isi makalah.doc
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Di Indonesia komplikasi kehamilan trimester pertama dalam bentuk
kehamilan ektopik tidak jarang ditemui. Kehamilan ektopik sering disebutkan
juga kehamilan di luar rahim atau kehamilan di luar kandungan. Sebenarnya
kehamilan ektopik berbeda dari kehamilan di luar rahim atau di luar
kandungan. Kehamilan ektopik adalah kehamilan yang berimplantasi dan
berkembang di luar tempat yang biasa. Biasanya peristiwa implantasi zigot
terjadi di dalam rongga rahim tetapi bukan pada serviks dan kornu. Dengan
demikian kehamilan yang berkembang di dalam serviks dan atau di dalam
kornu (bagian interstisial uterus) walaupun masih bagian dari rahim adalah
kehamilan ektopik. Istilah kehamilan di luar kandungan malah jauh
menyimpang karena saluran telur, indung telur dan rahim semuanya
termasuk alat kandungan, padahal kehamilan ektopik yang terbanyak adalah
kehamilan yang terjadi di dalam saluran telur dan bahkan juga pada indung
telur. Satu-satunya kehamilan yang bisa disebut di luar kandungan adalah
kehamilan abdominal.
Hamil di luar kandungan atau dalam istilah medis kehamilan ektopik, jika
terlambat diketahui akan membahayakan nyawa si ibu. Bayangkan saja, janin
yang seharusnya tumbuh dan berkembang di rahim ternyata tumbuh di
tempat yang bukan semestinya, yaitu di saluran tuba falopii, kornu (tanduk
rahim), atau bahkan di dalam rongga perut.
Jika kehamilan membesar, sangat mungkin organ tempat tumbuh janin
itu akan pecah dan memicu perdarahan hebat di dalam perut. Si ibu akan
mengalami anemia, pucat, lemas, mengalami sesak napas hingga pingsan. Jika
terlambat ditolong maka akan mengakibatkan kematian.
1
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah agar penyusun makalah ini
mengetahui dan mengerti tentang Kehamilan Ektopik dari definisi
sampai asuhan keperawatannya.
2. Tujuan Untuk Perawat
Tujuan khusus dari pembuatan makalah ini adalah agar penyusun
mampu:
a. Medeskripsikan defenisi kehamilan ektopik
b. Dapat menjelaskan terjadinya kehamilan ektopik
c. Mendeskripsikan tanda-tanda kehamilan ektopik
d. Mandiskripsikan patofisiologi dari kehamilan ektopik
e. Mendiskripsikan penatalaksanaan kehamilan ektopik
f. Mendiskripsikan komplikasi pada kehamilan ektopik
g. Dapat menjelaskan pengkajian kehamilan ektopik
2
BAB II
KONSEP DASAR
A. DEFINISI
Berikut ini beberapa definisi dari kehamilan ektopik :
1. Kehamilan dengan ovum yang dibuahi, berimplantasi dan tumbuh tidak
ditempat yang normal yakni dalam endometrium kavum uteri (Hanifa,
2009).
2. Implantasi dan pertumbuhan hasil konsepsi diluar endometrium kavum
uteri ( Mansjoer, 2001).
3. Menurut Buku Obstetri Patologi Universitas Pajadjaran Bandung, 1984,
kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan ovum yang dibuahi
berimplantasi dan tumbuh di luar endometrium kavum uteri, kehamilan
ektopik dapat terjadi di luar rahim misalnya dalam tuba, ovarium atau
rongga perut.
Istilah ektopik berasal dari bahasa Inggris, ectopic, dengan akar kata dari
bahasa Yunani, topos yang berarti tempat. Jadi istilah ektopik dapat diartikan
“berada di luar tempat yang semestinya”. Apabila pada kehamilan ektopik
terjadi abortus atau pecah, dalam hal ini dapat berbahaya bagi wanita hamil
tersebut maka kehamilan ini disebut kehamilan ektopik terganggu.
B. ETIOLOGI
1. Infeksi dan kerusakan tuba
Pada pasien dengan kerusakan tuba memiliki kemungkinan 3,5 kali
mengalami kehamilan ektopik. Gangguan tuba biasanya disebabkan
oleh infeksi pelvis.
3
2. Salpingitis isthmica nodosa
Adalah suatu gangguan berupa penebalan pada bagian proksimal tuba
falopi dengan divertikula luminal multiple. Patologi ini meningkatkan
kemungkinan kehamilan ektopik 52% lebih tinggi.
3. Kelainan zigot
Yaitu kelainan kromosom dan malformasi.
4. Faktor ovarium
Yaitu migrasi luar ovum (perjalanan ovum dari ovarium kanan ke tuba
kiri atau sebaliknya), pembesaran ovarium dan unextruded ovum.
5. Merokok
Pasien merokok memiliki peningkatan kemungkinan kehamilan
ektopik, diduga disebabkan oleh adanya gangguan imunitas sehingga
mudah terkena infeksi pelvis.
6. Penggunaan hormon eksogen (estrogen) seperti pada kontrasepsi oral,
IUD, sterilisasi tuba dengan elektrokoagulasi meningkatkan
kemungkinan untuk kehamilan ektopik. Sedangkan kontrasepsi barier
menurunkan kemungkinan untuk kehamilan ektopik dengan
menurunkan kemungkinan infeksi pelvis.
( Joseph, 2010 )
C. MANIFESTASI KLINIS
Trias gejala klinis hamil ektopik terganggu sebagai berikut :
1. Amenorea. Lamanya aminorea bervariasi dari beberapa hari sampai
beberapa bulan. Dengan aminorea dapat dijumpai tanda-tanda hamil
muda, yaitu morning sickness, mual atau muntah, terjadi perasaan
ngidam. Biasanya darah berwarna gelap kecoklatan dan keluarnya
intermitten atapun kontinyu.
4
2. Terjadi nyeri abdomen.
Nyeri abdomen disebabkan oleh kehamilan tuba yang pecah.
Timbunan darah menimbulkan iritasi dan manifestasi rasa nyeri, darah
dalam ruangan perut tidak berfungsi dan menyebabkan pasien tampak
pucat (anemia), TD turun sampai shock, bagian ujung-ujung anggota
badan terasa dingin, perut kembung karena darah. Nyeri dapat
menjalar keseluruh abdomen bergantung pada perdarahan
didalamnya. Bila rangsangan darah dalam abdomen mencapai
diafragma, dapat terjadi nyeri di daerah bahu. Bila darahnya
membentuk hematokel yaitu timbunan di daerah kavum douglas akan
terjadi rasa nyeri di bagian bawah dan saat devekasi.
3. Perdarahan.
Terjadinya abortus atau ruptura kehamilan tuba menimbulkan
perdarahan kedalam kavum abdomen dalam jumlah yang bervariasi.
Darah yang teertimbun dalam kavum abdomen tidak berfungsi
sehingga terjadi gangguan dalam sirkulasi umum yang menyebabkan
frekuensi nadi meningkat, tekanan darah menurun, hingga shock.
Hilangnya darah dari peredaran darah umum mengakibatkan
penderita tampak anemis, daerah ujung ekstremitas dingin,
berkeringat dingin, kesadaran menurun, dan pada abdomen terdapat
timbunan darah.
( Sri Kusuma Dewi, 2010 & dr. Ida bagus, 1998 )
Gejala-gejala kehamilan ektopik lainnya :
1. Pada pemeriksaan vagina terdapat nyeri goyang bila serviks
digerakkan, nyeri pada perabaan dan kavum douglas menonjol karena
ada bekuan darah.
( Arief Mansjoer, 2001 )
5
2. Pleuritic chest pain, bisa terjadi akibat iritasi diafragma akibat
perdarahan
3. Perubahan uterus
Uterus dapat tumbuh membesar pada 3bulan pertama akibat hormon
yang dilepaskan plasenta. Uterus dapat terdesak ke sisi yang
berlawanan dengan masa ektopik
4. Tekanan darah normal
Kecuali bila terjadi ruptur, perubahan yang terjadi antara lain adanya
peningkatan ringan, respon vasovagal seperti bradikardi dan hipertensi
ataupun penurunan tensi tajam disertai peningkatan nadi bila
perdarahan terus berlangsung dan hipovolemia
5. Temperatur
Setelah perdarahan akut suhu tubuh dapat turun atau meningkat >
38°C bila terjadi infeksi.
( joseph, 2010 )
D. KLASIFIKASI
?????????ada di PDF gag bisa ngopine
E. PATOFISIOLOGI
Prinsip patofisiologi yakni terdapat gangguan mekanik terhadap ovum yang
telah dibuahi dalam perjalanannya menuju kavum uteri. Pada suatu saat
kebutuhan embrio dalam tuba tidak dapat terpenuhi lagi oleh suplai darah
dari vaskularisasi tuba itu.
Ada beberapa kemungkinan akibat dari hal ini yaitu :
1. Kemungkinan “tubal abortion”, lepas dan keluarnya darah dan jaringan
ke ujung distal (fimbria) dan ke rongga abdomen. Abortus tuba biasanya
terjadi pada kehamilan ampulla, darah yang keluar dan kemudian masuk
6
ke rongga peritoneum biasanya tidak begitu banyak karena dibatasi oleh
tekanan dari dinding tuba.
2. Kemungkinan ruptur dinding tuba ke dalam rongga peritoneum, sebagai
akibat dari distensi berlebihan tuba.
3. Faktor abortus ke dalam lumen tuba.
Ruptur dinding tuba sering terjadi bila ovum berimplantasi pada ismus
dan biasanya pada kehamilan muda. Ruptur dapat terjadi secara
spontan atau karena trauma koitus dan pemeriksaan vaginal. Dalam hal
ini akan terjadi perdarahan dalam rongga perut, kadang-kadang sedikit
hingga banyak, sampai menimbulkan syok dan kematian.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan hemoglobin dan hematokrit serial tiap satu jam
menunjukkan penurunan kadar Hb akibat perdarahan.
b. Adanya lekositosis ( dapat mencapai > 30.000/µL).
c. Urinary Pregnancy Test, dengan metode inhibisi aglutinasi hanya
menunjukkan positi pada kehamilan ektopik sebesar 50-69%.
d. Serum β-hCG assay.
e. Serum progesteron, pada kehamilan ektopik, kadarnya lebih rendah
dibanding kehamilan normal intrauterin. Kadar < 5 mg/L
menunjukkan kemungkinan besar adanya kehamilan abnormal.
Pemeriksaan ini tidak bisa berdiri sendiri dalam mendiagnosis
kehamilan ektopik.
2. Ultrasound Imaging
a. USG abdominal, kehamilan tuba sulit dideteksi dengan metode ini.
b. USG vaginal, untuk mendeteksi letak gestational sac. Pada usia
kehamilan ≥6 minggu, bila tidak dijumpai gestational sac maka bisa
dicurigai kehamilan ektopik.
7
c. Color and Pulsed Doppler Ultrasound, untuk mengidentifikasi
karakteristik warna vaskular, apakah terletak di intrauterine atau
ekstrauterine.
3. Kombinasi Serum β-hCG dan Sonography
Peningkatan serum hCG > 2000 mIU/mL disertai gestational sac
intrauterine yang tidak dapat diidentifikasi, kemungkinan adanya
kehamilan ekstrauterine sangat besar.
4. Laparoskopi
Merupakan gold standar untuk mendiagnosis kehamilan ektopik.
Laparoskopi dilakukan jika dengan pemeriksaan lain diagnosis kehamilan
ektopik masih belum dapat ditegakkan. Dengan metode ini tuba falopi
dan ovarium dapat tervisualisasi dengan baik.
( Joseph, 2010 )
G. TERAPI PEMBEDAHAN
Merupakan terapi yang luas digunakan untuk kehamilan ektopik baik dengan
cara laparotomi ataupun laparoskopi. Laparotomi diindikasikan pada kondisi
hemodinamik pasienyang tidak stabil, sedangkan laparoskopi pada kondisi
hemodinamik pasien yang stabil. Linear Salphingostomy prosedur pada
kehamilan ektopik yang tidak ruptur, dan pasien yang menginginkan
fertilitasnya dipertahankan. Salphingotomy potensial mengurangi insidensi
kehamilan ektopik berulang.
( Joseph, 2010 )
H. DIAGNOSA KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU
Walaupun diagnosanya agak sulit dilakukan, namun beberapa cara
ditegakkan, antara lain dengan melihat :
1. Anamnesis dan gejala klinis
8
Riwayat terlambat haid, gejala dan tanda kehamilan muda, dapat ada
atau tidak ada perdarahan per vaginam, ada nyeri perut kanan / kiri
bawah. Berat atau ringannya nyeri tergantung pada banyaknya darah
yang terkumpul dalam peritoneum.
2. Pemeriksaan fisis
a. Didapatkan rahim yang juga membesar, adanya tumor di daerah
adneksa.
b. Adanya tanda-tanda syok hipovolemik, yaitu hipotensi, pucat dan
ekstremitas dingin, adanya tanda-tanda abdomen akut, yaitu perut
tegang bagian bawah, nyeri tekan dan nyeri lepas dinding abdomen.
c. Pemeriksaan ginekologis, yaitu pemeriksaan dalam: seviks teraba
lunak, nyeri tekan, nyeri pada uteris kanan dan kiri.
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium : Hb, Leukosit, urine β-hCG (+). Hemoglobin menurun
setelah 24 jam dan jumlah sel darah merah dapat meningkat.
b. USG
1) Tidak ada kantung kehamilan dalam kavum uteri
2) Adanya kantung kehamilan di luar kavum uteri
3) Adanya massa komplek di rongga panggul
4. Kuldosentesis : suatu cara pemeriksaan untuk mengetahui apakah
dalam kavum Douglas ada darah.
5. Diagnosis pasti hanya ditegakkan dengan laparotomi.
6. Ultrasonografi berguna pada 5 – 10% kasus bila ditemukan kantong
gestasi di luar uterus
(Yuni Kusmiati, 2009)
I. PENATALAKSANAAN
Menurut Sarwono Prawirohardjo, Buku pelayanan kesehatan maternal dan
neonatal 2002.
9
1. Setelah diagnosis ditegakan, segera lakukan persiapan untuk tindakan
operatif gawat darurat.
2. Ketersediaan darah pengganti bukan menjadi syarat untuk melakukan
tindakan operatif karena sumber perdarahan harus dihentikan.
3. Upaya stabilisasi dilakukan dengan segera merestorasi cairan tubuh
dengan larutan kristaloid NS atau RL (500 ml dalam lima menit pertama)
atau 2l dalam dua jam pertama (termasuk selama tindakan
berlangsung).
4. Bila darah pengganti belum tersedia, berikan autotransfusion berikut ini:
a. Pastikan darah yang dihisap dari rongga obdomen telah melalui
alat pengisap dan wadah penampung yang steril.
b. Saring darah yang tertampung dengan kain steril dan masukan
kedalam kantung darah (blood bag) apabila kantung darah tidak
tersedia masukan dalam botol bekas cairan infus (yang baru
terpakai dan bersih) dengan diberikan larutan sodium sitrat 10ml
untuk setiap 90ml darah.
c. Transfusikan darah melalui selang transfusi yang mempunyai
saringan pada bagian tabung tetesan.
5. Tindakan dapat berupa :
a. Parsial salpingektomi yaitu melakukan eksisi bagian tuba yang
mengandung hasil konsepsi.
b. Salpingostomi ( hanya dilakukan sebagai upaya konservasi dimana
tuba tersebut merupakan salah satu yang masih ada) yaitu
mengeluarkan hasil konsepsi pada satu segmen tuba kemudian
diikuti dengan reparasi bagian tersebut. Resiko tindakan ini adalah
kontrol perdarahan yang kurang sempurna atau rekurensi ( hasil
ektopik ulangan ).
6. Mengingat kehamilan ektopik berkaitan dengan gangguan fungsi
transportasi tuba yang di sebabkan oleh proses infeksi maka sebaiknya
10
pasien di beri anti biotik kombinasi atau tunggal dengan spektrum yang
luas.
7. Untuk kendali nyeri pasca tindakan dapat diberikan:
a. Ketoprofen 100 mg supositoria.
b. Tramadol 200 mg IV.
c. Pethidin 50 mg IV (siapkan anti dotum terhadap reaksi
hipersensitivitas)
8. Atasi anemia dengan tablet besi (SF) 600 mg per hari.
9. Konseling pasca tindakan
a. Kelanjutan fungsi reproduksi.
b. Resiko hamil ektopik ulangan.
c. Kontrasepsi yang sesuai.
d. Asuhan mandiri selama dirumah.
e. Jadwal kunjungan ulang.
J. KOMPLIKASI
1. Jaringan tropoblastik persisten
2. Kehamilan ektopik persisten. Merupakan komplikasi yang tersering
( Joseph, 2010 )
K. PATHWAY
Terlampir
11
BAB III
PEMBAHASAN
A. KASUS
Ny. Yati 35 tahun datang ke rumah sakit Sayang Ibu dengan keluhan nyeri
pada perut. Ny. Yati menikah sudah 10 tahun dan tidak dikaruniai anak.
Upaya untuk mengatasi infertilitasnya telah dilakukan. Tuba uterinya
dilakukan peniupan dengan alat agar tidak ada penyempitan. Tiga bulan
yang lalu Ny. Yati mengalami terlambat menstruasi, dilakukan pemeriksaan
kehamilan PP test sendiri hasilnya positif hamil. Kegembiraan Ny. Yati dan
suami hilang sudah ketika diketahui kehamilannya diluar kandungan.
B. TERMINOLOGI
1. Kehamilan ektopik terganggu
Menurut Buku Obstetri Patologi Universitas Pajadjaran Bandung, 1984,
kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan ovum yang dibuahi
berimplantasi dan tumbuh di luar endometrium kavum uteri,
kehamilan ektopik dapat terjadi di luar rahim misalnya dalam tuba,
ovarium atau rongga perut.
Apabila pada kehamilan ektopik terjadi abortus atau pecah, dalam hal
ini dapat berbahaya bagi wanita hamil tersebut maka kehamilan ini
disebut kehamilan ektopik terganggu.
2. Infertilitas
Menurut Joseph HK dalam buku Ginekologi dan Obstetri, infertilitas
adalah keadaan dimana seseorang tidak dapat hamil secara alami atau
tidak dapat menjalani kehamilannya secara utuh. Definisi standar
infertilitas adalah ketidakmampuan untuk menjadi hamil dalam satu
12
tahun setelah secara teratur menjalani hubungan intim tanpa
kontrasepsi.
Sepasang suami-istri dikatakan infertil jika:
a. Tidak hamil setelah 12 bulan melakukan hubungan intim secara
rutin (1-3 kali seminggu) dan bebas kontrasepsi bila perempuan
berumur kurang dari 34 tahun.
b. Tidak hamil setelah 6 bulan melakukan hubungan intim secara
rutin (1-3 kali seminggu) dan bebas kontrasepsi bila perempuan
berumur lebih dari 35 tahun.
c. Perempuan yang bisa hamil namun tidak sampai melahirkan
sesuai masanya (37-42 minggu).
Menurut Arief Mansjoer dalam buku Kapita Selekta Kedokteran,
infertilitas terbagi menjadi :
a. Infertilitas Primer
Bila pasangan tersebut belum pernah mengalami kehamilan
sama sekali.
b. Infertilitas Sekunder
Bila pasangan tersebut sudah memiliki anak, kemudian memakai
kontrasepsi namun setelah dilepas selama satu tahun belum juga
hamil.
Penyebab infertilitas yaitu :
a. Pada wanita
1) Gangguan organ reproduksi
a) Infeksi vagina sehingga meningkatkan keasaman vagina
yang akan membunuh sperma dan pengkerutan vagina
yang akan menghambat transportasi sperma ke vagina.
b) Kelainan pada serviks akibat defisienasi hormon
esterogen yang mengganggu pengeluaran mukus
serviks. Apabila mukus sedikit di serviks, perjalanan
13
sperma ke dalam rahim terganggu. Selain itu bekas
operasi pada serviks yang menyisakan jaringan parut
juga menutup serviks sehingga sperma tidak dapat
masuk ke rahim.
c) Kelainan uterus, misalnya diakibatkan oleh malformasi
uterus yang mengganggu pertumbuhan fetus, mioma
uteri dan adhesi uteri yang menyebabkan terjadinya
gangguan suplai darah untuk perkembangan fetus dan
akhirnya terjadi abortus berulang.
d) Kelainan tuba falopi akibat infeksi yang mengakibatkan
adhesi tuba falopi dan terjadi obstruksi sehingga ovum
dan sperma tidak dapat bertemu.
2) Gangguan ovulasi
Dapat terjadi karena ketidakseimbangan hormonal seperti
adanya hambatan pada sekresi hormon FSH dan LH yang
memiliki pengaruh besar terhadap ovulasi. Hambatan ini
dapat terjadi karena adanya tumor kranial, stress, dan
penggunaan obat-obatan yang menyebabkan terjadinya
disfungsi hipothalamus dan hipofise. Bila terjadi gangguan
sekresi kedua hormon ini, maka folikel mengalami hambatan
untuk matang dan berakhir pada gangguan ovulasi.
3) Kegagalan implantasi
Wanita dengan kadar progesteron yng rendah mengalami
kegagalan dalam mempersiapkan endometrium untuk
nidasi. Setelah terjadi pembuahan, proses nidasi pada
endometrium tidak berlangsung baik. Akibatnya fetus tidak
dapat berkembang dan terjadilah abortus.
4) Faktor imunologis
14
Apabila embrio memiliki antigen yang berbeda dari ibu,
maka tubuh ibu memberikan reaksi sebagai respon terhadap
benda asing. Reaksi ini dapat menyebabkan abortus spontan
pada wanita hamil.
5) Lingkungan
Paparan radiasi dalam dosis tinggi, asap rokok, gas anestesi,
zat kimia dan pestisida dapat menyebabkan toxic pada
seluruh bagian tubuh termasuk organ reproduksi yang akan
mempengaruhi kesuburan.
b. Pada pria
Ada beberapa kelainan umum yang dapat menyebabkan
infertilitas pada pria, yaitu :
1) Abnormalitas sperma ; morfologi dan motilitas
2) Abnormalitas ejakulasi
3) Abnormalitas ereksi
4) Abnormalitas cairan semen ; perubahan pH dan perubahan
komposisi kimiawi
5) Infeksi pada saluran genital yang meninggalkan jaringan
parut sehingga terjadi penyempitan pada obstruksi saluran
genital
6) Lingkungan ; radiasi, obat-obatan anti cancer
3. Tuba uteri
Menurut buku Obstetri Fisiologi Fakultas Kedokteran Universitas
Padjadjaran Bandung, tuba uteri adalah saluran yang terdapat pada
tepi atas ligamentum latum, berjalan ke arah lateral, mulai dari cornu
uteri kanan kiri. Panjangnya ±12 cm, diameter 3-8 mm. Fungsi utama
tuba adalah membawa ovum yang dilepaskan ovarium ke jurusan
cavum uteri.
4. PP test
15
Alat uji kehamilan untuk dipakai di rumah yang biasa dikenal
dengan test pack merupakan alat praktis yang cukup akurat untuk
mendeteksi kehamilan pada tahap awal. Cara penggunaannya relatif
mudah, yaitu mencelupkan ujung alat ke dalam air seni yang
ditampung atau menyentuhkan pada aliran air seni ketika buang air
kecil. Biasanya dianjurkan penggunaan air seni pertama setelah
bangun pagi, karena konsentrasi hormon hCG yang tinggi pada saat itu.
Sebagian besar merk test pack yang beredar di pasaran sudah dapat
mendeteksi hCG dengan kadar 25 IU/L-50 IU/L, sehingga cukup akurat
untuk menentukan ada atau tidaknya kehamilan pada hari pertama
keterlambatan menstruasi (sekitar 28 hari setelah menstruasi
terakhir).
C. PERMASALAHAN YANG HARUS DISELESAIKAN
1. Umur 35 tahun termasuk kehamilan beresiko atau tidak?
2. Penyebab keluhan sakit perut Ny. Yati.
3. Tindakan yang dilakukan untuk mengetahui infertilitas.
4. Nama lain dari peniupan tuba.
D. ANALISA MASALAH
1. Usia 35 tahun termasuk kehamilan yang beresiko karena batasan usia
yang tepat untuk kehamilan yaitu pada umur ≥ 20 tahun – 30 tahun.
Apabila ≥ 35 tahun maka kemampuan reproduksi wanita menurun drastis
setelah umur 35 tahun. Hal ini dikarenakan cadangan sel telur yang makin
sedikit. Pada umur 35 tahun simpanan sel telur menipis dan mulai terjadi
perubahan keseimbangan hormon sehingga kesempatan wanita untuk
bisa hamil menurun drastis. Kualitas sel telur yang dihasilkan pun
menurun sehingga tingkat keguguran meningkat. Sampai pada akhirnya
16
kira-kira umur 45 tahun sel telur habis sehingga wanita tidak menstruasi
lagi alias tidak dapat hamil lagi.
2. Penyebab keluhan sakit perut pada Ny. Yati yaitu disebabkan oleh
kehamilan tuba yang pecah. Timbunan darah menimbulkan iritasi dan
manifestasi rasa nyeri, darah dalam ruangan perut tidak berfungsi dan
menyebabkan pasien tampak pucat (anemia), TD turun sampai shock,
bagian ujung-ujung anggota badan terasa dingin, perut kembung karena
darah. Nyeri dapat menjalar keseluruh abdomen bergantung pada
perdarahan didalamnya. Bila rangsangan darah dalam abdomen
mencapai diafragma, dapat terjadi nyeri di daerah bahu. Bila darahnya
membentuk hematokel yaitu timbunan di daerah kavum douglas akan
terjadi rasa nyeri di bagian bawah dan saat devekasi.
3. Tindakan yang dikakukan untuk mengetahui infertilitas yaitu dengan cara
melakukan tes kesuburan pada pasangan suami istri.
a. Tes kesuburan pada pria
Untuk mengetahui kesuburan pria, satu-satunya cara hanyalah
dengan memeriksa sperma dan melakukan analisis sperma, baik
secara langsung maupun di bawah mikroskop. Analisis sperma
menghasilkan parameter yang meliputi volume, pH, bau, warna,
jumlah sel spermatozoa per ml, gerakan dan bentuk sd
spermatozoa.
Parameter sperma normal adalah sebagai berikut: volume = 2 ml
atau lebih, pH = 7,2 — 8, bau khas, warna = kelabu pucat,
konsentrasi = 20 juta per ml atau lebih, gerak 50 % atau lebih
bergerak ke depan, bentuk 30% atau lebih berbentuk normal. Di
luar parameter normal tersebut, sperma dianggap tidak normal. Jika
sperma pria tidak normal berarti kesuburan pria tersebut tidak
normal.
b. Tes kesuburan pada wanita
17
Ada beberapa cara untuk mengetahui kesuburan wanita, mulai dari
yang sederhana sampai yang canggih.
1. Pertama, dengan memperhatikan keluarnya lendir mulut rahim
yang dapat diraba dengan jari. Pada saat subur keluarlah cairan
bening seperti putih telur sehingga kelamin terkesan basah.
Banyak Wanita menganggap hal itu sebagai keputihan. Di luar
saat subur, lendir mulut rahim hanya sedikit dan lebih kental
sehingga kelamin terkesan kering.
2. Kedua, dengan mengukur suhu tubuh setiap pagi sebelum
bangun tidur selama beberapa bulan siklus menstruasi.
Kemudian dibuat grafik yang menghubungkan setiap angka
yang menunjukkan suhu tubuh. Dengan melihat perubahan
grafik suhu tubuh, dapat ditentukan ada tidaknya saat subur.
Pada saat subur akan tampak penurunan suhu tubuh di bawah
normal yang segera diikuti dengan kenaikan di atas normal.
3. Ketiga, dengan memeriksa lendir rahim di bawah mikroskop.
Pada saat subur akan tampak bentukan seperti daun pakis yang
sempurna. Keempat, dengan pemeriksaan USG melalui vagina.
Dengan pemeriksaan USG melalui vagina dapat dilihat dengan
jelas sel telur yang sudah dilepaskan dari indung telur.
Tetapi terdapat perbedaan dalam menilai kesuburan antara
pria dan wanita. Pada pria, kalau pemeriksaan sperma
menunjukkan kesuburannya baik, berarti pria itu mampu
menghasilkan kehamilan. Tetapi tidak demikian pada wanita. Pada
wanita, walaupun mampu mengeluarkan Sel telur, belum berarti
mampu hamil. Sistem reproduksi wanita yang lainnya juga harus
normal. Saluran telur harus normal agar sel telur yang telah
dikeluarkan dari indung telur dapat masuk ke dalam rahim.
18
Selanjutnya, walaupun kedua saluran telur normal tetapi kalau
rahim terganggu, maka kehamilan juga terhambat.
( Prof. DR. Dr. Wimpie Pangkahila, Sp, 2011 )
Sebelum melakukan test infertilitas, sebaiknya harus
memperhatikan syarat-syarat Pemeriksaan Pasangan infertil
merupakan satu kesatuan biologis sehingga keduanya sebaiknya
dilakukan pemeriksaan. Adapun syarat-syarat sebelum dilakukan
pemeriksaan adalah:
a. Istri dengan usia 20-30 tahun baru diperiksa setelah berusaha
mendapatkan anak selama 12 bulan.
b. Istri dengan usia 31-35 tahun dapat langsung diperiksa ketika
pertama kali datang.
c. Istri pasangan infertil dengan usia 36-40 tahun dilakukan
pemeriksaan bila belum mendapat anak dari perkawinan ini.
d. Pemeriksaan infertil tidak dilakukan pada pasangan yang
mengidap penyakit.
4. Nama lain dari peniupan tuba atau Pertubasi (insuflasi = rubin test), yaitu
pemeriksaan ini dilakukan dengan memasukkan CO2 ke dalam cavum
uteri. Dilakukan pada paruh pertama siklus haid, melalui kanal serviks dan
dibuat rekaman kimograf terhadap tekanan uterus. Vaginal insufflation
merupakan terapi untuk membantu wanita yang mengalami masalah
infertilitas terutama yang disebabkan oleh infeksi saluran reproduksi
wanita. Terapi ini dilakukan dengan cara memasukkan campuran ozon
oksigen yang telah disediakan di dalam ozone bag, kemudian dimasukkan
melalui vagina dengan menggunakan disposable kateter.
Indikasi terapi:
a. Peradangan saluran reproduksi wanita yang disebabkan oleh virus,
jamur, dan bakteri
19
b. Terapi infertilitas untuk membantu pasangan usia subur yang
menginginkan keturunan.
Metode terapi : Terapi dilakukan dua hari sekali selama 12 session
dengan lama terapi 15 – 20 menit.
E. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Biodata pasien
1) Data demografi
a) Nama : Ny. Yati
b) Umur : 35 tahun
c) Jenis kelamin : perempuan
2) Factor lingkungan(meliputi bagaiman kondisi lingkungan yang
mendukung kesehatan klien missal : lingkingan yang bersih,
lingkungan yang tidak mengganggu kesehehatan klien )
b. Riwayat kesehatan :
1) Menstruasi terakhir : 3 bulan yang lalu
2) Banyak sedikitnya darah yang dikeluarkan
c. Pengkajian nyeri:
Alat-alat pengkajian nyeri dapar digunakan untuk mengkaji persepsi
nyeri seseorang. Agar alat-alat pengkajian nyeri dapat bermanfaat,
alat tersebut haris memenuhi kriteria berikut :
1) Mudah dimengerti dan digunakan
2) Memerlukan sedikit upaya dari pihak pasien
3) Mudah dinilai
4) Sensitive terhadap perubahan kecil dalam intensitas nyeri.
Alat pengkajian nyeri dapat digunakan untuk mendokumentasikan
kebutuhan intervensi , untuk mengevaluasi efekivitas intervensi dan
untuk mengidentifikasi kebutuhan akan intervensi alternative atau
20
tambahan jika intervensi sebelumnya tidak efektif dalam meredakan
nyeri individu.
Informasi yang diperlukan harus menggambarkan nyeri individual
dalam beberapa cara berikut :
1) P (provocativ)
Yaitu apa yang menyebabkan nyeri tersebut
2) Q (quality/quantity)
Yaitu tingkatan nyeri / nyeri dirasakan seperti apa termasuk
karakteristik nyari apakah tumpul, terbakar, tertusuk
3) R (region)
Yaitu lokasi nyeri
4) S (skala)
Yaitu berapa skala nyeri yang dirasakan oleh klien ( 0 : tidak ada
nyeri, 10 : nyeri sangat hebat )
5) T (timing)
Yaitu nyeri dirasakan intermiten atau kontinyu.
d. Tanda – tanda vital
e. Tingkat kesadaran
f. Riwayat gangguan tuba sebelumnya
g. Tes laboratorium : Ht dan Hb menurun
h. Riwayat kontrasepsi meliputi jenis kontrasepsi
i. Ada tidaknya bercak darah dari vagina
2. Pengelompokan data
a. Data subjektif
Ny. Yati mngatakan :
1) Nyeri pada perut
2) Menikah sudah 10 tahun dan tidak mempunyai anak
3) Mengalami terlambat menstruasi 3 bulan yang lalu
21
b. Data objektif :
1) Hasil PP test positif hamil
2) Telah dilakukan upaya peniupan tuba falopi pad Ny. Yati
3. Diagnose keperawatan
a. Resiko Deficit volume cairan berhubungan dengan rupture pada
lokasi implantasi.
b. Nyeri berhubungan dengan kemajuan kehamilan tuba.
c. Berduka berhubungan dengan kehilangan kehamilan damn efek pada
kehamilan berikutnya.
d. Kurang pengetahuan berhubungan dengan pengobatan dan dampak
pada kehamilan berikutnya.
4. Intervensi keperawatan.
1. Resiko Deficit volume cairan berhubungan dengan rupture pada
lokasi implantasi.
Tujuan dan kriteria hasil : ibu menunjukkan kestabilan / perbaikan
keseimbangan cairan yang dibuktikan oleh tanda-tanda vital yang stabil,
pengisian kapiler cepat.
Intervensi Rasional
Monitor intake dan output
Awasi TD dn frekuensi
jantung
Evaluasi turgor kulit,
pengisian kapiler, dan
kondisi umum membrane
mukosa.
Kolaborasi :
Berikan cairan IV sesuai
Memudahkan pemilihan
intervensi
Perubahan dapat
menunjukkan efek
hipovolemia (perdarahan).
Indicator langsung status
cairan
Mempertahankan
22
Intervensi Rasional
indikasi
Berikan SDM, trombosit,
factor pembekuan.
Awasi pemeriksaan
laboratorium, contoh
trombosit, Hb / Ht,
pembekuan
keeimbangan cairan /
elektrolit
Memperbaiki jumlah SDM
dan kasitas pembawa
oksigen untuk memperbaiki
sirkulasi, berguna untuk
mengobati perdarahan.
Mengetahui tingkat
perdarahan
2. Nyeri berhubungan dengan kemajuan kehamilan tuba.
Tujuan dan kriteria hasil : ibu dapat mendemonstrasikan teknik relaksasi,
tanda-tanda vital dalam batas normal, ibu tidak mengeluh kesakitan.
Intervensi Rasional
Mandiri :
o Tentukan sifat, lokasi, dan
durasi nyeri. Kaji kontraksi
uterus hemoragi atau nyeri
tekan abdomen.
o kaji stress psikologis ibu /
pasangan dan respon emosional
terhadap kejadian
Membantu dalam
mendiagnosis dan
menentukan tindakan yang
akan dilakukan.
Ansietas sebagai respon
terhadap situasi darurat
dapat memperberat
ketidaknyamanan karena
sindrom ketegangan,
ketakutan , dan nyeri.
Dapat membantu dalam
23
Intervensi Rasional
o berikan lingkungan yang tenang
dan aktivitas untuk
menurunkan rasa nyeri.
Instruksikan klien untuk
menggunakan metode relakasi,
misalnya : napas dalam,
visualisasi distraksi, dan
jelaskan prosedur.
Kolaborasi :
Berikan analgetik sesuai indikasi
Siapkan prosedur bedah bila
terdapat indikasi
menurunkan tingkat
ansietas dan karenaya
mereduksi
ketidaknyamanan.
Meningkatkan
kenyamanan, menurunkan
resiko komplikasi
pembedahan.
Tindakan terhadap
penyimpangan dasar akan
menghilangkan nyeri.
3. Berduka berhubungan dengan kehilangan kehamilan damn efek pada
kehamilan berikutnya.
Tujuan dan kriteria hasil : ibu dapat menerima dan meresolusi duka dan
kehilangan kahamilan.
Intervensi Rasional
Kaji tingkat distress pasien.
Dorong pasien dalam
pengungkapan perasaan
berduka pasien.
Dengarkan curahan dan berikan
dukungan kepada pasien
Memudahkan pemilihan
intervensi
Membantu mengurangi
duka pada pasien
Membina hubungan saling
percaya
24
Intervensi Rasional
Kolaborasikan untuk konsultasi ke
ahli psiklogis atau penasehat
spiritual
Membantu mengurangi
stress dan memantapkan
intervensi
4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan pengobatan dan dampak
pada kehamilan berikutnya.
Tujuan dan kriteria hasil : ibu berpartisipasi dalam proses belajar ,
mengungkapkan dalam istilah sederhana, mengenai patofisiologi dan
implikasi klinis.
Intervensi Rasional
Manjelaskan tindakan dan
rasional yang ditentukan
untuk kondisi hemoragia
Berikan kesempatan bagi ibu
untuk mengajukan pertanyaan
dan mengungkapkan
kesalahan konsep.
Diskusikan kemungkinan
implikasi jangka pendek pada
ibu atau janin dari keadaan
Memberikan informasi,
menjelaskan kesalahan
konsep pemikiran ibu
mengenai prosedur yang akan
dilakukan, dan menurunkan
stress yang berhubungan
dengan prosedur yang
diberikan.
Memberikan klarifikasi dari
konsep yang salah, identifikasi
masalah-masalah dan
kesempatan untuk memulai
mengambangkan
keterampilan penyesuaian
(koping).
Memberikan informasi
tentang kemungkinan
komplikasi dan meningkatkan
25
Intervensi Rasional
perdarahan.
Tinjau ulang implikasi jangka
panjang terhadap situasi yang
memerlukan evaluasi dan
tindakan tambahan.
harapan realitas dan
kerjasama dengan aturan
tindakan.
Ibu dengan kehamilan ektopik
dapat memahami kesulitan
mempertahankan setelah
pengangkatan tuba / ovarium
yang sakit.
5. Implementasi keperawatan
Implementasi merupakan tindakan yang sesuai dengan yang telah
direncanakan , mencakub tindakan mendiri dan kolaborasi.
Tindakan mandiri adalah tindakan keperawatan berdasarkan analisis dan
kesimpulan perawat, dan bukan atas petunjuk data petugas kesehatan
lain.
Tindakan kolaborasi adalah tindakan keperawatan yang didasarkan oleh
hasil keputusan bersama seperti dokter atau petugas kesehatan lain.
6. Evaluasi.
Merupakan hasil perkembangan ibu dengan berpedomaan kepada hasil
dan tujuan yang endak dicapai.
a. Mengalami pengurangan nyeri.
1) Melaporkan penurunan dalam nyeri dan ketidaknyamanan.
2) Melakukan gerakan atau ambulasi sesuai yang diharuskan,
melakukan napas dalam terapeutik.
b. Mulai menerima kehilangan dan mengekspresikan dukanya dengan
mengungkapkan perasaan dan reaksi terhadap kehilangan.
c. Menunjukkan pengertian tentang penyebab kehamilan ektopik
d. Tidak mengalami komplikasi.
26
1) Menunjukkan dengan tidak adanya tanda- tanda hemoragi atau
syok.
2) Mengalami penurunan jumlah rabas vagina yang dikeluarkan
3) Turgor dan warna kulit yang mormal.
4) Menunjukkan tanda – tanda vital yang stabil dan haluaran urine
yang adekuat.
BAB IV
PENUTUP
27
KESIMPULAN
Kehamilan ternyata tidak selalu berada di dalam rongga rahim atau kavum uteri,
terdapat pula kehamilan yang berada di luar rahim yang disebut sebagai
kehamilan ektopik. Kehamilan ektopik merupakan suatu kegawatdaruratan di
bidang obstetri dan ginekologi. Gejala dan tanda klinis yang terlihat juga
tergantung dari lokasi tumbuh dan berkembangnya mudigah (embrio). Gejala
yang paling sering dikeluhkan adalah adanya rasa nyeri pada daerah perut.
Komplikasi juga tergantung dari lokasi tumbuh berkembangnya mudigah.
Misalnya, bila terjadi kehamilan tuba, komplikasi yang tersering adalah pecahnya
tuba falopii. Umumnya berupa tindakan pembedahan. Dilakukan pemantauan
terhadap kadar HCG (kuantitatif). Peninggian kadar HCG yang berlangsung terus
menandakan masih adanya jaringan ektopik yang belum terangkat.
DAFTAR PUSTAKA
28
Joseph HK, M. Nugroho S. 2010. Catatan Kuliah GINEKOLOGI DAN OBSTETRI
(OBSGYN ). Yogyakarta : Nuha Medika
Mansjoer, Arief. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius
Manuaba, Prof. Dr. Ida Bagus Gede, SpOG. 1998. Memahami Kesehatan
Reproduksi Wanita. Jakarta : Arcan
Kusmiyati, Yuni, S.ST. 2009. Perawatan Ibu Hamil (Asuhan Ibu Hamil). Yogyakarta:
Fitramaya
Wiknjosastro, Prof. Dr. Hanifa,SpOG. 2009. Ilmu Kandungan. Jakarta : PT. Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Suryasaputra Manuaba, dr. I.A Sri Kusuma Dewi. 2006. Buku Ajar Ginekologi
Untuk Mahasiswa Kebidanan. Jakarta : EGC
PATHWAY
29
Factor dlm lumen tuba Factor dlm dinding tuba
Lumen tuba menyempit
Factor lain
Perjalanan telur diperpanjang di uterusMenghambat
perjalanan telur
Kurang vaskularisasi
Factor luar dinding tuba
Implantasi telur dalam tuba
Perdarahan sedikit ( terlambat haid)
diresorbsi
Bernidasi scr columner interkolumner
Ovum mati
Desidua tdk tumbuh dg sempurna
Perdarahan ke rongga
peritonium
Troboblas & vili korialis menembus lapisan
muskularis & peritonium
Hematokele retrouterina
(pengaruh hormon) uterus lembek, membesar
Berkumpul di cavum doglasi
Mengalir ke rongga peritonium
Troboblas & vili korialis menembus lapisan pseudokapsularis
NYERI
Pembesaran tuba ( hematosalping)
Janin mati
Pembentukan desidua
KEKURANGAN VOLUME CAIRAN
Perdarahan lebih banyak
ANTISIPASI BERDUKA
30