bahan-bahan skenario 4

53
Peningkatan Kemampuan Membaca Cepat dengan Menggunakan Metode Speed Reading 1. yasrulefendi Anggota Maret 16, 2008 - 11:05 AM BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Siswa mampu membaca bukan karena secara kebetulan atau didorong oleh inspirasi, tetapi karena diajari. Membaca bukanlah kegiatan alamiah, tetapi seperangkat komponen yang dikuasai secara pribadi dan bertahap, yang kemudian terintegrasi dan menjadi otomatis. Dalam hal ini William S. Gray (dalam I Gusti Ngurah Oka 2005: 34) menekankan bahwa membaca tidak lain daripada kegiatan pembaca menerapkan sejumlah keterampilan mengolah tuturan tertulis (bacaan) yang dibacanya dalam rangka memahami bacaan. Dalam proses pembelajaran biasanya seorang pembelajar merasakan nikmatnya membaca bukan hanya sebagai peristiwa pemecahan kode, tetapi lebih sebagai penerimaan pengetahuan dan kebahagiaan. Orang seperti akan tampil tenang dan matang karena memiliki berbagai pengalaman tambahan seperti ia bisa menikmati dari bukan hanya fiksi tetapi juga non fiksi yang dibacanya. Ditinjau dari segi anak kemungkinan mereka menemukan kegembiraan tetapi sangat bergantung pada asuhan dan arahan para orang tua dan guru. Tujuan tambahan pelajaran membaca adalah menciptakan anak yang gemar membaca. Biasanya hal ini dapat diransang dengan mempergunakan cerita. Karena cerita pasti menjadi bagian yang sangat penting dalam kehidupan mereka. Hal ini dapat dipahami dengan melihat bagaimana bersemangat mengisahkan pengalamannya dengan tuturan orang lain dalam perjalanan waktu berkembang menjadi kemampuan menyerap

Upload: doraemon

Post on 23-Dec-2015

46 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

jhkjshdkjsahdkj

TRANSCRIPT

Page 1: Bahan-bahan Skenario 4

Peningkatan Kemampuan Membaca Cepat dengan Menggunakan Metode Speed Reading

1. yasrulefendiAnggotaMaret 16, 2008 - 11:05 AM

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangSiswa mampu membaca bukan karena secara kebetulan atau didorong oleh inspirasi, tetapi karena diajari. Membaca bukanlah kegiatan alamiah, tetapi seperangkat komponen yang dikuasai secara pribadi dan bertahap, yang kemudian terintegrasi dan menjadi otomatis. Dalam hal ini William S. Gray (dalam I Gusti Ngurah Oka 2005: 34) menekankan bahwa membaca tidak lain daripada kegiatan pembaca menerapkan sejumlah keterampilan mengolah tuturan tertulis (bacaan) yang dibacanya dalam rangka memahami bacaan.Dalam proses pembelajaran biasanya seorang pembelajar merasakan nikmatnya membaca bukan hanya sebagai peristiwa pemecahan kode, tetapi lebih sebagai penerimaan pengetahuan dan kebahagiaan. Orang seperti akan tampil tenang dan matang karena memiliki berbagai pengalaman tambahan seperti ia bisa menikmati dari bukan hanya fiksi tetapi juga non fiksi yang dibacanya. Ditinjau dari segi anak kemungkinan mereka menemukan kegembiraan tetapi sangat bergantung pada asuhan dan arahan para orang tua dan guru.Tujuan tambahan pelajaran membaca adalah menciptakan anak yang gemar membaca. Biasanya hal ini dapat diransang dengan mempergunakan cerita. Karena cerita pasti menjadi bagian yang sangat penting dalam kehidupan mereka. Hal ini dapat dipahami dengan melihat bagaimana bersemangat mengisahkan pengalamannya dengan tuturan orang lain dalam perjalanan waktu berkembang menjadi kemampuan menyerap dan menganalisa pengalaman, dalam bentuk pengalaman contoh panutan. Anak memanfaatkan kemampuan membacanya dengan santai, sesuai dengan kebutuhan: apakah sekedar kenikmatan atau penambah pengetahuan.Tetapi dalam era yang maha cepat sekarang, ketika tanpa kita kehendaki tuntutan kehidupan meningkat, pembaca tak lagi boleh hanya sebagai membawa kenikmatan, tetapi sebagai alat pencapai percepatan itu sendiri. Artinya orang wajib mengejar semua informasi. Ia harus memiliki keterampilan mengumpulkan data dengan cepat sekaligus benar. Dan disini membaca cepat menjadi utama.Muchlishoh (1992: 153) mengatakan membaca cepat yaitu jenis membaca yang diberikan dengan tujuan agar para siswa dalam waktu singkat dapat membaca secara lancar, serta dapat memahami isinya. Sementara itu, Soedarso, Speed Reading (Gramedia, cet. 11,2004) mengatakan “metode speed reading merupakan semacamlatihan untuk mengelola secara cepat proses penerimaan informasi”. Seseorang akan dituntut untuk membedakan informasi yang diperlukan atau tidak. Informasi itu kemudian disimpan dalam otak.

Page 2: Bahan-bahan Skenario 4

Speed reading juga merupakan keterampilan yang harus dipelajari agar mampu membaca lebih cepat. Tidak ada orang yang dapat membaca cepat karena bakat. Maka itu harus dipahami bahwa membaca cepat bukanlah melulu cepat memecah kode dan segera menyelesaikan sebuah buku. Membaca cepat adalah bagaimana kita dapat membaca dengan pemahaman yang lebih baik dalam waktu lebih cepat serta mengingatnya dengan baik pula. Bersamaan dengan hal tersebut di atas Supriyadi (1995: 127) menyatakan “keterampilan membaca yang sesungguhnya bukan hanya sekedar kemampuan menyuarakan lambang tertulis dengan sebaik-baiknya namun lebih jauh adalah kemampuan memahami dari apa yang tertulis dengan tepat dan cepat”.Untuk hasil yang demikian besar tentu diperlukan cara. Dan pendekatan yang pertama adalah mengetahui apa yang ingin kita kuasai. Dengan begitu, kita tidak membuang waktu membaca informasi yang tidak relevan dengan yang kita cari. Diantaranya dengan meyakini maksud atau tujuan, yang melahirkan fokus dan berdampak konsentrasi. Kesemua itu memerlukan teknik yang sering kali berbeda dari orang ke orang. Riris K. Toha Sarumpaet (Gramedia, cet. 51, 2005) mengatakan bahwa:Yang pertama berkaitan dengan jenis serta ketepatan kwalitas penerangan dan yang kedua mengenai postur serta cara duduk bahkan penentuan jarak dan letak buku. Sambil melorot, melingkar, membungkuk, atau berbaring dan bersantai bukanlah cara yang tepat. Buku sebaiknya berada pada sudut 450 dari mata.

Selain itu, Riris K. Toha Sarumpaet (Gramedia, cet. 51, 2005) mengatakan bahwa ada empat cara atau alternatif membaca yaitu:1. Membaca kata perkata, baris demi baris, yang sangat berguna untuk membaca materi yang sulit.2. Skimming, yaitu alinea pilihan atau baris pertama alinea.3. Scanning, yaitu memeriksa semua materi untuk mencari sesuatu yang khas misalnya nama atau angka.4. Membaca visual, mengejar kelompok kata dengan urutan mana suka. Cara ini cocok untuk memahami bacaan yang agak sulit serta yang mudah.

Membaca cepat tentu saja bukan tujuan, sebab keterpahamanlah yang tujuan dalam membaca cepat. Speed reading adalah metode, metode ini bisa mengangkat kita dalam labirin bacaan yang tak jelas ditengah banjir bahan bacaan saat ini. Speed reading bisa pula dikatakan mencari gizi dari sebuah bacaan.Collin Rose dalam K.U.A.S.A.I Lebih Cepat (Kaifa, 1999) dan Soedarso, Speed reading, (Gramedia, cet. 11, 2004) mengatakan bahwa membaca cepat memiliki beberapa efek, yaitu:1. Mencegah godaan setan membaca ulang atau regresi. Kerap sekali kita melakukan itu. Entah disebabkan tidak percaya diri bahwa kalimat yang sudah kita lewati terlupa atau karena kebiasaanm dibangku pendidikan yang selalu mentradisikan anak didiknya menghafal. Atau tiba-tiba muncul dibenak yang membisikkan bahwa ada sesuatu yang tertinggal dibelakang. Jadi membaca cepat membuat kita bisa berlari sekencang-kencangnya.2. Membaca cepat adalah upaya melepas ketergantungan pada mendengar kata-kata yang dibenak. Terkadang kita tak sadari walau dalam kondisi mulut terkatub kita masih bersedia mendengar bunyi yang menggema dalam pikiran.3. Membaca cepat bisa melepaskan kita dari gerakan fisik yang tak perlu seperti menggerakkan kepala atau memakai jari atau memakai alat seperti lidi atau pensil mengikuti kemana baris-baris melangkah.

Page 3: Bahan-bahan Skenario 4

Dengan menggunakan teknik membaca cepat para siswa diharapkan dapat lebih efesien dalam menggunakan waktu dalam belajar. Data survey menunjukkan bahwa lima dari empat puluh siswa yang telah mampu menggunakan pola speed reading dapat memahami suatu bacaan dengan sama baiknya dengan siswa yang belum menguasai speed reading. Dengan pola pelatihan yang kontiniu diharapkan para siswa dapat membaca dengan kecepatan hingga 800 kata per menit tanpa menghilangkan makna bacaan.Pengenalan ini menambah kecepatan karena konsentrasi pada format yang sudah hampir baku. Jadi kita tidak lagi mengharap-harap atau merisaukan yang tidak perlu, dari segi format atau sistematika memang membaca cepat dapat membantu penyelesaian pekerjaan. Untuk kecepatan yang kita kejar, kita kehilangan dan meninggalkan banyak kata serta beragam rasa dan nuansa. Oleh karena itu harus tetap diingat penting dan perlunya membaca sebagai pembawa kenikmatan rohani, sebagai penyeimbang. Karena kita tidak mungkin sanggup bertahan hanya mengejar dan mengingat begitu banyak informasi tanpa menghayati dan menghidupinya. Oleh sebab itu jangan lupa meninjau membaca sebagai kegiatan yang menyenangkan.Sesuai dengan harapan tersebut, sekolah dasar berperan sangat penting. Karena sekolah dasar adalah wadah pertama penanaman segala keterampilan hidup, termasuk keterampilan membaca. Maka sekolah dasar perlu memasyarakatkan kegiatan membaca, terutama membaca cepat.Berbeda halnya dengan harapan di atas, proses belajar membaca yang diselenggarakan oleh pendidik saat ini hanya menekankan pada kemampuan siswa untuk membaca tanpa memandang keefektifan dan keefesienan proses membaca itu sendiri. Fakta ini akan mengakibatkan ketertinggalan siswa akan informasi yang berkembang dengan sangat cepat dan gencar.Berdasarkan permasalahan di atas, penulis tertarik untuk memberikan sedikit solusi bagaimana upaya agar kemampuan membaca siswa khususnya di sekolah dasar dapat ditingkatkan, dan mereka dapat mengimbangi laju bahan bacaan yang semakin hari semakin gencar. Untuk itu penulis memberi judul penelitian tindakan kelas dengan judul “Peningkatan Kemampuan Membaca Cepat dengan Menggunakan Metode Speed Reading Bagi Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri 31 Batipuh”.

B. Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian tindakan kelas ini adalah bagaimana meningkatkan kemampuan membaca cepat dengan menggunakan metode speed reading bagi siswa kelas V sekolah dasar negeri 31 Batipuh. Secara terperinci rumusan masalah dalam penelitian tindakan kelas ini adalah:1. Bagaimana merancang RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) membaca dengan menggunakan metode speed reading sehingga dapat menunjang peningkatan kemampuan membaca cepat siswa di kelas V sekolah dasar.2. Bagaimana melaksanakan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) membaca tersebut sehingga dapat menunjang peningkatan kemampuan membaca cepat siswa di kelas V sekolah dasar.3. Bagaimana format penilaian dalam pembelajaran membaca yang menggunakan metode speed reading sehingga dapat menunjang peningkatan kemampuan membaca cepat siswa di kelas V sekolah dasar.4. Bagaimana bentuk hasil yang telah dicapai siswa di kelas V sekolah dasar dalam pembelajaran membaca yang menggunakan metode speed reading.

Page 4: Bahan-bahan Skenario 4

C. Tujuan PenelitianSesuai dengan rumusan masalah diatas, maka secara umum tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk mendeskripsikan tentang cara meningkatkan kemampuan membaca cepat melalui metode speed reading bagi siswa kelas V sekolah dasar.Secara terperinci tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk mendeskripsikan:1. Rancangan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) membaca dengan menggunakan metode speed reading sehingga dapat menunjang peningkatan kemampuan membaca cepat siswa di kelas V sekolah dasar.2. Pelaksanaan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) membaca tersebut sehingga dapat menunjang peningkatan kemampuan membaca cepat siswa di kelas V sekolah dasar.3. Format penilaian dalam pembelajaran membaca yang menggunakan metode speed reading sehingga dapat menunjang peningkatan kemampuan membaca cepat siswa di kelas V sekolah dasar.4. Hasil yang telah dicapai siswa di kelas V sekolah dasar dalam pembelajaran membaca yang menggunakan metode speed reading

D. Manfaat PenelitianAdapaun manfaat yang dapat diambil dari penulisan penelitian tindakan kelas ini adalah:1. Menambah pengetahuan dan wawasan peneliti dalam pengajaran membaca yang menunjang kepada peningkatan kemampuan membaca cepat siswa di kelas V sekolah dasar.2. Memberikan informasi kepada guru sekolah dasar tentang pentingnya kemampuan membaca cepat sekaligus sebagai salah satu panduan dalam menjalankan tugas mengajar yang menyangkut dengan upaya membimbing siswa terampil dalam membaca cepat.3. Lebih meningkatkan kemampuan membaca siswa kelas V sekolah dasar dalam keterampilan membaca cepat.

BAB IIKAJIAN TEORITIS

A. KAJIAN TEORI1. Membacaa. Pengertian MembacaAnderson dalam tarigan (1980:8) menyangkut linguistik menjelaskan bahwa membaca merupakan suatu proses penyandian kembali (rekonding process) dan proses pembacaan sandi (dekonding process). Aspek ini menghubungkan kata-kata tulis (written words) dengan makna bahasa lisan (oral languange meaning). Hal ini mencakup pengubahan tulisan atau cetakan menjadi bunyi yang bermakna.Hudgson (1960:43) mengatakan membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan penulis melalui kata-kata dalam bahasa tulis.. Suatu proses yang menuntut pembaca agar dapat memahami kelompok katayang tertulis merupakan suatu kesatuan dan terlihat dalam suatu pandangan sekilas, dan makna kata-kata itu dapat diketahui secara tepat. Apabila hal ini dapat terpenuhi maka pesan yang tersurat dan yang tersirat dapat dipahami, sehingga proses membaca sudah terlaksana dengan baik.Seseorang yang sedang membaca berarti ia sedang melakukan suatu kegiatan dalam bentuk berkomunikasi dengan diri sendiri melalui lambang tertulis. Makna bacaan

Page 5: Bahan-bahan Skenario 4

tidak tidak terletak pada bahan tertulis saja, tetapi juga terletak pada pikiran pembaca itu sendiri. Dengan demikian makna bacaan bisa berubah-ubah tergantung pembaca dan pengalaman berbeda yang dimilikinya pada waktu membaca dan dipergunakannya untuk menafsirkan kata-kata tulis tersebut. Seorang pembaca yang baik adalah seorang yang dapat mengambil tanggapan mengenai bahasa (ide, stye, dan kematangan pengarang) dan pengertian dengan kecepatan yang lumayan (Gusnetti, 1997:13).Soedarso (1991:4) menjelaskan kemampuan membaca yang baik merupakan hal yang sangat penting dalam suatu bacaan. Dalam hal ini guru mempunyai peranan yang sangat besar untuk mengembangkan serta meningkatkan kemampuan yang dibutuhkan dalam membaca. Usaha yang dapat dilakkan guru diantaranya (1) Dapat menolong para siswa untuk memperkaya kosakata mereka dengan jalan memperkenalkan sinonim kata-kata, antonim, imbuhan, dan menjelaskan arti suat kata abstrak dengan mempergunakan bahasa daerah atau bahasa ibu mereka, (2) dapat membantu para siswa untuk memahami makna struktur-struktur kata, kalimat dan disertai latihan seperlunya, (3) dapat meningkatkan kecepatan membaca para siswa dengan menyuruh mereka membaca dalam hati, menghindari gerakan bibir, dan menjelaskan tujuan membaca.Seseorang yang dapat memahami suatu bacaan atau wacana, akan menemukan wujud skemata yang memberikan usulan yang memadai tentang suatu bacaan. Proses pemahaman suatu bacaan adalah menemukan konfigurasi skemata yang menawarkan uraian yang memadai tentang suatu bacaan. Sampai sekarang konsep skema merupakan jalan yang paling memberikan harapan dari sudut wacana pada umumnya. Karena skemata merupakan bagian dari penyajian pengetahuan latar, luasnya pengetahuan dan pengalaman pembaca merupakan salah satu dasar bagi kokohnya rancangan yang menggunakan konsep skema.Tarigan (1980:18) mengatakan guru yang mau mengetahui kemampuan siswa tentang suatu bacaan dapat melakukannya dengan cara (1)Mengemukakan berbagai jenis pertanyaan, (2) mengemukakan pertanyaan yang jawabannnya dapat ditemukan oleh siswa secara kata demi kata (verbalim), (3) menyuruh siswa membuat rangkuman atau ikhtisar, (4) menanyakan ide pokok apa yang dibaca.Be (1980:40) menjelaskan, kemampuan pemahaman yang diperlukan dalam membaca meliputi (1) memahami kosakata yang dipakai dalam bahasa umum dan dapat menyimpulkan artinya dalam konteksnya, (2)memahami bentuk-bentuk sintaksis dan ciri-ciri morfologi tertulis yang didapatkan dalam bacaan, (3) dapat mengambil kesimpulan dan tanggapan yang valid dari bahan yang dibaca.Berdasarkan pernyataan di atas maka kemampuan membaca adalah bagaimana seseorang dapat memahami dengan baik apa pesan yang disampaikan dalam bacaan itu, sehingga informasi yang diserap dapat diungkapkan kembali dengan tepat, baik secara lisan maupun secara tulisan.Abdullah (1990:2) mengungkapkan bahwa membaca adalah salah satu kegiatan aktif mencari informasi yang kita dapat dalam bacaan. Dengan sendirinya, kebiasaan-kebiasaan membaca akan membuka cakrawala berfikir dalam menghadapi suatu masalah. Dalam membaca, diharapkan pembaca memahami apa yang dibaca, sehingga tujuan yang ditetapkan dapat tercapai dengan baik.

b. Unsur-unsur yang Terkandung dalam MembacaAbdullah (1990:2) mengatakan:Unsur-unsur kemampuan membaca dapat ditelusuri dari pengertian membaca yang telah dikemukakan. Pertama, karena membaca itu merupakan interaksi dengan bahasa

Page 6: Bahan-bahan Skenario 4

yang telah diubah menjadi cetakan, maka kemampuan memahami lambang-lambang bunyi merupakan penentu utama keberhasilan membaca. Kedua, karena hasil interaksi dengan bahasa cetak itu merupakan pemahaman, maka kemampuan memaknai susunan lambang-lambang bunyi juga merupakan unsur penentu keberhasilan membaca. Ketiga, karena kemampuan membaca itu berhubungan erat dengan kemampuan berbahasa lisan, maka unsur-unsur kemampuan fisik, misalnya kemampuan mata dan kemampuan mengendalikan gerak bibir juga mempengaruhi keberhasilan membaca. Keempat, karena membaca itu merupakan proses aktif dan berlanjut yang dipengaruhi langsung oleh interaksi seseorang dengan lingkungannya, maka keberhasilan membaca juga dipengaruhi oleh unsur kecerdasan serta pengalaman membaca yang dimiliki.

c. Jenis-jenis MembacaBermacam-macam kelakuan dan tujuan manusia dalam membaca, semua tergantung kepada niat dan sikap dari si pembaca. Dalam hal ini ada 2 jenis membaca yang didasarkan kepada tingkat dan kemauan berdasarkan kepada tujuan dan kecepatan.1) Membaca Berdasarkan TingkatannyaAgustina (1990:10) membagi membaca menjadi 4 jenis, yaitu membaca permulaan, membaca inspeksional, membaca analitis, dan membaca sintopikal. Lebih lanjut jenis membaca tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:a.) Membaca PermulaanMembaca permulaan dianggap sebagai membaca tingkat dasar. Ini lebih mengutamakan kegiatan jasmani atau fisik. Kesanggupan menyuarakan lambang-lambang bahasa tulis serta menangkap makna yang berada dibalik lambang-lambang tersebut adalah sebahagian kegiatan yang dilakukannya.

b.) Membaca InspeksionalMembaca inspeksional berkaitan dengan masalah waktu yang tersedia untuk membaca. Pembaca hanya mempunyai waktu yang relatif singkat, sedangkan pembaca harus menyelesaikan.c.) Membaca AnalitisMembaca analitis bukan hanya sekedar menyuarakan lambang bahasa dan menangkap makna yang berada dibalik lambang itu saja, tetapi lebih dari itu, kegiatan mental setelah kegiatan jasmani pada pembaca jenis ini sangat diperlukan. Karena membaca analitis merupakan membaca lengkap, baik dan sempurna yang dilakukan dalam waktu yang tidak terbatas dengan tujuan menganalisa tentang bacaan yang dibaca.d.) Membaca SintopikalMembaca sintopikal ini menuntut pembaca untuk mempunyai waktu lebih banyak lagi, karena dalam membaca sintopikal pembaca harus menganalisis lebih dari 1 buku.Dari keempat jenis tingkatan membaca di atas, membaca sintopikal-lah yang paling berat dan melelahkan. Namun membaca sintopikal atau membaca perbandingan ini memungkinkan pembaca memperoleh kepuasan, karena banyak informasi yang dapat diperoleh dengan membaca pada tingkatan ini.

2) Membaca Berdasarkan Kecepatan dan TujuannyaGani dan Semi (1976:4) membagi membaca ke dalam 4 jenis, yaitu; membaca kilat (skimming), membaca cepat (speed reading), membaca studi (careful reading), dan membaca reflektiv (reflektive reading).a.) Membaca Kilat (skimming)

Page 7: Bahan-bahan Skenario 4

Membaca kilat (skimming) merupaka salah satu cara membaca yang lebih mengutamakan penangkapan esensi materi bacaan, tanpa membaca keseluruhan dari materi bacaan tersebut. Untuk membaca kilat diperlukan keterampilan yang dapat menentukan bagian-bagian bacaan yang mengandung ide atau pikiran pokok.Tujuan membaca kilat adalah menangkap seperangkat ide pokok, mendapatkan informasi yang penting dalam waktu singkat atau terbatas, dan menemukan suatu pandangan atau sikap penulis.b.) Membaca Cepat (speed reading)Membaca cepat adalah membaca yang dilakukan dengan kecepatan yang sangat tinggi. Biasanya dengan membaca kalimat demi kalimat dan paragaraf tetapi tidak membaca kata demi kata.Tujuannya adalah untuk memperoleh informasi, gagasan utama, dan penjelasan dari suatu bacaan dalam waktu yang singkat.c.) Membaca Studi (careful reading)Membaca studi dilakukan untuk memahami, mempelajari, dan meneliti suatu persoalan, kadang-kadang dituntut pula untuk menghadapkannya dalam ingatan. Untuk keperluan ini, membaca harus dilaksanakan dengan kecepatan yang agak rendah. Ciri-ciri pembaca yang baik dan efesien yaitu mempunyai kebiasaan yang baik dalam membaca, betul-betul mengerti tentang apa yang dibaca, sehabis membaca dapat mengingat sebahagian besar pokok-pokok bacaan, dan dapat membaca dengan kecepatan yang terkontrol (Al-Falasay dan Naif, 1985:25).d.) Membaca Reflektiv (reflektive reading)Membaca reflektiv adalah membaca untuk menangkap informasi dengan terperinci dan kemudian melahirkannya kembali atau melaksanakannya dengan tepat sesuai dengan keterangan yang diperoleh.Biasanya membaca reflektiv dilakukan dengan tuntutan petunjuk tentang percobaan di labor, petunjuk yang memerlukan tindakan pembaca. Disamping itu juga dilaksanakan atau ditujukan untuk merefleksikan suatu bacaan, membaca untuk kesenangan dan membaca estetis.

2. Membaca Cepata. Pengertian Membaca CepatNurhadi ( 1987:31-32) menyatakan “membaca cepat dan efektif ialah jenis membaca yang mengutamakan kecepatan, dengan tidak meninggalkan pemahaman terhadap aspek bacaannya”.Muchlisoh (1992:149) mengatakan bahwa:Membaca cepat bukan berarti jenis membaca yang ingin memperoleh jumlah bacaan atau halaman yang banyak dalam waktu yang singkat. Pelajaran ini diberikan dengan tujuan agar siswa sekolah dasar dalam waktu yang singkat dapat membaca secara lancar dan dapat memahami isinya secara tepat dan cermat. Jenis membaca ini dilaksanakan tanpa suara.

Berbeda dengan pendapat-pendapat sebelumnya, Supriyadi (1995:128) mengatakan bahwa “membaca cepat adalah jenis membaca yang mengutamakan kecepatan mata dalam membaca”.Saleh Abbas (2006:108) menyatakan “membaca cepat adalah membaca sekejap mata, selayang pandang. Tujuannya adalah dalam waktu yang singkat pembaca memperoleh informasi secara cepat dan tepat”.Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa membaca cepat adalah jenis membaca yang mengutamakan kecepatan dengan menggunakan gerakan mata dan

Page 8: Bahan-bahan Skenario 4

dilakukan tanpa suara yang bertujuan untuk memperoleh informasi secara tepat dan cermat dalam waktu singkat.

b. Pemahaman dalam Membaca CepatDalam membaca cepat terkandung pemahaman yang cepat pula. Bahkan pemahaman inilah yang menjadi pangkal tolak pembahasan, bukannya kecepatan. Akan tetapi, bukan berarti membaca lambat akan meningkatkan pemahaman. Bahkan orang orang yang biasa membaca lambat untuk mengerti suatu bacaan akan dapat mengambil manfaat yang besar dengan membaca cepat. Seorang pembaca yang baik akan mengatur kecepatan dan memilih jalan terbaik untuk mencapai tujuannya. Kecepatan membaca sangat tergantung pada bahan dan tujuan membaca, serta sejauh mana keakraban dengan bahan bacaan. Kecepatan membaca harus seiring dengan kecepatan memahami bahan bacaan.Supriyadi (1995:127) menyatakan “keterampilan membaca yang sesungguhnya bukan hanya sekedar kemampuan menyuarakan lambang tertulis dengan sebaik-baiknya namun lebih jauh itu adalah kemampuan memahami dari apa yang tertulis dengan tepat dan cepat”.“Seorang pembaca cepat tidak berarti menerapkan kecepatan membaca itu pada setiap keadaan, suasana, dan jenis bacaan yang dihadapinya”(Nurhadi, 1987:32).Soedarso (1988:18) mengatakan “kecepatan membacapun harus fleksibel. Artinya, kecepatan tidak harus selalu sama. Adakalanya kecepatan itu diperlambat. Hal itu tergantung pada bahan dan tujuan kita membaca”.Supriyadi (1995:142) menyatakan “bahan bacaan untuk pelajaran membaca cepat hendaknya bahan bacaan yang pernah dibaca atau bahan bacaan yang diperkirakan dekat dan akrab dengan kehidupan pembaca”.Pembaca yang efektif dan efesien mempunyai kecepatan bermacam-macam. Sadar akan berbagai tujuan, tingkat kesulitan bahan bacaan, serta keperluan membacanya saat itu. Karena kesadaran itu akan sangat berpengaruh terhadap tingkat pemahaman terhadap isi bacaan.

c. Kegunaan Membaca CepatDepdikbud (2005:7) mengatakan:Ada berbagai kegunaan yang terkandung dari kemampuan membaca cepat, diantaranya adalah (1) membaca cepat menghemat waktu, (2) membaca cepat menciptakan efesiensi, (3) semakin sedikit waktu yang diperlukan untuk melakukan hal-hal rutin, maka semakin banyak waktu yang tersediauntuk mengerjakan hal penting lainnya, (4) membaca cepat memiliki nilai yang menyenangkan/ menghibur, (5) membaca cepat memperluas cakrawala mental, (6) membaca cepat membantu berbicara secara efektif, (7) membaca cepat membantu dalam menghadapi ujian, (8) membaca cepat meningkatkan pemahaman, (9) membaca cepat menjamin untuk selalu mutakhir, dan (10) membaca cepat dapat dikatakan sebagai tonikum mental.

d. Penghambat Kecepatan MembacaDepdikbud (2005:26) mengemukan:Beberapa kebiasaan umum negatif yang lumrah terdapat pada pembaca yang biasa ataupun pembaca yang lambat, hal itu antara lain (1) meneliti materi bacaan secara berlebihan dan melakukan subvokalisasi, (2) tidak berusaha mengurangi gangguan waktu dan interupsi, dan (3) membiarkan stress mengganggu disaan pembaca dihadapkan pada materi bacaan yang terlampau banyak ataupun membiarkan adanya kesulitan fisik lainnya yang berkaitan dengan membaca, seperti dyslexia.

Page 9: Bahan-bahan Skenario 4

e. Kebiasaan Positif yang Dapat Menunjang Peningkatan Membaca CepatDepdikbud (2005:26) mengemukakan bahwa “kebiasaan positif yang harus dikembangkan atau perkuat dalam membaca antara lain (1) meningkatkan motivasi, (2) meningkatkan konsentrasi, (3) meningkatkan daya ingat dan daya panggil ulang, (4) meningkatkan pemahaman.”f. Peningkatan Kemampuan Membaca CepatKemampuan membaca cepat bukanlah kemampuan yang diperoleh karena bakat, karena “membaca cepat adalah sebuah keterampilan” (Nurhadi, 2004:26). Seirama dengan itu Depdikbud (2005:5) menyatakan bahwa:Membaca cepat adalah sebuah keterampilan. Keberhasilan anda dalam menguasai teknik ini sangat bergantung pada sikap anda sendiri, tingkat keseriusan anda, dan kesiapan untuk mencoba melatihkan teknik tersebut. Untuk itu anda harus; 1) berkeinginan untuk memperbaiki; 2) merasa yakin bahwa anda akan dapat melakukan hal itu.

Berdasarkan pernyataan di atas maka usaha peningkatan kemampuan kemampuan membaca cepat membutuhkan seragkaian latihan secara bertahap yang dirancang unuk menghilangkan kebiasaan negatif dalam membaca dan sekaligus menonjolkan positifnya.Depdikbud (2005:26) mengungkapkan:Ada beberapa upaya untuk meningkatkan kemampuan membaca cepat seseorang. Beberapa upaya tersebut adalah (1) mengurangi subvokalisasi, (2) mengurangi kebiasaan menunda dan interupsi, (3) mengurangi stres, (4) meningkatkan konsentrasi, (5) meningkatkan daya ingat dan daya panggil ulang, (6) menggunakan pola pemanggilan ulang.

Oleh karena itu, untuk meningkatkan kemampuan membaca cepat, seseorang memerlukan latihan dengan menerapkan berbagai metode pendukung. Salah satu metode yang dapat mendukung upaya kearah peningkatan kemampuan membaca cepat adalah dengan menerapkan metode speed reading.

3. Metode Speed Readinga. Pengertian Speed ReadingSoedarso, Speed Reading (Gramedia, cet. 11,2004) mengatakan “metode speed reading merupakan semacam latihan untuk mengelola secara cepat proses penerimaan informasi”. Seseorang akan dituntut untuk membedakan informasi yang diperlukan atau tidak. Informasi itu kemudian disimpan dalam otak.Speed reading juga merupakan keterampilan yang harus dipelajari agar mampu membaca lebih cepat sekaligus memahami semua yang terkandung di dalam bacaan yang bersangkutan. Tidak ada orang yang dapat membaca cepat karena bakat. Maka itu harus dipahami bahwa membaca cepat bukanlah melulu cepat memecah kode dan segera menyelesaikan sebuah buku. Membaca cepat adalah bagaimana kita dapat membaca dengan pemahaman yang lebih baik dalam waktu lebih cepat serta mengingatnya dengan baik pula. Bersamaan dengan hal tersebut di atas Supriyadi (1995:127) menyatakan “keterampilan membaca yang sesungguhnya bukan hanya sekedar kemampuan menyuarakan lambang tertulis dengan sebaik-baiknya namun lebih jauh adalah kemampuan memahami dari apa yang tertulis dengan tepat dan cepat”.Dengan menggunakan teknik speed reading para siswa diharapkan dapat lebih efesien dalam menggunakan waktu dalam belajar. Data survey menunjukkan bahwa lima dari

Page 10: Bahan-bahan Skenario 4

empat puluh siswa yang telah mampu menggunakan pola speed reading dapat memahami suatu bacaan dengan sama baiknya dengan siswa yang belum menguasai speed reading. Dengan pola pelatihan yang kontiniu diharapkan para siswa dapat membaca dengan kecepatan hingga 800 kata per menit tanpa menghilangkan makna bacaan.

b. Langkah-langkah Speed ReadingNurhadi (2004:26) menyatakan “membaca cepat dapat dilakukan dengan cara (1) persiapkan pencatat waktu (arloji), perhatikan pada saat anda mulai membaca, (2) hitung berapa lama (menit) anda menyelesaikan teks tersebut; kemudian, (3) dengan jumlah lama waktu itu (…menit,…detik) lihatlah kedalam tabel kecepatan membaca”..Format Daftar Kecepatan MembacaWaktu mulai : …menit…detikWaktu berakhir : …menit…detikLama/Waktu Kecepatan1 menit 00 detik… 600 kata/menit…Nurhadi (2004: 19-21)Widodo Santoso dalam MUTU Vol. IV No. 03 Edisi Oktober-Desember 1995:42 menyatakan langkah-langkah latihan kecepatan membaca adalah:1.) Siswa secara klasikal diberi bacaan (wacana) yang sama.2.) Bagi siswa kelas I dan II tugas membaca bergantian tiap siswa, dan bagi siswa kelas III sampai dengan VI membaca dalam hati/pemahaman secara bersama.3.) Masing-masing siswa menghitung jumlah kata yang telah dibaca selama batas waktu yang telah ditetapkan. Jika dikhawatirkan siswa tidak jujur, dapat diadakan tanya jawab tentang isi wacana atau kalimat terakhir yang dibacanya.4.) Menghitung rata-rata jumlah kata yang telah dibaca masing-masing siswa dalam setiap menit.5.) Guru membuat tabel kecepatan membaca dan siswa menuliskan banyaknya kata setiap latihan.Tabel Kecepatan MembacaNo. Nama Murid Banyak kata yang dibaca selama 1 menit Rata-rata tiap menit123

Widodo Santoso dalam MUTU Vol. IV No. 03 Edisi Oktober-Desember 1995:42.

4. Pengajaran Membaca Cepat dengan Menggunakan Metode Speed Readinga. Perencanaan Pengajaran Membaca Cepat dengan Menggunakan Metode Speed ReadingSebelum melaksanakan proses belajar mengajar suatu pokok bahasan tertentu, guru dituntut untuk membuat perencanaan pengajaran (Supriyadi, 1995:159). Semakin baik perencanaan yang dibuat, semakin mudah pelaksanaan pengajarannya sehingga semakin tinggi hasil belajar mengajar yang dicapai.Perencanaan pengajaran yang dipersiapkan guru dituangkan dalam wujud satuan pelajaran (satpel) yang sepenuhnya berpedoman kepada GBPP (Garis-garis Besar Program Pengajaran) (Supriyadi, 1995:162). Apabila pernyataan tersebut kita

Page 11: Bahan-bahan Skenario 4

sesuaikan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku sekarang, maka perencaan pengajaran yang dipersiakan guru dituangkan dalam wujud rencana pelaksanaan pengajaran (RPP) yang sepenuhnya berpedoman kepada kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) yang telah ditetapkan oleh badan standar nasional pendidikan (BSNP). Dalam KTSP sudah dicantumkan kolom-kolom yang memuat informasi: standar kompetensi dan kompetensi dasar, program (kelas, semester).Melihat wujud kurikulum yang demikian, terdapat pokok-pokok masalah yang perlu diperhatikan guru dalam merencanakan persiapan mengajarnya, yaitu:1.) bagaimana menjabarkan tujuan yang masih bersifat umum tersebut (standar kompetensi dan kompetensi dasar) ke dalam rumusan yang lebih operasional, jelas dan sederhana (indikator)?,2.) bagaimana menetapkan sumber dan bahan pengajaran (pokok bahasan) beserta uraiannya?,3.) bagaimana menetapkan teknik atau metode kegiatan belajar mengajar yang akan ditempuh untuk mencapai tujuan tersebut?,4.) bagaimana menetapkan langkah-langkah kegiatan belajar mengajar yang akan ditempuh untuk mencapai tujuan tersebut?,5.) bagaimana bentuk evaluasi yang akan dikembangkan untuk mengukur tingkat pencapaian tujuan di atas?.

b. Pelaksanaan Perencanaan Pengajaran Membaca Cepat dengan Menggunakan Metode Speed ReadingSetelah selesai menyelesaikan pembuatan persiapan/perencanaan mengajar, selanjutnya memasuki tahap pelaksanaan rencana tersebut di dalam kegiatan nyata dalam kelas. Untuk melaksanakan program pengajaran tersebut, tentu saja perlu diperhatikan hal-hal berikut:1.) Kurikulum yang bersangkutan dengan membaca cepat;2.) mempertimbangkan alokasi waktu yang tersedia;3.) pemanfaatan berbagai sumber dan sarana yang terdapat di lingkungan sekolah atau lingkungan sekitarnya;4.) sifat pokok bahasan membaca cepat itu sendiri, (Supriyadi, 1995:166)Langkah-langkah proses belajar mengajar (PBM) yang dikelola guru hendaknya dapat mengarahkan siswa terhadap pencapaian tujuan pengajaran membaca cepat seperti yang telah dirumuskan dalam indikator. Melalui pendekatan keterampilan proses dengan menerapkan metode speed reading, proses belajar mengajar dijadikan sarana bagi penggalian, pembinaan, dan pengembangan kemampuan dasar masing-masing siswa. Oleh karena itu itu titik berat proses belajar mengajar ditekankan pada aktivitas siswa yang menunjang peningkatan kemampuan membaca cepatnya. Instruksi-instruksi, tugas, saran, perintah, penjelasan guru, dan sejenisnya hendaklah jelas sehinga dapat dipahami siswa. Dan yang tidak kalah penting dari hal-hal di atas ialah bahwa hasil dari proses belajar mengajar membaca cepat ini hendaknya dapat dinilai, baik dalam prosesnya, maupun hasil belajar yang diperoleh siswa. Dan pada akhirnya diharapkan siswa kita dapat menunjukkan hasil belajar membaca cepat dalam wujud yang lebih konkret. Misalnya grafik kemajuan membaca cepat siswa dan sebagainya yang dapat dipajangkan. Cara seperti ini diharapkan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.

c. Penilaian-penilaian Pengajaran Membaca Cepat dengan Menggunakan Metode speed readingSupriyadi (1995:167) menyatakan “penilaian ini dapat dilakukan terhadap dua hal,

Page 12: Bahan-bahan Skenario 4

yaitu penilaian terhadap proses belajar mengajar yang sedang berlangsung dan penilaian terhadap hasil belajar siswa. Penilaian terhadap proses dapat dilacak dari segi perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian.”Penilaian terhadap perencanaan dapat diarahkan terhadap komponen-komponen rencana pelaksanaan pengajaran seperti indikator, proses belajar mengajar (yang terintegrasi di dalamnya bahan, metode, media, sumber, dan sarana), dan evaluasi. Apakah komponen-komponen tersebut relevan dengan pokok bahasan membaca dan tuntutan pengajaran membaca?.Penilaian terhadap pelaksanaan pengajaran membaca ditujukan terhadap tingkat kesesuaian kegiatan yang dilakukan dengan tujuan pengajaran yang telah ditetapkan dan bagaimana proses kegiatan itu berlangsung. Adakah kegiatan tersebut mengembangkan keterampilan proses dan membaca cepat ?. Bagaimana dengan pengembangan konsep dan nilai, serta penegmbangan keterampilan siswa, apakah hal tersebut tampak dalam aktivitas siswa?. Kegiatan ini diiringi dengan pemberian umpan balik oleh guru, baik secara individual maupun kelompok. Bentuknya dapat berupa bantuan, petunjuk, penghargaan, dan lain-lain sehingga hal ini dapat tercermin dari kegiatan siswa seperti berikut:1.) siswa membaca mandiri,2.) siswa menjadi tutor sebaya dalam menjelaskan kosakata sulit bagi kawan-kawannya,3.) siswa membuat laporan kemampuan membaca cepatnya,4.) siswa mengulang bahan bacaan yang telah diberikan untuk lebih meningkatkan kemampuannya dalam membaca cepat.Penilaian terhadap hasil belajar siswa terutama diarahkan kepada (1) penguasaan konsep, (2) pengembangan sikap dan nilai, dan (3) penguasaan keterampilan. (Supriyadi, 1995:168)Siswa dianggap telah menguasai konsep apabila mereka telah dapat menafsirkan dan membuat ringkasan isi wacana, serta melahirkan gagasannya sendiri mengenai sub pokok bahasan tersebut dengan bahasa dan imajinasinya sendiri. Penumbuhan sikap dan nilai tercermin dari sikap berani mengeluarkan pendapat, berdisiplin, jujur, dan lain-lain. Penguasaan keterampilan dapat terlihat pada kemampuan mencari dan menemukan ide paragraf, kemampuan membaca dengan kecepatan yang memadai, kemampuan melahirkan kembali (berbicara), dan sebagainya.

B. KERANGKA TEORITISMembaca cepat merupakan salah satu keterampilan membaca yang perlu ditumbuhkembangkan dalam diri siswa semenjak dini. Karena membaca cepat sangat penting dimiliki oleh siswa guna menghadapi perkembangan teknologi informasi yang semakin hari semakin canggih.Kemampuan membaca cepat dapat ditingkatkan melalui latihan yang dilaksanakan secara bertahap dan kontiniu, karena membaca cepat bukanlah bakat ataupun kemampuan warisan. Oleh karena itu, kecepatan membaca hendaklah diajarkan dan dilatihkan secara terus menerus semenjak dini sampai waktu yang tak terbatas seiring dengan perkembangan teknologi.Banyak ahli yang menawarkan berbagai teknik/metode agar seseorang mampu dan memiliki kemampuan membaca cepat. Salah satu diantaranya adalah metode yang dikenal dengan speed reading.Speed reading merupakan metode praktis, sederhana, dan terbaru yang akan mengantarkan seseorang kepada kemampuan membaca cepat yang maksimal. Peningkatan kemampuan membaca cepat dengan speed reading ditempuh dengan tahap-tahap sebagai berikut:

Page 13: Bahan-bahan Skenario 4

1. Tahap Pra Bacaa. Menyiapkan stopwatch atau jamb. Menyampaikan tujuan membacac. Menyampaikan teknik dan mekanisme membacad. Mengenalkan topik/ judul bacaane. Memfokuskan perhatian siswa pada judul untuk diinterpretasikanf. Menginventarisasi interpretasi siswag. Siswa secara klasikal diberi bacaan (wacana) yang sama.h. Perhatikan pada saat anda mulai membaca, catat waktunya.

2. Tahap Saat Bacaa. Membaca teks

3. Pasca Bacaa. Mencatat waktu selesai membacab. Menjawab pertanyaanc. Mencek jawaban pertanyaand. Hitung berapa lama (menit) anda menyelesaikan teks tersebut, konversikan waktu membaca (…menit,…detik) lihatlah kedalam tabel kecepatan membaca.e. Mengkonversikan tingkat pemahaman

BAB IIIMETODE PENELITIAN

A. Pendekatan PenelitianAda dua macam pendekatan dalam penelitian yaitu pendekatan kuantitatif dimana peneliti akan bekerja dengan angka-angka sebagai perwujudan gejala yang diamati dan pendekatan kualitatif dimana peneliti akan bekerja dengan informasi-informasi data dan di dalam menganalisanya tidak menggunakan analisa data statistik.Pendekatan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif action research. Penelitian ini bertujuan menyelidiki pengaruh penggunaan metode speed reading dalam terhadap peningkatan kemampuan membaca cepat siswa, dengan mengetahui ada tidaknya perbedaan hasil pre-test dan post-test .B. Tempat dan Waktu Penelitian1. TempatPenelitian ini dilakukan di SD Negeri 31 Malalo Kecamatan Batipuh Kabupaten Tanah Datar Sumatera Barat.2. WaktuPenelitian ini dilakukan pada semester Juli-Desember 2007 dan menganalisis data pada Desember 2007.

C. Variabel PenelitianMenurut Suharsimi Arikunto (1998:99) variabel penelitian adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian.Hal ini senada dengan pendapat Ibnu Hajar (1999:156) yang mengartikan variabel adalah objek pengamatan atau fenomena yang diteliti. Sedangkan menurut Sutrisno Hadi (1982:437) variabel adalah semua keadaan, faktor, kondisi, perlakuan, atau tindakan yang dapat mempengaruhi hasil eksperimen. Dalam suatu penelitian eksperimen, Sutrisno Hadi (1982:437) membedakan variabel menjadi dua yaitu (1) variabel eksperimen atau treatment variable yaitu kondisi yang hendak diselidiki bagaimana pengaruhnya terhadap gejala

Page 14: Bahan-bahan Skenario 4

atau behaviour variable, (2) variabel non eksperimental yaitu variabel yang dikontrol dalam arti baik untuk kelompok eksperimentalSedangkan Suharsimi Arikunto (1998:101) membedakan variabel menjadi dua yaitu variabel yang mempengaruhi disebut variabel penyebab, variabel bebas, atau independent variabel (X), dan variabel akibat yang disebut variabel tak bebas, variabel tergantung, variabel terikat, atau dependent variabel (Y).Berdasarkan pendapat diatas, dalam penelitian ini terdiri dari variabel eksperimental yang meliputi:1. Variabel bebas : Penggunaan metode speed reading2. Variabel terikat : Peningkatan kemampuan membaca siswaSedangkan variabel non-eksperimetal dalam penelitian ini meliputi usia, jenis kelamin, dan prestasi belajar.

D. Desain dan Paradigma Penelitian1. Desain PenelitianDesain penelitian menurut Mc Millan dalam Ibnu Hadjar (1999:102) adalah rencana dan struktur penyelidikan yang digunakan untuk memperoleh bukti-bukti empiris dalam menjawab pertanyaan penelitian.Dalam penelitian eksperimental, desain penelitian disebut desain eksperimental. Desain eksperimen dirancang sedemikian rupa guna meningkatkan validitas internal maupun eksternal.Suharsimi Arikunto (1998:85-88) mengkategorikan desain eksperimen murni menjadi 8 yaitu control group pre-test post test, random terhadap subjek, pasangan terhadap subjek, random pre test post test, random terhadap subjek dengan pre test kelompok kontrol post test kelompok eksperimen, tiga kelompok eksperimen dan kontrol, empat kelompok dengan 3 kelompok kontrol, dan desain waktu.Sutrisno Hadi (1982:441) mengkategorikan desain eksperimen menjadi enam yaitu simple randomaized, treatment by levels desaigns, treatments by subjects desaigns, random replications desaigns, factorial designs, dan groups within treatment designs. Sedangkan Ibnu Hadjar (1999:327) membedakan desain penelitian eksperimen murni menjadi dua yaitu pre test post test kelompok kontrol dan post tes kelompok kontrol.Dalam penelitian eksperimen murni, desain penelitian yang populer digunakan adalah sebagai berikut:a. Control Group Post test only design atau post tes kelompok kontrolDesain ini subjek ditempatkan secara random ke dalam kelompok-kelompok dan diekspose sebagai variabel independen diberi post test. Nilai-nilai post test kemudian dibandingkan untuk menentukan keefektifan tretment.Desain ini cocok untuk digunakan bila pre test tidak mungkin dilaksanakan atau pre test mempunyai kemungkinan untuk berpengaruh pada perlakuan eksperimen. Desain ini akan lebih cocok dalam eksperimen yang berkaitan dengan pembentukan sikap karena dalam eksperimen demikian akan berpengaruh pada perlakuan.

b. Pre test post test control group design atau pre tes post tes kelompok kontrolDesain ini melibatkan dua kelompok subjek, satu diberi perlakuan eksperimental (kelompok eksperimen) dan yang lain tidak diberi apa-apa (kelompok kontrol). Dari desain ini efek dari suatu perlakuan terhadap variabel dependen akan diuji dengan cara membandingkan keadaan variabel dependen pada kelompok eksperimen setelah dikenai perlakuan dengan kelompok kontrol yang tidak dikenai perlakuan.

Page 15: Bahan-bahan Skenario 4

c. Solomon four group designDesain ini menuntut penempatan subjek secara random kedalam empat kelompok. Pada kelompok 1 dan 2 diberi pre test dan post test dan hanya kelompok 1 dan 3 yang dikenai perlakuan eksperimen.Kelemahannya adalah memerlukan subjek dua kali lipat jumlah subjek untuk desain eksperimen.Dalam penelitian ini digunakan desain Pre Tes Post Test Control Group. Desain penelitian eksperimen yang digunakan adalah sebagai berikut:Kelompok Pre-test Perlakuan Poast-testKE K – 1 metode speed reading K –2KK K – 1 - K – 2

Keterangan :KE : Kelompok EksperimenKK : Kelompok KontrolK-1 : Pre TestK-2 : Post Test

2. Paradigma PenelitianKelinger (1993:484) mengartikan paradigma penelitian sebagai model relasi antara variabel-variabel dalam suatu kajian penelitian. Paradigma dalam penelitian ini digambarkan sebagai berikut:

a. Paradigma Kelompok Eksperimen

b. Paradigma Kelompok Kontrol

E. Populasi dan Sampel1. Populasi PenelitianPopulasi penelitian menurut Suharsimi (1998:115) adalah keseluruhan subjek penelitian. Sedangkan menurut Sutrisno Hadi (1984:70) populasi penelitian adalah seluruh individu yang akan dikenai sasaran generalisasi dan sampel-sampel yang akan diambil dalam suatu penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD Negeri 31 Malalo kecamatan Batipuh kabupaten Tanah Datar Sumatera Barat.3. Sampel PenelitianSampel penelitian menurut Suharsimi (1998:117) adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Dalam penelitian ini sampel diambil dengan menggunakan sampel random dengan sistem undian dengan maksud agar setiap kelas mempunyai kesempatan yang sama untuk menjadi sampel dalam penelitian. Adapun tekniknya dengan mengundi gulungan kertas sejumlah kelas yang didalamnya tertulis nomor kelas, sehingga didapatkan satu kelompok eksperimen dan satu kelompok kontrol.

F. Instrumen dan Metode Pengumpulan DataMetode pengumpulan data merupakan cara atau jalan yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data dalam penelitian. Metode pengumpulan data dalam penelitian menurut Suharsimi (1998:138) secara garis besar dibedakan menjadi dua yaitu tes dan non test.Dalam penelitian ini menggunakan angket dalam pengumpulan data. Angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari

Page 16: Bahan-bahan Skenario 4

responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui. Tujuan digunakan angket dalam penelitian ini adalah untuk mengungkap minat belajar siswa baik sebelum dikenai treatmen maupun sesudah dikenai tretmen.Menurut Ibnu Hadjar (1999:184-88) menggolongkan angket menjadi empat yaitu angket terbuka dan tertutup, skala, daftar cek, dan bentuk rangking. Sedangkan Suharsimi (1998:140-141) menggolongkan angket sebagai berikut:1. Berdasarkan cara menjawab dibedakan menjadi dua yaitu angket terbuka dan angket tertutup.2. Berdasarkan dari jawaban yang diberikan dibedakan menjadi dua yaitu angket langsung dan angket tidak langsung.3. Dipandang dari bentuknya dibedakan menjadi empat yaitu angket pilihan ganda, isian, check list, dan rating scale.

Berdasarkan macam-macam angket diatas, dalam penelitian ini menggunakan angket tertutup dengan jawaban pilihan ganda.Menurut Suharsimi (1998:141), kelebihan angket adalah sebagai berikut:1. Tidak memerlukan hadirnya peneliti2. dapat dibagikan secara serentak kepada banyak responden3. dapat dijawab oleh responden menurut kecepatan masing-masing, dan menurut waktu senggang responden.4. dapat dibuat anonim sehingga responden bebas jujur dan tidak malu-malu menjawab5. dapat dibuat terstandar sehingga semua responden dapat diberi pertanyaan yang benar-benar sama.

Selain memiliki kelebihan, Suharsimi (1998:142) juga mengemukakan kelemahan angket sebagai berikut:1. responden sering tidak teliti dalam menjawab sehingga ada pertanyaan yang terlewati tidak dijawab, adahal sukar diulang kembali kepadanya2. seringkali sukar dicari validitanya3. walaupun dibuat anonim, kadang responden dengan sengaja memberikan jawaban yang tidak betul atau tidak jujur.4. seringkali tidak kembali5. waktu pengembaliannya tidak bersama-sama, bahkan kadang-kadang ada yang terlalu lama sehingga terlambat.

Adapun tujuan penggunaan angket dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui minat belajar siswa baik sebelum dikenai perlakuan ataupun sesudah dikenai perlakuan. Kisi-kisi angket minat belajar adalah sebagai berikut:Variable Indikator Jumlah Itema. Perhatian a. Mempunyai perhatian untuk tahu terhadap bahan pelajaranb. Mempunyai perhatian untuk memahami materi pelajaranc. Mempunyai perhatian untuk menyelasaikan soal-soal pelajaran. 5

5

5b. Ketertarikan a. Ada ketertarikan untuk tahu terhadap bahan pelajaranb. Ada ketertarikan untuk menyelesaikan soal-soal pelajaran.c. Ada ketertarikan untuk memahami bahan pelajaran 5

Page 17: Bahan-bahan Skenario 4

5

5c.Rasa Senang a. Mengetahui bahan belajar dengan rasa senangb. Memahami bahan belajar dengan rasa senangc. Mampu menyelesaikan soal-soal dengan rasa senang. 555

Dalam penelitian ini peneliti juga menggunakan tiga teknik pengumpulan data lainnya, yaitu wawancara, observasi, dan studi dokumentasi dengan instrumen pengumpulan data adalah peneliti sendiri. Menurut Sudjana dan Ibrahim (1989:201) bahwa “teknik observasi partisipan dan wawancara spontan merupakan teknik yang paling utama dalam penelitian kualitatif. Wawancara dapat dilakukan secara spontan dengan observasi partisipan dan dapat pula secara sendiri”.1. ObservasiUntuk mengumpulkan data di lapangan peneliti melakukan observasi langsung. Menurut W. Gulo (2003:115) “observasi adalah metode pengumpulan data dimana peneliti mencatat informasi yang mereka saksikan selama penelitian, penyaksian terhadap peristiwa dengan melihat, mendengar dan merasakan yang kemudian dicatat secara seobjektif mungkin”. Pelaksanaan observasi peneliti dilakukan dengan tiga tahapan sebagaimana dikatakan Sanapiah faisal (1990:80), yaitu; (a) observasi deskriptif, observasi ini dilakukan pada tahap ekspolarasi umum, pada tingkat observasi ini , peneliti berusaha memperhatikan dan merekamsebanyak mungkin aspek/elemen situasi sosial yang diobservasi sehingga mendapat gambaran umum masih berkisar pada apa yang tengah berlangsung pada suatu situasi sosial, (b) observasi terfokus yaitu observasi yang dilakukan sebagai kelanjutan dari ibservasi deskriptif, pada tahap ini observasi lebih terfokus pada tahap-tahap detil atau rincian-rincian suatu domain, ini dilakukan terutama untuk kebutuhan analisis taksonomi, guna memperoleh data terinci pada domain-domain tertentu yang telah dipilih untuk analasis taksonomis, observasi ini yaitu suatu kegiatan observasi yang telah disempitkan fokusnya, akan tetapi lebih dicermati secara mendetail atau terinci, (c) observasi terseleksi, observasi ini dilakukan atau dikembangkan untuk mendapatkan data informasi yang diperlukan untuk analisis komponsial: suatu analisis dalam penelitian kualitatif yang arahnya menegenai kontras-kontras antar set kategori (warga suatu domain) dalam berbagai dimensi yang mungkin saling berbeda antar set kategori yang satu dengan set kategori yang lainnya.Pelaksanaan observasi tahap manapun dilakukan, serta jenis observasi apapun yang dipergunakan, penelitian kualitatif dituntut untuk banyak bertanya pada diri sendiri. Diwaktu yang bersamaan peneliti perlu menempatkan dirinya sebagai informan bagi dirinya. Kegiatan bertanya pada diri sendiri akan dapat mengarahkan kegiatan observasi, dan inilah slah satu makna posisi peneliti sebagai instrumen penelitian. Pada pelaksanaan observasi peneliti mengumpulkan informasi dengan menggunakan alat tulis seperti buku, pena dan alat audio (tape recorder) serta alat visual (camera photo).

2. WawancaraWawancara digunakan dalam rangka memperoleh informasi verbal secara langsung dari informan. Berdasarkan pendekatan yang digunakan dalam penelitian maka peneliti menetapkan bentuk wawancara yang digunakan adalah wawancara terbuka,

Page 18: Bahan-bahan Skenario 4

dengan tujuan agar responden yang diwawancarai dapat mengetahui tujuan dari wawancara tersebut.Penetapan bentuk wawancara ini dipertegas oleh Moleong (2002:137) yang menyatakan bahwa “dalam penelitian kualitatif sebaiknya digunakan wawancara terbuka yang para subyeknya tahu bahwa mereka sedang diwawancarai dan mengetahui pula apa maksud wawancara itu”. Selain wawancara terbuka dalam penelitian ini peneliti menetapkan bentuk wawancara terstruktur dimana peneliti menetapkan sendiri masalah dan aspek pertanyaan yang diajukan.

3. Studi DokumentasiPengumpulan data selain dengan observasi dan wawancara juga dapat dilakukan studi dokumentasi untuk mendapatkan informasi yang berkaitan administrasi, kondisi fisik, dan keadaan sosial dalam bentuk visual (data gambar). Data yang dikumpulkan dengan cara-cara ini adalah tentang guru, pelaksanaan, kondisi sosial pembelajaran pada kelas yang diajarkan.

G. Validitas dan ReliabilitasInstrumen yang baik harus memenuhi dua persyaratan penting yaitu valid dan reliable. Menurut Suharsimi (1998:160) validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi sedangkan instrumen yang kurang valid berarti memilili validitas rendah. Dalam penelitian ini untuk mengetahui validitas instrumen dengan menggunakan rumus korelasi Product Moment Pearson sebagai berikut:

dengan pengertianx : X- Xy : Y – YX : skor rata-rata dari XY : skor rata-rata dari YSedangkan di bagian lain Suharsimi (1998:170-171) menerangkan reliabilitas adalah instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpulan data karena instrumen itu sudah baik. Instrumen yang reliable berarti instrumen tersebut cukup baik sehingga mampu mengungkap data yang bias dipercaya. Dalam penelitian ini untuk mengukur reliabilitas instrumen digunakan rumus Spearman-Brown sebagai berikut:

dengan keterangan:r11 : reliabilitas instrumenr1/21/2 : rxy yang disebutkan sebagai indeks korelasi antara dua belahan instrumen

H. Analisis DataAnalisis data pada penelitian ini dengan menggunakan analisis statistuk parametik yaitu suatu metode yang dibutuhkan asumsi tentang distribusi populasi..

http://id.forums.wordpress.com/topic/peningkatan-kemampuan-membaca-cepat-dengan-menggunakan-metode-speed-reading

Page 19: Bahan-bahan Skenario 4

Ada beberapa tujuan dan manfaat membaca cepat (speed reading), yakni:

1.    Mengenali topic bacaan

2.    Mengetahui pendapat orang (opini)

3.    Mendapatkan bagian penting yang diperlukan

4.    Mengetahui organisasi penulisan

5.    Melakukan penyegaran atas yang perna dibaca

Albert dalam Harras (1997) mengemukakan tujuan utama membaca cepat

:

1.    Memperoleh kesan umum dari suatu buku, artikel, atau tulisan singkat

2.    Menemukan hal tertentu dari suatu bahan bacaan,

3.    Menemukan / menempatkan bahan yang diperlukan dalam perpustakaan.

Manfaat membaca cepat, diantaranyta adalah:

1.    Untuk mencari informasi secara cepat,

2.    Dapat menelusuri bahan bacaan dalam waktu singkat,

3.    Tidak banyak waktu yang terbuang.

Ada beberapa kebiasaan yang tidak efisien dapat menghambat kecepatan

membaca, diantaranya yaitu :

1.    Membaca dengan bersuara,

2.    Membaca kata, satu demi satu,

3.    Membaca dengan bibir bergerak,

4.    Melafalkan bacaan dalam hati,

5.    Membaca dengan kepala bergerak,

6.    Membaca secara linear,

7.    Lompatan-lompatan regresi,

8.    Menunjuk baris bacaan dengan jari.

Untuk meningkatkan kecepatan dan pmahaman membaca, hal yang perlu

dilakukan yaitu :

1.    Perjelas tujuan dan perhatikan sampul buku,

2.    Familiarisasi materi lalu buat predikasi,

3.    Lihat ulasan, endorsement dan perhatikan daftar isi,

4.    Simak glosarium dan baca pendahuluan,

5.    Scan sebelum membaca,

6.    Lalu gunakan teknik membaca cepat, diantaranya yaitu dengan :

Page 20: Bahan-bahan Skenario 4

a.    Fokuskan perhatian pada buku atau teks bacaan,

b.    Mulailah membaca setiap teks baris, tidak diawal baris, tapi dua /tiga kata

dari awal baris,

c.    Dengan cara sama, berhentilah membaca dua atau tiga kata dari akhir

baris,

d.    Percepatlah hingga sampai menyelesaikan empat atau lima detik

perhalaman.

Untuk melati diri dalam membaca cepat, hal yang perllu dilakukan adalah

dengan cara :

1.    Mata hanya butuh dua huruf ,

2.    Latilah mengenali kata untuk membaca cepat,

3.    Latilah mengenali frasa untuk membaca cepat,

4.    Membiasakan diri membaca satu kelompok kat,

5.    Melatih pergerakan mata dalam membaca cepat.

Cristine Nutal (1989), mencoba mengajukan rumus dalam membaca

cepat, yaitu :

x 60 = z kpm

Keterangan :

X: jumlah kata

Y: jumlah angka / 10 detik

Z: kecepatan membaca dalam 1 menit (kpm)

6: angka konstanta

Anda dikatakan membaca cepat apabila membaca dengan

kecepatan 500-1500 kpm, dan dikatakan sebagai pembaca lambat jika

kecepatannya 150-250 kpm.

Daftar Pustaka

Tarigan,Guntur 1994

Haruniko , Kindaichi ,dkk.1989 Nihongo

Daijen,Kodansha Tokyo.

http://kumpulantugaskita.blogspot.com/2012/07/membaca-cepat-speed-reading.html

Page 21: Bahan-bahan Skenario 4

MAKALAH PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA CEPAT MELALUI TEHNIK SQ3R PADA SISWA SMP NEGERI 3 COLOMADU KARANGANYAR

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada umumnya orang tak sadar dengan masalah membaca membacanya. Kebanyakan orang telah puas dengan kondisi kemampuan membacanya, baik dalam kecepatan maupun dalam tingkat pemahaman. Padahal, secara teoretis kecepatan dan pemahaman terhadap bacaan itu dapat ditingkatkan dua atau tiga kali lipat dari kecepatan dan pemahaman semula menurut (Nurhadi 2005: 17).

Dalam membaca cepat terkadang di dalamnya pemahaman yang cepat pula. Bahkan pemahaman inilah yang menjadi pangkal otak pembahasan, bukannya kecepatan. Akan tetapi, tidak berarti membaca lambat akan meningkatkan pemahaman. Bahkan orang biasa membaca lambat untuk mengerti suatu bacaan akan dapat mengambil manfaat yang besar dengan membaca cepat. Sebagaimana mengendarai mobil, seorang pembaca yang baik akan mengatur kecepatannya dan memilih jalan terbaik untuk mencapai tujuannya. Kecepatan membaca anda sangat tergantung pada bahan dan tujuan anda membaca anda harus sering dengan kecepatan anda memahami bahan bacaan tersebut (Soerdarso 2002).

Dalam membaca siswa masih ada yang membaca dengan menggunakan jari agar tidak ada kata yang terlewati maka di lakukan dengan bantuan jari atau pensil yang menunjukan kata demi kata. Karena cara demikian itu dipraktekkan terus-menerus dan tidak ada yang memberikan petunjuk lebih lanjut bahwa sebetulnya tidak perlu dilakukan apabila kita telah pandai membaca, akhirnya itu menjadi kebiasaaan dan dilakukan sampai dewasa. Cara membaca dengan menunjuk jari atau benda lain itu sangat menghambat membaca sebab gerakan tangan lebih lambat daripada gerakan mata.

Selain itu ada juga siswa dalam membaca masih ada yang menggerakkan kepalanya karena semasa kanak-kanak penglihatan kita memang masih sulit menguasai seluruh penampang bacaan. Akibatnya adalah bahwa kita menggerakkan kepala dari kiri ke kanan untuk padat membaca baris-baris bacaan secara lengkap. Setelah dewasa penglihatan kita telah mampu secara optimal sehingga seharusnya cukup mata saja yang bergerak, cara membaca seperti itu menghambat membaca sebab menggerakkan mata itu lebih cepat dan lebih mudah dilakukan daripada menggerkakkan kepala.

Menambahkan (Soedarso 2002) dalam membaca cepat supaya siswa menghindari hambatan fisik seperti membaca dengan bersuara sangat memperlambat membaca, karena itu berarti mengucapkan kata demi kata dengan lengkap. Menggumam, sekalipun dengan mulut mengantup dan suara tidak terdengar, jelas termasuk membaca dengan bersuara. Untuk mengetahui apakah kita mengucapkan kata-kata itu atau tidak, terletakkan tangan di leher sementara membaca. Bila getaran terasa di jakun (gulu menjing), itu berarti kita membaca

Page 22: Bahan-bahan Skenario 4

dengan bersuara. Sedangkan menggerakan bibir di saat membaca itu juga sama lambatnya dengan membaca bersuara. Kecepatan membaca suara ataupun dengan menggerakan bibir hanya seperempat dari kecepatan membaca secara diam.

Banyak orang menghadapi buku atau bacaannya dari awal sampai akhir dari membaca beranggapan bahwa dengan cara itu mereka pasti menguasai isi bacaan. Ternyata hal itu tidak benar. Untuk memahami suatu bacaan kita tidak cukup hanya membaca sekali saja, tetapi kita harus mengambil langkah-langkah yang strategis untuk menguasai bahan itu dan mengingatnya lebih lama. Jadi, usaha yang efektif untuk memahami dan mengingat lebih lama dapat dilakukan dengan cara: (1) mengorganisasikan bahan yang di baca dalam kaitan yang mudah dipahami dan (2) mengaitkan fakta yang satu dengan yang lain, atau dengan menghubungkan pengalaman atau konteks yang anda hadapi. Pemahaman atau komprehensip adalah kemampuan membaca untuk mengerti: ide pokok, detail yang penting, dan seluruh pengertian. Untuk pemahaman itu perlu: (1) menguasai perbendaharaan kata, (2) akrab dengan struktur dasar dalam penulisan (kalimat, paragraf, tata bahasa). Kemampuan tiap orang dalam memahami apa yang dibaca berbeda. Hal ini tergantung pada perbendaharaan kata yang dimiliki, minat, jangkauan mata, kecepatan interpretasi, latar belakang pengalaman sebelumnya, kemampuan intelektual, keakraban dengan ide yang dibaca, tujuan membaca, dan keluwesan mengatur kecepatan (Soedarso 2002:58)

Selain itu banyak siswa lebih cenderung memilih bacaan yang menarik daripada bacaan yang lebih banyak manfaatnya karena banyak siswa yang hobi membaca buku komik yang ceritanya itu sedikit manfaatnya daripada buku pelajaran. Padahal buku pelajaran adalah buku yang berisi ilmu-ilmu penting yang menambah pengetahuan kita. Sehingga sebagian siswa ada yang membaca buku lambat sebab buku yang dibaca tidak disukai. Oleh sebab itu selain membaca buku yang di sukai orang tua juga harus memperhatikan buku yang dibaca anak seperti buku-buku pelajaran agar siswa suka dan hobi membaca buku dengan cepat.

Siswa yang tidak mendapat bimbingan, latihan khusus membaca cepat, sering mudah lelah dlam membaca karena lamban dalam membaca, tidak ada gairah, merasa bosan tidak tahan membaca buku, dan terlalu lama untuk menyelesaikan buku yang tipis sekalipun. Orang pun cepat lelah karena kegiatan lebih bertumpu pada aktivitas otot.

Menurut (Soedarso 2002:14) sebagian karena tingkat kecerdasannya orang hanya mampu membaca 125 kpm (kata per menit). Pada umumnya, orang membaca jauh lebih lambat dari pada kemampuannya. Orang dewasa di Amerika yang belum pernah mendapat latihan khusus kecepatannya antara 200-500 kpm, beberapa orang sampai 325-350 kpm, dan beberapa orang yang terlalu lambat, yaitu 125-175 kpm. Orang dewasa Indonesia, seperti yang penulis catat berdasarkan kursus-kursus yang diadakan, keadaannya seperti di Amerika, yaitu 175-300 kpm. Akan tetapi, pada pertengahan kursus (minggu kedua), pada umumnya, dapat dinaikkan menjadi 350-500 kpm. Semua itu dengan pemahaman 70 persen. Bukti lain yang pernah ada ialah apa yang dilakukan (John A. Broyson dalam Nurhadi 2005:35) Ia melatih sejumlah 111 orang untuk ditingkatkan kecepatan membacanya. Pada awal latihan, kecepatan mereka pada mulanya berkisar antara 115-210 kata permenit, tetapi tiga bulan kemudian dengan latihan yang intensif, 52 orang mampu meningkatkan kecepatan membacanya menjadi 295-325 kata per menit (dua sampai tiga kali lipat)

Untuk mengukur kecepatan membaca kita menggunakan rumus kecepatan membaca yaitu jumlah kata yang dibaca di bagi jumlah detik untuk membaca dikalikan 60 = jumlah kpm (kata per menit) selain itu untuk menghitung jumlah kata dalam lima baris dahulu lalu bagi

Page 23: Bahan-bahan Skenario 4

lima. Hasilnya merupakan jumlah rata-rata per baris dari bacaan itu. Lalu hitung jumlah baris yang kita baca, dan kalikan dengan jumlah rata-rata tadi, hasilnya merupakan jumlah kata yang kita baca.

Dalam membaca cepat kita harus benar-benar menyadari dan mau membaca cepat dan agresif untuk menyelesaikan bahan bacaan dan memaksakan diri untuk menambah kecepatan membaca. (Soedarso 2002:84) mengungkapkan selain itu jurus membaca yang sangat ampuh untuk mengukur kecepatan kita dalam membaca dan sangat efektif memberikan hasil seperti itu yaitu dengan skimming dan scanning. Jika kita tidak membutuhkan fakta dan detailnya, maka lompati fakta detail itu dan pusatkan perhatian untuk cepat menguasai ide pokoknya. Cara membaca yang hanya untuk mendapatkan ide pokoknya ini disebut skimming, sedangkan kita perlu melompati lainnya dan langsung ke sasaran yang kita cari itu di sebut scanning. Selain itu kita membuat ringkasan, mengambil intisari suatu bab, bagian, atau paragraf, kita akan menguasai ide yang di kandungnya. Catatan tidak boleh terlalu panjang atau terlalu banyak karena akan sulit mengaturnya, tetapi secukupnya sehingga membantu pemahaman kita.

Di dalam bukunya (Soedarso 2002:59) sejak lima puluh terakhir para ahli psikologi pendidikan telah menyelidiki cara-cara membaca yang efisien dan mengemukakan beberapa sistem salah satu yang banyak dikenal dan dipraktekkan orang adalah SQ3R. Secara umum sistem-sistem yang di kemukakan orang ahli itu memakai pendekatan sama yang membuata kita aktif dan bertujuan dalam menghadapi bacaan. Teknik-teknik yang diberikan dimaksudkan untuk menemukan ide pokok dan detail penting yang mendukung ide pokok serta mengingatnya lebih lama. Sistem membaca SQ3R dikemukakan oleh (Francis P. Robinson 1941) merupakan proses membaca yang terdiri dari lim langkah : survey, question, read, recite, review (SQ3R).

Dengan membaca menggunakan teknik SQ3R kita akan mudah dan cepat menangkap ide-ide pokok bacaan dengan cara mensurvei buku bacaan. Sehingga pembaca mengerti apa isi maksud yang terkandung dalam bacaan tersebut. Selain itu pembaca juga akan cepat menangkap gagasan bacaan itu dengan detail. Pada saat kita membaca bagian-bagian yang penting usahakan supaya diperlambat dalam kita membacanya dan jangan sampai saat membaca bagian yang penting atau bagian yang dianggap kita susah kita tandai dengan garis bawahi karena itu akan mempengaruhi kita dalam membaca cepat.

Selain itu dalam membaca teknik SQ3R manfaat lainnya kita menghemat waktu dalam membaca buku dan yang paling penting adalah hafal isi bacaan itu oleh karena itu di dalam teknik membaca SQ3R yang terakhir usahakan untuk menelusuri kembali judul-judul dan sub judul dan bagian-bagian penting yang perlu diingat kembali. Karena selain membaca data ingat dan akan memperjelas pemahaman kita dalam membaca. Sebab (Soedarso 2002:64) daya ingat kita terbatas, sekalipun pada waktu membaca 85 persen kita menguasai isi bacaan. Kemampuan kit dalam 8 jam untuk mengingat detail yang penting tinggal 40 persen dan dalam tempo dua minggu pemahaman kita tinggal 20 persen.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah kita kemukakan di atas maka dapat di rumuskan permasalahan antara lain:

1. Bagaimana peningkatan kemampuan teknik membaca cepat dengan teknik SQ3R?

Page 24: Bahan-bahan Skenario 4

2. Bagaimana respon siswa terhadap penggunaan teknik SQ3R?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui peningkatan teknik membaca cepat dengan teknik SQ3R

2. Untuk mengetahui respon siswa terhadap penggunaan teknik SQ3R

D. Manfaat Penelitian

1. Untuk mengembangkan teknik pembelajaran siswa dalam membaca buku bacaan dengan cepat dan efektif dengan teknik SQ3R

2. Dapat menghemat waktu dalam membaca buku bacaan

3. Siswa dengan mudah menangkap ide-ide pokok

4. Siswa dapat melatih daya ingat

5. Siswa dapat meningkatkan dalam membaca cepat

6. Sebagai masukan bagi guru untuk mengembangkan teknik SQ3R dalam pembelajaran membaca cepat dan efektif

BAB II

KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN DAN KERANGKA BERFIKIR

A. Kajian Teori

1. Hakikat Membaca Cepat

a. Pengertian membaca

Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis (Hendry Guntur Tarigan 1979:7)

Sedangkan pengertian membaca cepat adalah

1. Muchishoh (1992:153) mengatakan membaca cepat yaitu jenis membaca yang diberikan dengan tujuan agar para siswa dalam waktu singkat dapat membaca secara lancar, serta dapat memahami isinya.

2. Soedarso, Speed Reading (Gramedia, cet.11,2004), mengatakan “Metode speed reading merupakan semacam untuk mengelola secara cepat proses penerimaan informasi”.

3. Membaca cepat adalah bagaimana kita dapat membaca dengan pemahaman yang lebih baik dalam waktu lebih cepat serta mengingatnya dengan baik pula. Bersamaan dengan hal tersebut di atas Supriyadi (1995:127)

Page 25: Bahan-bahan Skenario 4

Dari ketiga pengertian membaca cepat di atas dapat disimpulkan bahwa membaca cepat adalah jenis membaca yang mengutamakan kecepatan, dengan tidak meninggalkan pemahaman terhadap aspek bacaan.

b. Faktor-faktor Menghambat Membaca Cepat

Banyak faktor-faktor yang menghambat kita saat membaca buku. Selanjutnya hal-hal sangat mempengaruhi dalam membaca cepat di tuliskan di bawah ini.

1.) Vokalisasi

Voalisasi atau membaca dengan bersuara sangat memperlambat membaca, karena itu berarti mengucapkan kata demi kata dengan lengkap. Menggumam, sekalipun dengan mulut terkatup dan suara tidak terdengar, jelas termasuk membaca dengan bersuara

Untuk mengetahui apakah kita menguc apkan kata-kata itu atau tidak, letakkan tangan di leher sementara membaca. Bila getaran terasa di jakun (gulu menjing), itu berarti anda membaca dengan bersuara.

2.) Gerakan bibir

Orang dewasa ada yang meneruskan kebiasaan di waktu kecil, yaitu mengucapkan kata demi kata apa yang dibaca dengan menggerakkan bibir atau komat-kamit sewaktu membaca, sekalipun tidak mengeluarkan suara, sama lambatnya dengan membaca bersuara. Kecepatan membaca bersuara ataupun dengan gerakan bibir hanya seperempat dari kecepatan membaca secara diam. Dengan menggerakkan bibir kita lebih sering regresi (kembali ke belakang) sebab ketika mata dapat dengan cepat bergerak maju, suara kita masih di belakang.

3.) Gerakan kepala

Semasa kanak-kanak penglihatan kita memang masih sulit menguasai seluruh penampang bacaan. Akibatnya adalah bahwa kita menggerakkan kepala dari kiri ke kanan untu dapat membaca baris-baris bacaan secara lengkap. Setelah dewasa pengliatan kita telah mampu secara optimal sehungga seharusnya cukup mata saja yang bergerak.

4.) Menunjuk dengan tangan

Semasa baru belajar membaca kita harus mengucapkan kata demi kata apa yang kita baca. Untuk menjaga agar tidak ada kata yang terlewati maka dilakukan dengan bantuan jari atau pensil yang menunjuk kata demi kata. Karena cara demikian itu dipraktekkan terus menerus dan tidak ada yang memberikan petunjuk lebih lanjut bahwa sebetulnya tidak perlu lagi dilakukan apabila kita telah pandai membaca, akhirnya era itu menjadi kebiasaan dan dilakukan sampai dewasa.

5.) Regresi

Dalam membaca, mata mestinya bergerak kekanan untuk menangkap kata-kata yang terletak berikutnya. Akan tetapi,sering mata bergerak kembali ke belakang untuk membaca ulang suatu kata atau beberapa kata sebelumnya. Kebiasaan selalu kembali (regresi) ke belakang

Page 26: Bahan-bahan Skenario 4

untuk melihat kata atu bebrapa kata yang baru di baca itu menjadi hambatan yang serius dalam membaca.

6.) Subvokalisasi

Subvokalisasi atau melafalkan dalam batin/pikiran kata-kata yang di baca juga dilakukan oleh pembaca yang kecepatannya telah tinggi. Subvokalisasi juga menghambat karena kita menjadi lebih memperhatikan bagaimana melafalkan secara benar dari pada berusaha memahami ide yang di andung dalam kata-kata yang di baca.

Dengan menghilangkan sama sekali cara membaca dengan melafalkan dalam batin apa yang kita baca memang tidak mungkin, tetapi masih dapat di usahakan dengan cara melebarkan jangkauan mata sehingga satu fiksasi (pandangan mata) dapat menangkap beberapa kata sekaligus dan langsung menyerap idenya daripada melafalkannya. Kita harus sadar bahwa yang penting dalam membaca adalah menangkap ide, bukan mengingat-ingat atau menekuni simbol-simbol yang tercetak didalamnya (Soedarso 2002:5)

c. Macam-Macam Membaca Cepat

1.) Membaca secara skimming atau scanning (Kecepatan lebih 1.000 kpm)

Di gunakan untuk :

a. mengenal bahan yang akan dibaca;

b. mencarari jawaban atas pertanyaan tersebut;

c. mendapat struktur dan organisasi bacaan serta menemukan gagasan umum di bacaan itu.

2.) Membaca dengan kecepatan tinggi (500-800 kpm)

Di gunakan untuk:

a. membaca bahan-baham yang mudah dan telah di kenali;

b. membaca novel ringan untyki mengikuti jalan ceritanya.

3.) Membaca secara cepat (350-500)

Digunakan untuk:

a. membaca bacaan yang mudah dalam bentuk deskriptif dan bahan-bahan nonfiksi lain yang bersifat informatif;

b. membaca fiksi yang agak sulit untuk menikmati keindahan sastranya dan mengantisipasi akhir cerita.

4.) Membaca dengan kecepatan rata-rata (250-350 kmp)

Di gunakan untuk:

Page 27: Bahan-bahan Skenario 4

a. membaca fiksi yang kompleks untyk analisis watak serta jalan ceritanya;

b. membaca nonfiksi yang agak sulit, untuk mendapatkan detail, mencari hubungan, ataun membuat evaluasi ide penulis.

5.) membaca lambat (100-125 kpm)

Di gunakan untuk:

a. mempelajari bahan-bahan yang sulit dan untuk menguasai isinya;

b. menguasai baham-bahan ilmiah yang sulit dan bersifat tehnik;

c. membaca analisis bahan-bahan yang bernilai sastra klasik;

d. memecahkan persoalan yang di tunjuk dengan bacaan yang bersifat intruksional (pedoman) dalam (Soedarso 2002:18)

d. Cara Membaca Cepat

1.) Melihat dengan Otak

Kegiatan membaca di lakukan bersama-sama oleh maya dan otak. Mata melihat dan otak menginterpretasikan saat itu juga sehingga “apa yang anda lihat, itulah yang anda dapat”. Otak menyerap apa yang dilihat oleh amata. Oleh karena itu, melihat adalah mengerti.

2.) Gerakan Mata dalam Membaca

Gerakan mata tergantung pada jarak denda yang dilihat. Apabila kita melihat jauh mengikuti benda yang bergerak di lapangan pandang yang luas, mata bergerak halus dan rasa seperti kalu kita melihat gambar atau membaca: gerakan mata cepat, tersentak-sentak dalam irama tarikan-tarikan kecil, seperti melompat-lompat.

3.) Melebarkan Jangkauan Mata

Pada saat mata berhenti, jangkauan mata kita dapat menangkap beberapa kata sekaligus. Kata-kata dalam jangkauan mata itu dapat di kenali sekalipun pembaca tidak memfokuskannya pada setiap kata itu.

4.) Transisi Fiksasi ke Fiksasi

Bacalah sebuah buku saku dengan cepat, menurut irama, dan perlebar jangkauan mata: dalam satu baris tiga fiksasi. Perpendek waktu transisi fiksasi ke fiksasi. Cobalah satu fisasi dengan sekali pandang, lalu bergerak ke fiksasi berikutnya.

5.) Gerakan Otot Mata dan Latihan

Gerakan mata di kendalikan oleh otot kecil yang kuat. Otot-otot ini bersama-sama menarik mata dalam rangkaian tarikan-tarikan kecil tatkal kita menelusuri baris0baris tulisan. Karena itu, apabila otot-otot mata terasa penat, kita lalu mengeluh, “mata capek”.

Page 28: Bahan-bahan Skenario 4

Untuk mendobrak kebiasaan gerakan mata yang sudah mendarah daging itu diperlukan latihan yang terencana dan intensif yang memberian kesempatan otot-otot mata melakukan semacam “senam”.

6.) Meningkatkan Konsentrasi

Apabila perhatian kita fokuskan pada bahan yang kita baca maa gagasan dan gambaran tentang isi bacaan akan nampak jelas dan mudah kita pahami. Untuk meningkatkan daya konsentrasi ada dua kegiatan penting, yaitu:

a.) menghilangkan atau menjauhi hal-hal yang menyebabkan pikiran menjadi

kusut

b.) memusatkan perhatian secara sunggug-sungguh dalam (Soedarso 2002:50)

e. Membaca SQ3R

Pengertian membaca SQ3R adalah membaca yang efektif dan efisisen untuk memahami dan mengingat lebih lama.

Membaca dengan metode SQ3R sangat baik untuk kepentingan membaca secara intensif dan rasional. Metode pembacaan studi ini dianjurkan oleh seorang guru besar psikologi dari Ohio State University, yaitu Prof, Francis P. Robinson dalam (A. Widyamartaya 1992:60).

Sistem mambaca SQ3rsingkatan dari: Survey, Question, Read, Recite, Review.

SQ3R merupakan proses membaca yang terdiri dari lima langkah, yaitu:

1.) Survey atau menyelidiki

Dalam langkah ini kita memeriksa halaman-halaman bab yang akan dipelajari. Semua itu bertujuan untuk memperoleh kesan atau gagasan umum tentang isinya. Penyelidikan ini kita lakukan dengan membaca sekilas (skimming).

2.) Question atau menanyakan

Dalam langkah kedua ini kita mengajukan pertanyaan-pertanyaan sebelum mulai membaca seluruh bab. Pertanyaan-pertanyaan itu akan membangkitkan keingintahuan kita, akan membantu kita untuk membaca dengan tujuan, mencari jawaban-jawaban yang penting (relevan), dan akhirnya akan meningkatkan pemahaman dan mempercepat penguasaan seluruh bab ini.

3.) Read atau memabaca

Dalam langkah ketiga ini kita membaca untuk mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan kita. Kita dapat membaca cepat sekarang karena kita tahu apa yang kita cari dan dimana mencari jawaban-jawabannya. Kita akan dapat lebih cepat apabila kita telah melaksanakan langakah pertama dan kedua di atas.

Page 29: Bahan-bahan Skenario 4

4.) Recite atau mendaras

Dalam langkah keempat ini kita berusaha untuk memperkokoh perolehan kita dalam membaca. Di sini apa yang telah kita peroleh kita hubungkan dengan informasi yang kita peroleh sebelumnya dan kita bersiap diri untuk pembacaan selanjutnya. Pendarasan ini akan lebih lagi apabila di dukung dengan pembuatan catatan pada lembar catatan.

5.) Review atau mengulangi

Setiap tiap paragraf atau bagian dalam bab yang kita pelajari selesai kita baca menurut langkah ketiga dan keempat., kita ulangi kembali dan kita ingat-ingat kembali segenap isi ringkasan dan penting dari seluruh bab tersebut. Dengan langkah kelima ini, kita berusaha untuk memperoleh penguasaan bulat, menyeluruh, dan kokoh atas bahan dalam (A. Widyamartaya 1992:61).

f. Tujuan Membaca SQ3R:

1.) Menemukan ide pokok

Ide pokok dapat ditemukan di semua bagian buku. Buku secara keseluruhan mempunyai ide pokok yang umum, kemudian tiap bab mempunyai ide pokok yang agak spesifik.

2.) Mengetahui Ide Pokok Paragraf

Dalam suatu paragraf ada kalimat pokok atau kalimat kunci. Kalimat itu mengandung ide pokok paragraf. Kalimat lainnya adalah kalimat pendukung, yang mengurai, menjelaskan, melukiskan, menjabarkan, atau menyajikan contoh-contoh ide pokok.

3.) Mengenali Detail Penting

Untuk menentukan apakah detail itu penting atau tidak, hendaklah anak dapat bertanya: apakah detail tersebut merupakan contoh, penjelasan,dan pembuktian yang paling bagus terhadap ide pokok? Salah satu cara mengenali detail penulisan adalah dengan mencari petunjuk yang digunakan oleh penulis untuk membantu pembaca, baik berupa visual maupun kata-kata penuntun. Kata-kata visual itu misalnya:

a. Ditulis miring

b. Digaris bawahi

c. Dicetak tebal

d. Dibubuhi angka-angka, dan

e. Ditulis dengan menggunakan huruf-huruf: a, b, dan c.

4.) Mengingatkan lebih lama

Untuk mengingat bacaan lebih lama kita saat membaca usahakan memahami artinya. Untuk mengerti apa yang kita baca, tergantung pada mengapa dan bagaimana kita membaca. Jika

Page 30: Bahan-bahan Skenario 4

kita menemui sesuatu yang menyenangkan dan membaca apa yang kita perlukan, kita akan mengingatnya dalam (Soedarso 2002:75)

B. Penelitian Yang Relevan

1. Sutarman (2007:1) melakukan penelitian yang berjudul “Hubungan Penguasaan Diksi Membaca dengan Kemampuan Membaca Pemahaman”. Tesis, Program Studi Bahasa Indonesia, Program Pascasarjana Universitas sebelas Maret Surakarta dan menyimpulkan bahwa penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) Hubungan antara penguasaan diksi dan kemampuan membaca pemahaman; (2) Hubungan antara antara minat membaca dan kemampuan membaca pemahaman; (3) Hubungan antara penguasaan diksi dan minat membaca secara bersama-sama dengan kemampuan membaca pemahaman. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey dengan teknik korelasi. Persamaan dengan peneliti adalah sama-sama membaca sedangkan perbedaannya adalah membaca dengan kemampuan membaca pemahaman, hubungan penguasaan diksi dan minat membaca.

2. Ernalis (2004:1-3) melakukan penelitian berjudul “Pengembangan Pembelajaran Membaca dan Menulis Permulaan dengan Menggunakan Metode SAS di kelas I Sekolah Dasar” (Penelitian Tindakan Kelas di Sekolah Dasar Negeri Percobaan Kecamatan Cileunyi kabupaten Bandung) menyimpulkan bahwa penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) hubungan antara pengembangan pembelajaran membaca dan menggunakan metode SAS; (2) hubungan antara menulis permulaan dan menggunakan metode SAS; (3) hubungan antara pengembangan pembelajaran membaca dan menulis permulaan secara bersama-sama dengan metode SAS di Kelas I Sekolah Dasar. Persamaan dengan peneliti adalah sama-sama pengembangan pembelajaran membaca sedangkan perbedaan dengan penelitian ini adalah metode pengajaran yang di pakai dengan pembelajaran asistensi di Sekolah menengan Pertama (SMP) dengan model pembelajaran membaca saja.

3. Khaerudin Kurniawan (2001:1-3) melakukan penelitian berjudul “Metode Pembelajaran Membaca Permulaan melalui Peningkatan Kesadaran Fonologis dengan lagu dan puisi” dan menyimpulkan bahwa penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) Hubungan Model pembelajaran membaca permulaan melalui peningkatan kesadaran fonologis dengan lagu dan puisi terbukti efektivitas untuk mengembangkan kesadaran fonologis; (2) Hubungan antara kesadaran fonologis tidak muncul pada siswa yang menggunakan pembelajaran membaca permulaan secara konvensional dan (3) Hubungan antara kesadaran fonologis pada kelompok yang di beri perlakuan melalui model pembelajaran membaca permulaan melalui peningkatan kesadaran fonologis dengan lagu dan puisi.

4. Sugiarto (2007:12) melakukan penelitian berjudul “Upaya Peningkatan Prestasi Belajar Membaca melalui Penerapan Metode Tutor Sebaya” (suatu penelitian tindakan kelas pada siswa kelas III Sekolah Dasar Negeri 3 Lajer kabupaten Grobogan). Menyimpulkan belajar dan metode tutor sebaya; (2) Hubungan antara Peningkatan prestasi belajar membaca dan pembelajaran Bahasa Indonesia dan; (3) Hubungan antara penerapan metode tutor sebaya dan pembelajaran Bahasa Indonesia. Kesimpulan bahwa penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran dengan metode tutor sebaya memberikan perubahan suasana pembelajaran di dalam kelas menjadi lebih kondusif dan siswa menjadi gemar membaca. Persamaan kalau peneliti adalah sama-sama membaca sedangkan pebedaan pada peneliti adalah upaya peningkatan prestasi belajar membaca dan metode tutor sebaya.

C. Kerangka Berfikir

Page 31: Bahan-bahan Skenario 4

Membaca cepat merupakan suatu jenis membaca yang diberikan dengan tujuan agar para siswa dalam waktu singkat dapat membaca secara lancar, serta dapat memahami isinya. Selain itu, membaca cepat biasanya di gunakan untuk mengelola secara cepat proses penerimaan informasi. Hambatan-hambatan dalam membaca cepat tersebut sering kita temui saat kita membaca buku. Membaca buku atau novel yang jumlah halamannya sangat banyak dan tebal. Faktor-faktor membaca cepat dimungkinkan dapat ditemukan dalam saat membaca buku yang jumlah halamnnya banyak atau membaca novel yang tebal.

Membaca cepat berarti membaca buku dengan cara cepat dan dengan waktu yang singkat. Selain itu, membaca cepat dengan cara scanning yaitu membaca dengan tehnik melompat (skipping) untuk langsung ke sasaran yang kita cari. Dengan kata lain, cara membaca cepat adalah membaca dengan upaya kita cepat menyelesaikan bacaan dengan waktu yang singkat.

Membaca dengan teknik SQ3R ini, sebelum membaca terlebih dahulu kita survei bacaan untuk mendapatkan gagasan umum apa yang akan kita baca. Lalu dengan mengajukan berbagai pertanyaan pada diri sendiri yang jawabannya kita harapkan terdapat dalam bacaan tersebut kita akan lebih mudah memahami bacaan. Dan, selanjutnya dengan mencoba mengutarakan dengan kata-kata sendiri pokok-pokok pentingnya, kita akan menguasai dan mengingatnya lebih lama. Dengan demikian membaca cepat dengan teknik SQ3R akan membantu kita dalam membaca cepat sehingga kita dengan cepat membaca dalam waktu yang singkat dan kita mengetahui pokok-pokok penting di dalam bacaan tersebut dengan mengingatnya lebih lama.

Berikut penu penulis sajikan kerangka berfikir penelitian yang berjudul “Peningkatan Kemampuan Membaca Cepat melalui teknik SQ3R Pada Siswa SMP Negeri Colomadu Karanganyar”.

Sistem membaca SQ3R                                  

  

        

 

 

 

 

 Survey

 Question

 Read

 Recite

 Review

BAB III

Page 32: Bahan-bahan Skenario 4

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan Penelitian tindakan yang di laksanakan dalam kegiatan belajar mengajar di kelas, sehingga penelitian ini termasuk bentuk penelitian tindakan kelas. Adapun pelaksanaanya berbentuk kolaborasi antara pengamat dan peneliti sebagai pelaku tindakan. Penelitian tindakan kelas menekankan kepada kegiatan dengan mengujicobakan suatu ide ke dalam situasi nyata dalam kelas, yang diharapkan kegiatan ini mampu memperbaiki dan meningkatkan kualitas proses belajar mengajar (Susilo 2007:10)

A. Jenis Penelitian

1. Penelitian Kualitatif

Istilah penelitian kualitatif pada umumnya bersumber pada pengamatan kualitatif yang dipertentangkan dengan pengamatan kualitatif. Penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial secara fundamental bergantung dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan dalam peristilahannya menurut Kirk dan Miller (1986:9). Mendefinisikan “ Metodologi kualitatif” sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat di amati menurut Bogdan dan Taylor (1975:5)

2. Penelitian Kuantitatif

Pengamatan kuantitatif melibatkan pengukuran tingkatan suatu ciri tertentu. Untuk itu pengamat mulai mencatat atau menghitung mulai dari satu, dua, tiga, dan seterusnya. Dengan kata lain, penelitian kuantitatif melibatkan diri pada “Perhitungan atau jumlah” atau “Angka” atau “Kuantitas”. Atas dasar pertimbangan itulah maka kemudian penelitian kualitatif tampaknya di artikan sebagai penelitian yang tidak mengadakan perhitungan. Perbedaan antara penelitian kualitatif dan penelitian kuantitatif telah banyak di temukan oleh para ahli. Menurut Guba dan Lincoln (1981:62-82). Untuk penelitian kuantitatif digunakan scientific paradigm (paradigma ilmiah, penulis), sedangkan penelitian kualitatif dinamakan naturalistic inquiry atau inkuiri alamiah.

B. Obyek dan Subyek Penelitian

Obyek penelitian ini adalah “Peningkatan membaca cepat dengan membaca SQ3R”. Sedangkan subyek penelitian adalah peneliti sendiri yaitu

( Rofik Almuqontirin, dan sekelompok peneliti lainnya), guru bahasa Indonesia yaitu (Bu Rominah S.Pd) dan siswa kelas VII SMP negeri 3 Colomadu Karanganyar yang berjumlah (40) siswa.

C. Data dan Sumber Data

Data penelitian berasal dari hasil membaca cepat dengan SQ3R di kelas, buku bahasa Indonesia, sedangkan Sumber data penelitian ini berasal dari hasil kegiatan pembelajaran Bahasa Indonesia siswa di kelas VII B

D. Teknik dan Alat Pengumpulan Data

Page 33: Bahan-bahan Skenario 4

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan. Dalam teknik pengumpulan data ada beberapa cara yang dapat digunakan diantaranya yaitu:

a. Pengamatan (observasi)

b. Wawancara (intervew)

c. Dokumentasi

d. Triangulasi/ gabungan

Dari keempat cara pengumpulan data tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Pengumpulan Data dengan Pengamatan (observasi)

Pengertian Pengamatan (observasi)

Menurut Nasution (1988) menanyakan bahwa observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan karena para peneliti karena para peneliti hanya dapat bekerja atau meneliti berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi. Observasi (pengalaman langsung) oleh peneliti tentang aktivitas dan sikap siswa pada saat proses pembelajaran.

2. Pengumpulan Data Dengan Wawancara (interview)

Wawancara adalah pertemuan antara dua orang atau lebih untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menentukan permasalahan yang harus diteliti, tetapi apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam. Teknik pengumpulan data ini mendasarkan diri pada laporan tentang diri sendiri, atau setidaknya pada pengetahuan dan keyakinan pribadi. Jadi dengan wawancara peneliti akan mengetahui hal-hal yang mendalam tentang partisipasi dalam menginterpretasikan situasi dan fenomena yang terjadi, dimana hal ini tidak bisa ditemukan melalui obeservasi. (Susan Stainback.1988).

3. Pengumpulan Data Dengan Dokumen

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observsi dan wawancara dalam penelitian kualitatif. Hasil penelitian dari observasi atau wawancara, akan lebih kredibel atau dapat dipercaya kalau didukung oelh sejarah pribadi kehidupan di masa kecil, di sekolah, di tempat kerja, di masyarakat, dan autobiografi. Tetapi perlu dicermati bahwa tidak semua dari dokumen memiliki kredibilitas yang tinggi.

4. Pengumpulan Data Dengan Triangulasi/gabungan

Page 34: Bahan-bahan Skenario 4

Dalam teknik pengumpulan data, Triangulasi/gabungan diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Bila peneliti melakukan pengumpulan data dengan triangulasi, maka sebenarnya peneliti mengumpulkan data yang sekaligus menguji kredibilitas atau kebenaran dari data itu, yaitu mengecek kebenaran data dengan berbagai teknik pengumpulan data dan berbagai sumber data.

E. Tehnik Validasi Data

Validasi membuktikan bahwa apa yang diamati oleh peneliti sesuai dengan apa yang sesungguhnya ada dalam dunia kenyataan, dan apakah penjelasan yang di berikan tentang dunia masih sesuai dengan sebenarnya ada atau terjadi (Nasution 1992:105). Dalam teknik validasi data penelitian menggunakan dengan cara trianggulasi. Trianggulasi dikalukan dengan cara trianggulasi teknik, sumber data dan waktu. Trianggulasi tehnik dilakukan dengan cara yang berbeda, yaitu wawancara, observasi dan dokumentasi. Trianggulasi sumber, dilakukan dengan menanyakan hal sumber datanya adalah Kepala Dinas pendidikan, kepala sekolah, guru, siswa dan masyarakat. Trianggulasi waktu artinya pengumpulan data dilakukan pada berbagai kesempatan pagi, siang, sore hari. Dengan trianggulasi dalam pengumpulan data tersebut maka dapat diketahui apakah narasumber memberikan data yang sama atau tidak. Kalau narasumber memberi data yang berbeda, maka berarti datanya belum kredibel.

F. Tehnik Analisis Data

Analisis adalah proses penyusunan data agar dapa ditafsirkan. Menyusun data berati menggolongkannya dalam pola, tema atau kategori. Tanpa kategorisasi atau klasifikasi data akan menjadi chaos. Tafsiran atau interpretasi artinya memberikan makna kepada analisis, menjelaskan pola atau kategori, mencari hubungan antara berbagai konsep (Nasution, 1992:126). Dalam penelitian kualitatif, teknik analisis data yang digunakan sudah jelas, yaitu diarahkan untuk menjawab rumusan masalah atau menguji hipotesis. Dalam penelitian kualitatif, data diperoleh dari berbagai sumber. Dengan pengamatan yang terus menerus mengakibatkan variasi data tinggi sekali. Data yang diperoleh biasanya data kualitatif sehingga teknik analisis data yang digunakan belum ada pola yang jelas. Oleh karena itu sering mengalami kesulitan dalam melakukan analisis. Berdasarkan hal tersebut dapat dikemukakan disini bahwa analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh daro hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data kedalam kategori menjabarkan kendalam unit-unit, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting danyang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain. Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama dilapangan, dan setelah selesai di lapangan. Dalam hal ini, Nasution (1988), menyatakan bahwa analisis telah dimulai sejak merumuskan dan menjelaskan masalah, sebelum terjun ke lapangan, saat berlangsung terus sampai penulisan hasil penelitian. Namun dalam penelitian kualitatif, analisis data lebih difokuskan selama proses di lapangan bersamaan dengan pengumpulan data.

G. Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

Page 35: Bahan-bahan Skenario 4

A. Latar Belakang Masalah

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan Penelitian

D. Manfaat Penelitian

BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, DAN

KERANGKA BERFIKIR

A. Kajian Teori

1. Hakikat Membaca Cepat

a. Pengertian membaca cepat

b. Faktor-faktor Menghambat Membaca cepat

c. Macam-macam Membaca Cepat

d. Cara Membaca cepat

e. Membaca SQ3R

f. Tujuan Membaca SQ3R

B. Penelitian yang Relevan

C. Kerangka Berfikir

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

1. Penelitian Kualitatif

2. Penelitian Kuantitatif

B. Obyek dan Subyek Penelitian

C. Data dan sumber data

D. Teknik dan Alat Pengumpulan data

E. Teknik Validasi Data

F. Teknik Analisis Data

Page 36: Bahan-bahan Skenario 4

G. Sistematika penulisan

DAFTAR PUSTAKA

Nurhadi. 2005. Membaca Cepat dan Efektif. Bandung: Sinar baru Algensindo.

Soedarso. 2002. Speed Reading Sistem Membaca Cepat dan Efektif. Jakarta:PT. Gramedia Pustaka Utama.

Dr. Moleong, Lexy J. 1990. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.

Men Subama, M. dkk, 2005. Dasar-dasar Penelitian Ilmiah. Bandung: Pustaka Setia.

Menu Sogiyono. 2007. Memahami penelitian kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Kurniawan, khaerudin (Umi Almini, 2008:106). “ Model Pembelajaran membaca Permulaan melalui Peningkatan Kesadaran Fonologis dengan Lagu dan Puisi”. Http:// WWW.Depdiknas.go.id (diakses:27/09/2007)

Sutarman (Umi Almini, 2008:107). “ Pengembangan Pembelajaran Membaca dengan Kemampuan Membaca Pemahaman”. Tesis, Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Ernalis (Umi Almini, 2008:105). “Pengembangan Pembelajaran Membaca dan Menulis Permulaan dengan Menggunakan Metode SAS dikelas 1 Sekolah Dasar”. Penelitian Tindakan Kelas di Sekolah Dasar Negeri Percobaan Kecamatan Cileunyi Kabupaten Bandung.

Sugiarto (Umi Almini, 2008:108). “Upaya Peningkatan Prestasi Belajar membaca melalui Penerapan Metode Tutor Sebaya”. (Suatu Penelitian Tindakan pada Siswa Kelas III Sekolah Dasar Negeri 3 Kabupaten Grobogan). Klaten: Universitas Widya Dharma Klaten.

http://almuqontirin.blogspot.com/2013/04/makalah-peningkatan-kemampuan-membaca.html