jurnal litera pembahasan hasil penelitian pergeseran bahasa daerah

7

Upload: juliansya

Post on 26-Oct-2015

264 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

jurnal

TRANSCRIPT

Page 1: Jurnal Litera Pembahasan Hasil Penelitian Pergeseran Bahasa Daerah
Page 2: Jurnal Litera Pembahasan Hasil Penelitian Pergeseran Bahasa Daerah

PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN: PERGESERAN BAHASADAERAH AKIBAT KONTAK BAHASA MELALUI PEMBAURAN1

Sulis TriyonoFBS Universitas Negeri Yogyakarta

A. PendahuluanBahasa sebagai alat komunikasi selalu mengalami perkembangan.

Perkembangan bahasa dapat berupa perubahan atau pergeseran.Pergeseran bahasa dapat muncul sebagai akibat adanya faktorkedwibahasaan atau kemultibahasaan yang berkembang di masyarakat. DiIndonesia pada umumnya, untuk berkomunikasi sehari-hari masyarakatmenggunakan lebih dari satu bahasa. Istilah kedwibahasaan (bilingualism)biasanya digunakan untuk kemampuan dan kebiasaan mempergunakandua bahasa. Istilah kedwibahasaan sering juga disebut kegandabahasaan(multilingualism). Sebenarnya, istilah kedwibahasaan dipakai untuk duakonsepsi yang berkaitan tetapi berbeda, yakni kemampuanmempergunakan dua bahasa dan kebiasaan memakai dua bahasa dalampergaulan hidup. Istilah yang pertama berarti bilingualitas, sedangkanyang kedua berarti bilingualisme (Nababan, 1991).

Beberapa ahli bahasa menyebut pola berdwibahasa ini denganbilingualisme (Erwin & Osgood, 1965; Romaine, 1994), sedangkanFerguson (1959) memakai istilah diglosia. Untuk membedakan keduakonsep antara bilingualisme dan diglosia, Fishman (1972) menggunakanistilah bingualisme dan bilingualitas.

Dalam topik kedwibahasaan, sering digunakan istilah code-switching ‘alih kode’ dan code-mixing ‘campur kode’. Code-switchingterjadi apabila keadaan berbahasa menuntut penutur mengganti bahasaatau ragam bahasa yang sedang dipakai. Selanjutnya, code-mixing terjadiapabila seseorang mencampur dua bahasa atau ragam bahasa hanya olehkarena mudahnya dan bukan disebabkan oleh tuntutan keadaan berbahasa(Nababan, 1991).

Pergeseran bahasa yang terjadi pada hampir semua bahasamenandakan adanya dinamisasi bahasa yang digunakan masyarakat untuk

1 LITERA, Jurnal Penelitian Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya, Volume 5,Nomor 1, Januari 2006. ISSN: 1412-2596, halaman 124-127.

Page 3: Jurnal Litera Pembahasan Hasil Penelitian Pergeseran Bahasa Daerah

berkomunikasi. Robin (1992) menjelaskan, setiap bahasa akan mengalamipergeseran aau perubahan yang berangsur-angsur, yang sering tidaktampak dalam suatu generasi. Pergeseran itu dapat terjadi secara teraturdan tidak menuntut adanya persyaratan-persyaratan khusus.

Tulisan ini bertujuan untuk membahas hasil penelitian yangdilakukan Achmad Tolla dengan judul Pergeseran Bahasa Daerah AkibatKontak Bahasa melalui Pembauran (Studi Kasus MasyarakatTransmigrasi Asal Jawa di Desa Sukamaju, Luwu Timur, SulawesiSelatan). Pembahasan difokuskan pada teori dan metode yang digunakanpeneliti untuk menjelaskan masalah penelitian.

B. PembahasanPenelitian yang dilakukan Tolla telah menghasilkan temuan-

temuan yang bermanfaat bagi perkembangan ilmu bahasa. Hasiltemuannya dapat menambah wawasan bagi para peneliti lain, khususnyapenelitian tentang pergeseran bahasa daerah akibat kontak bahasa melaluipembauran.

Permasalahan yang dikemukakan dalam penelitian ini meliputiempat hal, yaitu (1) situasi kebahasaan dan pergeseran mother tounge‘bahasa ibu’ warga transmigran asal Jawa yang bermukim di desaSukamaju, Luwu Timur; (2) faktor yang berpengaruh terhadap pergeseranbahasa di kalangan masyarakat transmigran; (3) perbedaan pergeseranbahasa antara wilayah permukiman yang homogen dan heterogen; dan (4)faktor yang dominan berpengaruh terhadap pergeseran bahasa.

Data penelitian dikelompokan berdasarkan pola kedwibahasaan dikalangan warga transmigran asal Jawa di desa Sukamaju, Luwu Timur,Sulawesi Selatan. Pertama, pola kedwibahasaan di kalangan wargatransmigran yang berbahasa Jawa + bahasa Indonesia sebesar 100%.Kedua, bahasa Jawa + bahasa Indonesia + dialek Luwu sebesar 33%.Ketiga, bahasa Jawa + bahasa Indonesia + bahasa Bugis sebesar 18%,Keempat, bahasa Jawa + bahasa Indonesia + dialek Luwu + bahasaBugis sebesar 17.5%.

Dalam penelitian ini, peneliti menghasilkan empat temua.Pertama, berdasarkan cara terjadinya, 24% responden memperolehbahasa Indonesia secara primer (lingkungan masyarakat), sebesara 76%secara sekunder melalui pendidikan/sekolah, sedangkan dialek Luwu danbahasa Bugis, semuanya diperoleh secara primer. Kedua, berdasarkan

Page 4: Jurnal Litera Pembahasan Hasil Penelitian Pergeseran Bahasa Daerah

tingkatan/kemampuan, sebesar 86% responden mengaku menguasaibahasa Indonesia secara maksimal (aktif produktif) dan sebesar 14%secara minimal (pasif reseptif), sedangkan untuk bahasa Bugis dan dialekLuwu hanya sebesar 5,5% yang menguasainya secara maksimal dansebesar 42% secara minimal. Ketiga, berdasarkan tingkatanperkembangannya, sebesar 21% responden mengaku memperoleh bahasaIndonesia pada masa kanak-kanak (usia dini), sebesar 72% pada masasekolah (kedwibahasaan tengah), dan sebesar 65% pada masa dewasa.Selanjutnya, untuk pemerolehan dialek Luwu dan bahasa Bugis, yaitusebesar 8% mengaku memperoleh dialek Luwu dan bahasa Bugis padamasa kanak-kanak (usia dini), sebesar 13% pada masa sekolah, dan 14%pada masa dewasa. Keempat, berdasarkan pengaruhnya terhadap bahasaJawa, dialek Luwu potensial berpengaruh terhadap pergeseran bahasaJawa. Namun, bahasa Jawa yang dikuasai oleh responden secaramaksimal atau aktif produktif ternyata tidak menggeser fungsi bahasaJawa, tetapi bahasa Jawa dijadikan sebagai komplemen atau pelengkapdalam memperlancar komunikasi mereka sesuai dengan ranah yang tepat.

Berdasarkan landasan teori yang digunakan, masih diperlukanpenjelasan yang lebih rinci berkaitan dengan aspek pergeseran bahasadaerah. Pergeseran itu disebabkan oleh adanya penggunaan code-switching ‘alih kode’ atau code-mixing ‘campur kode’. Code-switchingsebagai akibat kebiasaan menggunakan bahasa Jawa untuk percapakansehari-hari di kalangan keluarga dan kerabat mereka yang berasal darisuku Jawa, beralih ke bahasa Indonesia, bahasa Bugis, atau beralih kedialek Luwu untuk percakapan sehari-hari dengan orang-orang sukuBugis atau Luwu. Apabila hal ini terjadi, tidak menutup kemungkinanpenyebab pergeseran bahasa tidak hanya dipengaruhi oleh perbedaankelompok umur, pendidikan, wilayah permukiman, jenis kelamin, akantetapi juga dapat disebabkan oleh adanya perbedaan etnis atau adatistiadat penutur bahasa dari mana mereka berasal.

Selanjutnya, code mixing sebagai akibat adanya interferensi, baikinterferensi perlakuan (performance interference), interferensiperkembangan (development interference) atau interferensi belajar(learning interference), dan interferensi sistemik (systemic interference).Interferensi sistemik yang dapat menyebabkan perubahan dalam sistembahasa dapat dimaknai sebagai perkembangan. Mekanismeperkembangan ini berhubungan erat dengan difusi budaya (culturaldiffusion)

Page 5: Jurnal Litera Pembahasan Hasil Penelitian Pergeseran Bahasa Daerah

Pergeseran bahasa juga disebabkan oleh adanya korespondensi danrelasi bahasa-bahasa serumpun. Pergeseran atau perubahan yang munculdapat terjadi secara teratur dan takteratur. Pergeseran atau perubahanteratur disebut perubahan primer, yaitu perubahan yang terjadi secarabersama-sama pada bahasa-bahasa sekerabat. Misalnya, hukum Van derTuuk yang mengatakan bahwa fonem /r/ dalam bahasa Melayu untuk kata/layar/ menjadi fonem /g/ pada bahasa Tagalok, sehingga akn menjadi/layag/, dan menjadi fonem /h/ dalam bahasa Bali /layah/. Perubahansekunder mengandung pengertian perubahan yang terjadi hanya bersifatsporadis dan tidak dapat digeneralisasikan ke bentuk lain akibatketidakteraturannya (Triyono, 1998).

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisismultiple regresion dan multiple comparison. Analisis multiple regresiondigunakan untuk menganalisis depalan hipotesis, sedangkan analisismultiple comparison digunakan untuk menganalisis dua hipotesis. Tidakditampilkannya uji persyaratan analisis, seperti uji normalitas sebaran, ujilinieritas hubungan, dan uji homoginitas variansi menyebabkanpemahaman pembaca agak terganggu. Hal ini diperlukan mengingatkeberhasilan uji persyaratan analisis regresi tersebut akan menjadi faktorpenentu apakah analisis regresi yang dilakukan oleh peneliti dapatditeruskan atau tidak, sehingga diharapkan hasil temuannya akan lebihvalid.

Pada umumnya, penelitian bahasa memiliki karakteristik yangberbeda dengan penelitian pendidikan. Penelitian bahsa memilikipersyarata-persyaratan tertentu terutama dalam hal teknik pengambilandata penelitian, analisis data penelitian, dan penyajian hasil-hasilpenelitian. Pada penelitian ini, belum tampak ciri-ciri yang dituntut olehpenelitian bahasa. Pertama, inti permasalahan penelitian ini adalahpergeseran bahasa daerah akibat kontak bahasa melalui pembauran.Untuk meneliti pergeseran bahasa sebaiknya dijelaskan pada tataran apaterjadinya pergeseran tersebut. Penjelasan tentang pengaruh bergesernyabahasa kurang lengkap, karena dasar yang menjadi tolok ukur untukmencari pengaruh pergeseran bahasa belum dijelaskan. Kedua, analisisregresi biasanya digunakan untuk keperluan penelitian bahasa pendidikan.Oleh karena itu, jika digunakan untuk menganalisis penelitian bahasaseperti dalam penelitian ini, diperlukan penjelasan dan alasan yang tepatagar diperoleh hasil yang maksimal. Ketiga, dalam penyajian hasilpenelitian, selain pemaparan secara informal berupa narasi dan deskripsi,

Page 6: Jurnal Litera Pembahasan Hasil Penelitian Pergeseran Bahasa Daerah

diperlukan pula pemaparan secara formal dengan simbol-simboltranskripsi fonetik yang berlaku secara universal seperti InternationalPhonetic Alphabet (IPA). Hal itu dimaksudkan untuk menonjolkan aspekkebahasaan dalam berbagai tataran linguistik, baik pada tataran fonologi,morfologi, maupun tataran sintaksis. Pada dasarnya, penelitian bahasa,seperti: sosiolonguistik, psikolinguistik, etnolinguistik, antropolinguistik,dan dialektologi haruslah bermuara pada aspek-aspek kebahasaan yangmenjadi fokus kejiannya.

Selain hal-hal yang disebutkan di atas, instrumen penelitian yangdigunakan untuk menjaring data dalam penelitian ini juga belumdijelaskan. Substansi isi dari kuesioner yang merupakan salah satuinstrumen penelitian perlu dijelaskan lebih rinci terutama materi-materiyang ditanyakan dalam kuesioner. Tidak terjelaskannya topik-topikkebahasaan yang mengalami pergeseran bahasa dalam penelitian ini,dikuatirkan dapat menyebabkan kesalahan dalam pengambilan datapenelitian karena kuesioner yang disebarkan kepada responden masihbersifat umum sekali dan bukan mengarah kepada aspek pergeseranbahasa yang menjadi fokus penelitian ini.

C. PenutupTerlepas dari kelemahan-kelemahan yang ada, penelitian ini telah

memberikan kontribusi terhadap perkembangan bahasa Jawa, bahasaBugis, dan dialek Luwu di daerah pembauran di desa Sukamaju, LuwuTimur, Sulawesi Selatan. Bahasa daerah merupakan salah satu asetkekayaan budaya Indonesia perlu dijaga kelestariannya.

Selain itu, penelitian ini memperkuat teori tentang penguasaanbahasa ibu yang secara relatif akan tetap ada, walaupun terdapatpengaruh-pengaruh dari bahasa lain. Penguasaan bahasa kedua olehseseorang dimungkinkan terjadi dengan baik sebagaimana penguasaanbahasa ibu.

Daftar Pustaka

Erwin, S.M. and C.E. Osgood. 1965. “Second Language Learning andBilingualism” dalam C.E. Osgood & F.A. Seebook (Ed.),Psycholinguistics. Bloomington: Indiana University Press.

Page 7: Jurnal Litera Pembahasan Hasil Penelitian Pergeseran Bahasa Daerah

Ferguson, C.A. 1959. “National Sociolinguistic Profile Formulas” dalamW. Bright (Ed.). Sociolinguistics. IJAL. Bloomington.

Fishman, J. 1972. The Sociology of Language. Newbury House. Rowley,Mass.

Nababan, P.W.J. 1991. Sosiolinguistik: Suatu Pengantar. Jakarta: PTGramedia Pustaka Utama.

_____________. 1978. ”Linguistic Interference in MultilingualSituations” dalam Arthur Yap (Ed.), Language Education inMultilingual Societies. RELC & The University of Singapore.

Robin, R.H. 1992. General Linguistics: An Society. An Introduction toSociolinguistics. New York: Oxford University Press Inc.

Triyono, Sulis. 1998. Korespondensi Proto Melayu Polinesia denganBahasa Jawa dan Bahasa Indonesia. Yogyakarta: PSLinguistik FIB UGM.

Biodata Penulis

Sulis Triyono, dilahirkan di Trenggalek 6 Mei 1958. Pendidikan sarjanadiselesaikan pada tahun 1985 di Jurusan Pendidikan Bahasa Jerman FPBSIKIP Yogyakarta. Tingkat magister diselesaikan tahun 1997 di JurusanPendidikan Bahasa Pascasarjana IKIP Jakarta. Sejak 1986, ia menjadidosen pada Program Studi Pendidikan Bahasa Jerman FBS UNY. Padatahun 987 ia mengikuti program Mittelstufe di Goethe InstitutRoethenburg od. T., tahun 1992 mengikuti program magister sandwich diKatholische Universität Eichstätt Jerman, tahun 1993 mengikutiFortbildungslehrgang Didaktik und Methodik di Goethe InstitutMünchen, dan pada tahun 1999/2000 mempersiapkan disertasi di JW vonGoethe Universität Frankfur/Main. Beberapa karya ilmiah dan penelitiantelah dihasilkan dan dipublikasikan melalui jurnal-junal.