jurnal mata revisi
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
“Sebuah Alat Bantu Optoelektronik serbaguna
untuk pasien Low Vision “
1.1 PICO
Problem : Penggunaan alat bantu optoelektronik serbaguna pada pasien low vision, dalam
upaya meningkatkan penglihatan untuk mengerjakan pekerjaan sehari-hari.
Intervensi : Subjek penelitian melakukan test dengan menggunakan optoelektronik
serbaguna dengan dua modul yang berbeda yaitu sistem digital zoom dan sistem
augmented view.
Compare : Membandingkan penggunaan alat bantu optoelektronik dengan sistem digital
zoom dengan sistem augmented view.
Outcome : Perkembangan low vision yang dinilai dari patologi penyakitnya, ketajaman
penglihatan dan penglihatan sisa.
Pencarian Bukti Ilmiah
Kata Kunci : Optoelektronik, low vision, retinitis pigmentosa, tajam penglihatan.
Dipilih jurnal berjudul :
“ A versatile Optoelectronic Aid for Low Vision Patients “
Oleh :
Maria Dolores Pelaez-Coca, Fernando Vargas-Martın, Sonia Mota, Javier Dıaz dan Eduardo Ros-
Vidal.
Dimuat dalam :
© 2009 The Authors. Journal compilation © 2009 The College of Optometrists
1
1.2 Abstrak
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggambarkan bagaimana alat bantu
optoelektronik serbaguna ini untuk rehabilitasi low vision berdasarkan konfigurasi hardware
yang dapat diatur. Alat bantu ini mudah disesuaikan dengan beragam patologi penyakit
(dengan berbagai macam yang terkait dengan kebutuhannya) dan perkembangan dari
gangguan penglihatan. Program ini memiliki konfigurasi yang mudah diubah dengan
menggunakan layar transparan yang ditempel di kepala (NOMAD). Kami telah menerapkan
berbagai jenis perangkat tambahan penglihatan pada program serbaguna, dan secara
singkat meringkas di sini hasil komputasi mereka (dalam hal persyaratan sumber daya
hardware). Kami telah mengevaluasi kemampuan dari dua perwakilan alat bantu ini
(augmented view dan digital zoom) dengan pengukuran tajam penglihatan, sensitifitas
kontras dan lapangan pandang. Kami telah menguji modalitas NOMAD dengan augmented
view, dalam delapan subjek dengan retinitis pigmentosa: digital zoom diuji dalam enam
subjek low vision dan sembilan subjek dengan penglihatan normal. Kami menunjukkan
bahwa layar NOMAD dengan konfigurasi augmented view tidak merusak/mengganggu
penglihatan sisa; dan terdapat peningkatan tajam penglihatan dengan konfigurasi digital
zoom. Keuntungan utama dari program ini adalah program ini dapat dengan mudah
menanamkan tugas pengolahan gambar yang berbeda dan karena didasarkan pada
perangkat FPGA, sehingga dapat dikonfigurasikan secara khusus untuk tugas yang
membutuhkan pemrosesan real-time (langsung).
2
1.3 Definisi Operasional
- Low Vision : Kerusakan fungsi penglihatan setelah penatalaksanaan dan atau koreksi
refraksi standar, dan mempunyai tajam penglihatan kurang dari 6/18 (20/60) terhadap
persepsi cahaya atau lapangan pandang kurang dari 10o dari titik fiksasi (WHO 1992).
- Optoelektronik : Suatu aplikasi perangkat elektronik yang berfungsi mendeteksi
dan mengontrol sumber cahaya atau dapat juga dikatakan sebagai peralatan pengubah
dari tenaga listrik ke optic.
- Retinitis pigmentosa : Merupakan kelainan progresif dengan tanda karakteristik
degenerasi sel epitel retina terutama sel batang dan atrofi saraf optic, menyebar tanpa
peradangan. Individu yang terkena cacat pengalaman pertama adaptasi gelap atau
myctalopia (rabun ayam), diikuti dengan pengurangan bidang visual perifer (dikenal
sebagai visi terowongan) dan, kadang-kadang, kehilangan penglihatan sentral di akhir
perjalanan penyakit.
- Ketajaman Visual : ketajaman atau kejelasan visi, yang tergantung pada ketajaman
fokus retina di dalam mata dan kepekaan penafsiran otak. Ketajaman visual adalah
ukuran resolusi spasial dari sistem pemrosesan visual dan biasanya diuji dalam cara yang
untuk mengoptimalkan dan standarisasi kondisi.
- Augmented View : Tampilan yang disajikan dengan di kecilkan dan ditampilkan pada
layar, agar pandangan pada pasien tunnel vision (penglihatan terowongan) dapat
melihat seluruhnya. Letak tampilannya di tempat penglihatan sisa pasien, jadi pasien
memfokuskan pandangannya di tempat itu.
- Digital Zoom : Metode penurunan (penyempitan) jelas sudut pandang gambar
foto atau video digital. Atau mendekatkan pandangan yang jauh menjadi dekat.
- NOMAD : Suatu Layar yang digabungkan biasanya pada kacamata untuk
tampilan hasil dari rekaman gambar.
3
- FPGA : Field Programable Gate Array adalah suatu alat yang berfungsi
untuk memproses gambar dari hasil rekaman dan ditampilkan pada layar secara
langsung (real time).
1.4 METODE
1. Spesifikasi Alat
Alat yang digunakan bisa berupa sebuah CCTV dengan proses real-time
(langsung). Alat ini terdiri dari akuisisi gambar atau sumber untuk memasukkan gambar
(seperti DVD, siaran TV, kamera kecil,dll), sebuah alat untuk proses gambar real-time
(langsung) dan sebuah layar (yang tergantung kebutuhan bisa diubah atau yang tidak
bisa diubah); misalnya HMD (Layar yang ditempel di kepala) untuk portable (biasanya
berbentuk seperti kacamata, rekaman dan hasil rekaman ditampilkan dsini), atau
monitor untuk video.
Gambar 1. Alat bantu Low vision yang terdiri dari Kamera, FPGA dan HMD
2. Sirkuit Konfigurasi
Menerapkan dua sistem pengolahan untuk alat bantu yang berbeda dengan patologi
penyakit tertentu:
o sistem digital zoom untuk ketajaman penglihatan yang rendah
o system augmented view untuk pasien dengan penglihatan sisa seperti
terowongan (tunnel vision) biasa juga disebut Kalnienk Vision.
4
Perbedaan dari dua system tersebut yang telah dievaluasi adalah :
A. Sistem digital zoom gunanya untuk peningkatan tajam penglihatan. Dalam sistem ini
pengguna dapat mengontrol tingkatan perbesaran/pengecilan video dari sumber
gambar seperti pada CCTV. Pada sistem ini juga memungkinkan untuk memperbesar
gambar dari luar (kamera kepala).
B. Augmented view. Sistem ini berguna untuk rehabilitasi pasien dengan penglihatan
terowongan (tunnel vision). Dalam kasus ini, struktur dari gambar pandangan yang
luas di kompres hasilnya seperti 3D sehingga pasien dengan tunnel vision dapat
melihat bidang yang lebih luas dengan berfokus pada penglihatan yang berkurang.
Karena itu membutuhkan layar transparan (seperti kacamata) untuk
mempertahankan penglihatan sisa dari pasien. Sistem ini terbukti berguna untuk
orientasi lingkungan atau benda dan untuk berjalan.
3. Implementasi Test
A. Sistem Augmented View
Awalnya diukur lapangan pandang (VF), tajam penglihatan (VA) dan sensitifitas
kontras (CS) dari delapan subjek low vision dengan retinitis pigmentosa. Tujuannya
untuk mengevaluasi apakah SERBA merusak ketajaman penglihatan asli dan sensitifitas
kontras dari subjek, dan untuk memeriksa apakah lapangan pandang benar-benar
diperluas.
Subjek tiga pria dan lima wanita dengan usia berkisar 22-53 tahun dengan rata
usia 37 tahun. Setiap subjek memakai layar SERBA yang ditempatkan di mata dengan
tajam penglihatan tinggi dan kontras sensitifitas yang bagus. Mata kanan digunakan
untuk semua subjek. Selama pengukuran, subjek menggunakan lensa koreksi terbaik
mereka. Pengukuran pada satu mata, mata yang lain ditutup.
5
Perimeternya menggunakan prosedur konvensional. Stimulusnya adalah dengan
sebuah daerah lingkaran hitam sekitar 1o di sebuah layar putih dengan kontras 2000:1.
Subjek diminta untuk memfiksasi sebuah tanda hitam di tengah pandangan.
Pengukuran sensitifitas kontras dilakukan dengan menggunakan uji standar CSV-
1000E. Setiap subjek di tes menggunakan layar SERBA dan tanpa layar SERBA. Hasilnya
dianalisis menggunakan kedua tes parametric dan non-parametrik.
B. Tes Digital Zoom
Dalam evaluasi pertama diukur tiga subjek tanpa kelainan pada peningkatan jarak
penglihatan dengan tiga jenis zoom (bilinear interpolation, bicubic interpolation, and pixel
replication), dengan perbesaran x2, x4 dan x8. Bagan direkam dengan kamera digital di
dalam sebuah ruang terisolasi dengan pencahayaan yang diatur. Kemudian ditunjukkan ke
subjek dengan menggunakan proyektor. Kontras disesuaikan untuk memenuhi standar
pengukuran tajam penglihatan, yaitu kontras diatas 80%. Untuk mensimulasi kehilangan
tajam penglihatan, jarak antara subjek dengan bagan untuk diterapkannya perbesaran
ditingkatkan (dari 4m ke 8m, 16m, 32m). tajam penglihatannya subjek diukur dengan
menggunakan tiga standar bagan yang berbeda di 4m dan jarak lainnya; menggunakan tiga
jenis zoom disetiap tiga tingkatan perbesaran, x2, x4, dan x8.
Dalam tes yang kedua, sistem diuji dengan enam subjek low vision (tajam
penglihatan kurang dari 0.8 MAR) dan 6 subjek dengan penglihatan normal (kelompok
kontrol) yang untuk mengecilkan tajam penglihatan menggunakan diffuser diantara mata
dan tes. Tajam penglihatan kelompok kontrol diukur tanpa diffuser dan dengan diffuser
terletak di 8 cm, 15 cm, dan 50 cm dari tes. Dengan cara ini, didapatkan tajam penglihatan
0.0, 0.5, 0.8 dan 0.9 logMAR . Pada tes ini, hanya digunakan metode bilinier zoom dan
diambil tiga pengukuran dari tajam penglihatan setiap kombinasi diffuser (8 cm, 15 cm, dan
50 cm) dan tingkat perbesaran (x2, x4, dan x8). Untuk menghasilkan tiga bagan ini
digunakan ADOBE ILLUSTRATOR 7.0TM. Layar dan proyektor tetap sama dengan evaluasi
sebelumnya untuk menjaga kontras yang sama pada tes. Dalam hal ini, jarak antara subjek
dan tes tetap sama.
6
1.5 Hasil
A. Augmented view
Dengan sistem ini mampu memperluas ukuran lapangan pandang pasien
penglihatan terowongan (tunnel vision) tanpa menurunkan penglihatan sisa. Seperti
yang diharapkan, sistem ini mampu memperluas lapangan pandang yang sebenarnya.
Subjek terlihat tidak mengalami penurunan yang signifikan dalam tajam
penglihatan mereka. Perubahan pada sensitifitas kontras dianggap signifikan ketika lebih
dari 0,3 log unit. Hampir semua subjek hanya memiliki satu perbedaan yang signifikan,
dalam stimulus yang mereka hampir tidak bisa mereka perhatikan (sensitifitas yang
sangat rendah atau tidak ada). Namun, perbedaan-perbedaan pada subjek secara
keseluruhan sensitifitas kontras tidak signifikan secara statistik. (p>0,05 dalam semua
kasus)
B. Digital Zoom
Pada tes pertama dengan subjek yang normal hasil menunjukkan bahwa tajam
penglihatan meningkat secara proporsional dengan perbesaran yang diterapkan pada
gambar. Hal ini menunjukkan bahwa algoritma dilakukan dengan benar. Tes ini
dilakukan untuk menentukan algoritmanya telah sesuai (hanya kontrol).
Pada tes kedua dengan subjek low vision serta kelompok kontrol menunjukkan
bahwa tajam penglihatan dari subjek pasien low vision meningkat secara proporsional
dengan tingkat perbesaran yang berbeda. Pada subjek dengan low vision maupun pada
kelompok kontrol ketika tajam penglihatan mendekati nilai 0.0 logMAR perbaikan dari
alat bantu perbesaran berhenti.
1.6 Diskusi
Hasil impmelentasi dengan sistem Augmented view menggunakan SERBA dengan HMD
Nomad2000D, menunjukkan kinerja penglihatan sisa subjek dalam hal tajam penglihatan
dan sensitifitas kontras, tidak berkurang dan memberikan keuntungan 350% dalam
lapangan pandang. Hal ini menunjukkan bahwa SERBA mungkin bisa membantu untuk tugas
7
yang membutuhkan mobilitas. Dampak pada penglihatan sisa, terutama kontras, adalah
salah satu perhatian utama pasien dengan alat bantu karena menggunakan teknologi HMD.
Dalam evaluasi sistem digital zoom subjek memperoleh hasil yang lebih baik dengan
algoritma pixel replication, untuk perbesaran tinggi. Perbedaan ini menarik untuk dilihat
antara ketiga jenis zoom pada perbesaran tinggi. Namun, perbedaan ini tidak signifikan
karena semua perbedaan (<0,12) antara tiga jenis zoom selalu lebih rendah dari standar
deviasi pengukuran (0,02-0,2).
Dalam evaluasi kedua peningkatan alat bantu perbesaran berhenti. Hal ini tidak
diperoleh dalam pengukuran tajam penglihatan yang diperoleh dalam evaluasi sebelumnya.
Hal ini menunjukkan bahwa ketika evaluasi dilakukan dengan menggunakan jarak konstan
antara subjek dengan tes; peningkatan tajam penglihatan dibatasi oleh resolusi grafik
komputer yang dihasilkan.
BAB II
Tinjauan Pustaka
8
2.1 Anatomi Media Refraksi
Yang termasuk media refraksi antara lain kornea, aqueous humor (cairan mata), lensa
dan badan vitreous (badan kaca). Media refraksi targetnya di retina sentral (macula). Gangguan
media refraksi menyebabkan visus turun (baik mendadak aupun perlahan). Hasil pembiasan
sinar pada mata ditentukan oleh media penglihatan yang terdiri atas kornea, aqueous humor
(cairan mata), lensa, badan vitreous (badan kaca), dan panjangnya bola mata.2,7
2.1.1 Kornea
Kornea adalah adalah selaput bening mata, bagian selaput mata yang tembus cahaya.
Kornea merupakan bagian anterior dari mata, yang harus dilalui oleh cahaya, dalam
pembentukan bayangan di retina, karena itu jernih, sebab susunan sel dan seratnya tertentu
9
dan tidak ada pembuluh darah. Biasan cahaya terutama terjadi dipermukaan anterior dari
kornea. Perubahan dalam bentuk dan kejernihan kornea, segera mengganggu pembentukan
bayangan yang baik di retina. Oleh karenanya kelainan sekecil apapun yang terjadi di kornea,
dapat menimbulkan gangguan penglihatan yang hebat, terutama bila letaknya di daerah pupil.
Diameter kornea dewasa rata-rata 12 mm. kearah luar kornea berhubungan langsung dengan
sclera. Batas antara sclera dan kornea disebut limbus kornea.
Lapisan Kornea
Kornea terdiri dari 5 lapisan, dari luar kedalam :
1. Lapisan epitel
- Tebalnya 50 μm, terdiri atas 5 lapis selepitel tidak bertanduk yang saling tumpang tindih;
satu lapis sel basal, sel poligonal dan sel gepeng.
- Pada sel basal sering terlihat mitosis sel, dan sel muda ini terdorong ke depan menjadi
lapis sel sayap dan semakin maju ke depan menjadi sel gepeng, sel basal berikatan erat
berikatan erat dengan sel basal di sampingnya dan sel poligonal di depannya melalui
desmosom dan makula okluden; ikatan ini menghambat pengaliran air, eliktrolit, dan
glukosa yang merupakan barrier.
10
- Sel basal menghasilkan membran basal yang melekat erat kepadanya. Bila terjadi
gangguan akan mengakibatkan erosi rekuren.
- Epitel berasal dari ektoderm permukaan.
2. Membrana Bowman
Letaknya dibawah epitel dan terdiri dari lamel-lamel tanpa sel atau nucleus dan
merupakan modifikasi daripada jaringan stroma. Hanya mempunyai sedikit daya tahan,
sehingga mudah sekali rusak dan tak dapat dibentuk kembali (tidak ada daya
regenerasi).
3. Jaringan Stroma
Terdiri atas lamel yang merupakan susunan kolagen yang sejajar satu dengan
lainnya, pada permukaan terlihat anyaman yang teratur sadangkan dibagian perifer
serat kolagen ini bercabang; terbentuknya kembali serat kolagen memakan waktu lama
yang kadang-kadang sampai 15 bulan. Keratosit merupakan sel stroma kornea yang
merupakan fibroblas terletak di antara serat kolagen stroma. Diduga keratosit
membentuk bahan dasar dan serat kolagen dalam perkembangan embrio atau sesudah
trauma.
4. Membran Descement
- Merupakan membran aselular dan merupakan batas belakang stroma kornea dihasilkan
sel endotel dan merupakan membran basalnya.
- Bersifat sangat elastis dan berkembang terus seumur hidup, mempunyai tebal 40 μm.
5. Endotel
Terdiri dari satu lapisan sel gepeng yang meliputi bagian posterior membrane
Descement, juga membungkus meshwork dan melapisi iris. Di dalam stroma kornea,
11
dibagian pinggir, terdapat kanalis Schlemn, yang menampung cairan bilik mata, yang
dikeluarkan dari sudut bilik mata depan, melalui trabekula ke kanalis Schlemn, terus
melalui saluran kolektor ke pleksus vena di jaringan sclera dan episklera. Kornea sendiri
tidak mengandung pembuluh darah, tetapi di limbus terdapat lengkungan pembuluh
darah, yang berasal dari a. Siliaris anterior terdiri dari kapiler yang halus. Oleh karena
itu, adanya pembuluh darah di kornea, terisi maupun kosong, merupakan keadaan
patologis. Kornea dapat makanan dengan difusi dari pembuluh-pembuluh di limbus dan
cairan bilik mata depan, yang meliputi permukaan posterior kornea. Permeabiltias dari
kornea ditentukan oleh epitel dan endotel, yang merupakan membran yang
semipermeabel. Keadaan kedua lapisan sangat penting untuk mempertahankan
kejernihan kornea. Kalau terdapat kerusakan epitel dan endotel, maka air dapat masuk
ke dalam jaringan kornea dan menyebabkan edema kornea dan kornea menjadi keruh,
sehingga pembentukan bayangan yang baik di retina terganggu, menyebabkan
gangguan ketajaman penglihatan. Di dalam jaringan kornea terdapat banyak sekali
serat-serat saraf, yang berasal dari serat-serat saraf siliaris di limbus, yang memberikan
cabang-cabangnya yang halus menembus membran Bowman dan berakhir sebagai
ujung yang lepas di epitel.2,3,5,6
2.1.2 Aqueous Humor
Aqueous humor mengandung zat-zat gizi untuk kornea dan lensa, keduanya tidak
memiliki pasokan darah. Adanya pembuluh darah di kedua struktur ini akan mengganggu
lewatnya cahaya ke fotoreseptor. Aqueous humor dibentuk dengan kecepatan 5 ml/hari oleh
jaringan kapiler di dalam korpus siliaris, turunan khusus lapisan koroid di sebelah anterior.
Cairan ini mengalir ke suatu saluran di tepi kornea dan akhirnya masuk ke darah. Jika aqueous
humor tidak dikeluarkan sama cepatnya dengan pembentukannya (sebagai contoh, karena
sumbatan pada saluran keluar), kelebihan cairan akan tertimbun di rongga anterior dan
menyebabkan peningkatan tekanan intraokuler (“di dalam mata”). Keadaan ini dikenal sebagai
glaukoma. Kelebihan aqueous humor akan mendorong lensa ke belakang ke dalam vitreous
humor, yang kemudian terdorong menekan lapisan saraf dalam retina. Penekanan ini
12
menyebabkan kerusakan retina dan saraf optikus yang dapat menimbulkan kebutaan jika tidak
diatasi.2,4
2.1.3 Lensa
Pada manusia, lensa mata bikonveks, tidak mengandung pembuluh darah, tembus
pandang, dengan diameter 9mm dan tebal 5mm. Jaringan ini berasal dari ektoderm permukaan
yang berbentuk lensa di dalam bola mata dan bersifat bening. Lensa di dalam bola mata
terletak di belakang iris dan terdiri dari zat tembus cahaya (transparan) berbentuk seperti
cakram yang dapat menebal dan menipis pada saat terjadinya akomodasi.
Lensa berbentuk lempeng cakram bikonveks dan terletak di dalam bilik mata belakang.
Lensa akan dibentuk oleh sel epitel lensa yang membentuk serat lensa di dalam kapsul lensa.
Epitel lensa akan membentuk serat lensa terus-menerus sehingga mengakibatkan memadatnya
serat lensa di bagian sentral lensa sehingga membentuk nukleus lensa. Bagian sentral lensa
merupakan serat lensa yang paling dahulu dibentuk atau serat lensa yang tertua di dalam
kapsul lensa. Di dalam lensa dapat dibedakan nukleus embrional, fetal dan dewasa. Di bagian
luar nukleus ini terdapat serat lensa yang lebih muda dan disebut sebagai korteks lensa. Korteks
yang terletak di sebelah depan nukleus lensa disebut sebagai korteks anterior, sedangkan
dibelakangnya korteks posterior. Nukleus lensa mempunyai konsistensi lebih keras dibanding
korteks lensa yang lebih muda. Di bagian perifer kapsul lensa terdapat zonula Zinn yang
menggantungkan lensa di seluruh ekuatornya pada badan siliar.
Secara fisiologis lensa mempunyai sifat tertentu, yaitu:
• Kenyal atau lentur karena memegang peranan terpenting dalam akomodasi untuk menjadi
cembung
• Jernih atau transparan karena diperlukan sebagai media penglihatan,
• Terletak ditempatnya, yaitu berada antara posterior chamber dan vitreous body dan berada
di sumbu mata.
Keadaan patologik lensa ini dapat berupa:
• Tidak kenyal pada orang dewasa yang mengakibatkan presbiopia,
• Keruh atau apa yang disebut katarak,
13
• Tidak berada di tempat atau subluksasi dan dislokasi
Fungsi lensa adalah untuk memfokuskan cahaya di retina. Supaya hal ini tercapai, maka
daya refraksinya harus diubah-ubah, sesuai dengan sinar yang dating sejajar atau divergen.
Perubahan daya refraksi lensa disebut akomodasi.2,3,5,6
2.1.4 Badan Vitreus
Badan vitreous menempati daerah mata di balakang lensa. Struktur ini merupakan gel
transparan yang terdiri atas air (lebih kurang 99%), sedikit kolagen, dan molekul asam
hialuronat yang sangat terhidrasi. Badan vitreous mengandung sangat sedikit sel yang
menyintesis kolagen dan asam hialuronat (Luiz Carlos Junqueira, 2003). Peranannya mengisi
ruang untuk meneruskan sinar dari lensa ke retina. Kebeningan badan vitreous disebabkan
tidak terdapatnya pembuluh darah dan sel. Pada pemeriksaan tidak terdapatnya
kekeruhanbadan vitreous akan memudahkan melihat bagian retina pada pemeriksaan
oftalmoskopi. Vitreous humor penting untuk mempertahankan bentuk bola mata yang
sferis.2,3,5,6
2.1.5 Retina
Retina adalah membrane yang tipis, halus, dan tidak berwarna, tembus pandang, yang
terletak pada bagian belakang bola mata vertebrata dan cephalopoda. Retina merupakan
bagian mata yang mengubah cahaya menjadi sinyal syaraf. Retina memiliki sel fotoreseptor
("rods" dan "cones") yang menerima cahaya. Sinyal yang dihasilkan kemudian mengalami
proses rumit yang dilakukan oleh neuron retina yang lain, dan diubah menjadi potensial aksi
pada sel ganglion retina. Retina tidak hanya mendeteksi cahaya, melainkan juga memainkan
peran penting dalam persepsi visual. Pada tahap embrio, retina dan syaraf optik berkembang
sebagai bagian dari perkembangan luar otak.11,3
Retina ini terdiri dari bermacam-macam jaringan, jaringan saraf dan jaringan pengokoh
yang terdiri dari serat-serat Mueler, membrana limitans interna dan eksterna, sel-sel glia.
Membrana limitans interna letaknya berdekatan dengan membrana hyaloidea dari badan kaca.
Pada kehidupan embrio dari optik vesicle terbentuk optic cup, dimana lapisan luar membentuk
lapisan epitel pigmen dan lapisan dalam membentuk lapisan retina lainnya. Bila terjadi robekan
14
di retina, maka cairan badan kaca akan melalui robekan ini, masuk ke dalam celah potensial dan
melepaskan lapisan batang dan kerucut dari lapisan epitel pigmen, maka terjadilah ablasi
retina.3
Lapisan-lapisan Retina dari luar ke dalam :
1. lapis pigmen epitel yang merupakan bagian koroid
2. lapis sel kerucut dan batang yang merupakan sel fotosensitif
3. membran limitans eksterna
4. lapis nukleus luar merupakan nukleus sel kerucut dan batang
5. lapis pleksiform luar, persatuan akson dan dendrit
6. lapis nukleus dalam merupakan susunan nukleus luar bipolar
7. lapis pleksiform dalam, persatuan dendrit dan akson
8. lapis sel ganglion
9. lapis serat saraf, yang meneruskan dan menjadi saraf optik
10. membran limitan interna yang berbatasan dengan badan kaca.3,10
2.2 Low Vision
2.2.1 Definisi
Low vision (penglihatan rendah) didefinisikan sebagai kerusakan fungsi penglihatan setelah
penatalaksanaan dan atau koreksi refraksi standar, dan mempunyai tajam penglihatan kurang
dari 6/18 (20/60) terhadap persepsi cahaya atau lapangan pandang kurang dari 10o dari titik
fiksasi (WHO 1992).
2.2.2 Klasifikasi8
The International Classification of Disesase, 9 th Revision, Clinical Modification (ICD-9-CM)
membagi low vision atas 5 kategori, sebagai berikut :
1. Moderate visual impairment. Tajam penglihatan yang paling baik dapat dikoreksi kurang
dari 20/160 sampai 20/160.
15
2. Severe visual impairment. Tajam penglihatan yang paling baik dapat dikoreksi kurang
dari 20/160 sampai 20/400 atau diameter lapangan pandang adalah 20o atau kurang
(diameter terbesar dari isopter Goldmann adalah III4e, 3/100, objek putih).
3. Profound visual impairment. Tajam pengliahatan yang paling baik dapat dikoreksi kurang
dari 20/400 sampai 20/1000, atau diameter lapangan pandang pandang adalah 10o atau
kurang.
4. Near-total vision loss. Tajam penglihatan yang paling baik dapat dikoreksi 20/1250 atau
kurang.
5. Total blindness. No light perception.
2.2.3 Etiologi dan Gejala Klinis
Low vision dapat diakibatkan oleh berbagai kelainan yang mempengaruhi mata dan
system visual. Kelainan-kelainan ini dapat diklasifikasikan menjadi 4 bagian besar yang dapat
membantu dalam memahami kesulitan dan keluhan pasien serta memilih dan
mengimplementasikan strategi untuk rehabilitasinya.
Masalah-masalah low vision dapat diklasifikasikan dalam empat golongan yaitu :
1. Penglihatan sentral dan perifer yang kabur atau berkabut, yang khas akibat kekeruhan
media (kornea, lensa, corpus vitreous).
2. Gangguan resolusi focus tanpa skotoma sentralis dengan ketajaman perifer normal,
khas pada oedem macula atau albinisme.
3. Skotoma sentralis, khas untuk gangguan macula degenerative atau inflamasi dan
kelainan-kelainan nervus optikus.
4. Skotoma perifer, khas untuk glaucoma tahap lanjut, retinitis pigmentosa dan gangguan
retina perifer lainnya.
Berdasarkan data tahun 2002, jumlah populasi yang buta atau mengalami low vision
karena efek dari penyakit-penyakit infeksi menurun, tetapi meningkat yang disebabkan
karena kondisi-kondisi yang berhubungan dengan masa hidup yang lebih panjang.
Sebelum pasien mengalami buta total, mereka mengalami penurunan fungsi
penglihatan yang bermakna untuk beberapa tahun.8
16
2.2.4 Penatalaksanaan
A. Anamnesa
Pemeriksaan low vision dimulai dengan anamnesa yang lengkap. Mengidentifikasi
pasien-pasien tersebut dan mencatat alamat mereka penting di dalam pencegahan, terapi
medis dan pembedahan.
Pasien harus ditanya mengenai sifat, lama dan kecepatan gangguan penglihatan.
Aktivitas-aktivitas sehari-hari yang tidak dapat dilakukan harus dibahas secara spesifik. Pasien
harus didorong untuk memahami efek keadaan mereka pada system visual. Kecemasan akan
kemungkinan terjadinya kebutaan harus disampaikan dan diatasi.
B. Pemeriksaan/Evaluasi Fungsi Visual
Penilaian fungsi visual merupakan kunci rehabilitasi low vision dimana menjadi penunjuk
dalam usaha-usaha memaksimalkan fungsi visual melalui latihan-latihan dan peresepan alat-
alat bantu.
Pemeriksaan terhadap penderita low vision berbeda dari pemeriksaan ophtalmologi
yang lazim diterapkan.
B.1 Pemeriksaan Tajam Penglihatan
Merupakan uji yang pertama di dalam penilaian fungsi visual. Ketajaman penglihatan
menunjukkan kemampuan pengenalan detil yang berbeda dengan kemampuan pengenalan
benda. Aktivitas sehari-hari sering membutuhkan pengenalan detil seperti pengenalan wajah
dan identifikasi uang.
Untuk pemeriksaan penderita low vision, snellen chart sering tidak memuaskan sehingga
tidak dijadikan standar pengukuran tetapi dianjurkan menggunakan The Early Diabetic
Retinopathy Charts (ETDRS), colenbrader 1-m chart, Bailey-Lovie chart, LEA chart.
Iluminasi standar untuk pemeriksaan mata normal yaitu 100 candela/m2), tetapi untuk
penderita low vision membutuhkan iluminasi yang lebih.
Ketajaman penglihatan yang terkoreksi maksimum diukur pada jarak 4m, 2m atau 1m
dengan ETRDS, yang memiliki baris-baris (masing-masing dengan lima huruf). Jarak
17
pemeriksaan 4m digunakan untuk ketajaman penglihatan dari 20/20 sampai 20/200; jarak
pemeriksaan 2m untuk ketajaman penglihatan yang kurang dari 20/200 dan jarak pemeriksaan
1m untuk tajam penglihatan yang kurang dari 20/400.
Pemeriksaan ini menunjukkan kelainan-kelainan yang sangat bervariasi sehingga tidak
spesifik terhadap suatu gangguan.
B.2 Pemeriksaan Penglihatan Dekat dan Kemampuan Membaca
Setelah ditentukan ketajaman penglihatan jarak jauh, dilakukan pengukuran ketajaman
penglihatan jarak dekat (membaca). Terdapat perbedaan jarak standar baca. Beberapa
menggunakan 33cm (untuk 3-D add); yang lain menggunakan 14 inchi (35cm,2.86-D add) atau
40cm (16 inchi,2.5-D add). Tetapi ukuran ini tidak dapat digunakan untuk mengukur jarak baca
pasien low vision.
Pemilihan uji baca yang tepat adalah penting. Kartu bacaan dengan ukuran-ukuran huruf
yang geometric dan dengan pencatatan ukuran symbol lebih disukai karena dilengkapi dengan
perhitungan. Kartu yang memenuhi standar di atas adalah the Minnesota Low vision Reading
Test (MNReadtest), diaman setiap kalimat disesuaikan jarak dan penempatannya. Colenbrader
1-m chart juga mempunyai segmen-segmen pembacaan yang sama. Rangkaian-rangkaian ini
mengikuti perhitungan dan perbandingan dari kecepatan baca dan ketepatan di dalam
hubungannya dengan ukuran huruf.
B.3 Pengukuran Sensitifitas Kontras
Bukan merupakan indicator yang spesifik untuk masalah-masalah yang bervariasi di
dalam system penglihatan. Sensitivitas kontras merupakan kemampuan mendeteksi benda
pada kontras yang rendah.
Pasien akan mengalami kesulitan di dalam menjalankan aktivitas sehari-hari seperti
mengendarai kendaraan di saat hujan atau kabut, menuruni tanggan, menuangkan susu
kedalam mangkuk putih.
18
Pembesaran dilakukan bila tidak dapat mengenal huruf dengan kontras tinggi saat
membaca. Penurunan sensitivitas kontras sering ditemukan pada penderita oedem macula.
Pelli-Robson chart dan LEA low-contrast chart memberikan huruf-huruf atau symbol-simbol
yang besar dengan penurunan kontras. Alternative lain yaitu Bailey-Lovie Chart.
Pendekatan lain yang lebih inovasi yaitu the SKILL card yang mengkombinasikan efek-
efek kontras denang iluminasi rendah. Pada salah satu sisi mempunyai huruf-huruf regular
(huruf hitam dengan latar belakang putih); sisi yang lainnya mempunyai kontras yang rendah,
low luminance chart (huruf hitam dengan latar belakang abu-abu gelap).
Sensitivitas kontras dapat dinilai baik secara monocular maupun binocular dengan
vistech Contrast Sensitivity Vision Test. Hilangnya sasaran frekuensi tinggi dan sedang adalah
tanda kesulitan membaca tulisan dengan alat bantu optis low vision.
B.4 Pemeriksaan Lapangan Pandang
Perimetri macular merupakan salah satu pengukuran yang terpenting dari aspek-aspek
penilaian low vision, tetapi sering neglected (diabaikan).
Skotoma macular memberikan dampak mayor di dalam aktivitas sehari-hari dan terjadi
pada 83% pasien. Terdapatnya skotoma sentral atau parasentral menimbulkan masalah di
dalam kecepatan membaca dibandingkan gangguan pada tajam penglihatan.
Amsler grid digunakan untuk mencari adanya skotoma sentralis dan menentukan posisi
dan kepadatannya serta daerah distorsinya. Perlu dicatat apakah distorsi yang dilihat pasien
berkurang pada penglihatan binokuler atau monokuler. Apabila dengan penglihatan binokuler
distorsinya kurang maka pasien mungkin calon untuk penggunaan lens abaca yang mengkoreksi
kedua mata daripada penggunaan monokuler biasa.
Untuk pasien retinitis pigmentosa, lapangan pandang perifer sebaiknya diperiksa pada
layar singgung dan untuk pasien glaucoma dan deficit neurologic pada perimeter Goldmann.
C. Pemilihan dan Peresepan Alat-Alat Bantu
19
Alat-alat bantu optic maupun non-optik dapat membantu penderita menggunakan sisa
penglihatannya dan meningkatkan kualitas hidup penderita serta mengurangi ketergantungan
penderita kepada orang lain.
Apabila telah diketahui rentang dioptrik (beriksar +3 D sampai +68D) maka dipilihlah
jenis alat bantu low vision yang paling sesuai dengan tujuan derajat low vision.
Terdapat tiga jenis dasar alat bantu optic untuk low vision :
1. Alat bantu lensa konveks misalnya kacamata, kaca pembesar dan kaca pembesar berdiri.
2. System teleskopik misalnya teleskop kacamata, lup teleskop yang dapat disangkutkan
dan alat-alat bantu yang dapat digenggam.
3. System pembaca elektronik yang mencakup mesin pembaca CCTV dan computer yang
mampu mencetak tulisan dalam ukuran besar.
Kunci keberhasilan penatalaksanaan pasien low vision adalah instruksi pasien yang benar.
Peresepan lensa tanpa instruksi yang jelas hanya berhasil pada 50% kasus.8
2.3 Retinitis Pigmentosa2,3,10
2.3.1 Definisi
Retinitis pigmentosa adalah sekelompok degenerasi retina herediter yang ditandai oleh
disfungsi progresif fotoreseptor dan disertai hilangnya sel secara progresif dan akhirnya atrofi
beberapa lapisan retina. Retinitis pigmentosa merupakan salah satu penyakit mata yang
diturunkan (inheritance disease) yang mengenai bagian retina. Retinitis pigmentosa dengan
tanda karakteristik degenerasi sel epitel retina terutama sel batang dan atrofi saraf optic,
menyebar tanpa gejala peradangan. Retina mempunyai bercak dan pita halus yang berwarna
hitam. Merupaka kelainan yang onset bermula sejak masa kanak-kanak. Retinitis pigmentosa
merupakan kelainan autosomal resesif, autosomal dominan, X linked resesif atau simpleks.
Kebanyakan pasien tanpa riwayat penyakit keluarga sebelumnya.
2.3.2 Pemeriksaan Histologik
Pada pemeriksaan histologik ditemukan :
- Degenerasi sel-sel batang dan kerucut
20
- Proliferasi sel glia
- Migrasi pigmen kedalam jaringan retina
- Obliterasi sklerotik dari pembuluh darah retina
- Atrofi N.II, sedang koroid masih normal
2.3.3 Gejala Subyektif
- Hemeralopia, atau buta senja, yang diderita sejak masa kanak-kanak
- Lapang penglihatan yang menyempit, yang dapat berlanjut sampai kepenglihatan
teropong.
- Perjalanan penyakit dimulai pada umur 12 tahun, yang dimulai dengan hemeralopia dan
penyempitan lapangan penglihatan, sampai pada umur 30-60 tahun tinggal kampus
sentral 3-6 derajat saja, sehingga meskipun visus sentral masih baik, masih harus
dituntun karena tidak mempunyai daya orientasi ruangan.
- Pada stadium akhir, semua visus menghilang, penderita menjadi buta.
2.3.4 Gejala Obyektif
Pada funduskopi terdapat :
- Penimbunan pigmen, yang berupa gambaran badan tulang (bone corpuscle), yang mula-
mula terdapat di daerah ekuator, yang kemudian meluas ke perifer dan macula.
- Penimbunan pigmen sepanjang pembuluh darah.
- Karena geseran pigmen, gambaran pembuluh darah koroid menjadi nyata.
- Pembuluh darah ciut, dan tampak seperti tali.
21
- Pada stadium lanjut, papil juga atrofi pucat, berwarna kuning tembaga.
- Makula tampak sebagai moth eaten appearance.
2.3.5 Diagnosa Banding :
Kelainan retina dengan visus turun perlahan : Mata tenang visus turun perlahan :
- Retinopati diabetic - Katarak
- Retinopati hipertensif - Glaukoma kronis
- Degenerasi makula karena usia - Kelainan retina
- Degenerasi makula pada myopia - Kelainan refraksi
- Retinitis pigmentosa
- Retinopati klorokulin
2.3.6 Pemeriksaan Defek Lapangan Pandang
A. Tes Konfrontasi
Pemeriksa dan penderita berdiri berhadapan pada jarak 0,5 m. Setelah satu mata
ditutup, maka penderita harus melihat pada mata pemeriksa yang ada di depannya, kemudian
pemeriksa menutup matanya yang lain. Pemeriksa sekarang menggerakkan obyek dari depan
mata pemeriksa dan penderita, sampai obyek tersebut tidak terlihat. Gerakan tersebut diulangi
22
pada meridian yang lain, sampai tercapai 360 derajat. Dengan demikian pemeriksa dapat
membandingkan kampusnya dengan kampus penderita dan kampus pemeriksa harus normal.
B. Kampimeter
Terdiri dari papan yang berwarna hitam dengan suatu tempat untuk meletakkan dagu
penderita, pada jarak 33cm. Satu mata ditutup, bila visusnya baik, tes obyek 3mm atau lebih
kecil, dapat dipakai dan digerakkan dari perifer ke sentral sampai tampak oleh penderita tanpa
menggerakkan mata atau kepalanya. Hal ini diulangi dari meridian yang lain sampai tercapai
360 derajat. Titik-titik yang menentukan dimana tes obyek mulai terlihat pada meridian-
meridian tersebut ditandai dan kemudian dihubungkan dan dibandingkan dengan kampus
normal.
C. Perimeter
Perimeter terdiri dari logam setengah lingkaran yang dapat diputar menurut meridian
yang ingin diperiksa sampai 360 derajat dan pada permukaan ditandai dengan tanda yang
menunjukkan derajat dari 0 ditengah-tengah sampai 90 derajat dipinggirnya. Tes obyek
digerakkan sepanjang perimeter sampai terlihat pertama kali oleh penderita, dimana satu
matanya ditutup dan mata yang lain melihat kearah titik 0 derajat ditengah-tengah tanpa
menggerakkan kepala atau matanya. Tes obyek 3mm, jarak pemeriksaan 33cm.
D. Layar Byerrum
Disini dipakai layar yang berwarna hitam dan pemeriksaan dilakukan pada jarak 1 meter
atau pada jarak 2 meter. Cara pemeriksaan sama dengan yang lainnya. Hal ini dilakukan untuk
memeriksa keadaan kampus sentral (30 derajat). Tes obyek yang dipakai 1 mm atau 2 mm.
2.3.7 Pengobatan
23
Sampai saat ini belum ada pengobatan yang berhasil.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kami telah menyajikan sebuah system yang dapat dengan mudah digunakan untuk diterapkan kebutuhan visual yang berbeda pada pasien low vision.
24
Keuntungan utama dari system ini adalah kemampuannya untuk dikonfigurasikan pada berbagai jenis alat bantu untuk berbagai jenis pasien low vision, yang dapat bermanfaat pada pengolahan gambar langsung secara online.
System ini dapat dikonfigurasi ulang untuk memungkinkan pada penggabungan modalitas alat bantu lain.
Kami juga menunjukkan kelayakan alat bantu optoelektronik fleksibel yang unik ini, yang dapat seutuhnya disesuaikan dengan kebutuhan pengguna tertentu yang mencakup serangkaian kecacatan visual.
Kemampuan ini tidak tercapai oleh alat bantu lain.
DAFTAR PUSTAKA
1. Maria Dolores Pelaez-Coca, Fernando Vargas-Martın, Sonia Mota,dkk. A versatile
Optoelectronic Aid for Low Vision Patients. © 2009 The Authors. Journal compilation ©
2009 The College of Optometrists.
2. Ilyas, Sidarta. Ilmu Penyakit Mata. Edisi Ketiga. Jakarta : FK UI ; 2005
3. Wijaya, N. Ilmu Penyakit Mata. Cetakan ke 6. Jakarta: Abadi Tegal; 1993
25
4. Sherwood lauralee. Fisiologi Manusia. Edisi 2. Jakarta:EGC; 2001
5. 5. Anatomi dan Fisiologi Mata. Diunduh dari
http://www.4shared.com/get/RzDu3xdZ/32102110-Anatomi-Dan-Fisiologi.html pada 17
Oktober 2011.
6. Anatomi Mata. Diunduh dari
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21388/4/Chapter%20II.pdf pada 23
Oktober 2011.
7. Pokok Bahasan Masalah Mata di Indonesia. Diunduh dari
http://repository.ui.ac.id/contents/koleksi/11/066450559733b668ab05d5c98b3057d77
a14438e.pdf pada 19 Oktober 2011
8. Low Vision. Diunduh dari
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3444/1/09E01855.pdf pada 23
Oktober 2011
9. Ros, J. Díaz, S. Mota, dkk. Real Time Image Processing on a Portable Aid Device for Low
Vision Patients. K. Bertels, J.M.P. Cardoso, and S. Vassiliadis (Eds.): ARC 2006, LNCS
3985, pp. 158 – 163, 2006. © Springer-Verlag Berlin Heidelberg 2006.
10. D. Vaughan, T. Asbury, P. Riordan-Eva. Oftalmologi Umum. Edisi 14. Jakarta; EGC; 2007
11. Retina. Diunduh dari http://id.wikipedia.org/wiki/Optoelektronik pada 23 Oktober 2011
26