jaminan produk halal - jetro.go.jp 110619 -sosialisasi jph pptx (1).pdf · makanan, minuman,...
TRANSCRIPT
Hj. Siti Aminah, S.Ag., M.Pd.IBadan Penyelenggara Jaminan Produk Halal
Kementerian Agama Republik Indonesia
www.kemenag.go.id Kemenag_RI Kemenag_RI Kementerian Agama RI1
JAMINAN PRODUK HALAL
2
❑ Latar Belakang Penyelenggaraan JPH
❑ Urgensi JPH
❑ Profil BPJPH
❑ Visi Misi
❑ Tahapan
❑ Layanan Registrasi dan sertifikasi Halal
❑ Lokasi, Tempat, Dan Alat Proses ProdukHalal
❑ Fasilitas Bersama
Amanat UUD 45negara menjamin
kemerdekaan tiap penduduk untuk
memeluk agama dan beribadah menurut
agama dan kepercayaannya itu
Negara wajib memberikan
perlindungan dan jaminan tentang kehalalan produk
yang digunakan dan dikonsumsi masyarakat
Pengaturan kehalalan produk belum menjamin kepastian hukum dan perlu diatur
dalam suatu peraturan
perundang -undangan;
Produk yang
beredar belum semua
terjamin kehalalanny
a
Maka ditetapkan UU No. 33 Tahun
2014 tentang Jaminan Produk
Halal
BPJPH hadir untuk
melaksanakan penyelenggaraan
JPH yang berkedudukan di
bawah dan bertanggungjawab kepada Menteri
LATAR BELAKANG PENYELENGGARAAN JPH
Urgensi Kebutuhan Terhadap Jaminan Produk Halal
Memberikan kepastian hukum ketersediaan produk halal 1
2
3
4
5
Memberikan kenyamanan, keamanan dan perlindungan terhadap produk makanan, minuman, obat-obatan, kosmetika dan barang gunaan dan jasa
Meningkatkan nilai tambah dan daya saingproduk halal Indonesia di dalam & di luar negeri
Memberikan keuntungan timbal balik dalamperdagangan produk halal internasional
Menumbuhkan kerja sama internasionaldalam perdagangan produk halal
4
Pasal 4Produk yang masuk, beredar, diperdagangkan di Indonesia
wajib bersertifikat halal
makanan minuman
obat
kosmetikproduk kimia
produk biologi
produk rekayasa
genetik
barang gunaan yang dipakai,
digunakan, atau dimanfaatkan
oleh masyarakat
• Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH) harus dibentuk paling lama 3 (tiga) tahun
• Peraturan pelaksanaan UU (PP) ditetapkan paling lama 2 (dua) tahun
• Kewajiban bersertifikat halal untuk produk mulai berlaku 5 (lima) tahun
5
UU No 33/2014 tentang Jaminan Produk Halal (JPH)
sejak UU JPH diundangkan
PROFILE BPJPH
6
KetentuanBPJPH
• BPJPH dipimpinoleh Kepala Badandan berada dibawah sertabertanggungjawab kepadaMenteri Agama;
• Tugas BPJPH adalahmenyelenggarakan Jaminan ProdukHalal (JPH) sesuaiketentuanperundang-undangan
Fungsi BPJPH
• penyusunan kebijakanteknis, rencana, danprogram di bidangpenyelenggaraan JPH;
• Pelaksanaanpenyelenggaraan JPH;
• sarana pendukungpengujian dan risetproduk halal;
• Pemantauan, evaluasi, dan pelaporanpelaksanaan program dibidang penyelenggaraanJPH;
• pelaksanaanpengawasanpenyelenggaraan JPH;
• Pelaksanaan administrasiBPJPH;
• Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan Menteri
StrukturOrganisasiBPJPH
• Sekretariat Badandan 5 (lima) Pusat
• Sekretariat Badanterdiri dari maksimal4 (empat) bagiankelompok jabatanfungsional
• Pusat terdiri daribagianketatausahaan dankelompok jabatanfungsional maksimal3 (tiga) bidang
• Bidang/Bagian padapusat maksimalterdiri dari 3 Subbagian
Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2015
tentang Kementerian Agama
Disahkan Tanggal 15 Juli 2015
• Ketentuan mengenaiOrganisasi dan Tata KerjaBPJPH
• Telah diatur dalam MenteriAgama Nomor 42 Tahun 2016tentang Organisasi dan TataKerja Kementerian Agama
PeraturanMenteriAgama
Peraturan Menteri Agama (PMA) Nomor 42 Tahun 2016
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Agama
Disahkan Tanggal 29 September 2016
Struktur Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal(BPJPH)
SEKRETARIAT BADAN
PUSAT REGISTRASI DAN SERTIFIKASI HALAL
PUSAT PEMBINAAN DAN PENGAWASAN JAMINAN
PRODUK HALAL
PUSAT KERJA SAMA DAN STANDARDISASI
HALAL
Kepala Badan
ALAMAT EMAIL TELEPON
JL. RAYA PD.GEDE,
PINANG RANTI, NO. 13
MAKASAR, KOTA
JAKATA TIMUR, DKI
JAKARTA 13560
[email protected] 021.
80877955
10
BADAN PENYELENGGARAN JAMINAN PRODUK HALAL
11
Visi...
“Menjadi Penyelenggara Jaminan Produk Halal Terkemuka di Dunia”.
Misi ...
Sebagai upaya untuk mewujudkan Visi tersebut di
atas, dibutuhkan tindakan nyata melalui penetapan
Misi yang sesuai dengan peran BPJPH yaitu
antara lain:
1. Mewujudkan sistem layanan registrasi dan
sertifikasi halal yang berkualitas.
2. Mewujudkan sistem pembinaan dan
pengawasan yang efektif.
3. Mewujudkan jaringan kerjasama kelembagaan
dan standardisasi jaminan produk halal.
4. Mewujudkan manajemen organisasi yang
berkualitas dalam mendukung reformasi
birokrasi
Barangmakanan, minuman, obat, kosmetik,
produk kimiawi, produk biologi, produk rekayasa genetik, serta barang gunaan yang dipakai, digunakan, atau
dimanfaatkan
Jasalayanan usaha yang terkait dengan
penyembelihan, pengolahan, penyimpanan, pengemasan,
pendistribusian, penjualan, danpenyajian
11
Makanan, minuman, obat, dankosmetik wajib bersertifikat halal ditetapkan masing-masing jenisnya
oleh Menteri setelah berkoordinasidengan kementerian terkait,
lembaga terkait, dan MUI
Produk kimiawi, produk biologi, produk rekayasa genetik, dan jasawajib bersertifikat halal hanya yang terkait dengan makanan,
minuman, obat, dan/atau kosmetik.
Barang gunaan yang dipakai, digunakan, atau dimanfaatkan wajib
bersertifikat halal hanya bagibarang gunaan yang berasal daridan/atau mengandung unsur
hewan.
12
TAHAPAN
14
Penahapan kewajiban sertifikasi halal dimulai dariproduk makanan dan minuman, dimulai dari
tanggal 17 Oktober 2019 sampai dengan tanggal17 Oktober 2024
Tahap selanjutnya untuk produk selainmakanan dan minuman, dimulai dari tanggal 17
Oktober 2019 sampai dengan tanggal 17 Oktober 2026.
Penahapan tersebut tidak berlaku bagi:
a. Produk yang kewajiban kehalalannya sudah ditetapkandalam peraturan perundang-undangan; dan
b. produk sudah bersertifikat halal sebelum Undang-UndangNomor 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halalberlaku;
13
16
Dalam hal Produk melewati batas waktu penahapan belum bersertifikat halal dan
masih dalam proses pengajuan permohonan Sertifikat Halal, BPJPH mengumumkan Produk masih dalam
proses sertifikasi halal.
1. Dalam hal Produk belum bersertifikat halal sampai batas waktu tahapan berakhir, Pelaku
Usaha dikenakan sanksi administratif, yang berupa:
a) teguran lisan;
b) peringatan tertulis;
c) denda administratif; dan
d) publikasi melalui media resmi BPJPH.
2. Dalam hal sanksi administratif tersebut tidak diindahkan, pelaku usaha wajib
mencantumkan keterangan tidak halal.
3. Dalam hal Pelaku Usaha tidak mencantumkan keterangan tidak halal, berlaku
ketentuan Pasal 4 Undang-Undang 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk
Halal.
KETENTUAN PENGENAAN SANKSI ADMINISTRATIFBAGI PRODUK BELUM BERSERTIFIKAT HALAL SAMPAI BATAS
AKHIR PENAHAPAN
Selama masa pelaksanaan penahapan bagi jenis Produk yang wajib bersertifikat halal:
a. BPJPH wajib melakukan pembinaan kepada Pelaku Usaha selama pelaksanaan penahapan bagi jenis Produk yang wajib bersertifikat halal;
b. BPJPH bekerja sama dengan pemangku kepentingan lain dan masyarakat untuk menciptakan kondisi yang kondusif bagi peningkatan dan pengembangan iklim berusaha di Indonesia.
18
LAYANAN REGISTRASI DAN SERTIFIKASI HALAL
19
Layanan Sertifikat Halal
PELAKU USAHA
PERMOHONAN
VERIFIKASI DOKUMEN
BPJPH MENETAPKAN LPH
LPH MELAKUKAN PEMERIKSAAN DAN/ATAU
PENGUJIAN YANG DILAKSANAKAN OLEH
AUDITOR HALAL
BPJPH MENERIMA DAN MEMVERIFIKASI HASIL
PEMERIKSAAN DAN/ATAU PENGUJIAN LPH
MUI MENGKAJI HASIL
VERIFIKASI BPJPH
MELALUI
SIDANG FATWA HALAL
MUI UNTUK MENETAPKAN
KEHALALAN PRODUK
KEPUTUSAN PENETAPAN
HALAL PRODUK
PENERBITAN SERTIFIKAT HALAL
5 hari
sesuai
Tidak
sesuai
Paling lama 30 hari
halal
7 hari
Tidak halal
Permohonan sertifikat halal
dilengkapi dokumen:
▪ Data Pelaku Usaha;
▪ Nama dan jenis
Produk;
▪ Daftar Produk dan
Bahan yang digunakan;
▪ Proses pengolahan
Produk
Pelaku usaha yang
mengajukan permohonan
wajib:
▪ memberikan informasi
secara benar, jelas, dan
jujur;
▪ memisahkan lokasi,
tempat dan alat
penyembelihan,
pengolahan,
penyimpanan,
pengemasan,
pendistribusian,
penjualan, dan
penyajian antara
Produk Halal dan tidak
halal;
▪ memiliki Penyelia Halal;
▪ melaporkan perubahan
komposisi Bahan
kepada BPJPH.
Dokumen yang diserahkan LPH Berupa:
▪ Produk dan Bahan yang digunakan;
• PPH;
• hasil analisis dan/atau spesifikasi;
• berita acara pemeriksaan; dan
• rekomendasi
Paling lama 20 hari
II. Pengecekan Persyaratan Dokumen Pendaftaran Oleh BPJPH
➢ Permohonan Sertifikat Halal harus dilengkapi dengan dokumen:
➢ data Pelaku Usaha;
➢ nama dan jenis Produk;
➢ daftar Produk dan bahan yang digunakan;
➢ proses pengolahan Produk; dan
➢ Hasil analisis dan/atau spesifikasi bahan
➢ Sistem Manajemen Halal ( SNI ) 99001
➢ Kelengkapan Dokumen
➢ Kelengkapan Spesifikasi Bahan
21I. Pengajuan permohonan Sertifikat Halal secara elektronik dan manual
dilakukan melalui tahapan pendaftaran, verifikasi dokumen, dan
pembayaran.
❑ Kelengkapan dan keabsahan, dan masa berlaku sertifikat halal bahan
❑ Kecocokan formula dengan daftar bahan halal
❑ Kecocokan dokumen pembelian bahan dnegan daftar bahan halal
❑ Kelengkapan dengan kecocokan dokumen produksi dengan daftar
bahan halal
❑ Kelengkapan dengan kecocokan dokumen produksi dengan daftar
formula halal
❑ Kelengkapan dengan kecocokan dokumen dengan pergudangan
dengan daftar bahan dan daftar produk halal
❑ Uji mampu telusur ( traceability ) sistem
❑ Pelaku Usaha bertanggung jawab terhadap kelengkapan, kebenaran,
dan keabsahan dokumen yang diajukan saat permohonan Sertifikat
Halal.
❑ Ketentuan mengenai persyaratan dokumen secara rinci akan
ditetapkan dengan Keputusan Kepala Badan.
22
III. Penetapan LPH untuk melakukan pemeriksaan dan/atau
pengujian kehalalan produk oleh BPJPH berdasarkan
permohonan pelaku usaha.
IV. LPH melakukan pemeriksaan dan/atau pengujian kehalalan produk
dengan cara visitasi pada lokasi PPH guna membandingkan
kebenaran antara dokumen yang disampaikan pelaku usaha
dengan fakta di lokasi PPH
Dalam hal diragukan kehalalan Produk, LPH dapat melakukan
pengujian kehalalan Produk di laboratorium yang terakreditasi.
Pemeriksaan dan/atau pengujian kehalalan Produk oleh LPH
dilakukan paling lama 20 (dua puluh) Hari
LPH menyampaikan hasil pemeriksaan dan/atau pengujian
kehalalan Produk kepada BPJPH
V.Kehalalan Produk ditetapkan oleh MUI.
a. Penetapan kehalalan produk dilakukan dalam sidang fatwa
halal yang diselenggarakan oleh BPJPH dengan
mengikutsertakan pakar, unsur kementerian/lembaga, dan/atau
instansi terkait.
b. Sidang Fatwa Halal memutuskan kehalalan Produk paling lama
30 (tiga puluh) hari kerja sejak MUI menerima hasil
pemeriksaan dan/atau pengujian kehalalan Produk dari BPJPH.
c. Keputusan Penetapan Halal Produk ditetapkan secara tertulis
dan ditandatangani oleh MUI serta menjadi dasar bagi BPJPH
untuk menerbitkan sertifikat halal
Layanan RegistrasiLembaga Halal Luar Negeri (LHLN)
LHLN
PERMOHONAN
REGISTRASI
VERIFIKASI
DOKUMEN
MENERBITKAN
NOMOR REGISTRASI
LHLN
Tidak
sesuai
sesuai
Kerja sama internasional dalam penilaian kesesuaian berupa pengembangan skema penilaian kesesuaian saling pengakuan dan keberterimaan hasil penilaian kesesuaian
Kerja sama saling pengakuan dilakukan oleh lembaga non struktural yang menyelenggarakan tugas pemerintahan di bidang akreditasi
Lembaga Halal Luar Negeri yang menerbitkan sertifikat halal diakreditasi oleh lembaga akreditasi di negara asal yang telah memperoleh pengakuan dalam organisasi kerja sama akreditasi regional atau internasional
Lembaga halal luar negeri merupakan lembaga penerbit sertifikat halal yang dibentuk oleh pemerintah atau lembaga keagamaan Islam yang diakui oleh negara setempat
Lembaga halal luar negeri melakukan kerja sama internasional saling pengakuan sertifikat halal
Perjanjian keberterimaan terhadap sertifikat halal luar negeri dilakukan oleh BPJPH dalam koordinasi dan konsultasi dengan Menteri dan menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang urusan luar negeri yang berlaku timbal balik
Sertifikat Halal yang diterbitkan oleh lembaga halal luar negeri dapat diterima sebagai pemenuhan sertifikasi halal berdasarkan perjanjian keberterimaan yang berlaku timbal balik
LHLN DAN PEMERINTAH
MELAKUKAN KERJA SAMA
INTERNASIONAL PENGAKUAN
SERTIFIKAT HALAL
Produk Halal yang Sertifikat Halalnya diterbitkan oleh LHLN yang telah melakukan kerja sama saling pengakuan Sertifikat Halal dengan BPJPH wajib diregistrasi oleh BPJPH sebelum Produk diedarkan di Indonesia
Registrasi SHLN diajukan permohonanannya oleh pelaku usaha kepada BPJPH dengan melampirkan :
▪ salinan Sertifikat Halal luar negeri Produk bersangkutan yang telah disahkan oleh perwakilan Indonesia di luar negeri
▪ daftar barang yang akan diimpor ke Indonesia dilengkapi dengan nomor kode sistem harmonisasi
▪ surat pernyataan yang menyatakan dokumen yang disampaikan benar dan sah
Kepala Badan menerbitkan nomor registrasi bagi Sertifikat Halal luar negeri
Pelaku Usaha yang telah memperoleh nomor registrasi
wajib mencantumkan nomor registrasi berdekatan dengan Label Halal pada:
▪ kemasan Produk
▪ bagian tertentu dari Produk
▪ tempat tertentu pada Produk
Layanan RegistrasiSertifikat Halal Luar Negeri (SHLN)
PELAKU USAHA
PERMOHONAN
REGISTRASI
VERIFIKASI
DOKUMEN
MENERBITKAN
NOMOR REGISTRASI
SHLN
Tidak
sesuai
sesuai
LABEL HALAL DAN KETERANGAN TIDAK HALAL
28
Pelaku Usaha wajib mencantumkan
Label Halal pada Produk yang telah
mendapat Sertifikat Halal dan
Keterangan Tidak Halal pada Produk
yang berasal dari Bahan diharamkan.
Bentuk Label Halal sebagaimana
tercantum dalam Lampiran yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini.
Label
Halal
Label Halal dicantumkan pada:
a. Kemasan Produk;
b. bagian tertentu dari Produk;
dan/atau
c. tempat tertentu pada Produk.
Pencantuman Label Halal harus
mudah dilihat, dan dibaca serta tidak
mudah dihapus, dilepas dan dirusak.
29
Pelaku Usaha yang memproduksi Produk dari
Bahan yang berasal dari Bahan yang diharamkan,
wajib mencantumkan Keterangan Tidak Halal.
Keterangan Tidak Halal sebagaimana dimaksud
dapat berupa gambar, tanda, dan/atau tulisan
yang dicantumkan pada:
1. Kemasan Produk;
2. bagian tertentu dari Produk;dan/atau
3. tempat tertentu pada Produk.Keterangan
tidak
HalalPencantuman Keterangan Tidak Halal harus
mudah dilihat dan dibaca serta tidak mudah
dihapus, dilepas, dan dirusak.
Penggunaan latar belakang berupa gambar,
warna, dan/atau desain lainnya tidak boleh
mengaburkan ukuran, bentuk, dan warna
Keterangan Tidak Halal.
30
Produk selain obat yang berasal dari dan/ataumengandung babi harus mencantumkan tanda khususberupa tulisan “Mengandung Babi” dan gambar babidalam kotak berwarna merah di atas dasar warnaputih, seperti contoh berikut:
Produk obat yang berasal dari dan/atau mengandungbabi harus mencantumkan tanda khusus berupa tulisan“Mengandung Babi” berwarna hitam dalam kotakberwarna hitam di atas dasar warna putih, seperticontoh berikut:
Produk yang pada proses pembuatannya bersinggungandengan Bahan tertentu yang berasal dari dan/ataumengandung babi harus mencantumkan tanda khususberupa tulisan “Pada proses pembuatannyabersinggungan dengan Bahan bersumber babi”berwarna hitam dalam kotak berwarna hitam di atasdasar putih, seperti contoh berikut:
31
Produk yang berasal dari Bahan yang diharamkan selain yangberasal dari dan/atau mengandung babi harus mencantumkantulisan “Nama Bahan” dengan warna yang berbeda padakomposisi Bahan.
(1) Produk yang mengandung alkohol wajib mencantumkankadar alkohol pada komposisi Produk.
(2) Kadar alkohol dicantumkan dalam bentuk persentase.(3) Kadar alkohol dalam Produk wajib dicantumkan dalam
tulisan berwarna merah.
1. Bahan yang diharamkan
2. kadar alkohol
LOKASI, TEMPAT, DAN
ALAT PROSES PRODUK
HALAL
Lokasi, tempat, dan
alat PPH wajib
dipisahkan dengan
lokasi, tempat, dan
alat proses Produk
tidak halal
Lokasi, tempat, dan alat
PPH, wajib dijaga
kebersihan dan
higienitasnya; bebas dari
najis; dan bebas dari
Bahan tidak halal.
Lokasi yang
wajib
dipisahkan
yakni lokasi
penyembelihan.
33
LOKASI, TEMPAT, DAN ALAT
PROSES PRODUK HALAL
TEMPAT DAN ALAT PPH YANG
WAJIB DIPISAHKAN, MELIPUTI
TEMPAT DAN ALAT
Penyembelihan,
pengolahan;
penyimpanan;
pengemasan;
pendistribusian;
penjualan; dan
penyajian.
a. Terpisah secara fisik
antara lokasi rumah
potong hewan halal dengan
lokasi rumah potong
hewan tidak halal;b. dibatasi dengan pagar
tembok paling rendah 3 (tiga)
meter untuk mencegah lalu
lintas orang, alat, dan Produk
antar rumah potong;
c. tidak berada di daerah
rawan banjir, tercemar
asap, bau, debu, dan
kontaminan lainnya; d. memiliki fasilitas penanganan
limbah padat dan cair yang
terpisah dengan rumah
potong hewan tidak halal;e. konstruksi dasar seluruh
bangunan harus mampu
mencegah kontaminasi;
dan
Lokasi, tempat, dan
alat penyembelihan
hewan halal wajib
terpisah dari lokasi
penyembelihan hewan
tidak halal.
Lokasi penyembelihan,
wajib memenuhi
persyaratan:
Lokasi, Tempat, dan Alat Proses
Produk Halal
f. memiliki pintu yang terpisah
untuk masuknya hewan
potong dengan keluarnya
karkas dan daging.
Tempat Proses Produk Halal Penyembelihan
penampungan
hewan;
penyembelihan
hewan;
pengulitan;
pengeluaran
jeroan;
menggunakan sarana yang berbeda untuk yang
halal dan tidak halal dalam pemeliharaan
alat; dan
tidak menggunakan alat penyembelihan secara
bergantian dengan yang digunakan untuk
penyembelihan hewan tidak halal;
menggunakan sarana yang berbeda untuk yang halal
dan tidak halal dalam pembersihan alat;
memiliki tempat penyimpanan alat sendiri
untuk yang halal dan tidak halal.
Tempat
penyembelihan, wajib
memisahkan antara :
ruang
pelayuan;
penanganan
karkas;
ruang
pendinginan;
sarana
penanganan
limbah,
untuk yang
halal dan
tidak halal.
Alat penyembelihan, wajib
memenuhi persyaratan:
❑ penampungan Bahan;
❑ penimbangan Bahan;
❑ pencampuran Bahan;
❑ pencetakan Produk; dan
❑ pemasakan Produk,
untuk yang halal dan tidak
halal.
Tempat pengolahan, wajib
memisahkan antara :
Tempat Proses Produk Halal
Pengolahan,
Alat pengolahan, wajib
memenuhi persyaratan:
❖ tidak menggunakan alat pengolahan secara
bergantian dengan yang digunakan untuk
pengolahan Produk tidak halal;
❖ menggunakan sarana yang berbeda untuk yang
halal dan tidak halal dalam pembersihan alat;
❖ menggunakan sarana yang berbeda untuk yang
halal dan tidak halal dalam pemeliharaan alat;
dan
❖ memiliki tempat penyimpanan alat sendiri
untuk yang halal dan tidak halal.
37
tempat Penyimpanan wajibdipisahkan antara Alat Penyimpanan wajib
memenuhi persyaratan:
1. tidak menggunakan alat penyimpanan secara
bergantian dengan yang digunakan untuk
penyimpanan Produk tidak halal;
2. menggunakan sarana yang berbeda untuk yang
halal dan tidak halal dalam pembersihan alat;
3. menggunakan sarana yang berbeda untuk yang
halal dan tidak halal dalam pemeliharaan alat;
dan
memiliki tempat penyimpanan alat sendiri untuk
yang halal dan tidak halal.
1. penerimaan Bahan;
2. penerimaan Produk setelah
proses pengolahan; dan
3. sarana yang digunakan untuk
penyimpanan Bahan dan
Produk, untuk yang halal dan
tidak halal.
Tempat Proses Produk Halal
Pengolahan,
Tempat Proses Produk Halal Pengemasan
bahan kemasan yang
digunakan untuk
mengemas Produk
sarana pengemasan
Produkuntuk yang
halal dan tidak halal. ❑menggunakan sarana
yang berbeda untuk
yang halal dan tidak
halal dalam
pemeliharaan alat; dan
❑tidak menggunakan alat
pengemasan secara
bergantian dengan yang
digunakan untuk
pengemasan Produk
tidak halal;
❑menggunakan sarana
yang berbeda untuk yang
halal dan tidak halal
dalam pembersihan alat;
❑memiliki tempat
penyimpanan alat sendiri
untuk yang halal dan tidak
halal.
Tempat Pengemasan,
wajib dipisahkan antara :Alat pengemasan, wajib
memenuhi persyaratan:
tidak menggunakan alat pendistribusian
secara bergantian dengan yang
digunakan untuk pendistribusian Produk
tidak halal;
menggunakan sarana yang berbeda
untuk yang halal dan tidak halal
dalam pemeliharaan alat; dan
menggunakan sarana yang berbeda
untuk yang halal dan tidak halal
dalam pembersihan alat;
Alat pendistribusian, wajib
memenuhi persyaratan:
Tempat, dan Alat Proses
Produk Halal Pendistribusian
alat transportasi untuk
distribusi Produk, untuk
yang halal dan tidak halal.
sarana pengangkutan
dari tempat penyimpanan
ke alat distribusi; dan
Tempat pendistribusian,
wajib dipisahkan antara:
memiliki tempat penyimpanan
alat sendiri untuk yang halal dan
tidak halal.
❑ sarana penjualan Produk Halal
dan Produk tidak halal;
❑ proses penjualan Produk Halal
dan Produk tidak halal, untuk
yang halal dan tidak halal.
Tempat penjualan, wajib
dipisahkan antara:
Tempat Proses Produk Halal
Penjualan,
Alat penjualan, wajib memenuhi
persyaratan:
❑ tidak menggunakan alat penjualan secara
bergantian dengan yang digunakan untuk
penjualan Produk tidak halal;
❑ menggunakan sarana yang berbeda untuk yang
halal dan tidak halal dalam pembersihan alat; dan
❑ menggunakan sarana yang berbeda untuk yang
halal dan tidak halal dalam pemeliharaan alat.
1.sarana penyajian
Produk Halal dan
Produk tidak halal; dan
2.proses penyajian
Produk Halal dan
Produk tidak halal.
Tempat penyajian,
wajib memisahkan
antara:
1. tidak menggunakan alat
penyajian secara bergantian
2. dengan yang digunakan
untuk penyajian Produk tidak
halal;
3. menggunakan sarana yang
berbeda untuk yang halal
dan tidak halal dalam
pembersihan alat;
Alat penyajian, wajib
memenuhi persyaratan: 4. menggunakan sarana yang
berbeda untuk yang halal dan
tidak halal dalam
pemeliharaan alat; dan
5. memiliki tempat
penyimpanan alat sendiri
untuk yang halal dan tidak
halal.
Alat penyajian, wajib
memenuhi persyaratan:
41
Tempat Proses ProdukHalal Penyajian
42
Pendistribusian, Penjualan, dan Penyajian
1
Pendistribusian, penjualan, dan
penyajian Produk segar asal hewan
tidak halal dipisahkan dari
pendistribusian, penjualan, dan
penyajian Produk segar asal hewan
halal.
2
Pendistribusian Produk olahan asal
hewan tidak halal dan Produk
olahan asal non hewan tidak halal
dapat disatukan dengan
pendistribusian Produk olahan asal
hewan halal dan Produk olahan non
hewan halal sepanjang terjamin
tidak terjadi kontaminasi silang dan
alat distribusi bukan setelah
digunakan untuk mendistribusikan
Produk segar asal hewan tidak
halal, yang dibuktikan dengan surat
pernyataan dari pihak produsen
atau distributor.
3 dan 4
Penjualan dan penyajian Produk
segar dan olahan asal hewan dan
non hewan tidak halal dipisahkan
dari penjualan dan penyajian Produk
segar dan olahan asal hewan dan
non hewan halal.
Pendistribusian, penjualan, dan
penyajian , dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
FASILITAS BERSAMA
44
PENGGUNAAN FASILITAS
BERSAMA
1) Penggunaan fasilitas bersama Produk disertifikasi halal dan produk
tidak disertifikasi halal hanya diperbolehkan jika Produk yang tidak
disertifikasi halal bukan berasal dari dan/atau mengandung babi dan
turunannya atau alkohol dari industri minuman keras.
2) Pelaku Usaha yang menggunakan fasilitas bersama wajib:
a. menyampaikan dokumen produk yang tidak disertifikasi halal; dan
b. melakukan pembersihan/penyamakan pada fasilitas produksi yang
digunakan secara bersama sebelum digunakan untuk memproduksi
Produk yang disertifikasi halal
.
3) Dokumen produk yang tidak disertifikasi halal terdiri dari:
a. nama dan jenis Produk;
b. daftar Produk dan bahan yang digunakan; danc. proses pengolahan Produk
4) Pelaku usaha bertanggung jawab terhadap kelengkapan,kebenaran, dan keabsahan dokumen yang diajukan saatpermohonan Sertifikat Halal
45
PERSYARATAN DOKUMEN PENDUKUNG BAHAN
1) Dokumen daftar produk dan bahan yang digunakan harus dibuktikan
dengan sertifikat halal.
2) Dalam hal bahan belum memiliki Sertifikat Halal, dapat dibuktikan
dengan:
a. hasil uji bahan dari laboratorium yang telah terakreditasi;
b. dokumen pendukung spesifikasi bahan;
c. proses produksi;
d. bagan alir proses produksi; atau
e. kuesioner halal.
3) Bahan yang digunakan tidak memerlukan bukti sertifikat halal
atau dokumen pendukung bahan bagi bahan yang:
a. berasal dari alam tanpa melalui proses pengolahan; atau
b. dikategorikan tidak kritis (positive list) oleh BPJPH.
47
SYARAT LEMBAGA HALAL LUAR NEGERI
1. Dokumen profil HCB (asal negara, nama lembaga, status, alamat, nama pimpinan, telepon, contactperson, email)
2. Surat Permohonan Perpanjangan Kerjasama HCB dengan Kementerian Agama RI/BPJPH
3. Struktur Organisasi
4. Daftar Dewan Syari’ah/ Ulama
5. Proses sertifikasi produk halal Luar Negeri (HCB) termasuk didalamnya mekanisme audit
6. Ruang Lingkup Objek Pemeriksaan Produk Halal berdasarkan kompetensi dan PenilaianKesesuaian/Akreditasi Halal: Kategori Barang dan Jasa
7 Bukti kerja sama lembaga halal tersebut dengan Majelis Ulama Indonesia (MUI)
8 Bukti memiliki kantor sendiri/ sewa
48
SYARAT LEMBAGA HALAL LUAR NEGERI
9 Bukti sertifikat halal yang diterbitkan dan masih berlaku
10 Bukti akreditasi dari badan standar negara setempat (ISO 17065 dan Persyaratan Syari’ah)
11. Bukti akreditasi internasional (SMIIC/IHAV, dll)/jika ada
12. Bukti memiliki/kerjasama laboratorium terakreditasi ISO 17025 dan memiliki alat untuk identifikasi DNAserta penetapan kadar etanol
13. Rekomendasi dari KBRI setempat
14 Data produk yang disertifikasi
15 Bukti kerjasama yang sudah berakhir masa berlakunya
16 Bukti legalitas/pengakuan HCB dimaksud oleh Negara yang bersangkutan
17 Surat pengantar/rekomendasi dari kedutaan/ perwakilan negara yang bersangkutan di Indonesia/Jakarta
49*HCB = Halal Certification Body
• Lembaga Halal Luar Negeri yang telah menyampaikandokumen ke Indonesia
1. India ------ Jamiat Ulama Halal Foundation
2. Malaysia ------ JAKIM (The Departenment of Islamic Development Malaysia)
3. Taiwan ------- THIDA (The Taiwan Halal Integrity Development Association)
4. Jerman ------ Halal Control
5. Canada ---- IFANCC (The Islamic Food and Nutrition Council of Canada)
6. Austria ----- IIDC (The Indiana Institute on Disability and Community)
7. Afrika Selatan---- SANHA (The South African National Halaal Authority)
8. USA ----- ISWA (The Islamic Society of the Washington Area) Halal CertificationDepartement
9. Maroko ---- IMANOR (The Institut Marocain de Normalisation)
10. Korea Selatan ---- Korea Halal Authority
11. Australia ----- Halal Australia
12. Kadin Komite Australia Selandia Baru dan Timor Leste ------ Kadin Komite Australia,Selandia Baru, dan Timor Leste
13. Spanyol ----- The Halal Instituto of Spain IH:Instituto Halal
14. Republik Tiongkok ----- SAS Test Certification Ltd
15. Australia ----- Halal certification Authority Pty Ltd
16. Belgia ---- IHBC (International Halal Expertise Certification)
50
Badan Penyelenggara Jaminan Produk HalalKementerian Agama Republik Indonesia