isi laporan

50
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di zaman ini, era dimana persaingan bisnis yang semakin sengit di sertai dengan kondisi yang tidak dalam kondisi yang stabil, hal-hal tersebut membuat perusahaan menyiapkan strategi dalam menghadapi persaingan dari perusahaan-perusahaan lain. Salah satu cara untuk mampu memenangkan persaingan tersebut adalah dengan cara meningkatkan kualitas serta mengawasi hasil-hasil produk yang di hasilkan oleh perusahaan, sehingga dapat mampu unggul bersaing dengan perusahaan lainya. Permasalahan kualitas telah mengarah pada taktik dan strategi perusahaan secara menyeluruh dalam rangka untuk memiliki daya saing dan tetap bertahan terhadap persaingan global dengan produk perusahaan lain. Adapun pengertian kualitas adalah tingkat baik buruknya atau taraf atau derajat sesuatu, kualitas merupakan hal terpenting yang menjadi pertimbangan konsumen dalam memilih/membeli suatu produk tersebut. Produk dengan kualitas tinggi merupakan indikator keberhasilan dari suatu proses produksi karena kualitas merupakan salah satu faktor dasar keputusan konsumen dalam pemilihan suatu produk. Meskipun dalam proses produksi akan menghasilkan produk yang bervariasi, semua variabilitas yang terjadi dapat diminimumkan dengan metode pengendalian kualitas yang tepat. Hal ini penting dilakukan karena jika variabilitas pada produk yang dihasilkan tinggi, menyebabkan kerugian bagi perusahaan maupun konsumen sebagai pemakai produk. Kualitas pada suatu produk membutuhkan pengawasn yang ketat untu mencapai spesifikasi yang diharapkan. Dengan memberikan perhatian pada kualitas akan memberikan dampak yang positif kepada bisnis melalui dua cara yaitu dampak terhadap biaya produksi dan dampak terhadap pendapatan (Gaspersz, 2002 dalam Alisjahbana, 2005). Dampak terhadap biaya produksi terjadi melalui proses

Upload: uin-sunan-kalijaga-yogyakarta

Post on 20-Jul-2015

338 views

Category:

Engineering


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Isi laporan

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Di zaman ini, era dimana persaingan bisnis yang semakin sengit di

sertai dengan kondisi yang tidak dalam kondisi yang stabil, hal-hal tersebut

membuat perusahaan menyiapkan strategi dalam menghadapi persaingan dari

perusahaan-perusahaan lain. Salah satu cara untuk mampu memenangkan

persaingan tersebut adalah dengan cara meningkatkan kualitas serta

mengawasi hasil-hasil produk yang di hasilkan oleh perusahaan, sehingga

dapat mampu unggul bersaing dengan perusahaan lainya.

Permasalahan kualitas telah mengarah pada taktik dan strategi

perusahaan secara menyeluruh dalam rangka untuk memiliki daya saing dan

tetap bertahan terhadap persaingan global dengan produk perusahaan lain.

Adapun pengertian kualitas adalah tingkat baik buruknya atau taraf atau

derajat sesuatu, kualitas merupakan hal terpenting yang menjadi pertimbangan

konsumen dalam memilih/membeli suatu produk tersebut. Produk dengan

kualitas tinggi merupakan indikator keberhasilan dari suatu proses produksi

karena kualitas merupakan salah satu faktor dasar keputusan konsumen dalam

pemilihan suatu produk. Meskipun dalam proses produksi akan menghasilkan

produk yang bervariasi, semua variabilitas yang terjadi dapat diminimumkan

dengan metode pengendalian kualitas yang tepat. Hal ini penting dilakukan

karena jika variabilitas pada produk yang dihasilkan tinggi, menyebabkan

kerugian bagi perusahaan maupun konsumen sebagai pemakai produk.

Kualitas pada suatu produk membutuhkan pengawasn yang ketat untu

mencapai spesifikasi yang diharapkan.

Dengan memberikan perhatian pada kualitas akan memberikan

dampak yang positif kepada bisnis melalui dua cara yaitu dampak terhadap

biaya produksi dan dampak terhadap pendapatan (Gaspersz, 2002 dalam

Alisjahbana, 2005). Dampak terhadap biaya produksi terjadi melalui proses

Page 2: Isi laporan

2

pembuatan produk yang memiliki derajat konformasi yang tinggi terhadap

standar-standar sehingga bebas dari tingkat kerusakan. Dampak terhadap

peningkatan pendapatan terjadi melalui peningkatan penjualan atas produk

berkualitas yang berharga kompetitif. Dengan memperhatikan aspek kualitas

produk, maka tujuan perusahaan untuk memperoleh laba yang optimal dapat

terpenuhi sekaligus dapat memenuhi tuntutan konsumen akan produk yang

berkualitas dan harga yang kompetitif.

Akan tetapi, meskipun proses produksi telah di lakukan dengan baik,

pada kenyataanya masih banyak produk yang di hasilkan yang tidak

memenuhi hasil yang diharapkan, dimana kualitas produk yang dihasilkan

tidak memenuihi standar yang telah di tentukan oleh perusahaan. Hal-hal

tersebut terjadi karena di pengaruhi beberapa faktor seperti bahan baku, tenaga

kerja manusia maupun fasilitas-fasilitas mesin yang digunakan dalam proses

produksi tersebut.

Salah satu aktifitas untuk mengendalikan kualitas agar sesuai standar

adalah dengan menerapkan sistem pengendalian kualitas yang tepat,serta

mempunyai tujuan dan tahapan yang jelas.serta memberikan inovasi untuk

melakukan pencegahan dan penyelesaian masalah yang di hadapi perusahaan.

Kegiatan pengendalian kualitas tersebut tentunya akan dapat mempertahankan

kualitas produk. Pengendalian kualitas penting untuk di lakukan oleh

perusahaan agar produk yang di hasilkan sesuai dengan standar yang telah di

tetapkan baik oleh perusahaan maupun standar yang telah ditetapkan oleh

badan lokal dan internasional yang mengelola standar mutu/kualitas.

Pengendalian kualias yang baik akan menghasilkan kualitas produk

yang baik pula. Maka dari itu pengendalian kualitas dapat di lakukan mulai

dari bahan baku, tahap produksi hingga tahap akhit produk sebelum di

distribusikan ke para konsumen. metode yang mengatur atau membahas

mengenai kualitas dengan karakteristiknya masing-masing. Untuk mengukur

seberapa besar tingkat kerusakan produk yang dapat diterima oleh suatu

Page 3: Isi laporan

3

perusahaan dengan menentukan batas toleransi dari cacat produk yang

dihasilkan tersebut dapat menggunakan metode pengendalian kualitas dengan

menggunakan alat bantu statistik. Yaitu metode pengendalian kualitas yang

dalam aktifitasnya menggunakan alat bantu statistik yang terdapat pada

Statistical Process Control (SPC) serta Statistical Quality Control (SQC),

dimana proses produksi dikendalikan kualitasnya mulai dari awal produksi,

pada saat proses produksi berlangsung sampai dengan produk jadi. Sebelum

dilempar ke pasar, produk yang telah diproduksi diinspeksi terlebih dahulu,

dimana produk yang baik dipisahkan dengan yang jelek (reject), sehingga

produk yang dihasilkan jumlahnya berkurang.

1.2. Rumusan Masalah

Pada proses pembuatan produk, pengendalian kualitas di lakukan oleh

bagian quality assurance dan quality control . bagian quality assurance

mengendalikan kualitas produk dengan mengukur dimensi produk seperti

berat,diameter,panjang,lebar dan sebagainya sesuai dengan spesifikasi ukuran

yang telah di tetapkan oleh perusahaan, sedangkan bagian quality control

mengendalikan kualitas dengan melihat kecacatan produk secara visual.

Maka perumusan masalah dalam laporan ini adalah bagaimana variabilitas

ukuran produk yang dihasilkan dan apakah hasil produksi yang di hasilkan

dikategorikan terkendali secara statistik?

1.3. Tujuan

Adapun tujuan dari kerja praktek adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui variabilitas ukuran produk yang dihasilkan dan apakah

hasilnya masih dalam kategori terkendali secara statistik.

2. Mengetahui Jenis dan penyebab ketidaksesuaian ukuran hasil produksi

3. Menganalisis kegunaan alat bantu statistik dalam membantu perusahaan

menekan tingkat kecacatan produk.

Page 4: Isi laporan

4

1.4. Batasan Masalah

Adapun batasan-batasan dalam laporan kerja praktek ini, agar pembahasan

tidak melebar dari cakupan tema laporan kerja praktek yaitu :

1. observasi di lakukan hanya pada bagian produksi flat making.

2. Observasi di lakukan hanya produk item Lincoln plate 27 cm

3. Alat ukur yang digunakan telah dikalibrasi

4. Ukuran standar spesifikasi produk merupakan parameter yang

diperoleh dari divisi quality assurance .

1.5. Manfaat Kerja Praktek

Manfaat yang dapat diambil dari dilaksanakanya kerja praktek ini bagi

mahasiswa diantaranya adalah :

1. Sebagai tambahan pengetahuan dan informasi mahasiswa akan

pengembangan teknologi di masa sekarang sehingga dapat menyadari

realitas antara teori di bangku kuliah dengan tugas yang terdapat di

lapangan.

2. Menambah pengalaman dalam usaha berpikir dan melatih

keterampilan sikap, serta pola tindak dalam dunia industri yang sesuai

dengan disiplin ilmu yang dipelajari.

3. Memepelajari dan mengetahui proses pengendalian kualitas dalam

proses produksi.

4. Melakukan pengukuran yang berkaitan dengan pengendalian kualitas.

Manfaat yang dapat diambil dari dilaksanakanya kerja praktek ini bagi

perguruan tinggi diantaranya adalah:

a. Menjalin hubungan eksternal yang baik baik dengan perusahaan yang

bergerak dalam dunia industri.

b. Meningkatkan kualitas pendidikan sesuai dengan bidang dan

keilmuan.

Page 5: Isi laporan

5

Manfaat yang dapat diambil dari dilaksanakanya kerja praktek ini bagi

perusahaan diantaranya adalah sebagai berikut :

a. Dapat menjalin hubungan eksternal yang positif dengan lembaga

pendidikan tingkat universitas khususnya Universitas Islam Negeri

Sunan Kalijaga Yogyakarta jurusan Teknik Industri.

b. Masukan bermanfaat yang dapat digunakan untuk meningkatkan

produktivitas perusahaan sesuai dengan hasil pengamatan yang

dilakukan mahasiswa selama melaksanakan kerja praktek.

c. Mengenal dan mengetahui keilmuan yang ada di jurusan Teknik

Industri Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Page 6: Isi laporan

6

BAB II

TEMPAT KERJA PRAKTEK

2.1. Gambaran Umum Instansi

2.1.1 PT Doulton

PT Doulton adalah sebuah perusahaan manufaktur dari grup

The Royal Doulton sejak tahun 1994. Namun pada tahun 2005

menjadi satu-satunya perusahaan manufaktur di asia tenggara dari

The Waterford Wedgwood U.K Plc. PT Doulton juga merupakan

perusahaan untuk keramik rumah tangga dan koleksi yang turun-

temurun sejak 1815, berpusat di stoke-on-trent, Staffordshire.

Popularitas dari produk doulton dikarenakan produk-produk tersebut

menjadi pusat perhatian keluarga kerajaan inggris, pada tahun 1901

perusahaan di Burslem mendapatkan anugrah kerajaan dari raja yang

baru Edward VII. Hal inilah yang memungkinkan bisnis perusahaan

ini mempergunakan logo baru dengan nama yang dipakai untuk

jangka waktu lama yaitu : Royal Doulton. Sekarang, produk yang

ditawarkan mulai beragam termasuk produk untuk

makan,hadiah,untuk masak,untuk koleksi, perhiasan, dan lain-lain.

Tiga merek utama Royal Doulton adalah : Royal Doulton untuk

produk-produk inggris, Royal Albert untuk produk inggris Romantis,

dan Minton untuk produk mewah klasik,kontemporer dan

cosmopolitan.

2.1.2 Waterford Wedgwood

Dengan latar belakang sejarah lebih dari 600 tahun turun-

temurun. Saat ini Waterford Wedgwood plc adalah perusahaan dunia

terkemuka untuk produk-produk murah dengan 4 merek dunia

Waterford, Wedgwood, Rosenthal, dan belakangan ini Royal

Doulton.

Page 7: Isi laporan

7

Waterford Wedgwood plc didirikan di tahun 1986 dengan

digabungkanya Waterford Cristal dan Wedgwood pada Pebruari

1998, perusahaan ini membeli 90% saham Rosenthal AG,

Selb,Germany. Pada januari 2005, perusahaan ini kembali membeli

perusahaan Royal Doulton yang berada di Staffordshire, karena

penggabungan antara Waterford Wedgwood dan Royal Doulton

akan menghasilkan salah satu perusahaan dunia untuk produk-

produk mewah dari keramik dan gelas dan karenanya, menjadi

symbol yang kuat dipasar keramik rumah tangga di dunia. Di

seluruh dunia ini, kelompok bisnis ini memiliki perwakilan di lebih

80 negara dengan total katyawan sejumlah 9.000 orang.

Di tahun 1994, dewan Direksi Royal Doulton mendapat

persetujuan untuk membuk usaha joint venture dengan kelompok

Multifortuna untuk memproduksi keramik China di Indonsia.

Kelompok MultiFortuna adalah Distributor tunggal terhadap

produk Royal Doulton di Indonesia. Kelompok bisnis ini juga

mempunyai control utama terhadap SURYA TOTO, salah satu

perusahaan manufaktur dan distributor terbesar untuk keramik

saniter di Asia Tenggara. Alasan projek ini adalah sebagai berikut :

1. Secara strategis adalah masuk akal bagi kelompok bisnis Royal

Doulton untuk memulai perusahaan manufaktur di lingkungan

berbiaya rendah.

2. Membuka pasar baru yang tidak mungkin dilakukan dengan

manufaktur inggris.

3. Tersedianya rekanan joint venture dengan caliber tinggi.

4. Kelompok bisnis ini tetap memegang control terhadap fasilitas

manufakturbtersebut.

Pada perjanjian awal, disetujui Joint Venture dengan rasio

70:30 dengan Royal Doulton sebagai rekanan utama dan dengan

Page 8: Isi laporan

8

penanaman modal awal sebesar 16 juta poundsterling yang terdiri

dari asset dan 5 juta Poundsterling untuk keperluan modal kerja. Di

tahun 2002, kelompok Royal Doulton membeli tambahan saham

25% dari bisnis di Indonesia sehingga kelompok multifortuna

sekarang hanya memiliki 5% kepemilikan. Pada Desember 2004,

Waterford Wedgwood plc salah satu competitor utama Royal

Doulton, telah memberikan penawaran tunai untuk membeli Royal

Doulton plc. Dan di bulan Januari 2005, PT Doulton menjadi satu-

satunya perusahaan manufaktur yang dimiliki oleh Waterford

Wedgwood di Asia Tenggara.

Total area perusahaan menempati bidang tanah seluas 12

hektar dengan bangunan awal menempati area sekitar 2 hektar. Di

tahun 2002, pengembangan terhadap bangunan utama menambah

luas pabrik sebesar 2.4 hektar untuk menerima transfer produk

Royal Doulton dari United Kingdom di tahun yang sama. Di tahun

2006, lebih banyak penambahan pada bangunan yang menambah

luas pabrik sebesar 1.5 hektar untuk meningkatkan kapasitas

produksi dan persiapan menerima transfer produk dari Wedgwood.

Terhitung pada bulan November 2006, jumlah karyawan yang

dipekerjakan PT Doulton adalah sejumlah 1.363 orang termasuk

TKA dari inggris.

Rencana target produksi awal adalah untuk menghasilakn

150,000 pcs per minggu, terdiri dari produk-produk untuk

perhotelan dan penerbangan yang tidak memerlukan hiasan, namun

sekarang pabrik ini mempunyai kapasitas 125,000 pcs per mnggu

produk jadi yang hamper semuanya dengan hiasan. PT.Doulton

yang memulai produksi tahun 1966 menghasilkan produk-produk

untuk perkawinan dan sehari-hari disamping untuk perhotelan yang

berbahan dasar Bone China. Dari tahun 1996-2000 tingkat kesulitan

produksi meningkat dengan diperkenalkanya berbagai bentuk dan

pola dekorasi. Di tahun 2002, merek terkenal Royal Albert di

Page 9: Isi laporan

9

pindahkan ke Indonesia. Produk ini di buat dengan bahan dasar

Bone China.

Saat ini, sebuah proyek pemindahan produk Earthenware dari

United ingdom akan segera Diselesaikan 1,4 juta pcs terdiri dari 136

item individu, mencakup 8 pola individu dengan hiasan. Selain itu,

juga sedang direncanakan pemindahan 20.000 pcs produk

Wedgwood Bone Chine Holloware yang sekarang masih di produksi

di United Kingdom.

2.2 Sejarah Perusahaan

Royal Doulton adalah sebuah produk Inggris klasik dalam pembuatan alat-

alat makan – minum dan keramik pada tahun 1815. Semua berawal dari

hubungan antara John Doulton, Martha Jones, and John Watts di suatu

factory di Lambeth, London. Disana bisnis ini sebagai spesialis dalam

pembuatan barang pecah belah. Perusahaan tersebut mengambil nama

Doulton pada tahun 1853 ketika John dan anaknya henry, mereka mendirikan

sebagai pembuat barang pecah belah Inggris. Dan selama barang pecahbelah

belum dapat berkembang luas, mereka mampu mengembangkan produk

dengan memproduksi variasi dari jenis-jenis yang luas untuk pasaran barang-

barang mewah.

Perubahan social merubah nasib keberuntungan bisnis ini, pada masa Ratu

Victoria (1837-1901). Alhasil, Doulton memimpin dalam negaranya dan

industri barang pecah belah telah membuat negara inggris sebagai perusahaan

top pembuat barang pecah belah. Pada waktu itu juga, perusahaan tersebut

menjadi pemain kunci dalam bidang kerajinan keramik. Singkatnya Doulton

tiadak hanya memproduksi barang yang tinggi tingkat kegunaanya, akan

tetapi produk yang di hasilkan juga fashionable.

Ini adalah kisah sukses yang telah berlalu dan terjadi di Stoke-on-Trent.

Pada tahun 1882 Doulton membeli sebuah perusahaan kecil dari Pinder,

Bourne and Co. di jalan Nile di Burslem,Staffordshire, dan Doulton Di juluki

sebagai “ahli keramik”. Doulton menjadi berkembang popular, berterima

kasih sebesar-besarnya kepada direksi artistic John Slater, dimana telah

Page 10: Isi laporan

10

bekerja malang melintang beberapa variasi dunia patung,pot bunga dan

dekorasi.

Diantara persaingan, royal doulton berubah menjadi terkenal didunia

China. Bahwa nama dan reputasinya telah berkembang dengan hasil

produksinya seperti Titanium Ware dan juga Bone China. Inovasi dan

nspirasi selalu menjadi faktor dalam perkembangan. Pada tahun 1960 Royal

Doulton memperkenalkan produk baru yaitu Keramik China. Yang mana

telah dikembangkan dalam beberapa tahun oleh Direksi Teknikal Richard

Bailey, dan efektif memindah biaya Bone China selama keramik china di

tawarkan untuk di produksi. Di tahun 1996 Royal Doulton mendapat untuk

pertama kalinya penghargaan kerajaan untuk bidang Inovasi teknikal untuk

bisnis.

Secara sendirinya, selama sepanjang sejarah Royal Doulton telah menjalin

asosiasi dengan beberapa brand-brand lainya. Minton telah berkerja sama

dengan Royal Doulton di tahun 1968, selama Royal Albert, menjadi bagian

dari aliansi keramik inggris, telah bergabung ketika Royal Doulton bersatu

dengan AEP di tahun 1971. Sejak itu, bisnis tersebut telah berkombinasi

dengan dengan 3 brand yaitu : Royal Doulton, Royal Albert dan Minton.

Talenta kreatifitas individu juga menjadi poin utama untuk menjaga

kesuksesan dari Royal Doulton dan brand telah berkembang seiring dengan

silsilah keramik. Sekarang, Royal Doulton bukan hanya salah satu

perusahaan chinaware tertua didunia. Tapi juga salah satu yang terupdate.

Royal Doulton melanjutkan untuk membangun perusahaan diatas tanah

warisan di Indonesia.

Pada Desember 2004, Waterford Wedgwood U.K yang salah merupakan

salah satu saingan terbesar, merekomendasikan penawaran tunai untuk Royal

Doulton. Sebagai kombinasi dari Waterford Wedgwood dan Royal Doulton

akan membuat bisnis keramik mewah yang merajai di dunia. Royal Doulton

menjadi bagian dari Waterford Wedgwood pada Januari 2005 oleh karena itu,

menjadi kuat pada pasar alat makan keramik di dunia. Dengan telah

Page 11: Isi laporan

11

bergabungnya selama lebih dari 600 tahun dari warisan,tradisi, dan kesenian ,

saat ini Waterford Wedgwood merajai perusahaan barang-barang mewah

dengan 4 brand berpenghargaan dunia yaitu Waterford,Wedgwood,Rosenthal

dan Royal Doulton.

2.3 Struktur Organisasi

Setiap perusahaan tentunya memeerlukan suatu kordinasi yang tepat dan

baik antara pimpinan atau atasan perusahaan dengan bawahanya, struktur

organisasi yang baik akan membawa hal yang positif terutama dalam hal

pembagian wewenang antar masing-masing jabatan yang terdapat dalam

struktur organisasi perusahaan tersebut. Apabila setiap tugas dan wewenang

dapat dilakukan secara baik dan tepat, maka dapat membuat kondisi

operasional perusahaan berjalan efektif.

Struktur organisasi yang terdapat pada PT. Doulton merupakan gambaran

hubungan antar bagian dalam organisasi, struktur itu juga menggambarkan :

1. Pembagian kerja, baik wewenang dan tanggung jawab dari masing-

masing bagian dalam organisasi.

2. karyawan dapat bekerja sama dengan baik, sehingga dapat terciptaya

keselarasan kerja, harmonis dan loyal terhadap organisasi.

Berikut ini adalah struktur organisasi pada PT Doulton

Page 12: Isi laporan

12

Gambar 2.1 Struktur Organisasi

President Director

HR&GA Director

HSE Manager Factor Manager Maintenance

Manager

Decal Factory

Manager

Planning &

warehouse

Manager

Tech.Compliance

& Quality Manager

Finance &

Accounting

Manager

Page 13: Isi laporan

13

Adapun tugas, wewenang dan tanggung jawab masing-masing pegawai

adalah sebagai berikut :

1. President Director

Direktur utama (President Director) adalah jabatan yang ditunjuk dan

memberi laporan kepada dewan direksi, berikut ini adalah tugas dan

wewenang dari Direktur utama yaitu :

c. Memimpin seluruh dewan atau komite eksekutif

d. Menawarkan visi imajinasi di tingkat tertinggi

e. Memimpin rapat umum, dalam hal : untuk memastikan

pelaksanaan tata-terti, menentukan urutan agenda, menjelaskan dan

menyimpulkan tindakan dan kebijakan.

f. Bertindak sebagai perwakilan organisasi dalam hubunganya

dengan dunia luar.

g. Mengambil keputusan.

2. HR & GA Director

adapun beberapa tugas, tanggung jawab dan wewnang dari HR &

GA Director antara lain yaitu :

a. Interview perekrutan karyawan baru

b. Menyiapkan data absensi karyawan dll untuk keperluan penggajian

c. Melakukan penggajian

d. Melakukan penilaian kinerja karyawan dalam promosi jabatan.

e. Mengurus rumah tangga kantor

f. Menyiapan surat ajalan bagi karyawan yang akan melakukan tugas

keluar

g. Mengkoordinir transportasi yang digunakan untuk tugas luar

karyawan

h. Menerbitkan peraturan perusahaan.

3. HSE Manager

Tugas dan wewenang dari HSE manager adalah menangani

keselamatan kerja para pekerja pada perusahaan.

Page 14: Isi laporan

14

4. Factor Manager

Adapun tugas dan tanggung jawab dari departemen factor manager

adalah :

a. Mengelola Pabrik dan seluruh aset sumber daya yang berada

dibawah pengawasannya.

b. Menyusun rencana dan anggaran tahunan.

c. Merencanakan, mempersiapkan, melaksanakan dan mengawasi

kegiatan pengolahan serta aspek lainnya agar mutu dan

effisiensi yang tinggi dapat dicapai dengan biaya yang

ekonomis.

d. Menciptakan/menumbuhkan “Sense of Belonging” kepada

seluruh personil.

e. Dapat mengantisipasi kejadian yang mungkin merugikan

perusahaan.

5. Maintenance Manager

Adapun tugas dan tanggung jawab dari maintenance manager yaitu ;

a. Bertanggung jawab untuk merencanakan dan

mengorganisasikan dan mengendalikan seluruh kegiatan

perbaikan dan pemeliharaan di dalam kondisi siap untuk

memenuhi kebutuhan lingkungan.

b. Bertanggng jawab untuk memenuhi system manajemen mutu

dan lingkungan bersama-sama dengan departemenya.

6. Decal Factory Manager

Adapun tugas dari departemen Decal Factory Manager adalah:

a. Bertanggung jawab sebagai atasan dari designer hiasan produk

7. Planning & Ware House Manager

Adapun peranan dari departemen Planning & Ware House Manager

pada PT Doulton adalah Manajer gudang bertugas merencanakan dan

mengendalikan kegiatan pergudangan sehingga tercapai tujuan

utamanya, diantaranya: keamanan, keakurasian jumlah dan kebutuhan

barang yang dikelola, dengan melaksanakan sistem dan prosedur yang

Page 15: Isi laporan

15

telah ditetapkan manajemen. Menerapkan prosedur kerja, termasuk

syarat-syarat keselamatan dan kesehatan kerja (K3) untuk menjaga dan

memelihara semua aset perusahaan berupa aset tetap atau aset tidak

tetap. Menjaga kelancaran dan pelaksanaan semua kegiatan arus

transaksi barang melalui penentuan tata letak gudang serta penunjang

tenaga pelaksana, agar tercapai pemanfaatan fasilitas dan optimalisasi

tenaga kerja.

8. Tech. Compliance & Quality Manager

Adapun wewenang dan tanggung jawab dari departemen tech.

Compliance & Quality Manager adalah :

a. Melaksanakan pemeriksaan sesuai dengan system Pemeriksaan

Pengendalian Intern yang berlaku.

b. Mengkoordinasikan kegiatanpemeriksaan dengan presiden

derektur tentang pencapaian tujuan pemeriksaan dan tujuan

perusahaan.

c. Mengikuti tindak lanjut atas temuan-temuan pemeriksaan yang

dilaporkan oleh bagian audit internal, untuk memastikan bahwa

tindakan yang tepat telah di ambil dan dilaksanakan oleh

pimpinan atau pejabat objek pemeriksaan.

d. Menyusun Laporan Hasil Pemeriksaan (LPH) yang

disampaikan kepada Presiden Direktur dengan tembusan pada

Direktur Utama Serta General Manager terkait tang

bertanggung jawab Menindak lanjutin temuan hasil

pemeriksaan

Adapun tanggung jawabnya adalah :

a. Setiap saat dapat memasuki untuk memeriksa seluruh bagian di

lingkungan perusahaan, memeriksa seluruh dokumen atau

catatan yang dipandang perlu yang berkaitan baik langsung

dengan kegiatan perusahaan serta mewawamcarai atau

memeriksa pegawai perusahaan yang diperlukan untuk

kepentingan pemeriksaan.

Page 16: Isi laporan

16

b. Apabila dipandang perlu, audit internal dapat memperoleh

bantuan tenaga ahli dalam melaksanakan pemeriksaan baik

dalam maupun dari luar perusahaan setelah mendapat

persetujuan Persiden Direktur.

c. Melakukan pemeriksaan khusus yang dilaksanakan oleh kepala

audit internal dengan seizin Presiden Direktur.

Dengan tanggung jawab tersebut sangat memungkinkan bagi

satuan penegendalian untuk melakukan audit dengan jangkauan

yang cukup luas meliputi kegiatan di setiap tingkat manajemen,

termasik seluruh karyawan perusahaan sekalipun seorang

Manajer Divisi.

Adapun tugas dari bagian Quality Manager yaitu :

a. Sebagai pelaksana utama dalam proses pelaksanaan kebijakan

kualitas perusahaan bersama APPI berkomunikasi dengan

Executive Director dalam menentukan layak tidaknya produk

dikirim ke pelanggan dari tinjauan masalah yang berpengaruh

besar terhadap perusahaan.

b. Memutuskan layak atau tidaknya produk, baik produk setengah

jadi atau produk jadi untuk diproses dan dikirim ke pelanggan

dari tinjauan teknis.

c. Berkonsultasi dengan APPI dalam memutuskan layak atau

tidaknya produk, baik produk setengah jadi atau produk jadi

untuk diproses dan dikirim kepelanggan dari tinjauan standard

aturan global atau spesifik pellanggan.

9. Finance & Accounting Manager

Manajer keuangan bertugas dan bertanggung jawab merencanakan,

menyiapkan budget dan planning (AOP) untuk menetukan tujuan yang

harus dicapai. Memonitor kegiatan operasional dalam hal aspek

financial supaya sejalan dengan AOP. Menandatangai bank instrument

(Cheque, transfer bank) sesuai dengan batasan yang ditetapkan

Page 17: Isi laporan

17

perusahaan. Verifikasi setiap pengeluaran biaya ataupun pembelian

aset dan penggunaan dana lainnya sesuai dengan batasan yang

ditetapkan oleh perusaaan. Menetapkan pelaksanaan sistem dan

prosedur yang berkaitan dengan keuangan.

Page 18: Isi laporan

18

2.4 Alur Proses Produksi

Page 19: Isi laporan

19

Didalam memproduksi alat-alat makan khususnya Flat making

memerlukan tahapan-tahapan dalam menjalankan proses produksi. Adapun

tahapan-tahapan tersebut sebagai berikut :

1. Bahan Baku

PT Doulton adalah salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang

produksi barang pecah belah yang berbahan baku utamanya adalah

Earthenware dan Bonechina.bahan baku di supply dengan oleh supplier

dalam negri.

2. Mixing (persiapan bahan baku)

Mixing merupakan tahapan mempersiapkan bahan baku untuk produksi

yang nantinya bahan baku akan di maukan kedalam tangki besar untuk

dihancurkan dan di cetak membentuk silinder panjang yang akan dipotong-

potong sesuai dengan kebituhan.

3. Pencetakan bahan baku.

Pada tahap ini bahan baku yang sudah di campur pada tangki besar akan di

bentuk menjadi 2 jenis golongan bentuk yaitu slip house (tabung) dan bentuk

pipih besar, untuk slip house di gunakan untuk membuat piring,sedangkan

bahan baku berbentuk pipih besar di gunakan untuk membuat gelas.

4. Produksi

Pada tahap ini masing-masing bahan baku di buat dengan masing masing

mesin baik untuk membuat flat making,cup making atau hollowware.

5. Inspeksi

Dari hasil-hasil produksi tersebut akan di lakukan inspeksi dari masing-

masing produk yang masih berbentuk clay atau keramik basah.

6. Biscuit Firing

Dari hasil clay maka tahap selanjutnya adalah pembakaran dengan 2 jenis

mesin pembakaran yaitu mesin Kiln (pembakar dengan konveyor berjalan)

atau di masukan ke dalam box besar.

7. Inspeksi.

Pada tahap ini inspeksi di lakukan kembali dengan cara mengukur dan

mengecek apakah terdapat biscuit yang cacat atau tidak.

Page 20: Isi laporan

20

8. Glazing

Tahap ini adalah proses pemberian lapisan kaca pada biscuit sehingga

permukaannya lebih halus dari tahap sebelumnya.

9. Glost firing

Tahap selanjutnya adalah hasil setelah glazing di bakar kembali untuk

memastikan agar produk kuat.

10. Inspeksi

Tahap ini adalah inspeksi dari hasil glost yaitu dengan cara mengukur

dimensi-dimensi produk,

11. Glost warehouse.

Tahap ini adalah penyimpanan produk hasil proses glost, produk ini sudah

dapat dikatakan produk jadi, akan tetapi belum di hias.

12. Lithography

Tahap lithography adalah tahapan pemberian hiasan pada produk, seperti

pemberian gambar bunga dan sebagainya.

13. Gilding

Tahapan ini masih merupakan tahapan pada departemen lithography,

gilding sendiri adalah pemberian warna emas pada produk.

14. Enamel firing

Pada tahapan ini produk yang sudah melewati tahap gilding akan di bakar

kembali ke dalam mesin Kiln,proses ini bertujuan agar warna dekorasi

terserap kedalam pori-pori keramik sehingga warnanya tidak luntur.

15. Enamel selection

Tahapan ini adalah proses seleksi dan pengecekan dari produk-produk

yang telah jadi yang di lakukan oleh staff departemen quality control dan

quality assurance.

16. Finish best warehouse.

Produk-produk yang telah lulus seleksi di katakan produk tersebut best

(bagus), selanjutnya adalah penyimpanan produk tersebut yang ditempatkan

pada pallet yang kemudian disusun di dalam warehouse .

Page 21: Isi laporan

21

17. Packing

Tahap ini adalah proses pembungkusan produk dengan karton yang akan

di kirimkan kepada para konsumen.

Page 22: Isi laporan

22

BAB III

LANDASAN TEORI

3.1. Pengendalian Kualitas

Pengendalian Kualitas adalah aktivitas pengendalian proses untuk

mengukur ciri-ciri kualitas produk, membandingkanya dengan spesifikasi

atau persyaratan dan mengambil tindakan yang sesuai apabila ada perbedaan

antara penampilan yang sebenarnya dan yang standar (Purnomo, 2004).

Tujuan dari pengendalian kualitas adalah mengendalikan kualitas produk atau

jasa yang dapat memuaskan konsumen. Pengendalian kualitas statistik

merupakan suatu alat tangguh yang dapat digunakan mengurangi biaya,

menurunkan cacat dan meningkatkan kualitas pada proses manufakturing.

Pengendalian kualitas memerlukan pengertian dan perlu dilaksanakan oleh

perancang, bagian inspeksi, bagian produksi sampai pendistribusian produk

ke konsumen. Pengertian kualitas itu sendiri, yaitu dapat diartikan sebagai

derajat atau tingkatan di mana produk atau jasa tersebut mampu memuaskan

keinginan dari konsumen (Purnomo, 2004).

Menurut Nasrullah Reza (1996), pengendalian kualitas merupakan

suatu kegiatan untuk memastikan apakah kebijakan dalam hal mutu atau

ukuran seberapa dekat sebuah barang atau jasa memiliki kesesuaian dengan

standar-standar yang dicantumkan yang dapat tercermin dalam hasil akhir

atau pengendalian kualitas dapat dikatakan juga sebagai usaha untuk

mempertahankan mutu dan kualitas dari barang yang dihasilkan agar sesuai

dengan spesifikasi produk yang telah ditetapkan berdasarkan kebijakan-

kebijakan perusahaan. Aktivitas pengendalian kualitas pada umumnya

meliputi kegiatan-kegiatan seperti berikut ini (Purnomo, 2004):

1. Pengamatan terhadap performansi produk atau proses.

2. Membandingkan performansi yang ditampilkan dengan standar yang

berlaku.

Page 23: Isi laporan

23

3. Mengambil tindakan-tindakan bila terdapat penyimpangan-penyimpangan

yang cukup signifikan, dan jika perlu dibuat tindakan-tindakan untuk

mengoreksinya.

Suatu perusahaan bila dengan efektif menggunakan kualitas sebagai

strategi bisnisnya akan mendapatkan kenaikan keuntungan dari strategi

tersebut. Konsumen akan memutuskan untuk membeli suatu produk dari

perusahaan tertentu yang lebih berkualitas daripada saingan-saingannya

sehingga kualitas menjadi faktor dasar keputusan konsumen untuk

mendapatkan suatu produk. Alasan-alasan mendasar pentingnya kualitas

sebagai strategi bisnis adalah sebagai berikut (Purnomo, 2004):

1. Meningkatnya kesadaran konsumen akan kualitas dan orientasi konsumen yang

kuat akan penampilan kualitas.

2. Kemampuan produk.

3. Peningkatan tekanan biaya pada tenaga kerja, energi dan bahan baku.

4. Persaingan yang semakin intensif.

5. Kemajuan yang luar biasa dalam produktivitas melalui program keteknikan

kualitas yang efektif.

3.2. Dimensi Pengendalian Kualitas

Kualitas biasanya tidak hanya ditentukan oleh satu atribut atau dimensi

tunggal, tetapi kualitas memiliki dimensi yang banyak sehingga sulit

untuk mendefinisikan. David Garvin, Profesor administrasi bisnis pada

Havard University menyarankan subyek kualitas yang diterapkan pada

produk dan mengidentifikasi delapan dimensi yang berbeda, yaitu (Reza

Nasrullah, 1996):

1. Untuk kerja (kinerja, performansi, prestasi) dari fungsi mengenai seberapa

baik suatu produk melakukan apa yang memang harus dilakukan oleh

produk tersebut.

2. Sifat-sifat khusus dan menarik minat (features) yang menjadikan suatu

produk unik dibandingkan dengan produk sejenis dari produsen lain.

Page 24: Isi laporan

24

3. Keandalan (realibility), yaitu kemampuan produk untuk bertahan atau

tidak mogok dalam masa kerjanya.

4. Kecocokan atau kesesuaian (conformance) dengan standar industri,

misalnya standar gas buang pada kendaraan bermotor tidak boleh melebihi

sekian persen kandungan tembaga.

5. Daya tahan produk (durability) terhadap waktu, tidak mudah rusak ukuran

umur produk dan teknologi modern mempengaruhinya.

6. Kemudahan diperbaiki jika terjadi kerusakan (serviceability). Produk yang

digunakan untuk jangka waktu yang lama memungkinkan harus diperbaiki

atau dipelihara, sehingga dibutuhkan ketersediaan suku cadang, tenaga ahli

ataupun mekanisme kerja produk itu sendiri yang cukup sederhana

sehingga tidak sulit untuk diperbaiki.

7. Keindahan penampilan (aesthetic). Gorvin menyadari keindahan

(Aesthetics) suatu produk memungkinkan pelanggan termotivasi oleh

kualitas produk.

8. Persepsi konsumen dimensi ini tidak didasarkan pada produk itu sendiri

tetapi pada citra dan reputasinya.

Davin Garvin menyadari bahwa suatu produk biasanya tidak unggul dalam

semua dimensi, sebaliknya produsen memilih kombinasi yang membuat

produk memiliki suatu keunggulan kompetitif. Tapi jika kedelapan

dimensi itu ada dalam pikiran seluruh jajaran organisasi perusahaan, maka

manajemen kualitas akan lebih mudah dilaksanakan.

Page 25: Isi laporan

25

3.3. Langkah-Langkah Pengendalian Kualitas

Untuk melaksanakan pengendalian kualitas, terlebih dahulu perlu

memahami langkah- langkah dalam pengendalian kualitas.

Menurut Roger G. Schroeder (2000:135) untuk mengimplementasikan

perencanaan, pengendalian dan pengembangan kualitas melalui siklus

kualitas diperlukan langkah- langkah sebagai berikut :

1. Menentukan karakteristik kualitas.

2. Memutuskan bagaimana cara mengukur setiap karakteristik.

3. Menetapkan standar kualitas.

4. Menentukan tes yang tepat untuk tiap-tiap standar

5. Mencari dan memperbaiki kasus produk berkualitas rendah.

3.4. Pengaruh Kualitas

Selain sebagai elemen penting dalam operasi, kualitas memiliki pengaruh

lain. Menurut Heizer & Render (2005:254) ada tiga alas an pentingnya

kualitas, yaitu :

1. Reputasi perusahaan. Suatu organisasi menyadari bahwa reputasi

akan mengikuti kualitas, apakah itu baik atau buruk. Kualitas akan

muncul sebagai persepsi tentang produk baru perusahaan,

kebiasaan karyawan, dan hubungan pemasok. Promosi diri tidak

akan dapat menggantikan produk yang berkualitas.

2. Keandalan produk. Pengadilan terus menurus berusahan

menangkap organisasi yang memiliki desain, memproduksi, atau

mengedarkan produk atau jasa yang penggunaanya mengakibatkan

kerusakan atau kecelakaan. Peraturan seperti Costumer Product

Safety membuat suatu standar produk untuk dapat memenuhi

standar tersebut.

3. Keterkibatan global. Di masa teknologi seperti sekarang, kualitas

menjadi suatu perhatian internasional. Bagi perusahaan dan Negara

yang ingin bersaing secara efektif pada ekonomi global, maka

produk mereka harus memenuhi harapan kualitas, desain, dan

Page 26: Isi laporan

26

harga global. Produk yang rendah mutunya mengurangi

keuntungan perusahaan dan neraca pembayaran Negara.

3.5. Metode Pengendalian Kualitas

Untuk memperoleh hasil pengendalian kualitas yang efektif, maka

pengendalian kualitas suatu produk dapat dilaksanakan dengan menggunakan

teknik-teknik pengendalian kualitas, karena tidak semua hasil produksi sesuai

dengan standar yang telah ditetapkan.

Menurut Montgomery (2001:26) teknik dalam melaksanakan pengendalian

kualitas terbagi menjadi 2, yaitu :

1. Inspection / pemeriksaan

Untuk menjamin produk yang dihasilakn sesuai dengan standar yang

telah ditetapkan sebelumnya, maka diperlukan adanya pemeriksaan,

kecuali apabila keadaan produk stabil dan mempunyai rata-rata

variabilitas yang rendah.

Ada bebrapa pedoman umum unyuk menentukan kapan sebaiknya inspeksi

menurut Handoko (2000 : 249) yaitu :

h. Inspeksi setelah operasi-operasi yang cenderung memproduksi

barang-barang yang tidak sesuai.

i. Inspeksi sebelum operasi-operasi yang memakan biaya.

j. Inspeksi sebelum operasi-operasi dimana produk-produk salah

mungkin menghentikan atau memacetkan kerja mesin-mesin.

k. Inspeksi sebelum operasi-operasi perakitan yang tidak dapat

dilakukan ulang.

l. Inspeksi sebelum operasi-operasi menutupi kerusakan-kerusakan.

m. Pada mesin-mesin semi otomatis atau otomatis, inspeksi dilakukan

pada unit pertama dan terakhir, tetapi hanya kadang-kadang bagi

unit-unit diantaranya.

n. Inspeksi komponen akhir.

o. Inspeksi sebelum penggudangan.

p. Inspeksi dan pengujian produk jadi.

Page 27: Isi laporan

27

Perusahaan harus memeriksa produk hasil produksinya dan memastikan

bahwa tidak ada produk yang dikirim tanpa melalui proses inspeksi, paling

tidak ada sampel. Karena dalam hal ini pelanggan merupakan inspector.

Apabila kualitas tersebut buruk, maka mereka memberitahukan kepada pihak

lain bahwa produk yang dihasilkan perusahaan kita berkualitas buruk.

2. Statistical Quality Control / SQC

Pengendalian kualitas secara statistic (SQC) merupakan

teknik penyelesaian masalah yang digunakan untuk mengawasi,

mengendalikan, menganalisis, mengelola, dan memperbaiki produk

dan prosesnya menggunakan metode-metode statistic.

Pengendalian kualitas secara statistic (Statistical Quality

Control/SQC) sering disebut juga pengendalian proses secara

proses statistic (Statistical Process Control/SPC).

Ada beberapa pengertian Statistical Quality Control (SQC)

/ Statistical Process Control (SPC) yang dikemukakan Para ahli,

antara lain sebagai berikut :

a. Menurut Heizer & Render (2001:286) yang dimaksud dengan

Statistical Proses Control (SPC) adalah sebuah teknik statistic

yang digunakan untuk mengawaso standar, membuat

pengukuran dan mengambil tindakan perbaikan selagi produk

atau jasa sedang diproduksi.

b. Menurut Assauri (2004:219) Statistical Quality Control adalah

suatu system yang dikembangkan untuk menjaga standar yang

uniform dari kualitas hasil produksi, pada tingkat biaya yang

minimum dan merupakan bantuan untuk mencapai efisiensi.

Dari beberapa definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa tatistical

Process Control / SPC adalah salah satu alat pengendali kualitas yang

menggunakan metode statistic untuk mengumpulkan, menganalisis serta

Page 28: Isi laporan

28

menginterpretasikan data untuk digunakan dalam kegiatan pengendalian

kualitas ditinjau dari keseuaian dengan spesifikasi yang telah ditetapkan.

3.6. Faktor-faktor Pengendalian Kualitas

Menurut Montgomery (2001:26) factor-faktor yang mempengaruhi

pengendalian kualitas yang dilakukan perusahaan adalah :

1. Kemampuan proses

Batas-batas yang ingin dicapai haruslah disesuaikan dengan

kemampuan proses yang ada. Tidak ada gunanya mengendalikan suatu

proses dalam batas-batas yang melebihi kemampuan atau kesanggupan

proses yang ada.

2. Spesifikasi yang berlaku

Spesifikasi hasil produksi, yang ingin dicapai harus dapat berlaku, bila

ditinjau dari segi kemampuan proses dan keinginan atau kebutuhan

konsumen yang ingin dicapai dari hasil produksi tersebut. Dalam hal

ini haruslah dapat dipastikan dahulu apakah spesifikasi tersebut dapat

berlaku dari kedua segi yang telah disebutkan diatas sebelum

pengendalian kualitas pada proses dapat dimulai.

3. Tingkat ketidaksesuaian yang dapat diterima

Tujuan dilakukan pengendalian suatu proses adalah agar dapat

mengurangi produk yang berada di bawah standar seminimal mungkin.

Tingkat pengendalian yang dilakukan tergantung pada banyaknya

produk yang berada di bawah standar.

4. Biaya kualitas

Biaya kualitas sangatlah penting dalam mempengaruhi tingkat

pengendalian kualita dalam menghasilkan prodk. Apabila ingin

menghasilkan produk yang berkualitas tinggi, maka dibutuhkan biaya

kualitas yang relative lebih besar.

Macam-macam biaya kualitas :

a. Prevention cost (biaya pencegahan)

Page 29: Isi laporan

29

Biaya ini merupakan biaya yang sering terjadi untuk mencegah

terjadinya kerusakan produk yang dihasilakn. Biaya ini meliputi

biaya yang berhubungan dengan perancangan, pelaksanaan dan

pemeliharaan system kualitas.

Contoh : biaya yang dikeluarkan untuk melatih karyawan.

b. Detection /Appisal Cost (Biaya deteksi/penilaian)

Biaya deteksi adalah biaya yang timbul untuk menentukan apakah

produk dan jasa yang telah dihasilkan telah sesuai dengan

persyaratan-persyartan kualitas.

Tujuan utama dari deteksi adalah menghindari terjadinya

kesalahan dan kerusakan sepanjang proses produksi.

Contoh : menghindari pengiriman barang-barang yang tidak

sesuai dengan persyaratan konsumen.

c. Internal Failure Cost (biaya kegagalan internal)

Meupakan biaya yang terjadi karena adanya ketidaksesuaian

dengan persyaratan dan terdeteksi sebelum barang-barang tersebut

dikirimkan kepada konsumen.

Contoh : produk cacat

d. External Failure Cost (biaya kegagalan eksternal)

Merupakan biaya yang terjadi karena produk tidak sesuai dengan

persyaratan-persyaratan yang diketahui setelah produk tersebut

dikirimkan keada konsumen.

Contoh : Biaya penarikan kembali dan biaya garansi.

3.7. Macam-macam Diagram pengendali kualitas

Dalam pengendalian kualitas statistic dikenal adanya “seven tools”

Seven Tools dari pengendalian prosessatistik ini adalah metode grafik paling

sederhana untuk menyelesaikan masalah. Seven tools tersebut adalah :

1. Lembar Pengamatan (Check Sheet)

Lembar pengamatan adalah lembar yang digunakan untuk mencatat

data produk termasuk juga waktu pengamatan, permasalahan yang

dicai dan jumlah cacat pada setiap permasaahan.

Page 30: Isi laporan

30

2. Stratifikas (Run Chart)

Startifikasi adalah suatu upaya untuk menhyrai atau mengklasfikasi

persoalan menjadi kelompok atau golongan sejenis yang lebih kecil

atau menjadi unsur-unsur tunggal dari persoalan.

3. Histogram

Histogram adalah diagram batang yang menunjukan tabulasi dari data

yang diatur berdasarkan ukuranya. Tabulasi data ini umumnya dikenal

sebagai distribusi frekuensi.

4. Grafik Kendali (Control Chart)

Grafik pengendali adalah suatu alat yang secara grafis digunakan

untuk memonitor apakah suatu aktivitas dapat diterima sebagai proses

yang terkendali. Grafik pengendali terkadang disebut dengan

Shewhart control charts karena grafik ini pertama kali dibuat oleh

Walter A. Shewhart. Nilai dari karekterisik kualitas yang dimonitor,

digambarkan sepanjang sumbu y, sedangkan sumbu x

menggambarkan sampel atau subgroup dari karakteristik kualitas

tersebut. Sebagai contoh karakteristik kualitas adalah panjang rata-

rata, diameter rata-rata, dan waktu pelayanan rata-rata. Semua

karakteristik tersebut dinamakan variabel dimana nilai numeriknya

dapat diketahui. Sedangkan atribut adalah karakteristik kualitas yang

ditunjukkan dengan jumlah produk cacat, jumlah ketidaksesuaian

dalam satu unit, serta jumlah cacat per unit. Terdapat tiga garis pada

grafik pengendali. Center line atau garis tengah adalah garis yang

menunjukkan nilai rata-rata dari karakteristik kualitas yang diplot

pada grafik. Upper limit control atau batas pengendali atas dan lower

limit control atau batas pengendali bawah digunakan untuk membuat

keputusan mengenai proses. Jika terdapat data yang berada di luar

batas pengendali atas dan batas pengendali bawah serta pada pola data

tidak acak atau random maka dapat diambil kesimpulan bahwa data

berada di luar kendali statistik.

Page 31: Isi laporan

31

5. Diagram Pareto

Diagram pareto pertama kali diperkenalkan oleh Alfredo Pareto

dan digunakan pertama kali oleh Joseph Juran. Fungsi diagram pareto

adalah untuk mengidentifikasi atau menyeleksi masalah utama untuk

peningkatan kualitas. Diagram ini menunjukkan seberapa besar

frekuensi berbagai macam tipe permasalahan yang terjadi dengan

daftar masalah pada sumbu x dan jumlah/frekuensi kejadian pada

sumbu y. Kategori masalah diidentifikasikan sebagai masalah utama

dan masalah yang tidak penting. Prinsip Pareto adalah 80 % masalah

(ketidaksesuaian atau cacat) disebabkan oleh 20 % penyebab. Prinsip

Pareto ini sangat penting karena prinsip ini mengidentifikasi

kontribusi terbesar dari variasi proses yang menyebabkan performansi

yang jelek seperti cacat. Pada akhirnya, diagram pareto membantu

pihak manajemen untuk secara cepat menemukan permasalahan yang

kritis dan membutuhkan perhatian secepatnya sehingga dapat segera

diambil kebijakan untuk mengatasinya.

6. Diagram Sebab Akibat (Cause and Effect Diagram)

Diagram sebab akibat juga disebut Ishikawa Diagram karena

diagram ini diperkenalkan oleh Dr. Kaoru Ishikawa pada tahun 1943.

Diagram ini terdiri dari sebuah panah horizontal yang panjang dengan

deskripsi masalah. Penyebab-penyebab masalah digambarkan dengan

garis radial dari garis panah yang menunjukan masalah. Kegunaan

dari diagram sebab akibat adalah:

a. Menganalisis sebab dan akibat suatu masalah.

b. Menentukan penyebab permasalahan.

c. Menyediakan tampilan yang jelas untuk mengetahui sumber-

sumber variasi.

7. Diagram Sebar (Scatter Diagram)

Page 32: Isi laporan

32

Scatter diagram adalah grafik yang menampilkan hubungan

antara dua variable tersebut kuat atau tidak yaitu antara factor proses

yang mempengaruhu proses dengan kualitas produk. Pada sumbu x

terdapat nilai dari variable independen, sedangkan pada sumbu y

menunjukan nilai dari variable independen.

3.8. Pengendalian Kualitas Statistik Untuk Data Variabel

Pengendalian kualitas proses statistik untuk data variabel sering kali

disebut sebagai metode peta pengendali (control chart) untuk data variabel.

Metode ini digunakan untuk menggambarkan variasi atau penyimpangan

yang terjadi pada kecenderungan memusat dan penyebaran observasi. Metode

dapat menunjukan apakah proses dalam kondisi stabil atau tidak.

Menurut Mitra (1993) yang dikutip dari Ariani (2005,hal 80), macam-macam

model peta pengendali statistik antara lain :

1. Model Umum

Model ini merupakan suatu rencana yang tidak teridentifikasi. Tidak ada

titik-titik yang ada di luar batas pengendali, mayoritas titik berada pada

titik pusat, dan beberapa titik dekat dengan batas-batas pengendali.

2. Model Yang Berubah Secara Mendadak

Model ini terjadi karena ada perubahan dalam suhu udara, tekanan udara,

dan lain sebagainya. Selain itu dapat juga terjadi karena operator baru,

alat baru, atau instrumen pengukuran baru, dan metode pemrosesan baru.

3. Model Perubahan Bertahap

Model ini karena ada perubahan dalam organisasi seperti perubahan baku

atau komponen dari waktu ke waktu, perubahan program perawatan, atau

perubahan gaya supervisi.

4. Model Trend

Model ini berada dengan perubahan mendadak atau bertahap. Trend

menunjukan perubahan yang tetap naik atau turun.

5. Model Siklus

Page 33: Isi laporan

33

Model ini terjadi karena pengurangan karakteristik model melalui

evaluasi perilaku yang berulang.

6. Model Tidak Beraturan

Model ini meliputi keanehan yang berfluktuasi tajam bahkan berada di

batas pengendali serta biasanya di sebabkan adanya gangguan dari luar.

7. Model Campuran

Model ini disebabkan oleh dua atau lebih karakteristik yang berada dekat

dengan batas-batas pengendali. Model ini terjadi karena nilai yang satu

terlalu tinggi dan nilai-nilai yang lainya terlalu rendah.

8. Model Stratifikasi

Model ini merupakan hasil dari dua atau lebih distribusi karakteristik

kualitas kualitas pada populasi.

Dalam proses pengendalian peta pengendali statistik mendekati adanya sebab

khusus dalam ketidaksesuaian yang terjadi. Apabila data sample berada diluar

batas pengendali, maka data sample tersebut disebut berada diluar batas

pengendali statistik (out of statistical control). Sebaliknya, jika data sampel

berada didalam batas pengendali, maka data sampel tersebut berada dalam batas

pengendali statistik (in statistical control).

Peta pengendalian atau control chart adalah metode statistik yang

membedakan adanya variasi atau penyimpanan karena sebab umum dan sebab

khusus. Penyimpangan yang disebabkan oleh sebab khusus biasanya berada diluar

batas pengendalian sedangkan yang disebabkan oleh sebab umum biasanya berada

pada batas pengendalian.

Page 34: Isi laporan

34

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Produksi

Hasil produksi PT Doulton ini meliputi produk-produk barang pecah

belah yang terbagi menjadi tiga jenis produk yaitu Flat,cup & dish,

Holloware. Produk yang dihasilkan tersebut sebagian merupakan pesanan

sehingga perencanaan produksi dan penjadwalan memegang kunci utama dari

proses produksi tersebut, disamping pengawasan kualitas produk itu sendiri.

PT.Doulton mempunyai konsumen yang sebagian besar berasal dari

luar negeri seperti Jepang,Inggris, dan Amerika untuk pasaran di Indonesia

biasanya konsumenya adalah hotel-hotel dan rumah sakit serta jasa maskapai

penerbangan.

4.2. Pengumpulan Data

Data diperoleh dari hasil produksi pada PT Doulton meliputi hasil

pengukuran selama proses produksi pada bulan Juni-Juli 2014. Data produksi

dihitung dengan menggunakan diagram x - R chart dengan jumlah sampel

tetap dalam tiap kelompok unit. Data tersebut dihitung untuk mengetahui

apakah proses produksi tersebut berada dalam kontrol atau tidak.

Proses pengendalian kualitas pada PT. Doulton dilakukan oleh

Departemen Quality Control & Quality Assurance. Setiap produk jadi untuk

dijual kepada konsumen ataupun bahan baku yang digunakan untuk proses

produksi harus melalui proses pengendalian kualitas. Standar yang digunakan

adalah kesesuaian produk dengan spesifikasi yang diminta diantaranya adalah

Berat,Diameter,Diameter Foot, Base Center, Edge Bottom & Edge Rim. Dari

beberapa ukuran spesifikasi tersebut , berat dan diameter merupakan standar

yang paling menentukan apakah produk tersebut diterima atau tidaj oleh

konsumen.

Berikut hasil pengumpulan data hanya pada jenis produk Lincoln Plate

27 cm pada bulan juni-juli 2014.

Page 35: Isi laporan

35

a. Berat item Lincoln plate 27 cm

Tabel 4.2.1 Pengumpulan Data Produk Lincoln Plate 27 cm

LEMBAR DATA UNTUK PETA KENDALI X & R

Produk : Lincoln Plate 27 CM

Karakteristik : Berat

Satuan Pengukuran : Gram

No Tanggal Sample x R

1 2 3 4 5

1 02.12.13 705.3 667.4 678.2 670.5 666.1 677.5 39.2

2 10.12.13 661.7 640.2 658.9 642.1 663.4 653.26 23.2

3 17.12.13 615.6 717.2 650.4 695.8 655.7 666.94 101.6

4 24.12.13 597.2 613.8 662.1 671.3 664.5 641.78 74.1

5 30.12.13 627.8 688 624.3 687.1 635.7 652.58 63.7

6 20.01.14 607.8 708.2 663.6 675.3 612.5 653.48 100.4

7 27.01.14 658.7 659.2 747.2 654.7 663.5 676.66 92.5

8 05.02.14 675.7 653.4 674.2 666.5 666.1 667.18 22.3

9 10.02.14 675.7 724.3 633.6 698.4 645.9 675.58 90.7

10 24.02.14 693.7 679 735.4 646.6 679.4 686.82 88.8

11 01.04.14 669.3 661.4 634.4 628.8 689 656.58 60.2

12 15.04.14 679.9 669.5 666.2 667.8 660.5 668.78 19.4

13 27.04.14 640.4 650.8 655.4 666.1 652.1 652.96 25.7

14 12.05.14 691.1 694.2 690.3 672.4 660.6 681.72 33.6

15 22.05.14 691.1 694.2 690.3 672.4 660.6 681.72 33.6

16 28.05.14 660.7 666.7 650.8 660.2 655.5 658.78 15.9

17 03.06.14 665.1 675.6 668.8 679.9 666.3 671.14 14.8

18 23.06.14 633.3 581.3 651.2 662.7 692 644.1 110.7

19 01.07.14 702.5 746.3 714.7 621.8 694.2 695.9 124.5

20 10.07.14 645.3 668.3 678.2 680.7 687.6 672.02 42.3

Jumlah 13335.48 1177.2

Page 36: Isi laporan

36

b. Diameter Lincoln Plate 27 cm

Tabel 4.2.2 Hasil Pengukuran Diameter Lincoln Plate 27 cm

LEMBAR DATA UNTUK PETA KENDALI X & R

Produk : Lincoln Plate 27 CM

Karakteristik : Diameter

Satuan Pengukuran : mm

No

Sample

Tanggal 1 2 3 4 5 x R

1 02.12.13 301.7 301.2 301.3 301.4 302 301.52 0.8

2 10.12.13 300.8 301 300.9 301.1 301.2 301 0.4

3 17.12.13 300.7 301 300.5 300.8 300.6 300.72 0.5

4 24.12.13 301 300.9 301.1 301 301 301 0.2

5 30.12.13 303 303 303.1 303 303.1 303.04 0.1

6 20.01.14 303.1 303.2 302.9 303.2 303 303.08 0.3

7 27.01.14 303 303.1 303 303 304.2 303.26 1.2

8 05.02.14 302.5 302.1 302.7 302.4 302.3 302.4 0.6

9 10.02.14 303.7 303.6 303 303.1 303 303.28 0.7

10 24.02.14 302.5 303.3 302.7 303 302.8 302.86 0.8

11 01.04.14 303.4 302.4 303.1 303.1 302.7 302.94 1

12 15.04.14 302.6 302.3 302.7 302.7 302.7 302.6 0.4

13 27.04.14 303.1 302.3 301.7 301.9 302 302.2 1.4

14 12.05.14 301 301.8 301.6 301.7 302 301.62 1

15 22.05.14 302 302.8 302.6 302.9 302.7 302.6 0.9

16 28.05.14 302 302.7 302.6 302.1 301.7 302.22 1

17 03.06.14 302.6 303 303 303 302.7 302.86 0.4

18 23.06.14 303.3 304.3 303.9 304 303.7 303.84 1

19 01.07.14 302.3 302.7 303.2 302.8 302.9 302.78 0.9

20 10.07.14 303.2 303.2 302.9 303.4 301 302.74 2.4

jumlah 6048.56 16

Page 37: Isi laporan

37

4.3. Pengolahan dan Analisis Data

Perhitungan lembar peta kendali x dan R untuk berat Lincoln Plate

27 cm adalah :

x = 𝑋1+𝑋2+⋯………..𝑋𝑛

𝑛

x = 705 ,3+667,4+678,2+670,5+666 ,1

5

x = 705,3

R = 𝑅𝑚𝑎𝑥 −𝑅𝑚𝑖𝑛

𝑅1 = 705,3 – 666,1

𝑅1 = 39,2

Untuk perhitungan x2, x

3, x

4……., x

20menggunakan rumus seperti

pada perhitungan x1 dan untuk perhitungan 𝑅2,𝑅3, 𝑅4, … . 𝑅20, menggunakan

rumus seperti pada perhitungan 𝑅1 dan di dapat hasil seperti pada table 4.3.1

x = x

1 + x

2+ ………… x

20

𝑚

x = 13335 ,48

20

= 666,74

R = R

1 + R

2+ ………… R

𝑚

𝑚

= 1177,2

20

= 58,86

𝐵𝐾𝐴x

= x + 𝐴2 R

= 666,74 + (0,577𝑋58,86)

= 666,74 + 33,96

= 700,7

Page 38: Isi laporan

38

𝐺𝑇x

= x

= 666,74

𝐵𝐾𝐵x

= x - 𝐴2 R

= 376,237 – (0,557 x 19,805)

= 666,74 – 33,96

= 632,78

𝐵𝐾𝐴𝑅 = R 𝐷4

= 58,86 x 2,114

= 124,43

𝐺𝑇𝑅 = R

= 58,86

𝐵𝐾𝐵𝑅 = R 𝐷3

= 58,86 x 0

= 0

Page 39: Isi laporan

39

Grafik 4.3.1 Peta Kendali Kontrol x Berat Lincoln Plate 27 cm

Grafik 4.3.2. Peta Kendali Kontrol R Berat Lincoln Plate 27 cm

191715131197531

700

690

680

670

660

650

640

630

Sample

Sa

mp

le M

ea

n

__X=666.77

UB=700.73

LB=632.81

Xbar Chart Berat Lincoln Plate 27 cm

191715131197531

140

120

100

80

60

40

20

0

Sample

Sa

mp

le R

an

ge

_R=64.7

UB=124.4

LCL=0

Rchart Berat Lincoln Plate 27 cm

Page 40: Isi laporan

40

Perhitungan lembar peta kendali x dan R untuk diameter Lincoln

Plate 27 cm adalah :

x = 𝑋1+𝑋2+⋯………..𝑋𝑛

𝑛

x = 301 ,7+301,2+301,3+301,4+302

5

x = 301,52

R = 𝑅𝑚𝑎𝑥 −𝑅𝑚𝑖𝑛

𝑅1 = 302-301,2

𝑅1 = 0,8

Untuk perhitungan x2, x

3, x

4……., x

20menggunakan rumus seperti

pada perhitungan x1 dan untuk perhitungan 𝑅2,𝑅3, 𝑅4, … . 𝑅20, menggunakan

rumus seperti pada perhitungan 𝑅1 dan di dapat hasil seperti pada table 4.3.2

x = x

1 + x 2+ ………… x20

𝑚

x = 6048 ,56

20

= 302,43

R = R

1 + R2+ ………… R 𝑚

𝑚

= 16

20

= 0,8

𝐵𝐾𝐴x

= x + 𝐴2 R

= 302,43 + (0,577𝑋0,8)

= 302,43 + 0,46

= 302,89

Page 41: Isi laporan

41

𝐺𝑇x

= x

= 302,43

𝐵𝐾𝐵x

= x - 𝐴2 R

= 302,43 – (0,557 x 0,8)

= 302,43 – 0,46

= 301,97

𝐵𝐾𝐴𝑅 = R 𝐷4

= 0,8 x 2,114

= 1,69

GT𝑅 = R

= 0,8

𝐵𝐾𝐵𝑅 = R 𝐷3

= 0,8 x 0

Grafik 4.3.3 Peta Kendali Kontrol x Diameter Lincoln Plate 27 cm

191715131197531

304.0

303.5

303.0

302.5

302.0

301.5

301.0

Sample

Sa

mp

le M

ea

n

__X=302.428UB=302.43

LB=301.97

1

1

11

11

1

1

1

1

Xbar Chart Diameter Lincoln Plate 27 cm

Page 42: Isi laporan

42

Grafik 4.3.4 Peta Kendali Kontrol R Diameter Lincoln Plate 27 cm

191715131197531

2.5

2.0

1.5

1.0

0.5

0.0

Sample

Sa

mp

le R

an

ge

_R=0.892

UB=1.69

LCL=0

1

R Chart Diameter Lincoln Plate 27 cm

Page 43: Isi laporan

43

4.4. Pembahasan

Berdasarkan gambar garfik 4.3.1 dan 4.3.2 untuk pengukuran berat

dari lincoln plate 27 cm menunjukan bahwa keseluruhan data hasil observasi

berada diantara batas kendali atas dan batas kendali bawah atau dapat disebut

(in statistical control).

Sedangkan berdasarkan gambar grafik 4.3.3 dan 4.3.4 tentang nilai

rata-rata pengukuran pada pada dimensi diameter lincoln plate 27 cm

menunjukan bahwa terdapat data yang (out of statistical control) yaitu pada

data ke -1,2,3,4,5,6,9,14,18 ini berarti bahwa proses produksi yang tidak

stabil, maka perlu di selidiki penyebab ketidak sesuaian ukuran produk

dengan spesifikasi ukuran produk yang telah di tentukan oleh perusahaan,

tools yang di gunakan adalah diagaram fishbone (tulang ikan) berikut ini

gambar diiagramnya.

Gambar 4.5. Fishbone Diagram Ketidak Sesuaian Ukuran

Dari diagram fishbone diatas dapat diketahui bahwa sebab-sebab

yang dapat mempengaruhi menurunya ketidak sesuaian ukuran

produk, diantaranya adalah :

Page 44: Isi laporan

44

a. Faktor Material (bahan baku)

1. Bahan baku yang di gunakan adalah bonechina dimana faktor

ini disebabkan oleh suhu kiln dan sifat dari material.

b. Faktor Manusia

- Ketidakdisiplinan operator dalam mengikuti standar kerja yaitu

dengan mematuhi SOP yang telah ditentukan oleh perusahaan.

- Operator kurang teliti juga menjadi salah satu penyebab ketidak

sesuaian ukuran sehingga hasil produksi tidak sesuai dengan

spesifikasi

c. Faktor Mesin

- Settingan mesin yang bergeser berpengaruh pula terhadap

ukuran produk yang dihasilkan oleh mesin tersebut. Mesin yang

di maksud dalam penyebab ketidaksesuaian ukuran ini adalah

mesin roller pada saatr prtoses produksi

d. Faktor Lingkungan

- Suhu yang tidak stabil juga dapat mempengaruhi kinerja

operator dalam bekerja sehingga dapat menyebabkan ukuran

produk yang tidak sesuai.

Page 45: Isi laporan

45

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan yang telah dilakukan maka dapat

ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Masih terdapat perbedaan-perbedaan ukuran dari masing-masing dimensi

seperti berat dan diameter lincoln plate 27 cm, dengan batas kemampuan

atas (BKA) rata-rata berat lincoln plate 27 cm sebesar 700,7 dan batas

kemampuan bawah rata-rata berat lincoln plate 27 cm sebesar 632,78 dan

untuk batas kemampuan atas rata-rata diameter lincoln plate 27 cm

sebesar 302,89 dan batas kemampuan bawah lincoln plate 27 cm sebesar

301,97.

2. Berdasarkan diagram fishbone atau diagram tulang ikan maka dapat di

ketahui penyebab dari ketidaksesuaian ukuran produk, penyebabnya

diantaranya adalah dari faktor tenaga kerja yaitu kelelahan dalam bekerja

yang berakibat ketidaksesuaian produk serta karyawan yang tidak

mengikuti SOP dari perusahaan yang telah di tentukan, selain itu ada

faktor lain yang menjadi penyebab ketidaksesuaian ukuran yaitu faktor

usia mesin yang sudah tua serta settingan mesin yang bergeser, dan

faktor lainya adalah faktor suhu lingkungan kerja yang cukup panas

sehingga mempengaruhi kinerja karyawan dan berdampak pada

ketidaksesuaian produk.

3. Strategi yang dilakukan perusahaan adalah memberikan penekanan

kepada karyawan untuk mengikuti SOP yang telah ditetapkan dengan cara

memberikan training secara berkelanjutan serta menjelaskan pentingnya

menjaga kualitas produk dan meningkatkan produktivitas.

5.2. Saran

Dengan melihat hasil analisis dengan metode peta X-bar dan Diagram

Sebab Akibat, maka penulis dapat mengemukakan saran-saran sebagai bahan

Page 46: Isi laporan

46

pertimbangan PT. Doulton dalam upaya peningkatan kulitas produksi, adapun

saran-saran dari penulis sebagai berikut :

1. Perlu pengawasan yang cukup baik kepala bagian operator dalam

memantau operatornya untuk mengikuti SOP yang telah ditetapkan

perusahaan.

2. Karena tingkat kecacatan masih ada yang tinggi, maka PT Doulton

dalam hal ini Departemen Quality Control & Quality Assurance masih

perlu melakukan pengendalian kualitas dan pengawasan yang lebih ketat.

3. Hasil penelitian diharapkan akan dapat memberikan masukan bagi

perusahaan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan

terutama yang berkaitan dengan upaya pengendalian kualitas produk

yang terkendali secara statistik atau berada dalam kontrol.

Page 47: Isi laporan

47

DAFTAR PUSTAKA

ivanemmoy.wordpress.com/factory-manager-2/ di akses 24/08/2014 jam 8.03

abdurrachman aries,skripsi Analisis Pengendalian Kualitas Pada Pembuatan Atap

(roof) Body Mitsubishi Prona Di PT.Karoseri Agustus (Diakses 25 Agustus 2014

pukul 16.25 )

Nugroho Ariefin, Analisis Pengendalian Kualitas Benang Polyester 100% Pada

Bagian Winding PT DELTA DUNIA TEXTILE Karanganyar (Di Akses 25

Agustus 2014 dari diglib.uns.ac.id)

Assauri, Sofjan. 1998. Manajemen Operasi Dan Produksi. Jakarta : LP FE UI

Dwiwinarno, Titop. 2009. “Evaluasi Pengendalian Kualitas Pada Bagian

PMontgomery, Douglas C. 2001. Introduction to Statistical Quality Control. 4th

Edition. New York : John Wiley & Sons, Inc.

Schroeder, Roger G. 2007. Manajemen Operasi. Jilid 2-Edisi 3. Jakarta : Penerbit

Erlangga.

Gasperz, Vincent. 2005. Total Quality Management. Jakarta : PT. Gramedia

Pustaka Utama.

Page 48: Isi laporan

48

LAMPIRAN

Page 49: Isi laporan

49

.

Page 50: Isi laporan

50