jtptiain gdl atiqoh0931 5964 1 atiqoh p g

90
UPAYA PENINGKATAN HASIL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN MENGGUNAKAN METODE PROBLEM SOLVING OLEH SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI JATIPURWO KECAMATAN ROWOSARI KABUPATEN KENDAL TAHUN PELAJARAN 2010/2011 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Fakultas Tarbiyah Jurusan Pendidikan Agama Islam Oleh : A T I Q O H NIM : 093111456 FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2011

Upload: anies-royanies

Post on 22-Oct-2015

23 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Jtptiain Gdl Atiqoh0931 5964 1 Atiqoh p g

UPAYA PENINGKATAN HASIL PEMBELAJARAN

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN MENGGUNAKAN

METODE PROBLEM SOLVING OLEH SISWA KELAS V

SEKOLAH DASAR NEGERI JATIPURWO

KECAMATAN ROWOSARI KABUPATEN KENDAL

TAHUN PELAJARAN 2010/2011

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Melengkapi Syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjana Fakultas Tarbiyah

Jurusan Pendidikan Agama Islam

Oleh :

A T I Q O H NIM : 093111456

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO

SEMARANG

2011

Page 2: Jtptiain Gdl Atiqoh0931 5964 1 Atiqoh p g

ii

PERNYATAAN KEASLIAN

Yang bertanda tangan dibawah ini

Nama : Atiqoh

NIM : 093111456

Jurusan/Program Studi : Pendidikan Agama Islam

Menyatakan bahwa skripsi ini secara keseluruhan adalah hasil

penelitian /karya saya sendiri, kcuali bagian tertentu yang dirujuk

sumbernya,

Semarang, 6 Juni 2011

Saya yang menyatakan

Atiqoh

NIM 093111456

Page 3: Jtptiain Gdl Atiqoh0931 5964 1 Atiqoh p g

iii

Page 4: Jtptiain Gdl Atiqoh0931 5964 1 Atiqoh p g

iv

NOTA PEMBIMBING Semarang, 12 Agustus 2011

Kepada

Yth.Dekan Fakultas Tarbiyah

IAIN Walisongo

di Semarang

Assalamu’alaikum wr.wb.

Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan,arahan dan

koreksi naskah skripsi dengan :

Judul : Upaya Peningkatan Hasil Pembelajaran Pendidikan

Agama Islam Dengan Menggunakan Metode Problem

Solving Oleh Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri

Jatipurwo Kecamatan Rowosari Kabupaten Kendal

Tahun Pelajaran 2010/2011” .

Penulis : Atiqoh

NIM : 093111456 Jurusan : Pendidikan Agama Islam

Program Studi : Pendidikan Agama Islam

Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada

Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo untuk diujikan dalam sidang munaqosyah.

Wassalamu’alaikum wr.wb.

Pembimbing

Prof.Dr.H.Moh.Erfan Soebahar,M.Ag

NIP 195606241987031002

Page 5: Jtptiain Gdl Atiqoh0931 5964 1 Atiqoh p g

v

ABSTRAK

Judul : Upaya Peningkatan Hasil Pembelajaran Pendidikan

Agama Islam Dengan Menggunakan Metode Problem

Solving Oleh Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri

Jatipurwo Kecamatan Rowosari Kabupaten Kendal

Tahun Pelajaran 2010/2011” .

Penulis : Atiqoh

NIM : 093111456

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) cara penggunaan metode

problem solving, (2) peningkatan hasil pembelajaran Pendidikan Agama Islam

dengan menggunakan metode problem solving, (3) mencari alternatif metode

pembelajaran Pendidikan Agama Islam.

Penelitian ini menggunakan studi tindakan (action research) pada peserta

didik kelas V SDN Jatipurwo Kecamatan Rowosari Kabupaten Kendal. Dari hasil

observasi secara langsung di kelas V SDN Jatipurwo Kecamatan Rowosari

Kabupaten Kendal sebelum penelitian tindakan, dapat diketahui bahwa metode

yang diberikan guru pada materi Pendidikan Agama Islam masih menggunakan

metode ceramah, peserta didik menunjukkan sikap yang kurang bersemangat dan

cenderung pasif dalam mengikuti pelajaran. Hal ini dapat dilihat pada saat proses

pembelajaran itu berlangsung. Selama proses pembelajaran, beberapa dari peserta

didik tersebut tidak memperhatikan penjelasan materi yang diberikan oleh guru

dan ada juga yang melakukan aktivitas yang lain, seperti mengantuk, mengobrol

dengan teman bahkan ada yang mengerjakan tugas mata pelajaran yang

lain,sehingga hasil yang didapat tidak maksimal karena semangat peserta didik

dalam mengikuti proses pembelajaran ogah-ogahan. Obyek penelitian ini berada

di V SDN Jatipurwo Kecamatan Rowosari Kabupaten Kendal sebanyak 30 peserta

didik.

Setelah dilaksanakan tindakan melalui metode problem solving dan

menciptakan suasana kelas yang menyenangkan, peserta didik lebih termotivasi

dalam menerima pelajaran. Penelitian ini dilakukan melalui 2 tahap, yaitu siklus I

dan siklus II. Pada siklus I, pelaksanaan pembelajaran dengan metode problem

solving belum terlaksana secara optimal. Hal tersebut dikarenakan peserta didik

belum terbiasa dengan penggunaan metode ini sehingga peserta didik belum bisa

melaksanakan diskusi dalam menyelesaikan masalah. Sedangkan pada siklus II,

peserta didik sudah mulai bisa menggunakan metode problem solving yakni

diskusi dan melaksanakan diskusi dengan maksimal dan mampu menyimpulkan

sendiri hasil pembelajaran. Pada siklus I, aktivitas peserta didik untuk mengikuti

pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan metode problem solving belum

maksimal, sedangkan pada siklus II, aktivitas peserta didik sudah maksimal untuk

mengikuti pelajaran dengan metode baru. Ketertarikan peserta didik pada siklus I,

peserta didik belum tertarik dengan pembelajaran Pendidikan Agama Islam

dengan metode problem solving, sedangkan pada siklus II, peserta didik tertarik

dengan pembelajaran dengan metode problem solving yakni dengan

melaksanakan diskusi kelompok

Page 6: Jtptiain Gdl Atiqoh0931 5964 1 Atiqoh p g

vi

Hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti membuktikan bahwa ada

peningkatan hasil belajar peserta didik dalam mengikuti pelajaran melalui

metode problem solving. Adanya peningkatan hasil belajar ini dapat dilihat dari

keaktifan peserta didik selama mengikuti pelajaran dengan menggunakan metode

problem solving dan bersemangat dalam berdiskusi .

Hasil penelitian tersebut, diharapkan dapat memberi pengetahuan kepada

semua pihak (peserta didik, guru dan orang tua) untuk dapat meningkatkan hasil

belajar Pendidikan Agama Islam .

Page 7: Jtptiain Gdl Atiqoh0931 5964 1 Atiqoh p g

vii

MOTTO

1. QS Az Zumar / 39 : 9

ا����ب أو��ا ��آ� إ��� ����ن � وا�� ����ن ا�� ���ي ه���

Artinya :

“Katakanlah adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan

orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang

yang berakallah yang dapat menerima pelajaran” .

"Are those equal, those who know and those who do not know? It is

those who are endued with understanding that receive admonition”

2. “ Tiada sesuatu yang tak dapat di raih “

3. “ Jangan menyerah sebelum kalah, jangan berhenti sebelum mati “

Page 8: Jtptiain Gdl Atiqoh0931 5964 1 Atiqoh p g

viii

PERSEMBAHAN

Karya ini ku persembahkan kepada:

1. Ayahanda H.M.Syuhud dan Ibunda Suriatun tercinta, yang senantiasa

memberikan cinta, kasih sayang, do’a restu serta dukungan moral maupun

material terhadap keberhasilan studi penulis.

2. Anak-anak dan cucu terkasih Rizka Lutfita Novalistia, Tino Suswanto,

Shally Dalila, Melly Maulida, Aghna Naufal Thalib, Abdullah Asdaqu

Fillah serta Taraka Rey Mavella , yang telah memberi semangat, dukungan

dan do’a sehingga terselesaikannya skripsi ini.

3. Pendorong cita Aqriba Ibnu Aha , yang selalu memotivasi dan menghibur

kala penulis mentok pikir.

4. Kepala SDN Jatipurwo Bapak Sugeng, S.Pd yang memberikan peluang

penulis untuk maju dalam merunut masa depan.

Page 9: Jtptiain Gdl Atiqoh0931 5964 1 Atiqoh p g

ix

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT. yang telah

melimpahkan rahmat, hidayah serta inayah-Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul “Upaya Peningkatan Hasil

Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Dengan Menggunakan Metode Problem

Solving Oleh Siswa Kelas V SD Negeri Jatipurwo Kecamatan Rowosari

Kabupaten Kendal Tahun Pelajaran 2010/2011” .

Salawat serta salam Allah semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi

Muhammad SAW. beserta keluarga, para sahabat dan umatnya, Amin.

Dalam penulisan skripsi ini, banyak sekali berbagai cobaan, godaan dan

rintangan yang penulis hadapi. Namun berkat dorongan, bimbingan dan bantuan

berbagai pihak, sehingga skripsi ini dapat tersusun. Oleh karena itu, penulis

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr.Sudjai,M.Ag selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo

Semarang.

2. Prof.Dr.H.Moh.Erfan Soebahar,M.Ag , selaku pembimbing yang telah

berkenan memberikan bimbingan dan pengarahan serta telah meluangkan

waktu dalam penulisan skripsi ini.

3. Sugeng, S.Pd, selaku Kepala SD Negeri Jatipurwo Kecamatan Rowosari

Kabupaten Kendal yang telah memberikan izin penelitian dalam rangka

penulisan skripsi ini.

4. Seluruh civitas akademika SD Negeri Jatipurwo Kecamatan Rowosari

Kabupaten Kendal, yang telah banyak membantu pelaksanaan penelitian

ini.

5. Ayahanda H.M.Syuhud dan Ibunda Suriatun tercinta, yang senantiasa

memberikan cinta, kasih sayang, do’a restu serta dukungan moral maupun

material terhadap keberhasilan studi penulis.

6. Anak-anak dan cucu terkasih Risyka Lutfita Novalistia, Tino Suswanto,

Shally Dalila, Melly Maulida, Aghna Naufal Thalib, Abdullah Asdaqu

Page 10: Jtptiain Gdl Atiqoh0931 5964 1 Atiqoh p g

x

Fillah serta Taraka Rey Mavella, yang telah memberi semangat, dukungan

dan do’a sehingga terselesaikannya skripsi ini.

7. Pendorong cita Aqriba Ibnu Aha , yang selalu memotivasi dan menghibur

kala penulis mentok pikir.

Penulis mengupayakan dengan seluruh kemampuannya namun apabila

dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari segi bahasa

maupun analisanya, sehingga kritik dan saran yang membangun sangat penulis

harapkan demi sempurnanya skripsi ini.

Akhirnya penulis berharap, semoga skripsi ini bisa memberikan

sumbangan pemikiran dalam pendidikan Pendidikan Agama Islam dan memberi

kontribusi bagi para pecinta ilmu. Dan juga penulis berharap skripsi ini

bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Semarang, 6 Juni 2011

Penulis

Atiqoh

NIM 093111456

Page 11: Jtptiain Gdl Atiqoh0931 5964 1 Atiqoh p g

xi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i

PERNYATAAN KEASLIAN……………………………………………… ii

PENGESAHAN....................................................................... ..................... iii

NOTA PEMBIMBING ................................................................................. iv

ABSTRAK .................................................................................................... v

HALAMAN MOTTO ................................................................................... vii

HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................... viii

KATA PENGANTAR .................................................................................. ix

DAFTAR ISI ................................................................................................. xi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .................................................. 1

B. Pembatasan Masalah ...................................................... 3

C. Rumusan Masalah ........................................................... 4

D. Manfaat Penelitian .......................................................... 5

E. Kajian Pustaka ................................................................. 6

BAB II NILAI HASIL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA

ISLAM , METODE PROBLEM SOLVING DAN PERILAKU

KEAGAMAAN

A. Nilai hasil Pembelajaran ................................................. 9

1. Pengertian Nilai hasil Pembelajaran ......................... 9

2. Bentuk - Bentuk Prestasi Belajar .............................. 11

3. Kesulitan Mencapai Prestasi Belajar ........................ 12

4. Faktor Yang Memnpengaruhi Prestasi Belajar ........ 13

B. Metode Problem solving ................................................. 16

1. Pengertian Metode Problem solving ......................... 16

2. Proses Pemecahan Masalah ..................................... 17

C. Perilaku Keagamaan........................................................ 19

1. Pengertian Perilaku Keagamaan ............................... 21

2. Hakikat Perilaku Keaagamaan .................................. 26

Page 12: Jtptiain Gdl Atiqoh0931 5964 1 Atiqoh p g

xii

3. Proses Terbentuknya Perilaku Keagamaan ............... 29

4. Komponen-Komponen Perilaku Keagamaan ........... 30

D. Kajian Penelitian Yang Relevan

E. Hipotesis ......................................................................... 32

BAB III METODE PENELITIAN

A. Subjek Penelitian ............................................................. 33

B. Waktu dan Tempat Penelitian ......................................... 34

C. Teknik Pengumpulan Data .............................................. 35

D. Teknik Analisis Data ....................................................... 36

E. Metode Penyusunan Instrumen ....................................... 36

F. Rancangan Penelitian ...................................................... 39

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Kondisi Awal .................................................................. 45

B. Data Hasil Penelitian ....................................................... 46

1. Data Observasi Siklus I dan Siklus II ....................... 46

2. Data Angket siklus I dan Siklus II ............................ 48

C. Analisis Data Siklus I dan Siklus II ................................ 49

1. Siklus I ...................................................................... 49

2. Siklus II ..................................................................... 50

D. Pembahasan Siklus I dan Siklus II .................................. 51

1. Siklus I ...................................................................... 51

2. Siklus II ..................................................................... 54

E. Keterbatasan Penelitian ................................................... 56

Page 13: Jtptiain Gdl Atiqoh0931 5964 1 Atiqoh p g

xiii

BAB V PENUTUP

A. Simpulan ......................................................................... 58

B. Saran ................................................................................ 59

C. Penutup ............................................................................ 59

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 14: Jtptiain Gdl Atiqoh0931 5964 1 Atiqoh p g

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Pada dasarnya proses pembelajaran yang berhasil ditunjukkan pada

penguasaan materi pelajaran oleh siswa. Kemudian tingkat penguasaan

dinyatakan pada perolehan nilai. Metode yang tepat dan menarik,

menjadikan guru dan siswa pada proses pembelajaran terjalin interaksi

edukatip sehingga peserta didik berkembang kreativitasnya dan mudah

menerima pelajaran.

Keberhasilan pembelajaran Mata Pelajaran Agama Islam akan

tercapai seorang guru menguasai dan mengorganisir metode pembelajaran

secara baik. Sebaliknya kegagalan guru ketika mengajar tidak sedikit

disebabkan kurang mampunya guru menciptakan suasana belajar yang

interaktif, di mana siswa bergairah untuk belajar, memiliki kreativitas, dan

tanggung jawab untuk belajar secara mandiri. Guru yang baik dan

profesional tentu akan mengusahakan metode pembelajaran interaktif yang

mampu merangsang kreativitas belajar siswa agar tujuan Mata Pelajaran

Agama Islam dapat tercapai hasil yang maksimal.

Adapun indikator efektivitas metode problem solving ditunjukkan

kelas yang hidup disebabkan anak pada pembelajaran problem solving

dorongan rasa ingin tahu yang besar, memiliki minat yang luas, interaktif.

Dalam hal ini anak yang interaktif biasanya cukup mandiri dan memiliki

rasa percaya diri yang membuat mereka lebih berani mengambil resiko,

artinya dalam melakukan sesuatu yang bagi mereka amat berarti, penting

dan disukai, mereka tetap konsisten karena dorongan yang besar dalam

melakukan suatu tindakan atau aktivitas.

Sebagian besar siswa yang mendapatkan nilai dibawah ketuntasan

belajar didominasi oleh anak – anak yang dititipkan atau yang ikut pada

nenek – kakek atau ikut keluarga lain karena ditinggal kerja oleh orang

Page 15: Jtptiain Gdl Atiqoh0931 5964 1 Atiqoh p g

2

tuanya keluar kota atau keluar negeri dalam jangka waktu yang lama dan

juga oleh siswa yang orang tuanya kurang mampu.

Pentingnya momentum metode pembelajaran konvensional dengan

pembelajaran problem solving sebagai alternatif untuk meningkatkan

kompetensi peserta didik pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian di atas, dapat dirumuskan permasalahan yang

menjadi pokok kajian pada penelitian ini :

1. Bagaimanakah penerapan metode problem solving dalam pembelajaran

Pendidikan Agama Islam di SD Jatipurwo Kecamatan Rowosari

Kabupaten Kendal Tahun 2010/2011 ?

2. Apakah metode problim solving meningkatkan hasil pembelajaran

Pendidikan Agama Islam Kelas V siswa SD Negeri Jatipurwo Kecamatan

Rowosari Kabupaten Kendal Tahun 2010/2011 ?

C. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

1. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :

a. Penerapan metode problem solving dalam pembelajaran Pendidikan

Agama Islam di SD Jatipurwo Kecamatan Rowosari Kabupaten

Kendal Tahun 2010/2011 .

b. Peningkatan hasil pembelajaran Pendidikan Agama Islam Kelas V

siswa SD Negeri Jatipurwo Kecamatan Rowosari Kabupaten Kendal

Tahun 2010/2011 dengan menggunakan metode problim solving .

2. Manfaat Penelitian

Manfaat yang ingin dicapai pada penelitian kuantitatif korelasional

ini sebagai berikut :

Page 16: Jtptiain Gdl Atiqoh0931 5964 1 Atiqoh p g

3

a. Secara Teoritis

1) Sebagai bahan masukan bagi pendidik, konselor Islam, keluarga,

dan pemerintah untuk dijadikan bahan analisis lebih lanjut dalam

rangka memberdayakan peningkatan mutu pembelajaran dengan

menggunakan metode problem solving.

2) Mampu menambah khasanah keilmuan tentang peningkatan nilai

hasil pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan menggunakan

metode problem solving khususnya strategi dan peranan sekolah

dalam mengembangkan kualitas pendidikan .

b. Secara Praktis

1) Bagi peneliti (guru), untuk mengetahui hambatan-hambatan atau

kekurangan-kekurangan pada penerapan metode problem solving

pada proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang

berhubungan dengan siswa, sekolah, orang tua siswa, sehingga

dapat ikut berperan dalam usaha meningkatkan nilai hasil peserta

didik.

2) Bagi peserta didik, agar menyadari pentingnya penggunaan metode

problem solving sebagai media yang membantu dalam memahami

materi pelajaran serta dapat lebih termotivasi memfokuskan dirinya

untuk meningkatkan nilai hasil pembelajaran Pendidikan Agama

Islam , dan berhasil mengaplikasikan dalam krhidupan sehari-hari

3) Bagi Kepala Sekolah, merupakan bahan laporan atau sebagai

pedoman dalam mengambil kebijakan tentang peningkatan nilai

hasil pembelajaran Pendidikan Agama Islam peserta didik dengan

menggunakan metode problem solving bagi siswa Kelas V SD

Negeri Jatipurwo Kecamatan Rowosari Kabupaten Kendal.

Page 17: Jtptiain Gdl Atiqoh0931 5964 1 Atiqoh p g

4

BAB II

LANDASAN TEORI

A. HASIL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

1. Pengertian Hasil Pembelajaran( Prestasi Belajar ) Pendidikan Agama

Islam

Sebelum menjelaskan pengertian hasil pembelajaran ( prestasi

belajar) , terlebih dahulu dikemukakan tentang pengertian belajar. Belajar

merupakan faktor penting pada kehidupan manusia, karena perubahan dan

perkembangan pengetahuan manusia tergantung adanya aktifitas belajar.

Setelah belajar diperoleh pengetahuan yang akan membawa perubahan dan

tingkah laku menuju kearah terbentuknya tujuan hidup.

Sedangkan pengertian belajar secara umum dikemukakan oleh para ahli

sebagai berikut :

a. Ngalim Purwanto

Pengertian belajar yaitu suatu perubahan pada tingkah laku peserta didik

sebagai hasil dari latihan atau pengalaman, di mana perubahan itu

dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik, tetapi juga

kemungkinan mengarah kepada tingkah laku yang lebih buruk.1

b. Syaiful Bahri Djamarah

Belajar pada hakikatnya adalah perubahan yang terjadi pada diri

seseorang setelah berakhirnya melakukan aktivitas belajar.Walupun

pada kenyataannya tidak semua perubahan termasuk kategori belajar,

seperti perubahan pisik, mabuk, gila, dan sebagainya.2

c. Nana Sudjana

Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan perubahan pada diri

seseorang.3 Adanya suatu proses yang dilakukan seseorang akan

tercipta perubahan berupa pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah

1 Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung : Rosdakarya, 2000), hlm. 85. 2 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta : Rineka Cipta, 2002), hlm. 44. 3Nana Sudjana, Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar Mengajar,

(Bandung : PT Sinar Baru Algesindo, 1997), hlm. 17.

Page 18: Jtptiain Gdl Atiqoh0931 5964 1 Atiqoh p g

5

lakunya, keterampilan, kecakapan dan kemampuannya.Dengan kata

lain adanya interaksi seseorang dengan lingkungannya akan tercipta

suatu perubahan pengetahuan, pemahaman sikap dan sebagainya.

Pengertian tentang belajar di atas dapat penulis simpulkan bahwa

belajar merupakan suatu kegiatan yang disengaja dan dapat

menimbulkan atau menghasilkan perubahan pada diri seseorang berupa

pengetahuan, pemahaman, sikap, dan tingkah laku, keterampilan,

kecakapan serta kemampuan seseorang berkat pengalaman dan latihan

melalui interaksi dengan lingkungannya.

Berdasarkan simpulan di atas, belajar sebagai bagian dari proses

merupakan komponen dari :

a. Perbuatan yang dilakukan dengan sengaja sebagai latihan dan

pengalaman

b. Kegiatan tersebut dapat menghasilkan perubahan

c. Perubahan-perubahan itu meliputi perubahan berkenaan dengan

aspek pisik dan psikis

d. Perubahan itu bersifat permanen.

Komponen belajar di atas secara implisit sesuai dengan konsep

belajar yang dirumuskan oleh tokok-tokoh pendidikan dari Barat maupun

Timur yakni, Syeikh Mustafa Al Ghulayainidan Sir Godfrey Thomson,

tentang komponen belajar sebagai bagian dari proses pendidikan :

ا?IY8>: ه] YZس اWXFق ا?PQR 7S :TUCQس ا?<M<NDC وCHI CJ<KLء اFرCDد وا?<=>;: 789

. T<mQ: وا?Y<l وk9 ا?hQ>? iHj ا?C`Td Md :`Td ef=]MgPت ا?<P`] a^ bQن ^YHا[CJ ا?

“Pendidikan adalah menanamkan akhlak mulia ke dalam jiwa anak dengan petunjuk dan nasehat sehingga akhlak yang mulia itu benar-benar melekat ke dalam jiwa (menjadi watak) kemudian membuahkan keutamaan, kebajikan dan cinta beramaluntuk tanah air”. 4

4 Syeikh Mustafa Al Ghulayaini, Idhatun Nasyi`in, (Beirut : Mansyuriah, 1949), hlm. 189.

Page 19: Jtptiain Gdl Atiqoh0931 5964 1 Atiqoh p g

6

Sir Godfrey Thomson, menjelaskan tentang komponen

belajar pada proses pendidikan :

“By upon education I mean the influence of a permanent change

in his habitsbehavior of thought, and of attitude”.5

“Yang saya maksud dengan pendidikan adalah pengaruh dari

lingkungan terhadap individu untuk dapat menghasilkan perubahan

yang permanen pada kebiasaan tingkah laku, pemikiran dan sikapnya”.

Banyak pakar pendidikan mengatakan bahwa ciri-ciri

perubahan setelah belajar adalah timbulnya pengertian baru dan

perubahan pad bentuk kebiasaan, bakat, minat, serta penyesuaian diri

terhadap rangsangan-rangsangan di sekitarnya melakui indra. Setelah

belajar anak akan memiliki prestasi belajar yang baik, sedangkan

prestasi belajar itu adalah hasil yang telah dicapai siswa dengan

kemampuan dirinya dalam menerima materi yang diberikan atau suatu

usaha siswa atau peserta didik untuk mencapai tujuan yang diharapkan.

Pada proses pendidikan selalu ada situasi yang memerlukan

sikap yang tegas untuk mengambil keputusan yang berkaitan dengan

peserta didik yakni prestasi belajar sebagai manifestasi dari rasa

tanggung jawab pada proses pembelajaran.

Sedangkan pengertian prestasi belajar adalah hasil yang telah

dicapai siswa dengan kemampuan atau potensi dirinya dalam

menerima dan memahami materi yang telah diberikan kepadanya atau

usaha siswa untuk mencapai tujuan yang diharapkan.6

Proses pendidikan selalu ada situasi yang memerlukan sikap

tegas dalam mengambil keputusan berkaitan dengan perencanaan

kegiatan penilaian hasil belajar secara individu atau kelompok dalam

lingkungan tertentu, dalam hal ini adalah lingkungan sekolah. Konsep

tersebut secara implisit dijelaskan Khurshid Ahmad, “Education isa

continuous process through which moral, mental and phisical training

5 Sir Godfrey Thomson, A Modern Philosophy of Education, (London : George Allen Unwin Ltd, t.th), hlm. 9. 6 Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung : Sinar Baru, 2000), hlm. 54.

Page 20: Jtptiain Gdl Atiqoh0931 5964 1 Atiqoh p g

7

is provided to younger generations, who also acquire their ideals ang

culture through it”.7

Prestasi belajar pendidikan Agama Islam yaitu hasil yang telah

dicapai anak didik dalam menerima dan memahami serta

menAgamalkan materi pelajaran Pendidikan Pendidikan Agama Islam

yang diberikan oleh guru atau orang tua berupa Pendidikan Pendidikan

Agama Islam di lingkungan sekolah dan keluarga serta masyarakat,

sehingga anak memiliki potensi dan bakat sesuai yang dipelajarinya

sebagai bekal hidup di masa mendatang, mencintai negaranya, kuat

jasmani dan ruhaninya, serta beriman dan bertakwa kepada Allah

SWT, memiliki solidiritas tinggi terhadap lingkungan sekitar.

2. Bentuk-bentuk Prestasi Belajar Pendidikan Pendidikan Agama Islam

Pembahasan bentuk-bentuk prestasi belajar dalam skripsi ini meliputi

prestasi belajar bidang kognitif (cognitive domain), prestasi belajar

bidng afektif (affective domain), dan prestasi belajar bidang

(psychomotor domain).8 Secara garis besar pembahasan prestasi

belajar sebagai berikut :

a. Prestasi Belajar Bidang Kognitif (CognitiveDomain)

1) Hasil belajar Pengetahuan Hafalan (Knowledge)

Cakupan dalam pengetahuan hafalan termasuk pengetahuan

yang sifatnya faktual, di samping pengetahuan mengenai

hal-hal yang perlu diingat kembali seperti batasan, peristilahan,

kode-kode tertentu, pasal hukum, ayat-ayat Al Quran atau

Hadits, rumus, rukun shalat, niat, dan lain-lain.

2) Prestasi Belajar Pemahaman (Comprehension)

Pemahaman memerlukan kemampuan dari peserta didik

untuk menangkap makna atau arti sebuah konsep atau belajar

yang segala sesuatunya dipelajari dari makna.

7 Khurshid Ahmad, Principles Of Islamic Educatio, (Lahore : Islamic Publication Limited, 1959), hlm. 4.

8 Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan, (Jakarta : Rineka Cipta, 2001), hlm. 223-224.

Page 21: Jtptiain Gdl Atiqoh0931 5964 1 Atiqoh p g

8

Makna atau arti tergantung pada kata yang menjadi simbul dari

pengalaman yang pertama.Simbul-simbul yang mempunyai

arti umum berguna bagi belajar, karena memberi simbol dan

ekspresi hubungan dalam pengalaman dan menjadi jalan

keluarnya ide.9

Ada tiga macam bentuk pemahaman peserta didik yang

berlaku secara umum yaitu :

a) Pemahaman terjemahan, yakni kesanggupan memahami

makna yang terkandung di dalam materi.

b) Pemahaman penafsiran, misalnya memahami grafik, simbul,

menggabungkan dua konsep yang berbeda yakni

membedakan yang pokok dan yang bukan pokok.

c) Pemahaman ekstrapolasi, yakni kesanggupan peserta didik

untuk melihat dibalik yang tertulis/implisit, meramalkan

sesuatu atau memperluas wawasan.

3) Prestasi Belajar Penerapan

Prestasi belajar penerapan belajar analisis yaitu

kesanggupanmenerapkan dan mengabtraksi suatu konsep, ide,

rumushukum, dan situasi yang baru.

4) Prestasi Belajar Analisis

Hasil belajar analisis yaitu kesanggupan memecahkan atau

menguraikan suatu intregritas (kesatuan yang utuh) menjadi

unsur-unsur atau bagian-bagian yang mempunyai arti serta

mempunyai tingkatan atau hirarki.

5) Prestasi Belajar Sintesis

Hasil belajar sintesis yaitu kemampuan atau kesanggupan

peserta didik menyatakan unsur atau bagian menjadi satu

integritas (lawan dari analisis).

6) Prestasi Belajar Evaluasi

9 Mustaqim dan Abdul Wahib, Psikologi Pendidikan, (Jakarta : Rineka Cipta, 1991),

hlm. 87.

Page 22: Jtptiain Gdl Atiqoh0931 5964 1 Atiqoh p g

9

Prestasi belajar evaluasi yaitu kesanggupan memberikan

keputusan tentang nilai sesuatu berdasarkan judment yang

dimilikinya dan kriteria yang dipakainya.

b. Prestasi Belajar Bidang Afektif (Affective Domain)

Prestasi belajar afektif berhubungan dengan sikap dan nilai. Prestasi

belajar bidang afektif pada Pendidikan Pendidikan Agama Islam

antara lain berupa kesadaran beragama yang mantap.10 Tingkatan

prestasi belajar bidang afektif sebagai berikut :

1) Reciving/attending, yakni kepekaan dalam menerima rangsangan

(stimulus) dari luar yang datang pada siswa baik dalam bentuk

masalah situasi atau gejala.

2) Responding atau jawaban, yakni reaksi dari perasaan kepuasan

dalam menjawab rangsangan (stimulus) dari luar yang datang

pada dirinya.

3) Valuing (penilaian), yakni prestasi belajar Pendidikan Pendidikan

Agama Islam berkenaan dengan nilai dan kepercayaan terhadap

gejala atau stimulus tadi.

4) Orgnisasi, yakni pengembangan nilai ke dalam satu sistem nilai

lain dan kemantapan serta prioritas nilai yang telah dimilikinya.

5) Karakteristik nilai atau internalisasi nilai, yakni keterpaduan dari

semua sistem nilai yang telah dimiliki seseorang yang

mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya.

c. Prestasi Belajar Bidang Psikomotor (Psychomotor Domain)

Prestasi atau kecakapan belajar psikomotor adalah segala amal atau

perbuatan jasmaniah yang kongkrit dan mudah diamati, baik

kuantitasnya maupun kualitasnya, karena sifatnya yang terbuka,

sehingga merupakan manifestasi wawasan pengetahuan dan

kesadaran serta sikap mentalnya. Prestasi belajar bidang psikomotor

pada Pendidikan Pendidikan Agama Islam antara lain kemampuan

melaksanakan shalat, berwudhu, akhlak/perilaku sehari-hari, dan

lain-lain.

10 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta : Rineka Cipta, 1999), hlm. 51.

Page 23: Jtptiain Gdl Atiqoh0931 5964 1 Atiqoh p g

10

Prestasi belajar bidang psikomotorik tampak dalam bentuk

keterampilan (skill), kemampuan bertindak individu (seseorang).

Prestasi belajar bidang motorik ini terbagi dalam enam tingkatan,

yaitu :

1) Gerakan refleks (keterampilan pada gerakan-gerakan yang tidak

sadar atau tanpa dikendalikan)

2) Keterampilan pada gerakan-gerakan dasar

3) Keterampilan perseptual, termasuk di dalamnya membendakan

visual, membedakan auditif motorik dan lain-lain.

4) Kemampuan bidang pisik, misalnya kekuatan keharmonisan dan

ketetapan gerakan atau gerakan yang luwes.

5) Gerakan-gerakan skill, mulai dari keterampilan sederhana sampai

pada kemampuan keterampilan yang kompleks.

6) Kemampuan yang berkenaan dengan non decorsive kemunikasi

seperti gerakan ekspresif interprestatif.

Prestasi belajar bidang psikomotorik ini lebih menunjukkan

kredebilitas keberhasilan dari tujuan belajar, mengingat ruang

lingkup dasar Pendidikan Pendidikan Agama Islam lebih

menekankan keahlian gerakan/penerapan khususnya interaksi

dengan Tuhan Yang Maha Esa, manusia, dan alam sekitarnya.

Prestasi belajar Pendidikan Pendidikan Agama Islam

apabila dengan belajar merupakan satu rangkaian tujuan akhir dari

belajar Pendidikan Pendidikan Agama Islam. Oleh karena itu

prestasi belajar Pendidikan Pendidikan Agama Islam bergantung

pada proses belajar itu sendiri. Bila proses belajar baik, maka hasil

yang dicapai atau prestasi belajarnya baik, tetapi bila proses

belajarnya buruk dengan sendirinya prestasi belajarnya kurang baik.

Untuk itu dalam proses belajar belajar itu diperlukan perhatian

khusus, baik dari siswa, alat, , sarana prasarana pembelajaran, serta

profesionalisme pendidik (guru) menerapkan mrtode pembelajaran..

Page 24: Jtptiain Gdl Atiqoh0931 5964 1 Atiqoh p g

11

Guru mata pelajaran Pendidikan Pendidikan Agama Islam yang

profesional mengetahui diperlukan suatu periode atau waktu untuk

memahami konsep yang telah diajarkan kepada anak agar diperoleh

tujuan atau hasil belajar Pendidikan Pendidikan Agama Islam. Oleh

karena itu, dalam merancang kegiatan pembelajaran, guru harus

menyadari keberadaan anak dalam tahapan belajar Pendidikan

Pendidikan Agama Islam. Menurut Mulyono Abdurrahman, ada empat

tahapan prestasi belajar yang perlu diperhatikan oleh guru, yaitu :

1) Perolehan Pada tahap ini peserta didik telah terbuka terhadap pengetahuan baru

tetapi belum secara penuh memahaminya.Peserta didik masih memerlukan banyak dorongan dan pengaruh dari guru untuk menggunakan pengetahuan tersebut.Contoh, kepada peserta didik diperlihatkan pengetahuan tentang shalat dan konsepnya dijelaskan sehingga peserta didik mulai memahaminya.

2) Kecakapan Pada tahap ini peserta didik mulai memahami pengetahuan atau

keterampilan tetapi masih memerlukan banyak latihan.Contoh, setelah anak memahami konsep dan pengetahuan tentang shalat, peserta didik diberi banyak latihan dalam bentuk menghafal bacaan atau gerakan shalat, dan diberi macam-macam ulangan penguatan.

3) Pemeliharaan Pada tahap ini peserta didik dapat memelihara dan mempertahankan

suatu kinerja taraf tingkat tinggi setelah pembelajaran langsung dan ulangan penguatan (reinforcement) dihilangkan.Contoh, peserta didik dapat mengerjakan shalat secara cepat dan berurutan tanpa memerlukan pengarahan dan ulangan penguatan dari guru atau orang tua.

4) Generalisasi Pada tahap ini peserta didik telah memiliki atau menginternalisasikan

pengetahuan yang dipelajarinya sehingga anak dapat menerapkan ke dalam berbagai situasi. Contoh, peserta didik dapat mengerjakan berbagai macam shalat sesuai waktu dan kegunaannya, seperti shalat subuh di pagi hari, shalat dhuhur di siang hari, shalat hajat untuk terkabulnya doa, menghormati kepada orang yang lebih tua, mengasihi kepada yang lebih muda, dan lain-lain.11

Berbagai harapan dan rancangan pembelajaran yang

berbeda diperlukan untuk tiap tahapan belajar peserta didik. Jika

guru Pendidikan Pendidikan Agama Islam atau orang tua sebagai

11 Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta : Rineka Cipta, 2003), hlm. 91.

Page 25: Jtptiain Gdl Atiqoh0931 5964 1 Atiqoh p g

12

pendidik menyadari tahapan belajar guna mencapai prestasi belajar

yag diinginkan secara maksimal, guru atau orang tua dapat

menyediakan pembelajaran yang tepat untuk membantu peserta

didik bergerak dari satu tahapan prestasi ke tahapan prestasi

berikutnya.

3. Kesulitan Mencapai Prestasi Belajar

a. Pengertian Kesulitan Mencapai Prestasi Belajar

Kesulitan mencapai prestasi belajar dalam Kamus Bahasa Inggris

berarti learning disability atau ketidakmampuan belajar.12Istilah

tersebut menurut penulis kurang tepat, karenanya penulis menggunakan

istilah kesulitan belajar agar dirasakan lebih optimistik.

Definisi kesulitan belajar pertama kali dikemukakan TheUnited

States Office of Education (USOE) pada tahun 1977 :

“Kesulitan belajar adalah suatu gangguan dalam satu atau lebih dari proses psikologi dasar yang mencakup pemahaman dan penggunaaan bahasa ujaran atau tulisan. Gangguan itu mungkin menampakkan diri dalam bentuk kesulitan mendengarkan, berpikir, berbicara, menulis, mengeja, atau menghitung.Batasan tersebut mencakup kondisi-kondisi seperti gangguan perseptual, luka pada otak, disleksia, atau afasia perkembangan.Batasan tersebut tidak mencakup anak-anak yang memiliki problema belajar yang penyebab utamanya berasal dari adanya hambatan penglihatan, pendengaran, atau motorik, hambatan karena tuna grahita, karena gangguan emosional, atau karena kemiskinan lingkungan, budaya, atau ekonomi.13

Menurut Mulyono Abdurrahman, pengertian kesulitan belajar

adalah kesulitan yang dapat terwujud sebagai kekurangan pada

satu/lebih bidang akademik, baik pada mata pelajaran spesifik seperti

membaca, menulis, matematika, dan mengeja atau dalam berbagai

keterampilan yang bersifat lebih umum seperti mendengarkan,

berbicara, dan berpikir.

12 Pujowiyatno, Kamus Indonesia - Inggris, (Jakarta : Gramedia, 2001), hlm. 37.

13Mulyono Abdurrohaman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta, Rineka Cipta, 2003), hlm. 6.

Page 26: Jtptiain Gdl Atiqoh0931 5964 1 Atiqoh p g

13

Menurut Dedi Supriadi, pengertian kesulitan belajar untuk anak

kretaif berbeda dengan kesulitan belajar anak-anak pada umumnya.

Pendapat tersebut secara implisit tertuang pada pendapatnya tentang

kesulitan belajar anak-anak kreatif :

“Kesulitan belajar anak-anak kreatif adalah kesulitan menerima materi pelajaran disebabkan perbedaan ciri-ciri seseorang dalam proses pembelajaran umum. Anak-anak kreatif cenderung menonjol rasa ingin tahunya, imajinasinya, lebih menyukai kompleksitas, dan lebih berani mengambil resiko, serta rata-rata anak-anak kretaif memiliki kecerdasan di atas rata-rata.Kesulitan belajar yang dihadapi anak-anak kretaif bukan karena kelambatan dalam menerima materi pelajaran, tetapi superioritas mereka untuk mampu menampilkan prestasi kretaifnya yang hanya bisa tercapai manakala materi pelajaran sesuai yang dituntut setiap bidang kegiatan kretaif.14

Pengertian yang sama tentang kesulitan belajar dikemukakan

Muhibbin Syah. Kesulitan belajar menurut beliau adalah :

“Kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran dan menerima materi pelajaran yang diselenggarakan pada kelas-kelas umum disebabkan perbedaan kemampuan. Siswa yang berkemampuan di atas rata-rata (sangat pintar dan sangat bodoh) tidak mendapat kesempatan yang memadai untuk berkembang sesuai kapasitasnya.Kesulitan belajar juga dialami oleh siswa pada umumnya atau berkemampuan normal disebabkan faktor-faktor tertentu yang menghambat kinerja akademik”.15

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa

kesulitan belajar mengandung pengertian hambatan seseorang dalam

proses pembelajaran disebabkan faktor tertentu seperti intelgensi,

kemampuan membaca, kemampuan menulis, kemampuan mendengar,

kemampuan kreativitas, faktor biologis, sosiologis, neurologis, dan

faktor-faktor lainnya sehingga siswa tidak mendapat kesempatan yang

memadai untuk berkembang sesuai kapasitasnya dan pada gilirannya

berakibat prestasi belajar yang tidak diinginkan (rendah).

Prestasi belajar yang memuaskan dapat diraih setiap anak didik jika

mereka dapat belajar secara wajar, terhindar dari berbagai ancaman,

14 Dedi Supriadi, Kreatvitas dan Kebudayaan, (Jakarta : Dwi Rama, 1998), hlm. 162. 15 Muhibbin Syah, Op Cit, hlm. 165.

Page 27: Jtptiain Gdl Atiqoh0931 5964 1 Atiqoh p g

14

hambatan, dan gangguan yang dialaminya, sehingga mereka mengalami

kesulitan dalam belajar. Pada tingkat tertentu ada anak didik yang dapat

mengatasi kesulitan belajarnya, bantuan guru atau orang lain sangat

diperlukan oleh anak didik.

Di setiap sekolah dalam berbagai jenis dan tingkatan pasti memiliki

anak didik yang mengalami kesulitan belajar. Masalah ini tidak hanya

dirasakan oleh sekolah modern di perkotaan, tetapi juga dimiliki oleh

sekolah tradisional di pedesaan dengan segala keminiman dan

kesederhanaannya. Hanya yang membedakannya pada sifat, jenis, dan

faktor penyebabnya.

Merupakan suatu pendapat yang keliru dengan mengatakan

bahwa kesulitan belajar anak didik disebabkan rendahnya intelegensi

yang dimilikinya.Karena pada kenyataannya banyak anak didik yang

memiliki intelegensi dan bakat yang tinggi tetapi hasil belajarnya

rendah, jauh dari yang diharapkan.Dan masih banyak anak didik dengan

intelegensi dan bakat yang rata-rata normal tetapi dapat meraih prestasi

belajar yang tinggi, melebihi kepandaian anak didik dengan intelektual

yang tinggi.

Orang tua seringkali terlalu cepat untuk memvonis prestasi anak

sehubungan sikap IQ-nya.Padahal, untuk tindakan memvonis ini orang

tua harus memperhitungkan beberapa hal.Pertama, memang ada

korelasi positip antara intelegensi dan prestasi akademik.16Skor IQ

sebagai kuantifikasi hasil tes intelegensi merupakan pedoman yang baik

untuk menentukan prestasi akademik anak, karena tes IQ menguji

keterampilan konseptual dan penalaran anak saat itu.Maka, wajar bila

terhadap anak dengan IQ tinnggi bisa diharapkan prestasinya di atas

rata-rata, sedangkan terhadap anak didik dengan IQ rendah tidak protes

jika prestasinya di bawah prestasi rata-rata.Kedua, skor IQ bukanlah

angka mati. Sebab selama usia sekolah, skor IQ anak-anak bisa turun

naik sampai 15 poin. Skor IQ tidak menunjukkan kadar kemampuan

16 Ehssiti Julaekah, Helping your Children doing their Home Work, (Jakarta : Curiodita,

2004), hlm. 99.

Page 28: Jtptiain Gdl Atiqoh0931 5964 1 Atiqoh p g

15

intelektual bawaan saja, tetapi juga kadar mutu makanan dan

perangsangan lingkungan.

Berdasarkan penjelasan di atas jelas bahwa IQ bukanlah standar

mutlak untuk menunjukkan tinggi rendahnya prestasi belajar anak didik

atau untuk menentukan standar kesulitan belajar anak didik.

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Telah penulis uraikan di atas bahwa belajar merupakan perubahan

laku yang relatip menetap dan terjadi sebagai hasil pengalamn atau

latihan, sehingga peserta didik memperoleh pengetahuan atau

keterampilan yang baru dalam belajar.

Problema belajar pendidikan Agama Islam atau pendidikan umum

tidak hanya terbatas pada ruang lingkup di sekolah atau madrasah saja,

akan tetapi di dalam keluarga, di masyarakat dan adat istiadat serta

keadaan geografis dan sosial budaya, serta ekonomi juga mempengaruhi

belajar dan prestasi belajar seseorang. Keberhasilan prestasi belajar siswa

dipengaruhi beberapa faktor baik internal/eksternal.Faktor internal adalah

segala faktor yang bersumber dari dirinya sendiri, seperti faktor psikologis

dan sebagainya.Sedangkan faktor eksternal yaitu segala faktor yang

bersumber dari luar dirinya sendiri, seperti cuaca, ekonomi, agama,

keluarga, atau sekolah.

Pada umumnya prestasi belajar peserta didik dipengaruhi oleh dua faktor,

yakni faktor internal dan eksternal. Penyebab utama kesulitan belajar

(learning dissabilities) yang dirasakan oleh peserta didik bermacam-

macam yang dapat dikelompokkan menjadi tiga macam yaitu :

a. Dilihat dari Faktor Anak Didik

Anak didik adalah subjek yang belajar.17Siswalah yang

merasakan langsung penderitaan akibat kesulitan belajar.Siswa adalah

orang yang belajar. Guru hanya mengajar dan mendidik dengan

membelajarkan anak didik agar giat belajar. Kesulitan belajar yang

17 Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta : P.T. Rineka Cipta, 2002), hlm.

203.

Page 29: Jtptiain Gdl Atiqoh0931 5964 1 Atiqoh p g

16

diderita anak didik tidak hanya yang bersifat menetap tetapi juga yang

bisa dihilangkan dengan usaha-usaha tertentu.

Faktor intelegensi merupakan kesulitan anak didik yang

bersifat menetap sedangkan kesehatan yang kurang baik atau sakit,

kebiasaan belajar yang tidak baik dan sebagainya merupakan faktor

non intelektual yang bisa dihilangkan.

Faktor-falktor anak didik yang meliputi gangguan atau

kekurang mampuan psikophisik anak didik yakni :

1) Yang bersifat kognitif (ranah cipta) antara lain seperti rendahnya

kapasitas intelektual/intelegensi anak didik.

2) Yang bersifat afektif (ranah rasa) seperti labilnya emosi dan sikap.

3) Yang bersifat psikomotor (ranah karsa) seperti terganggunya alat-

alat indera penglihatan dan pendengaran (mata dan telinga), otot

tangan, otot kaki dan sejenisnya.

b. Dilihat dari Faktor Sekolah

Sekolah atau madrasah merupakan lembaga pendidikan formal

tempat pengabdian guru dan rumah rehabilitasi anak didik.Ditempat

sekolah inilah anak didik menimba ilmu pengetahuan dengan guru

profesional yang berhati mulia atau mungkin guru yang kurang mulia,

karena memang pribadi guru kurang baik.

Sekolah sebagai bagian dari lembaga pendidikan yang setiap hari

anak didik datangi tentu saja mempunyai dampak yang besar bagi anak

didik. Kenyamanan dan ketenangan anak didik dalam belajar akan

ditentukan sampai sejauh mana kondisi dan sistem sosial di sekolah

dalam menyediakan lingkungan yang kondusif dan kreatif. Sarana dan

prasarana yang mampu memberikan layanan yang memuaskan bagi

anak didik yang berinteraksi dan hidup di dalamnya.

Apabila sekolah tidak dapat memenuhi kebutuhan sarana

prasarana tersebut berarti sekolah ikut terlibat dalam menimbulkan

kesulitan belajar bagi peserta didik.Maka wajarlah bermunculan peserta

Page 30: Jtptiain Gdl Atiqoh0931 5964 1 Atiqoh p g

17

didik yang mengalami kesulitan belajar. Faktor-faktor yang dapat

menimbulkan kesulitan belajar bagi peserta didik antara lain :

1) Pribadi guru yag kurang baik

2) Guru tidak berkualitas baik dalam penggunaan metode yang

digunakan ataupun dalam penguasaan mata pelajaran yang

dipegangnya. Hal ini bisa terjadi karena keahlian yang dipegangya

kurang sesuai sehingga kurang menguasai atau kurang persiapan

sehingga cara menerangkan kurang jelas dan sukar dimengerti anak

didik.

3) Hubungan guru dan anak didik kurang harmonis, ini juga dapat

mengakibatkan anak didik merasa ada gape (jarak) antara guru dan

anak didik. Semisal guru bersikap kasar, suka marah, suka

mengejek, tidak pernah tersenyum, tidak suka membantu anak,

suka membentak, guru acuh tak acuh, dan sebagainya.

4) Guru menuntut setandar pelajaran di atas kemampuan anak

Fenomena ini biasanya terjadi pada guru yang masih muda dan

belum berpengalaman, sehingga belum dapat mengukur

kemampuan anak didik.Karena hanya sebagian kecil anak didik

dapat berhasil dengan baik dalam prose pembelajaran.

5) Guru tidak memiliki kecakapan dalam mendiagnosis anak yang

mengalami kesulitan belajar

6) Media pembelajaran yang kurang memadai untuk menunjang

kegiatan belajar peserta didik.

Alat pelajaran yang kurang lengkap membuat pengajaran

yang tidak baik.Terutama pelajaran yang bersifat

praktikum.Kurangnya alat laboratorium akan menimbulkan banyak

kesulitan belajar.

Pada masalah belajar Pendidikan Pendidikan Agama Islam ini,

peranan banyak mempengaruhi cara belajar peserta didik. Apabila

mata pelajaran diberikan tanpa tujuan dan peserta didik diharuskan

mengingat-ingat dan mendapatkan hal-hal yang tidak bertujuan,

fenomena akan melemahkan semangat belajar peserta didik.

Page 31: Jtptiain Gdl Atiqoh0931 5964 1 Atiqoh p g

18

Sebaliknya apabila mata pelajaran diatur sedemikian rupa dan

mempunyai tujuan tertentu sedangkan peserta didik mempunyai

pengertian yang luas, maka semangat belajar peserta didik akan

datang dengan sendirinya, tidak hanya dalam arti mendapatkan

keterangan dan kecakapan, tetapi juga di dalam arti menambah

kekuatan untuk mengartikan, kecakapan, serta untuk

mempergunakan dan mengubah sikap.

c. Dilihat dari Faktor Keluarga.

Ketika orang tua tidak memperhatikan pendidikan anak, maka

lingkungan keluarga yang demikian ikut menyebabkan kesulitan

belajar. Oleh karena itu dalam kehidupan keluarga memberikan

pendidikan intelektual merupakan sebuah tanggung jawab yang tidak

biasa begitu saja dapat diabaikan.Tidak diragukan lagi bahwa

tanggungjawab ini sangat penting dan urgen dalam pandangan Islam.

Islam membebani orang tua dan pendidik dengan tanggung jawab yang

dasar dalam mengembangkan kebudayaan dan ilmu serta memusatkan

otak mereka untuk memahami konsep secara maksimal, pengetahuan

secara kritis, kebijakan yang berimbang akan menentukaan

kepribadian anak.

Keluarga dalam pendidikan Islam merupakan lingkungan yang

kondusif, mempunyai fungsi dan pengaruh yang besar terhadap

pendidikan dan kelanjutan anak, karena orang tua merupakan pendidik

yang pertama dan utama. Sebagaimana dikatakan Miqdad Yaljen,

bahwa :

Pertama : Rumah tangga harus merupakan basis untuk memenuhi kebutuhan setiap anggotanya, sehingga merasa berkembang dengan baik sebagai anggota masyarakat. Kedua : Rumah tangga harus merupakan koordinasi harmonis yang harus diciptakan oleh suami isteri sehingga ketenangan keluarga sebagai kebutuhan primer terpenuhi.18

18 Miqdad Yaljen, Potret Rumah Tangga Islami, (Surakarta : Pustaka Mantiq, 1990), hlm.

16.

Page 32: Jtptiain Gdl Atiqoh0931 5964 1 Atiqoh p g

19

Islam memandang keluarga sebagai awal kehidupan manusia

yang dapat memberikan kemungkinan baik buruk, bahagia atau

celaka bagi anggotanya.Anak bagi orang tua dipandang sebagai

amanat dan titipan dari Allah SWT.Sebagaimana dikatakan oleh

Arifin, ada dua fungsi atau kewajiban yang harus dilaksanakan kedua

orang tua, yaitu “berfungsi sebagai pendidik keluarga dan sebagai

pemelihara dan pelindung keluarga”.19

Pendidikan Agama Islam juga mengajarkan tanggung jawab

dan kewajiban orang tua dalam mengasuh, membimbing dan

mengarahkan keluarganya (putra-purinya) tidaklah hanya dalam

hal yang bersangkutan dengan keduniaan saja akan tetapi sampai

akhirat kelak.

Ahmad Mustafa Al Maraghi, dalam kitab Tafsir Al Maraghi

sebagai berikut :

“Wahai orang-orang yang percaya kepada Allah SWT dan Rasulnya. Hendaklah sebagian dari kamu memberitahukan kepada sebagian yang lain apa yang dapat menjaga dirimu dari siksa api neraka dalam menjauhkan kamu dari padaya, yaitu ketaatan kepada Allah SWT dan menuruti segala perintah-Nya. Dan hendaklah kamu mengajarkan kepada keluargamu perbuatan yang dapat menjaga diri mereka dari api neraka dan bawalah mereka kepada yang demikian ini melalui nasihat dan pengajarannya.20

Fungsi orang tua sebagai pendidik dalam keluarga, secara

menunjukkan bahwa kewajiban dan tanggung jawab orang tua

dalam mendidik anak sehingga pertumbuhan dan

perkembangannya dapat berjalan dengan baik sesuai dengan fase-

fasenya.

Keluarga adalah lembaga pendidikan informal (luar

sekolah) yang diakui keberadaannya dalam dunia

pendidikan.Bahkan sebelum peserta didik memasuki suatu

sekolah, peserta didik sudah mendapatkan pendidikan dalam

keluarga yang bersifat kodrati.Hubungan darah antara kedua

19 M. Arifin, Hubungan Timbal Balik pendidikan Agama di lingkungan Sekolah dan

keluarga, (Jakarta : Bulan Bintang, 1976), hlm. 75. 20 Ahmad Mustafa Al Maraghi, Tafsir Al Maraghi, (Semarang : C.V. Toha Putra, 1996), hlm. 272.

Page 33: Jtptiain Gdl Atiqoh0931 5964 1 Atiqoh p g

20

orang tua dengan anak menjadikan keluarga sebagai lembaga

pendidikan yang alami.Demi keberhasilan peserta didik dalam

belajar, berbagai kebutuhan belajar anak diperhatikan dan

dipenuhi mesipun dalam bentuk dan jenis yang sederhana.

Ketika orang tua tidak mampu memberikan suasana yang

kondusif dan menyenangkan bagi belajar anak, kehadiran

keluarga tidak tercipta, sistem kekerabatan semain renggang.

Sikap keluarga tersebut aan riskan mempengaruhi cara belajar

anak. Faktor-faktor lain yang dapat menganggu belajar anak

adalah :

1) Orang tua menuntut terlalu tinggi atau perfeksionis

Anak bila kurang termotivasi untuk menyelesaikan tugasnya

sebagai cara untuk membalas dendam pada orang tuanya, yang

dirasakannya terlalu tidak adil karena bersikap kaku, otoriter,

dan sok “kuasa”. Kalau orang tua telah menuntut

kesempurnaan (perfeksionis) anak bias menyerah sebelum

mencoba mengerjakan tugasnya.

2) Orang tua kurang perhatian

Orang tua yang terlalu sibuk sendiri sehingga tidak sempat

memperhatikan prestasi dan usaha belajar anak, dan

mengesankan kepada anak bahwa belajar bukan aktivitas yang

penting. Demikian pula orang tua yang perduli hanya pada

prestasi, tetapi tidak peduli pada proses bagaimana prestasi itu

dicapai oleh anak.

3) Konflik keluarga yang serius

Kekalutan suasana yang terjadi di rumah secara terus-menerus

akan membuat anak merasa gerah dan tidak aman. Kehilangan

rasa aman dan gerah tersebut membuat anak kehilangan minat

terhadap aktivitas sekolah dan kemampuan untuk berprestasi

dalam belajar.Tugas sekolah menjadi nomor dua.Anak yang

mengalami konflik dalam keluarganya, kebutuhan yang

mendesak dalam dirinya adalah lari dari situasi yang

Page 34: Jtptiain Gdl Atiqoh0931 5964 1 Atiqoh p g

21

menegangkan.Fenomena itu biasanya dicapainya dengan

melamun dalam dunia yang diciptakannya sendiri, penuh

kedamaian, heroik, aman, dan menyenangkan. Keberadaan

orang tua yang hanya menjadi sumber ketegangan dalam diri

anak, menjadikannya tidak punya motivasi untuk belajar atau

meraih prestasi belajar.

Faktor yang mempengaruhi prestasi belajar di atas

menurut Sumadi Suryabrata, dapat disimpulkan atau

digolongkan menjadi dua faktor yaitu :

a. Faktor-faktor yang berasal dari luar dirinya atau faktor

eksogin, faktor ini digolongkan menjadi dua bagian, yaitu :

1) Faktor-faktor sosial

2) Faktor-faktor non sosial

b. Faktor-faktor yang berasal dari dirinya sendiri atau indogin,

juga digolongkan menjadi dua bagian yaitu :

1) Faktor-faktor fisiologis

2) Faktor-faktor psikologis.21

Sedangkan menurut Muhibbin Syah, membagi faktor-faktor yang

mempengaruhi prestasi belajar secara lebih rinci dan lebih operasional ke

dalam beberapa komponen diantaranya yaitu :

a. Faktor yang bersumber dari diri sendiri (faktor internal), yakni kondisi

keadaan jasmaniah (aspek fisiologis) dan keadaan ruhaniah (aspek

psikologis) yang meliputi :

1) Aspek Fisiologis, seperti keadaan tonus (tegangan otot) yang

menandai tingkat kebugaran organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat

mempengaruhi semangat dan intensitas siswa mengikuti pelajaran

sehingga menurunkan prestasi belajarnya, kondisi organ-organ

indera yang terganggu juga menjadi penyebab siswa mengalami

gangguan hasil belajar.

2) Aspek Psikologis, pada aspek ini banyak faktor dapat mempengaruhi

kuantitas dan kualitas prestasi belajar, diantara faktor ruhaniah yang

21 Sumadi Suryabrataa, Psikologi Pendidikan, (Jakarta : P.T. Rajawali Press, 2002), hlm. 249.

Page 35: Jtptiain Gdl Atiqoh0931 5964 1 Atiqoh p g

22

mempengaruhi prestasi belajar adalah tingkat kecerdasan atau

intelegensi siswa, sikap belajar, bakat siswa, minat siswa dan

motivasi belajar siswa.

b. Faktor Eksternal, dibagi menjadi dua yaitu faktor sosial dan faktor non

sosial.

1) Faktor Sosial, seperti lingkungan sekolah, keadaan guru, teman-

teman belajar, masyarakat dan tetangga, serta orang tua atau

keluarga sendiri, (sifat-sifat orang tua, praktik pengelolaan keluarga,

ketegangan keluarga, tata letak rumah dapat berdampak pada baik

buruknya kegiatan belajar siswa yang pada gilirannya berpengaruh

terhada prestasi belajar anak), peran keluarga dan pengaruh yang

ditimbulkannya bukan hanya berdampak pada prestasi belajar saja

tetapi juga cenderung anak berperilaku menyimpang.

2) Faktor Nonsosial, seperti gedung sekolah dan letaknya, kondisi dan

jarak jalan ke sekolah, rumah tempat tinggal siswa, sarana prasarana

pembelajaran belajar, cuaca, suhu, waktu belajar yang digunakan

(ada anggapan waktu belajar tidak berpengaruh hasil belajar, tetapi

kesiapan sistem memori siswa dalam mengelola, dan menyerap item-

item informasi dan pengetahuan yang dipelajari), dan lain-lain.

Menurut Oemar Hamalik, faktor penyebab kesulitan belajar

dibagi secara 1ebih rinci dan lebih operasional ke dalam beberapa

komponen, yaitu :

a. Faktor yang berasal dari diri sendiri, meliputi :

1) Kondisi kesehatan sering terganggu

2) Kurang niat terhadap mata pelajaran

3) Tidak mempunyai tujuan yang jelas dalam belajar

4) Kecakapan dalam mengikuti pelajaran

5) Kebiasaan belajar dan kurangnya kemampuan bahasa

b. Faktor yang bersumber dari lingkungan sekolah, meliputi :

1) Kurangnya alat pelajaran

2) Kurangnya buku bacaan

3) Cara yang digunakan pengajar dalam memberikan materi

Page 36: Jtptiain Gdl Atiqoh0931 5964 1 Atiqoh p g

23

pelajaran

4) Bahan pelajaran yang kurang sesuai dengan kemampuan

5) Penyelenggaraan pelajaran yang terlalu padat.

c. Faktor-faktor bersumber dari lingkungan keluarga, meliputi :

1) Masalah bertamu, menerima tamu dan kurangnya perhatian

orang tua

2) Masalah kemampuan ekonomi

3) Masalah putus sekolah (broken home)

4) Rindu terhadap kampung.

d. Faktor-faktor bersumber dari lingkungan masyarakat,

meliputi :

1) Masalah gangguan dari jenis kelamin

2) Bekerja sambil belajar

3) Aktif organisasi/tidak dapat mengatur waktu senggang

4) Tidak mempunyai teman belajar atau teman untuk diajak

memecahkan masalah.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa keberhasilan

anak dalam proses belajar/prestasi belajar terutama Bidang Studi

Pendidikan Pendidikan Agama Islam atau akhlak lebih banyak

dipengaruhi faktor dari luar (eksternal) yang bersifat sosial atau non

sosial, walaupun faktor dari dalam (internal) juga mempunyai pengaruh

bagi prestasi belajar Pendidikan Pendidikan Agama Islam siswa

B. METODE PROBLEM SOLVING

1. Pengertian Problem Solving

Masalah menurut sebagian ahli pendidikan matematika ( fadjar,

2004 ) adalah pertanyaan yang harus dijawab atau direspons, namun

tidak semua pertanyaan otomatis menjadi masalah. Suatu pertanyaan

akan menjadi masalah hanya jika pertanyaann itu menunjukan adanya

Page 37: Jtptiain Gdl Atiqoh0931 5964 1 Atiqoh p g

24

suatu tantangan ( chalange ) yang tidak dapat dipecahkan secara

prosedur rutin yang sudah diketahui sipelaku .22

Senada dengan pengertian diatas Coney ( fadjar,2004 ) menyatakan

( for a question to be a problem, it must present chalange that cannot

be resolved by some routine procedure known to the student ).23

Mengandung pengertian bahwa masalah merupakan pertanyaan yang

bersifat tantangan dan tidak dapat dipecahkan secara prosedur yang

sudah diketahui si pelaku. Sedangkan Syaiful dan Aswan ( 2006 )

menyatakan bahwa dapat memberikan respons terhadap rangsangan

yang menggambarkan atau membangkitkan situasi problematik, yang

mempergunakan berbagai kaidah yang telah dikuasainya .24

Dari uraian diatas jelas bahwa masalah merupakan pertanyaan

yang bersifat tantangan(challange) dan tidak dapat dipecahkan secara

prosedur rutin (procedure routine) yang sudahdiketahui jawabannya.

Pertanyaan yang diberikan pada siswa akan menentukan terkategorikan

tidaknya pertanyaan menjadi masalah atau hanyalah suatu pertanyaan

biasa. Jika pertanyaantersebut sudah diketahui jawabannya dengan

pengetahuan rutin yang biasa, maka pertanyaantersebut bukanlah suatu

masalah. Namun apabila pertanyaan tersebut belum dapat diketahui

olehsi pelaku atau orang lain, maka pertanyaan tersebut adalah

masalah dan harus dipecahkan.Pemecahan masalah yang digunakan

sesuai dengan kaidah-kaidah teori yang telah dikuasainya.Dengan

memecahkan masalah tidak seperti biasa dan atau belum terpecahkan

jawabannya olehorang lain. Maka hal tersebut dapat menjadi jendela

dimana kreatifitas, inovasi serta logika siswayang menjadi

tumpuannya.Karena dengan merekonstruksi kembali ilmu-ilmu yang

telah dipunyaiserta dikombinasikan pada daya nalar

siswa.Menggambarkan atau membangkitkan situasi.Dari uraian diatas

22 Fadjar Shodiq,Penalaran,Pemecahan Masalah dan Komunikasi dalam Pendidikan

Matematika” Diknas PPPG Matematika,Yogyakarta,2004 ,, hlm. 10. 23 Fadjar Shodiq,Penalaran ,Pemecahan Masalah, (Jakarta : Bumi Aksara, 1999), hlm. 8.

24 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta : Rineka Cipta, 2006), hlm. 18

Page 38: Jtptiain Gdl Atiqoh0931 5964 1 Atiqoh p g

25

jelas bahwa masalah merupakan pertanyaan yang bersifat

tantangan(challange) dan tidak dapat dipecahkan secara prosedur rutin

(procedure routine) yang sudahdiketahui jawabannya. Pertanyaan yang

diberikan pada siswa akan menentukan terkategorikantidaknya

pertanyaan menjadi masalah atau hanyalah suatu pertanyaan biasa.

Jika pertanyaantersebut sudah diketahui jawabanya dengan

pengetahuan rutin yang biasa, maka pertanyaantersebut bukanlah suatu

masalah. Namun apabila pertanyaan tersebut belum dapat diketahui

olehsi pelaku atau orang lain, maka pertanyaan tersebut adalah

masalah dan harus dipecahkan.Pemecahan masalah yang digunakan

sesuai dengan kaidah-kaidah teori yang telah dikuasainya.Dengan

memecahkan masalah tidak seperti biasa dan atau belum terpecahkan

jawabannya olehorang lain,maka hal tersebut dapat menjadi jendela

dimana kreatifitas, inovasi serta logika siswayang menjadi

tumpuannya. Karena dengan merekonstruksi kembali ilmu-ilmu yang

telah dipunyaiserta dikombinasikan pada daya nalar siswa, maka dapat

menggambarkan atau membangkitkan situasiproblematik, dan

mempergunakan berbagai kaidah yang telah dikuasainya.

2. Proses Pemecahan Masalah

Sebagaimana disampaikan diatas bahwa masalah merupakan

pertanyaan yang bersifattantangan (challange) dan tidak dapat

dipecahkan secara prosedur rutin (routine procedure) yangsudah

diketahui si pelaku. Sudah dapat dibayangkan bahwa dalam

pengerjaannya memerlukanwaktu yang relatif lebih lama dari proses

pemecahan soal rutin biasa. Adapun langkah-langkahdalam

pemecahan masalah, Fadjar (2004) membagi pada 4 langkah yakni : 25 Memahami masalahdimana dalam tahap ini kita dapat mengetahui

dan mempergunakan pengetahuan untukmemperinci dan menganalisa

dari berbagai sudut, yang kedua yakni merumuskan sumber-sumber

25 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta : Rineka Cipta, 2002), hlm. 44.

Page 39: Jtptiain Gdl Atiqoh0931 5964 1 Atiqoh p g

26

yang ada dan mencari serta menyusun dalam merencanakan

penyelesaian masalah, yang ketigayakni melaksanakan rencana yang

sudah disusun, dan yang keempat memaparkan dan menelaahhasil

yang telah didapatkan sesuai dengan prosedur diatas.

Sedangkan penyelesaian masalah menurut John Dewey

(Fathurrahman, 2006) ini dilakukan dalamenam tahap, yakni:26

Tahap-tahap kemampuan yang diperlukan

1. Merumuskan masalah

2. Menelaah masalah

3. Merumuskan hipotesis

4. Mengumpulkan danmengelompokkan datasebagai bahan

pembuktian hipotesis.

5. Pembuktian hipotesis

6. Menentukan pilihanpenyelesaian .

C. PERILAKU KEAGAMAAN

1. Pengertian Perilaku Keagamaan

Masalah di seputar sikap dan perilaku manusia sehari-hari,

bermacam-macam pendapat tentang pengertian perilaku.Para ahli

mempunyai batasan yang berbeda-beda.Untuk memberi gambaran

mengenai masalah ini, berikut dikemukakan pengertian tentang perilaku,

yang dikemukakan para ahli.

a. Jalaluddin

Perilaku menurut Jalaluddin, ditentukan oleh keseluruhan

pengalaman yang yang disadari oleh pribadi. Perilaku merupakan

kesadaran tentang apa yang dipikir dan dirasakan oleh individu untuk

menentukan apa yang akan dikerjakan.27

26 Nana Sudjana, Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar Mengajar, (Bandung : PT Sinar Baru Algesindo, 1997), hlm. 17.

27 Jalaluddin, Psikologi atau Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2006), hlm. 165.

Page 40: Jtptiain Gdl Atiqoh0931 5964 1 Atiqoh p g

27

b. Wasty Soemanto,

Menurut Wasty Soemanto, perilaku atau readinessmempunyai

arti kesiapan atau kesediaan seseorang atau peserta didik untuk berbuat

sesuatu.28

c. Cronbach,

Perilaku merupakan segenap sifat atau kekuatan pada diri

seseorang atau peserta didik yang membuat orang tersebut dapat

bereaksi dengan cara tertentu.

d. Muhibbin Syah,

Perilaku merupakan suatu kecenderungan untuk bertindak

dengan cara tertentu yang ditandai dengan munculnya kecenderungan-

kecenderungan baru yang telah berubah (lebih maju dan lebih lugas)

terhadap suatu objek, tata nilai, peristiwa, dan sebagainya.29

e. Bruno,

Perilaku menurut Bruno, dikutip Muhibbin Syah, mempunyai

pengertian kecenderungan yang relatif menetap untuk bereaksi terhadap

sesuatu/kecenderungan bertindak dengan cara tertentu.

Perilaku Keagamaan ialah kecenderungan untuk melakukan

sesuatu kepada respon dengan cara tertentu terhadap alam sekitarnya

baik merupakan individu maupun objek yang lain berdasarkan aturan

atau norma-norma agama yang hidup di masyarakat.

Sikap ini memberikan arah perbuatan atau tindakan untuk

melakukan perbuatan secara Islami dan sadar akan melaksanakan

perbuatan itu. Perilaku seseorang tumbuh dan berkembang sebagaimana

terjadi pada pola tingkah laku yang bersifat mental dan emosi sebagai

bentuk reaksi individu terhadap lingkungan.Perilaku yang tepat dan

terarah dapat memberikan kemungkinan kesuksesan yang besar

terhadap usaha seseorang.

28 Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan, Landasan kerja Pemimpin Pendidikan,

(Jakarta : Rineka Cipta, 2002), hlm. 191. 29 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2009), hlm.

123.

Page 41: Jtptiain Gdl Atiqoh0931 5964 1 Atiqoh p g

28

Sedangkan pengertian agama merupakan istilah yang populer di

zaman sekarang.Dahulu orang berusaha mendefinisikan agama ke

dalam bentuk pengertian-pengertian, sedangkan pada saat ini para pakar

tidak kalah dalam usaha mendefinisikan pengertian agama. James,

seorang tokoh ilmu jiwa agama dari Universitas Edinburgh,

memberikan definisi agama sebagai perasaan dan pengalaman manusia

secara individu dan menganggap bahwa manusia berhubungan dengan

apa yang dipandangnya sebagai Tuhan.30

William James menolak mendefinisikan rasional terhadap

agama, menurutnya agama mempunyai pengertian yang kompleks,

sehingga sukar mendefinisikan agama secara tepat. Dadang Kahmad,

menyatakan bahwa agama merupakan pandangan hidup yang harus

diterapkan dalam kehidupan individu maupun kelompok.31

Lebih lanjut Dadang Kahmad, beliau mendefinisikan agama

sebagai kalimat yang berasal dari bahasa Arab, dikenal dengan ad-din

dan al-milah yang berarti agama adalah nama yang bersifat umum.

Artinya agama tidak ditujukankepada salah satu agama, ia adalah nama

untuk setiap kepercayaan yang ada di dunia ini.

Maimun Zubair, dalam buku terbitan salah satu bukunya, beliau

berpendapat bahwa agama adalah produk Tuhan untuk menggiring

manusia yang memiliki akal normal – dengan keadaran yang mereka

miliki – untuk menentukan pilihan yang lebih baik dengan prioritas

tujuan untuk mendapatkan kebhagiaan di dunia (duniawi) dan di akhirat

(ukhori).32

Atang Abdul Hakim, dalam bukunya Metodologi Studi Islam

mencoba membahasa tentang pengertian agama, beliau menjelaskan

bahwa agama lebih berkonotasi pada kata kerja yang mencerminkan

sikap keberagaman atau kesaleihan hidup berdasarkan nilai-nilai

30 Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta : Bulan Bintang, 2001), hlm. 29-30. 31 Dadang Kahmad, Sosiologi Agama, (bandung : Remaja Rosdakarya, 2002), hlm. 15 32KH. Makmun Zubair, Simbiosis Negara dan Agama, (Lirboyo Kediri : Purna Siswa

Aliyah Pon.Pes. Hidayatul Mubtadi`in, 2007), hlm. 11.

Page 42: Jtptiain Gdl Atiqoh0931 5964 1 Atiqoh p g

29

ketuhan. Tetapi dalam perkembangan selanjutnya religion bergeser

menjadi kata benda yang merupakan himpunan dokrin, ajaran, serta

hkum-hukum yang telah baku dan diyakini sebagai kodifikasi perintah

Tuhan.33

Sedangkan Quraish Shihab, berpendapat bahwa agama

merupakan manifestasi hubungan antara makhluk dengan Khaliqnya,

hubungan ini mewujud dalam sikap batinnya serta tampak dalam

ibadah yang dilakukannya dan tercermin dalam sikap kesehariannya.34

Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa agama

merupakan tuntutan dari Tuhan Yang Maha Esa yang diberikan kepada

umat manusia berisikan ajaran dan aturan berupa petunjuk-petunjuk

Tuhan yang menyinari kehidupan manusia sehingga mempunyai

pedoman dalam menentukan norma-norma kebaikan untuk

mewujudkan kehidupan yang diridhoi Allah SWT di dunia dan di

akhirat.

Simpulan tentang pengertian agama di atas, sesuai Hadits Nabi,

yang diriwayatkan Imam Bukhari, ra.dari sanad Ibnu Umar, ra. :

�<T� �7 ا�T� �ل اPLل رC� لC� YH� MIا M� مWLFا [>I a�TLو

CJD bHX 7T�دة ان F ا?� ا�F ا� وان� �H;d� رPLل ا� وا�Cم ا?=�Wة واC8�ء

)روا� ا?Clfرى. (ا?��آCة وا?;�� وP�م رCmdن

“Dari Ibnu Umar ra berkata, Rasulullah saw bersabda : Islam itu dibangun atas lima dasar, bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad utusannya, mendirikan shalat, memberikan zakat, puasa dan menuanaikan ibadah haji”. (H.R. Bukhari).35

Berdasarkan beberapa pendapat tentang pengertian perilaku dan

pengertian agama di atas dapat diambil simpulan bahwa pengertian

33 Atang Abdul Hakim dan Jaih Mubarok, Metodologi Studi Islam, (Bandung : Remaja

Rosdakarya, 2002), hlm. 3. 34 M. Quraish Shihab, Membumikan Al Quran, (Bandung : Mizan, 2007), hlm. 210. 35 Abi Abdullah Muhammad bin Ismail Al-Bukhari, Shahih Bukhari, (Indonesia :

Maktabah Dahlan, t.th), hlm. 14.

Page 43: Jtptiain Gdl Atiqoh0931 5964 1 Atiqoh p g

30

perilaku Keagamaan merupakan kecenderungan seseorang untuk

bertingkah laku sehari-hari sesuai dengan tuntunan atau ajaran

Agama Islam serta tidak bertentangan dengan alam sekitarnya, dan

Islam sebagai landasan norma dalam kehidupan manusia di jagad ini.

2. Hakikat Perilaku Keagamaan

Perilaku Keagamaan dalam Islam disebut sebagai ibadah atau

ahklak. Ahmad Amin mendefinisikan akhlak dengan “Kebiasaan

kehendak, berarti bahwa kehendak itu bila membiasakan sesuatu maka

kebiasaan itu disebut akhlak.”36Perilaku Keagamaan menurut Barmawi

Umarie, adalah kehendak yang dibiasakan, atau akhlak.37

Gerak dan ucapan yang timbul dari diri manusia tidak terlahir jika

tidak ada dorongan dalam diri manusia itu sendiri.Dorongan atau motivasi

itulah yang mewujudkan berbagai bentuk perilaku manusia, apabila

dorongan dalam diri manusia baik, kemungkinan besar dapat mewujudkan

perilaku manusia yang indah, sebaliknya apabila dorongan dalam diri

manusia jelek, kemungkinan besar dapat menimbulkan perilaku manusia

yang merusak.

Menurut Muhammad Al Mighwar, banyak sekali kebutuhan

manusia yang mendorongnya berbuat atau bertingkah laku tertentu, seperti

kebutuhan biologis, kebutuhan individual, dan kebutuhan religious.

Pendekatan terhadap kebutuhan-kebutuhan tersebut berperan untuk

mendekatkan diri dalam pergaulan yang positif dan menghindarkan diri

dari pergaulan negatif.38

Islam mengharapkan setiap manusia mempunyai dorongan tetap

terhadap kebaikan dan condong kepada kebenaran. Semua aturan

agama mengajarkan dan mengharapkan umatnya dalam jalur

kebenaran serta mengharamkan umatnya berperilaku dalam jalur

kemungkaran yang dapat menyebabkan kerusakan dan kehancuran.

36 Ahmad Amin, Etika (Ilmu Ahklak), (Jakarta : Bulan Bintang, 2002), hlm. 62. 37 Barmawie Umarie, Materi Akhlak, (Surabaya : Bina Ilmu, 2003) hlm. 1 38 Muhammad Al Mighwar, Psikologi Remaja Petunjuk Bagi Guru dan Orang Tua,

(Bandung : Pustaka Setia, 2006), hlm. 165.

Page 44: Jtptiain Gdl Atiqoh0931 5964 1 Atiqoh p g

31

Agama itu berpijak dalam suatu kodrat psikologis atau kejiwaan

pada manusia, yaitu keyakinan kelanjutan hidup sesuatu agama bergantung

pada masalah seberapa jauh keyakinan Keagamaan itu meresapi kejiwaan

setiap pemeluknya.Manusia atau peserta didik dianjurkan mempunyai jiwa

yang dihiasi dengan keyakinan Keagamaan yang kuat dengan tujuan untuk

memperoleh bentuk penAgamalan yang diharapkan oleh agama.

Perilaku Keagamaan mempunyai makna yang tinggi yaitu kegiatan

individu manusia yang diwujudkan dalam bentuk gerak atau ucapan

mengandung unsur Keagamaan.Perilaku Keagamaan merupakan

konsekuensi dari pemahaman seseorang terhadap keyakinan agamanya,

dan menjadi kewajiban bagi setiap orang yang beragama untuk

menAgamalkan seluruh ajaran agamanya, serta meninggalkan segala yang

dilarangnya.

Fenomena yang paling mendasar terletak pada kadar seorang

melakukan penAgamalan Keagamaan. Rutinitas penAgamalan Keagamaan

seseorang yang optimal adalah dalam rangka mencapai Keagamaan yang

utuh.Sehingga terlihat dalam kehidupan seseorang dalam menjalankan

agamanya secara kaffah. Islam telah menerangkan hal-hal yang dianggap

baik dan dianggap kotor, semuanya tertuang dalam Al-Quran beserta

penjelasan-penjelasan dari Rasulullah saw. Dari kedua sumber diatas

lahirlah beberapa pembagian hukum dalam Islam.Para mujtahid, musafir

dan para ulama mengembangkan kemampuannya menggali ilmu-ilmu

agama demi kepentingan umat manusia di seluruh dunia ini terutama

untuk kemajuan umat Islam.

Aspek muamalah dan ibadah merupakan bagian dari beberapa

hukum Islam yang diklasifikasikan oleh para ulama. Kedua aspek hukum

tersebut dapat dijumpai pada diri manusia. Aspek ubudiyah meliputi

ibadah yang langsung berurusan dengan Allah SWT. Seperti shalat, puasa,

haji dan sebagainya.Sedangkan aspek muamalah berurusan dengan sesama

manusia.Kedua aspek ini diharapkan menjadi dorongan dan motivasi

Page 45: Jtptiain Gdl Atiqoh0931 5964 1 Atiqoh p g

32

dalam penAgamalan yang indah yaitu penAgamalan Keagamaan bagi

seseorang atau peserta didik.

Zakiah Darajat, menegaskan bahwa untuk membentuk perilaku

Keagamaan peserta didik maka pendidikan agama di sekolah harus melatih

anak didik melakukan ibadah yang diajarkan dalam agama, yaitu praktik-

praktik ibadah yang akan mendekatkan jiwa anak didik kepada Tuhan.

Semakin serig melakukan ibadah semakin tertanam kepercayaan kepada

Tuhan dan semakin dekat jiwanya kepada Tuhan.Di samping itu anak

didik juga harus dibiasakan mengatur tingkah laku dalam pergaulan sesuai

dengan ajaran akhlak yang diberikan Agama (Islam), agar sifat-sifat yang

baik tertanam melalui praktik dalam kehidupan sehari-hari.39

3. Proses Terbentuknya Perilaku Keagamaan

Manusia sejak lahir mempunyai hak kemerdekaan untuk bertindak,

berfikir, dan berbuat.Kemerdekaan yang diberikan oleh Allah tidaklah

kemerdekaan yang tanpa aturan, dalam arti bahwa kemerdekaan manusia

tetap mempunyai ikatan-ikatan yang dapat mencegah manusia bertindak

dan berbuat tanpa batas. Dalam usaha memperoleh perilaku keagamaan,

terdapat beberapa macam faktor proses antara lain :

a. Faktor Meniru

Perilaku Keagamaan dapat diperoleh dengan meniru

kepada seseorang yang lebih dewasa dalam perilaku

Keagamaannya, seseorang mempunyai acuan yang baik untuk

membentuk sikap Keagamaan yang diinginkan. Perilaku sahabat-

sahabat Nabi mencerminkan totalitas Agama Islam yang terwujud

dalam hidup mereka yang sederhana. wara`, tawadhu`, zuhud dan

mengalihkan perhatian kehidupan hanya kepada Allah SWT

semata, merupakan contoh penAgamalan dan perbuatan Nabi yang

diwariskan kepada umat Islam. Perbuatan dan penAgamalan

39 Zakiah Darajat, Kesehatan Mental, (Jakarta : Gunung Agung, 2002), cetakan kelima

belas, hlm. 130.

Page 46: Jtptiain Gdl Atiqoh0931 5964 1 Atiqoh p g

33

tersebut mampu menebarkan kebajikan dan kebaikan diri pribadi

dan orang lain.

b. Faktor Tujuan

Untuk memperoleh perilaku yang baik harus dipengaruhi oleh

faktor-faktor yang selaras dengan materi dan ajaran agama.Setiap

perilaku pada diri manusia dipengaruhi oleh faktor-faktor dan

tujuan. Berdasarkan konsep di atas, tujuan–tujuan yang ingin

dicapai manusia mempengaruhi terjadinya pola penAgamalan dan

sikap manusia. Oleh karena itu bagaimana mengarahkan diri untuk

mencapai tujuan yang terbaik. Sedangkan tujuan yang baik bagi

manusia adalah tujuan yang diridhoi oleh Tuhan Yang Maha Esa.

Tujuan-tujuan itu secara rapi terkemas dalam Agama Islam.

Berdasarkan uraian tentang tujuan untuk bertindak di atas,

untuk mendapatkan perilaku Keagamaan pada diri seseorang,

seharusnya tujuan-tujuan yang ingin dicapai diwarnai oleh nilai-

nilai agama. Dengan terisinya tujuan-tujuan oleh nilai agama

diharapkan dalam berperilaku mewujudkan penAgamalan dan

sikap Keagamaan

c. Faktor Lingkungan

Pola perilaku Keagamaan manusia atau peserta didik

banyak terpengaruh oleh faktor lingkungan. Sedangkan lingkungan

sendiri dibedakan menjadi tiga :

1) Lingkungan keluarga

2) Lingkungan sekolah

3) Lingkungan masyarakat

Sejauh mana persepsi manusia terhadap lingkungan yang

mengecewakan atau memuaskan, berdampak pada penAgamalan

Page 47: Jtptiain Gdl Atiqoh0931 5964 1 Atiqoh p g

34

manusia.40Hal senada juga terungkap dalam teori fenotip, bahwa

pengaruh-pengaruh lingkungan yang menguntungkan dan tidak

menguntungkan ikut menetukan sifat-sifat apakah yang nampak dimiliki

organisme dalam periode tertentu. Tokoh yang lain, Jalaludin Rakhmat,

mengungkapkan :

Berdasarkan temuan psikologi agama latar belakang psikologi

diperoleh berdasarkan faktor intern maupun hasil pengaruh lingkungan

memberi ciri pada pola tingkah laku dan sikap seseorang dalam bertindak.

Pola seperti itu memberi bekas pada sikap seseorang pada agama.William

James melihat adanya hubungan antara tingkah laku Keagamaan seseorang

dengan pengalaman Keagamaan yang dimilikinya itu

Uraian di atas menegaskan bahwa pengalaman seseorang

mempunyai nilai sangat penting yang perlu untuk diperhatikan, karena

pengalaman kehidupan yang pernah dijalani membawa pola penAgamalan

dan sikap yang khas pada diri seseorang.Sehingga pengalaman-

pengalaman anak diwaktu kecil seharusnya terisi oleh pengalaman yang

kondusif, dan dapat mendukung kehidupannya.

d. Faktor Motivasi

Manusia atau peserta didik mempunyai dorongan atau motivasi

yang dapat menggerakkan dirinya untuk beraktivitas. Setiap

waktu selalu berganti-ganti, jika setiap motivasi yang timbul selalu

diikuti tanpa dipertimbangkan akibatnya, maka fenomena ini sangat

berbahaya bagi diri manusia. Setiap motivasi yang timbul dari jiwa

manusia belum tentu mempunyai bobot positif, dalam arti tidak

menafikan mengarah kepada kemudharatan dan kejelekan.tetapi ada

motivasi yang mengarah kepada kemaslahatan dan kemanfaatan. Hal

terpenting adalah bagaimana mengarahkan motivasi yang ada pada diri

manusia itu menuju yang terbaik dan sesuai dengan ajaran agama

40 Jalaludin Rahmad, Psikologi Komunikasi, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 1996), hlm.

46.

Page 48: Jtptiain Gdl Atiqoh0931 5964 1 Atiqoh p g

35

sehingga motivasi tersebut menghasilkan perilaku dan sikap yang

dihiasi dengan nilai-nilai agama. Seperti yang diungkapkan oleh Hafi

Anshari, bahwa dalam kelakuan religius motif-motif tersebut penting

untuk dibicarakan dalam rangka mengetahui apa sebenarnya latar

belakang atau kronologi perilaku Keagamaan yang dikerjakan

seseorang dan memang peranan motif tersebut memegang peranan

penting dalam membimbing dan mengarahkan perilaku Keagamaan.

Berdasarkan uraian di atas, motivasi mempengaruhi pola tingkah

laku seseorang dalam kehidupannya, baik motivasi dari dalam maupun

dari luar.

4. Komponen-komponen Perilaku Keagamaan

Komponen-komponen perilaku Keagamaan seseorang atau peserta

didik meliputi :

a. Aspek Ritual/Ibadah, perilaku Keagamaan secara umum mencakup

ibadah yang meliputi lima rukun Islam yakni, syahadat, shalat, zakat,

puasa, dan haji. Sedangkan secara khusus perilaku Keagamaan pada

peserta didik tingkat sekolah dasar hanya mencakup :

1) Syahadat

2) Shalat

3) Puasa

4) Berdoa

5) Membaca Al Quran.

b. Aspek Sosial, antara lain :

1) Berbakti kepada orang tua

2) Berbakti kepada guru

3) Bergaul dengan tetangga

4) Bergaul dengan teman

5) Hidup bermasyarakat.

c. Aspek Emosional, antara lain aktualisai dari :

1) Hubungan Vertikal dengan Tuhan, meliputi :

a) Tenang dalam iktikaf

Page 49: Jtptiain Gdl Atiqoh0931 5964 1 Atiqoh p g

36

b) Penuh harap dalam berdoa

c) Takut melakukan dosa

d) Ikhlas dalam beribadah

e) Ridha dalam takdir.

2) Hubungan Horisontal dengan Makhluk

a) Sayang terhadap saudara

b) Kasihan terhadap orang miskin

c) Simpati terhadap teman yang kesusahan

d) Kasih terhadap sesama

e) Mencintai lingkungan.

Penjabaran tentang komponen-kompenen perilaku Keagamaan

secara garis besarnya sebagai berikut :

a. Komponen Bidang Ibadah

Pengertian Ibadah secara etimologis berarti mematuhi, tunduk,

berdoa.Sedangkan secara terminologis Ibadah adalah kepatuhan atau

ketundukan kepada Dzat yang memiliki puncak keagungan, Tuhan

Yang Maha Esa. Ibadah mencakup segala bentuk kegiatan/perbuatan

yang dilakukan oleh setiap muslim dengan tujuan untuk mencari

kekridhaan Allah SWT.41 Aturan ibadah bagi setiap muslim menurut

Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, diantaranya mencakup tentang :

1) Shalat

2) Zakat

3) Puasa

4) Haji.42

Ibadah merupakan suatu perbuatan yang dikerjakan kaum

muslimin untuk mendekatkan diri kepada perintah dan menjauhi larangan

Allah dan mengharapkan hati dalam beribadah sepenuhnya tunduk dan

patuh hanya kepada Allah SWT.

41 Baihaqi, Fiqh Ibadah, (Bandung : M2S, 2006), hlm. 9-10 42 Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Pengantar Ilmu Fiqh, (Semarang : Pustaka Rizki

Putra, 2001), hlm. 20.

Page 50: Jtptiain Gdl Atiqoh0931 5964 1 Atiqoh p g

37

Islam mengajarkan agama dengan lengkap prinsip–prinsipnya juga

pelaksanaannya.Aktivitas ibadah tidak boleh ada perbuatan, apakah pada

bentuk pencampuran yang disebut sinkretisme dan bid`ah. Sinkretisme

adalah memasukkan unsur kepercayan atau agama lain pada peribadatan

Agama Islam. Bid`ah adalah mengada–adakan sesuatu yang baru yang

tidak diajarkan Al Quran dan Hadits.Bid`ah pada peribadatan bersifat

dhalalah yang hukumnya haram.

Rumusan ajaran yang mengandung unsur pokok pada ibadah bagi

setiap muslim baik secara individual maupun kolektif yaitu :

a) Adanya perbuatan.

b) Perbuatan tersebut dilakukan oleh orang mukallaf.

c) Maksud perbuatan itu untuk mendekatkan diri kepada Allah

d) Sebagai realisasi adanya iman kepada Allah SWT.

e) Beribadah tidak boleh ada percampuran unsur agama lain dan

mengada–adakan sesuatu yang tidak terdapat dalam Al Quran dan

Sunnah Rasulullah.

Konsep tentang iabadah di atas mengandung maksud bahwa

perbuatan yang tidak disertai dengan keimanan, upamanya dikerjakan oleh

orang kafir perbuatan tersebut dipandang baik secara umum, adalah tidak

baik dinilai secara ibadah.

Begitu pula sebaliknya, perbuatan yang dikerjakan oleh seorang

mukmin yang didasari oleh rasa iman, namun tidak untuk sarana ibadah

dan mendekatkan diri kepada Allah SWT bahkan melupakannya, maka

tidak dinamakan ibadah.

Pada konteks peribadatan, Allah telah menciptakan manusia dan jin

serta seluruh mahluk di dunia ini agar beribadah kepada-Nya. Segala

aktivitas manusia yang didasari niat dan iman disebut ibadah. Allah telah

menyuruh manusia dan hamba–hambaNya untuk menyayangi alam

semesta yang diperuntukkan manusia, yang berarti alam bersifat

fungsional.

Page 51: Jtptiain Gdl Atiqoh0931 5964 1 Atiqoh p g

38

Seseorang di dalam menjalin hubungan dengan Allah SWT, baik

melalui penghambaan diri atau aktivitas–aktivitas yang bernuansa ibadah

lainnya, memiliki konsep al–Ihsan, yaitu menyembah Tuhan seakan–akan

kita melihat-Nya dan jika kita tidak melihat-Nya maka Tuhan melihat kita.

Suatu ungkapan dramatis yang dapat kita peroleh dari sebuah

penghambaan diri yang tulus dan hanya dimiliki oleh orang–orang yang

bertakwa secara benar. Penghayatan religius seperti inilah yang ingin

dicapai dalam proses Pendidikan Agama Islam. Oleh karena itu, perpaduan

antara sistem dan metode pembeljaran Pendidikan Agama Islam yang

benar dan efektif akan menghasilkan tujuan pendidikan yang diharapkan

seperti penulis kutipkan di atas.

Berdasar bentuk operasionalnya, pelaksanaan ibadah yang khusus

bagi peserta didik yang berAgama Islam meliputi ibadah shalat, puasa,

zakat fitrah, dan lain sebagainya.

Shalat secara harfiah berarti doa. Shalat secara syariat merupakan

serangkaian ucapan dan perbautan ibadah yang diawali dengan takbir dan

diakhiri dengan salam.43Hikmah shalat yaitu mencegah seseorang atau

peserta didik dari perbuatan yang munkar dan keji.Shalat merupakan

modal hidup bagi manusia agar hidup menjadi makmur sejahtera, dan

bahagia.

Adapun ibadah wajib yang lainnya adalah puasa pada bulan

Ramadhan yang harus dikerjakan oleh setiap manusia yang beriman

kepada Allah, dan barang siapa yang melanggarnya mendapat dosa. Selain

puasa di bulan Ramadhan, puasa juga diperintahkan pada hari Senin dan

Kamis, dan puasa-puasa sunnah lainnya.

Seorang muslim melaksanakan puasa dengan baik sesuai syarat dan

rukunnya, diampuni dosa-dosa yang telah lalu, berarti tinggal menanggung

dosa yang ringan/tidak terlalu berat.

Hikmah melaksanakan puasa wajib pada bulan Ramadhan dan

puasa-puasa sunnah seperti puasa hari Senin dan Kamis, puasa bulan

43 Muhammad Amin Suma, Tafsir Ahkam, Jilid I, (Jakarta : Logos, 2001), hlm. 9.

Page 52: Jtptiain Gdl Atiqoh0931 5964 1 Atiqoh p g

39

Rajab, puasa tanggal 2 sampai 5 di bulan Syawal, dan puasa sunnah

lainnya sangat besar bagi kehidupan manusia yang beriman, dan dapat

meningkatkan disilpin dalam beribadah, serta dapat menanamkan

kepribadian bagi putera-puterinya untuk beribadah kepada Allah SWT.

b. Komponen Bidang Sosial

1) Berbakti Kepada Orang Tua

Komponen akhlak bidang sosial meliputi berbakti kepada orang

tua.Berbakti kepada orang tua merupakan kewajiban bagi anak-

anaknya, sebagai perbuatan yang baik dan disukai Allah SWT.

Sebaliknya bila meyekutukan dan tidak berbakti kepada orang

tuanya, orang tersebut terlaknat dan tidak disukai Allah SWT. Konsep

di atas sebagai bentuk penghargaan terhadap orang tua, mengingat

peran orang tua dalam memelihara, dan mendidik anak hingga

dewasa dan mampu mandiri menjalani eksistensi kehidupannya.

Berpijak dari konsep di atas, anak harus berbakti kepada orang tua

yang masih hidup ataupun sudah meninggal dunia, dalam ajaran Islam

disebut Birrul Walidain.

Adapun cara-cara anak atau peserta didik berbuat baik kepada kedua

orang tua yaitu :

a) Menunaikan hak orang tua dan kewajiban terhadapnya.

b) Mentaati keduanya.

c) Melakukan hal-hal yang baik sehingga orang tua senang.

d) Menjauhi perbuatan buruk terhadap orang tua.

e) Menjalankan perintah orang tua selama tidak menyimpang ajaran

Islam.

f) Berlaku jujur terhadap orang tua.

g) Mendoakan orang tua.

Cara berbakti kepada orang tua seperti penulis sebutkan di atas,

merupakan salah satu perilaku Keagamaan yang dapat menjadikan anak

yang salih dan solekhah dalam artian birul walidain (berbuat baik

kepada kedua orang tua).

Page 53: Jtptiain Gdl Atiqoh0931 5964 1 Atiqoh p g

40

2) Bergaul dengan Tetangga

Manusia atau peserta didik hidup tidak terlepas dari pergaulan di

rumah (keluarga) maupun di lingkungan sekitarnya

(tetangga/masyarakat).Manusia atau peserta didik saling tolong-

menolong dalam lingkungannya guna memakmurkan lingkungan

itu.Adapun manusia atau peserta didik satu sama lain saling kenal-

mengenal guna mempermudah dalam pergaulan atau interaksi sosial

dalam masyarakat, yang positip maupun negatip dalam ajaran Islam.

Masyarakat merupakan kumpulan individu dan kelompok yang

diikat oleh kesatuan negara, kebudayaan, dan agama.Masyarakat

mempunyai peranan yang besar dalam memberi arah terhadap

pendidikan anak, terutama para pemimpin atau penguasa masyarakat.

Pemimpin masyarakat muslim menghendaki anak/rakyatnya menjadi

anggota yang taat dan patuh menjalankan agamanya baik dalam

lingkungan keluarga, anggota sepermainannya, kelompok, dan

sekolahnya. Apabila anak telah besar dapat menjadi anggota

masyarakat yang baik.

Penjelasan di atas secara implisit mengandung konsep tentang

perlunya interaksi sosial bagi anak (sebagai contoh hubungan dengan

tetangga) sebagai cerminan penAgamalan ajaran Islam secara benar

sebagai ujian atau evaluasi pengembangan diri pada setiap tahap

perkembangan anak menuju kedewasaan.

Adapun cara bertetangga yaitu :

a) Tidak sombong.

b) Saling menghormati tetangga tanpa pandang bulu.

c) Sering menolong apabila tetangga sedang kesulitan, dan lain-lain.

Keteladanan orang tua dalam bermasyarakat sangatlah penting

bagi putera-puterinya, sebagai cerminan membentuk konsep diri hidup

bermasyarakat melalui kedua orang tuanya yang nantinya digunakan

sebagi pijakan hidup menatap masa depan.

3) Hidup Bermasyarakat

Page 54: Jtptiain Gdl Atiqoh0931 5964 1 Atiqoh p g

41

Suatu kehidupan masyarakat tidak lepas dari hubungan yang

bersifat sosial ataupun bersifat agamis. Agama Islam memberikan

pedoman tentang perilaku atau cara berorganisasi, dan telah

diperintahkan kepada manusia agar mendirikan suatu kelompok

(organisasi) yang bertujuan baik dari segi Agama Islam, dengan tujuan

untuk mewujudkan segala bentuk kebaikan dan mencegah segala

bentuk kemunkaran

4) Berbakti kepada Guru/Kyai

Guru/kyai ialah pahlawan tanpa tanda jasa yang berarti

guru/kyai setelah memberikan pelajaran tanpa ada bekasnya pada

murid. Oleh sebab itu salah satu upaya membalas budi baiknya adalah

dengan cara berbakti, menghormati selama masih hidup atau setelah

wafat.

Adapun guru atau kyai yang baik menurut Muhammad

Athiyah Al Abrasy, mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

a) Guru harus zuhud artinya tidak mengutamakan materi, mengajar

karena mencari ridha Allah.

b) Berjiwa bersih.

c) Ihklas dalam bekerja.

d) Sifat pemaaf.

e) Seorang guru merupakan seorang bapak atau seorang ibu sebelum

menjadi guru.

f) Mengetahu tabiat murid.

g) Seorang guru yang baik harus mengetahu materi atau bahan

pelajaran yang akan diberikan kepada peserta didik .44

Diharapkan kepada anak didik dapat menghormati guru yang telah

mendidiknya.Dan untuk murid atau peserta didik perlu adanya

44 M. Athiyah Al Abrasyi, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam, (Jakarta : Bulan Bintang,

2003), hlm. 138.

Page 55: Jtptiain Gdl Atiqoh0931 5964 1 Atiqoh p g

42

keseimbangan untuk belajar yang baik. Adapun hal yang perlu

diperhatikan oleh peserta didik sebelum belajar yaitu :

a) Membersihkan jiwa sebelum belajar.

b) Selalu mendekat diri kepada Allah.

c) Bersedia mencari ilmu dengan pengorbanan.

d) Selalu menghormati dan memulyakan guru.

e) Tidak boleh menipu dan membuka aib gurunya.

f) Bersungguh-sungguh dalam belajar.

g) Harus mencintai dan senang dalam persaudaraan.

h) Harus memberi salam kepada guru.

i) Tidak boleh meremehkan pemberian guru.

Berdasarkan pembahasan di atas, diwajibkan bagi peserta didik

untuk menghormai guru atau kyai dalam segala hal yang baik dan di

manapun tempatnya, karena guru atau kyai telah banyak memberikan jasa

kepada peserta didiknya.

c. Komponen Perilaku Keagamaan Bidang Emosional

Perilaku Keagamaan bidang emosional merupakan kualitas tingkah

laku, ucapan, dan sikap seseorang yang punya nilai utama dan hina atau

tinggi rendah, dengan kata lain halus kasarnya perasaan yang tercermin

pada tutur kata dan sikap seseorang.

Manusia hidup memiliki sikap dan perilaku yang berbeda dengan

orang lain. Ada orang yang bersikap dan berperilaku baik dan ada pula

yang memiliki sikap dan perilaku buruk dalam pergaulan. Orang bersikap

dan berperilaku baik akan senantiasa mendapat teman yang baik dan

menyenangkan dalam bergaul dengan orang lain. Sedangkan orang yang

bersikap dan berperilaku buruk selain sulit mendapat teman juga akan

dijauhi dalam pergaulan. Sebutan lain untuk sikap dan perilaku

Keagamaan seseorang di masyarakat adalah akhlak. Akhlak juga berarti

budi pekerti yang baik seseuai tuntunan agama dan norma-norma yang

hidup di masyarakat.

Page 56: Jtptiain Gdl Atiqoh0931 5964 1 Atiqoh p g

43

Pembahasan tersebut menunjukan bahwa perilaku Keagamaan

dalam pengertian sehari-hari dapat disamakan dengan akhlak (adab, sopan

santun, tata krama, budi pekerti dan etika).Menurut para ahli, pengertian

akhlak menurut bahasa berasal dari bahasa Arab, jamak dari kata khuluq

yang artinya perangai atau tabiat.45 Sedangkan pengertian akhlak menurut

Barmawi Umarie, ialah persesuain yang memungkinkan timbulnya

hubungan yang baik antara mahkluk dengan Khalik dan antara makhluk

dengan makhluk.46 Dengan bahasa yanglebih singkat Ahmad Amin,

mengatakan : Khuluk (akhlak) adalah adat (kebiasaan) kehendak.47Sejalan

dengan pendapat Ahmad Amin di atas, menurut Muhammad Zain Yusuf,

apabila kehendak itu membiasakan sesuatu (sudah terbiasa) maka

terjadilah adat sehingga disebut akhlak.48 Sehingga keadaan gerak jiwa

mendorong ke arah melakukan perbuatan yang sudah terbiasa sehingga

tidak menghajatkan pikiran. Definisi demikian sesuai konsep akhlak yang

diutarakan Imam Muhyidin Abdul Hamid Al Ghazali dalam kitabnya Ihya`

Ulumuddin, sebagai berikut :

Md Y��و :?PJ�I لCjSF�ر ا=] �>� :;L را bQ�>?7 اS :N<ه M� رةCf� �Tl?ا Y<Z

Y ورو�: S 7?ا :�C9 .

“Akhlak ialah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang darinya timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah, tanpa memerlukan pertimbangan pikiran (terlebih dahulu)”.49

Dengan demikian yang dinamakan akhlak adalah budi pekerti

atau sifat yang ada dalam jiwa manusia.

Akhlak secara otomatis melekat sejak manusia itu dilahirkan.Pada

waktu lahir orang belum bisa diketahui akhlaknya secara pasti. Kemudian

seiring dengan perkembangan fisiknya juga akan berkembang akal

45 Humaidi Tatapangarsa, Pengantar Kuliah Akhlak, (Surabaya : P.T. Bina Ilmu, 2001),

hlm. 13. 46 Barmawi Umarie, Materi Akhlak, (Yogyakarta : Ramadhani, 2002), hlm. 8. 47 Ahmad Amin, Etika Ilmu Akhlak, (Bandung : Al Ma`arif, 2004), hlm. 13. 48 Muhammad Zain Yusuf, Akhlak Tasawuf, (Semarang : IAIN, 2001), hlm. 8. 49 Muhammad Abdul Hamid Al-Ghazali, Ihya` Ulumuddin, Juz III, (Cairo : Darul Fikri,

t.th), hlm. 57.

Page 57: Jtptiain Gdl Atiqoh0931 5964 1 Atiqoh p g

44

pikirannya. Dengan melalui berbagai tahap perkembangan pribadi akan

diketahui akhlak orang tersebut. Perkembangan pribadi ke arah yang baik

akan membawa orang itu memilik akhlak yang baik atau mulia.

Seorang muslim harus berusaha untuk berakhlak mulia. Contoh

yang nyata terdapat dalam pribadi Nabi Muhammad saw beliau merupakan

sosok pribadi agung yang patut ditiru oleh orang Islam.

Berdasarkan konsep tersebut akhlak Islam bersumber dari norma-

norma yang tercantum dalam Al Quran dan Al Hadits melalui identifikasi

Nabi Muhammad saw. sebagaiuswah al hasanah (contoh teladan) dalam

kehidupan sehari-hari. Konsep tersebut ditegaskan Imam Musbikhin,

bahwa Rasulullah saw. telah meletakkan konsep-konsep dasar dalam

mendidik akhlak anak, dengan cara meluruskan kesalahan dan

menawarkan solusi terbaik demi kebaikan.50

Melalui akhlak mulia akan tercermin kepribadian seseorang atau ,

yang akan menjadi salah satu komponen sumber daya manusia yang

berkualitas. Sumber daya manusia ini sangat dibutuhkan dan sedang

digalakkan pemerintah Indonesia dalam era tinggal landas menuju era post

modernisme atau globalisasi.

Adapun manfaat bagi manusia atau peserta didik mempelajari

akhlak antara lain :

1) Memperoleh kemajuan ruhani

2) Sebagai penuntun kebaikan

3) Memperoleh kesempurnaan iman

4) Memperoleh keutamaan di hari akhir

5) Memperoleh keharmonisan rumah tangga

-komponen akhlak atau perilaku Keagamaan bidang emosional

melibatkan perasaan, emosi, dan persepsi terhadap fenomena di sekitarnya

yang menghendaki adanya sikap dan tindakan seseorang melalui interaksi

50 Imam Musbikin, Kudidik Anakku dengan Bahagia, (Yogyakarta : Mitra Pustaka,

2003)., hlm. 140.

Page 58: Jtptiain Gdl Atiqoh0931 5964 1 Atiqoh p g

45

sosial.Komponen-komponen akhlak bidang emosional mencakup dimensi

vertikal menyangkut hubungan manusia atau peserta didik dengan Allah

SWT dan dimensi horisontal menyangkut hubungan manusia atau peserta

didik dengan sesama makhluk. Perincian komponen perilaku Keagamaan

bidang emosional tersebut antara lain :

1) Dimensi Vertikal

a) Perasaan lega setelah shalat.

b) Perasaan tenang ketika iktikaf/shalat.

c) Perasaan takut bila doanya tidak terkabul.

d) Perasaan ikhlas menyertai perbuatan beribadah.

e) Perasaan harapan/keyakinan terkabulnya doa atau diterimanya

puasa.

2) Dimensi Horisontal

a) Perasaan kasihan terhadap fakir miskin.

b) Perasaan sayang terhadap makhluk yang lemah.

c) Perasaan kasih terhadap saudara atau kerabat.

d) Perasaan persaudaraan terhadap teman bermain.

e) Perasaan kebangsaan terhadap lingkungan (pada lingkup negara).

f) Perasaan simpati terhadap orang atau teman yang membutuhkan

pertolongan.51

D. KAJIAN PENELITIAN YANG RELEVAN

Peneliti telah berupaya melakukan penelusuran pustaka yang memiliki

relevansi dengan pokok permasalahan pada penelitian ini. Hal tersebut

dimaksudkan supaya fokus penelitian tidak merupakan pengulangan atas

penelitian-penelitian sebelumnya, melainkan untuk mencari sisi lain yang

signifikan untuk diteliti lebih mendalam dan lebih efektif pada sasaran. Selain

itu, penelusuran pustaka juga bermanfaat untuk membangun kerangka teoritik

yang mendasari kerangka pemikiran penelitian skripsi ini. Penelitian yang

telah penulis temukan antara lain :

51 Muhammad Zain Yusuf, Op. Cit., hlm. 27-30.

Page 59: Jtptiain Gdl Atiqoh0931 5964 1 Atiqoh p g

46

Skripsi karya Nurul Huda, NIM : 056010624 (2008) Universitas

Wahid Hasyim Semarang berjudul Pendidikan Islam Membentuk Perilaku

Keagamaan pada Keluarga Dalam Perspektif Al Quran. Meneliti tentang

konsepsi Al Quran dalam mengkaji peranan orang tua sebagai pendidik agama

dalam memberikan bimbingan/pendidikan Islam sehingga anak memiliki

perilaku Keagamaan yang Islami.Penelitian ini bersifat kualitatif (library

research) dengan analisis deskriptif.Dalam penelitian ini dipaparkan tentang

peranan orang tua terutama Ibu merupakan figur sentral pendidikan agama

bagi anak-anaknya. Melalui metode keteladanan, bimbingan, dan latihan yang

disesuaikan tingkat perkembangan anak, serta kewajiban orang tua untuk

memenuhi fasilitas belajar dan peribadatan anak seperti peci, mukena, buku,

sarung, dan fasilitas pendidikan lainnya, diharapkan potensi dasar (fitrah)

beragama anak dapat berkembang sesuai tujuan. Penelitian ini mengkaji secara

komprehensif konsep Al Quran tentang proses pendidikan agama anak dalam

keluarga mulai dari pendidikan pranikah, pendidikan dalam kandungan, dan

pendidikan pasca kelahiran sampai masa siap sekolah.52

Muhammad Khoirudin, NIM : 02006076 (2006) Universitas Sains Al

Quran Wonosobo, dalam skripsi yang berjudul “Penerapan Metode

Keteladanan Berbasis Lingkungan di SD Negeri 2 Tracap Kaliwiro

Wonosobo” yang berisi tentang penerapan pembelajaran Pendidikan Agama

Islam menggunakan metode keteladanan berbasis kontekstual di SD Negeri 2

Tracap Kaliwiro Wonosobo.53

Nasihatun Nafiah, NIM : 060 786 (2009) STIT Muhammadiyah

Kendal, dalam skripsi berjudul ”Implementasi Metode Keteladanan di TK ABA

Bangunsari Pageruyung Kendal Tahun Pelajaran 2009/2010”. Penelitian ini

mebahasa tentang penerapan metode keteladan pada proses pendidikan di TK

ABA Bangunsari Pageruyung Kendal Tahun Pelajaran 2009/2010.54

52 Lihat Skrpsi karya Nurul Huda, Pendidikan Islam dalam Keluarga dalam Perspektif Al

Quran, (Semarang : Unwahas, 2008). 53 Lihat Skripsi karya Khoirudin, Penenarapan Metode Keteladanan Berbasis

Lingkungan di SD Negeri Tracap Kaliwiro Kabupaten Wonosobo, (Salatiga : STAIN, 2007). 54Lihat Skripsi karya Nasihatun Nafiah, Implementasi Metode Keteladan di TK ABA

Bangunsari Pageruyung Kendal, (Kendal, STIT Muhammadiyah Kendal, 2009).

Page 60: Jtptiain Gdl Atiqoh0931 5964 1 Atiqoh p g

47

Penelitian pertama di atas lebih memfokuskan pada bagaimana

implementasi pendidikan agama dalam keluarga dengan berpedoman konsep

Al Quran. Adapun pada penelitian kedua dan ketiga, implementasi metode

keteladanan pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam untuk meningkatkan

hasil belajar siswa kaintannya dengan kecakapan hidup. Mengacu pada

penelitian di atas dibandingkan dengan penelitian yang penulis lakukan, yang

lebih terfokus atau lebih spesifik pada pokok bahasan Pengaruh Metode

Keteladanan Terhadap Perilaku Keagamaan Siswa SD Negeri Rejosari

Kecamatan Kangkung Kabupaten Kendal Tahun Pelajaran 2009-2010 .Konsep

pendidikan agama dalam keluarga dalam perspektif Al Quran dalam

membentuk perilaku Keagamaan pada penelitian pertama di atas dan

penerapan metode keteladanan pada penelitian kedua di atas penulis jadikan

acuan untuk melaksanakan penelitian ini. Sehingga penelitian yang penulis

lakukan juga termasuk bagian dari pengaruh keteladanan guru Pendidikan

Agama Islam dalam membentuk perilaku Keagamaan dalam aktivitas hidup

sehari-hari baik di lingkungan sekolah, keluarga, dan masyarakat.

E. HIPOTESIS

Untuk mengarahkan agar penelitian ini dapat mencapai pada

sasaranya dan sekaligus untuk menghindari adanya atau informasi yang

kurang relevan, maka di sini penulis akan mengemukakan suatu hipotesis.

Suharsimi Arikunto mengemukakan, “Hipotesis dapat diartikan

sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan

penelitian, sampai terbukti melalui data terkumpul”.55

Adapun Winarno Surahmad memberi batasan bahwa hipotesis adalah

“Suatu kesimpulan tetapi kesimpulan ini belum final, masih harus dibuktikan

kebenarannya”.56

55 Suharsimi, Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Bina Aksara,

Jakarta, 1989, hal. 62 56 Syaiful Bahri Djamaroh, Psikologi Belajar, Rineka Cipta, Jakarta, 2002, hal. 14

Page 61: Jtptiain Gdl Atiqoh0931 5964 1 Atiqoh p g

48

Selanjutnya berangkat dari permasalahan di atas penulis mengajukan

hipotesis sebagai berikut : “ Metode problem solving dapat meningkatkan

hasil belajar Pendidikan Agama Islam siswa Kelas V SD Negeri

Jatipurwo Kecamatan Rowosari Kabupaten Kendal Tahun 2010/2011 “

Page 62: Jtptiain Gdl Atiqoh0931 5964 1 Atiqoh p g

49

BAB III

METODE PENELITIAN

Suatu kegiatan ilmiah dimaksudkan untuk mendapatkan data yang akurat

dalam menguji suatu kebenaran. Dalam usaha untuk memperoleh data-data

tersebut diperlukan langkah-langkah antara lain: penetapan subjek penelitian,

pengadaan data, dan analisis data berdasarkan metode yang dapat di pertanggung

jawabkan.

Sehubungan dengan metode di atas, dalam bab ini akan dibahas mengenai

subjek penelitian, waktu dan tempat penelitian, teknik pengumpulan data, teknis

analisis data, metode penyusunan instrument dan siklus kegiatan.

A. Subjek Penelitian

Subjek yang diteliti adalah siswa yang mendapatkan materi tentang

upaya peningkatan hasil nilai pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan

menggunakan metode problem solving dan aplikasinya dalam kehidupan

sehari-hari oleh siswa Kelas V SD Negeri Jatipurwo Kecamatan Rowosari

Kabupaten Kendal Tahun 2010/2011 . Kaitannya dengan penelitian ini, yang

menjadi subyek penelitian adalah peserta didik di kelas V di SD Negeri

Jatipurwo Kecamatan Rowosari Kabupaten Kendal Tahun 2010/2011, dengan

jumlah peserta didik sebanyak 30 orang.

Tabel 1

Daftar nama peserta didik Kelas V SD Negeri Jatipurwo

Kecamatan Rowosari Kabupaten Kendal 1

No. Nama L/P

1 ADIK SISWANTO L

2 DEWI SAFITRI P

1 Dokumen SD negeri Jatipurwo Rowosari Kendal

Page 63: Jtptiain Gdl Atiqoh0931 5964 1 Atiqoh p g

50

3 DIMAS EKA PRADANA L

4 FERYANTO AJI WIBOWO L

5 IVAN AVIANTO L

6 SYAHRUL FAUZAN ADHIM L

7 ABIE AINUR RIFAL L

8 ALNA PRISKILA P

9 ANGGA ADI MAULANA L

10 ARGA BASTIAN PRANIKO L

11 AYU WULANDARI P

12 M . BASYARUR ROHMAN L

13 BELLA RAHMATUL AZZA P

14 DENI TOMAS PRAKOSO L

15 DEWI MAYANGSARI P

16 EVA YULIANA P

17 FANDHILATUL KHUSNA P

18 IFANA P

19 KHOIRUL AMAL L

20 LILIS KHUSNUL LATIFAH P

21 MELINDA P

22 M.HATIBUR ROHMAN L

Page 64: Jtptiain Gdl Atiqoh0931 5964 1 Atiqoh p g

51

23 M.RINDHON L

24 M . AYUB SYAEFULLAH L

25 OKTIYANI NASYIQOTUL P

26 RATIH TRI WIDYA ANANDA P

27 RIZKI PURNOMO P

28 SITI ALFIATUR R P

29 TRI WIDYA ASTUTIK P

30 ULVA SULASIH P

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Jatipurwo

Kecamatan Rowosari Kabupaten Kendal Tahun 2010/2011, mulai tanggal 20

Maret 2011 sampai tanggal 19 April 2011.

Tempat yang digunakan untuk melakukan penelitian ini adalah SD

Negeri Jatipurwo Kecamatan Rowosari Kabupaten Kendal Provinsi Jawa

Tengah.

C. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini, peneliti menggunakan

metode pengumpulan data sebagai berikut:

1. Metode Observasi

Observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematis

terhadap gejala yang tampak pada obyek penelitian2. Dalam menggunakan

metode observasi cara yang paling efektif adalah melengkapinya dengan

format atau blanko pengamatan sebagai instrumen (Lampiran 3). Format

2 S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), halm

158.

Page 65: Jtptiain Gdl Atiqoh0931 5964 1 Atiqoh p g

52

yang disusun berisi item-item tentang kejadian atau tingkah laku yang

digambarkan akan terjadi3.

Metode observasi ini digunakan untuk memperoleh data tentang

situasi belajar mengajar dan untuk mengetahui aktivitas peserta didik pada

saat dilakukannya tindakan. Pengambilan data tersebut dengan lembar

observasi.

2. Metode Tes

Tes adalah merupakan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang

digunakan untuk mengukur ketrampilan, pengetahuan intelegensi,

kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Tes ini

untuk menilai dan mengukur hasil belajar siswa dalam ranah psikomotorik

yakni gerakan dan bacaan salat sesuai dengan tujuan pembelajaran

Metode ini untuk mengetahui peningkatan hasil pembelajaran

Pendidikan Agama Islam siswa Kelas V SD Negeri Jatipurwo Kecamatan

Rowosari Kabupaten Kendal Tahun Pelajaran 2010/2011

3. Metode Dokumentasi

Dokumentasi, dari asal kata dokumen, yang artinya barang-barang

tertulis.

Metode dokumentasi digunakan untuk mengetahui dan

mendapatkan daftar nama peserta didik yang menjadi sampel penelitian

yaitu pada Classroom Action Research, dalam hal ini adalah siswa Kelas

V Sekolah Dasar Negeri Jatipurwo Kecamatan Rowosari Kabupaten

Kendal Tahun 2010/2011

D. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data adalah jalan yang dipakai untuk mendapatkan

ilmu pengetahuan ilmiah dengan perincian terhadap obyek yang diteliti atau

cara penanganan terhadap suatu obyek ilmiah tertentu dengan jalan memilah-

3 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka

Cipta, 1998), hlm 229.

Page 66: Jtptiain Gdl Atiqoh0931 5964 1 Atiqoh p g

53

milah antara pengertian yang satu dengan pengertian yang lain sekedar untuk

memperoleh penjelasan mengenai halnya4.

Maksud utama dari analisis data adalah untuk membuat data itu dapat

dimengerti, sehingga penemuan yang dihasilkan bisa dikomunikasikan kepada

orang lain5.

Data hasil pengamatan diolah dengan analisis deskriptif untuk

menggambarkan keadaan siswa selama mengikuti proses pembelajaran

Pendidikan Agama Islam dengan metode problem solving. Dan untuk

menggambarkan perubahan perilaku Keagamaan siswa Kelas V dan

aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari berdasarkan peningkatan hasil nilai

Pendidikan Agama Islam . Data yang terkumpul dianalisis secara deskriptif

dengan melihat gejala atau tanda-tanda perubahan siswa yang ditunjukkan

sikap positif, seperti dapat melakukan ibadah dengan baik dan benar , dapat

menununjukkan sikap akhlakul karimah.

E. Metode Penyusunan Instrumen

1. Desain Penelitian

Desain penelitian ini menggunakan desain penelitian tindakan kelas

(PTK) atau disebut juga Classroom Action Research. Ada tiga kata yang

membentuk pengertian PTK, yaitu sebagai berikut:

a. Penelitian, yaitu kegiatan mencermati suatu objek, menggunakan

aturan metodologi tertentu untuk meningkatkan mutu dari suatu hal

yang menarik minat dan penting bagi peneliti.

b. Tindakan, yaitu suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan

tujuan tertentu, yang dalam penelitian ini berbentuk rangkaian siklus

kegiatan.

c. Kelas, yaitu sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama

menerima pelajaran yang sama dari seorang guru6.

4 Sudarto, Metodologi Penelitian Filsafat, (Jakarta: Raja Grafindo, 1996), hlm 59.

5 H. Mohammad Ali, Strategi Penelitian Pendidikan, (Bandung: Angkasa, 1993), hlm

166. 6 Zainal Aqib, Penelitian Tindakan Kelas, (Bandunma Widya, 2007), hlm 12.

Page 67: Jtptiain Gdl Atiqoh0931 5964 1 Atiqoh p g

Dari ket

tindakan kelas

sengaja dimunc

Dalam

dengan penelit

mereka secara

dihadapi guru d

Adapun

beberapa siklus

yaitu (1) peren

Dan dalam pen

modelnya adala

Ga

2. Rencana Pelaks

Rencana

berdasarkan fo

7 Suharsimi Ariku

hlm 63.

ari ketiga penelitian tersebut, dapat disimpulkan ba

kelas merupakan suatu pencermatan terhadap

imunculkan, dan terjadi dalam sebuah kelas.

alam pelaksanaannya, maka kerjasama (kolaboras

eneliti menjadi hal yang sangat penting. Mela

ecara bersama menggali dan mengkaji permasalah

guru dan atau siswa di sekolah7.

dapun model dari penelitian tindakan kelas

siklus, dimana masing-masing siklus terdiri dari e

perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan d

m penelitian ini, peneliti menggunakan dua (2) s

a adalah sebagai berikut:

Gambar 3.8 Model Penelitian Tindakan Kelas

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

encana pelaksanaan pembelajaran pada tiap

an format yang disyaratkan dalam Kurikulum T

Arikunto, dkk., Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Bumi A

54

kan bahwa penelitian

adap kegiatan yang

laborasi) antara guru

Melalui kerjasama,

asalahan nyata yang

kelas yaitu melalui

i dari empat tahapan,

tan dan (4) refleksi.

a (2) siklus. Adapun

tiap siklus dibuat

lum Tingkat Satuan

Bumi Aksara, 2007),

Page 68: Jtptiain Gdl Atiqoh0931 5964 1 Atiqoh p g

55

Pendidikan (KTSP). Di dalam RPP tertuang skenario pembelajaran

Pendidikan Agama Islam dengan pemecahan masalah atau problem

solving sebagai metode pembelajaran.

3. Instrumen Pengamatan

Instrumen pengamatan disusun dengan indikator-indikator yang

bisa mengukur peningkatan hasil nilai pembelajaran Pendidikan Agama

Islam dengan menggunakan metode problem solving dan aplikasinya

dalam kehidupan sehari-hari (Lampiran 3 dan 4). Dalam hal ini terutama

untuk mengukur motivasi peserta didik dalam beribadah dan berakhlakkul

karimah melalui metode problem solving.

F. Siklus Kegiatan

Kegiatan dirancang dengan penelitian tindakan kelas. Kegiatan

diterapkan dalam upaya peningkatan hasil nilai pembelajaran Pendidikan

Agama Islam dengan menggunakan metode problem solving dan aplikasinya

dalam kehidupan sehari-hari. Penelitian ini dirancang dalam 2 siklus, yaitu

siklus I dan siklus II. Tiap tahapan langkah disusun dalam siklus penelitian.

Setiap siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi.

Sebelum dilaksanakannya siklus I dan siklus II, maka diawali dengan

Pra Siklus, dimana pra siklus ini bertujuan untuk mengetahui kondisi awal

kelas yang akan diteliti. Pelaksanaan pra siklus ini, peneliti mengamati peserta

didik ketika menerima materi pelajaran dengan metode ceramah.

1. Siklus I

a. Perencanaan

1) Pada siklus ini, materi yang akan disampaikan adalah tentang

pembelajaran Pendidikan Agama Islam tentang ibadah salat dan

akhlak terpuji .

2) Menyiapkan naskah soal pengetahuan salat dan akhlak terpuji

(teori dan praktik).

3) Menyiapkan naskah wawancara dan lembar pengamatan.

b. Pelaksanaan

Page 69: Jtptiain Gdl Atiqoh0931 5964 1 Atiqoh p g

56

Peneliti dengan didampingi guru mitra melaksanakan pembelajaran

sesuai dengan RPP yang telah disiapkan sebelumnya. Adapun langkah-

langkah pembelajaran Pendidikan Agama Islam tentang ibadah salat

dan akhlak terpuji melalui metode problem solving adalah sebagai

berikut:

1) Guru menyampaikan materi.

2) Dengan tanya jawab,guru memberikan contoh soal.

3) Guru memberikan satu atau dua soal yang harus dipecahkan oleh

siswa berdasarkan persyaratan soal sebagai problem yaitu:

a) Siswa mememiliki pengetahuan,prasyarat untuk mengerjakan

soal tersebut.

b) Siswa belum tahu algoritma/cara pemecahan soal tersebut.

c) Siswa dan berkehendak untuk menyelesaikan soal tersebut.

4) Siswa dengan dipandu guru menyelesaikan soal yang dipakai

sebagai bahan ajar.

5) Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi.

c. Pengamatan

Dilakukan dengan mengamati kegiatan pembelajaran apakah sudah

sesuai dengan rencana atau belum. Seorang observer mengamati

aktivitas-aktivitas yang dilakukan peserta didik dan mencatat dalam

lembar observasi.

d. Refleksi

1) Secara kolaboratif dengan guru mitra menganalisis hasil

pengamatan berdasarkan indikator yang telah dicapai dan

selanjutnya membuat simpulan sementara terhadap pelaksanaan

siklus I.

2) Memperhatikan kekurangan pada siklus I. Hal-hal yang dapat

meningkatkan aktivitas siswa terus dikembangkan dan jika masih

ada kekurangan atau ketidak berhasilan di siklus I, maka dapat

diperbaiki di siklus II.

2. Siklus II

Page 70: Jtptiain Gdl Atiqoh0931 5964 1 Atiqoh p g

57

a. Perencanaan

1) Pada siklus ini, materi yang akan disampaikan adalah kelanjutan

dari materi sebelumnya, yaitu praktik salat dan akhlak terpuji .

2) Meninjau kembali rancangan pembelajaran yang telah disiapkan

untuk siklus II. Disini peserta didik benar-benar dipersiapkan untuk

lebih terarah pada indikator pencapaian yaitu pada penekanan

pencapaian hasil nilai pembelajaran, karena untuk mengetahui

apakah ada peningkatan hasil nilai atau masih stagnan.

3) Menyiapkan naskah soal tulis dan praktik berisi tentang materi

salat dan akhlakul karimah.

4) Mempersiapkan bantuan lebih khusus pada peserta didik yang

belum mencapai hasil maksimal ( sesuai kriteria penilaian ) dan

kesesuaian antara nilai tulis dan perilaku sehari-hari.

b. Pelaksanaan

1) Menyuruh peserta didik untuk mendiskusikan materi yang sudah

ditentukan sesuai kelompok kerja masing-masing.

2) Meminta masing-masing kelompok untuk mempresentasikan dan

mempraktikkan materi yang sudah ditentukan sesuai kelompok

kerja masing-masing.

3) Memberi pengarahan kepada peserta didik yang akan

melaksanakan diskusi kelompok.

4) Peserta didik mendiskusikan materi yang sudah ditentukan sesuai

kelompok kerja masing-masing.

5) Memberi penjelasan tambahan tentang pembelajaran salat dan

akhlakul karimah.

6) Meminta peserta didik untuk menyimpulkan hasil diskusi

kelompok.

c. Pengamatan

Pengamatan dengan menggunakan lembar observasi. Sama dengan

siklus I, dengan melihat aktivitas-aktivitas yang dilakukan peserta

didik pada saat proses pembelajaran berlangsung menggunakan

metode problem solving.

Page 71: Jtptiain Gdl Atiqoh0931 5964 1 Atiqoh p g

58

d. Refleksi

1) Secara kolaboratif menganalisis hasil pengamatan berdasarkan

indikator yang telah dicapai dan membuat kesimpulan dari

pelaksanaan tindakan siklus II.

2) Data siklus I merupakan refleksi siklus I. Refleksi pada siklus II

adalah hasil penelitian yang dilakukan dalam kedua siklus tersebut,

jika dari data yang diperoleh mengalami peningkatan maka

penelitian dianggap berhasil.

3)

G. Indikator Keberhasilan

Tabel 2

Indikator Keberhasilan Peserta Didik Dalam Pembelajaran

Pendidikan Agama Islam (Akhlak Terpuji) Dengan Menggunakan

Metode Problem Solving

No. Indikator Aspek-aspek yang diamati

1 Keaktifan a. Aktif membaca

b. Mengamati gambar dengan seksama

c. Aktif mencatat hasil pengamatan

d. Dapat menyimpulkan hasil pembelajaran

e. Memperhatikan penjelasan dari guru

f. Aktif bertanya pada saat pembelajaran

g. Mengobrol dengan teman pada saat

pembelajaran

h. Mengantuk pada saat pembelajaran

i. Melakukan aktivitas lain di luar kegiatan

pembelajaran

j. Mengganggu teman yang sedang

berdiskusi

k. Membuat gaduh suasana kelas

2 Ketertarikan a. Ketertarikan terhadap metode problem

solving

Page 72: Jtptiain Gdl Atiqoh0931 5964 1 Atiqoh p g

59

b. Mempunyai keterlibatan aktivitas

selama proses pembelajaran dengan

metode problem solving

c. Mempunyai perhatian khusus selama

proses pembelajaran dengan metode

problem solving

Page 73: Jtptiain Gdl Atiqoh0931 5964 1 Atiqoh p g

60

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Peningkatan peningkatan hasil nilai pembelajaran bagi peserta didik yang

kurang bersemangat dalam mengikuti mata pelajaran biologi merupakan

penelitian tindakan kelas yang direncanakan pelaksanaannya melalui 2 siklus,

yaitu siklus I dan siklus II. Dalam penelitian ini, langkah yang ditempuh adalah

menetapkan aspek-aspek yang diteliti, melakukan pengamatan dan mencatat

hasilnya.

A. Kondisi Awal

Sebelum melakukan tindakan, peneliti terlebih dahulu melakukan

pengamatan terhadap peserta didik Kelas V SD Negeri Jatipurwo Kecamatan

Rowosari kabupaten Kendal. Hasil pengamatan tersebut adalah sebagai

berikut:

Dari 30 orang yang tercatat sebagai peserta didik Kelas V SD Negeri

Jatipurwo Kecamatan Rowosari kabupaten Kendal di antaranya menunjukkan

sikap yang kurang bersemangat terhadap pelajaran Pendidikan Agama Islam .

Di samping itu, peserta didik cenderung pasif selama proses pembelajaran

berlangsung.

Hal ini dikarenakan pada saat penyampaian materi pelajaran, guru

menggunakan cara konvensional atau dengan menggunakan metode ceramah.

Pelaksanaan pembelajarannya didominasi oleh guru yang berbicara secara

aktif atau berceramah, sehingga peserta didik merasa jenuh dan beberapa dari

mereka tidak memperhatikan penjelasan materi yang diberikan oleh guru

mereka. Beberapa dari mereka melakukan aktivitas-aktivitas yang lain,

misalnya mengantuk, mengobrol dengan teman sebangku, bahkan ada yang

sampai mengerjakan tugas maupun PR mata pelajaran yang lain ketika guru

sedang menjelaskan materi.

Page 74: Jtptiain Gdl Atiqoh0931 5964 1 Atiqoh p g

61

Berdasarkan hasil pengamatan tersebut dapat disimpulkan bahwa

dalam kelas tersebut terdapat beberapa orang peserta didik yang kurang

termotivasi dalam mengikuti pelajaran Pendidikan Agama Islam. Oleh karena

itu, dicarilah cara agar dapat meningkatkan peningkatan hasil nilai

pembelajaran peserta didik, sehingga hasil nilai pembelajaran meningkat dan

perilaku keagamaan semakin nyata dengan mengubah metode pembelajaran

yakni metode problem solving.

B. Data Hasil Penelitian

Untuk memperoleh data tentang peningkatan hasil nilai pembelajaran

Pendidikan Agama Islam siswa Kelas V SD Negeri Jatipurwo Kecamatan

Rowosari Kabupaten Kendal, diperoleh melalui lembar observasi tentang

aktivitas peserta didik selama proses pembelajaran dan angket tentang

peningkatan hasil nilai pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan

ketertarikan pada metode problem solving .

Untuk mengetahui lebih jelas data hasil penelitian dapat dilihat pada

deskripsi sebagai berikut:

1. Data Observasi Siklus I dan Siklus II

Observasi dilakukan selama proses pembelajaran oleh seorang

observer dengan menggunakan lembar observasi. Lembar observasi terdiri

dari 12 indikator, yang terdiri atas 7 indikator positif dan 5 indikator

negatif. Seorang observer akan memberikan tanda check list (√) untuk

setiap peserta didik yang melakukan aktivitas belajar yang tertera pada

lembar observasi. Data hasil observasi dapat dilihat pada tabel berikut:

Page 75: Jtptiain Gdl Atiqoh0931 5964 1 Atiqoh p g

62

Tabel 3

Data Hasil Aktivitas Peserta Didik Selama Mengikuti Proses

Pembelajaran melalui Metode Problem Solving

pada Siklus I dan Siklus II

Siklus I

No.

Unsur yang diamati

Ya Tidak ∑ peserta

didik % ∑ peserta

didik %

1 Aktif menjawab pertanyaan guru 12 40 18 60

2 Aktif berdiskusi 9 30 21 70

3 Mengamati diskusi dengan seksama

5 16,7 25 83,3

4 Aktif mencatat hasil diskusi 7 23,3 23 76,7

5 Dapat menyimpulkan hasil diskusi 14 46,7 16 53,3

6 Memperhatikan penjelasan guru dengan seksama

12 40 18 60

7 Aktif bertanya pada saat pembelajaran

5 16,7 25 83,3

8 Mengobrol dengan teman pada saat pembelajaran

10 33,3 20 66,7

9 Mengantuk pada saat pembelajaran

7 23,3 23 76,7

10 Melakukan aktivitas lain di luar kegiatan pembelajaran

6 20 24 80

11 Mengganggu teman yang sedang melakukan permainan

4 13,3 26 86,7

12 Membuat gaduh suasana kelas 8 26,7 22 73,3

Siklus II

No.

Unsur yang diamati

Ya Tidak ∑ peserta

didik % ∑ peserta

didik %

1 Aktif menjawab pertanyaan guru

21 70 9 30

2 Aktif berdiskusi 19 63,3 11 36,7

3 Mengamati diskusi dengan seksama

16 53,3 14 46,7

4 Aktif mencatat hasil diskusi 15 50 15 50

5 Dapat menyimpulkan hasil 25 83,3 5 16,7

Page 76: Jtptiain Gdl Atiqoh0931 5964 1 Atiqoh p g

63

diskusi 6 Memperhatikan penjelasan guru

dengan seksama 21 70 9 30

7 Aktif bertanya pada saat pembelajaran

17 56,7 13 43,3

8 Mengobrol dengan teman pada saat pembelajaran

4 13,3 26 86,7

9 Mengantuk pada saat pembelajaran

0 0 30 100

10 Melakukan aktivitas lain di luar kegiatan pembelajaran

0 0 30 100

11 Mengganggu teman yang sedang melakukan permainan

0 0 30 100

12 Membuat gaduh suasana kelas 6 20 24 80

Tabel 4

Perbandingan Aktivitas Peserta Didik Siklus I dan Siklus II

No. Unsur yang diamati Siklus I (%) Siklus II (%)

1 Aktif menjawab pertanyaan guru 40 70

2 Aktif berdiskusi 30 36,7

3 Mengamati diskusi dengan seksama 16,7 53,3

4 Aktif mencatat hasil diskusi 23,3 50

5 Dapat menyimpulkan hasil diskusi 16,7 46,7

6 Memperhatikan penjelasan guru dengan seksama

40 70

7 Aktif bertanya pada saat pembelajaran 16,7 56,7

8 Mengobrol dengan teman pada saat pembelajaran

33,3 13,3

9 Mengantuk pada saat pembelajaran 23,3 0

10 Melakukan aktivitas lain di luar kegiatan pembelajaran

20 0

11 Mengganggu teman yang sedang melakukan permainan

13,3 0

12 Membuat gaduh suasana kelas 26,7 20

Page 77: Jtptiain Gdl Atiqoh0931 5964 1 Atiqoh p g

64

C. Analisis Data Siklus I dan Siklus II

1. Siklus I

Berdasarkan hasil penelitian pada pembelajaran Siklus I yang

diperoleh dari hasil observasi dan angket, dapat diketahui bahwa:

1) Melalui hasil observasi tentang keterlibatan aktif selama proses

pembelajaran menggunakan metode problem solving pada Siklus I ini,

dapat diketahui bahwa belum sepenuhnya peserta didik terlibat aktif

dalam proses pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dari beberapa

indikator yang prosentasenya masih kurang, seperti aktif menjawab

pertanyaan dari guru (40), mengamati diskusi dengan seksama (16,7),

aktif mencatat hasil diskusi (23,3), aktif bertanya pada saat

pembelajaran (16,7) dan beberapa indikator negatif yang

prosentasenya masih cukup tinggi jika dibandingkan dengan yang

tidak melakukan indikator-indikator negatif, misalnya mengobrol

dengan teman pada saat pembelajaran, mengantuk pada saat

pembelajaran, melakukan aktivitas-aktivitas di luar kegiatan

pembelajaran.

2. Siklus II

Berdasarkan hasil penelitian pada pembelajaran Siklus II yang

diperoleh dari hasil observasi adalah sebagai berikut:

Dari hasil observasi tentang aktivitas peserta didik selama proses

pembelajaran berlangsung menggunakan metode problem solving terjadi

peningkatan prosentase pada indikator aktif menjawab pertanyaan dari

guru dari 40 menjadi 70, mengamati diskusi dengan seksama dengan dari

16,7 menjadi 53,3, dan aktif mencatat hasil pengamatan dari 23,3 menjadi

50. Peserta didik yang mengobrol dan mengantuk pada saat pembelajaran

serta yang melakukan aktivitas-aktivitas di luar kegiatan pembelajaran

terjadi penurunan jumlah prosentase. Berarti jumlah peserta didik yang

melakukan indiktor-indikator negatif berkurang, hal tersebut dikarenakan

Page 78: Jtptiain Gdl Atiqoh0931 5964 1 Atiqoh p g

65

bahwa peserta didik sudah jelas dan paham mengenai penggunaan metode

problem solving dalam pembelajaran.

D. Pembahasan Siklus I dan Siklus II

1. Siklus I

Pada Siklus I ini, pada saat pembelajaran dengan menggunakan

metode problem solving belum terlaksana secara maksimal. Hal ini

dikarenakan mereka terlihat ragu-ragu untuk mengeluarkan pendapatnya.

Kebanyakan dari mereka tidak berani ketika diminta untuk bertanya atau

pun menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan oleh guru mereka.

Selama proses pembelajaran berlangsung, ada beberapa orang

peserta didik yang mengantuk, mengobrol dengan teman sebangkunya atau

pun melakukan aktivitas-aktivitas di luar kegiatan pembelajaran, misalnya

ada yang menjahili teman yang duduk di sekitar tempat duduknya atau

melihat ke luar kelas. Bahkan ada juga yang mengerjakan tugas mata

pelajaran yang lain.

Berdasarkan hasil observasi dapat diketahui bahwa peserta didik

belum terlibat secara aktif dan masih bingung ketika berdiskusi serta

mereka belum terbiasa dengan penggunaan metode baru dalam kegiatan

pembelajarannya. Sehingga, dalam pelaksanaannya belum berjalan secara

optimal.Tetapi pada dasarnya peserta didik memiliki ketertarikan terhadap

pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan menggunakan metode

problem solving, walaupun hasilnya belum optimal dan belum sesuai

dengan harapan. Dengan menggunakan metode problem solving, peserta

didik tidak lagi mendengarkan penjelasan materi dari guru mereka

(melalui metode ceramah). Komunikasi satu arah (komunikasi antara

pendidik/ guru dengan peserta didik) bisa dihilangkan dan diganti dengan

komunikasi banyak arah (komunikasi yang terjadi bisa antara guru dengan

peserta didik, antara peserta didik dengan guru, bahkan antara peserta

didik dengan peserta didik) atau komunikasi tranaksi.

Page 79: Jtptiain Gdl Atiqoh0931 5964 1 Atiqoh p g

66

Diskusi pada Siklus I ini, peserta didik yang melaksanakan diskusi

kelompok pada saat proses pembelajaran tersebut berlangsung.

Berdasarkan data-data yang diperoleh, pada dasarnya peserta didik

merasa senang dan tertarik dengan pembelajaran dengan problem solving.

Namun, pada pembelajaran Siklus I ini harapan-harapan belum tecapai

secara optimal, hal ini disebabkan adanya kendala-kendala seperti peserta

didik belum terbiasa dengan proses pembelajaran dengan metode problem

solving, peserta didik belum bisa sepenuhnya ikut terlibat secara aktif

selama proses pembelajaran dengan metode problem solving karena

biasanya paserta didik hanya mendengarakan ceramah dari guru mereka.

Setelah mengamati proses pembelajaran dengan menggunakan

metode problem solving pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam

siswa Kelas V SD Negeri Jatipurwo Kecamatan Rowosari Kabupaten

Kendal pada Siklus I ini, kemudian peneliti mendiskusikan dengan guru

mitra untuk pelaksanaan ke tahap berikutnya yaitu pada Siklus II.

Refleksi Siklus I

Sebelum melaksanakan Siklus II, maka dilakukan refleksi untuk

Siklus I terlebih dahulu. Kendala hasil refleksi Siklus I, serta tindak lanjut

untuk Siklus II dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 6

Data Refleksi Siklus I

No. Jenis kendala

yang dihadapi

Hasil Refleksi Tindak Lanjut/ Rencana

Siklus II

1 Keterlibatan aktif selama proses pembelajaran

- Banyak peserta didik yang tidak berani bertanya tentang materi pelajaran yang belum jelas.

- Guru memotivasi peserta didik agar berani bertanya, misalnya dengan memberi pertanyaan terlebih dulu atau memberi permasalahan. Guru memberi kesempatan kepada seluruh peserta didik agar

Page 80: Jtptiain Gdl Atiqoh0931 5964 1 Atiqoh p g

67

- Peserta didik

masih ragu-ragu untuk mengungkapkan pendapatnya ketika menjawab pertanyaan.

- Peserta didik masih bingung tentang tatacara diskusi.

- Peserta didik yang mengamati temannya yang diskusi terlihat acuh tak acuh, sehingga dalam menilai terlihat asal-asalan.

berani bertanya. - Guru memotivasi

peserta didik agar berani mengungkapkan pendapat atau jawabannya dengan lebih menghargai setiap pendapat peserta didik.

- Guru membimbing dan memberikan motivasi agar mereka tidak bingung dan malu lagi.

- Guru memberikan pengetahuan kepada peserta didik pada saat anak mengamati temannya yang sedang diskusi, sehingga peserta didik lebih serius dalam mengamatinya.

2 Tanggapan peserta didik

Peserta didik merasa tidak bebas jika guru yang memilih peserta didik sebagai anggota kelompok diskusi

Guru memberi kesempatan kepada peserta didik untuk membentuk kelompok diskusi (kemauan peserta didik sendiri).

3 Motivasi peserta didik untuk mengikuti pembelajaran dengan metode problem solving

Motivasi untuk mengikuti pembelajaran belum optimal. Masih ada beberapa orang peserta didik yang mengobrol, mengantuk, dsb.

Guru meningkatkan pelaksanaan pembelajaran dengan metode problem solving, melakukan pendekatan kepada peserta didik yang belum termotivasi untuk mengikuti pembelajaran.

2. Siklus II

Page 81: Jtptiain Gdl Atiqoh0931 5964 1 Atiqoh p g

68

Pada Siklus II ini adanya peningkatan peningkatan hasil nilai

pembelajaran pada peserta didik sudah terlihat. Hal itu bisa diketahui dari

aktivitas peserta didik selama proses pembelajaran yang meningkat,

ketertarikan peserta didik terhadap pembelajaran Pendidikan Agama Islam

melalui metode problem solving pun meningkat. Hal tersebut dapat dilihat

pada tabel hasil observasi kegiatan peserta didik pada saat proses

pembelajaran berlangsung dan dari tabel hasil angket yang diperoleh

setelah proses pembelajaran selesai. Pelaksanaan proses problem solving

dalam kelas sudah telihat lebih baik, peserta didik merasa senang dan

tertarik dengan pembelajaran dengan metode problem solving.

Dari hasil observasi aktivitas peserta didik selama proses

pembelajaran berlangsung, dapat diketahui bahwa jumlah peserta didik

yang melakukan indikator-indikator negatif, misalnya mengobrol dengan

teman pada saat pembelajaran, mengantuk selama proses pembelajaran

sudah berkurang bahkan tidak ada yang melakukan hal-hal tesebut. Dari

hasil tersebut dapat diperoleh gambaran bahwa peserta didik merasa lebih

senang dengan pembelajaran dengan metode problem solving. Dengan

adanya rasa senang selama proses pembelajaran ini, maka dengan

sendirinya peserta didik lebih termotivasi untuk mengikuti proses

pembelajaran. Selain itu, dengan metode problem solving dapat

memberikan suasana kelas yang menyenangkan dan ini merupakan salah

satu bentuk motivator, sehingga peserta didik lebih antusias dalam

mengikuti pembelajaran.

Hasil pengamatan pada pembelajaran Siklus II menunjukkan

bahwa aktivitas peserta didik selama proses pembelajaran sudah optimal,

tanggapan peserta didik mengenai pembelajaran dengan metode problem

solving sangat baik, peserta didik merasa senang dengan diterapkannya

proses pembelajaran tersebut.

Page 82: Jtptiain Gdl Atiqoh0931 5964 1 Atiqoh p g

69

Tabel 7

Perbandingan Proses Pembelajaran Siklus I dan Siklus II

No. Siklus I Siklus II

1 Keterlibatan aktif siswa

Peserta didik belum sepenuhnya ikut terlibat aktif dalam proses pembelajaran, terlihat dari sedikitnya peserta didik yang berani bertanya dan mengungkapkan pendapat/ jawabannya, serta peserta didik belum bisa mengamati diskusi dengan baik.

Keterlibatan aktif peserta didik dalam proses pembelajaran sudah optimal dengan adanya motivasi dan bimbingan dari guru, siswa menjadi berani bertanya dan mengungkapkan pendapatnya serta mampu mengamati temannya yang sedang diskusi dengan baik.

2 Tanggapan siswa Peserta didik merasa tidak bebas jika guru yang memilih peserta didik untuk menunjuk anggota kelompok diskusi.

Guru memberi kesempatan kepada peserta didik yang akan berdiskusi (ditentukan oleh peserta didik)

3 Peningkatan hasil nilai pembelajaran peserta didik untuk mengikuti pembelajaran dengan metode problem solving

Motivasi untuk mengikuti pembelajaran belum optimal , masih ada beberapa peserta didik yang mengobrol, mengantuk pada saat pembelajaran, dsb. Serta pelaksanaan diskusi yang belum optimal.

Motivasi untuk mengikuti proses pembelajaran sudah optimal, dapat dilihat dari berkurangnya jumlah peserta didik yang mengobrol dan mengantuk pada saat pembelajaran serta pelaksanaan diskusi yang semakin baik.

4 Pelaksaan diskusi

Dalam pelaksanaan diskusi, peserta didik masih bingung dan malu-malu ketika menyampaikan isi dari materi pelajaran.

Dalam pelaksanaan diskusi, peserta didik sudah berani untuk menyampaikan materi pelajaran dan melaksanakan diskusi kelompok dengan baik

Adapun data setiap peserta didik dalam mengikuti pembelajaran

dengan problem solving terdapat pada pada lampiran 7.

Page 83: Jtptiain Gdl Atiqoh0931 5964 1 Atiqoh p g

70

E. Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan-keterbatasan dalam penelitian yang peneliti lakukan

adalah sebagai berikut:

1. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan di SD Negeri Jatipurwa

Kecamatan Rowosari Kabupaten Kendal mencoba menggunakan metode

problem solving dalam rangka untuk meningkatkan peningkatan hasil nilai

pembelajaran peserta didik dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam

merupakan keterbatasan penelitian, diantaranya cara memperoleh data dari

penelitian tersebut, peneliti mengamati dan meminta data dari guru mata

pelajaran.

2. Penelitian dilaksanakan di SD Negeri Jatipurwa Kecamatan Rowosari

Kabupaten Kendal adalah penelitian yang dilaksanakan di kelas V dengan

menggunakan metode problem solving dalam pembelajaran Pendidikan

Agama Islam yang jumlahnya 30 peserta .

3. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) oleh peneliti di SD Negeri Jatipurwa

Kecamatan Rowosari Kabupaten Kenda tidak lepas dari sumber-sumber

pustaka sebagai landasan teori dari penelitian ini. Dengan segala

keterbatasan yang dimiliki oleh peneliti, maka referensi, daftar pustaka

atau hasil-hasil penelitian yang relefan dengan penelitian kurang maksimal

dalam mencari sumber tersebut, sehingga menjadi sebuah kekurangan dan

keterbatasan dalam penelitian ini.

4. Penelitian ini hanya bertujuan untuk mengetahui peningkatan peningkatan

hasil nilai pembelajaran peserta didik dalam pembelajaran Pendidikan

Agama Islam dan aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari Kelas V di SD

Negeri Jatipurwa Kecamatan Rowosari Kabupaten Kendal.

Keterbatasan-keterbatasan yang peneliti hadapi diatas tentunya sedikit

banyak berpengaruh terhadap penelitian yang dilakukan. Namun demikian,

banyak hambatan dan tantangan yang harus dihadapi, peneliti bersyukur

bahwa penelitian ini telah berhasil dengan lancar dan sukses.

Page 84: Jtptiain Gdl Atiqoh0931 5964 1 Atiqoh p g

73

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diketahui bahwa

peningkatan hasil nilai belajar Pendidikan Agama Islam melalui metode

problem solving di kelas V SD Negeri Jatipurwo Kecamatan Rowosari

Kabupaten Kendal, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Peningkatan hasil nilai belajar Pendidikan Agama Islam sebelum

menggunakan metode problem solving, peserta didik terlihat kurang

bersemangat dalam mengikuti proses pembelajaran, cenderung pasif, ada

yang mengantuk dan mengobrol saat pembelajaran berlangsung.

2. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam melalui metode problem solving

sebagai metode pembelajaran merupakan salah satu cara untuk

meningkatkan hasil nilai belajar peserta didik yaitu dengan cara

melibatkan secara langsung peserta didik ke dalam pemecahan masalah

dengan berdiskusi dlsb, sehingga seolah-olah peserta didik berada dalam

keadaan dimana konsep itu terjadi. Walaupun pada awal pelaksanaan

peserta didik terlihat canggung karena belum mengetahui hakekat dan

tatacara pemecahan masalah dan diskusi tetapi pada akhirnya peserta didik

dapat melakssanakan diskusi dengan baik dan lancar.

3. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan oleh peneliti di SD

Negeri Jatipurwo Kecamatan Rowosari Kabupaten Kendal melalui metode

problem solving sebagai metode pembelajaran Pendidikan Agama Islam

dalam rangka peningkatan hasil nilai belajar peserta didik yang

dilaksanakan oleh peneliti dilakukan melalui tahapan-tahapan yang disebut

siklus yaitu untuk mengetahui peningkatan hasil nilai belajar dengan

menggunakan metode problem solving dalam pembelajaran Pendidikan

Agama Islam dalam penelitian ini membawa dampak positif terhadap

peningkatan hasil nilai belajar semula yang rendah menjadi meningkat dan

Page 85: Jtptiain Gdl Atiqoh0931 5964 1 Atiqoh p g

74

di buktikan dengan perilaku keagamaan dalam kehidupan sehari-hari

berupa ibadah dan akhlakul karimah.

B. Saran

Dari hasil penelitian yang peneliti lakukan, ternyata banyak hal yang

terjadi dalam pembelajaran di sekolah. Apa yang kita ketahui dan kita pahami

dalam teori, belum tentu sama dengan keadaan sebenarnya di lapangan. Maka

dengan segala rendah hati dari sifat yang bijak, peneliti memberikan masukan

sebagai berikut:

1. Mengingat pembelajaran dengan metode problem solving dapat

meningkatkan hasil nilai belajar dan di buktikan dengan perilaku

keagamaan dalam kehidupan sehari-hari berupa ibadah dan akhlakul

karimah peserta didik, maka metode problem solving ini dapat dijadikan

salah satu alternatif metode belajar mengajar.

2. Perlu diupayakan sistem kontrol yang baik oleh guru saat peserta didik

memecahkan masalah dengan berdiskusi dan ketika mengamati temannya

yang sedang berdiskusi, sehingga peserta didik benar-benar memanfaatkan

waktu untuk memahami materi yang disampaikan melalui metode problem

solving.

3. Guru atau pendidik hendaknya dapat menggunakan metode yang

bervariasi dalam proses pembelajaran sehingga siswa akan lebih tertarik

dan termotivasi untuk mengikuti pelajaran dan meningkat hasil nilai

belajar yang di buktikan dengan perilaku keagamaan dalam kehidupan

sehari-hari berupa ibadah dan akhlakul karimah.

C. Penutup

Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT karena hanya

dengan rahmat-Nya lah peneliti dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

Dengan segala kekuatan dan kemampuan, peneliti curahkan untuk

dapat menyusun skripsi ini, namun karena keterbatasan kemampuan dan

pengetahuan penulis, yang sudah barang tentu mempengaruhi dalam penulisan

skripsi ini, sehingga penulis sadari betul bahwa skripsi ini masih sangat jauh

Page 86: Jtptiain Gdl Atiqoh0931 5964 1 Atiqoh p g

75

dari kesempurnaan dan masih banyak kesalahan dan kekeliruan. Oleh karena

itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun guna

sebagai bekal dalam melangkah lebih jauh.

Harapan penulis, semoga skripsi ini bisa memberikan manfaat,

khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca. Amin.

Page 87: Jtptiain Gdl Atiqoh0931 5964 1 Atiqoh p g

DAFTAR PUSTAKA

Abi Abdullah Muhammad bin Ismail Al-Bukhari, Shahih Bukhari, Indonesia :

Maktabah Dahlan, t.th.

Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan, Jakarta : Rineka Cipta, 2001.

Ahmad Amin, Etika Ilmu Ahklak, Jakarta : Bulan Bintang, 2002.

Ahmad Amin, Etika Ilmu Akhlak, Bandung : Al Ma`arif, 2004.

Ahmad Mustafa Al Maraghi, Tafsir Al Maraghi, Semarang : C.V. Toha Putra,

1996.

Atang Abdul Hakim dan Jaih Mubarok, Metodologi Studi Islam,Bandung :

Remaja Rosdakarya, 2002.

Baihaqi, Fiqh Ibadah, Bandung : M2S, 2006.

Barmawie Umarie, Materi Akhlak, Surabaya : Bina Ilmu, 2003.

Barmawi Umarie, Materi Akhlak, Yogyakarta : Ramadhani, 2002.

Dadang Kahmad, Sosiologi Agama, Bandung : Remaja Rosdakarya, 2002.

Dedi Supriadi, Kreatvitas dan Kebudayaan, Jakarta : Dwi Rama, 1998.

Ehssiti Julaekah, Helping your Children doing their Home Work, Jakarta :

Curiodita, 2004.

Fadjar Shodiq, Penalaran Pemecahan Masalah dan Komunikasi dalam

Pendidikan Matematika, Yogyakarta : Diknas PPPG Matematika, 2004.

Fadjar Shodiq, Penalaran ,Pemecahan Masalah, Jakarta : Bumi Aksara, 1999.

H. Mohammad Ali, Strategi Penelitian Pendidikan, Bandung: Angkasa, 1993.

Humaidi Tatapangarsa, Pengantar Kuliah Akhlak, Surabaya : P.T. Bina Ilmu,

2001.

Imam Musbikin, Kudidik Anakku dengan Bahagia, Yogyakarta : Mitra Pustaka,

2003.

Jalaluddin, Psikologi atau Ilmu Jiwa Agama, Jakarta : Raja Grafindo Persada,

2006.

Jalaludin Rahmad, Psikologi Komunikasi, Bandung : Remaja Rosdakarya, 1996.

KH. Makmun Zubair, Simbiosis Negara dan Agama, Lirboyo Kediri : Purna

Siswa Aliyah Pon.Pes. Hidayatul Mubtadi`in, 2007.

Page 88: Jtptiain Gdl Atiqoh0931 5964 1 Atiqoh p g

ii

Khurshid Ahmad, Principles Of Islamic Education, Lahore : Islamic Publication

Limited, 1959.

M. Arifin, Hubungan Timbal Balik pendidikan Agama di lingkungan Sekolah dan

keluarga, Jakarta : Bulan Bintang, 1976.

M. Athiyah Al Abrasyi, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam, Jakarta : Bulan

Bintang, 2003.

M. Quraish Shihab, Membumikan Al Quran, Bandung Mizan, 2007.

Miqdad Yaljen, Potret Rumah Tangga Islami, Surakarta : Pustaka Mantiq, 1990.

Muhammad Abdul Hamid Al-Ghazali, Ihya` Ulumuddin, Juz III, Cairo : Darul

Fikri, t.th.

Muhammad Al Mighwar, Psikologi Remaja Petunjuk Bagi Guru dan Orang Tua,

Bandung : Pustaka Setia, 2006.

Muhammad Amin Suma, Tafsir Ahkam, Jilid I, Jakarta : Logos, 2001.

Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Pengantar Ilmu Fiqh, Semarang : Pustaka

Rizki Putra, 2001.

Muhammad Zain Yusuf, Akhlak Tasawuf, Semarang : IAIN, 2001.

Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2009.

Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, Jakarta : Rineka Cipta, 1999.

Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Jakarta :

Rineka Cipta, 2003.

Mustaqim dan Abdul Wahib, Psikologi Pendidikan, Jakarta : Rineka Cipta, 1991.

Nana Sudjana, Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar Mengajar,

Bandung : PT Sinar Baru Algesindo, 1997.

Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung : Sinar Baru,

2000.

Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, Bandung : Rosdakarya, 2000.

Pujowiyatno, Kamus Indonesia - Inggris,Jakarta : Gramedia, 2001.

S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2000.

Sir Godfrey Thomson, A Modern Philosophy of Education, London : George

Allen Unwin Ltd, t.th.

Sudarto, Metodologi Penelitian Filsafat, Jakarta: Raja Grafindo, 1996.

Page 89: Jtptiain Gdl Atiqoh0931 5964 1 Atiqoh p g

iii

Suharsimi Arikunto, dkk., Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Bumi Aksara,

2007.

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta:

Rineka Cipta, 1998.

Suharsimi, Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Bina

Aksara, Jakarta, 1989.

Sumadi Suryabrataa, Psikologi Pendidikan, Jakarta : P.T. Rajawali Press, 2002.

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta :

Rineka Cipta, 2006.

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta :

Rineka Cipta, 2002.

Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, Jakarta : P.T. Rineka Cipta, 2002.

Syeikh Mustafa Al Ghulayaini, Idhatun Nasyi`in, Beirut : Mansyuriah, 1949.

Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan, Landasan kerja Pemimpin Pendidikan,

Jakarta : Rineka Cipta, 2002.

Zainal Aqib, Penelitian Tindakan Kelas, Bandung: Yrama Widya, 2007.Zakiah

Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, Jakarta : Bulan Bintang, 2001.

Zakiah Darajat, Kesehatan Mental, Jakarta : Gunung Agung, 2002.

Page 90: Jtptiain Gdl Atiqoh0931 5964 1 Atiqoh p g

RIWAYAT PENDIDIKAN PENULIS

Nama : ATIQOH

NIM : 093111456

Tempat Tanggal Lahir : Kendal, 24 April 1962

Alamat : Rt 01 Rw 02 Rowosari Kendal

Pendidikan :

1. MIM Tanjunganom lulus tahun 1973

2. SMP Muhammadiyah lulus tahun 1976

3. PGAN Muhammadiyah lulus tahun 1980

4. D2 IAIN Walisongo Semarang lulus tahun 1996

5. S1 IAIN Walisongo Semarang lulus tahun 2011

Semarang, 25 Agustus 2011

ATIQOH

NIM. 093111456