isi makalah film pemeriksaan kepala dan leher

23
KATA PENGANTAR Puji dan Syukur Penulis Ucapkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun laporan makalah film yang berjudul “Pemeriksaan Kepala dan Leher” ini tepat pada waktunya. Dalam penyusunan laporan makalah ini, kami banyak mendapat tantangan dan hambatan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi. Oleh sebab itu, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dosen pembimbing Ns. Dara Kristiani, S. Kep dan semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini, semoga bantuannya mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk penyempurnaan laporan selanjutnya. Akhir kata semoga laporan ini dapat memberikan manfaat kepada kita sekalian. Pekanbaru, 28 Ferbruari 2014 Penyusun [1]

Upload: terry-feronia

Post on 24-Nov-2015

119 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

makalah free

TRANSCRIPT

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur Penulis Ucapkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun laporan makalah film yang berjudul Pemeriksaan Kepala dan Leher ini tepat pada waktunya.

Dalam penyusunan laporan makalah ini, kami banyak mendapat tantangan dan hambatan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi. Oleh sebab itu, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dosen pembimbing Ns. Dara Kristiani, S. Kep dan semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini, semoga bantuannya mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk penyempurnaan laporan selanjutnya.

Akhir kata semoga laporan ini dapat memberikan manfaat kepada kita sekalian.

Pekanbaru, 28 Ferbruari 2014 Penyusun

(Kelompok I)DAFTAR ISI

KATA PENGATAR

1

DAFTAR ISI

2

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Judul Film

3

1.2 Daftar pertanyaan

3

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Jawaban Pertanyaan

4

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

15

DAFTAR PUSTAKA

16BAB IPENDAHULUAN1.1 Judul FilmPemeriksaan kepala dan leher1.2 Daftar Pertanyaan

a. Apa tujuan pemeriksaan kepala dan leher dari film ?

b. Peralatan apa saja yang digunakan dalam pemeriksaan kepala dan leher tersebut ?

c. Pemeriksaan apa saja yang dilakukan pada pemeriksaan kepala ? jelaskan !

d. Pemeriksaan apa saja yang dilakukan pada pemeriksaan leher ? jelaskan !

e. Apa metode pemeriksaan yang dilakukan pada pemeriksaan kepala dan leher? Jelaskan tujuan dari masing-masing metode tersebut !

BAB II

PEMBAHASAN2.1 Jawaban pertanyaana. Apa tujuan pemeriksaan kepala dan leher dari film ?

Agar perawat mengetahui adanya kelainan yang terkait pada bagian kepala dan leher pasien (Potter & Perry, 2010).b. Peralatan apa saja yang digunakan dalam pemeriksaan kepala dan leher tersebut ?

1) Otoskop (pada pemeriksaan telinga)2) Oftalmoskop (pada pemeriksaan mata)

(Potter & Perry, 2010).c. Pemeriksaan apa saja yang dilakukan pada pemeriksaan kepala ? jelaskan !

Pada pemeriksaan kepala ini mencakup pemeriksaan kepala, mta, telinga, hidung dan mulut.

KepalaInspeksi dan palpasi. Riwayat keperawatan memberikan informasi tentang adanya cedera intracranial dan deformitas lokal atau kongenital. Lihat ada table dibawah ini :

Kategori PengkajianRasional

Tentukan apakah klien baru mengalami trauma kepala.

Jika ya, periksa kesadaran setelah cedera (segera dan 5 menit kemudian), lama hilangnya kesadaran, dan factor predisposisi (kejang, penglihatan buram, pingsan).Trauma merupakan penyebab utama benjolan, sayatan, lebam, atau deformitas pada tulang kepala. Hilangnya kesadaran setelah cedera kepala mengindikasikan kemungkinan cedera otak.

Tanyakan apakah klien pernah mengalami nyeri kepala; catat onset, durasi, karakter, pola dan gejalanya.Karakteristik nyeri kepala membantu mencari factor kausatif seperti infeksi sinus, migren atau kelainan neurologis.

Tentukan durasi klien mengalami gejala neurologis.Durasi tanda atau gejala memperlihatkan derajat masalah.

Tinjau riwayat pekerjaan klien terkait pemakaian helm pengaman.Beberapa pekerjaan memiliki resiko cedera kepala.

Tanyakan apakah lien mengikuti olhraga kontak fisik, bersepeda, rollerblade, atau skateboard.Aktivitas ini membutuhkan penggunaan helm pengaman.

Lakukan inspeksi posisi, ukuran, bentuk dan kontur kepala klien. Kepala yang normal tampak tegak dan berada di garis tengah tubuh. Kepala yang dimiringkan ke satu sisi dapat menjadi tanda kehilangan pendegaran atau penglihatan unilateral. Gerakan mendadak horizontal mengindikasikan tremor.Pada wajah, perhatikan kelopak mata, alis mata, lipatan nasolabial, serta bentuk dan kesimetrisan mulut. Asimetri yang minimal merupakan keadaan normal. Jika wajah asimetri, perhatikan apakah ini terdapat pada salah satu sisi wajah atau sebagian kecil saja. Berbagai kelainan neurologis (paralisis saraf fasialis) memengaruhi saraf wajah yang berbeda.

Periksa ukuran, bentuk, dan kontur tulang kepala. Umumnya tulang tampak bulat dengan penonjolan area frontalis anterior dan oksipitalis posterior. Trauma dapat menyebabkan deformitas ulang kepala local. pada bayi, kepala besar dapat di akbatkan kelainan kongenital atau penumpukan cairan serebrospinal dalam ventrikel (Hidrosefalus). Pembesaran rahang dan tulang wajah pada orang dewasa diakibatkan oleh akromegali, yaoitu sekresi hormone pertumbuhan yang berlebihan. Lakukan pemeriksaan palpasi tulang kepala untuk mendeteksi nodul atau massa. Putar ujung jari sepanjang garis tengah kulit kepala, lalu kearah samping kepala untuk mengidentifikasi abnormalitas. Lalu palpasi ruang temporomandibular joint (TMI) bilateral. Letakka ujung jari di anterior tragus telnga. Ujung jari akan masuk ke ruangan sendi saat klie membuka mulutnya. Lakukan palpasi ruang sendi dengan perlahan. Gerakan yang normal akan terasa mulus. Bunyi atau perabaan pada TMJ merupakan hal yang normal (Seidel et al., 2006).MataPemeriksaan mata mencakup pengkajian ketajaman penglihatan, lapangan pandang, pergerakan otot ekstraokular, dan struktur luar dan dalam. Pengkajian bertujuan untuk mendeteksi perubahan visual dan menentukan tingkat bantuan yang dibutuhkan klien saat ambulasi atau melakukan aktivitas perawatan diri. Beberapa klien mungkin membutuhkan alat bantu baca untuk membaca instruksi (misal: label obat).Riwayat keperawatan untuk pemeriksaan mata :

Kategori PengkajianRasional

Tentuka apakah klien mengalami riwayat penyakit mata (glaucoma, retinopati, katarak), trauma mata, diabetes, hipertensi, atau operasi mata.Beberapa penyakit atau trauma menyebabkan risiko kehilangan penglihatan parsial atau komplit. Klien mungkin telah menjalani operasi untuk kelainan mata.

Tentukan masalah yang memicu klien untuk mencari perawatan kesehatan. Tanyakan klien tentang nyeri mata, fotofobia (sensitive terhadap cahaya), rasa terbakar atau gatal, air mata berlebihan, diplopia (penglihatan ganda) atau penglihatan kabur, merasa melihat tirai pada lapangan pandang, floaters (bintik hitam terbang yang mengapung di lapangan penglihatan), sinar kilat, atau halo di sekitar cahaya.Gejala umum dari penyakit mata mengindikasikan kebutuhan akan penyelenggara kesehatan.

Tentukan apakah ada riwayat penyakit mata pada keluarga.Beberapa masalah mata (glaucoma, retinitis pigmentosa) bersifat di turunkan.

Tinjau riwayat pekerjaan dan hobi rekreasi klien; apakah klien meggunakan kacamata pengaman ?Pekerjaan jarak dekat menyebabkan kelelahan mata. Bekerja dengan computer menyebabkan mata lelah. Bebrapa pekerjaan (kimiawi) dan aktivitas rekreasional (anggar, sepeda motor) menempatkan individu pada risiko cedera mata kecuai klien telah megambil tindakan pengaman.

Tanyakan klie apakah ia mengenakan kacamata/lensa kontak. Jika ya, seberapa sering.Klien harus menggunakan kacamata/lensa kontak selama bagian tertentu pemeriksaan tertentu untuk hasil yang akurat.

Tentuka kapan terahir kali klien mengunjungi dokter mata/ahli optometri.Tanggal pemeriksaan terakhir memperlihatkan tingkat tindakn preventif yang dilakukan klien.

Periksa obat yan sedang dikonsumsi klien, termasuk tetes mata atau salep.Menentukan pegetahuan klien tentang obat. Beberapa obat menyebabkan gejala visual.

Ketajaman PenglihatanPenglihatan sentral diperika dengan ketajaman penglihatan, yaitu kemampuan melihat detail kecil. Cara termudah mengkaji penglihatan dekat adalah dengan meminta klien membaca huruf cetak dengan pencahayaan yang cukup. Pastikan klien mengerti bahasa yang diucapkan dan dibaca. Untuk mengetahui bahwa klien tidak buta huruf, anda dapat meminta mereka untuk membaca tulisa dengan suara keras. Jika klienn kesulitan membaca, lanjutkan ke langkah berikutnya.Pengkajia penglihatan jauh membutuhkan kartu Snellen (posterkertas atau layar proyeksi). Kartu tersebut harus memiliki pencahayaan yang cukup. Periksa penglihatan tanpa lensa koreksi terlebih dahulu. Minta klien duduk atau berdiri 6 m (20 kaki) dari kartu dan membacanya dengan kedua mata. Lalu minta klien membaca huruf dengan tiap mata (klien menutup mata sebelahnya dengan penutup mata). Klien tidak boleh menekan mata yang sedang ditutup. Catat garis terkecil yang dapat dibaca klien dengan benar dan catat ketajaman penglihatan penglihatan untuk garis tersebut. Ulangi pemeriksaan mata klien yang memakai lensa koreksi. Lakukan pemeriksaan dengan cepat sehingga klien tidak sempat mengingat huruf dikartu (Seidel et al. 2006).

Pergerakan Otot EkstraokularTerdapat 6 otot penggerak mata. Otot pada kedua mata akan bergerak parelel terhadap satu sama lain pada tiap 6 arah penglihatan. Untuk mengkaji pergerakan ekstraokular, klien duduk atau berdiri 60 cm dari anda. Acungkan jari dengan jarak15-30 cm dari mata klien. Minta klien untuk tidak menggerakkan kepala dan mengikuti pergerakan jari dengan mata saja. Klien harus melihat ke kanan, kiri, diagonal atas dan bawah, serta diaonal kanan dan kiri. Gerakkan jari dengan perlahan dalam lapangan pandang yang berbeda.

Saat klien melihat ke tiap arah, amati gerakan parallel mata, posisi kelopak atas terhadap iris dan adanya gerakan abnormal. Saat mata bergerak ke tiap arah, kelopak mata sedikit menutupi iris. Anda mengkaji nistagmus, yaitu suatu gerakan bolak-balik ritmis dan involunter dari mata, dengan menghentikan gerakan jari secara periodic. Anda memicu nistagmus pada klien normal dengan cara membuat mereka melirik ke kanan/kiri jauh. Gangguan gerakan mata menyebabkan gangguan local pada otot mata dan struktur pendukungnya, atau kelainan saraf kranial yang mempersarafi otot.(Potter & Perry, 2010).

Lapangan Pandang

Saat melihat lurus kedepan, seseorang dapat melihat semua objek di perifer. Untuk mengkaji lapanga pandang, klien berdiri atau duduk dengan jarak 60cm dari anda setinggi mata. Klien menutup sebelah mata dan (misalnya mata kiri) melihat ke mata anda yang berada tepat di depannya (mata yang berlawanan dari mata klien). Tutup mata sebelah anda (dalam hal ini mata kanan) sehingga lapangan pandang anda akan sama dengan klien. Gerakkan jari dari kejauhan yang sama dari anda dan klien diluar lapangan pandang, lalu gerakkan memasuki lapngan pandang. Tanyakan pada klien kapan ia mulai melihat jari. Jika anda dapat melihat jari sebelum klien, artinya lapangan pandang klien mengecil. Untuk memeriksa penglihata lapangan temporal, objek harus berada sedikit di belakang klien.(Potter & Perry, 2010).

Struktur Mata Eksternal

Untuk inspeksi ini, berdirilah tepat di depan klien, dan minta klien untuk melihat ke wajah anda.

Posisi dan Sususnan

Amati posisi antara kedua mata. Normalnya, mereka paralel satu ama lain. Mata yang menonjol (eksoftalmos) mengindikasikan hipertiroidisme. Strabismus terjadi akibat cedera neuromuscular atau kelainan bawaan. Tumor atau radang orbita sering menimbulka protrusi mata.

Untuk pemeriksaan berikutnya, minta klien untuk melepas lensa kontaknya.

(Potter & Perry, 2010).

Alis Mata

Inspeksi ukuran, tekstur rambut, susunan dan pergerakan. Normalnya, kedua alis tampak simetris. Rambut yang kasar dan tidak sejajar di luar kantus temporal mengindikasika hipotiroidisme. Jika alis menipis, ini kemungkinan Karen dicabut (dirapikan) oleh klien. Penuaan menyebabkan hilangnya sepertiga lateral alis mata. Minta klien untuk menaikkan dan menurunkan alis mata. Mereka akan nak dan turun secara simetris. Ketidakmampuan menggerakkan alis mata mengindikasikan paralisis saraf fasialis (saraf kranial VII).(Potter & Perry, 2010).

Kelopak Mata

Inspeksi posisi, warna, permukaan, kondisi dan arah bulu mata, dan kemampuan klien untuk membuka, menutup dan berkedip. Saat mata terbuka pada kondisi normal, kelopak tidak menutupi sclera di atas iris tidak terlihat. Kelopak terletak dekat ke bola mata. Penurunan kelopak mencapai pupil disebut ptosis, disebabkan oleh edema atau gangguan saraf kranial III. Pada lansia, ptosiai diakibatkan hilangnya elastisitas karena penuaaan.

Untuk menginspeksi permukaan kelopak atas, minta klien untuk menutup matanya. Angkat kedua alis perlahan dengan ibu jari dan jari telunjuk untuk meregangkan kulit. Kelopak normal tampak mulus dan berwarna sama dengan kulit. Warna kemerahan mengindikasikan radang atau infeksi. Edema kelopa terkadang di akibatkan alergi atau gagal jantung/ginjal. Edema kelopak menyebabkan klien sulit menutup mata.(Potter & Perry, 2010).

Konjungtiva dan Sklera

Konjungtiva bulbi menutupi seluruh permukaan depan bola mata sampai ke pinggir kornea, amati sclera dibawah konjungtiva bulbi. Sclera normal memiliki warna putih porselen pada kaum kulit putih dan kuning terang pada klien berkulit gelap. Sclera mengalami pigmentasi dan tampak kuning atau hijau jika ada penyakit hati.

Berhati-hatilah saat memeriksa konjungtiva. Untuk pajanan yang cukup, tarik kelopak tanpa menekan bola mata. Tarik kedua kelopak dengan ibu jari dan jari telunjuk di orbita bawah dan atas. Minta klien melihat ke atas, bawah dan kesamping. Klien biasanya akan berkedip sehigga pemeriksaan menjadi sulit. Inspeksi warna, tekstur, dan adanya edema atau lesi. Konjungtiva normal tidak menderita eritema. Adanya kemerahan mengindikasikan alergi atau konjungtivitis infeksius.(Potter & Perry, 2010).

Pupil dan Iris

Amati ukuran, bentuk, kesamaan, akomodasi, dan reaksi cahaya pada pupil. Pupil normal tampak hitam, bulat, regular, dan sama ukurannya pada kedua mata

Periksa reflek pupil (terhadap cahaya dan akomodasi) pada ruangan yang temaram. Saat klien melihat luruh kedepan, arahkan sinar ke pupil. Jika klien melihat ke sinar, akan terdapat reaksi akomodasi palsu. Pupil yang disinari langsug akan berkontriksi dan pupil sebelahnya akan ikut berkontriksi (konsensual). Amati kecepatan dan kesamaan reflek kedua pupil. Ulangi pemeriksaan untuk mata sebelahnya.Untuk memeriksa akomodasi, minta klien melihat objek jauh lalu ke objek tes (jari atau pensil) yang dipegang 10 cm dari hidung klien. Pupil normal akan berkonvergensi dan berakomodasi dengan berkontriksi saat melihat objek jarak dekat. Respons kedua pupil bersifat sama. Pemeriksaan akomodasi hanya dilakukan jika klien memiliki kelainan pada respons pupil pada respon cahaya (Seidel et al., 2006).

Jika pemeriksaan reaksi pupi normal, catat singkatan PERRLA (pupils equal, round, reactive ti light, and accommodation, pupil sama, bulat, reaktif terhadap cahaya dan akomodasi).

(Potter & Perry, 2010).

Telinga

Yang perlu dikaji adalah integritas struktur telinga dan ketajaman pendengaran. Lakukan inspeksi dan palpasi struktur telinga luar, inspeksi struktur telinga tengh dengan otoskop, dan periksa telinga dalam dengan mengukur ketajaman pendengaran klien. Struktur telinga luar mencakup aurikula, saluran telinga luar, dan membrane timpani. Telinga tengah merupakan rongga udara yang mengandung tiga tulang pendengaran (malleus, incus, dan stapes). Tuba eustachius menghubungkan telinga tengah ke nasofaring. Tekanan antara atmosfer luar dan telinga tengah di stabilkan melalui tuba eustachius.

Telinga bagian dalam mengandung koklea., vestibula, dan kanalis semi sirkularis. Anamnesis keperawatan akan membantu identifikasi risiko kelainan pendengaran.

Pada film ini pasien mengalami gangguan pendengaran sebelah kanan. Kelainan telinga disebabkan oleh beberapa jenis masalah, seperti : gangguan fungsi mekanis (sumbatan oleh serumen atau benda asing), trauma (benda asing atau pajanan bising), kelainan neurologis (kerusakan saraf auditori), penyakit akut (infeksi virus), dan efek toksik obat.

(Potter & Perry, 2010).

Aurikula

Klien duduk dengan nyaman, lalu mulailah inspeksi ukuran, bentuk, simetri, penanda, posisi, dan warna aurikula. Aurikula normal memiliki ukuran dan tinggi yang sama. Bagian atas perlekatannya sejajar dengan kantus lateral mata. Posisi auricular hampir vertical. Telinga rendah atau dengan sudut yang tidak biasa merupakan tanda abnormalitas kromosom (sindrom down).Palpasi aurikula untuk mengkaji tekstur, nyeri dan lesi kulit. Aurikula yang normal tampak mulus dan tanpa lesi.

(Potter & Perry, 2010).

Saluran Telinga dan Gendang Telinga

Periksa struktur telinga luar dan tengah dengan otoskop. Untuk visualisasi terbaik, pilih speculum terbesar yang pas dengan bagian dalam telinga klien. Sebelum memasukkan speculum, periksa adanya benda asing dalam saluran telinga.Pastikan klien tidak menggerakkan kepala selama pemeriksaan untuk menghindari kerusakan saluran dan membrane timpani.

(Potter & Perry, 2010).

HidungSaat menginspeksi hidung luar, perhatikan bentuk, ukuran, kulit, warna dan adanya deformitas atau inflamasi. Hidung yang normal tampak mulus dan simetris dengan warna yang sama dengan wajah.Udara normalnya akan melewati hidung dengan bebas saat seseorang bernapas. Untuk mengkaji patensi lubang hidung, letakka satu jari pada sisi hidung klien dan tutup salah satu lubang hidung. Minta klien untuk bernapas dengan mulut tertutup. Ulangi prosedur untuk lubang hidung (nares) lainnya.

(Potter & Perry, 2010).

Sinus

Diperiksa dengan palpasi.cara paling efektif untuk megkaji nyeri tekan adalah palpasi eksternal area wajah frontalis dan maksilaris. Palpasi sinus frontalis dilakukan dengan menekan kearah atas dengan menggunakan ibu jari dan dibawah alis mata klien. Tekanan perlahan kearah atas dapa memicu nyeri tekan dengan mudah jika terdapat iritasi sinus.

(Potter & Perry, 2010).

Bibir

Inspeksi warna, tekstur, hidrasi, kontur dan adanya lesi. Dengan mulut yang tertutup, lihat keadaan bibir dari ujung ke ujung. Normalnya bibir tampak merah muda, lembab, simetris dan mulut. Pada klien berkulit gelap, warna bibir tampak merah muda sampai ungu muda. Klien wanita harus menghapus lipstick sebeelum menjalani pemeriksaan.(Potter & Perry, 2010).

Mukosa Oral, Gusi dan Gigi

Minta klien merapatkan gigi dan tersenyum untuk melihat susunan gigi. Molar atas berada tepat diatas molar bawah. Insisivus atas sedikit lebih maju dipandingkan sinsisivus bawah. Senyum yang simetris memperlihatka fungsi saraf fasialis yang normal.(Potter & Perry, 2010).

d. Pemeriksaan apa saja yang dilakukan pada pemeriksaan leher ? jelaskan !LeherPemeriksaan leher mencakup otot leher, nodus limfa kepala dan leher, arteri karotis, vena jugularis, kelenjar tiroid, dan trakea. Pemeriksaan vena jugularis dan arteri karotis dilakukan pada pemeriksaan sistem vaskularnya saja. Lakukan inspeksi dan palpasi leher untuk menentukan integritas struktur leher dan memeriksa sistem limfatik. Kelainan nodus limfa superfisial terkadang menandakan adanya infeksi atau keganasan. Pemeriksaan kelenjar tiroid ddan trakea juga membantu menyingkirkan keganasan. Otot leher Pertama, lakukan inspeksi leher pada posisi anatomis dengan sedikit hiperekstensi. Perhatikan kesimetrisan otot leher. Minta klien memfleksikan leher kedepan sehingga dagu kearah dada, hiperekstesi leher kebelakang, dan gerakkan kepala ketiap sisi dan samping dengan telinga bergerak kearah bahu. Posisi ini adalah untuk memeriksa otot sternokleidomastoideus dan trapezius. Leher normalnya bergerak dengan nyaman. Lakukan pemeriksaan otot lainnya selama pemeriksaan sistem musculoskeletal. (Potter & Perry, 2010).

e. Apa metode pemeriksaan yang dilakukan pada pemeriksaan kepala dan leher? Jelaskan tujuan dari masing-masing metode tersebut !1) Inspeksi : untuk melakukan pemeriksan dengan cara dilihat dan di amati bentuk, struktur dan bagian-bagian dari kepala maupun leher. Tujuannya untuk melihat tanda adanya seperti lesi.2) Palpasi : untuk melakukan pemeriksaan dengan cara perabaan dan sedikit agak di tekan. Tujuannya untuk mengetahui adanya benjolan (edema) dan mengetahui adanya rasa nyeri tekan.(Sherwood, 2012).

BAB IIIPENUTUP3.1 Kesimpulan

a. Pada pemeriksaan ini menggunakan metode inspeksi da palpasi.b. Pemeriksaan kepala meliputi pemeriksaan rambut, mata, hidung, telinga dan mulut.c. Pemeriksaan leher meliputi pemeriksaan otot leher, nodus limfa kepala dan leher, arteri karotis, vena jugularis, kelenjar tiroid, dan trakea.DAFTAR PUSTAKAPotter & Perry. 2010. Fundamental Keperawatan (edisi 7). Jakarta: Salemba MedikaSherwood, L. 2012. Fisiologi manusia dari sel ke sistem (edisi 6). Jakarta: EGC.[1]