jurnal strategi komunikasi badan penyelenggara … d0210005.pdfsosial (bpjs) dalam sosialisasi...
TRANSCRIPT
0
JURNAL
STRATEGI KOMUNIKASI BADAN PENYELENGGARA JAMINAN
SOSIAL (BPJS) DALAM SOSIALISASI PROGRAM JAMINAN
KESEHATAN NASIONAL (JKN)
(Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Strategi Komunikasi Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial dalam Sosialisasi Program Jaminan
Kesehatan Nasional di Kota Surakarta)
Disusun oleh:
Agustin Pheby Luvyani
D0210005
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2017
1
STRATEGI KOMUNIKASI BADAN PENYELENGGARA JAMINAN
SOSIAL (BPJS) DALAM SOSIALISASI PROGRAM JAMINAN
KESEHATAN NASIONAL (JKN)
(Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Strategi Komunikasi Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial dalam Sosialisasi Program Jaminan
Kesehatan Nasional di Kota Surakarta)
Agustin Pheby Luvyani
Sutopo JK
Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Abstract
Agustin Pheby L. D0210005. Communication Strategy of BPJS Kesehatan
Surakarta in JKN Socialization Program. Communication Science of Faculty of
Social Science and Political Science of Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2017.
Jaminan Kesehatan Nasional/National Health Guarantee (JKN) is a part of
Sistem Jaminan Sosial Nasional/National Social Guarantee System (SJSN) that is
being held using social health insurance mechanism which is required
(obligatory) based on The Law Number 40 year 2014 about SJSN with a purpose
to fullfil health basic needs of society who is suitable to give to every person that
has been paid the cost or the cost paid by government.
Purpose of this research is to discover communication strategy of BPJS
Kesehatan Surakarta in Jaminan Kesehatan Nasional socialization program.
This research method is qualitative descriptive with interview and observation as
the main source, while supporting data obtained from documents and other
resources. Analysis technique is done by reduction data process, data
presentation, and conclusion. Sampling technique of this research is purposive
sampling.
Based on the research, communication strategy steps of BPJS Kesehatan
Surakarta are: getting to know the society by doing observation and choosing the
target from socialization. Step on discovering society can help the communicator
to know experience and mindset of the receiver.
The next step is to arrange message. On this step, BPJS Kesehatan Surakarta
arranging message and decide points of the message that will be informed to
socialization target. After that, the next step is to decide the method. Technique
that are used in socialization are association technique, integration, reward, and
2
arrangement, while for the method, BPJS Kesehatan Surakarta use informative
and persuasive method. After arranging message and decide the method, next step
is selecting media usage. BPJS Kesehatan Surakarta is using local media such as
newspaper, radio, local television, and banner as media.
Keywords: Communication, Socialization, Health
Pendahuluan
Kesehatan adalah investasi guna mendukung pembangunan ekonomi serta
memiliki peran penting dalam upaya penanggulangan kemiskinan. Pembangunan
kesehatan harus dilihat sebagai suatu investasi untuk meningkatkan kualitas
sumber daya manusia. Dalam pengukuran Indeks Pembangunan Manusia (IPM),
kesehatan adalah salah satu komponen utama selain pendidikan dan pendapatan
Dalam Undang-undang Nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan ditetapkan
bahwa kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Sebuah
negara pasti memiliki harapan untuk memberikan kesejahteraan kepada seluruh
rakyatnya. Siapapun dan apapun statusnya, berhak mendapatkan kesejahteraan dalam
hidupnya.
Undang-Undang Nomor 40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial
Nasional (SJSN) disahkan demi mewujudkan kebutuhan jaminan sosial di
Indonesia. Jaminan sosial yang dimaksud dalam UU SJSN adalah salah satu
bentuk perlindungan sosial untuk menjamin seluruh rakyat agar dapat memenuhi
kebutuhan dasar hidupnya yang layak. Selanjutnya sebagai penyempurna,
ditetapkan UU Nomor 24 tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial (BPJS) untuk mempercepat terselenggaranya sistem jaminan sosial
nasional bagi seluruh rakyat Indonesia. BPJS merupakan transformasi dari badan
usaha milik negara yang didaulat untuk menyelenggarakan jaminan sosial. BPJS
Kesehatan merupakan perubahan dari PT Askes (Persero) yang dulunya
menangani asuransi kesehatan bagi Pegawai Negeri Sipil (PNS). BPJS Kesehatan
resmi beroperasi pada 1 Januari 2014. BPJS Kesehatan menyelenggarakan
program jaminan kesehatan masyarakat yang dikenal dengan Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN). JKN di Indonesia merupakan bagian dari SJSN dilaksanakan
3
melalui sistem asuransi kesehatan yang bersifat wajib. Tujuannya untuk
melindungi seluruh masyarakat agar terlindungi dalam sistem asuransi yang dapat
digunakan untuk memenuhi kebutuhan dasar kesehatan masyarakat yang layak.
(Mariza Rizqi Iriani, Sosialisasi Jaminan Kesehatan Nasional (Studi Evaluasi
Efektivitas Sosialisasi Jaminan Kesehatan Nasional Oleh Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan Di Kabupaten Temanggung)
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas maka
dikemukakan perumusan masalah yaitu, “Bagaimana strategi komunikasi yang
dilakukan BPJS Kesehatan dalam melaksanakan sosialisasi JKN?”
Kajian Teori
Menurut Harold D Lasswell (1948) (Cangara, 2013:36), komunikasi adalah
siapa yang berkata apa, melalui saluran apa, kepada siapa, dan apa akibatnya
(who, says what, through what channel, to whom, and what effect).
Dalam strategi komunikasi segala sesuatunya harus dipertautkan dengan
komponen-komponen yang merupakan jawaban terhadap pertanyaan yang
dirumuskan oleh Harold D. Lasswell (Formula Laswell). Formula itu tampaknya
sederhana, tetapi jika dikaji lebih jauh, pertanyaan ”efek apa yang diharapkan”
secara implisit mengandung pertanyaan lain yang perlu dijawab dengan seksama,
yaitu :
1. When ( Kapan dilaksanakannya)
2. How ( Bagaimana melaksanakannya)
3. Why ( Mengapa dilaksanakan demikian)
Pada hakikatnya, strategi adalah suatu perencanaan (planning) dan
manajemen (management) untuk mencapai suatu tujuan. Akan tetapi, untuk
mecapai tujuan tersebut, strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan yang hanya
menunjukkan arah saja, melainkan harus mampu menunjukkan bagaimana taktik
4
operasionalnya (Effendi, 2013:32). Seorang pakar perencanaan komunikasi
Middleton (1980) (Cangara, 2013:61) membuat definisi strategi komunikasi,
dengan menyatakan bahwa strategi komunikasi adalah kombinasi yang terbaik
dari semua elemen komunikasi mulai dari komunikator, pesan, saluran, penerima
sampai pada pengaruh (efek) yang dirancang untuk mencapai tujuan komunikasi
yang optimal.
Suatu strategi juga merupakan keseluruhan keputusan kondisional tentang
tindakan yang akan dijalankan guna mencapai tujuan. Dalam merumuskan strategi
komunikasi, selain diperlukan perumusan tujuan yang jelas, juga terutama
memperhitungkan kondisi dan situasi khalayak. Penetapan strategi komunikasi
tentu saja kembali kepada elemen dari komunikasi, yakni who says what, to
whom through what chabbels, and what effects. Karena itu strategi yang
dijalankan harus diawali dengan langkah-langkah mengenal khalayak, menyusun
pesan, menetapkan metode, seleksi dan penggunaa media (Arifin, 1984:74),
sebagai berikut:
1. Mengenal Khalayak
Mengenal khalayak adalah langkah pertama bagi komunikator dalam
usaha komunikasi yang efektif. Memahami target sasaran kegiatan
komunikasi merupakan hal yang sangat penting sebab semua aktivitas
komunikasi diarahkan kepada mereka. Merekalah yang menentukan berhasil
tidaknya suatu program.
2. Menyusun pesan
Setelah mengenal khalayak maka langkah selanjutnya dalam perumusan
strategi ialah menyusun pesan, yaitu menentukan tema dan materi. Syarat
utama dalam mempengaruhi khalayak dari pesan tersebut ialah mampu
menarik perhatian khalayak.
3. Menetapkan Metode
Untuk mencapai efektivitas komunikasi maka tidak hanya bergantung
padaa kemantapan isi pesan yang diselaraskan dengan kondisi khalayak
namun juga dipengaruhi oleh metode-metode dalam menyampaikan pesan
kepada sasaran. Dalam dunia komunikasi, metode penyampain pesan dapat
5
dilihat dari dua aspek yaitu: menurut cara pelaksanaannya dan menurut
bentuk isinya. Aspek pertama (menurut cara pelaksaannya) dapat
diwujudkan dalam dua bentuk, yaitu mentode redundancy (repitition) dan
canalizing. Sementara aspek yang kedua (menurutbentuk isinya) dikenal
metode-metode informatif, persuasi, edukatif dan kursif.
4. Seleksi dan penggunaan Media
Sebelum suatu pesan atau kebijaksanaan lembaga disampaikan kepada
masyarakat perlu dipertimbangkan tentang penggunaan media atau saluran
yang paling efektif. Didalam ilmu komunikasi dikenal komunikasi langsung
(face to face) dan media massa. Jika sasarannya hanya terdiri dari beberapa
orang saja dan lokasinya dapat dijangkau maka digunakan komunikasi
langsung, termaksud jika sasarannya internal publik maka biasanya
digunakan pertemuan-pertemuan. Jika sasarannya banyak orang dan tersebar
dimana-mana, maka salurannya yang sesuai adalah media massa.
Seperti halnya dengan strategi dalam bidang apapun, strategi komunikasi
harus didukung oleh teori, karena teori merupakan pengetahuan berdasarkan
pengalaman yang sudah diuji kebenarannya. Banyak teori komunikasi yang sudah
diketengahkan oleh para ahli, tetapi untuk strategi komunikasi teori yang memadai
baiknya untuk dijadikan pendukung strategi komunikasi ialah apa yang
dikemukakan oleh Harold D. Lasswell yaitu cara yang terbaik untuk menerangkan
kegiatan komunikasi adalah menjawab pertanyaan “Who Says What In Which
Channel To Whom With What Effect?”komponen komunikasi yang berkolerasi
secara fungsional pada paradigma Lasswell itu merupakan jawaban pertanyaan
yang diajukan
.
Metodologi Penelitian
Jenis penelitian dalam mengamati Program Jaminan Kesehatan Nasional ini
adalah kualitatif. Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan analisis data yang
cermat terhadap suatu fenomena tertentu. Penelitian kualitatif merupakan suatu
6
usaha untuk mengungkapkan suatu masalah, keadaan, atau peristiwa sebagaimana
adanya sehingga hanya bersifat sekedar mengungkap fakta. Hasil penelitian
ditekankan untuk memberikan gambaran obyektif tentang keadaan sebenarnya
dari objek yang diteliti (Moleong, 1989 : 3). Karenanya, laporan penelitian ini
akan berisi kutipan-kutipan data untuk memberi gambaran penyajian laporan yang
berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, foto, dokumen pribadi, dan
dokumen resmi lainnya.
Sajian dan Analisis Data
Pada tinjauan pustaka pada Bab I telah dikemukakan empat hal yang
menjadi pokok penyusunan strategi komunikasi, yaitu:
1. Mengenal khalayak
2. Menyusun pesan
3. Menetapkan metode
4. Seleksi dan penggunaan media
5. Evaluasi dan monitoring
Dengan empat hal tersebut, peneliti dapat menentukan strategi komunikasi
yang digunakan oleh BPJS Kesehatan Surakarta untuk melaksanakan sosialisasi
mengenai program JKN.
1. Mengenal khalayak
Sebelum melaksanakan sosialisasi, sangat penting bagi komunikator untuk
mengenal khalayak yang akan menjadi sasaran sosialisasinya. Tahap ini
merupakan tahap dimana komunikator menyamakan kepentingan dengan
khalayak. Untuk menyamakan kepentingan tersebut, seorang komunikator harus
dapat mengenal pola piker (frame of reference) dan lapangan pengalaman (field of
experience) dari khalayak.
Tahap mengenal khalayak juga dilakukan oleh Dinas Sosial Makassar dalam
menyosialisasikan program Keluarga Harapan. Hal ini seperti penelitian yang
dilakukan oleh Asti Respita dalam “Strategi Komunikasi Dinas Sosial Makassar
7
dalam Menyosialisasikan Program Keluarga Harapan terhadap Rumah Tangga
Sangat Miskin di Kecamatan Tamalate.” Dalam penelitian tersebut disebutkan
bahwa tahap mengenal khalayak dilakukan oleh Dinas Sosial Makassar untuk
menyosialisasikan Program Keluarga Harapan terhadap Rumah Tangga Sangat
Miskin di Kecamatan Tamalate Makassar. Dalam penelitian tersebut disebutkan
bahwa sebelum melaksanakan sosialisasi, Dinas Sosial Makassar terlebih dulu
mengenali sasarannya dan mengetahui kerangka referensi (frame of reference)
serta situasi dan kondisi dari sasarannya. Hal tersebut dilakukan melalui
penelitian, observasi dan penjajakan.
Dalam sosialisasi program JKN, BPJS bekerja sama dengan Pemerintah
Daerah setempat yang ditunjuk sebagai petugas sosialisasi atau komunikator
dalam sosialisasi tersebut. Sasaran dari sosialisasi ini awalnya adalah Pegawai
Kelurahan Nusukan dan kemudian dilanjutkan ke Tokoh Masyarakat serta
masyarakat umum.
Hal tersebut sesuai dengan yang diungkapkan oleh Khoirur Rosidi, Kepala
Unit Manajemen Kepesertaan dan UPMP4 BPJS Kesehatan Surakarta yang
mengatakan bahwa:
“Sasaran dari sosialisasi tersebut adalah masyarakat umum, namun kami
tidak dapat langsung berinteraksi karena jumlah masyarakat yang sangat
banyak maka juga akan memakan waktu sosialisasi yang lama pula. Maka
dari itu kami melakukan sosialisasi berawal dari instansi pemerintahan dulu
seperti Kecamatan, Kelurahan, lalu dari Kelurahan bisa langsung
menyampaikan sosialisasi tersebut ke Tokoh Masyarakat seperti perwakilan
tiap RT atau Ketua RT yang mana nantinya Ketua RT terebut bisa
menyampaikan ke warganya.”
Sosialisasi dilaksanakan secara bertahap, yakni sosialisasi untuk Tingkat
Kelurahan kemudian Tokoh Masyarakat, yang diharapkan setelah diadakannya
sosialisasi, mereka dapat menyampaikan secara langsung kepada masyarakat.
Hal serupa juga diungkapkan oleh Dra. Sabta Endah Yulianti selaku Lurah
Kelurahan Nusukan mengungkapkan mengenai sasaran sosialisasi di tingkat
kelurahan:
8
“Sosialisasi di tingkat Kelurahan ditujukan kepada pegawai kelurahan
kemudian dilanjutkan ke Tokoh Masyarakat dan nanti harapannya para
Tokoh Masyarakat tersebut bisa langsung menyampaikannya kepada
masyarakat.”
Tahap mengenal khalayak sebelum melaksanakan sosialisasi merupakan
poin penting sebelum melangkah ke tahap selanjutnya. Tahap ini dapat dilakukan
dengan mengenali frame of reference atau pola piker, lapangan pengalaman atau
field of experience, kondisi fisik, situasi dan sebagainya.
Dengan melihat sosialisasi yang dilakukan bertahap yaitu sosialisasi untuk
pegawai Kelurahan dilakukan sendiri dan untuk sosialisai untuk tokoh masyarakat
juga dilakukan sendiri, dari segi komunikasi, hal ini dapat dikatan efektif. Dalam
lingkup pegawai Kelurahan rata-rata memiliki pola piker (frame of reference) dan
lapangan pengalaman (field of experience) yang sama karena pada umumnya
mereka memiliki pendidikan hingga jenjang sarjana dengan lapangan pengalaman
yang lebih luas mengenai hal ini. Jadi ketika memberikan sosialisasi kepada
pegawai, para komunikator dapat membahas materi secara lebih teknis.
Untuk sosialisasi di tokoh masyarakat, komunikator dapat menurunkan
standard an cara penyampaian materi karena jika melihat dari sasaran, rata-rata
pola piker (frame of reference) dan lapangan pengalaman (field of experience)
mereka ada di bawah para pegawai kelurahan.
Kelurahan Nusukan sebagai komunikator juga telah melakukan tahap
mengenal khalayak. Hal tersebut sesuai dengan yang diungkapkan oleh Dra. Sabta
Endah Yulianti selaku Lurah Kelurahan Nusukan:
“Selain itu juga mencari tahu, siapa yang nantinya akan menjadi peserta
dalam sosialisasi. Sehingga kami dapat mempersiapkan cara penyampaian
materi yang tepat.”
Hal tersebut juga diungkapkan oleh Sulistyo Adi, bahwa:
“Sebelum melakukan sosialisasi, kami melakukan survey untuk mengetahui
siapa yang menjadi audiens”
9
Dari penjelasan tersebut di atas dapat diketahui bahwa BPJS Kesehatan
Kota Surakarta selaku pelaksana sosialisasi sudah menentukan sasaran dari
sosialisasi dan Kelurahan Nusukan juga telah melakukan usaha untuk mengenali
audiens dari sosialisasi yang akan dilaksanakan. Dengan mengenal khalayak,
maka komunikator dapat menentukan cara penyampaian dan pengemasan materi,
sehingga pesan dapat diterima dengan baik oleh komunikan.
2. Menyusun pesan
Setelah menetukan khalayak, maka tahap selanjutnya dalam strategi
komunikasi adalah menyusun pesan. Seperti yang telah dikemukakan pada BAB I
bahwa syarat-syarat yang perlu diperhatikan dalam menyusun pesan yaitu
menentukan tema dan materi. Syarat utama dalam mempengaruhi khalayak dari
pesan tersebut, ialah mampu membangkitkan perhatian. Hal ini sesuai dengan AA
Procedure atau From Attention to Action Procedure. Artinya membangkitkan
perhatian (attention) untuk selanjutnya menggerakkan seseorang atau banyak
orang melakukan suatu kegiatan (action) sesuai tujuan yang dirumuskan.
Berdasarkan pemaparan yang telah disampaikan pada BAB I mengenai
keberhasilan suatu pesan yang dikemukakan oleh Schramm, suatu pesan
dikatakan dapat berhasil apabila pesan direncanakan dan disampaikan sedemikian
rupa sehingga pesan itu dapat menarik perhatian yang ditujukan. Jadi seorang
komunikator harus merencanakan pesan yang akan disampaikannya sebelum
melaksanakan sosialisasi.
Hasil wawancara dengan informan dapat disesuaikan dengan pernyataan
dari Wilbur Schramm dalam “How Communication Works”. Dalam karyanya
tersebut Schramm mengemukakan the condition of success in communication,
yaitu:
Pesan harus dirancangkan dan disampaikan sedemikian rupa sehingga
dapat menarik perhatian sasaran yang dimaksud. Berdasarkan wawancara dengan
informan yang telah disampaikan di atas, dapat diketahui bahwa BPJS Kesehatan
Surakarta dan Kelurahan Nusukan selaku komunikator dalam sosialisasi, telah
merancang dan menyusun pesan sedemikian rupa untuk menarik perhatian dari
10
komunikan. Hal tersebut sesuai dengan hasil wawancara dengan Sulistyo Adi dari
Kelurahan Nusukan yang mengemukakan sebagai berikut:
“Tentunya persiapan materi dan juga media pembantu yang akan digunakan
untuk menyampaikan materi seperti slide presentasi, buku panduan, dan
lain-lain”
Sulistyo Adi juga menambahkan tentang persiapannya dalam menyusun
pesan sosialisasi:
“memilih komunikator atau petugas yang akan menyampaikan sosialisasi,
mempersiapkan materi dan menyusun cara penyampaiannya”
Selain itu, pesan haruslah menggunakan tanda-tanda yang dirasakan pada
pengalaman yang sama antara sumber dan sasaran, sehingga kedua pengertian
bertemu. Pesan yang disampaikan dalam sosialisasi juga harus membangkitkan
kebutuhan pribadi pada sasaran dan menyarankan cara-cara mencapai kebutuhan
itu. Pesan harus menyarankan suatu jalan untuk memperoleh suatu kebutuhan
yang layak bagi situasi kelompok dimana sasaran pada saat digerakkan untuk
memberi jawaban yang dikehendaki.
Menurut Dra. Sabta Endah Yulianti, selaku Lurah Nusukan dalam
wawancara mengungkapkan sebagai berikut:
“menampilkan contoh-contoh kasus yang sering terjadi di lapangan dan
solusi untuk mengatasinya.”
Sulistyo Adi salah satu petugas sosialisasi dari Kelurahan Nusukan juga
menambahkan keterangan dalam wawancara, bahwa:
“menyusun bahan materi dengan baik sehingga audiens mudah mengerti
isinya. Selain itu juga menyampaikan materi beserta sharing kasus yang
terjadi di lapangan, sehingga materi yang disampaikan aplikatif, tidak hanya
teori saja.”
Jadi, berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat diketahui bahwa
Kelurahan Nusukan selaku petugas sosialisasi juga telah memenuhi syarat yang
dikemukakan oleh Schramm mengenai keberhasilan suatu pesan yang akan
disampaikan kepada audiens dalam sosialisasi. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil
wawancara yang menyatakan bahwa para petugas sosialisasijuga menyampaikan
11
contoh kasus yang sering dialami di lapangan. Hasil tersebut sesuai dengan salah
satu syarat keberhasilan suatu pesan mengenai kesamaan pengalaman untuk
menciptakan pengertian antara kedua belah pihak.
Hasil wawancara tersebut juga menunjukkan bahwa pesan yang
disampaikan dalam sosialisasi harus membangkitkan kebutuhan pribadi pada
sasaran dan menyarankan cara-cara mencapai kebutuhan itu serta menyarankan
suatu jalan untuk memperoleh suatu kebutuhan yang layak bagi situasi kelompok.
Hal tersebut dapat dilihat dari hasil wawancara yang menyatakan bahwa pihak
komunikator juga memberikan solusi untuk mengatasi kasus-kasus yang sering
terjadi di lapangan.
Dalam penyusunan pesan sosialisasi JKN, BPJS Kesehatan Surakarta
menekankan pada poin tata cara keanggotaannya serta pelaksanaannya.
Haltersebut sesuai dengan hasil wawancara dengan Khoirur Rosidi, Kepala Unit
Manajemen Kepesertaan dan UPMP4 BPJS Kesehatan Surakarta, yaitu:
“Untuk menjadi keanggotaan BPJS Kesehatan bisa melalui lansung
mendaftarkan secara mandiri ke kantor BPJS Kota Surakarta yang di daerah
Sumber, tapi bisa juga untuk yang pegawai kantoran langsung didaftarkan
secara kolektif oleh pihak kantor sehubungan dengan fasilitas kantor yang
didapatkan seperti subsidi pembayaran yang diberikan oleh pihak instansi
masing-masing.”
Khoirur Rosidi juga menambahkan bahwa:
“Poin-poin yang kami tekankan dalam sosialisasi ini selain bagaimana cara
menjadi anggota yaitu tentang hak dan kewajiban anggota. Karena jika
anggota sudah paham mengenai hak yang didapat dan kewajiban yang harus
dilaksanakan, maka akan mengurangi complain atau keluhan.”
Selain dari pihak BPJS, dari pihak Kelurahan Nusukan selaku komunikator
atau petugas sosialisasi juga telah menentukan poin atau pesan yang akan
disampaikan dalam sosialisasi tersebut. Hal tersebut diungkapkan oleh Dra. Sapta
Endah Yulianti selaku Lurah Nusukan, bahwa:
“Isi yang kami tekankan adalah apa saja yang menjadi kewajiban
masyarakat jika nantinya sudah menjadi anggota JKN juga apa saja hak
yang akan didapatkan.”
12
Hal serupa juga disampaikan oleh Sulistyo Adi, salah satu pegawai
Kelurahan Nusukan yang menjadi petugas sosialisasi:
“Inti yang kami tekankan dari sosialisasi adalah pemerintah memiliki
program bernama Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang dikelola oleh
pihak Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS) Surakarta
dimana program tersebut merupakan sebuah program yang mirip dengan
asuransi kesehatan namun dikelola oleh pemerintah dan juga mendapatkan
subsidi dari pemerintah dalam pembayaran preminya.”
Dari keterangan yang disampaikan oleh informan tersebut di atas, dapat
diketahui bahwa BPJS Kesehatan Surakarta dan Kelurahan Nusukan selaku
petugas sosialisasi sudah merencanakan poin atau inti pesan yang akan
disampaikan pada audiens.
Selanjutnya, pesan tersebut kemudian dikomunikasikan kepada audiens
dalam sosialisasi. Setelah sosialisasi tersebut akan diketahui penerimaan pesan
oleh para audiens. Untuk mengetahui apa saja pesan yang dapat diterima oleh
audiens dari pesan telah disusun oleh komunikator yaitu BPJS Keseheatan
Surakarta dan Kelurahan Nusukan, dapat diketahui melalui hasil wawancara
berikut yang diungkapkan oleh Sulistyo Adi staff Keluarahan Nusukan:
“Pesan yang diterima adalah bagaimana cara menjadi anggota dan juga apa
saja hak dan kewajiban seorang anggota JKN”
Sosialisasi JKN ini selain diberikan kepada staff atau pegawai Kelurahan
Nusukan juga dilaksanakan kepada tokoh masyarakat sebagai opinion leader
dengan sasaran masyarakat secara umum nantinya. Dalam hal ini adalah Ketua
RT yang bertugas sebagai komunikator atau penyampai pesan ke warganya.
Sebagai contoh adalah RT 01 Kampung Bibis Luhur Nusukan.
Pujo Haryadi selaku Ketua RT 01 Bibis Luhur mengungkapkan hal berikut:
“Pesan yang saya terima adalah bagaimana cara menjadi anggota dan apa
saja hak dan kewajiban anggota JKN.”
Tokoh masyarakat lainnya yaitu Robert Sriyanto juga mengungkapkan
bahwa:
13
“Inti dari pesan yang saya terima adalah bagaimana cara menjadi anggota
JKN dan apa saja hak dan kewajiban anggota JKN.”
Setelah tokoh masyarakat paham dengan apa yang disampaikan oleh pihak
Kelurahan Nusukan maka selanjutnya sang tokoh masyarakat melanjutkan pesan
tersebut kepada warganya dalam suatu pertemuan khusus. Dalam hal ini Widji
Lestari selaku warga masyarakat yang sudah mendapat terpaan sosialisasi dari
tokoh masyarakat mengungkapkan bahwa:
”Pesan yang saya dapatkan adalah bagaimana caranya menjadi anggota dan
juga apa hak dan kewajiban saya jika nantinya saya menjadi anggota JKN.”
Di lain kesempatan, Agus Supriyanto warga RT 01 juga mengatakan hal
yang sama:
“Inti dari sosialisasi yang disampaikan adalah bagaimana caranya menjadi
anggota JKN jika saya ingin menjadi anggota dan juga apa saja yhak dan
kewajiban saya jika nanti sudah menjadi anggota JKN.”
Dari hasil wawancara dengan para informan yang menjadi sasaran
sosialisasi yaitu staff Kelurahan Nusukan, tokoh masyarakat, dan juga masyarakat
secara umum, dapat diketahui bahwa mereka dapat menangkap pokok atau inti
dari pesan yang disampaikan dalam sosialisasi. Dengan melihat hasil wawancara
antara komunikator, yaitu BPJS Kesehatan dan Kelurahan Nusukan dengan
sasaran sosialisasi yaitu staff Kelurahan Nusukan, tokoh masyarakat dan
masyarakat umum, dapat diketahui bahwa pokok atau poin pesan yang
disampaikan oleh komunikator dengan poin pesan yang diterima oleh sasaran
sosialisasi pada intinya sama.
Jadi dapat diketahui bahwa pesan yang disampaikan oleh BPJS Kesehatan
Surakarta dan Kelurahan Nusukan dalam sosialisasinya efektif dan dapat
tersampaikan dengan baik kepada sasaran sosialisasi, yaitu staff Kelurahan
Nusukan, tokoh masyarakat, dan masyarakat umum. Hal tersebut dapat dilihat dari
kesamaan poin pesan yang disampaikan dan diterima, karena suatu pesan
dikatakan berhasil apabila timbul kesamaan pengertian antara komunikatpr
dengan komunikan.
14
Selain pesan yang diterima, para informan dari sasaran sosialisasi tersebuyt
juga juga menyampaikan tanggapan mereka untuk sosialisasi yang telah mereka
terima. Sebuah pesan dikatakan efektif dan tersampaikan kepada komunikan
apabila menghasilkan sebuah tanggapan atau feedback atas pemberian pesan
tersebut. Sosialisasi dikatakan efektif bila pesan yhang disampaikan di dalamnya
sesuai dengan field of experience, menimbulkan kebutuhan dan pemenuhannya,
serta memberikan manfaat bagi komunikannya. Hal tersebut seperti yang
diungkapakn oleh Sulistyo Adi, salah satu staff Kelurahan Nusukan:
“Sosialisasi ini sangat membantu sekali karena program JKN termasuk hal
yang baru, sebelumnya memang ada ASKES namun kan yang ini berbeda
sistemnya jadi memang masyarakat perlu tahu secara menyeluruh.”
Dra. Sabta Endah Yunianti selaku Lurah Kelurahan Nusukan juga
memberikan tanggapan:
“Sosialisasi ini tentunya sangat penting dan bermanfaat untuk
menginformasikan kepada staff tentang alurnya seperti apa, jika mau jadi
anggota bagaimana lalu fasilitas apa saja yang didapatkan jika sudah
menjadi anggota agar tidak terjadi kesalahpahaman dengan pihak fasilitas
kesehatan.”
Tanggapan mengenai sosialisasi juga disampaikan oleh sasaran sosialisasi
yaitu tokoh masyarakat. Salah satu tanggapan adalah dari Pudjo Haryadi selaku
Ketua RT 01:
“Sosialisasi ini sangat baik untuk menginformasikan mengenai program
JKN yang terhitung masih baru. Diharapkan dengan adanya sosialisasi ini
masyarakat menjadi berminat untuk mendaftarkan diri menjadi anggota
sehingga nantinya jika mengalami musibah sakit yang berat tidak perlu
khawatir dengan biaya yang membengkak.”
Tanggapan lainnya mengenai sosialisasi juga diberikan oleh tokoh
masyarakat lainnya, Robert Sriyanto:
“Perlu diadakan sosialisasi secara berkala kepada masyarakat umum
karena selain materinya banyak, tingkat penangkapan materi oleh
masyarakat juga berbeda-beda.”
Perwakilan dari masyarakat umum juga memberikan tanggapan sperti Ibu
Widji Lestari yang mengatakan bahwa:
15
”Baik. Apalagi sosialisasi dilakukan langsung kepada masyarakat umum
ketika PKK atau rapat Bapak-bapak jadi kami tau jika pemerintah punya
program baru yang bermanfaat untuk masyarakat.”
Agus Supriyanto warga RT 01 juga mengatakan hal yang sama mengenai
sosialisasi tersebut:
“Sosialisasi nya bagus dan perlu diadakan secara berkala. Sosialisasi ini
memberikan informasi yang bermanfaat bagi masyarakat. Tidak hanya
mengenai programnya tetapi juga cara pengelolaannya”
Dari hasil wawancara tersebut dapat diketahui bahwa para informan yang
merupakan sasaran dari sosialisasi pada umumnya memberikan tanggapan yang
positif, yaitu dengan mengatakan bahwa sosialisasi tersebut bermanfaat bagi
mereka. Selain tanggapan, ada juga masukan disampaikan oleh masyarakat.
3. Menetapkan metode
Setelah mengenal khalayak dan menyusun pesan, langakah selanjutnya
dalam strategi komunikasi adalah menetapkan metode atau cara komunikator
untuk menyampaikan sosialisasinya. pemilihan metode ini harus disesuaikan
dengan bentuk pesan, keadaan khalayak, fasilitas dan biaya. Pemilihan metode
sangat penting karena menentukan tata cara yang digunakan untuk menyampaikan
pesan.
Cara penyampaian sosialisasi dapat menunjukkan suatu metode tertentu
dalam komunikasi. Berdasarkan hasil wawancara dengan staff Kelurahan selaku
pembicara dalam sosialisasi, para petugas berusaha menyatukan diri dengan
audiens melalui penggunaan bahasa yang mudah dimengerti serta joke atau
candaan ringan. Selain berusaha menyatukan diri dengan audiens, dalam
penyampaiannya, para staff juga menambahkan contoh-contoh kasus di lapangan
yang banyak terjadi. Menyusun materi sedemikian rupa sehingga bisa tertata dan
menyampaikan keuntungan (Advantages) apabila program ini bisa berjalan.
Hal tersebut diketahui berdasarkan hasil wawancara dengan Sulistyo Adi,
selaku komunikator dari pihak kelurahan Nusukan mengungkapkan nahwa:
16
“pastinya saya menyampaikan pesan dengan komunikatif, menyampaikan
contoh-contoh kasus yang sering terjadi di lapangan dan solusi untuk
mengatasinya. Kami juga berusaha menyatukan diri dengan peserta,
misalnya dengan melemparkan joke atau juga menggunakan bahasa sehari-
hari yang mudah dimengerti. Kami juga menyampaikan keuntungan
(advantages) apabila program ini bisa berjalan. Kami juga menyusun
sedemikian rupa materi ke dalam bentuk slide Power Point dan modul
yang kami bagikan sebelum sosialisasi, sehingga peserta bisa membaca
dan memahami terlebih dahulu materi yang akan disampaikan”
Selain Sulistyo Adi, Dra Sabta Endah Yunianti juga mengatakan:
“Tentunya menggunakan komunikasi yang mudah dimengerti, bahasa
yang mudah dipahami, menyusun bahan materi dengan baik sehingga
audiens mudah mengerti isinya. Selain itu juga menyampaikan materi
beserta sharing kasus yang terjadi di lapangan sehingga materi yang
disampaikan aplikatif, tidak hanya teori saja.”
Dari hasil wawancara tersebut dapat dianalisa metode atau teknik
komunikasi yang digunakan oleh BPJS Kesehatan Kota Surakarta dalam
melaksanakan sosialisasi kepada audiens. Jika melihat dari tujuan sosialisasi,
yaitu untuk memberikan informasi mengenai program JKN dan tata cara
pelaksanaannya, maka metode yang digunakan adalah metode informatif yaitu
suatu bentuk isi pesan, yang bertujuan mempengaruhi khalayak dengan cara
(metode) memberikan penerangan. Selain itu, jika dilihat dari tujuan yang lain
yaitu perubahan sikap bagi para staff untu melaksanakan tugas dengan baik dan
perubahan sikap dari masyarakat untuk turut serta menjadi anggota, maka dalam
sosialisasi ini, ada unsur persuasif yang digunakan. Dalam metode persuasif,
komunikasi dilakukan tidak hanya bertujuan untuk memberikan informasi saja,
tetapi juga menghendaki adanya perubahan sikap, perilaku dan pendapat dari
komunikan. Dalam hal ini khalayak digugah baik pikirannya, terutama
perasaannya.
4. Seleksi dan Penggunaan Media
Media komunikasi merupakan sarana atau alat yang digunakan untuk
mempermudah proses penyampaian warta/pesan/informasi dari komunikator
kepada komunikan untuk mencapai tujuan tertentu. Media komunikasi banyak
jenisnya, mulai dari cetak, tulis hingga elektronik. Namun efektifitas dari masing-
17
masing media itu sendiri juga berbeda. Karena itu seorang komunikator yang
handal harus dapat memahami karakteristik media komunikasi, sehingga pada
akhirnya dapat memilih media apa yang tepat dan sesuai dengan karakter pesan
maupun karakter khalayaknya.
Hasil wawancara dengan Khoirur Rosidi, Kepala Unit Manajemen
Kepesertaan dan UPMP4 BPJS Kesehatan Surakarta, yaitu:
“Selain tatap muka, media yang digunakan adalah koran, radio, spanduk,
televisi dan lainnya.”
Sulistyo Adi, petugas yang melakukan sosialisasi dari Kelurahan Nusukan
mengungkapkan sebagai berikut:
“Media yang digunakan untuk sosialisasi adalah televisi lokal, radio, Koran,
pamflet, dan spanduk.”
Melalui hasil wawancara tersebut, dapat diketahui bahwa dalam
sosialisasinya, BPJS Kesehatan Kota Surakarta menggunakan media komunikasi
berupa televisi lokal, radio, Koran, dan spanduk. Jika dianalisa, penggunaan
televisi lokal, radio, dan Koran merupakan pilihan yang efektif karena tiga media
tersebut jika dilihat dari jangkauannya bersifat lokal. Terutama media radio dan
televisi lokal yang menekankan pada unsur lokalitas, jadi untuk sosialisasi di
tingkat Kota dapat dikatakan efektif karena sasarannya untuk masyarakat lokal.
Dalam hal ini, BPJS Kesehatan Kota Surakarta bekerja sama dengan radio lokal
milik pemerintah yaitu RRI (Rasio Republik Indonesia).
5. Evaluasi dan monitoring
Evaluasi dan monitoring merupakan poin yang perlu dilakukan ketika
sosialisasi sudah dilaksanakan. Evaluasi dan monitoring dilakukan untuk
mengetahui apakah pesan dalam sosialisasi dapat tersampaikan dengan baik dan
dapat diterima oleh khalayak.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Khoirur Rosidi, Kepala Unit
Manajemen Kepesertaan dan UPMP4 BPJS Kesehatan Surakarta, dapat diketahui
bahwa:
18
”Untuk evaluasi dan monitoring kami lakukan melalui rapat. Sedangkan
untuk mengukur kedalaman informasi yang diterima oleh target, kami
melihat dari sikap mereka (masyarakat) setelah mendapatkan sosialisasi.
Jika banyak yang mendaftarkan sebagai anggota, berarti sosialisasi yang
kami sampaikan dapat diterima dengan baik.”
Dari hasil wawancara tersebut, dapat diketahui bahwa evaluasi dari
sosialisasi dilakukan melalui rapat bersama para staff dan pegawai. Untuk
mengukur kedalaman informasi yang diterima oleh target audiens, BPJS melihat
dari jumlah anggota yang mendaftar. Jika terus bertambah, berarti mereka telah
menerima informasi dari sosialisasi dengan baik. Pihak BPJS juga melakukan
pembinaan pesan setelah sosialisasi dengan memanggil staff dari Kelurahan
sercara acak (random) dan menanyakan materi yang telah disampaikan dalam
sosialisasi.
Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang disusun dari serangkaian data yang diperoleh di
lapangan melalui hasil wawancara dengan narasumber dan hasil pengamatan
peneliti, maka kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian mengenai strategi
komunikasi sosialisasi program JKN oleh BPJS Kesehatan Surakarta adalah
sebagai berikut:
1. Tahap mengenal khalayak dilakukan melalui observasi dan mengenali
sasaran sosialisasi.
2. Tahap menyusun pesan yaitu melalui penentuan tema dan penyusunan
materi yang sesuai dengan khalayak sosialisasi.
3. Tahap menentukan metode. Metode yang digunakan dalam sosialisasi
yang dilakukan oleh BPJS Kesehatan Surakarta adalah metode
informatif dan persuasif dengan teknik penyampaian menggunakan
teknik asosiasi, integrasi, ganjaran dan tataan.
4. Tahap seleksi penggunaan media yaitu menentukan media apa yang
digunakan dalam sosialisasi, meliputi media cetak, media radio dan
televisi lokal, serta spanduk.
19
5. Tahap evaluasi dan monitoring dilakukan melalui rapat dan pengamatan
setelah menerima sosialisasi.
Daftar Pustaka
Akhir, Dani J., (2015), YLKI sebut BPJS Tak Berikan Sosialisasi yang Jelas.
http://economy.okezone.com. Dipublikasikan tanggal 21 Maret 2015
pada jam 13:01. Diakses tanggal 23 Juni 2016
Arifin, Anwar, (1984). Strategi Komunikasi: Suatu Pengantar Ringkas, Armico,
Bandung.
--------, (1994), Strategi Komunikasi : Sebuah Pengantar Ringkas, Armico,
Bandung.
Beersma, B., (2014), Does coaching work? - A meta-analysis on the effects of
coaching on individual level outcomes in an organizational context. The
Journal of Positive Psychology: Dedicated to Furthering Research and
Promoting Good Practice. Published on: September 13, 2013, page (s):
1-18. DOI: 10.1080/17439760.2013.837499. Diakses tanggal 12 Januari
2017
Cangara, H. Hafied, (2008), Pengantar Ilmu Komunikasi, PT Raja Grafindo
Persada, Jakarta.
Effendy, Onong U., (1986), Dinamika Komunikasi, Remadja Rosda Karya,
Bandung.
--------, (2006), Ilmu Komunikasi : Teori dan Praktek, PT Remaja Rosdakarya,
Bandung.
Ellinger, A. D., (2014). Coaching and Human Resource Development: Examining
Relevant Theories, Coaching Genres, and Scales to Advance Research
and Practice. Advances in Developing Human Resources. Published on
May 1, 2014, issue: 2, page (s): 127-138. DOI:
10.1177/1523422313520472 Diakses tanggal 10 Januari 2017
Iriani, Mariza R., (2015), Sosialisasi Jaminan Kesehatan Nasional.
Jefkins, Frank, (1996) . Public Relations,: Erlangga, Jakarta.
Lubis, Abu S., (2014). Upaya Memahami BPJS melalui Undang-undang no 24
tahun 2011.http://www.bppk.depkeu.go.id. Dipublikasikan tanggal 7
Agustus 2014 pada jam 09:18. Diakses tanggal 21 Mei 2017
Moleong, Lexy J., (2004), Metode Penelitian Kualitatif (Edisi Revisi), Remaja
Rosda Karya, Bandung.
Morrisan, (2009) . Teori Komunikasi Organisasi , Jakarta : Ghalia Indonesia.
Mukhtar, Umar. (2016), Sosialisasi BPJS Dianggap Masih
Lemah.http://www.republika.co.id. Dipublikasikan tanggal 27 Juli
2016 pada jam 09:25. Diakses tanggal 27 Mei 2017
Pawito, (2007), Penelitian Komunikasi Kualitatif, Pelangi Aksara, Yogyakarta.
Pratama, Herawan W., (2016), Difusi Inovasi dan Adopsi Program JKN di Desa
Catur Kabupaten Boyolali,
20
Rogers, Everett M., (1989), Komunikasi dan Pembangungan (Terj. Dasmar
Nurdin), Penerbit LP3ES Jakarta.
Ruslan, Rosady, (2008), Manajemen Public Relation dan Media Komunikasi,
Rajagrafindo Persada, Jakarta. Sutopo, H. B., (2002), Metodologi Penelitian Kualitatif : Dasar Teori dan
Terapannya dalam Penelitian, Sebelas Maret University Press,
Surakarta.
Widjaja, A.W., (1988) . Ilmu Komunikasi Pengantar Studi, Jakarta : PT Bina
Aksara
Wiryanto, (2005), Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta: Gramedia Widiasarana
Indonesia.