jambu air.docx
TRANSCRIPT
Jambu airDari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Belum Diperiksa
?Jambu Air
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Plantae
Divisi: Magnoliophyta
Kelas: Magnoliopsida
Ordo: Myrtales
Famili: Myrtaceae
Genus: Syzygium
Spesies: S. aqueum
Nama binomial
Syzygium aqueum
(Burm.f.) Alston, 1929
Sinonim
Eugenia javanica Lamk., 1789 (part)
Eugenia mindanaensis C.B.
Robinson, 1909
Jambu air adalah tumbuhan dalam suku jambu-jambuan atau Myrtaceae yang berasal dari Asia Tenggara.
Jambu air sebetulnya berbeda dengan jambu semarang (Syzygium samarangense), kerabat dekatnya
yang memiliki pohon dan buah hampir serupa. Beberapa kultivarnya bahkan sukar dibedakan, sehingga
kedua-duanya kerap dinamai dengan nama umum jambu air atau jambu saja.
Nama-nama lainnya adalah jambu ayer mawar (Malaysia), jambu aie (Min.), jambu cai(Sd.), jambu
wer (Jw.), jhambhu wir (Md.), nyambu er (Bl.), kumpas, kumpasa, kombas, kembes (bahasa-bahasa
di Sulut), jambu jene, jambu salo (Sulsel), jambu waelo, kuputol waelo, lutune waele, kopo olo (aneka
bahasa di Seram dan sekitarnya), dan lain-lain.[1] Juga jambu kancing (Ind.), untuk kultivar yang buahnya
kecil-kecil. [2]
Di negara-negara lain, jambu ini dikenal sebagai machom phupa atau chomphu pa(Thai), tambis (Fil.), bell
fruit, water apple (Ingg.) dan lain-lain. [3]
Daftar isi
[sembunyikan]
1 Pemerian botanis
2 Kegunaan
3 Asal usul dan penyebaran
4 Lihat pula
5 Rujukan
6 Pranala luar
[sunting]Pemerian botanis
Umumnya bagian-bagian tumbuhan jambu air berukuran lebih kecil dan kurang berbau aromatis apabila
dibandingkan dengan jambu semarang. Perhatikan uraian bagian-bagian yang ditulis miring, terutama
bunga dan buahnya.
Jambu air umumnya berupa perdu, dengan tinggi 3-10 m. Sering dengan batangbengkak-bengkok dan
bercabang mulai dari pangkal pohon, kadang-kadang gemangnya mencapai 50 cm.
Daun tunggal terletak berhadapan, bertangkai 0,5-1,5 cm. Helaian daun berbentuk jantung jorong sampai
bundar telur terbalik lonjong, 7-25 x 2,5-16 cm, tidak atau sedikit berbau aromatis apabila diremas.
Karangan bunga dalam malai di ujung ranting (terminal) atau muncul di ketiak daun yang telah gugur
(aksial), berisi 3-7 kuntum. Bunga kuning keputihan, dengan tabung kelopak lk. 1 cm panjangnya; daun
mahkota bundar sampai menyegitiga, 5-7 mm; benang sari antara 0,75-2 cm dan tangkai putik yang
mencapai 17 mm.
Buah bertipe buah buni, berbentuk gasing dengan pangkal kecil dan ujung yang sangat melebar (sering
dengan lekukan sisi yang memisahkan antara bagian pangkal dengan ujung); 1,5-2 x 2,5-3,5 cm;
bermahkota kelopak yang berdaging dan melengkung; sisi luar berwarna putih sampai merah. Daging
buah putih, banyak berair, hampir tidak beraroma; berasa asam atau asam manis, kadang-kadang
agak sepat. Biji berukuran kecil, 1-2(-6) butir. [3] [4]
[sunting]Kegunaan
Tape Kuningan yang dibungkus daun jambu air
Jambu air, seperti halnya jambu semarang dan jambu bol, biasa disajikan sebagai buah meja. Ketiga jenis
jambu ini memiliki pemanfaatan yang kurang lebih serupa dan dapat saling menggantikan. Buah-buah ini
umumnya dimakan segar, atau dijadikan sebagai salah satu bahanrujak. Aneka jenis jambu ini juga dapat
disetup atau dijadikan asinan. [3]
Kayunya yang keras dan berwarna kemerahan cukup baik sebagai bahan bangunan, asalkan tidak kena
tanah. Hanya biasanya ukurannya terlalu kecil. Baik pula digunakan sebagai kayu bakar.
Di daerah Kuningan, daun jambu air biasa digunakan sebagai pembungkus tape ketan. Tape Kuningan
terkenal manis dan banyak berair.
[sunting]Asal usul dan penyebaran
Asal usul pohon buah ini tidak diketahui dengan pasti, namun diperkirakan dari wilayah Asia Tenggara.
Sejak dahulu tanaman ini telah dipelihara sebagai pohon buah-buahan di kawasan ini, mulai dari
wilayah Indocina hingga ke bagian timur Nusantara.
JAMBU AIRAdministrator Kunjungan: 231
Umumnya terdapat 2 jenis jambu air yang dikenal, yaitu jambu air kecil (Syzygium aqueum)dan jambu air besar
(Syzygium samarangense). Asal kedua jenis jambu air tidak jauh berbeda. Jambu air kecil diperkirakan berasal
dari daerah Asia Tenggara, sedangkan jambu air besar merupakan tanaman asli Indonesia.
Pada awal abad 20, tanaman ini telah dibudidayakan di beberapa negara lainnya, seperti Jamaika, Suriname,
Kepulauan Curacao, Aruba, dan Bonaire. Dan pada saat ini, jambu air telah banyak ditanam dan dikembangkan
di negara-negara seperti India, Thailand, Cina, negara-negara Amerika Tengah, dan Selatan.
Koleksi jambu air Mekarsari sangat beragam, antara lain jambu air Citra, Lilin Hijau, Lilin Merah, Sukaluyu,
Camplong, Madura, Irung Petruk, dan masih banyak lagi. Lokasi kebun jambu air di Mekarsari terletak di
beberapa tempat, yaitu di areal kanal jambu air Citra, areal kebun blok C dan di areal laboratorium Biosari.
Jambu Air Unggul : Jambu Air Citra
Jambu air unggul yang disebut jambu air Thailand sebenarnya memiliki
nama aslijambu air Citra. Ditemukan oleh Dr. Ir. Moh. Reza Tirtawinata (salah satu staf ahli di Taman Wisata
Mekarsari, Bogor) pada tahun 1990 di Anyer, Banten. Varietas ini telah dilepas sebagai buah unggul nasional
dan merupakan varietas jambu air yang paling unggul dibandingkan jenis jambu air lainnya. Keunggulannya
terletak pada sosok buahnya yang besar menyerupai lonceng dan bisa mencapai bobot 250 g per buah, dengan
warna kulit buah merah mengkilap.
Daging buah tebal, empuk, rasa manis (12 – 15 o Brix) dan tanpa biji. Jambu ini dibawa ke Thailand pada tahun
1999 dan mulai dibudidayakan secara luas. Mereka menyebutnya dengan nama Thong Sam Sie yang artinya
emas tiga warna. Sampai sekarang varietas inilah yang menjadi varietas terunggul di sana. Kini Jambu air citra
juga telah banyak dikebunkan di negara lainnya seperti Taiwan, Vietnam, Malaysia dan tentunya juga Indonesia.
Jambu Air untuk Kesehatan
Jambu air menpunyai komposisi zat gizi cukup baik. Sebagaimana tercermin dari namanya keunggulan utama
jambu air adalah kandungan airnya yang sangat tinggi yaitu mencapai 93 gram per 100 gram. Kita dianjurkan
mengkonsumsi cairan sebanyak 2-3 liter perhari. Cairan sangat penting untuk membersihkan ginjal dari asam
urine dan urea. Dr. Howard Flaks dari Amerika Serikat mengemukakan bahwa kurang minum air akan membuat
kita kelebihan lemak tubuh, pertumbuhan dan kesehatan otot kurang normal, fungsi pencernakan dan organ
kurang efesien, racun (kotoran) bertambah dalam tubuh dan timbul rasa sakit pada otot dan persendian.
(sumber : http://sweetspearls.com/health/makin-segar-dan-cantik-berkat-jambu-air/ )
Penanaman Tabulampot Jambu Air
Penanaman dilakukan tujuh hari setelah media tanam dicampur rata. Tenggang waktu tersebut diberikan agar
media tanam beserta bahan – bahan lainnya tercampur dan bereaksi secara sempurna.
Langkah – langkah penanaman :
1. Media tanam yang sudah disiapkan dimasukkan sampai ketinggian 1/3 dari kedalaman pot.
2. Polybag pembungkus bibit dilepas menggunakan gunting atau pisau secara hati – hati, jangan sampai
media tanamnya pecah dan akarnya rusak.
3. Bibit berikut tanamnya dimasukkan ke dalam lubang tanam sampai sebatas leher akar.
4. Ruang kosong di sekeliling bibit diisi dengan manmbahkan media tanam hingga mendekati permukaan
atas pot. Media tanam jangan terlalu penuh supaya saat dilakukan penyiraman air tidak tumpah.
5. Setelah penanaman selesai dilakukan, tanaman disiram dengan air secukupnya.
6. Tanaman disimpan di tempat yang sejuk dan tidak terkena sinar matahari langsung, bawah pot sebaiknya
dialasi conblock atau bata merah.
(sumber: Buku Tabulampot Jambu Air, Mekarsari)
Buah Jambu Bebas Hama Ulat
Buah yang di Taiwan, Thailand, Vietnam, Malaysia, Indonesia dan Australia mutlak memerlukan pembungkusan
adalah belimbing, jambu biji dan jambu air. Tiga jenis buah ini sangat rentan terhadap serangan lalat buah,
kumbang/ulat penggerek dan antraknosa. Jenis bahan yang digunakan untuk pembungkus buah ini juga paling
banyak variasinya. Mulai dari plastik, kertas sampai ke daun. Untuk jambu air, bahan pembungkus umumnya
menggunakan plastik. Plastiknya berupa tas kresek dan kantung plastik bening. Jambu air dibungkus secara
kolektif. Satu tangkai jambu air berisi 3 sd. 5 butir buah, dibungkus dengan satu pembungkus berukuran besar.
Pada waktu pembungkusan, biasanya juga dilakukan sortasi buah. Buah-buah yang berukuran tidak sempurna
atau cacat harus dibuang. Hingga hanya buah yang benar-benar baik yang akan dibungkus.
(sumber : http://foragri.blogsome.com/buah-busuk-dan-upaya-pembungkusan/)
Rekayasa Genetika
Menghasilkan Tanaman Jambu Air Tanpa Biji
OLEH
SUCI FAJRINA
12613 / 2009
PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2012
PENDAHULUAN
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, para ahli telah mulai lagi
mengembangkan bioteknologi dengan memanfaatkan prinsip-prinsip ilmiah
melalui penelitian. Dalam bioteknologi modern orang berupaya dapat menghasilkan
produk secara efektif dan efisien.
Rekayasa Genetika atau DNA Rekombinan dapat didefinisikan sebagai
pembentukan rekombinasi baru dari material yang dapat diturunkan dengan cara
penyisipan DNA dari luar kedalam suatu wahana (vektor tertentu) sehingga
memungkinkan penggabungan dan kelanjutan berkembang baru. Dengan teknik
DNA rekombinan sekarang, ada kemungkinan untuk menumbuhkan setiap segmen
dari setiap DNA pada bakteri. Hasil organisme yang telah mengalami rekayasa
genetika, yang dilakukan melalui pemindahan atau transfer sebuah atau lebih gen
antara species yang sama atau yang berbeda itu, disebut transgenic (Shanty, 2007).
Obyek rekayasa genetika mencakup hampir semua golongan organisme,
mulai dari bakteri, fungi, hewan tingkat rendah, hewan tingkat tinggi, hingga
tumbuh-tumbuhan. Bidang kedokteran dan farmasi paling banyak berinvestasi di
bidang yang relatif baru ini. Sementara itu bidang lain, seperti ilmu pangan,
kedokteran hewan, pertanian (termasuk peternakan dan perikanan), serta teknik
lingkungan juga telah melibatkan ilmu ini untuk mengembangkan bidang masing-
masing (Suryo 1994: 344).
Jambu air tanpa biji,bisa diperoleh dengan menyemprotkan hormon
giberellin pada bunga buah.Giberellin 20-oxidase yang diekspresikan pada bagian
polen (serbuk sari) sebelum polinasi (di bawah kontrol promoter spesifik bagian
polen).Pertumbuhan biji akan terhambat. Namun kelemahannya buah yang di
hasilkan akan kecil-kecil. Tapi sebenarnya dengan rekayasa genetik dalam lab yang
lebih rumit, DNA (Deoxyribonucleaic Acid) tanaman bisa direkayasa hingga bisa
dihasilkan buah-buahan tanpa biji.
Rekayasa Genetika
Menghasilkan Tanaman Jambu Air Tanpa Biji
Buah merupakan bagian yang penting dari tanaman karena organ ini
merupakan tempat yang sesuai bagi perkembangan, perlindungan, dan penyebaran
biji. Pada buah normal, pembentukan buah dimulai dengan adanya proses persarian
(polinasi) kepala putik (stigma) oleh serbuk sari (polen) secara sendiri (self
pollination) atau oleh bantuan angin, serangga penyerbuk (polinator), dan manusia
(cross pollination). Selanjutnya polen berkecambah dan membentuk tabung polen
(pollen tube) untuk mencapai bakal biji (ovule). Peristiwa bertemunya polen (sel
jantan) dengan bakal biji (sel telur) di dalam bakal buah (ovary) disebut pembuahan
(fertilisasi). Kemudian bakal buah akan membesar dan berkembang menjadi buah
bersamaan dengan pembentukan biji. Akhirnya akan dihasilkan buah yang fertil
(berbiji) (Pardal, 2001).
Biasanya buah partenokarpi ini tanpa biji (seedless) karena tanpa melalui
fertilisasi. Partenokarpi ini kurang menguntungkan bagi program produksi
benih/biji , namun tidak bagi pebisnis jenis tanaman komersial (hortikultura) karena
menghasilkan buah tanpa biji atau berbiji lunak selain itu juga memberikan
kemungkinan untuk perbaikan pembentukan biji apabila kondisi lingkungan tidak
menguntungkan untuk produksi polen, perkecambahan dan fertilisasi, selain itu
pada beberapa tanaman yang tidak mempunyai biji dapat memperbaiki kualitas
buah tetapi lebih bermanfaat bagi peningkatan kualitas dan produktivitas buah,
sebagai contoh, pada terung partenokarpi dapat meningkatkan kualitas buah,
sedangkan pada Actinidia dapat meningkatkan produktivitas buah dan tidak
membutuhkan bantuan serangga penyerbuk (pollinator). Selain terung ada pisang,
timun, nanas, pir, sukun, dan jambu-jambuan (Anonim, 2009).
Partenokarpi bukanlah gejala yang dapat
disejajarkan dengan partenogenesis pada hewan. Gejalaapomiksis pada
tumbuhanlah yang lebih tepat sebagai gejala yang paralel. Partenokarpi dapat
terjadi secara alami (genetik) ataupun buatan (induksi). Partenokarpi alami ada dua
tipe, yaitu obligator apabila terjadinya tanpa faktor/pengaruh luar dan fakultatif
dan fakultatif apabila terjadinya karena ada faktor/pengaruh dari luar/lingkungan
yang tidak sesuai untuk polinasi dan fertilisasi, misalnya suhu terlalu tinggi atau
rendah (Anonim, 2009)
Sedangkan partenokarpi buatan dapat di induksi melalui aplikasi zat pengatur
tumbuh (fitohormon) pada kuncup bunga atau melalui polinasi dengan polen
inkompatibel atau dapat diserbuki dengan polen yang telah diradiasi sinar X.
Bahkan, kini dengan adanya kemajuan teknologi di bidang biologi molekuler
partenokarpi dapat diinduksi secara endogen melalui teknik rekayasa genetika,
yaitu dengan cara menyisipkan gen partenokarpi (pengkode IAA/giberelin) ke
dalam genom tanaman target melalui proses transformasi genetik. Tanaman
transgenik yang telah mengandung gen partenokarpi akan mengekspresikan
senyawa auksin pada plasenta dan ovule atau giberelin pada polen sebelum
polinasi.
Partenokarpi Alami
Partenokarpi dapat terjadi secara alami (genetik) pada beberapa jenis tanaman
saja (terbatas), misalnya pada pisang (triploid), tomat, dan manggis.
Partenokarpi dapat dibedakan menjadi dua tipe, yaitu obligator dan
fakultatif. Partenokarpi disebut obligator apabila terjadi secara alami (genetik)
tanpa adanya pengaruh dari luar. Hal ini dapat terjadikarena tanaman tersebut
secara genetik memiliki gen penyebab partenokarpi, misalnya pada tanaman pisang
yang kebanyakan triploid. Tanaman triploid ini memilikimekanisme penghambatan
perkembangan biji atau embrio sejak awal, sehingga buah yang terbentuk tanpa
biji. Sedangkan partenokarpi fakultatif apabila terjadinya karena
ada faktor/pengaruh dari luar, misalnya pada tanaman tomat dapat
terjadipembentukan buah partenokarpi pada suhu dingin atau suhu panas(Agostino,
2005). Partenokarpi BuatanA. Aplikasi Zat Pengatur Tumbuh
Pada awal abad ke-19 telah diketahui bahwa polinasi tanpa fertilisasi dapat
merangsang pembentukan buah. Kemudian, ekstrak polen diketahui pula dapat
menginduksi pembentukan dan perkembangan buah. Berikutnya diketahui lagi
bahwa auksin dapat menggantikan polinasi dan fertilisasi pada proses
pembentukan dan perkembangan buah pada beberapa spesies tanaman.
Percobaan pada tanaman strawbery, di mana bakal biji yang telah dibuahi
(achenes) dapat dihilangkan tanpa merusak bagian reseptakel ternyata buah tetap
tumbuh dan berkembang setelah achenes tersebut diganti dengan olesan senyawa
lanolin yang berisi auksin. Lebih lanjut, telah dibuktikan bahwa kandungan dan
sintesis auksin pada bakal biji (achenes) berlangsung hingga 17 hari setelah
pembuahan. Hal ini membuktikan bahwa auksin dibutuhkan selama perkembangan
buah.
Zat pengatur tumbuh (ZPT) lain, seperti giberelin dan sitokinin juga terbukti
dapat menggantikan peran biji dalam perkembangan buah. Namun, untuk efisiensi
partenokarpi perlu kombinasi atau pengulangan aplikasi ZPT tersebut. Zat
pengatur tumbuh berpengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap
kandungan auksin (IAA) endogen dalam bakal buah (ovary), baik setelah polinasi
dan fertilisasi ataupun setelah aplikasi ZPT dari luar. Kadar auksin selama
perkembangan bakal buah berbeda-beda untuk setiap tanaman, tetapi umumnya
meningkat pada saat 20 hari setelah pembungaan (anthesis) baik pada bunga yang
diserbuki atau yang disemprot auksin. Peningkatan kadar IAA pada bakal buah
akan merangsang pertumbuhan dan perkembangan buah pada fase awal
pembungaan. Mekanisme inilah yang mengilhami para ahli bioteknologi pertanian
dalam pembentukan buah partenokarpi melalui rekayasa genetika.
B. Manipulasi Ploidi (Alteration in Chromosomes Number)
Partenokarpi dapat pula diinduksi secara genetik, yaitu melalui manipulasi
jumlah ploidi (kromosom) pada tanaman. Hal ini dapat ditempuh dengan
persilangan biasa, misalnya antara tanaman semangka dikotil (sebagai induk
jantan/ penyerbuk) dengan tanaman tetraploid (sebagai induk betina) menghasilkan
hybrid (F1) triploid yang ternyata dapat menghasilkan buah partenokarpi tanpa biji
(seedless). Pada tanaman triploid ini bakal biji (ovule) terhambat sejak awal
perkembangannya, sehingga embrio tidak berkembang. Akibatnya tanaman hanya
menghasilkan buah tanpa biji dengan integumen yang rudimenter (tidak
berkembang).
C. Metode DNA Rekombinan (Rekayasa Genetika)
Pada beberapa tahun terakhir, beberapa metode telah dicoba dan
dikembangkan untuk menghasilkan partenokarpi melalui rekayasa genetika
tanaman. Pembentukan buah partenokarpi melalui teknik DNA rekombinan dapat
ditempuh melalui dua pendekatan, yaitu (1) menghambat perkembangan
embrio/biji tanpa mempengaruhi pertumbuhan buah dan (2) ekspresi fitohormon
pada bagian ovary/ ovule untuk memacu perkembangan buah partenokarpi.
Cara pendekatan pertama ditempuh melalui penggunaan gen yang bersifat
merusak sel (cytotoxic). Gen ini akan menghasilkan senyawa toksik terhadap sel-sel
embrio/ biji, sehingga akan menghambat bahkan merusak perkembangan
embrio/biji. Pertumbuhan buah tetap berlangsung, tetapi tidak menghasilkan biji.
Sebagai contoh, penggunaan gen barnase yang diisolasi dari
bakteriBacillus amyloliquefaciens atau kombinasi gen sitotoksik, misalnya
gen iaaM dan iaaH dari bakteri yang mengekspresikan senyawa toksik kadar tinggi
terhadap sel-sel embrio/biji. Kombinasi ekspresi dua gen ini akan merubah triptofan
menjadi IAA melalui senyawa indoleacetamide. Kadar IAA tinggi ini akan bersifat
toksik terhadap sel-sel biji atau embrio tanaman. Beberapa ahli juga menggunakan
gen regulator yang dapat mengekspresikan senyawa toksik yang mempengaruhi
perkembangan embrio atau endosperm. Gen barnase akan menghasilkan enzim
ribonuklease pada bagian biji di bawah kontrol promoter spesifik bagian kulit biji.
Tetapi pembentukan partenokarpi melalui cara pendekatan ini kurang berhasil dan
tidak berkembang, karena hingga kini belum ada data hasil percobaan yang
mendukung keberhasilan teknik ini.
Pembentukan Buah Partenokarpi melalui Rekayasa Genetika Cara
pendekatan kedua dalam menghasilkan partenokarpi adalah melalui
pengekspresian senyawa fitohormon IAA atau analognya pada bagian bakal buah
(ovary) terlihat lebih efektif. Cara kedua ini didasari oleh pengetahuan sebelumnya
bahwa aplikasi fitohormon sejenis auksin/ giberelin dapat menggantikan peran biji
dalam merangsang pembentukan dan perkembangan buah. Induksi buah
partenokarpi melalui penggunaan gen pengkode giberelin telah berhasil,
yaitu giberellin 20-oxidase yang diekspresikan pada bagian polen (serbuk sari)
sebelum polinasi (di bawah kontrol promoter spesifik bagian polen). Buah
partenokarpi dapat terbentuk sebelum fertilisasi (anthesis). Telah berhasil
digunakan promoter bagian regulator defh9 (deficiens homologue9)
dari Antirrhinum majus untuk mengekspresikan gen iaaM (pengkode IAA)
dari Pseudomonas syringaepv savastanoi pada bagian plasenta dan bakal biji. Gen
kimerik defh9-iaaM ini telah berhasil menginduksi buah partenokarpi pada
beberapa tanaman dari familiSolanaceae seperti terung, temba-kau, dan tomat.
Tanaman hibrid (F1) terung yang mengandung gendefh9-iaaM menunjukkan
peningkatan produksi pada musim dingin.
Dari semua tanaman transgenik partenokarpi tersebut ditemukan kadar
ekspresi auksin yang sangat rendah pada mRNA yang diekstrak dari kuncup bunga.
Dari hasil percobaan ternyata terdapat faktor penting di dalam pembuatan buah
partenokarpi melalui rekayasa genetika, yaitu terletak pada penggunaan bagian
regulator (regulator region) dalam konstruksi gen kimera. Bagian regulator
merupakan informasi genetik yang sangat penting dalam mengontrol ekspresi
gen interest baik secaratemporal atau spatial. Dua parameter ini sangat penting
dalam memperoleh partenokarpi dan meyakinkan ekspresi yang optimal dari gen
partenokarpi tanpa menghambat pertumbuhan vegetatif (buah) pada tanaman
transgeniknya. Dengan demikian, semua gen regulator yang digunakan diarahkan
ekspresinya ke bagian ovary dan bagian-bagiannya. Sebagai contoh gen
kimera defh9-iaaM, bagian regulator defh9(promoter) dapat mengontrol ekspresi
gen iaaM(pengkode IAA) hanya pada bagian plasenta, ovule,dan
bagian ovule. Ekspresi IAA pada bagian ovuleditujukan untuk menggantikan peran
biji dalam memacu pertumbuhan buah, sedangkan ekspresi IAA pada bagian
plasenta untuk meyakinkan bahwa partenokarpi terjadi sebelum polinasi (anthesis).
Hal ini dimaksudkan membandingkan dengan buah hasil penyerbukan biasa atau
aplikasi ZPT.
Metode Pembentukan Buah Jambu Air Tanpa Biji
Beberapa jenis tanaman mempunyai kemampuan untuk membentuk buah
tanpa melalui proses polinasi dan fertilisasi. Buah yang terbentuk tanpa melalui
polinasi dan fertilisasi ini disebut buah partenokarpi. Buah partenokarpi dapat
dibuat dengan memotong benang sari pada bunga yang siap mekar, sehingga dalam
bunga itu hanya terdapat putik saja. Kemudian bunga tersebut ditutup dengan
kapas lalu ditetesi dengan zat tumbuh seperti IAA atau GA. Penetesan IAA atau GA
dilakukan setiap hari sampai tampak adanya perubahan secara morfologi (Anonim,
2009).
Jambu air adalah tumbuhan dalam suku jambu-jambuan atau Myrtaceae yang
berasal dariAsia Tenggara. Jambu air sebetulnya berbeda denganjambu
semarang (Syzygium Aqueum), kerabat dekatnya yang memiliki pohon dan buah
hampir serupa. Beberapa kultivarnya bahkan sukar dibedakan, sehingga kedua-
duanya kerap dinamai dengan nama umum jambu air atau jambu saja.(Anonim
2010)
Jambu air tanpa biji,bisa diperoleh dengan menyemprotkan hormon
giberellin pada bunga buah.Giberellin 20-oxidase yang diekspresikan pada bagian
polen (serbuk sari) sebelum polinasi (di bawah kontrol promoter spesifik bagian
polen).Pertumbuhan biji akan terhambat. Namun kelemahannya buah yang di
hasilkan akan kecil-kecil. Tapi sebenarnya dengan rekayasa genetik dalam lab yang
lebih rumit, DNA (Deoxyribonucleaic Acid) tanaman bisa direkayasa hingga bisa
dihasilkan buah-buahan tanpa biji.
Aplikasi fitohormon sejenis auksin/ giberelin dapat menggantikan peran biji
dalam merangsang pembentukan dan perkembangan buah.Penggunaan gen
pengkode auksin, giberelin atau sitokinin (iaaM, iaaHatau ipt) dari Agrobacterium
tumefaciens di bawah kontrol sequen regulator spesifik bagian ovary telah berhasil.
Gen iaaM mengkode senyawa triptofan 2-monooxigenase yang akan meru-bah
triptofan menjadiindoleaceta-mide (IAM), lalu menjadi indole acetic acid(IAA) dan
amonia menggunakan promoter GH3 dari kedelai atau AGL5 (Agamous-like 5)
dari Arabidopsisatau PLE36 dari tembaka. GH3 merupakan
promoterinducible auksin di bagian ovary, AGL5 spesifik pada perkembangan
karpela dan PLE 36 spesifik untukovary. Telah berhasil digunakan promoter bagian
regulator defh9 (deficiens homologue 9) dariAntirrhinum majus untuk
mengekspresikan gen iaaM(pengkode IAA)
dari Pseudomonas syringae pvsavastanoi pada bagian plasenta dan bakal biji. Gen
kimerik defh9-iaaM ini telah berhasil menginduksi buah.
Zat pengatur tumbuh (ZPT), seperti giberelin dan sitokinin juga terbukti
dapat menggantikan peran biji dalam perkembangan buah. Namun, untuk efisiensi
partenokarpi perlu kombinasi atau pengulangan aplikasi ZPT tersebut. Zat
pengatur tumbuh berpengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap
kandungan auksin (IAA) endogen dalam bakal buah (ovary).
KESIMPULAN
Rekayasa Genetika atau DNA Rekombinan dapat didefinisikan sebagai pembentukan rekombinasi baru dari material yang dapat diturunkan dengan cara
penyisipan DNA dari luar kedalam suatu wahana (vektor tertentu) sehingga memungkinkan penggabungan dan kelanjutan berkembang baru. Rekayasa genetika merupakan suatu cara memanipulasikan gen untuk menghasilkan makhluk hidup baru dengan sifat yang diinginkan. Rekayasa genetika disebut juga pencangkokan gen atau rekombinasi DNA. Dalam rekayasa genetika digunakan DNA untuk menggabungkan sifat makhluk hidup. Beberapa cara telah dilakukan untuk teknik penciptaan buah tanpa biji diantaranya yaitu dengan teknologi penyilangan tanaman 2N dan 4N hingga menghasilkan tanaman triploid yang seedless, sinar radiasi, dan menggunakan penyemprotan giberelin yang dilakukan pada bunga buah yaitu pada saat bunga mekar. Jambu air tanpa biji,bisa diperoleh dengan menyemprotkan hormon giberellin pada bunga buah. Giberellin 20-oxidase yang diekspresikan pada bagian polen (serbuk sari) sebelum polinasi (di bawah kontrol promoter spesifik bagian polen).Pertumbuhan biji akan terhambat.
DAFTAR PUSTAKA
Kompas, 2005. Mikroorganisme Lingkungan Akuatik. Edisi 6 Oktober 2011.Leung R. 2005. Genetic Care in Asia, Makalah Plenary Kongres Nasional, di Jakarta, 10 – 11 September.Pelczar, 1988. Mirobiologi Lanjut. JakartaPardal, Jumali. Saptowo. 2001. Pembentukkan Buah Partenokarpi melalui Rekayasa Genetika.
Perbanyakan Tanaman Cara Stek Menggunakan Hormon Auksin dengan
Metode Perendaman Posted on July 29, 2009 by Rachmatullah
8 Votes
Hormon auksin dikenal sebagai zat pengatur pertumbuhan yang dapat mempercepat muncul dan
berkembangnya akar tanaman. Hormon auksin terdiri dari beberapa jenis, diantaranya IAA, IBA dan NAA.
Hormon ini banyak digunakan ketika melakukan perbanyakan tanaman salah satunya dengan cara stek.
Umumnya aplikasi auksin saat melakukan stek yaitu dengan cara mengoleskannya pada luka akibat potongan
dimana pada luka tersebut diharapkan akar akan tumbuh.
Selain metode tersebut, pada perbanyakan dengan stek dikenal pula metode perendaman. Jenis metode
perendaman ada beberapa macam yaitu perendaman sebagian, keseluruhan atau total dan yang terakhir
perendaman cepat.
Perendaman Sebagian
Perendaman sebagian telah umum dilakukan oleh petani tanaman hias tetapi masih sebagian kecil yang
menggunakan auksin sebagai pemacu pertumbuahn akarnya. Maksud perendaman sebagian yaitu cara stek
dengan merendam batang saja tanpa mengikutkan tajuknya.
Umumnya petani beranggapan tanpa penambahan obat-obatan pun stek mudah tumbuh. Anggapan tersebut
memang benar tapi ada beberapa kelemahan jika tidak menggunakan ZPT yaitu waktu muncul akar tidak
seragam, pertumbuhan lambat dan kualitas akar tidak baik dan tidak seragam sehingga tidak dapat digunakan
untuk target produksi masal. Selain itu, tidak semua jenis tanaman dapat dengan mudah berakar hanya dengan
perendaman menggunakan air saja, ada tanaman-tanaman tertentu yang sulit berakar dan membutuhkan
perlakuan auksin untuk merangsangnya.
Metode perendaman ini menggunakan konsentrasi yang rendah untuk menginduksi akar (menumbuhkan akar)
yaitu 1/4 hingga 1/2 dari konsentrasi normal. Penentuan konsentrasi tergantung dari lamanya bahan stek
direndam dan jenis tanamannya. Semakin lama perendaman semakin kecil konsentrasi yang dianjurkan.
Semakin sulit berakar suatu tanaman semakin besar konsentrasi yang digunakan.
Secara umum metode ini melalui 2 tahap yaitu perendaman menggunakan auksin selama 1-2 hari kemudian
dilanjutkan dengan perendaman menggunakan air tanpa auksin hingga akar tumbuh. Perlakuan 2 tahap ini
dimaksudkan agar tanaman tidak mengalami kerusakan akibat keracunan auksin mengingat bahan ini
merupakan bahan kimia.
Perendaman Keseluruhan atau Total
Perendaman total yaitu merendam seluruh bagian tanaman termasuk tajuk ke dalam larutan auksin. Metode ini
biasa dilakukan untuk perbanyakan tanaman dengan bahan stek pucuk atau batang muda dari tanaman-
tanaman herba. Konsentrasi yang digunakan pada metode ini sama dengan metode perendaman sebagian
hanya saja waktu yang diperlukan sedikit lebih cepat.
Perlu diperhatikan pada perbanyakan ini yaitu suhu air. Air yang terasa dingin apabila disentuh adalah air yang
tidak baik digunakan untuk perbanyakan cara ini. Air ini merupakan air yang suhunya lebih dingin dari suhu
tanaman dan dapet mengakibatkan stomata menutup sehingga auksin tidak dapat masuk melaluinya.
Selain tiu perlu diperhatikan waktu dan suhu lingkungan, udara yang dingin mengakibatkan efekyang sama.
Waktu yang baik yaitu pada pagi hari ketika udara mulai hangat dan stomata mulai membuka. Perlakuan pada
sore hari sebaiknya dilakukan sebelum cahaya matahari mulai meredup yaitu sebelum jam 5 sore.
Perendaman Cepat
Metode ini sama seperti perendaman sebagian yaitu merendam batang stek, hanya saja konsentrasi auksin
yang diberikan lebih besar yaitu 3-4 kali dari konsentrasi normal. Waktu perlakuannya pun sangat cepat yaitu 2-3
detik saja dibandingkan perendaman total yang membutuhkan waktu 1-2 jam.
2. Penggunaan hormon tumbuh
Hormon auksin bertindak sebagai pendorong awal proses inisiasi atau terjadinya akar.
Sesungguhnya tanaman sendiri menghasilkan hormon, yaitu auksin endogen.Akan tetapi
banyaknya auksin yang dihasilkan belum cukup memadai untuk mendorong pembentukan
akar.Tambahan auksin dari luar diperlukan untuk memacu perakaran setek.
Cara celup cepat (quick dip)
o Pada cara ini hormon auksin dilarutkan ke dalam alkohol 50 %.Kemudian ditambahkan air sesuai
dengan konsentrasi yang dibutuhkan. Jenis hormon auksinnya bisa IBA, IAA atau NAA
(berbentuk serbuk).
o Konsentrasi yang digunakan berkisar antara 500-10.000 ppm, tergantung jenis hormon dan jenis
tanamannya.
o Atau lebih mudahnya menggunakan hormon tumbuh yang sudah jadi yang banyak dijual di toko
pertanian, seperti Atonik atau Liquinox Start dengan dosis 100-200 cc per 1 liter air (1 sendok
makan = 10 cc).
o Batang-batang setek yang akan diberi hormon disatukan. Bisa dengan diikat menggunakan tali
plastik atau karet gelang. Selanjutnya bagian pangkalnya sekitar 2 cm dicelupkan selama 5 detik
ke dalam larutan hormon.
o Cara celup ini mempunyai beberapa keuntungan sebagai berikut:
- Peralatan yang digunakan sedikit bila dibandingkan dengan cara perendaman.
- Larutan yang sama bisa digunakan berulang-ulang.Yang penting setelah digunakan, larutan
ditutup kembali agar alkoholnya tidak menguap.
- Naik turunnya penyerapan hormon tidak akan terjadi pada waktu pencelupan. Dengan demikian,
banyaknya hormon per satuan luas permukaan akan tetap, tidak tergantung keadaan lingkungan.
Cara rendam (prolonged soaking)
o Mula-mula auksin (berbentuk serbuk) dilarutkan dalam alkohol 95%.Kemudian ditambahkan air
sesuai dengan konsentrasi yang dibutuhkan.
o Konsentrasi auksin yang digunakan berkisar antara 5-100 ppm, tergantung jenis tanaman dan
jenis auksin yang digunakan.Umumnya untuk penyetekan tanaman buah digunakan konsentrasi
100 ppm dengan lama perendaman 1-2 jam. Bisa juga dengan konsentrasi 5 ppm, tetapi waktu
perendamannya lama, yaitu 10-24 jam.
o Atau lebih mudahnya menggunakan hormon tumbuh yang sudah jadi yang banyak dijual di toko
pertanian, seperti Atonik atau Liquinox Start dengan dosis 1-2 cc per 1 liter air (1 sendok makan
= 10 cc).
o Jadi perbandingan dosis auksin pada pencelupan dan perendaman adalah 100 : 1.
o Cara perendaman sebagai berikut:
- Batang setek direndam dalam larutan auksin kira-kira 2 cm dari bagian pangkal.
- Agar penyerapan auksin berlangsung dengan baik, lama perendaman disesuaikan dengan
konsentrasi larutan.
- Perendaman dilakukan ditempat yang teduh dan agak lembab. Hal ini berguna agar penyerapan
hormon berjalan teratur, tidak kurang karena pengaruh lingkungan.
Cara pemberian dengan tepung tepung (powder).
- Mula-mula auksin dilarutkan dalam alkohol 95%.Ke dalam larutan ini ditambahkan talek atau
tepung sesuai dengan konsentrasi yang digunakan.
- Konsentrasi berkisar antara 1.000-5.000 ppm tergantung jenis tanaman buahbuahan dan jenis
auksin yang digunakan.Alkoholnya kemudian diuapkan.
- Cara pemakaiannya yaitu dengan membasahi pangkal stek dengan air, kemudian disentuhkan ke
dalam tepung. Pangkal setek kemudian diketuk-ketuk agar auksin yang melekat tidak berlebihan.
Setelah itu setek dapat disemaikan dalam media.
- Pada setiap cara diatas konsentrasi dibuat berdasarkan ppm. Pengertian ppm (part per million)
artinya 1 bagian hormon dalam sejuta bagian pelarut atau tepung. Jadi kalau kita ingin membuat
larutan dengan konsentrasi 1.000 ppm, maka 1.000 mg hormon dilarutkan dalam 1.000.000 mg
pelarut, atau 1 gr hormon ke dalam 1 kg pelarut.
- Pembuatan tepung dengan konsentrasi 1.000 ppm caranya dengan cara melarutkan 1 gr hormon
dalam 500-1.000 cc alkohol 95%. Setelah diaduk sampai rata, masukkan 1 kg tepung (talc) dan
diaduk kembali. Selanjutnya tepung tersebut dikeringkan sampai seluruh alkoholnya menguap.
- Atau lebih mudahnya menggunakan hormon tumbuh auksin yang sudah jadi yang banyak dijual
di toko pertanian dalam bentuk serbuk dengan berbagi merek dagang.
B. Setek BatangSetek ini diambil dari batang atau cabang pohon induk yang akan kita perbanyak dan
pemotongan sebaiknya dilakukan pada waktu pagi hari.
Gunting setek yang digunakan harus tajam agar bekas potongan rapi. Bila kurang tajam
batang bisa rusak atau memar. Hal ini mengundang bibit penyakit masuk ke bagian yang memar,
sehingga bisa membusukkan pangkal setek.
Pada saat mengambil setek batang, pohon induk harus dalam keadaan sehat dan tidak
sedang bertunas.
Yang dijadikan setek biasanya adalah bagian pangkal dari cabang. Pemotongan cabang
diatur kira-kira 0.5 cm di bawah mata tunas yang paling bawah dan untuk ujung bagian atas
sejauh 1 cm dari mata tunas yang paling atas.
Kondisi daun pada cabang yang hendak diambil sebaiknya berwarna hijau tua. Dengan
demikian seluruh daun dapat melakukan fotosintesis yang akan menghasilkan zat makanan dan
karbohidrat. Nantinya zat ini akan disimpan dalam organ penyimpanan, antara lain di batang.
Karbohidrat pada batang ini penting sebagai sumber energi yang dibutuhkan pada waktu
pembentukan akar baru.
Ukuran besar cabang yang diambil cukup sebesar kelingking. Diameter sekitar 1 cm
dengan panjang antara 10-15 cm. Cabang tersebut memiliki 3-4 mata tunas.
Kondisi batang pada saat pengambilan berada dalam keadaan setengah tua dengan warna
kulit batang biasanya coklat muda.Pada saat ini kandungan karbohidrat dan auxin (hormon) pada
batang cukup memadai untuk menunjang terjadinya perakaran setek.
Pada batang yang masih muda, kandungan karbohidrat rendah tetapi hormonnya cukup
tinggi. Biasanya pada kasus ini hasil setekan akan tumbuh tunas terlebih dahulu. Padahal setek
yang baik harus tumbuh akar dulu. Oleh karena itu, jangan heran kalau pada setek yang
batangnya muda gampang terjadi kegagalan.
Setek tanaman buah ada yang mudah berakar dan ada juga yang susah. Untuk tanaman
yang mudah berakar seperti pada anggur, setek bisa langsung disemaikan setelah dipotong dari
pohon induknya. Tetapi untuk tanaman yang susah berakar, sebaiknya sebelum setek disemaikan
dilakukan dulu pengeratan batang. Selain itu, pemberian hormon tumbuh dapat membantu
pertumbuhan akar (Gambar 9).
C.Stek DaunBahan awal perbanyakan yang dapat digunakan pada stek daun dapat berupa lembaran
daun atau lembaran daun beserta petiol. Bahan awal pada stek daun tidak akan menjadi bagian
dari tanaman baru. Penggunaan bahan yang mengandung kimera periklinal dihindari agar
tanaman-tanaman baru yang dihasilkan bersifat true to type (Hartmann et al, 1997).
Akar dan tunas baru pada stek daun berasal dari jaringan meristem primer atau meristem
sekunder. Pada tanaman Bryophyllum, akar dan tunas baru berasal dari meristem primer pada
kumpulan sel-sel tepi daun dewasa, tetapi pada tanaman Begonia rex, Saint paulia (Avrican
violet), Sansevieria, Crassula dan Lily, akar dan tunas baru berkembang dari meristem sekunder
dari hasil pelukaan. Pada beberapa species seperti Peperomia, akar dan tunas baru muncul
darijaringan kalus yang terbentuk dari aktivitas meristem sekunder karena pelukaan. Masalah
pada stek daun secara umum adalah pembentukan tunas-tunas adventif, bukan akar
adventif. Pembentukan akar adventif pada daun lebih mudah dibandingkan pembentukan tunas
adventif (Hartmann, et al, 1997).Secara teknis stek daun dilakukan dengan cara memotong daun
dengan panjang 7,5 – 10 cm (Sansevieria) atau memotong daun beserta petiolnya kemudian
ditanam pada media (Hartmann et al, 1997). Untuk Begonia dan Violces, perlakuan kimia yang
umum dilakukan adalah penyemprotan dengan IBA 100 ppm.
Daftar pustakahttp://www.agrilands.net/read/full/agriwacana/budidaya/2011/02/01/perbanyakan-vegetatif-
dengan-stek.html
Filed under: Materi Ajar Ditandai: | Kelas 3 RSDBI, SD 2 RAWA LAUT+guru SDn 2
Rawa Laut , TANAMAN STEK+STEK+TUMBUHAN STEK+IPA SD
Weier E. 1982. Botany: An Introduction to Plant Biology. 6th ed. John Wiley Sons, Singapore.
Winatasasmita D & Sukarno. 1993. Biologi 1 untuk SMU. Depdikbud, Jakarta.
Widiarsih, Sasanti dkk. 2008. Perbanyakan Tanaman Secara Vegetatif.
http://willy.situshijau.co.id