isi studi kasus kelompok 1 (manusia dan adab)
DESCRIPTION
1TRANSCRIPT
BAB I
ARTIKEL
Gubernur Bali Kukuh Tolak Proyek Geothermal
Senin, 4 Oktober 2010 20:26 WIB
Gambar 1.1 Pembangkit Listrik Tenaga Panasbumi
DENPASAR--MI: Gubernur Bali Made Mangku Pastika menegaskan tak
akan memberikan izin pembangunan pembangkit listrik tenaga panas bumi atau
geothermal yang berlokasi di Bedugul, Kabupaten Tabanan.
"Kami hingga saat ini tidak pernah berpikir untuk menghidupkan kembali
geothermal tersebut," katanya di Denpasar, Senin (4/10).
Seusai pelantikan pejabat struktural eselon II dan III lingkungan Pemprov
Bali, ia mengatakan, lokasi proyek geothermal saat ini merupakan hulu Pulau
Dewata dan menjadi sumber mata air. "Pembangunan pembangkit geothermal
tersebut juga bertentangan, jika ditelusuri dari aspek budaya dan lingkungan,"
katanya.
Dikatakannya, secara teknis pembangunan pembangkit listrik geothermal
tersebut juga dikhawatirkan. Ia mencontohkan kasus Lapindo Sidoarjo, Jawa
Timur, meski dari hasil kajian aman.
"Alternatifnya kita akan bangun dan aktifkan pembangkit listrik tenaga batu
bara, seperti di Celukan Bawang, Kabupaten Buleleng," ucapnya. Hal senada juga
1
diungkapkan Ketua Komisi I DPRD Bali, Made Arjaya, pihaknya sudah pasti
untuk menolak pembangunan pembangkit geothermal tersebut.
"Kami tetap menolak, meski ada beberapa anggota dewan yang ingin
kembali membahas soal pembangunan geothermal tersebut," ucapnya. Dikatakan,
penolakan tersebut sudah sangat beralasan, bahkan sudah ada kajian ilmiahnya.
Sementara itu Ketua Komisi III Putu Agus Suradnyana mengatakan tidak perlu
ada pembahasan geothermal lagi. "Lebih baik ditutup saja soal pembahasan
mengenai geothermal itu. Buat saja pembangkit listrik alternatif lain," katanya.
Berdasar data yang dimiliki oleh Pertamina Geothermal, saat ini sumur panas
bumi di Bedugul menyimpan potensi energi sebesar 400 megawatt.
2
BAB II
URAIAN KASUS
1. Apa yang dimaksud dengan energi panasbumi (geothermal)?
Panas bumi adalah sumber energi panas yang terkandung di dalam air
panas, uap air, dan batuan bersama mineral ikutan dan gas lainnya yang secara
genetik semuanya tidak dapat dipisahkan dalam suatu sistem panas bumi dan
untuk pemanfaatannya diperlukan proses penambangan. Energi panasbumi
merupakan sumber energi alternatif yang tidak hanya melimpah tetapi juga
ramah lingkungan.
Gambar 2.1 Peta Pembangunan PLTP di Indonesia
Sumber energi panas bumi cenderung tidak akan habis, karena proses
pembentukannya yang terus menerus selama kondisi lingkungannya (geologi
dan hidrologi) dapat terjaga keseimbangannya. Mengingat energi panas bumi
ini tidak dapat diekspor, maka pemanfaatannya diarahkan untuk mencukupi
kebutuhan energi domestik, dengan demikian energi panas bumi akan menjadi
energi alternatif andalan dan vital karena dapat mengurangi ketergantungan
Indonesia terhadap sumber energi fosil yang kian menipis dan dapat
memberikan nilai tambah dalam rangka optimalisasi pemanfaatan aneka ragam
sumber energi di Indonesia.
3
Mekanisme perubahan energi panas dari Geothermal menjadi listrik
adalah pembangkit listrik panas bumi menggunakan uap dari sumber panas di
dalam bumi. Selajutnya uap dari dalam bumi ini digunakan untuk memutar
turbin yang akan mengaktifkan generator, sehingga listrik bisa dihasilkan.
Gambar 2.2 Mekanisme Perubahan Energi Panas Menjadi Energi Listrik (Geothermal
Sistem)
Cara kerja pembangkit listrik ini dimulai dengan survey daerah potensi
panas bumi. Di daerah yang berprospek menghasilkan panas bumi, dibuat
sumur pemboran. Dari sumur-sumur produksi ini akan menghasilkan uap. Uap
selanjutnya akan dialirkan menuju separator untuk memisahkan uap dengan air.
Umumnya lapangan panas bumi ini menghasilkan fluida 2 fasa, yaitu uap dan
air. Setelah bersih, uap ini akan dialirkan ke turbin, turbin selanjutnya akan
memutar generator. Dan generator inilah yang akan mengubah energi kinetik
menjadi energi listrik. Uap yang keluar dari turbin selajutnya akan masuk ke
kondensor untuk dikondensasikan. Uap akan berubah wujudnya menjadi cair
yang disebut dengan kondensat. Kondensat ini kemudian dialirkan ke menara
pendingin untuk mendinginkan suhunya. Lalu air yang sudah relatif dingin ini
diinjeksikan kembali ke dalam bumi melalui sumur injeksi. Inilah yang
menjadikan energi panas bumi sebagai energi yang berkelanjutan.
4
2. Dimana tempat pembangunan pembangkit listrik tenaga panasbumi
(geothermal) tersebut?
Beberapa daerah panasbumi di Indonesia yang telah dieksploitasi untuk
dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik adalah: Sibayak (Sumatra Utara),
Salak, Karaha-Bodas, Kamojang, Wayang Windu, Darajat (Jawa Barat), Dieng
(Jawa Tengah) dan Lahendong (Sumatera Utara) dengan total kapasitas sebesar
822 MW. Sementara daerah potensial yang sedang dieksplorasi antara lain:
Ulubelu (Lampung), Bedugul (Bali), Mataloko (Nusa Tenggara Barat),
Kotamubago (Sulawesi Utara) dan lainnya.
Gambar 2.4 Peta Potensi Geothermal di Indonesia
Salah satu potensi yang cukup besar diluar Pulau Jawa adalah Potensi
panasbumi di Bedugul, Kabupaten Tabanan, Bali. Potensi panas bumi di
Bedugul mencapai 225 MW, dengan rencana pengembangan I (1x55 MW), II
(1x55 MW), III (2x55 MW), dengan total mencapai 175 MW. Bedugul
merupakan salah satu tempat atau objek wisata Bali yang menawarkan
keindahan alam pegunungan dan danau. Tempatnya yang tinggi membuat
daerah ini selalu diselimuti kabut dan berhawa dingin. Daerah Bedugul adalah
bagian dari kabupaten Tabanan. Dibalik keindahan alamnya, ternyata Bedugul
juga menyimpan cadangan energi masa depan yang berkelanjutan yaitu Panas
bumi.
5
Kawasan Bedugul - Pancasari merupakan rangkaian pegunungan
vulkanik dengan puncak-puncaknya Gunung Sengayang (2.087 m), Gunung
Pohen (2.069 m), G. Tapak (1.909 m) dan G. Lesong (1.663 m). Merupakan
kaldera dengan tebing terjal di bagian utara, bagian tengah merupakan danau-
danau ( Beratan, Buyan, dan Tamblingan) yang dibentuk oleh dinding kaldera.
Laporan studi dampak lingkungan kegiatan pemboran panas bumi Bedugul
menunjukan bahwa daerah Bedugul merupakan daerah vulkanik kuarter yang
berasosiasi dengan endapan lava andesit dan piroklastik. Berdasar pada data
Resource PT. Bali Energi Limited menunjukkan di bawah Kawasan Bedugul
terdapat lapisan batuan kedap air yang diistilahkan dengan cap rock (batuan
penudung). Hasil pemboran untuk uji sumur produksi dan Test Core Hole
(TCH) pada sumur BEL 01, 02, dan 03 menunjukkan bahwa terdapat selang-
seling lapisan batuan piroklastik, andesit piroklastik, ignimbrite, dan andesit
breksi secara bergantian. Secara keseluruhan batuan dinominasi oleh batuan
produk vulkanik.
3. Kapan tindakan protes dari warga terhadap pembangunan PLTP di
Bedugul dilakukan?
Tindakan protes yang dilayangkan masyarakat Bali khususnya
masyarakat disekitar Bedugul sudah berlangsung cukup lama. Masyarakat Bali
resmi menolak proyek Pembangkit Listrik Tenaga Panasbumi (PLTP) Bedugul
melalui keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Bali Nomor 7 Tahun
2005. Keputusan DPRD Bali nomor & Tahun 2005 ini diperoleh setelah
melalui musyawarah tokoh tokoh adat daerah Bedugul dengan pihak
Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Daerah (DPRD). Saat itu Gubernur
Bali dijabat oleh Dewa Beratha.
6
4. Mengapa para warga tidak menyetujui adanya pembangunan pembangkit
listrik tenaga panasbumi (geothermal) di daerah Bedugul Kabupaten
Tabanan, Bali?
Mengingat prediksi kebutuhan listrik di Bali cukup besar, dan dengan
kebijakan pemerintah dalam upaya mengurangi penggunaan bahan bakar
minyak (BBM), maka pemerintah telah malakukan kebijakan dalam
memanfaatkan sumber energi panas bumi (geothermal) yang ada di Kawasan
Daya Tarik Wisata Bedugul-Pancasari, tepatnya di kawasan hutan lindung
Batukaru, pada Gunung Tapak, Pohen, Sengayang, dan Gunung Lesung.
Dalam kebijakan ini, Pertamina melakukan kerjasama dengan PT. Bali Energi
Limited (BEL) dalam memanfaatkan sumber energi tersebut.
Usaha untuk menindak lanjuti ke tahap kegiatan eksploitasi yang
dilakukan PT. Bali Energi Limited mengalami kebuntuan. Hal ini disebabkan
oleh rekomendasi layak lingkungan tidak didapat dari pemerintah setempat.
Hal ini disebabkan oleh sebagian masyarakat Bali, wakil rakyat Bali menolak
rencana tersebut. Penolakan disebabkan oleh lokasi pemboran yang terletak di
daerah pegunungan, sedangkan gunung yang dianggap suci oleh umat Hindu di
Bali, walaupun masyarakat setempat menyetujui hal tersebut.
Masyarakat Bali memiliki filosofi yang dinamakan Tri Mandala. Filosofi
Tri Mandala menempatkan kawasan hulu seperti hutan, gunung dan danau
sebagai tempat suci atau sakral. Kawasan hulu oleh masyarakat setempat
dianggap sebagai hulu amerta atau sumber kemakmuran dan kesejahteraan bagi
daerah-daerah sekitar. Proyek pembangunan Bedugul ini dianggap
bertentangan dengan nilai wanakerti dan nilai filosofi Tri Hita Karana bagi
masyarakat Bali dan sekitarnya. Filosofi Tri Hita Karana yang menjunjung
tinggi hubungan erat antara manusia, Tuhan (parahyangan) dan alam
sekitarnya. Terganggunya nilai-nilai kesakralan kawasan suci ini dikhawatirkan
akan mengganggu keseimbangan hubungan manusia dengan lingkungan alam
(palemahan) yang secara langsung akan memengaruhi nilai-nilai pawongan
(masyarakat) yang terkait dengan aspek kedamaian, keamanan, kemakmuran
dan kesejahteraan hidupnya.
7
Lokasi pemboran PLTP Bedugul berada pada kawasan suci bagi umat
Hindu di Bali seperti yang dituangkan dalam Peraturan Daerah Nomor 4 tahun
1996, yang diperbaharui dengan Peraturan Daerah Nomor 3 tahun 2005, dan
selanjutnya dipaduserasikan dengan Undang-Undang 26 tahun 2007 yang
menjadi Peraturan Daerah Nomor 16 tahun 2010, tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Provinsi Bali. Dalam salah satu pasalnya disebutkan bahwa yang
disebut kawasan suci adalah ”kawasan-kawasan suci oleh umat Hindu di Bali,
seperti: gunung, danau, campuhan (pertemuan dua sungai atau lebih), pantai
laut, mata air, dan sebagainya yang diakui memiliki nilai-nilai kesucian, yang
dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai tempat melangsungkan upacara
keagamaan, yang tersebar di seluruh wilayah”. Dari pertnyataan tersebut, maka
lokasi pemboran panas bumi Bedugul yang terletak di antara gunung-gunung
(Gunung Tapak, Gunung Lesung, Gunung Pohen, dan Gunung Sangyang) atau
merupakan daerah pegunungan yang dipandang suci oleh umat Hindu di Bali.
Masalah lainnya adalah pembangunan PLTP Bedugul, yang dibangun
bersama oleh PT Pertamina dan PT Bali Energi Ltd. ini akan dibangun di
dalam area Hutan Lindung Primer Batukaru seluas 53,88 ha. Padahal kawasan
hutan sebagai penyangga kehidupan di Pulau Dewata ini hanya tinggal 23,19
persen dari batas minimum 30 persen dari luas wilayah Bali. Apalagi kawasan
Bedugul selama ini sudah merupakan ''paru-paru'' bagi Pulau Bali.
5. Siapa yang setuju dan yang menolak adanya pembangunan pembangkit
listrik tenaga panasbumi (geothermal) di Bedugul ini?
Umumnya yang menyetujui proyek pembangunan PLTP Bedugul ini
didominasi oleh masyarakat Bali yang memandang potensi Geothermal ini
sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan listrik di Bali yang sampai sekarang
masih dikoneksikan dengan listrik Jawa - Bali. Sehingga beberapa waktu
daerah Bali dapat mengalami pemadaman dikarenakan kekurangannya pasokan
listrik untuk daerah Jawa – Bali. Masyarakat sekitar yang secara langsung akan
terkena dampak lingkungannya sebagian besar menyetujui pembangunan
tersebut. Hal ini disebabkan oleh tokoh-tokoh masyarakat setempat diajak
8
melihat langsung (studi banding) pada daerah yang dijadikan lokasi tempat
pemboran panas bumi di Gunung Salak. Sebelumnya mereka tidak sependapat,
namun setelah melihat langsung bagaimana kondisi hutan setelah dilakukannya
pemboran, kehidupan binatang, pengolahanan dan penanganan gasnya, maka
mereka sependapat dibangunnya pembangkit panas bumi di Bedugul tersebut.
Dari tokoh-tokoh masyarakat inilah yang akhirnya menyampaikan kondisi
kegiatan pemboran panas bumi yang telah berlangsung kepada masyarakat
yang menjadi komunitasnya maupun masyarakat di sekitarnya. Dengan
demikian masyarakat sekitar sebagian besar menyetujuai pembangunan
tersebut.
Namun tidak sedikit pula yang menolak keberadaan proyek PLTP ini.
Alasan mereka yang menolak proyek pembangunan PLTP ini disebabkan
keberadaan lokasi yang akan dijadikan area eksploitasi panas bumi yang
dipercaya oleh umat Hindu sebagai tempat suci dan sakral. Penolakan
pembangunan pusat listrik tenaga panas bumi di Bedugul juga di lakukan oleh
lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang perduli lingkungan. Mereka
mennolak karena kurangnya pemahaman atau pengetahuan di bidang
geothermal. Kurangnya pemahaman ditunjukkan dengan logika-logika umum
yang sangat berbeda dengan pengetahuan geothermal. Namun demikian
semangat protes tidak surut karena kurang pemahaman, bahkan berusaha
membangun wacana-wacana berdasarkan pada logika-logika umum tersebut,
sehingga sebagian masyarakat terprovokasi.
Alasan lain LSM lingkungan menolak adalah karena merasa dikhianati
oleh anggota kelompoknya. Dahulu ideologinya sangat menentang
pembangunan oleh investor yang berdampak terhadap lingkungan, kini justru
berada di lingkungan investor yang menguasai modal dengan paham
kapitalisme. Personel pengelola PT Bali Energi Limited (BEL) adalah mantan
aktivis yang sangat intensif menyuarakan lingkungan berkelanjutan, namun
sekarang dipandang sebaliknya oleh rekan LSM. Walaupun personel BEL
tersebut terjun ke investor tersebut karena pembangunan tersebut ramah
lingkungan, bukan memandang dari aspek yang lain (kapitalisme). Namun
9
demikian, karena rekan-rekan LSM dipandang menyeberang, maka penolakan
tersebut terus berlanjut.
6. Bagaimana langkah agar pembangunan pembangkit listrik tenaga
panasbumi (geothermal) tetap dilaksanakan?
Pada tanggal 22 Mei 2002 dikeluarkan Keputusan Presiden Nomor
15/2002 tentang pencabutan Keputusan Presiden Nomor 39/1997 tentang
Status Proyek Ditunda. Dengan dikelurakannya Kepres tersebut maka berarti
kegiatan dapat dilanjutkan kembali.
Berkaitan dengan hal diatas, maka diperlukan adanya sinergisitas antara
tokoh masyarakat, pihak PT Pertamina Geothermal Energi – PT Bali Energi
Limited, dan Pemerintah untuk menentukan langkah selanjutnya berkaitan
dengan proyek pembangunan PLTP Bedugul ini. Pada dasarnya, listrik sangat
dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan manusia dan menunjang aktifitas
manusia.
10
BAB III
IDENTIFIKASI FAKTOR DAN INDIKATOR
1. Identifikasi Faktor
a) Minimnya pemahaman atau informasi yang disosialisasikan oleh pihak
yang terkait kepada masyarakat luas tentang energi panasbumi
(geothermal).
Sosialisasi tentang informasi yang lebih ilmiah kurang diinformasikan
kepada masyarakat luas sehingga banyak masyarakat banyak yang
menghubungkan bencana alam dengan perusahaan perusahaan di bidang
energi. Mereka (perusahaan energi) dituding sebagai biang atau pelaku bila
adanya bencana alam. Padahal, tidak 100% terjadinya bencana alam
disebabkan oleh adanya kegiatan eksplorasi oleh perusahaan energi. Hal ini
yang membuat dugaan dugaan yang tidak ilmiah dilontarkan kepada
Pemerintah sehingga menjadi sebuah tameng terhadap kemajuan teknologi
dalam rangka memenuhi kebutuhan energi nasional.
b) Kurangnya sinergisitas antara Pemerintah Pusat dengan Pemerintah
Daerah berkaitan dengan kebijakan publik.
Banyak kebijakan Pemerintah Pusat yang tidak dikomunikasikan
terhadap Pemerintah Daerah. Akibatnya banyak terjadi kebijakan sepihak
demi keuntungan pihak tertentu saja. Hal ini lah yang memperburuk atau
memperlambat pembangunan di daerah daerah lain dan cenderung terpusat
di Ibukota saja. Padahal potensi potensi energi banyak diluar ibukota dan
cenderung di wilayah yang cukup sulit dijangkau. Ini yang membuat jurang
pemisah yang semakin jauh antara ibukota dengan wilayah lain. Padahal
daerah tersebut memiliki cadangan atau potensi untuk mendatangkan devisa
bagi Negara.
c) Pendekatan antar budaya, adat, dan istiadat tidak atau kurang
diperhatikan dalam tahap eksplorasi.
Kita sebagai pihak ketiga setelah masyarakat dan Pemerintah sudah
sepantasnya melakukan pendekatan sosial, budaya, adat, istiadat, dan lain
11
lain. Fungsi pendekatan ini adalah untuk menumbuhkan kepercayaan antara
pihak yang terkait dengan adanya kegiata eksplorasi maupun eksploitasi di
masa mendatang. Kita bukanlah seorang yang memiliki daerah tersebut, jadi
setidaknya kita harus memberikan salam dan melakukan pendekatan untuk
memperoleh apa yang kita cari walaupun kita sudah memiliki kontrak kerja,
maupun izin usaha yang dikeluarkan oleh Pemerintah setempat untuk
melakukan kegiatan eksplorasi dan eksploitasi daerah tersebut.
d) Sifat tertutup terhadap kemajuan teknologi baru dari dunia luar.
Sifat dan sikap masyarakat yang cenderung tertutup akan kemajuan
teknologi demi memenuhi kebutuhan energi dirasa masih kurang. Mereka
masih mengganggap seseorang dari luar sebagai orang asing yang ingin
berbuat jahat terhadap masyarakat. Mereka pada dasarnya menolak karena
menganggap proyek ini bakal merusak lingkungan dan merusak kebudayaan
yang selama ini mereka anut. Namun melalui serangkaian uji ilmiah, justru
berkebalikan dengan anggapan masyarakat tersebut. Energi panas bumi ini
sangatlah ramah lingkungan, dan juga berfungsi memiliki kemandirian
listrik terutama didaerah Bali.
2. Indikator
a) Bentuk protes yang dilayangkan segenap masyarakat Bali terhadap
pembangunan proyek Pembangkit Listrik Tenaga Panasbumi Bedugul.
Protes yang mereka layangkan kepada Pemerintah Pusat melalui
melalui keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Bali Nomor 7 Tahun
2005. Keputusan DPRD Bali nomor & Tahun 2005 ini diperoleh setelah
melalui musyawarah tokoh tokoh adat daerah Bedugul dengan pihak
Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Daerah (DPRD). Mereka pada
dasarnya menolak karena menganggap proyek ini bakal merusak
kebudayaan yang selama ini mereka anut. Masyarakat Bali memiliki filosofi
yang dinamakan Tri Mandala yaitu menempatkan kawasan hulu seperti
hutan, gunung dan danau sebagai tempat suci atau sakral. Kawasan hulu
12
oleh masyarakat setempat dianggap sebagai hulu amerta atau sumber
kemakmuran dan kesejahteraan bagi daerah-daerah sekitar.
b) Arti penting listrik dalam kehidupan bermasyarakat dikesampingkan.
Listrik memegang peranan penting terhadap kehidupan bermasyarakat
dalam hal menunjang aktifitas masyarakat. Bisa dibayangkan apabila
kehidupan tanpa ada listrik sehingga mengacaukan semua aktifitas
masyarakat. Listrik ini pun bisa menerangkan kehidupan masyarakat. Salah
satunya energi alternatif adalah energi panasbumi. Untuk menunjang energi
ini, diperlukan adanya dukungan geologi berupa keterdapatan gunung api.
Dan di Indonesia ini lah potensi panasbumi terbesar. Indonesia memiliki
garis busur gunung api sehingga Indonesia menjadi penyumbang 40%
panasbumi dunia.
c) Mengenali budaya, agama, adat, dan istiadat daerah eksplorasi
dikesampingkan demi keuntungan.
Mereka (perusahaan energi) cenderung bergerak hanya berdasarkan
surat izin usaha yang dikeluarkan Pemerintah Pusat dan juga Pemerintah
Daerah. Padahal daerah yang mereka eksplorasi adalah daerah penduduk
yang mereka tinggali sudah sejak lama. Oleh karena itu diperlukannya
pendekatan untuk mendapatkan kepercayaan dari masyarakat sekitar kalau
apa yang kita eksplorasi adalah aman bagi lingkungan dan tidak mengancam
keberlangsungan hidup mereka.
13
BAB IV
ANALISIS FAKTOR DAN INDIKATOR
Sampai saat ini, sumber energi dunia masih sangat bergantung pada bahan
bakar fosil yang persediaannya semakin menipis. Akibatnya, setiap terjadi
kenaikan harga bahan bakar fosil selalu menimbulkan dampak ekonomi yang
sangat besar. Demi ketersedian energi (khususnya listrik) di seluruh Indonesia,
Pemerintah Pusat mulai mencanangkan program panas bumi atau Geothermal
sebagai salah satu solusi demi ketersedian energi di Indonesia. Energi panas bumi
bersifat ramah lingkungan bila dibandingkan dengan jenis energi lainnya terutama
yang berasal dari hasil pembakaran bahan bakar fosil (fossil fuel), sehingga bila
dikembangkan akan mengurangi bahaya efek rumah kaca yang menyebabkan
pemanasan global.
Sumber energi panas bumi cenderung tidak akan habis, karena proses
pembentukannya yang terus menerus selama kondisi lingkungannya (geologi dan
hidrologi) dapat terjaga keseimbangannya. Mengingat energi panas bumi ini tidak
dapat diekspor, maka pemanfaatannya diarahkan untuk mencukupi kebutuhan
energi domestik, dengan demikian energi panas bumi akan menjadi energi
alternatif andalan dan vital karena dapat mengurangi ketergantungan Indonesia
terhadap sumber energi fosil yang kian menipis dan dapat memberikan nilai
tambah dalam rangka optimalisasi pemanfaatan aneka ragam sumber energi di
Indonesia.
Bentuk protes yang dilayangkan segenap masyarakat Bali terhadap
pembangunan proyek Pembangkit Listrik Tenaga Panasbumi Bedugul disebabkan
oleh beberapa faktor antara lain Minimnya pemahaman atau informasi yang
disosialisasikan oleh pihak yang terkait kepada masyarakat luas tentang energi
panas bumi, Kurangnya sinergisitas antara Pemerintah Pusat dengan Pemerintah
Daerah berkaitan dengan kebijakan publik, Pendekatan antar budaya, adat, dan
istiadat tidak atau kurang diperhatikan dalam tahap eksplorasi, dan Sifat tertutup
terhadap kemajuan teknologi baru dari dunia luar.
14
Sosialisasi tentang informasi yang lebih ilmiah kurang diinformasikan
kepada masyarakat luas sehingga banyak masyarakat banyak yang
menghubungkan bencana alam dengan perusahaan perusahaan di bidang energi.
Mereka (perusahaan energi) dituding sebagai biang atau pelaku bila adanya
bencana alam. Hal ini yang membuat dugaan dugaan yang tidak ilmiah
dilontarkan kepada Pemerintah sehingga menjadi sebuah tameng terhadap
kemajuan teknologi dalam rangka memenuhi kebutuhan energi nasional.
Hal ini juga didukung oleh banyaknya kebijakan Pemerintah Pusat yang
tidak dikomunikasikan terhadap Pemerintah Daerah. Akibatnya banyak terjadi
kebijakan sepihak demi keuntungan pihak tertentu saja. Hal ini lah yang
memperburuk atau memperlambat pembangunan di daerah daerah lain. Padahal
daerah tersebut memiliki cadangan atau potensi untuk mendatangkan devisa bagi
Negara.
Selain masalah sosialisasi dan kebijakan, ada juga masalah budaya dan
sosial dalam hal ini adalah pendeatan berbagai aspek. Fungsi pendekatan ini
adalah untuk menumbuhkan kepercayaan antara pihak yang terkait dengan adanya
kegiata eksplorasi maupun eksploitasi di masa mendatang disamping kita sudah
memiliki kontrak kerja, maupun izin usaha yang dikeluarkan oleh Pemerintah
setempat untuk melakukan kegiatan eksplorasi dan eksploitasi daerah tersebut.
Sifat dan sikap masyarakat yang cenderung tertutup akan kemajuan
teknologi demi memenuhi kebutuhan energi dirasa masih kurang. Mereka masih
mengganggap seseorang dari luar sebagai orang asing yang ingin berbuat jahat
terhadap masyarakat. Mereka pada dasarnya menolak karena menganggap proyek
ini bakal merusak lingkungan dan merusak kebudayaan yang selama ini mereka
anut.
15
BAB V
SOLUSI
1. Perbanyak sosialisasi kepada masyarakat tentang energi panasbumi
(geothermal).
Sosialisasi tentang informasi yang lebih ilmiah kurang diinformasikan
kepada masyarakat luas sehingga banyak masyarakat banyak yang
menghubungkan bencana alam dengan perusahaan perusahaan di bidang
energi. Mereka (perusahaan energi) dituding sebagai biang atau pelaku bila
adanya bencana alam. Padahal, tidak 100% terjadinya bencana alam
disebabkan oleh adanya kegiatan eksplorasi oleh perusahaan energi. Hal ini
yang membuat dugaan dugaan yang tidak ilmiah dilontarkan kepada
Pemerintah sehingga menjadi sebuah tameng terhadap kemajuan teknologi
dalam rangka memenuhi kebutuhan energi nasional.
2. Negoisasi ulang proyek PLTP ini kepada Pemerintah Daerah dan
Masyarakat Bali.
Pada tanggal 22 Mei 2002 dikeluarkan Keputusan Presiden Nomor
15/2002 tentang pencabutan Keputusan Presiden Nomor 39/1997 tentang
Status Proyek Ditunda. Dengan dikelurakannya Kepres tersebut maka berarti
kegiatan dapat dilanjutkan kembali. Berkaitan dengan hal diatas, maka
diperlukan adanya sinergisitas antara tokoh masyarakat, pihak PT Pertamina
Geothermal Energi – PT Bali Energi Limited, dan Pemerintah untuk
menentukan langkah selanjutnya berkaitan dengan proyek pembangunan PLTP
Bedugul ini.
Meskipun izin kerja dari Pemerintah Pusat didapat, tetapi Pemerintah
Daerah masih belum bisa mengambil sisi positif dari pembangunan proyek
Pembangkit Listrik Tenaga Panasbumi Bedugul ini. Diperlukan adanya
negoisasi yang ditengahi oleh Pemerintah Pusat demi mendapatkan
kesepakatan yang mufakat antara pihak PT Pertamina Geothermal Energi – PT
Bali Energi Limited sebagai operator PLTP Bedugul dan Masyarakat Bali
16
(termasuk Pemerintah Daerah Bali) sebagai yang memiliki tanah yang telah
lama mereka tinggali.
3. Bangkitkan juga Pembangkit Listrik tenaga lain yang juga berpotensi
untuk diterapkan di Bali.
Meskipun Bali memiliki potensi Panasbumi yang besar, namun
diperlukan juga energi alternatif lainnya untuk membantu ketersedian listrik di
daerah Bali secara menyeluruh. Yang saat ini gencar disosialisasikan selain
Pembangkit Listrik Tenaga Panasbumi, juga disosialisasikan Pembangkit
Listrik Tenaga Uap (PLTU) yang rencananya akan dibangun dan
dioptimalisasikan di Celukan Bawang, Buleleng maupun Pemaron.
4. Berikanlah kesempatan masyarakat lokal Bali untuk mengelola potensi
mereka ini.
Apabila sudah mencapai kesepakatan antara Pemerintah Bali –
Masyarakat Bali, PT Pertamina Geothermal Energi – PT Bali Energi Limited
dan juga Pemerintah Pusat mengenai titik terang proyek ini, berikanlah
kesempatan putra putri Bali untuk bekerja mengelola potensi daerah mereka
agar tidak ada lagi kecemburuan karena perusahaan terlalu banyak
mendatangkan pegawai dari daerah lain yang sama sekali tidak mengenali
budaya, adat, dan istiadat daerah Bali. Hindarilah campur tangan asing dan
juga perbanyaklah tenaga kerja asal Indonesia supaya mereka (tenaga kerja asal
Indonesia) lebih mencintai Indonesia dan juga menjaga bersama sama potensi
yang diberikan Tuhan kepada negeri tercinta kita ini.
17
BAB VI
RELEVANSI KASUS DENGAN TEMA
Tema yang diangkat oleh kelompok 1 mengenai manusia dan adab. Manusia
sebagai mahluk beradab artinya pribadi manusia itu memiliki potensi unuk
berlaku sopan, berakhlak, dan berbudi pekerti yang luhur. Dengan kata lain,
manusia yang beradab adalah manusia yang bisa menyelaraskan antara cipta, rasa,
dan karsa.
Dalam makalah ini dibahas mengenai kasus kegiatan pembangunan
pembangkit listrik tenaga panasbumi (geothermal) yang berlokasi di Bedugul,
Tabanan, Bali yang tergolong merupakan salah satu contoh dari kasus perilaku
manusia sebagai makhluk beradab. Panasbumi adalah sumber energi panas yang
terkandung di dalam air panas, uap air, dan batuan bersama mineral ikutan dan gas
lainnya yang secara genetik semuanya tidak dapat dipisahkan dalam suatu sistem
panas bumi dan untuk pemanfaatannya diperlukan proses penambangan. Energi
panasbumi merupakan sumber energi alternatif yang tidak hanya melimpah tetapi
juga ramah lingkungan.
Salah satu hal yang menunjukkan perilaku manusia sebagai makhluk
beradab adalah PT Pertamina Geothermal Energi – PT Bali Energi Limited tidak
memperhatikan permasalahan lokasi pembangunan pembangkit listrik tersebut
yang berlokasi di daerah pegunungan yang dianggap suci oleh masyarakat Bali
khususnya umat Hindu di sana dan juga termasuk dalam kawasan hutan lindung
yang harus dijaga kelestraiannya. Sedangkan masyarakat Bali khususnya umat
Hindu sangat menjunjung tinggi perilaku adab atau norma/aturan yang berlaku
mengenai sopan santun yang didasarkan atas aturan agama, walaupun juga
terdapat masyarakat Bali yang lain yang mendukung adanya pembangunan
pembangkit listrik tenaga panasbumi tersebut. Namun penolakan yang dilakukan
oleh umat Hindu ini karena tidak diindahkan oleh PT Pertamina Geothermal
Energi – PT Bali Energi Limited berujung pada terjadinya konflik di antara
keduanya.
18
Dalam perkembangannya, kata beradab dan tidak beradab dikaitkan dari
segi kesopanan secara umum dan tidak khusus digabungkan dalam agama, dalam
kasus ini yaitu adanya konflik antara pihak yang terkait dengan kasus
pembangunan pembangkit listrik tenaga panas bumi (geothermal) yang berlokasi
di Bedugul, Tabanan, Bali. Konflik tersebut terjadi karena kurangnya
pengetahuan, kurangnya rasa saling menghormati, kurangnya kesadaran, dan
sosialisasi antara pihak yang terkait sehingga terjadi perselisihan dan tidak mampu
menyeimbangkan atau mengendalikan cipta, rasa, dan karsa yang dimilikinya, dan
manusia tersebut melanggar hakikat kemanusiaan, sehingga manusia bisa jatuh
dalam perilaku yang tidak kebiadaban. Manusia sebagai mahluk beradab dan
masyarakat adab dalam perkembangannya bisa jatuh dalam perilaku kebiadaban.
19
REFERENSI
Adhika, I Made. 2010. Permasalahan Sosial Budaya Dalam Pemanfaatan Potensi
Panasbumi (Geothermal) Di Bali. Bali: PPLH Universitas Udayana.
Anonim. 2010. Gubernur Bali Kukuh Tolak Proyek Geothermal. Online,
(http://www.media-indonesia.com)
Anonim. 2010. Potensi Panas bumi Indonesia. Online,
(http://www.google.com/potensi-panasbumi-indonesia)
http://id.wikipedia.org/wiki/Adab
http://isbdbymuhamadpidin.blogspot.com/2011/06/manusia-sebagai-makhluk-
beradab-dan.html
http://peaceandrelax.blogspot.com/2011/06/manusia-sebagai-mahluk-beradab-
dan.html
http://pendidikan-emaagustina.blogspot.com/2011/04/manusia-sebagai-mahkluk-
beradab-dan.html
http://pge.pertamina.com/index.php?
option=com_content&view=article&id=19&Itemid=8
http://www.greenpeace.org/seasia/id/campaigns/perubahan-iklim-global/Energi-
Bersih/geothermal/
20