jtptiain gdl arifahkurn 5716-1-063311036

128
 PENGARUH TUNJANGAN KESEJAHTERAAN TERHADAP ETOS KERJA GURU DI MTs NU 02 AL MA’ARIF BOJA KENDAL TAHUN PELAJARAN 2011-2012 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana (S1) dalam Program Studi Kependidikan Islam (KI) Oleh : ARIFAH KURNIAWATI  NIM : 0633110 36 FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2011

Upload: nona-cindy

Post on 06-Oct-2015

18 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

jtptiain-gdl-arifahkurn-5716-1-063311036

TRANSCRIPT

  • PENGARUH TUNJANGAN KESEJAHTERAAN

    TERHADAP ETOS KERJA GURU

    DI MTs NU 02 AL MAARIF BOJA KENDAL

    TAHUN PELAJARAN 2011-2012

    SKRIPSI

    Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat

    guna Memperoleh Gelar Sarjana (S1)

    dalam Program Studi Kependidikan Islam (KI)

    Oleh :

    ARIFAH KURNIAWATI

    NIM : 063311036

    FAKULTAS TARBIYAH

    INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO

    SEMARANG

    2011

  • ii

    PERNYATAAN KEASLIAN

    Yang bertanda tangan di bawah ini:

    Nama : Arifah Kurniawati

    NIM : 063311036

    Jurusan/Program Studi : Kependidikan Islam

    Menyatakan bahwa skripsi ini secara keseluruhan adalah hasil penelitian/karya

    saya sendiri, kecuali bagian tertentu yang dirujuk sumbernya.

    Semarang, 6 Desember 2011

    Saya yang menyatakan,

    Arifah Kurniawati

    NIM : 063311036

  • iii

  • iv

    NOTA PEMBIMBING Semarang, 6 Desember 2011

    Kepada

    Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah

    IAIN Walisongo Semarang

    di Semarang

    Assalamu'alaikum Wr. Wb.

    Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan dan

    koreksi naskah skripsi dengan:

    Judul : Pengaruh Tunjangan Kesejahteraan Terhadap Etos Kerja

    Guru di MTs NU 02 Al Maarif Boja Kendal Tahun

    Pelajaran 2011-2012

    Nama : Arifah Kurniawati

    NIM : 063311036

    Jurusan : Kependidikan Islam

    Program Studi : Kependidikan Islam

    Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada

    Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo untuk diujikan dalam Sidang Munaqasyah.

    Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

  • v

    NOTA PEMBIMBING Semarang, 6 Desember 2011

    Kepada

    Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah

    IAIN Walisongo Semarang

    di Semarang

    Assalamu'alaikum Wr. Wb.

    Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan dan

    koreksi naskah skripsi dengan:

    Judul : Pengaruh Tunjangan Kesejahteraan Terhadap Etos Kerja

    Guru di MTs NU 02 Al Maarif Boja Kendal Tahun

    Pelajaran 2011-2012

    Nama : Arifah Kurniawati

    NIM : 063311036

    Jurusan : Kependidikan Islam

    Program Studi : Kependidikan Islam

    Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada

    Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo untuk diujikan dalam Sidang Munaqasyah.

    Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

  • vi

    ABSTRAK

    Judul : Pengaruh Tunjangan Kesejahteraan Terhadap Etos Kerja

    Guru di MTs NU 02 Al Maarif Boja Kendal Tahun Pelajaran 2011-2012

    Penulis : Arifah Kurniawati

    NIM : 063311036

    Skripsi ini membahas tentang pengaruh tunjangan kesejahteraan terhadap

    etos kerja guru di MTs NU 02 Al Maarif Boja Kendal Tahun Pelajaran 2011-2012. Kajiannya dilatarbelakangi oleh pentingnya tunjangan kesejahteraan untuk

    guru. Studi ini dimaksudkan untuk menjawab permasalahan: (1) Apakah

    tunjangan kesejahteraan dapat meningkatkan etos kerja guru di MTs NU 02 Al

    Maarif Boja Kendal Tahun Pelajaran 2011-2012 ? (2) Seberapa besar pengaruh tunjangan kesejahteraan dapat meningkatkan etos kerja guru di MTs NU 02 Al

    Maarif Boja Kendal Tahun Pelajaran 2011-2012 ? Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, pengumpulan data

    dilakukan dengan menggunakan metode angket untuk memperoleh data variabel

    X yaitu tunjangan kesejahteraan guru di MTs NU 02 Al Maarif Boja dan variabel Y yaitu etos kerja guru di MTs NU 02 Al Maarif Boja. Dengan rumus regresi satu prediktor dengan skor deviasi, subyek penelitian sebanyak 28 responden.

    Sebelum data digunakan untuk mendapatkan data yang objektif, terlebih dahulu

    dilakukan pengujian validitas dan reliabilitas.

    Kajian ini menunjukkan bahwa : Variabel X yang berkenaan dengan

    tunjangan kesejahteraan guru di MTs NU 02 Al Maarif Boja, dengan nilai terendah 33 dan nilai tertinggi 58, termasuk dalam kategori cukup, yang berarti

    tunjangan kesejahteraan di MTs NU 02 Al Maarif Boja mempengaruhi etos kerja guru.

    Variabel Y yang berkenaan dengan etos kerja guru di MTs NU 02 Al

    Maarif Boja, dengan nilai terendah 33 dan nilai tertinggi 60, termasuk dalam kategori cukup baik, Besarnya pengaruh tunjangan kesejahteraan guru di MTs NU

    02 Al Maarif Boja sebesar 88,0%, sisanya etos kerja guru dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

    Berdasarkan analisis regresi satu prediktor yaitu, bahwa Ftabel pada taraf

    signifikansi 5% = 4,22 dan pada taraf signifikansi 1% = 7,72. Maka nilai Freg

    sebesar 190,496 lebih besar daripada Ftabel, baik pada taraf signifikansi 5%

    maupun 1%.

    Hasil penelitian ini diharapkan akan menjadi bahan informasi dan

    masukan bagi mahasiswa, para tenaga pengajar, para peneliti, di MTs NU 02 Al

    Maarif Boja dan semua pihak yang membutuhkan di lingkungan Fakultas Tarbiyah IAIN Semarang.

  • vii

    TRANSLITERASI ARAB LATIN

    Penulisan transliterasi huruf-huruf Arab Latin dalam skripsi ini

    berpedoman pada SKB Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

    R.I Nomor: 158/1987 dan Nomor: 0543b/Untuk1987. Penyimpangan penulisan

    kata sandang (al-) disengaja secara konsisten agar sesuai teks Arabnya.

    A t}

    B z}

    T

    s| gh

    J f

    h} q

    Kh k

    D l

    z| m

    R n

    Z w

    S h

    Sy

    s} y

    d}

    Bacaan mad: Bacaan diftong:

    a> = a panjang = au

    i> = I panjang = a

    u> = u panjang

  • viii

    KATA PENGANTAR

    Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

    melimpahkan segala rahmat, hidayah dan inayah-Nya sehingga penulisan skripsi

    ini dapat terselesaikan.

    Sholawat dan salam senantiasa tetap terlimpahkan kepada beliau Nabi

    Muhammad SAW, beserta keluarganya, sahabat-sahabatnya serta orang-orang

    mukmin yang senantiasa mengikutinya.

    Dengan kerendahan hati dan penuh kesadaran, penulis sampaikan bahwa

    skripsi ini tidak akan mungkin terselesaikan tanpa adanya dukungan dan bantuan

    dari semua pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Adapun ucapan

    terima kasih secara khusus penulis sampaikan kepada:

    1. Dr. Sujai, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo

    Semarang.

    2. Dr. Musthofa, M.Ag., selaku Ketua Jurusan Kependidikan Islam.

    3. Ismail, SM, M.Ag dan Fahrurrozi, M.Ag yang telah berkenan meluangkan

    waktu, tenaga dan pikiran di tengah-tengah kesibukannya untuk membimbing

    serta mengarahkan penulis dalam penyusunan skripsi ini.

    4. Segenap Dosen dan staf di lingkungan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo

    Semarang yang telah membekali penulis dengan berbagai pengetahuan.

    5. Kepala Sekolah, guru dan stafnya MTs NU 02 Al Maarif Boja, terima kasih

    telah memberikan bantuan selama penelitian.

    6. Bapak, Ibu, dan seluruh keluarga tercinta yang telah memberikan doa restunya

    dalam penyusunan skripsi ini.

    7. Suamiku tercinta Sertu. Mar. Eko S.P, yang selalu mendukung, memberi

    semangat dalam hidupku.

    8. Teman-teman KI 2005, 2006, 2007, 2008 terima kasih atas kebersamaannya

    serta semangatnya dan semua masukan.

    9. Semua pihak yang telah memberi dukungan baik moril maupun materiil yang

    tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

  • ix

    Kepada mereka semua penulis tidak dapat memberi apa-apa yang berarti,

    hanya doa semoga amal baik mereka dibalas oleh Allah dengan sebaik-baik

    balasan serta selalu dalam lindungan-Nya.

    Akhirnya, penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari

    kesempurnaan, baik dalam penyusunan kata, landasan teori, dan beberapa aspek

    inti didalamnya. Oleh karena itu, kritik saran yang konstruktif sangat diharapkan

    demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semuanya.

    Amin.

    Semarang, 6 Desember 2011

    Deklarator,

    Arifah Kurniawati

    NIM. 063311036

  • x

    DAFTAR ISI

    Halaman

    HALAMAN JUDUL ................................................................................. i

    PERNYATAAN KEASLIAN ................................................................... ii

    PENGESAHAN ........................................................................................ iii

    NOTA PEMBIMBING ............................................................................. iv

    ABSTRAK ................................................................................................ vi

    TRANSLITERASI ...................................................................................... vii

    KATA PENGANTAR .............................................................................. viii

    DAFTAR ISI .............................................................................................. x

    DAFTAR TABEL ....................................................................................... xii

    DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xiv

    BAB I : PENDAHULUAN ..................................................................... 1

    A. Latar Belakang Masalah ........................................................ 1

    B. Rumusan Masalah ................................................................. 3

    C. Tujuan Penelitian .................................................................. 3

    BAB II : LANDASAN TEORI ................................................................. 5

    A. Kajian Pustaka ..................................................................... 5

    B. Kerangka Teoritik .................................................................. 7

    1. Tunjangan Kesejahteraan ................................................ 7

    a. Pengertian Tunjangan Kesejahteraan ........................ 9

    b. Motivasi Keprofesian Guru ...................................... 11

    c. Tujuan Tunjangan Kesejahteraan ............................. 14

    d. Manfaat Tunjangan Kesejahteraan Guru .................. 15

    2. Etos Kerja ....................................................................... 16

    a. Pengertian Etos Kerja ............................................... 16

    b. Komponen Etos Kerja Dalam Islam .......................... 18

    1) Iman dan taqwa .................................................... 19

    2) Niat ....................................................................... 20

  • xi

    c. Konsep Islam Tentang Etos Kerja ............................ 20

    d. Nilai-Nilai Dalam Etos Kerja ................................... 22

    3. Pengaruh Tunjangan Kesejahteraan Terhadap Etos

    Kerja Guru ....................................................................... 23

    a. Profesionalisme Guru ................................................ 26

    b. Pengertian Guru Profesional ...................................... 27

    c. Ciri-Ciri Guru Profesional ......................................... 28

    d. Tugas dan Tanggung Jawab Guru ............................. 31

    e. Upaya Peningkatan Profesional Guru ........................ 33

    f. Kode Etik Profesi Guru .............................................. 36

    C. Rumusan Hipotesis ............................................................... 37

    BAB III : METODE PENELITIAN ....................................................... 38

    A. Jenis Penelitian ...................................................................... 38

    B. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................... 38

    C. Populasi Penelitian ............................................................... 38

    D. Variabel Penelitian dan Indikator ........................................ 40

    E. Pengumpulan Data Penelitian .............................................. 41

    F. Analisis Data Penelitian ....................................................... 42

    BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................... 48

    A. Hasil Penelitian .................................................................... 48

    1. Profil MTs NU 02 Al Maarif Boja ................................. 48

    a. Tujuan MTs NU 02 Al Maarif Boja ......................... 48

    b. Visi dan Misi MTs NU 02 Al Maarif Boja ............... 48

    c. Letak Geografis .......................................................... 49

    d. Keadaan Guru ........................................................... 49

    e. Jumlah Siswa dalam 3 (tiga) tahun terakhir ............... 49

    f. Struktur Organisasi ................................................... 50

    2. Analisis Uji Validitas dan Reliabilitas ............................. 50

    a. Analisis Validitas Tes ................................................ 50

  • xii

    b. Analisis Reliabilitas Tes ............................................ 52

    B. Analisis Uji Hipotesis .......................................................... 53

    1. Data Hasil Angket Tentang Tunjangan Kesejahteraan

    Guru di MTs NU 02 Al Maarif Boja .............................. 53

    2. Data Hasil Angket Tentang Etos Kerja di MTs NU 02

    Al Maarif Boja ................................................................ 56

    3. Tunjangan Kesejahteraan Terhadap Etos Kerja Guru ..... 64

    4. Pengaruh Tunjangan Kesejahteraan Terhadap Etos

    Kerja Guru ....................................................................... 64

    C. Pembahasan Hasil Penelitian ............................................... 65

    D. Keterbatasan Penelitian ........................................................ 66

    BAB V : PENUTUP ................................................................................ 67

    A. Kesimpulan ........................................................................... 67

    B. Saran ...................................................................................... 67

    C. Penutup .................................................................................. 68

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN-LAMPIRAN

    DAFTAR RIWAYAT HIDUP

  • xiii

    DAFTAR TABEL

    Tabel 1 Data Responden, 39.

    Tabel 2 Ringkasan Analisis Garis Regresi, 46.

    Tabel 3 Jumlah Siswa, 49.

    Tabel 4 Analisis Perhitungan Validitas Butir Soal Tentang Tunjangan

    Kesejahteraan Guru Di MTs NU 02 Al Maarif Boja, 50.

    Tabel 5 Persentase Validitas Butir Soal, 51.

    Tabel 6 Analisis Perhitungan Validitas Butir Soal Tentang Etos Kerja Guru Di

    MTs NU 02 Al Maarif Boja, 51.

    Tabel 7 Persentase Validitas Butir Soal, 52.

    Tabel 8 Hasil Angket Variabel X (Tunjangan Kesejahteraan Guru Di MTs NU

    02 Al Maarif Boja), 54.

    Tabel 9 Kategori Tunjangan Kesejahteraan Guru, 55.

    Tabel 10 Hasil Angket Variabel Y (Etos Kerja Guru Di MTs NU 02 Al Maarif

    Boja), 56.

    Tabel 11 Kategori Etos Kerja Guru, 58.

    Tabel 12 Koefisien Korelasi antara Variabel X (Kesejahteraan Guru) dengan

    Variabel Y (Etos Kerja Guru di MTs NU 02 Al Maarif Boja Tahun

    Pelajaran 2011/2012), 59.

    Tabel 13 Ringkasan Hasil Analisis Regresi, 64.

  • xiv

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1 Tunjangan Kesejahteraan Guru di MTs NU 02 Al-Maarif Boja

    Lampiran 2 Validitas Kuesioner Tunjangan Kesejahteraan

    Lampiran 3 Analisis Validitas dan Reliabilitas

    Lampiran 4 Etos Kerja Guru di MTs NU 02 Al-Maarif Boja

    Lampiran 5 Validitas Kuesioner Etos Kerja

    Lampiran 6 Analisis Validitas dan Reliabilitas

    Lampiran 7 Contoh Perhitungan Validitas Butir Pertanyaan

    Lampiran 8 Contoh Perhitungan Reliabilitas Butir Pertanyaan

    Lampiran 9 Angket Penelitian Pengaruh Tunjangan Kesejahteraan Terhadap

    Etos Kerja Guru di MTs NU 02 Al-Maarif Boja

    Hasil Uji Lab

    Surat Penunjukan Pembimbing

    Surat Izin Riset

    Surat Keterangan Penelitian

    Piagam PASSKA

    Piagam KKN

    Surat Keterangan Ko Kurikuler

    Transkrip Ko Kurikuler

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Peningkatan mutu pendidikan merupakan sasaran pembangunan di bidang

    pendidikan dan merupakan bagian integral dan upaya peningkatan kualitas manusia

    Indonesia secara kaffah (menyeluruh). Upaya mencerdaskan kehidupan bangsa

    menjadi tanggung jawab pendidikan, terutama dalam mempersiapkan peserta didik

    menjadi subyek yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,

    tangguh, kreatif, mandiri, demokratis, dan profesional pada bidangnya masing-

    masing.

    Pendidikan bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah semata,

    melainkan tanggung jawab kita bersama baik kita sebagai warga masyarakat maupun

    sebagai individu. Namun pada kenyataannya pendidikan di Indonesia kurang

    mendapatkan perhatian dan dukungan dari pemerintah maupun masyarakat. Hal ini

    mengakibatkan profesi sebagai guru atau tenaga pendidikan kurang diminati oleh

    sebagian besar masyarakat, karena pada kenyataannya kesejahteraan para guru

    kurang diperhatikan yang mengakibatkan kehidupan ekonomi dan gaji belum dapat

    dipenuhi. Dengan disahkan Undang-Undang Sisdiknas No. 20 Tahun 2009 yang di

    dalam undang-undang tersebut mengamanatkan kepada negara untuk

    mengalokasikan dana pendidikan sebesar 20% dari APBN kemudian diikuti dengan

    disahkan Undang-Undang Guru dan Dosen tahun 2009, telah berubah wacana di

    masyarakat bahwa profesi guru yang tadinya dianggap sebagai pilihan hidupnya

    karena sebagian berpendapat dengan menjadi guru kehidupan ekonominya pada

    masa yang akan datang akan terjamin dan sejahtera.

    Terlepas dari pendapat anggapan sebagian masyarakat tersebut, profesi

    sebagai guru adalah sebuah profesi yang teramat mulia baik dihadapan masyarakat

    maupun dihadapan sang kholiq. Islam sendiri sangat menjunjung tinggi kemuliaan

    dan kehormatan guru. Bahwa seorang guru tidak hanya menguasai materi yang akan

    diajarkan kepada peserta didik dengan sempurna, guru juga sebagai pendidik dan

    sekaligus pembina para generasi muda, yang dapat menjadi tauladan baik di dalam

  • 2

    maupun di luar sekolah. Jadi diharapkan seorang guru mempunyai sifat terpercaya

    (amanah), jujur, sabar, ikhlas dan kesungguhan di dalam memberikan nasehat. Guru

    tidak hanya berfungsi dalam transfer ilmu saja tetapi juga dalam transfer nilai guru

    yang dapat memberikan contoh dalam perilaku, kepribadian dan nilai-nilai budaya

    dalam rangka transfer nilai untuk itu dalam Islam menjadi guru tidak hanya ahli

    dalam penguasaan materi namun juga berakhlaqul karimah, karena segala tindakan

    guru baik di sekolah maupun di luar sekolah senantiasa akan ditiru oleh muridnya,

    tingkah laku murid selalu mencontoh gurunya.1 Karena itulah tugas sebagai guru

    mempunyai tanggung jawab yang lebih besar dari pada profesi lain karena yang

    diajarkan oleh guru akan dipertanggung jawabkan tidak hanya di dunia melainkan

    juga di akhirat.

    Sedemikian berat dan mulia amanah yang diemban oleh seorang guru

    hingga dikatakan bahwa guru menjadi penentu masa depan suatu bangsa atau negara.

    Jika gurunya baik masa depan bangsa dan negara akan baik, namun jika gurunya

    tidak dapat mengemban amanat dengan baik maka masa depan bangsa tersebut tidak

    akan baik.

    Begitu besarnya perhatian Islam terhadap pendidikan, hingga Islam

    mewajibkan setiap pemeluknya tidak hanya menuntut ilmu tapi juga mengajarkan

    pengetahuan yang dimiliki sesuai dengan kemampuan masing-masing. Sesuai dengan

    fungsi pendidikan nasional untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk

    watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan

    kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar

    menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

    berakhlak mulia, sehat berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara

    yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mencapai tujuan tersebut menjadi

    tanggung jawab kita bersama bukan hanya guru semata tetapi juga pemerintah dan

    masyarakat.

    Karena itulah perlu ada perhatian yang lebih besar dari pemerintah maupun

    masyarakat untuk lebih berperan aktif dalam usaha agar mendukung tugas-tugas

    1Undang-Undang Republik Indonesia No.4 Tahun 2005, tentang Guru dan Dosen, (Jakarta, t.p

    2005), hlm. xxxi.

  • 3

    yang diamanatkan kepada guru dapat terlaksana dengan optimal. Dari latar belakang

    inilah, maka peneliti berkeinginan untuk mengadakan sebuah penelitian tentang

    Pengaruh Tunjangan Kesejahteraan Terhadap Etos Kerja Guru di MTs NU 02 Al

    Maarif Boja Kendal Tahun Pelajaran 2011-2012 .

    B. Rumusan Masalah

    Berdasarkan pada permasalahan yang telah dihadapi diatas, maka pada

    penelitian ini peneliti dapat memunculkan permasalahan yaitu:

    1. Apakah tunjangan kesejahteraan dapat meningkatkan etos kerja guru di MTs NU

    02 Al Maarif Boja Kendal Tahun Pelajaran 2011-2012?

    2. Seberapa besar tunjangan kesejahteraan dapat meningkatkan etos kerja guru di

    MTs NU 02 Al Maarif Boja Kendal Tahun Pelajaran 2011-2012?

    C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

    Setelah dipaparkan tentang permasalahan yang peneliti ambil diatas, maka

    tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah tunjangan kesejahteraan

    dapat meningkatkan etos kerja guru di MTs NU 02 Al Maarif Boja Kendal dan

    besarnya tunjangan kesejahteraan dapat meningkatkan etos kerja guru di MTs NU 02

    Al Maarif Boja Kendal. Hingga setelah nanti hasilnya dapat diketahui berharap

    adanya tindakan atau kebijakan dari pengurus MTs NU 02 Al Maarif Boja Kendal

    untuk menindaklanjuti hal tersebut.

    Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

    1. Secara Teoritis

    Dalam penelitian ini, sesuai hakekat dari penelitian yaitu adanya

    kesenjangan antara teori dengan praktek di lapangan. Untuk itu adapun manfaat dari

    penelitian ini secara teoritis yaitu mengembalikan kebenaran-kebenaran teoritis

    terhadap permasalahan tunjangan kesejahteraan guru yang sangat penting demi

    meningkatkan etos kerja guru. Dan sebagai rujukan teori terhadap permasalahan

    tunjangan kesejahteraan guru di lembaga-lembaga pendidikan lainnya.

  • 4

    2. Secara Praktis

    a. Bagi Guru

    Diharapkan dapat memberikan manfaat dan menambah wawasan bagi

    para guru agar memiliki semangat etos kerja yang tinggi dalam mencapai tujuan

    yang akan dicapai.

    b. Bagi MTs NU 02 Al Maarif Boja Kendal

    Jajaran pengurus MTs NU 02 Al Maarif Boja Kendal dapat

    mengetahui dan menindaklanjuti tentang kebijakan tunjangan kesejahteraan demi

    terciptanya kinerja guru yang disiplin dan professional. Dan Sebagai rujukan

    bahwa tunjangan kesejahteraan sangat penting dan bermanfaat demi terwujudnya

    pendidikan yang berkualitas serta berkembangnya suatu negara.

  • 5

    BAB II

    LANDASAN TEORI

    A. Kajian Pustaka

    Kajian pustaka merupakan gambaran yang menyeluruh dari setiap projek

    penelitian, tetapi kepustakaan tidak dapat menggantikan apa yang terjadi di

    lapangan, dan kejadian aktual yang diamati.

    Pada dasarnya kajian pustaka digunakan untuk memperoleh informasi

    tentang teori-teori yang ada kaitannya dengan judul penelitian ini dan digunakan

    untuk memperoleh teori ilmiah.

    Kajian pustaka yang mencantumkan tentang pembahasan diatas sangat

    beraneka ragam, akan tetapi penelitian ini lebih memfokuskan pada pustaka yang

    berisi tentang etos kerja guru, peneliti akan mendeskripsikan tiga karya ilmiah

    yang ada relevansinya dengan judul ini, yaitu :

    1. Skripsi yang ditulis oleh Endang Triana (3199192), yang berjudul Persepsi

    Siswa Tentang Etos Kerja Guru Pendidikan Agama Islam (GPAI) Dan

    Implementasinya Terhadap Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam di SMA

    2 Semarang. Menyebutkan bahwa peran guru sangat berpengaruh dalam

    menentukan keberhasilan belajar siswa. Guru harus mempunyai persiapan

    secara tepat dan penuh arti agar dapat membina, membimbing dan

    mengarahkan kegiatan belajar siswa sehingga hasil belajar yang diharapkan

    dapat dicapai siswa.1

    2. Skripsi yang ditulis Nur Aisyah (3101062), yang berjudul Pengaruh Persepsi

    Siswa Tentang Kinerja Guru Dalam Melaksanakan Proses Pembelajaran PAI

    Terhadap Prestasi Belajar PAI Siswa Kelas X SMAN Jakenan Pati Tahun

    Pelajaran 2005/2006. Dalam skripsi ini rumusan masalah yang dicari adalah

    ada atau tidaknya proses pembelajaran PAI (X) terhadap prestasi belajar PAI

    (Y) siswa kelas X SMAN Jakenan Pati Tahun Pelajaran 2005/2006. Hasilnya

    1 Endang Triana (3199192), Persepsi Siswa Tentang Etos Kerja Guru Pendidikan Agama

    Islam (GPAI) Dan Implementasinya Terhadap Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam di SMA

    2 Semarang, Skripsi IAIN Walisongo Semarang, (Semarang: Perpustakaan Fakultas Tarbiyah,

    2004), hlm. 59, t.p.

  • 6

    setelah pengujian hipotesis Pengujian hipotesis penelitian dengan

    menggunakan analisis korelasi dan regresi satu prediktor. Hasil analisis data

    diperoleh Freg = 11, 919 lebih besar dari F

    tabel, baik taraf signifikansi 1% (7,17)

    maupun 5% (4,03). Dengan demikian dapat diketahui persepsi siswa tentang

    kinerja guru dalam melaksanakan proses pembelajaran PAI mempunyai

    pengaruh positif. Pada uji signifikansi korelasi diperoleh data thitung

    = 3,451

    lebih besar dari ttabel

    1% = 2,68 dan ttabel

    5% = 2,01. Sedangkan determinasi

    R2

    xy = 0,189. Hal ini menunjukkan bahwa prestasi belajar dapat dipengaruhi

    oleh persepsi siswa tentang kinerja guru sebesar 18,9% sedang sisanya 81,1%

    dipengaruhi oleh faktor lain.2

    3. Skripsi yang ditulis Nur Alamsiyah (3199102), dengan judul Hubungan

    Antara Persepsi Siswa tentang Profesionalisme Guru dengan Keberhasilan

    Belajar Siswa Kelas III di MTs.N Grabag Kabupaten Magelang. Pengujian

    hipotesis menyimpulkan, bahwa terdapat hubungan positif antara persepsi

    siswa tentang profesionalisme guru dengan keberhasilan belajar siswa. Hal ini

    ditunjukkan oleh koefisien korelasi xyr sebesar 0,360;dan Freg = 8,34 > F

    tabel

    (0,05; 1:56) = 4,02 atau Freg = 8,34 > F

    tabel (0,01; 1:56) = 7,12. Koefisien

    korelasi determinasi r2 diperoleh sebesar 0,130. Hal inimemberikan informasi

    bahwa secara sederhana 50 % variasi yang terjadi pada keberhasilan belajar

    siswa ditentukan oleh profesionalisme guru. Model hubungan kedua koefisien

    determinasi tersebut, dinyatakan dengan persamaan Regresi Y = aX + K.

    Persamaan ini memberikan informasi, bahwa setiap peningkatan satu unit skor

    variabel persepsi siswa terhadap. Profesionalisme Guru (X) akan diikuti oleh

    peningkatan skor pada kualitas keberhasilan belajar siswa (Y) sebesar 0,248

    pada konstanta sebesar 91,532. Dengan demikian disimpulkan, bahwa makin

    rendah atau negatif persepsi siswa terhadap profesionalisme guru, maka akan

    2 Nur Aisyah (3101062), Pengaruh persepsi siswa tentang kinerja guru dalam

    melaksanakan proses pembelajaran PAI terhadap prestasi belajar PAI Siswa Kelas X SMAN

    Jakenan Pati Tahun Pelajaran 2005/2006, Skripsi IAIN Walisongo Semarang, (Semarang:

    Perpustakaan Fakultas Tarbiyah, 2006), hlm. vii, t.p.

  • 7

    makin kurang kualitas keberhasilan belajar siswa. Sebaliknya makin positif

    persepsi siswa terhadap profesionalisme guru, maka akan makin berkualitas

    keberhasilan siswa.3

    B. Kerangka Teoritik

    1. Tunjangan Kesejahteraan

    Tunjangan kesejahteraan merupakan hal yang sangat penting dimana

    ketika untuk membahas tentang keprofesian. Tunjangan kesejahteraan disini yang

    dimaksud adalah tunjangan kesejahteraan buat guru, oleh karena itu sebelum tahu

    tentang tunjangan kesejahteraan itu apa, maka lebih dahulu harus tahu apa itu

    guru.

    Guru menurut UU No. 14 / 2005 yaitu pendidik professional dengan tugas

    utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan

    mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan

    formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.4 Sedangkan menurut Drs.

    Thoifuri, M. Ag guru atau pendidik adalah orang yang mempunyai banyak ilmu,

    mau mengamalkan dengan sungguh-sungguh, toleran dan menjadikan peserta

    didiknya lebih baik dalam segala hal.5 Guru disebut juga figur inspirator dan

    motivator murid dalam mengukir masa depannya. Jika guru mampu menjadi

    sumber inspirasi dan motivasi bagi anak didiknya, maka hal itu akan menjadi

    kekuatan anak didik dalam mengejar cita-cita besarnya di masa depan.6

    Namun, pada sisi lain dalam proses perjalanan jabatan seorang guru, dulu

    guru yang dikenal idealis, yang selalu bergelimang dengan kesahajaan, lalu

    dituntut dedikasi yang tinggi di tengah-tengah kehidupan modern kala kini

    3 Nur Alamsiyah (3199102), Hubungan Antara Persepsi Siswa tentang Profesionalisme

    Guru dengan Keberhasilan Belajar Siswa Kelas III di MTs.N Grabag Kabupaten Magelang,

    Skripsi IAIN Walisongo Semarang, (Semarang: Perpustakaan Fakultas Tarbiyah, 2008), hlm. ii,

    t.p.

    4 Harsono dan M. Joko Susilo, Pemberontakan Guru Menuju Peningkatan Kualitas,

    (Semarang: Pustaka Pelajar, 2010), hlm. 22.

    5 Thoifuri, Menjadi Guru Inisiator, (Semarang: RaSAIL Media Group, 2008), hlm. 1.

    6 Jamal Mamur Asmani, Tips Menjadi Guru Inspiratif, Kreatif, dan Inovatif, (Jogjakarta:

    Diva Press, 2010), Cet. VII, hlm. 17.

  • 8

    barangkali tidak wajar lagi. Penulis pernah mendengar seorang guru muda

    mengatakan bahwa kemajuan duniawi yang bersifat mewah adalah hal pinggiran.

    Baginya, kepuasan batin karena anak-anak didiknya pandai-pandai dan bermoral

    itu lebih utama. Idealisme itu penting, namun kewajiban berjuang demi

    mendapatkan rezeki juga penting, sebab guru adalah manusia biasa. Bukankah

    Allah SWT telah berfirman dalam Q.S. Al-Jumuah : 10

    #s* s Mu % 4 n= 9$# (# tF$$ s F{ $# (# tG / $#u s !$# (# . $#u !$# #ZW x. /3= y9 t s= ? Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebarlah kamu di muka bumi,

    dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah sebanyak-banyak supaya

    kamu beruntung (Q.S. Al-Jumuah:10)

    Dan Allah SWT tidak memberikan batasan tentang perolehan rezeki itu,

    asal didapat dengan cara halal dan digunakan sebaik-baiknya. Dari sisi ini wajar

    kalau guru menginginkan hal pinggiran itu, sehingga citra seorang guru yang bijak

    tergambar dengan genjotan sepeda yang mengundang lecehan. Andaikata tidak

    secara materi, peningkatan itu bisa melalui raihan ilmu, prestasi, penghargaan,

    kualitas, citra, dan upaya penataan personal7.

    Pada sisi lain, selain guru yang dikenal sebagai pahlawan tanpa tanda jasa,

    guru akhir-akhir ini menjadi sangat lantang dalam memperjuangkan hak-haknya.

    Banyak perjuangan guru yang sebetulnya lebih cenderung memperjuangkan

    aspirasi pribadi dari pada memperjuangkan aspirasi yang berkaitan dengan

    pengembangan profesinya. Demo guru bantu pada tanggal 25 November 2008

    ditandai dengan salah satu guru hamil tua jatuh pingsan. Hal serupa juga terjadi di

    garut, dimana ribuan guru berdemo menuntut pemerintah untuk membagikan uang

    tunjangan fungsional Rp. 100.000,00 per guru per bulan. Guru honorer Jawa Barat

    dan Jawa Tengah datang ke Kementerian Pendayaan Aparatur Negara menuntut

    pengangkatannya menjadi Pegawai Negeri. Hal serupa juga terjadi di Padang

    Sumatera barat dimana guru bantu berdemo di depan Gedung DPRD setempat.

    Guru baru juga datang berunjuk rasa di tiga tempat di Jakarta dengan Kantor

    DPRD Jateng menuntut diangkat menjadi pegawai sebagaimana pegawai negeri.

    7 Syafruddin Nurdin dan M. Basyiruddin Usman, Guru Profesional & Implementasi

    Kurikulum, (Jakarta: Ciputat Press, 2003), hlm. 3.

  • 9

    Hampir semua kejadian demo tidak memperjuangkan kepentingan pengembangan

    kompetensinya, tetapi memperjuangkan keamanan ekonomi keluarga sekarang

    dan akan datang.8 inilah bukti sangat pentingnya tunjangan kesejahteraan untuk

    guru. Dan apa pengertian dari tunjangan kesejahteraan akan di jelaskan di bawah

    ini.

    a. Pengertian Tunjangan Kesejahteraan

    Tunjangan adalah unsur-unsur balas jasa yang diberikan secara

    langsung atau tambahan penghasilan yang dapat diketahui secara pasti.

    Tunjangan diberikan kepada karyawan dimaksud agar dapat menimbulkan

    atau meningkatkan semangat kerja dan kegairahan bagi para karyawan.9

    Tunjangan juga diartikan yaitu tiap tambahan benefit yang ditawarkan

    pada pekerja, misalnya pemakaian kendaraan perusahaan, makan siang gratis,

    bunga pinjaman rendah atau tanpa bunga, jasa kesehatan, bantuan liburan, dan

    skema pembelian saham. Pada tingkatan tinggi, seperti manajer senior,

    perusahaan biasanya lebih memilih memberikan tunjangan lebih besar

    dibanding menambah gaji, hal ini disebabkan tunjangan hanya dikenakan

    pajak rendah atau bahkan tidak dikenai pajak sama sekali.10

    Kesejahteraan pekerja adalah suatu pemenuhan kebutuhan dan

    keperluan yang bersifat jasmaniah dan rohaniah, baik di luar hubungan kerja,

    yang secara langsung dan tidak langsung dapat mempertinggi produktifitas

    kerja.11

    Menurut Teguh Aditya kesejahteraan sosial sebagai sistem yang

    terorganisasi dari pelayanan-pelayanan dan lembaga-lembaga sosial, yang

    dirancang untuk membantu individu-individu dan kelompok-kelompok agar

    mencapai tingkat hidup dan kesehatan yang memuaskan. Maksudnya agar

    8 Harsono dan M. Joko Susilo, Pemberontakan Guru Menuju Peningkatan Kualitas, hlm.

    86.

    9 Edi Nur, Kuliah Dinus dalam http://kuliah.dinus.ac.id/edi-nur/lembar01.html, diakses

    13 Agustus 2011.

    10 http://id.wikipedia.org/wiki/Tunjangan di akses 13 Agustus 2011.

    11 Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005, tentang Guru dan Dosen

    (Jakarta: t.p 2006), hlm. 31.

  • 10

    tercipta hubungan personal dan sosial yang memberi kesempatan kepada

    individu untuk pengembangan kemampuan mereka seluas-luasnya dan

    meningkatkan kesejahteraan mereka sesuai dengan kebutuhan masyarakat.12

    Kesejahteraan sosial dapat mencakup semua bentuk intervensi sosial

    yang mempunyai suatu perhatian utama dan langsung pada usaha peningkatan

    kesejahteraan individu dan masyarakat sebagai keseluruhan. Kesejahteraan

    sosial mencakup penyediaan pertolongan dan proses-proses yang secara

    langsung berkenaan dengan penyembahan dan pencegahan masalah-masalah

    sosial, pengembangan sumber daya manusia, dan perbaikan kualitas hidup itu

    meliputi pelayanan-pelayanan sosial bagi individu-individu dan keluarga-

    keluarga juga usaha-usaha untuk memperkuat atau memperbaiki lembaga-

    lembaga sosial.

    Manusia hidup senantiasa membutuhkan kebutuhan untuk hidup, baik

    kebutuhan jasmani maupun kebutuhan rohani, dalam rangka untuk mencapai

    kesejahteraan baik material maupun non material.13

    Adapun yang termasuk dalam kebutuhan material antara lain :

    1) Keinginan untuk memperoleh nafkah atau penghasilan untuk

    mempertahankan hidup.

    2) Keinginan untuk memperoleh hasil dari pekerjaan.

    3) Keinginan untuk mencapai atau meningkatkan kemakmuran.

    Sedangkan yang termasuk dalam kebutuhan non material antara lain :

    1) Keinginan untuk memperoleh kasih sayang atau cinta dari orang lain.

    2) Keinginan untuk memperoleh penghargaan, rasa aman dan tenteram.

    3) Keinginan untuk mempertahankan dan meningkatkan harga diri.

    Seorang guru tetap bekerja dalam suatu sekolah kecuali mendapat gaji

    pokok, juga mendapatkan tambahan penghasilan yang berupa tunjangan

    kesejahteraan. Hal ini yang mendorong atau memotivasi guru tentang sebuah

    12 Teguh Aditya, Pengertian-kesejahteraansosial dalam

    http://blogs.unpad.ac.id/teguhaditya/script.php/read/Pengertian-kesejahteraansosial, diakses 17

    April 2010.

    13 Wahyu Adji, Ekonomi I, (Semarang: Aneka Ilmu, 2004), hlm. 30.

  • 11

    keprofesiannya, selain menjadi pahlawan tanpa tanda jasa guru juga berharap

    mendapatkan kehidupan yang layak berupa tunjangan kesejahteraan. Definisi

    dari motivasi ini di jelaskan di bawah ini.

    b. Motivasi Keprofesian Guru

    Guru menjadi pembicaraan utama untuk menjadi sebuah kendaraan

    mewah menuju puncak kekuasaan. Memang tidak seharusnya pesimistis

    melaju terus-menerus, dan ini tampaknya mulai dibuktikan oleh pemerintah

    saat ini dengan menyiapkan perangkat jabaran Undang-undang No. 20 Tahun

    2003 tentang Sistem Pendidikan nasional. khususnya untuk pendidik dan

    tenaga kependidikan, keberperanannya sudah cukup jelas muncul pada Pasal

    39 s.d. Pasal 44. Hal ini semakin diperkuat dengan disetujuinya Undang-

    Undang Guru dan Dosen.

    Beberapa pasal yang secara signifikan menguntungkan para guru antara

    lain dapat ditemukan pada Bagian Kedua tentang Hak dan Kewajiban, pasal

    14 s.d. 19. Hal ini tentu saja sangat melegakan para guru. Namun persoalan

    lain muncul dengan ditetapkan PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar

    Nasional Pendidikan yang memuat beberapa ketentuan yang cukup

    memberatkan para guru.

    Namun perlu dipahami bahwa perjuangan para guru ternyata harus pula

    diimbangi dengan persyaratan yang cukup ketat. Dapat dicontohkan pada Bab

    VI tentang Standar Pendidikan dan Tenaga Pendidikan, pasal 28 s.d. 30. Di

    dalamnya dimuat kualifikasi akademik dan kompetensi yang bagi sebagian

    guru lama sangat memberatkan. Belum lagi masalah sertifikasi yang secara

    eksplisit dinyatakan tegas pada Bab XIV pasal 89.14

    Sampai hari ini, sekitar 3,5 juta guru selama enam hari berhadapan

    dengan 50 juta anak bangsa yang harus digodok lebih kurang 12 tahun untuk

    menjadi manusia dengan kapasitas tertentu. Tentu saja mereka menjadi

    peletak sebuah pondasi besar, yakni bangsa. Dengan keterbatasan harga

    14 Isioni, M. Si, Guru Sebagai Motivator Perubahan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008),

    hlm. 43-44.

  • 12

    sebuah profesi, mereka harus terus bekerja untuk membuat orang menjadi

    orang.

    Ini sebuah fenomena biasa, namun menjadi luar biasa pada saat mereka

    dihadapkan pada tuntutan hidup lainnya seperti kelayakan, kenyamanan dan

    keamanan kerja. Komitmen pemerintah untuk memperbaiki nasib guru selalu

    berkumandang dari waktu ke waktu, khususnya pada saat terjadi alih

    kepemimpinan nasional. 15

    Motivasi secara etimologis berasal dari bahasa inggris motivation

    dan merupakan kata dasar motif yang berarti menggerakkan16 Ada beberapa

    ahli yang memberikan definisi untuk menggambarkan gambaran yang jelas

    mengenai motivasi yang dikemukakan di bawah ini:

    1) Menurut S. Nasution, motivasi adalah usaha untuk menyediakan kondisi-

    kondisi sehingga anak itu mau dan ingin melakukan sesuatu17

    2) M. Ngalim Purwanto mengemukakan motivasi adalah segala sesuatu yang

    mendorong seseorang untuk bertindak melakukan sesuatu.18

    3) Menurut Dr.I.L Pasaribu dan Simanjutak, bahwa motivasi adalah suatu

    tenaga (dorongan, alasan, kemauan) dari alam yang menyebabkan kita

    berbuat atau bertindak yang mana tindakan itu di arahkan tujuan tertentu19

    4) Menurut Isjoni, motivasi adalah sampainya pegawai di suatu institusi

    dalam keadaan semangat, bergairah, serta senang dengan pekerjaannya.20

    Sehubungan dengan hal tersebut di atas ada tiga fungsi motivasi.21

    15 Isioni, M. Si, Guru Sebagai Motivator Perubahan, hlm. 43.

    16 S. Wojowasito dan W.J.S. Poerwadarminto, Kamus Lengkap Inggris-Indonesia

    (Bandung: Hasta, 1989), hlm.19.

    17 S. Nasution, Didaktik Asas-Asas Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2000), Cet II, hlm.

    73.

    18 M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1985), hlm.

    32.

    19 IL, Pasribu dan Simanjutak, Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Tarsito,1983), hlm. 50.

    20 Isjoni, Manajemen Kepemimpinan Dalam Pendidikan, (Bandung: Sinar baru Algensindo,

    2007), hlm. 108.

    21 Sardiman AM, Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rajawali ,1986). hlm.

    85.

  • 13

    1) Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor

    yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor

    penggerak dari setiap kegiatan yang akan di kerjakan.

    2) Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak di capai.

    demikian dengan motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus

    di kerjakan sesuai dengan rumus tujuannya.

    3) Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang

    harus di kerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan-

    menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan

    tersebut.

    Di samping itu, ada juga fungsi-fungsi lain. Motivasi dapat berfungsi

    sebagai pendorong usaha karena adanya motivasi. Adanya motivasi yang baik

    dalam bekerja akan menunjukkan hasil yang baik. Dengan kata lain bahwa

    dengan adanya usaha yang tekun dan terutama didasari adanya motivasi, maka

    seseorang yang bekerja tersebut akan melahirkan prestasi yang baik. Intensitas

    motivasi siswa akan menentukan tingkat pencapaian prestasi belajar.

    Adapun seorang guru yang bekerja dalam suatu sekolah mendapatkan

    tambahan yang berupa tunjangan kesejahteraan. Tunjangan yang di berikan

    tersebut antara lain berupa :

    Dengan pemberian tunjangan tersebut diharapkan berpengaruh

    terhadap semangat dan kegairahan kerja guru. Tujuan utama dari tunjangan

    adalah untuk membuat guru mengabdikan diri pada organisasi dalam jangka

    panjang. Pemberian tunjangan yang merupakan komponen dari komposisi ini

    sangat berpengaruh dengan prestasi kerja. Tunjangan merupakan kompensasi

    No Jenis Tunjangan Besarnya Tunjangan

    1 Tunjangan Hari Raya Rp. 200.000

    2 Tunjangan Kecelakaan Rp. 150.000 (ada yang pribadi)

    3 Tunjangan Kesehatan Rp. 150.000

  • 14

    tambahan yang bertujuan untuk mengikat guru agar tetap bekerja pada

    sekolah.

    Guru sebagai unsur utama dalam organisasi sekolah, memegang

    peranan yang sangat penting. Semua unsur organisasi, tidak akan berfungsi

    tanpa ditangani oleh guru. Ini timbul karena secara manusiawi, manusia

    memang menginginkan dapat berperan dalam setiap lingkungan, termasuk

    dalam lingkungan kerja di sekolah. Seseorang berkarya ingin agar karyanya

    itu mempunyai nilai yang mempengaruhi hasil keseluruhan. Posisi nilai karya

    seseorang ini merupakan gambaran peran seseorang.

    Usaha untuk membuat guru betah bekerja demi kepentingan sekolah

    dilakukan melalui pendekatan psikologis. Beberapa faktor psikologis guru

    yang diantaranya motivasi, kepuasan kerja, serta ketenangan kegairahan kerja.

    Pada akhirnya guru akan betah bekerja dan produktif bila tersedia fasilitas

    yang memungkinkan kebutuhan mereka sebagai manusia telah terpenuhi.

    Ketenangan dan kegairahan kerja dipengaruhi oleh kepribadian pekerja (sikap

    mandiri, etos kerja, keamanan kerja, kesempatan untuk berkembang,

    lingkungan kerja berupa fasilitas kerja dan rekan sekerja yang menyenangkan)

    kemudian yang terakhir adalah faktor kesejahteraan.

    c. Tujuan Tunjangan Kesejahteraan

    Tujuan tunjangan kesejahteraan guru dapat diartikan yakni meningkatkan

    proses dan hasil pembelajaran, meningkatkan kesejahteraan guru,

    meningkatkan martabat guru dalam rangka mewujudkan pendidikan nasional

    yang bermutu.22 Hal ini senada dengan apa yang disampaikan Wahyu Adji

    dalam bukunya ekonomi yaitu tujuan tunjangan kesejahteraan adalah:

    1) Meningkatkan dan memelihara derajat kesejahteraan guru yang setinggi-

    tingginya baik fisik maupun mental.

    2) Mencegah dan melindungi tenaga kerja dari gangguan yang ada yang di

    sebabkan oleh kondisi lingkungan kerja.

    22 Susanto, Medan Punya, dalam http://www.medanpunya.com/sumut/deli-serdang-

    bedagai/14255, diakses pada 07 Juni 2011.

  • 15

    3) Menyesuaikan tenaga kerja dengan pekerjaan atau pekerjaan dengan

    tenaga kerja.23

    Sedangkan usaha-usaha untuk menciptakan kesejahteraan kerja adalah:

    1) Menciptakan ruang dan lingkungan sedemikian rupa, sehingga memenuhi

    syarat-syarat kesejahteraan dan keselamatan.

    2) Menyediakan makanan ringan dan minuman untuk guru.

    3) Secara berkala mengadakan pemeriksaan umum terhadap pekerjaan

    mengenai kesehatan.

    4) Memberikan penggantian biaya pengobatan sendiri melalui poliklinik atau

    apotek.

    5) Mengusahakan asuransi tenaga kerja terhadap kecelakaan yang mungkin

    terjadi di lingkungan kerjanya.

    6) Menyediakan alat-alat perlengkapan kesehatan darurat dan melaksanakan

    dalam hal P3K.

    7) Memberikan tunjangan hari raya kepada guru.

    d. Manfaat Tunjangan Kesejahteraan Guru

    Tunjangan kesejahteraan karyawan yang diterapkan dengan tepat

    dalam suatu perusahaan dapat memberikan manfaat yang besar bagi

    perusahaan. Diantara manfaat yang diperoleh dari pemberian tunjangan

    kesejahteraan karyawan adalah :

    1) Penarikan karyawan yang lebih efektif

    2) Memperbaiki semangat dan kesetiaan karyawan

    3) Menurunkan tingkat absensi dan perputaran karyawan

    4) Memperbaiki hubungan masyarakat

    5) Mengurangi pengaruh organisasi baik yang ada maupun yang potensial

    6) Mengurangi campur tangan pemerintah dalam organisasi

    Maka tunjangan adalah imbalan tidak langsung yang diberikan kepada

    seseorang guru sebagai bagian dari keanggotaannya di sekolah. Tujuan utama

    23 Wahyu Adji, Ekonomi I, hlm. 32.

  • 16

    dari tunjangan adalah untuk membuat guru mengabdikan diri pada sekolah

    dalam jangka panjang.

    2. Etos Kerja

    a. Pengertian Etos Kerja

    Kata etos dapat diartikan sebagai pandangan hidup yang khas suatu

    golongan sosial. Sedangkan kerja merupakan sesuatu yang dilakukan, untuk

    mencari nafkah, mata pencaharian. Bekerja adalah melakukan suatu pekerjaan

    (perbuatan) berbuat sesuatu.24

    Kerja dalam pengertian luas adalah semua bentuk usaha yang

    dilakukan manusia, baik dalam hal materi maupun non materi, intelektual atau

    fisik, maupun hal-hal yang berkaitan keduniawian atau keakhiratan.

    Pengertian etos dan kerja di atas jika dipadukan menjadi etos kerja

    maka mengandung arti pandangan hidup yang khas suatu golongan dalam

    melakukan usaha, baik dalam hal materi ataupun non materi, intelektual,

    maupun fisik, maupun hal-hal yang berkaitan dengan masalah keduniawian

    maupun keakhiratan.

    Apabila manusia menjadi makhluk yang lemah, pemalas, maka ia akan

    menjadi manusia yang bodoh dan miskin serta tidak akan mendapatkan derajat

    yang tinggi dalam masyarakat. Karena dengan giat bekerja untuk

    merealisasikan cita-citanya dan keselarasan dalam menjalankan tanggung

    jawab demi kejayaan di dunia dan di akhirat itulah yang menjadi tuntutan

    dalam Islam.

    Dalam Q.S. At-Taubah : 105 dijelaskan.

    % u (# = y $# uz |s !$# /3n= u x & ! u u t 9$#u ( uIy u 4n< ) = t = t9$# y p 9$#u /3 m7 t s $ y/ . t = y s?

    Dan Katakanlah : Bekerjalah kamu, Maka Allah dan Rasul-Nya serta

    orang-orang mumin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan

    dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui akan yang ghaib dan

    24 Tasmara, Etos Kerja, (Semarang: CV. Aneka Ilmu, 1995), hlm. 14.

  • 17

    yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu

    kerjakan (Q.S. At-Taubah : 105).25

    Setiap organisasi yang ingin maju, akan melibatkan anggota untuk

    meningkatkan mutu kinerjanya, diantaranya setiap organisasi harus memiliki

    etos kerja.

    Berpijak pada pengertian bahwa etos kerja menggambarkan suatu

    sikap, maka dapat ditegaskan bahwa etos kerja mengandung makna sebagai

    aspek evaluative yang dimiliki oleh individu (kelompok) dalam memberikan

    penilaian terhadap kegiatan kerja.

    Mengingat kandungan yang ada dalam pengertian etos kerja, adalah

    unsur penilaian, maka secara garis besar dalam penilaian itu, dapat

    digolongkan menjadi dua yaitu penilaian positif dan negatif.

    Berpangkal tolak dari uraian itu, menurut suatu individu atau kelompok

    masyarakat dapat dikatakan memiliki etos kerja yang tinggi, apabila

    menunjukkan tanda-tanda sebagai berikut :

    1) Mempunyai penilaian yang sangat positif terhadap hasil kerja manusia.

    2) Menempatkan pandangan tentang kerja, sebagai suatu hal yang amat luhur

    bagi eksistensi manusia

    3) Kerja yang dirasakan sebagai aktivitas yang bermakna bagi kehidupan

    manusia

    4) Kerja dihayati sebagai suatu proses yang membutuhkan ketekunan dan

    sekaligus sarana yang penting dalam mewujudkan cita-cita

    5) Kerja dilakukan sebagai bentuk ibadah

    Sedangkan bagi individu atau kelompok masyarakat, yang dimiliki etos

    kerja yang rendah, maka akan menunjukkan ciri-ciri yang sebaliknya, yaitu :

    1) Kerja dirasakan sebagai suatu hal yang membebani diri

    2) Kurang dan bahkan tidak menghargai hasil kerja manusia

    3) Kerja dipandang sebagai suatu penghambat dalam memperoleh

    kesenangan.

    25 Soenarjo, Al-Quran dan Terjemahnya, (Semarang: CV Toha Putra, 1981), hlm. 622.

  • 18

    4) Kerja dilakukan sebagai bentuk keterpaksaan

    5) Kerja dihayati hanya sebagai bentuk rutinitas hidup

    Etos kerja yang dimiliki oleh seseorang atau kelompok masyarakat,

    akan menjadi sumber motivasi bagi perbuatannya. Apabila dikaitkan dengan

    situasi kehidupan manusia yang sedang membangun maka etos kerja yang

    tinggi akan dijadikan sebagai prasarat yang mutlak, yang harus ditumbuhkan

    dalam kehidupan itu. Karena hal itu akan membuka pandangan dan sikap

    kepada manusianya untuk menilai tinggi terhadap kerja keras dan sungguh-

    sungguh, sehingga dapat mengikis sikap kerja yang asal-asalan, tidak

    berorientasi terhadap mutu atau kualitas yang semestinya.

    Indikasi turun rendahnya semangat dan kegairahan kerja antara lain :

    1) Turun rendahnya produktivitas

    2) Tingkat absensi yang naik rendah

    3) Tingkat perputaran buruh yang tinggi

    4) Tingkat kerusuhan yang naik

    5) Kegelisahan dimana-mana

    6) Tuntutan yang sering terjadi

    7) Pemogokan

    Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan etos

    kerja adalah sikap yang mendasar baik yang sebelum, proses dan hasil yang

    bisa mewarnai manfaat suatu pekerjaan.

    b. Komponen Etos Kerja Dalam Islam

    Dalam Islam sangat dianjurkan untuk memiliki semangat bekerja,

    karena bekerja adalah ibadah. Dengan giat bekerja inilah seseorang akan hidup

    dan kuat, jika hanya berdiam diri, maka dia tidak berarti apa-apa bagi orang

    lain. Karena itu, tujuan bekerja selayaknya tidak hanya untuk memenuhi

    kebutuhan hidup saja, tetapi juga harus didasarkan atas keridhoan dari Allah.26

    26 Muchtar Buchari, Pendidikan Dalam Pembangunan, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1994),

    hlm. 40.

  • 19

    Menurut Nur Cholis Madjid untuk mencapai keberhasilan dalam

    bekerja kita harus memiliki prinsip diantaranya :

    1) Iman dan taqwa

    Iman melahirkan tata nilai yang berdasarkan Ketuhanan Yang

    Maha Esa yaitu tata nilai yang dijiwai oleh kesadaran bahwa hidup ini

    berasal dari Tuhan dan untuk Tuhan. Dengan demikian Tuhan adalah asal

    dan tujuan bagi seluruh makhluk.27

    Konsep ibadah dalam Islam mempunyai cakupan yang luas,

    bertolak dari soal-soal iman kepada Allah dan keesaan-NYA. Ia melalui

    jalur hubungan dengan Allah, antara khalik dan makhluk. Hubungan ini

    dapat bersifat spiritual dan sosial.

    Ibadah tidak terbatas pada manifestasi pengabdian berupa shalat,

    zakat, puasa dan haji akan tetap memasukkan nilai-nilai kebijakan dalam

    kehidupan sehari-hari.28

    Termasuk dalam hal ini adalah bekerja dengan berlandaskan iman

    seseorang dalam melakukan amal perbuatan akan disesuaikan dengan

    perintah dan larangan Allah dalam rangka mencari ridho-Nya.

    Taqwa adalah mentaati perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya

    agar terhindar dari hukum Allah dan akan mendapat kasih sayang-Nya.29

    Taqwa merupakan sikap mental seseorang yang senantiasa ingat, waspada

    dan hati-hati memelihara diri dari noda dan dosa, menjaga keselamatan

    melakukan yang baik dan benar, pantang melakukan perbuatan yang jahat

    dan salah.30 Berati taqwa mempunyai makna yang dapat dipahami sebagai

    kesadaran ketuhanan, yaitu kesadaran tentang adanya Tuhan YME, yang

    selalu hadir dalam kehidupan manusia.

    27 Nur Cholis Madjid, Iman: Doktrin dan Peradaban, (Jakarta: Yayasan Piramida, 1992),

    hlm. 1.

    28 Hakim Abdul Hamid, Aspek-aspek Pokok Agama Islam, (Jakarta: Pustaka Jaya, 1983),

    hlm. 62.

    29 Rosyit Mustofa, Iman dan Taqwa Etos Kerja Seorang Muslim, (Solo: Ramadhani, 1983),

    hlm. 62.

    30 Sri Edi Suwasono, et.al., Sekitar Kemiskinan dan Keadilan, (Jakarta: UI Press, 1987),

    hlm. 63.

  • 20

    Iman yang berarti percaya dan taqwa yang merupakan bentuk

    kewaspadaan atas segala perbuatannya merupakan dasar pijakan manusia

    dalam bekerja yang konsekuensinya harus dipertanggungjawabkan kelak

    di akhirat.31

    2) Niat

    Niat atau komitmen merupakan suatu keputusan dan pilihan

    pribadi, karena menunjukkan keterkaitan kita kepada nilai-nilai moral serta

    spiritual yang bersumber dari Allah. Maka secara keagamaan semua

    pekerjaan harus dilakukan dengan tujuan memperoleh ridho Allah, yang

    akan membimbing umat Islam ke arah suatu sikap yang disiplin, kreatif

    dan memberi nilai yang tinggi suatu hasil kerja.32 Jadi pekerjaan yang

    dilakukan tanpa tujuan mencapai ridho Allah adalah bagaikan

    fatamorgana, yaitu tidak mempunyai nilai atau makna apa-apa.

    Perintah bekerja keras dalam Islam bukanlah sekedar memenuhi

    naluri yaitu untuk kepentingan perut. Islam memberi pengarahan kepada

    satu tujuan filosofis yang luhur, tujuan yang ideal yaitu untuk mencari

    ridho Allah SWT. Untuk mencapai itu dapat melalui tujuan lain yaitu

    untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan diri dan keluarganya, berbuat baik

    kepada kerabat dan tetangga, sama halnya berjihad di jalan Allah SWT.33

    Niat yang dimiliki seseorang akan memberikan arah yang pasti

    dalam mencapai sesuatu hasil yang maksimal. Oleh karena itu setiap

    aktifitas kerja seharusnya dilandasi niat untuk beribadah kepada Allah

    sebagai manifestasi seorang hamba yang wajib menyembah kepada

    penciptanya.

    c. Konsep Islam Tentang Etos Kerja

    Kitab suci Al-Quran secara eksplisit memerintahkan umat manusia

    untuk memegang nilai-nilai ajaran Islam secara kaffah. Umat Islam

    31 Abdul Wahid, Islam di Tengah Pergulatan Sosial, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1993),

    hlm. 78.

    32 Sri Edi Suwasono, Sekitar Kemiskinan dan Keadilan, hlm. 64.

    33 Yusuf Al Qhardawi, Kiat Islam Mengentaskan Kemiskinan, (Jakarta: Gema Insani,

    1996), hlm. 56.

  • 21

    diperintahkan untuk melaksanakan ajaran yang berkaitan dengan kewajiban

    terhadap lingkungan. Pengkhususan dan pengabdian terhadap salah satu dari

    dua bidang kewajiban agama (hubungan dengan Allah dan hubungan dengan

    sesama makhluk) oleh pemeluk Islam akan merusak keselarasan, keserasian

    dan keseimbangan di dunia. Dengan kata lain, konsep keseimbangan dalam

    Islam merupakan hal yang fundamental. Pola hidup Islam di dalam Al-Quran

    yang bertujuan mengantarkan hidup manusia kepada kesejahteraan dunia dan

    akhirat, lahir dan batin, terurai dengan sempurna dalam sunnah Rasulullah

    SAW. Mencari kebahagiaan di dunia dan akhirat adalah kewajiban manusia

    sebagaimana firman Allah SWT.

    Dalam Q.S. Al-Qashash : 77 dijelaskan.

    $tG / $#u !$ y 9t?#u !$# u#$! $# nt zF $# ( u [s? y7 t7 t $ u 9$# ( mr&u !$ y 2 z|mr& !$# s9) ( u $7 s? y$ |x9$# F{ $# ( ) !$# =t t 9$#

    Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan kepada Allah

    kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat dan janganlah kamu

    melupakan kebahagiaanmu dari (kenimatan) duniawi dan berbuat

    baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik,

    kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi.

    Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat

    kerusakan (Q.S. Al-Qashash : 77).34

    Islam memberi perintah mencari kebahagiaan di dunia bukan berarti

    membolehkan menggunakan segala cara, tanpa berpegang Al-Quran dan

    sunnah Rasulullah SAW. Penghargaan Islam terhadap kerja tercermin juga

    pada sistem pemilikan. Apa yang ada di langit dan di bumi adalah milik Allah

    SWT. Tetapi kesemuanya itu merupakan sumber rizqi yang terbuka bagi

    manusia yang bekerja untuk mengolah dan memperdagangkannya. Jaminan

    atas hak milik perorangan dengan fungsi sosial melalui institusi zakat,

    shadaqah, dan infak merupakan dorongan untuk bekerja. Dasarnya adalah

    penghargaan Islam terhadap upaya manusia. 35

    34 Soenarjo, Al-Quran dan Terjemahnya, hlm. 298.

    35 M. Dawan Raharjo, Etika Ekonomi Islam dan Manajemen, (Yogyakarta: PT. Tiara

    Wacana, 1990), hlm. 459.

  • 22

    Bekerja adalah hak setiap seorang dan sekaligus sebagai kewajiban.

    Dalam bahasa Arab, terdapat dua pengertian kata haq. Pertama, Haaqun lahu

    yang artinya hak dan Kedua Haqqun alaih yang artinya kewajiban.36

    Menangkap pesan qurani dan Nabawi mengenai kerja (amal) ini, pengertian

    wajib lebih mengemuka daripada pengertian hak. Sebab hak boleh dilakukan

    boleh tidak. Namun, jika dikaitkan dengan tanggung jawab Imam (penguasa),

    pengertian kewajiban sangat relevan. Karena pemerintah (negara)

    berkewajiban menyediakan kesempatan kerja kepada para individu.37

    Dari uraian di atas disimpulkan bahwa Islam sangat menganjurkan etos

    kerja. Bahkan etos kerja dalam Islam telah disinggung oleh ayat-ayat Al-

    Quran yang secara langsung memerintahkan untuk mencari bekal

    kebahagiaan baik di dunia maupun akhirat.

    d. Nilai-Nilai dalam Etos Kerja

    Dasar bagi gagasannya adalah bahwa faktor faktor yang memenuhi

    kebutuhan orang akan pertumbuhan psikologis, khususnya tanggung jawab

    dan etos kerja untuk mencapai tujuan yang efektif.

    Untuk mencapai tujuan organisasi yang baik diperlukan orang yang

    memiliki kemampuan yang tepat, termasuk etos kerja. Beberapa penelitian

    riset mendukung asumsi bahwa etos kerja merupakan faktor penting yang

    menentukan pelaksanaan pekerjaan yang lebih baik dan bertambahnya

    kepuasan.

    Nilai-nilai ajaran tentang etos kerja sangat melimpah dalam Islam.

    Namun implementasinya tidak sejalan dengan kekayaan khazanah doktrin

    Islam tentang etos kerja umat saat ini. Dalam Islam bekerja dinilai sebagai

    kebaikan, dan kemalasan dinilai sebagai keburukan. Bekerja mendapat tempat

    yang terhormat di dalam Islam. Nilai kerja dan produktifitas akan menjadi

    karakteristik yang menonjol dalam segala kegiatan ekonomi Islami. Al-

    36 Abu Rifqi Al Hanif, Kamus Arab Al Amanah, (Surabaya: Yayasan Amanah, 1996), hlm.

    589.

    37 Esharianomics, Etos Kerja Dan Produktifitas, dalam http://opinion/etos-kerja-dan-

    produktifitas, diakses 27 Desember 2011.

  • 23

    Quran menanamkan kesadaran bahwa dengan bekerja berarti kita

    merealisasikan fungsi kehambaan kita kepada Allah, dan menempuh jalan

    menuju ridha-Nya, mengangkat harga diri, meningkatkan taraf hidup, dan

    memberi manfaat kepada sesama, bahkan kepada makhluk lain. Dengan

    tertanamnya kesadaran ini, seorang muslim atau muslimah akan berusaha

    mengisi setiap ruang dan waktunya hanya dengan aktivitas yang berguna.

    Semboyannya adalah tiada waktu tanpa kerja, tiada waktu tanpa amal.

    Adapun agar nilai ibadahnya tidak luntur, maka perangkat kualitas etik kerja

    yang Islami harus diperhatikan.38

    Sumber nilai dan norma dalam ajaran agama Islam. Pertama Al-Quran

    dalam faham dan keyakinan umat Islam, Al-Quran mengandung sabda Allah

    yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW untuk disebarkan dan

    dijadikan pedoman hidup bagi umat manusia, agar hidup bahagia di dunia dan

    akhirat. Al-Quran sebagai pedoman kerja kebaikan, kerja ibadah, kerja taqwa

    atau amal shalih, memandang kerja sebagai kodrat hidup.

    Hadits, sebagai sumber kedua dari ajaran Islam, mengandung Sunnah

    (tradisi) Nabi Muhammad SAW dalam bentuk ucapan, perbuatan atau

    persetujuan secara diam dari Nabi Muhammad SAW.39

    3. Pengaruh Tunjangan Kesejahteraan Terhadap Etos Kerja Guru

    Pemberian tunjangan merupakan salah satu cara untuk meningkatkan

    kinerja guru. Tunjangan kesejahteraan merupakan kompensasi tambahan yang

    bertujuan untuk mengikat karyawan agar tetap bekerja pada sekolah yang

    bersangkutan. Pembahasan masalah tunjangan berkaitan juga dengan kinerja

    dimana setiap orang bekerja mengharapkan hasil atas pekerjaannya itu.

    Dengan demikian mereka akan mampu melakukan tugas-tugas yang

    beraneka ragam dan siap menghadapi tuntutan tugas guru, seiring dengan

    38 Agustianto, Pengertian Etos Kerja Dalam Islam, dalam

    http://diketik/2011/04/pengertian-etos-kerja-dalam-islam, diakses 27 Desember 2011.

    39 Nanat Fatah Natsir, Etos Kerja Wirausahawan Muslim, (Bandung: Gunung Jati Press,

    1999), hlm. 37.

  • 24

    perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta situasi baru yang dihadapi

    oleh organisasi, misalnya adanya strategi baru dan kondisi lingkungan baru.

    Berhasil tidaknya suatu usaha selalu tergantung pada kinerja yang

    produktif, etos kerja tinggi, berpendidikan serta loyal terhadap tanggung jawab.

    Kinerja merupakan hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok

    orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab

    masing-masing, dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan

    secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral maupun etika. Guru

    sebagai sumber yang produktif dan terbina dapat diarahkan sebagai tenaga kerja

    yang efektif dan efisien.

    Bagi sekolah, kinerja guru diharapkan selalu meningkat, karena kinerja

    guru menunjukkan adanya kaitan antara hasil kerja dengan waktu yang

    dibutuhkan untuk menghasilkan pembelajaran yang efektif dan efisien dari

    seorang guru. Hanya sekolah yang memiliki sumber daya yang trampil, energik

    berkemampuan tinggi dan dikelola secara efisien yang mampu terus bertahan.

    Maka dari itu sekolah harus mempunyai sumber daya manusia yang terampil,

    energik dan berkemampuan tinggi sehingga dapat bertahan dan dapat memberikan

    hasil yang tinggi bagi sekolah.

    Etos kerja individu bukanlah merupakan suatu hal yang terjadi secara

    sepihak. Dalam hal ini sekolah dan guru secara bersama-sama menciptakan

    kondisi yang kondusif untuk mencapai pemahaman yang dimaksud. Guru

    merasakan adanya hal-hal yang menarik dan memberi kepuasan, berupa

    tersedianya faktor-faktor yang dapat memberikan kesejahteraan hidup atau

    jaminan keamanan, yaitu adanya koperasi, adanya fasilitas transportasi, dan

    adanya fasilitas yang mendukung kegiatan kerja. Keadaan ini mendorong guru

    untuk bekerja dengan penuh semangat, lebih produktif dan efisien dalam

    menjalankan tugasnya. Iklim organisasi kerja cukup menunjang, misalnya fasilitas

    lengkap, hubungan kerja yang harmonis, jaminan sosial dan keamanan cukup

    memadai. Hal ini untuk menghindari berbagai gejolak seperti korupsi, mogok

    kerja, unjuk rasa, pengunduran diri, terlibat tindakan kriminal, dan sebagainya.

    Iklim kerja dan fasilitas yang lengkap tersebut mendorong terciptanya etos kerja

  • 25

    yang tinggi dari guru. Hal ini diwujudkan dengan adanya loyalitas guru yang

    terhadap sekolah, semangat kerja yang tinggi, dan guru merasa puas mengajar di

    sekolah.

    Setiap pekerjaan yang dihadapi guru terdapat hal-hal rutin yang akan

    sangat berbeda-beda reaksi yang diberikan masing-masing guru. Hal ini

    disebabkan karna etos kerja guru yang diyakini masing-masing guru juga berbeda.

    Sikap aktif dan inisiatif berperan dalam menumbuhkan etos kerja seseorang di

    tempat kerja. Sikap aktif dan berinisiatif merupakan bagian dari ciri-ciri orang

    yang mandiri. Namun kemandirian individu yang satu dengan yang lain bisa

    berbeda-beda. Individu dinyatakan mandiri apabila dapat membangun dirinya

    sendiri dengan kekuatan sendiri untuk dapat tumbuh dan berkembang menjadi

    orang dewasa yang dapat mengurus dirinya sendiri. Guru yang mandiri dapat

    lebih mudah dalam mempersiapkan diri, selalu berkembang dan mudah dalam

    mengatasi kesulitan akibat pekerjaan.

    Bagi sekolah kinerja guru diharapkan selalu meningkat, karena kinerja

    guru menunjukkan adanya kaitan antara hasil kerja dengan waktu yang

    dibutuhkan untuk menghasilkan barang atau jasa dari seorang tenaga kerja. Hanya

    sekolah yang memiliki sumber daya yang terampil, energik berkemampuan tinggi

    dan dikelola secara efisien yang mampu terus bertahan. Dari pendapat tersebut

    dapat diketahui sekolah harus mempunyai sumber daya manusia yang terampil,

    energik, dan berkemampuan tinggi bagi sekolah. sehingga dapat bertahan dan

    dapat memberikan hasil yang tinggi bagi sekolah.

    Untuk membina kemampuan bekerja dan meningkatkan kinerja masing-

    masing guru, tidak terlepas dari etos kerja yang diyakini oleh individu-individu

    tersebut. Etos kerja merupakan sikap, pandangan, kebiasaan, ciri-ciri atau sifat

    mengenai cara bekerja yang dimiliki seseorang, suatu golongan atau suatu bangsa.

    Etos kerja yang tinggi tentunya rutinitas tidak akan membuat bosan, bahkan

    mampu meningkatkan prestasi kerjanya.

    Hal yang mendasari etos kerja tinggi di antaranya keinginan untuk

    menjunjung tinggi mutu pekerjaan, maka individu yang mempunyai etos kerja

    tinggi akan turut serta memberikan masukan-masukan ide di tempat kerja.

  • 26

    Dari penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa tunjangan

    kesejahteraan sangat berpengaruh dan berhubungan terhadap etos kerja guru pada

    suatu organisasi.

    Istilah profesional sudah melekat sejak lama setelah orang menyadari

    bahwa pekerjaan khusus yang selalu berdampak baik harus dikerjakan dengan

    sungguh-sungguh. Dengan kata lain, seorang guru hendaknya memiliki

    kompetensi kinerja yang mantap berupa seperangkat penguasaan kemampuan

    yang harus ada dalam dirinya agar dapat mewujudkan kinerja yang efektif. Guru

    adalah ujung tombak dalam melaksanakan misi pendidikan di lapangan serta

    merupakan faktor penting dalam mewujudkan sistem pendidikan yang bermutu

    dan efisien. Dengan demikian, profesi guru perlu dilakukan secara profesional.

    a. Profesionalisme Guru

    Membicarakan soal profesionalitas maka cakupan yang sederhana

    hanya ada dua, yakni cakap dalam melakukan pekerjaan dan jujur dalam

    menjalaninya. Anda harus cakap dalam mentransfer ilmu dengan berbagai

    metode dan cara yang Anda miliki, dan anda harus jujur di dalam

    menjalankannya.40

    Guru merupakan bagian dalam proses belajar mengajar yang sangat

    berperan dalam mengantarkan siswa-siswanya pada tujuan pendidikan yang

    telah dikemukakan. Gurulah yang memikul tanggung jawab atas keberhasilan

    dan kegagalan suatu program pengajaran. Oleh karena itu, mengajar

    merupakan pekerjaan profesional, karena menggunakan teknik dan prosedur

    yang berpijak pada landasan intelektual yang harus dipelajari secara sengaja,

    terencana dan kemudian dipergunakan untuk kemaslahatan orang lain.

    Penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran, mulai dari pendidikan

    dasar sampai perguruan tinggi hanya akan efektif jika dikelola oleh tenaga

    kependidikan atau guru yang kompeten (profesional). Dan melalui guru yang

    40 Bagus Herdananto, Menjadi Guru Bermoral Profesional, (Yogyakarta: Kreasi Wacana,

    2009), hlm. 52.

  • 27

    benar-benar profesional dalam mengelola pendidikan dan pengajaran

    diharapkan dapat mengkontribusi keluaran pendidikan yang berkualitas.41

    Dengan demikian sistem pengajaran manapun, guru selalu menjadi

    bagian yang tidak terpisahkan, di mana guru memegang peran sebagai

    sutradara sekaligus aktor. Artinya pada gurulah tugas dan tanggung jawab

    merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi pengajaran di sekolah.

    b. Pengertian Guru Profesional

    Untuk memberikan pengertian mengenai guru profesional, di sini

    akan penulis kemukakan berbagai definisi dari beberapa pakar, di antaranya

    adalah :

    1) Pendapat Moh. Uzer Usman :

    Guru profesional adalah orang yang memiliki kemampuan dan

    keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga ia mampu melakukan

    tugas dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan maksimal.42

    2) Pendapat Sudarwan Danim :

    Guru profesional adalah guru yang memiliki kompetensi tertentu

    sesuai dengan persyaratan yang dituntut oleh profesi keguruan.43

    3) Pendapat Soedijarto :

    Guru profesional adalah guru yang mampu merencanakan,

    mengelola, mendiagnosis, dan menilai program belajar mengajar.44

    Dari definisi-definisi di atas pada prinsipnya pengertian guru

    profesional mempunyai arti sama, karena sama-sama menggariskan bahwa

    guru bukanlah sekedar orang yang berdiri di depan kelas untuk

    menyampaikan materi pengetahuan tertentu. Akan tetapi guru harus

    menguasai betul seluk beluk pendidikan dan pengajaran dengan berbagai

    41 Sutomo, et.al., Profesi Kependidikan, (Semarang: CV. IKIP Semarang, 1997), hlm. 1.

    42 Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2002),

    cet. XIV, hlm. 15.

    43 Sudarwan Danim, Media Komunikasi Pendidikan : Pelayanan Profesi Pembelajaran

    dan Mutu Hasil Belajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 1994), hlm. 53.

    44 Soedijarto, Memantapkan Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta: PT. Gramedia, 1993),

    hlm. 106.

  • 28

    ilmu pengetahuan lainnya yang perlu dibina dan dikembangkan melalui

    masa pendidikan tertentu atau pendidikan prajabatan.

    Maka dengan melihat dan mengkaji pengertian di atas, dapat

    disimpulkan bahwa pengertian guru profesional adalah guru yang memiliki

    kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga ia

    mampu melakukan tugasnya dengan baik dan benar.

    Sebagaimana firman Allah dan hadits Nabi yang berisi tentang

    anjuran seorang guru dalam mengajar hendaklah dengan sungguh-sungguh

    dan dikerjakan secara profesional, dalam arti harus dilakukan secara benar.

    Sebagaimana Firman Allah SWT. dalam Q.S. Al-Hajj : 78.

    (# y_u ! $# ,ym $y_ 4 u 38 u;tF_$# $t u yy_ / 3n= t d9 $# 8lt ym 4

    Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jihad yang sebenar-

    benarnya. Dia telah memilih kamu dan Dia sekali-kali tidak

    menjadikan kamu dalam agama suatu kesempitan (Q.S. Al-Hajj:

    78).45

    Dan sabda Nabi SAW. yang berbunyi :

    : : ) (

    Dari Abi Hurairah berkata, Nabi Saw bersabda : Bila suatu urusan

    dikerjakan oleh orang yang tidak ahli, maka tunggulah

    kehancurannya. (HR. Bukhari).46

    c. Ciri-ciri Guru Profesional

    Tuntutan profesionalisme suatu pekerjaan pada dasarnya melukiskan

    sejumlah persyaratan yang harus dimiliki oleh seseorang yang akan

    memangku pekerjaan tersebut. Tanpa memiliki sejumlah persyaratan tersebut,

    45 Soenarjo, Al-Quran dan Terjemahnya, hlm. 523.

    46 Imam Abi Abdillah Muhammad bin Ismail, Shahih Bukhari, Jilid I, (Beirut, Libanon:

    Darul Kutub Ilmiah, t.th.), hlm. 26.

  • 29

    maka seseorang tidak dapat dikatakan profesional. Dengan demikian ia tidak

    memiliki kompetensi untuk pekerjaan tersebut.

    Ada beberapa ciri pokok pekerjaan yang bersifat profesional. Pertama,

    bahwa pekerjaan itu dipersiapkan melalui proses pendidikan dan latihan

    secara formal. Kedua, pekerjaan tersebut mendapat pengakuan dari

    masyarakat. Ketiga, adanya organisasi profesi. Ciri keempat, mempunyai

    kode etik, sebagai landasan dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab

    pekerjaan profesi tersebut.47

    Bahwa pekerjaan itu dipersiapkan melalui proses pendidikan dan

    latihan maksudnya bahwa untuk mencapai tenaga yang professional haruslah

    menempuh pendidikan khusus sesuai dengan bidangnya. Hal ini dimaksudkan

    untuk mengkaji dan mendalami berbagai disiplin ilmu yang harus dimiliki

    sebagai perangkat dasar dalam melaksanakan tugasnya.

    Mendapat pengakuan dari masyarakat, artinya pekerjaan yang

    dilakukan itu benar-benar memperoleh dukungan masyarakat, mendapatkan

    pengesahan dan perlindungan hukum dari pemerintah sehingga memiliki

    jaminan hidup yang layak.

    Kode etik merupakan hal yang sangat penting, karena etika yang

    berhubungan dengan kesusilaan dalam melaksanakan suatu pekerjaan.

    Selanjutnya menurut Dedi Supriadi, bahwa untuk menjadi profesional,

    seorang guru dituntut untuk memiliki ciri-ciri :

    1) Guru mempunyai komitmen pada siswa dan proses belajarnya. Ini berarti

    bahwa komitmen tertinggi guru adalah kepada kepentingan siswanya.

    2) Guru menguasai secara mendalam bahan atau mata pelajaran yang

    diajarkannya serta cara mengajarkannya kepada para siswa. Dalam hal ini

    guru dituntut untuk memperkaya cakrawala dan intelektualnya serta

    bertukar pikiran dengan teman seprofesi.

    47 Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algesindo,

    1995), cet. 3, hlm. 14.

  • 30

    3) Guru bertanggung jawab memantau hasil belajar siswa melalui berbagai

    teknik evaluasi, mulai cara pengamatan dalam perilaku siswa sampai tes

    hasil belajar.

    4) Guru mampu berpikir sistematis tentang apa yang dilakukannya, dan

    belajar dari pengalamannya.

    5) Guru seyogianya merupakan bagian dari masyarakat belajar dalam

    lingkungan profesinya, seperti PGRI dan organisasi profesi lainnya.48

    Begitu juga H.A.R. Tilaar menjelaskan bahwa professional

    mempunyai ciri-ciri khusus, yaitu sebagai berikut :

    1) Memiliki suatu keahlian khusus

    2) Merupakan suatu panggilan hidup

    3) Memiliki teori-teori yang baku secara universal

    4) Mengabdikan diri untuk masyarakat dan bukan untuk diri sendiri

    5) Dilengkapi dengan kecakapan diagnostik dan kompetensi yang aplikatif

    6) Memiliki otonomi dalam melaksanakan pekerjaannya

    7) Mempunyai kode etik

    8) Mempunyai klien yang jelas

    9) Mempunyai organisasi profesi yang kuat

    10) Mempunyai hubungan dengan profesi pada bidang-bidang yang lain.49

    Dan menurut Abuddin Nata secara garis besar ciri seorang guru ada

    tiga, yaitu :

    1) Seorang guru yang profesional harus menguasai bidang ilmu pengetahuan

    yang akan diajarkannya dengan baik.

    2) Seorang guru yang profesional harus memiliki kemampuan

    menyampaikan atau mengajarkan ilmu yang dimilikinya (transfer of

    knowledge) kepada murid-muridnya secara efektif dan efisien.

    48 Dedi Supriadi, Mengangkat Citra dan Martabat Guru, (Yogyakarta: Mitra Gama Widya,

    1999), cet. 2, hlm. 98.

    49 H.A.R. Tilaar, Paradigma Baru Pendidikan Nasional, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2000),

    cet. II, hlm. 137-138.

  • 31

    3) Seorang guru yang profesional harus berpegang teguh kepada kode etik

    profesional.50

    Dari beberapa kriteria di atas, memberikan gambaran bahwa pekerjaan

    yang bersifat profesional adalah pekerjaan yang hanya dilakukan oleh mereka

    yang secara khusus telah disiapkan melalui proses pendidikan, bukan

    pekerjaan yang dilakukan oleh mereka yang karena tidak memperoleh

    pekerjaan lain. Oleh sebab itu profesi tersebut terus berkembang sejalan

    dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka seorang

    profesional adalah seorang yang terus menerus berkembang. Dengan

    demikian seorang guru dituntut untuk kerja keras, gigih, tekun dan menguasai

    bidangnya masing-masing agar proses belajar mengajar dapat berlangsung

    dengan baik dan dapat menghasilkan lulusan yang baik pula sehingga mampu

    mendarmabaktikan ilmunya bagi kemajuan masyarakat.

    d. Tugas dan Tanggung Jawab Guru

    Masalah utama pekerjaan profesi adalah implikasi dan konsekuensi

    jabatan tersebut terhadap tugas dan tanggung jawabnya. Persoalan ini

    dianggap penting sebab di sinilah perbedaan pokok antara profesi yang satu

    dengan profesi yang lainnya.

    Menurut Nana Sudjana ada tiga tugas dan tanggung jawab profesi guru,

    yakni :

    1) Guru sebagai pengajar

    2) Guru sebagai pembimbing

    3) Guru sebagai administrator kelas51

    Guru sebagai pengajar yaitu guru lebih ditekankan kepada tugas dalam

    merencanakan dan melaksanakan pengajaran. Dalam tugas ini guru dituntut

    memiliki seperangkat pengetahuan dan ketrampilan teknik mengajar, di

    samping menguasai ilmu atau bahan yang akan diajarkannya.

    50 Abuddin Nata, Manajemen Pendidikan Mengatasi Permasalahan Pendidikan Islam di

    Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2003), hlm. 142-143.

    51 Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, hlm. 15.

  • 32

    Guru sebagai pembimbing yaitu memberi tekanan kepada tugas,

    memberikan bantuan kepada siswa dalam memecahkan masalah yang

    dihadapinya. Tugas ini merupakan tugas pendidik, sebab tidak hanya

    berkenaan dengan penyampaian ilmu pengetahuan tetapi juga menyangkut

    pengembangan kepribadian dan pembentukan nilai-nilai para siswa.

    Guru sebagai administrator kelas pada hakekatnya merupakan jalinan

    antara ketatalaksanaan bidang pengajaran dan ketatalaksanaan pada umumnya.

    Guru harus mengelola dan mengatur kelas dengan sebaik baiknya yang

    berkaitan dengan kegiatan proses belajar mengajar sehingga tercipta efisiensi

    dan efektifitas.

    Menurut Moh. Uzer Usman, bahwa tugas guru dikelompokkan dalam

    tiga kelompok, yakni tugas dalam bidang profesi, tugas kemanusiaan dan

    tugas dalam bidang kemasyarakatan.52

    Tugas guru merupakan tugas profesi, artinya suatu pekerjaan yang

    memerlukan keahlian khusus sebagai guru. Jenis pekerjaan ini tidak dapat

    dilakukan oleh sembarang orang di luar bidang kependidikan. Tugas guru

    sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar dan melatih. Mendidik berarti

    meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup. Mengajar berarti

    meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.

    Sedangkan melatih berarti mengembangkan ketrampilan-ketrampilan para

    siswanya.

    Tugas guru dalam bidang kemanusiaan di sekolah harus dapat

    menjadikan dirinya sebagai orang tua kedua. Ia menguasai betul pelajaran

    yang dibinanya. Pelajaran apapun yang diberikan hendaknya dapat

    menjadikan motivasi bagi siswanya dalam belajar.

    Tugas guru dalam bidang kemasyarakatan, guru harus mampu

    berpartisipasi dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat. Ini berarti guru

    berkewajiban mendidik, mengajar dan mencerdaskan bangsa menuju

    pembentukan manusia Indonesia berdasarkan Pancasila.

    52 Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, hlm. 6.

  • 33

    Jadi, guru sebagai komponen strategis, keberadaannya amatlah penting,

    apalagi bagi suatu bangsa yang sedang membangun, terlebih-lebih bagi

    kelangsungan hidup bangsa di tengah-tengah lintasan zaman dengan teknologi

    yang kian tangguh dari segala perubahan yang terjadi, sehingga dapat

    menyelesaikan permasalahan yang dihadapi.

    e. Upaya Peningkatan Profesional Guru

    Pendidikan diarahkan kepada pembentukan manusia yang berkualitas.

    Sedang pengajaran adalah salah satu alat atau usaha untuk membentuk

    manusia yang berkualitas tersebut yaitu sosok manusia yang mampu mandiri

    dan bertanggung jawab.53

    Mengenai profil guru telah ditegaskan bahwa pendidikan dan

    pembinaan guru serta tenaga kependidikan lainnya perlu ditingkatkan. Sistem

    pendidikan diselenggarakan secara terpadu untuk menghasilkan guru yang

    mandiri. Termasuk di dalamnya usaha pengembangan karier dan

    kesejahteraannya. Oleh karena itu, kita perlu berusaha meningkatkan kualitas

    pendidikan dan ketrampilan guru. Di mana kepribadian guru yang utuh dan

    berkualitas sangat penting karena di sinilah muncul tanggung jawab

    profesional sekaligus menjadi inti kekuatan profesional dan kesiapan untuk

    selalu mengembangkan diri.

    Tugas guru adalah merangsang potensi anak didik dan mengajarnya

    supaya belajar. Sehingga kejelian itulah yang merupakan ciri kepribadian

    profesional.

    Sehubungan dengan hal di atas, maka upaya peningkatan profesi guru

    di Indonesia sekurang-kurangnya menghadapi dan memperhitungkan empat

    faktor, yaitu (1) ketersediaan dan mutu calon guru, (2) pendidikan pra-jabatan,

    (3) mekanisme pembinaan dalam jabatan dan (4) peranan organisasi profesi.54

    53 Piet A. Sahertian dan Ida Aleida Sahertian, Supervisi Pendidikan: dalam Rangka

    Program Inservice Eduation, (Jakarta: Rineka Cipta, 1992), hlm. 1.

    54 Syafruddin Nurdin dan M. Basyiruddin Usman, Guru Profesional & Implementasi

    Kurikulum, hlm. 25.

  • 34

    Ketersediaan dan mutu calon guru, maksudnya adalah jabatan

    fungsional guru diharapkan menjadi daya pikat tersendiri terhadap profesi

    guru sehingga bisa merefleksi masyarakat untuk memberikan makna tersendiri

    baik dalam upaya membangkitkan rasa bangga diri maupun dalam usaha

    mencari bibit-bibit guru yang berkualitas.

    Pendidikan pra-jabatan bagi tenaga guru sangat diperlukan. Hal ini

    dimaksudkan agar para guru mempunyai kemampuan profesional dalam

    bidang pendidikan sehingga dapat terpenuhi persyaratan agar menjadi guru

    yang profesional. Jadi, jelaslah bahwa pendidikan pra-jabatan guru harus

    diselenggarakan secara benar-benar mantap, apabila kita menginginkan jajaran

    guru terdiri dari tenaga-tenaga profesional.

    Mekanisme pembinaan dalam jabatan, dalam hal ini ada tiga upaya

    peningkatan dalam jabatan profesional guru :

    1) Peningkatan mekanisme dan prosedur penghargaan aspek layanan ahli

    keguruan.

    2) Penyesuaian dasar-dasar dalam sistem penilikan di tingkat SD dan sistem

    pengawasan di tingkat SMTA.

    3) Perlu adanya keterbukaan informasi untuk meraih kualifikasi formal yang

    lebih tinggi, katakanlah S1 bahkan S2 dan S3.55

    Peranan organisasi profesi harus bisa menempatkan penanganan yang

    tepat terhadap semua aspek dan tahap sistem pengadaan guru sehingga akan

    berdampak positif dalam profesionalitas jabatan guru.

    Selanjutnya menurut Piet A. Sahertian dan Ida Aleida Sahertian, bahwa

    usaha peningkatan kualitas mengajar harus dilaksanakan melalui berbagai

    kegiatan, baik melalui lembaga pre-in-service education dan melalui in-

    service education maupun on-service education.56

    55 Syafruddin Nurdin dan M. Basyiruddin Usman, Guru Profesional & Implementasi

    Kurikulum, hlm. 29.

    56 Piet A. Sahertian dan Ida Aleida Sahertian, Supervisi Pendidikan: dalam Rangka

    Program Inservice Eduation, hlm. 2.

  • 35

    Pre-in-service education yaitu mengadakan layanan pendidikan guru

    kepada mereka yang belum menjadi guru. In-service education yaitu layanan

    yang diberikan oleh lembaga pendidikan guru bagi mereka yang sudah

    mempunyai jabatan. Sedangkan on-service education yaitu layanan yang

    diberikan kepada para guru untuk bidang studi tertentu di tempat mereka

    mengajar, baik secara individu maupun secara kelompok dalam bentuk pusat-

    pusat kegiatan belajar mengajar di sekolah.

    Selain usaha di atas, untuk masa sekarang usaha yang dapat juga

    digunakan untuk peningkatan profesional guru adalah dengan menggunakan

    model CAR (Collaborative Action Research).57 Model CAR ini digunakan

    untuk peningkatan profesionalitas guru secara langsung sesuai dengan konteks

    kultural sekolah di mana guru mengajar. Adapun langkah-langkah