jtptiain gdl lailisoray 6005

101
PENERAPAN PENENTUAN BIAYA IJARAH DALAM SISTEM GADAI SYARIAH DI PERUM PEGADAIAN SYARIAH PEKALONGAN (Analisis Terhadap Transaksi Nasabah Tentang Besarnya Tarif Ijarah Di Perum Pegadaian Syariah Cabang Ponolawen Pekalongan, UPS Wonoyoso dan UPCS Veteran Pekalongan) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Program Strata Satu (S.I) Oleh : LAILI SORAYA NIM. 062411016 PRODI EKONOMI ISLAM FAKULTAS SYARI'AH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2010

Upload: muhammad-yahya-saifuddin

Post on 11-Jul-2016

39 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

Skrispi Ekonomi Islam

TRANSCRIPT

Page 1: Jtptiain Gdl Lailisoray 6005

PENERAPAN PENENTUAN BIAYA IJARAH

DALAM SISTEM GADAI SYARIAH

DI PERUM PEGADAIAN SYARIAH PEKALONGAN(Analisis Terhadap Transaksi Nasabah Tentang Besarnya Tarif Ijarah Di Perum

Pegadaian Syariah Cabang Ponolawen Pekalongan, UPS Wonoyoso dan UPCS

Veteran Pekalongan)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjana Program Strata Satu (S.I)

Oleh :

LAILI SORAYA

NIM. 062411016

PRODI EKONOMI ISLAM

FAKULTAS SYARI'AH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO

SEMARANG

2010

Page 2: Jtptiain Gdl Lailisoray 6005

H. Abdul Ghofur M.AgPerum Kaliwungu Indah RT 05 RW X NO 19Kaliwungu kendalMuchammad Fauzi, SE, MMJl. Karengrejo Tengah No. IX/IGajah Mungkur - Semarang

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Lamp. : 4 (empat) eksemplarHal : Naskah Skripsi A.n. Sdri. Laili Soraya

Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Setelah saya meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, bersama ini saya

kirim naskah skripsi saudari :

Nama : Laili SorayaNim : 062411016Judul : PENERAPAN PENENTUAN BIAYA IJARAH

DALAM SISTEM GADAI SYARIAH DI PERUMPEGADAIAN SYARIAH PEKALONGAN (AnalisisTerhadap Transaksi Nasabah Tentang Besarnya TarifIjarah Di Perum Pegadaian Syariah Cabang PonolawenPekalongan, UPS Wonoyoso dan UPCS VeteranPekalongan).

Selanjutnya saya mohon agar skripsi saudara tersebut dapat segera

dimunaqasyahkan. Atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih.

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.Semarang, 10 Desember 2010

Pembimbing I Pembimbing II

H. Abdul Ghofur M.Ag Muchammad Fauzi, SE, MMNIP.19670117 199703 1 001 NIP. 19730217 200604 1 001

Page 3: Jtptiain Gdl Lailisoray 6005

KEMENTERIAN AGAMA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG

FAKULTAS SYARI’AH Jl.Prof. Dr. Hamka KM 2 Ngaliyan Telp. (024)7601291 Semarang 50185

PENGESAHAN

N a m a : Laili SorayaN I M : 062411016

Fakultas/Jurusan : Syari’ah / Ekonomi IslamJudul Skripsi : PENERAPAN PENENTUAN BIAYA IJARAH DALAM

SISTEM GADAI SYARIAH DI PERUM PEGADAIANSYARIAH PEKALONGAN (Analisis TerhadapTransaksi Nasabah Tentang Besarnya Tarif Ijarah DiPerum Pegadaian Syariah Cabang PonolawenPekalongan, UPS Wonoyoso dan UPCS VeteranPekalongan

Telah Dimunaqosahkan oleh Dewan Penguji Fakultas Syari’ah Institut AgamaIslam Negeri Walisongo Semarang, pada tanggal: 27 Desember 2010

Dan dapat diterima sebagai kelengkapan ujian akhir dalam rangka menyelesaikanstudi Program Sarjana Strata I (S.1) tahun akademik 2010/2011 guna memperolehgelar sarjana dalam Ilmu Syari’ah.

Semarang, 30 Desember 2010Dewan Penguji

Ketua Sidang, Sekretaris Sidang,

Maria Anna Muryani. SH.MH Muchammad Fauzi, SE, MMNIP.19620601 199303 2 001 NIP.19730217 200604 1 001

Penguji I Penguji II

Rahman El Junusi, SE, MM Ratno Agriyanto, M.SiNIP. 19691118 20003 1 001 NIP. 19800128 200801 1 010

Pembimbing I Pembimbing II

H. Abdul Ghofur M.Ag Muchammad Fauzi, SE, MMNIP.19670117 199703 1 001 NIP.19730217 200604 1 001

Page 4: Jtptiain Gdl Lailisoray 6005

DEKLARASI

Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis

Menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang telah

atau pernah ditulis oleh orang lain atau diterbitkan. Dengan

demikian skripsi ini tidak berisi satupun pikiran orang lain,

kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang

menjadi bahan rujukan.

Semarang, 10 Desember 2010Penulis

Laili SorayaNIM. 062411016

Page 5: Jtptiain Gdl Lailisoray 6005

MOTTO

¢(#qçR ur$ yès? ur’ n? tãÎhŽÉ9ø9 $#3“uqø)­G9 $#ur(Ÿwur(#qçR ur$ yè s?’ n? tãÉOøOM}$#Èbºurô‰ãè ø9 $#ur4(#qà)̈? $#ur©! $#(¨b Î)©! $#߉ƒÏ‰x©

É>$ s)Ïè ø9 $#ÇËÈ

“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, danjangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalahkamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya” (QS. Al-Maidah:2) 1

1 Depag, Al-Qur an dan terjemah, Semarang: Toha Putera, 2006, h. 106.

Page 6: Jtptiain Gdl Lailisoray 6005

ABSTRAK

Dewan Syariah Nasional dan Majelis Ulama Indonesia pada tanggal 26 Juni 2002M, mengeluarkan fatwa Nomor: 25/DSN-MUI/III/2002. Dalam fatwa tersebutdinyatakan bahwa: Besar biaya pemeliharaan dan penyimpanan Marhun tidakboleh ditentukan berdasarkan jumlah pinjaman.2 Sedangkan dalampelaksanaannya biaya sewa yang dikenakan pada nasabah akan berbeda bilajumlah pinjaman nasabah di bawah nilai pinjaman maksimum . Oleh karena itupenulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: PENERAPANPENENTUAN BIAYA IJARAH DALAM SISTEM GADAI SYARIAH DIPERUM PEGADAIAN SYARIAH PEKALONGAN (Analisis TerhadapTransaksi Nasabah Tentang Besarnya Tarif Ijarah Di Perum Pegadaian SyariahCabang Ponolawen Pekalongan, UPS Wonoyoso dan UPCS Veteran Pekalongan.Jenis penelitian ini dilihat dari objeknya termasuk penelitian lapangan atau fieldresearch yang dilakukan di Pegadaian Syariah Pekalongan. Untuk mendapatkandata yang valid, penulis menggunakan beberapa metode pengumpulan data yaituobservasi, wawancara dan dokumentasi. Sumber data dalam penelitian ini ada duayaitu sumber data primer dan sumber data sekunder. Setelah data-data terkumpulmaka penulis menganalisis dengan menggunakan metode deskriptif analisisdengan menggunakan pendekatan kualitatif.

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa perhitungan biaya ijarah yangditerapkan Perum Pegadaian Syariah di Pekalongan sudah sesuai dengan FatwaDSN Nomor: 25/DSN-MUI/III/2002, perhitungan ijarah tidak didasarkan jumlahpinjaman nasabah melainkan dari nilai barang jaminan sendiri.Biaya ijarah = Nilai taksiran/ Rp. 10.000 x Tarif x Jumlah hari pinjaman/10 hari –

(Ijarah Asal x Prosentase Diskon Ijarah).

Dan yang membedakan besar kecilnya diskon adalah besar kecilnya resiko yangakan diterima pihak pegadaian syariah, bila resiko itu lebih tinggi makapemberian diskon akan semakin sedikit, begitupun sebaliknya bila resiko yangakan diterima pihak pegadaian syariah maka pemberian diskon akan semakinbesar.

2 Fatwa poin keempat.

Page 7: Jtptiain Gdl Lailisoray 6005

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan skripsi ini teruntuk

Orang-orang yang ku cintai yang selalu hadir mengiringi hari-hariku

Dalam menghadapi perjuangan hidup yang penuh cucuran keringat dan air mata

Kupersembahkan bagi mereka yang tetap setia mendukung & mendoakanku

Di setiap ruang & waktu dalam kehidupanku khususnya buat:

1. Ayah dan ibu tercinta (Bpk Khuzairi & ibu Nuhriyah)

Yang selalu mendoakan, mendukung baik moral maupun material dan selalu mencurahkan

kasih sayang, perhatian dan memberikan motivasi kepada ananda dalam segala hal. Semoga

Allah Swt selalu melindungi mereka berdua .

2. M4shuka Muhaimin

Yang selalu memotivasi dan mendukungku untuk segera merampungkan skripsi ini, behibik ilaik

3. Semua keluargaku Mb Qoh,Mb Dur, Mbak Atik, Mb Yah, Mb Dah, Kang

Ni, Kang Unul, Kang Jamal, Dik Zami.

Yang selalu mendoakan, mendukung baik moral maupun material, terima kasih banyak ya buat

semuanya

4. Sahabat-sahabatku (U2d, Erma, Nikmah, Qori, Is jambi, Sum)

Yang senantiasa memberiku dukungan & doa, memberi senyum saat ku sedih, membangunkan

ku saat ku terjatuh dan memotivasi disaat ku rapuh, thanks for All .

5. Buat semua santri Alhikmah, khususnya kamar Sakinah (Sinok, Jeki,

Ratna, Moza, Is, Fitri, sofi)

thanks atas doa dan dukungan kalian. Kalian semua telah memberi warna baru dalam

hidupku.

6. Sahabat-sahabat EIA 06 (Risef, Sandi, Umam, Rudi, I2k, olif)

Terimakasih atas doa dan dukungan kalian semua, kalian selalu memberi motivasi dan selalu

mewarnai hari-hariku dengan penuh canda dan tawa .

7. Buat semua teman-teman di kopma ws (Kuat, Ilung, Iwir, Habib, Umi,

Isna, Munir dan semuanya)

ayo semangat terus teman buat kopma lebih maju

Page 8: Jtptiain Gdl Lailisoray 6005

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim.

Puji syukur Alhamdulillahirobbil’alamin penulis ucapkan kehadirat Allah

SWT atas rahmat, hidayah dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan

penyusunan skripsi yang berjudul : PENERAPAN PENENTUAN BIAYA

IJARAH DALAM SISTEM GADAI SYARIAH DI PERUM PEGADAIAN

SYARIAH PEKALONGAN (Analisis Terhadap Transaksi Nasabah Tentang

Besarnya Tarif Ijarah Di Perum Pegadaian Syariah Cabang Ponolawen

Pekalongan, UPS Wonoyoso dan UPCS Veteran Pekalongan), dengan baik tanpa

banyak kendala yang berarti. Shalawat serta salam penulis haturkan kepada

junjungan kita Nabiullah Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat-sahabat dan

para pengikutnya yang telah membawa kita dari zaman jahiliyah kepada zaman

yang penuh dengan ilmu pengetahuan dan teknologi seperti sekarang ini.

Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini bukanlah hasil jerih

payah penulis secara pribadi, tetapi semua itu merupakan wujud akumulasi dari

usaha dan bantuan, pertolongan serta do’a dari berbagai pihak yang telah

membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi tersebut. Oleh karena itu, sudah

sepatutnya penulis menyampaikan terimakasih kepada:

1. Dekan Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo Semarang.

2. Bapak H. Abdul Ghofur M.Ag, dan Bapak H. M. Fauzi MM, selaku dosen

pembimbing yang telah sabar dan bersedia meluangkan waktu, tenaga serta

pikiran untuk memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan

skripsi ini.

3. Bapak Kajur, Sekjur, dosen-dosen dan karyawan Fakultas Syari’ah IAIN

Walisongo Semarang, atas segala didikan, bantuan dan kerjasamanya.

4. Kedua orang tua penulis, beserta segenap keluarga, atas segala doa, dukungan,

perhatian, arahan dan kasih sayangnya, sehingga penulis mampu

menyelesaikan penulisan skripsi.

5. Mashuka Muhai yang selalu memotivasiku untuk pantang menyerah, terima

kasih atas doa dan kasih sayangnya.

Page 9: Jtptiain Gdl Lailisoray 6005

6. Sahabat-sahabatku semua yang selalu memberi do’a, dukungan, dan semangat

sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. “Semoga Allah membalas semua amal

kebaikan mereka dengan balasan yang lebih dari apa yang mereka berikan

padaku” amin.

Dalam penulisan skripsi ini penulis sudah berusaha semaksimal mungkin

namun dengan segala kerendahan hati penulis menyadari bahwa penulisan skripsi

ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, semua kritik dan saran yang

membangun sangat penulis harapkan. Penulis berharap semoga hasil penelitian ini

dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya.

Amin.

Semarang, 10 Desember 2010

Penulis

Laili Soraya NIM 062411016

Page 10: Jtptiain Gdl Lailisoray 6005

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL .................................................................................... i

HALAMAN NOTA PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................. ii

HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... iii

HALAMAN DEKLARASI .......................................................................... iv

HALAMAN MOTTO .................................................................................. v

HALAMAN ABSTRAK .............................................................................. vi

HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................... vii

KATA PENGANTAR .................................................................................. ix

HALAMAN DAFTAR ISI ............................................................................ xi

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah........................................................... 1

B. Pokok Permasalahan ................................................................ 7

C. Tujuan Penulisan ..................................................................... 7

D. Kegunaan Penelitian .............................................................. 7

E. Telaah Pustaka ........................................................................ 8

F. Sistematika Penulisan ............................................................. 10

G. Metode Penelitian .................................................................... 11

BAB II : TINJAUAN UMUM TERHADAP KONSEP IJARAH DAN

RAHN

A. Ijarah ...................................................................................... 17

Page 11: Jtptiain Gdl Lailisoray 6005

1. Pengertian Ijarah ............................................................... 17

2. Landasan Hukum Ijarah ..................................................... 19

3. Rukun dan Syarat-Syarat Ijarah ......................................... 20

B. Rahn ....................................................................................... 25

1. Pengertian Rahn................................................................. 25

2. Landasan Hukum Rahn ...................................................... 26

3. Rukun dan Syarat-Syarat Rahn........................................... 29

BAB III : PERHITUNGAN BIAYA IJARAH DI PERUM PEGADAIAN

SYARIAH DI PEKALONGAN

A. Akad Rahn Dan Ijarah Di Perum Pegadaian Syariah

Pekalongan ............................................................................. 35

B. Perhitungan Penaksiran Barang Gadai Di Perum Pegadaian

Syariah Pekalongan ................................................................ 51

C. Penggolongan Marhun Bih Dan Besarnya Tarif Administrasi .. 57

D. Perhitungan Biaya Ijarah Di Perum Pegadaian Syariah

Pekalongan ............................................................................. 58

BAB IV : ANALISIS TERHADAP PENERAPAN BIAYA IJARAH

DI PERUM PEGADAIAN SYARIAH DI PEKALONGAN

A. Analisis Terhadap Akad Di Perum Pegadaian Syariah

Pekalongan .............................................................................. 65

Page 12: Jtptiain Gdl Lailisoray 6005

B. Analisis Terhadap Perhitungan Biaya Ijarah Di Perum

Pegadaian Syariah Pekalongan Relevansinya Terhadap Fatwa

DSN NO: 25/DSN-MUI/III/2002............................................. 71

C. Analisis terhadap perhitungan biaya ijarah di Perum Pegadaian

Syariah Pekalongan ................................................................. 73

BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................. 84

B. Saran ....................................................................................... 86

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 13: Jtptiain Gdl Lailisoray 6005

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Islam datang dengan membawa pemahaman tentang kehidupan yang

membentuk pandangan hidup tertentu dan dalam bentuk garis hukum yang

global. Karenanya guna menjawab pertanyan yang timbul, maka peran hukum

Islam dalam konteks kekinian sangat diperlukan. Komplektifitas permasalahan

umat seiring dengan perkembangan zaman, membuat hukum Islam harus

menampakan sifat elastisitas dan fleksibilitasnya guna memberikan hasil dan

manfaat yang baik, serta dapat memberikan kemaslahatan bagi umat Islam

khususnya dan bagi manusia pada umumnya tanpa harus meninggalkan

prinsip-prinsip yang telah ditetapkan oleh syariat Islam.3

Untuk memberikan kemaslahatan bagi umat manusia, maka dalam Islam

diajarkan tentang sikap saling membantu. Sikap saling membantu ini bisa

berupa pemberian tanpa pengembalian, seperti: zakat, infaq, shadaqah,

ataupun berupa pinjaman yang harus di kembalikan seperti: sewa-menyewa

dan gadai (rahn).

Dalam bentuk pinjaman hukum Islam sengaja menjaga kepentingan

kreditur, jangan sampai ia dirugikan. Oleh sebab itu, ia boleh meminta barang

dari debitur sebagai jaminan utangnya. Sehingga bila debitur tidak mampu

melunasi utangnya setelah jatuh tempo, maka barang jaminan boleh dijual

3 Muhammad dan Sholikhul Hadi, Pegadaian Syariah : Suatu Alternatif KonstuksiSistem Pegadaian Nasional , Jakarta: Salemba Diniyah, 2003, h. 2.

Page 14: Jtptiain Gdl Lailisoray 6005

oleh kreditur. Konsep ini biasa dikenal dengan istilah gadai (rahn).4Rahn atau

gadai merupakan salah satu kategori perjanjian hutang-piutang yang mana

untuk suatu kepercayaan dari orang yang berpiutang, maka orang yang

berutang mengadaikan barang jaminan atas utangnya itu5. Dalam pegadaian

syariah terdapat dua akad yaitu akad rahn dan akad ijarah. Akad rahn

dilakukan pihak pegadaian untuk menahan barang bergerak sebagai jaminan

atas utang nasabah. Sedangkan akad ijarah yaitu akad pemindahan hak guna

atas barang dan atau jasa melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan

pemindahan kepemilikan atas barangnya sendri. Melalui akad ini

dimungkinkan bagi Pegadaian untuk menarik sewa atas penyimpanan barang

bergerak milik nasabah yang telah melakukan akad. 6

Dari pengertian akad tersebut maka mekanisme operasional Gadai Syariah

dapat digambarkan sebagai berikut : Melalui akad rahn, nasabah menyerahkan

barang bergerak dan kemudian Pegadaian menyimpan dan merawatnya di

tempat yang telah disediakan oleh Pegadaian. Akibat yang timbul dari proses

penyimpanan adalah timbulnya biaya-biaya yang meliputi nilai investasi

tempat penyimpanan, biaya perawatan dan keseluruhan proses kegiatannya.

Atas dasar ini dibenarkan bagi Pegadaian mengenakan biaya sewa kepada

nasabah sesuai jumlah yang disepakati oleh kedua belah pihak.7Barang gadai

4 Ibid, h. 2-3.5 M. Sholahuddin, Lembaga Ekonomi Dan Keuangan Islam, Surakarta: Muhammadiyah

University Press, 2006, h. 87.6 http//www.gudang-info.com. akses tanggal 15 Desember 2009.7 Ibid, http// www.gudang –info.com.

Page 15: Jtptiain Gdl Lailisoray 6005

harus memiliki nilai ekonomis sehingga pihak yang menahan memperoleh

jaminan untuk dapat mengambil kembali seluruh atau sebagian piutangnya.8

Pinjaman dengan menggadaikan marhun sebagai jaminan marhun bih

dalam bentuk rahn itu dibolehkan, dengan ketentuan bahwa murtahin, dalam

hal ini pegadaian, mempunyai hak menahan marhun sampai semua marhun

bih dilunasi. Marhun dan manfaatnya tetap menjadi milik Rahin, yang pada

prinsipnya tidak boleh dimanfaatkan murtahin, kecuali dengan seizin Rahin,

tanpa mengurangi nilainya, serta sekedar sebagai pengganti biaya

pemeliharaan dan perawatannya. Biaya pemeliharaan dan perawatan marhun

adalah kewajiban Rahin, yang tidak boleh ditentukan berdasarkan jumlah

marhun bih. Apabila marhun bih telah jatuh tempo, maka murtahin

memperingatkan Rahin untuk segera melunasi marhun bih, jika tidak dapat

melunasi marhun bih, maka marhun dijual paksa melalui lelang sesuai syariah

dan hasilnya digunakan untuk melunasi marhun bih, biaya pemeliharaan dan

penyimpanan marhun yang belum dibayar, serta biaya pelelangan. Kelebihan

hasil pelelangan menjadi milik Rahin dan kekurangannya menjadi kewajiban

Rahin.9 Pegadaian Syariah akan memperoleh keutungan hanya dari bea sewa

tempat yang dipungut bukan tambahan berupa bunga atau sewa modal yang

diperhitungkan dari uang pinjaman.10

Jika jaminan tersebut berupa BPKB atau sejenisnya (landasan) maka

pinjaman yang diterima 70% dari harga taksiran, namun bila barang jaminan

8 Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik , Jakarta: GemaInsani Press, 2001, h. 128.

9 Fatwa DSN Nomor: 25/DSN-MUI/III/2002 tentang Rahn10 http://www.majalahfurqon.com. Akses tanggal 24 Agustus 2009.

Page 16: Jtptiain Gdl Lailisoray 6005

berupa benda yang berwujud (seperti: laptop, computer, emas dan sejenisnya)

maka pinjaman yang diterima 90-92% dari total harga taksiran.11Sedangkan

menurut M Sholahuddin besarnya pinjaman yang diterima sebesar 85% untuk

jenis landasan.12

Biaya perawatan dan sewa tempat di pegadaian dalam sistem gadai

syariah biasa di sebut dengan biaya ijarah, biaya ini biasanya di hitung per 10

hari. Untuk biaya administrasi dan ijarah tidak boleh di tentukan berdasarkan

jumlah pinjaman tetapi berdasarkan taksiran harga barang yang digadaikan.13

Sedangkan besarnya jumlah pinjaman itu sendiri tergantung dari nilai jaminan

yang diberikan, semakin besar nilai barang maka semakin besar pula jumlah

pinjaman yang diperoleh nasabah.14

Dalam praktek di Perum Pegadaian Syariah penerapan biaya ijarah antara

dua nasabah yang menggadaikan satu jenis barang yang sama, harga taksiran

sama, kondisi barang sama (XYZ), nasabah pertama mendapat pinjaman

sesuai harga taksiran (X) sedangkan nasabah yang kedua meminjam di bawah

harga taksiran (X-1/4X), pihak pegadaian memberlakukan antara nasabah

pertama (A) dan nasabah kedua (B) secara berbeda, untuk nasabah kedua (B)

di beri potongan ijarah sedangkan untuk nasabah pertama (A) tidak diberikan

potongan biaya ijarah. Padahal biaya ijarah di Pegadaian Syariah itu sendiri

11 Wawancara dengan bapak Masokha, tanggal 20 Pebruari 201012 M. Sholahuddin, op.cit, h. 100.13 Wawancara dengan bapak Masokha (Manajer Pegadaian Syariah Cabang Ponolawen

Pekalongan), di kantor Pegadaian Syariah Cabang Ponolawen Pekalongan, tanggal 20 Pebruari2010.

14 Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainya, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,2005, h. 249

Page 17: Jtptiain Gdl Lailisoray 6005

bukan terletak dari berapa besar pinjaman yang diperoleh nasabah , tetapi

dilihat dari besarnya nilai barang jaminan. Seperti contoh transaksi berikut:

Tabel 1: Perhitungan Biaya Ijarah di Perum Pegadaian Syariah

N0 Nilai

Taksiran

Pinjaman

Maksimal

Jumlah

Pinjaman

Administrasi Jumlah

Hari

Ijarah

1 RP.

340.142

Rp.

313.000

Rp.

313.000

Rp. 3.000 10 Rp.

2.500

2 Rp.

340.142

Rp.

313.000

Rp.

250.000

Rp. 3.000 10 Rp.

2.000

3 Rp.

340.142

Rp.

313.000

Rp.

100.000

Rp. 1.000 10 Rp.

700

Sumber data primer15

Dalam contoh diatas terlihat jelas bahwa biaya ijarah yang diterapkan

Perum Pegadaian terhadap nasabah tidak sama tergantung pada besarnya

pinjaman yang diberikan Perum Pegadaian, padahal gadai syariah memungut

biaya ijarah (biaya pemeliharaan dan penyimpanan marhun) bukan dari

besarnya jumlah pinjaman tetapi dari nilai barang jaminan yang digadaikan16,

jadi menurut fatwa DSN NO: 25 tahun 2002 dapat diartikan berapapun

pinjaman yang dipinjam nasabah maka besarnya biaya ijarah tetap sama.

Dalam hal ini berarti nasabah yang meminjam Rp. 100.000, Rp. 200.000, atau

Rp. 300.000 dikenakan biaya ijarah sama yakni Rp. 2700.

15 Nominal sudah dibulatkan16 Fatwa Dewan Syari’ah Nasional NO: 25/DSN-MUI/III/2002.

Page 18: Jtptiain Gdl Lailisoray 6005

Fenomena inilah yang menarik untuk dikaji, karena permasalahan tersebut

merupakan suatu permasalahan yang memerlukan pemecahan secara serius

sehinga dapat memberikan kemaslahatan sesuai yang diharapkan masyarakat.

Maka penulis tertarik mengangkat judul “PENERAPAN PENENTUAN

BIAYA IJARAH DALAM SISTEM GADAI SYARIAH DI PERUM

PEGADAIAN SYARIAH PEKALONGAN (Analisis Terhadap Transaksi

Nasabah Tentang Besarnya Tarif Ijarah Di Perum Pegadaian Syariah

Cabang Ponolawen Pekalongan, UPS Wonoyoso dan UPCS Veteran

Pekalongan)”.

B. Pokok Permasalahan

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diketahui pokok permasalahan

dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagaimana pelaksanaan akad di Pegadaian Syariah Pekalongan.

2. Apakah biaya ijarah di Pegadaian Syariah Pekalongan sudah sesuai

dengan Fatwa Dewan Syari’ah Nasional NO: 25/DSN-MUI/III/2002

tentang biaya pemeliharaan dan penyimpanan marhun.

3. Bagaimana cara menghitung biaya ijarah serta Faktor apa saja yang

mempengaruhi perbedaan tarif di Perum Pegadaian Syariah.

Page 19: Jtptiain Gdl Lailisoray 6005

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan latar belakang dan perumusan masalah diatas maka tujuan

dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui pelaksanaan akad di Pegadaian Syariah Pekalongan.

2. Untuk mengetahui apakah biaya ijarah yang diterapkan pegadaian syariah

sudah sesuai dengan Fatwa Dewan Syari’ah Nasional NO: 25/DSN-

MUI/III/2002 atau belum.

3. Untuk mengetahui cara menghitung biaya ijarah serta faktor yang

mempengaruhi perbedaan tarif ijarah di Perum Pegadaian Syariah.

D. Kegunaan penelitian

1. Kegunaan Teoritis

a. Dapat memperkaya khazanah ilmu pengetahuan dan literatur bagi

mahasiswa atau pihak yang ingin melakukan penelitian sejenis.

b. Dapat memperluas cakrawala wawasan ilmiah mengenai pegadaian bagi

semua orang yang membacanya.

2. Kegunaan Praktis

Diharapkan dapat menjawab persoalan yang menimbulkan keraguan

dalam melakukan aktivitas gadai di kalangan umat Islam.

E. Telaah Pustaka

Untuk mendukung penelaahan yang lebih integral seperti yang telah

dikemukakan pada latar belakang masalah, maka penyusun berusaha untuk

Page 20: Jtptiain Gdl Lailisoray 6005

melakukan analisis lebih awal terhadap pustaka atau karya-karya yang lebih

mempunyai relevansi terhadap topik yang akan diteliti.

Permasalahan operasional lembaga pegadaian syariah di Indonesia belum

banyak dibahas dalam kajian fiqih muamalah. Hal ini karena kehadiran

pegadaian syariah merupakan hal baru di dunia pegadaian dan keberadaanya

di lapangan masih menjadi suatu yang baru bagi umat Islam. Sejauh ini

pegadaian syariah dimunculkan sebagai solusi terhadap keraguan hukum

praktek lembaga pagadaian yang sudah berjalan dimasyarakat. Namun

sosialisasi di tengah masyarakat masih kurang, sehingga konsep pegadaian

yang digunakan sebagai dasar operasional dengan menerapkan akad rahn

dalam rangka mencari jalan keluar dari berbagai macam unsur yang dipandang

tidak sesuai dengan syariah belum begitu menentu dikalangan umat.

Untuk mengetahui seberapa jauh persoalan ini dibahas dan juga untuk

mengambarkan apa yang telah dilakukan ilmuan lainnya, baik ahli fiqih atau

ahli ekonomi Islam. Maka penyusun mencoba menelusuri satu persatu pustaka

yang ada, beberapa karya yang telah dipublikasikan dan patut mendapat

perhatian yaitu:

Skripsi Anwar Munandar yang membahas tentang akad rahn di Perum

Pegadaian Syariah Cabang Kusumanagara Yogyakarta. Dalam skripsinya

disebutkan seputar tentang akad yang ada di Perum Pegadaian Syariah, disini

disebutkan bahwa pelaksanaan akad sewa-menyewa (ijarah) sebagai sebuah

unsur yang wajib ada untuk terlaksananya akad rahn . Dan dalam hal ini

hukum Islam membolehkanya, karena suatu akad muamalah yang mubah

Page 21: Jtptiain Gdl Lailisoray 6005

dengan mensyaratkan akad muamalah yang mubah lainnya maka akad

tersebut diperbolehkan. Dalam skripsi ini juga di sebutkan tentang

pembentukan laba di Perum Pegadaian Syariah, laba tersebut dapat diperoleh

melalui akad ijarah yaitu sewa tempat bagi marhun.17

Skripsi Arief Aulia Rahman yang membahas tentang Komparasi Antara

Sistem Operasional Pegadaian Konvensional dan Pegadaian Syariah. Karya

ini membahas tentang operasional di Pegadaian Syariah maupun di Pegadaian

Konvensional, juga membahas tentang persamaan dan perbedaan antara

keduanya.18

M. Sholahuddin dalam bukunya yang berjudul Lembaga Ekonomi Dan

Keuangan Islam, membahas tentang kegiatan usaha di Perum Pegadaian

Syariah, teknik transaksi dan prosedur penaksiran barang gadai. Teknik ini

melalui jenis barang, nilai barang serta usia barang, di sini dicontohkan

tentang penaksiran emas, barang elektronik, berlian, dan mesin.19

Buku Pegadaian Syariah Muhammad dan Sholikul Hadi membahas

tentang pegadaian syariah sebagai sebuah lembaga keuangan formal yang

berbasis syariah, dan juga membahas tentang macam-macam akad yang dapat

digunakan oleh nasabah dalam bertransaksi di Pegadaian Syariah.20

Karya-karya diatas menyoroti pegadaian dari berbagai segi tetapi yang

membahas tentang perhitungan biaya ijarah secara spesifik belum penulis

17 Anwar Munandar, op.cit, h. 69-70.18 Arief Aulia, Rahman, Komparasi Antara Sistem Operasional Pegadaian Konvensional

Dan Pegadaian Syariah, UIN kalijaga,Yogyakarta, 2009.19 M. Sholahuddin, op.cit, h. 92-10020 Muhammad dan Sholikhul Hadi, op.cit.

Page 22: Jtptiain Gdl Lailisoray 6005

temukan. Untuk itu penulis mencoba untuk membahas hal ini karena sangat

relevan dan sangat diperlukan untuk menjawab keraguan nasabah.

F. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah dalam memahami tulisan ini, maka penulis akan

membagi dalam lima bab yaitu:

BAB I : PENDAHULUAN, Pada Bab Ini Membahas Tentang: Latar

Belakang Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan Penulisan,

Manfaat Penulisan, Telaah Pustaka dan Sistematika Pembahasan,

dan metodologi penelitian.

BAB II : TINJAUAN UMUM TERHADAP KONSEP RAHN DAN

IJARAH, Pada Bab Ini Membahas Tentang: Pengertian Tentang

Gadai Dan Ijarah,landasan hukum rahn dan ijarah serta Rukun dan

Syarat-Syarat Perjanjian rahn dan ijarah.

BAB III : PENERAPAN PERHITUNGAN BIAYA IJARAH DI PERUM

PEGADAIAN SYARIAH PEKALONGAN, Pada Bab Ini Berisi

Tentang: Akad Rahn Dan Ijarah Di Perum Pegadaian Syariah Di

Pekalongan, Penggolongan Marhun Bih , Prosedur Penaksiran

Barang Gadai, Ketentuan Penetapan Ijarah serta Perhitunganya.

BAB IV: ANALISIS PENERAPAN BIAYA IJARAH DI PERUM

PEGADAIAN SYARIAH PEKALONGAN, Pada Bab Ini

Berisi Tentang: Analisis Akad Rahn dan Ijarah di Pegadaian

Page 23: Jtptiain Gdl Lailisoray 6005

Syariah Pekalongan, Analisis Terhadap Perhitungan Biaya Ijarah

di Pegadaian Syariah Pekalongan.

BAB V : PENUTUP, yang merupakan kesimpulan terhadap masalah yang

menjadi pokok permasalahan dalam skripsi ini. Dalam bab ini

didalamnya juga terdapat kritik dan saran.

G. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini adalah sebagai

berikut:

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang penulis gunakan adalah lapangan (Field Reseach)

yaitu penelitian yang mencari data secara langsung ke lapangan, dalam hal

ini terhadap Perum Pegadaian Syariah di Pekalongan.

2. Sumber Data

Dalam penelitian ini ada dua sumber data yang akan penulis gunakan

yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder.

a. Sumber data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari sumber

pertama.21

Sumber data primer yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah

data yang diperoleh dengan cara wawancara langsung dengan teller,

manajer pegadaian, serta penulis melakukan transaksi secara langsung

guna memperoleh data yang akurat.

21 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & B, Bandung: Alfabeta, 2008,h. 225.

Page 24: Jtptiain Gdl Lailisoray 6005

b. Sumber data sekunder adalah sumber yang dapat memberikan

informasi atau data tambahan yang dapat memperkuat data pokok, baik

yang berupa manusia atau benda (majalah, buku, Koran dll).22 Dalam

penelitian ini yang menjadi sumber data sekunder adalah dokumen-

dokumen resmi, buku-buku, hasil-hasil penelitian dan data-data lain

yang berkaitan dengan perhitungan biaya ijarah.

3. Teknik Pengumpulan Data

a. Interview

Merupakan wawancara yang dilakukan oleh pewawancara untuk

memperoleh informasi dari responden dengan cara tanya jawab secara

bertatap muka antara pewawancara dengan informan.23Teknik ini

digunakan sebagai instrumen untuk memperoleh data secara langsung

dengan narasumber agar lebih jelas permasalahan yang akan dibahas,

yaitu Pengelola Perum Pegadaiaan Syariah .

b. Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang tidak

langsung ditujukan kepada subyek penelitian, namun melalui

dokumen,24yaitu dengan cara mengumpulkan data yang ada sangkut

pautnya dengan penelitian, sebagai pelengkap hasil wawancara.

22 Ibid, h.225.

24 M. Iqbal Hasan, Pokok-pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya, Jakarta:Ghalia Indonesia, 1976, h. 159.

Page 25: Jtptiain Gdl Lailisoray 6005

c. Observasi Lapangan

Metode observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan

secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian,

dengan cara menghimpun bahan-bahan keterangan (data) yang

dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan dan pencatatan secara

sistematis terhadap gejala-gejala yang sedang dijadikan sasaran

pengamatan. Dalam hal ini penyusun pergunakan untuk mengamati

bagaimana proses yang di lakukan pegadaian dalam menentukan

prosentase dari masing-masing biaya ijarah yang dikenakan kapada

pengadai (Rahin).

d. Triangulasi Data

Triangulasi Data adalah teknik pemerikasaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain. Di luar data itu untuk keperluan

pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data. Teknik triangulasi

yang paling banyak digunakan ialah pemeriksaan melalui sumber lain.

Hal itu dapat dicapai dengan jalan:

1) Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil

wawancara.

2) Membandingkan apa yang dikatakan orang yang di depan umum

dengan apa yang dikatakannya secara pribadi.

3) Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi

penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu.

Page 26: Jtptiain Gdl Lailisoray 6005

4) Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan

berbagai pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa, orang

yang berpendidikan menengah atau tinggi, orang berada, orang

pemerintahan.

5) Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang

berkaitan.25

Triangulasi pada penelitian ini, peneliti gunakan sebagai

pemeriksaan melalui sumber lainya. Dalam pelaksaannya peneliti

melakukan pengecekan data yang berasal dari hasil wawancara dengan

manajer dan pegawai pegadaian syariah.

Lebih lanjut lagi, hasil wawancara tersebut kemudian peneliti cek

dengan hasil pengamatan yang peneliti lakukan selama masa penelitian

untuk mengetahui perhitungan biaya ijarah di Perum Pegadaian

Syariah.

4. Analisis Data

Merupakan upaya mencari dan menata secara sistematis catatan hasil

observasi, wawancara dan lainnya untuk meningkatkan pemahaman

penelitian tentang kasus yang diteliti dan menyajikannya sebagai temuan

bagi orang lain. Sedangkan untuk meningkatkan pemahaman tersebut,

analisis perlu dilanjutkan dengan berupaya mencari makna (meaning).26

25 Lexi. J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosda KaryaOffaet, 2007, h. 330-331.

26 Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif, Yogyakarta: Rake Saraswati, 1996, h.104.

Page 27: Jtptiain Gdl Lailisoray 6005

Untuk menganalisa data yang telah diperoleh dari hasil penelitian,

penulis menggunakan analisa deskriptif kualitatif, yaitu analisis yang

mewujudkan bukan dalam bentuk angka melainkan dalam bentuk

lapangan dan uraian deskriptif. Adapun cara pembahasan yang digunakan

untuk menganalisa data dalam hal ini dengan menggunakan pola pikir

induktif yaitu berangkat dari fakta-fakta atau peristiwa-peristiwa yang

bersifat empiris kemudian temuan tersebut dipelajari dan dianalisis

sehingga bisa dibuat suatu kesimpulan dan generalisasi yang bersifat

umum.27 Kemudian dianalisis dengan data yang ada, selanjutnya dengan

analisis seperti ini akan diketahui apakah biaya ijarah di Pegadaian

Syariah sesuai prosedur atau malah memberatkan nasabah.

27 Sutrisno Hadi, Metodologi Reseach, Yogyakarta: Andi Offset, 1993, h. 42.

Page 28: Jtptiain Gdl Lailisoray 6005

BAB II

TINJAUAN UMUM

TERHADAP KONSEP IJARAH DAN RAHN

A. IJARAH

1. Pengertian Ijarah

a. Pengertian Ijarah Secara Bahasa

Secara bahasa ijarah berarti upah atau sewa, yang sesungguhnya

menjualbelikan manfaat suatu harta benda.28 Ijarah berasal dari lafad

yang berarti yang berarti ganti / ongkos. Sedangkan

menurut Rahmat Syafi’I dalam fiqih Muamalah ijarah adalah

(menjual manfaat).29

b. Pengertian Ijarah Menurut Istilah

1) Menurut Syekh Syamsudin dalam kitab Fathul Qorib

mendefinisikan ijarah adalah

Yaitu bentuk akad yang jelas manfaat dan tujuannya, serah terima

secara langsung dan di bolehkan dengan pembayaran (ganti) yang telah

diketahui.30

2) Menurut Muhammad Syafi’i Antonio

28 Ghufron A. Mas’adi, Fiqih Muamalah Kontekstual, Jakarta: Raja Grafindo Persada,2002. h. 181.

29 Rahmat Syafi’I, Fiqh Muamalah , Bandung: CV Pustaka Setia. 2004, h. 12130 Abu HF. Ramadlan, Terjemah Fathul Qorib, Surabaya: Mahkota, 1990. h.375

Page 29: Jtptiain Gdl Lailisoray 6005

Ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa,

melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan

kepemilikan (ownership/milkiyah) atas barang itu sendiri.31

3) Menurut Fatwa DSN

Dalam fatwa DSN- ijarah ialah akad pemindahan hak guna

(manfaat) atas suatu barang atau jasa dalam waktu tertentu melalui

pembayaran sewa/upah, tanpa diikuti pemindahan kepemilikan

barang itu sendiri.32

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa akad ijarah

adalah segala macam perjanjian yang menyangkut for profit

transaction. Akad ini dilakukan dengan tujuan mencari keuntungan,

karena bersifat komersil.

Beberapa definisi ijarah diatas juga dapat disimpulkan bahwa

ijarah adalah sebuah transaksi atas suatu manfaat, dalam hal ini

manfaat menjadi objek transaksi, dan dalam segi ini ijarah dapat

dibagi menjadi 2, yaitu:33

a) Ijarah yamg mentransaksikan manfaat harta benda yang lazim

disebut persewaan, misalnya menyewakan rumah, kendaraan

pertokoan dan lain sebagainya.

31 Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik , Jakarta: GemaInsani Press, 2001, h 117

32 Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 09/DSN-MUI/IV/2000 lihat dalam “HimpunanFatwa Dewan Syariah Nasional”, (DSN-MUI, BI, 2003) h. 58.

33 Ghufron Mas’adi. Op.cit. h. 183

Page 30: Jtptiain Gdl Lailisoray 6005

b) Ijarah yang mentransaksikan manfaat sumberdaya manusia

yang lazim disebut pemburuhan.

2. Landasan Hukum

(1) Al-Quran

÷b Î* sùz̀ ÷è |Ê ö‘r&ö/ ä3s9£ è̀dqè?$ t«sù£ è̀d u‘qã_é&((#rã• ÏJ s? ù&ur/ ä3uZ÷•t/7$rã• ÷è oÿÏ3(b Î) ur÷Län÷Ž| $ yè s?ßìÅÊ ÷ŽäI |¡sùÿ¼ ã&s!

3“t• ÷zé&ÇÏÈ

Artinya: kemudian jika mereka menyusukan (anak-anak)mu untukmuMaka berikanlah kepada mereka upahnya. (Q. S Ath-Thalaq : 6).34

÷b Î) uröN›?Šu‘ r&b r&(#þqãè ÅÊ ÷ŽtI ó¡n@ö/ ä.y‰» s9 ÷rr&Ÿxsùyy$ uZã_ö/ä3ø‹ n=tæ#sŒ Î)NçF ôJ ¯=y™!$̈BLäêø‹ s?#uäÅ$rá•÷è pRùQ $$ Î/3

(#qà)̈? $#ur©!$#(#þqßJ n=ôã $#ur¨b r&©! $#$oÿ Ï3tbqè=uK÷è s?׎•ÅÁt/ÇËÌÌÈ

Artinya :

Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, makatidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaranmenurut yang patut. Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilahbahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan”.(al-Baqarah: 233)

Yang menjadi landasan ijarah dalam ayat diatas adalah ungkapan

“ maka berikanlah upahnya” dan“ apabila kamu memberikan pembayaran

yang patut”, hal ini menunjukkan adanya jasa yang diberikan berkat

kewajiban membayar upah secara patut.

(2) Al-Hadits

34 Depag RI, Alquran dan Terjemahannya, Kudus: Menara, 1997. h. 559

Page 31: Jtptiain Gdl Lailisoray 6005

: .) .(

Artinya:

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas dia berkata: bahwa RasulullahSaw berbekam dan memberi upah kepada orang yang membekam.Kalau ia haram beliau tidak akan memberinya upah.( HR. BukhariDan Muslim)36

3. Rukun dan Syarat- Syarat Perjanjian Ijarah

Semua hal yang berkaitan dengan muamalat harus memiliki rukun dan

syarat-syarat tertentu. Rukun- rukun ijarah yang harus dipenuhi ada 4

macam37, yaitu:

a) Pelaku akad, yaitu musta’jir (penyewa), adalah pihak yang menyewa

aset dan mu’jir/muajir (pemilik) adalah pihak pemilik yang

menyewakan aset.

b) Objek akad, yaitu ma’jur (aset yang disewakan)

c) ujrah (harga sewa).

d) Sighat yaitu ijab dan qabul.

Syarat ijarah yang harus ada agar terpenuhi ketentuan-ketentuan

hukum Islam, adalah sebagai berikut:

1) Jasa atau manfaat yang akan diberikan oleh aset yang disewakan harus

tertentu dan diketahui dengan jelas oleh kedua belah pihak.

35 Ibnu Hajar, Bulughul Maram, Surabaya: Mutiara Ilmu, 1995. h. 387-388 .36Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik , Jakarta: Gema

Insani Press, 2001, h.118 .37 Abi Abdul Mu’tha, Nihayatuzzain, Semarang: Toha Putra, tanpa tahun, h. 257-258.

Page 32: Jtptiain Gdl Lailisoray 6005

2) Kepemilikan aset tetap pada yang menyewakan yang bertanggung

jawab pemeliharaannya, sehingga aset tersebut harus dapat memberi

manfaat kepada penyewa.

3) Akad ijarah dihentikan pada saat aset yang bersangkutan berhenti

memberikan manfaat kepada penyewa. Jika aset tersebut rusak dalam

periode kontrak, akad ijarah masih tetap berlaku.

4) Aset tidak boleh dijual kepada penyewa dengan harga yang ditetapkan

sebelumnya pada saat kontrak berakhir. Apabila asset akan dijual

harganya akan ditentukan pada saat kontrak berakhir.

Dalam fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 09/DSNMUI/ IV 2000

tanggal 13 April 2000 Tentang Pembiayan Ijarah ditetapkan:

1. Rukun dan Syarat Ijarah :

a. Pernyataan ijab dan qabul.

b. Pihak-pihak yang berakad (berkontrak) : terdiri atas pemberi sewa

(lessor, pemilik aset, Lembaga Keuangan Syariah) dan penyewa

(Lessee, pihak yang mengambil manfaat dari penggunaan aset,

nasabah).

c. Objek kontrak : pembayaran (sewa) dan manfaat dari penggunaan aset.

d. Manfaat dari penggunaan aset dalam ijarah adalah objek kontrak yang

harus dijamin, karena ia rukun yang harus dipenuhi sebagai ganti dari

sewa dan bukan aset itu sendiri.

e. Sighat ijarah adalah berupa pernyataan dari kedua belah pihak yang

berkontrak, baik secara verbal atau dalam bentuk lain yang equivalent,

Page 33: Jtptiain Gdl Lailisoray 6005

dengan cara penawaran dari pemilik aset (Lembaga Keuangan Syariah)

dan penerimaan yang dinyatakan oleh penyewa (nasabah).

2. Ketentuan Objek Ijarah :

1) Objek ijarah adalah manfaat dari penggunaan barang dan atau jasa.

2) Manfaat barang harus bisa dinilai dan dapat dilaksanakan dalam

kontrak.

3) Pemenuhan manfaat harus yang bersifat dibolehkan.

4) Kesanggupan memenuhi manfaat harus nyata dan sesuai dengan

syariah.

5) Manfaat harus dikenali secara spesifik sedemikian rupa untuk

menghilangkan jahalah (ketidak tahuan) yang akan mengakibatkan

sengketa.

6) Spesifikasi manfaat harus dinyatakan dengan jelas, termasuk jangka

waktunya. Bisa juga dikenali dengan spesifikasi atau identifikasi fisik.

7) Sewa adalah sesuatu yang dijanjikan dan dibayar nasabah kepada

lembaga keuangan syariah sebagai pembayaran manfaat. Sesuatu yang

dapat dijadikan harga dalam Rahn dapat pula dijadikan sewa dalam

ijarah.

8) Pembayaran sewa boleh berbentuk jasa (manfaat lain) dari jenis yang

sama dengan obyek kontrak.

9) Kelenturan (flexibility) dalam menentukan sewa dapat diwujudkan

dalam ukuran waktu, tempat dan jarak.

Page 34: Jtptiain Gdl Lailisoray 6005

Tidak semua benda boleh diakadkan ijarah, kecuali yang

memenuhi persyaratan berikut ini:38

a. Manfaat dari objek akad harus diketahui secara jelas. Hal ini

dilakukan misalnya, dengan memeriksa atau pemilik memberikan

informasi transparan tentang kualitas manfaat barang.

b. Objek Ijarah dapat diserahterimakan dan dimanfaatkan secara

langsung dan tidak mengandung cacat yang menghalangi

fungsinya.tidak dibenarkan transaksi ijarah atasharta benda yang

masih dalam penguasaan pihak ketiga,

c. Objek ijarah dan pemanfaatanya haruslah tidak bertentangan

dengan hukum syara’. Menyewakan VCD porno merupakan

contoh kasus transaksi persewaan yang tidak memenuhi

persyaratan ini.

d. Objek yang disewakan adalah manfaat langsung dari sebuah benda.

Misalnya menyewakan rumah untuk ditempati. Tidak dibenarkan

sewa-menyewa manfaat suatu benda yang bersifat tidak langsung.

Seperti sewa-menyewa pohon untuk diambil buahnya.buah adalah

materi bukan manfaat.

e. Harta benda yang menjadi objek ijarah haruslah harta benda yang

bersifat isti’maly, yakni harta benda yang dapat dimanfaatkan

berulangkali tanpa mengakibatkan kerusakan dzat dan

38 Ibid, h. 184

Page 35: Jtptiain Gdl Lailisoray 6005

pengurangan sifatnya, seperti rumah, mobil, tanah. Sedangkan

harta benda yang bersifat istikhlahi, harta benda yang rusak atau

berkurang sifatnya karena pemakaian, tidak sah ijarah atasnya

seperti buku tulis.

Menurut Saleh Al-Fauzan dalam buku yang berjudul “fiqih

sehari-hari” menyebutkan bahwa syarat sah ijarah adalah sebagai

berikut:

1. Ijarah berlangsung atas manfaat.

2. Manfaat tersebut dibolehkan.

3. Manfaat tersebut diketahui.

4. Jika ijarah atas benda yang tidak tertentu maka harus diketahui secara

pasti ciri-cirinya.

5. Diketahui masa penyewaan.

6. Diketahuinya ganti atau bayarannya.

7. Upah sewa berdasarkan jerih payah yang memberikan jasa.39

39 Saleh Al Fauzan, Fiqih Sehari-Hari, Jakarta: Gema Insani, 2006, h. 483

Page 36: Jtptiain Gdl Lailisoray 6005

B. RAHN

1. Pengertian Rahn

a. Rahn Menurut Bahasa

Perjanjian gadai dalam Islam disebut Rahn, yang merupakan

masdar dari kata -- yang artinya menggadaikan atau

menangguhkan40. Kata rahn menurut bahasa arab berarti yang

berarti“ tetap”41, “berlangsung” dan “ menahan”.

b. Pengertian Rahn Menurut Istilah

1) Menurut Imam Taqiyyuddin Abu Bakar Al-Husaini dalam kitabnya

Kifayatul Ahyar Fii Halli Ghayati Al-Ikhtisar

Menurut beliau bahwa definisi Rahn adalah: “Akad/perjanjian utang

piutang dengan menjadikan harta sebagai kepercayaan/penguat utang

dan yang memberi pinjaman berhak menjual barang yang digadaikan

itu pada saat menggadaikannya.42

2) Menurut Frianto

Gadai adalah suatu hak yan diperoleh seseorang yang berpiutang atas

suatu barang bergerak, yang diserahkan padanya oleh seseorang atau

oleh orang lain atas namanya, dan yang memberikan kekuasaan kepada

orang berpiutang itu untuk mengambil pelunasan dari barang tersebut

didahulukan daripada orang-orang yang berpiutang lainnya, dengan

40 Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia, Jakarta: Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Pentafsiran Al- Quran, 1972, h. 148.

41 Ahmad bin Husain, Fathul Qorib Majid, Semarang,: Toha Putra,Tanpa Tahun, h. 3242 Taqiyyuddin Abu Bakar Al-Husaini, Kifayatul Ahyar Fii Halli Ghayati Al-Ikhtisar,

Semarang: Maktabah Alawiyyah, Tanpa Tahun, h. 265-266

Page 37: Jtptiain Gdl Lailisoray 6005

pengeculian biaya untuk melelang barang tersebut dan biaya yang telah

dikeluarkan untuk menyelamatkannya setelah barang itu digadaikan.43

3) Menurut Syafi’i Antonio

Ar-rahn adalah menahan salah satu harta milik si peminjam sebagai

jaminan atas pinjaman yang diterrimanya, dan barang tersebut memiliki

nilai ekonomis. 44

Dari beberapa definisi diatas dapat diartikan bahwa rahn adalah

menjamin utang dengan sesuatu yang bisa menjadi pembayar utang

tersebut, atau nilainya bisa menjamin utang tersebut.

2. Landasan Hukum Rahn

Seluruh aktifitas muamalat dalam Islam harus mempunyai landasan

hukum yang berasal dari Alquran maupun As-sunah, serta Ijma’ dan

Qiyas.

a) Alqur’an

Dalil yang memperbolehkan gadai, seperti yang tercantum dalam

surat Al-Baqarah, ayat 283 yang berbunyi sebagai berikut:

b Î) uróOçFZä.4’ n?tã9•xÿy™öNs9 ur(#r߉Éf s?$Y6Ï?% x.Ö`» yd Ì• sù×p|Êqç7 ø)̈B(÷

Artinya:“Jika kamu dalam perjalanan (dan bermuamalah tidak secaratunai) sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis,maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegangoleh orang yang berpiutang.”45

43 Frianto Pandia, Lembaga Keuangan, Jakarta: Rineka Cipta, 2005, h. 72.44 Muhammad Syafi’i Antonio, opcit., h 11712845 Depag RI, Alquran dan Terjemahannya, Kudus: Menara, 1997. h. 50

Page 38: Jtptiain Gdl Lailisoray 6005

Yang menjadi dasar hukum dari ayat diatas adalah kata “ada

barang tanggungan yang di pegang oleh orang yang berpiutang” barng

tanggungan disini biasa dikenal dengan barang jaminan.

b) Hadits

Dari Aisyah r.a, Nabi SAW bersabda :

Artinya:

“Sesungguhnya Rasulullah SAW pernah membeli makananseorang Yahudi dan Nabi menggadaikan sebuah baju besikepadanya.”

(H.R. Bukhori dan Muslim).46

Hadits lain dari Anas ra:

.

Artinya:

“Dari Anas ra bahwasanya ia berjalan menuju Nabi Saw denganroti dari gandum dan sungguh Rasulullah Saw. telah menaguhkanbaju besi kepada seorang Yahudi di Madinah ketika beliaumengutangkan gandum dari seorang Yahudi”.(H.R.Anas ra). 47

46 Abi Suja’, Attadhib, Surabaya: Syirkah Bungkul Indah, tanpa tahun, h.129.47 Hussein Bahreisj, Al-Jami’ush Shahih Bukhori Muslim, Surabaya: Karya Utama, tanpa

tahun, h. 17.

Page 39: Jtptiain Gdl Lailisoray 6005

c) Ijtihad ulama

Perjanjian gadai yang diajarkan dalam Al-Qur’an dan Hadits itu

dalam pengembangan selanjutnya dilakukan oleh para fuqaha dengan

jalan ijtihad, dengan kesepakatan para ulama bahwa gadai

diperbolehkan dan para ulama tidak pernah mempertentangkan

kebolehannya. Demikian juga dengan landasan hukumnya. Namun

demikian, perlu dilakukan pengkajian ulang yang lebih mendalam

bagaimana seharusnya pegadaian menurut landasan hukumnya.

d) Fatwa DSN No. 25/DSN-MUI/III/2002

Bahwa pinjaman dengan menggadaikan barang sebagai jaminan

hutang dalam bentuk rahn dibolehkan dengan ketentuan yang

ditetapkan.

3. Rukun Dan Syarat-Syarat Perjanjian Rahn

3.1. Rukun gadai

Dalam perjanjian akad gadai, harus memenuhi beberapa rukun gadai

syariah. Rukun gadai tersebut antara lain :

a. Ar-Rahin (yang menggadaikan), syarat Rahin: orang yang telah dewasa,

berakal, bisa dipercaya, dan memliki barang yang akan digadaikan.

b. Al-Murtahin (yang menerima gadai), orang yang dipercaya Rahin untuk

mendapatkan modal dengan jaminan barang gadai.

Page 40: Jtptiain Gdl Lailisoray 6005

c. Al-Marhun (barang yang digadaikan), barang yang digunakan Rahin

untuk dijadikan jaminan dalam mendapatkan uang.

d. Al-Marhun bih (utang), sejumlah dana yang diberikan murtahin kepada

Rahin atas dasar besarnya tafsiran marhun.

e. Sighat, (ijab dan qabul), kesepakatan antara Rahin dan murtahin dalam

melakukan transaksi gadai.

3.2. Syarat Sah gadai :

Sebelum dilakuan rahn, terlebih dahulu dilakukan akad. Akad

menurut teuku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy adalah suatu perbuatan

yang dilakukan oleh 2 orang berdasarkan persetujuan masing-masing48.

Sedangkan syarat rahn, ulama fiqh mengemukakannya sesuai dengan

rukun rahn itu sendiri, yaitu:

(1) Syarat yang terkait dengan orang yang berakad, adalah cakap bertindak

hukum (baligh dan berakal).

Ulama Hanafiyah hanya mensyaratkan cukup berakal saja.

Karenanya, anak kecil yang mumayyiz (dapat membedakan antara

yang baik baik dan buruk) boleh melakukan akad rahn, dengan syarat

mendapatkan persetujuan dari walinya. Menurut Hendi Suhendi,

syarat bagi yang berakad adalah ahli tasharuf, artinya mampu

48 Teuku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Pengantar Fiqih Muamalah, Semarang,Pustaka Rizki Putra, 2001, h. 28

Page 41: Jtptiain Gdl Lailisoray 6005

membelanjakan harta dan dalam hal ini memahami persoalan

yangberkaitan dengan rahn.49

(2) Syarat Sighat (lafadz).

Ulama Hanafiyah mengatakan dalam akad itu tidak boleh

dikaitkan dengan syarat tertentu atau dengan masa yang akan datang,

karena akad rahn itu sama dengan akad jual-beli. Apabila akad itu

dibarengi dengan sesuatu, maka syaratnya batal, sedangkan akadnya

sah. Misalnya, Rahin mensyaratkan apabila tenggang waktu marhun

bih telah habis dan marhun bih belum terbayar, maka rahn itu

diperpanjang 1 bulan, mensyaratkan marhun itu boleh murtahin

manfaatkan.

Ulama Malikiyah, Syafi’iyah, dan Hanabilah mengatakan apabila

syarat itu adalah syarat yang mendukung kelancaran akad itu, maka

syarat itu dibolehkan, namun apabila syarat itu bertentangan dengan

tabiat akad rahn, maka syaratnya batal. Kedua syarat dalam contoh

tersebut, termasuk syarat yang tidak sesuai dengan tabiat rahn,

karenanya syarat itu dinyatakan batal. Syarat yang dibolehkan itu,

misalnya, untuk sahnya rahn itu, pihak murtahin minta agar akad itu

disaksikan oleh 2 orang saksi, sedangkan syarat yang batal, misalnya,

disyaratkan bahwa marhun itu tidak boleh dijual ketika rahn itu jatuh

49 Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah: Membahas Ekonomi Islam, Cetakan Pertama, PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta: 2002. h. 107.

Page 42: Jtptiain Gdl Lailisoray 6005

tempo, dan Rahin tidak mampu membayarnya.50 Sedangkan Hendi

Suhendi menambahkan, dalam akad dapat dilakukan dengan lafadz,

seperti penggadai Rahin berkata; ‘Aku gadaikan mejaku ini dengan

harga Rp 20.000’ dan murtahin menjawab; ‘Aku terima gadai

mejamu seharga Rp 20.000’. Namun, dapat pula dilakukan seperti:

dengan surat, isyarat atau lainnya yang tidak bertentangan dengan

akad rahn.51

(3) Syarat marhun bih, adalah :

a) Merupakan hak yang wajib dikembalikan kepada murtahin;

b) Marhun bih itu boleh dilunasi dengan marhun itu;

c) Marhun bih itu jelas/tetap dan tertentu.

(4) Syarat marhun, menurut pakar fiqh, adalah:

a. Marhun itu boleh dijual dan nilainya seimbang dengan marhun

bih;

b. Marhun itu bernilai harta dan boleh dimanfaatkan (halal);

c. Marhun itu jelas dan tertentu;

d. Marhun itu milik sah Rahin;

e. Marhun itu tidak terkait dengan hak orang lain;

f. Marhun itu merupakan harta yang utuh, tidak bertebaran dalam

beberapa tempat; dan

g. Marhun itu boleh diserahkan, baik materinya maupun manfaatnya.

50 Nasrun Haroen, Fiqh Mumalah, Cetakan Pertama, Gaya Media Pratama, Jakarta: 2000.h. 255.

51 Nasrun Haroen, ibid, h. 107.

Page 43: Jtptiain Gdl Lailisoray 6005

Berdasarkan fatwa dari Dewan Syariah Nasional (DSN)-MUI

No. 25/ DSN-MUI/III/2002, tanggal 22 Juni 2002, bahwa semua

barang dapat diterima sebagai agunan pinjaman. Akan tetapi semua

pegadaian syariah di Pekalongan mempunyai pengkhususan pada

barang-barang yang tidak dapat diterima sebagai marhun, yaitu:

1. Barang milik pemerintah

2. Mudah membusuk

3. Berbahaya dan mudah terbakar

4. Barang yang dilarang peredarannya oleh peraturan yang berlaku

dan atau hukum Islam.

5. Cara memperoleh barang tersebut dilarang oleh hukum Islam.

6. Serta ketentuan khusus sebagai berikut:

a) Barang yang disewa-belikan.

b) Barang tersebut masih berupa hutang dan belum lunas.

c) Barang tersebut dalam masalah.

d) Berupa pakaian jadi.

e) Pemakaiannya sangat terbatas.

f) Hewan ternak.

g) Barang yang kurang nilai rahn-nya dibawah biaya invest gadai.

Ketentuan-ketentuan tersebut diberlakukan mengingat

keterbatasan tempat, sumber daya, fasilitas. Chatamarrasid

menambahkan barang yang tidak dapat digadaikan yaitu barang-

Page 44: Jtptiain Gdl Lailisoray 6005

barang karya seni yang nilainya relative sukar ditaksir dan kendaraan

bermotor tahun keluaran 1996 keatas.52

Aturan pokok dalam mazhab Maliki tentang masalah ini

adalah, bahwa gadai dapat dilakukan pada semua macam harga pada

semua macam Rahn, kecuali Rahn mata uang (sharf) dan pokok modal

pada salam yang berkaitan dengan tanggungan. Demikian itu karena

pada sharf disyaratkan tunai (yakni kedua belah pihak saling

menerima, oleh kerena itu tidak boleh terjadi akad gadai padanya.53

52 Chatamarrasid, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, cet ke-4, Jakarta: Kencana,2008, h. 15

53 Ibnu Rusyd, Bidayah Al-Mujtahid, jilid ll, Semarang: Toha Putra, tanpa tahun, h. 206

Page 45: Jtptiain Gdl Lailisoray 6005

BAB III

PENERAPAN PERHITUNGAN BIAYA IJARAH

DI PERUM PEGADAIAN SYARIAH PEKALONGAN

A. Akad Rahn dan Ijarah di Pegadaian Syariah Pekalongan

Perum pegadaian merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang

bergerak dalam bidang jasa keuangan Bukan Bank dengan kegiatan usaha

utama menyalurkan pinjaman kepada masyarakat berdasarkan hukum gadai,

fidusia dan usaha lain yang menguntungkan.54Sebelum nasabah

menandatangani akad ijarah yang dikeluarkan pihak pegadaian nasabah

terlebih dahulu menandatangani akad rahn yang ada di Pegadaian Syariah,

akad rahn tersebut merupakan rangkaian akad yang harus ada di Pegadaian

Syariah, pegadaian tidak aka nada bila tidak ada akan rahn, begitupun

sebaliknya pegadaian tidak akan berjalan tanpa adanya akad ijarah, karena

akan tersebut harus ada di perum pegadaian syariah.

1. Akad Rahn di Pegadaian Syariah Pekalongan

Berjalannya perjanjian rahn sangat ditentukan oleh banyak hal, antara

lain adalah subjek dan objek perjanjian rahn. Subjek perjanjian rahn adalah

Rahin (orang yang menggadaikan) dan murtahin (yang menahan barang

gadai), sedangkan objeknya adalah marhun (barang gadai) dan marhun bih

(utang) yang diterima Rahin. Mekanisme akad rahn dalam Islam

dilaksanakan dalam satu majlis oleh kedua belah pihak antara Rahin dan

54 Brosur pegadaian syariah, kerabat menggapai cita.

Page 46: Jtptiain Gdl Lailisoray 6005

murtahin, disamping itu keduanya mempunyai hak untuk membatalkan atau

melanjutkan akad rahn tersebut. Hal ini bisa dilaksanakan bila semua aspek

terpenuhi. Dan antara Rahin (nasabah) dan murtahin (pegadaian) masing-

masing mempunyai hak dan kewajiban yang mana hak dan kewajiban

tersebut harus diketahui oleh kedua belah pihak demi tercapainya akad rahn

tersebut.

1. Pegadaian

Sebagai salah satu unsur pembentuk akad rahn, pegadaian

syariah yang berperan sebagai murtahin selain harus memenuhi

syarat-syarat untuk melakukan akad, juga mempunyai hak dan

kewajiban sebagai sebuah lembaga gadai.

1) Hak Pegadaian

a) Mendapat kembali uang pinjaman (marhun bih) dari Rahin,

dan tarif jasa simpan.

b) Menetapkan marhun bih yang dapat diterima Rahin.

c) Menolak marhun yang nilai taksiranya lebih kecil dari batas

minimum marhun bih yakni Rp. 20.000.

d) Menyangka bahwa marhun adalah milik Rahin dan bukan

hasil diluar jalur hukum dalam mendapatkanya.

e) Menjual marhun yang tidak ditebus Rahin.

f) Berhak menuntut Rahin untuk membayar sisa utang apabila

ternyata hasil penjualan marhun tidak mencukupi untuk

melunasi utangya.

Page 47: Jtptiain Gdl Lailisoray 6005

g) Menerima marhun dari Rahin.

2) Kewajiban pegadaian

a) Memberikan keterangan-keterangan yang diperlukan

nasabah/Rahin

b) Memberikan marhun bih/uang pinjaman sesuai yang telah

disepakati.

c) Melakukan penaksiran terhadap barang jaminan yang akan

dijadikan marhun dengan baik dan benar.

d) Menyimpan dan memelihara marhun dengan baik.

e) Member ganti rugi jika marhun rusak atau hilang.

f) Penjualan marhun harus dilaksanakan sendiri oleh

pegadaian.

g) Sebelum menjual marhun pegadaian harus terlabih dahulu

memberitahu Rahin.

h) Memberikan uang kelabihan hasil penjualan marhun

kepada Rahin.

i) Menanggung biaya penjualan marhun.

j) Memberikan uang kelebihan marhun kepada Rahin.

2. Nasabah (Rahin)

(1) Syarat-syarat nasabah /Rahin

Secara umum syarat-syarat Rahin sama dengan syarta-syarat

sahnya dalam melakukan akad-akad yang lain yaitu: berakal,

dewasa, bisa dipercaya dan memiliki barang yang akan digadaikan.

Page 48: Jtptiain Gdl Lailisoray 6005

(2) Hak nasabah/ Rahin

a) Memperoleh uang pinjaman/marhun bih sebesar yang telah

ditetapkan dengan pihak pegadaian.

b) Berhak atas tanda bukti bahwa telah dibuat perjanjian gadai

antara nasabah dengan pihak pegadaian.

c) Berhak atas kembalinya marhun secara utuh.

d) Memperpanjang tempo gadai (gadai ulang).

e) Uang kelebihan apabila marhun telah laku dijual, setelah

dikurangi pelunasan pinjaman dan tarif jasa simpan (ijarah).

f) Memperoleh pemberitahuan apabila jatuh tempo atau akan

dilaksanakan penjualan atas barang jaminan.

(3) Kewajiban Nasabah

a) Menyerahkan barang jaminan kepada pegadaian sebagai

jaminan membayar utang serta bukti kepemilikan marhun.

b) Mengisi formulir pemohon pinjaman (FPP_GS 01) dan

menandatanganinya serta menyerahkan fotocopy identitas.

c) Membayar biaya administrasi dan tarif ijarah terhitung sejak

tanggal penerimaan uang pinjaman.

d) Wajib mengembalikan pinjaman tepat waktu.

e) Membayar sisa uang pinjaman jika hasil penjualan marhun

tidak mencukupi untuk melunasi hutangnya.

f) Tunduk dan patuh pada peraturan dan kebijakan pegadaian.

Page 49: Jtptiain Gdl Lailisoray 6005

Hak dan kewajibah para pihak diatas tertuang dalam sebuah akta

perjanjian akad rahn. Untuk lebih jelasnya lihat box dibawah ini:

Box 1. Box Format Akad Rahn55

Perjanjian ini dibuat dan Ditandatangani pada tanggal sebagaimanatercantum pada Surat Bukti Rahn, oleh dan antara:Kantor Cabang Pegadaian Syariah (CPS) sebagaiman tersebut dalamSurat Bukti Rahn ini diwakili oleh Kuasa Pengutus Marhun bih(KPM) nya dan oleh karenanya bertindak utuh dan atas namakepentingan CPS. Untuk selanjutnya disebut sebagai “MURTAHINPENERIMA GADAI.”RAHIN pemberi gadai adalah orang yang nama dan alamatnyatercantum dalam Surat Bukti Rahn ini.Sebelumnya para pihak menerangkan bahwa RAHIN membutuhkanpinjaman dana dari MURTAHIN dan sebagai jaminan atas pinjamandan tersebut RAHIN mengadaikan barang miliknya yang sah(MARHUN) secara sukarela kepada MURTAHIN.Maksud tersebut para pihak membuat dan menandatangani akad inidengan ketentuan sebagai berikut:RAHIN dengan ini mengakui telah menerima pinjaman dariMURTAHIN sebesar nilai pinjaman dan dengan jangka waktupinjaman sebagaiman tercantum dalam Surat Bukti Rahn.MURTAHIN dengan ini mengakui telah menerima barang milikRAHIN yang digadaikan kepada MURTAHIN dan karenanyaMURTAHIN berkewajiban mengembalikannya pada saat melunasipinjaman dan kewajiban-kewajiban lainnya.Atas transaksi rahn tersebut diatas, RAHIN dikenakan biayaadministrasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.Apabila jangka waktu akad telah jatuh tempo dan RAHIN tidakmelunasi kewajiban-kewajibannya serta tiak memperpanjang akadmaka RAHIN dengan ini menyetujui dan atau memberikan kuasapenuh yang tidak dapat ditarik kembali untuk melakukan penjualanMARHUN yang berada dalam kekuasaan MURTAHIN gunapelunasan pembayaran kewajiban-kewajiban tersebut.Dalam hal hasil penjualan MARHUN tudak mencukupi kewajiban-kewajiban RAHIN maka RAHIN wajib membayar sisa kewajibanyaterhadap MURTAHIN sejumlah kekurangannya.Bilamana terdapat kelebihan hasil penjualan MARHUN maka RAHINberhak menerima kelebihan tersebut, dan jika dalam waktu satu tahunsejak dilaksanakan penjualan MARHUN, RAHIN tidak mengambilkelebihan tersebut maka dengan ini RAHIN menyetujui untuk

55 Format akad rahn dapat dilihat di SBR (Surat Bukti Rahn) yang dikeluarkan pihakpegadaian syariah cabang maupun unit pegadaian syariah.

Page 50: Jtptiain Gdl Lailisoray 6005

menyalurkan kelebihan tersebut sebagai Zakat Infaq Shadaqah yangpelaksanaanya dilaksanakan kepada MURTAHIN.Apabila MARHUN tidak laku dijual maka RAHIN menyetujuipenjualan MARHUN tersebut oleh MURTAHIN sebagaimana taksiranMARHUN.Atas kewenangan MURTAHIN, para pihak mengenyampingkan pasal1813, 1814 dan 1816 KUH Perdata.Segala sengketa yang timbul yang ada hubunganya dengan akad iniyang tidak dapat diselesaikan secara damai maka akan diselesaikanmelalui Badan Arbitrase Syariah Nasional (BASYARNAS). PutusanBASYARNAS adalah bersifat final dan mengikat.Demikian akad ini berlaku dan mengikat kedua belah pihak sejakditandatangani.

MURTAHIN (KPM) RAHIN (Nasabah) ………………. ……………… Saksi (Kasir) …………...

2. Akad Ijarah Di Perum Pegadaian Syariah Pekalongan

Dalam Pegadaian Syariah Musta’jir bertindak sebagai Rahin,

Mua’jir bertindak sebagai Murtahin, antara Musta’jir dan Mua’jir harus

ada perjanjian terlebih dahulu agar akad ini tercapai. Sebelum nasabah

menandatangani perjanjian ijarah di Pegadaian Syariah Pekalongan

nasabah harus menandatangani Surat Bukti Rahn dan perjanjian rahn

terlebih dahulu, Dalam gadai syariah, murtahin misalnya dapat

menyewakan tempat penyimpanan barang (defosit box) kepada

nasabahnya. Barang titipan dapat berupa barang yang menghasilkan

(dimanfaatkan) maupun barang yang tidak menghasilkan (tidak dapat

dimanfaatkan). Kontrak ijarah merupakan penggunaan manfaat atau

jasa dengan ganti kompensasi. Pemilik menyewakan manfaat disebut

Page 51: Jtptiain Gdl Lailisoray 6005

muajjir, sementara penyewa (nasabah) disebut mustajir, serta sesuatu

yang diambil manfaatnya (tempat penitipan) disebut majur dengan

kompensasi atau balas jasa yang disebut ajran atau ujrah. Dengan

demikian nasabah akan memberikan biaya jasa atau fee kepada

murtahin, karena nasabah telah menitipkan barangnya kepada murtahin

untuk menjaga atau merawat marhun. Oleh karena itu, melalui

penggunaan akad ijarah ini, berarti nasabah hanya akan memberikan fee

kepada murtahin, apabila masa akad ijarah telah berakhir dan murtahin

mengembalikan marhun kepada Rahin, karenanya Pegadaian syariah ini

media yang tepat untuk dimanfaatkan dan difungsikannya, karena

dengan gadai syariah ini, Pegadaian syariah sebagai media pengaman

barang nasabah.

Dalam akad ijarah di Pegadaian Syariah Pekalongan harus terlebih

dahulu menyetujui dan menandatangani akad ijarah sebagaimana

tercantum dibawah ini:

1. Para pihak sepakat dengan sewa tempat/ jasa simpan atas

ma’jur sesuai dengan ketentuan penggunaan ma’jur selama

satu hari, tetap dikenakan biaya simpan selama sepuluh

hari.

2. Jumlah keseluruhan sewa tempat/ jasa simpan wajib

dibayar sekaligus oleh musta’jir diakhir jangka waktu akad

rahn atau bersamaan dengan dilunasinnya pinjaman.

Page 52: Jtptiain Gdl Lailisoray 6005

3. Apabila dalam penyimpanan marhun terjadi hal-hal diluar

kemampuan musta’jir sehingga menyebabkan marhun

hilang/rusak maka akan diganti sesuai dengan peraturan

yang ada di Pegadaian Syariah.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam box perjanjian ijarah

sebagai berikut:

Box 2. Box Perjanjian Akad Ijarah

Perjanjian ini dibuat dan ditandatangani pada tanggal sebagaimanatercantum pada Surat Bukti Rahn, oleh dan antara:I. Kantor Cabang Pegadaian Syariah (CPS) sebagaimana dalam Surat

Bukti Rahn ini yang dalam hal ini diwakili oleh Penguasa PemutusMarhun bih (KPM)-nya dan oleh karenanya bertindak untuk danatas nama serta kepentingan CPS. Untuk selanjutnya disebut“MUA’JIR”

II. MUA’JIR adalah orang yang nama dan alamatnya tercantumdalam Surat Bukti Rahn ini.

Sebelumnya para pihak menerangkan hal-hal sebagai berikut:• Bahwa MUSTA’JIR sebelumnya telah mengadakan perjanjian

dengan MUA’JIR sebagaiman tercantum dalam Akad rahndan juga tercantum dalam Surat Bukti Rahn ini, dimanaMUSTA’JIR bertindak sebagai RAHIN dan MUA’JIRbertindak sebagai MURTAHIN, dan oleh karenanya Akadrahn tersebut merupakan bagian yang tidak terpisahkandengan akad ini.

• Bahwa atas MARHUN berdasarkan akad diatas, MUSTA’JIRsetuju dikenakan ijarah.

Untuk magsud tersebut para pihak membuat dan menandatanganiakad ini dengan ketentuan sebagai berikut:

1. Para pihak sepakat dengan tarif ijarah sesuai denganketentuan yang berlaku, untuk jangka waktu per sepuluh harikalender dengan ketentuan penggunaan MA’JUR selama satuhari tetap dikenakan ijarah sebesar ijarah per sepuluh hari.

2. Jumlah keseluruhan ijarah tersebut wajib dibayar sekaligusoleh MUSTA’JIR diakhir jangka waktu Akad rahn ataubersamaan dengan dilunasinya pinjaman.

3. Apabila dalam penyimpanan MARHUN terjadi hal-hal diluar

Page 53: Jtptiain Gdl Lailisoray 6005

kemampuan MUSTA’JIR sehingga menyebabkan MARHUNhilang / rusak tidak dapat dipakai. Maka akan digantikan gantirugi sesuai dengan ketentuan yang berlaku di PerumPegadaian. Atas pergantian ganti rugi ini MUSTA’JIR setujudikenakan potongan sebesar Marhun bih + Ijarah sampaidengan tanggal ganti rugi, sedangkan perhitungan ijarahdihitung sampai dengan tanggal penebusan ganti rugi.

MUA’JIR (KPM) MUSTA’JIR (nasabah)

……………… Saksi (kasir)

……………

3. Prosedur Pengajuan Pinjaman di Pegadaian Syariah Pekalongan

a. Rahin (nasabah) mendatangi kantor pegadaian syariah di

Pegadaian Syariah Pekalongan baik yang cabang maupun yang

unit dan langsung menuju loket atau meja penaksir untuk

meminta fasilitas pembiayaan dengan membawa marhun (barang

jaminan) yang akan diserahkan kepada murtahin dan membawa

fotocopy KTP atau SIM.

b. Penaksir melakukan pemeriksaan barang dan menaksir barang

jaminan tersebut.

c. Setelah persyaratan terpenuhi maka murtahin dan Rahin

melakukan akad rahn dan kemudian melakasanakan akad ijarah

(untuk menyewa tempat bagi marhun).

d. Setelah akad dilakukan, maka kasir akan memberikan sejumlah

pinjaman uang yang jumlahnya dibawah nilai marhun yang telah

Page 54: Jtptiain Gdl Lailisoray 6005

ditaksir oleh murtahin, yaitu sekitar 90-92% untuk emas dari

harga taksiran marhun.

e. Rahin dapat melunasi marhun menurut akad: yaitu pelunasan

penuh, ulang rahn, atau tarif ijarah selama jangka waktu

tersebut.

Skema Pinjaman Di Pegadaian Syariah

Pegadaian(murtahin)

Marhun bih(pembiayaan) Murtahin menyerahkan pinjaman

Nasabah(rahin)

Marhun(barang jaminan)

akad

Menebusmarhun

1. Rahin menyerahkan marhun

Page 55: Jtptiain Gdl Lailisoray 6005

4. Prosedur gadai di Perum Pegadaian Syariah Pekalongan

Prosedur penggadaian barang di Pegadaian Syariah dapat dilihat

dalam tabel berikut:

NO Pelaksana

langkah

Aktivitas

1 Rahin 1. Mengambil dan mengisi formulir

permintaan pinjaman (FPP).

2. Menyerahkan FPP yang telah diisi

dan ditandatangani dengan

melampirkan fotocopy KTP/

identitas lain serta marhun yang

akan dijaminkan.

3. Menerima kembali kitir FPP

sebagai tanda bukti penyerahan

marhun.

4. Menandatangani Surat Bukti

Rahn (SBR) asli yang diserahkan

oleh kasir.

5. Menerima sejumlah uang UP

(marhun bih) da SBR asli satu

Page 56: Jtptiain Gdl Lailisoray 6005

lembar.

6. Menyerahkan kitir asli kepada

kasir.

2 Penaksir

(Murtahin)

1. Menerima FPP dengan lampiran

KTP/ identitas lainnya beserta

marhun dari Rahin.

2. Memeriksa kelengkapan

kebenaran pengisian FPP dan

marhun yang akan dijaminkan.

3. Menandatangani FPP (pada badan

dan kitirnya) sebagai tanda bukti

penerimaan marhun dari Rahin.

4. Menyerahkan kitir FPP kepada

Rahin.

5. Melakukan taksiran untuk

menentukan nilai marhun sesuai

dengan peraturan Buku Penaksir

Marhun (BPM) dan Surat Edaran

(SE) yang berlaku.

6. Untuk taksiran marhun golongan

Page 57: Jtptiain Gdl Lailisoray 6005

A dapat langsung diselesaikan

oleh penaksir pertama, sedangkan

golongan B,C,D, dan E harus

diselesaikan oleh penaksir kedua

atau pimpinan cabang selaku

Kuasa Pemutus Pinjaman (KPP).

7. Menentukan besarnya pinjaman

(marhun bih) yang dapat

diberikan kepada Rahin sesuai

dengan ketentuan yang berlaku.

8. Menentukan biaya administrasi

dan menginformasikan besarnya

tarif jasa simpan (ijarah).

9. Larangan yang harus ditaati oleh

penaksir antara lain:

- Menetapkan jumlah UP

(marhun bih) berdasarkan

permintaan Rahin yang

melebihi jumlah taksiran.

- Melakukan pengeboran

marhun tanpa seizin

Page 58: Jtptiain Gdl Lailisoray 6005

pemilik.

- Mengikir, mengerik atau

melepaskan mata dari

barang perhiasan tanpa

seizin pemilik.

- Menentukan uang jasa

simpan (ijarah) dan biaya

administrasi diluar

ketentuan yang berlaku.

10. Merobek kitir/slip pengambilan

untuk nomor marhun.

11. Mengisi/ menulis SBR rangkap

dua sesuai dengan kewenangan.

12. Menyerahkan SBR asli dan SBR

dwilipat kepada kasir pinjaman.

13. Marhun dimasikan kedalam

kantong/ dibungkus dan ditempeli

nomor marhun.

3 Kasir 1. Menyerahkan uang pinjaman

kepada Rahin.

Page 59: Jtptiain Gdl Lailisoray 6005

2. Menyerahkan marhun yang telah

di plombir atau diikat kepada

bagian gudang dengan

menggunakan BSTM dan

membubuhkan tandatangan pada

kolom “penyerahan”.

4 Penjaga gudang 1. Bersama-sama dengan kasir

menandatangani kolom

serahterima marhun.

2. Menerima SBR asli dan badan

SBR dwilipat dari penaksir.

3. Mencocokan SBR tersebut

dengan kitir FPP yang diserahkan

oleh Rahin.

4. Menyiapkan dan melakukan

pembayaran UP (marhun bih)

sesuai dengan jumlah yang

tercantum pada SBR.

5. Mencocokan marhun yang telah

diterima dengan jumlah yang

tertera pada buku serah terima

Page 60: Jtptiain Gdl Lailisoray 6005

marhun dan apabila telah cocok

maka tandatangan pada kolom

“penerimaan”.

6. Melakukan pencatatan dibuku

gudang.

7. Marhun yang diterima disimpan

digudang sesuai dengan golongan,

rublik dan bukan pinjaman

marhun.

Keterangan formulir yang terkait:

1. Formulir Permintaan Pinjaman (FPP)

2. Surat Bukti Rahn (SBR)

3. Buku Serah Terima Marhun (BSTM)

4. Buku Pinjaman (BP)

5. UP (Uang Pinjaman)

B. Perhitungan Penaksiran Barang Gadai Di Perum Pegadaian Syariah

Barang gadai ditaksir atas beberapa pertimbangan, seperti jenis barang,

nilai barang, usia barang dsb.

a) Prosedur Penaksiran Emas

Page 61: Jtptiain Gdl Lailisoray 6005

Misalkan standar penaksiran yang digunakan oleh pegadaian adalah

92% x harga pasaran emas. Bila harga pasaran emas adalah Rp. 75.000

maka perhitungan emas dapat diilustrasikan dalam tabel sbb :

Tabel 2. Perhitungan Taksiran Emas

NO Jumlah karat Perhitungan Taksiran

1 24 karat 92% x Rp. 75.000 Rp. 69.000

2 23 karat 23/24 x Rp. 69.000 Rp. 66.124

3 22 karat 22/24 x Rp. 69.000 Rp. 63.250

4 21 karat 21/24 x Rp. 69.000 Rp. 60.375

5 20 karat 20/24 x Rp. 69.000 Rp. 57.500

6 19 karat 19/24 x Rp. 69.000 Rp. 54.625

7 18 karat 18/24 x Rp. 69.000 Rp. 51.750

8 17 karat 17/24 x Rp. 69.000 Rp. 48.875

9 16 karat 16/24 x Rp. 69.000 Rp. 46.000

Contoh :

Rini menggadaikan gelang emas kuning. Setelah Ditaksir petugas

ternyata gelang tersebut 22 karat dengan berat 6 gram. Barapakah nilai

taksiran gelang tersebut?

Jawab :

6 gram x Rp. 63.250 = Rp. 379.500

b) Prosedur Penaksiran Berlian

a. Dapat dilakukan dengan langkah-langkah sbb:

Page 62: Jtptiain Gdl Lailisoray 6005

1. Mengukur berat / besar berlian

2. Berlian digosokkan dengan jarum uji untuk menentukan

bagus/ tidaknya gosokan.

3. Dilihat warna/ cacatnya

4. Ditentukan taksirannya dengan melihat table

b. Penaksiran Berlian dapat dihitung dengan dua cara :

1. Berlian dengan berat 0.05 karat keatas

Rumus = Banyak Berlian x Tabel x Standar Penaksiran Permata

2. Berlian dengan berat kurang dari 0,05 karat

Rumus = banyak berlian x tabel taksiran minimum per buah berlian

Tabel 3. Taksiran Berlian Putih Embun Dan Paset

Gosokan

Berat

Amat

Bagus Bagus Sedang Jelek Cacat

0.6 0.41 0.29 0.15 1

0.46 0.23 0.22 0.14 2

0.29 0.2 0.14 0.09 3

0.1 0.1 0.07 0.05 0.03 4

Page 63: Jtptiain Gdl Lailisoray 6005

1.58 1.17 0.8 0.47 1

1.13 0.84 0.57 0.33 2

0.77 0.57 0.39 0.22 3

0.4 0.29 0.2 0.12 4

0.05 0.14 0.1 0.07 0.04 5

3.95 2.93 2.02 1.19 1

2.84 2.11 1.45 0.85 2

1.92 1.42 0.98 0.58 3

1.01 0.74 0.51 0.31 4

0,01 0.36 0.26 0.18 0.1 5

Contoh :

Tika ingin menggadaikan berlian permata yaitu berlian putih embun.

Setelah Ditaksir beratnya 0,05 karat, cacat 2 dan gosokannya sedang.

Dari hasil penaksiran tersebut, pihak gadai memberikan pinjaman

kepada Tika sebesar = 2 x 0.57 x Rp. 60.000 = Rp. 68.400 jadi uang

pinjaman yang akan diterima Tika sebesar Rp. 68.400.

c) Prosedur Penaksiran Barang Elektonik

Dilakukan dengan cara melihat harga di pasar , pegadaian harus

menentukan prosentase terhadap harga barang tersebut. Misalnya

untuk barang baru prosentasenya 100%, agak baru 90%, masih baik

80% dan baik 70%. Penaksiran dilakukan dengan cara menggalikan

60% dengan harga setempat.

Page 64: Jtptiain Gdl Lailisoray 6005

Contoh:

Azah berniat menggadaikan laptopnya dan setelah Ditaksir ternyata

kondisinya 80%, harga setempat Rp. 4.500.000 x 80% x 60% = Rp.

2.160.000 (berarti Azah akan mendapatkan pinjaman dari pegadaian

sebesar Rp. 2.160.000)

d) Prosedur Penaksiran Landasan56

Didasarkan pada harga barang setempat, setelah diketahui harga

pasarannya kemudian dikalikan 75%.57

Contoh:

Anas ingin menggadaikan Honda Karisma tahun keluaran 2003 dengan

harga pasaran setempat Rp. 9.750.000, maka ia mendapat piutang

sebesar : Rp. 9.750.000 x 75% = Rp. 7.312.500.

Jadi uang pinjaman yang akan diterima Anas sebesar Rp. 8.287.500.

e) Prosedur Penaksiran Mesin

Untuk mesin taksiran harganya sebesar 85% dari harga pasaran

setempat.

Contoh:

Novi ingin menggadaikan mesin ketik dan setelah Ditaksir ternyata

harga dipasaran sebesar Rp. 320.000, maka pinjaman yang didapat

Novi sebesar Rp. 320.000 x 85% = Rp. 272.000.

f) Prosedur Penaksiran Tekstil

56 Mengadaikan barang tetapi yang digadaikan berupa surat kepemilikan barang tersebut.57 Dapat dilihat dibrosur pegadaian syariah.

Page 65: Jtptiain Gdl Lailisoray 6005

Tekstil yang bisa digadaikan adalah jenis kain batik, permadani,

taplak, seprei dll. Kain yang telah menjadi baju tidak bisa digadaikan.

Prosentase taksiranya sebesar 85% dari harga pasaran setempat.

Contoh:

Ifa ingin menggadaikan kain batik sutra, setelah diperiksa ternyata

kondisi sempurna, harga pasaran setempat Rp. 750.000, maka piutang

yang didapatkan dari pegadaian adalah sebesar Rp. 750.000 x 85% =

Rp. 637.500

Dalam penaksiran nilai barang gadai, Unit Layanan Gadai Syariah

Cabang Ponolawen Pekalongan maupun pegadaian unit-unit di

Pekalongan berprinsip menghindari hasil penaksiran yang merugikan

nasabah atau pegadaian syariah itu sendiri. Untuk itu Pegadaian

Syariah Ponolawen Pekalongan mendasarkan ada ketentuan Harga

Pasar Pusat (HPP) dan atau Harga Pasar Setempat (HPS). HPP untuk

perhiasan emas dan permata yang ditetapkan oleh kantor pusat sebagai

patokan umum bagi kantor cabang, berdasarkan perkembangan harga

pasaran umum dengan memperhitungkan kecenderungan

perkembangan harga dimasa mendatang, sebelum HPP emas dijadikan

patokan umum maka disesuaikan dengan prosentase tertentu yang

disebut dengan standar taksiran logam (STL), dan standar taksiran

permata (STP).58Sementara HPS adalah harga pasar barang gudang

yang didasarkan pada harga pasar baru (toko) didaerah setempat, yang

58 Wawancara dengan Bapak Masokha Manajer Pegadaian Syariah Cabang PonolawenPekalongan , tanggal 25 Desember 2009 dan wawancara dengan Isnan Basyari kasir sekaliguspenaksir di Pegadaian Syariah UPCS Veteran Pekalongan, tanggal 02 juni 2010.

Page 66: Jtptiain Gdl Lailisoray 6005

ditetepkan oleh Pimpinan Cabang setelah melalui berbagai laporan

informasi. Adapun fungsi dari harga pokok adalah:

(1) Pedoman penetapan marhun

(2) Dasar penetapan kualifikasi taksiran tinggi atau rendah

(3) Penetapan harga taksir ulang marhun yang akan dijual

(4) Dasar penetapan harga pembelian

(5) Dasar penurunan harga jual marhun sisi penjualan.

C. Penggolongan Marhun bih dan Besarnya Tarif Administrasi

Tabel 4, Tabel Tarif Dan Golongan Marhun bih

Gol Marhun Bih PlafonBiaya

Administrasi

A 20.000-150.000 1000B 151.000-500.000 3000C 501.000-1.000.000 5000D 1.005.000-5.000.000 15000E 5.010.000-10.000.000 15000F 10.050.000-20.000.000 25000G 20.100.000-50.000.000 25000H 50.100.000-200.000.000 25000

Sumber : Surat Edaran (SE) No. 16/US/2004, Tanggal 6 April 2004

Dalam pegadaian syariah besarnya biaya administrasi didasarkan pada:

a. Biaya riil yang dikeluarkan, seperti perlengkapan dan biaya tenaga kerja.

b. Besarnya biaya administrasi ditetapkan dalam Surat Edaran (SE) itu

sendiri.

Page 67: Jtptiain Gdl Lailisoray 6005

c. Dipungut dimuka pada saat pinjaman dicairkan.

Contoh Kasus:

Dita menggadaikan satu cincin seberat 1,4 gr. Dan setelah dihitung

ternyata harga cincin/nilai taksiran tersebut sebesar : Rp. 340.142 dengan

nilai pinjaman maksimal Rp. 313.000 dengan jangka waktu pinjaman 10

hari. Maka berapakah biaya administrasinya? Dan berapa biaya

administrasi yang dikenakan pada Dita jika Dita mengajukan pinjaman

sebesar Rp. 100.000, Rp. 200.000 dan Rp. 250.000 ?

Dari contoh diatas dapat kita uraikan sebagai berikut:

1. Jika Dita meminjam dari pegadaian sebanyak Rp. 313.000, maka

Dita dikenakan biaya administrasi pada golongan B yaitu Rp.

3000.

2. Jika Dita mengajukan pinjaman sebesar Rp.100.000 maka ia akan

dikenakan biaya administrasi sebesar Rp. 1.000 (Golongan A).

3. Jika Dita mengajukan pinjaman sebesar Rp. 200.000, maka Dita

akan mendapatkan biaya administrasi sebesar Rp. 3.000 (Golongan

B).

4. Jika Dita meminjam pinjaman sebesar Rp. 250.000, maka ia juga

akan dikenakan biaya administrasi sebesar Rp. 3.000 (Golongan

B).

Dari sini dapat disimpulkan bahwa biaya administrasi yang dikenakan

pada nasabah di Pegadaian Syariah Pekalongan berdasarkan nilai pinjaman

yang diajukan nasabah .

Page 68: Jtptiain Gdl Lailisoray 6005

D. Perhitungan Biaya Ijarah di Perum Pegadaian Syariah Pekalongan

Biaya ijarah atau biaya sewa yang biasa di pegadaian disebut dengan

ijarah adalah biaya sewa tempat yang dikenakan oleh pihak pegadaian atas

barang yang digadaikan nasabah. Biaya ijarah dapat dihitung setelah barang

yang digadaikan ditaksir oleh pihak pegadaian.

1) Rumus Perhitungan Ijarah

Tabel 5: Tarif jasa simpan dan pemeliharaan marhun

No Jenis marhun Perhitungan tariff

1 Emas Taksiran/Rp. 10.000 x Rp.73 x jangka

waktu/10hari

2 Elektronik dan Alat

Rumah Tangga lainnya

Taksiran/Rp. 10.000 x Rp.90 x jangka

waktu/10hari

3 Kendaraan bermotor

(mobil dan motor)

Taksiran/Rp. 10.000 x Rp.95 x jangka

waktu/10hari

Keterangan:

Taksiran = Harga / nilai suatu barang.

Tarif = Rp. 73 , Rp. 90, Rp. 95 adalah ketetapan tarif Pegadaian

Syariah.

K = Konstanta ditetapkan Rp. 10.000

Jangka waktu = waktu pinjaman barang yang digadaikan dihitung

persepuluh hari.

Page 69: Jtptiain Gdl Lailisoray 6005

Dari rumus diatas jelas sekali bahwa pihak pegadaian menetapkan

biaya ijarah bukan dari jumlah pinjaman nasabah, karena yang dihitung

adalah besarnya nilai harga taksiran, angka Rp 10.000 adalah angka

konstanta yang digunakan pihak pegadaian dalam menghitung ijarah,

sedangkan Tarif yaitu angka Rp.73, Rp.90, dan Rp.100, adalah penentuan

tarif standar yang digunakan gadai syariah.

Ketentuan - ketentuan tarif ijarah sebagai pembentuk laba

perusahaan sebagai berikut:

a. Tarif jasa simpan dihitung dari nilai taksiran barang/ marhun bih

b. Jangka waktu gadai ditetapkan 120 hari kalender. Perhitungan tarif

jasa simpan dengan kelipatan sepuluh hari dihitung sejak pinjaman

rahn sampai dengan tanggal melunasi pinjaman. Satu hari dihitung

sepuluh hari atau dapat dihitung menurut satuan terkecil.

c. Tarif dihitung berdasarkan volume atau nilai barang.

d. Rahin dapat melunasi sebelum jatuh tempo.

e. Tarif jasa simpan dan pemeliharaan (biaya ijarah) dibayar pada

saat melunasi pinjaman.

Page 70: Jtptiain Gdl Lailisoray 6005

2) Perhitungan Diskon Ijarah di Perum Pegadaian Syariah

Diskon ijarah adalah diskon yang diberikan kepada nasabah kerena

nasabah meminjam dibawah pinjaman maksimun setelah barang gadai

ditaksir.

Table 6: Tarif Diskon Ijarah

NO P1 P2 P151 8 14 852 15 19 813 20 24 764 25 29 715 30 34 666 35 39 617 40 44 568 45 49 509 50 54 44

10 55 59 3811 60 64 32

12 65 69 2613 70 74 2014 75 79 14

15 80 84 716 85 99 -

Sumber data primer

Keterangan :

P1 = Plafon 1 (Pinjaman Minimum) dalam bentuk %

P2 = Plafon 2 (Pinjaman Maksimum) dalam bentuk %

P15 = Plafon 15 (Diskon yang akan didapat Nasabah) dalam bentuk %

Artinya :

Page 71: Jtptiain Gdl Lailisoray 6005

Bila nasabah meminjam uang sebesar P1% - P2% maka nasabah tersebut

akan mendapatkan potongan biaya ijarah sebesar P3% jadi bila nasabah

meminjam uang sebesar 85% - 99% dari total nilai pinjaman maksimum

maka nasabah tersebut akan mendapat diskon sebesar 0% (data no 16).

3) Rumus Diskon Ijarah

Rumus Diskon Ijarah = ijarah asal - (ijarah asal x P15)

Keterangan :

Ijarah asal = Tarif asal yang dikenakan guna pembayaran sewa

tempat di Pegadaian.

P15 =Diskon yang diberikan kepada nasabah karena

meminjam dibawah harga taksiran.

Contoh kasus 1 :

Dita menggadaikan satu cincin seberat 1,4 gr. Dan setelah dihitung

ternyata harga cincin/nilai taksiran tersebut sebesar : Rp. 340.142 dengan

nilai pinjaman maksimal Rp. 313.000 dengan jangka waktu pinjaman 10

hari. Maka berapakah biaya ijarah yang akan dikenakan pada Dita? Dan

berapakah biaya administrasinya?.

Jawab:

Biaya ijarah = Rp. 340.142 x 73 x 10 = Rp. 2.483 Rp. 10.000 10

Biaya ijarah yang diterima Dita sebesar = Rp. 2.483 (dibulatkan menjadi

Rp. 2500)

Page 72: Jtptiain Gdl Lailisoray 6005

Dan bila Dita meminjam dalam jangka waktu 4 bulan maka besarnya tarif

ijarah yang dibebankan pada Dita sebesar = 2.483 x 12 = Rp. 29.769

(dibulatkan menjadi Rp. 29.800)

Sedangkan biaya administrasi Dita sebesar Rp. 3.000 (masuk pada gol B

dalam kategori biaya administrasi)

Contoh kasus 2 :

Dita menggadaikan satu cincin seberat 1,4 gr. Dan setelah dihitung

ternyata harga cincin/nilai taksiran tersebut sebesar : Rp. 340.142 dengan

nilai pinjaman maksimal Rp. 313.000 tetapi Dita hanya meminjam Rp.

250.000 dengan jangka waktu pinjaman 10 hari. Maka berapakah biaya

ijarah yang akan dikenakan pada Dita?

Jawab :

Biaya ijarah = Rp. 340.142 x 73 x 10 = Rp. 2.483 Rp. 10.000 10

Biaya ijarah yang diterima Dita sebesar = Rp.2.500

Diskon ijarah = 20% x 2483 = Rp. 500 (diskon ijarah 20% karena

pinjaman 250.000 adalah 73% dari harga taksiran barang, pinjaman 70 -

74% dari nilai taksiran mendapat diskon sebesar 20%)

Jadi tarif ijarah Dita adalah = 2500 – 500 = Rp. 2000 (dibulatkan

Rp.2.000)

Sedangkan biaya administrasi Dita sebesar Rp. 3.000 (masuk pada gol B

dalam kategori biaya administrasi)

Page 73: Jtptiain Gdl Lailisoray 6005

Contoh 3 :

Dita menggadaikan satu cincin seberat 1,4 gr. Dan setelah dihitung

ternyata harga cincin/nilai taksiran tersebut sebesar : Rp. 340.142 dengan

nilai pinjaman maksimal Rp. 313.000 tetapi Dita hanya meminjam Rp.

100.000 dengan jangka waktu pinjaman 10 hari. Maka berapakah biaya

ijarah yang akan dikenakan pada Dita?

Jawab :

Biaya ijarah = Rp. 340.142 x 73 x 10 = Rp. 2.721 Rp. 10.000 10

Biaya ijarah yang diterima Dita sebesar = 2721 (dibulatkan menjadi Rp.

2800)

Diskon ijarah Dita = 71% x 2721 = Rp. 1931

Tarif ijarah Dita = 2721 – 1931 = Rp. 790 (pembulatan 800)

Sedangkan biaya administrasi Dita sebesar Rp. 1.000 (masuk pada gol A

dalam kategori biaya administrasi)

Dari contoh diatas jelas sekali bahwa yang mendasari perbedaan

biaya ijarah yang dikenakan pihak pegadaian bagi nasabah adalah adanya

diskon ijarah.

Page 74: Jtptiain Gdl Lailisoray 6005

BAB IV

ANALISIS PENERAPAN BIAYA IJARAH

DI PERUM PEGADAIAN SYARIAH CABANG PONOLAWEN

PEKALONGAN, UPS WONOYOSO DAN UPCS VETERAN

PEKALONGAN

A. Analisis Terhadap Akad Di Perum Pegadaian Syariah Pekalongan

Akad dalam fiqih muamalah ditinjau dari sisi ada tidaknya kompensasi

yang diterima dibagi menjadi 2, yaitu akad tabarru’ dan akad tijarah atau

mu’awadah.59Akad tabarru’ adalah segala macam perjanian yang menyangkut

not-profit transaction (transaksi nirlaba). Transaksi ini pada hakikatnya bukan

transaksi bisnis untuk mencari keuntungan komersil, tetapi bertujuan tolong

menlong dalam rangka berbuat kebaikan ( tabarru’ berasal dari kata dalam

bahasa arab yang artinya kebaikan. Dalam akad tabarru’, pihak yang berbuat

kebaikan tersebut tidak berhak mensyaratkan imbalan apapun kepada pihak

lainnya. Imbalan akad tabarru’ adalah dari Allah. Namun pihak yang berbuat

kebaikan boleh meminta counter partnya untuk sekedar menutup biaya (cover

the cost) yang dikeluarkanya untuk melakukan akad tabarru’ tersebut, tetapi

tidak boleh mengambil laba sedikitpun. Contoh akad ini adalah rahn, hibah,

wakaf, hadiah dll.60

Sedangkan akad tijarah/ muawadah adalah segala macam perjanjian yang

menyangkut for profit transaction. Akad-akad ini dilakukan dengan tujuan

59 Adiwarman karim, Bank Islam Analisis Fiqh Dan Keuangan, Jakarta: IIIT Indonesia,2003,h. 68.

60 Ibid., h. 68.

Page 75: Jtptiain Gdl Lailisoray 6005

mencari keuntungan, karena bersifat komersil. Contoh: Rahn, sewa-menyewa

(ijarah), investasi dll.61

Dari kedua definisi diatas jelas terdapat perbedaan jika rahn (gadai) masuk

dalam kategori akad tabarru’, maka akad ijarah masuk pada akad tijarah.

Perum Pegadaian Syariah di Indonesia khususnya di Pekalongan, baik

pegadaian syariah cabang maupun pegadaian syariah unit menerapkan bahwa

akad rahn yang termasuk akad tabarru’ dalam sistem gadainya, maka akad

tersebut tidak boleh berubah menjadi akad tijarah untuk memperoleh

keuntungan kecuali kedua belah pihak yang mengikatkan diri kedalam akad

tijarah tersebut, dalam hal ini dengan melakukan akad ijarah.

Dalam Islam akad akan dinyatakan sah manakala memenuhi syarat-syarat

dan rukun-rukun yang diperlukan dalam pembentukan akad. Adapun rukun-

rukun tersebut adalah ar-Rahin (yang menggadaikan), murtahin (penerima

gadai), marhun (barang yang digadaikan), dan sighat (ijab dan qobul).

1. Rahin

Seorang Rahin harus mencapai umur tamyiz yang menyadari dan

mengetahui dengan apa yang dilakukannya (berakal sehat). Di

Pegadaian Syariah sendiri ketika akan melakukan akad maka Rahin

harus memberikan fotocopy KTP (kartu tanda penduduk) atau SIM

(surat izin mengemudi). Dalam hal ini Rahin dianggap cakap

melakukan tindakan-tindakan hukum serta mengetahui akibat yang

61 Ibid, h. 72.

Page 76: Jtptiain Gdl Lailisoray 6005

dapat ditimbulkan dari tindakannya tersebut.dan seorang Rahin juga

dianggap berkemampuan dan layak untuk melakukan transaksi.

2. Murtahin

Murtahin dalam hal ini adalah pihak Pegadaian Syariah Cabang

Ponolawen Pekalongan, UPS Wonoyoso dan UPCS Veteran

Pekalongan dipercaya Rahin untuk mendapatkan modal atau utang

dengan jaminan barang, sementara untuk pihak pegadaian dilakukan

oleh Manajer Cabang yang mempunyai wewenang tertinggi pada

tingkat cabang, dan ditingat unit UPS Wonoyoso dan UPCS Veteran

Pekalongan dilakukan oleh kasir sendiri.

3. Marhun

Berdasarkan fatwa dari Dewan Syariah Nasional (DSN)-MUI No.

25/ DSN-MUI/III/2002, tanggal 22 Juni 2002, bahwa semua barang

dapat diterima sebagai agunan pinjaman.

4. Marhun bih

Setelah perjanjian disepakati, maka marhun bih diserahkan kepada

Rahin, marhun bih dalam perjanjian di Pegadaian Syariah berbentuk

uang sehingga memungkinkan pemanfaatanya.

5. Sighat ( ijab dan qobul)

Kesepakatan yang dicapai oleh Rahin (nasabah) dan murtahin

(pihak pegadaian) dalam melakukan transaksi dituangkan dalam Surat

Bukti Rahn (SBR), yang didalamnya memuat identitas kedua belah

Page 77: Jtptiain Gdl Lailisoray 6005

pihak, serta ketentuan-ketentuan yang harus disepakati oleh kedua

belah pihak.

Bentuk pengikatan diri tersebut tertuang dalam sebuah surat yaitu

Surat Bukti Rahn (SBR) yang didalamnya memuat identitas kedua belah

pihak, serta ketentuan-ketentuan (perjanjian) yang harus dipenuhi kedua

belah pihak.

Hal ini senada dengan pendapat Ari Agung Nugraha Manajer

Pegadaian Syariah Cabang Sei Panas Batam:

Dari landasan syariah tersebut maka mekanisme operasionalpegadaian syariah dapat digambarkan sebagai berikut : melalui akadrahn, nasabah menyerahkan barang bergerak dan kemudianpegadaian menyimpan dan merawatnya ditempat yang telahdisediakan oleh pihak pegadaian, dan akibatnya timbul biaya-biayayang meliputi nilai investasi tempat penyimpanan, biaya perawatandan keseluruhan proses kegiatannya. Atas dasar ini dibenarkan bagipihak pegadaian mengenakan biaya sewa kepada nasabah sesuaijumlah yang disepakati oleh kedua belah pihak.62

Aspek penting dari keberlangsungan tersebut adalah adanya kerelaan atau

kesepakatan kedua belah pihak untuk mengikatkan diri kedalam akad rahn

dan kesepakatan tersebut membawa konsekuensi terciptanya akad lain yaitu

akad ijarah.

a) Fungsi Akad Rahn Sebagai Jembatan Terhadap Akad Ijarah

Dalam konteks penerapan akad rahn di Pegadaian Syariah di

Pekalongan, tidak murni dilaksanakan dengan akad rahn saja tetapi ada

akad lain yang menyertainya yaitu akad ijarah yang merupakan satu

rangkaian akad yang tidak bisa dipisahkan.

62 Ari Agung Nugraha (Manajer Pegadaian Syariah Cabang Sei Panas Batam2004),”Gambaran Umum Kegiatan Usaha Pegadaian Syariah”. http://www.ulgs.tripod.com, aksestanggal 29 Desember 2009.

Page 78: Jtptiain Gdl Lailisoray 6005

Seorang Rahin tidak mungkin melakukan akad rahn jika ia tidak setuju

akan adanya akad ijarah yang ditetapkan oleh murtahin. Dengan demikian

dapat dikatakan bahwa akad ijarah merupakan syarat dari akad rahn. Oleh

karena itu jika ada dua orang yang mengadakan satu akad dengan lafadz

akad rahn dengan syarat adanya transaksi ijarah maka akad ini dipandang

sebagai akad ijarah, karena akad terakhir ini yang ditunjuki oleh maksud

dan makna dari pembuat akad. Hal ini senada dengan pendapat Ari Agung

Nugraha sebagai berikut:

“Sehingga disini dapat dikatakan proses pinjam meminjam uanghanya sebagai ‘lipstick’ yang akan menarik minat konsumen untukmenyimpan barangnya di Pegadaian”.63

b) Akad Rahn dan Akad Ijarah : Sebuah Rangkaian dari Dua Akad yang

Berbeda

Akad ijarah disini berfungsi untuk melanjutkan atau tidaknya

pelaksanaan akad rahn, Karena akad rahn tidak mungkin terlaksana bila

salah satu pihak tidak menyepakati akad ijarah, maka akad ijarah

berfungsi sebagai penyempurna akad rahn, akan tetapi seseorang tidak

mungkin melakukan akad ijarah saja karena pegadaian bukanlah lembaga

penitipan barang dan pegadaian tidak bisa menjalankan sistem

operasionalnya tanpa adanya akad ijarah tadi.

Dengan demikian terjadi perubahan-perubahan status akad, yaitu:

1) Rahin berubah menjadi mustajir, yaitu sebagai pihak penyewa

tempat (space) untuk menitipkan barang jaminan (marhun )

63 Ibid, http://www.ulgs.tripod.com

Page 79: Jtptiain Gdl Lailisoray 6005

kepada murtahin sehingga Rahin sekaligus musta’jir

mempunyai hak dan kewajiban pada kedua posisi tersebut.

2) Murtahin berubah menjadi mu’ajir, yaitu sebagai pihak yang

menyewakan tempat untuk penitipan marhun kepada Rahin

sekaligus mu’ajir mempunyai hak dan kewajiban pada kedua

posisi tersebut.

Di Pegadaian Syariah sendiri untuk akad-akad yang dilakukan telah

memenuhi syarat dan rukunnya, dimana ketika nasabah menggadaikan

barang maka nasabah harus menandatangani Surat Bukti Rahn yang

didalamnya ada akad ijarah dan akad rahn yang harus diketahui kedua

belah pihak yakni nasabah dan pihak pegadaian.

Pegadaian syariah tidak mengambil keuntungan dari akad rahn, tetapi

ada biaya administrasi yang timbul, biaya administrasi ini untuk biaya

perlengkapan dan biaya tenaga kerja. Sedangkan dari akad ijarah maka

nasabah berhak membayar biaya ijarah (ujrah) kepada pihak pegadaian

dimana untuk tarif ijarah sendiri telah disepakati kedua belah pihak.

Page 80: Jtptiain Gdl Lailisoray 6005

B. Analisis Terhadap Perhitungan Biaya Ijarah di Perum Pegadaian Syariah

Pekalongan Relevansinya Terhadap Fatwa Dewan Syari’ah Nasional NO:

25/DSN-MUI/III/2002

Dalam gadai syariah tidak menganut sistem bunga, namun lebih

menggunakan biaya jasa, sebagai penerimaan dan labanya, yang dengan

pengenaan biaya jasa itu paling tidak dapat menutupi seluruh biaya yang

dikeluarkan dalam operasionalnya.64 Oleh karena itu, untuk menghindari

adanya unsur riba’ (bunga) dalam gadai syariah dalam usahanya pembentukan

laba, maka gadai syariah menggunakan mekanisme yang sesuai dengan

prinsip-prinsip syariah, seperti melalui akad qardhul hasan dan akad ijarah,

akad rahn, akad mudharabah, akad ba’i muqayadah, dan akad musyarakah.

Oleh karena itu, pendapat bahwa gadai ketika sebagai sebuah lembaga

keuangan, maka fungsi sosialnya perlu dipertimbangkan lagi, apalagi fungsi

sosial gadai itu dihilangkan, tidak sepenuhnya benar. Karena paling tidak ada

2 alasan bahwa dengan terlembaganya gadai, bukan berarti menghilangkan

fungsi sosial gadai itu, yang berdasarkan hadist-hadist yang mendasarinya

menunjukkan bahwa fungsi gadai itu memang untuk fungsi sosial. Alasan itu

adalah:

(1) Dengan terlembaganya gadai, Pegadaian tetap dapat mendapatkan

penerimaan dari pihak Rahin, berupa biaya administrasi dan biaya jasa

lainnya, seperti jasa penyimpanan dan pemeliharaan. Berarti Pegadaian

tidak dirugikan;

64 Sashi Rais, Mengenal Pegadaian Syariah Dan Prospeknya, Jakarta: STIE PBM, 2006.

Page 81: Jtptiain Gdl Lailisoray 6005

(2) Fungsi sosial tersebut masih diperlukan guna membantu masyarakat yang

membutuhkan dana yang sifatnya mendesak, terutama untuk keperluan

hidup sehari-hari, seperti dalam kasus Rasulullah Saw. Yang

menggadaikan baju besinya demi untuk mendapatkan bahan makanan;

(3) Pegadaian tidak akan merugi karena ada marhun , yang dapat dilelang

apabila Rahin tidak mampu mambayar. Mungkin yang patut mendapatkan

perhatian dari kita adalah imbalan jasa yang masih digunakan oleh gadai

yang dikenal dengan ‘bunga gadai’, yang sangat memberatkan dan

merugikan pihak penggadai.

Penentuan bearnya tarif jasa simpan di Perum Pegadaian Syariah

ditentukan berdasarkan besarnya nilai barang tetapi yang membedakan

perbedaan biaya yang dikenakan antara satu nasabah dengan nasabah yang

lain dalam mmenggadaikan barang dengan nilai taksiran yang sama tetapi

jumlah pinjaman berbeda adalah adanya diskon ijarah yang diberikan

jarena nasabah meminjam dibawah harga pinjaman maksimum atau

dibawah 85% dari nilai taksiran barang. Jadi terlihat sekali bahwa

perhitungan biaya ijarah atau biaya sewa tempat bukan dilihat dari jumlah

pinjaman nasabah, berarti dalam penentuan biaya ijarah perum pegadaian

sudah sesuai dengan Fatwa Dewan Syari’ah Nasional NO: 25/DSN-

MUI/III/2002.

Page 82: Jtptiain Gdl Lailisoray 6005

C. Analisis terhadap perhitungan biaya ijarah di Perum Pegadaian Syariah

Pekalongan

Sebagaimana telah diketahui bahwa dalam Perum Pegadaian Syariah di

Pekalongan tidak menerapkan sistem bunga akumulatif seperti di Pegadaian

konvensional. Maka Perum Pegadaian Syariah menggadakan terobosan

pembentukan laba melalui mekanisme akad ijarah.

a. Tarif Ijarah

Ijarah sebagai faktor pembentuk laba dan sebagai produk tijarah

yang bertujuan mencari profit bagi Perum Pegadaian Syariah di

Pekalongan maka ditetapkan sistem perhitungan. Dan sebagai lembaga

keuangan syariah yang memegang prinsip menghilangkan serta

meniadakan hal yang memberatkan diantaranya meniadakan unsur riba

sebagaimana yang telah diaplikasikan oleh pegadaian konvensional,

tentunya sistem ijarah telah terformat dengan mengacu pada prinsip-

prinsip tersebut dalam hal perhitungannya.

Pembentukan laba merupakan salah satu fungsi dan tujuan Perum

Pegadaian Syariah di samping fungsi menolong sesama yang merupakan

inti dari prinsip muamalah dalam Islam.

Firman Allah SWT :

Ÿwur(#qçR ur$ yè s?’ n? tãÉOøOM}$#Èbºurô‰ãè ø9 $#ur4(#qà)̈? $#ur©! $#(¨bÎ)©!$#߉ƒÏ‰x©É>$ s)Ïè ø9 $#ÇËÈ

Artinya:

“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikandan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan

Page 83: Jtptiain Gdl Lailisoray 6005

pelanggaran.Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnyaAllah amat berat siksa-Nya”. (Q.S Al-Maidah : 2)65

Prinsip tolong menolong terkandung dalam akad rahn,

sebagaimana telah dijelaskan dalam akad tabarru’ , namun demikian

Perum Pegadaian Syariah di Pekalongan juga dituntut eksis mengingat

telah dipercaya oleh Pemodal dalam hal ini Bank Muamalat Indonesia

(BMI) dan mengembalikan modal dari lembaga tersebut dengan prinsip

saling menguntungkan, jadi hal ini semakin memperjelas akad ijarah yang

merupakan unsur utama dalam keberlangsungan perum pegadaian itu

sendiri.

Untuk menghindari dari riba’, maka pengenaan biaya jasa pada

barang simpanan nasabah dengan cara sebagai berikut :66

1) Harus dinyatakan dalam nominal, bukan prosentase;

2) Sifanya harus nyata, jelas dan pasti, serta terbatas pada hal-hal yang

mutlak diperlukan untuk terjadinya kontrak; dan

3) Tidak terdapat tambahan biaya, yang tidak disebutkan dalam akad awal.

b. Diskon ijarah

Pihak pegadaian syariah adalah lembaga keuangan yang dituntut

untuk mengembalikan modalnya, maka dalam pelaksanaanya pihak

pegadaian melakukan terobosan dengan adanya diskon ijarah, dimana

fungsi diskon ini sendiri untuk menarik minat nasabah. Tarif diskon ijarah

di Pegadaian Syariah Pekalongan berlaku bila Rahin (nasabah) meminjam

65 Depag RI, Alquran dan Terjemahannya, Kudus: Menara, 1997. h . 107.66 Sashi Rais, Pegadaian Syariah: Konsep Dan System Operasional (Suatu Kajian

Kontemporer), Jakarta: UI press, 2008 h. 82.

Page 84: Jtptiain Gdl Lailisoray 6005

uang dibawah nilai pinjaman maksimum yaitu meminjam uang dibawah

85% dari harga taksiran.

Contoh: Seseorang mengadaikan cincin seberat 1,6 gr dengan nilai

taksiran Rp. 340.142 selama 10 hari, untuk melihat berapa biaya ijarah-

nya lihat tabel dibawah ini:

Tabel 7: tabel ijarah yang belum disertai perhitungan diskon

ijarah

NoPinjamanMinimum Pinjaman Maksimum Ijarah

1 Rp. 27.211 Rp. 47.620 Rp. 2.483

2 Rp. 51.021 Rp. 64.627 Rp. 2.483

3 Rp. 68.028 Rp. 81.634 Rp. 2.483

4 Rp. 85.036 Rp. 98.641 Rp. 2.483

5 Rp. 102.043 Rp. 115.648 Rp. 2.483

6 Rp. 119.050 Rp. 132.655 Rp. 2.483

7 Rp. 136.057 Rp. 149.662 Rp. 2.483

8 Rp. 153.064 Rp. 166.670 Rp. 2.483

9 Rp. 170.071 Rp. 149.662 Rp. 2.483

10 Rp. 187.078 Rp. 200.684 Rp. 2.483

11 Rp. 204.085 Rp. 217.691 Rp. 2.483

12 Rp. 221.092 Rp. 234.698 Rp. 2.483

13 Rp. 238.099 Rp. 251.705 Rp. 2.483

14 Rp. 255.107 Rp. 268.712 Rp. 2.483

Page 85: Jtptiain Gdl Lailisoray 6005

15 Rp. 272.114 Rp. 285.719 Rp. 2.483

16 Rp. 289.121 Rp. 336.741 Rp. 2.483

Dari data tersebut terlihat bahwa biaya ijarah yang dibebankan

pada nasabah di Pegadaian Syariah terlihat sama tetapi tentu saja bila

sebuah lembaga keuangan memasang tarif yang sama tetapi jumlah

pinjaman berbeda maka sirkulasi transaksi tidak akan berjalan akibatnya

pegadaian kan merugi. Hal ini yang kemudian menjadi persoalan sehingga

pegadaian syariah mengambil langkah adanya system perhitungan tetapi

yang tidak menyalahi norma Islam, terosan yang dilakukan adalah dengan

penerapan diskon yang diberikan pada nasabah. Kebolehan diskon ini

terdapat dalam hadist Nabi riwayat al-Thabrani yang menyatakan bahwa

hadis ini shahih sanadnya :

: :

)(Artinya:

Ibnu Abbas meriwayatkan bahwa Nabi Saw. ketika beliaumemerintahkan untuk mengusir Bani Nadhir, datanglah beberapaorang dari mereka seraya mengatakan: “Wahai Nabiyallah,sesungguhnya Engkau telah memerintahkan untuk mengusir kamisementara kami mempunyai piutang pada orang-orang yang belumjatuh tempo” Maka Rasulullah saw berkata: “Berilah keringanandan tagihlah lebih cepat”.67

67 Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional, h. 147.

Page 86: Jtptiain Gdl Lailisoray 6005

Dari hadist tersebut “berilah keringanan dan tagihlah lebih cepat”

membuktikan bahwa dalam Islam diperbolehkan adanya pemberian

diskon.

Untuk mengetahui perhitungan ijarah setelah diterapkan diskon

dapat dilihat dalam tabel dibawah ini:

Tabel 8: Tabel ijarah yang disertai dengan diskon ijarah

NoPinjamanMinimum

PinjamanMaksimum Ijarah

Diskonijarah

Ijarahyang di

bebankan68

1 Rp. 27.211 Rp. 47.620 Rp. 2.483 Rp. 2.111 Rp. 372

2 Rp. 51.021 Rp. 64.627 Rp. 2.483 Rp. 2.011 Rp. 472

3 Rp. 68.028 Rp. 81.634 Rp. 2.483 Rp. 1.887 Rp. 596

4 Rp. 85.036 Rp. 98.641 Rp. 2.483 Rp. 1.763 Rp. 720

5 Rp. 102.043 Rp.115.648 Rp. 2.483 Rp. 1.639 Rp. 844

6 Rp. 119.050 Rp.132.655 Rp. 2.483 Rp. 1.515 Rp. 968

7 Rp. 136.057 Rp.149.662 Rp. 2.483 Rp. 1.391 Rp. 1.093

8 Rp. 153.064 Rp.166.670 Rp. 2.483 Rp. 1.242 Rp. 1.242

9 Rp. 170.071 Rp.149.662 Rp. 2.483 Rp. 1.093 Rp. 1.391

68 Hasil pengurangan antara ijarah dan diskon ijarah

Page 87: Jtptiain Gdl Lailisoray 6005

10 Rp. 187.078 Rp.200.684 Rp. 2.483 Rp. 944 Rp. 1.539

11 Rp. 204.085 Rp.217.691 Rp. 2.483 Rp. 795 Rp. 1.688

12 Rp. 221.092 Rp.234.698 Rp. 2.483 Rp. 646 Rp. 1.837

13 Rp. 238.099 Rp.251.705 Rp. 2.483 Rp. 497 Rp. 1.986

14 Rp. 255.107 Rp.268.712 Rp. 2.483 Rp. 348 Rp. 2.135

15 Rp. 272.114 Rp.285.719 Rp. 2.483 Rp. 174 Rp. 2.309

16 Rp. 289.121 Rp.336.741 Rp. 2.483 - Rp. 2.483

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa :

1. Bila nasabah meminjam pinjaman 8%-14 % dari total harga taksiran maka

nasabah akan mendapat keringanan atau bonus ijarah sebesar 85% dari

total biaya ijarah.

2. Bila nasabah meminjam pinjaman 15%-19% dari total harga taksiran

maka ia akan mendapat potongan biaya ijarah sebesar 81%.

3. Bila nasabah meminjam pinjaman 20%-24% dari total harga taksiran maka

ia akan mendapat potongan pinjaman sebesar 76%.

4. Bila nasabah meminjam pinjaman 25%-29% dari total harga taksiran maka

ia akan mendapat potongan pinjaman sebesar 71%.

Page 88: Jtptiain Gdl Lailisoray 6005

5. Bila nasabah meminjam pinjaman 30%-34% dari total harga taksiran maka

ia akan mendapat potongan pinjaman sebesar 66%.

6. Bila nasabah meminjam pinjaman 35%-39% dari total harga taksiran maka

ia akan mendapat potongan pinjaman sebesar 61%.

7. Bila nasabah meminjam pinjaman 40%-44% dari total harga taksiran maka

ia akan mendapat potongan pinjaman sebesar 56%.

8. Bila nasabah meminjam pinjaman 45%-49% dari total harga taksiran maka

ia akan mendapat potongan pinjaman sebesar 51%.

9. Bila nasabah meminjam pinjaman 50%-54% dari total harga taksiran maka

ia akan mendapat potongan pinjaman sebesar 44%.

10. Bila nasabah meminjam pinjaman 55%-59% dari total harga taksiran maka

ia akan mendapat potongan pinjaman sebesar 38%.

11. Bila nasabah meminjam pinjaman 60%-64% dari total harga taksiran maka

ia akan mendapat potongan pinjaman sebesar 32%.

12. Bila nasabah meminjam pinjaman 65%-69% dari total harga taksiran maka

ia akan mendapat potongan pinjaman sebesar 26%.

13. Bila nasabah meminjam pinjaman 70%-74% dari total harga taksiran maka

ia akan mendapat potongan pinjaman sebesar 20%.

14. Bila nasabah meminjam pinjaman 75%-79% dari total harga taksiran maka

ia akan mendapat potongan pinjaman sebesar 14%.

Page 89: Jtptiain Gdl Lailisoray 6005

15. Bila nasabah meminjam pinjaman 80%-84% dari total harga taksiran maka

ia akan mendapat potongan pinjaman sebesar 7%.

16. Bila nasabah meminjam pinjaman 85%-89% dari total harga taksiran maka

ia akan mendapat potongan pinjaman sebesar 0%.

Dari contoh diatas terlihat bahwa jika nasabah meminjam dibawah

pinjaman maksimum maka nasabah akan mendapat diskon ijarah, penentuan

diskon ini dilihat dari prosentase nilai barang. Pemberian diskon yang

bervariatif sesuai dengan resiko yang akan diterima pihak pegadaian,

pemberian pinjaman yang semakin tinggi mengakibatkan resiko yang akan

diterima Pegadaian Syariah akan semakin berat hal itu yang menyebabkan

prosentase diskon yang diberikan semakin sedikit, begitupun sebaliknya jika

nasabah meminjam dibawah harga taksiran maka resiko yang akan diterima

pegadaian semakin sedikit sehingga prosentase yang diberikanpun semakin

banyak, hal inipun berlaku untuk biaya administrasi yang dikenakan

pegadaian syariah ketika pencairan uang pinjaman, semakin banyak uang yang

dipinjam maka semakin banyak pula biaya administrasi yang akan dikenakan

bagi nasabah.

Untuk mengetahui perbandingan perhitungan Pegadaian Syariah dan

Pegadaian Konvensional maka bisa melihat tabel dibawah ini:

Contoh :

Seseorang mengadaikan sebuah cincin dengan berat 1,6 gr, setelah ditaksir

ternyata harganya Rp. 422.625, Maka bagaimana perhitungan di Pegadaian

Syariah dan Pegadaian Konvensionalnya jika nasabah hanya meminjam uang

Page 90: Jtptiain Gdl Lailisoray 6005

sebesar Rp. 200.000? dengan waktu pinjaman 10 hari di pegadaian syariah,

15 hari di pegadaian konvensional serta 120 hari di kedua pegadaian tersebut?

Untuk menjawab semua pertanyaan tersebut dapat dilihat dalam tabel dibawah

ini:

Tabel 10: Tabel Perbandingan Perhitungan Antara Pegadaian Syariah

dan Pegadaian Konvensional.

No Aspek Pegadaian

Syariah

Pegadaian

Konvensional

1 Taksiran Barang Rp.422.625 Rp.422.625

2 Jumlah Pinjaman Rp.200.000 Rp.200.000

3 Biaya Administrasi Rp.3.000 Rp.2.000

4 Tarif Jasa Simpan (PS)69

Tarif Sewa Modal (PK)70

Rp.1.600 Rp.2.400

5 Tarif jasa simpan 120 hari

Tarif sewa modal 120 hari

Rp. 18.600 Rp. 14.400

Perhitungan :

1) Tarif jasa simpan (PS)

Ijarah per 10 hari = Rp.422.625/10.000 x 73 x 10/10 – (ujrah x 50%)

=Rp. 3085 - (3085 x 50%)

= Rp. 1542 ( pembulatan Rp.1600)

Ijarah per 120 hari = Rp.422.625/10.000 x 73 x 120/10 (ujrah x 50%)

= Rp. 37.021 – ( 37.021 x 50%)

= 18.510 (pembulatan Rp. 18.600)

69 Jasa simpan persepuluh hari.70 Sewa modal per 15 hari.

Page 91: Jtptiain Gdl Lailisoray 6005

2) Tarif sewa modal (PK)

Sewa modal per 15 hari = Rp.200.000 x 1,2% = Rp. 2400

Sewa modal per 120 hari = Rp.200.000 x 9,6 % = Rp.19.200

Dalam masalah biaya sewa Pegadaian Syariah lebih kompetitif

dibandingkan Pegadaian Konvensional. Hal ini terlihat dari tarif sewa per

120 hari, di Pegadaian Syariah Rp. 18.600 sedangkan pegadaian

konvensional Rp.19.200. Bila nasabah hanya membutuhkan pinjaman 1-

10 hari maka Pegadaian Syariah lebih kompetitif dibandingkan pegadaian

konvensional, begitupun sebaliknya jika nasabah akan melakukan

pinjaman selama 11-15 hari maka tarif sewa modal yang lebih kompetitif.

Perhitungan sewa modal di pegadaian konvensional mengunakan

prosentase ketika nasabah meminjam 1-15 hari maka akan dikenakan sewa

modal 1,2 %, bila meminjam 120 hari yakni (4 bulan) maka sewa modal

akan menjadi 9,6% (1,2% x 8). Persoalan yang membedakan disini adalah

di Pegadaian Konvensional sewa modal dihitung dengan bunga akumulatif

sedangkan di Pegadaian Syariah dengan nilai barang itu sendiri (jadi

perhitungan biaya yang ada bukan dilihat dari jumlah pinjaman nasabah).

Inilah letak kesyariahan Pegadaian Syariah, karena biaya ijarah yang

diterapkan adalah biaya sewa yang dihitung sesuai nilai barang tersebut.

Page 92: Jtptiain Gdl Lailisoray 6005

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa:

1. Pelaksanaan akad di Perum Pegadaian Syariah di Pekalongan adalah

dengan akad rahn dan ijarah. Prosedur pelaksanaan akad keduanya

adalah sebagai berikut: Rahin (nasabah) mendatangi murtahin (pegadaian

syariah) sambil menyerahkan marhun (barang jaminan) kemudian barang

akan ditaksir. Akibat dari ini maka rahin akan dikenai biaya administrasi.

Kemudian rahin menandatangani perjanjian/akad rahn dalan Surat Bukti

Rahn, setelah itu untuk menitipkan barang gadaiannya rahin harus

melaksanakan akad ijarah (akad untuk sewa tempat), akibatnya akan

timbul biaya ijarah. Dalam hal ini berarti nasabah harus melaksanakan dua

rentetan akad tersebut dan hal ini tidak dilarang. Dalam kaidah fiqih

disebutkan:

.

2. Biaya ijarah yang diterapkan pegadaian syariah sudah sesuai dengan

Fatwa Dewan Syariah Nasional NO: 25/DSN-MUI/III/2002 karena

perhitungan biaya ijarah bukan dari jumlah pinjaman nasabah, sedangkan

yang membedakan perbedaan tarif adalah adanya diskon yang diberikan

kepada nasabah karena mengajukan pinjaman dibawah harga pinjaman

Page 93: Jtptiain Gdl Lailisoray 6005

maksimum. Penentuan diskon pun ditentukan dari ujrah atau biaya ijarah

yang dikenakan pada nasabah. Diskon ini dihitung sesuai prosentase nilai

taksiran pinjaman nasabah. Kebolehan diskon terdapat dalam sebuah

hadits nabi sebagai berikut:

:

:)(

3. Cara perhitungan biaya ijarah adalah dengan mengetahui terlebih dahulu

nilai taksiran barang yang akan digadaikan, kemudian dibagi Rp. 10.000

(ini adalah angka ketetapan dari pegadaian syariah), setelah itu dikali tarif

(penentuan tarif untuk emas ditetapkan Rp.73, mobil dan kendaraan

Rp.95, dan perlengkapan rumah tangga Rp. 90 ), kemudian dikalikan

jumlah hari mengadaikan barang (1 hari dikenakan tarif 10 hari) kemudian

dibagi 10 hari kemudian dikurangi hasil perkalian antara prosentase diskon

ijarah yang diterapkan pihak pegadaian syariah dengan ijarah asal tadi.

Biaya ijarah = Nilai taksiran/ Rp. 10.000 x Tarif x Jumlah hari pinjaman/

10 hari – (Ijarah Asal x Prosentase Diskon Ijarah) sedangkan faktor yang

membedakan besarnya tarif ijarah adalah adanya diskon. Diskon ini

diberikan sesuai resiko yang akan diterima Pegadaian Syariah, jika resiko

lebih tinggi maka pemberian diskon akan semakin sedikit begitupun

sebaliknya jika resiko yang akan diterima Pegadaian Syariah semakin

kecil maka diskon yang akan diberikan semakin besar.

Page 94: Jtptiain Gdl Lailisoray 6005

B. Saran

1. Tarif diskon ijarah sebaiknya diberitahukan oleh pihak pegadaian kepada

nasabah dengan dengan perhitungan yang rinci sehingga nasabah

mengetahui adanya diskon yang diterapkan pihak pegadaian.

2. Pemberian diskon di Pegadaian Syariah hendaknya diperjanjikan dan

ditandatangani kedua belah pihak (nasabah dan pihak pegadaian).

3. Dalam kwitansi transaksi di Pegadaian Syariah hendaknya ditulis jelas

antara tarif ijarah (sewa tempat) dan diskon ijarah.

4. Untuk Mejelis Ulama’ Indonesia dan Dewan Syariah Nasional sebaiknya

mengeluarkan fatwa baru yang berisi tentang tarif diskon ijarah di

Pegadaian Syariah.

Page 95: Jtptiain Gdl Lailisoray 6005

DAFTAR PUSTAKA

Abdul, Mu’tha, Abi, Nihayatuzzain, Toha Putra, Semarang, tanpa tahun.

Abu Bakar, Taqiyyuddin, Al-Husaini, Kifayatul Ahyar Fii Halli Ghayati Al-

Ikhtisar, Maktabah Alawiyyah, Semarang, Tanpa Tahun.

Al Fauzan, Saleh, Fiqih Sehari-Hari, Gema Insani, Jakarta, 2006.

Antonio, Muhamad Syafi’i, Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik, Gema Insani

Press, Jakarta, 2001.

Arikunto, Suharsimi Manejemen Penelitian, Rieneka Cipta, Jakarta, 2007.

A. Mas’adi, Ghufron, Fiqih Muamalah Kontekstual, Raja Grafindo Persada,

Jakarta, 2002.

Bahreisj, Hussein, Al-Jami’ush Shahih Bukhori Muslim, Karya utama, Surabaya,

tanpa tahun,

Burhan Bungin, Penelitien Kualitatif, Kencana, Jakarta, 2007.

Depag RI, Al-Qur’an dan terjemah, Menara, Kudus, 2006.

Hajar, Ibnu, Bulughul Maram, Mutiara Ilmu, Surabaya, 1995.

Haroen, Nasrun, Fiqh Mumalah, Cetakan Pertama, Gaya Media Pratama, Jakarta,

2000.

Hasan, Qodir Dkk, Terjemah Nailul Authar, Jilid 4, PT Bina Ilmu, Surabaya,

1987

Hasanudin, Multi Akad Dalam Transaksi Syari’ah Kontemporer Pada Lembaga

Keuangan Syari’ah Di Indonesia: Konsep Dan Ketentuan (Dhawabith)

Dalam Perspektif Fiqh, jakarta: 2009.

Page 96: Jtptiain Gdl Lailisoray 6005

Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, cet ke-4, Kencana, Jakarta,

2008.

HF, Abu, Ramadlan, Terjemah Fathul Qorib, Mahkota, Surabaya, 1990.

Husain, Ahmad bin, Fathul Qorib Majid, Toha Putra, Semarang, Tanpa Tahun.

Iqbal, Hasan, M, Pokok-pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya,

Ghalia Indonesia, Jakarta, 1976.

J Moleong, Lexi, Metodologi Penelitian Kualitatif, PT Remaja Rosda Karya

Offaet, Bandung, 2007.

Karim, Adiwarman Bank Islam, Analisis Fiqh Dan Keuangan, IIIT Indonesia,

Jakarta, 2003.

Kartajaya, Hermawan Dan Syakir, Muhammad, Syariah Marketing, Mizan,

Jakarta, 2006.

Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainya, PT Raja Grafindo Persada,

Jakarta, 2005.

Muhadjir, Noeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, Rake Saraswati, Yogyakarta,

1996.

Muhammad dan Hadi, Sholikhul, Pegadaian Syariah, Salemba Diniyyah, Jakarta,

2003.

Muhammad, Teuku, Hasbi Ash Shiddieqy, Pengantar Fiqih Muamalah, Pustaka

Rizki Putra, Semarang 2001.

Munandar, Anwar Akad Rahn Di Perum Pegadaian Unit Layanan Gadai Syariah

Cabang Kusumanegara Yogyakarta, UIN Kalijaga, Yogyakarta, 2009.

Page 97: Jtptiain Gdl Lailisoray 6005

Rahman, Arief Aulia, Komparasi Antara Sistem Operasional Pegadaian

Konvensional Dan Pegadaian Syariah, UIN Kalijaga,Yogyakarta, 2009.

Pandia, Frianto, Lembaga Keuangan, Rineka Cipta, Jakarta, 2005.

Rais, Sasli, Pegadaian Syariah: Konsep Dan Sistem Operasional, UI Press,

Jakarta, 2008.

Rusyd, Ibnu , Bidayah Al-Mujtahid, jilid ll, Toha Putra, Semarang, tanpa tahun.

Sholahuddin, M, Lembaga Ekonomi Dan Keuangan Islam, Muhammadiyah

University Press, Surakarta, 2006.

Sudjana, Nana, Dan Ibrahim, Penelitian Dan Penilaian Pendidikan, Sinar Baru,

Bandung, 1989.

Soemitra, Andri, Bank Dan Lembaga Keuangan Syariah, Prenada, Jakarta, 2009.

Suja’, Abi, Attadhib, Syirkah Bungkul Indah, Surabaya, tanpa tahun.

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & B, Alfabeta,

Bandung, 2008.

Suhendi, Hendi, Fiqh Muamalah: Membahas Ekonomi Islam, Cetakan Pertama,

PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2002.

Syafi’I, Rahmat, Fiqh Muamalah , CV Pustaka Setia, Bandung, 2004.

Yuliadi, Imamudin, Ekonomi Islam Sebuah Pengantar, LPPI, Yogyakarta, 2001.

Yunus, Mahmud Kamus Arab Indonesia, Yayasan Penyelenggara Penterjemah/

Pentafsiran Al- quran, Jakarta, 1972.

http://www.majalahfurqon.com.

http://www.gudang-info.com.

http://www. Ulgs.tripod.com.

Page 98: Jtptiain Gdl Lailisoray 6005

CURRICULUM VITAE

Nama : Laili Soraya

Nomor Induk Mahasiswa : 062411016

Tempat, Tanggal Lahir : Pekalongan, 9 Januari 1988

Agama : Islam

Jenis Kelamin : Perempuan

Universitas : Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang

Fakultas/Jurusan : Syari’ah/Ekonomi Islam

Program Studi : S1

Nama Orang Tua : Khuzairi

Pekerjaan Orang Tua : Tani

Alamat Rumah : Karanganyar

Kec. Tirto

Kab. Pekalongan

Latar Belakang Pendidikan

1. MIS 01 Karanganyar Tahun lulus 2000

2. SLTP NU Kesesi Tahun lulus 2003

3. MA Futuhiyyah 02 Mranggen Tahun lulus 2006

4. Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo Semarang Tahun lulus 2010

Semarang, 10 Desember

2010

Hormat Saya

Laili Soraya

NIM .062411016

Page 99: Jtptiain Gdl Lailisoray 6005

BIODATA

Nama : Laili Soraya

Alamat Domisili : Ponpes Al-hikmah Tugurejo Tugu Semarang

Alamat Rumah : Karanganyar

Kec. Tirto

Kab. Pekalongan

No. Telp/HP : 085641334498

Nama Orang Tua :

Ayah : Khuzairi

Ibu : Nuhriyah

Pekerjaan Orang Tua : Tani

Alamat rumah :Karanganyar

Kec. Tirto

Kab. Pekalongan

Semarang, 10 Desember 2010

Hormat Saya

Laili Soraya

NIM .062411016

Page 100: Jtptiain Gdl Lailisoray 6005

Halaman 1 dari 2 halaman

Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp.A 20,000 150,000 1,000 100 80 per 10 hari 1,000 1,000 B 151,000 500,000 1,000 100 80 per 10 hari 5,000 2,000 C 501,000 1,000,000 1,000 100 80 per 10 hari 8,000 3,000 D 1,005,000 5,000,000 5,000 100 80 per 10 hari 16,000 4,000 E 5,010,000 10,000,000 10,000 100 80 per 10 hari 25,000 4,000 F 10,050,000 20,000,000 50,000 100 80 per 10 hari 40,000 4,000 G 20,100,000 50,000,000 100,000 100 80 per 10 hari 50,000 4,000 H 50,100,000 200,000,000 100,000 100 80 per 10 hari 60,000 4,000 I 20,000 200,000,000 1,000 100 1% per 120 hari 30,000 4,000 XX

081 15 16 1776 19 20 2271 23 25 2666 27 28 3161 31 33 3556 35 37 4050 40 43 4544 45 48 5038 50 53 5632 54 58 6126 59 63 6720 64 68 7214 69 73 777 74 79 840 80 85 90

UP Min UP Max Pembulatan UP Pembulatan Ijarah Tarif Ijarah

Periode Penghitungan

Ijarah

Biaya Adm. Surat Hilang

Tarif Ijarah dan Biaya Administrasi Gadai Syariah (Rahn)

Biaya Adm. Gadai Golongan Ket.

Tarif Diskon Ijarah

Emas/Perhiasan Barang Gudang Mobil/Motor

45 - 4950 - 54

15 - 1920 - 2425 - 2930 - 34

1%

Tarif Ijarah Setelah Diskon (Rp)Diskon (%)

Persentase Pinjaman dari Taksiran (%)

75 - 7980 - 8485 - 90

<15%

55 - 5960 - 6465 - 6970 - 74

35 - 3940 - 44

Kantor Pusat PERUM Pegadaian - Jl.Kramat Raya 162 Jakarta Pusat 10430 INDONESIA

Page 101: Jtptiain Gdl Lailisoray 6005

Halaman 2 dari 2 halaman

Penjelasan :

Contoh = Taksiran : 10,000,000 Pinjaman : 1,000,000

Maka Biaya Administrasi Gadai dan Gadai Ulangnya adalah Rp 30.000,-Ijarahnya sebesar : 1% X Rp 10.000.000,- = Rp 100.000,- / 120 hari

Contoh Simulasi Perhitungan Ijarah Normal:

Barang yang digadaikan adalah Satu Unit Sepeda MotorTaksiran = Rp 5.400.000,-UP = Rp 2.500.000,-Prosentase pinjaman adalah 46,30% dari nilai taksiran

Rp 5.400.000,- X Rp 45 = Rp 24.300 / 10 hariRP 10.000,-

Rp 5.400.000,- X Rp 90 X 50%= Rp 24.300 / 10 hariRP 10.000,-

Tarif khusus bagi pinjaman ≤ 14% dari nilai taksiran. Ijarah dihitung dari nilai taksiran dengan periodepenghitungan per 120 hariXX =

Ijarah =

atau

Kantor Pusat PERUM Pegadaian - Jl.Kramat Raya 162 Jakarta Pusat 10430 INDONESIA