jurnal strategi komunikasi badan penyelenggara … d0210005.pdfsosial (bpjs) dalam sosialisasi...

21
0 JURNAL STRATEGI KOMUNIKASI BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (BPJS) DALAM SOSIALISASI PROGRAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) (Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Strategi Komunikasi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial dalam Sosialisasi Program Jaminan Kesehatan Nasional di Kota Surakarta) Disusun oleh: Agustin Pheby Luvyani D0210005 PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2017

Upload: others

Post on 10-Nov-2020

13 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: JURNAL STRATEGI KOMUNIKASI BADAN PENYELENGGARA … D0210005.pdfSOSIAL (BPJS) DALAM SOSIALISASI PROGRAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) (Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Strategi

0

JURNAL

STRATEGI KOMUNIKASI BADAN PENYELENGGARA JAMINAN

SOSIAL (BPJS) DALAM SOSIALISASI PROGRAM JAMINAN

KESEHATAN NASIONAL (JKN)

(Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Strategi Komunikasi Badan

Penyelenggara Jaminan Sosial dalam Sosialisasi Program Jaminan

Kesehatan Nasional di Kota Surakarta)

Disusun oleh:

Agustin Pheby Luvyani

D0210005

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2017

Page 2: JURNAL STRATEGI KOMUNIKASI BADAN PENYELENGGARA … D0210005.pdfSOSIAL (BPJS) DALAM SOSIALISASI PROGRAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) (Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Strategi

1

STRATEGI KOMUNIKASI BADAN PENYELENGGARA JAMINAN

SOSIAL (BPJS) DALAM SOSIALISASI PROGRAM JAMINAN

KESEHATAN NASIONAL (JKN)

(Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Strategi Komunikasi Badan

Penyelenggara Jaminan Sosial dalam Sosialisasi Program Jaminan

Kesehatan Nasional di Kota Surakarta)

Agustin Pheby Luvyani

Sutopo JK

Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Abstract

Agustin Pheby L. D0210005. Communication Strategy of BPJS Kesehatan

Surakarta in JKN Socialization Program. Communication Science of Faculty of

Social Science and Political Science of Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2017.

Jaminan Kesehatan Nasional/National Health Guarantee (JKN) is a part of

Sistem Jaminan Sosial Nasional/National Social Guarantee System (SJSN) that is

being held using social health insurance mechanism which is required

(obligatory) based on The Law Number 40 year 2014 about SJSN with a purpose

to fullfil health basic needs of society who is suitable to give to every person that

has been paid the cost or the cost paid by government.

Purpose of this research is to discover communication strategy of BPJS

Kesehatan Surakarta in Jaminan Kesehatan Nasional socialization program.

This research method is qualitative descriptive with interview and observation as

the main source, while supporting data obtained from documents and other

resources. Analysis technique is done by reduction data process, data

presentation, and conclusion. Sampling technique of this research is purposive

sampling.

Based on the research, communication strategy steps of BPJS Kesehatan

Surakarta are: getting to know the society by doing observation and choosing the

target from socialization. Step on discovering society can help the communicator

to know experience and mindset of the receiver.

The next step is to arrange message. On this step, BPJS Kesehatan Surakarta

arranging message and decide points of the message that will be informed to

socialization target. After that, the next step is to decide the method. Technique

that are used in socialization are association technique, integration, reward, and

Page 3: JURNAL STRATEGI KOMUNIKASI BADAN PENYELENGGARA … D0210005.pdfSOSIAL (BPJS) DALAM SOSIALISASI PROGRAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) (Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Strategi

2

arrangement, while for the method, BPJS Kesehatan Surakarta use informative

and persuasive method. After arranging message and decide the method, next step

is selecting media usage. BPJS Kesehatan Surakarta is using local media such as

newspaper, radio, local television, and banner as media.

Keywords: Communication, Socialization, Health

Pendahuluan

Kesehatan adalah investasi guna mendukung pembangunan ekonomi serta

memiliki peran penting dalam upaya penanggulangan kemiskinan. Pembangunan

kesehatan harus dilihat sebagai suatu investasi untuk meningkatkan kualitas

sumber daya manusia. Dalam pengukuran Indeks Pembangunan Manusia (IPM),

kesehatan adalah salah satu komponen utama selain pendidikan dan pendapatan

Dalam Undang-undang Nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan ditetapkan

bahwa kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang

memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Sebuah

negara pasti memiliki harapan untuk memberikan kesejahteraan kepada seluruh

rakyatnya. Siapapun dan apapun statusnya, berhak mendapatkan kesejahteraan dalam

hidupnya.

Undang-Undang Nomor 40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial

Nasional (SJSN) disahkan demi mewujudkan kebutuhan jaminan sosial di

Indonesia. Jaminan sosial yang dimaksud dalam UU SJSN adalah salah satu

bentuk perlindungan sosial untuk menjamin seluruh rakyat agar dapat memenuhi

kebutuhan dasar hidupnya yang layak. Selanjutnya sebagai penyempurna,

ditetapkan UU Nomor 24 tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan

Sosial (BPJS) untuk mempercepat terselenggaranya sistem jaminan sosial

nasional bagi seluruh rakyat Indonesia. BPJS merupakan transformasi dari badan

usaha milik negara yang didaulat untuk menyelenggarakan jaminan sosial. BPJS

Kesehatan merupakan perubahan dari PT Askes (Persero) yang dulunya

menangani asuransi kesehatan bagi Pegawai Negeri Sipil (PNS). BPJS Kesehatan

resmi beroperasi pada 1 Januari 2014. BPJS Kesehatan menyelenggarakan

program jaminan kesehatan masyarakat yang dikenal dengan Jaminan Kesehatan

Nasional (JKN). JKN di Indonesia merupakan bagian dari SJSN dilaksanakan

Page 4: JURNAL STRATEGI KOMUNIKASI BADAN PENYELENGGARA … D0210005.pdfSOSIAL (BPJS) DALAM SOSIALISASI PROGRAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) (Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Strategi

3

melalui sistem asuransi kesehatan yang bersifat wajib. Tujuannya untuk

melindungi seluruh masyarakat agar terlindungi dalam sistem asuransi yang dapat

digunakan untuk memenuhi kebutuhan dasar kesehatan masyarakat yang layak.

(Mariza Rizqi Iriani, Sosialisasi Jaminan Kesehatan Nasional (Studi Evaluasi

Efektivitas Sosialisasi Jaminan Kesehatan Nasional Oleh Badan Penyelenggara

Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan Di Kabupaten Temanggung)

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas maka

dikemukakan perumusan masalah yaitu, “Bagaimana strategi komunikasi yang

dilakukan BPJS Kesehatan dalam melaksanakan sosialisasi JKN?”

Kajian Teori

Menurut Harold D Lasswell (1948) (Cangara, 2013:36), komunikasi adalah

siapa yang berkata apa, melalui saluran apa, kepada siapa, dan apa akibatnya

(who, says what, through what channel, to whom, and what effect).

Dalam strategi komunikasi segala sesuatunya harus dipertautkan dengan

komponen-komponen yang merupakan jawaban terhadap pertanyaan yang

dirumuskan oleh Harold D. Lasswell (Formula Laswell). Formula itu tampaknya

sederhana, tetapi jika dikaji lebih jauh, pertanyaan ”efek apa yang diharapkan”

secara implisit mengandung pertanyaan lain yang perlu dijawab dengan seksama,

yaitu :

1. When ( Kapan dilaksanakannya)

2. How ( Bagaimana melaksanakannya)

3. Why ( Mengapa dilaksanakan demikian)

Pada hakikatnya, strategi adalah suatu perencanaan (planning) dan

manajemen (management) untuk mencapai suatu tujuan. Akan tetapi, untuk

mecapai tujuan tersebut, strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan yang hanya

menunjukkan arah saja, melainkan harus mampu menunjukkan bagaimana taktik

Page 5: JURNAL STRATEGI KOMUNIKASI BADAN PENYELENGGARA … D0210005.pdfSOSIAL (BPJS) DALAM SOSIALISASI PROGRAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) (Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Strategi

4

operasionalnya (Effendi, 2013:32). Seorang pakar perencanaan komunikasi

Middleton (1980) (Cangara, 2013:61) membuat definisi strategi komunikasi,

dengan menyatakan bahwa strategi komunikasi adalah kombinasi yang terbaik

dari semua elemen komunikasi mulai dari komunikator, pesan, saluran, penerima

sampai pada pengaruh (efek) yang dirancang untuk mencapai tujuan komunikasi

yang optimal.

Suatu strategi juga merupakan keseluruhan keputusan kondisional tentang

tindakan yang akan dijalankan guna mencapai tujuan. Dalam merumuskan strategi

komunikasi, selain diperlukan perumusan tujuan yang jelas, juga terutama

memperhitungkan kondisi dan situasi khalayak. Penetapan strategi komunikasi

tentu saja kembali kepada elemen dari komunikasi, yakni who says what, to

whom through what chabbels, and what effects. Karena itu strategi yang

dijalankan harus diawali dengan langkah-langkah mengenal khalayak, menyusun

pesan, menetapkan metode, seleksi dan penggunaa media (Arifin, 1984:74),

sebagai berikut:

1. Mengenal Khalayak

Mengenal khalayak adalah langkah pertama bagi komunikator dalam

usaha komunikasi yang efektif. Memahami target sasaran kegiatan

komunikasi merupakan hal yang sangat penting sebab semua aktivitas

komunikasi diarahkan kepada mereka. Merekalah yang menentukan berhasil

tidaknya suatu program.

2. Menyusun pesan

Setelah mengenal khalayak maka langkah selanjutnya dalam perumusan

strategi ialah menyusun pesan, yaitu menentukan tema dan materi. Syarat

utama dalam mempengaruhi khalayak dari pesan tersebut ialah mampu

menarik perhatian khalayak.

3. Menetapkan Metode

Untuk mencapai efektivitas komunikasi maka tidak hanya bergantung

padaa kemantapan isi pesan yang diselaraskan dengan kondisi khalayak

namun juga dipengaruhi oleh metode-metode dalam menyampaikan pesan

kepada sasaran. Dalam dunia komunikasi, metode penyampain pesan dapat

Page 6: JURNAL STRATEGI KOMUNIKASI BADAN PENYELENGGARA … D0210005.pdfSOSIAL (BPJS) DALAM SOSIALISASI PROGRAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) (Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Strategi

5

dilihat dari dua aspek yaitu: menurut cara pelaksanaannya dan menurut

bentuk isinya. Aspek pertama (menurut cara pelaksaannya) dapat

diwujudkan dalam dua bentuk, yaitu mentode redundancy (repitition) dan

canalizing. Sementara aspek yang kedua (menurutbentuk isinya) dikenal

metode-metode informatif, persuasi, edukatif dan kursif.

4. Seleksi dan penggunaan Media

Sebelum suatu pesan atau kebijaksanaan lembaga disampaikan kepada

masyarakat perlu dipertimbangkan tentang penggunaan media atau saluran

yang paling efektif. Didalam ilmu komunikasi dikenal komunikasi langsung

(face to face) dan media massa. Jika sasarannya hanya terdiri dari beberapa

orang saja dan lokasinya dapat dijangkau maka digunakan komunikasi

langsung, termaksud jika sasarannya internal publik maka biasanya

digunakan pertemuan-pertemuan. Jika sasarannya banyak orang dan tersebar

dimana-mana, maka salurannya yang sesuai adalah media massa.

Seperti halnya dengan strategi dalam bidang apapun, strategi komunikasi

harus didukung oleh teori, karena teori merupakan pengetahuan berdasarkan

pengalaman yang sudah diuji kebenarannya. Banyak teori komunikasi yang sudah

diketengahkan oleh para ahli, tetapi untuk strategi komunikasi teori yang memadai

baiknya untuk dijadikan pendukung strategi komunikasi ialah apa yang

dikemukakan oleh Harold D. Lasswell yaitu cara yang terbaik untuk menerangkan

kegiatan komunikasi adalah menjawab pertanyaan “Who Says What In Which

Channel To Whom With What Effect?”komponen komunikasi yang berkolerasi

secara fungsional pada paradigma Lasswell itu merupakan jawaban pertanyaan

yang diajukan

.

Metodologi Penelitian

Jenis penelitian dalam mengamati Program Jaminan Kesehatan Nasional ini

adalah kualitatif. Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan analisis data yang

cermat terhadap suatu fenomena tertentu. Penelitian kualitatif merupakan suatu

Page 7: JURNAL STRATEGI KOMUNIKASI BADAN PENYELENGGARA … D0210005.pdfSOSIAL (BPJS) DALAM SOSIALISASI PROGRAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) (Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Strategi

6

usaha untuk mengungkapkan suatu masalah, keadaan, atau peristiwa sebagaimana

adanya sehingga hanya bersifat sekedar mengungkap fakta. Hasil penelitian

ditekankan untuk memberikan gambaran obyektif tentang keadaan sebenarnya

dari objek yang diteliti (Moleong, 1989 : 3). Karenanya, laporan penelitian ini

akan berisi kutipan-kutipan data untuk memberi gambaran penyajian laporan yang

berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, foto, dokumen pribadi, dan

dokumen resmi lainnya.

Sajian dan Analisis Data

Pada tinjauan pustaka pada Bab I telah dikemukakan empat hal yang

menjadi pokok penyusunan strategi komunikasi, yaitu:

1. Mengenal khalayak

2. Menyusun pesan

3. Menetapkan metode

4. Seleksi dan penggunaan media

5. Evaluasi dan monitoring

Dengan empat hal tersebut, peneliti dapat menentukan strategi komunikasi

yang digunakan oleh BPJS Kesehatan Surakarta untuk melaksanakan sosialisasi

mengenai program JKN.

1. Mengenal khalayak

Sebelum melaksanakan sosialisasi, sangat penting bagi komunikator untuk

mengenal khalayak yang akan menjadi sasaran sosialisasinya. Tahap ini

merupakan tahap dimana komunikator menyamakan kepentingan dengan

khalayak. Untuk menyamakan kepentingan tersebut, seorang komunikator harus

dapat mengenal pola piker (frame of reference) dan lapangan pengalaman (field of

experience) dari khalayak.

Tahap mengenal khalayak juga dilakukan oleh Dinas Sosial Makassar dalam

menyosialisasikan program Keluarga Harapan. Hal ini seperti penelitian yang

dilakukan oleh Asti Respita dalam “Strategi Komunikasi Dinas Sosial Makassar

Page 8: JURNAL STRATEGI KOMUNIKASI BADAN PENYELENGGARA … D0210005.pdfSOSIAL (BPJS) DALAM SOSIALISASI PROGRAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) (Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Strategi

7

dalam Menyosialisasikan Program Keluarga Harapan terhadap Rumah Tangga

Sangat Miskin di Kecamatan Tamalate.” Dalam penelitian tersebut disebutkan

bahwa tahap mengenal khalayak dilakukan oleh Dinas Sosial Makassar untuk

menyosialisasikan Program Keluarga Harapan terhadap Rumah Tangga Sangat

Miskin di Kecamatan Tamalate Makassar. Dalam penelitian tersebut disebutkan

bahwa sebelum melaksanakan sosialisasi, Dinas Sosial Makassar terlebih dulu

mengenali sasarannya dan mengetahui kerangka referensi (frame of reference)

serta situasi dan kondisi dari sasarannya. Hal tersebut dilakukan melalui

penelitian, observasi dan penjajakan.

Dalam sosialisasi program JKN, BPJS bekerja sama dengan Pemerintah

Daerah setempat yang ditunjuk sebagai petugas sosialisasi atau komunikator

dalam sosialisasi tersebut. Sasaran dari sosialisasi ini awalnya adalah Pegawai

Kelurahan Nusukan dan kemudian dilanjutkan ke Tokoh Masyarakat serta

masyarakat umum.

Hal tersebut sesuai dengan yang diungkapkan oleh Khoirur Rosidi, Kepala

Unit Manajemen Kepesertaan dan UPMP4 BPJS Kesehatan Surakarta yang

mengatakan bahwa:

“Sasaran dari sosialisasi tersebut adalah masyarakat umum, namun kami

tidak dapat langsung berinteraksi karena jumlah masyarakat yang sangat

banyak maka juga akan memakan waktu sosialisasi yang lama pula. Maka

dari itu kami melakukan sosialisasi berawal dari instansi pemerintahan dulu

seperti Kecamatan, Kelurahan, lalu dari Kelurahan bisa langsung

menyampaikan sosialisasi tersebut ke Tokoh Masyarakat seperti perwakilan

tiap RT atau Ketua RT yang mana nantinya Ketua RT terebut bisa

menyampaikan ke warganya.”

Sosialisasi dilaksanakan secara bertahap, yakni sosialisasi untuk Tingkat

Kelurahan kemudian Tokoh Masyarakat, yang diharapkan setelah diadakannya

sosialisasi, mereka dapat menyampaikan secara langsung kepada masyarakat.

Hal serupa juga diungkapkan oleh Dra. Sabta Endah Yulianti selaku Lurah

Kelurahan Nusukan mengungkapkan mengenai sasaran sosialisasi di tingkat

kelurahan:

Page 9: JURNAL STRATEGI KOMUNIKASI BADAN PENYELENGGARA … D0210005.pdfSOSIAL (BPJS) DALAM SOSIALISASI PROGRAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) (Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Strategi

8

“Sosialisasi di tingkat Kelurahan ditujukan kepada pegawai kelurahan

kemudian dilanjutkan ke Tokoh Masyarakat dan nanti harapannya para

Tokoh Masyarakat tersebut bisa langsung menyampaikannya kepada

masyarakat.”

Tahap mengenal khalayak sebelum melaksanakan sosialisasi merupakan

poin penting sebelum melangkah ke tahap selanjutnya. Tahap ini dapat dilakukan

dengan mengenali frame of reference atau pola piker, lapangan pengalaman atau

field of experience, kondisi fisik, situasi dan sebagainya.

Dengan melihat sosialisasi yang dilakukan bertahap yaitu sosialisasi untuk

pegawai Kelurahan dilakukan sendiri dan untuk sosialisai untuk tokoh masyarakat

juga dilakukan sendiri, dari segi komunikasi, hal ini dapat dikatan efektif. Dalam

lingkup pegawai Kelurahan rata-rata memiliki pola piker (frame of reference) dan

lapangan pengalaman (field of experience) yang sama karena pada umumnya

mereka memiliki pendidikan hingga jenjang sarjana dengan lapangan pengalaman

yang lebih luas mengenai hal ini. Jadi ketika memberikan sosialisasi kepada

pegawai, para komunikator dapat membahas materi secara lebih teknis.

Untuk sosialisasi di tokoh masyarakat, komunikator dapat menurunkan

standard an cara penyampaian materi karena jika melihat dari sasaran, rata-rata

pola piker (frame of reference) dan lapangan pengalaman (field of experience)

mereka ada di bawah para pegawai kelurahan.

Kelurahan Nusukan sebagai komunikator juga telah melakukan tahap

mengenal khalayak. Hal tersebut sesuai dengan yang diungkapkan oleh Dra. Sabta

Endah Yulianti selaku Lurah Kelurahan Nusukan:

“Selain itu juga mencari tahu, siapa yang nantinya akan menjadi peserta

dalam sosialisasi. Sehingga kami dapat mempersiapkan cara penyampaian

materi yang tepat.”

Hal tersebut juga diungkapkan oleh Sulistyo Adi, bahwa:

“Sebelum melakukan sosialisasi, kami melakukan survey untuk mengetahui

siapa yang menjadi audiens”

Page 10: JURNAL STRATEGI KOMUNIKASI BADAN PENYELENGGARA … D0210005.pdfSOSIAL (BPJS) DALAM SOSIALISASI PROGRAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) (Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Strategi

9

Dari penjelasan tersebut di atas dapat diketahui bahwa BPJS Kesehatan

Kota Surakarta selaku pelaksana sosialisasi sudah menentukan sasaran dari

sosialisasi dan Kelurahan Nusukan juga telah melakukan usaha untuk mengenali

audiens dari sosialisasi yang akan dilaksanakan. Dengan mengenal khalayak,

maka komunikator dapat menentukan cara penyampaian dan pengemasan materi,

sehingga pesan dapat diterima dengan baik oleh komunikan.

2. Menyusun pesan

Setelah menetukan khalayak, maka tahap selanjutnya dalam strategi

komunikasi adalah menyusun pesan. Seperti yang telah dikemukakan pada BAB I

bahwa syarat-syarat yang perlu diperhatikan dalam menyusun pesan yaitu

menentukan tema dan materi. Syarat utama dalam mempengaruhi khalayak dari

pesan tersebut, ialah mampu membangkitkan perhatian. Hal ini sesuai dengan AA

Procedure atau From Attention to Action Procedure. Artinya membangkitkan

perhatian (attention) untuk selanjutnya menggerakkan seseorang atau banyak

orang melakukan suatu kegiatan (action) sesuai tujuan yang dirumuskan.

Berdasarkan pemaparan yang telah disampaikan pada BAB I mengenai

keberhasilan suatu pesan yang dikemukakan oleh Schramm, suatu pesan

dikatakan dapat berhasil apabila pesan direncanakan dan disampaikan sedemikian

rupa sehingga pesan itu dapat menarik perhatian yang ditujukan. Jadi seorang

komunikator harus merencanakan pesan yang akan disampaikannya sebelum

melaksanakan sosialisasi.

Hasil wawancara dengan informan dapat disesuaikan dengan pernyataan

dari Wilbur Schramm dalam “How Communication Works”. Dalam karyanya

tersebut Schramm mengemukakan the condition of success in communication,

yaitu:

Pesan harus dirancangkan dan disampaikan sedemikian rupa sehingga

dapat menarik perhatian sasaran yang dimaksud. Berdasarkan wawancara dengan

informan yang telah disampaikan di atas, dapat diketahui bahwa BPJS Kesehatan

Surakarta dan Kelurahan Nusukan selaku komunikator dalam sosialisasi, telah

merancang dan menyusun pesan sedemikian rupa untuk menarik perhatian dari

Page 11: JURNAL STRATEGI KOMUNIKASI BADAN PENYELENGGARA … D0210005.pdfSOSIAL (BPJS) DALAM SOSIALISASI PROGRAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) (Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Strategi

10

komunikan. Hal tersebut sesuai dengan hasil wawancara dengan Sulistyo Adi dari

Kelurahan Nusukan yang mengemukakan sebagai berikut:

“Tentunya persiapan materi dan juga media pembantu yang akan digunakan

untuk menyampaikan materi seperti slide presentasi, buku panduan, dan

lain-lain”

Sulistyo Adi juga menambahkan tentang persiapannya dalam menyusun

pesan sosialisasi:

“memilih komunikator atau petugas yang akan menyampaikan sosialisasi,

mempersiapkan materi dan menyusun cara penyampaiannya”

Selain itu, pesan haruslah menggunakan tanda-tanda yang dirasakan pada

pengalaman yang sama antara sumber dan sasaran, sehingga kedua pengertian

bertemu. Pesan yang disampaikan dalam sosialisasi juga harus membangkitkan

kebutuhan pribadi pada sasaran dan menyarankan cara-cara mencapai kebutuhan

itu. Pesan harus menyarankan suatu jalan untuk memperoleh suatu kebutuhan

yang layak bagi situasi kelompok dimana sasaran pada saat digerakkan untuk

memberi jawaban yang dikehendaki.

Menurut Dra. Sabta Endah Yulianti, selaku Lurah Nusukan dalam

wawancara mengungkapkan sebagai berikut:

“menampilkan contoh-contoh kasus yang sering terjadi di lapangan dan

solusi untuk mengatasinya.”

Sulistyo Adi salah satu petugas sosialisasi dari Kelurahan Nusukan juga

menambahkan keterangan dalam wawancara, bahwa:

“menyusun bahan materi dengan baik sehingga audiens mudah mengerti

isinya. Selain itu juga menyampaikan materi beserta sharing kasus yang

terjadi di lapangan, sehingga materi yang disampaikan aplikatif, tidak hanya

teori saja.”

Jadi, berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat diketahui bahwa

Kelurahan Nusukan selaku petugas sosialisasi juga telah memenuhi syarat yang

dikemukakan oleh Schramm mengenai keberhasilan suatu pesan yang akan

disampaikan kepada audiens dalam sosialisasi. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil

wawancara yang menyatakan bahwa para petugas sosialisasijuga menyampaikan

Page 12: JURNAL STRATEGI KOMUNIKASI BADAN PENYELENGGARA … D0210005.pdfSOSIAL (BPJS) DALAM SOSIALISASI PROGRAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) (Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Strategi

11

contoh kasus yang sering dialami di lapangan. Hasil tersebut sesuai dengan salah

satu syarat keberhasilan suatu pesan mengenai kesamaan pengalaman untuk

menciptakan pengertian antara kedua belah pihak.

Hasil wawancara tersebut juga menunjukkan bahwa pesan yang

disampaikan dalam sosialisasi harus membangkitkan kebutuhan pribadi pada

sasaran dan menyarankan cara-cara mencapai kebutuhan itu serta menyarankan

suatu jalan untuk memperoleh suatu kebutuhan yang layak bagi situasi kelompok.

Hal tersebut dapat dilihat dari hasil wawancara yang menyatakan bahwa pihak

komunikator juga memberikan solusi untuk mengatasi kasus-kasus yang sering

terjadi di lapangan.

Dalam penyusunan pesan sosialisasi JKN, BPJS Kesehatan Surakarta

menekankan pada poin tata cara keanggotaannya serta pelaksanaannya.

Haltersebut sesuai dengan hasil wawancara dengan Khoirur Rosidi, Kepala Unit

Manajemen Kepesertaan dan UPMP4 BPJS Kesehatan Surakarta, yaitu:

“Untuk menjadi keanggotaan BPJS Kesehatan bisa melalui lansung

mendaftarkan secara mandiri ke kantor BPJS Kota Surakarta yang di daerah

Sumber, tapi bisa juga untuk yang pegawai kantoran langsung didaftarkan

secara kolektif oleh pihak kantor sehubungan dengan fasilitas kantor yang

didapatkan seperti subsidi pembayaran yang diberikan oleh pihak instansi

masing-masing.”

Khoirur Rosidi juga menambahkan bahwa:

“Poin-poin yang kami tekankan dalam sosialisasi ini selain bagaimana cara

menjadi anggota yaitu tentang hak dan kewajiban anggota. Karena jika

anggota sudah paham mengenai hak yang didapat dan kewajiban yang harus

dilaksanakan, maka akan mengurangi complain atau keluhan.”

Selain dari pihak BPJS, dari pihak Kelurahan Nusukan selaku komunikator

atau petugas sosialisasi juga telah menentukan poin atau pesan yang akan

disampaikan dalam sosialisasi tersebut. Hal tersebut diungkapkan oleh Dra. Sapta

Endah Yulianti selaku Lurah Nusukan, bahwa:

“Isi yang kami tekankan adalah apa saja yang menjadi kewajiban

masyarakat jika nantinya sudah menjadi anggota JKN juga apa saja hak

yang akan didapatkan.”

Page 13: JURNAL STRATEGI KOMUNIKASI BADAN PENYELENGGARA … D0210005.pdfSOSIAL (BPJS) DALAM SOSIALISASI PROGRAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) (Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Strategi

12

Hal serupa juga disampaikan oleh Sulistyo Adi, salah satu pegawai

Kelurahan Nusukan yang menjadi petugas sosialisasi:

“Inti yang kami tekankan dari sosialisasi adalah pemerintah memiliki

program bernama Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang dikelola oleh

pihak Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS) Surakarta

dimana program tersebut merupakan sebuah program yang mirip dengan

asuransi kesehatan namun dikelola oleh pemerintah dan juga mendapatkan

subsidi dari pemerintah dalam pembayaran preminya.”

Dari keterangan yang disampaikan oleh informan tersebut di atas, dapat

diketahui bahwa BPJS Kesehatan Surakarta dan Kelurahan Nusukan selaku

petugas sosialisasi sudah merencanakan poin atau inti pesan yang akan

disampaikan pada audiens.

Selanjutnya, pesan tersebut kemudian dikomunikasikan kepada audiens

dalam sosialisasi. Setelah sosialisasi tersebut akan diketahui penerimaan pesan

oleh para audiens. Untuk mengetahui apa saja pesan yang dapat diterima oleh

audiens dari pesan telah disusun oleh komunikator yaitu BPJS Keseheatan

Surakarta dan Kelurahan Nusukan, dapat diketahui melalui hasil wawancara

berikut yang diungkapkan oleh Sulistyo Adi staff Keluarahan Nusukan:

“Pesan yang diterima adalah bagaimana cara menjadi anggota dan juga apa

saja hak dan kewajiban seorang anggota JKN”

Sosialisasi JKN ini selain diberikan kepada staff atau pegawai Kelurahan

Nusukan juga dilaksanakan kepada tokoh masyarakat sebagai opinion leader

dengan sasaran masyarakat secara umum nantinya. Dalam hal ini adalah Ketua

RT yang bertugas sebagai komunikator atau penyampai pesan ke warganya.

Sebagai contoh adalah RT 01 Kampung Bibis Luhur Nusukan.

Pujo Haryadi selaku Ketua RT 01 Bibis Luhur mengungkapkan hal berikut:

“Pesan yang saya terima adalah bagaimana cara menjadi anggota dan apa

saja hak dan kewajiban anggota JKN.”

Tokoh masyarakat lainnya yaitu Robert Sriyanto juga mengungkapkan

bahwa:

Page 14: JURNAL STRATEGI KOMUNIKASI BADAN PENYELENGGARA … D0210005.pdfSOSIAL (BPJS) DALAM SOSIALISASI PROGRAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) (Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Strategi

13

“Inti dari pesan yang saya terima adalah bagaimana cara menjadi anggota

JKN dan apa saja hak dan kewajiban anggota JKN.”

Setelah tokoh masyarakat paham dengan apa yang disampaikan oleh pihak

Kelurahan Nusukan maka selanjutnya sang tokoh masyarakat melanjutkan pesan

tersebut kepada warganya dalam suatu pertemuan khusus. Dalam hal ini Widji

Lestari selaku warga masyarakat yang sudah mendapat terpaan sosialisasi dari

tokoh masyarakat mengungkapkan bahwa:

”Pesan yang saya dapatkan adalah bagaimana caranya menjadi anggota dan

juga apa hak dan kewajiban saya jika nantinya saya menjadi anggota JKN.”

Di lain kesempatan, Agus Supriyanto warga RT 01 juga mengatakan hal

yang sama:

“Inti dari sosialisasi yang disampaikan adalah bagaimana caranya menjadi

anggota JKN jika saya ingin menjadi anggota dan juga apa saja yhak dan

kewajiban saya jika nanti sudah menjadi anggota JKN.”

Dari hasil wawancara dengan para informan yang menjadi sasaran

sosialisasi yaitu staff Kelurahan Nusukan, tokoh masyarakat, dan juga masyarakat

secara umum, dapat diketahui bahwa mereka dapat menangkap pokok atau inti

dari pesan yang disampaikan dalam sosialisasi. Dengan melihat hasil wawancara

antara komunikator, yaitu BPJS Kesehatan dan Kelurahan Nusukan dengan

sasaran sosialisasi yaitu staff Kelurahan Nusukan, tokoh masyarakat dan

masyarakat umum, dapat diketahui bahwa pokok atau poin pesan yang

disampaikan oleh komunikator dengan poin pesan yang diterima oleh sasaran

sosialisasi pada intinya sama.

Jadi dapat diketahui bahwa pesan yang disampaikan oleh BPJS Kesehatan

Surakarta dan Kelurahan Nusukan dalam sosialisasinya efektif dan dapat

tersampaikan dengan baik kepada sasaran sosialisasi, yaitu staff Kelurahan

Nusukan, tokoh masyarakat, dan masyarakat umum. Hal tersebut dapat dilihat dari

kesamaan poin pesan yang disampaikan dan diterima, karena suatu pesan

dikatakan berhasil apabila timbul kesamaan pengertian antara komunikatpr

dengan komunikan.

Page 15: JURNAL STRATEGI KOMUNIKASI BADAN PENYELENGGARA … D0210005.pdfSOSIAL (BPJS) DALAM SOSIALISASI PROGRAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) (Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Strategi

14

Selain pesan yang diterima, para informan dari sasaran sosialisasi tersebuyt

juga juga menyampaikan tanggapan mereka untuk sosialisasi yang telah mereka

terima. Sebuah pesan dikatakan efektif dan tersampaikan kepada komunikan

apabila menghasilkan sebuah tanggapan atau feedback atas pemberian pesan

tersebut. Sosialisasi dikatakan efektif bila pesan yhang disampaikan di dalamnya

sesuai dengan field of experience, menimbulkan kebutuhan dan pemenuhannya,

serta memberikan manfaat bagi komunikannya. Hal tersebut seperti yang

diungkapakn oleh Sulistyo Adi, salah satu staff Kelurahan Nusukan:

“Sosialisasi ini sangat membantu sekali karena program JKN termasuk hal

yang baru, sebelumnya memang ada ASKES namun kan yang ini berbeda

sistemnya jadi memang masyarakat perlu tahu secara menyeluruh.”

Dra. Sabta Endah Yunianti selaku Lurah Kelurahan Nusukan juga

memberikan tanggapan:

“Sosialisasi ini tentunya sangat penting dan bermanfaat untuk

menginformasikan kepada staff tentang alurnya seperti apa, jika mau jadi

anggota bagaimana lalu fasilitas apa saja yang didapatkan jika sudah

menjadi anggota agar tidak terjadi kesalahpahaman dengan pihak fasilitas

kesehatan.”

Tanggapan mengenai sosialisasi juga disampaikan oleh sasaran sosialisasi

yaitu tokoh masyarakat. Salah satu tanggapan adalah dari Pudjo Haryadi selaku

Ketua RT 01:

“Sosialisasi ini sangat baik untuk menginformasikan mengenai program

JKN yang terhitung masih baru. Diharapkan dengan adanya sosialisasi ini

masyarakat menjadi berminat untuk mendaftarkan diri menjadi anggota

sehingga nantinya jika mengalami musibah sakit yang berat tidak perlu

khawatir dengan biaya yang membengkak.”

Tanggapan lainnya mengenai sosialisasi juga diberikan oleh tokoh

masyarakat lainnya, Robert Sriyanto:

“Perlu diadakan sosialisasi secara berkala kepada masyarakat umum

karena selain materinya banyak, tingkat penangkapan materi oleh

masyarakat juga berbeda-beda.”

Perwakilan dari masyarakat umum juga memberikan tanggapan sperti Ibu

Widji Lestari yang mengatakan bahwa:

Page 16: JURNAL STRATEGI KOMUNIKASI BADAN PENYELENGGARA … D0210005.pdfSOSIAL (BPJS) DALAM SOSIALISASI PROGRAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) (Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Strategi

15

”Baik. Apalagi sosialisasi dilakukan langsung kepada masyarakat umum

ketika PKK atau rapat Bapak-bapak jadi kami tau jika pemerintah punya

program baru yang bermanfaat untuk masyarakat.”

Agus Supriyanto warga RT 01 juga mengatakan hal yang sama mengenai

sosialisasi tersebut:

“Sosialisasi nya bagus dan perlu diadakan secara berkala. Sosialisasi ini

memberikan informasi yang bermanfaat bagi masyarakat. Tidak hanya

mengenai programnya tetapi juga cara pengelolaannya”

Dari hasil wawancara tersebut dapat diketahui bahwa para informan yang

merupakan sasaran dari sosialisasi pada umumnya memberikan tanggapan yang

positif, yaitu dengan mengatakan bahwa sosialisasi tersebut bermanfaat bagi

mereka. Selain tanggapan, ada juga masukan disampaikan oleh masyarakat.

3. Menetapkan metode

Setelah mengenal khalayak dan menyusun pesan, langakah selanjutnya

dalam strategi komunikasi adalah menetapkan metode atau cara komunikator

untuk menyampaikan sosialisasinya. pemilihan metode ini harus disesuaikan

dengan bentuk pesan, keadaan khalayak, fasilitas dan biaya. Pemilihan metode

sangat penting karena menentukan tata cara yang digunakan untuk menyampaikan

pesan.

Cara penyampaian sosialisasi dapat menunjukkan suatu metode tertentu

dalam komunikasi. Berdasarkan hasil wawancara dengan staff Kelurahan selaku

pembicara dalam sosialisasi, para petugas berusaha menyatukan diri dengan

audiens melalui penggunaan bahasa yang mudah dimengerti serta joke atau

candaan ringan. Selain berusaha menyatukan diri dengan audiens, dalam

penyampaiannya, para staff juga menambahkan contoh-contoh kasus di lapangan

yang banyak terjadi. Menyusun materi sedemikian rupa sehingga bisa tertata dan

menyampaikan keuntungan (Advantages) apabila program ini bisa berjalan.

Hal tersebut diketahui berdasarkan hasil wawancara dengan Sulistyo Adi,

selaku komunikator dari pihak kelurahan Nusukan mengungkapkan nahwa:

Page 17: JURNAL STRATEGI KOMUNIKASI BADAN PENYELENGGARA … D0210005.pdfSOSIAL (BPJS) DALAM SOSIALISASI PROGRAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) (Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Strategi

16

“pastinya saya menyampaikan pesan dengan komunikatif, menyampaikan

contoh-contoh kasus yang sering terjadi di lapangan dan solusi untuk

mengatasinya. Kami juga berusaha menyatukan diri dengan peserta,

misalnya dengan melemparkan joke atau juga menggunakan bahasa sehari-

hari yang mudah dimengerti. Kami juga menyampaikan keuntungan

(advantages) apabila program ini bisa berjalan. Kami juga menyusun

sedemikian rupa materi ke dalam bentuk slide Power Point dan modul

yang kami bagikan sebelum sosialisasi, sehingga peserta bisa membaca

dan memahami terlebih dahulu materi yang akan disampaikan”

Selain Sulistyo Adi, Dra Sabta Endah Yunianti juga mengatakan:

“Tentunya menggunakan komunikasi yang mudah dimengerti, bahasa

yang mudah dipahami, menyusun bahan materi dengan baik sehingga

audiens mudah mengerti isinya. Selain itu juga menyampaikan materi

beserta sharing kasus yang terjadi di lapangan sehingga materi yang

disampaikan aplikatif, tidak hanya teori saja.”

Dari hasil wawancara tersebut dapat dianalisa metode atau teknik

komunikasi yang digunakan oleh BPJS Kesehatan Kota Surakarta dalam

melaksanakan sosialisasi kepada audiens. Jika melihat dari tujuan sosialisasi,

yaitu untuk memberikan informasi mengenai program JKN dan tata cara

pelaksanaannya, maka metode yang digunakan adalah metode informatif yaitu

suatu bentuk isi pesan, yang bertujuan mempengaruhi khalayak dengan cara

(metode) memberikan penerangan. Selain itu, jika dilihat dari tujuan yang lain

yaitu perubahan sikap bagi para staff untu melaksanakan tugas dengan baik dan

perubahan sikap dari masyarakat untuk turut serta menjadi anggota, maka dalam

sosialisasi ini, ada unsur persuasif yang digunakan. Dalam metode persuasif,

komunikasi dilakukan tidak hanya bertujuan untuk memberikan informasi saja,

tetapi juga menghendaki adanya perubahan sikap, perilaku dan pendapat dari

komunikan. Dalam hal ini khalayak digugah baik pikirannya, terutama

perasaannya.

4. Seleksi dan Penggunaan Media

Media komunikasi merupakan sarana atau alat yang digunakan untuk

mempermudah proses penyampaian warta/pesan/informasi dari komunikator

kepada komunikan untuk mencapai tujuan tertentu. Media komunikasi banyak

jenisnya, mulai dari cetak, tulis hingga elektronik. Namun efektifitas dari masing-

Page 18: JURNAL STRATEGI KOMUNIKASI BADAN PENYELENGGARA … D0210005.pdfSOSIAL (BPJS) DALAM SOSIALISASI PROGRAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) (Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Strategi

17

masing media itu sendiri juga berbeda. Karena itu seorang komunikator yang

handal harus dapat memahami karakteristik media komunikasi, sehingga pada

akhirnya dapat memilih media apa yang tepat dan sesuai dengan karakter pesan

maupun karakter khalayaknya.

Hasil wawancara dengan Khoirur Rosidi, Kepala Unit Manajemen

Kepesertaan dan UPMP4 BPJS Kesehatan Surakarta, yaitu:

“Selain tatap muka, media yang digunakan adalah koran, radio, spanduk,

televisi dan lainnya.”

Sulistyo Adi, petugas yang melakukan sosialisasi dari Kelurahan Nusukan

mengungkapkan sebagai berikut:

“Media yang digunakan untuk sosialisasi adalah televisi lokal, radio, Koran,

pamflet, dan spanduk.”

Melalui hasil wawancara tersebut, dapat diketahui bahwa dalam

sosialisasinya, BPJS Kesehatan Kota Surakarta menggunakan media komunikasi

berupa televisi lokal, radio, Koran, dan spanduk. Jika dianalisa, penggunaan

televisi lokal, radio, dan Koran merupakan pilihan yang efektif karena tiga media

tersebut jika dilihat dari jangkauannya bersifat lokal. Terutama media radio dan

televisi lokal yang menekankan pada unsur lokalitas, jadi untuk sosialisasi di

tingkat Kota dapat dikatakan efektif karena sasarannya untuk masyarakat lokal.

Dalam hal ini, BPJS Kesehatan Kota Surakarta bekerja sama dengan radio lokal

milik pemerintah yaitu RRI (Rasio Republik Indonesia).

5. Evaluasi dan monitoring

Evaluasi dan monitoring merupakan poin yang perlu dilakukan ketika

sosialisasi sudah dilaksanakan. Evaluasi dan monitoring dilakukan untuk

mengetahui apakah pesan dalam sosialisasi dapat tersampaikan dengan baik dan

dapat diterima oleh khalayak.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Khoirur Rosidi, Kepala Unit

Manajemen Kepesertaan dan UPMP4 BPJS Kesehatan Surakarta, dapat diketahui

bahwa:

Page 19: JURNAL STRATEGI KOMUNIKASI BADAN PENYELENGGARA … D0210005.pdfSOSIAL (BPJS) DALAM SOSIALISASI PROGRAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) (Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Strategi

18

”Untuk evaluasi dan monitoring kami lakukan melalui rapat. Sedangkan

untuk mengukur kedalaman informasi yang diterima oleh target, kami

melihat dari sikap mereka (masyarakat) setelah mendapatkan sosialisasi.

Jika banyak yang mendaftarkan sebagai anggota, berarti sosialisasi yang

kami sampaikan dapat diterima dengan baik.”

Dari hasil wawancara tersebut, dapat diketahui bahwa evaluasi dari

sosialisasi dilakukan melalui rapat bersama para staff dan pegawai. Untuk

mengukur kedalaman informasi yang diterima oleh target audiens, BPJS melihat

dari jumlah anggota yang mendaftar. Jika terus bertambah, berarti mereka telah

menerima informasi dari sosialisasi dengan baik. Pihak BPJS juga melakukan

pembinaan pesan setelah sosialisasi dengan memanggil staff dari Kelurahan

sercara acak (random) dan menanyakan materi yang telah disampaikan dalam

sosialisasi.

Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang disusun dari serangkaian data yang diperoleh di

lapangan melalui hasil wawancara dengan narasumber dan hasil pengamatan

peneliti, maka kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian mengenai strategi

komunikasi sosialisasi program JKN oleh BPJS Kesehatan Surakarta adalah

sebagai berikut:

1. Tahap mengenal khalayak dilakukan melalui observasi dan mengenali

sasaran sosialisasi.

2. Tahap menyusun pesan yaitu melalui penentuan tema dan penyusunan

materi yang sesuai dengan khalayak sosialisasi.

3. Tahap menentukan metode. Metode yang digunakan dalam sosialisasi

yang dilakukan oleh BPJS Kesehatan Surakarta adalah metode

informatif dan persuasif dengan teknik penyampaian menggunakan

teknik asosiasi, integrasi, ganjaran dan tataan.

4. Tahap seleksi penggunaan media yaitu menentukan media apa yang

digunakan dalam sosialisasi, meliputi media cetak, media radio dan

televisi lokal, serta spanduk.

Page 20: JURNAL STRATEGI KOMUNIKASI BADAN PENYELENGGARA … D0210005.pdfSOSIAL (BPJS) DALAM SOSIALISASI PROGRAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) (Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Strategi

19

5. Tahap evaluasi dan monitoring dilakukan melalui rapat dan pengamatan

setelah menerima sosialisasi.

Daftar Pustaka

Akhir, Dani J., (2015), YLKI sebut BPJS Tak Berikan Sosialisasi yang Jelas.

http://economy.okezone.com. Dipublikasikan tanggal 21 Maret 2015

pada jam 13:01. Diakses tanggal 23 Juni 2016

Arifin, Anwar, (1984). Strategi Komunikasi: Suatu Pengantar Ringkas, Armico,

Bandung.

--------, (1994), Strategi Komunikasi : Sebuah Pengantar Ringkas, Armico,

Bandung.

Beersma, B., (2014), Does coaching work? - A meta-analysis on the effects of

coaching on individual level outcomes in an organizational context. The

Journal of Positive Psychology: Dedicated to Furthering Research and

Promoting Good Practice. Published on: September 13, 2013, page (s):

1-18. DOI: 10.1080/17439760.2013.837499. Diakses tanggal 12 Januari

2017

Cangara, H. Hafied, (2008), Pengantar Ilmu Komunikasi, PT Raja Grafindo

Persada, Jakarta.

Effendy, Onong U., (1986), Dinamika Komunikasi, Remadja Rosda Karya,

Bandung.

--------, (2006), Ilmu Komunikasi : Teori dan Praktek, PT Remaja Rosdakarya,

Bandung.

Ellinger, A. D., (2014). Coaching and Human Resource Development: Examining

Relevant Theories, Coaching Genres, and Scales to Advance Research

and Practice. Advances in Developing Human Resources. Published on

May 1, 2014, issue: 2, page (s): 127-138. DOI:

10.1177/1523422313520472 Diakses tanggal 10 Januari 2017

Iriani, Mariza R., (2015), Sosialisasi Jaminan Kesehatan Nasional.

Jefkins, Frank, (1996) . Public Relations,: Erlangga, Jakarta.

Lubis, Abu S., (2014). Upaya Memahami BPJS melalui Undang-undang no 24

tahun 2011.http://www.bppk.depkeu.go.id. Dipublikasikan tanggal 7

Agustus 2014 pada jam 09:18. Diakses tanggal 21 Mei 2017

Moleong, Lexy J., (2004), Metode Penelitian Kualitatif (Edisi Revisi), Remaja

Rosda Karya, Bandung.

Morrisan, (2009) . Teori Komunikasi Organisasi , Jakarta : Ghalia Indonesia.

Mukhtar, Umar. (2016), Sosialisasi BPJS Dianggap Masih

Lemah.http://www.republika.co.id. Dipublikasikan tanggal 27 Juli

2016 pada jam 09:25. Diakses tanggal 27 Mei 2017

Pawito, (2007), Penelitian Komunikasi Kualitatif, Pelangi Aksara, Yogyakarta.

Pratama, Herawan W., (2016), Difusi Inovasi dan Adopsi Program JKN di Desa

Catur Kabupaten Boyolali,

Page 21: JURNAL STRATEGI KOMUNIKASI BADAN PENYELENGGARA … D0210005.pdfSOSIAL (BPJS) DALAM SOSIALISASI PROGRAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) (Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Strategi

20

Rogers, Everett M., (1989), Komunikasi dan Pembangungan (Terj. Dasmar

Nurdin), Penerbit LP3ES Jakarta.

Ruslan, Rosady, (2008), Manajemen Public Relation dan Media Komunikasi,

Rajagrafindo Persada, Jakarta. Sutopo, H. B., (2002), Metodologi Penelitian Kualitatif : Dasar Teori dan

Terapannya dalam Penelitian, Sebelas Maret University Press,

Surakarta.

Widjaja, A.W., (1988) . Ilmu Komunikasi Pengantar Studi, Jakarta : PT Bina

Aksara

Wiryanto, (2005), Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta: Gramedia Widiasarana

Indonesia.