% 43.04% 64.24% -28.52% 0.44%
Industri Pengolahan -0.64% 6.29% 3.31% 0.48% -1.77% 0.94% 5.16% 4.91% 13.34% 11.57%
Listrik,Gas & Air Bersih 6.05% 7.25% 7.49% 7.17% 6.58% 8.08% 9.26% 8.41% 10.37% 7.22%
Bangunan 19.00% 19.86% 16.43% 12.47% 7.30% 9.84% 4.76% 2.02% 11.09% 7.39%
Perdagangan, Hotel & Restoran 8.11% 8.44% 10.92% 13.58% 13.66% 11.82% 8.68% 7.41% 9.87% 10.82%
Angkutan & Komunikasi 9.05% 9.63% 10.41% 9.10% 9.58% 9.07% 7.64% 8.26% 13.24% 12.04%
Keuangan, Persewaan & Jasa
Perusahaan 19.98% 1.76% 7.14% 1.61% 17.43% 12.32% 14.92% 23.08% 17.77% 14.81%
Jasa - jasa 11.14% 8.80% 5.30% 8.91% 19.77% 15.07% 15.15% 9.61% 18.89% 19.14%
TOTAL PDRB -11.19% -3.26% 1.34% 18.91% 16.22% -0.05% 17.98% 23.90% 0.13% 9.09%
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
Pertanian 0.55% 2.20% 0.06% 3.09% 2.41% 3.78% 5.84% 2.12% 0.97% 1.36%
Pertambangan & Penggalian 14.96% 7.69% 1.10% -0.83% -3.88% -0.93% 2.84% 2.99% 1.78% 2.25%
Industri Pengolahan 89.85% 52.04% 2.30% 1.46% 13.41% -0.79% 9.58% 28.23% -3.25% 9.86%
Listrik,Gas & Air Bersih 10.08% 8.25% 7.63% 9.34% 8.67% 9.65% 9.45% 8.33% 8.33% 8.65%
Bangunan 10.58% 10.39% 11.99% 15.99% 12.03% 11.51% 11.31% 10.73% 15.75% 14.45%
Perdagangan, Hotel & Restoran 8.77% 8.02% 9.81% 12.96% 12.51% 12.78% 11.11% 10.75% 9.39% 9.11%
Angkutan & Komunikasi 13.13% 11.08% 10.21% 11.93% 10.27% 11.12% 10.65% 8.91% 9.30% 9.29%
Keuangan, Persewaan & Jasa
Perusahaan 9.12% 11.05% 1.03% 3.46% 10.91% 13.20% 9.57% 14.84%2.14% 1.11%
Jasa - jasa 12.90% 10.11% 8.39% 16.19% 10.71% 10.94% 7.43% 6.19% 5.75% 7.54%
TOTAL PDRB 35.83% 24.63% 3.87% 5.23% 9.54% 3.47% 8.52% 15.74% 1.40% 7.79%
2014
2014Growth PDRB Papua Barat
2012
Growth PDRB Papua 2012 2013
2013
Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 4
I. Provinsi Papua
1.1. Sisi Permintaan
Pada triwulan II-2014, perekonomian Provinsi Papua tumbuh sebesar 9,09 % (yoy) atau
lebih tinggi dari triwulan I-2014 sebesar 0,13% (yoy). Dari sisi permintaan, kinerja ekonomi
Papua ditopang oleh komponen konsumsi (masyarakat dan pemerintah) dan investasi
(pembentukan modal tetap bruto) yang pada triwulan laporan mengalami pertumbuhan paling
tinggi dibandingkan komponen lainnya. Meningkatnya kinerja komponen konsumsi
(masyarakat dan pemerintah) yang cukup tinggi terjadi seiring meningkatnya belanja yang
dilakukan oleh Pemerintah Daerah serta persiapan menjelang pelaksanaan Pemilu Presiden.
Di samping itu, kinerja investasi (pembentukan modal tetap bruto) juga mengalami
pertumbuhan yang cukup menggembirakan seiring masih terbukanya peluang pasar untuk
berinvestasi di Papua serta tingginya realisasi dari dana perimbangan oleh Pemda yang
digunakan untuk investasi pada bidang infrastruktur daerah. Searah dengan hasil survei oleh
Bank Indonesia, ekpektasi masyarakat dalam beberapa waktu kedepan diprediksi akan tetap
tinggi yang mana hal tersebut akan mendorong kinerja ekonomi di Provinsi Papua untuk tetap
tumbuh positif.
1.1.1 Konsumsi
Pada triwulan II-2014, komponen konsumsi tumbuh mencapai 7,84% (yoy) atau relatif
sama dibandingkan pertumbuhan pada triwulan I-2014 yang tercatat sebesar 7,87% (yoy).
Masih tingginya pertumbuhan konsumsi pada triwulan laporan didorong oleh beberapa aspek
seperti: adanya penyelenggaraan Pemilu Legislatif 2014 serta adanya realisasi belanja
Pemerintah Daerah. Pertumbuhan konsumsi juga terekam dari hasil survei konsumen di Kota
Jayapura yang menunjukkan terdapat kecenderungan meningkatnya konsumsi sebagai akibat
adanya kenaikan indeks pembelian durable good dengan nilai mencapai 103,3 di triwulan II-
2014 yang sedikit meningkat dibandingkan indeks pada triwulan I-2014 sebesar 102,7.
Sementara itu, Indeks Kondisi Ekonomi (IKE) juga secara keseluruhan tercatat sebesar 114,1
atau masih berada di level optimis.
Sumber: KPwBI Papua & Papua Barat
Grafik 1. Survei Konsumen
Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 5
Peningkatan komponen konsumsi juga terekam dari perkembangan konsumsi listrik
rumah tangga yang tumbuh 13,26% (yoy) pada triwulan II-2014. Tingginya aktivitas konsumsi
tersebut juga tercermin dari tingginya pertumbuhan penyaluran kredit konsumsi oleh
perbankan yang pada periode laporan tumbuh sebesar 13,51% (yoy). Pada triwulan II-2014,
peningkatan konsumsi masyarakat juga tercermin melalui peningkatan jumlah kendaraan
baru yang didaftarkan yang tercatat mengalami peningkatan sebesar 8,70% (yoy).
Sementara itu, konsumsi Pemerintah sampai dengan triwulan II-2014 juga mengalami
pertumbuhan sebesar 8,02% (yoy), angka pertumbuhan tersebut sedikit lebih rendah jika
dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan I-2014 yang tercatat sebesar 8,42% (yoy).
Andil Pemda dalam peningkatan konsumsi juga dapat terlihat dari tingginya peningkatan
realisasi belanja pegawai pemda yang pada triwulan laporan mencapai nilai Rp 253,28
miliar serta jumlah tersebut mengambil pangsa yang cukup besar dari seluruh anggaran
yang tersedia.
Secara tahunan, konsumsi nirlaba mengalami pertumbuhan sebesar 7,79% (yoy).
Komponen konsumsi nirlaba merupakan komponen yang turut memberikan sumbangan
terhadap pencapaian pertumbuhan ekonomi dari sisi permintaan.
Salah satu pendorong meningkatnya konsumsi adalah adanya peningkatan
pendapatan yang dirasakan oleh masyarakat Papua pada triwulan laporan. Hal ini terjadi
seiring telah diterapkannya kebijakan pengupahan yang baru pada tahun 2014 (UMR
2014), hal tersebut tentunya menjadi suatu faktor pendorong tetap tumbuhnya komponen
konsumsi masyarakat pada triwulan laporan.
Sumber: KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat Sumber: PLN Wilayah Papua, diolah
Grafik 3. Kredit Konsumsi Bank Umum Papua Grafik 2. Konsumsi Listrik Rumah Tangga Papua
Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 6
1.1.2 Investasi
Realisasi investasi (PMTB) pada periode triwulan II-2014 menunjukkan pertumbuhan yang
signifikan sebesar 7,18% (yoy), lebih tinggi dari pertumbuhan triwulan sebelumnya yang
hanya tercatat sebesar 7,07% (yoy).
Pertumbuhan investasi tidak terlepas dari masih terbukanya peluang bisnis di Papua
yang mendorong tingginya minat investor untuk melakukan ekspansi bisnis seperti
tercermin dari semakin tingginya penyaluran kredit untuk pembiayaan kegiatan investasi.
Pada periode triwulan II-2014, realisasi kredit investasi tercatat sebesar Rp 2,79 triliun atau
mengalami pertumbuhan sebesar 7,15% (yoy) jika dibandingkan dengan triwulan yang sama
tahun sebelumnya. Tingginya minat investasi yang merupakan bagian dari ekspansi bisnis
tersebut mencerminkan adanya peningkatan peran investasi swasta dalam mendorong
pengembangan ekonomi di Papua. Khusus di sektor pertambangan, tingginya kinerja
investasi di sektor tersebut menjadi penyelamat kinerja sektor tersebut secara keseluruhan
pada periode berjalan. Disamping faktor pembiayaan perbankan, pertumbuhan investasi di
triwulan II-2014 juga didorong oleh meningkatnya jumlah investasi asing yang masuk
(foreign direct investment) ke Provinsi Papua yang naik sebesar 11,12% (yoy).
Grafik 4. Jumlah Kendaraan Baru Papua Grafik 5. Belanja Pegawai PEMDA Prov. Papua
Sumber:Dispenda Prov. Papua, diolah Sumber: BKAD Prov. Papua, diolah
Sumber: BPKAD Provinsi Papua,
diolah
Sumber: PLN Wilayah Papua, diolah
Grafik 7. Jumlah Penanaman Modal Asing
Sumber: BPKAD Provinsi Papua, diolah
Grafik 6. Kredit Investasi Perbankan Papua
Sumber: KPwBI Papua & Papua Barat Sumber:BKAD Provinsi Papua
Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 7
Tabel 5. Perkembangan Penjualan Hasil Tambang
1.1.3 Ekspor dan Impor
Ekspor Provinsi Papua pada triwulan II-2014 mengalami pertumbuhan yang terbatas
sebesar 1,08% (yoy), sementara impor tumbuh cukup signifikan sebesar 21,78% (yoy).
Masih positifnya, komponen ekspor Provinsi Papua pada periode berjalan disebabkan
oleh meningkatnya kegiatan ekspor antar daerah, mengingat rendahnya kegiatan ekspor ke
luar negeri dari Provinsi Papua. Meningkatnya kegiatan ekspor antar daerah terjadi sebagai
akibat langsung dari penerapan UU Minerba yang mengakibatkan perusahaan tambang di
Provinsi Papua tidak dapat secara langsung mengekpor bahan tambangnya ke luar negeri
namun harus melalui kegiatan pengolahan yang berada di luar wilayah Papua.
Pada triwulan II-2014, berdasarkan data bea cukai, nilai ekspor non migas Provinsi
Papua ke luar negeri (LN) tercatat sebesar US$38,20 Juta atau mengalami penurunan yang
signifikan sebesar -92,37% (yoy), sementara secara volume tercatat sebesar 46,55 ribu ton
atau mengalami penurunan sebesar -83,00% (yoy). Penerapan ketentuan UU Minerba
sangat berdampak terhadap kinerja ekspor Papua ke LN mengingat 90% dari ekspor
Provinsi Papua LN merupakan ekspor bahan tembang mentah. Tren pertumbuhan ekspor
Papua secara historikal memiliki hubungan yang searah dengan pertumbuhan penjualan
perusahaan pertambangan yang terdapat di Papua baik untuk komoditas tembaga maupun
emas yang pada triwulan II-2014 mengalami penurunan masing-masing sebesar -25,95%
(yoy) dan -10,60% (yoy).
Sumber: Laporan Keuangan Perusahaan
Sumber: Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, diolah Sumber: Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, diolah
Grafik 8. Volume Ekspor Non Migas Papua Grafik 9. Nilai Ekspor Non Migas Papua
Sumber: BPKAD Provinsi Papua, diolah
Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 8
mpor non-migas Papua justru mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi pada
triwulan laporan sebesar 15,64% (yoy). Berbeda dengan peningkatan nilai, volume impor
Papua justru mengalami penurunan kinerja sebesar -1,90% (yoy). Peningkatan kinerja impor
dinilai merupakan suatu hal yang perlu diwaspadai karena menandakan bahwa kebutuhan
barang dan jasa tidak dapat dipenuhi oleh sumber dalam negeri. Kedepannya, hal tersebut
dikhawatirkan dapat mendorong terjadinya defisit neraca transaksi perdagangan secara
nasional.
1.2. Sisi Penawaran
Pada triwulan II-2014, seluruh sektor ekonomi di Provinsi Papua mencatatkan
pertumbuhan kinerja yang positif. Pertumbuhan tertinggi dialami oleh sektor jasa-jasa yang
berhasil tumbuh sebesar 19,14% (yoy), sedangkan petumbuhan terendah terjadi pada sektor
pertambangan yang tumbuh sebesar 0,44% (yoy). Adapun pertumbuhan tahunan untuk
sektor-sektor lainnya adalah sebagai berikut: sektor pertanian sebesar 8,21% (yoy); sektor
bangunan sebesar 7,39% (yoy); sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan sebesar
14,81% (yoy); sektor industri pengolahan sebesar 11,57% (yoy), sektor perdagangan, hotel,
dan restoran sebesar 10,82% (yoy); sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar 12,04%
(yoy); dan sektor listrik dan air bersih sebesar 7,22% (yoy).
1.2.1. Sektor Pertanian
Sektor pertanian pada periode triwulan II-2014 mengalami pertumbuhan sebesar
8,21% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar
11,33% (yoy). Hal tersebut disebabkan pada triwulan laporan produksi dan produktivitas
beberapa komoditas tanaman pangan yang sudah melewati periode panen raya, sehingga
pertumbuhan sektor pertanian pada triwulan laporan menjadi lebih rendah dari triwulan
sebelumnya. Masih dicapainya pertumbuhan pada sektor pertanian juga sejalan dengan tren
kenaikan ARAM (Angka Ramalan) Pertanian yang dirilis oleh BPS dimana dimana tingkat
Grafik 10. Volume Impor Non Migas Papua Grafik 11. Nilai Impor Non Migas Papua
Sumber: Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, diolah Sumber: Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, diolah
Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 9
produksi padi sawah, ubi jalar dan jagung sepanjang tahun 2014 diprediksi akan mengalami
peningkatan tahunan yang besarnya bervariasi antara 2-23%.
Tabel 6. Perkembangan Produktivitas Komoditas Pangan Papua
Salah satu faktor pendukung tercapainya pertumbuhan di sektor pertanian adalah
pertumbuhan di sub sektor perikanan. Pada triwulan II-2014, sub sektor perikanan
mengalami peningkatan volume produksi terutama pada jenis komoditas perikanan hasil
tangkap dari laut yang tumbuh sebesar 3,20% (yoy), sementara komoditas perikanan yang
dihasilkan dari perairan umum dan hasil budidaya justru mengalami penurunan yang masing-
masing tercatat sebesar -0,16% (yoy) dan -100% (yoy). Turunnya produksi perikanan yang
dihasilkan melalui budidaya terjadi seiring belum adanya produksi dari beberapa sentra
perikanan utama di Jayapura. Secara kuantitas, sepanjang periode triwulan II-2014 total
volume hasil produksi perikanan tercatat sebanyak 71.320 ton atau tumbuh tipis sebesar
0,65% (yoy) dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya.
Seperti pada triwulan sebelumnya, dicapainya pertumbuhan pada sektor pertanian di
papua justru bertolak belakang dengan pencapaian nilai NTP Papua pada triwulan II-2014
yang mengalami penurunan sebesar -3,94% (yoy) dari pencapaian pada triwulan II-2013
sebesar 101,54 menjadi 97,54 pada triwulan II-2014. Angka NTP yang berada di bawah nilai
100 menunjukkan biaya yang dikeluarkan oleh petani lebih besar dari keuntungan yang
diterima. Hal ini menunjukkan, walaupun sektor pertanian di Prov. Papua mengalami
pertumbuhan namun kesejahteraan petani justru mengalami penurunan.
2013 2014
Produksi (Ton) 115,437 138,032 169,790 185,726 19.57 23.01
Luas Panen (Ha) 29,262 37,149 41,111 44,515 26.95 10.67
Produktivitas (Ton/Ha) 3.94 3.72 4.13 4.17 -5.81 11.15
2013 2014
Produksi Ubi Jalar (Ton) 348,438 345,095 405,520 415,709 17.51 2.51
Luas Panen (Ha) 34,413 33,071 30,980 30,483 -6.32 -1.60
Produktivitas (Ton/Ha) 10.13 10.43 13.09 13.64 25.44 4.18
2013 2014
Produksi Ubi Jalar (Ton) 6,885 6,393 7,034 7,372 10.03 4.81
Luas Panen (Ha) 3,825 3,553 3,005 3,147 -15.42 4.73
Produktivitas (Ton/Ha) 1.80 1.80 2.34 2.34 30.09 0.08
Ubi JalarGrowth (%)
Jagung
2012 2013Growth (%)
2011 2012 2013
Padi Sawah dan
Ladang2011
Growth (%)2011 2012
2014
2014
2014
2013
Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 10
Tabel 7. Perkembangan Produksi Perikanan Provinsi Papua
Sumber: BPS Provinsi Papua Sumber: BPS Provinsi Papua
1.2.2. Sektor Pertambangan dan Penggalian
Sektor pertambangan dan penggalian pada triwulan II-2014 mengalami pertumbuhan
yang sangat terbatas sebesar 0,44% (yoy) atau berbalik arah dari triwulan I-2014 yang
tercatat mengalami penurunan pertumbuhan sebesar -28,52% (yoy). Diluar prediksi
sebelumnya dimana sektor pertambangan Papua diperkirakan akan tumbuh negatif akibat
masih diterapkannya pelarangan ekspor sebagai mandat dari UU Minerba, pada triwulan II
2014 sektor pertambangan Papua justru mencatatkan angka pertumbuhan yang positif.
Berdasarkan angka produksi PT Freeport Indonesia pada triwulan II 2014 sebenarnya dapat
kita lihat bahwa pada triwulan laporan jumlah produksi tembaga memang mengalami
penurunan, namun untuk produksi emas justru mengalami sedikit peningkatan.
TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1 TW 2
LAUT
Produksi (Ton) 67,343 71,710 69,363 70,710 73,185 67,193 71,188 73,440 69016.5 69342.4
Pertumbuhan Tahunan (%) 15.10 6.48 2.99 3.44 8.67 -6.30 0.68 3.86 -5.70 3.20
PERAIRAN UMUM (axis kanan)
Produksi (Ton) 2,616 2,344 2,694 2,414 1,888 1,980 1,963 1,993 1920.3 1977.2
Pertumbuhan Tahunan (%) 35.80 23.29 41.70 25.11 -27.80 -15.51 -18.69 -17.47 1.69 -0.16
BUDIDAYA (axis kanan)
Produksi (Ton) 1,640 1,558 1,689 1,605 1,740 1,685 1,422 2,223 0 0
Pertumbuhan Tahunan (%) 149.85 165.19 187.52 55.80 6.09 8.15 -11.39 38.54 -100.00 -100.00
TOTAL PRODUKSI (Ton) 71,599 75,612 73,747 74,729 76,813 70,859 74,573 77,656 70,937 71,320
PERTUMBUHAN TAHUNAN (%) 17.20 8.27 5.60 4.78 7.28 -6.29 1.12 3.92 -7.65 0.65
2014
3
No URAIAN
1
2012
2
2013
Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Papua,
diolah
Grafik 12. Nilai Tukar Petani Papua Grafik 13. PDRB Sektor Pertanian Papua
Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 11
Tabel 8. Perkembangan Produksi Pertambangan Papua
Masih dicapainya kinerja yang positif pada sektor pertambangan disinyalir terjadi seiring
adanya peningkatan produksi komoditas emas serta adanya basis perhitungan angka
pertumbuhan yang lebih rendah (low base effect) akibat adanya penurunan produksi hasil
tambang yang cukup signifikan pada triwulan II 2013 (kecelakaan kerja), menyebabkan angka
penurunan produksi tambang pada triwulan II 2014 tidak terlalu besar. Selain itu, pada
triwulan II 2014 juga terdapat investasi tambahan yang dilakukan oleh salah satu produsen
tambang terbesar di Papua seiring adanya keyakinan bahwa pemberian izin untuk melakukan
ekspor mineral mentah dalam beberapa waktu dekat akan disetujui oleh Pemerintah,
sehingga aktivitas tersebut turut mendorong kinerja sektor pertambangan pada triwulan
laporan. Sebagai informasi tambahan, perhitungan kinerja sektor pertambangan Papua saat
ini dilakukan dengan cara mengukur kinerja salah satu produsen tambang terbesar di Papua
karena perusahaan tersebut dinilai menguasai hampir seluruh pangsa pertambangan di
Papua.
1.2.3. Sektor Perdagangan, Hotel Dan Restoran
Sektor perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) pada triwulan II-2014 tercatat tumbuh
sebesar 10,82% (yoy) atau lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada triwulan I-2014 yang
tumbuh sebesar 9,87%(yoy). Meskipun kinerja sektor PHR pada triwulan laporan
mencatatkan pertumbuhan yang positif. Pertumbuhan sektor PHR pada triwulan laporan juga
terlihat dari peningkatan occupancy rate hotel di Provinsi Papua yang mencapai angka 73%
atau lebih tinggi dari triwulan yang sama pada tahun sebelumnya yang hanya mencapai 72%.
Adanya persiapan penyelenggaraan Pemilu Presiden serta banyaknya event dan
penyeleggaraan acara lainnya yang dilakukan oleh Pemda sebelum bulan Ramadhan menjadi
salah satu pendorong meningkatnya tingkat hunian hotel di Provinsi Papua. Pertumbuhan
sektor perdagangan pada triwulan II-2014 juga sejalan dengan pertumbuhan penyaluran
kredit perdagangan yang disalurkan oleh perbankan di Provinsi Papua yang tercatat
meningkat sebesar 8,67% (yoy).
Namun demikian, dari sisi arus bongkar muat barang di pelabuhan utama Papua
sepanjang periode triwulan II-2014 justru mengalami penurunan sebesar -14,41% (yoy)
dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Penurunan tersebut disinyalir terjadi
Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 12
Tabel 10. Perkembangan Arus Penumpang Kapal di Pelabuhan Papua
seiring telah terjaganya tingkat ketersediaan barang dan jasa menjelang bulan Ramadhan,
sehingga pasokan dari daerah lain diluar Papua tidak terlalu besar.
Tabel 9. Perkembangan Arus Bongkar Muat Barang di Pelabuhan Papua
Sumber: PT Pelindo Papua
Sumber: KPwBI Papua & Papua Barat Sumber: Badan Pusat Statistik
1.2.4. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi
Sektor pengangkutan dan komunikasi pada triwulan II-2014 tumbuh mencapai 12,04%
(yoy) lebih rendah jika dibandingkan pertumbuhan pada triwulan II-2014 yang tercatat
sebesar 13,24% (yoy). Pertumbuhan pada sektor ini didorong oleh peningkatan kinerja pada
subsektor angkutan laut, angkutan udara, komunikasi, serta sub sektor angkutan jalan raya
yang mengalami pertumbuhan pada periode triwulan laporan dibandingkan triwulan yang
sama pada tahun sebelumnya.
Sumber: PT. Pelindo IV Wilayah Papua
Sesuai kondisi geografis, sarana transportasi laut dan angkutan udara memegang
peranan penting dalam menunjang mobilitas arus distribusi barang maupun orang. Meskipun
kinerja sektor ini mengalami peningkatan, namun jika kita melihat jumlah penumpang Kapal
I I I I I I IV I I I I I I IV I I I
Perkembangan Arus Penumpang
(orang)47,419 65,378 67,298 65,012 47,883 50,309 67,545 68,633 57,846 43,059
Pertumbuhan Tahunan (%) -10.48% 34.29% -17.00% 16.89% 0.98% -23.05% 0.37% 5.57% 20.81% -14.41%
201320132012Indikator
I I I I I I IV I I I I I I IV I I I
Perkembangan Arus Penumpang
(orang)47,419 65,378 67,298 65,012 47,883 50,309 67,545 68,633 57,846 43,059
Pertumbuhan Tahunan (%) -10.48% 34.29% -17.00% 16.89% 0.98% -23.05% 0.37% 5.57% 20.81% -14.41%
201420132012Indikator
Sumber: PT. Pelindo IV Wilayah Papua
Grafik 14. Perkembangan Kredit Perdagangan Grafik 15. Tingkat Hunian Hotel Papua
Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 13
Laut yang pada triwulan II-2014 justru mengalami penurunan sebesar -14,41% (yoy)
dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Penurunan jumlah penumpang kapal laut
disinyalir terjadi sebagai akibat dari semakin banyaknya wilayah di Provinsi Papua yang telah
dilayani oleh transportasi udara. Selain itu, khusus untuk subsektor telekomunikasi dalam
beberapa waktu kedepan akan terus mengalami peningkatan seiring dengan kegiatan
investasi di sektor ini berupa pemasangan jaringan fiber optik di seluruh wilayah Papua.
1.2.5. Sektor Keuangan, Persewaaan dan Jasa Perusahaan.
Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan pada triwulan II-2014 tumbuh
mencapai 14,81% (yoy) lebih rendah dibandingkan pertumbuhan pada triwulan IV-2013 yang
tercatat sebesar 17,77% (yoy). Salah satu parameter pertumbuhan sektor ini tercermin dari
nilai tambah bank yang pada triwulan II-2014 berhasil tumbuh sebesar 19,14% (yoy) sedikit
lebih rendah dibandingkan dengan triwulan I-2014 sebesar 25,63% (yoy).
Kinerja sektor keuangan mengalami perlambatan seiring dengan kebijakan Bank
Indonesia untuk menahan ekspansi penyaluran kredit pada tahun 2014 dari 25-30% pada
tahun sebelumnya menjadi hanya sebesar 15-20% pada tahun 2014.
Tabel 11. Perkembangan Nilai Tambah Bank Provinsi Papua
Sumber: Bank Indonesia
II. Provinsi Papua Barat
2.1. Sisi Permintaan
Pada triwulan II-2014, ekonomi Papua Barat tumbuh sebesar 7,79% (yoy) lebih tinggi
dibandingkan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 1,40% (yoy).
Dari sisi penggunaan, kinerja ekonomi Papua Barat ditopang oleh komponen konsumsi
(masyarakat dan pemerintah) dan investasi (pembentukan modal tetap bruto) yang tumbuh
cukup baik. Tingginya pencapaian kinerja komponen konsumsi (masyarakat dan pemerintah)
yang cukup signifikan terjadi seiring tingginya realisasi belanja Pemda pada pertengahan
tahun 2014. Di samping itu, kinerja investasi (pembentukan modal tetap bruto) juga
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II
A. PENDEKATAN PENDAPATAN
1. Biaya Tenaga Kerja 91,710 130,972 137,215 173,271 124,953 139,876 185,417 197,748 137,561 144,134
2. Surplus 198,414 250,948 244,635 211,358 239,135 302,060 274,697 322,080 316,628 381,078
3. Pajak Tak Langsung Neto 351 447 493 523 274 475 790 704 333 524
4. Penyusutan 8,414 9,858 10,174 10,853 8,822 11,199 10,422 14,817 14,301 14,692
PRODUK BRUTO / NILAI TAMBAH BRUTO 298,889 392,225 392,517 396,005 373,184 453,610 471,326 535,349 468,823 540,428
B. PENDEKATAN PRODUKSI
1. Hasil imputasi jasa 344,758 398,489 442,250 481,548 417,886 509,608 538,904 648,429 532,608 603,988
2. Penerimaan neto dari transaksi devisa (295) (467) (382) (156) (72) (275) (4,777) (1,191) 2,238 (1,146)
3. Provisi dan komisi 40,722 43,771 47,035 50,932 48,926 54,043 55,951 59,375 55,620 61,993
4. Pendapatan operasional lainnya 12,322 53,773 14,138 14,381 10,960 13,581 10,957 13,307 11,224 11,564
GROSS OUTPUT 397,507 495,566 503,041 546,705 477,700 576,957 601,035 719,920 601,690 676,399
5. Biaya-biaya antara 98,618 103,341 110,524 150,700 104,516 123,347 129,709 184,571 132,867 135,971
NILAI TAMBAH BRUTO / PRODUK BRUTO 298,889 392,225 392,517 396,005 373,184 453,610 471,326 535,349 468,823 540,428
Pertumbuhan (%) -4.51% 13.19% 11.29% 10.22% 24.86% 15.65% 20.08% 35.19% 25.63% 19.14%
201420132012KOMPONEN
Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 14
mengalami pertumbuhan yang cukup menggembirakan seiring besarnya dana perimbangan
yang disalurkan oleh Pemerintah Pusat yang dialokasikan untuk pembangunan infrastruktur
di daerah. Adanya peningkatan kinerja yang cukup signifikan pada sektor industri pengolahan
Papua Barat seiring telah dicapainya kesepakatan atas renegosiasi harga jual gas kepada
salah satu konsumennya di Fujian (China) menjadi salah satu faktor mendorong
meningkatnya pertumbuhan perekonomian di Provinsi Papua Barat. Selain itu, maraknya
kegiatan investasi di sektor ini di Provinsi Papua Barat juga turut mendorong kinerja sektor
industri pengolahan pada periode berjalan.
Tabel 12. Pertumbuhan Sisi Permintaan Provinsi Papua Barat
Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Papua Barat
2.1.1 Konsumsi
Konsumsi rumah tangga pada triwulan II-2014 tumbuh sebesar 9,62% (yoy), lebih
rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang tercatat 10,83% (yoy). Masih
dicapainya pertumbuhan kinerja konsumsi pada triwulan laporan secara tidak langsung
mencerminkan bahwa daya beli masyarakat di Papua Barat masih tergolong cukup tinggi. Hal
tersebut dapat terlihat dari hasil Survei Konsumen Bank Indonesia di Kota Manokwari yang
masih menunjukkan optimisme, dimana seluruh indikator survei masih berada diatas angka
100 (grafik 16). Pada triwulan II-2014, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) tercatat sebesar
125 atau sedikit menurun dari periode sebelumya yang tercatat sebesar 137, indikator
tersebut searah dengan pencapaian PDRB komponen konsumsi dimana pada triwulan II-2014
mengalami sedikit perlambatan kinerja. Adapun masih dicapainya angka hasil survei yang
berada pada nilai diatas 100 menandakan bahwa konsumen masih tetap optimis terhadap
kondisi ekonomi yang secara tidak langsung terefleksi dari meningkatnya pendapatan dan
konsumsi pada triwulan laporan.
Komponen konsumsi masyarakat memberikan kontribusi sebesar 3,32% terhadap
pertumbuhan ekonomi Papua Barat pada triwulan II-2014. Kontribusi konsumsi masyarakat
merupakan yang tertinggi dibandingkan dengan sektor lainnya, hal tersebut terefleksi dari
meningkatnya kredit dengan peruntukan bagi kegiatan konsumsi (seperti: pembelian
kendaraan, rumah maupun barang lainnya). Pada triwulan II-2014, realisasi kredit konsumsi
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
Konsumsi 6.46% 7.51% 7.14% 9.33% 8.83% 7.95% 9.72% 9.90% 10.83% 9.62%
Konsumsi Rumah Tangga 7.02% 7.74% 7.59% 10.47% 8.69% 8.52% 8.65% 7.11% 9.21% 9.05%
Konsumsi Pemerintah 4.50% 6.74% 5.68% 5.72% 9.34% 6.10% 13.21% 19.15% 16.66% 11.53%
PMTB 11.68% 14.71% 14.94% 15.97% 16.44% 18.24% 17.82% 18.60% 18.09% 14.79%
Perubahan Stok -111.50% -113.18% -112.39% -142.89% -176.61% -236.79% -220.62% -233.53% 102.10% -72.88%
Ekspor 80.74% 52.23% 2.61% -13.13% 22.03% 22.99% 28.81% 47.84% 1.49% -3.96%
Dikurangi Impor 82.48% 77.04% 68.08% 61.40% 8.30% 11.24% 10.97% 16.82% 11.21% 6.75%
PDRB 35.79% 23.79% 3.65% 5.23% 9.54% 3.51% 8.52% 15.74% 1.40% 7.75%
20132012Growth PDRB Papua Barat
2014
Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 15
tercatat sebesar Rp 2,94 trilliun atau tumbuh sebesar 14,05% (yoy). Selain itu, peningkatan
konsumsi masyarakat juga tercermin dari meningkatnya konsumsi listrik rumah tangga yang
secara tahunan naik sebesar 18,93% (yoy) atau mencapai 312,83 juta Kwh.
Kinerja konsumsi rumah tangga pada pertengahan tahun 2014 di Provinsi Papua Barat
relatif cukup baik. Meningkatnya lapangan kerja yang ditunjang oleh terus meningkatnya
belanja pemerintah dari tahun ke tahun mendorong peningkatan konsumsi masyarakat Papua
Barat. Selain itu, pemekaran wilayah yang akan dilakukan baik pada tahun ini maupun tahun
depan juga akan semakin meningkatkan konsumsi masyarakat seiring dengan pemerataan
kesejahteraan sebagai akibat dari proses pemekaran wilayah tersebut.
2.1.2. Ekspor – Impor
Kinerja ekspor Provinsi Papua Barat pada periode triwulan II-2014 mengalami
pertumbuhan yang negatif sebesar -3,96% (yoy) atau berbalik arah dibandingkan
pertumbuhan triwulan I-2014 sebesar 1,49% (yoy). Perlambatan tersebut disebabkan oleh
menurunnya kontribusi ekspor gas dari salah satu perusahaan dibidang industri pengolahan
migas yang mana pada awal triwulan II-2014 aktivitas ekspornya sempat tertahan akibat
belum selesainya negosiasi kontrak harga baru dengan salah satu konsumen di China.
Namun demikian, berdasarkan informasi terkini, mulai akhir bulan Juni 2014 perusahaan
Grafik 16. Grafik Survey Konsumen 1 Grafik 17. Kredit Konsumsi Papua Barat
Grafik 18. Konsumsi Listrik Papua Barat
Sumber: PLN Wilyah Papua
Sumber: KPwBI Papua & Papua Barat Sumber: Survei Konsumen KPwBI Papua & Papua Barat
Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 16
sudah dapat melakukan ekspor kembali secara normal seiring telah selesainya proses
negosiasi dimaksud.
Sementara itu, kinerja impor mengalami pertumbuhan sebesar 6,75% (yoy) atau lebih
rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 11,21% (yoy). Pembelian
berbagai barang modal baik oleh pemerintah maupun swasta seiring dengan kegiatan
investasi yang dilakukan ditenggarai masih menjadi penyebab naiknya pertumbuhan impor
Papua Barat. Kedepan, kegiatan impor ke Provinsi Papua Barat diperkirakan akan mengalami
peningkatan seiring dengan semakin maraknya kegiatan investasi di sektor industri
pengolahan di Provinsi Papua Barat kedepan.
2.2. Sisi Penawaran
Dari sisi penawaran, seluruh sektor ekonomi mengalami pertumbuhan yang positif.
Secara rinci pertumbuhan masing-masing sektor ekonomi adalah sebagai berikut: sektor
pertanian (2,12%); sektor pertambangan dan penggalian (2,99%): sektor industri pengolahan
(28,23%); sektor listrik, gas & air bersih (8,37%); sektor bangunan (10,74%); sektor
perdagangan, hotel & restoran (10,75%); sektor angkutan & komunikasi (8,90%); sektor
keuangan, perwewaan & jasa perusahaan (14,85%); dan sektor jasa-jasa (6,19%). Lebih
lanjut perkembangan rinci pertumbuhan masing-masing sektor ekonomi selama tahun 2011-
2013 disajikan pada tabel berikut:
Grafik 19. Perkembangan Volume Ekspor Papua Barat Grafik 20. Perkembangan Nilai Ekspor Papua Barat
Sumber: Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, diolah
Sumber: Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, diolah
Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 17
Tabel 13. Pertumbuhan Sektoral PDRB Provinsi Papua Barat
Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Papua Barat
2.2.1. Sektor Pertanian
Sektor pertanian pada periode triwulan II-2014 tumbuh sebesar 1,36% (yoy),
tumbuh lebih tinggi jika dibandingkan pertumbuhan pada triwulan I-2014 sebesar
0,97% (yoy). Berbeda halnya dengan yang terjadi di Papua, adanya peningkatan
kinerja sektor pertanian di Papua Barat diikuti oleh adanya perbaikan kesejahteraan
petani meskipun besaran perbaikan tersebut relatif sangat kecil. Hal tersebut terlihat
dari Indeks Nilai Tukar Petani (NTP) Papua Barat pada triwulan II-2014 yang
mengalami peningkatan menjadi sebesar 100,66 atau lebih tinggi dari NTP pada akhir
triwulan II-2013 yang tercatat sebesar 100.15. Pencapaian Indeks NTP yang berada
diatas angka 100 menunjukan bahwa para petani di Provinsi Papua Barat telah
memperoleh penghasilan yang lebih besar dari biaya yang harus mereka keluarkan
dalam menjalankan kegiatan usaha di bidang pertanian.
Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Papua Barat Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Papua Barat
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
Pertanian 0.55% 2.20% 0.06% 3.09% 2.41% 3.78% 5.84% 2.12% 0.97% 1.36%
Pertambangan & Penggalian 14.96% 7.69% 1.10% -0.83% -3.88% -0.93% 2.84% 2.99% 1.78% 2.25%
Industri Pengolahan 89.85% 52.04% 2.30% 1.46% 13.41% -0.79% 9.58% 28.23% -3.25% 9.86%
Listrik,Gas & Air Bersih 10.08% 8.25% 7.63% 9.34% 8.67% 9.65% 9.45% 8.33% 8.33% 8.65%
Bangunan 10.58% 10.39% 11.99% 15.99% 12.03% 11.51% 11.31% 10.73% 15.75% 14.45%
Perdagangan, Hotel & Restoran 8.77% 8.02% 9.81% 12.96% 12.51% 12.78% 11.11% 10.75% 9.39% 9.11%
Angkutan & Komunikasi 13.13% 11.08% 10.21% 11.93% 10.27% 11.12% 10.65% 8.91% 9.30% 9.29%
Keuangan, Persewaan & Jasa
Perusahaan 9.12% 11.05% 1.03% 3.46% 10.91% 13.20% 9.57% 14.84%2.14% 1.11%
Jasa - jasa 12.90% 10.11% 8.39% 16.19% 10.71% 10.94% 7.43% 6.19% 5.75% 7.54%
TOTAL PDRB 35.83% 24.63% 3.87% 5.23% 9.54% 3.47% 8.52% 15.74% 1.40% 7.79%
2013Growth PDRB Papua Barat
2012 2014
Grafik 21. Nilai Tukar Petani Papua Barat Grafik 22. PDRB Sektor Pertanian Papua Barat
Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 18
2.2.2. Sektor Industri Pengolahan
Sektor-sektor Industri Pengolahan mengalami peningkatan sebesar 9,86% (yoy)
atau berbalik arah jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mengalami
pertumbuhan sebesar -3,25% (yoy). Secara umum, sektor ini memegang kontribusi
terbesar (mencapai 45%) dari total PDRB Papua Barat. Berbeda dengan kondisi pada
triwulan sebelumnya, pada triwulan laporan sektor industri pengolahan memberikan
sumbangan pertumbuhan yang positif sebesar 4,47% bagi pertumbuhan ekonomi
Papua Barat. Peningkatan kinerja sektor industri pengolahan pada triwulan II-2014
terjadi sebagai akibat dari peningkatan produksi gas seiring adanya keyakinan bahwa
hambatan dari sisi ekspor akibat adanya proses negosiasi harga baru dengan salah
satu konsumennya akan selesai dalam waktu dekat. Secara umum, kinerja sektor
industri pengolahan di Provinsi Papua Barat mengalami peningkatan. Hal ini juga
dapat tecermin dari aktivitas penggunaan listrik industri pada triwulan laporan yang
mengalami peningkatan sebesar 6,59 % atau menjadi sebesar 8,09 juta kWh .
Grafik 23. Penggunaan Listrik
Sumber: PLN Wilayah Papua
2.2.3. Sektor Perdagangan, Hotel Dan Restoran
Sektor perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) pada triwulan II-2014 tumbuh
sebesar 9,11% (yoy), sedikit lebih rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan
sebelumnya yang mencapai 9,39% (yoy). Masih tetap bertumbuhnya sektor PHR
ditenggarai turut didorong oleh adanya persiapan menjelang bulan ramadhan, dimana
beberapa distributor sudah mulai menambah jumlah persediaan barang serta
pelaksanaan Pemilu Presiden 2014. Selain itu, pertumbuhan sektor PHR juga
tercermin dari meningkatnya penyaluran kredit oleh perbankan terhadap sektor
perdagangan yang meningkat sebesar 15,93% (yoy) atau mencapai Rp 2,46 triliun.
Sumber: PT.Pelindo IV Cabang Manokwari Sumber: Bank Indonesia
Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 19
Semakin besarnya aliran dana dari pusat ke Pemprov Papua Barat juga
mempengaruhi kinerja usaha di sektor PHR akibat meningkatnya belanja Pemerintah
Daerah. Pertambahan jumlah penduduk di Provinsi Papua Barat yang konsisten juga
akan semakin menggerakkan roda perekonomian terutama di subsektor
perdagangan. Terlebih, karena besarnya ketergantungan Provinsi Papua Barat
terhadap daerah lain, mengakibatkan masyarakat Provinsi Papua Barat sangat
menggantungkan pemenuhan kegiatan konsumsinya dari subsektor perdagangan.
2.2.4. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi
Pada triwulan II-2014, sektor pengangkutan dan komunikasi tumbuh sebesar 9,29%
(yoy), hampir sama dibandingkan pencapaian triwulan I-2014 yang tercatat sebesar 9,30%
(yoy). Masih tingginya pertumbuhan kinerja sektor pengangkutan dan komunikasi tercermin
dari tumbuhnya sub sektor angkutan udara dan angkutan laut sebagai jenis angkutan yang
paling banyak dipergunakan masyarakat di Papua Barat. Tumbuhnya sektor pengangkutan
dan komunikasi terlihat dari perkembangan arus bongkar muat barang di pelabuhan Provinsi
Papua Barat yang diprediksi masih tumbuh dikisaran 5-10% (yoy). Selain itu, penambahan
rute yang gencar dilakukan oleh beberapa maskapai di wilayah Provinsi Papua Barat, disinyalir
juga mendorong pertumbuhan di sektor ini.
2.2.5. Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
Pada periode laporan, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan tumbuh
sebesar 1,11% (yoy), tumbuh lebih rendah jika dibandingkan triwulan sebelumnya yang
tercatat tumbuh sebesar 2,14% (yoy). Sub sektor Bank memberikan andil yang cukup
signifikan terhadap sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Subsektor perbankan
masih menjadi penggerak utama dari sektor ini. Sehingga, tumbuhnya pertumbuhan sektor
keuangan berkaitan erat dengan angka pertumbuhan Nilai Tambah Bank (NTB) yang juga
mengalami pertumbuhan sebesar 18,15% (yoy) dari pertumbuhan triwulan yang sama pada
tahun 2013.
Seiring dengan program inklusi keuangan yang terus dilaksanakan terutama didaerah
terpencil seperti berbagai daerah di Provinsi Papua Barat, juga mendorong kinerja sektor
keuangan di Provinsi Papua Barat.
Sumber: PLN Wilayah Papua
Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 20
Tabel 14. Perkembangan Nilai Tambah Bank Provinsi Papua Barat
Sumber: Bank Indonesia
2.2.6. Sektor Jasa-jasa
Pada periode laporan, sektor jasa-jasa tumbuh sebesar 7,54% (yoy), lebih tinggi
dibandingkan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 5,75% (yoy). Hal
ini terlihat dari pertumbuhan kredit di sektor jasa-jasa yang mengalami pertumbuhan
114,24% (yoy) dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Selain itu
masuknya beberapa perusahaan yang bergerak di bidang jasa hiburan dan pariwisata akibat
semakin dikenalnya raja ampat sebagai salah satu tempat pariwisata terbaik di Indonesia
turut mendorong kinerja sektor jasa-jasa . Persiapan pelaksanaan sail Raja Ampat yang akan
dilakukan pada tahun ini, juga disinyalir mendorong kinerja sektor ini pada periode berjalan.
2.2.7. Sektor Bangunan
Pada periode laporan, sektor bangunan tumbuh sebesar 14,45% (yoy), lebih rendah
dibandingkan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 15,75% (yoy).
Cukup tingginya pertumbuhan sektor ini tercermin dari besarnya realisasi konsumsi semen di
Provinsi Papua Barat yang tercatat sebesar 52.607 sak atau bertumbuh sebesar 84,70% (yoy)
jika dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun sebelumnya.
Sepanjang tahun 2014, sektor bangunan diperkirakan mencatatkan pertumbuhan yang
cukup signifikan akibat dari persiapan pelaksanaan sail Raja Ampat serta adanya
pembangunan di beberapa daerah yang merupakan hasil pemekaran di Provinsi Papua Barat.
Dengan adanya pemekaran tersebut tentunya membutuhkan pusat pemerintahan, pusat kota,
infrastruktur serta fasilitas umum lainnya. Hal ini menjadi salah satu pendorong tumbuhnya
kinerja sektor bangunan sepanjang tahun berjalan.
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II
A. PENDEKATAN PENDAPATAN
1. Biaya Tenaga Kerja 24,782 26,515 37,430 42,237 29,658 33,566 40,637 43,537 33,854 35,944
2. Surplus 78,851 102,311 105,149 102,054 113,547 133,586 126,874 170,927 140,836 162,265
3. Pajak Tak Langsung Neto 53 88 182 173 206 152 317 183 83 233
4. Penyusutan 2,782 2,874 2,977 3,433 2,654 3,442 3,165 3,780 4,417 3,292
PRODUK BRUTO / NILAI TAMBAH BRUTO 106,468 131,788 145,738 147,897 146,065 170,746 170,993 218,427 179,190 201,734
B. PENDEKATAN PRODUKSI
1. Hasil imputasi jasa 110,825 138,494 153,172 162,525 150,412 177,222 182,517 220,068 184,370 209,767
2. Penerimaan neto dari transaksi devisa (128) (634) (439) (128) (131) (391) (3,668) (1,074) 1,633 (871)
3. Provisi dan komisi 13,936 15,413 15,678 17,136 16,914 18,323 18,623 19,956 19,201 20,508
4. Pendapatan operasional lainnya 4,457 5,967 4,977 4,931 4,098 5,282 3,126 17,625 4,136 4,830
GROSS OUTPUT 129,090 159,240 173,388 184,464 171,293 200,437 200,597 256,575 209,340 234,234
5. Biaya-biaya antara 22,622 27,452 27,650 36,567 25,228 29,691 29,604 38,148 30,150 32,500
NILAI TAMBAH BRUTO / PRODUK BRUTO 106,468 131,788 145,738 147,897 146,065 170,746 170,993 218,427 179,190 201,734
Pertumbuhan (%) 7.87% 29.14% 33.09% 31.33% 37.19% 29.56% 17.33% 47.69% 22.68% 18.15%
2012KOMPONEN
2013 2014
Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 21
Suplemen 1.
Sail Raja Ampat 2014 dan Pembangunan Ekonomi di Papua Barat
Sail Raja Ampat 2014 (SRA 2014) merupakan kelanjutan dari lima Sail yang telah
diselenggarakan oleh Indonesia. Rangkaian sebelumnya adalah Sail Bunaken 2009, Sail
Banda 2010, Sail Wakatobi 2011, Sail Morotai 2012, dan Sail Komodo 2013. Acara ini dapat
disebut sebagai perhelatan maritim Indonesia yang dilakukan dalam skala kolosal. SRA 2014
sendiri menurut Presiden RI diperlukan “dalam rangka percepatan pembangunan dan
pengembangan potensi sumber daya kelautan dan pariwisata Indonesia guna mewujudkan
peningkatan kesejahteraan masyarakat, khususnya masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil,
sekaligus menyemarakkan Hari Ulang Tahun Republik Indonesia ke-69 (HUT RI 69)” (Keppres
No. 10/2014 tentang Panitia Nasional Penyelenggara Sail Raja Ampat).
Skala kolosal dalam pelaksanaan SRA 2014 dapat dilihat dari rangkaian acara yang
dirancang, besarnya dana yang dialokasikan, jumlah dan ragam peserta yang terlibat, serta
pejabat negara maupun undangan yang menghadiri. Rangkaian acara SRA 2014 meliputi
setidaknya reli kapal layar, pelayaran Lingkar Nusantara IV, ekspedisi riset kelautan, seminar
nasional dan internasional, pameran potensi daerah, olahraga bahari, percepatan
pembangunan sarana prasarana, dan Acara Puncak SRA 2014 di Pantai Waisei Torang Cinta.
Untuk alokasi dana, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Raja Ampat menyatakan bahwa dalam
rangka persiapan dan pelaksanaan SRA 2014 disediakan anggaran sekitar 170 milyar rupiah.
Dana tersebut belum termasuk yang dialokasikan oleh pemerintah pusat dan pemerintah
provinsi. Hajatan tersebut dimeriahkan oleh setidaknya tiga ribu orang peserta dari dalam
maupun luar negeri. Berbagai instansi pemerintahan, lembaga swasta, korporasi, maupun
militer ambil bagian dalam acara tersebut. Puncak acara sendiri dipastikan akan dihadiri oleh
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, para menteri, pemimpin lembaga negara, serta
undangan dari negara lain.
Dampak langsung dari perhelatan ini bagi perekonomian Papua Barat merupakan hal
yang niscaya. Hal yang paling terlihat adalah pembangunan infrastruktur pendukung SRA
2014 seperti pembangunan jalan, pelabuhan, dan bandara. Pembangunan lainnya adalah
pemercantikan kota serta pengindahan lanskap. Sejalan dengan itu, pembentukan modal
tetap (investasi) dalam Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) akan meningkat. Nilai
tambah dari sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran di triwulan III 2014 besar kemungkinan
juga akan mengalami peningkatan signifikan. Dari sisi permintaan agregat, konsumsi baik
oleh swasta maupun pemerintah akan meningkat cukup besar.
Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 22
Penyelenggaraan SRA 2014, sebagaimana yang diyakini banyak pihak, akan memacu
perkembangan sektor pariwisata bahari dan sektor kelautan serta perikanan di Raja Ampat.
Obyek-obyek wisata di Raja Ampat sendiri tengah menikmati publisitas yang sangat tinggi
seperti yang ditunjukkan oleh berbagai publikasi parwisata, panduan wisata atau pencarian
dan review online. SRA 2014 akan lebih meningkatkan lagi popularitasnya. Kendati begitu,
peningkatan reputasi itu bisa menjadi ancaman jika tidak diantisipasi dengan kebijakan yang
tepat. Peningkatan jumlah kunjungan wisata di satu sisi akan meningkatkan ekonomi di
daerah wisata, namun di saat yang sama dapat menurunkan kualitas yang menjadi daya
tariknya. Pada akhirnya, wisatawan enggan untuk kembali, perekonomian kembali ke status
ex ante, namun dengan obyek wisata yang sudah rusak.
Perlu diinformasikan bahwa selain melakukan pembangunan infrastruktur
pendukung, Pemkab Raja Ampat dan Pemprov Papua Barat juga giat mendorong pelaku
usaha lokal khususnya para pengusaha hotel dan penginapan untuk memperbesar kapasitas
layan mereka. Peningkatan kapasitas tersebut jika tidak mampu dimanfaatkan setelah SRA
2014 dapat segera berubah menjadi biaya pemeliharaan yang besar bagi para pelaku usaha.
Hal yang sama berlaku bagi pemda. Jika pembangunan infrastruktur secara masif ditujukan
terutama untuk mendukung perhelatan akbar tersebut, urusan pemeliharaannya akan
menjadi permasalahan besar. Urusan itu akan menjadi masalah jika ternyata tidak banyak
pihak yang menerima manfaat dari pembangunannya, sehingga tidak ada tekanan politik
untuk memprioritaskannya dalam anggaran pemerintah. Infrastruktur yang kurang terawat
pada akhirnya menyebabkan investasi besar yang dilakukan sekarang tidak termanfaatkan di
masa mendatang.
Tantangan dan potensi ancaman bagi perekonomian yang diuraikan sebelumnya,
dapat menjadi momentum untuk memacu pembangunan di Papua Barat secara khusus dan
Kawasan Timur Indonesia, apabila diantisipasi dengan kebijakan publik yang tepat. Agar
dampak positif dari SRA 2014 dapat terus dinikmati para pemangku kebijakan perlu
merancang dan mengimplementasikan kebijakan yang komprehensif terkait pengembangan
industri pariwisata, kelautan dan perikanan yang berkelanjutan; konservasi obyek wisata dan
lingkungan hidup, penyediaan dan pemeliharaan infrastuktur pendukung; edukasi dan
peningkatan peran masyarakat dalam pembangunan; serta pelibatan swasta untuk
mendukung peran pemerintah melaksanakan pembangunan.
Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 23
BAB 2.
PERKEMBANGAN
KEUANGAN DAERAH
I. Keuangan Daerah Provinsi Papua
Dalam asesmen mengenai keuangan daerah di Provinsi Papua akan digunakan data
Anggaran Pendapatan dan Belanja (APBD) Pemerintah Daerah Provinsi (Pemprov) Papua
sebagai representasi perkembangan keuangan pemerintahan daerah (pemda) di Papua.
Secara umum porsi APBD Pemprov tidak mendominasi. Namun demikian, ukuran pemerintah
(size of government) dalam hal fiskal, pemprov secara relatif jauh lebih besar dibandingkan
pemda-pemda lain di perekonomian Papua (lihat Tabel 30). Alasan lainnya adalah bahwa
kompilasi data dari level kabupaten kota tidak dapat dilakukan sewaktu-waktu sesuai
kebutuhan Kajian Ekonomi Regional (KER) Bank Indonesia. Oleh karena itu, untuk assesmen
perkembangan keuangan pemda digunakan data APBD pemprov untuk menggambarkan
aktivitas fiskal di Papua secara keseluruhan.
Tabel 15. Komparasi Ukuran Fiskal Pemda-Pemda di Provinsi Papua
Pemerintah Daerah
Pendapatan Belanja
dalam miliar
rupiah
Kontribusi di
Total Provinsi
dalam miliar
rupiah
Kontribusi di
Total Provinsi
Prov. Papua 10,489.10 30.9% 11,205.10 31.7%
Kab. Asmat 1,090.20 3.2% 1,130.20 3.2%
Kab. Biak Numfor 763.13 2.3% 812.24 2.3%
Kab. Boven Digoel 1,065.77 3.1% 1,072.64 3.0%
Kab. Deiyai 594.42 1.8% 592.92 1.7%
Kab. Dogiyai 655.16 1.9% 757.94 2.1%
Kab. Intan Jaya 913.51 2.7% 911.01 2.6%
Kab. Jayapura 868.21 2.6% 889.84 2.5%
Kab. Jayawijaya 880.21 2.6% 810.41 2.3%
Kab. Kepulauan Yapen 745.79 2.2% 721.79 2.0%
Kab. Lanny Jaya 864.62 2.6% 864.62 2.4%
Kab. Mamberamo Raya 998.52 2.9% 997.02 2.8%
Kab. Mamberamo Tengah 865.34 2.6% 885.44 2.5%
Kab. Merauke 1,674.39 4.9% 1,846.70 5.2%
Kab. Nabire 916.35 2.7% 889.35 2.5%
Kab. Nduga 731.60 2.2% 732.10 2.1%
Kab. Paniai 748.96 2.2% 747.96 2.1%
Kab. Pegunungan Bintang 1,085.42 3.2% 1,092.15 3.1%
Kab. Puncak 1,075.29 3.2% 1,340.52 3.8%
Kab. Puncak Jaya 1,004.67 3.0% 997.67 2.8%
Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 24
Pemerintah Daerah
Pendapatan Belanja
dalam miliar
rupiah
Kontribusi di
Total Provinsi
dalam miliar
rupiah
Kontribusi di
Total Provinsi
Kab. Sarmi 880.17 2.6% 906.01 2.6%
Kab. Supiori 686.32 2.0% 717.82 2.0%
Kab. Tolikara 928.97 2.7% 923.97 2.6%
Kab. Waropen 661.78 2.0% 691.30 2.0%
Kab. Yahukimo 863.66 2.5% 900.92 2.6%
Kab. Yalimo 820.71 2.4% 817.21 2.3%
Kota Jayapura 1,027.70 3.0% 1,057.95 3.0%
TOTAL PAPUA 33,899.98 100.0% 35,312.79 100.0%
Sumber: diolah dari Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan, Kementerian Keuangan Republik Indonesia
Secara umum postur keuangan daerah (sisi belanja ataupun pendapatan) di Papua
mengalami peningkatan pada 2014 (lihat Tabel 31). Kenaikan pada sisi belanja pemerintah
diimbangi dengan kemampuan atau ketersediaan pendanaan untuk melakukan belanja
tersebut yang dicerminkan oleh sisi pendapatan dan pembiayaannya. Untuk belanja
pemerintah, sumber peningkatan belanja tertinggi adalah pos Belanja Langsung (tidak
termasuk Belanja Pegawai), 45,7 persen. Sementara itu, untuk pendapatan, pos Pendapatan
Asli Daerah (PAD) dan Pendapatan Lain-Lain memiliki pertumbuhan tertinggi, sebesar 310,4
persen.
Tabel 16. Perkembangan APBD Pemprov Papua Tahun Anggaran 2013-2014
(dalam miliar rupiah)
Sumber: Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan, Kementerian Keuangan Republik Indonesia
Untuk tahun anggaran 2014, target Pendapatan Pemprov Papua tercatat sebesar
Rp10,49 triliun. Angka tersebut meningkat 28,15 persen dibandingkan dengan 2013. Saat
ini, sumber pendapatan terbesar pemprov adalah dari dana tranfer oleh pemerintah pusat.
Namun demikian, pos tersebut pertumbuhannya relatif stabil, meningkat 2,4 persen secara
keseluruhan. Sementara itu, pos Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan pendapatan lain-lain
memiliki pertumbuhan yang relatif sangat tinggi (lihat Tabel 32). Jika kondisi ini terus
Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 25
berlangsung, maka ke depannya ketergantungan pemda atas pemerintah pusat dapat
semakin berkurang.
Tabel 17. Perkembangan Target Pendapatan Pemerintah Daerah Provinsi Papua
(dalam miliar rupiah)
Sumber: Pemerintah Daerah Provinsi Papua
Dari sisi belanja, pemprov mengalokasikan belanja sebesar Rp11,21 triliun pada
tahun 2014. Angka tersebut meningkat sebesar 24,7 persen jika dibandingkan dengan tahun
2013. Tingginya kenaikan belanja pemprov Papua terutama disebabkan oleh peningkatan
alokasi Belanja Modal (92,1%); Belanja Bantuan Keuangan Bagi Pemda Lain (102,1%); serta
Belanja Barang dan Jasa (27%).
Tabel 18. Perkembangan Struktur Belanja Pemerintah Daerah Provinsi Papua
(dalam miliar rupiah)
Sumber: Pemerintah Daerah Provinsi Papua
PENDAPATAN 8,184.74 10,489.11 28.15%
PENDAPATAN ASLI DAERAH 407.69 762.15 86.94%
Pajak Daerah 326.31 597.34 83.06%
Retribusi Daerah 11.90 50.37 323.24%
Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan 19.89 27.93 40.44%
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah 49.59 86.51 74.44%
PENDAPATAN TRANSFER 7,205.61 7,381.92 2.45%
Dana Perimbangan 2,502.57 2,604.85 4.09%
Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak 479.40 493.14 2.87%
Dana Alokasi Umum 1,889.27 1,991.20 5.40%
Dana Alokasi Khusus 133.90 120.51 -10.00%
Dana Otonomi Khusus & Penyesuaian 4,703.04 4,777.07 1.57%
LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH 571.43 2,345.04 310.38%
APBD 2014 PertumbuhanUraian APBD 2013
URAIAN APBD 2013 APBD 2014 Pertumbuhan
Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 26
1.1 Pendapatan Pemerintah Daerah Provinsi Papua
Per triwulan II-2014, realisasi pendapatan pemprov Papua tercatat sebesar Rp4,09
triliun atau setara 39 persen dari target tahun anggaran ini. Kondisi tersebut relatif mirip
dengan kondisi di kuartal yang sama tahun sebelumnya (39,4%). Pos-pos pendapatan yang
realisasi pencairan atau pengumpulannya masih di bawah 50 persen per tengah tahun
anggaran adalah Pajak Daerah (38,3%); Retribusi Daerah (33,8%); Dana Alokasi Khusus
(30,0%); serta Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian (42,6%). Khusus untuk Dana Otonomi
Khusus dan Penyesuaian, meskipun realisasi hingga pertengahan tahun anggaran masih di
bawah 50 persen, namun pada tahun ini realisasinya relatif lebih tinggi dibandingkan periode
yang sama di tahun 2013 yang hanya mencapai 31,4%.
Tabel 19. Perkembangan Realisasi Pendapatan Pemerintah Daerah Provinsi Papua
(dalam miliar rupiah)
Sumber: Pemerintah Daerah Provinsi Papua
1.2. Pengeluaran Pemerintah Daerah Provinsi Papua
Sama seperti kinerja sisi pendapatan, sisi pengeluaran keuangan pemda secara
umum juga menunjukkan kinerja yang relatif stabil. Per triwulan II 2014, realisasi belanja
pemprov Papua tercatat sebesar Rp1,95 triliun atau setara 19,2 persen total tahun berjalan.
Secara nominal, realisasi tersebut meningkat dibandingkan triwulan II 2013, namun jika
dilihat secara relatif terhadap total belanja, kinerjanya menunjukkan sedikit penurunan.
Penurunan kinerja relatif ini, apabila dicermati sama sekali tidak menunjukkan penurunan
kualitas kapasitas institusional pemda dalam mengelola kebijakan fiskalnya. Penurunan
relatif yang terjadi lebih tepat jika ditafsirkan sebagai cerminan kurangnya fleksibilitas existing
institusi pemda dalam merespon peningkatan alokasi belanjanya. Kenaikan total alokasi
belanja yang cukup tinggi, tidak dapat segera diimbangi dengan kemampuan menyerap
anggaran yang telah dialokasikan.
Nominal Realisasi APBD Nominal Realisasi APBD
PENDAPATAN 3,224.37 39.4% 4,093.81 39.0%
PENDAPATAN ASLI DAERAH 242.94 59.6% 398.69 52.3%
Pajak Daerah 190.08 58.3% 228.71 38.3%
Retribusi Daerah 11.75 98.7% 17.03 33.8%
Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan 0.20 1.0% 32.69 117.0%
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah 40.90 82.5% 120.27 139.0%
PENDAPATAN TRANSFER 2,819.49 39.1% 3,522.60 47.7%
Dana Perimbangan 1,341.28 53.6% 1,489.48 57.2%
Bagi Hasil Pajak & Bagi Hasil Bukan Pajak 199.04 41.5% 291.79 59.2%
Dana Alokasi Umum 1,102.07 58.3% 1,161.53 58.3%
Dana Alokasi Khusus 40.17 30.0% 36.15 30.0%
Dana Otonomi Khusus & Penyesuaian 1,478.21 31.4% 2,033.12 42.6%
LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH 161.94 28.3% 172.52 7.4%
Uraian
Realisasi s.d Triwulan II-2013 Realisasi s.d Triwulan II-2014
Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 27
Hal yang perlu mendapatkan perhatian khusus adalah kemampuan pemda untuk
menyerap alokasi Belanja Modal. Belanja Modal per triwulan II 2014 menunjukkan tingkat
penyerapan terendah (hanya mencapai 1,3%) dibandingkan pos-pos lain. Jika dibandingkan
dengan periode yang sama di 2013, penyerapan ini menunjukkan penurunan yang cukup
signifikan, baik secara nominal maupun relatif terhadap total yang dianggarkan. Realisasi
yang rendah tersebut pada dasarnya cukup wajar, jika memperhatikan pola dan tahapan
administrasi pemerintahan yang harus dilalui dalam pencairannya. Namun demikian, praktik
memacu pencairan sebagian besar alokasi di triwulan III dan IV tahun anggaran pada
gilirannya dapat menyebabkan inefisiensi realisasi anggaran. Inefisiensi tersebut juga akan
berdampak pada kualitas barang dan jasa publik yang dihasilkan. Artinya, peningkatan
alokasi Belanja Modal tidak akan serta-merta berdampak positif terhadap perekonomian
secara umum, jika realisasinya tidak dilakukan secara efisien.
Tabel 20. Perkembangan Realisasi Belanja Pemerintah Daerah Provinsi Papua
(dalam miliar rupiah)
Sumber: Pemerintah Daerah Provinsi Papua
1.3. Surplus, Defisit dan Pembiayaan
Untuk 2014, secara anggaran Pemprov Papua menjalankan anggaran defisit. Kendati
demikian, jika komponen pembiayaan defisit tersebut diperhatikan dengan seksama, maka
dapat ditemukan sumber utama pembiayaannya adalah Sisa Lebih Perhitungan Anggaran
Tahun Sebelumnya (SiLPA). Artinya, defisit fiskal yang terjadi lebih disebabkan oleh mismatch
antara anggaran dan realisasi yang dilakukan oleh pemda, sehingga menyebabkan alokasi
dana di tahun sebelumnya harus di-carry over ke tahun anggaran berjalan. Dalam konteks
demikian, defisit fiskal yang persisten tersebut bukanlah indikasi memburuknya kesehatan
atau keberlanjutan keuangan pemda di Papua. Namun lebih kepada kebijakan balance
budgeting yang dijalankan oleh pemprov.
Nominal Realisasi APBD Nominal Realisasi APBDURAIAN
Realisasi s.d Triwulan II-2013 Realisasi s.d Triwulan II-2014
Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 28
Tabel 21. Perkembangan Keseimbangan Fiskal Pemerintah Provinsi Papua
(dalam miliar rupiah)
Sumber: Pemerintah Daerah Provinsi Papua
Realisasi anggaran per triwulan II 2014 sendiri menunjukkan bahwa sejauh ini
pemprov Papua mengalami surplus anggaran sebesar Rp2,14 triliun. Berdasarkan tren
historis, surplus tersebut diprakirakan akan digunakan sebagian besar di triwulan III dan IV.
Tabel 22. Realisasi APBD Provinsi Papua Triwulan II-2014
(dalam miliar rupiah)
Sumber: Pemerintah Daerah Provinsi Papua
II. Keuangan Daerah Provinsi Papua Barat
Sebagaimana yang dilakukan untuk Provinsi Papua, assesmen akan dilakukan pada level
pemprov saja. Secara umum besaran keuangan daerah di Papua Barat juga mengalami
peningkatan pada 2014 (lihat Tabel 36). Kenaikan pada sisi belanja pemerintah diimbangi
dengan kemampuan atau ketersediaan pendanaan pemda yang dicerminkan oleh sisi
pendapatan dan pembiayaannya. Untuk belanja pemerintah, sumber peningkatan belanja
tertinggi adalah pos Belanja Tidak Langsung (tidak termasuk Belanja Pegawai), 48,4 persen.
Sementara itu, untuk pendapatan, pos Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Pendapatan Lain-
Lain memiliki pertumbuhan tertinggi (43,3%), meskipun kontribusinya dalam total pendapatan
masih relatif sangat kecil.
SURPLUS / (DEFISIT) (150.00) (715.97) 377.31%
PENERIMAAN PEMBIAYAAN DAERAH 25.00 825.97 3203.88%
Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Anggaran Sebelumnya - 825.97 100.00%
PENGELUARAN PEMBIAYAAN DAERAH 175.00 110.00 -37.14%
Pembentukan Dana Cadangan 100.00 - -100.00%
Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah 75.00 110.00 46.67%
Pembayaran Pokok Utang - - 0.00%
PEMBIAYAAN NETTO (150.00) 715.97 -577.31%
URAIANANGGARAN
2013
ANGGARAN
2014PERTUMBUHAN
SURPLUS /(DEFISIT) (715.97) 2,144.08
PENERIMAAN PEMBIAYAAN DAERAH 825.97 -
Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Anggaran Sebelumnya 825.97
PENGELUARAN PEMBIAYAAN DAERAH 110.00 90.00
Pembentukan Dana Cadangan -
Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah 110.00 90.00
Pembayaran Pokok Utang -
PEMBIAYAAN NETTO 715.97 (90.00)
URAIANANGGARAN
2014
Realisasi s.d
Triwulan II-2014
Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 29
Tabel 23. Perkembangan Target Pendapatan Pemerintah Daerah
Provinsi Papua Barat (dalam miliar rupiah)
Sumber: Pemerintah Daerah Provinsi Papua Barat
Untuk tahun anggaran 2014, Pemprov Papua Barat menargetkan Pendapatan
sebesar Rp5,27 triliun. Angka tersebut meningkat sebesar 24 persen, jika dibandingkan
dengan 2013. Dari seluruh sumber pendapatan pemda, pos dana transfer oleh pemerintah
pusat mendominasi total pendapatan. Pos tersebut juga memiliki peningkatan yang cukup
tinggi (33,1%), terutama didorong oleh kenaikan Dana Bagi Hasil (DBH). DBH yang
sebelumnya nilainya hanya separuh nilai Dana Alokasi Umum (DAU), kini memiliki nilai yang
sama dengan DAU. Sementara itu, pos Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan pendapatan lain-
lain memiliki pertumbuhan yang relatif sama dengan Pendapatan Transfer (lihat Tabel 36).
Artinya ke depan, kebijakan fiskal daerah di Papua Barat masih akan sangat terpengaruh
kebijakan fiskal pemerintah pusat.
Tabel 24. Perkembangan Struktur Belanja Pemerintah Daerah Provinsi Papua Barat
(dalam miliar rupiah)
Sumber: Pemerintah Daerah Provinsi Papua Barat
PENDAPATAN 4,253.30 5,270.32 23.9%
PENDAPATAN ASLI DAERAH 142.25 203.78 43.3%
Pajak Daerah 117.03 165.99 41.8%
Retribusi Daerah 0.95 0.77 -19.3%
Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan 4.96 13.00 162.0%
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah 19.30 24.03 24.5%
PENDAPATAN TRANSFER 4,111.06 5,066.53 23.2%
Dana Perimbangan 1,700.89 2,393.67 40.7%
Bagi Hasil Pajak & Bagi Hasil Bukan Pajak 571.08 1,210.19 111.9%
Dana Alokasi Umum 1,064.87 1,122.26 5.4%
Dana Alokasi Khusus 64.93 61.22 -5.7%
Dana Otonomi Khusus & Penyesuaian 2,410.17 2,672.86 10.9%
LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH - - 0.0%
APBD 2013 APBD 2014 PertumbuhanUraian
Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 30
Dari sisi belanja, pemprov mengalokasikan belanja sebesar Rp5,87 triliun pada 2014.
Angka tersebut meningkat sebesar 38 persen jika dibandingkan dengan 2013. Tingginya
kenaikan belanja pemprov Papua Barat terutama disebabkan oleh peningkatan alokasi
Belanja Modal (61,7%); Belanja Bantuan Keuangan Bagi Pemda Lain (146%); serta Belanja
Bagi Hasil kepada pemerintah lainnya (31,5%).
2.1 Pendapatan Pemerintah Daerah Provinsi Papua Barat
Realisasi pendapatan pemprov Papua Barat tercatat sebesar Rp2,01 triliun atau setara
38 persen dari target tahun anggaran ini. Dibandingkan periode yang sama di 2013, realisasi
pendapatan total menunjukkan penurunan. Triwulan II 2013 mencatatkan nilai realisasi
Rp2,47 triliun (58,1%). Namun demikian, angka realisasi yang tinggi di 2013 tampaknya
bukan merupakan kecenderungan perilaku fiskal Papua. Di 2013, terlihat realisasi DBH
mencapai 181,1 persen atau melebihi dari target anggaran. Persentase realisasi yang tinggi
itu lebih diakibatkan oleh perubahan kebijakan alokasi dana transfer oleh pemerintah pusat
di tengah tahun anggaran berjalan. Sementara itu, realisasi di pos-pos selain DBH, pola 2014
menunjukkan kemiripan dengan yang di 2013. Pos-pos pendapatan yang realisasi pencairan
atau pengumpulannya di bawah 50 persen per tengah tahun anggaran adalah DBH (32,0%);
DAK (30,0%); serta Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian (30,9%). Untuk PAD, secara
keseluruhan telah melampaui 50 persen dari yang ditargetkan.
Tabel 25. Realisasi Pendapatan Provinsi Papua Barat Triwulan II-2014
(dalam miliar rupiah)
Sumber: Pemerintah Daerah Provinsi Papua Barat
1.2. Pengeluaran Pemerintah Daerah Provinsi Papua Barat
Per triwulan II-2014, Pemprov Papua Barat telah merealisasikan Rp1,36 triliun
anggaran belanjanya atau setara 23,2 persen total tahun berjalan. Realisasi tersebut jauh
meningkat, baik secara nominal maupun proporsi total alokasi, dibandingkan triwulan II 2013.
Nominal Realisasi APBD Nominal Realisasi APBD
PENDAPATAN 2,469.99 58.1% 2,007.77 38.1%
PENDAPATAN ASLI DAERAH 50.26 35.3% 121.11 59.4%
Pajak Daerah 36.30 31.0% 98.34 59.2%
Retribusi Daerah 0.84 88.3% 0.60 77.8%
Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan - 0.0% - 0.0%
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah 13.12 68.0% 22.18 92.3%
PENDAPATAN TRANSFER 2,419.73 58.9% 1,886.66 37.2%
Dana Perimbangan 1,674.64 98.5% 1,060.63 44.3%
Bagi Hasil Pajak & Bagi Hasil Bukan Pajak 1,033.99 181.1% 387.62 32.0%
Dana Alokasi Umum 621.18 58.3% 654.65 58.3%
Dana Alokasi Khusus 19.48 30.0% 18.36 30.0%
Dana Otonomi Khusus & Penyesuaian 745.08 30.9% 826.02 30.9%
LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH - - - -
Uraian
Realisasi s.d Triwulan II-2013 Realisasi s.d Triwulan II-2014
Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 31
Pos yang realisasi tengah tahunnya telah melampaui 50 persen adalah pos Belanja Bantuan
Sosial dan Belanja Bagi Hasil. Selain kedua pos belanja tersebut, rata-rata realisasinya masih
jauh di bawah 50 persen.
Tabel 26. Realisasi Pengeluaran Provinsi Papua Barat Triwulan I-2014
(dalam miliar rupiah)
Sumber: Pemerintah Daerah Provinsi Papua Barat
1.3. Surplus, Defisit dan Pembiayaan
Sama seperti Papua, secara anggaran Pemprov Papua Barat menjalankan kebijakan
fiskal defisit, meskipun secara riil sebenarnya yang dilakukan merupakan kebijakan balance
budgeting. Realisasi anggaran per triwulan II 2014 sendiri menunjukkan bahwa pemprov
Papua Barat mencatatkan surplus sebesar Rp647,87 miliar. Berdasarkan praktik yang umum
terjadi di berbagai daerah, penggunaan surplus dan realisasi berbagai pos belanja
diprakirakan akan dipacu di triwulan III dan IV.
Tabel 27. Realisasi Pembiayaan Provinsi Papua Barat Triwulan I-2014
(dalam miliar rupiah)
Sumber: Pemerintah Daerah Provinsi Papua Barat
Nominal Realisasi APBD Nominal Realisasi APBDURAIAN
Realisasi s.d Triwulan II-2013 Realisasi s.d Triwulan II-2014
SURPLUS /(DEFISIT) (599.86) 647.87
PENERIMAAN PEMBIAYAAN DAERAH 649.88 0.00
Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Anggaran Sebelumnya 649.88 0.00
PENGELUARAN PEMBIAYAAN DAERAH 50.00 -
Pembentukan Dana Cadangan - -
Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah 50.00 -
Pembayaran Pokok Utang - -
PEMBIAYAAN NETTO 599.88 0.00
Realisasi s.d
Triwulan II-2014URAIAN ANGGARAN 2014
Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 32
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 33
BAB 3.
PERKEMBANGAN HARGA
1. Provinsi Papua
1.1. Kondisi Umum Provinsi Papua
Pada tahun 2014, inflasi Provinsi Papua dihitung berdasarkan pencapaian inflasi Kota
Jayapura dan Kota Merauke. Sampai dengan periode triwulan II-2014, inflasi Provinsi Papua5
tercatat sebesar 7,40% (yoy) lebih rendah dibandingkan triwulan I-2014 yang tercatat sebesar
9,58% (yoy). Jika dilihat secara triwulanan, Papua tercatat mengalami deflasi sebesar -0,78%
(qtq) atau berbalik arah jika dibandingkan dengan triwulan I-2014 yang mengalami inflasi
sebesar 2,34% (qtq). Jika dibandingkan dengan inflasi nasional, laju inflasi tahunan Papua
tercatat lebih tinggi, dimana inflasi nasional pada triwulan II-2014 tercatat sebesar 6,70%
(yoy).
Secara umum, pencapaian inflasi tahunan yang terjadi pada triwulan II-2014 masih
diakibatkan oleh masih terekamnya dampak kenaikan harga BBM yang terjadi pada tahun
lalu, dimana indeks harga beberapa Komoditas barang yang tergolong kedalam bahan
makanan, kelompok transpor, komunikasi & jasa keuangan dan kelompok makanan jadi
masih mencatatkan inflasi tahunan yang cukup tinggi. Namun demikian, jika dilihat secara
triwulanan inflasi pada triwulan II-2014 justru mengalami penurunan yang signifikan. Hasil
produksi beberapa komoditas pertanian dan perikanan yang relatif meningkat akibat Kondisi
cuaca yang mendukung turut menjamin terjaganya pasokan bagi kebutuhan masyarakat di
5 Perhitungan Inflasi tahunan Provinsi Papua dilakukan dengan menggunakan pendekatan bobot
kabupaten/kota yang dirilis oleh BPS Nasional.
-4.00
-2.00
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
I II III IV I II III IV I II
2012 2013 2014
Inflasi Papua mtm Inflasi Nasional mtmInflasi Papua yoy Inflasi Nasional yoy
Grafik 24. Perbandingan Inflasi Papua dengan Inflasi Nasional
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah
Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 34
Papua. Selain itu, terjaganya kelancaran pasokan barang yang berasal dari daerah lain ke
Papua juga turut mendorong terkendalinya harga barang-barang pada triwulan laporan.
Deflasi triwulanan Papua secara dominan disumbang oleh penurunan indeks kelompok
bahan makanan yang nilainya mencapai -4,67% (qtq) dan kelompok Transpor, Komunikasi &
Jasa Keuangan yang tercatat mengalami penurunan sebesar 0,93% (qtq), sedangkan
kelompok barang dan jasa lainnya mengalami kenaikan. Hal tersebut terjadi karena tingginya
besaran penurunan kelompok bahan makanan disamping kelompok tersebut juga memiliki
bobot penilaian yang paling besar. Dapat diinformasikan juga bahwa kelompok barang dan
jasa yang mengalami kenaikan pada triwulan laporan adalah sebagai berikut : kelompok
Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau sebesar 0,99% (qtq), kelompok Perumahan,
Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar sebesar 0,27% (qtq), kelompok kesehatan sebesar 0,33%
(qtq), kelompok sandang sebesar 0,16% (qtq), serta kelompok kelompok Pendidikan,
Rekreasi dan Olahraga sebesar 0,12% (qtq).
1.1.1. Kondisi Umum Inflasi Kota Jayapura
Sampai dengan bulan Juni 2014, inflasi tahunan Kota Jayapura tercatat sebesar 6,87%
(yoy). Pencapaian inflasi Jayapura lebih rendah jika dibandingkan dengan pencapaian inflasi
Provinsi Papua, namun inflasi kota Jayapura masih lebih tinggi jika dibandingkan dengan
pencapaian inflasi tahunan nasional yang mencapai 6,70% (yoy). Jika dilihat secara
triwulanan, inflasi Jayapura tercatat mengalami penurunan atau deflasi sebesar 1,24% (qtq),
berbalik arah jika dibandingkan dengan pencapaian pada triwulan yang sama tahun
sebelumnya yang mengalami inflasi sebesar 2,12% (qtq).
Pada triwulan II-2014, deflasi kelompok bahan makanan menjadi penyumbang utama
terjadinya deflasi secara triwulanan yang tercatat sebesar -6,58% (qtq). Melimpahnya
pasokan komoditas perikanan dan pertanian (a.l bumbu-bumbuan, sayur-sayuran, dll.)
menjadi penyebab penurunan indeks harga kelompok bahan makanan. Sementara itu,
hampir seluruh kelompok lainnya justru mengalami inflasi secara triwulanan meskipun
besaran kenaikannya relatif kecil. Kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan
mencatatkan inflasi tertinggi sebesar 1,17% (qtq), akibat adanya kenaikan harga tarif
angkutan udara dan laut yang biasanya terjadi ketika masa liburan sekolah. Penyumbang
inflasi terbesar selanjutnya adalah kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau
sebesar 1,10% (qtq), kelompok kesehatan sebesar 0,31% (qtq) dan kelompok perumahan,
air, listrik dan bahan bakar sebesar 0,30% (qtq).
Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 35
Tabel 28. Perkembangan Inflasi Kota Jayapura
Sumber: BPS Provinsi Papua
1.1.2. Disagregasi dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Inflasi
Jika dilihat berdasarkan inflasi tahunan, hampir seluruh kelompok disagregasi (core,
volatile food, dan administered) tercatat mengalami inflasi. Akan tetapi, secara triwulanan
laju inflasi berdasarkan disagregasi kelompok menunjukan arah yang cukup beragam. Pada
triwulan II-2014, inflasi triwulanan kelompok inti (core) tercatat sebesar 0,20% (qtq). Adapun
penyumbang inflasi pada kelompok ini adalah sub sarana penunjang transpor akibat
meningkatnya harga beberapa suku candang kendaraan atau alat angkut lainnya yang terjadi
menjelang periode liburan dan arus mudik, sub kelompok makanan jadi akibat meningkatnya
harga makanan seperti kue kaleng, kue kering, dll., sub kelompok penyelenggaraan rumah
tangga akibat meningkatnya harga beberapa barang rumah tangga dan sub kelompok
minuman yang tidak beralkohol. Pada dasarnya, menjelang pelaksanaan ibadah puasa harga
beberapa barang kebutuhan pokok memang cenderung mengalami kenaikan harga sebagai
akibat dari persiapan distributor untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang meningkat
menjelang ramadhan dan hari raya idul fitri.
Selanjutnya, kelompok volatile food pada triwulan laporan justru mencatatkan deflasi
sebesar -6,84% (qtq). Angka penurunan tersebut dinilai cukup tinggi mengingat secara pola
historis kelompok tersebut selalu mencatatkan inflasi setiap waktunya. Penurunan yang
cukup signifikan terjadi pada harga beberapa komoditas pertanian dan perikanan sebagai
akibat meningkatnya pasokan seiring semakin membaiknya kondisi cuaca pada pertengahan
tahun 2014. Adapun secara lebih detail pencapaian deflasi tersebut disumbang oleh
beberapa sub kelompok sebagai berikut: sub kelompok ikan segar akibat menurunnya harga
ikan di pasaran seperti: ekor kuning, salam, cakalang,dll., sub kelompok bumbu-bumbuan
akibat menurunnya harga cabai merah, cabai rawit dan bawang merah, sub kelompok sayur-
sayuran akibat menurunnya harga buncis, bayam, sawi dan tomat dan sub kelompok daging
dan hasilnya akibat menurunnya harga daging sapi dan daging ayam.
IHK MTM YTD QTQ YOY IHK MTM YTD QTQ YOY IHK MTM YTD QTQ YOY
Bahan Makanan 162.66 4.36 7.12 6.28 7.12 122.27 1.56 5.71 5.71 13.81 114.22 -3.11 -1.25 -6.58 8.73
Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 163.91 0.89 8.18 3.28 8.18 113.14 0.19 1.98 1.98 9.50 114.38 0.48 3.10 1.10 8.78
Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar 131.56 0.18 9.18 1.07 9.18 112.80 0.07 1.90 1.90 6.30 113.14 0.19 2.20 0.30 5.42
Sandang 137.61 -0.02 4.07 0.64 4.07 106.35 0.44 0.71 0.71 5.09 106.36 0.27 0.72 0.01 5.39
Kesehatan 119.92 0.32 3.80 0.89 3.80 104.60 0.09 0.16 0.17 4.33 104.92 0.24 0.47 0.31 3.43
Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 118.39 0.02 3.73 0.02 3.73 106.60 0.00 0.00 0.00 3.92 106.71 0.00 0.10 0.10 3.98
Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan 135.98 0.41 11.97 0.01 11.97 110.93 1.01 -0.48 -0.48 9.91 112.23 0.98 0.68 1.17 7.13
Inflasi Jayapura 143.68 1.48 8.27 2.52 8.27 113.68 0.68 2.12 2.12 9.07 112.27 -0.44 0.85 -1.24 6.87
TW I
20142013
Kelompok Komoditi TW II
2014
Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 36
Sementara itu, inflasi triwulanan pada kelompok administered prices tercatat relatif tinggi
sebesar 1,15% (qtq). Pencapaian inflasi tersebut terjadi seiring adanya kenaikan harga pada
kelompok transportasi. Hal tersebut terjadi karena adanya peningkatan harga tiket pesawat
udara yang terjadi pada masa libur sekolah dan menjelang pelaksanaan bulan Ramadhan.
Selain itu, adanya kenaikan Tarif Dasar Listrik (TDL) oleh Pemerintah juga turut menyumbang
inflasi yang berasal dari sub kelompok bahan bakar, penerangan dan air.
Tabel 29. Disagregasi Inflasi Kota Jayapura
Sumber: BPS diolah
Grafik 25. Disagregasi Inflasi Kota Jayapura Grafik 26. Perkembangan Survei Konsumen
Sumber: BPS Provinsi Papua Sumber: KPwBI Papua & Papua Barat
1.2 Inflasi Menurut Kelompok Komoditas
1.2.1 Kelompok Bahan Makanan
Kelompok bahan makanan mengalami deflasi sebesar -4,67% (qtq), pencapaian tersebut
berbalik arah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat mengalami inflasi sebesar
5,11% (qtq). Hasil produksi beberapa komoditas pertanian dan perikanan yang relatif
meningkat akibat Kondisi cuaca yang mendukung serta lancarnya pasokan beberapa
komoditas bahan makanan dari daerah pemasok semakin menjamin terjaganya pasokan bagi
bagi kebutuhan masyarakat di Papua. Secara spesifik, sub kelompok yang menjadi
penyumbang deflasi terbesar, adalah: sub kelompok ikan segar (ikan ekor kuning, salam,
cakalang,dll.), sub kelompok bumbu-bumbuan (cabai merah, cabai rawit dan bawang merah),
sub kelompok sayur-sayuran (buncis, bayam, sawi dan tomat) dan sub kelompok daging dan
hasilnya (daging sapi dan daging ayam).
I II III IV I II III IV I II
Inflasi Core (mtm) -0.25 1.15 -0.54 2.34 -1.61 0.24 -0.52 2.94 0.15 0.22
Inflasi Core (qtq) 0.19 0.38 0.85 2.88 1.09 0.90 1.53 3.08 1.05 0.20
Inflasi Core (yoy) 2.58 1.47 3.05 4.35 5.29 5.83 6.55 9.53 5.15 4.75
Inflasi Volatile (mtm) -4.18 1.00 1.94 4.95 -7.16 -0.56 -3.70 2.40 1.90 -3.53
Inflasi Volatile (qtq) -2.86 2.13 3.75 4.41 -0.06 -1.75 6.01 3.09 6.20 -6.84
Inflasi Volatile (yoy) 0.79 3.60 3.96 7.46 10.55 6.36 8.68 11.10 14.37 9.32
Inflasi Adm Price (mtm) 0.13 0.15 0.42 0.00 0.18 3.40 0.01 1.00 0.94 1.18
Inflasi Adm Price (qtq) 0.13 0.19 0.47 0.20 1.08 4.85 10.45 1.80 0.70 1.15
Inflasi Adm Price (yoy) 0.87 0.73 1.00 1.00 1.95 6.70 17.30 18.30 16.86 11.56
20142013
Adm
Price
2012
Core
Volatile
Foods
Komponen Disagregasi
Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 37
1.2.2. Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau
kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau adalah komoditas barang yang
mengalami inflasi tertinggi pada triwulan laporan. Kelompok ini pada triwulan II-2014
mengalami inflasi triwulanan sebesar 0,99% (qtq). Secara triwulanan inflasi tersebut lebih
rendah jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 2,94% (yoy).
Terjadinya inflasi pada kelompok makanan jadi disebabkan oleh adanya pelaksanaan pileg
dan event piala dunia 2014. Hal tersebut menyebabkan terjadinya kenaikan harga akibat
adanya tekanan permintaan terhadap beberapa produk makanan jadi seperti kue kering, kue
basah, minuman kaleng, dsb. Adapun, sub kelompok yang menjadi penyumbang inflasi
terbesar, adalah: sub kelompok Makanan Jadi dan sub kelompok Minuman yang tidak
beralkohol.
1.2.3 Kelompok Perumahan, Air Dan Listrik.
Kelompok ini pada triwulan laporan mengalami inflasi sebesar 0,27% (qtq), angka
tersebut lebih rendah dari inflasi pada triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 2,03%
(qtq). Inflasi pada kelompok ini relatif berada pada level yang cukup terkendali. Meningkatnya
harga beberapa barang-barang kebutuhan rumah tangga (seperti sabun dan pembersih) serta
harga beberapa perlengakapan rumah tangga (terutama peralatan makan dan karpet)
menjadi penyumbang inflasi kelompok ini. Adapun sub kelompok lainnya yang turut
mendorong inflasi adalah sub kelompok biaya tempat tinggal yang terjadi sebagai akibat
meningkatnya harga komoditas bahan-bahan bangunan (seperti: batu bata, cat, pasir, kayu,
dll.).
1.2.4. Kelompok Sandang
Pada triwulan II-2014, Kelompok sandang mengalami inflasi sebesar 0,16% (qtq), angka
tersebut lebih rendah dibandingkan inflasi yang tercatat pada triwulan sebelumnya sebesar
0,69% (qtq). Faktor pendorong inflasi di sektor sandang disebabkan oleh meningkatnya
ongkos jahit pakaian yang seringkali terjadi beberapa waktu sebelum perayaan Idul Fitri
sebagai akibat dari meningkatnya permintaan.
1.2.5 Kelompok Kesehatan
Kelompok ini pada triwulan II-2014 mengalami inflasi sebesar 0,33% (qtq), lebih rendah
dibandingkan inflasi pada triwulan sebelumnya sebesar 0,70% (qtq). Masih terjadinya inflasi
pada triwulan laporan akibat kenaikan harga pada sub kelompok jasa perawatan jasmani dan
kosmetika akibat menigkatnya harga perawatan kecantikan serta kenaikan pada sub
kelompok jasa perawatan jasmani.
Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 38
1.2.6. Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga
Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olah raga pada triwulan II-2014 mengalami inflasi
0,12% (qtq), angka tersebut lebih tinggi jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya
sebesar 0,01% (qtq). Kenaikan inflasi pada kelompok ini terjadi sebagai akibat meningkatnya
harga kebutuhan rekreasi seiring memasuki masa liburan panjang sekolah. Namun demikian,
kenaikan inflasi pada kelompok ini tidak terlalu memberikan dampak yang signifikan
terhadap pencapaian inflasi secara keseluruhan. Hal ini dikarenakan kecilnya bobot inflasi
dari jenis kelompok ini.
1.2.7. Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan
Kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan pada triwulan II-2014
mengalami inflasi sebesar 0,93% (qtq), berbalik arah jika dibandingkan triwulan sebelumnya
yang mencatatkan deflasi sebesar 0,84% (qtq). Meningkatnya tekanan inflasi pada triwulan
laporan dibandingkan triwulan sebelumnya didorong terutama disebabkan oleh adanya
peningkatan yang berasal dari sub kelompok transpor dan sub kelompok sarana penunjang
transpor sebagai akibat adanya adanya kenaikan permintaan jasa transportasi selama masa
liburan sekolah.
2. Provinsi Papua Barat
2.1. Kondisi Inflasi Secara Umum
Pada triwulan II-2014, inflasi gabungan di Provinsi Papua Barat tercatat sebesar 5.27%
(yoy) atau secara triwulanan tercatat mengalami inflasi yang rendah sebesar 0,78% (qtq).
Angka pertumbuhan tahunan inflasi sedikit mengalami penurunan jika dibandingkan dengan
triwulan I-2014 yang tercatat pada level 5,77% (yoy), sementara secara triwulanan terjadi
peningkatan dari triwulan sebelumnya yang sebesar 0,30% (qtq). Inflasi tahunan di Kota
Manokwari tercatat sebesar 3,53% (yoy), lebih tinggi jika dibandingkan angka inflasi pada
triwulan sebelumnya sebesar 3,46% (yoy). selanjutnya, inflasi tahunan Kota Sorong juga
tercatat pada level yang cukup terkendali, yaitu sebesar 4,47% (yoy). Angka tersebut lebih
rendah dibandingkan pencapaian inflasi pada triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar
6,56% (yoy). Selain itu, dapat diinformasikan juga bahwa pencapaian inflasi Papua Barat juga
lebih rendah dibandingkan dengan inflasi nasional yang tercatat sebesar 6,7% (yoy).
Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 39
Tabel 30. Perkembangan Inflasi Provinsi Papua Barat
Sumber: BPS Provinsi Papua Barat
2.2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Inflasi
Inflasi triwulanan di Provinsi Papua Barat pada triwulan II-2014 terjadi hampir pada
semua kelompok komoditas barang dan jasa. Inflasi tertinggi di Papua Barat berasal dari
kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau yang tercatat sebesar 2,71% (qtq).
Inflasi tertinggi berikutnya disumbangkan oleh kelompok perumahan, air, listrik, gas dan
bahan bakar sebesar 0,91% (qtq). Meningkatnya inflasi dari kelompok makanan jadi,
minuman, rokok dan tembakau terjadi akibat adanya peningkatan permintaan masyarakat
yang terjadi seiring adanya perayaan event sepak bola dunia dan pemilu legislatif. Selain itu,
meningkatnya harga beberapa barang perlengkapan rumah tangga serta bahan-bahan
material bangunan menjadi penyebab dari terjadinya inflasi pada kelompok Perumahan, Air,
Listrik, Gas & Bahan Bakar.
Sepanjang triwulan II-2014, Inflasi tahunan dan triwulanan atas seluruh kelompok
barang dan jasa di Provinsi Papua Barat adalah sebagai berikut: kelompok bahan makanan
mencatatkan inflasi tahunan sebesar 3,66% (yoy) atau secara triwulanan sebesar 0,10%
(qtq); kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau mencatatkan inflasi tahunan
sebesar sebesar 8,00% (yoy) atau secara triwulanan sebesar 2,71% (qtq); kelompok
Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar mencatatkan inflasi tahunan sebesar 4,40% (yoy)
atau secara triwulanan sebesar 0,91% (qtq); kelompok sandang mencatatkan inflasi tahunan
sebesar -0,72% (yoy) atau secara triwulanan sebesar 0,12% (qtq); kelompok kesehatan
mencatatkan inflasi tahunan sebesar 5,71% (yoy) atau secara triwulanan 0,90% (qtq);
kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga mencatatkan inflasi tahunan sebesar 3,56%
(yoy) atau secara triwulanan sebesar 0,34% (qtq); kelompok Transpor, Komunikasi & Jasa
Keuangan mencatatkan inflasi tahunan sebesar 10,00% (yoy) atau secara triwulanan sebesar
0,66% (qtq).
IHK MTM YTD QTQ YOY IHK MTM YTD QTQ YOY IHK MTM YTD QTQ YOY
Bahan Makanan 192.33 1.68 9.53 1.46 9.53 109.88 -0.95 -0.18 -0.18 4.15 109.99 -0.19 -0.09 0.10 3.66
Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 190.76 0.36 6.06 9.32 6.06 108.67 0.12 0.57 0.57 5.66 111.62 0.61 3.31 2.71 8.00
Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar 145.66 0.21 5.34 -3.85 5.34 107.10 0.35 0.81 0.81 5.03 108.07 0.24 1.72 0.91 4.40
Sandang 122.17 -0.14 -2.41 -3.99 -2.41 100.81 0.11 0.28 0.28 -1.26 100.93 0.10 0.40 0.12 -0.72
Kesehatan 144.80 1.24 4.77 2.92 4.77 106.47 0.04 0.65 0.65 4.95 107.43 0.25 1.57 0.90 5.71
Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 132.56 0.30 1.27 2.36 1.27 105.29 0.02 0.00 0.00 3.36 105.65 0.11 0.34 0.34 3.56
Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan 134.98 0.71 11.72 -2.42 11.72 111.34 0.48 0.24 0.24 14.07 112.07 -1.25 0.90 0.66 10.00
Inflasi Papua Barat (Inflasi MTM,YOY, QTQ = %) 163.94 0.91 7.28 1.06 7.28 108.41 -0.10 0.30 0.30 5.77 109.26 -0.11 1.08 0.78 5.27
Kelompok Komoditi
2014
TW I2013
2014
TW II
Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 40
2.2.1 Kelompok Bahan Makanan
Kelompok bahan makanan pada triwulan II-2014 mengalami inflasi triwulanan sebesar -
0,10% (qtq), angka tersebut lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya yang tercatat
mengalami deflasi sebesar -0,18% (qtq). Seperti di Provinsi Papua, kondisi tersebut terjadi
seiring melimpahnya pasokan beberapa komoditas pertanian dari beberapa sentra produksi
yang terdapat di wilayah Papua Barat akibat semakin baiknya kondisi cuaca serta lancarnya
pasokan dari daerah penghasil. Sedangkan inflasi terjadi pada beberapa sub kelompok
lainnya seperti: sub kelompok lemak dan minyal akibat meningkatnya harga kelapa, sub
kelompok Padi-padian, Umbi-umbian dan Hasilnya akibat meningkatnya harga sagu dan
aneka mie serta sub kelompok daging dan hasilnya akibat naiknya harga daging ayam.
2.2.2 Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau
Kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau pada triwulan II-2014 tercatat
mengalami inflasi triwulanan sebesar 2,71% (qtq), angka tersebut lebih tinggi jika
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 0,57% (qtq). Tingginya
inflasi pada triwulan laporan terjadi seiring adanya penyelenggaraan Piala Dunia dan pemilu
legislatif yang turut mendorong tingkat konsumsi masyarakat terhadap beberapa jenis barang
seperti: rokok, makanan ringan, snack dan minuman kaleng.
2.2.3 Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar
Kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar pada triwulan laporan mengalami
inflasi triwulanan sebesar 0,91% (qtq), angka tersebut lebih tinggi dari triwulan sebelumnya
yang tercatat sebesar 0,81% (qtq). inflasi triwulanan terjadi pada sub kelompok perlengkapan
rumah tangga yang menjadi pendorong utama terjadinya inflasi pada kelompok perumahan,
air, listrik, gas dan bahan bakar, sebagai akibat dari meningkatnya beberapa komoditas
seperti: pembasmi nyamuk, kain gorden, pengharum ruangan, dll. Selain sub kelompok
perlengkapan rumah tangga, sub kelompok biaya tempat tinggal juga mengalami inflasi
sebagai akibat dari meningkatnya harga beberapa beberapa komoditas bahan-bahan
bangunan (seperti: pasir, seng, kayu lapis, dll.).
2.2.4. Kelompok Sandang
Kelompok sandang pada triwulan II-2014 mencatatkan deflasi sebesar 0,12% (qtq),
angka tersebut berbalik arah dari triwulan sebelumnya yang mengalami inflasi sebesar 0,28%
(qtq). Deflasi pada kelompok sandang terutama disebabkan oleh kenaikan pada sub
kelompok sandang wanita dan barang pribadi, sedangkan komoditas yang mengalami
kenaikan harga antara lain beberapa jenis pakaian dan emas perhiasan.
Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 41
2.2.5. Kelompok Kesehatan
Kelompok kesehatan pada periode laporan mencatat inflasi triwulanan sebesar 0,90%
(qtq), lebih tinggi dari triwulan sebelumnya sebesar 0,65% (qtq). Inflasi pada kelompok ini
disumbang oleh sub kelompok obat-obatan khususnya akibat meningkatnya harga obat
gosok.
2.2.6 Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga
Kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga pada triwulan II-2014 mengalami inflasi
triwulanan sebesar 0,34% (qtq). Inflasi pada kelompok ini dapat dikatakan tidak terlalu
memberikan dampak yang signifikan terhadap pencapaian inflasi secara keseluruhan. Hal ini
dikarenakan minimnya kontribusi yang diberikan.
2.2.7. Kelompok Transport, Komunikasi & Jasa Keuangan
Kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan pada triwulan laporan mengalami
inflasi triwulanan sebesar 0,66% (qtq), inflasi triwulanan tersebut lebih tinggi dari triwulan
sebelumnya sebesar 0,24% (qtq). Peningkatan harga paling signifikan teramati pada sub
kelompok transpor akibat meningkatnya harga tarif angkutan udara (tiket pesawat) dan tarif
angkutan laut (kapal pelni). Peningkatan tarif angkutan merupakan suatu hal yang seringkali
terjadi terutama pada masa libur sekolah.
Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 42
Suplemen 2.
Mengenal Jenis-Jenis Survei yang Dilakukan Oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia
Prov. Papua & Papua Barat
Salah satu fungsi dari Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Papua & Papua Barat
adalah melakukan kajian dan penelitian atas kondisi ekonomi di wilayah kerjanya. Saat ini
hasil penelitian dan kajian tersebut secara rutin dipublikasikan dalam bentuk Kajian Ekonomi
Regional kepada beberapa pihak yang dinilai membutuhkan, serta beberapa hasil penelitian
lainnya dilaporkan kepada Kantor Pusat Bank Indonesia untuk dijadikan sebagai bahan
dalam memutuskan suatu kebijakan. Penelitan tersebut tentunya harus didukung dengan
terjaminnya ketersediaan data-data yang valid, aktual dan komprehensif. Oleh sebab itu itu,
dalam rangka menjamin tercapainya kondisi-kondisi tersebut, saat ini Kantor perwakilan Bank
Indonesia Prov. Papua & Papua Barat telah melakukan sejumlah survei yang ditujukan
kepada beberapa jenis dan golongan masyarakat yang berada di Prov. Papua & Papua Barat.
Adapun beberapa jenis survei yang telah dilakukan tersebut diantaranya, adalah:
1. Survei Konsumen
Survei konsumen merupakan suatu survei yang dilakukan oleh Bank Indonesia dalam
rangka untuk memperoleh gambaran mengenai beberapa kondisi yang terkait dengan
pola konsumsi masyarakat di suatu daerah. Adapun beberapa indikator yang dijadikan
sebagai acuan dalam survei ini adalah mengenai kondisi pendapatan masyarakat, tingkat
pembelian masyarakat terhadap barang tahan lama (durable good), ekpektasi
masyarakat terhadap kondisi perekonomian, dsb.
2. Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU)
Berbeda halnya dengan Survei Konsumen, Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU)
dilakukan untuk memperoleh kondisi/gambaran atas kinerja, perkembangan dan
hambatan dari dunia usaha yang terdapat di suatu daerah. Perlu ditekankan bahwa hasil
dari survei ini adalah bersifat rahasia, dimana Bank Indonesia tidak akan pernah
membocorkan hasil survei yang bersifat individual kepada pihak-pihak lain. Sebagai
informasi, Survei ini dilakukan secara triwulanan. Saat ini Survei Kegiatan Dunia Usaha
(SKDU) telah dilakukan di 6 (enam) kota besar yang terdapat di wilayah Papua & Papua
Barat, seperti: Jayapura, Sorong, Manokwari, Merauke, Biak dan Timika.
3. Survei Pemantauan Harga (SPH)
Survei Pementauan Harga dilakukan oleh Bank Indonesia dalam rangka sebagai
pegangan dan acuan dalam memantau dan mengendalikan inflasi di daerah. Survei ini
dilakukan secara mingguan dimana responden dalam survei ini adalah para pedagang
baik yang berada di pasar modern maupun pasar tradisional.
Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 43
BAB 4.
PERKEMBANGAN PERBANKAN
1. Perkembangan Umum Perbankan Wilayah Papua
Secara umum, kinerja perbankan di Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat pada
triwulan II-2014 cukup menggembirakan. Hal ini tercermin dari pertumbuhan beberapa
indikator perbankan yang cukup signifikan. Fungsi intermediasi perbankan terlihat mengalami
peningkatan sebagaimana tercermin dari pertumbuhan dana pihak ketiga di sisi pasiva
perbankan yang tumbuh sebesar 15,55% (yoy). Sementara disisi aktiva, kredit perbankan
tumbuh cukup signifikan sebesar 17,80% (yoy) dan mendorong meningkatnya loan to deposit
rate (LDR) perbankan menjadi sebesar 60,37% (yoy) pada triwulan II-2014 dari 59,22% (yoy)
pada triwulan II-2013. Namun demikian, LDR tersebut masih jauh dibawah batas atas yang
telah ditentukan dengan mempertimbangkan tingkat kesehatan perbankan.
Tabel 31. Perkembangan Perbankan Wilayah Papua (Miliar)
Sumber: KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat * Data BPR Terbatas Periode Desember 2013
Secara umum, total aktiva perbankan tumbuh sebesar 16,16% (yoy) yang mana
pertumbuhan tersebut turut didorong melalui tumbuhnya angka penyaluran kredit sebesar
Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 44
17,80% (yoy). Sesuai dengan historisnya, kredit konsumsi dan modal kerja menjadi porsi
terbesar dalam kredit yang diberikan dengan total share mencapai +85% dan tumbuh cukup
tinggi masing-masing sebesar 13,64% (yoy) dan 24,70% (yoy). Sementara itu, walaupun share
kredit investasi masih relatif kecil, namun jenis kredit ini selalu mengalami pertumbuhan yang
konsisten setiap waktunya. Pertumbuhan kredit perbankan yang positif tidak diimbangi oleh
perbaikan kualitas kredit yang disalurkan. Hal tersebut dapat terlihat dari adanya peningkatan
angka Non Performing Loan (NPL) pada triwulan II-2014 yang cukup signifikan menjadi
sebesar 2,84%, meskipun pencapaian tersebut masih berada dibawah batas maksimal yang
ditetapkan. Namun adanya tren kenaikan NPL yang cukup persisten dalam beberapa waktu
terakhir harus tetap diwaspadai.
Tabel 32. Perkembangan NPL Persektor
Sumber: KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat * Data BPR Terbatas Periode Desember 2013
Pada sisi pasiva, peningkatan dana pihak ketiga terutama disumbang oleh peningkatan
deposito dengan pertumbuhan sebesar 26,36% (yoy) dan diikuti oleh tabungan sebesar
9,46% (yoy) serta giro sebesar 16,06% (yoy). Meningkatnya pertumbuhan deposito di wilayah
Papua terutama disebabkan oleh adanya animo masyarakat untuk mengalokasikan sebagian
dananya dalam bentuk deposito.
II. Perbankan Provinsi Papua
2.1. Perkembangan Umum
Secara umum kinerja perbankan di Provinsi Papua masih sangat baik seperti tercermin
dari beberapa indikator, antara lain: pertumbuhan aset sebesar 14,76% (yoy), DPK sebesar
13,99 (yoy), dan kredit yang disalurkan sebesar 14,69% (yoy).
Besarnya pertumbuhan kredit yang lebih tinggi dari pertumbuhan DPK menyebabkan
meningkatnya LDR perbankan di Provinsi Papua menjadi sebesar 58,07% (yoy) atau
meningkat sebesar 0,36% (yoy) dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya yang
hanya mencapai 57,71% (yoy). Meningkatnya LDR pada triwulan berjalan tidak diiringi oleh
perbaikan rasio kredit bermasalah atau Non Performing Loan (NPL) yang pada triwulan II-
I I I I I I IV I I I I I I IV I* II*
Pertanian 1.23% 1.30% 2.00% 2.04% 1.86% 2.86% 3.23% 1.55% 1.53% 1.82%
Pertambangan 0.38% 0.41% 0.43% 0.61% 0.78% 0.88% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00%
Industri Pengolahan 1.19% 1.32% 1.15% 1.93% 4.00% 5.04% 3.89% 4.86% 7.36% 17.39%
Listrik,Gas dan Air 8.49% 8.94% 10.28% 10.00% 12.50% 9.33% 9.09% 8.57% 8.11% 6.67%
Konstruksi 1.34% 1.45% 1.20% 1.13% 1.47% 2.23% 2.98% 2.48% 2.55% 4.13%
Perdagangan, Hotel dan Restoran 1.16% 1.28% 1.11% 1.81% 2.40% 2.44% 2.57% 2.42% 2.67% 3.15%
Angkutan dan Komunikasi 1.07% 1.25% 0.61% 0.40% 0.37% 0.65% 1.47% 1.14% 1.21% 8.09%
Jasa Dunia Usaha 0.36% 0.42% 0.26% 0.94% 1.77% 2.43% 2.82% 1.95% 2.26% 2.68%
Jasa Sosial 1.42% 1.51% 1.32% 0.77% 1.22% 1.47% 1.70% 1.50% 1.79% 2.33%
Lain-lain 1.35% 1.49% 1.59% 1.01% 0.99% 1.10% 1.32% 1.21% 1.36% 1.62%
Total 1.28% 1.41% 1.34% 1.27% 1.54% 1.80% 2.00% 1.79% 2.00% 2.84%
20132012NPL PAPUA & PAPUA BARAT
(%)
2014
Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 45
2014 tercatat sebesar 3,16% atau meningkat sebesar 1,37% dibandingkan triwulan yang
sama di tahun sebelumnya.
Tabel 33. Perkembangan Perbankan Provinsi Papua (Rp. Miliar)
Sumber: KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat * Data BPR Terbatas Periode Desember 2013
2.2 Aset Perbankan
Pada triwulan II-2014, total aset perbankan di Provinsi Papua tercatat sebesar Rp 43,53
triliun. Dari jumlah itu, Bank Umum Milik Pemerintah (BUMP) masih menjadi pelaku dominan
dengan pangsa aset sebesar 82,03% dari total keseluruhan perbankan yang beroperasi di
Provinsi Papua. Sementara itu, pangsa Bank Umum Swasta Nasional (BUSN) berada pada
urutan selanjutnya dengan pangsa sebesar 16,57% dan BPR hanya memiliki pangsa aset
sebesar 1,40% (Periode Desember 2013). Adapun saat ini nilai aset secara nominal untuk
Bank Umum Milik Pemerintah dan Bank Umum Swasta Nasional (BUSN) masing-masing
mencapai angka Rp 35,70 triliun dan Rp 7,21 triliun, sedangkan aset BPR mencapai Rp 609
miliar. Pertumbuhan aset tersebut terutama didorong oleh tingginya pertumbuhan kredit yang
mencapai 14,69% (yoy).
Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 46
Grafik 27. Perkembangan Aset Perbankan Provinsi Papua Grafik 28. Komposisi Aset Perbankan
Sumber: KPwBI Papua & Papua Barat * Data BPR Terbatas Periode Desember 2013
2.3. Dana Pihak Ketiga (DPK) Perbankan
DPK perbankan Provinsi Papua mencapai Rp 32,89 triliun yang terdiri dari giro sebesar
Rp 12,47 triliun, tabungan sebesar Rp 12,50 triliun dan deposito sebesar Rp 7,93 triliun.
Dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya, pertumbuhan deposito tercatat
paling besar yakni sebesar 27,50% (yoy) diikuti oleh pertumbuhan giro sebesar 12,44% (yoy)
dan pertumbuhan tabungan yang tercatat sebesar 8,20% (yoy).
Sementara itu, dilihat dari share masing-masing kelompok bank, Bank Pemerintah masih
mendominasi dengan share sebesar 79,59% diikuti kelompok bank swasta 19,71% dan
kelompok BPR 0,70% (periode desember 2013). Salah satu penyebab masih tingginya
dominasi Bank Pemerintah dalam menghimpun DPK di Provinsi Papua adalah besarnya dana
alokasi APBD dan Dana Otonomi Khusus Pemerintah Daerah Provinsi, Kota dan Kabupaten
yang ditempatkan pada Bank Pembangunan Daerah (BPD) Papua maupun Bank Pemerintah
lainnya.
Tabel 34. Perkembangan DPK Perbankan Provinsi Papua (Rp. Miliar)
Sumber: KPwBI Papua & Papua Barat * Data BPR Terbatas Periode Desember 2013
I II III IV I II III IV I* II*
Bank Pemerintah 18,288 20,246 21,741 20,278 20,207 22,805 24,083 22,640 22,544 26,185 10.49%
Giro 7,698 9,219 11,182 6,227 7,535 9,963 11,343 6,665 7,709 10,479 -2.12%
Deposito 2,956 3,005 3,073 2,971 3,435 3,566 3,254 3,772 4,741 5,832 16.22%
Tabungan 7,634 8,022 7,486 11,080 9,237 9,277 9,486 12,203 10,094 9,874 21.00%
Bank Swasta 5,303 5,364 4,496 6,098 5,955 5,842 5,981 6,784 6,502 6,486 12.28%
Giro 1,822 1,949 1,541 1,738 1,663 1,127 1,492 2,413 2,033 1,990 -8.77%
Deposito 1,523 1,501 1,277 2,083 1,972 2,493 2,170 1,669 1,841 1,930 29.48%
Tabungan 1,958 1,914 1,678 2,277 2,320 2,222 2,319 2,702 2,628 2,566 18.50%
BPR 237 207 217 203 203 216 230 229 229 229 -14.54%
Deposito 191 154 162 149 149 159 171 166 166 166 -21.86%
Tabungan 46 53 55 53 53 56 59 63 63 63 16.07%
Total DPK Provinsi Papua 23,828 25,817 26,454 26,579 26,364 28,862 30,294 29,653 29,172 32,900 10.64%
Giro 9,521 11,169 12,723 7,965 9,198 11,089 12,835 9,078 9,742 12,469 -3.39%
Deposito 4,670 4,660 4,511 5,203 5,557 6,218 5,595 5,504 6,645 7,928 18.99%
Tabungan 9,638 9,989 9,220 13,410 11,610 11,555 11,864 14,968 12,785 12,503 20.47%
20142013 Growth
(yoy)
2012Kelomok Bank
Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 47
Grafik 29. Perkembangan Indikator Dana Pihak Ketiga Provinsi Papua
Sumber: KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat * Data BPR Terbatas Periode Desember 2013
2.4. Penyaluran Kredit Perbankan
Walaupun sampai dengan pertengahan tahun tahun 2014, tingkat suku bunga
perbankan masih belum mengalami penurunan yang signifikan, hal ini tidak terlalu
mempengaruhi kinerja kredit perbankan di Provinsi Papua. Hal tersebut dapat terlihat dari
perkembangan kredit di Provinsi Papua yang mampu tumbuh secara signifikan sebesar
14,69% (yoy). Secara lebih mendalam, Pertumbuhan kredit dengan peruntukan modal kerja
tumbuh sebesar 19,37% (yoy), kredit konsumsi sebesar 13,51% (yoy) dan kredit investasi
sebesar 7,15% (yoy). Tingginya pertumbuhan kredit tersebut tidak terlepas dari tingginya
konsumsi masyarakat dan semakin pesatnya pertumbuhan dunia usaha di Provinsi Papua.
Selain itu, pertumbuhan yang cukup pesat juga tampak dari sektor-sektor produktif yang
bersifat jangka menengah hingga panjang seperti pembangunan ruko, investasi berbagai alat
berat untuk Selain itu, kebutuhan kredit untuk pembangunan infrastruktur ditenggarai
menjadi pendorong pertumbuhan kredit dari segi investasi.
Jika dilihat dari penggunaannya maka penyaluran kredit konsumsi cukup dominan
dengan share sebesar 47%, modal kerja 39% dan investasi 14%. Besarnya kucuran kredit
konsumsi antara lain untuk kendaraan bermotor dan kredit perumahan termasuk ruko, dan
pembelian alat-alat rumah tangga. Sementara itu, kredit untuk sektor perdagangan hotel dan
restoran umumnya adalah untuk hal-hal yang bersifat modal kerja seperti biaya pembelian
Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 48
barang modal ( barang dagangan), biaya distribusi, penyediaan makan dan minum bagi
restoran, dan lain-lain.
Tabel 35. Perkembangan Indikator Kredit Perbankan Provinsi Papua
Sumber: KPwBI Papua & Papua Barat * Data BPR Terbatas Periode Desember 2013
Grafik 30. Perkembangan Kredit Perbankan Provinsi Papua Grafik 31. Komposisi Kredit Perbankan
Sumber: KPwBI Papua & Papua Barat * Data BPR Terbatas Periode Desember 2013
2.5 LDR Dan NPL
Peran perbankan sebagai lembaga intermediasi antara pihak yang mengalami kelebihan
dana dan pihak yang membutuhkan dana di Provinsi Papua masih belum sepenuhnya
optimal, dimana hal tersebut dapat tercermin dari pencapaian LDR pada triwulan laporan
yang hanya mencapai 58,07%, dimana angka tersebut masih dibawah target yang diterapkan.
Tingginya alokasi dana perimbangan dari Pemerintah Pusat menyebabkan kenaikan jumlah
DPK yang cukup besar bagi perbankan yang beroperasi di Provinsi Papua, hal tersebut
tentunya menyebabkan angka LDR yang relatif stagnan meskipun pada saat yang sama
kenaikan nilai penyaluran kredit tercatat cukup signifikan. Selain itu, jaringan kantor
perbankan dengan tingkat tertinggi adalah kantor wilayah (3 Bank Umum) serta 1 Kantor
pusat Bank Umum (BPD) yang masih terpusat pada daerah tertentu ditengarai juga menjadi
salah satu penyebab masih rendahnya LDR di Papua. Level jaringan kantor cabang Perbankan
yang kecil menunjukkan kewenangan pemberian kredit yang juga lebih kecil. Selain itu, masih
terbatasnya kemampuan UMKM dalam mendapatkan fasilitas pendanaan dari Perbankan
Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 49
(bankable) juga menjadi salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya pencapaian LDR di
Provinsi Papua.
Ditengah LDR yang masih dibawah target, kualitas kredit perbankan Papua masih
tergolong dalam batas rentang aman seperti tercermin dari pencapaian NPL sebesar 3,16%
yang masih berada di bawah batas maksimal yang ditetapkan. Berdasarkan sektor ekonomi;
sektor industri pengolahan serta sektor angkutan & komunikasi menjadi sektor yang cukup
berisiko seperti terlihat dari NPL sektor ini masing-masing mencapai 20,92% dan 11,98%.
Adapun untuk Sektor ekonomi lainnya (sektor pertambangan, pertanian, konstruksi, PHR, jasa
dunia usaha, jasa sosial dan lainnya) masih mencatatkan NPL yang relatif rendah (dibawah
10%)
Sumber: KpwBI Provinsi Papua & Papua Barat
2.6. Kredit Mikro, Kecil dan Menengah (MKM)
Pertumbuhan Kredit MKM di Provinsi Papua dinilai cukup signifikan. Hal itu tercermin dari
rasio kredit mikro, kecil dan menengah (UMKM) terhadap total kredit keseluruhan yang
mencapai sebesar 41,03% (yoy) dengan nilai sebesar Rp 7,84 triliun. Nilai itu mengalami
pertumbuhan sebesar 35,08% (yoy) dibandingkan dengan posisi yang sama tahun
sebelumnya. Pangsa kredit MKM di Provinsi Papua hampir setiap periode mengalami
pertumbuhan positif dengan angka pertumbuhan yang relatif konstan. Dapat diinformasikan
juga bahwa proporsi penyaluran kredit bagi UMKM ditargetkan sebesar 43,63% dari total
penyaluran kredit secara keseluruhan di Papua, yang mana artinya pencapaian saat ini masih
berada dibawah target. Target tersebut harus diupayakan agar dapat tercapai mengingat
terjadinya peningkatan penyaluran kredit UMKM mengindikasikan terjadinya pertumbuhan
sektor riil yang pada akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat Papua.
I I I I I I IV I I I
Pertanian 0.85% 1.15% 1.32% 0.88% 1.13% 1.82%
Pertambangan 1.27% 1.47% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00%
Industri Pengolahan 4.29% 5.65% 4.96% 5.10% 8.09% 20.92%
Listrik,Gas dan Air 13.64% 10.00% 10.00% 9.38% 9.09% 8.11%
Konstruksi 1.91% 2.46% 3.17% 3.02% 3.45% 5.94%
Perdagangan, Hotel dan Restoran 2.08% 2.20% 2.24% 2.13% 2.52% 3.17%
Angkutan dan Komunikasi 0.67% 0.86% 1.25% 1.37% 1.73% 11.98%
Jasa Dunia Usaha 1.94% 2.85% 2.89% 2.01% 2.57% 2.63%
Jasa Sosial 1.44% 1.76% 1.89% 1.74% 1.97% 2.70%
Lain-lain 0.98% 1.12% 1.28% 1.20% 1.36% 1.70%
Total 1.49% 1.79% 1.89% 1.74% 2.04% 3.16%
2013NPL PAPUA (%)
2014
Tabel 36. Perkembangan Indikator Perbankan Papua Grafik 32. Perkembangan NPL & LDR
Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 50
Tabel 37. Perkembangan Kredit UMKM Perbankan Provinsi Papua
Sumber: KPWBI Papua & Papua Barat * Data BPR Terbatas Periode Desember 2013
2.7. Stabilitas Sistem Keuangan Provinsi Papua
2.7.1. Ketahanan Sektor Korporasi Provinsi Papua
Secara umum, kredit yang disalurkan kepada sektor usaha utama di Provinsi
Papua masih menujukan tren yang mengalami peningkatan. Hingga bulan Juni 2014,
penyaluran kredit sektor korporasi oleh perbankan di Provinsi Papua mencapai Rp
10,15 triliun atau mengalami peningkatan sebesar 15,69% (yoy). Sektor usaha
pertanian dan pengangkutan mencatatkan pertumbuhan tertinggi sebesar 184,76%
(yoy) dan 47,60% (yoy). Akan tetapi, seperti pada triwulan sebelumnya, khusus untuk
kredit terhadap sektor pertambangan pada triwulan laporan masih mengalami
penurunan. Hal ini terjadi seiring adanya sentimen perlambatan kinerja sektor
pertambangan di Provinsi Papua. Dari sisi pangsa kredit, sektor perdagangan masih
memiliki pangsa tertinggi sebesar 51,58%. Selanjutnya sektor kontruksi mengambil
pangsa sebesar 13,78%, sektor jasa sosial masyarakat sebesar 12,05% dan sektor
pertanian sebesar 7,58%.
Jika dilihat dari kualitas penyaluran kredit yang diberikan kepada sektor utama
di Papua dapat dikatakan bahwa secara keseluruhan kondisinya masih berada pada
tahap yang cukup aman dengan pencapaian Non Performing Loan (NPL) yang masih
berada dibawah 5%. Akan tetapi, jika dilihat secara sektoral, sektor industri
pengolahan, sektor angkutan, sektor LGA dan sektor kontruksi memiliki pencapaian
NPL yang berada di atas 5%. Namun demikian, karena nilai sektor-sektor tersebut
yang tidak terlalu besar menyebabkan pencapaian NPL secara keseluruhan masih
berada pada level yang relatif aman.
Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 51
Sumber:KPwBI Papua & Papua Barat
2.7.2. Ketahanan Sektor Rumah Tangga Provinsi Papua
Tingkat penyaluran kredit kepada sektor rumah tangga di Provinsi Papua masih
menunjukkan suatu pertumbuhan yang nilainya relatif tinggi. Pertumbuhan tersebut
didorong oleh pertumbuhan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dan Kredit multiguna yang
mana pada triwulan II-2014 masing-masing berhasil tumbuh sebesar 40,93% (yoy)
dan 20,44% (yoy). Dari total kredit konsumsi yang disalurkan sebesar Rp 8,44 triliun,
pangsa kredit multiguna tercatat sebesar 38,88%, sedangkan kredit KPR dan KKB
memiliki pangsa masing-masing sebesar 16,93% dan 0.76%, sedangkan sisanya
merupakan kredit rumah tangga maupun peruntukan konsumsi lainnya. Selanjutnya
diinformasikan juga bahwa penyaluran kredit kepada sektor rumah tangga di Provinsi
Papua dinilai masih memiliki ketahanan yang cukup baik. Hal tersebut terlihat dari
pencapaian nilai NPL secara keseluruhan yang masih jauh dibawah angka 5 %.
Sumber:KPwBI Papua & Papua Barat
Grafik 33. Pertumbuhan Kredit Sektor Utama
Prov. Papua Grafik 34. Perkembangan NPL Kredit Sektor Utama
Prov. Papua
Grafik 35. Pertumbuhan Kredit RT
Prov. Papua Grafik 36. Perkembangan NPL Kredit RT
Prov. Papua
Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 52
2.7.3. Pembiayaan Sektor Usaha Kecil dan Menengah (UMKM)
Kinerja penyaluran kredit terhadap sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah
(UMKM) di Provinsi Papua setiap waktunya selalu mengalami pertumbuhan yang
cukup menggembirakan. Pada triwulan II-2014, kredit UMKM di Papua tercatat
berhasil tumbuh sebesar 35,08% (yoy). Penyaluran kredit UMKM memiliki pangsa
sebesar 41,03% dari keseluruhan kredit yang disalurkan di Provinsi Papua. Nilai kredit
UMKM yang berhasil disalurkan di Provinsi Papua adalah sebesar Rp 7,84 triliun.
Kredit UMKM untuk peruntukan modal kerja memegang pangsa sebesar 75,27% yang
mana angka tersebut lebih tinggi dibandingkan kredit UMKM dengan peruntukan
investasi yang hanya tercatat sebesar 24,72%. Pembiayaan terhadap sektor UMKM
merupakan suatu hal yang harus diberikan perhatian lebih, hal tersebut mengingat
besarnya kontribusi UMKM dalam mendorong taraf hidup masyarakat ke tingkat yang
lebih tinggi.
Sumber:KPwBI Papua & Papua Barat
III. Perbankan Provinsi Papua Barat
3.1 Perkembangan Umum
Secara umum perbankan di Provinsi Papua Barat mengalami perkembangan yang cukup
baik. Hal tersebut tercermin dari beberapa indikator utama seperti total aktiva, dan DPK
Perbankan pada triwulan II-2014. Total aset perbankan Provinsi Barat pada triwulan II-2014
mencapai Rp 12,80 triliun atau meningkat cukup signifikan sebesar 21,21% (yoy) sementara
total DPK mencapai Rp 11,69 triliun atau meningkat 20,18% (yoy) dibandingkan periode yang
sama tahun sebelumnya.
Searah dengan hal tersebut, penyaluran kredit mencapai Rp 7,82 triliun atau tumbuh
sebesar 26,16% (yoy) dengan rasio LDR mencapai 66,85%. Pesatnya pertumbuhan kredit
tersebut juga masih diimbangi oleh kualitas kredit yang cukup baik dengan pencapaian NPL
Grafik 37. Pertumbuhan Kredit MKM
Prov. Papua Grafik 38. Perkembangan NPL Kredit MKM
Prov. Papua
Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 53
yang cukup rendah sebesar 2,05%, atau masih jauh di bawah ambang batas maksimal yang
ditetapkan sebesar 5%.
Tabel 38. Perkembangan Perbankan Provinsi Papua Barat
Sumber: KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat
Sejalan dengan kondisi yang juga terjadi di Papua, pencapaian LDR oleh perbankan di
Papua Barat masih dibawah target yang disebabkan oleh relatif terbatasnya sektor usaha
yang layak untuk dibiayai, sementara beberapa perusahaan besar memperoleh kebutuhan
dana dari perbankan di luar Papua maupun dari perusahaan induknya (parent company).
3.2 Total Aset
Secara total, aset perbankan Papua Barat mencapai Rp 12,80 triliun atau tumbuh
21,21% (yoy) dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Sejalan dengan kondisi di
Provinsi Papua, dominasi Bank-bank Pemerintah di Papua Barat masih relatif cukup tinggi
dengan pangsa 90,43% sedangkan bank swasta hanya 7,84% dan BPR 1,73%.
Grafik 39. Perkembangan Aset Perbankan Papua Barat Grafik 40. Komposisi Aset Perbankan
Sumber: KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat * Data BPR Terbatas Periode Desember 2013
Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 54
3.3. Dana Pihak Ketiga (DPK) Perbankan
DPK perbankan Provinsi Papua Barat mencapai Rp 11,69 triliun yang terdiri dari giro Rp
5,24 triliun, tabungan Rp 4,32 triliun dan deposito Rp 2,13 triliun. Apabila dibandingkan
dengan periode yang sama tahun sebelumnya, seluruh komponen mengalami pertumbuhan
yang signifikan kecuali untuk tabungan yang tumbuh terbatas, adapun rinciannya adalah
sebagai berikut: giro sebesar 25,65% (yoy), deposito sebesar 22,25% (yoy), dan tabungan
sebesar 13,26% (yoy). Searah dengan perkembangan aset, share bank pemerintah masih
mendominasi sebesar 90,76% diikuti oleh kelompok bank swasta dengan pangsa 7,91% dan
BPR sebesar 1,33% terhadap total keseluruhan DPK di Provinsi Papua Barat.
Grafik 41. Perkembangan DPK Provinsi Papua Barat
Sumber: KPwBI Papua & Papua Barat * Data BPR Terbatas Periode Desember 2013
3.4. Penyaluran Kredit Perbankan
Total penyaluran kredit sampai dengan triwulan II-2014 mencapai sebesar Rp 7,82 triliun
atau tumbuh sebesar 26,16% (yoy) dibanding periode yang sama tahun 2013. Berdasarkan
penggunaannya, kredit modal kerja memiliki pangsa tertinggi sebesar 47,28%, diikuti oleh
kredit konsumsi dengan share 37,65%, dan diikuti oleh kredit investasi 15,06%.
Tabel 39. Kredit Perbankan Provinsi Papua Barat
Sumber: KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat * Data BPR Terbatas Periode Desember 2013
I I I I I I IV I I I I I I IV I* II*
Modal Kerja 1915 2198 2351 2574 2507.8 2698.8 2777.9 2884 3287 3695
Pertumbuhan Modal Kerja 20.44% 25.53% 23.02% 34.27% 30.96% 22.78% 18.16% 12.04% 31.07% 36.91%
Investasi 411 522 610 651 709.96 915.4 969.62 1004 1157.1 1177.1
Pertumbuhan investasi 30.89% 51.74% 71.83% 59.56% 72.74% 75.36% 58.95% 54.22% 62.99% 28.59%
Kredit Konsumsi 1851 1910 2013 2172 2371 2580 2762 2843 2907.6 2942.6
Pertumbuhan Kredit Konsumsi 42.60% 32.27% 36.94% 33.74% 28.09% 35.08% 37.21% 30.89% 22.63% 14.05%
Provinsi Papua Barat2012 2013 2014
Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 55
Grafik 42. Perkembangan Kredit Provinsi Papua Barat Grafik 43. Komposisi Kredit Perbankan
Sumber: KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat * Data BPR Terbatas Periode Desember 2013
Sementara itu, jika dilihat berdasarkan sektor ekonomi, kredit terbesar didominasi oleh
kredit sektor lain-lain yakni yang mencakup kredit untuk ruko, KPR dan pembiayaan
kendaraan bermotor yang mencapai 45,51% dari total kredit, diikuti kredit perdagangan,hotel
dan restoran sebesar 31,55%
Tabel 40. Kredit Perbankan Berdasarkan Sektor Ekonomi
Sumber: KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat
3.5. LDR dan NPL
Pada triwulan II-2014, dicapainya pertumbuhan DPK yang lebih rendah dibandingkan
dengan pertumbuhan penyaluran kredit oleh perbankan mengakibatkan meningkatnya
pencapaian Loan To Deposit (LDR) menjadi sebesar 66,85% atau meningkat sebesar 3,17%
(yoy) dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Pencapaian LDR yang masih
terbatas menunjukan bahwa fungsi intermediasi perbankan di Provinsi Papua Barat belum
menunjukkan fungsi yang optimal. Namun demikian mengingat pencapaian tersebut masih
dibawah target serta dengan mempertimbangkan masih besarnya peluang penyaluran kredit
yang dapat dilakukan oleh perbankan di Provinsi Papua Barat angka LDR tersebut diharapkan
masih dapat ditingkatkan ke level yang lebih tinggi.
Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 56
Ditengah masih belum tercapainya target LDR Perbankan di Provinsi Papua Barat, pada
triwulan laporan kualitas kredit yang disalurkan oleh perbankan di Papua Barat juga masih
berada dalam rentang yang cukup aman, meskipun adanya kenaikan yang cukup persisten
juga perlu untuk diwaspadai. Hal tersebut dapat tercermin dari adanya kenaikan NPL yang
menjadi sebesar 2,05% pada triwulan II-2014 dari 1,93% pada triwulan II-2013. Kedepannya
perbankan di Provinsi Papua Barat diharapkan agar senantiasa dapat menjaga kualitas kredit,
hal tersebut diperlukan guna mencegah timbulnya risiko gagal bayar (default risk) yang akan
dihadapi oleh masing-masing bank.
Sumber: KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat
3.6. Kredit Mikro, Kecil dan Menengah.
Kredit Mikro, Kecil, dan Menengah (MKM) yang disalurkan perbankan Provinsi Papua
Barat pada triwulan II-2014 mencapai Rp 3,65 triliun. Kredit MKM tersebut didominasi oleh
kredit menengah dengan share 23,12%, kemudian kredit kecil sebesar 16,78% dan kredit
usaha mikro sebesar 6,86%. Pangsa kredit MKM di Provinsi Papua Barat hampir setiap
periode mengalami pertumbuhan positif dengan angka pertumbuhan yang relatif signifikan.
Selain itu, proporsi penyaluran kredit bagi UMKM Provinsi Papua Barat yang mencapai
sebesar 46,76% dari total kredit keseluruhan telah tercapai merupakan suatu hal yang
menggembirakan mengingat terjadinya peningkatan penyaluran kredit UMKM yang signifikan
mengindikasikan terjadinya pertumbuhan sektor riil yang pada akhirnya dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat Papua.
I I I I I I IV I I I
Pertanian 8.82% 17.74% 20.00% 6.48% 2.91% 1.83%
Pertambangan 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00%
Industri Pengolahan 2.94% 3.56% 1.97% 4.03% 5.52% 8.21%
Listrik,Gas dan Air 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00%
Konstruksi 0.25% 1.59% 2.40% 1.34% 0.80% 1.09%
Perdagangan, Hotel dan Restoran 3.16% 2.97% 3.34% 3.07% 2.99% 3.09%
Angkutan dan Komunikasi 0.00% 0.36% 1.74% 0.76% 0.36% 0.99%
Jasa Dunia Usaha 1.34% 1.54% 2.67% 1.82% 1.69% 2.77%
Jasa Sosial 0.42% 0.26% 0.87% 0.64% 1.24% 1.41%
Lain-lain 1.02% 1.01% 1.44% 1.22% 1.33% 1.40%
Total 1.66% 1.93% 2.28% 1.93% 1.90% 2.05%
2013NPL PAPUA BARAT (%)
2014
Tabel 41. Perkembangan Indikator Perbankan Papua Barat Grafik 44. Perkembangan NPL & LDR
Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 57
Tabel 42. Perkembangan Kredit UMKM Provinsi Papua Barat (Rp Miliar)
Sumber: KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat
3.7. Stabilitas Sistem Keuangan Provinsi Papua Barat
3.7.1. Ketahanan Sektor Korporasi Provinsi Papua Barat
Penyaluran kredit terhadap sektor usaha utama di Provinsi Papua Barat masih
menunjukan peningkatan yang cukup baik. Seluruh sektor ekonomi pada triwulan II-
2014 mengalami akselerasi pertumbuhan yang cukup baik. Hingga bulan Maret
2014, dari total kredit sektor korporasi yang nilai penyalurannya mencapai sebesar Rp
4,75 triliun, sektor perdagangan mengambil pangsa tertinggi sebesar 51,73%.
Selanjutnya sektor kontruksi dengan pangsa sebesar 17,46%, sektor jasa sosial
masyarakat dengan pangsa sebesar 10,42%, dan sektor pengangkutan dengan
pangsa sebesar 6,36%. Adapun jika dilihat dari kualitas penyaluran kredit yang
diberikan kepada sektor utama di provinsi Papua Barat dapat dikatakan bahwa
hampir seluruh sektor masih berada pada tahap yang cukup aman dengan
pencapaian Non Performing Loan (NPL) yang berada dibawah 5%, tercatat hanya
sektor industri pengolahan yang memiliki NPL lebih dari 5% (yaitu sebesar 8,21%).
Sumber:KPwBI Papua & Papua Barat
Grafik 45. Pertumbuhan Kredit Sektor Utama
Prov. Papua Barat Grafik 46. Perkembangan NPL Kredit Sektor Utama
Prov. Papua Barat
Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 58
3.7.2. Ketahanan Sektor Rumah Tangga Provinsi Papua Barat
Tingkat penyaluran kredit kepada sektor rumah tangga di Provinsi Papua Barat
masih menujukan pertumbuhan yang relatif tinggi. Pertumbuhan tersebut didorong
oleh pertumbuhan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dan Kredit Kepemilikan Barang
(KKB) yang mana pada triwulan II-2014 masing-masing berhasil tumbuh sebesar
45,71% (yoy) dan 8,33% (yoy). Dari total kredit konsumsi yang disalurkan sebesar Rp
2,90 triliun, pangsa kredit multiguna tercatat sebesar 41,00%, sedangkan kredit KPR
dan KKB memiliki pangsa masing-masing sebesar 19,34% dan 1.34%, sedangkan
sisanya merupakan kredit rumah tangga maupun untuk peruntukkan konsumsi
lainnya. Penyaluran kredit kepada sektor rumah tangga di Provinsi Papua Barat dinilai
masih memiliki ketahanan yang cukup baik. Hal tersebut tercermin dari pencapaian
nilai NPL yang masih jauh dibawah angka 5 %.
Sumber:KPwBI Papua & Papua Barat
3.7.3. Pembiayaan Sektor Usaha Kecil dan Menengah (UMKM)
Kinerja penyaluran kredit terhadap sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah
(UMKM) di Provinsi Papua Barat selalu mengalami pertumbuhan. Pada triwulan II-
2014, kredit UMKM di Papua Barat tercatat berhasil tumbuh sebesar 43,70% (yoy).
Kredit terhadap UMKM memiliki pangsa sebesar 46,76% dari keseluruhan kredit yang
disalurkan di Provinsi Papua Barat. Nilai kredit UMKM yang berhasil disalurkan di
Provinsi Papua Barat adalah sebesar Rp 3,65 triliun. Kredit UMKM untuk peruntukan
modal kerja memegang pangsa sebesar 74,14% lebih tinggi dibandingkan kredit
UMKM untuk investasi yang tercatat sebesar 25,83%. Pembiayaan terhadap sektor
UMKM dinilai masih memiliki prospek yang cukup baik seiring dengan terus
bertumbuhnya jumlah UMKM dan semakin baiknya prospek perkembangan ekonomi
di Provinsi Papua Barat kedepan.
Grafik 47. Pertumbuhan Kredit RT
Prov. Papua Barat Grafik 48. Perkembangan NPL Kredit RT
Prov. Papua Barat
Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 59
Sumber:KPwBI Papua & Papua Barat
Grafik 49. Pertumbuhan Kredit MKM
Prov. Papua Barat Grafik 50. Perkembangan NPL Kredit MKM
Prov. Papua Barat
Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 60
Suplemen 3.
Pelaporan Perbankan Pasca Terbentuknya Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
Pada tahun 2014, fungsi pengawasan Perbankan secara resmi telah berpindah dari
Bank Indonesia kepada Otoritas Jasa Keuangan. Oleh karena itu, mengacu kepada UU No. 21
Tahun 2011, segala kegiatan yang terkait pengawasan dan pengaturan Perbankan sudah
menjadi kewenangan dan tanggung jawab lembaga baru tersebut. Berdasarkan ketentuan
tersebut, salah satu fungsi turunan dalam bidang pengawasan perbankan yang dapat
dilakukan oleh Otoritas Jasa Keuangan adalah terkait dengan penyampaian laporan
Perbankan.
Pelaporan yang disampaikan oleh Perbankan merupakan suatu hal yang sangat
penting karena data tersebut memiliki manfaat yang besar baik bagi Otoritas Jasa Keuangan
maupun bagi Bank Indonesia. Bagi Otoritas Jasa Keuangan, data hasil dari pelaporan
Perbankan dapat digunakan sebagai dasar acuan dalam memantau tingkat kesehatan suatu
Bank secara dini serta untuk hal lainnya yang terkait kegiatan pengawasan industri keuangan.
Sedangkan bagi Bank Indonesia, data hasil pelaporan Perbankan memiliki kegunaan dalam
memantau tercapainya kestabilan dalam sistem keuangan serta sebagai bahan/acuan dalam
perumusan kebijakan moneter.
Dalam mendukung aktivitas terkait penyampaian Pelaporan Perbankan tentunya
membutuhkan dukungan infrastruktur dan sumber daya yang cukup besar. Saat ini seluruh
infrastruktur yang digunakan untuk kegiatan pelaporan perbankan dimiliiki oleh Bank
Indonesia, oleh karena itu Perbankan masih meng-unggah laporannya kedalam sistem yang
dimiliki oleh Bank Indonesia. Selanjutnya BI dan OJK akan berkoordinasi sehingga data yang
diperoleh dari kegiatan pelaporan perbankan tersebut akan digunakan bersama oleh kedua
lembaga.
Saat ini Kantor Perwakilan Bank Indonesia memiliki tugas dalam memastikan terciptanya
kelancaran dalam hal penyampaian laporan oleh Perbankan yang beroperasi di wilayah Papua
& Papua Barat. Adapun beberapa jenis laporan Perbankan yang masih ditangani oleh Kantor
Perwakilan Bank Indonesia Prov. Papua & Papua Barat diantaranya adalah Laporan Bulanan
Bank Umum (LBU), Laporan Berkala Bank Umum Konvensional (LBBUK), Sistem Informasi
Debitur (SID), Laporan Bulanan Bank Perkreditan Rakyat (LBBPR), Laporan Bulanan Bank
Perkreditan Rakyat Syariah (LBBPRS), Laporan Harian Bank Umum (LHBU), dsb.
Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 61
BAB 5
PERKEMBANGAN
SISTEM PEMBAYARAN
Terciptanya suatu sistem pembayaran yang aman, handal dan efisien merupakan salah
satu prasyarat mutlak guna mendukung kegiatan perekonomian di suatu wilayah. Semakin
tinggi frekuensi dan nilai transaksi melalui sistem pembayaran di suatu daerah dapat
menggambarkan tingginya aktivitas maupun kapasitas perekonomiannya. Berkaitan dengan
hal tersebut, Bank Indonesia selaku pemegang otoritas sistem pembayaran di Indonesia
diharapkan dapat menyediakan serta menjaga kondisi sistem pembayaran dapat berjalan
dengan baik guna mendukung kebutuhan sistem perekonomian. Secara umum, sistem
pembayaran terbagi kedalam 2 (dua) kelompok yaitu sistem pembayaran tunai dan non tunai.
Dalam sistem pembayaran tunai, Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Provinsi
Papua dan Papua Barat senantiasa berupaya menjaga ketersediaan alat pembayaran tunai
(uang kartal) baik dalam jumlah, denominasi, maupun tingkat kelayakan edar uang di seluruh
wilayah kerjanya. Adapun terkait penyelenggaraan sistem pembayaran tunai, KPw BI Provinsi
Papua & Papua Barat melakukan pelayanan kas dalam kantor dan pelayanan kas luar kantor
melalui kas keliling dan kas titipan.
Terkait penyelenggaraan sistem pembayaran non tunai, KPw BI Provinsi Papua dan
Papua Barat berupaya membantu kelancaran penyelesaian transaksi pembayaran non tunai
dengan menyediakan alat penyelesaian transaksi melalui sistem Bank Indonesia Real Time
Gross Settlement (BI-RTGS) Gen II yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan
transaksi dengan jumlah yang besar serta tingkat urgensi yang tinggi. Selain itu, KPw BI
Provinsi Papua & Papua Barat juga berlaku sebagai operator dalam penyelenggaraan kliring
melalui Sistem Kliring Nasional (SKN) untuk mendukung transaksi yang dilakukan melalui
kliring. Kedua sistem aplikasi ini termasuk sebagai aplikasi kritikal di Bank Indonesia. Sebagai
aplikasi kritikal, prinsip keamanan, kehandalan dan efisiensi tentunya sangat ditekankan
didalam pelaksanaannya.
I. Bank Indonesia-Real Time Gross Settlement (BI-RTGS)
Pada triwulan II-2014, nilai transaksi keluar (outflow) melalui BI-RTGS di Wilayah Papua
mencapai nilai Rp 7,44 trilliun atau turun sebesar -6,87% (yoy) jika dibandingkan dengan nilai
transaksi pada triwulan yang sama di tahun sebelumnya. Masih relatif tingginya nilai transaksi
keluar dari wilayah Papua ke wilayah lain disinyalir terjadi karena masih besarnya
ketergantungan wilayah Papua terhadap daerah lain dalam pemenuhan kebutuhan barang
dan jasa. Disisi lain, jumlah dana yang masuk ke wilayah Papua atau transaksi masuk (inflow)
Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 62
mencapai Rp 11,62 triliun, angka tersebut mengalami penurunan sebesar 1,24% (yoy) jika
dibandingkan dengan nilai transaksi pada triwulan yang sama di tahun sebelumnya.
Meningkatnya jumlah dana yang masuk ke wilayah Papua melalui sarana RTGS disinyalir
terjadi seiring selain adanya peningkatan nilai dana alokasi umum dan dana otonomi khusus
yang berasal dari pemerintah pusat, alokasi dana tersebut juga baru terealisasi secara
maksimal mulai pertengahan tahun 2014. Adapun nilai transaksi keuangan antar bank
melalui sarana BI-RTGS di wilayah Papua selama periode triwulan II-2014 tercatat sebesar Rp
1,57 triliun atau naik sebesar 6,15% (yoy) dibandingkan dengan tahun lalu. Adanya tren
kecenderungan selalu meningkatnya nilai transaksi intra Papua mencerminkan bahwa
intesitas transaksi perekonomian di wilayah Papua semakin berkembang setiap waktunya.
Tabel 43. Transaksi RTGS Wilayah Papua
Sumber:KPwBI Papua & Papua Barat * Data bulan belum termasuk bulan Maret
Grafik 51. Nilai Transaksi RTGS
Dengan demikian, pada triwulan II-2014 transaksi masuk bersih (net inflow) tercatat
sebesar Rp 4,18 triliun. Jumlah ini mengalami peningkatan sebesar 19,83% (yoy) jika
dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Meningkatnya pertumbuhan net inflow pada
triwulan II-2014, menandakan bahwa adanya peningkatan jumlah dana yang masuk wilayah
Papua akibat adanya peningkatan jumlah penyaluran dana alokasi umum dan dana otonomi
khusus yang berasal dari pemerintah pusat bagi Pemerintah daerah (Provinsi dan Kabupaten)
yang ada di wilayah Papua. Namun demikian perlu ditekankan kembali bahwa tingginya jumlah
dana yang keluar dari wilayah Papua menunjukkan bahwa ketergantungan wilayah Papua
I II III IV I II III IV I II
Outflow (from) Nominal (Rp.milliar) 12,831 7,194 9,006 13,220 12,831 7,991 9,930 13,739 8,248 7,442 -6.87%
Lembar Warkat 10,342 7,366 12,730 13,917 10,342 12,183 11,764 13,586 10,882 10,887 -10.64%
Inflow (to) Nominal (Rp.milliar) 11,545 11,004 13,486 14,764 11,545 11,476 14,716 18,411 9,654 11,618 1.24%
Lembar Warkat 12,090 13,374 16,177 17,372 12,090 14,890 15,230 16,698 13,699 14,785 -0.71%
Net Inflow Nominal (Rp.milliar) (1,285) 3,810 4,480 1,543 (1,285) 3,485 4,786 4,671 1,406 4,176 19.83%
Lembar Warkat 1,749 6,008 3,447 3,455 1,749 2,707 3,466 3,112 2,817 3,898 44.00%
Intra Papua Nominal (Rp.milliar) 996 1,914 1,764 3,968 996 1,476 3,060 5,199 1,166 1,567 6.15%
Lembar Warkat 1,574 1,646 1,966 2,304 1,574 2,009 2,092 2,197 1,780 1,813 -9.76%
Growth
(YoY)RTGS
2012 2013 2014
Sumber: KpwBI Papua & Papua Barat * Data bulan belum termasuk bulan Maret
Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 63
terhadap daerah lain masih cukup tinggi, terutama dari segi pasokan kebutuhan barang dan
jasa.
.
II. Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKN-BI)
Selain menyelenggarakan BI-RTGS, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Papua &
Papua Barat juga memfasilitasi terjadinya kegiatan kliring antar bank melalui Sistem Kliring
Nasional Bank Indonesia (SKNBI) di wilayah Jayapura, Biak dan Sorong. Kliring adalah jasa
penyelesaian hak dan kewajiban antar peserta kliring (bank) dengan cara saling menyerahkan
warkat-warkat yang didukung oleh data elektronik yang penyelesaiannya dilakukan oleh
sebuah sistem (penagihan warkat seperti cek atau bilyet giro yang berasal dari dalam kota).
Penyelesaian transaksi melalui SKNBI adalah untuk transaksi dengan nilai nominal yang
relatif rendah dan memiliki tingkat urgensi yang rendah. Terdapat perbedaan jeda waktu
settlement antara kiliring dan RTGS. Transaksi melalui kliring (SKNBI) membutuhkan proses
settlement yang sedikit lebih lama (adanya jeda waktu) dibanding transaksi melalui RTGS
yang penyelesaiannya dilakukan seketika (real time).
Tabel 44. Transaksi Kliring Wilayah Papua
Sumber: KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat
Perkembangan transaksi kliring selama periode triwulan II-2014 di wilayah kerja KPw BI
Prov. Papua & Papua Barat secara nominal mencapai angka Rp 1,34 triliun, angka tersebut
meningkat sebesar 2,41% (yoy) jika dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun
sebelumnya. Dari sisi volume, jumlah warkat tercatat sebanyak 33.757 lembar, menurun
sebesar -30,28% (yoy) dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Adanya
fenomena yang menunjukkan bahwa terjadinya peningkatan nilai nominal yang tidak diikuti
dengan peningkatan volume kliring pada triwulan II-2014 menunjukan bahwa terjadi
peningkatan nilai dana untuk setiap transaksi yang dilakukan. Selain itu, hal tersebut juga
menunjukkan bahwa perekonomian wilayah Papua masih dikuasai oleh pelaku usaha tertentu
yang berskala besar serta belum merata.
Secara proporsional, adanya peningkatan nilai transaksi kliring yang terjadi pada
triwulan II-2014 diiringi dengan peningkatan rata-rata harian perputaran kliring sebesar Rp
22,39 milliar/hari, angka tersebut naik sebesar 3,17% (yoy) dibandingkan dengan triwulan
I II III IV I II III IV I II
Total Volume (lembar) 46,393 47,305 39,427 45,039 49,407 48,419 44,343 32,208 30,825 33,757 -37.61%
Total Nominal Kliring (Rp Miliar) 1,206 1,203 1,337 1,655 1,214 1,312 1,617 1,204 1,288 1,343 6.09%
Rata-Rata Perputaran Kliring(per hari)
Rata-Rata Volume (lembar) 801 813 692 806 849 832 703 517 526 562 -38.09%
Rata-Rata Nominal Perputaran Kliring Perhari
(Rp Milliar) 26.62 20.71 23.46 29.55 23.59 21.70 25.67 19.29 21.95 22.39 -6.95%
Nisbah Rata-Rata Penolakan
Volume (lembar) 1.49 1.12 1.45 1.95 2.19 1.18 1.92 2.03 1.01 1.69 -54.16%
Nominal Nisbah Rata-Rata Penolakan(Rp
Milliar) 1.25 1.40 1.86 1.07 2.50 1.45 2.12 2.81 1.76 4.02 -29.56%
Growth
(YOY)Kliring
2012 2013 2014
Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 64
Sumber: KBI Jayapura
yang sama tahun sebelumnya. Rata-rata harian warkat yang digunakan tercatat sebanyak
562 lembar/hari, atau turun sebesar 32,43% (yoy) dibandingkan dengan triwulan yang sama
pada tahun sebelumya. Sementara itu, nisbah rata-rata penolakan pada triwulan II-2014
mencapai sebesar Rp 4,02 milliar dengan rata rata penolakan warkat sebesar 1,69 lembar.
Grafik 52. Perkembangan Kliring Wilayah Papua
Sumber:KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat
III. Perkembangan Uang Kartal
Untuk mendukung aktivitas transaksi secara tunai, KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat
menyediakan alat pembayaran berupa uang kartal yang cukup untuk menjamin
terselenggaranya transaksi tunai secara aman dan lancar. Ketersediaan uang di masyarakat
diupayakan dapat memenuhi kebutuhan jumlah, pecahan/denominasi maupun tingkat
kelayakan edar.
Pada triwulan II-2014, jumlah uang kartal yang masuk (inflow) ke kas KPwBI Papua &
Papua Barat mencapai Rp 1,22 triliun atau menurun sebesar -2,84% (yoy) dibanding periode
yang sama tahun sebelumnya. Di sisi lain, total uang keluar (outflow) mencapai sebesar
Rp1.87 triliun atau menurun sebesar -17,07% (yoy) dibanding periode yang sama tahun
sebelumnya. Secara keseluruhan, pada triwulan II-2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia
Provinsi Papua & Papua Barat mengalami posisi net outflow sebesar Rp 646.37 miliar, yang
artinya selama periode triwulan II-2014 jumlah uang yang keluar/diedarkan lebih banyak dari
jumlah uang yang masuk/ditarik oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Papua & Papua
Barat. Namun begitu, jumlah netoutflow tersebut mengalami penurunan jika dibandingkan
dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya yang mencapai Rp. 995,77 Milyar.
Penurunan netoutflow tersebut dapat disebabkan oleh beberapa hal diantaranya adalah
semakin banyaknya uang kartal yang masuk ke wilayah Papua dari daerah lain, semakin
meningkatnya transaksi non tunai serta dapat juga disinyalir sebagai indikator awal dalam
perlambatan ekonomi sebagaimana yang diprediksi pada sepanjang tahun 2014 ini untuk di
wilayah Papua.
Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 65
Tabel 45. Perkembangan Perkasan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Papua & Papua Barat
Sumber : KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat
Grafik 53. Perkembangan Uang Kartal
Sementara itu, untuk memastikan bahwa uang yang dipegang masyarakat tetap dalam
kondisi layak edar, KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat melakukan berbagai upaya
diantaranya: mencabut uang yang sudah habis masa edar, memusnahkan uang tidak layak
edar, dan mengedarkan uang layak edar kepada masyarakat. Adapun dalam rangka
mewujudkan tujuan tersebut, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Papua & Papua
Barat telah melaksanakan kas keliling di beberapa wilayah di Papua serta membuka
pelayanan kas titipan melalui perbankan di 4 (empat) kota yakni: Sorong, Merauke, Timika
dan Biak. Saldo kas titipan sampai dengan posisi Juni 2014 dilaporkan mencapai Rp 700.02
miliar, atau meningkat 95,46% dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun
sebelumnya.
I II III IV I II III IV I II
Inflow (Rp Miliar) 2,171.39 1,179.91 1,664.51 1,628.75 2,702.12 1,260.27 3,894.13 5,391.32 2,853.48 1,224.47 -2.84%
Outflow (Rp Miliar) 1,006.40 2,374.08 1,820.59 6,234.39 1,020.06 2,256.04 2,273.13 5,772.50 893.21 1,870.83 -17.07%
Net Inflow (Rp Miliar) 1,164.99 (1,194.16) (156.08) (4,605.64) 1,682.06 (995.77) 1,621.00 (381.17) 1,960.27 (646.37) -35.09%
Saldo Persediaan Kas (Rp Miliar) 1,968.74 1,347.28 1,903.90 1,364.45 2,806.80 1,606.50 2,816.45 2,160.46 3,725.24 2,878.30 79.17%
- Saldo Kas BI Jap (Rp Miliar) 1,580.98 835.09 1,424.06 1,134.24 2,305.21 1,248.36 1,216.45 1,859.04 3,202.60 2,178.28 74.49%
- Saldo Kas Titipan (Rp Miliar) 387.77 512.19 479.84 230.22 501.59 358.14 1,600.00 301.42 522.64 700.02 95.46%
Pemusnahan Uang kertas-TLE (Rp Miliar) 274.43 55.84 43.30 57.96 107.59 327.13 529.66 274.82 395.49 200.57 -38.69%
Growth
(YOY)Uang Kartal
2012 2013 2014
Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 66
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 67
BAB 6.
PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN
I. Ketenagakerjaan Provinsi Papua
Walaupun dalam beberapa periode terkahir ekonomi Provinsi Papua mengalami
pertumbuhan yang cukup baik, namun kondisi ketenagakerjaan pada periode laporan belum
menunjukan perkembangan yang cukup signigfikan. Hal ini dapat terlihat dari masih
bertumbuhnya angka tingkat pengangguran terbuka serta masih relatif rendahnya angka
tingkat partisipasi angkatan kerja di Provinsi Papua.
1.1. Perkembangan Tenaga Kerja Provinsi Papua6
Jumlah angkatan kerja di Provinsi Papua pada Februari 2014 mencapai 1.689.030
orang, mengalami pertumbuhan sebesar 2,66% (yoy) dibandingkan periode tahun laporan
sebelumnya. Sementara itu, tingkat partisipasi kerja di Provinsi Papua mencapai 80,54% atau
mengalami sedikit peningkatan sebesar 0,56% dibandingkan dengan peride laporan tahun
sebelumnya. Disamping itu, tingkat pengangguran terbuka mengalami kenaikan dari 0,62%
pada Februari 2014 menjadi 3,48% pada Februari 2014. Hal tersebut merupakan suatu
sinyalemen yang tidak terlalu baik mengingat adanya peningkatan jumlah angkatan kerja
tidak diimbangi dengan penyediaan lapangan kerja yang mengakibatkan terjadinya
peningkatan tingkat pengangguran terbuka di Provinsi Papua. Angka tersebut juga
menunjukkan bahwa kondisi ketersediaan lapangan pekerjaan di Provinsi Papua yang
cukup layak masih terbatas.
Tabel 46. Penduduk Usia 15 Tahun Ke atas Menurut Kegiatan Utama
Jika kita membandingkan pertumbuhan pendapatan perkapita diantara beberapa sektor
ekonomi, maka sektor pertanian menjadi sektor ekonomi dengan nilai pendapatan perkapita
yang paling rendah diantara sektor lainnya yang mana nilainya hanya berada pada level Rp.
910,048.83,-. Sementara itu, sektor industri pengolahan menempati urutan tertinggi dengan
nilai pendapatan perkapita sebesar Rp 12.825.621,20,-.
6
Sumber: BPS Provinsi Papua
Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 68
Tabel 47. Pendapatan Menurut Lapangan Kerja
Sumber: BPS Provinsi Papua Diolah
1.2. Tenaga Kerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama
Jumlah tenaga kerja yang berhasil diserap pada Februari 2014 mengalami sedikit
peningkatan sebesar 2,00% dibandingkan dengan periode tahun laporan sebelumnya. Sektor
yang mengalami peningkatan pertumbuhan penyerapan tenaga kerja diantaranya adalah
sektor pertanian (3,10%), dan sektor perdagangan (6,00%). Sedangkan sektor lainnya
(pertambangan, listrik dan PHR) mengalami peningkatan penyerapan tenaga kerja sebesar
3,80%.
Sektor pertanian masih tetap mendominasi penyerapan tenaga kerja. Pada Februari
2014, tenaga kerja yang berhasil diserap oleh sektor pertanian mencapai 73,43% diikuti oleh
sektor jasa-jasa yang menyerap tenaga kerja sebesar 9,40%. Namun demikian jika
dibandingkan dengan pendapatan per kapita yang masih rendah pada sektor ini maka sektor
ini masih perlu pembenahan, sehingga dapat memberikan nilai tambah yang lebih baik.
Tabel 48. Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja menurut
Lapangan Pekerjaan Utama Februari 2012 – Februari 2014 Provinsi Papua
2014
Februari Agustus Februari Agustus Februari
Pertanian 828,924.89 973,396.77 832,646.86 960,748.24 910,048.83
Industri Pengolahan 10,027,966.80 8,847,901.50 6,256,633.96 7,359,492.08 12,825,621.20
Perdagangan, Hotel & Restoran 3,393,281.50 4,496,168.34 3,924,976.65 4,926,237.00 4,073,028.75
Jasa - jasa 4,061,706.95 4,563,158.36 4,622,615.19 5,244,089.86 5,842,682.57
2012 2013PDRB Papua Per Kapita
2014
Februari Agustus Februari Agustus Februari
Pertanian 1,119,729 1,086,559 1,161,204 1,140,787 1,197,105
Industri 14,852 17,003 23,383 21,496 12,929
Perdagangan 140,242 114,830 137,808 113,899 146,072
Jasa-Jasa 150,928 156,278 159,301 156,594 153,189
Lainnya 122,260 125,597 116,500 126,899 120,924
TOTAL 1,548,011 1,500,267 1,598,196 1,559,675 1,630,219
Pertanian 8.0% -3.0% 6.9% -1.8% 4.9%
Industri -25.3% 14.5% 37.5% -8.1% -39.9%
Perdagangan 7.2% -18.1% 20.0% -17.3% 28.2%
Jasa-Jasa 2.0% 3.5% 1.9% -1.7% -2.2%
Lainnya -13.4% 2.7% -7.2% 8.9% -4.7%
TOTAL 4.9% -3.1% 6.5% -2.4% 4.5%
Pertanian 2.5% 4.8% 3.7% 5.0% 3.1%
Industri -39.7% -14.5% 57.4% 26.4% -44.7%
Perdagangan 18.7% -12.2% -1.7% -0.8% 6.0%
Jasa-Jasa -5.9% 5.7% 5.5% 0.2% -3.8%
Lainnya 19.5% -11.0% -4.7% 1.0% 3.8%
TOTAL 3.3% 1.6% 3.2% 4.0% 2.00%
Pertumbuhan Tenaga Kerja Semester
Pertumbuhan Tenaga Kerja Tahun
2013Lapangan Pekerjaan Utama
2012
Sumber: BPS Provinsi Papua (diolah)
Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 69
II. Ketenagakerjaan Provinsi Papua Barat
2.1. Perkembangan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat
Sampai dengan periode bulan Februari 2014, jumlah angkatan kerja di Provinsi Papua
Barat mencapai 407.707 orang, atau mengalami peningkatan sebesar 8,67% dibandingkan
periode tahun laporan sebelumnya. Meningkatnya jumlah angkatan kerja diikuti secara positif
oleh peningkatan pastisipasi angkatan kerja dari 67,44% pada Februari 2013 menjadi
71,05% pada Februari 2014. Hal itu mengindikasikan bahwa terdapat peningkatan lapangan
kerja di Propinsi Papua Barat meskipun secara perekonomian pertumbuhannya hingga
semester I-2014 relatif melambat. Selain itu, meningkatnya partisipasi angkatan kerja juga
turut menekan tingkat pengangguran terbuka dari 4,47% pada Februari 2013 menjadi 3,70%
pada Februari 2014.
Ke depan diharapkan daya serap lapangan kerja akan semakin meningkat baik dari
segi kuantitas maupun kualitasnya seiring dengan masih terus digiatkannya kegiatan
pembangunan di wilayah di Papua Barat. Pembangunan yang dilakukan di Provinsi Papua
Barat diharapkan dapat mendorong investor untuk menanamkan modalnya sehingga jumlah
lapangan usaha juga turut bertambah.
Tabel 49. Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas menurut Kegiatan Utama
Februari 2012– Februari 2014 Provinsi Papua Barat
2.2 Tenaga Kerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama
Pada Februari 2014 seluruh sektor menyerap tenaga kerja yang lebih besar jika
dibandingkan dengan posisi Februari 2013. Sektor Pertanian masih menjadi sektor yang
paling banyak menyerap tenaga kerja (48,71%) dikuti oleh sektor jasa-jasa (19,86%). Namun
pertumbuhan tenaga kerja terbesar terjadi pada sektor industri pengolahan yang mengalami
pertumbuhan tahunan sebesar 38.63%
Penyerapan tenaga kerja juga terjadi pada seluruh sektor jika dibandingkan dengan
kondisi pada pada Agustus 2013. Dimana sektor industri pengolahan juga menjadi
pertumbuhan terbesar dibandingkan sektor lainnya. Hal ini memang sejalan dengan rencana
realisasi investasi kedepan di Provinsi Papua Barat yang lebih menekankan pada sektor
industri pengolahan seiring dengan akan dikembangkannya industri kimia dan semen di
Provinsi Papua Barat
2014
Februari Agustus Februari Agustus Februari Angkatan Kerja 384,092 361,597 375,189 370,750 407,707 - Bekerja 358,846 341,741 358,430 353,619 392,634 - Penganggur 25,246 19,856 16,759 17,131 15,073 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (%) 72.27 67.12 67.44 67.20 71.05 Tingkat Pengangguran terbuka (%) 6.57 5.49 4.47 4,62 3.70
2013 2012 Keterangan
Sumber: BPS Provinsi Papua Barat
Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 70
Jika dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi, maka penyerapan tenaga kerja yang
terjadi menunjukkan perkembangan ekonomi di Provinsi Papua Barat menjadi lebih
berkualitas..
Tabel 50. Penduduk Yang Bekerja Menurut Lapangan Kerja Utama
Sumber: BPS Provinsi Papua Barat
III. Kemiskinan di Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
Pada awal tahun 2014, Provinsi Papua dan Papua Barat masih menjadi daerah dengan
presentase penduduk miskin tertinggi di Indonesia. Pada dasarnya, setiap kebijakan yang
ditempuh oleh Pemerintah ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dalam
rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat Papua, Pemerintah Pusat telah memberikan
otonomi khusus kepada Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat yang kemudian juga diikuti
dengan adanya pemekaran wilayah/daerah tingkat II. Namun demikian, berbagai kebijakan
tersebut dinilai masih belum sepenuhnya berhasil dalam meningkatkan kesejahteraan
masyarakat, baik di Provinsi Papua maupun Papua Barat.
Masalah kemisikinan bukan hanya tanggung jawab pemerintah semata. Perlu adanya
suatu koordinasi antara Pemerintah Daerah maupun Pusat, pengusaha/pemilik modal, tokoh
adat, perbankan serta stakeholder lainnya yang mana hal tersebut diharapkan dapat
mempermudah penanaman modal maupun pendirian perusahaan di wilayah Papua. Sehingga
kedepan, ketersediaan lapangan kerja maupun peluang usaha bagi masyarakat Papua akan
semakin meningkat .
4.75 -6.98 9.18 -0.76 11.30
38.59 9.99 -34.64 11.61 24.21
0.48 -8.35 -1.68 0.24 5.06
6.68 -3.23 14.91 0.82 11.35
12.50 -0.04 0.08 -10.49 12.46
6.61 -4.77 4.88 -1.34 11.03
-1.66% -2.57% 1.55% 8.35% 10.46%
57.22% 52.44% -28.11% -27.05% 38.63%
35.83% -7.91% -9.89% -1.44% 5.31%
0.20% 3.24% 11.20% 15.85% 12.26%
8.13% 12.45% 0.04% -10.42% 0.66%
7% 2% 0% 3% 10%
Pertumbuhan tenaga kerja per semester
Pertumbuhan tenaga kerja per tahun
Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 71
3.1. Perkembangan Kemiskinan di Provinsi Papua
Jumlah penduduk miskin di Provinsi Papua hingga Maret 2014 tercatat sebanyak
924.410 Jiwa atau sebanyak 30,05% dari jumlah penduduk Provinsi Papua, angka tersebut
mengalami penurunan dibandingkan posisi Maret 2013 yang tercatat sebesar 1.017.400
Orang atau sebanyak 31,13% dari jumlah penduduk Provinsi Papua. Sementara itu, angka
garis kemiskinan di Provinsi Papua pada bulan Maret 2014 sebesar Rp 355.380 per kapita
per bulan atau mengalami kenaikan sebesar Rp 40.355 per kapita per bulan jika
dibandingkan dengan posisi per Maret 2013 yang tercatat sebesar Rp 315.025 per kapita per
bulan.
Masih rendahnya Upah Minimum Regional (UMR) jika dibandingkan dengan angka
Kebutuhan Hidup Layak (KHL) di Provinsi Papua menjadi salah satu faktor yang dapat
mengurangi kesejahteraan masyarakat. Namun begitu, peningkatan UMR tidak semena-mena
dapat dilakukan. Sehingga kedepan, pemerintah perlu menerapkan suatu kebijakan yang
komprehensif guna menghilangkan kemiskinan dan juga meningkatkan kesejahteraan
masyarakat Papua.
Tabel 51. Jumlah Penduduk Penduduk Miskin Di Provinsi Papua
Sumber: BPS Provinsi Papua
Sumber: BPS Provinsi Papua diolah
2014
Mar Sept Mar Sept Mar Sept Mar
Jumlah Penduduk Miskin 944,800 946,400 966,600 976,400 1,017,400 1,057,980 924,410
Presentase Penduduk Miskin 31.98% 31.24% 31.11% 30.66% 31.13% 31.53% 30.05%
Garis Kemiskinan 276,116 280,302 284,388 297,502 315,025 339,096 355,380
Perkotaan 314,606 320,321 321,228 344,415 362,401 387,789 404,944
Pedesaan 262,626 266,271 271,431 281,022 298,395 322,079 338,206
Kemiskinan2011 2012 2013
Grafik 55. Perkembangan UMR Prov. Papua Grafik 54. Perkembangan Penduduk Miskin Prov. Papua
Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 72
3.2. Perkembangan Kemiskinan di Provinsi Papua Barat
Jumlah penduduk miskin di Provinsi Papua Barat hingga Maret 2014 tercatat sebanyak
229.430 Jiwa atau sebanyak 27,13% dari jumlah penduduk Provinsi Papua Barat, angka
tersebut mengalami kenaikan dibandingkan posisi Maret 2013 yang tercatat sebanyak
224.273 Jiwa atau sebanyak 26,67% dari jumlah penduduk Provinsi Papua Barat.
Peningkatan ketersediaan lapangan kerja di Provinsi Papua Barat ternyata belum mampu
menurunkan angka kemiskinan di Provinsi Papua Barat. Hal ini menunjukkan bahwa
masyarakat Provinsi Papua Barat masih banyak yang bekerja di tingkat buruh kasar dimana
penghasilannya masih lebih rendah dari angka garis kemiskinan yang ditetapkan. Oleh karena
itu, program peningkatan kualitas SDM di Provinsi Papua Barat mutlak diperlukan.
Sementara itu, angka garis kemiskinan di Provinsi Papua Barat pada bulan Maret 2014
sebesar Rp 397.662 per kapita per bulan atau mengalami kenaikan sebesar Rp 33.732 per
kapita per bulan jika dibandingkan dengan posisi per Maret 2013 yang tercatat sebesar Rp
363.930 per kapita per bulan. Meningkatnya angka garis kemiskinan yang cukup signifikan
disinyalir disebabkan oleh meningkatnya harga beberapa kebutuhan pokok masyarakat.
Selain itu, rendahnya Upah Minimum Regional (UMR) jika dibandingkan dengan angka
Kebutuhan Hidup Layak (KHL) menjadi salah satu faktor yang dapat mengurangi
kesejahteraan masyarakat.
Tabel 52. Jumlah Penduduk Penduduk Miskin Di Provinsi Papua Barat
Sumber: BPS Provinsi Papua
Sumber: BPS Provinsi Papua Barat diolah
2014
Maret September Maret September Maret September Maret
Jumlah Penduduk Miskin 249,838 227,118 229,989 223,241 224,273 234,230 229,430
Presentase Penduduk Miskin 31.92% 28.53% 28.20% 27.04% 26.67% 27.14% 27.13%
Garis Kemiskinan 318,796 334,449 333,485 354,626 363,930 397,003 397,662
Perkotaan 342,709 356,222 349,678 374,382 382,905 414,900 416,158
Pedesaan 311,737 325,128 326,613 346,157 355,839 389,163 389,812
2012 2013Uraian
2011
Grafik 56. Perkembangan Penduduk Miskin Papua Barat Grafik 57. Perkembangan UMR Papua Barat
Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 73
BAB 7.
OUTLOOK PEREKONOMIAN DAN INFLASI
I. PROSPEK PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH
1.1. Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Papua
Berdasarkan perkembangan informasi serta indikator terkini, sepanjang tahun 2014
perekonomian Provinsi Papua diperkirakan akan mengalami pertumbuhan yang positif
sebesar 5,52%±1% (yoy), angka tersebut jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan
pertumbuhan selama tahun 2013 sebesar 14,83% (yoy). Adapun pada triwulan III-2014
pertumbuhan perekonomian Provinsi Papua diperkirakan akan tumbuh sebesar 4,93% (yoy).
Dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi yang masih positif didorong oleh tingginya
kontribusi dari komponen konsumsi (khususnya konsumsi rumah tangga dan pemerintah) dan
investasi. Sementara dari sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi yang positif didorong oleh
kontribusi dari sektor jasa-jasa, pertanian, dan angkutan & komunikasi.
Tabel 53. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Papua
Sumber: BPS Provinsi Papua
1.1.1 Sisi Permintaan
Pada triwulan III-2014, tingkat konsumsi (rumah tangga dan Pemda) diperkirakan akan
meningkat seiring dengan pelaksanaan pilpres 2014 serta memasuki bulan suci ramadhan
dan perayaan hari idul fitri bagi umat muslim yang merayakan., Sementara untuk konsumsi
Pemda juga diprediksi akan mengalami peningkatan seiring dengan semakin mendekatnya
akhir tahun dimana secara seasonal, realisasi pembayaran proyek ataupun belanja
pemerintah lainnya juga akan mengalami peningkatan pada triwulan __-IV setiap tahunnya.
Selain itu, pencairan gaji ke 13 bagi PNS, TNI dan Polri pada bulan Juli-Agustus 2014 juga
dapat turut mendorong tingginya angka konsumsi pada triwulan III-2014. Di sisi lain,
persiapan dan pelaksanaan sail raja ampat serta penyaluran dana perimbangan yang berasal
dari Pemerintah Pusat kepada seluruh Pemda yang terdapat di wilayah Papua diperkirakan
mayoritas akan disalurkan pada triwulan III-2014. Hal tersebut diprediksi juga dapat
mendorong bertumbuhnya kinerja konsumsi Pemerintah pada triwulan yang akan datang.
1 2 3 4 1 21. Pertanian 4.96 6.76 3.63 10.0 6.34 11.3 8.21 7.55 - 8.05 5.95 - 6.45 8.02 - 8.52
2. Pertambangan & Penggalian 31.83 -24.61 43.04 64.24 29.77 -28.52 0.44 -5.06 - -4.56 1.47 - 1.97 -7.4 - -6.9
3. Industri Pengolahan -1.77 0.94 5.16 4.91 2.33 13.34 11.57 8.42 - 8.92 8.78 - 9.28 10.32 - 10.82
4. Listrik, Gas & Air Bersih 6.58 8.08 9.26 8.41 8.10 10.37 7.22 9.14 - 9.64 10.38 - 10.88 9.14 - 9.64
5. Bangunan 7.30 9.84 4.76 -1.11 4.79 11.09 7.39 5.60 - 6.10 11.18 - 11.68 8.68 - 9.18
6. Perdagangan, Hotel & Restoran 13.66 11.82 8.68 7.41 10.25 9.87 10.82 8.42 - 8.92 11.40 - 11.90 10.00 - 10.50
7. Angkutan & Komunikasi 9.58 9.07 7.64 8.26 8.61 13.24 12.04 9.66 - 10.16 10.05 - 10.55 11.05 - 11.55
8. Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 17.43 12.32 14.92 23.08 16.97 17.77 14.81 13.85 - 14.35 14.75 - 15.25 15.06 - 15.56
9. Jasa - jasa 19.77 15.07 15.15 10.44 14.67 18.89 19.14 16.60 - 17.10 15.66 - 16.16 17.27 - 17.77
PDRB 16.22 -0.05 17.98 23.86 14.83 0.13 9.09 4.63 - 5.13 7.36 - 7.86 5.22 - 5.72
20132013
2014Sektor Ekonomi
3P 4P2014P
PA
PU
A
yo
y (
%)
Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 74
Komponen Investasi di triwulan III-2014 diperkirakan juga akan mengalami pertumbuhan
yang cukup signifikan. Adanya realisasi proyek investasi baik yang sedang berjalan maupun
yang baru akan mulai dilaksanakan pada triwulan III-2014, dinilai mampu memberi kontribusi
yang besar bagi kinerja investasi pada triwulan yang akan datang. Selain itu, dengan
disahkannya Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat sebagai tuan rumah penyelenggaraan
kegiatan Pekan Olah Raga Nasional (PON) pada tahun 2020, diperkirakan juga akan
mendorong kegiatan investasi dalam beberapa waktu kedepan.
Tabel 54. Daftar Proyek Investasi yang Sedang dilakukan di Provinsi Papua
Sumber: Badan Koordinasi Penanaman Modal Provinsi Papua
1.1.2 Sisi Penawaran
Dari sisi Sektoral, pertumbuhan ekonomi pada triwulan III-2014 diperkirakan akan
ditopang oleh kontribusi dari sektor jasa-jasa seiring tingginya kinerja perusahaan disektor
jasa-jasa serta adanya realisasi anggaran yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah akibat
adanya kenaikan dana perimbangan dari Pemerintah Pusat. Sebagai informasi, pada tahun
2014 Pemerintah Provinsi menargetkan belanja daerah senilai Rp 11,21 triliun atau
mengalami peningkatan sebesar 24,70% (yoy) dibandingkan tahun 2013, hal tersebut
menjadi suatu pemacu utama bagi sektor jasa-jasa di Papua untuk dapat tumbuh lebih tinggi
dari tahun sebelumnya.
Sektor pertambangan yang merupakan salah satu sektor usaha utama di Provinsi Papua
akan kembali mulai menggeliat.Hal ini sejalan dengan.telah diperolehnya izin untuk
melakukan ekspor bagi salah satu perusahaan tambang terbesar di Indonesia setelah pada
semester I sempat terhenti. Namun demikian, pada triwulan III-2014, kinerja sektor
pertambangan Papua diprediksi masih akan mengalami pertumbuhan yang negatif. Hal
tersebut dapat terjadi karena aktivitas ekspor baru diizinkan pada bulan Agustus, sehingga
kegiatan produksi perusahaan sepanjang dinilai belum beroperasi secara optimal karena
masih adanya akumulasi persediaan yang cukup besar dari periode sebelumnya. Selain itu,
Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 75
tingginya pencapaian kinerja sektor pertambangan pada triwulan yang sama tahun
sebelumnya mengakibatkan pertumbuhan tahunan pada triwulan III-2014 terlihat kecil.
Pada triwulan yang akan datang, sektor pertanian diprediksi akan tetap tumbuh seiring
beberapa sentra produksi pertanian di wilayah Papua yang sudah memasuki masa panen
serta semakin membaiknya kondisi cuaca untuk mendukung usaha tersebut. Sementara itu,
Sektor angkutan & komunikasi diperkirakan akan mengalami pertumbuhan yang lebih rendah
dibandingkan dengan periode sebelumnya akibat telah berlalunya penyelenggaraan Pemilu
Legislatif maupun Presiden. Kontribusi yang positif dari kinerja sektor angkutan & komunikasi
akan tetap berlanjut di triwulan III seiring dengan masuknya periode high season di sektor
transportasi menyambut libur sekolah dan libur lebaran. Sementara itu, sektor PHR pada
triwulan yang akan datang diperkirakan akan mengalami pertumbuhan yang melambat dari
triwulan sebelumnya seiring belum adanya event maupun acara lain yang memiliki skala yang
cukup besar pada triwulan III-2014.
1.2. Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Papua Barat
Pada tahun 2014, perekonomian Provinsi Papua Barat diperkirakan masih akan
mengalami pertumbuhan tahunan yang positif sebesar 6,91%±1% (yoy), angka tersebut lebih
rendah jika dibandingkan dengan realisasi pertumbuhan selama tahun 2013 sebesar 9,30%
(yoy). Adapun pada triwulan III-2014 pertumbuhan perekonomian Provinsi Papua Barat
diperkirakan akan tumbuh sebesar 8,96% (yoy). Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan ekonomi
yang masih positif didorong oleh tingginya kontribusi dari komponen konsumsi (khususnya
konsumsi rumah tangga dan pemerintah), komponen investasi dan ekspor. Sedangkan dari
sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi didorong oleh tingginya kontribusi dari sektor industri
pengolahan, jasa-jasa dan bangunan.
Tabel 55. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Papua Barat
Ekspektasi lebih tingginya pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-2014 dibandingkan
dengan pencapaian pada beberapa triwulan sebelumnya didorong oleh beberapa faktor. Dari
1 2 3 4 1 21. Pertanian 2.41 3.78 5.84 2.12 3.52 0.97 1.36 1.76 - 1.96 2.82 - 3.32 1.58 - 2.08
2. Pertambangan & Penggalian -3.88 -0.93 2.84 2.99 0.19 1.78 2.25 1.67 - 1.87 0.78 - 1.28 1.47 - 1.97
3. Industri Pengolahan 13.41 -0.79 9.58 28.23 12.19 -3.25 9.86 10.89 - 11.09 10.17 - 10.67 6.71 - 7.21
4. Listrik, Gas & Air Bersih 8.67 9.65 9.45 8.33 9.02 8.33 8.65 8.28 - 8.48 8.60 - 9.10 8.32 - 8.82
5. Bangunan 12.03 11.51 11.31 10.73 11.37 15.75 14.45 12.60 - 12.80 13.73 - 14.23 13.95 - 14.45
6. Perdagangan, Hotel & Restoran 12.51 12.78 11.11 10.75 11.76 9.39 9.11 11.23 - 11.43 11.91 - 12.41 10.29 - 10.79
7. Angkutan & Komunikasi 10.27 11.12 10.65 8.91 10.22 9.30 9.29 10.14 - 10.34 10.11 - 10.61 9.57 - 10.07
8. Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 10.91 13.20 9.57 14.84 12.16 2.14 1.11 6.15 - 6.35 7.72 - 8.22 4.24 - 4.74
9. Jasa - jasa 10.71 10.94 7.43 6.19 8.69 5.75 7.54 8.98 - 9.18 13.21 - 13.71 8.86 - 9.36
PDRB 9.54 3.47 8.52 15.74 9.29 1.40 7.79 8.66 - 8.86 9.03 - 9.53 6.61 - 7.11
20132013
2014Sektor Ekonomi
3P 4P2014P
PA
PU
A B
AR
AT
yo
y (
%)
Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 76
Sisi Permintaan, kinerja ekspor Papua Barat diprediksi akan mengalami perbaikan yang
signifikan jika dibandingkan pencapaian kinerja pada periode sebelumnya. Hal tersebut
terjadi seiring mulai meningkatnya ekspor Migas dari Papua Barat pasca dicapainya
kesepakatan negosiasi kontrak penjualan gas alam ke salah satu konsumen di China. Selain
itu, permintaan masyarakat yang semakin meningkat selama bulan ramadhan dan
menyambut idul fitri, juga akan meningkatkan konsumsi masyarakat secara keseluruhan.
Dari sisi penawaran, sektor industri pengolahan diprediksi akan menunjukan
pertumbuhan kinerja yang signifikan. Hal tersebut terjadi seiring sudah dimulainya kembali
ekspor migas kepada salah satu konsumen besarnya di Fujian (China) yang dapat memacu
perusahaan untuk meningkatkan hasil produksinya. Sektor jasa-jasa diprediksi dapat tumbuh
cukup signifikan seiring adanya kenaikan APBD Provinsi Papua Barat yang cukup signifikan
pada tahun 2014. Sektor Bangunan juga diprediksi akan tumbuh signifikan seiring dengan
adanya beberapa proyek seperti: dimulainya pembangunan pabrik semen di Manokwari,
persiapan pembangunan fasilitas produksi migas baru, pembangunan gedung kantor
pemerintahan seiring adanya pemekaran beberapa kota/kabupaten baru, dan dimulainya
pembagunan beberapa proyek pemerintah di Papua Barat serta pembangunan infrastruktur
mendukung menyambut sail raja ampat.
Tabel 56. Daftar Proyek Investasi yang Sedang dilakukan di Provinsi Papua
Sumber: Badan Koordinasi Penanaman Modal Provinsi Papua
II. PROSPEK INFLASI
2.1. Inflasi Provinsi Papua
Pada triwulan III-2014, inflasi tahunan Provinsi Papua diperkirakan berada level 4,53 ±
1% (yoy). Pencapaian inflasi di Provinsi Papua pada triwulan mendatang disinyalir akan lebih
rendah dibanding pencapaian pada triwulan sebelumnya seiring dengan telah hilangnya
pengaruh kenaikan bbm bersumbsidi pada inflasi tahunan yang didukung oleh relatif
membaiknya kondisi cuaca serta terjaganya kelancaran distribusi barang maupun produksi
beberapa komoditas bahan makanan. Namun demikian, pada triwulan III-2014, terdapat
beberapa potensi ancaman yang dapat meningkatkan inflasi ke level yang lebih tinggi dari
prediksi sebelumnya seperti adanya dampak dari adanya pembatasan penjualan bahan bakar
bersubsidi yang terjadi di kota-kota besar, adanya kenaikan TDL serta potensi terjadinya
kemarau parah “el nino” yang dapat menyebabkan terhambatnya pasokan maupun produksi
Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 77
beberapa komoditas bahanan ke wilayah Papua.
Sampai dengan akhir tahun 2014, Provinsi Papua diperkirakan akan mengalami inflasi
tahunan sebesar 4,55% (yoy). Pencapaian inflasi Provinsi Papua pada tahun 2014 secara
optimis berada dalam rentang target yang telah ditetapkan, tentunya dengan catatan bahwa
seluruh harga barang yang diatur oleh Pemerintah (administred price) serta kelancaran
pasokan distribusi barang ke Papua tidak mengalami perubahan maupun gangguan yang
signifikan.
2.2. Inflasi Provinsi Papua Barat
Pada triwulan III-2014, inflasi tahunan Provinsi Papua Barat diperkirakan berada level
4,28 ± 1% (yoy). Pencapaian inflasi di Provinsi Papua Barat pada triwulan mendatang dinilai
cukup moderat seiring semakin lancarnya aktivitas pendistribusian barang-barang kebutuhan
ke wilayah Papua Barat. Disamping itu, adanya program Pemerintah Daerah yang
menggalakan sektor pertanian di Papua Barat (khususnya Manokwari) menjadi salah satu
faktor yang dapat menekan inflasi pada triwulan yang akan datang.
Sampai dengan akhir tahun 2014, Provinsi Papua Barat diperkirakan akan mengalami
inflasi tahunan sebesar 4,63% (yoy). Akan dibukanya salah satu retailer besar di wilayah
Papua Barat juga diprediksi dapat mempengaruhi pencapaian inflasi di Provinsi Papua Barat
pada tahun 2014. Namun demikian, adanya potensi hambatan seiring adanya wacana untuk
meningkatkan fasilitas pelabuhan di beberapa daerah di Papua Barat tetap perlu diwaspadai
sebagai suatu faktor yang mengganggu kelancaran distribusi selama proses pembangunan
dilakukan.