jamal hilmi-fisip.pdf
TRANSCRIPT
FENOMENA KEBERADAAN PENGAMEN ANAK DI
LINGKUNGAN WISATA; STUDI KASUS PENGAMEN ANAK
DI LINGKUNGAN WISATA KOTA TUA JAKARTA
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh:
Jamal Hilmi
108032200011
PROGRAM STUDI SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2015
i
ABSTRAKSI
Dalam penelitian skripsi ini penulis berusaha menganalisa tentang
Fenomena Keberadaan Pengamen Anak di Lingkungan Wisata Kota Tua
Jakarta. Tujuan penelitian ini ialah untuk memperoleh gambaran mengenai
perilaku sosial serta keberadaan pengamen anak di Kota Tua Jakarta.
Adapun subjek penelitian ini adalah pengunjung wisata, pengamen
anak, dan pengelola wisata Kota Tua Jakarta. Metode penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dengan
menggunakan metode wawancara dan observasi sebagai metode
pengumpulan data. Dalam skripsi ini penulis menggambarkan faktor
ekonomi, budaya dan faktor sosial, untuk mengetahui perilaku sosial dan
keberadaan pengamen anak di lingkungan wisata Kota Tua Jakarta.
Hasil dari penelitian ini menunjukan adanya dua faktor yang
mempengaruhi perilaku sosial dan keberadaan pengamen anak di Kota Tua
Jakarta yaitu; faktor ekonomi, dan faktor sosial. Faktor ekonomi mengacu
pada tindakan mereka untuk mengamen berdasarkan faktor kemiskinan.
Dari faktor sosial perilaku pengamen jalanan dipengaruhi oleh perilaku
dalam bentuk sikap yang berasal dari keadaan lingkungan alam dan
lingkungan sosial atau keadaan dari dalam dan rangsangan dari luar atau
ajakan dari teman sebaya.
ii
KATA PENGATAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT yang selalu
melimpahkan nikmat, hidaya dan karunia-Nya, sehingga penulis mampu
menyelesaikan penulisan skripsi ini. Shalawat dan salam tak lupa kita
curahkan kehadirat Nabi Besar kita Muhammad SAW, Keluarga, dan para
sahabat yang telah memperjuangkan dan menyebarkan agama islam dari
zaman jahiliyah sampai zaman sekarang sehingga kita tetap di berikan
keselamatan dan kebahagian.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapkan terima kasih
yang setulus-tulusnya dan penghargaa yang setinggi-tingginya, terutama
kepada :
1. Prof. Dr. Zulkifli, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Husnul Khitam, M.Si selaku sekretaris jurusan yang telah
mendukung dan memotivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi
ini.
3. Bapak Muhammad Ismail, M.Si selaku dosen pembimbing yang
dengan sabar memberi bimbingan, arahan, tenaga, masukan dan
kritikan sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik
4. Ayahanda (Alm) Hasan Ishak serta Ibunda tercinta Dede Zubaidah
yang selalu senantiasa memberikan suport dan mendoakan penulis.
Terima kasih atas segala jerih payah dan pengorbanan yang tak
iii
terhingga serta senantiasa memberikan dukungan dan semangat
tanpa henti-hentinya hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini.
5. Kakak Nur Hasanah, Kakak Miskah Rusdianah, Kakak laili
Syarifah, Kakak Dina Kamila, Kak Husni Mubarok, Kak Ahmad
Zaki yang selalu senantiasa membimbing, mengarahkan,
memberikan semangat, dukungan dan memotivasi penulis dalam
penulisan skripsi ini.
6. Para Staf dan anggota Unit Pengelola Kota Tua Jakarta yang
memberikan kemudahan, membantu dan meluangkan waktunya
kepada penulis selama melakukan penelitian, serta semua
informan, atas segala informasi yang diberikan Khususnya Ir.M.
Kadir Sasmita, MT.
7. Keluarga besar Sosiologi angkatan 2008 dan seluruhnya terutama
Abdul Yasir (Cacing) Ahmad Syah, Wahid Manan dan Dian
Pertiwi yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu atas
dukungan dan motivasi kalian.
8. Sahabat PMII, HMI, yang tidak dapat penulis sebutkan nama-
namanya atas segala bantuan, motivasi, dan dukungannya, terima
kasih banyak.
9. Kemudian tidak lupa teruntuk kepala suku yang selalu penulis
mintai saran dan gagasannya semoga Tuhan memberikan imbalan
baik buat anda sekalian, beliau adalah Bapak Nur Kafid , M.Sc,
iv
Rizq Arby Bawaka, Raden Hamid Kemale, Gus Sholeh Kaffah
Mufassir, Uda Majenk, Bos Niko Muhammad serta tidak lupa putra
Jepara Raden Kamal Abdul Jalil yang selalu penulis hormati.
Bagi instansi atau seseorang yang namanya belum penulis sebut mohon
maaf sebelumnya dan semoga skripsi ini bisa bermanfaat bagi seluruh para
pembaca
Jakarta, 05 Juli 2015
Jamal Hilmi
v
DAFTAR ISI
ABSTRAKSI .................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii
DAFTAR ISI......................................................................... ........................... v
BAB I PENDAHULUAN
A. Pernyatan Masalah................................................................................ 1
B. Pertanyaan Penelitian............................................................................ 4
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian.............................................................. 4
D. Tinjuan Pustaka...................................................................................... 5
E. Kerangka Konsep Dan Kerangka Berfikir................................... 10
1. Kerangka Konsep.............................................................. 10
a. Pengamen Jalanan...................................................... 10
b. Pengamen Anak......................................................... 10
2. Kerangka Berfikir............................................................. 13
F. Metode Penelitian..................................................................... 14
G. Sistematika Penulisan............................................................... 18
BAB II GAMBARAN UMUM
A. Gambaran Umum Sejarah Kota Tua Jakarta............................ 19
1. Letak Geografis Kota Tua.................................................. 19
2. Sejarah dan Pembentukan Kota Tua..................... ............ 19
B. Pengamen di Kota Tua Jakarta................................................ 26
vi
BAB III TEMUAN DAN ANALISIS
A. Pengamen Anak di Lingkungan Wisata Kota Tua Jakarta.............. 28
B. Faktor Ekonomi Pengamen Anak di Wisata Kota Tua................... 34
1. Faktor Ekstrinsik........................................................................ 34
2. Faktor Instrinsik........................................................................ 35
C. Faktor Sosial Pengamen Anak di Wisata Kota Tua........................ 39
D. Perilaku Sosial Pengamen Anak di Lingkungan Wisata Kota Tua
Jakarta ............................................................................................ 42
1. Bersifat Rasional........................................................................43
2. Berorientasi Nilai...................................................................... 43
3. Tradisional................................................................................ 44
BAB IVPENUTUP
A. Kesimpulan.................................................................................. 45
B. Saran............................................................................................. 46
DAFTAR PUSTAKA............................................................ ...................... vii
LAMPIRAN-LAMPIRAN................................. ........................................ vi
DAFTAR LAMPIRAN
1. Surat penelitian
2. Lembaran Bimbingan
3. Dokumentasi
4. Rekap Wawancara
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I Wawancara dengan para pengamen
Lampiran II Wawancara dengan staff pengelola Kota Tua Jakarta
Lampiran III Wawancara dengan Kepala satuan pusat informasi pelayanan dan
promosi
vi
DAFTAR TABEL
Tabel II.D.1. Populasi Pengamen di Kota Tua Jakarta............................. 29
iv
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pernyataan Masalah
Penelitian ini membahas tentang fenomena keberadaan pengamen di
lingkungan wisata Kota Tua Jakarta. Secara spesifik skripsi ini mencoba
menjelaskan fakor apa yang menyebabkan mereka mengamen di lingkungan
wisata Kota Tua Jakarta, serta melihat bagaimana perilaku sosial pengamen
anak Kota Tua Jakarta.
Hidup di Kota metropolitan tentu tidak mudah dengan karakteristik
masyarakat perkotaan yang bersifat individualistik menyebabkan adanya
persaingan satu sama lain dalam memperoleh suatu pekerjaan, sedangkan
lapangan kerja yang tersedia tentunya harus disesuaikan dengan keahlian dan
keterampilan pendidikan yang cukup. Oleh karena itu, membutuhkan referensi
untuk meningkatkan kinerja yang memadai supaya memaksimalkan kualitas
maupun kuantitas yang bagus dalam dunia industri, guna mendapatkan suatu
pekerjaan yang layak
Akibat itu timbul pekerjaan sektor informal sebagai akibat dari kesulitan
menghadapi kehidupan perkotaan. Adanya pekerjaan sektor informal yang
dikarenakan kesulitan dalam memperoleh kehidupan di perkotaan, hal itu
berimplikasi pada munculnya kegiatan yang marginal maupun terbentuknya
sekumpulan komunitas pengamen anak yang terjun ke jalan untuk mencari
rezeki dikarenakan faktor ekonomi yang lemah tidak memadai, tidak adanya
perlindungan terhadap anak dalam aspek pendidikan, adanya eksploitasi
2
pekerja anak dan kurangnya perlindungan anak dalam menjalankan kehidupan
sosial di Kota (Damsar,2002;149).
Anak adalah harapan masa depan suatu bangsa, tunas yang berpotensi
membawa bangsa ke arah yang lebih baik atau bisa juga lebih buruk. Maka dari
itu, amat miris rasanya melihat anak-anak yang hidup mengamen di jalanan,
bukannya bersekolah. Rasanya lebih menyedihkan dari pada melihat orang
dewasa yang melakukan pekerjaan serupa. Banyaknya para pengamen anak di
pinggiran Ibu kota untuk bisa bertahan hidup. Hal ini sangat terasa kalau hidup
ini adalah penuh dengan perjuangan namun bagaimana dengan tanggungjawab
Pemerintah. Apakah hal ini terus akan berjalan sesuai dengan kodrat yang di
jalani oleh setiap manusia, jika kita bernasib sama dengan mereka.
Saat ini, permasalahan terkait anak semakin banyak dan beragam.
Indikasinya adalah semakin banyaknya anak-anak terlantar dan yatim-piatu
yang tidak terurus, pemberdayaan anak-anak yang tidak pada tempatnya, kita
semua mengetahui bahwa kehidupan anak-anak seharusnya diisi dengan
bermain, belajar, dan bersukaria. Begitu juga dengan permasalahan pengamen
anak di perkotaan merupakan suatu hal yang dianggap wajar oleh masyarakat,
hal ini merupakan suatu hal yang tidak wajar terjadi. Permasalahan pengamen
anak merupakan salah satu dampak dari kurangnya kesadaran dan kepedulian
sosial di masyarakat terhadap kondisi anak-anak.
Terbentuknya anak jalanan bervariasi maka kehidupan yang dijalani pun
menjadi beragam, faktor utama anak jalanan tumbuh dan berkembang adalah
latar belakang kehidupan yang akrab dengan kemiskinan, penganiayaan, dan
3
hilangnya rasa kasih sayang, sehingga memberatkan jiwa dan membuat
berperilaku negatif. Sebagai contoh anak-anak jalanan latar belakang ekonomi
keluarganya kurang mampu menyebabkan mereka turun ke jalan untuk
mencari tambahan penghasilan keluarganya. Dengan kata lain mereka berusaha
menafkahi diri mereka sendiri, bahwa anak-anak jalanan yang lepas dari
bimbingan orang tua dan keluarganya pada umumnya, mereka tinggal di luar
lingkungan keluarganya dan tinggal bersama-sama dengan teman sebayanya,
kemudian membentuk suatu kelompok.
Banyak orang tua yang mempekerjakan anak-anaknya menjadi pengamen
anak jalanan. Data dari Susenas (2009) juga memperkirakan 19 %, 13 s/d 15
tahun, sudah tidak bersekolah lagi atau droup out, dikarenakan dengan alasan
faktor ekonomi keluarga yang tidak mampu, sehngga mereka menjadi
pengamen anak di jalanan.
Kekhawatiran akan perkembangan anak yang bekerja di jalanan
dilontarkan oleh praktisi pemberdayaan perempuan dan anak nasional Wardah
Hafidz pada diskusi antara Jaringan Fenomena Anak Jalanan yang
diselenggarakan oleh Media Konsultan Almadina bersama Forum Komunikasi
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (FKP3A), bahwa Indonesia
15 tahun mendatang akan menjadi bangsa pengemis, karena banyak orang tua
yang mengeksploitasi anaknya dengan bekerja sebagai pengamen atau
pengemis..( repository. Unand.ac.id)
Dapat dilihat bahwasananya persoalan pengamen anak jalan di Ibu Kota
Jakarta, terutama pengamen anak di lingkungan wisata Kota Tua Jakarta sangat
4
serius sehingga perlu mendapatkan perhatian yang sungguh-sungguh dari
semua pihak-pihak yang terkait, baik itu pemerintah pusat maupun daerah
dalam menangani pengamen anak dan eksploitasi anak menjadi mengamen,
persoalan ini menjadi daya tarik sendiri bagi penulis untuk melakukan pene-
litian lebih lanjut, dengan judul “Fenomena Keberadaan Pengamen Anak Di
Lingkungan Wisata. Studi Kasus; Pengamen Anak di Lingkungan Wisata
Kota Tua Jakarta”.
B. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan uraian pernyataan masalah diatas, maka pertanyaan penelitian
yang akan diteliti adalah:
1. Faktor apa saja yang menyebabkan adanya pengamen anak mengamen
di lingkungan wisata Kota Tua?
2. Bagaimana perilaku sosial pengamen anak di lingkungan wisata Kota
Tua Jakarta?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui faktor penyebab anak-anak mengamen di
lingkungan wisata Kota Tua Jakarta
2. Untuk mengetahui bagaimana perilaku sosial pengamen anak di
lingkungan wisata Kota Tua Jakarta.
5
2. Manfaat Penelitian
1. Penelitian ini memberikan kontribusi bagi pemerintah DKI dalam
menggambil kebijakan tentang penanggulangan di tempat wisata
terutama masalah pengamen anak.
2. Penelitian ini secara akademis bermanfaat untuk memberi
sumbangan bagi sosiologi kemiskinan di daerah perkotaan
D. Tinjauan Pustaka
Sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini, peneliti fokus
melakukan tinjauan beberapa literatur yang terkait sebagai berikut:
1. Laporan penelitian yang dilakukan Baruddin (2006), dengan judul
“Perkembangan Medan Menuju Kota Metropolitan dalam Perspektif
Sosiologi Perkotaan.” Dalam penelitian ini, Baruddin melihat bahwa
perkembangan Kota di suatu Negara berakibat meningkatnya jumlah
imigran yang ingin mengadu nasib di kota. Kehadiran imigran ke kota
tentu membutuhkan berbagai fasilitas perkotaan seperti, lahan,
perumahan, pendidikan, listrik dan pekerjaan. Untuk memenuhi
berbagai kebutuhan tersebut pemerintah berupaya membuat berbagai
kebijakan dan program pembangunan.
2. Laporan penelitian yang dilakukan Yuliarti (2012), dengan judul
“Eksploitasi Anak Jalanan sebagai Pengamen dan Pengemis di
Terminal Tidar oleh Keluarga” Metode penelitian menggunakan
pendekatan kualitatif, pengumpulan data dilakukan dengan cara
observasi,wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan
6
bahwa anak jalanan di terminal tidar berasal dari keluarga miskin dan
pendidikan rendah, anak-anak dieksploitasi menjadi pengamen anak
jalanan untuk kepentingan ekonomi.
3. Penelitian Sumartono (2013), tesis dengan judul “Pelanggaran
Mengamen, Meminta-Minta dan Memberi Uang Kepada Pengamen,
Pengemis dan Anak Jalanan di Kota Madiun” Adapun metode
kuantitatif dalam analisinya menggunakan pendekatan deskriptif-
evaluasi, dan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pentingnya
perda Nomor 8 tahun 2010 untuk menjaga ketentraman dan ketertiban
umum di kota Madiun, namun pelaksanaannya masih kurang efektif
dalam menyesaikan masalah pengemis, pengamen dan anak jalanan.
4. Laporan penelitian Riady (2011) yang berjudul “Tindakan Sosial
Anak Jalanan di Kawasan Pantai Losari,” di latar belakangi oleh
fenomena anak jalanan dianggap sebagai produk gagal dari
pembangunan yang sedang digalak oleh pemerintah kita saat ini. Anak
jalanan memilih hidup di jalan terkadang bukan hanya faktor kondisi
kesulitan ekonomi namun juga karena mereka menikmati kondisi
lingkungan di jalan. Pantai Losari yang merupakan kawasan
pariwisata di Kota Makassar, tempat ini selalu ramai dengan
pengunjung sore maupun malam hari karena keramaian tempat ini
menjadikan lahan bagi para pengamen mencari nafkah dan
mendapatkan teman. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan
dengan melakukan survey dan menyebarkan angket atau kuesioner,
7
wawancara, serta dokumentasi pada saat penelitian di lapangan. Hasil
penelitian ini menunjukan bahwa tindakan mereka pada umumnya
didasari pada hasrat ingin menuangkan kreatifitas mereka akan bakat
nyanyi lewat pengamen. Sebab pengamen menurut mereka merupakan
kegiatan yang menyenangkan bagi mereka karena dengan mengamen
mereka bisa menyalurkan hobi dan bakat mereka di bidang seni.
5. Laporan penelitian Fitriadi (2011), dengan judul “Citra Diri
Pengamen Pedesaan.” Metode yang digunakan adalah penelitian
deskriptif kualitatif, dalam penelitian tersebut ditemukan bahwa
motivasi menjadi seorang pengamen terdiri dari himpitan ekonomi,
pengaruh lingkungan konflik internal keluarga atau pelampiasan dan
kenakalan remaja. Pembagian kerja pengamen mengenal dua pola
yaitu secara individu dan secara berkelompok, pengamen dalam
penelitian tersebut mengalami kemiskinan struktur di mana pengamen
tidak memiliki sarana untuk terlibat dalam proses politik sehingga
menyebabkan mereka berada dalam lapisan paling bawah di pedesaan.
Terkait dengan penelitian-penelitian yang telah dilakukan mengenai
keberadaan pengamen anak di kota sesuai dengan apa yang tergambarkan di
atas, dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Kehadiran imigran untuk mengadu nasib ke kota tentu membutuhkan
berbagai fasilitas perkotaan seperti, lahan, perumahan, pendidikan,
listrik dan pekerjaan. Untuk memenuhi berbagai kebutuhan tersebut
8
pemerintah berupaya membuat berbagai kebijakan dan program
pembangunan.
2. Anak jalanan di terminal tidar berasal dari keluarga miskin dan
pendidikan rendah, anak-anak dieksploitasi menjadi pengamen anak
jalanan untuk kepentingan ekonomi sehari-hari.
3. Perda Nomor 8 tahun 2010 untuk mengatasi dan menjaga ketentraman
serta ketertiban umum di kota Madiun, namun pelaksanaannya masih
kurang efektif dalam menyelesaikan masalah pengemis, pengamen
dan anak jalanan.
4. Anak jalanan memilih hidup di jalan terkadang bukan hanya faktor
kondisi kesulitan ekonomi namun juga karena mereka menikmati
kondisi lingkungan di jalan. Pantai Losari yang merupakan kawasan
pariwisata di kota Makassar, pada umumnya didasari pada hasrat ingin
menuangkan kreatifitas mereka akan bakat nyanyi lewat mengamen.
Sebab pengamen menurut mereka merupakan kegiatan yang
menyenangkan bagi mereka karena dengan mengamen mereka bisa
menyalurkan hobi dan bakat mereka di bidang seni.
5. Pembagian kerja pengamen mengenal dua pola yaitu secara individu
dan secara berkelompok, pengamen dalam penelitian tersebut
mengalami kemiskinan struktur di mana pengamen tidak memiliki
sarana untuk terlibat dalam proses politik sehingga menyebabkan
mereka berada dalam lapisan paling bawah di pedesaan.
9
Dari apa yang sudah disimpulkan terkait hasil riset yang dilakukan
sebelumnya mengenai pengamen anak di Kota. Maka adapun persamaan dan
perbedaan peeneliti dengan penelitian sebelumnya adalah bahwa persamaan
penelitian sebelumnya melihat pada perkembangan Kota Negara berakibat
meningkatnya jumlah imigran yang ingin mengadu nasib di kota. Adapun
metode dalam analisisnya menggunakan pendekatan deskriptif, evaluatif,
metode penelitian menggunakan pendekatan kualitatif, pengumpulan data
dilakukan dengan cara observasi, wawancara dan dokumentasi. Fenomena anak
jalanan dianggap sebagai produk gagal dari pembangunan yang sedang digalak
oleh pemerintah kita saat ini.
Penelitian ini lebih menekankan pada anak di lingkungan Wisata Kota Tua
Jakarta serta melihat bagaimana perilaku sosial pengamen anak di Wisata Kota
Tua Jakarta dengan melihat dari aspek sosiologi perkotaan. dengan unit
analisisnya yaitu pengamen anak pengunjung Wisata Kota Tua Jakarta, dan
Pengelola Wisata Kota Tua Jakarta. Penelitian ini juga menggunakan analisis
pendekatan teori pilihan rasional ekonomi. Dengan didasari perbedaan
penelitian tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian ini, guna
menambah khazanah ilmiah Sosiologi Perkotaan tentang keberadaan pengamen
anak di lingkungan Wisata Kota Tua Jakarta.
10
E. Kerangka Konsep dan Kerangka Berfikir
1. Kerangka Konsep
a. Pengamen Jalanan
Pengamen sering disebut pula sebagai penyayi jalanan ( Inggris: street
singers ), sementara musik-musik yang dimainkan umumnya disebut sebagai
musik jalanan. Pengertian anak musik jalanan dengan kata lain penyayi
jalanan. Secara terminologi tidaklah sederhana, karena musik jalanan dan
penyayi jalanan masing-masing mempunyai disiplin dan pengertian yang
spesifik bahkan dapat dikatakan suatu bentuk dari sebuah warna musik yang
berkembang di dunia kesenian.
Perkembangan pengamen telah ada sejak abad pertengahan terutama
di Eropa bahkan di kota lama London terdapat jalan bersejarah bagi pengamen
yang berada di Islinton, London, pada saat itu musik di Eropa berkembang
sejalan dengan penyebaran musik keagamaan yang kemudian dalam
perkembangannya beberapa pengamen merupakan sebagai salah satu landasan
kebudayaan yang berpengaruh dalam kehidupan umat manusia.
b. Pengamen Anak
Pengamen anak dapat dikatakan sebagai anak jalanan, karena
mengacu pada anak-anak yang mempunyai kegiatan ekonomi di jalanan
(misalnya juga; pengemis, anak punk, pengamen jalananan dan lainnya).
Perbedaan pengamen anak dengan pengamen jalanan lebih didasarkan atas usia
yang mereka miliki. Perlu dicatat, bahwa yang masuk dalam kategorisasi usia
anak berkisar 5-17 tahun yang rentan bekerja di jalanan, sehingga jika sesorang
11
memiliki usia di atas 17 tahun melakukan tindakan mengamen, maka aktor
tersebut di istilahkan dengan sebutan pengamen jalanan.
Ada tiga dimensi konsep diri pada umumnya yang dimiliki oleh
pengamen anak, yakni pengetahuan, harapan, dan penilaian atau evaluasi,
terlihat sekali subjek menyadari bahwa ia adalah seorang pengamen anak yang
tidak mungkin dapat mewujudkan harapan-harapannya seperti sekolah
kembali, dan bukan menjadi seorang anak jalanan. Hal ini dapat menimbulkan
konsep diri yang mengarah ke konsep diri yang negatif pada diri subjek.
Adapun beberapa faktor pembentukan konsep diri diantaranya yaitu; faktor
orang tua (keluarga), kawan sebaya, dan masyarakat (Papalia, Olds, dan
Feldman, 2004). Faktor pertama adalah orang tua. Hubungan subjek dengan
keluarganya tidak begitu erat. Sebelum kedua orang tuanya bercerai, subjek
sering mendengar mereka bertengkar dan saling menyalahkan satu sama
lainnya, dan mendengar bahwa namanya disebut-sebut sebagai pembawa
masalah. Ditinjau dengan teori Baldwin dan Holmes (dalam Calhoun dan
Acocella: 1995), orang tua adalah kontak sosial yang paling awal dan yang
paling kuat. Akibatnya, orang tua menjadi sangat penting dimata anak. Apa
yang dikomunikasikan oleh orang tua pada anak lebih menancap dari pada
informasi lain yang diterima anak sepanjang hidupnya.
Bagaimanapun perlakuan orang tua terhadap anak yang menduga
bahwa dirinya memang pantas diperlakukan begitu (Le Roux dan Smith,1998).
Perasaan nilai dirinya sebagai orang berasal dari nilai yang diberikan orang tua
kepada mereka (Coopersmith dalam Calhoun dan Acocella, 1995). Dalam
12
kasus ini, subjek mengatakan bahwa dirinya sering disebut sebagai pembawa
masalah oleh kedua orang tuanya, hal tersebut dapat membentuk konsep diri
yang negatif pada diri subjek. Begitu pula dengan perasaan subjek bahwa
kedua orang tuanya tidak menyayangi dirinya, hal ini menimbulkan konsep diri
yang negatif.
Faktor kedua adalah kawan sebaya, subjek memiliki teman dari
berbagai kalangan, ada yang sebagai pengamen, preman, anak kuliahan,
bahkan juga yang bekerja di kantoran. Selama ini subjek merasa bahwa teman
temannya, baik yang anak jalanan maupun yang orang kantoran dan anak
kuliahan, dapat menerima akan keberadaan dirinya, kelompok kawan sebaya
anak menempati kedudukan kedua setelah orang tuanya dalam mempengaruhi
konsep diri (D‟Abreu ,Mullis, dan Cook,1999).
Namun di sisi lain subjek merasa bahwa dirinya tidak ada apa-apanya
dan merasa minder jika dibandingkan dengan teman-temannya yang anak
kuliahan dan yang bekerja di kantor. Subjek berpikiran bahwa tidak mungkin
seorang anak jalanan seperti dirinya dapat berkenalan bahkan sampai berteman
dengan orang yang bekerja dikantoran dan yang kuliahan. Hal yang terkait
bahwa, yang dikatakan seorang pengamen anak tersebut berbeda status
pendidikan maupun realistis maka malu untuk berkenalan kepada orang lain
maka tidak ada perbedaan status pendidikan atau tidak ada yang lainya demi
memperbanyak pergaulan dan wawasan bagi pengamen anak, oleh karena itu
setiap manusia sama diciptakan tidak ada perbedaannya.
13
Di samping masalah penerimaan atau penolakan, peran yang diukir
anak dalam kelompok teman sebayanya mungkin mempunyai pengaruh yang
dalam pada pandangan tentang dirinya sendiri (Burns ,1993). Di dalam kasus
ini, subjek, yang menyadari bahwa dirinya hanya seorang anak jalanan, merasa
interior dengan teman-temannya yang bekerja di kantor dan yang kuliah. Hal
ini menunjukkan bahwa subjek memiliki konsep diri yang cenderung mengarah
kepada konsep diri yang negatif.
Faktor berikutnya adalah masyarakat. Subjek mengatakan bahwa
dirinya pernah dikejar-kejar oleh petugas tantib. Subjek merasa kesal pada para
petugas tantib tersebut karena subjek merasa apa yang subjek lakukan adalah
semata untuk mencari uang dengan halal dan subjek sempat merasa dirinya dan
orang-orang miskin yang hidup di jalanan adalah orang-orang yang tidak
diharapkan. Perasaan berbeda dengan orang kebanyakan menyebabkan banyak
anak jalanan mengembangkan konsep diri yang negatif (de Moura, 2002). Di
dalam kasus subjek, walaupun subjek pernah mengalami kejadian yang
membuatnya merasa dihargai dan dianggap sebagai seorang manusia, yakni
ketika ada seorang bapak-bapak yang memberikan semua uang kembalian
kepadanya.
2. Kerangka Berfikir
Setiap penelitian tentu diperlukan adanya kerangka berfikir sebagai
pijakan atau sebagai pedoman dalam menentukan arah dari penelitian, hal ini
diperlukan agar penelitian tetap terfokus pada kajian yang akan diteliti. Alur
kerangka berfikir pada penelitian ini akan dijelaskan sebagai berikut:
14
Bagan I.E.1: Skema Kerangka Berfikir
Peneliti mencoba memakai dua faktor ini yaitu faktor ekonomi dan faktor
sosial yang nantinya sebagai penunjang terjadinya hubungan antara kerangka
berfikir dan temuan data yang nantinya akan dijadikan sebagai acuan untuk
menemukan faktor-faktor pendorong terjadinya fenomena pada pengamen
anak.
F. Metodologi Penelitian
1. Pendekatan penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif.
pendekatan penelitian ini dapat diartikan sebagai pendekatan penelitian yang
dapat menghasilkan data deskriptif mengenai kata-kata lisan maupun tertulis,
dan tingkah laku yang dapat diamati secara mendalam dari orang-orang yang
diteliti (Lexy J.Moleong.2009:3). Disamping itu, pendekatan penelitian ini juga
menekankan pada persoalaan kedalaman data bukan banyaknya data tersebut.
Karena data yang didapat akan relevan apabila dalam penelitian data yang
didapat dari informan merupakan suatu hal yang memang menjadi problem
permasalahan tanpa dibuat-buat atau direkayasa oleh informan. Penelitian ini
FAKTOR EKONOMI
Instrinsik
Ekstrinsik
FAKTOR SOSIAL
PENGAMEN ANAK
15
juga berusaha menerangkan suatu fenomena sosial perkotaan mengenai
keberadaan pengamen anak di lingkungan wisata Kota. Fenomena sosial
perkotaan menjadi salah satu pokok permasalahan yang sangat menarik untuk
dilakukan penelitian.
Sedangkan dalam penelitianya menggunakan metode studi kasus metode
studi kasus digunakan karena peneliti ingin menerangkan suatu peristiwa yang
sedang terjadi di dalam lingkungan wisata Kota Tua Jakarta khususnya
mengenai keberadaan pengamen anak di lingkungan wisata tersebut. Walaupun
secara garis besar pokok-pokok problem sosial yang terjadi secara umumnya
memiliki kecenderungan yang sama. Namun perlu diingat setiap objek yang
diteliti memiliki problem tersendiri. Karena penelitian ini bersifat mendalam,
untuk mendapatkan data yang akurat, maka akan membutuhkan waktu yang
relatif lama (Burhan Bungin. 2008:69).
2. Subjek Penelitian
Subjek Penelitian ini adalah pengamen anak yang berada di lingkungan
wisata Kota Tua Jakarta, informan yang akan diwawancarai sebanyak 8 orang
anak pengamen yakni; IR, IN, AD, BA, MA, DI, AJ, UD. Selain itu peneliti
juga mewawancarai 5 orang informan pengujung wisata Kota Tua Jakarta
yakni; YA, GU, DW, RU, JT, dan terakhir yang menjadi subjek penelitian
ialah kepada pengelola tempat wisata Kota Tua Jakarta tersebut, adapun
informan yang diwawancarai sebanyak 4 orang yakni: BNP, DE, HE, dan
BAM.
16
3. Jenis data dan sumber data
Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian ini dibagi menjadi dua
jenis, yaitu:
a. Data primer, yaitu data yang diperoleh dengan melakukan wawancara
dan pegamatan terhadap 17 orang informan termasuk pengamen anak
di Kota Tua Jakarta, 8 pengunjung wisata Kota Tua Jakarta 5 orang,
unit pengelola Kota Tua Jakarta 4 orang.
b. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari kajian pustaka dan
sebagai penunjang dari data primer seperti, dokumen, artikel, koran,
dan sebagainya.
4. Teknik Pengumpulan Data
Data-data yang diambil dari penelitian ini dikumpulkan dengan teknik
sebagai berikut:
a. Wawancara
Dengan wawancara mendalam atau bertatap muka secara langsung antara
penanya dengan informan yang dilengkapi dengan pedoman wawancara yang
sesuai agar mempermudah dalam mengajukan pertanyaan serta eksplorasi.
Teknik ini merupakan yang terbaik dalam mendapatkan data pribadi dan dapat
dijadikan perlengkap teknik pengumpulan data (Husnainy Usman & Purnomo
Setiadi Akbar. 2008:57).
b. Obervasi
merupakan pengumpulan data dengan cara mengamati objek yang sedang
diteliti atau yang sedang berlangsung. Observasi digunakan untuk melengkapi
17
data yang tidak dapat diambil dari teknik wawancara. Teknik ini akan membuat
data yang diperoleh dalam sebuah penelitian akan semakin akurat. Observasi
yang dilakukan tidak terstuktur dilaksanakan sebelum dan saat penelitian
berlangsung (participant Observation), mencatat yang berkaitan dengan objek
penelitian, dan penelitian ikut terlibat langsung di lapangan. Observasi akan
digunakan untuk mengamati tingkah laku para pengamen dan pengunjung
selama melaksanakan aktivitasnya, Obyek pengamatannya adalah ingin
mengetahui faktor keberadaan pengamen anak, dan proses menggamen
pengamen anak.
c. Dokumentasi
Pengumpulan data-data yang bersangkutan dengan penelitian ini atau
sumber-sumber tertulis dari bahan-bahan kepustakaan yang berkaitan dengan
objek penelitian yang dimaksud
5. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di kota tua, yang berada di Jalan Pintu Besar Utara
Gedung Batavia Kelurahan Pinansia Kecamatan Taman Sari, berdekatan
dengan Stasiun Jakarta Kota Tua. Di kota Tua itu banyak terdapat pengamen
anak dari pagi sampai sore hari, karena memang tempat wisata tersebut
memiliki tempat yang sangat strategis serta merupakan tempat wisata yang
ramai akan pengunjung dan juga pengamen anak.
Lokasi penelitian yang diambil adalah di area Kota Tua, lokasi ini diambil
untuk melihat bagaimana keberadaan pengamen anak di lingkungan Kota Tua
Jakarta barat. Pengamen anak di Kota Tua dalam kegiatannya bekerja sebagai
18
seorang mengamen. Di pilihnya lokasi inilah banyak terdapat pengamen anak-
anak yang bekerja mencari uang dalam kegiatan dan aktivitas pekerjaan
sebagai mengamen. Adapun penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari
2015 sampai bulan Juli tahun 2015.
G. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan skripsi ini terdiri dari empat bab yang meliputi:
Bab I membahas pernyataan masalah, pertanyaan penelitian tujuan dan
manfaat penenlitian, tinjuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, kerangka
berfikir, metodelogi penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab II menjelaskan sejarah Kota Tua Jakarta, kondisi pengamen anak di
lingkungan Kota Tua Jakarta.
Bab III peneliti memaparkan temuan penelitian dengan menganalisis hasil
penelitian dan temuan-temuan di lapangan, mengenai fenomena keberadaan
pengamen anak serta prilaku sosial di lingkungan Kota Tua Jakarta.
Bab IV yaitu bab penutup, membentuk kesimpulan dan saran.
19
BAB II
GAMBARAN UMUM
A. Sejarah Kota Tua Jakarta
1. Letak Geografis Kota Tua
Jakarta memiliki kawasan yang terkenal yaitu Kawasan Kota Tua jakarta
yang identik dengan keindahan Batavia dengan bangunan-bangunan bergaya
arsitektur Eropa (Belanda) dengan luas 88 ha atau sekitar 3% dari luas kota
Jakarta 650 km2 (6500 ha) (Suratminto, 2012:7).
Kota Tua Jakarta, juga dikenal dengan sebutan Batavia Lama (Oud
Batavia), yang merupakan sebuah wilayah kecil di Jakarta, Indonesia. Wilayah
khusus Kota Tua Jakarta memiliki luas 1,3 kilometer persegi melintasi Jakarta
Utara dan Jakarta Barat (Pinangsia, Taman Sari dan Roa Malaka).
Kota Tua Jakarta juga dijuluki "Permata Asia" dan "Ratu dari Timur" pada
abad ke-16 oleh pelayar Eropa, Jakarta Lama dianggap sebagai pusat
perdagangan untuk benua Asia karena lokasinya yang strategis dan sumber
daya melimpah (https://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Tua_Jakarta). Diunduh
pada hari minggu 05/07/2015.
2. Sejarah dan Pembentukan Kota Tua
Kota Tua Jakarta terdapat beberapa macam bangunan cagar budaya yang
memilik makna berarti suatu nilai bangunan yang terkait masa sejarah historis
yang kebetulan memang di kawasan Kota Tua Jakarta ini memiliki nilai kental
20
nilai sejarah, sejarahnya Kota Tua ini disebut Batavia yang di kenal sebutan
Sunda Kelapa berupa menjadi Kota Tua Jakarta, makna tersebut yang
menjadikan kawasan ini di Kota Tua Jakarta karena adanya bangunan cagar
budaya yang usianya cukup tua dan bangunan itu memilki nilai tertua sesuai
dengan sejarahnya, jadi disebut Kota karena jesifikasinya Kota itu dulu Pusat
Kota pemerintahan pada masa penjajahan Belanda.
Dalam rangka pengelolaan Kota Tua Jakarta untuk itu diperlukan program
penataan pengembangan pelestarikan dan pemanfaatan yang pemakna kawasan
sebagai upaya revitalisasi Kawasan Kota Tua Jakarta gunanya adalah ingin
memunculkan kembali nilai-nilai sejarah Kota tersebut yang ada dimasa
penjajahan Belanda di Indonesia ini, khususnya Ibu Kota Tua Jakarta pada
masa lalu, sebagai contoh; Kota Tua ini dulu pernah ada memiliki pelabuhan
Sunda Kelapa dan Benteng Kastil Batavia sebagai tern Kota Tua.
Program kerja sesuai dengan tugas dan fungsi bagi pengelola Kota Tua
antara lain yaitu, fungsi pengelola Kota Tua Jakarta diatur dalam peraturan
Gubenur Propinsi DKI Jakarta No 7 Tahun 2011, hal ini kemudian sertifikasi
lebih lanjut kedudukan tugas dan fungsi tersebut atau unit Pengelola Kota Tua
tersebut diatur dalam pasal 3 dan pasal 4 di dalam No 7 Tahun 2011,
diantaranya kita adalah menyusun suatu rencana anggaran maupun rencana
program kegiatan yang terkait akan penataan Kota Tua Jakarta dalam
Pemerintah DKI Jakarta dengan tingkatan Wali Kota Jakarta. Kota Tua Batavia
dengan Pelabuhan Sunda Kelapa adalah cikal bakal dari kota Jakarta saat ini.
Sejarah Kota Tua Jakarta dimulai dari sebuah pelabuhan yang kini dikenal
21
sebagai Sunda Kelapa atau Kerajaan Tarumanegara (Thomas B. Ataladjar,
2003: 6). Prasasti yang terakhir yang paling banyak memberikan keterangan
dan petunjuk mengenai kerajaan Hindu tertua di Pulau Jawa, yaitu
Tarumanegara. Prasasti Tugu ditemukan pada tahun 1878 di Kampung Batu
Tumbuh, Desa Tugu, Kelurahan Semper, Kecamatan Cilincing, sebelah
Tenggara Tanjung Priok, Jakarta Utara. Pada 1910, prasasti ini dipindahkan ke
Museum Pusat (Thomas B.Ataladjar, 2003:7). Kini Museum Nasional/Museum
Gajah dan replica-nya masih dapat kita saksikan di Museum Sejarah Jakarta
atau Museum Fatahillah.
Pada 22 Juni 1527 (Tangal 22 Juni 1527 inilah yang hingga saat ini
diperingati sebagai hari jadi Kota Jakarta). Kesultanan Demak, Cirebon dan
Banten bersatu dibawah pimpinan Fatahillah menyerbu Sunda Kalapa yang
secara cepat berhasil merebut dan menguasai Sunda Kalapa. Bangsawan asal
Sumatera sekaligus menantu dari Sultan Trenggono penguasa Demak ini,
kemudian mengganti nama Sunda Kalapa yang baru direbutnya itu menjadi
pelabuhan “Jayakarta” yang berarti kemenangan sempurna (Alwi Shihab,
Maria van Engels 2006).
Sebagaimana yang diungkapkan oleh BNP, salah satu kepala satuan
pelaksana pengawasan dan penataan perkembangan.
“Kota Tua itu di dalam wilayahnya terdapat beberapa macam banyaknya
bangunan cagar budaya bermakna berarti suatu nilai bangunan yang terkait
amat masa sejarah, histori yang kebetulan emang di kawasan Kota Tua Jakarta
22
ini memiliki nilai kental akan sejarah, sejarahnya Kota Tua ini disebut Kota
Tua Batavia yang dikenal dengan sebutan Sunda Kelapa berubah menjadi Kota
Batavia dan berubah menjadi Jayakarta berubah menjadi Kota Tua Jakarta,
nach makna tersebutlah yang menjadikan kawasan ini disebut Kota Tua Jakarta
karena adanya bangunan cagar budaya yang usia dan makna bangunan itu
memiliki nilai tertua sesuai dengan sejarahnya jadi disebut kota karena
jesifikasinya kota itu dulu pusat kota pemerintahan pada masa penjajahan
Belanda” (Hasil wawancara pribadi dengan Bayu Niti Permana pada tanggal 26
Maret 2015).
Fatahillah, kemudian diangkat menjadi Bupati Jayakarta, yang secara
hierarkis bertanggungjawab kepada Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung
Jati, wali yang berkedudukan di Cirebon. Penguasaan Jayakarta berlangsung
dari 1527 hingga 1619 yang berakhir ketika orang-orang Belanda di bawah
bendera VOC (Sagimun MD, 1999:59-60). Pimpinan Jan Pieterszoon Coen (
Gubernur Jenderal VOC ke-4 di Belanda, dan pertama di Batavia Hindia
Belanda), berhasil menaklukan Jayakarta (Daerah tempat dikuburkannya
Pangeran Ahmad Jakarta (penguasa terakhir dari Keraton Jayakarta) itu kini
dinamakan dengan Jatinegara Kaum).
Jp. Coen dengan bebasnya menghancurkan keraton dengan seluruh isinya
dan mengganti nama Jayakarta menjadi Batavia. Pusat kota Batavia terletak di
bekas Balai Kota yang kini menjadi Museum Sejarah Jakarta atau Museum
Fatahillah. Bangunan bertingkat dua yang menjadi pusat kota dan
pemerintahan VOC se-Asia Tenggara itu diselesaikan pada tahun 1712.
23
Batavia seluas 139 hektar tetapi kemudian diperluas menjadi 846 hektar
dimana termasuk Pelabuhan Sunda Kelapa, Pasar Ikan, Pecinan Glodok.
Tanah tempat Museum Bahari berdiri pada waktu galangan ini mulai
beroperasi masih merupakan rawa-rawa dan empang. Tentang Kali Besar ini,
hingga awal abad ke-18 merupakan daerah elit Batavia. Di sekitar kawasan ini
juga dibangun rumah Koppel yang dikenal kini sebagai Toko Merah
dikarenakan balok, kusen dan papan dinding di dalamnya di cat merah.
Willard A. Hanna dalam bukunya “Hikayat Jakarta” mencatat, bahwa
kejadian itu diawali oleh gempa bumi yang begitu dahsyat. Malam tanggal 4-5
November 1699, yang menyebabkan kerusakan besar pada gedung-gedung dan
mengacaukan persediaan air dan memporak-porandakan sistem pengaliran air
di seluruh daerah. Pada abad ke-18, orang-orang kaya memang mampu
meninggalkan rumah mereka di Jalan Pangeran Jayakarta dan pindah ke
selatan, ke kawasan Jalan Gajah Mada dan Lapangan Banteng sekarang.
Penanggulangan keadaan buruk itu baru dilaksanakan waktu pemerintahan
Marsekal Daendels pada zaman Perancis tahun 1809. Operasi yang dilanjutkan
oleh para Insinyur yang cakap, berhasil menormalkan arus sungai tersebut.
Sementara itu, pada 09 Mei 1821 Bataviasche Courant melaporkan, bahwa 158
orang meninggal akibat kolera di Kota dan tiga hari kemudian 733 korban lagi
di seluruh wilayah Batavia. Tragedi ini menjadi akhir kisah Oud Batavia dan
menjadi awal pembentukan Nieuw Batavia (Batavia Baru) di
tanah Weltevreden (kini sekitar Gambir dan Monas).
24
VOC hanya bertahan hingga 1799 (pada tahun ini VOC dibubarkan karena
hutang dan korupsi besar-besaran sehingga mengalami kebangkrutan. VOC
dikenal oleh masyarakat pribumi sebagai Kompeni).Setelah itu pemerintahan
Nederlansche India (Hindia Belanda) diambil alih langsung oleh Kerajaan
Belanda. Di bawah penguasaan langsung dari Kerajaan Belanda, pada
pertengahan abad ke-19, kawasan Nieuw Batavia ini berkembang pesat.
Banyak bangunan-bangunan berarsitektur indah menghiasi kawasan ini. Pada
1942 tentara Jepang berhasil mengambil alih kekuasaan kerajaan Belanda atas
Batavia dan mengganti namanya menjadi Jakarta begitu pun pelabuhan Batavia
digantinya menjadi pelabuhan Jakarta (Dinas Kebudayaan dan Permuseuman,
2003:97). Pada periode ini banyak bangunan peninggalan Belanda yang
diratakan dengan tanah. Jepang berkuasa tidak lebih dari tiga tahun, tepat pada
pada 17 Agustus 1945, Hindia Belanda diproklamasikan rakyat Indonesia dan
Jakarta namanya diabadikan sebagai Ibu Kota dari Republik Indonesia.
Kota Batavia didirikan di sebuah wilayah dulunya bernama Jayakarta
(1527-1619).VOC menamai kota baru itu sebagai Batavia dengan pusat
kotanya tepat berada disekitar Taman Fatahillah sekarang. Dari sinilah VOC
mengendalikan semua kegiatan perdagangan, militer, dan politiknya selama
menguasai Nusantara.
Dengan latar belakang sejarah yang begitu panjang, maka sangat layak jika
kemudian daerah bekas kekuasaan berbagai kerajaan dan negara itu kita sebut
sebagai Kota Tua. Sebagai Kota yang tua (lama), sudah tentu banyak
25
menyimpan bangunan-bangunan (tua) sisa peninggalan para pendahulu yang
bernilai sejarah, arsitektur dan arkelologis dari beberapa zaman yang berbeda.
Kota Tua Jakarta merupakan pusat perdagangan bagi benua Asia pada
zaman Hindia Belanda yang sekarang terkenal sebagai objek wisata bersejarah.
Benda Cagar Budaya seperti yang dimaksud di dalam undang-undang adalah
benda buatan manusia, bergerak atau tidak bergerak, yang merupakan kesatuan
atau kelompok, atau bagian-bagiannya, atau sisanya, yang berusia sekurang-
kurangnya 50 tahun, atau mewakili masa gaya yang khas dan mewakili masa
gaya sekurang-kurangnya 50 tahun, serta dianggap mempunyai nilai penting
bagi sejarah, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan. Semua benda cagar budaya,
yang terdapat di wilayah hukum Republik Indonesia, dikuasai oleh negara.
Di kawasan Kota Tua Jakarta terdapat bebeberapa bangunan (tua) cagar
budaya seperti Pelabuhan Sunda Kelapa, Taman Fatahillah, Kawasan Glodok
sebagai perkampungan orang-orang Cina di Batavia, Kawasan Pusat Bisnis
Kota Tua, Gereja Sion, area bekas Gudang VOC Sisi Barat (Westijzsche
Pakhuiszen) yang kini Museum Bahari, Menara Syahbandar, Pasar Ikan,
Galangan VOC, Masjid Luar Batang, gedung Stasiun Beos ( Bangunannya
sekarang dilindungi berdasarkan SK Gubenur DKI No. 475 tahun 1993,
Museum Seni Rupa dan Keramik, Museum Sejarah Jakarta, Museum Wayang,
Gedung Kantor Pos, Café Batavia, Jembatan Kota Intan, Toko Merah dan
Museum Bank Mandiri. (Unit Pengelola Kawasan Kota Tua Jakarta, 2014: 15-
23)
26
B. Pengamen di Kota Tua Jakarta
Pada dasarnya pengamen mempunyai ikatan kuat antara pengamen dan
masyarakat disekitarnya, sehingga dapat mengakibatkan kondisi sosial
komunitas pengamen terjalin dengan baik dan interaksi mereka dengan yang
lainnya berjalan dengan baik, seperti halnya anak-anak yang lain. Bahkan
mereka mempunyai kepedulian yang tinggi kalau ada temannya yang
mengalami kesusahan. yaitu saling membantu dan saling memotivasi agar
mereka bisa bangkit dari kesuhannya tersebut.
Selanjutnya, hubungan sosial antara pengamen dengan orang tua, pada
umumnya baik. Mereka sebagian besar kembali ke orang tua setelah
melakukan aktifitas di jalanan. Relasi sosial antara anak dan orang tua ini
tampaknya cukup baik. Hal ini dicermati dari penuturan anak jalanan, di mana
sebagian besar dari mereka merasa bangga dengan orang tuanya. Penilaian
anak jalanan terhadap orang tuanya, bahwa orang tua sebagai pekerja keras dan
sayang kepada mereka.
Data mengenai populasi pengamen di Kota Tua Jakarta, merupakan aspek
yang sangat penting dalam mencermati permasalahan pengamen. Di mana dari
hasil penelitian di lapangan menunjukkan bahwa jumlah pengamen Kota Tua
Jakarta sebanyak 8 anak yang terdiri dari 5 anak laki-laki dan 3 anak
perempuan. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat dalam tabel berikut ini:
27
Tabel II.D.1. Profil Informan Pengamen di Kota Tua Jakarta
No Nama (Inisial) Jenis Kelamin Usia Pendidikan
1 (AD) Laki-Laki 9 Tidak Tamat Sekolah
2 (BA) Laki-Laki 9 Tidak Tamat Sekolah
3 (MA) Laki-Laki 13 Tidak Tamat Sekolah
4 (DI) Perempuan 11 Tidak Tamat Sekolah
5 (AJ) Laki-Laki 12 Tidak Tamat Sekolah
6 (UD) Laki-Laki 10 Tidak Tamat Sekolah
7 (IN) Perempuan 11 Tidak Sekolah
8 (IR) Perempuan 11 Tidak Sekolah
Tabel 1 menggambarkan bahwa jumlah pengamen di Kota Tua Jakarta
sebanyak 8 anak, yaitu 5 anak laki-laki dan 3 anak perempuan. Selanjutnya,
dilihat dari tingkat pendidikan ialah mayoritas tidak tamat sekolah SD dan
tidak sekolah. Selanjutnya, selain sebagai pengamen jalanan, mereka
membantu orang tuanya untuk berdagang dan membantu pekerjaan rumah,
seperti memasak, mengepel dan menngurus saudaranya.
28
BAB III
TEMUAN DAN ANALISIS
Dalam bab ini penulis akan menjelaskan berdasarkan temuan lapangan
terkait dengan fenomena pengamen anak di lingkungan wisata Kota Tua
Jakarta. Mencakup faktor-faktor yang mempengaruhi anak-anak mengamen
serta perilaku sosial pengamen anak di lingkungan wisata Kota Tua Jakarta.
A. PENGAMEN ANAK DI LINGKUNGAN WISATA KOTA TUA
JAKARTA
Pada dasarnya tidak ada definisi khusus mengenai pengamen anak, seperti
penelitian yang pernah dilakukan oleh Baruddin (2006), Yuliarti (2012), Riyadi
(2011), Fitriadi (2011), dan Sumartono (2013) terkait dengan definisi anak
jalanan. Namun secara umum anak jalanan atau pengamen anak mempunyai
ciri-ciri sebagai berikut yaitu; berada di tempat umum seperti jalanan,
pertokoan, tempat hiburan atau wisata selama 4 sampai 24 jam; berpendidikan
rendah kebanyakan putus sekolah dan sedikit sekali yang menamatkan SD
berasal dari keluarga yang tidak mampu kebanyakan kaum urban, beberapa
diantaranya tidak diketahui jelas keluarganya dan melakukan aktifitas ekonomi
melakukan pekerjaan pada sektor informal (Nusa putra, 1996: 112).
Pada kasus ini, pengamen anak memiliki ciri aktivitas mengamen yang
berada di tempat wisata Kota Tua Jakarta. Seperti pada ciri umumnya
pengamen anak, waktu atau lamanya pengamen anak di Kota Tua Jakarta
terbilang sangat lama, hampir separuh waktu hari mereka habiskan di tempat
29
wisata Kota Tua Jakarta untuk mengamen, seperti apa yang diungkapkan oleh
IR:
„‟Sendirian berdua sama ade saya, sekitar 4-15 jam saya ngamen disini
karena saya gak sekolah‟‟ (hasil wawancara tanggal 14 Maret 2015).
Hal senada juga dipertegas oleh AD:
„‟Mengamen kadang berdua, kadang sendiri, kadang berama-ramai, sekitar
12 jam bang gue ngamen disini, kadang gue pindah-pindah ketempat lain
sampe gue tidur di jalanan, yach bisa 24 jam lah bang gue di jalanan, gue jadi
pengamen karena mengamen karena keluarga gue kurang mampu, sekolah aja
gak sampe lulus SD‟‟. (hasil wawancara tanggal 14 Maret 2015).
Biasanya para pengamen mulai turun ke jalan sejak pagi hingga malam
hari, merupakan bukti waktu yang digunakan oleh para pengamen anak dalam
menjalankan rutinitas kegiatan mengamen di lingkungan wisata Kota Tua
Jakarta, Selain itu, yang menjadikan alasan para pengamen anak di Kota Tua
Jakarta melakukan tindakan mengamen yang cukup lama karena para
pengamen anak ini “gak sekolah.”
Dengan sebab tidak bersekolah ini, menjadi sebuah pilihan para pengamen
anak untuk menghabiskan waktu di lingkungan wisata Kota Tua Jakarta
sebagai seorang pengamen anak, karena secara naluriah tindakan perorangan
mengarah pada suatu tujuan dan tujuan ini ditentukan oleh nilai atau pilihan
(George Ritzer. 2007:110). Meskipun ada dorongan-dorongan tertentu yang
mengarahkan perseorangan bertindak, namun perilaku pengamen anak ini
berbeda dengan anak-anak pada umumnya yang banyak menghabiskan
30
waktunya di tempat sekolah, tempat hiburan, dan sebagainya (Didin Saripudin.
2010:41).
Realitas yang ada di lapangan, pengamen anak di lingkungan wisata Kota
Tua Jakarta memiliki keunikan tersendiri dalam menjalankan aktivitas
mengamen-nya, hal ini ditunjukkan dengan ragam alat dan cara yang
digunakan para pengamen anak sebagai salah satu pendukung dalam
menjalankan aksi mengamen. Seperti yang diungkapkan oleh informan yang
bernama IN:
„‟Saya mengamen kemauan sendiri memakai alat musik yaitu salon supaya
simple dan gampang untuk mengamen, kadang saya mengamen berdua sama
teman saya bang‟‟. (hasil wawancara dengan Indah tanggal 14 Maret 2015).
Adanya ragam cara yang dilakukan para pengamen anak dalam mengamen
dengan menggunakan “salon, gitar, dan radio tipe” merupakan strategi yang
dilakukan para pengamen anak agar dapat menarik perhatian dan minat para
pengunjung wisata Kota Tua Jakarta untuk bersimpati mendengarakan dan
memberikan uang yang sesuai dengan harapan para pengamen anak tersebut.
Strategi yang dilakukan para pengamen anak ini merupakan pilihan rasionalitas
dalam pertukaran ekonomi, dimana para pengamen anak yang lebih suka
mengamen dengan strategi menggunakan “gitar” lebih banyak mendapatkan
uang dari pada dengan strategi menggunakan “salon atau radio tape”.
Selanjutnya, pengamen yang mempunyai kegiatan ekonomi sebagai
pekerja di jalan atau disebut juga dengan children on the street, namun masih
mempunyai hubungan yang kuat dengan orang tua mereka. Sebagian
31
penghasilan mereka di jalan diberikan kepada orang tuanya. Fungsi anak
jalanan pada kategori ini adalah untuk membantu memperkuat penyangga
ekonomi keluarganya karena beban atau tekanan kemiskinan yang mesti
ditanggung tidak dapat diselesaikan sendiri oleh kedua orang tuanya dengan
cara bekerja sebagai pengamen di jalanan yang dikategorikan kepada jenis
pengamen jalanan.
Dalam penelitian ini pengamen anak jalanan Kota Tua memiliki usia yang
bervariasi mulai dari yang terkecil yaitu 9 tahun sampai yang paling tua yaitu
berumur 14 tahun. Namun demikian, pengamen yang menjadi informan dalam
penelitian ini berusia lebih kurang dari 8 tahun. Pendidikan terakhir dari
pengamen jalanan yang ada di Kota Tua Jakarta, mayoritas belum tamat SD.
Beberapa Pengamen jalanan yang ada di Kota Tua Jakarta, terutama yang
peneliti temukan bahwa sebagian besar sudah lebih dari 4 tahun hidup di jalan
melakukan aktivitas ngamennya, dari data yang didapatkan dari informan di
lapangan, bahkan ada yang selama 5 tahun menjadi seorang pengamen jalanan
di Kota Tua Jakarta.
Dengan melihat kecenderungan pengalaman selama “5 tahun” menjadi
pengamen di Kota Tua Jakarta, mengidentifikasikan bahwa pengamen anak di
lingkungan Kota Tua Jakarta merasa sangat akrab dan menciptakan budaya
kebiasan menjadi seorang anak pengamen, demikian dengan apa yang
diungkapkan oleh Pardon (1990) bahwa perilaku seseorang dalam melakukan
tindakan ekonomi sebagai sebuah pilihan sang aktor disebabkan oleh faktor
32
budaya (Mulyadi, 2008:23). Di mana kata budaya itu terlihat pada lamanya
seorang pengamen anak melakukan aktivitas kegiatan mengamen.
Oleh karena itu, anak jalanan merupakan permasalahan yang kompleks, di
mana setiap tahunnya terus mengalami peningkatan. Kerena banyak faktor
yang menyebabkan anak-anak terjerumus dalam kehidupan jalanan, seperti:
rendahnya ekonomi keluarga atau tekanan kemiskinan, ketidak harmonisan
rumah tangga orang tua, dan masalah khusus menyangkut hubungan anak
dengan orang tua (Suyanto, 2010: 196). Tidak bisa dipungkiri lagi anak jalanan
atau pengamen telah menjadi fenomena yang menuntut perhatian dari semua
pihak khususnya Dinas Sosial. Mereka memerlukan perhatian khusus untuk
diberikan pengarahan, pelatihan, dan pembinaan terhadap perilaku mereka agar
kehidupan ekonomi mereka lebih baik dari pada jadi pengamen yang selama
ini mereka jalanin sehari-hari.
Kehadiran pengamen terkadang sangat mengganggu kenyamanan apalagi
banyak dari mereka yang memaksa untuk diberi imbalan, ada juga yang
menolak jika diberi sejumlah uang yang nilainya terlalu kecil misalnya
Rp.1000,- dan meminta jumlah yang lebih besar. Sebagaimana yang YA
ungkapkan sebagai pengunjung Kota Tua Jakarta:
„‟Adanya pengamen anak dirasa kurang nyaman dik karena menganggu
kenyamanan saya disini dan saya merasa terganggu‟‟. (Hasil wawancara
tanggal 15 Maret 2015).
Keberadaan pengamen di Kota Tua merupakan fenomena yang harus
mulai dipandang sebagai masalah serius, terutama dengan semakin banyaknya
33
permasalahan sosial, ekonomi dan budaya yang mereka hadapi. Salah satu
permasalahan sosial yang ada di Indonesia yaitu semakin meningkatnya jumlah
masyarakat miskin di negara ini. Hal ini dapat dilihat dengan semakin
banyaknya jumlah pengemis atau pengamen jalanan, terutama di Ibu Kota
Jakarta. Pengamen jalanan timbul akibat adanya kemiskinan dan kesenjangan
pendapatan di kota ini.
Bahkan ada yang menganggap keberadaan pengamen jalanan sering kali
dianggap sebagai sampah masyarakat, karena baik pemerintah maupun
masyarakat merasa terganggu oleh kehadiran mereka yang lalu lalang di
kawasan Kota Tua, perempatan lalu lintas, di pinggir jalan, dan banyak tempat-
tempat lain yang seringkali dijadikan tempat beroperasi. Belakangan ini baik
pengamen, pengemis, dan gelandangan semakin banyak berkeliaran di jalanan,
terutama di Kota Jakarta dan kota-kota besar lainnya. Pemuda, remaja,
pasangan suami-istri, anak-anak, dan perempuan renta semakin menyesaki
ruang publik kita. Itulah yang menyebabkan sebagian besar dari kita merasa
sangat terganggu dengan keberadaan mereka yang hampir ada dimana-mana
membuat kita merasa tidak nyaman.Banyaknya kriminalitas juga sering kali
dikaitkan terutama dengan anak-anak jalanan, karena mereka dibeberapa
kesempatan terlihat melakukan tindak-tindak kriminalitas seperti pencopetan,
perampasan, melakukan tindak kekerasan, penodongan, pelecehan seksual,
perkelahian, dan masih banyak kejahatan-kejahatan lain yang rentan dilakukan
oleh anak-anak jalanan. Mungkin hal-hal tersebut yang akhirnya membuat
pemerintah dan masyarakat menganggap mereka sebagai sampah masyarakat.
34
Jadi tidak bisa dipungkiri lagi anak jalanan yang melakukan tindakan sebagai
pengamen karena semata-semata hanya untuk membantu kebutuhan ekonomi
keluarganya yang didasari atas kemauan sendiri (motif instristik) dan juga atas
dorongan orang lain yang seperti disuruh orang tuanya dan preman jalanan
yang disebut motif ekstrinstik.
B. FAKTOR EKONOMI PENGAMEN ANAK DI WISATA KOTA TUA
JAKARTA
1. Faktor Ekstrinsik
Faktor eksternal yang dimaksudkan di sini adalah keadaan yang
mendorong seorang menjadi pengamen yang berasal dari luar diri pengamen
itu sendiri, yang disebabkan karena pengamen dihadapkan kepada kemiskinan
keluarga dan pendidikan sehingga susah untuk mencari pekerjaan dikarenakan
tidak memiliki keterampilan yang memadai.
Dari ciri-ciri umum di atas, penulis dapat mengetahui bahwa faktor
penyebab utama kehadiran pengamen anak adalah karena faktor kemiskinan,
Sehingga keadaan yang menjadikan mereka sebagai pengamen anak dalam
kehidupan sehari-harinya, oleh karena itu kehidupan mereka tersebut sangat
berbeda dengan kehidupan anak-anak sebaya yang berada di lingkungan
keluarga yang harmonis. Pada kenyataannya, tuntutan ekonomi yang
menggerakkan setiap orang untuk melakukan apapun. Sebagaimana dari hasil
pengamatan dan wawancara penulis ternyata mayoritas pengamen yang ada di
Kota Tua Jakarta mempunyai latar belakang sosial ekonomi yang rendah,
karena dari hasil wawancara yang dilakukan di lapangan pada pengamen anak,
35
mayoritas mengungkapkan bahwa menjadi seorang pengamen jalanan, mereka
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan agar dapat bertahan hidup di samping itu
untuk membantu ekonomi keluarga. Berdasarkan hasil penelitian di lapangan,
diketahui bahwa pendapatan yang diperoleh dari informan atau pengamen
tersebut ternyata cukup beragam, ada yang mendapatkan Rp. 20.000,- sampai
Rp. 70.000,- perharinya, ada yang dapat Rp. 50.000,- dan juga ada yang dapat
Rp. 100.000,- perharinya. Dari uang tersebut sebagian besar diserahkan kepada
orang tua untuk mencukupi kebutuhan keluarga sehari-hari. Hal itu sesuai
dengan alasan mereka memilih menjadi pengamen, agar bisa membantu
ekonomi keluarga. Sebagaimana yang diungkapkan oleh IR pengamen di Kota
Tua.
„‟Saya biasanya dapat Rp. 20.000, kadang-kadang Rp. 70.000 dalam sehari
bang. Uang tersebut untuk membantu orang tua saya buat kebutuhan sehari-
sehari karena kasihan orang tua gak punya pendapatan yang menentu‟‟(hasil
wawancara tanggal 14 Maret 2015 ).
Selain itu menurut pengakuan mereka, dikarenakan adanya paksaan dari
orang tua, diajak temannya serta dipaksa oleh orang lain yang bukan
keluarganya (ditipu/diperdaya secara halus ataupun dipaksa dengan kekerasan).
2. Faktor Instrinsik
Faktor yang menyebabkan anak mengamen di jalanan atas kemauan
sendiri, baik karena prihatin terhadap kondisi kehidupan orang tua dan
keluarganya ataupun karena ingin mendapatkan penghasilan yang dapat
memenuhi kebutuhannya.
36
Pengamen anak melakukan kegiatan setiap hari di Kota Tua Jakarta, atas
dasar kemauan sendiri, hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh salah
satu pengamen anak yang bernama IR, menyatakan:
„‟Ya saya mengamen atas dasar kemauan sendiri, walau pun ada dorongan
dari masalah kebutuhan hidup saya sehari-hari bang‟‟. (hasil wawancara
tanggal 2015).
Alasan menjadi pengamen Kota Tua dikarenakan merasa bosan berada di
rumah sepanjang hari seperti yang disampaikan oleh MA, mengaku:
„‟Ya memang kemauan diri saya sendiri merasa nyaman, asyik selama
menjalani sebagai mengamen dan untuk membantu perekonomian keluarga,
membayar, kebutuhan hidup sehari-hari saja sudah tercukupi bang.‟‟(Hasil
wawncara Tanggal 14 Maret 2015)
Sedangkan AJ memilih sebagai pengamen anak di tempat wisata Kota
Tua dikarenakan tuntutan ekonomi dan keluarga, hal ini sesuai dengan apa
yang disampaikan oleh Pardon bahwa seseorang melakukan tindakan ekonomi
didasarkan dua motif salah satunya motif melihat adanya dari dalam dirinya.
(Damsar. 2002:45)
Kemudian tidak jauh berbeda dengan yang disampaikan oleh Irwanto dan
R. Pardon dan Mulyadi yang menjelaskan bahwa pekerja anak di latar
belakangi oleh: Pertama, teori budaya, menurut teori tersebut bahwa dalam
budaya tertentu anak memang diharapkan menimba pengalaman bekerja dari
orang dewasa sejak usia muda. Kedua, teori kemiskinan, faktor mendasar
terjadinya fenomena pekerja anak adalah kemiskinan. Ketiga, teori ekonomi
37
bahwa ada perhitungan ekonomis rasional yang melatar belakangi persoalan
pekerja anak. Salah satu keberadan pengamen di Kota Tua disebabkan faktor
budaya, seperti faktor kebiasaan, seperti kesadaran individu masing-masing
untuk membantu perekonomian keluarga dan hobi. Hidup dalam keluarga
pengamen, sehingga mengamen menjad hal yang biasa dilakukanya , kebiasaan
orang tua mengamen kerap kali dianggap sebagai budaya yang diwariskan
kepada anak mereka, bahkan anak mereka dilatih agar terampil menjadi
pengamen.
Sehingga tidak jarang anak yang seharusnya mencari ilmu malah sibuk
berkeliaran mencari nafkah. Secara psikologi anak jalanan, anak-anak yang
telah terbiasa mengais rezeki dari kerasnya jalanan akan lebih keras
perwatakannya. Dan mereka yang telah terbiasa memegang uang akan lebih
suka mencari uang dari pada bersekolah. Dari sini sudah tertanam didiri
mereka bahwa mencari uang akan lebih mudah dengan cara mengamen. Ini
tentu dapat dibuktikan, bahwa dalam sehari baik pengemis maupun pengamen
dapat meraih pendapatan hingga Rp. 100.000 ,-. Dan karena pekerjaan ini
mudah tanpa butuh skill, maka berbondong-bondonglah para pengamen mulai
memarakkan budayanya pada anak cucu mereka.
Menjadi pengamen Kota Tua adalah kemauanya sendiri hal itu seperti
hasil wawancara dengan informan yang bernama IR menyatakan:
“Biasanya saya mengamen atas kemauan sendirian bang kadang pula saya
berdua sama adhe saya, sekitar 4-15 jam saya mengamen di sini karena saya
38
tidak sekolah karena orang tua saya sudah mengetahui saya mengamen
bang‟‟.(hasil wawncara dengan Irma tanggal 14 Maret 2015).
Sesuai dengan apa yang dinyatakan oleh IR, IN, MA, dan AJ bahwa
dirinya melakukan tindakan sebagai seorang pengamen anak karena atas dasar
“untuk kebutuhan hidup “membantu perekonomian orang tuanya” inilah
sebagai salah satu motif menjadi pengamen anak di lingkungan wisata Kota
Tua jelas terlihat bahwa pengamen anak dipengaruhi oleh kondisi
lingkungannya seperti keluarga.
Pardon mengungkapkan bahwa seseorang melakukan tindakan ekonomi
didasarkan atas faktor ekonomi ekstrinsik yaitu adanya dorongan orang lain,
sebagai perilaku seseorang yang diubah oleh kondisi lingkungannya dimana
tempat munculnya perilaku, entah iu berupa sosial atau fisik, dipengaruhi oleh
perilaku selanjutnya dalam bertindak dan kembali dengan berbagai cara.
(George Ritzer. 2007:356). Seperti informan IN yang menyatakan:
“Saya mengamen atas kemauan diri sendiri, dan saya mengamen sendiri
kalau saya merasa bosan maka saya ajak teman saya untuk mengamen bareng
ma saya, dan teman saya sudah mengetahui bahwa saya mengamen akan tetapi
orang tua saya sudah mengetahui, dan rata-rata pendapatan dan berbagai
macam pekerjaan yaitu berdagang, pemulung, bekerja di kantor sekitar Rp.
30.000,- sampai Rp. 600.000,- dan pendapatan kotor Rp. 50.000,- sampai Rp.
500.000,-.”(Hasil wawancara tanggal 17 Maret 2015)
Sesuai dengan apa yang dinyatakan oleh IN dan kalangan bahwa dirinya
melakukan tindakan sebagai pengamen anak karena atas dasar kalangan
39
pengamen anak yang sudah terterah di atas. Bahwasannya “atas keinginan
sendiri untuk mengamen dan orang orang tua sudah mengetahui, berbagai
macam pekerjaan dan pendapatan bersih maupun kotor itu semua untuk
kebutuhan ekonomi sehari-hari.” Inilah yang mengacu pada motif individu
untuk melakukan tindakan ekonomi.
C. FAKTOR SOSIAL PENGAMEN ANAK DI WISATA KOTA TUA
JAKARTA
Dalam penelitian ini penulis lebih memfokuskan pada pada perilaku sosial
pengamen anak di Kota Tua Jakarta, sebagai sesuatu yang bisa diamati secara
nyata. Menurut Alport bahwa perilaku merupakan hasil belajar yang diperoleh
melalui pengalaman dan interaksi yang terus-menerus dengan lingkungan.
Dengan seringnya berinteraksi dengan lingkungan, akan menjadikan seseorang
untuk dapat menentukan sikap karena disadari atau tidak, perilaku tersebut
tercipta karena pengalaman yang dialaminya. Sikap juga merupakan penafsiran
dan tingkah laku yang mungkin menjadi indikator yang sempurna, atau bahkan
tidak memadai. (Jalaluddin Rahmat, 2001: 201)
Fenomena kemunculan pengamen di Indonesia khususnya di Kota Jakarta
semakin terlihat, di Indonesia fenomena merebaknya pengamen merupakan
permasalahan sosial yang komplek. Hidup menjadi pengamen memang bukan
merupakan pilihan yang menyenangkan, karena mereka berada dalam kondisi
yang tidak mempunyai masa depan yang jelas, dan keberadaan mereka tidak
jarang menjadi masalah bagi banyak pihak, keluarga, dan masyarakat. Selain
itu keadaan atau kondisi ekonomi keluarga yang lemah, yang diperparah
40
dengan keadaan krisis ekonomi yang melanda negeri ini, turut berperan
menjadikan mereka pengamen.
Pengamen bagaimanapun telah menjadi fenomena yang menuntut
perhatian kita semua. Secara psikologis mereka adalah anak-anak jalanan yang
pada taraf tertentu belum mempunyai bentukan mental emosional yang kokoh,
sementara pada saat yang sama mereka harus bergelut dengan dunia jalanan
yang keras dan cenderung berpengaruh negatif bagi perkembangan dan
pembentukan kepribadiannya. Aspek psikologis ini berdampak kuat pada aspek
sosial. Dari fenomena sosial yang terjadi, maka terlihat bagaimana perilaku
yang ditunjuk kan oleh para pengamen dalam menghadapi setiap fenomena
sosial yang terjadi disekitarnya. Jadi pola perilaku pengamen jalanan
dipengaruhi oleh perilaku dalam bentuk sikap yang berasal dari keadaan
lingkungan alam dan lingkungan sosial atau keadaan dari dalam dan ransangan
dari luar.
Dimana labilitas emosi dan mental mereka yang ditunjang dengan
penampilan yang kumuh, banyak tato, celana sobek yang disengaja, dan
berpenampilan seperti preman, masyarakat akan memberikan stigma bahwa
pekerjaan mengamen yang dilakukan anak jalanan itu merupakan modus
belaka, dan mempunyai motif atau tujuan lain, seperti mencopet. Oleh karena
itu, perilaku tersebut dipandang sebagai wibawa negatif oleh sebagian besar
masyarakat terhadap para pengamen yang diidentikan dengan membuat onar,
anak-anak kumuh, suka mencuri, sampah masyarakat yang harus diasingkan.
Pada taraf tertentu stigma masyarakat yang seperti ini justru akan memicu
41
perasaan alienatif mereka yang pada gilirannya akan melahirkan kepribadian
introvet, cenderung sukar mengendalikan diri dan sosial. Padahal tak dapat
dipungkiri bahwa mereka adalah generasi penerus bangsa untuk masa
mendatang.
Namun pada kenyataannya, perilaku para pengamen tidak semuanya
berperilaku negatif. Dari hasil observasi dan wawancara di lapangan, perilaku
asertif masih dimiliki oleh para pengamen. Perilaku asertif merupakan perilaku
yang positif karena tidak merugikan orang lain dan juga tidak merugikan diri
sendiri. Karena pengamen jalanan yang ada di Kota Tua Jakarta tidak
semuanya berperilaku kasar terhadap masyarakat dalam menjalankan
aktivitasnya ketika pengamen jalanan tersebut tidak diberikan imbalan oleh
masyarakat. Bahkan masyarakat yang ada di Kota Tua merasa terhibur atas
penampilan pengamen tersebut,
Karena penampilan mereka hanya semata-mata untuk mempengaruhi
respon masyarakat untuk memberikan imbalan dan masyarakat mengatakan
tidak merasa terganggu dengan keberadaan pengamen yang tujuannya benar-
benar untuk mencari nafkah di jalanan, selama mereka bertingkah laku yang
baik sopan, tidak maksa-maksa dan ramah. Bahkan masyarakat merasa
simpatik dengan keadaan kehidupan pengamen yang berkeliaran di jalanan
dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya. Sebagaimana yang diungkap
kan oleh BAM selaku karyawan tetap di Kota Tua Jakarta:
“Menurut saya mereka baik, karena saya lihat langsung kadang saya lagi
duduk didatangi oleh pengamen dan mereka sopan, baik dan menyanyikan lagu
42
yang enak didengar maka saya kasih uang sekedarnya, jikalau pengamen anak
prilaku sosialnya tidak menyenangkan maupun memaksa-maksa maka saya
akan tangani langsung dan memberi peringatan secara tegas, karena saya ingin
mewujudkan Kota Tua ini enak merasa nyaman bagi para pengunjung maupun
bagi para turis lainnya. Dan saya gak merasa terganggu, selama mereka
mengamen tidak berbuat onar maka para pengunjung pun merasa senang
terhibur ada juga sich yang kurang menyenangkan.” (Hasil wawancara pribadi
dengan bapak BAM pada tanggal 27 April 2015).
Jadi, pada dasarnya mereka yang bekerja sebagai pengamen bukan hanya
karena ingin menyalurkan hobi atau bakat akan menyanyi akan tetapi dapat
juga dilihat dari tindakan mereka yang cenderung sebagian besar suka
memaksa terhadap pengujung hal ini tidak terjadi pada Pengunjung Kota Tua,
karena pengamen yang ada di Kota Tua memiliki perilaku yang baik dan tidak
maksa-maksa ketika tidak diberikan uang. Perilaku pengamen sangat beraneka
macam, tidak semua diantara mereka memiliki prilaku yang negatif, tetapi ada
juga hal positif dari mereka, yaitu: pandai membaca peluang, tahan bekerja
keras, memiliki solidaritas yang tinggi dengan sesama teman, mudah membuat
keterampilan, bersikap terbuka dan saling percaya.
D. PRILAKU SOSIAL PENGAMEN ANAK DI LINGKUNGAN
WISATA KOTA TUA JAKARTA
Perilaku sosial adalah perbuatan atau perilaku manusia untuk mencapai
tujuan subjekif dirinya. Misalnya: sejak kecil manusia sudah melakukan
tindakan sosial, antara lain membagi makanan dengan temannya, dan memberi
43
sesuatu kepada pengemis. Tindakan sosial manusia diperoleh melalui proses
belajar dan proses pengalaman dari orang lain.Jika tindakan sosial itu dianggap
baik, maka manusia akan melakukan tindakan yang sama. Jika tindakan sosial
itu baik dan bermanfaat bagi orang lain, makin lama tindakan sosial tersebut
dapat dianggap sebagai suatu kebisaaan yang harus dilakukan oleh seluruh
anggota kelompok sosial.
Perilaku sosial dapat dibedakan menjadi Tiga tipe
(www.mediaindonesiaonline.com diunduh pada tanggal 28 Juli 2015). Ketiga
tipe perilaku itu diuraikan seperti berikut:
1. Bersifat Rasional (Instrumental)
Perilaku sosial yang bersifat rasional adalah tindakan sosial yang
dilakukan dengan pertimbangan dan pilihan secara sadar (masuk akal). Artinya
tindakan sosial itu sudah dipertimbangkan masak-masak tujuan dan cara yang
digunakan untuk mencapai tujuan tersebut. Contohnya: MA memutuskan
pengamen daripada memilih melanjutkan sekolahnya di tingkat dasar.
Alasannya karena MA ingin membantu perekonomian orang tua dan
membiayai sekolah adik-adiknya.
2. Berorientasi Nilai
Perilaku sosial yang berorientasi nilai dilakukan dengan memperhitungkan
manfaat, sedangkan tujuan yang ingin dicapai tidak terlalu dipertimbangkan.
Perilaku ini menyangkut kriteria baik dan benar menurut penilaian masyarakat.
Bagi perilaku sosial ini yang penting adalah kesesuaian tindakan dengan nilai-
nilai dasar yang berlaku dalam kehidupan masyarakat. Contohnya: tidak pernah
44
mempersoalkan mengapa kita harus makan dan minum dengan tangan kanan.
Tindakan tersebut kita lakukan karena pandangan masyarakat yang
menekankan kalau makan dan minum dengan tangan kanan lebih sopan
daripada dengan tangan kiri.
Seperti halnya yang terjadi pada pandangan masyarakat terhadap
pengamen anak di wisata Kota Tua Jakarta, yang cenderung memiliki citra
negatif, tanpa menilai secara sudut pandang mereka. Sehingga tidak jarang
sering terjadi kekeliruan penilain atas mereka.
3. Tradisional
Perilaku sosial tradisional adalah tindakan sosial yang menggunakan
pertimbangan kondisi kebisaaan yang telah baku dan ada di masyarakat. Oleh
karena itu, tindakan ini cenderung dilakukan tanpa suatu rencana terlebih
dahulu, baik tujuan maupun caranya, karena pada dasarnya mengulang dari
yang sudah dilakukan.
Contohnya: Kegiatan mengamen di wisata Kota Tua Jakarta sudah terlihat
sejak dari dulu kala, sehingga regenarsi yang terjadi pada masa kini tidak
menutup kemungkinan adalah sebuah kebiasaan yang telah turun temurun
secara generatif yang terjadi pada masyarakat tingkat perekonomian rendah,
khususnya yang terjadi di wilayah sekitar wisata Kota Tua Jakarta.
45
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pada hasil penelitian yang telah diuraikan dalam pembahasan
pada bab-bab sebelumnya, maka penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut:
1. Keberadaan pengamen anak di lingkungan wisata Kota Tua Jakarta
dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor ekonomi dan faktor sosial. Faktor
ekonomi mengacu pada tindakan mereka untuk mengamen berdasarkan faktor
kemiskinan. Dari faktor sosial perilaku pengamen jalanan dipengaruhi oleh
perilaku dalam bentuk sikap yang berasal dari keadaan lingkungan alam dan
lingkungan sosial atau keadaan dari dalam dan ransangan dari luar atau ajakan
dari teman sebayanya.
2. Bentuk perilaku sosial pengamen anak di lingkungan wisata Kota Tua
Jakarta memiliki dua hal, yaitu perilaku negatif dan perilaku positif. Bentuk
dari perilaku negatif pengamen anak dilihat dari labilitas emosi dan mental
mereka yang ditunjang dengan penampilan yang kumuh, banyak tato, celana
sobek yang disengaja, dan berpenampilan seperti preman. Hal ini juga
meyinggung pekerjaan pengamen yang dilakukan anak jalanan itu hanya
sebagai modus belaka, dan mempunyai motif atau tujuan lain, seperti
mencopet. Sedangkan perilaku positif dilihat dari tingkah laku pengamen yang
tidak merugikan orang lain dan juga tidak merugikan diri sendiri. Pengamen
anak tidak berperilaku kasar terhadap masyarakat dalam menjalankan
46
aktivitasnya. Karena pada saat mengamen tidak memaksa saat meminta
imbalan oleh pengunjung. Bahkan pengunjung yang ada di Kota Tua merasa
terhibur atas penampilan pengamen tersebut dan perilaku positif yang lain
seperti, pandai membaca peluang, tahan bekerja keras, memiliki solidaritas
yang tinggi dengan sesama teman, mudah membuat keterampilan, bersikap
terbuka dan saling percaya.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan tersebut diatas maka saran dari penulis
diharapkan dapat memberi manfaat adalah:
1. Kepada para orang tua pengamen penulis menyarankan agar lebih
memberikan kasih sayang, ketentraman, penerimaan diri bahwa anak jalanan
tidak hanya sebagai tulang punggung keluarga atau pencari nafkah utama
sehingga orang tua dapat memberikan hak yang sama seperti anak-anak
lainnya.
2. Untuk para orang tua diharapkan agar lebih mengarahkan anaknya
untuk belajar dengan baik dan terus bersekolah sampai sekolah tingkat tinggi
agar nantinya dapat memperbaiki ekonomi keluarga dan mengangkat
kehidupan keluarga dari himpitan ekonomi.
3. Kepada Pemerintah Kota khususnya Kota Pemprov Jakarta agar lebih
memperhatikan lagi kehidupan pengamen diantaranya dengan program-
program bantuan masyarakat kurang mampu, program pelatihan dan
keterampilan, beasiswa untuk siswa miskin, dan penertiban anak jalanan secara
rutin dan berkala, serta mendirikan rumah singgah untuk anak jalanan
47
khususnya pengamen anak sehingga tidak ada lagi anak-anak yang berkeliaran
di jalanan.
vii
DAFTAR PUSTAKA
Ainul Yakin, Moh. Upaya Penertipan Kerja pada Pengamen oleh Organisasi
pengamen Pengasong Lasem (OPPEL) dikecamatan Lasem Kabupaten
Rembang. Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga Yogyakart, 2008.
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rhineka Cipta, 2006.
Damsar.Sosiologi Ekonomi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2009.
Echols, John M. dan Shadily, Hassan. Kamus Inggris-Indonesia. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, 2002.
Evy, Clara. Status Sosial Ekonomi dan Keluarga dalam Menunjang prestasi
Belajar Siswa. Depok: Universitas Indonesia, 2000.
Mulyadi Ekonomi Sumber Daya Manusia Dalam Perspektif Pembangunan.
Jakarta: Rajawali Pres,2008.
Mustafa. Pendidikan Anak Pada Keluarga Miskin, Studi Kasus pada Keluarga
Miskin di Jakarta. Depok: Universitas Indonesia, 2004.
Nas.P.J.M. Kota di Dunia Ketiga. Jakarta: Bhratara Karya Ausara, 1984.
Putra, Nusa. Potret Puram Anak Jalanan. Bandung: Yayasan Akatiga dan Gugus
Analisis, 1996.
Rahmat, Jalaluddin. Psikologi Agama. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007.
Robinson, Philip. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Press, 1986.
Sringarimbun, Masri dkk.Sosiologi Perkotaan. Jakarta: Universitas Terbuka.
Tim Penyusun Panduan Akademik. Panduan Penyusun Proposal dan Penulisan
Skripsi. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2012.
Widodo.Cerdik Menyusun Proposal Penelitian Skripsi, Tesis, dan Disertasi.
Jakarta: Magna Script, 2004.
viii
INTERNET:.
Bagus, Tirta Yoa Ida. 2014. “Pengertian, Asas, Tujuan, Dari Wisata Menurut UU
No 10 Tahun 2009.“. Kunaroh. Blogspot.com. Diunduh pada 17 Desember
2014. http://kunaroh.blogspot.com
Farhan, Afif. 2013. “Ini Gambaran Kota Tua Jakarta.” Detik.com. Diunduh
pada tanggal 21 Januari 2015 http;//travel.detik.com.
Khoirli, Tri hatnanto. 2014. “Mengais Rejeki Akhir Tahun di Wisata Kota Tua“ di
uduh pada 12 Januari 20015.http://www.varia.id
Nugroho, Fentiny. 2011. “Target DKI Jakarta Bebas Anak Jalanan Bakal
Tercapai.” Berita on-line-kompas.com. Di unduh 16 Desember
2014.http://megapolitan.kompas.com.
(www.mediaindonesiaonline.com diunduh pada tanggal 28 Juli 2015)
JURNAL:
Baruddin. “Perkembangan Medan Menuju Kota Metropolitan.”. Jurnal Hormoni
Sosial Vol.1, Fisip USU, 2006.
Fitriadi, Irfan. “Citra Diri Pengamen Pedesaan.” Jurnal Universitas Sebelas
Maret Surakarta, 2001.
Wawancara
Irma, Pengamen di Kota Tua Jakarta 14 Maret 2015
Indah, Pengamen di Kota Tua Jakarta 14 Maret 2015
Adiputera¸ pengamen di Kota Tua Jakarta15 Maret 2015
Asnelly Dewita Ali, BA, Kepala Satuan Pelaksana Informasi, Pelayanan Dan
Promosi 26 Maret 2015
Hesty yuliaty Staff Unit Pengelola Kota Tua Jakarta 27 April 2015
WAWANCARA KEPADA PENGAMEN
Nama : IR
Usia : 11 tahun
Pekerjaan : Mengamen
Pendidkan : Tidak Sekolah
Tanggal : 14 Maret 2015
1. Suah berapa lama anda mengamen? Saya mengamen kurang lebih hampir 3 Tahun
2. Kenapa anda mengamen? Saya mengamen untuk membantu orang tua saya dalam
kebutuhan sehari-sehari dan saya kasihan orang tua tidak punya pendapatan yang
menentu
3. Biasanya anda mengamen sendiri atau berdua dan berapa jam setiap harinya?
Sendirian berdua sama ade saya, sekitar 4-15 jam saya ngamen disini karena saya gak
sekolah.
4. Siapa yang mengajak anda mengamen pertama kali? Kemauan sendiri
5. Apakah kebutuhan hidup anda tercukupi dari hasil mengamen? Peenghasilan dari
mengamen cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup
6. Apakah keluarga, saudara dan teman lingkungan anda tau mengenai profesi anda
sebagai pengamen? Ada tua orang tua saya
7. Apa pendidikan formal terakhir ayah anda? Kelas 3 SD
8. Apa pendidikan terakhir ibu anda? Kelas 5 SD
9. Apa pekerja utama ayah anda? pekerjaan ayah saya membersikan got
10. Apa pekerja utama ibu anda? pekerjaan ibu saya menjual kopi di fatahillah
11. Berapakah penghasilan pokok ayah setiap bulan? Rp 200.000 kadang-kadang Rp
400.000
12. Berapakah penghasilan pokok ibu setiap bulan? Rp 200.000
13. Rata-rata dalam sebulan, berapa rupiah kira-kira pendapatan kotor ‘’rumah tangga’’
keluarga anda? 30 ribu
14. Berapa jumlah anggota keluarga ( anak) ? 6 orang
15. Berapa jumlah tanggungan keluarga yang masih sekolah? Gak ada
16. Berapa besar pengeluaran untuk menu makanan keluarga anda sehari-hari? Kadang-
kadang Rp 5.000 sampai Rp10.000
17. Berapa biaya yang dikeluarkan untuk biaya listrik? Rp100.000 perbulan
18. Apakah mengamen karena kebutuhan ekonomi? Ya buat kebutuhan hidup yang tidak
tercukupi
19. Apa kegiatan sehari-hari anda selain mengamen? Saya di rumah membantu orang tua
20. Kenapa anda mengamen di tempat Kota Tua Jakarta dan mengamen di tempat Wisata
yang lain? Kalau di sini aman dan baik gak jahat, kalau di tempat lain di tangkap ma
satpol pp
21. Apakaah anda pernah mengamen pendidikan formal? Saampai kelas berapa! Pernah
sekolah sampai kelas 3 SD
Nama : IN
Usia : 11 Tahun
Pekerjaan : Pengamen
Pendidkan : Tidak Sekolah
Tanggal : 14 Maret 2015
1. Bagaimana cara anda mengamen? Pakai salon musik2.
2. Kenapa anda memilih cara itu? Simple
3. Biasanya anda mengamen sendiri atau berdua dan berapa jam setiap harinya? Sendiri,
kadang bertiga, paling sekitar 4 jam bang
4. Siapa yang mengajak anda mengamen pertama kali? Kemauan sendiri
5. Selama mengamen pernahkah anda mendapatkan pengahasilan selain mengamen?
Kadang mengamen kadang menjadi pemulung
6. Apakah kebutuhan hidup anda tercukupi dari hasil mengamen? Alhamdulilallah
tercukupi kebutuhan hidup saya
7. Apakah keluarga, saudara dan teman lingkungan anda tau mengenai profesi sebagai
pengamen? Yang mengetahui saya mengamen hanya saudara saya
8. Apa pendidikan formal terakhir ayah anda? Sampai kelas 6 SD
9. Apa pendidikan terakhir ibu anda? kelas 5 SD
10. Apa pekerja utama ayah anda? Kantor
11. Apa pekerja utama ibu anda? Pemulung
12. Berapakah penghasilan pokok ayah setiap bulan?Rp. 600.000
13. Berapakah penghasilan pokok ibu setiap bulan? Rp. 300.000
14. Rata-rata dalam sebulan, berapa rupiah kira-kira pendapatan kotor ‘’rumah tangga’’
keluarga anda? Rp. 500.000
15. Berapa jumlah anggota keluarga ( anak) ? 6 orang
16. Berapa besar pengeluaran untuk menu makanan keluarga anda sehari-hari? Rp.
10.000
17. Berapa biaya yang dikeluarkan untuk biaya listrik? Rp. 40.000
18. Apakah mengamen karena kebutuhan ekonomi? Membutuhkan ekonomi
19. Sejak kapan anda mengamen? 4 bulan
20. Apa sebab-sebab anda mengamen? Karena faktor ekonomi saya menmbantuorang tua
mencari tambahan penghasilan agar kebutuhan hidup tercuupi
21. Kenapa anda mengamen di tempat Kota Tua Jakarta dan tidak mengamen di tempat
Wisata yang lain? Karena disini rame juga
22. Apaka anda nyaman menjadi mengamen? Nyaman
23. Apakah benar anda mengamen kemauan sendiri? Saya mengamen karena kemauan
sendiri sekaligus membantu oorang tua mencari uang
Nama : AD
Usia : 9 tahun
Pekerjaan : Pengamen
Pendidkan : Tidak Sekolah
Tanggal : Cikunir
1. Kenapa anda mengamen? saya mengamen karena mengikuti kemauan bapak saya
2. Biasanya anda mengamen sendiri atau berdua dan berapa jam setiap harinya?
Mengamen kadang berdua, kadang sendiri kadang berama-ramai, sekitar 12 jam bang
guengamen disini kadang gue pindah-pindah ketempat lain sampai gue tidur di
jalanan, yach bisa 24 jamlah bang gue di jalanan.
3. Siapa yang mengajak anda mengamen pertama kali? Di ajak mengamen oleh orang
tua
4. Apakah kebutuhan hidup anda tercukupi dari hasil mengamen?Alhamdulilallah
tercukupi
5. Apakah keluarga, saudara dan teman lingkungan anda tau mengenai profesi sebagai
pengamen? Tetangga dan keluarga tau kalau mengamen karena keluarga gue kurang
mampu, sekolah aja engak sampai lulus SD
6. Apa pendidikan formal terakhir ayah anda? 3 SMP
7. Apa pendidikan terakhir ibu anda? 5 SD
8. Apa pekerja utama ayah anda? pekerjaan ayah saya sebagai kuli Batu
9. Apa pekerja utama ibu anda? profesi ibu saya sebagai pemulung
10. Apa pekerjaan tambahan ayah anda? Pedagang
11. Apa pekerjaan tambahan ibu anda? Ibu RumahTangga
12. Berapakah penghasilan pokok ayah setiap bulan? Rp 500.000 lebih
13. Berapakah penghasilan pokok ibu setiap bulan? Rp 30.000
14. Rata-rata dalam sebulan, berapa rupiah kira-kira pendapatan kotor ‘’rumah tangga’’
keluarga anda? Rp. 500.000-100.000
15. Berapa jumlah anggota keluarga ( anak) ? 5 orang
16. Berapa besar pengeluaran untuk menu makanan keluarga anda sehari-hari? Rp 5000
17. Berapa biaya yang dikeluarkan untuk biaya listrik? Rp 30.000
18. Apakah mengamen karena kebutuhan ekonomi? Ya bang karena kami pendatang di
sini dan penghasilan orang tua tidak mencukupi kebutuhan hidup jadi mencari
tambahanpenghasilan dengan cara mengamen
19. Sejak kapan anda mengamen? Umur 5 tahun
20. Apa sebab-sebab anda mengamen? Karena orang tua yang tidak mampu mencukupi
kebutuhan hidup
21. Kenapa anda mengamen di tempat Kota Tua Jakarta dan gak mengamen di tempat
Wisata yang lain? gue gak cuma mengamen disini bang di tempat lain juga
Nama : BA
Usia : 9 tahun
Pekerjaan : Pengamen
Pendidkan : Tidak bersekolah
Tanggal : 14 Maret 2015 Kampung bandan
1. Biasanya anda mengamen sendiri atau berdua dan berapa jam setiap harinya?
Mengamen dengan ibu kadang dengan teman, paling cuma 6 jam soalnya gue pindah-
pindah tempat.
2. Siapa yang mengajak anda mengamen pertama kali? Bapak
3. Apakah kebutuhan hidup anda tercukupi dari hasil mengamen? dicukup-cukupin
bang.
4. Apakah keluarga, saudara dan teman lingkungan anda tau mengenai profesi seebagai
pengamen? Ya meereka pada tau saya mengamen
5. Apa pendidikan formal terakhir ayah anda? 6 SD
6. Apa pendidikan terakhir ibu anda? 5 SD
7. Apa pekerja utama ayah anda? Berdagang dan menjadi supir
8. Apa pekerja utama ibu anda? Mengamen
9. Apa pekerjaan tambahan ayah anda? Pedagang
10. Berapakah penghasilan pokok ayah setiap bulan? 300.000
11. Berapakah penghasilan pokok ibu setiap bulan? 300.000
12. Rata-rata dalam sebulan, berapa rupiah kira-kira pendapatan kotor ‘’rumah tangga’’
keluarga anda? 500.000
13. Berapa jumlah anggota keluarga ( anak) ? 3 orang
14. Berapa besar pengeluaran untuk menu makanan keluarga anda sehari-hari? 5000
sampai 10000
15. Kenapa anda mengamen? Mengikuti bapak
16. Apakah mengamen karena kebutuhan ekonomi? ya
17. Sejak kapan anda mengamen? Sejak ayah mengamen
18. Apa sebab-sebab anda mengamen? Banyak teman
19. Kenapa anda mengamen di tempat Kota Tua Jakarta dan tidak mengamen di tempat
Wisata yang lain? karena tempatnya nyaman dan banyak pengunjung
20. Apakah anda nyaman menjadi mengamen? Ya nyaman karena ada ibu yang membuat
aman.
Nama : MA
Usia : 13 tahun
Pekerjaan : Serabutan
Pendidkan : putus sekolah sejak kelas 4 SD
Tanggal : 14 Maret 2015
1. Kenapa anda memilih cara itu? Karena lebih aman di tempat gue mengamen yaitu di
Kota Tua Jakarta
2. Biasanya anda mengamen sendiri atau berdua dan berapa jam setiap harinya? Sendiri
kalau bosan berdua
3. Siapa yang mengajak anda mengamen pertama kali? Kemauan sendiri
4. Apakah kebutuhan hidup anda tercukupi dari hasil mengamen? Tidak mencukupi
kebutuhan hidup gue sehari-hari
5. Apakah keluarga, saudara dan teman lingkungan anda tau mengenai profesi sebagai
pengamen? Ya mereka sudah tahu kalau gue mengamen
6. Apa pendidikan formal terakhir ayah anda? SMK
7. Apa pendidikan terakhir ibu anda? SMP
8. Apa pekerja utama ayah anda? karyawan swasta
9. Apa pekerja utama ibu anda? ibu bekerja di laudry
10. Apa pekerjaan tambahan ayah anda? Pedagang
11. Berapakah penghasilan pokok ayah setiap bulan? Rp. 1.500.000
12. Berapakah penghasilan pokok ibu setiap bulan? Rp 500.000
13. Rata-rata dalam sebulan, berapa rupiah kira-kira pendapatan kotor ‘’rumah tangga’’
keluarga anda? Rp 500.000
14. Berapa besar pengeluaran untuk menu makanan keluarga anda sehari-hari? Rp
20.000- 40.000
15. Berapa biaya yang dikeluarkan untuk biaya listrik? Rp 100.000
16. Apakah mengamen karena kebutuhan ekonomi? Tidak, karena kebutuhan ekonomi,
keluarga tidak kekurangan
17. Sejak kapan anda mengamen? Sejak tahun 2010
18. Kenapa anda mengamen di tempat Kota Tua Jakarta dan gak mengamen di tempat
Wisata yang lain? Disini nyaman
19. Apakah anda nyaman menjadi mengamen? Tidak karena perkumpulannya kasar
Nama : DI
Usia : 11 tahun
Pekerjaan : Pengamen
Pendidikan : Tidak Sekolah
Tanggal : 14 Maret 2015
1. Biasanya anda mengamen sendiri atau berdua? Berdua
2. Siapa yang mengajak anda mengamen pertama kali? Orang tua
3. Apakah kebutuhan hidup anda tercukupi dari hasil mengamen? Tercukupi
4. Apakah keluarga, saudara dan teman lingkungan anda tau mengenai profesi sebagai
pengamen? Ya ereasemua uda pada tahu kalau saya mengamen
5. Apa pendidikan formal terakhir ayah anda? Tidak bersekolah
6. Apa pendidikan terakhir ibu anda? Sampai SD saja
7. Apa pekerja utama ayah anda? Serabutan
8. Apa pekerja utama ibu anda? Berdagang
9. Berapakah penghasilan pokok ayah setiap bulan? Tidak ada
10. Berapakah penghasilan pokok ibu setiap bulan? Rp 200.000
11. Rata-rata dalam sebulan, berapa rupiah kira-kira pendapatan kotor ‘’rumah tangga’’
keluarga anda? 100.000
12. Berapa jumlah anggota keluarga (anak) ? 8 orang
13. Berapa besar pengeluaran untuk menu makanan keluarga anda sehari-hari? Rp 10.000
14. Berapa biaya yang dikeluarkan untuk biaya listrik? Rp 50.000
15. Kenapa anda mengamen? Karena untuk membantu orang tua membayar kontrakan
rumah
16. Apakah mengamen karena kebutuhan ekonomi? Ya untuk membantu orang tua dalam
mencukupi kebutuhan hidup
17. Sejak kapan anda mengamen? 6 Bulan
18. Apa sebab-sebab anda mengamen? Karena saya ingin meembantu orang tua saya
membayar kontrakan rumah
19. Kenapa anda mengamen di tempat Kota Tua Jakarta dan mengamen di tempat Wisata
yang lain? Di tempat lain di gajahmada mengamen ada razia.
20. Apakah anda nyaman menjadi mengamen? Ya nyaman
Nama : AJ
Usia : 12 Tahun
Pekerjaan ; Pengamen
Pendidkan : Tidak Sekolah
Tanggal : 14 maret 2015
1. Biasanya anda mengamen sendiri atau berdua? Sendiri
2. Siapa yang mengajak anda mengamen pertama kali? Kemauan diri gue sendiri
3. Apakah kebutuhan hidup anda tercukupi dari hasil mengamen? Tidak cukup
4. Apakah keluarga, saudara dan teman lingkungan anda tau mengenai profesi seebagai
pengamen? Ya pada tahu terutama teman gue
5. Apa pendidikan formal terakhir ayah anda? kelas 2 SMP
6. Apa pendidikan terakhir ibu anda? kelas 5 SD
7. Apa pekerja utama ayah anda? bekerja serabutan
8. Apa pekerja utama ibu anda? peekeerjaan ibu saya sebagai pedagang
9. Apa pekerjaan tambahan ibu anda? kuli cuci baju
10. Berapakah penghasilan pokok ayah setiap bulan? Tidak menentu, kadang Rp 350.000
11. Berapakah penghasilan pokok ibu setiap bulan? Rp 200.000
12. Rata-rata dalam sebulan, berapa rupiah kira-kira pendapatan kotor ‘’rumah tangga’’
keluarga anda? Rp 150.000
13. Berapa jumlah anggota keluarga (anak) ? 3 orang
14. Berapa besar pengeluaran untuk menu makanan keluarga anda sehari-hari? Rp 10.000
15. Berapa biaya yang dikeluarkan untuk biaya listrik? 100.000
16. Kenapa anda mengamen? Untuk keebutuhan hidup dan membantu perekonomian
orang tua gue
17. Apakah mengamen karena kebutuhan ekonomi? Ya
18. Sejak kapan anda mengamen? Sudah lama saya mengamen
19. Apa sebab-sebab anda mengamen? Kemauan diri gue sendiri
20. Kenapa anda mengamen di tempat Kota Tua Jakarta dan mengamen di tempat Wisata
yang lain? Karena ditempat lain banyak resiko dan pendapatan hanya tidak menentu,
gue mengamen di Kota Tua karena banyak pengunjung dan pendapatan gue lumayan
tercukupi dan w merasa enjoy disini
21. Apakah anda nyaman menjadi mengamen? Sangat nyaman dan asyik selama gue
menjalani sebagai pengamen
Nama : UD
Usia : 10 Tahun
Pekerjaan : Pengamen
Pendidkan : Tidak sekolah
Tanggal : 14 Maret 2015
1. Biasanya anda mengamen sendiri atau berdua? Kadang berdua
2. Siapa yang mengajak anda mengamen pertama kali? Dari teman
3. Apakah kebutuhan hidup anda tercukupi dari hasil mengamen? Tidak cukup
4. Apakah keluarga, saudara dan teman lingkungan anda tau mengenai profesi seebagai
pengamen? Tidak tahu
5. Apa pendidikan formal terakhir ayah anda? kelas 6 SD
6. Apa pendidikan terakhir ibu anda? kelas 4 SD
7. Apa pekerja utama ayah anda? kuli bangunan
8. Apa pekerja utama ibu anda? berjualan minuman di Kota Tua Jakarta
9. Apa pekerjaan tambahan ayah anda? tukang servise eletronik
10. Berapakah penghasilan pokok ayah setiap bulan? Rp 500.000
11. Berapakah penghasilan pokok ibu setiap bulan? Rp 150.000
12. Rata-rata dalam sebulan, berapa rupiah kira-kira pendapatan kotor ‘’rumah tangga’’
keluarga anda? Rp 300.000
13. Berapa jumlah anggota keluarga ( anak) ? 3 orang
14. Berapa besar pengeluaran untuk menu makanan keluarga anda sehari-hari? Rp 10.000
15. Berapa biaya yang dikeluarkan untuk biaya listrik? Rp 100.000
16. Kenapa anda mengamen? Gue mengamen untuk memenuhi kebutuhan diri sendiri dan
membantu orang tua yang kurang mampu
17. Apakah mengamen karena kebutuhan ekonomi? Ya karena orag tua uran mampu
memenuuhi kebutuhan hidup
18. Sejak kapan anda mengamen? Sudah cukup lama w mengamen
19. Kenapa anda mengamen di tempat Kota Tua Jakarta dan mengamen di tempat Wisata
yang lain? W merasa nyaman tempat di Kota Tua ini dari pada di tempat yang lain
berisiko
20. Apakah anda nyaman menjadi mengamen? Ya w merasa nyaman menjadi pengamen
WAWANCARA PENGUNJUNG WISATA
Nama : YA
Usia : 30
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidkan : SMA
Tanggal : 15 Maret 2015
1. Bagaimana pendapat anda tentang banyaknya pengamen anak di lingkungan wisata
kota tua? Adanya pengamen anak di kota tua jadi kurang nyaman
2. Apakah anda merasa terganggu dengan banyaknya pengamen anak di kota tua? Ya
saya merasa terganggu kurang nyaman
4 Apakah anda sering mengunjungi kota tua? Lumayan sering mengunjungi kota tua
5 Apa pendapat anda tentang kota tua jakarta? Tempat masih bagus, fasilitasnya masih
kurang, masih berdesak-desakan dan kalau hujan bingung mau kemana.
6 Bagaimana pendapat anda tentang pengamen anak? Pengamen dirasa kurang nyaman
karena terus-menerus berdatangan.
7 Apakah setiap pengamen anak yang datang untuk mengibur anda, anda berikan
imbalan dan apa alasannya? Kadang memberikan imbalan karena kasihan dengan
anak kecil.
8 Menurut bapak/ibu faktor apa yang sebenarnya menyebabkan mereka mengamen
disini? Faktor ekonomi dan biasanya tuch untuk membantu orang tua dan untuk
tambahan biaya sekolah kan mereka ini kan biasanya mengamen di sekitar kawasan
Kota Tua
9 Bagaimana perilaku sosial pengamen anak terhadap di kawasan Kota Tua Jakarta ini?
Mereka baik-baik dan tidak aneh-aneh tidak menganggu kawasan kita biarkan aj
10 Apakah bapak/ibu dengan keberadaan pengamen di Kota Tua ini merasa terganggu?
Kenapa? Gak karena selama para pengunjung tidak merasa terganggu maka gak
terganggu, karena selalu baik dan sopan ramah dan juga tidak merasa ganggu
11 Sejauh ini menurut pengetahuan bapak/ibu apakah pengamen di Kota Tua ini selalu
bertingkah laku yang kurang baik? Gak, karenakan kebanyakan yang kita lihat disini
anak-anaknya pada baik, ibarat kata loe lagi-loe lagi kalau pada dasarnya tingkah laku
mereka baik, mereka punya orang tua ya pasti kan di sayang ma orang tuanya
Nama : GN
Usia : 30 tahun
Pekerjaan : Karyawan
Pendidkan : SMK
Tanggal : 15 Maret 2015
1. Bagaimana pendapat anda tentang banyaknya pengamen anak di lingkungan wisata
kota tua? Sedikit terganggu tetapi menghilangkan kepanatan
2. Apakah anda merasa terganggu dengan banyaknya pengamen anak di kota tua?
Sedikit terganggu adanya pengamen anak.
3. Apakah anda sering mengunjungi kota tua?Jarang
4. Apa pendapat anda tentang kota tua jakarta? Kota tua adalah museum bangunan dari
zaman dahulu bagus untuk refreshing.
5. Bagaimana pendapat anda tentang seniman musik/pengamen anak? Seniman musik
lumayan mengganggu tapi jangan keseringan.
6. Apakah setiap pengamen anak yang datang untuk mengibur anda, anda berikan
imbalan dan apa alasannya? Memberi karena kasihan dan ia seniman menghibur
7. Menurut bapak/ibu faktor apa yang sebenarnya menyebabkan mereka mengamen
disini? Faktor ekonomi dan biasanya tuch untuk membantu orang tua dan uang jajan
mereka sehari-hari biasanya seperti itu, dan untuk tambahan biaya sekolah kan
mereka ini kan biasanya mengamen di sekitar kawasan Kota Tua sini
8. Bagaimana perilaku sosial pengamen anak terhadap di kawasan Kota Tua Jakarta ini?
Mereka baik-baik dan tidak aneh-aneh tidak menganggu kawasan maka kita biarkan
saja bakat mereka itu
9. Apakah bapak/ibu dengan keberadaan pengamen di Kota Tua ini merasa terganggu?
Kenapa? Engak, karena selama para pengunjung tidak merasa terganggu maka gak
terganggu, karena selalu baik dan sopan ramah
10. Sejauh ini menurut pengetahuan bapak/ibu apakah pengamen di Kota Tua ini selalu
bertingkah laku yang kurang baik? Gak, karenakan kebanyakan yang kita lihat disini
anak-anaknya pada baik, kalau pada dasarnya tingkah laku mereka baik maka mereka
akan baik kalau mereka tidak baik pengunjung pun tidak baik, mereka punya orang
tua ya pasti kan di sayang ma prang tuanya.
Nama : DI
Usia : 20 tahun
Pekerjaan : Karyawan swasta
Pendidkan : SMA
Tanggal : 15 Maret 2015
1. Bagaimana pendapat anda tentang banyaknya pengamen anak di lingkungan wisata
kota tua? Kalau pengamen benar-benar mempunyai bakat dan mampu kenapa tidak
bisa kerja, kalau ia punya ijazah bisa melamar ke tempat yang lain.
2. Apakah anda merasa terganggu dengan banyaknya pengamen anak di kota tua?
Lumayan juga merasa terganggu
3. Apakah anda sering mengunjungi kota tua? Tidak pernah ke kota tua
4. Apa pendapat anda tentang kota tua jakarta? Kota tua merupakan tempat wisata yang
mencerminkan gedung- gedung tua atau gedung masa dulu yang masih bertahan
sampai sekarang
5. Bagaimana pendapat anda tentang pengamen anak? Musik menjual mahal
6. Apakah setiap pengamen anak yang datang untuk mengibur anda, anda berikan
imbalan dan apa alasannya? Kalau saya ada uang maka saya kasih, kasian masih kecil
udah mencari uang
7. Menurut bapak/ibu faktor apa yang sebenarnya menyebabkan mereka mengamen
disini? Faktor ekonomi dan biasanya tuch untuk membantu orang tua dan uang jajan
mereka sehari-hari biasanya seperti itu, dan untuk tambahan biaya sekolah kan
mereka ini kan biasanya mengamen di sekitar kawasan Kota Tua sini
8. Bagaimana perilaku sosial pengamen anak terhadap di kawasan Kota Tua Jakarta ini?
Mereka baik-baik dan tidak aneh-aneh kepada pengunjung dan tidak menganggu
kawasan ini.
9. Apakah bapak/ibu dengan keberadaan pengamen di Kota Tua ini merasa terganggu?
Kenapa! Saya gak merasa terganggu, karena mereka selalu baik dan sopan ramah
dansaya terasa terhibur dengan keberadaan pengamen anak tersebut.
10. Sejauh ini menurut pengetahuan bapak/ibu apakah pengamen di Kota Tua ini selalu
bertingkah laku yang kurang baik? Gak, karenakan kebanyakan yang kita lihat disini
anak-anaknya pada baik, pada dasarnya tingkah laku mereka baik maka mereka akan
baik kalau mereka tidak baik pengunjung tidak baik.
Nama : RA
Usia : 63 Tahun
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidkan : S1
Tanggal :18 April 2015
1. Bagaimana pandangan bapak/ibu mengenai keberadaan pengamen disini? Kalau bisa
di atur& di tata dengan rapih, anak-anak kalau bisa jangan menjadi kemalesan
2. Menurut bapak/ibu faktor apa yang sebenarnya menyebabkan mereka mengamen
disini? Karena kekurangan faktor ekonomi ada juga yang memang malas& ada juga
orang tuanya yang memang males juga sehingga anak itu mencari uang tiap hari
merasa enak gitu tapi tidak memiliki kedewasaan pada akhirnya ikut terus mengamen
3. Bagaimana perilaku social pengamen anak terhadap pengunjung di kawasan Kota Tua
Jakartaini? Ya mungkin seolah-olah di biarkan saja&tidak di atasi, negara pendidikan
anak-anak harus di tingkatkan di arahkan& mengurangi orang-orang miskin supaya
masa depan anak-anak tidak suram khususnya di indonesia
4. Apakah bapak/ibu dengan keberadaan pengamen di Kota Tua ini merasa terganggu?
Kenapa? Ya menganggu misalnya yang enak-enak gitu ngamen kan, kalau ma saya
gak& merasa kasihan nanti keburu malas kan ekonominya kurang, pengamen anak
tersebut bisa mengatasi solusi faktor keluarga mereka
5. Sejauh ini menurut pengetahuan bapak/ibu apakah pengamen di Kota Tua ini selalu
bertingkah laku yang kurangbaik? Ya ada ngamen anak& tidak semuanya ada orang
tuanya yang bisa memahami seperti senior yang saya amati itu kebanyakan pada
malakin ke pengamen anak yang kecil, baik2, jangan menjadi orang yang pemalas,
tidak dewasa, tertib, ada moral yang baik, anak pengamen dan anak di desa itu kan
lain
6. Bagaimana pendapat anda tentang banyaknya pengamen anak di lingkungan wisata
kota tua? Sedikit terganggu tetapi menghilangkan kejenuhan di kantor
7. Menurut anda apa yang melatar belakangi mereka mengamen? Karena orang tua tidak
mampu mengurus anaknya dengan baik dan kurang perhatian dari pemerintah serta
lingkungan.
8. Apa pendapat anda tentang kota tua jakarta? Museum bangunan bagus untuk refreshin
bagi saya.
9. Bagaimana pendapat anda tentang seniman musik yang ada di kota tua? Bagus
10. Apakah anda merasa terganggu dengan kehadiran mereka? Tidak
11. Bagaimana pendapat anda tentang seniman musik/pengamen anak? saya merasa
senang kehadiran mereka dan Seniman musik membuat terhibur bagi saya
12. Apakah setiap pengamen anak yang datang untuk mengibur anda, anda berikan
imbalan dan apa alasannya? Saya merasa kasihan dan ia seniman menghibur bagi para
pengunjung.
Nama : JT
Usia : 17 tahun
Pekerjaan : Masih pelajar
Pendidkan : SMA
Tanggal :18 April 2015
1. Bagaimana pandangan bapak/ibu mengenai keberadaan pengamen disini? Cukup
menghibur tapi kasihan juga pengamen anak kan seharusnya warga di indonesia itu di
didik ibu oleh negara tapi kenapa gak ada yang mengurusin khususnya ke pengamen
anak mereka berjiwa seperti begitu
2. Menurut bapak/ibu faktor apa yang sebenarnya menyebabkan mereka mengamen
disini? Saya punya teman pengamen juga 1 karena faktornya mau kepengen ngamen&
g punya duet atau kepengen membantu orang tuanya, mungkin mereka punya bakat
nyanyi akan tetapi mereka tidak bisa menyalurin bakat mereka
3. Bagaimana perilaku sosial pengamen anak terhadap pengunjung di kawasan Kota Tua
Jakarta ini? Perilaku mereka ada yang baik& ada juga yang sok berbuat begitu, rata-
rata pada baik sich.
4. Apakah bapak/ibu dengan keberadaan pengamen di Kota Tua ini merasa terganggu?
Kenapa! Saya gak merasa terganggu juga, saya terasa nyaman da gtu suaranya pada
bagus& banyak yang memakai alat musik jadi terasa terhibur saja.
5. Sejauh ini menurut pengetahuan bapak/ibu apakah pengamen di Kota Tua ini selalu
bertingkah laku yang kurang baik? Saya kurang tahu karena saya jarang ke sini
6. Bagaimana pendapat anda tentang banyaknya pengamen anak di lingkungan wisata
kota tua? Harus di tata dengan rapih dan disiplin supaya pengamen anak di bina gitu
7. Menurut anda apa yang melatar belakangi mereka mengamen? Karena orang tua tidak
mampu memberikan pendidikan yang menjamin kepada anaknya dan kurang
perhatian dari pemerintah serta lingkungan.
8. Apa pendapat anda tentang kota tua jakarta? Kota tua adalah museum bangunan dari
zaman dahulu bagus untuk refreshing, prasejarah.
9. Bagaimana pendapat anda tentang seniman musik yang ada di kota tua? Bagus,
menarik
10. Apakah anda merasa terganggu dengan kehadiran mereka? Tidak juga
11. Bagaimana pendapat anda tentang seniman musik/pengamen anak? Seniman musik
12. Apakah setiap pengamen anak yang datang untuk mengibur anda, anda berikan
imbalan dan apa alasannya? Memberi uang karena kasihan dan seniman menghibur
saya
WAWANCARA KEPADA UNIT PENGELOLA KOTA TUA JAKARTA
Nama : BNP
Usia : 41 tahun
Jabatan : Kepala Satuan Pelaksana Pengawasan Dan Penataan Perkembangan
Pendidikan : S1
Tanggal : 26 Maret 2015
1. Sejak kapan berdirinya kota tua jakarta? Berdirinya kota tua ini semejak tahun 2006,
tahun 2006 tapi itu adalah intestasinya yaitu kami bagi unit pengelola kota tua jakarta,
bukan berarti kawasan kota tua jakarta kalau yang di maksud dengan kawasan kota
tua jakarta itu berdiri sudah sejak penataan pemerintahan dizaman penjajah belanda.
2. Mengapa mengambil nama kota tua jakarta? karena kami terletak di kawasan kota tua
jakarta, tugas dan fungsi kami adalah penata perkembangan di kota tua jakarta.
apakah ada makna tertentu! Kota Tua itu di dalam wilayahnya terdapat beberapa
macam banyaknya bangunan jagar budaya bermakna berarti suatu nilai bangunan
yang terkait amat masa sejarah, histori yang kebetulan emang di kawasan kota tua
jakarta ini memiliki nilai kental akan sejarah, sejarahnya kota tua ini disebut kota tua
Batavia yang dikenal dengan sebutan sunda kelapa berubah menjadi kota batavia dan
berupah menjadi Jayakarta berubah menjadi kota tua Jakarta, nach makna tersebutlah
yang menjadikan kawasan ini disebut Kota Tua Jakarta karena adanya bangunan jagar
budaya yang usia dan makna bangunan itu memiliki nilai tertua sesuai dengan
sejarahnya, jadi di sebut kota karena jesifikasinya kota itu dulu pusat kota
pemerintahan pada masa penjajahan Belanda
3. Apa tujuan atau motivasi pelestarian kota tua jakarta? Kita terus menerus ingin
menata akan struktur dari setiap instansi bagian dan yang mengelolah kota tua
jakarta, sehingga mencapai suatu program yang disebutkan penataan pengembangan
pelestarikan dan pemanfaatan yang pemakna kawasan yang tercetus berjudul
rapitalisasi kawasan kotatua jakarta gunanya adalah ingin memunculkan kembali
nilai-nilai sejarah tersebut yang ada di masa penjajahan belanda diindonesia
ini,khususnya di ibu kota tua ini kita ingin membuka kembali contohnya di kota tua
ini dulu pernah ada dari utara itu pelabuhan sunda kelapa dan ada benteng dinamakan
kastil batavia dan ada tren kota tua nach itu poin objek tersebutlah yang lain kita
munculkan dan kita kelolah, dan juga berbagai macam poilemik maupun dengan
komunal masyarakat, hanya ada masyarakat lokal itu tidak kemungkinan adanya
perubahan perkembangan dikota tua ini lah yang kita kelolah, gunanya kita tidak
hilangkan maupuntidak menghapus zaman dan kita ingin fokus perkembangan dan
memgikuti perkembangan zaman kita akan memunculkan kembali, karena kita ini
adalah bagian2 objek wisata kita tatah pada khususnya mencerminkan atau nilai2
sejarah kota tua jakarta
4. Sejak kapan bapak/ ibu menjabat/ bekerja? Adanya perubahan stuktur baru sesuai
dengan pemimpinan bapak gubenur baru kita provinsi DKI jakarta yaitu basuki cahya
purnama dari mulai stuktur gubenur hingga berubah hingga menjadi terkait unit kami
berubah, nach itu kami menjabat secara pribadi menjabat kepala satuan pelaksana
pengawasan dan penataan perkembangan di kota tua ini sejak febuari 2 tahun 2015
5. Apa saja program yang di dirikan terhadap anggotanya? kita sesuai dengan tugas dan
fungsi itu kebetulan fungsi pengelolah kota tua jakarta di atur dalam peraturan
gubenur propinsi DKI jakarta no 7 tahun 20011, hal kemudian sertifikasi lebih lanjut
kedudukan tugas dan fungsi tersebut atau unit pengelolah kota tua tersebut di atur
dalam pasal 3 dan asal 4 di dalam no 7 tahun 20011, di antaranya kita adalah
menyusun suatu rencana anggaran maupun rencana program kegiatan yang terkait
akan penataan kota tua jakarta dalam pemerintah DKI jakarta dengan tingkatan wali
kota jakarta
6. Dalam pelaksanaan pemberdayaan yang di lakukan UPK ini, apakah bapak/ ibu
menemui kendala? Kalo berbicara kendala pasti ada mas salah satunya yang sering
kami hadapi seperti kawasan yang kurang terawat, tidak aman, berpolusi, program-
programnya masih terpisah antar dinas karena yang masih berada di dua Kotamadya
sehingga kepengurusan kami sulit untuk menyusun planning kegiatan.
7. Bagaimana cara mengatasi semua kendala yang di hadapi tersebut? Yaitu kami
sebanyakmungkin mengadakan atau kerjasama atau mencari profed sistem itu ada
tenaga –tenaga ahli yang memiliki kemampuan yang dapat membantu kami dalam
berbagai bidang atau pelaksana tersebut, sejujurnya adalah penyebab karena adanya
kekurangan SDM memang kurang ini sehingga kami memerlukan tenaga ahli
sebaiknya, dan kita bentukan tenaga-tenaga ahli akademikan seperti mahasiswa
maupun mahasiswi yang ingin siap membantu kami dan sesuai dengan bidang
masing-masing maupun kemampuan dan jurusan masing-masing.
8. Bagaimana pendapat bapak tentang seniman musik yang ada di kota tua?cukup baik
dan sangat baik kami sangat mendukung akan suatu kegiatan yang diadakan setiap
seniman musik ada di kota tua jakarta ini, dan secara langsung maupun tidak langsung
ikut turut mengembangkan membantu dalam suatu pengembangan kegiatan yang ada
dikota tua jakarta ini, karena untuk mengutamakan suatu potensi objek wisata yang
ada di kota tua jakarta dulu adanya suatu daya tarik tertentu contohnya seniman musik
yang baru kreaksi aktivitasnya masing-masing, tentu saja tidak keluar dari kolidor
seni dan budaya khususnya di kota tua jakarta ini
9. Bagaimana pendapat bapak tentang seniman musik/pengamen anak? kalau secara
persamaan secara pribadi melihatnya itu seharusnya tuch tingkat usia anak2 ini di
maksudkan pengamen baik tuch yaitu kita suatu komvensifkan tidak usia anak di
sebut pengamen baik itu yaitu kita suatu sifat dalam urban masyarakat kita memang
ya.. klo kita sebut yaitu dengan adanya faktor ekonomi berikan kepada suatu rasa
mental yaitu sehingga ada anak2 yang ingin memenuhi perekonomian kebutuhan
akan suatu mata uang yang ingin, akhirnya menjadi seniman pengamen cilik, nach
klo kita lihat tingkatan dari suatu sosiologi dalam pendidikan seharusnya tuch
menurut secara saya pribadi seharusnya anak tersebut masih bersekolah dalam tahap
pembelajaran di tingkat pendidikan dari sekolah tapi dalam tahap pembelajaran, dari
tingkat pendidikan wajib 9 tahun, baru boleh mengembangkan kreativitasnya klo
secara pribadi seperti itu penilainya, dan seharusnya orang tua anak tersebut,
mendukung sepenuhnya dalam pendidikan anak tersebut minimal tingkatan madrasah
MI atau SMP, kalau faktor ekonomi bisa suatu madrasah sanawiyah yang gratis itu
sudah banyak melalui RT/ RW itu yang tidak mampu, pada intinya secara pribadi
jika seusia rata2 sekolah dari tingkat SD , SMP sampai SMA, anak tersebut sudah
sekolah akan tetapi sehari2nya beraktivitas sebagai seniman musik atau pengamen
10. Menurut bapak apa yang melatar belakangi mereka mengamen? adanya faktor
ekonomi biasanya ya.. dan keadaan yang memang linkungan juga ikut berpengaruhi
akan mental dari si anak itu berjuang dalam berarti aktivitas tapi berjuang hidup
dalam suatu pemikiran harus mencari uang untuk memenuhi kebutuhan hidup
keluarganya.
11. Bagaimana pendapat bapak tentang seorang anak yang mencari uang? seharusnya
orang tua anaknya itu dalam suatu bidang pendidikan ,seharusnya mengasuh dan
mengasihinya memberi arahan tetap berpendidikan tidak diwajibkan putus sekolah
atau mengamen terutama utuk kebutuhan, pada intinya kepada orang tuanya berperan
penting 100 persen untuk anaknya dan kemudian anaknya mengikuti langkah maupun
yang di lakukan orang tua tersebut, contohnya sudah banyak suatu komunitas maupun
lembaga2 yang ada di memisahkan pendidikan secara gratis di antara contoh seperti
komunitas sastra indonesia itu secara gratis komunitas sastra inggris tersebut
mengadakan latihan pengajaran2 anak2 usia dini padausia pendidikan, jadi ada tingkat
kesadaran pada diri sendiri baru di arahkan tetap harus niat dan pemikirannya ke pada
anak, karena itu lebih penting dibandingkan kedewasaan seorang anak itu usia 21
Tahun nach itu lah usia2 anak yang pintar dan berkembang seharusnya kebanyakan
kita melihat di kawasan ini anak2 sudah mencari nafkah sendiri
12. Apakah bapak sudah berkeluarga dan mempunyai anak? Ya saya sudah berkeluarga
dan mempunyai anak 2 laki & perempuan
13. Apakah bapak tinggal di jakarta? di Bkasi
14. Berapakira-kirajumlahpengamen anak disini? Ada sekitar 12 orang dan dalam usia 9
sampai 13 tahun
15. Bagaimana pandangan bapak/ibu mengenai keberadaan pengamen disini? Selama
pengamen anak dan tidak menganggu sama pengunjung maka aman-aman baik saja
16. Apakah pengamen di area fatahillah di bebaskan begitu saja? Pengamen anak disini
kami akan kombinasi dengan baik agar mereka baik juga dan menjadi pengamennya
dengan baik dan juga akan menghasilkan lagu-lagu yang enak didengar bagi
pengunjung yang datang ke Kota Tua Jakarta
17. Menurut bapak/ibu faktor apa yang sebenarnya menyebabkan mereka mengamen di
sini? Faktor ekonomi dan biasanya tuch untuk membantu orang tua dan kebutuhan
mereka sehari-hari biasanya seperti itu, dan untuk biaya tambahan sekolah makanya
mereka biasanya mengamen di sekitar kawasan Kota Tua
18. Bagaimana perilaku social pengamen anak terhadap di kawasan Kota Tua Jakarta ini?
Mereka baik-baik dan selama mereka baik dan tidak aneh-aneh maupun tidak
menganggu kawasan Kota Tua maka kita biarkan aj
19. Apakah bapak/ibu dengan keberadaan pengamen di Kota Tua ini merasa terganggu?
Kenapa? Engak ko karena selama para pengunjung tidak merasa terganggu maka
aman aj, selalu baik dan sopan ramah pengamennya lagu2nya enak klo ganggu maka
pengunjung tidak suka
20. Sejauh ini menurut pengetahuan bapak/ibu apakah pengamen di Kota Tua ini selalu
bertingkah laku yang kurang baik? Engak karenakan kebanyakan yang kita lihat disini
anak-anaknya pada baik terhadap pengunjung dan mereka punya orang tua ya..pasti
kan di sayang ma orang tuanya
21. Apakah pengamen anak yang ada di kawasan Kota Tua ini Pernah di razia? Dulu
pernah di razia itu pun bekerja sama kecamatan dengan wali kota di bantu oleh salpol
pp untuk di bina atau di kasih pendidikan g itu di tempat panti asuhan dan dinas
sosial.
Nama : ADA
Usia : 51 tahun
Jabatan : Kepala Satuan Pelaksana Informasi, Pelayanan Dan Promosi
Pendidikan : S1
Tanggal : 26 Maret 2015
1. Sejak kapan berdirinya kota tua jakarta? Berdirinya kota tua ini semejak tahun 2006,
tahun 2006 tapi itu adalah intestasinya yaitu kami bagi unit pengelolah kota tua
jakarta, bukan berarti kawasan kota tua jakarta kalau yang di maksud dengan
kawasan kota tua jakarta itu berdiri sudah sejak penataan pemerintahan di zaman
penjajah belanda.
2. Mengapa mengambil nama kota tua jakarta? karena kami terletak di kawasan kota tua
jakarta, tugas dan fungsi kami adalah penata perkembangan di kota tua jakarta.
apakah ada makna tertentu! Kota tua itu di dalam wilayahnya terdapat beberapa
macam banyaknya bangunan jagar budaya bermakna berarti suatu nilai bangunan
yang terkait amat masa sejarah, histori yang kebetulan emang di kawasan kota tua
jakarta ini memiliki nilai kental akan sejarah dari mulainya masa penjajahan
bangsabelanda indonesia dan khususnya di dahulu itu yang bernama sunda kelapa
berubah menjadi kota batavia dan berubah menjadi jayakarta berupah menjadi kota
tua jakarta, nach makna tersebutlah yang menjadikan kawasan ini di sebut kota tua
jakarta karena adanya bangunan jagar budaya yang usia dan makna bangunan itu
memiliki nilai tertua sesuai dengan sejarahnya, jadi di sebut kota karena jesifikasinya
kota itu dulu pusat kota pemerintahan pada masa penjajahan belanda, karena musiem
kota tua sekarang pernah stadiun itu adalah balai kotanya pada masa penjajahan
belanda di kota tua jakarta ini dan tua adalah mengartikan masa emang kota tua
jakarta adalah yang paling tertua di asia tenggara seperti itu faktanya.
3. Apa tujuan atau motivasi pelestarian kota tua jakarta? Kita terus menerus ingin
menata akan struktur dari setiap instansi bagian dan yang mengelolah kota tua jakarta,
sehingga mencapai suatu program yang di sebutkan penataan pengembangan
pelestarikan dan pemanfaatan yang pemakna kawasan yang tercetus berjudul
rapitalisasi kawasan kota tua jakarta gunanya adalah ingin memunculkan kembali
nilai-nilai sejarah tersebut yang ada di masa penjajahan belanda di indonesia ini,
khususnya di ibu kota tua ini kita ingin membuka kembali contohnya di kota tua ini
dulu pernah ada dari utara itu pelabuhan sunda kelapa dan ada benteng dinamakan
kastil batavia dan ada tren kota tua nach itu poin objek2 tersebutlah yang lain kita
munculkan dan kita kelolah, dan juga berbagai macam poilemik maupun dengan
komunal masyarakat, hanya ada masyarakat lokal itu tidak kemungkinan adanya
perubahan perkembangan dikota tua ini lah yang kita kelolah, gunanya kita tidak
hilangkan maupun tidak menghapus zaman dan kita ingin fokus perkembangan dan
memgikuti perkembangan zaman kita akan memunculkan kembali, karena kita ini
adalah bagian2 objek wisata kita tatah pada khususnya mencerminkan atau nilai2
sejarah kota tua jakarta
4. Sejak kapan bapak/ ibu menjabat/ bekerja? Adanya perubahan stuktur baru sesuai
dengan pemimpinan bapak gubenur baru kita provinsi DKI jakarta yaitu basuki cahya
purnama dari mulai stuktur gubenur hingga berubah hingga menjadi terkait unit kami
berubah, nach itu kami menjabat secara pribadi menjabat kepala satuan pelaksana
pengawasan dan penataan perkembangan di kota tua ini sejak febuari 2 tahun 2015
5. Apa saja program yang di dirikan terhadap anggotanya? kita sesuai dengan tugas dan
fungsi itu kebetulan fungsi pengelolah kota tua jakarta di atur dalam peraturan
gubenur propinsi DKI jakarta no 7 tahun 20011, hal kemudian sertifikasi lebih lanjut
kedudukan tugas dan fungsi tersebut atau unit pengelolah kota tua tersebut di atur
dalam pasal 3 dan asal 4 di dalam no 7 tahun 20011, di antaranya kita adalah
menyusun suatu rencana anggaran maupun rencana program kegiatan yang terkait
akan penataan kota tua jakarta dalam pemerintah DKI jakarta dengan tingkatan wali
kota jakarta
6. Dalam pelaksanaan pemberdayaan yang dilakukan UPK ini, apakah bapak/ ibu
menemui kendala? Salah satu kendala yang kami hadapi selama jadi staff di Kota Tua
ini adalah minimnya dukungan dari pemerintah setempat dalam mengelola Kota Tua
Jakarta mungkin karena masih berada dibawah dua Kotamadya yaitu Jakarta Utara
dan Jakarta Barat, belum terpadunya pengembangan program-program setiap wilayah
dan juga kawasan Kota Tua yang masih kurang aman, macet dan banyak pedagang-
pedagang yang kurang tertib.
7. Bagaimana cara mengatasi semua kendala yang di hadapi tersebut? Yaitu kami
sebanyak mungkin mengadakan atau kerjasama atau mencari profed sistem itu ada
tenaga–tenaga ahli yang memiliki kemampuan yang dapat membantu kami dalam
berbagai bidang atau pelaksana tersebut, sejujurnya adalah penyebab karena adanya
kekurangan SDM memang kurang ini sehingga kami memerlukan tenaga ahli
sebaiknya, dan kita bantukan tenaga2 ahli akademikan seperti mahasiswa maupun
mahasiswi yang ingin siap membantu kami dan sesuai dengan bidang masing2
maupun kemampuan dan jurusan masing2
8. Bagaimana pendapat bapak tentang seniman musik yang ada di kota tua? cukup baik
dan sangat baik kami sangat mendukung akan suatu kegiatan yang di adakan setiap
seniman musik ada di kota tua jakarta ini, dan secara langsung maupun tidak langsung
ikut turut mengembangkan membantu dalam suatu pengembangan kegiatan2 yang ada
dikota tua jakarta ini, karena untuk mengutamakan suatu potensi objek wisata yang
ada di kota tua jakarta dulu adanya suatu daya tarik tertentu contohnya seniman musik
yang baru kreaksi aktivitasnya masing2, tentu saja tidak keluar dari kolidor seni dan
budaya khususnya di kota tua jakarta ini
9. Bagaimana pendapat bapak tentang seniman musik/pengamen anak? kalau secara
persamaan secara pribadi melihatnya itu seharusnya tuch tingkat usia anak2 ini di
maksudkan pengamen baik tuch yaitu kita suatu komvensifkan tidak usia anak di
sebut pengamen baik itu yaitu kita suatu sifat dalam urban masyarakat kita memang
ya..klo kita sebut yaitu dengan adanya faktor ekonomi berikan kepada suatu rasa
mental ya itu sehingga ada anak2 yang ingin memenuhi perekonomian kebutuhan
akan suatu mata uang yang ingin, akhirnya menjadi seniman pengamen cilik, nach klo
kita lihat tingkatan dari suatu sosiologi dalam pendidikan seharusnya tuch menurut
secara saya pribadi seharusnya anak tersebut masih bersekolah dalam tahap
pembelajaran di tingkat pendidikan dari sekolah tapi dalam tahap pembelajaran, dari
tingkat pendidikan wajib 9 tahun, baru boleh mengembangkan kreativitasnya klo
secara pribadi seperti itu penilainya, dan seharusnya orang tua anak tersebut,
mendukung sepenuhnya dalam pendidikan anak tersebut minimal tingkatan madrasah
MI atau SMP, kalau faktor ekonomi bisa suatu madrasah sanawiyah yang gratis itu
sudah banyak melalui RT/ RW itu yang tidak mampu, pada intinya secara pribadi
jika seusia rata2 sekolah dari tingkat SD, SMP sampai SMA, anak tersebut sudah
sekolah akan tetapi sehari2nya beraktivitas sebagai seniman musik atau pengamen
10. Menurut bapak apa yang melatar belakangi mereka mengamen? adanya faktor
ekonomi biasanya ya..dan keadaan yang memang linkungan juga ikut berpengaruhi
akan mental dari si anak itu berjuang dalam berarti aktivitas tapi berjuang hidup
dalam suatu pemikiran harus mencari uang untuk memenuhi kebutuhan hidup
keluarga saya sehari-hari
11. Bagaimana pendapat bapak tentang seorang anak yang mencari uang? seharusnya
orang tua anaknya itu dalam suatu bidang pendidikan, seharusnya mengasuh dan
mengasihinya memberi arahan tetap berpendidikan tidak di wajibkan putus sekolah
atau mengamen terutama utuk kebutuhan, pada intinya kepada orang tuanya berperan
penting 100 persen untuk anaknya dan kemudian anaknya mengikuti langkah maupun
yang di lakukan orang tua tersebut, contohnya sudah banyak suatu komunitas maupun
lembaga2 yang ada di memisahkan pendidikan secara gratis di antara contoh seperti
komunitas sastra indonesia itu secara gratis komunitas sastra inggris tersebut
mengadakan latihan pengajaran2 anak2 usia dini pada usia pendidikan, jadi ada
tingkat kesadaran pada diri sendiri baru di arahkan tetap harus niat dan pemikirannya
ke pada anak, karena itu lebih penting di bandingkan kedewasaan seorang anak itu
usia 21 tahun nach itu lah usia2 anak yang pintar dan berkembang seharusnya
kebanyakan kita melihat di kawasan ini anak2 sudah mencari nafkah sendiri
12. Apakah bapak sudah berkeluarga dan mempunyai anak? Ya saya sudah berkeluarga
dan mempunyai anak 2 laki & perempuan
13. Apakah bapak tinggal di jakarta? Di bekasi
14. Berapa kira-kira jumlah pengamen anak disini? Saya belum melihat pengamen anak
kecil
15. Bagaimana pandangan bapak/ibu mengenai keberadaan pengamen disini? Menurut
saya baik-baik saja pengamen anak tersebut selama saya pernah jalan di lapangan
16. Apakah pengamen anak di area fatahillah di bebaskan begitu saja? Selama pengamen
anak itu baik, sopan dan mengikuti peraturan yang sudah ada ketentuan tersebut maka
para pengamen anak silakan mengamen dikota tua ini baik kepada pengunjung,
sedangkan mereka mencari rezeki untuk kebutuhan hidup
17. Menurut bapak/ibu faktor apa yang sebenarnya menyebabkan mereka mengamen di
sini? Faktor ekonomi yang tidak tercukupi, mungkin untuk membantu perekonomian
keluarga mereka supaya tercukupi kebutuhan mereka gak itu biaya sekolah maupun
buat tambahan uang jajan
18. Bagaimanaperilaku social pengamen anak terhadap di kawasan Kota Tua Jakarta ini?
karena saya lihat langsung kadang saya lagi duduk di datangi oleh pengamen selagi
mereka sopan, baik dan menyayikan lagu yang enak di dengar maka saya kasih uang
sekedarnya, karena saya ingin mewujudkan kota tua ini enak merasa nyaman bagi
para pengunjung maupun bagi para turis lainnya yang datang berkunjung ke Kota Tua
Jakarta
19. Apakah bapak/ibu dengan keberadaan pengamen di Kota Tua ini merasa terganggu?
Kenapa! enggak, selama mereka mengamen tidak onar maka paara pengunjung pun
merasa senang terhibur ada juga yang kurang menyenangkan saya lagi uduk saja
langsung didatangin pengamen anak selagi saya ada uang receh maka saya kasih jika
saya tidak ada uang receh maka saya bilang maaf pengamen anak tersebut paham ko
20. Sejauh ini menurut pengetahuan bapak/ibu apakah pengamen di Kota Tua ini selalu
bertingkah laku yang kurang baik? Selama saya melihat langsung di lapangan para
pengamen anak pada baik ko
21. Apakah pengamen anak yang ada di kawasan Kota Tua ini Pernah di razia? Pernah
waktu itu di razia khususnya bagi para pengamen anak dan preman bermasalah
Nama : HY
Usia :50 Tahun
Pekerjaan : Staff Unit Pengelola Kota Tua Jakarta
Pendidikan : S1
Tanggal :27 April 2015
1. Berapa kira-kira jumlah pengamen anak disini? Dalam usia 9 samapai 13 tahun
2. Bagaimana pandangan bapak/ibu mengenai keberadaan pengamen disini? Selama
tidak menganggu aman-aman dan baik saja,
3. Apakah pengamen di area fatahillah di bebaskan begitu saja? Pengamen anak disini
tidak begitu di bebaskan saja tapi kita akan kombinasi dengan baik agar mereka baik
juga dan menjadi pengamennya dengan baik dan juga akan menghasilkan lagu-lagu
yang enak di dengar
4. Menurut bapak/ibu faktor apa yang sebenarnya menyebabkan mereka mengamen
disini? Faktor ekonomi dan biasanya tuch untuk membantu orang tua dan uang jajan
mereka sehari-hari biasanya seperti itu, dan untuk tambahan biaya sekolah kan
mereka ini kan biasanya mengamen di sekitar kawasan Kota Tua sini
5. Bagaimana perilaku sosial pengamen anak terhadap di kawasan Kota Tua Jakarta ini?
Mereka baik-baik dan tidak aneh-aneh selama mereka baik dan tidak menganggu
kawasan kita biarkan aj
6. Apakahn bapak/ibu dengan keberadaan pengamen di Kota Tua ini merasa terganggu?
Kenapa? Gak karena selama para pengunjung tidak merasa terganggu, karena selalu
baik dan sopan ramah dan juga tidak merasa ganggu, mereka itu biasanya kalau ini
sich gak juga sich, selama mereka tidak menganggu pengunjung dan lain-lain
pengamennya lagu2nya enak ya tidak menganggu klo ganggu maka pengunjung tidak
suka
7. Sejauh ini menurut pengetahuan bapak/ibu apakah pengamen di Kota Tua ini selalu
bertingkah laku yang kurang baik? Gak, karenakan kebanyakan yang kita lihat disini
anak-anaknya pada baik, ibarat kata loe lagi-loe lagi, kalau pada dasarnya tingkah
laku mereka baik maka mereka akan baik kalau mereka tidak baik pengunjung tidak
baik,mereka punya orang tua ya..pasti kan di sayang ma prang tuanya
8. Apakahpengamen anak yang ada di kawasan Kota Tua ini Pernah di razia? Kalau di
razia itu bukan bagian UPK tapi bagian salpol pp dan kecamatan atau dinas sosial,
kalau di kecamatan bukan dinas kas sosial bekerja sama dengan wali kota dinas sosial,
kalau mereka berkiaran kan sanggup tapi kalau bukan satu tempat maka tidak
sanggup, kalau dijalan2 raya itu menganggu lalu lintas dan menganggu orang-orang
lewat juga klo di sikitar sini mungkin tidak ganggu tetep cari pengamennya dan ada
juga peraturan dari pemerintah yang jelas bukan dari UPK yang ngasih dan kita
jangan mengusir para pengamen malah kita membimbing mereka membentuk
komunitas di sini ada komunitas rige dll.
9. Sejak kapan berdirinya kota tua jakarta? Berdirinya kota tua ini semejak tahun 2006,
tahun 2006 tapi itu adalah intestasinya yaitu kami bagi unit pengelola kota tua jakarta,
bukan berarti kawasan kota tua jakarta kalau yang di maksud dengan kawasan kota
tua jakarta itu berdiri sudah sejak penataan pemerintahan di zaman penjajah belanda
sampai sekarang gedung tersebut masih tetep yang lama dan struktur bangunannya
tidak ada yang berubah.
10. Mengapa mengambil nama kota tua jakarta? karena kami terletak di kawasan kota tua
jakarta, tugas dan fungsi kami adalah penata perkembangan di kota tua Jakarta sampai
sekarang di kenal oleh masyarakat. apakah ada makna tertentu! Kota Tua Jakarta
bermakna berarti suatu nilai bangunan yang terkait amat masa sejarah, histori yang
kebetulan emang di kawasan kota tua jakarta ini memiliki nilai kental akan sejarah
yang ketal dan memiliki nilai tertua sesuai dengan sejarahnya, sejarahnya kota tua ini
disebut kota tua Batavia yang dikenal dengan sebutan sunda kelapa berubah menjadi
kota batavia dan berupah menjadi Jayakarta berubah menjadi kota tua Jakarta, nach
makna tersebutlah yang menjadikan kawasan ini disebut Kota Tua Jakarta karena
adanya bangunan jagar budaya jadi di sebut kota karena jesifikasinya kota itu dulu
pusat kota pemerintahan pada masa penjajahan Belanda
11. Apa tujuan atau motivasi pelestarian kota tua jakarta? Sehingga mencapai suatu
program yang disebutkan penataan pengembangan pelestarikan dan pemanfaatan yang
pemakna kawasan yang tercetus berjudul rapitalisasi kawasan kotatua jakarta gunanya
adalah ingin memunculkan kembali nilai-nilai sejarah tersebut yang ada di masa
penjajahan belanda diindonesia ini, khususnya di ibu kota tua ini kita ingin membuka
kembali contohnya di kota tua ini dulu pernah ada dari utara itu pelabuhan sunda
kelapa dan ada benteng dinamakan kastil Batavia dan ada tren kota tua nach itu poin
objek tersebutlah yang lain kita munculkan dan kita kelolah, dan juga berbagai
macam poilemik maupun dengan komunal masyarakat, hanya ada masyarakat lokal
itu tidak kemungkinan adanya perubahan perkembangan dikota tua ini lah yang kita
kelolah, gunanya kita tidak hilangkan maupun tidak menghapus zaman dan kita ingin
fokus perkembangan dan memgikuti perkembangan zaman kita akan memunculkan
kembali
12. Sejak kapan bapak/ ibu menjabat/ bekerja? Adanya perubahan stuktur baru sesuai
dengan pemimpinan bapak gubenur baru kita provinsi DKI jakarta yaitu basuki cahya
purnama dari mulai stuktur gubenur hingga berubah hingga menjadi terkait unit kami
berubah, nach itu kami menjabat secara pribadi menjabat kepala satuan pelaksana
pengawasan dan penataan perkembangan di kota tua ini sejak febuari 2 tahun 2015
13. Apa saja program yang di dirikan terhadap anggotanya? kita sesuai dengan tugas dan
fungsi pengelolah kota tua jakarta di atur dalam peraturan gubenur propinsi DKI
jakarta no 7 tahun 20011, hal kemudian sertifikasi lebih lanjut kedudukan tugas dan
fungsi tersebut atau unit pengelolah kota tua tersebut di atur dalam pasal 3 dan asal 4
di dalam no 7 tahun 20011, di antaranya kita adalah menyusun suatu rencana
anggaran maupun rencana program kegiatan yang terkait akan penataan kota tua
jakarta dalam pemerintah DKI jakarta dengan tingkatan wali kota jakarta
14. Dalam pelaksanaan pemberdayaan yang di lakukan UPK ini, apakah bapak/ ibu
menemui kendala? Kalo berbicara kendala pasti ada mas salah satunya yang sering
kami hadapi seperti kawasan yang kurang terawat, tidak aman, berpolusi, program-
programnya masih terpisah antar dinas karena yang masih berada di dua Kotamadya
sehingga kepengurusan kami sulit untuk menyusun planning kegiatan.
15. Bagaimana cara mengatasi semua kendala yang di hadapi tersebut? Yaitu kami
sebanyak mungkin mengadakan, kerja sama atau mencari profed sistem itu ada tenaga
–tenaga ahli yang memiliki kemampuan yang dapat membantu kami dalam berbagai
bidang atau pelaksana tersebut, sejujurnya adalah penyebab karena adanya
kekurangan SDM memang kurang ini sehingga kami memerlukan tenaga ahli
sebaiknya, dan kita bentukan tenaga-tenaga ahli akademikan seperti mahasiswa
maupun mahasiswi yang ingin siap membantu kami dan sesuai dengan bidang
masing-masing maupun kemampuan dan jurusan masing-masing.
16. Bagaimana pendapat bapak tentang seniman musik yang ada di kota tua? cukup baik
dan sangat baik kami sangat mendukung akan suatu kegiatan yang diadakan setiap
seniman musik ada di kota tua jakarta ini, dan secara langsung maupun tidak langsung
ikut turut mengembangkan membantu dalam suatu pengembangan kegiatan yang ada
dikota tua jakarta ini, karena untuk mengutamakan suatu potensi objek wisata yang
ada di kota tua jakarta dulu adanya suatu daya tarik tertentu contohnya seniman musik
yang baru kreaksi aktivitasnya masing-masing, tentu saja tidak keluar dari kolidor
seni dan budaya khususnya di kota tua jakarta ini
17. Bagaimana pendapat bapak tentang seniman musik/pengamen anak? kalau secara
persamaan secara pribadi melihatnya itu seharusnya tuch tingkat usia anak2 ini di
maksudkan pengamen baik kita sebut yaitu dengan adanya faktor ekonomi berikan
kepada suatu rasa mental yaitu sehingga ada anak2 yang ingin memenuhi
perekonomian kebutuhan akan suatu mata uang yang ingin, akhirnya menjadi seniman
pengamen cilik, nach klo kita lihat tingkatan dari suatu sosiologi dalam pendidikan
seharusnya tuch menurut secara saya pribadi seharusnya anak tersebut masih
bersekolah dalam tahap pembelajaran di tingkat pendidikan dari sekolah tapi dalam
tahap pembelajaran, dari tingkat pendidikan wajib 9 tahun, pada intinya secara pribadi
jika seusia rata2 sekolah dari tingkat SD, SMP sampai SMA, anak tersebut sudah
sekolah akan tetapi sehari2nya beraktivitas sebagai seniman musik atau pengamen
18. Menurut bapak apa yang melatar belakangi mereka mengamen? adanya faktor
ekonomi biasanya ya.. dan keadaan yang memang linkungan juga ikut berpengaruhi
akan mental dari si anak itu berjuang dalam berarti aktivitas tapi berjuang hidup
dalam suatu pemikiran harus mencari uang untuk memenuhi kebutuhan hidup
keluarga saya sehari-hari
19. Bagaimana pendapat bapak tentang seorang anak yang mencari uang? Seharusnya
orang tua anaknya itu dalam suatu bidang pendidikan ,seharusnya mengasuh dan
mengasihinya memberi arahan tetap berpendidikan tidak diwajibkan putus sekolah
atau mengamen terutama utuk kebutuhan, pada intinya kepada orang tuanya berperan
penting 100 persen untuk anaknya dan kemudian anaknya mengikuti langkah maupun
yang di lakukan orang tua tersebut, contoh seperti komunitas sastra indonesia itu
secara gratis komunitas sastra inggris tersebut mengadakan latihan pengajaran2 anak2
usia dini pada usia pendidikan, jadi ada tingkat kesadaran pada diri sendiri baru di
arahkan tetap harus niat dan pemikirannya ke pada anak, karena itu lebih penting di
bandingkan kedewasaan seorang anak itu usia 21 tahun nach itu lah usia2 anak yang
pintar dan berkembang seharusnya kebanyakan kita melihat di kawasan ini anak2
sudah mencari nafkah sendiri
20. Apakah bapak sudah berkeluarga dan mempunyai anak? Ya saya sudah berkeluarga
dan mempunyai anak 2 laki & perempuan
21. Apakah bapak tinggal di akarta? Di tanggerang.
Nama : BAM
Usia :49 Tahun
Pekerjaan : Karyawan tetap di UPK
Pendidikan:S1
Tanggal :27 April 2015
1. Berapa kira-kira jumlah pengamen anak disini? Saya belum melihat pengamen anak
kecil
2. Bagaimana pandanganbapak/ibu mengenai keberadaan pengamen disini? Menurut
saya baik-baik saja pengamen anak tersebut selama saya di lapangan
3. Apakah pengamen anak di area fatahillah di bebaskan begitu saja? Selama pengamen
anak itu baik, sopan dan mengikuti peraturan yang sudah ada ketentuan tersebut maka
para pengamen anak silakan mengamen dikota tua ini baik kepada pengunjung, masa
saya melarang mereka untuk mengamen sedangkan mereka mencari rezeki untuk
kebutuhan hidup dan saya tidak bisa melarang itu hak mereka mencari uang.
Seandainya kalau anak kita menjadi pengamen anak gimana coba perasan kita pasti
sangat sedih tidak mendapatkan uang untuk kebutuhan hidup, jangan sampai anak kita
menjadi pengamen dech
4. Menurutbapak/ibu faktor apa yang sebenarnya menyebabkan mereka mengamen
disini? Faktor ekonomi yang tidak tercukupi, jujur saja saya juga merasa kasihan
melihat pengamen anak yang masih kecil sudah mencari uang dan di suruh-suruh oleh
orang tuanya mereka mungkin untuk membantu perekonomian keluarga mereka
supaya tercukupi kebutuhan mereka gak itu biaya sekolah maupun buat tambahan
uang jajan
5. Bagaimanaperilaku social pengamen anak terhadap di kawasan Kota Tua Jakarta ini?
Menurut saya mereka baik, karena saya lihat langsung kadang saya lagi duduk di
datangi oleh pengamen dan mereka sopan, baik dan menyayikan lagu yang enak di
dengar maka saya kasih uang sekedarnya, jikalau pengamen anak prilaku sosialnya
tidak menyenangkan maupun memaksa-maksa maka saya akan tangani langsung dan
beri peringatan secara tegas, karena saya ingin mewujudkan kota tua ini enak merasa
nyaman bagi para pengunjung maupun bagi para turis lainnya
6. Apakah bapak/ibu dengan keberadaan pengamen di Kota Tua ini merasa terganggu?
Kenap? Saya engak merasa tengganggu, selama mereka mengamen tidak berbuat onar
maka para pengunjung pun merasa senang terhibur ada juga sich yang kurang
menyenangkan..
7. Sejauh ini menurut pengetahuan bapak/ibu apakah pengamen di Kota Tua ini selalu
bertingkah laku yang kurang baik? Selama saya melihat langsung di lapangan para
pengamen anak pada baik ko tapi klo di belakang saya kurang tahu juga, jika saya
lihat tingkah laku yang aneh-aneh ada maka saya langsung tegor mereka secara tegas
ttapi saya tidak mengusir mereka hanya saja kasih peringatan
8. Apakahpengamen anak yang ada di kawasan Kota Tuaini Pernah di razia? Waktu
pernah di razia pengamen-pengamen masalah anak atau dewasa kan yang tertangkap
kita belum tahu pokoknya razia preman, pengamen belum lama ada razia kaya begal
kalau malam kejadian dan banyak ini juga ia pengamen anak yang tertangkap razia
mungkin segrombolan bawa musik alat gitar, status mereka pengamen dan
pengunjung mungkin jarang pernah bawa-bawa alat gitar disana yang saya liat
mungkin ia pengamen kena razia preman, itu belum lama lah antara sebulan atau dua
bulan yang lalu.
9. Sejak kapan berdirinya kota tua jakarta? Berdirinya kota tua ini semejak tahun 2006,
tahun 2006 tapi itu adalah intestasinya yaitu kami bagi unit pengelola kota tua jakarta,
bukan berarti kawasan kota tua jakarta kalau yang di maksud dengan kawasan kota
tua jakarta itu berdiri sudah sejak penataan pemerintahan dizaman penjajah belanda
sampai sekarang gedung tersebut masih tetep yang lama dan struktur bangunannya
tidak ada yang berubah.
10. Mengapa mengambil nama kota tua jakarta? Karena kami terletak di kawasan kota tua
Jakarta, tugas dan fungsi kami adalah penata perkembangan di kota tua Jakarta
sampai sekarang di kenal oleh masyarakat. apakah ada makna tertentu! Kota Tua
Jakarta bermakna berarti suatu nilai bangunan yang terkait amat masa sejarah, histori
yang kebetulan emang di kawasan kota tua jakarta ini memiliki nilai kental akan
sejarah yang ketal dan memiliki nilai tertua sesuai dengan sejarahnya, sejarahnya kota
tua ini disebut kota tua Batavia yang dikenal dengan sebutan sunda kelapa berubah
menjadi kota batavia dan berupah menjadi Jayakarta berubah menjadi kota tua
Jakarta, nach makna tersebutlah yang menjadikan kawasan ini disebut Kota Tua
Jakarta karena adanya bangunan jagar budaya jadi di sebut kota karena jesifikasinya
kota itu dulu pusat kota pemerintahan pada masa penjajahan Belanda
11. Apa tujuan atau motivasi pelestarian kota tua jakarta? Sehingga mencapai suatu
program yang disebutkan penataan pengembangan pelestarikan dan pemanfaatan yang
pemakna kawasan yang tercetus berjudul rapitalisasi kawasan kotatua jakarta gunanya
adalah ingin memunculkan kembali nilai-nilai sejarah tersebut yang ada di masa
penjajahan belanda diindonesia ini, khususnya di ibu kota tua ini kita ingin membuka
kembali contohnya di kota tua ini dulu pernah ada dari utara itu pelabuhan sunda
kelapa dan ada benteng dinamakan kastil Batavia dan ada tren kota tua nach itu poin
objek tersebutlah yang lain kita munculkan dan kita kelolah, dan juga berbagai
macam poilemik maupun dengan komunal masyarakat, hanya ada masyarakat lokal
itu tidak kemungkinan adanya perubahan perkembangan dikota tua ini lah yang kita
kelolah, gunanya kita tidak hilangkan maupun tidak menghapus zaman dan kita ingin
fokus perkembangan dan memgikuti perkembangan zaman kita akan memunculkan
kembali
12. Sejak kapan bapak/ ibu menjabat/ bekerja? Adanya perubahan stuktur baru sesuai
dengan pemimpinan bapak gubenur baru kita provinsi DKI jakarta yaitu basuki cahya
purnama dari mulai stuktur gubenur hingga berubah hingga menjadi terkait unit kami
berubah, nach itu kami menjabat secara pribadi menjabat kepala satuan pelaksana
pengawasan dan penataan perkembangan di kota tua ini sejak febuari 2 tahun 2015
13. Apa saja program yang di dirikan terhadap anggotanya? kita sesuai dengan tugas dan
fungsi pengelolah kota tua jakarta di atur dalam peraturan gubenur propinsi DKI
jakarta no 7 tahun 20011, hal kemudian sertifikasi lebih lanjut kedudukan tugas dan
fungsi tersebut atau unit pengelolah kota tua tersebut di atur dalam pasal 3 dan asal 4
di dalam no 7 tahun 20011, di antaranya kita adalah menyusun suatu rencana
anggaran maupun rencana program kegiatan yang terkait akan penataan kota tua
jakarta dalam pemerintah DKI jakarta dengan tingkatan wali kota jakarta
14. Dalam pelaksanaan pemberdayaan yang di lakukan UPK ini, apakah bapak/ ibu
menemui kendala? Kalo berbicara kendala pasti ada mas salah satunya yang sering
kami hadapi seperti kawasan yang kurang terawat, tidak aman, berpolusi, program-
programnya masih terpisah antar dinas karena yang masih berada di dua Kotamadya
sehingga kepengurusan kami sulit untuk menyusun planning kegiatan.
15. Bagaimana cara mengatasi semua kendala yang di hadapi tersebut? Yaitu kami
sebanyak mungkin mengadakan, kerja sama atau mencari profed sistem itu ada tenaga
–tenaga ahli yang memiliki kemampuan yang dapat membantu kami dalam berbagai
bidang atau pelaksana tersebut, sejujurnya adalah penyebab karena adanya
kekurangan SDM memang kurang ini sehingga kami memerlukan tenaga ahli
sebaiknya, dan kita bentukan tenaga-tenaga ahli akademikan seperti mahasiswa
maupun mahasiswi yang ingin siap membantu kami dan sesuai dengan bidang
masing-masing maupun kemampuan dan jurusan masing-masing.
16. Bagaimana pendapat bapak tentang seniman musik yang ada di kota tua? cukup baik
dan sangat baik kami sangat mendukung akan suatu kegiatan yang diadakan setiap
seniman musik ada di kota tua jakarta ini, dan secara langsung maupun tidak langsung
ikut turut mengembangkan membantu dalam suatu pengembangan kegiatan yang ada
dikota tua jakarta ini, karena untuk mengutamakan suatu potensi objek wisata yang
ada di kota tua jakarta dulu adanya suatu daya tarik tertentu contohnya seniman musik
yang baru kreaksi aktivitasnya masing-masing, tentu saja tidak keluar dari kolidor
seni dan budaya khususnya di kota tua jakarta ini
17. Bagaimana pendapat bapak tentang seniman musik/pengamen anak? Kalau secara
persamaan secara pribadi melihatnya itu seharusnya tuch tingkat usia anak2 ini di
maksudkan pengamen baik kita sebut yaitu dengan adanya faktor ekonomi berikan
kepada suatu rasa mental yaitu sehingga ada anak2 yang ingin memenuhi
perekonomian kebutuhan akan suatu mata uang yang ingin, pada intinya secara
pribadi jika seusia rata2 sekolah dari tingkat SD, SMP sampai SMA, anak tersebut
sudah sekolah akan tetapi sehari2nya beraktivitas sebagai seniman musik atau
pengamen
18. Menurut bapak apa yang melatar belakangi mereka mengamen? Adanya faktor
ekonomi biasanya ya dan keadaan yang memang linkungan juga ikut berpengaruhi
akan mental dari si anak itu berjuang dalam berarti aktivitas tapi berjuang hidup
dalam suatu pemikiran harus mencari uang untuk memenuhi kebutuhan hidup
keluarga saya sehari-hari
19. Bagaimana pendapat bapak tentang seorang anak yang mencari uang? Seharusnya
orang tua anaknya itu dalam suatu bidang pendidikan, seharusnya mengasuh dan
mengasihinya memberi arahan tetap berpendidikan tidak diwajibkan putus sekolah
atau mengamen terutama utuk kebutuhan, pada intinya kepada orang tuanya berperan
penting 100 persen untuk anaknya dan kemudian anaknya mengikuti langkah maupun
yang di lakukan orang tua tersebut, jadi ada tingkat kesadaran pada diri sendiri baru di
arahkan tetap harus niat dan pemikirannya kepada anak, karena itu lebih penting di
bandingkan kedewasaan seorang anak itu usia 21 tahun nach itu lah usia2 anak yang
pintar dan berkembang seharusnya kebanyakan kita melihat di kawasan ini anak2
sudah mencari nafkah sendiri
20. Apakah bapak sudah berkeluarga dan mempunyai anak? Ya saya sudah berkeluarga
dan mempunyai anak 3 laki & perempuan
21. Apakah bapak tinggal di Jakarta? Depok
Foto Dokumentasi Penelitian
Pengamen anak Irma (kiri) sedang menjalankan rutinitas saat mengamen di pusat Kota Tua Jakarta.
Pengamen anak Aji (kanan) sedang menjalankan aktivitasnya saat mengamen di Kota Tua Jakarta.
Seniman saat menampilkan aksinya di Kota Tua pada malam minggu.
Penulis (kanan) saat bersama narasumber dalam sesi interview.
Penulis (kanan) saat interview dengan Kepala
Satuan Pelaksana Informasi, Pelayanan dan
Promosi.
Penulis (Kiri) saat bersama narasumber.
Penulis (kiri) saat bersama narasumber. Penulis (kanan) saat bersama pengamen dewasa di Kota Tua Jakrta.