jtptiain gdl arifahkurn 5716-1-063311036
DESCRIPTION
jtptiain-gdl-arifahkurn-5716-1-063311036TRANSCRIPT
-
PENGARUH TUNJANGAN KESEJAHTERAAN
TERHADAP ETOS KERJA GURU
DI MTs NU 02 AL MAARIF BOJA KENDAL
TAHUN PELAJARAN 2011-2012
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat
guna Memperoleh Gelar Sarjana (S1)
dalam Program Studi Kependidikan Islam (KI)
Oleh :
ARIFAH KURNIAWATI
NIM : 063311036
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2011
-
ii
PERNYATAAN KEASLIAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Arifah Kurniawati
NIM : 063311036
Jurusan/Program Studi : Kependidikan Islam
Menyatakan bahwa skripsi ini secara keseluruhan adalah hasil penelitian/karya
saya sendiri, kecuali bagian tertentu yang dirujuk sumbernya.
Semarang, 6 Desember 2011
Saya yang menyatakan,
Arifah Kurniawati
NIM : 063311036
-
iii
-
iv
NOTA PEMBIMBING Semarang, 6 Desember 2011
Kepada
Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah
IAIN Walisongo Semarang
di Semarang
Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan dan
koreksi naskah skripsi dengan:
Judul : Pengaruh Tunjangan Kesejahteraan Terhadap Etos Kerja
Guru di MTs NU 02 Al Maarif Boja Kendal Tahun
Pelajaran 2011-2012
Nama : Arifah Kurniawati
NIM : 063311036
Jurusan : Kependidikan Islam
Program Studi : Kependidikan Islam
Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada
Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo untuk diujikan dalam Sidang Munaqasyah.
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
-
v
NOTA PEMBIMBING Semarang, 6 Desember 2011
Kepada
Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah
IAIN Walisongo Semarang
di Semarang
Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan dan
koreksi naskah skripsi dengan:
Judul : Pengaruh Tunjangan Kesejahteraan Terhadap Etos Kerja
Guru di MTs NU 02 Al Maarif Boja Kendal Tahun
Pelajaran 2011-2012
Nama : Arifah Kurniawati
NIM : 063311036
Jurusan : Kependidikan Islam
Program Studi : Kependidikan Islam
Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada
Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo untuk diujikan dalam Sidang Munaqasyah.
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
-
vi
ABSTRAK
Judul : Pengaruh Tunjangan Kesejahteraan Terhadap Etos Kerja
Guru di MTs NU 02 Al Maarif Boja Kendal Tahun Pelajaran 2011-2012
Penulis : Arifah Kurniawati
NIM : 063311036
Skripsi ini membahas tentang pengaruh tunjangan kesejahteraan terhadap
etos kerja guru di MTs NU 02 Al Maarif Boja Kendal Tahun Pelajaran 2011-2012. Kajiannya dilatarbelakangi oleh pentingnya tunjangan kesejahteraan untuk
guru. Studi ini dimaksudkan untuk menjawab permasalahan: (1) Apakah
tunjangan kesejahteraan dapat meningkatkan etos kerja guru di MTs NU 02 Al
Maarif Boja Kendal Tahun Pelajaran 2011-2012 ? (2) Seberapa besar pengaruh tunjangan kesejahteraan dapat meningkatkan etos kerja guru di MTs NU 02 Al
Maarif Boja Kendal Tahun Pelajaran 2011-2012 ? Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, pengumpulan data
dilakukan dengan menggunakan metode angket untuk memperoleh data variabel
X yaitu tunjangan kesejahteraan guru di MTs NU 02 Al Maarif Boja dan variabel Y yaitu etos kerja guru di MTs NU 02 Al Maarif Boja. Dengan rumus regresi satu prediktor dengan skor deviasi, subyek penelitian sebanyak 28 responden.
Sebelum data digunakan untuk mendapatkan data yang objektif, terlebih dahulu
dilakukan pengujian validitas dan reliabilitas.
Kajian ini menunjukkan bahwa : Variabel X yang berkenaan dengan
tunjangan kesejahteraan guru di MTs NU 02 Al Maarif Boja, dengan nilai terendah 33 dan nilai tertinggi 58, termasuk dalam kategori cukup, yang berarti
tunjangan kesejahteraan di MTs NU 02 Al Maarif Boja mempengaruhi etos kerja guru.
Variabel Y yang berkenaan dengan etos kerja guru di MTs NU 02 Al
Maarif Boja, dengan nilai terendah 33 dan nilai tertinggi 60, termasuk dalam kategori cukup baik, Besarnya pengaruh tunjangan kesejahteraan guru di MTs NU
02 Al Maarif Boja sebesar 88,0%, sisanya etos kerja guru dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
Berdasarkan analisis regresi satu prediktor yaitu, bahwa Ftabel pada taraf
signifikansi 5% = 4,22 dan pada taraf signifikansi 1% = 7,72. Maka nilai Freg
sebesar 190,496 lebih besar daripada Ftabel, baik pada taraf signifikansi 5%
maupun 1%.
Hasil penelitian ini diharapkan akan menjadi bahan informasi dan
masukan bagi mahasiswa, para tenaga pengajar, para peneliti, di MTs NU 02 Al
Maarif Boja dan semua pihak yang membutuhkan di lingkungan Fakultas Tarbiyah IAIN Semarang.
-
vii
TRANSLITERASI ARAB LATIN
Penulisan transliterasi huruf-huruf Arab Latin dalam skripsi ini
berpedoman pada SKB Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
R.I Nomor: 158/1987 dan Nomor: 0543b/Untuk1987. Penyimpangan penulisan
kata sandang (al-) disengaja secara konsisten agar sesuai teks Arabnya.
A t}
B z}
T
s| gh
J f
h} q
Kh k
D l
z| m
R n
Z w
S h
Sy
s} y
d}
Bacaan mad: Bacaan diftong:
a> = a panjang = au
i> = I panjang = a
u> = u panjang
-
viii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan segala rahmat, hidayah dan inayah-Nya sehingga penulisan skripsi
ini dapat terselesaikan.
Sholawat dan salam senantiasa tetap terlimpahkan kepada beliau Nabi
Muhammad SAW, beserta keluarganya, sahabat-sahabatnya serta orang-orang
mukmin yang senantiasa mengikutinya.
Dengan kerendahan hati dan penuh kesadaran, penulis sampaikan bahwa
skripsi ini tidak akan mungkin terselesaikan tanpa adanya dukungan dan bantuan
dari semua pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Adapun ucapan
terima kasih secara khusus penulis sampaikan kepada:
1. Dr. Sujai, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo
Semarang.
2. Dr. Musthofa, M.Ag., selaku Ketua Jurusan Kependidikan Islam.
3. Ismail, SM, M.Ag dan Fahrurrozi, M.Ag yang telah berkenan meluangkan
waktu, tenaga dan pikiran di tengah-tengah kesibukannya untuk membimbing
serta mengarahkan penulis dalam penyusunan skripsi ini.
4. Segenap Dosen dan staf di lingkungan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo
Semarang yang telah membekali penulis dengan berbagai pengetahuan.
5. Kepala Sekolah, guru dan stafnya MTs NU 02 Al Maarif Boja, terima kasih
telah memberikan bantuan selama penelitian.
6. Bapak, Ibu, dan seluruh keluarga tercinta yang telah memberikan doa restunya
dalam penyusunan skripsi ini.
7. Suamiku tercinta Sertu. Mar. Eko S.P, yang selalu mendukung, memberi
semangat dalam hidupku.
8. Teman-teman KI 2005, 2006, 2007, 2008 terima kasih atas kebersamaannya
serta semangatnya dan semua masukan.
9. Semua pihak yang telah memberi dukungan baik moril maupun materiil yang
tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
-
ix
Kepada mereka semua penulis tidak dapat memberi apa-apa yang berarti,
hanya doa semoga amal baik mereka dibalas oleh Allah dengan sebaik-baik
balasan serta selalu dalam lindungan-Nya.
Akhirnya, penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan, baik dalam penyusunan kata, landasan teori, dan beberapa aspek
inti didalamnya. Oleh karena itu, kritik saran yang konstruktif sangat diharapkan
demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semuanya.
Amin.
Semarang, 6 Desember 2011
Deklarator,
Arifah Kurniawati
NIM. 063311036
-
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................. i
PERNYATAAN KEASLIAN ................................................................... ii
PENGESAHAN ........................................................................................ iii
NOTA PEMBIMBING ............................................................................. iv
ABSTRAK ................................................................................................ vi
TRANSLITERASI ...................................................................................... vii
KATA PENGANTAR .............................................................................. viii
DAFTAR ISI .............................................................................................. x
DAFTAR TABEL ....................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xiv
BAB I : PENDAHULUAN ..................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ........................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................. 3
C. Tujuan Penelitian .................................................................. 3
BAB II : LANDASAN TEORI ................................................................. 5
A. Kajian Pustaka ..................................................................... 5
B. Kerangka Teoritik .................................................................. 7
1. Tunjangan Kesejahteraan ................................................ 7
a. Pengertian Tunjangan Kesejahteraan ........................ 9
b. Motivasi Keprofesian Guru ...................................... 11
c. Tujuan Tunjangan Kesejahteraan ............................. 14
d. Manfaat Tunjangan Kesejahteraan Guru .................. 15
2. Etos Kerja ....................................................................... 16
a. Pengertian Etos Kerja ............................................... 16
b. Komponen Etos Kerja Dalam Islam .......................... 18
1) Iman dan taqwa .................................................... 19
2) Niat ....................................................................... 20
-
xi
c. Konsep Islam Tentang Etos Kerja ............................ 20
d. Nilai-Nilai Dalam Etos Kerja ................................... 22
3. Pengaruh Tunjangan Kesejahteraan Terhadap Etos
Kerja Guru ....................................................................... 23
a. Profesionalisme Guru ................................................ 26
b. Pengertian Guru Profesional ...................................... 27
c. Ciri-Ciri Guru Profesional ......................................... 28
d. Tugas dan Tanggung Jawab Guru ............................. 31
e. Upaya Peningkatan Profesional Guru ........................ 33
f. Kode Etik Profesi Guru .............................................. 36
C. Rumusan Hipotesis ............................................................... 37
BAB III : METODE PENELITIAN ....................................................... 38
A. Jenis Penelitian ...................................................................... 38
B. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................... 38
C. Populasi Penelitian ............................................................... 38
D. Variabel Penelitian dan Indikator ........................................ 40
E. Pengumpulan Data Penelitian .............................................. 41
F. Analisis Data Penelitian ....................................................... 42
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................... 48
A. Hasil Penelitian .................................................................... 48
1. Profil MTs NU 02 Al Maarif Boja ................................. 48
a. Tujuan MTs NU 02 Al Maarif Boja ......................... 48
b. Visi dan Misi MTs NU 02 Al Maarif Boja ............... 48
c. Letak Geografis .......................................................... 49
d. Keadaan Guru ........................................................... 49
e. Jumlah Siswa dalam 3 (tiga) tahun terakhir ............... 49
f. Struktur Organisasi ................................................... 50
2. Analisis Uji Validitas dan Reliabilitas ............................. 50
a. Analisis Validitas Tes ................................................ 50
-
xii
b. Analisis Reliabilitas Tes ............................................ 52
B. Analisis Uji Hipotesis .......................................................... 53
1. Data Hasil Angket Tentang Tunjangan Kesejahteraan
Guru di MTs NU 02 Al Maarif Boja .............................. 53
2. Data Hasil Angket Tentang Etos Kerja di MTs NU 02
Al Maarif Boja ................................................................ 56
3. Tunjangan Kesejahteraan Terhadap Etos Kerja Guru ..... 64
4. Pengaruh Tunjangan Kesejahteraan Terhadap Etos
Kerja Guru ....................................................................... 64
C. Pembahasan Hasil Penelitian ............................................... 65
D. Keterbatasan Penelitian ........................................................ 66
BAB V : PENUTUP ................................................................................ 67
A. Kesimpulan ........................................................................... 67
B. Saran ...................................................................................... 67
C. Penutup .................................................................................. 68
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
-
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Data Responden, 39.
Tabel 2 Ringkasan Analisis Garis Regresi, 46.
Tabel 3 Jumlah Siswa, 49.
Tabel 4 Analisis Perhitungan Validitas Butir Soal Tentang Tunjangan
Kesejahteraan Guru Di MTs NU 02 Al Maarif Boja, 50.
Tabel 5 Persentase Validitas Butir Soal, 51.
Tabel 6 Analisis Perhitungan Validitas Butir Soal Tentang Etos Kerja Guru Di
MTs NU 02 Al Maarif Boja, 51.
Tabel 7 Persentase Validitas Butir Soal, 52.
Tabel 8 Hasil Angket Variabel X (Tunjangan Kesejahteraan Guru Di MTs NU
02 Al Maarif Boja), 54.
Tabel 9 Kategori Tunjangan Kesejahteraan Guru, 55.
Tabel 10 Hasil Angket Variabel Y (Etos Kerja Guru Di MTs NU 02 Al Maarif
Boja), 56.
Tabel 11 Kategori Etos Kerja Guru, 58.
Tabel 12 Koefisien Korelasi antara Variabel X (Kesejahteraan Guru) dengan
Variabel Y (Etos Kerja Guru di MTs NU 02 Al Maarif Boja Tahun
Pelajaran 2011/2012), 59.
Tabel 13 Ringkasan Hasil Analisis Regresi, 64.
-
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Tunjangan Kesejahteraan Guru di MTs NU 02 Al-Maarif Boja
Lampiran 2 Validitas Kuesioner Tunjangan Kesejahteraan
Lampiran 3 Analisis Validitas dan Reliabilitas
Lampiran 4 Etos Kerja Guru di MTs NU 02 Al-Maarif Boja
Lampiran 5 Validitas Kuesioner Etos Kerja
Lampiran 6 Analisis Validitas dan Reliabilitas
Lampiran 7 Contoh Perhitungan Validitas Butir Pertanyaan
Lampiran 8 Contoh Perhitungan Reliabilitas Butir Pertanyaan
Lampiran 9 Angket Penelitian Pengaruh Tunjangan Kesejahteraan Terhadap
Etos Kerja Guru di MTs NU 02 Al-Maarif Boja
Hasil Uji Lab
Surat Penunjukan Pembimbing
Surat Izin Riset
Surat Keterangan Penelitian
Piagam PASSKA
Piagam KKN
Surat Keterangan Ko Kurikuler
Transkrip Ko Kurikuler
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peningkatan mutu pendidikan merupakan sasaran pembangunan di bidang
pendidikan dan merupakan bagian integral dan upaya peningkatan kualitas manusia
Indonesia secara kaffah (menyeluruh). Upaya mencerdaskan kehidupan bangsa
menjadi tanggung jawab pendidikan, terutama dalam mempersiapkan peserta didik
menjadi subyek yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
tangguh, kreatif, mandiri, demokratis, dan profesional pada bidangnya masing-
masing.
Pendidikan bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah semata,
melainkan tanggung jawab kita bersama baik kita sebagai warga masyarakat maupun
sebagai individu. Namun pada kenyataannya pendidikan di Indonesia kurang
mendapatkan perhatian dan dukungan dari pemerintah maupun masyarakat. Hal ini
mengakibatkan profesi sebagai guru atau tenaga pendidikan kurang diminati oleh
sebagian besar masyarakat, karena pada kenyataannya kesejahteraan para guru
kurang diperhatikan yang mengakibatkan kehidupan ekonomi dan gaji belum dapat
dipenuhi. Dengan disahkan Undang-Undang Sisdiknas No. 20 Tahun 2009 yang di
dalam undang-undang tersebut mengamanatkan kepada negara untuk
mengalokasikan dana pendidikan sebesar 20% dari APBN kemudian diikuti dengan
disahkan Undang-Undang Guru dan Dosen tahun 2009, telah berubah wacana di
masyarakat bahwa profesi guru yang tadinya dianggap sebagai pilihan hidupnya
karena sebagian berpendapat dengan menjadi guru kehidupan ekonominya pada
masa yang akan datang akan terjamin dan sejahtera.
Terlepas dari pendapat anggapan sebagian masyarakat tersebut, profesi
sebagai guru adalah sebuah profesi yang teramat mulia baik dihadapan masyarakat
maupun dihadapan sang kholiq. Islam sendiri sangat menjunjung tinggi kemuliaan
dan kehormatan guru. Bahwa seorang guru tidak hanya menguasai materi yang akan
diajarkan kepada peserta didik dengan sempurna, guru juga sebagai pendidik dan
sekaligus pembina para generasi muda, yang dapat menjadi tauladan baik di dalam
-
2
maupun di luar sekolah. Jadi diharapkan seorang guru mempunyai sifat terpercaya
(amanah), jujur, sabar, ikhlas dan kesungguhan di dalam memberikan nasehat. Guru
tidak hanya berfungsi dalam transfer ilmu saja tetapi juga dalam transfer nilai guru
yang dapat memberikan contoh dalam perilaku, kepribadian dan nilai-nilai budaya
dalam rangka transfer nilai untuk itu dalam Islam menjadi guru tidak hanya ahli
dalam penguasaan materi namun juga berakhlaqul karimah, karena segala tindakan
guru baik di sekolah maupun di luar sekolah senantiasa akan ditiru oleh muridnya,
tingkah laku murid selalu mencontoh gurunya.1 Karena itulah tugas sebagai guru
mempunyai tanggung jawab yang lebih besar dari pada profesi lain karena yang
diajarkan oleh guru akan dipertanggung jawabkan tidak hanya di dunia melainkan
juga di akhirat.
Sedemikian berat dan mulia amanah yang diemban oleh seorang guru
hingga dikatakan bahwa guru menjadi penentu masa depan suatu bangsa atau negara.
Jika gurunya baik masa depan bangsa dan negara akan baik, namun jika gurunya
tidak dapat mengemban amanat dengan baik maka masa depan bangsa tersebut tidak
akan baik.
Begitu besarnya perhatian Islam terhadap pendidikan, hingga Islam
mewajibkan setiap pemeluknya tidak hanya menuntut ilmu tapi juga mengajarkan
pengetahuan yang dimiliki sesuai dengan kemampuan masing-masing. Sesuai dengan
fungsi pendidikan nasional untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara
yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mencapai tujuan tersebut menjadi
tanggung jawab kita bersama bukan hanya guru semata tetapi juga pemerintah dan
masyarakat.
Karena itulah perlu ada perhatian yang lebih besar dari pemerintah maupun
masyarakat untuk lebih berperan aktif dalam usaha agar mendukung tugas-tugas
1Undang-Undang Republik Indonesia No.4 Tahun 2005, tentang Guru dan Dosen, (Jakarta, t.p
2005), hlm. xxxi.
-
3
yang diamanatkan kepada guru dapat terlaksana dengan optimal. Dari latar belakang
inilah, maka peneliti berkeinginan untuk mengadakan sebuah penelitian tentang
Pengaruh Tunjangan Kesejahteraan Terhadap Etos Kerja Guru di MTs NU 02 Al
Maarif Boja Kendal Tahun Pelajaran 2011-2012 .
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada permasalahan yang telah dihadapi diatas, maka pada
penelitian ini peneliti dapat memunculkan permasalahan yaitu:
1. Apakah tunjangan kesejahteraan dapat meningkatkan etos kerja guru di MTs NU
02 Al Maarif Boja Kendal Tahun Pelajaran 2011-2012?
2. Seberapa besar tunjangan kesejahteraan dapat meningkatkan etos kerja guru di
MTs NU 02 Al Maarif Boja Kendal Tahun Pelajaran 2011-2012?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Setelah dipaparkan tentang permasalahan yang peneliti ambil diatas, maka
tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah tunjangan kesejahteraan
dapat meningkatkan etos kerja guru di MTs NU 02 Al Maarif Boja Kendal dan
besarnya tunjangan kesejahteraan dapat meningkatkan etos kerja guru di MTs NU 02
Al Maarif Boja Kendal. Hingga setelah nanti hasilnya dapat diketahui berharap
adanya tindakan atau kebijakan dari pengurus MTs NU 02 Al Maarif Boja Kendal
untuk menindaklanjuti hal tersebut.
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Secara Teoritis
Dalam penelitian ini, sesuai hakekat dari penelitian yaitu adanya
kesenjangan antara teori dengan praktek di lapangan. Untuk itu adapun manfaat dari
penelitian ini secara teoritis yaitu mengembalikan kebenaran-kebenaran teoritis
terhadap permasalahan tunjangan kesejahteraan guru yang sangat penting demi
meningkatkan etos kerja guru. Dan sebagai rujukan teori terhadap permasalahan
tunjangan kesejahteraan guru di lembaga-lembaga pendidikan lainnya.
-
4
2. Secara Praktis
a. Bagi Guru
Diharapkan dapat memberikan manfaat dan menambah wawasan bagi
para guru agar memiliki semangat etos kerja yang tinggi dalam mencapai tujuan
yang akan dicapai.
b. Bagi MTs NU 02 Al Maarif Boja Kendal
Jajaran pengurus MTs NU 02 Al Maarif Boja Kendal dapat
mengetahui dan menindaklanjuti tentang kebijakan tunjangan kesejahteraan demi
terciptanya kinerja guru yang disiplin dan professional. Dan Sebagai rujukan
bahwa tunjangan kesejahteraan sangat penting dan bermanfaat demi terwujudnya
pendidikan yang berkualitas serta berkembangnya suatu negara.
-
5
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Pustaka
Kajian pustaka merupakan gambaran yang menyeluruh dari setiap projek
penelitian, tetapi kepustakaan tidak dapat menggantikan apa yang terjadi di
lapangan, dan kejadian aktual yang diamati.
Pada dasarnya kajian pustaka digunakan untuk memperoleh informasi
tentang teori-teori yang ada kaitannya dengan judul penelitian ini dan digunakan
untuk memperoleh teori ilmiah.
Kajian pustaka yang mencantumkan tentang pembahasan diatas sangat
beraneka ragam, akan tetapi penelitian ini lebih memfokuskan pada pustaka yang
berisi tentang etos kerja guru, peneliti akan mendeskripsikan tiga karya ilmiah
yang ada relevansinya dengan judul ini, yaitu :
1. Skripsi yang ditulis oleh Endang Triana (3199192), yang berjudul Persepsi
Siswa Tentang Etos Kerja Guru Pendidikan Agama Islam (GPAI) Dan
Implementasinya Terhadap Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam di SMA
2 Semarang. Menyebutkan bahwa peran guru sangat berpengaruh dalam
menentukan keberhasilan belajar siswa. Guru harus mempunyai persiapan
secara tepat dan penuh arti agar dapat membina, membimbing dan
mengarahkan kegiatan belajar siswa sehingga hasil belajar yang diharapkan
dapat dicapai siswa.1
2. Skripsi yang ditulis Nur Aisyah (3101062), yang berjudul Pengaruh Persepsi
Siswa Tentang Kinerja Guru Dalam Melaksanakan Proses Pembelajaran PAI
Terhadap Prestasi Belajar PAI Siswa Kelas X SMAN Jakenan Pati Tahun
Pelajaran 2005/2006. Dalam skripsi ini rumusan masalah yang dicari adalah
ada atau tidaknya proses pembelajaran PAI (X) terhadap prestasi belajar PAI
(Y) siswa kelas X SMAN Jakenan Pati Tahun Pelajaran 2005/2006. Hasilnya
1 Endang Triana (3199192), Persepsi Siswa Tentang Etos Kerja Guru Pendidikan Agama
Islam (GPAI) Dan Implementasinya Terhadap Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam di SMA
2 Semarang, Skripsi IAIN Walisongo Semarang, (Semarang: Perpustakaan Fakultas Tarbiyah,
2004), hlm. 59, t.p.
-
6
setelah pengujian hipotesis Pengujian hipotesis penelitian dengan
menggunakan analisis korelasi dan regresi satu prediktor. Hasil analisis data
diperoleh Freg = 11, 919 lebih besar dari F
tabel, baik taraf signifikansi 1% (7,17)
maupun 5% (4,03). Dengan demikian dapat diketahui persepsi siswa tentang
kinerja guru dalam melaksanakan proses pembelajaran PAI mempunyai
pengaruh positif. Pada uji signifikansi korelasi diperoleh data thitung
= 3,451
lebih besar dari ttabel
1% = 2,68 dan ttabel
5% = 2,01. Sedangkan determinasi
R2
xy = 0,189. Hal ini menunjukkan bahwa prestasi belajar dapat dipengaruhi
oleh persepsi siswa tentang kinerja guru sebesar 18,9% sedang sisanya 81,1%
dipengaruhi oleh faktor lain.2
3. Skripsi yang ditulis Nur Alamsiyah (3199102), dengan judul Hubungan
Antara Persepsi Siswa tentang Profesionalisme Guru dengan Keberhasilan
Belajar Siswa Kelas III di MTs.N Grabag Kabupaten Magelang. Pengujian
hipotesis menyimpulkan, bahwa terdapat hubungan positif antara persepsi
siswa tentang profesionalisme guru dengan keberhasilan belajar siswa. Hal ini
ditunjukkan oleh koefisien korelasi xyr sebesar 0,360;dan Freg = 8,34 > F
tabel
(0,05; 1:56) = 4,02 atau Freg = 8,34 > F
tabel (0,01; 1:56) = 7,12. Koefisien
korelasi determinasi r2 diperoleh sebesar 0,130. Hal inimemberikan informasi
bahwa secara sederhana 50 % variasi yang terjadi pada keberhasilan belajar
siswa ditentukan oleh profesionalisme guru. Model hubungan kedua koefisien
determinasi tersebut, dinyatakan dengan persamaan Regresi Y = aX + K.
Persamaan ini memberikan informasi, bahwa setiap peningkatan satu unit skor
variabel persepsi siswa terhadap. Profesionalisme Guru (X) akan diikuti oleh
peningkatan skor pada kualitas keberhasilan belajar siswa (Y) sebesar 0,248
pada konstanta sebesar 91,532. Dengan demikian disimpulkan, bahwa makin
rendah atau negatif persepsi siswa terhadap profesionalisme guru, maka akan
2 Nur Aisyah (3101062), Pengaruh persepsi siswa tentang kinerja guru dalam
melaksanakan proses pembelajaran PAI terhadap prestasi belajar PAI Siswa Kelas X SMAN
Jakenan Pati Tahun Pelajaran 2005/2006, Skripsi IAIN Walisongo Semarang, (Semarang:
Perpustakaan Fakultas Tarbiyah, 2006), hlm. vii, t.p.
-
7
makin kurang kualitas keberhasilan belajar siswa. Sebaliknya makin positif
persepsi siswa terhadap profesionalisme guru, maka akan makin berkualitas
keberhasilan siswa.3
B. Kerangka Teoritik
1. Tunjangan Kesejahteraan
Tunjangan kesejahteraan merupakan hal yang sangat penting dimana
ketika untuk membahas tentang keprofesian. Tunjangan kesejahteraan disini yang
dimaksud adalah tunjangan kesejahteraan buat guru, oleh karena itu sebelum tahu
tentang tunjangan kesejahteraan itu apa, maka lebih dahulu harus tahu apa itu
guru.
Guru menurut UU No. 14 / 2005 yaitu pendidik professional dengan tugas
utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan
formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.4 Sedangkan menurut Drs.
Thoifuri, M. Ag guru atau pendidik adalah orang yang mempunyai banyak ilmu,
mau mengamalkan dengan sungguh-sungguh, toleran dan menjadikan peserta
didiknya lebih baik dalam segala hal.5 Guru disebut juga figur inspirator dan
motivator murid dalam mengukir masa depannya. Jika guru mampu menjadi
sumber inspirasi dan motivasi bagi anak didiknya, maka hal itu akan menjadi
kekuatan anak didik dalam mengejar cita-cita besarnya di masa depan.6
Namun, pada sisi lain dalam proses perjalanan jabatan seorang guru, dulu
guru yang dikenal idealis, yang selalu bergelimang dengan kesahajaan, lalu
dituntut dedikasi yang tinggi di tengah-tengah kehidupan modern kala kini
3 Nur Alamsiyah (3199102), Hubungan Antara Persepsi Siswa tentang Profesionalisme
Guru dengan Keberhasilan Belajar Siswa Kelas III di MTs.N Grabag Kabupaten Magelang,
Skripsi IAIN Walisongo Semarang, (Semarang: Perpustakaan Fakultas Tarbiyah, 2008), hlm. ii,
t.p.
4 Harsono dan M. Joko Susilo, Pemberontakan Guru Menuju Peningkatan Kualitas,
(Semarang: Pustaka Pelajar, 2010), hlm. 22.
5 Thoifuri, Menjadi Guru Inisiator, (Semarang: RaSAIL Media Group, 2008), hlm. 1.
6 Jamal Mamur Asmani, Tips Menjadi Guru Inspiratif, Kreatif, dan Inovatif, (Jogjakarta:
Diva Press, 2010), Cet. VII, hlm. 17.
-
8
barangkali tidak wajar lagi. Penulis pernah mendengar seorang guru muda
mengatakan bahwa kemajuan duniawi yang bersifat mewah adalah hal pinggiran.
Baginya, kepuasan batin karena anak-anak didiknya pandai-pandai dan bermoral
itu lebih utama. Idealisme itu penting, namun kewajiban berjuang demi
mendapatkan rezeki juga penting, sebab guru adalah manusia biasa. Bukankah
Allah SWT telah berfirman dalam Q.S. Al-Jumuah : 10
#s* s Mu % 4 n= 9$# (# tF$$ s F{ $# (# tG / $#u s !$# (# . $#u !$# #ZW x. /3= y9 t s= ? Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebarlah kamu di muka bumi,
dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah sebanyak-banyak supaya
kamu beruntung (Q.S. Al-Jumuah:10)
Dan Allah SWT tidak memberikan batasan tentang perolehan rezeki itu,
asal didapat dengan cara halal dan digunakan sebaik-baiknya. Dari sisi ini wajar
kalau guru menginginkan hal pinggiran itu, sehingga citra seorang guru yang bijak
tergambar dengan genjotan sepeda yang mengundang lecehan. Andaikata tidak
secara materi, peningkatan itu bisa melalui raihan ilmu, prestasi, penghargaan,
kualitas, citra, dan upaya penataan personal7.
Pada sisi lain, selain guru yang dikenal sebagai pahlawan tanpa tanda jasa,
guru akhir-akhir ini menjadi sangat lantang dalam memperjuangkan hak-haknya.
Banyak perjuangan guru yang sebetulnya lebih cenderung memperjuangkan
aspirasi pribadi dari pada memperjuangkan aspirasi yang berkaitan dengan
pengembangan profesinya. Demo guru bantu pada tanggal 25 November 2008
ditandai dengan salah satu guru hamil tua jatuh pingsan. Hal serupa juga terjadi di
garut, dimana ribuan guru berdemo menuntut pemerintah untuk membagikan uang
tunjangan fungsional Rp. 100.000,00 per guru per bulan. Guru honorer Jawa Barat
dan Jawa Tengah datang ke Kementerian Pendayaan Aparatur Negara menuntut
pengangkatannya menjadi Pegawai Negeri. Hal serupa juga terjadi di Padang
Sumatera barat dimana guru bantu berdemo di depan Gedung DPRD setempat.
Guru baru juga datang berunjuk rasa di tiga tempat di Jakarta dengan Kantor
DPRD Jateng menuntut diangkat menjadi pegawai sebagaimana pegawai negeri.
7 Syafruddin Nurdin dan M. Basyiruddin Usman, Guru Profesional & Implementasi
Kurikulum, (Jakarta: Ciputat Press, 2003), hlm. 3.
-
9
Hampir semua kejadian demo tidak memperjuangkan kepentingan pengembangan
kompetensinya, tetapi memperjuangkan keamanan ekonomi keluarga sekarang
dan akan datang.8 inilah bukti sangat pentingnya tunjangan kesejahteraan untuk
guru. Dan apa pengertian dari tunjangan kesejahteraan akan di jelaskan di bawah
ini.
a. Pengertian Tunjangan Kesejahteraan
Tunjangan adalah unsur-unsur balas jasa yang diberikan secara
langsung atau tambahan penghasilan yang dapat diketahui secara pasti.
Tunjangan diberikan kepada karyawan dimaksud agar dapat menimbulkan
atau meningkatkan semangat kerja dan kegairahan bagi para karyawan.9
Tunjangan juga diartikan yaitu tiap tambahan benefit yang ditawarkan
pada pekerja, misalnya pemakaian kendaraan perusahaan, makan siang gratis,
bunga pinjaman rendah atau tanpa bunga, jasa kesehatan, bantuan liburan, dan
skema pembelian saham. Pada tingkatan tinggi, seperti manajer senior,
perusahaan biasanya lebih memilih memberikan tunjangan lebih besar
dibanding menambah gaji, hal ini disebabkan tunjangan hanya dikenakan
pajak rendah atau bahkan tidak dikenai pajak sama sekali.10
Kesejahteraan pekerja adalah suatu pemenuhan kebutuhan dan
keperluan yang bersifat jasmaniah dan rohaniah, baik di luar hubungan kerja,
yang secara langsung dan tidak langsung dapat mempertinggi produktifitas
kerja.11
Menurut Teguh Aditya kesejahteraan sosial sebagai sistem yang
terorganisasi dari pelayanan-pelayanan dan lembaga-lembaga sosial, yang
dirancang untuk membantu individu-individu dan kelompok-kelompok agar
mencapai tingkat hidup dan kesehatan yang memuaskan. Maksudnya agar
8 Harsono dan M. Joko Susilo, Pemberontakan Guru Menuju Peningkatan Kualitas, hlm.
86.
9 Edi Nur, Kuliah Dinus dalam http://kuliah.dinus.ac.id/edi-nur/lembar01.html, diakses
13 Agustus 2011.
10 http://id.wikipedia.org/wiki/Tunjangan di akses 13 Agustus 2011.
11 Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005, tentang Guru dan Dosen
(Jakarta: t.p 2006), hlm. 31.
-
10
tercipta hubungan personal dan sosial yang memberi kesempatan kepada
individu untuk pengembangan kemampuan mereka seluas-luasnya dan
meningkatkan kesejahteraan mereka sesuai dengan kebutuhan masyarakat.12
Kesejahteraan sosial dapat mencakup semua bentuk intervensi sosial
yang mempunyai suatu perhatian utama dan langsung pada usaha peningkatan
kesejahteraan individu dan masyarakat sebagai keseluruhan. Kesejahteraan
sosial mencakup penyediaan pertolongan dan proses-proses yang secara
langsung berkenaan dengan penyembahan dan pencegahan masalah-masalah
sosial, pengembangan sumber daya manusia, dan perbaikan kualitas hidup itu
meliputi pelayanan-pelayanan sosial bagi individu-individu dan keluarga-
keluarga juga usaha-usaha untuk memperkuat atau memperbaiki lembaga-
lembaga sosial.
Manusia hidup senantiasa membutuhkan kebutuhan untuk hidup, baik
kebutuhan jasmani maupun kebutuhan rohani, dalam rangka untuk mencapai
kesejahteraan baik material maupun non material.13
Adapun yang termasuk dalam kebutuhan material antara lain :
1) Keinginan untuk memperoleh nafkah atau penghasilan untuk
mempertahankan hidup.
2) Keinginan untuk memperoleh hasil dari pekerjaan.
3) Keinginan untuk mencapai atau meningkatkan kemakmuran.
Sedangkan yang termasuk dalam kebutuhan non material antara lain :
1) Keinginan untuk memperoleh kasih sayang atau cinta dari orang lain.
2) Keinginan untuk memperoleh penghargaan, rasa aman dan tenteram.
3) Keinginan untuk mempertahankan dan meningkatkan harga diri.
Seorang guru tetap bekerja dalam suatu sekolah kecuali mendapat gaji
pokok, juga mendapatkan tambahan penghasilan yang berupa tunjangan
kesejahteraan. Hal ini yang mendorong atau memotivasi guru tentang sebuah
12 Teguh Aditya, Pengertian-kesejahteraansosial dalam
http://blogs.unpad.ac.id/teguhaditya/script.php/read/Pengertian-kesejahteraansosial, diakses 17
April 2010.
13 Wahyu Adji, Ekonomi I, (Semarang: Aneka Ilmu, 2004), hlm. 30.
-
11
keprofesiannya, selain menjadi pahlawan tanpa tanda jasa guru juga berharap
mendapatkan kehidupan yang layak berupa tunjangan kesejahteraan. Definisi
dari motivasi ini di jelaskan di bawah ini.
b. Motivasi Keprofesian Guru
Guru menjadi pembicaraan utama untuk menjadi sebuah kendaraan
mewah menuju puncak kekuasaan. Memang tidak seharusnya pesimistis
melaju terus-menerus, dan ini tampaknya mulai dibuktikan oleh pemerintah
saat ini dengan menyiapkan perangkat jabaran Undang-undang No. 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan nasional. khususnya untuk pendidik dan
tenaga kependidikan, keberperanannya sudah cukup jelas muncul pada Pasal
39 s.d. Pasal 44. Hal ini semakin diperkuat dengan disetujuinya Undang-
Undang Guru dan Dosen.
Beberapa pasal yang secara signifikan menguntungkan para guru antara
lain dapat ditemukan pada Bagian Kedua tentang Hak dan Kewajiban, pasal
14 s.d. 19. Hal ini tentu saja sangat melegakan para guru. Namun persoalan
lain muncul dengan ditetapkan PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan yang memuat beberapa ketentuan yang cukup
memberatkan para guru.
Namun perlu dipahami bahwa perjuangan para guru ternyata harus pula
diimbangi dengan persyaratan yang cukup ketat. Dapat dicontohkan pada Bab
VI tentang Standar Pendidikan dan Tenaga Pendidikan, pasal 28 s.d. 30. Di
dalamnya dimuat kualifikasi akademik dan kompetensi yang bagi sebagian
guru lama sangat memberatkan. Belum lagi masalah sertifikasi yang secara
eksplisit dinyatakan tegas pada Bab XIV pasal 89.14
Sampai hari ini, sekitar 3,5 juta guru selama enam hari berhadapan
dengan 50 juta anak bangsa yang harus digodok lebih kurang 12 tahun untuk
menjadi manusia dengan kapasitas tertentu. Tentu saja mereka menjadi
peletak sebuah pondasi besar, yakni bangsa. Dengan keterbatasan harga
14 Isioni, M. Si, Guru Sebagai Motivator Perubahan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008),
hlm. 43-44.
-
12
sebuah profesi, mereka harus terus bekerja untuk membuat orang menjadi
orang.
Ini sebuah fenomena biasa, namun menjadi luar biasa pada saat mereka
dihadapkan pada tuntutan hidup lainnya seperti kelayakan, kenyamanan dan
keamanan kerja. Komitmen pemerintah untuk memperbaiki nasib guru selalu
berkumandang dari waktu ke waktu, khususnya pada saat terjadi alih
kepemimpinan nasional. 15
Motivasi secara etimologis berasal dari bahasa inggris motivation
dan merupakan kata dasar motif yang berarti menggerakkan16 Ada beberapa
ahli yang memberikan definisi untuk menggambarkan gambaran yang jelas
mengenai motivasi yang dikemukakan di bawah ini:
1) Menurut S. Nasution, motivasi adalah usaha untuk menyediakan kondisi-
kondisi sehingga anak itu mau dan ingin melakukan sesuatu17
2) M. Ngalim Purwanto mengemukakan motivasi adalah segala sesuatu yang
mendorong seseorang untuk bertindak melakukan sesuatu.18
3) Menurut Dr.I.L Pasaribu dan Simanjutak, bahwa motivasi adalah suatu
tenaga (dorongan, alasan, kemauan) dari alam yang menyebabkan kita
berbuat atau bertindak yang mana tindakan itu di arahkan tujuan tertentu19
4) Menurut Isjoni, motivasi adalah sampainya pegawai di suatu institusi
dalam keadaan semangat, bergairah, serta senang dengan pekerjaannya.20
Sehubungan dengan hal tersebut di atas ada tiga fungsi motivasi.21
15 Isioni, M. Si, Guru Sebagai Motivator Perubahan, hlm. 43.
16 S. Wojowasito dan W.J.S. Poerwadarminto, Kamus Lengkap Inggris-Indonesia
(Bandung: Hasta, 1989), hlm.19.
17 S. Nasution, Didaktik Asas-Asas Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2000), Cet II, hlm.
73.
18 M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1985), hlm.
32.
19 IL, Pasribu dan Simanjutak, Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Tarsito,1983), hlm. 50.
20 Isjoni, Manajemen Kepemimpinan Dalam Pendidikan, (Bandung: Sinar baru Algensindo,
2007), hlm. 108.
21 Sardiman AM, Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rajawali ,1986). hlm.
85.
-
13
1) Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor
yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor
penggerak dari setiap kegiatan yang akan di kerjakan.
2) Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak di capai.
demikian dengan motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus
di kerjakan sesuai dengan rumus tujuannya.
3) Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang
harus di kerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan-
menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan
tersebut.
Di samping itu, ada juga fungsi-fungsi lain. Motivasi dapat berfungsi
sebagai pendorong usaha karena adanya motivasi. Adanya motivasi yang baik
dalam bekerja akan menunjukkan hasil yang baik. Dengan kata lain bahwa
dengan adanya usaha yang tekun dan terutama didasari adanya motivasi, maka
seseorang yang bekerja tersebut akan melahirkan prestasi yang baik. Intensitas
motivasi siswa akan menentukan tingkat pencapaian prestasi belajar.
Adapun seorang guru yang bekerja dalam suatu sekolah mendapatkan
tambahan yang berupa tunjangan kesejahteraan. Tunjangan yang di berikan
tersebut antara lain berupa :
Dengan pemberian tunjangan tersebut diharapkan berpengaruh
terhadap semangat dan kegairahan kerja guru. Tujuan utama dari tunjangan
adalah untuk membuat guru mengabdikan diri pada organisasi dalam jangka
panjang. Pemberian tunjangan yang merupakan komponen dari komposisi ini
sangat berpengaruh dengan prestasi kerja. Tunjangan merupakan kompensasi
No Jenis Tunjangan Besarnya Tunjangan
1 Tunjangan Hari Raya Rp. 200.000
2 Tunjangan Kecelakaan Rp. 150.000 (ada yang pribadi)
3 Tunjangan Kesehatan Rp. 150.000
-
14
tambahan yang bertujuan untuk mengikat guru agar tetap bekerja pada
sekolah.
Guru sebagai unsur utama dalam organisasi sekolah, memegang
peranan yang sangat penting. Semua unsur organisasi, tidak akan berfungsi
tanpa ditangani oleh guru. Ini timbul karena secara manusiawi, manusia
memang menginginkan dapat berperan dalam setiap lingkungan, termasuk
dalam lingkungan kerja di sekolah. Seseorang berkarya ingin agar karyanya
itu mempunyai nilai yang mempengaruhi hasil keseluruhan. Posisi nilai karya
seseorang ini merupakan gambaran peran seseorang.
Usaha untuk membuat guru betah bekerja demi kepentingan sekolah
dilakukan melalui pendekatan psikologis. Beberapa faktor psikologis guru
yang diantaranya motivasi, kepuasan kerja, serta ketenangan kegairahan kerja.
Pada akhirnya guru akan betah bekerja dan produktif bila tersedia fasilitas
yang memungkinkan kebutuhan mereka sebagai manusia telah terpenuhi.
Ketenangan dan kegairahan kerja dipengaruhi oleh kepribadian pekerja (sikap
mandiri, etos kerja, keamanan kerja, kesempatan untuk berkembang,
lingkungan kerja berupa fasilitas kerja dan rekan sekerja yang menyenangkan)
kemudian yang terakhir adalah faktor kesejahteraan.
c. Tujuan Tunjangan Kesejahteraan
Tujuan tunjangan kesejahteraan guru dapat diartikan yakni meningkatkan
proses dan hasil pembelajaran, meningkatkan kesejahteraan guru,
meningkatkan martabat guru dalam rangka mewujudkan pendidikan nasional
yang bermutu.22 Hal ini senada dengan apa yang disampaikan Wahyu Adji
dalam bukunya ekonomi yaitu tujuan tunjangan kesejahteraan adalah:
1) Meningkatkan dan memelihara derajat kesejahteraan guru yang setinggi-
tingginya baik fisik maupun mental.
2) Mencegah dan melindungi tenaga kerja dari gangguan yang ada yang di
sebabkan oleh kondisi lingkungan kerja.
22 Susanto, Medan Punya, dalam http://www.medanpunya.com/sumut/deli-serdang-
bedagai/14255, diakses pada 07 Juni 2011.
-
15
3) Menyesuaikan tenaga kerja dengan pekerjaan atau pekerjaan dengan
tenaga kerja.23
Sedangkan usaha-usaha untuk menciptakan kesejahteraan kerja adalah:
1) Menciptakan ruang dan lingkungan sedemikian rupa, sehingga memenuhi
syarat-syarat kesejahteraan dan keselamatan.
2) Menyediakan makanan ringan dan minuman untuk guru.
3) Secara berkala mengadakan pemeriksaan umum terhadap pekerjaan
mengenai kesehatan.
4) Memberikan penggantian biaya pengobatan sendiri melalui poliklinik atau
apotek.
5) Mengusahakan asuransi tenaga kerja terhadap kecelakaan yang mungkin
terjadi di lingkungan kerjanya.
6) Menyediakan alat-alat perlengkapan kesehatan darurat dan melaksanakan
dalam hal P3K.
7) Memberikan tunjangan hari raya kepada guru.
d. Manfaat Tunjangan Kesejahteraan Guru
Tunjangan kesejahteraan karyawan yang diterapkan dengan tepat
dalam suatu perusahaan dapat memberikan manfaat yang besar bagi
perusahaan. Diantara manfaat yang diperoleh dari pemberian tunjangan
kesejahteraan karyawan adalah :
1) Penarikan karyawan yang lebih efektif
2) Memperbaiki semangat dan kesetiaan karyawan
3) Menurunkan tingkat absensi dan perputaran karyawan
4) Memperbaiki hubungan masyarakat
5) Mengurangi pengaruh organisasi baik yang ada maupun yang potensial
6) Mengurangi campur tangan pemerintah dalam organisasi
Maka tunjangan adalah imbalan tidak langsung yang diberikan kepada
seseorang guru sebagai bagian dari keanggotaannya di sekolah. Tujuan utama
23 Wahyu Adji, Ekonomi I, hlm. 32.
-
16
dari tunjangan adalah untuk membuat guru mengabdikan diri pada sekolah
dalam jangka panjang.
2. Etos Kerja
a. Pengertian Etos Kerja
Kata etos dapat diartikan sebagai pandangan hidup yang khas suatu
golongan sosial. Sedangkan kerja merupakan sesuatu yang dilakukan, untuk
mencari nafkah, mata pencaharian. Bekerja adalah melakukan suatu pekerjaan
(perbuatan) berbuat sesuatu.24
Kerja dalam pengertian luas adalah semua bentuk usaha yang
dilakukan manusia, baik dalam hal materi maupun non materi, intelektual atau
fisik, maupun hal-hal yang berkaitan keduniawian atau keakhiratan.
Pengertian etos dan kerja di atas jika dipadukan menjadi etos kerja
maka mengandung arti pandangan hidup yang khas suatu golongan dalam
melakukan usaha, baik dalam hal materi ataupun non materi, intelektual,
maupun fisik, maupun hal-hal yang berkaitan dengan masalah keduniawian
maupun keakhiratan.
Apabila manusia menjadi makhluk yang lemah, pemalas, maka ia akan
menjadi manusia yang bodoh dan miskin serta tidak akan mendapatkan derajat
yang tinggi dalam masyarakat. Karena dengan giat bekerja untuk
merealisasikan cita-citanya dan keselarasan dalam menjalankan tanggung
jawab demi kejayaan di dunia dan di akhirat itulah yang menjadi tuntutan
dalam Islam.
Dalam Q.S. At-Taubah : 105 dijelaskan.
% u (# = y $# uz |s !$# /3n= u x & ! u u t 9$#u ( uIy u 4n< ) = t = t9$# y p 9$#u /3 m7 t s $ y/ . t = y s?
Dan Katakanlah : Bekerjalah kamu, Maka Allah dan Rasul-Nya serta
orang-orang mumin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan
dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui akan yang ghaib dan
24 Tasmara, Etos Kerja, (Semarang: CV. Aneka Ilmu, 1995), hlm. 14.
-
17
yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu
kerjakan (Q.S. At-Taubah : 105).25
Setiap organisasi yang ingin maju, akan melibatkan anggota untuk
meningkatkan mutu kinerjanya, diantaranya setiap organisasi harus memiliki
etos kerja.
Berpijak pada pengertian bahwa etos kerja menggambarkan suatu
sikap, maka dapat ditegaskan bahwa etos kerja mengandung makna sebagai
aspek evaluative yang dimiliki oleh individu (kelompok) dalam memberikan
penilaian terhadap kegiatan kerja.
Mengingat kandungan yang ada dalam pengertian etos kerja, adalah
unsur penilaian, maka secara garis besar dalam penilaian itu, dapat
digolongkan menjadi dua yaitu penilaian positif dan negatif.
Berpangkal tolak dari uraian itu, menurut suatu individu atau kelompok
masyarakat dapat dikatakan memiliki etos kerja yang tinggi, apabila
menunjukkan tanda-tanda sebagai berikut :
1) Mempunyai penilaian yang sangat positif terhadap hasil kerja manusia.
2) Menempatkan pandangan tentang kerja, sebagai suatu hal yang amat luhur
bagi eksistensi manusia
3) Kerja yang dirasakan sebagai aktivitas yang bermakna bagi kehidupan
manusia
4) Kerja dihayati sebagai suatu proses yang membutuhkan ketekunan dan
sekaligus sarana yang penting dalam mewujudkan cita-cita
5) Kerja dilakukan sebagai bentuk ibadah
Sedangkan bagi individu atau kelompok masyarakat, yang dimiliki etos
kerja yang rendah, maka akan menunjukkan ciri-ciri yang sebaliknya, yaitu :
1) Kerja dirasakan sebagai suatu hal yang membebani diri
2) Kurang dan bahkan tidak menghargai hasil kerja manusia
3) Kerja dipandang sebagai suatu penghambat dalam memperoleh
kesenangan.
25 Soenarjo, Al-Quran dan Terjemahnya, (Semarang: CV Toha Putra, 1981), hlm. 622.
-
18
4) Kerja dilakukan sebagai bentuk keterpaksaan
5) Kerja dihayati hanya sebagai bentuk rutinitas hidup
Etos kerja yang dimiliki oleh seseorang atau kelompok masyarakat,
akan menjadi sumber motivasi bagi perbuatannya. Apabila dikaitkan dengan
situasi kehidupan manusia yang sedang membangun maka etos kerja yang
tinggi akan dijadikan sebagai prasarat yang mutlak, yang harus ditumbuhkan
dalam kehidupan itu. Karena hal itu akan membuka pandangan dan sikap
kepada manusianya untuk menilai tinggi terhadap kerja keras dan sungguh-
sungguh, sehingga dapat mengikis sikap kerja yang asal-asalan, tidak
berorientasi terhadap mutu atau kualitas yang semestinya.
Indikasi turun rendahnya semangat dan kegairahan kerja antara lain :
1) Turun rendahnya produktivitas
2) Tingkat absensi yang naik rendah
3) Tingkat perputaran buruh yang tinggi
4) Tingkat kerusuhan yang naik
5) Kegelisahan dimana-mana
6) Tuntutan yang sering terjadi
7) Pemogokan
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan etos
kerja adalah sikap yang mendasar baik yang sebelum, proses dan hasil yang
bisa mewarnai manfaat suatu pekerjaan.
b. Komponen Etos Kerja Dalam Islam
Dalam Islam sangat dianjurkan untuk memiliki semangat bekerja,
karena bekerja adalah ibadah. Dengan giat bekerja inilah seseorang akan hidup
dan kuat, jika hanya berdiam diri, maka dia tidak berarti apa-apa bagi orang
lain. Karena itu, tujuan bekerja selayaknya tidak hanya untuk memenuhi
kebutuhan hidup saja, tetapi juga harus didasarkan atas keridhoan dari Allah.26
26 Muchtar Buchari, Pendidikan Dalam Pembangunan, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1994),
hlm. 40.
-
19
Menurut Nur Cholis Madjid untuk mencapai keberhasilan dalam
bekerja kita harus memiliki prinsip diantaranya :
1) Iman dan taqwa
Iman melahirkan tata nilai yang berdasarkan Ketuhanan Yang
Maha Esa yaitu tata nilai yang dijiwai oleh kesadaran bahwa hidup ini
berasal dari Tuhan dan untuk Tuhan. Dengan demikian Tuhan adalah asal
dan tujuan bagi seluruh makhluk.27
Konsep ibadah dalam Islam mempunyai cakupan yang luas,
bertolak dari soal-soal iman kepada Allah dan keesaan-NYA. Ia melalui
jalur hubungan dengan Allah, antara khalik dan makhluk. Hubungan ini
dapat bersifat spiritual dan sosial.
Ibadah tidak terbatas pada manifestasi pengabdian berupa shalat,
zakat, puasa dan haji akan tetap memasukkan nilai-nilai kebijakan dalam
kehidupan sehari-hari.28
Termasuk dalam hal ini adalah bekerja dengan berlandaskan iman
seseorang dalam melakukan amal perbuatan akan disesuaikan dengan
perintah dan larangan Allah dalam rangka mencari ridho-Nya.
Taqwa adalah mentaati perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya
agar terhindar dari hukum Allah dan akan mendapat kasih sayang-Nya.29
Taqwa merupakan sikap mental seseorang yang senantiasa ingat, waspada
dan hati-hati memelihara diri dari noda dan dosa, menjaga keselamatan
melakukan yang baik dan benar, pantang melakukan perbuatan yang jahat
dan salah.30 Berati taqwa mempunyai makna yang dapat dipahami sebagai
kesadaran ketuhanan, yaitu kesadaran tentang adanya Tuhan YME, yang
selalu hadir dalam kehidupan manusia.
27 Nur Cholis Madjid, Iman: Doktrin dan Peradaban, (Jakarta: Yayasan Piramida, 1992),
hlm. 1.
28 Hakim Abdul Hamid, Aspek-aspek Pokok Agama Islam, (Jakarta: Pustaka Jaya, 1983),
hlm. 62.
29 Rosyit Mustofa, Iman dan Taqwa Etos Kerja Seorang Muslim, (Solo: Ramadhani, 1983),
hlm. 62.
30 Sri Edi Suwasono, et.al., Sekitar Kemiskinan dan Keadilan, (Jakarta: UI Press, 1987),
hlm. 63.
-
20
Iman yang berarti percaya dan taqwa yang merupakan bentuk
kewaspadaan atas segala perbuatannya merupakan dasar pijakan manusia
dalam bekerja yang konsekuensinya harus dipertanggungjawabkan kelak
di akhirat.31
2) Niat
Niat atau komitmen merupakan suatu keputusan dan pilihan
pribadi, karena menunjukkan keterkaitan kita kepada nilai-nilai moral serta
spiritual yang bersumber dari Allah. Maka secara keagamaan semua
pekerjaan harus dilakukan dengan tujuan memperoleh ridho Allah, yang
akan membimbing umat Islam ke arah suatu sikap yang disiplin, kreatif
dan memberi nilai yang tinggi suatu hasil kerja.32 Jadi pekerjaan yang
dilakukan tanpa tujuan mencapai ridho Allah adalah bagaikan
fatamorgana, yaitu tidak mempunyai nilai atau makna apa-apa.
Perintah bekerja keras dalam Islam bukanlah sekedar memenuhi
naluri yaitu untuk kepentingan perut. Islam memberi pengarahan kepada
satu tujuan filosofis yang luhur, tujuan yang ideal yaitu untuk mencari
ridho Allah SWT. Untuk mencapai itu dapat melalui tujuan lain yaitu
untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan diri dan keluarganya, berbuat baik
kepada kerabat dan tetangga, sama halnya berjihad di jalan Allah SWT.33
Niat yang dimiliki seseorang akan memberikan arah yang pasti
dalam mencapai sesuatu hasil yang maksimal. Oleh karena itu setiap
aktifitas kerja seharusnya dilandasi niat untuk beribadah kepada Allah
sebagai manifestasi seorang hamba yang wajib menyembah kepada
penciptanya.
c. Konsep Islam Tentang Etos Kerja
Kitab suci Al-Quran secara eksplisit memerintahkan umat manusia
untuk memegang nilai-nilai ajaran Islam secara kaffah. Umat Islam
31 Abdul Wahid, Islam di Tengah Pergulatan Sosial, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1993),
hlm. 78.
32 Sri Edi Suwasono, Sekitar Kemiskinan dan Keadilan, hlm. 64.
33 Yusuf Al Qhardawi, Kiat Islam Mengentaskan Kemiskinan, (Jakarta: Gema Insani,
1996), hlm. 56.
-
21
diperintahkan untuk melaksanakan ajaran yang berkaitan dengan kewajiban
terhadap lingkungan. Pengkhususan dan pengabdian terhadap salah satu dari
dua bidang kewajiban agama (hubungan dengan Allah dan hubungan dengan
sesama makhluk) oleh pemeluk Islam akan merusak keselarasan, keserasian
dan keseimbangan di dunia. Dengan kata lain, konsep keseimbangan dalam
Islam merupakan hal yang fundamental. Pola hidup Islam di dalam Al-Quran
yang bertujuan mengantarkan hidup manusia kepada kesejahteraan dunia dan
akhirat, lahir dan batin, terurai dengan sempurna dalam sunnah Rasulullah
SAW. Mencari kebahagiaan di dunia dan akhirat adalah kewajiban manusia
sebagaimana firman Allah SWT.
Dalam Q.S. Al-Qashash : 77 dijelaskan.
$tG / $#u !$ y 9t?#u !$# u#$! $# nt zF $# ( u [s? y7 t7 t $ u 9$# ( mr&u !$ y 2 z|mr& !$# s9) ( u $7 s? y$ |x9$# F{ $# ( ) !$# =t t 9$#
Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan kepada Allah
kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat dan janganlah kamu
melupakan kebahagiaanmu dari (kenimatan) duniawi dan berbuat
baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik,
kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat
kerusakan (Q.S. Al-Qashash : 77).34
Islam memberi perintah mencari kebahagiaan di dunia bukan berarti
membolehkan menggunakan segala cara, tanpa berpegang Al-Quran dan
sunnah Rasulullah SAW. Penghargaan Islam terhadap kerja tercermin juga
pada sistem pemilikan. Apa yang ada di langit dan di bumi adalah milik Allah
SWT. Tetapi kesemuanya itu merupakan sumber rizqi yang terbuka bagi
manusia yang bekerja untuk mengolah dan memperdagangkannya. Jaminan
atas hak milik perorangan dengan fungsi sosial melalui institusi zakat,
shadaqah, dan infak merupakan dorongan untuk bekerja. Dasarnya adalah
penghargaan Islam terhadap upaya manusia. 35
34 Soenarjo, Al-Quran dan Terjemahnya, hlm. 298.
35 M. Dawan Raharjo, Etika Ekonomi Islam dan Manajemen, (Yogyakarta: PT. Tiara
Wacana, 1990), hlm. 459.
-
22
Bekerja adalah hak setiap seorang dan sekaligus sebagai kewajiban.
Dalam bahasa Arab, terdapat dua pengertian kata haq. Pertama, Haaqun lahu
yang artinya hak dan Kedua Haqqun alaih yang artinya kewajiban.36
Menangkap pesan qurani dan Nabawi mengenai kerja (amal) ini, pengertian
wajib lebih mengemuka daripada pengertian hak. Sebab hak boleh dilakukan
boleh tidak. Namun, jika dikaitkan dengan tanggung jawab Imam (penguasa),
pengertian kewajiban sangat relevan. Karena pemerintah (negara)
berkewajiban menyediakan kesempatan kerja kepada para individu.37
Dari uraian di atas disimpulkan bahwa Islam sangat menganjurkan etos
kerja. Bahkan etos kerja dalam Islam telah disinggung oleh ayat-ayat Al-
Quran yang secara langsung memerintahkan untuk mencari bekal
kebahagiaan baik di dunia maupun akhirat.
d. Nilai-Nilai dalam Etos Kerja
Dasar bagi gagasannya adalah bahwa faktor faktor yang memenuhi
kebutuhan orang akan pertumbuhan psikologis, khususnya tanggung jawab
dan etos kerja untuk mencapai tujuan yang efektif.
Untuk mencapai tujuan organisasi yang baik diperlukan orang yang
memiliki kemampuan yang tepat, termasuk etos kerja. Beberapa penelitian
riset mendukung asumsi bahwa etos kerja merupakan faktor penting yang
menentukan pelaksanaan pekerjaan yang lebih baik dan bertambahnya
kepuasan.
Nilai-nilai ajaran tentang etos kerja sangat melimpah dalam Islam.
Namun implementasinya tidak sejalan dengan kekayaan khazanah doktrin
Islam tentang etos kerja umat saat ini. Dalam Islam bekerja dinilai sebagai
kebaikan, dan kemalasan dinilai sebagai keburukan. Bekerja mendapat tempat
yang terhormat di dalam Islam. Nilai kerja dan produktifitas akan menjadi
karakteristik yang menonjol dalam segala kegiatan ekonomi Islami. Al-
36 Abu Rifqi Al Hanif, Kamus Arab Al Amanah, (Surabaya: Yayasan Amanah, 1996), hlm.
589.
37 Esharianomics, Etos Kerja Dan Produktifitas, dalam http://opinion/etos-kerja-dan-
produktifitas, diakses 27 Desember 2011.
-
23
Quran menanamkan kesadaran bahwa dengan bekerja berarti kita
merealisasikan fungsi kehambaan kita kepada Allah, dan menempuh jalan
menuju ridha-Nya, mengangkat harga diri, meningkatkan taraf hidup, dan
memberi manfaat kepada sesama, bahkan kepada makhluk lain. Dengan
tertanamnya kesadaran ini, seorang muslim atau muslimah akan berusaha
mengisi setiap ruang dan waktunya hanya dengan aktivitas yang berguna.
Semboyannya adalah tiada waktu tanpa kerja, tiada waktu tanpa amal.
Adapun agar nilai ibadahnya tidak luntur, maka perangkat kualitas etik kerja
yang Islami harus diperhatikan.38
Sumber nilai dan norma dalam ajaran agama Islam. Pertama Al-Quran
dalam faham dan keyakinan umat Islam, Al-Quran mengandung sabda Allah
yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW untuk disebarkan dan
dijadikan pedoman hidup bagi umat manusia, agar hidup bahagia di dunia dan
akhirat. Al-Quran sebagai pedoman kerja kebaikan, kerja ibadah, kerja taqwa
atau amal shalih, memandang kerja sebagai kodrat hidup.
Hadits, sebagai sumber kedua dari ajaran Islam, mengandung Sunnah
(tradisi) Nabi Muhammad SAW dalam bentuk ucapan, perbuatan atau
persetujuan secara diam dari Nabi Muhammad SAW.39
3. Pengaruh Tunjangan Kesejahteraan Terhadap Etos Kerja Guru
Pemberian tunjangan merupakan salah satu cara untuk meningkatkan
kinerja guru. Tunjangan kesejahteraan merupakan kompensasi tambahan yang
bertujuan untuk mengikat karyawan agar tetap bekerja pada sekolah yang
bersangkutan. Pembahasan masalah tunjangan berkaitan juga dengan kinerja
dimana setiap orang bekerja mengharapkan hasil atas pekerjaannya itu.
Dengan demikian mereka akan mampu melakukan tugas-tugas yang
beraneka ragam dan siap menghadapi tuntutan tugas guru, seiring dengan
38 Agustianto, Pengertian Etos Kerja Dalam Islam, dalam
http://diketik/2011/04/pengertian-etos-kerja-dalam-islam, diakses 27 Desember 2011.
39 Nanat Fatah Natsir, Etos Kerja Wirausahawan Muslim, (Bandung: Gunung Jati Press,
1999), hlm. 37.
-
24
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta situasi baru yang dihadapi
oleh organisasi, misalnya adanya strategi baru dan kondisi lingkungan baru.
Berhasil tidaknya suatu usaha selalu tergantung pada kinerja yang
produktif, etos kerja tinggi, berpendidikan serta loyal terhadap tanggung jawab.
Kinerja merupakan hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok
orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab
masing-masing, dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan
secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral maupun etika. Guru
sebagai sumber yang produktif dan terbina dapat diarahkan sebagai tenaga kerja
yang efektif dan efisien.
Bagi sekolah, kinerja guru diharapkan selalu meningkat, karena kinerja
guru menunjukkan adanya kaitan antara hasil kerja dengan waktu yang
dibutuhkan untuk menghasilkan pembelajaran yang efektif dan efisien dari
seorang guru. Hanya sekolah yang memiliki sumber daya yang trampil, energik
berkemampuan tinggi dan dikelola secara efisien yang mampu terus bertahan.
Maka dari itu sekolah harus mempunyai sumber daya manusia yang terampil,
energik dan berkemampuan tinggi sehingga dapat bertahan dan dapat memberikan
hasil yang tinggi bagi sekolah.
Etos kerja individu bukanlah merupakan suatu hal yang terjadi secara
sepihak. Dalam hal ini sekolah dan guru secara bersama-sama menciptakan
kondisi yang kondusif untuk mencapai pemahaman yang dimaksud. Guru
merasakan adanya hal-hal yang menarik dan memberi kepuasan, berupa
tersedianya faktor-faktor yang dapat memberikan kesejahteraan hidup atau
jaminan keamanan, yaitu adanya koperasi, adanya fasilitas transportasi, dan
adanya fasilitas yang mendukung kegiatan kerja. Keadaan ini mendorong guru
untuk bekerja dengan penuh semangat, lebih produktif dan efisien dalam
menjalankan tugasnya. Iklim organisasi kerja cukup menunjang, misalnya fasilitas
lengkap, hubungan kerja yang harmonis, jaminan sosial dan keamanan cukup
memadai. Hal ini untuk menghindari berbagai gejolak seperti korupsi, mogok
kerja, unjuk rasa, pengunduran diri, terlibat tindakan kriminal, dan sebagainya.
Iklim kerja dan fasilitas yang lengkap tersebut mendorong terciptanya etos kerja
-
25
yang tinggi dari guru. Hal ini diwujudkan dengan adanya loyalitas guru yang
terhadap sekolah, semangat kerja yang tinggi, dan guru merasa puas mengajar di
sekolah.
Setiap pekerjaan yang dihadapi guru terdapat hal-hal rutin yang akan
sangat berbeda-beda reaksi yang diberikan masing-masing guru. Hal ini
disebabkan karna etos kerja guru yang diyakini masing-masing guru juga berbeda.
Sikap aktif dan inisiatif berperan dalam menumbuhkan etos kerja seseorang di
tempat kerja. Sikap aktif dan berinisiatif merupakan bagian dari ciri-ciri orang
yang mandiri. Namun kemandirian individu yang satu dengan yang lain bisa
berbeda-beda. Individu dinyatakan mandiri apabila dapat membangun dirinya
sendiri dengan kekuatan sendiri untuk dapat tumbuh dan berkembang menjadi
orang dewasa yang dapat mengurus dirinya sendiri. Guru yang mandiri dapat
lebih mudah dalam mempersiapkan diri, selalu berkembang dan mudah dalam
mengatasi kesulitan akibat pekerjaan.
Bagi sekolah kinerja guru diharapkan selalu meningkat, karena kinerja
guru menunjukkan adanya kaitan antara hasil kerja dengan waktu yang
dibutuhkan untuk menghasilkan barang atau jasa dari seorang tenaga kerja. Hanya
sekolah yang memiliki sumber daya yang terampil, energik berkemampuan tinggi
dan dikelola secara efisien yang mampu terus bertahan. Dari pendapat tersebut
dapat diketahui sekolah harus mempunyai sumber daya manusia yang terampil,
energik, dan berkemampuan tinggi bagi sekolah. sehingga dapat bertahan dan
dapat memberikan hasil yang tinggi bagi sekolah.
Untuk membina kemampuan bekerja dan meningkatkan kinerja masing-
masing guru, tidak terlepas dari etos kerja yang diyakini oleh individu-individu
tersebut. Etos kerja merupakan sikap, pandangan, kebiasaan, ciri-ciri atau sifat
mengenai cara bekerja yang dimiliki seseorang, suatu golongan atau suatu bangsa.
Etos kerja yang tinggi tentunya rutinitas tidak akan membuat bosan, bahkan
mampu meningkatkan prestasi kerjanya.
Hal yang mendasari etos kerja tinggi di antaranya keinginan untuk
menjunjung tinggi mutu pekerjaan, maka individu yang mempunyai etos kerja
tinggi akan turut serta memberikan masukan-masukan ide di tempat kerja.
-
26
Dari penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa tunjangan
kesejahteraan sangat berpengaruh dan berhubungan terhadap etos kerja guru pada
suatu organisasi.
Istilah profesional sudah melekat sejak lama setelah orang menyadari
bahwa pekerjaan khusus yang selalu berdampak baik harus dikerjakan dengan
sungguh-sungguh. Dengan kata lain, seorang guru hendaknya memiliki
kompetensi kinerja yang mantap berupa seperangkat penguasaan kemampuan
yang harus ada dalam dirinya agar dapat mewujudkan kinerja yang efektif. Guru
adalah ujung tombak dalam melaksanakan misi pendidikan di lapangan serta
merupakan faktor penting dalam mewujudkan sistem pendidikan yang bermutu
dan efisien. Dengan demikian, profesi guru perlu dilakukan secara profesional.
a. Profesionalisme Guru
Membicarakan soal profesionalitas maka cakupan yang sederhana
hanya ada dua, yakni cakap dalam melakukan pekerjaan dan jujur dalam
menjalaninya. Anda harus cakap dalam mentransfer ilmu dengan berbagai
metode dan cara yang Anda miliki, dan anda harus jujur di dalam
menjalankannya.40
Guru merupakan bagian dalam proses belajar mengajar yang sangat
berperan dalam mengantarkan siswa-siswanya pada tujuan pendidikan yang
telah dikemukakan. Gurulah yang memikul tanggung jawab atas keberhasilan
dan kegagalan suatu program pengajaran. Oleh karena itu, mengajar
merupakan pekerjaan profesional, karena menggunakan teknik dan prosedur
yang berpijak pada landasan intelektual yang harus dipelajari secara sengaja,
terencana dan kemudian dipergunakan untuk kemaslahatan orang lain.
Penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran, mulai dari pendidikan
dasar sampai perguruan tinggi hanya akan efektif jika dikelola oleh tenaga
kependidikan atau guru yang kompeten (profesional). Dan melalui guru yang
40 Bagus Herdananto, Menjadi Guru Bermoral Profesional, (Yogyakarta: Kreasi Wacana,
2009), hlm. 52.
-
27
benar-benar profesional dalam mengelola pendidikan dan pengajaran
diharapkan dapat mengkontribusi keluaran pendidikan yang berkualitas.41
Dengan demikian sistem pengajaran manapun, guru selalu menjadi
bagian yang tidak terpisahkan, di mana guru memegang peran sebagai
sutradara sekaligus aktor. Artinya pada gurulah tugas dan tanggung jawab
merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi pengajaran di sekolah.
b. Pengertian Guru Profesional
Untuk memberikan pengertian mengenai guru profesional, di sini
akan penulis kemukakan berbagai definisi dari beberapa pakar, di antaranya
adalah :
1) Pendapat Moh. Uzer Usman :
Guru profesional adalah orang yang memiliki kemampuan dan
keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga ia mampu melakukan
tugas dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan maksimal.42
2) Pendapat Sudarwan Danim :
Guru profesional adalah guru yang memiliki kompetensi tertentu
sesuai dengan persyaratan yang dituntut oleh profesi keguruan.43
3) Pendapat Soedijarto :
Guru profesional adalah guru yang mampu merencanakan,
mengelola, mendiagnosis, dan menilai program belajar mengajar.44
Dari definisi-definisi di atas pada prinsipnya pengertian guru
profesional mempunyai arti sama, karena sama-sama menggariskan bahwa
guru bukanlah sekedar orang yang berdiri di depan kelas untuk
menyampaikan materi pengetahuan tertentu. Akan tetapi guru harus
menguasai betul seluk beluk pendidikan dan pengajaran dengan berbagai
41 Sutomo, et.al., Profesi Kependidikan, (Semarang: CV. IKIP Semarang, 1997), hlm. 1.
42 Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2002),
cet. XIV, hlm. 15.
43 Sudarwan Danim, Media Komunikasi Pendidikan : Pelayanan Profesi Pembelajaran
dan Mutu Hasil Belajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 1994), hlm. 53.
44 Soedijarto, Memantapkan Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta: PT. Gramedia, 1993),
hlm. 106.
-
28
ilmu pengetahuan lainnya yang perlu dibina dan dikembangkan melalui
masa pendidikan tertentu atau pendidikan prajabatan.
Maka dengan melihat dan mengkaji pengertian di atas, dapat
disimpulkan bahwa pengertian guru profesional adalah guru yang memiliki
kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga ia
mampu melakukan tugasnya dengan baik dan benar.
Sebagaimana firman Allah dan hadits Nabi yang berisi tentang
anjuran seorang guru dalam mengajar hendaklah dengan sungguh-sungguh
dan dikerjakan secara profesional, dalam arti harus dilakukan secara benar.
Sebagaimana Firman Allah SWT. dalam Q.S. Al-Hajj : 78.
(# y_u ! $# ,ym $y_ 4 u 38 u;tF_$# $t u yy_ / 3n= t d9 $# 8lt ym 4
Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jihad yang sebenar-
benarnya. Dia telah memilih kamu dan Dia sekali-kali tidak
menjadikan kamu dalam agama suatu kesempitan (Q.S. Al-Hajj:
78).45
Dan sabda Nabi SAW. yang berbunyi :
: : ) (
Dari Abi Hurairah berkata, Nabi Saw bersabda : Bila suatu urusan
dikerjakan oleh orang yang tidak ahli, maka tunggulah
kehancurannya. (HR. Bukhari).46
c. Ciri-ciri Guru Profesional
Tuntutan profesionalisme suatu pekerjaan pada dasarnya melukiskan
sejumlah persyaratan yang harus dimiliki oleh seseorang yang akan
memangku pekerjaan tersebut. Tanpa memiliki sejumlah persyaratan tersebut,
45 Soenarjo, Al-Quran dan Terjemahnya, hlm. 523.
46 Imam Abi Abdillah Muhammad bin Ismail, Shahih Bukhari, Jilid I, (Beirut, Libanon:
Darul Kutub Ilmiah, t.th.), hlm. 26.
-
29
maka seseorang tidak dapat dikatakan profesional. Dengan demikian ia tidak
memiliki kompetensi untuk pekerjaan tersebut.
Ada beberapa ciri pokok pekerjaan yang bersifat profesional. Pertama,
bahwa pekerjaan itu dipersiapkan melalui proses pendidikan dan latihan
secara formal. Kedua, pekerjaan tersebut mendapat pengakuan dari
masyarakat. Ketiga, adanya organisasi profesi. Ciri keempat, mempunyai
kode etik, sebagai landasan dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab
pekerjaan profesi tersebut.47
Bahwa pekerjaan itu dipersiapkan melalui proses pendidikan dan
latihan maksudnya bahwa untuk mencapai tenaga yang professional haruslah
menempuh pendidikan khusus sesuai dengan bidangnya. Hal ini dimaksudkan
untuk mengkaji dan mendalami berbagai disiplin ilmu yang harus dimiliki
sebagai perangkat dasar dalam melaksanakan tugasnya.
Mendapat pengakuan dari masyarakat, artinya pekerjaan yang
dilakukan itu benar-benar memperoleh dukungan masyarakat, mendapatkan
pengesahan dan perlindungan hukum dari pemerintah sehingga memiliki
jaminan hidup yang layak.
Kode etik merupakan hal yang sangat penting, karena etika yang
berhubungan dengan kesusilaan dalam melaksanakan suatu pekerjaan.
Selanjutnya menurut Dedi Supriadi, bahwa untuk menjadi profesional,
seorang guru dituntut untuk memiliki ciri-ciri :
1) Guru mempunyai komitmen pada siswa dan proses belajarnya. Ini berarti
bahwa komitmen tertinggi guru adalah kepada kepentingan siswanya.
2) Guru menguasai secara mendalam bahan atau mata pelajaran yang
diajarkannya serta cara mengajarkannya kepada para siswa. Dalam hal ini
guru dituntut untuk memperkaya cakrawala dan intelektualnya serta
bertukar pikiran dengan teman seprofesi.
47 Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algesindo,
1995), cet. 3, hlm. 14.
-
30
3) Guru bertanggung jawab memantau hasil belajar siswa melalui berbagai
teknik evaluasi, mulai cara pengamatan dalam perilaku siswa sampai tes
hasil belajar.
4) Guru mampu berpikir sistematis tentang apa yang dilakukannya, dan
belajar dari pengalamannya.
5) Guru seyogianya merupakan bagian dari masyarakat belajar dalam
lingkungan profesinya, seperti PGRI dan organisasi profesi lainnya.48
Begitu juga H.A.R. Tilaar menjelaskan bahwa professional
mempunyai ciri-ciri khusus, yaitu sebagai berikut :
1) Memiliki suatu keahlian khusus
2) Merupakan suatu panggilan hidup
3) Memiliki teori-teori yang baku secara universal
4) Mengabdikan diri untuk masyarakat dan bukan untuk diri sendiri
5) Dilengkapi dengan kecakapan diagnostik dan kompetensi yang aplikatif
6) Memiliki otonomi dalam melaksanakan pekerjaannya
7) Mempunyai kode etik
8) Mempunyai klien yang jelas
9) Mempunyai organisasi profesi yang kuat
10) Mempunyai hubungan dengan profesi pada bidang-bidang yang lain.49
Dan menurut Abuddin Nata secara garis besar ciri seorang guru ada
tiga, yaitu :
1) Seorang guru yang profesional harus menguasai bidang ilmu pengetahuan
yang akan diajarkannya dengan baik.
2) Seorang guru yang profesional harus memiliki kemampuan
menyampaikan atau mengajarkan ilmu yang dimilikinya (transfer of
knowledge) kepada murid-muridnya secara efektif dan efisien.
48 Dedi Supriadi, Mengangkat Citra dan Martabat Guru, (Yogyakarta: Mitra Gama Widya,
1999), cet. 2, hlm. 98.
49 H.A.R. Tilaar, Paradigma Baru Pendidikan Nasional, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2000),
cet. II, hlm. 137-138.
-
31
3) Seorang guru yang profesional harus berpegang teguh kepada kode etik
profesional.50
Dari beberapa kriteria di atas, memberikan gambaran bahwa pekerjaan
yang bersifat profesional adalah pekerjaan yang hanya dilakukan oleh mereka
yang secara khusus telah disiapkan melalui proses pendidikan, bukan
pekerjaan yang dilakukan oleh mereka yang karena tidak memperoleh
pekerjaan lain. Oleh sebab itu profesi tersebut terus berkembang sejalan
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka seorang
profesional adalah seorang yang terus menerus berkembang. Dengan
demikian seorang guru dituntut untuk kerja keras, gigih, tekun dan menguasai
bidangnya masing-masing agar proses belajar mengajar dapat berlangsung
dengan baik dan dapat menghasilkan lulusan yang baik pula sehingga mampu
mendarmabaktikan ilmunya bagi kemajuan masyarakat.
d. Tugas dan Tanggung Jawab Guru
Masalah utama pekerjaan profesi adalah implikasi dan konsekuensi
jabatan tersebut terhadap tugas dan tanggung jawabnya. Persoalan ini
dianggap penting sebab di sinilah perbedaan pokok antara profesi yang satu
dengan profesi yang lainnya.
Menurut Nana Sudjana ada tiga tugas dan tanggung jawab profesi guru,
yakni :
1) Guru sebagai pengajar
2) Guru sebagai pembimbing
3) Guru sebagai administrator kelas51
Guru sebagai pengajar yaitu guru lebih ditekankan kepada tugas dalam
merencanakan dan melaksanakan pengajaran. Dalam tugas ini guru dituntut
memiliki seperangkat pengetahuan dan ketrampilan teknik mengajar, di
samping menguasai ilmu atau bahan yang akan diajarkannya.
50 Abuddin Nata, Manajemen Pendidikan Mengatasi Permasalahan Pendidikan Islam di
Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2003), hlm. 142-143.
51 Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, hlm. 15.
-
32
Guru sebagai pembimbing yaitu memberi tekanan kepada tugas,
memberikan bantuan kepada siswa dalam memecahkan masalah yang
dihadapinya. Tugas ini merupakan tugas pendidik, sebab tidak hanya
berkenaan dengan penyampaian ilmu pengetahuan tetapi juga menyangkut
pengembangan kepribadian dan pembentukan nilai-nilai para siswa.
Guru sebagai administrator kelas pada hakekatnya merupakan jalinan
antara ketatalaksanaan bidang pengajaran dan ketatalaksanaan pada umumnya.
Guru harus mengelola dan mengatur kelas dengan sebaik baiknya yang
berkaitan dengan kegiatan proses belajar mengajar sehingga tercipta efisiensi
dan efektifitas.
Menurut Moh. Uzer Usman, bahwa tugas guru dikelompokkan dalam
tiga kelompok, yakni tugas dalam bidang profesi, tugas kemanusiaan dan
tugas dalam bidang kemasyarakatan.52
Tugas guru merupakan tugas profesi, artinya suatu pekerjaan yang
memerlukan keahlian khusus sebagai guru. Jenis pekerjaan ini tidak dapat
dilakukan oleh sembarang orang di luar bidang kependidikan. Tugas guru
sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar dan melatih. Mendidik berarti
meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup. Mengajar berarti
meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Sedangkan melatih berarti mengembangkan ketrampilan-ketrampilan para
siswanya.
Tugas guru dalam bidang kemanusiaan di sekolah harus dapat
menjadikan dirinya sebagai orang tua kedua. Ia menguasai betul pelajaran
yang dibinanya. Pelajaran apapun yang diberikan hendaknya dapat
menjadikan motivasi bagi siswanya dalam belajar.
Tugas guru dalam bidang kemasyarakatan, guru harus mampu
berpartisipasi dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat. Ini berarti guru
berkewajiban mendidik, mengajar dan mencerdaskan bangsa menuju
pembentukan manusia Indonesia berdasarkan Pancasila.
52 Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, hlm. 6.
-
33
Jadi, guru sebagai komponen strategis, keberadaannya amatlah penting,
apalagi bagi suatu bangsa yang sedang membangun, terlebih-lebih bagi
kelangsungan hidup bangsa di tengah-tengah lintasan zaman dengan teknologi
yang kian tangguh dari segala perubahan yang terjadi, sehingga dapat
menyelesaikan permasalahan yang dihadapi.
e. Upaya Peningkatan Profesional Guru
Pendidikan diarahkan kepada pembentukan manusia yang berkualitas.
Sedang pengajaran adalah salah satu alat atau usaha untuk membentuk
manusia yang berkualitas tersebut yaitu sosok manusia yang mampu mandiri
dan bertanggung jawab.53
Mengenai profil guru telah ditegaskan bahwa pendidikan dan
pembinaan guru serta tenaga kependidikan lainnya perlu ditingkatkan. Sistem
pendidikan diselenggarakan secara terpadu untuk menghasilkan guru yang
mandiri. Termasuk di dalamnya usaha pengembangan karier dan
kesejahteraannya. Oleh karena itu, kita perlu berusaha meningkatkan kualitas
pendidikan dan ketrampilan guru. Di mana kepribadian guru yang utuh dan
berkualitas sangat penting karena di sinilah muncul tanggung jawab
profesional sekaligus menjadi inti kekuatan profesional dan kesiapan untuk
selalu mengembangkan diri.
Tugas guru adalah merangsang potensi anak didik dan mengajarnya
supaya belajar. Sehingga kejelian itulah yang merupakan ciri kepribadian
profesional.
Sehubungan dengan hal di atas, maka upaya peningkatan profesi guru
di Indonesia sekurang-kurangnya menghadapi dan memperhitungkan empat
faktor, yaitu (1) ketersediaan dan mutu calon guru, (2) pendidikan pra-jabatan,
(3) mekanisme pembinaan dalam jabatan dan (4) peranan organisasi profesi.54
53 Piet A. Sahertian dan Ida Aleida Sahertian, Supervisi Pendidikan: dalam Rangka
Program Inservice Eduation, (Jakarta: Rineka Cipta, 1992), hlm. 1.
54 Syafruddin Nurdin dan M. Basyiruddin Usman, Guru Profesional & Implementasi
Kurikulum, hlm. 25.
-
34
Ketersediaan dan mutu calon guru, maksudnya adalah jabatan
fungsional guru diharapkan menjadi daya pikat tersendiri terhadap profesi
guru sehingga bisa merefleksi masyarakat untuk memberikan makna tersendiri
baik dalam upaya membangkitkan rasa bangga diri maupun dalam usaha
mencari bibit-bibit guru yang berkualitas.
Pendidikan pra-jabatan bagi tenaga guru sangat diperlukan. Hal ini
dimaksudkan agar para guru mempunyai kemampuan profesional dalam
bidang pendidikan sehingga dapat terpenuhi persyaratan agar menjadi guru
yang profesional. Jadi, jelaslah bahwa pendidikan pra-jabatan guru harus
diselenggarakan secara benar-benar mantap, apabila kita menginginkan jajaran
guru terdiri dari tenaga-tenaga profesional.
Mekanisme pembinaan dalam jabatan, dalam hal ini ada tiga upaya
peningkatan dalam jabatan profesional guru :
1) Peningkatan mekanisme dan prosedur penghargaan aspek layanan ahli
keguruan.
2) Penyesuaian dasar-dasar dalam sistem penilikan di tingkat SD dan sistem
pengawasan di tingkat SMTA.
3) Perlu adanya keterbukaan informasi untuk meraih kualifikasi formal yang
lebih tinggi, katakanlah S1 bahkan S2 dan S3.55
Peranan organisasi profesi harus bisa menempatkan penanganan yang
tepat terhadap semua aspek dan tahap sistem pengadaan guru sehingga akan
berdampak positif dalam profesionalitas jabatan guru.
Selanjutnya menurut Piet A. Sahertian dan Ida Aleida Sahertian, bahwa
usaha peningkatan kualitas mengajar harus dilaksanakan melalui berbagai
kegiatan, baik melalui lembaga pre-in-service education dan melalui in-
service education maupun on-service education.56
55 Syafruddin Nurdin dan M. Basyiruddin Usman, Guru Profesional & Implementasi
Kurikulum, hlm. 29.
56 Piet A. Sahertian dan Ida Aleida Sahertian, Supervisi Pendidikan: dalam Rangka
Program Inservice Eduation, hlm. 2.
-
35
Pre-in-service education yaitu mengadakan layanan pendidikan guru
kepada mereka yang belum menjadi guru. In-service education yaitu layanan
yang diberikan oleh lembaga pendidikan guru bagi mereka yang sudah
mempunyai jabatan. Sedangkan on-service education yaitu layanan yang
diberikan kepada para guru untuk bidang studi tertentu di tempat mereka
mengajar, baik secara individu maupun secara kelompok dalam bentuk pusat-
pusat kegiatan belajar mengajar di sekolah.
Selain usaha di atas, untuk masa sekarang usaha yang dapat juga
digunakan untuk peningkatan profesional guru adalah dengan menggunakan
model CAR (Collaborative Action Research).57 Model CAR ini digunakan
untuk peningkatan profesionalitas guru secara langsung sesuai dengan konteks
kultural sekolah di mana guru mengajar. Adapun langkah-langkah